trauma kepala (dewi)

40
BAB 1 PENDAHULUAN Trauma kapitis merupakan penyebab utama kematian di berbagai negara di dunia, terutama pada kelompok usia di bawah 40 tahun. Di USA diperkirakan 1,6 % dari seluruh kunjungan di unit gawat darurat adalah kasus trauma kapitis. Dijumpai 444 kasus baru setiap tahunnya per 100.000 penduduk. Secara keseluruhan setiap tahunnya diperkirakan sekitar 60.000 kematian diakibatkan trauma kapitis serta 70.000–90.000 penderita akan mengalami gangguan neurologik permanen. Di negara berkembang seperti Indonesia, seiring dengan kemajuan teknologi dan pembangunan, frekuensi trauma kapitis cenderung makin meningkat. Trauma kapitis berperan pada kematian akibat trauma, mengingat kepala merupakan bagian yang rentan dan sering terlibat dalam kecelakaan. Laki-laki 2 – 3 kali lebih sering dibandingkan wanita, terutama pada kelompok usia resiko tinggi (usia 15 – 24 tahun dan >75 tahun). Berdasarkan studi epidemiologi, kecelakaan sepeda motor dan 1

Upload: ekiferdianto

Post on 15-Sep-2015

43 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

trauma kepala

TRANSCRIPT

BAB 1PENDAHULUANTrauma kapitis merupakan penyebab utama kematian di berbagai negara di dunia, terutama pada kelompok usia di bawah 40 tahun. Di USA diperkirakan 1,6 % dari seluruh kunjungan di unit gawat darurat adalah kasus trauma kapitis. Dijumpai 444 kasus baru setiap tahunnya per 100.000 penduduk. Secara keseluruhan setiap tahunnya diperkirakan sekitar 60.000 kematian diakibatkan trauma kapitis serta 70.00090.000 penderita akan mengalami gangguan neurologik permanen. Di negara berkembang seperti Indonesia, seiring dengan kemajuan teknologi dan pembangunan, frekuensi trauma kapitis cenderung makin meningkat. Trauma kapitis berperan pada kematian akibat trauma, mengingat kepala merupakan bagian yang rentan dan sering terlibat dalam kecelakaan. Laki-laki 2 3 kali lebih sering dibandingkan wanita, terutama pada kelompok usia resiko tinggi (usia 15 24 tahun dan >75 tahun). Berdasarkan studi epidemiologi, kecelakaan sepeda motor dan violence-related injuries merupakan penyebab trauma kapitis yang paling sering. Trauma kepala didefinisikan sebagai trauma non-degeneratif dan non-kongenital yang terjadi akibat rudapaksa mekanis eksternal yang mencederai kepala yang memungkinan akibat seperti gangguan kognitif, fisik, dan psikososial baik sementara atau permanen yang berhubungan dengan berkurang atau berubahnya derajat kesadaran. Cedera kepala lebih sering dialami oleh pria daripada wanita dan trauma ini juga menjadi penyebab utama kematian / kelumpuhan pada usia muda. Pasien dengan trauma kepala memerlukan penegakan diagnosis sedini mungkin agar tindakan terapi dapat segera dilakukan untuk menghasilkan prognosa yang baik. Peranan diagnosa imajing juga diperlukan terutama pada pasien dengan tingkat resiko sedang-berat. Tujuan utama dari pemeriksaan imajing pada pasien trauma kepala adalah untuk mengkonfirmasi adakah cedera intrakranial yang berpotensi mengancam jiwa pasien bila tidak segera dilakukan tindakan. Penegakkan diagnosa trauma kepala diperoleh dengan anamnesa yang cermat, pemeriksaan klinis awal yang teliti, dan ditunjang oleh pemeriksaan penunjang, dan salah satu pemeriksaan penunjang yang akurat untuk menentukan letak kelainan pada trauma kepala adalah dengan pemeriksaan CT (Computerized Tomography) yang selanjutnya disebut dengan CT-scan. Namun tentunya sebelum CT-scan dilakukan, ada baiknya dipergunakan modalitas awal yang lebih terjangkau seperti foto Roentgen kepala. Pasien dengan trauma kepala memerlukan penegakkan diagnosa sedini mungkin agar tindakan terapi dapat segera dilakukan untuk menghasilkan prognosa yang baik.

