89975913-morbili

30
Seorang anak umur 4 tahun dengan demam 5 hari BAB I PENDAHULUAN Morbili adalah penyakit virus akut, menular yang ditandai dengan 3 stadium, yaitu stadium prodormal (kataral), stadium erupsi, dan stadium konvalisensi, yang dimanifestasikan dengan demam, konjungtivitis, dan bercak koplik. Penyebabnya adalah virus morbili yang berupa virus RNA yang termasuk famili Paramiksoviridae, genus Morbilivirus. Cara penularannya adalah dengan droplet infeksi. Biasanya penyakit ini timbul pada masa anak dan kemudian menyebabkan kekebalan seumur hidup. Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang pernah menderita morbili akan mendapat kekebalan secara pasif melalui plasenta. Sampai umur 4-6 bulan dan setelah umur tersebut kekebalan akan berkurang sehingga si bayi dapat menderita morbili. Bila seorang wanita menderita morbili ketika ia hamil 1 atau 2 bulan, maka 50% kemungkinan akan mengalami abortus, bila ia menderita morbili pada trimester I, II, atau III maka ia akan mungkin melahirkan seorang anak dengan kelainan bawaan atau lahir mati atau anak yang kemudian meninggal sebelum usia 1 tahun. 1 1

Upload: norman-ahmad-riyandi

Post on 17-Feb-2015

23 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: 89975913-MORBILI

Seorang anak umur 4 tahun dengan demam 5 hari

BAB I

PENDAHULUAN

Morbili adalah penyakit virus akut, menular yang ditandai dengan 3 stadium,

yaitu stadium prodormal (kataral), stadium erupsi, dan stadium konvalisensi, yang

dimanifestasikan dengan demam, konjungtivitis, dan bercak koplik.

Penyebabnya adalah virus morbili yang berupa virus RNA yang termasuk

famili Paramiksoviridae, genus Morbilivirus. Cara penularannya adalah dengan

droplet infeksi.

Biasanya penyakit ini timbul pada masa anak dan kemudian menyebabkan

kekebalan seumur hidup. Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang pernah menderita

morbili akan mendapat kekebalan secara pasif melalui plasenta. Sampai umur 4-6

bulan dan setelah umur tersebut kekebalan akan berkurang sehingga si bayi dapat

menderita morbili. Bila seorang wanita menderita morbili ketika ia hamil 1 atau 2

bulan, maka 50% kemungkinan akan mengalami abortus, bila ia menderita morbili

pada trimester I, II, atau III maka ia akan mungkin melahirkan seorang anak dengan

kelainan bawaan atau lahir mati atau anak yang kemudian meninggal sebelum usia 1

tahun.1

1

Page 2: 89975913-MORBILI

BAB II

LAPORAN KASUS

Seorang anak berusia 4 tahun diantar ibunya yang berusia 22 tahun ke RS

Pendidikan Trisakti dengan keluhan demam selama 5 hari. Keluhan lainnya batuk,

pilek, nafsu makan berkurang, mata merah, dan badan terasa lemah.

Anamnesis lebih lanjut yang dilakukan oleh mahasiswa Trisakti yang

bertugas adalah sebagai berikut:

5 hari yang lalu anak mulai demam, timbul mendadak, naik turun, waktu malam

demam lebih tinggi disertai batuk pilek. Batuknya kering tidak berdahak, dan

tenggorokannya terasa sakit. Pilek disertai lendir encer, bening, tidak berdarah. Pada

hari berikutnya mata mulai berwarna merah disertai banyak keluar air mata. Pasien

kemudian muntah 2 kali berisi makanan, jumlahnya tidak banyak, dan tidak berdarah.

Makan dan minum berkurang dan di dalam mulut terdapat sariawan.

Pada hari kedua pasien dikompres dengan air hangat, tetapi demam tidak berkurang.

Pasien kemudian dibawa berobat ke Puskesmas, mendapat obat penurun panas, dan

obat batuk. Setelah minum obat penurun panas, panas turun tetapi kemudian naik lagi.

Mulai hari keempat timbul bercak merah di leher dan orangtua khawatir maka esok

harinya dibawa berobat ke RS Pendidikan Trisakti.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan bahwa anak tampak sakit sedang,

kesadaran compos mentis, gizi kurang, anemia (-), ikterus (-), sianosis (-), dispnoe

(+).