BAB 2TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISITrauma kepala atau trauma kapitis adalah suatu ruda paksa (trauma) yang menimpa struktur kepala sehingga dapat menimbulkan kelainan struktural dan atau gangguan fungsional jaringan otak. Menurut Brain Injury Association of America, trauma kapitis adalah suatu kerusakan pada kepala, bukan bersifat kongenital ataupun degeneratif, tetapi disebabkan oleh serangan atau benturan fisik dari luar, yang dapat mengurangi atau mengubah kesadaran yang mana menimbulkan kerusakan kemampuan kognitif dan fungsi fisik.Laki-laki cenderung mengalami trauma kepala 1,5 kali lebih banyak daripada perempuan dan usia yang berisiko tinggi untuk terkena trauma kepala dibagi menjadi 2, yaitu kelompok umur 0-4 tahun dan kelompok umur 15-19 tahun. 2.2 ANATOMI KEPALA 2.2.1 Kulit Kepala Kulit kepala terdiri dari 5 lapisan yang disebut SCALP yaitu; skin atau kulit, connective tissue atau jaringan penyambung, aponeurosis atau galea aponeurotika, loose connective tissue atau jaringan penunjang longgar dan pericranium.2.2.2 Tulang TengkorakTengkorak adalah tulang kerangka dari kepala yang disusun menjadi dua bagian yaitu kranium (kalvaria) yang terdiri atas delapan tulang dan kerangka wajah yang terdiri atas empat belas tulang. Rongga tengkorak mempunyai permukaan atas yang dikenal sebagai kubah tengkorak, licin pada permukaan luar dan pada permukaan dalam ditandai dengan gili-gili dan lekukan supaya dapat sesuai dengan otak dan pembuluh darah. Permukaan bawah dari rongga dikenal sebagai dasar tengkorak atau basis kranii. Dasar tengkorak ditembusi oleh banyak lubang supaya dapat dilalui oleh saraf dan pembuluh darah.2.2.3 MeningiaMeningia merupakan selaput yang membungkus otak dan sumsum tulang belakang. Fungsi meningia yaitu melindungi struktur saraf halus yang membawa pembuluh darah dan cairan sekresi (cairan serebrospinal), dan memperkecil benturan atau getaran terdiri atas 3 lapisan, yaitu :

Gambar 1: Lapisan Meningia1. Duramater (Lapisan sebelah luar)Duramater adalah selaput keras pembungkus otak yang berasal dari jaringan ikat tebal dan kuat, dibagian tengkorak terdiri dari selaput tulang tengkorak dan duramater propia di bagian dalam. Di dalam kanalis vertebralis kedua lapisan ini terpisah. Duramater pada tempat tertentu mengandung rongga yang mengalirkan darah vena dari otak, rongga ini dinamakan sinus longitudinal superior yang terletak diantara kedua hemisfer otak. 2. Arachnoid (Lapisan tengah) Arachnoid adalah membran impermeabel halus yang meliputi otak dan terletak diantara piamater di sebelah dalam dan duramater di sebelah luar. Selaput ini dipisahkan dari duramater oleh potensial, disebut spatium subdural, dan dari piamater oleh spatium subarachnoideum, yang terisi oleh cairan serebrospinal.3. Piamater (Lapisan sebelah dalam) Piamater adalah membran vaskular yang dengan erat membungkus otak, meliputi gyri dan masuk kedalam sulci yang paling dalam. Membran ini membungkus saraf otak dan menyatu dengan epineuriumnya. Arteri arteri yang masuk ke dalam substansi otak juga diliputi oleh piamater.2.2.4. Otak Otak merupakan suatu alat tubuh yang sangat penting karena merupakan pusat komputer dari semua alat tubuh, bagian dari saraf sentral yang terletak di dalam rongga tengkorak (kranium) yang dibungkus oleh selaput otak yang kuat. Otak terdiri dari otak besar (cerebrum), otak kecil (cerebellum), dan batang otak (Trunkus serebri). Besar otak orang dewasa kira-kira 1300 gram, 7/8 bagian berat terdiri dari otak besar.

Gambar 2: Otak

1. Otak besar (cerebrum) Otak besar adalah bagian terbesar dari otak dan terdiri dari dua hemispherium cerebri yang dihubungkan oleh massa substansia alba yang disebut corpus callosum. Setiap hemisfer terbentang dari os frontale sampai ke os occipitale, diatas fossa cranii anterior, media, dan posterior, diatas tentorium cerebelli. Hemisfer dipisahkan oleh sebuah celah dalam, yaitu fossa longitudinalis cerebri, tempat menonjolnya falx cerebri. Otak mempunyai 2 permukaan, permukaan atas dan permukaan bawah. Kedua lapisan ini dilapisi oleh lapisan kelabu (zat kelabu) yaitu pada bagian korteks serebral dan zat putih yang terdapat pada bagian dalam yang mengandung serabut saraf. Fungsi otak besar yaitu sebagai pusat berpikir (kepandaian), kecerdasan dan kehendak. Selain itu otak besar juga mengendalikan semua kegiatan yang disadari seperti bergerak, mendengar, melihat, berbicara, berpikir dan lain sebagainya. 2. Otak kecil (cerebellum) Otak kecil terletak dibawah otak besar. Terdiri dari dua belahan yang dihubungkan oleh jembatan varol, yang menyampaikan rangsangan pada kedua belahan dan menyampaikan rangsangan dari bagian lain. Fungsi otak kecil adalah untuk mengatur keseimbangan tubuh serta mengkoordinasikan kerja otot ketika bergerak.3. Batang Otak (Trunkus serebri)Batang otak terdiri dari : a. DiensefalonBagian batang otak paling atas terdapat diantara serebellum dengan mesensefalon, kumpulan dari sel saraf yang terdapat dibagian depan lobus temporalis terdapat kapsula interna dengan sudut menghadap kesamping. Diensefalon ini berfungsi sebagai vasokonstriksi (memperkecil pembuluh darah), respiratorik (membantu proses pernafasan), mengontrol kegiatan refleks, dan membantu pekerjaan jantung. b. MesensefalonAtap dari mesensefalon terdiri dari empat bagian yang menonjol ke atas, dua di sebelah atas disebut korpus kuadrigeminus superior dan dua disebelah bawah disebut korpus kuadrigeminus inferior. Mesensefalon ini berfungsi sebagai pusat pergerakan mata, mengangkat kelopak mata, dan memutar mata. c. Pons varoliPons varoli merupakan bagian tengah batang otak dan arena itu memiliki jalur lintas naik dan turun seperti otak tengah. Selain itu terdapat banyak serabut yang berjalan menyilang menghubungkan kedua lobus cerebellum dan menghubungkan cerebellum dengan korteks serebri.d. Medula oblongata Medula oblongata merupakan bagian dari batang otak yang paling bawah yang menghubungkan pons varoli dengan medulla spinalis. Medulla oblongata memiliki fungsi yang sama dengan diensefalon.2.2.5 Cairan Serebrospinal Cairan serebrospinal adalah hasil sekresi plexus khoroid. Cairan ini bersifat alkali, bening mirip plasma dengan tekanannya 60-140 mm air. Sirkulasi cairan serebrospinal yaitu cairan ini disalurkan oleh plexus khoroid ke dalam ventrikel-ventrikel yang ada di dalam otak. Cairan itu masuk ke dalam kanalis sentralis sumsum tulang belakang dan juga ke dalam ruang subaraknoid melalui celah-celah yang terdapat pada ventrikel keempat. Setelah itu cairan ini dapat melintasi ruangan di atas seluruh permukaan otak dan sumsum tulang belakang hingga akhirnya kembali ke sirkulasi vena melalui granulasi araknoid pada sinus sagitalis superior. Oleh karena susunan ini maka bagian saraf otak dan sumsum tulang belakang yang sangat halus terletak diantara dua lapisan cairan. Dengan adanya kedua bantalan air ini maka sistem persarafan terlindungi dengan baik. Cairan serebrospinal ini berfungsi sebagai buffer, melindungi otak dan sumsum tulang belakang dan menghantarkan makanan ke jaringan sistem persarafan pusat.

2.3 PATOGENESIS TRAUMA KEPALALesi pada kepala dapat terjadi pada jaringan luar dan dalam rongga kepala. Lesi jaringan luar terjadi pada kulit kepala dan lesi bagian dalam terjadi pada tengkorak, pembuluh darah tengkorak maupun otak itu sendiri. Terjadinya benturan pada kepala dapat terjadi pada tiga jenis keadaan yaitu, kepala diam dibentur benda yang bergerak, kepala yang bergerak membentur benda yang diam, dan kepala yang tidak dapat bergerak karena bersandar pada benda yang lain dibentur oleh benda yang bergerak.Terjadinya lesi pada jaringan otak dan selaput otak pada trauma kapitis diterangkan oleh beberapa hipotesis yaitu getaran otak, deformasi otak, pergeseran otak dan rotasi otak.Dalam mekanisme trauma kapitis dapat terjadi peristiwa contre coup dan coup. Contre coup dan coup pada trauma kapitis dapat terjadi kapan saja pada orang orang yang mengalami percepatan pergerakan kepala. Trauma kapitis pada coup disebabkan hantaman otak bagian dalam pada sisi yang terkena sedangkan contre coup pada sisi yang berlawanan dengan daerah benturan. Berdasarkan patofisiologinya trauma kapitis dibagi menjadi trauma kapitis primer dan trauma kapitis sekunder. Trauma kapitis primer merupakan cedera yang terjadi saat atau bersamaan dengan kejadian cedera, dan ini merupakan suatu fenomena mekanik. Cedera ini umumnya menimbulkan lesi permanen. Tidak banyak yang bisa dilakukan kecuali membuat fungsi stabil, sehingga sel-sel yang sakit dapat menjalani proses penyembuhan yang optimal.Trauma kapitis sekunder merupakan proses lanjutan dari trauma kapitis primer dan lebih merupakan fenomena metabolik. Pada penderita trauma kapitis berat, pencegahan trauma kapitis sekunder dapat mempengaruhi tingkat kesembuhan penderita. Penyebab trauma kapitis sekunder antara lain penyebab sistemik ( hipotensi, hipoksemia, hipo/hiperkapnea, hipertermia, dan hiponatremia) dan penyebab intrakranial (tekanan intrakranial meningkat, hematoma, edema, pergeseran otak (brain shift), vasospasme, kejang, dan infeksi.2.4 JENIS TRAUMA KEPALALuka pada kulit dan tulang dapat menunjukkan lokasi dimana terjadi trauma. Cedera yang tampak pada kepala bagian luar terdiri dari dua, yaitu trauma kepala tertutup dan terbuka. Trauma kepala tertutup merupakan fragmen-fragmen tengkorak yang masih intak pada kepala setelah luka. Sedangkan trauma kepala terbuka merupakan trauma yang menyebabkan luka menembus sampai kepada duramater. Kemungkinan kecederaan atau trauma pada kepala adalah sebagai berikut : a) FrakturMenurut American Accreditation Health Care Commission, terdapat 4 jenis fraktur yaitu simple fracture, linear fracture, depressed fracture, compound fracture. Simple : retak pada tengkorak tanpa kecederaan pada kulit Linear or hairline: retak pada kranial yang berbentuk garis halus tanpa depresi, distorsi dan splintering. Depressed: retak pada kranial dengan depresi ke arah otak. Compound : retak atau kehilangan kulit dan splintering pada tengkorak. Selain retak terdapat juga hematoma subdural Terdapat jenis fraktur berdasarkan lokasi anatomis yaitu terjadinya retak atau kelainan pada bagian kranium. Fraktur basis kranii retak pada basis kranium. Hal ini memerlukan gaya yang lebih kuat dari fraktur linear pada kranium. Insidensi kasus ini sangat sedikit dan hanya pada 4% pasien yang mengalami trauma kepala berat. Terdapat tanda-tanda yang menunjukkan fraktur basis kranii yaitu rhinorrhea (cairan serobrospinal keluar dari rongga hidung) dan gejala raccoons eye (penumpukan darah pada orbital mata). Tulang pada foramen magnum bisa retak sehingga menyebabkan kerusakan saraf dan pembuluh darah. Fraktur basis kranii bisa terjadi pada fossa anterior, media dan posterior. b) Luka Memar (Contusio)Luka memar adalah apabila terjadi kerusakan jaringan subkutan, dimana pembuluh darah (kapiler) pecah sehingga darah meresap ke jaringan sekitarnya, kulit tidak rusak, menjadi bengkak dan berwarna merah kebiruan. Luka memar pada otak terjadi apabila otak menekan tengkorak. Kontusio yang besar dapat terlihat di CT scan atau MRI seperti luka besar. c) LaserasiLuka laserasi adalah luka robek tetapi disebabkan oleh benda tumpul atau runcing. Luka ini biasanya terjadi pada kulit yang ada tulang dibawahnya dan pada proses penyembuhan biasanya menimbulkan jaringan parutd) AbrasiLuka abrasi yaitu luka yang tidak begitu dalam, hanya superfisial. Luka ini bisa mengenai sebagian atau seluruh kulit dan tidak sampai di subcutis.e) AvulsiLuka avulsi yaitu apabila kulit dan jaringan bawah kulit terkelupas, tetapi sebagian masih berhubungan dengan tulang kranial. 2.5 GEJALA KLINIS PADA TRAUMA KEPALA Gejala klinis trauma kepala adalah seperti berikut: 2.5.1. Tanda-tanda klinis yang dapat membantu mendiagnosa adalah: a. Battle sign (warna biru atau ekhimosis dibelakang telinga di atas os mastoid) b. Hemotipanum (perdarahan di daerah menbran timpani telinga) c. Periorbital ecchymosis (mata warna hitam tanpa trauma langsung) d. Rhinorrhoe (cairan serobrospinal keluar dari hidung) e. Otorrhoe (cairan serobrospinal keluar dari telinga) 2.5.2. Tanda-tanda atau gejala klinis untuk yang trauma kepala ringan; a. Kesadaran yang menurun selama beberapa saat kemudian sembuh. b. Sakit kepala yang menetap atau berkepanjangan. c. Mual atau dan muntah. d. Gangguan tidur dan nafsu makan yang menurun. e. Perubahan keperibadian diri. f. Letargik. 2.5.3. Tanda-tanda atau gejala klinis untuk yang trauma kepala berat; a. Simptom atau tanda-tanda cardinal yang menunjukkan peningkatan di otak menurun atau meningkat. b. Perubahan ukuran pupil (anisokoria). c. Trias Cushing (denyut jantung menurun, hipertensi, depresi pernafasan).d. Apabila meningkatnya tekanan intrakranial, terdapat pergerakan atau posisi abnormal ekstrimitas. 2.6 TINGKAT KEPARAHAN TRAUMA KEPALAGlasgow Coma Scale adalah nilai (skor) yang diberikan pada pasien trauma kapitis, gangguan kesadaran dinilai secara kuantitatif pada setiap tingkat kesadaran. Bagian-bagian yang dinilai adalah:1. Proses membuka mata (Eye Opening) 2. Reaksi bicara (Best Verbal Response)3. Reaksi gerak motorik ekstrimitas (Best Motor Response) Pemeriksaan tingkat keparahan trauma kapitis disimpulkan dalam suatu tabel Glasgow Coma Scale (GCS).

Gambar 3: Glasgow Coma Scale

Berdasarkan Glasgow Coma Scale, trauma kapitis dibagi atas:1. Trauma Kapitis RinganTrauma kapitis ringan adalah trauma kepala dengan GCS 14-15 dimana tidak dijumpai keadaan hilangnya kesadaran, pasien dapat mengeluh pusing dan nyeri kepala, pasien dapat menderita abrasi, laserasi, atau hematoma kulit kepala serta tidak adanya kriteria cedera sedang-berat.

2. Trauma Kapitis Sedang Trauma kapitis sedang adalah trauma kepala dengan GCS 9-13. Pasien mungkin bingung atau somnolen namun tetap mampu untuk mengikuti perintah sederhana. Dapat dijumpai konkusi, amnesia pasca-trauma, muntah, kejang serta tanda kemungkinan fraktur kranium (Battle sign, mata rabun, hemotimpanum, otorea, atau rinorea cairan serebrospinal).3.Trauma Kapitis BeratTrauma kapitis berat adalah trauma kepala dengan GCS 3-8 dimana terdapat penurunan derajat kesadaran secara progresif (koma). Pada keadaan ini dapat dijumpai tanda neurologis fokal, serta trauma kapitis penetrasi atau teraba fraktur depresi kranium. Hampir 100% trauma kapitis berat dan 66% trauma kapitis sedang menyebabkan cacat yang permanen. Pada trauma kapitis berat terjadinya cedera otak primer seringkali disertai cedera otak sekunder apabila proses patofisiologi sekunder yang menyertai tidak segera dicegah dan dihentikan.2.7 CT SCAN PADA TRAUMA KEPALAPada pasien dengan trauma kepala, dari studi retrospektif direkomendasikan dua standar yang dipakai apakah pasien perlu atau tidak untuk CT scan kepala yaitu New Orleans Criteria dan The Candian CT Rule.

Gambar 4: CT Scan kepala normalCT-Scan adalah suatu alat foto yang membuat foto suatu objek dalam sudut 360 derajat melalui bidang datar dalam jumlah yang tidak terbatas. Bayangan foto akan direkonstruksi oleh komputer sehingga objek foto akan tampak secara menyeluruh (luar dan dalam). Foto CT-Scan akan tampak sebagai penampang-penampang melintang dari objeknya. Dengan CT-Scan isi kepala secara anatomis akan tampak dengan jelas. Pada trauma kapitis, fraktur, perdarahan dan edema akan tampak dengan jelas baik bentuk maupun ukurannya.

Gambar 5: Gambaran CT Scan Pada Trauma Kepala2.7.1 Indikasi CT Scan Indikasi CT scan ada 2 yaitu menurut New Orleans Criteria dan The Canadian CT Rule:1. Menurut New Orleans Criteriaa) Sakit Kepalab) Muntahc) Umur lebih dari 60 tahund) Adanya intoksikasi alkohole) Amnesia retrogradef) Kejangg) Adanya cedera di area clavicula superior2. Menurut The Canadian CT Rulea) GCS kurang dari 15 setelah 2 jam kejadianb) Adanya dugaan open / depressed fracturec) Bukti fisik adanya fraktur di basal skulld) Umur lebih dari 65 tahune) Lebih dari dua kali muntahUntuk membandingkan spesifisitas dari New Orleans Criteria dan The Canadian CT Rule, maka penelitian yang dilakukan pada tahun 2005 menyimpulkan bahwa The Canadian CT Rule mempunyai spesifisitas yang lebih tinggi untuk menilai outcome dari pasien.2.7.2 Keunggulan CT Scan Pada Trauma Kepalaa) Pemeriksaan yang cepat dan mudahb) Tidak invasifc) Dapat mengidentifikasi dan melokalisir fraktur dan fragmennya pada tulang kepalad) Dapat menunjukkan adanya perdarahan extrakranial dan intrakranial serta menghitung volumenya2.7.3 Kerugian CT Scan Pada Trauma Kepalaa) Pemeriksaan relatif mahalb) Radiasi yang tinggic) Tidak semua center kesehatan mempunyai alat CT Scan2.8 PERARAHAN INTRAKRANIALPerdarahan intrakranial adalah penimbunan darah di dalam otak atau diantara otak dengan tulang tengkorak. Hematoma intrakranial bisa terjadi karena trauma atau stroke. Perdarahan karena trauma biasanya terbentuk di dalam pembungkus otak sebelah luar (hematoma subdural) atau diantara pembungkus otak sebelah luar dengan tengkorak (hematoma epidural).Pada perdarahan intrakranial bisa terjadi penurunan kesadaran sampai koma, kelumpuhan pada salah satu atau kedua sisi tubuh, gangguan pernapasan atau gangguan jantung, atau bahkan kematian. Bisa juga terjadi kebingungan dan hilang ingatan, terutama pada usia lanjut.

Gambar 6: Hematoma Pada Otak2.8.1 Perdarahan Epidural / Epidural Hematoma (EDH)Hematoma epidural didefinisikan sebagai perdarahan ke dalam ruang antara duramater akibat robeknya middle meningeal artery, yang tidak dapat dipisahkan dari periosteum tengkorak dan tulang yang berdekatan. Hematoma epidural dapat terjadi secara intra kranial atau intra spinal dan dapat menyebabkan morbiditas yang signifikan secara klinis dan/atau kematian jika tidak di diagnosis dan di tatalaksana sesegera mungkin. Pada kenyataannya, hematoma epidural, dianggap sebagai kasus darurat bedah saraf.Gejala klinisnya dapat berupa kesadaran menurun, anisokoria dan mungkin terjadi hemiparese kontralateral. Perdarahan yang akut tampak hiperdens, subakut tampak isodens, dan yang kronis tampak hipodens.

Gambar 7: Epidural HematomaHematoma epidural biasanya dapat dibedakan dari hematoma subdural dengan bentuk bikonveks dibandingkan dengan crescent-shape dari hematoma subdural. Selain itu, tidak seperti hematoma subdural, hematoma epidural biasanya tidak melewati sutura.

Gambar 8: Epidural Hematoma

Hematoma epidural sangat sulit dibedakan dengan hematoma subdural jika ukurannya kecil. Dengan bentuk bikonveks yang khas, elips, penampilan tomografi komputer hematoma epidural tergantung pada sumber perdarahan, waktu berlalu sejak cedera, dan tingkat keparahan perdarahan. 2.8.2 Perdarahan Subdural / Subdural Hematoma (SDH)Perdarahan subdural adalah perdarahan yang terjadi antara duramater dan araknoid membran yang biasanya meliputi perdarahan vena. Gambaran CT tampak sebagai bentuk bulan sabit mengikuti kontur dari cranium bagian dalam. Densitas pada CT tergantung kronisitas dari SDH yang terjadi sehingga perdarahan akut tampak hiperdens, subakut tampak isodens, dan kronis tampak hipodens.

Gambar 9: Subdural Hematoma Akut dengan Peningkatan TIKHematoma subdural adalah 1 dari 3 jenis pendarahan intrakranial ekstra-aksial dan biasanya terjadi sebagai akibat trauma. Cedera deselerasi sering menjadi penyebab dari perdarahan subdural yang disebabkan pecah pembuluh darah vena. Kemungkinan lain, seperti kekerasan pada anak dan dekompresi ventrikel juga dapat mengakibatkan perdarahan subdural. Pendarahan spontan dapat terjadi pada pasien yang menerima antikoagulan atau pasien dengan kondisi koagulopati. Kompresi dari sinus dural tidak secara langsung menyebabkan hematoma subdural, meskipun kompresi dapat mengakibatkan infark vena.Beberapa hematoma subdural tidak menimbulkan gejala klinis, sementara yang lain menimbulkan gejala sebagai akibat dari efek massa di otak. Beberapa hematoma dapat tumbuh cukup besar untuk menyebabkan herniasi jaringan otak. Sebelum tomografi komputer dan teknologi pencitraan magnetik (MRI), hematoma subdural didiagnosis hanya berdasarkan efek massa, yang digambarkan sebagai perpindahan dari pembuluh darah pada angiogram atau sebagai kalsifikasi kelenjar hipofisis pada radiografi tengkorak. Munculnya tomografi komputer dan pencitraan resonansi magnetik telah membuat diagnosis rutin bahkan pada perdarahan kecil.

Gambar 10: Subdural HematomaPada fase akut, hematoma subdural muncul berbentuk bulan sabit, ketika cukup besar, hematoma subdural menyebabkan pergeseran garis tengah. Pergeseran dari gray matter-white matter junction merupakan tanda penting yang menunjukkan adanya lesi. Meskipun sering diberikan di masa lalu untuk membantu mendeteksi perpindahan pembuluh kortikal, media kontras tidak diperlukan dengan kemampuan scanner saat ini.Dalam kasus yang jarang, hematoma subdural kronis dapat mengeras dan menghasilkan penampilan yang tidak biasa yang bisa disalah artikan sebagai sebuah massa kalsifikasi. Tidak seperti hematoma epidural, hematoma subdural tidak dibatasi oleh penarikan dural pada sutura, mereka bisa menyeberang garis sutura dan terus sepanjang falx dan tentorium. Namun, mereka tidak melewati garis tengah karena refleksi meningeal.

Gambar 11: Subdural Hematoma KronikJika ditemukan hematoma subdural pada tomografi komputer, penting untuk memeriksa adanya cedera terkait lainnya, seperti patah tulang tengkorak kontusio intraparenkimal, dan darah pada subaraknoid. Adanya cedera parenkim pada pasien dengan hematoma subdural adalah faktor yang paling penting dalam memprediksi hasil klinis mereka. 2.8.3 Perdarahan Subarachnoid / Subarachnoid Hemorrhage (SAH)Terjadi karena keluarnya darah ke subarachnoid space. Penyebab utama SAH adalah trauma, selain itu bisa juga karena rupturnya saccular aneurysm dan arteriovenous malformation.Perdarahan subaraknoid (SAH) terlihat mengisi ruangan subaraknoid yang biasanya terlihat gelap dan terisi CSF di sekitar otak. Rongga subaraknoid yang biasanya hitam mungkin tampak putih di perdarahan akut. Temuan ini paling jelas terlihat dalam rongga subaraknoid yang besar. Gambaran CT menunjukkan gambaran hiperdens yang ada di subarachnoid space.

Gambar 12: Perdarahan SubarachnoidSebagai tambahan dalam mendeteksi SAH, tomografi komputer berguna untuk melokalisir sumber perdarahan. Hal ini sangat penting dalam kasus-kasus aneurisma intrakranial ganda, yang terjadi pada 20% pasien.

Gambar 13: Perdarahan SubarachnoidLokalisasi SAH pada Tomografi komputer berkorelasi dengan lokasi dari pecahnya aneurisma. Kehadiran darah dalam celah interhemisfer anterior atau lobus frontal yang berdekatan menunjukkan pecahnya aneurisma arteri anterior. Bekuan fisura Sylvian berkorelasi dengan aneurisma arteri serebral tengah ipsilateral. Jika darah terdapat di fossa posterior, hal ini menunjukkan perdarahan dari aneurisma sirkulasi posterior. 2.8.4 Perdarahan IntraventrikularPerdarahan intraventrikular merupakan penumpukan darah pada ventrikel otak. Perdarahan intraventrikular ini hampir selalu timbul apabila terjadi perdarahan intraserebral.

Gambar 14: Perdarahan Intraventrikular

2.8.5 Perdarahan IntraserebralPerdarahan intraserebral merupakan penumpukan darah pada jaringan otak. Perdarahan dalam korteks serebri berasal dari arteri kortikal dan terbanyak pada lobus temporalis. Jika penderita dengan perdarahan intraserebral luput dari kematian, maka perdarahannya akan direorganisasi dengan pembentukan gliosis dan kavitasi. Keadaan ini dapat menimbulkan manifestasi neurologik sesuai dengan fungsi bagian otak yang terkena.

Gambar 15: Perdarahan IntraserebralPerdarahan intraserebral biasanya disebabkan oleh trauma terhadap pembuluh darah, timbul hematoma intraparenkim dalam waktu -6 jam setelah terjadinya trauma. Hematoma ini bisa timbul pada area kontralateral trauma. Pada tomografi komputer sesudah beberapa jam akan tampak daerah hematoma (hiperdens), dengan tepi yang tidak rata.

Gambar 16: Perdarah Intraserebral2.8.6 Fraktur Basis KraniiFraktur basis kranii merupakan fraktur akibat benturan langsung pada daerah dasar tulang tengkorak (oksiput, mastoid, supraorbita), transmisi energi yang berasal dari benturan pada wajah atau mandibula, atau efek remote dari benturan pada kepala. Rudapaksa akibat fraktur maksilofasial, rudapaksa dari arah lateral cranial dan dari arah kubah cranial, atau karena beban inersia dari kepala dapat menyebabkan fraktur basis kranii.

Gambar 2.12 Fraktur Basis KraniiBAB 3KESIMPULAN1. Trauma kepala adalah trauma non-degeneratif dan non-kongenital yang terjadi akibat rudapaksa mekanis eksternal yang mencederai kepala yang memungkinan akibat seperti gangguan kognitif, fisik, dan psikososial baik sementara atau permanen yang berhubungan dengan berkurang atau berubahnya derajat kesadaran.2. Berdasarkan Glasgow Coma Scale, trauma kapitis dibagi atas trauma kapitis ringan (GCS 14-15), sedang (GCS 9-13) dan berat (GCS 3-8).3. Trauma kepala dapat menyebabkan berbagai macam kelainan patologis baik extrakranial maupun intrakranial antara lain fraktur, hematoma intrakranial dan ekstrakranial.4. Trauma kapitis dapat menimbulkan perdarahan intrakranial berupa perdarahan epidural, perdarahan subdural, perdarahan intraventrikular dan perdarahan intraserebral.5. Diagnosa trauma kepala ditegakkan melalui anamnesa, pemeriksaan klinis yang cermat dan pemeriksaan penunjang, salah satu yang terakurat untuk mendapatkan diagnosa dini yang tepat serta prognosa yang baik adalah dengan CT scan.

DAFTAR PUSTAKA1. Advanced Trauma Life Support fo Doctors. Ikatan Ahli Bedah Indonesia. Komisi2. American College of Surgeon Committee on Trauma. Cedera Kepala. Dalam : trauma IKABI, 2004.3. Brain Injury Association of America. Types of Brain Injury. Http://www.biausa.org4. Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan. Cedera Kepala. Jakarta : Deltacitra, Grafindo, 20055. Findlaw Medical Demonstrative Evidence. Closed head traumatic brain injury. Http://findlaw.doereport.com 6. Palmers, pes et al. 1990. Petunjuk Membaca Foto Untuk Dokter Umum. Jakarta: EGC7. PERDOSSI cabang Pekanbaru. Simposium trauma kranio-serebral tanggal3 November 2007. Pekanbaru.8. Rasad S, dkk. 1995. Radiologi Diagnostik Edisi ke 3. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.9. Saanin S. Cedera Kepala. Http://www.angelfire.com/nc/neurosurgery.

28