Tanda vital: Suhu 38oC, nadi 120x/m teratur, isi tegangan cukup, tekanan darah

110/70mmHg, RR 36x/m teratur, tipe abdominothorakal, dan dangkal.

Data antropometri: BB 13.2 kg, TB 98 cm, LK 49 cm, LLA 15 cm.

Kepala: normosefal, rambut hitam tidak mudah dicabut.

Mata: berair (+), agak cekung (+), anemia (-), strabismus (-), nystagmus (-), reflex

cahaya langsung/tidak langsung +/+

Hidung: sianosis (-), sekret bening (+), nafas cuping hidung (+)

Telinga: sekret (-), nyeri tekan/tarik (-)

Bibir: kering, sianosis (-), fisura (-)

Mulut: mukosa bukalis ulkus kecil, faring hiperemis, tonsil tenang, lidah tidak kotor

2

Page 3: 89975913-MORBILI

Jantung: bunyi jantung 1 dan 2 murni, murmur (-)

Toraks: simetris kanan kiri, retraksi subcosta (+), perkusi pekak, suara nafas

bronchovesikuler, dan ronchi basah halus di paru kanan dan kiri.

Abdomen: datar, nyeri tekan (-), shifting dullness (-), hati dan limpa tidak teraba,

bising usus terdengar biasa.

Kulit: bercak makulopapula (+) di seluruh tubuh, petechiae (-), ulkus (-)

Pemeriksaan laboratorium:

Hb: 12.2 g/dL

Ht: 36%

Lekosit: 4100/µl

Gula darah sewaktu: 108 mg/Dl

Elektrolit darah: Na 142 mmol/L, K 3.5 mmol/L, Cl 108 mmol/L

Pemeriksaan penunjang:

Radiografi paru: terdapat bercak infiltrat di paru kanan dan kiri

3

Page 4: 89975913-MORBILI

BAB III

PEMBAHASAN

A. Patofisiologi Masalah dan Hipotesis

Keluhan utama yang terjadi pada pasien ini yaitu demam selama 5 hari. Juga

disertai keluhan tambahan lainnya seperti batuk, pilek, nafsu makan yang berkurang,

mata merah dan badan lemah.

Demam, nafsu makan yang berkurang dan badan yang lemah merupakan

beberapa gejala yang tidak spesifik dari suatu penyakit. Gejala ini merupakan suatu

reaksi tubuh akibat adanya reaksi inflamasi yang menghasilkan endogen pirogen dan

berpengaruh terhadap hipotalamus. Lalu mengapa dapat terjadi reaksi inflamasi ini?

Hal yang paling sering terjadi ialah karena adanya infeksi oleh bakteri maupun virus.

Batuk dan pilek. Merupakan suatu gejala yang terdapat pada traktus

respiratorius. Batuk sebenarnya merupakan reflek fisiologis yang terjadi untuk

mengeluarkan benda asing yang berada pada traktus respiratorius, begitu pula halnya

dengan pilek yang merupakan suatu keadaan dimana pengeluaran sekret pada lubang

hidung agak berlebih. Hal ini menjadi patologis, bila batuk dan pilek ini berlangsung

lama dan mengalami perubahan, baik secara frekuensi maupun konsistensi. Yang

perlu dipikirkan pada hipotesis ini ialah, apakah batuk dan flu yang terjadi pasien ini

merupakan suatu penyakit yang berdiri sendiri yang tidak berhubungan dengan

adanya panas atau merupakn suatu perjalanan penyakit yang bersamaan dengan

demam. Begitu pula halnya dengan mata merah yang terjadi pada pasien ini.

Maka hipotesis dari kasus ini ialah demam berdarah, demam typhoid, infeksi

saluran pernafasan atas, dan infeksi virus maupun bakteri yang lainnya.

B. Anamnesis dan Interpretasi

Sebelumnya, identifikasi dari pasien sebaiknya dilengkapi, seperti agama,

pekerjaan, suku bangsa dan alamat tempat tinggal. Hal ini perlu dilakukan, karena

dapat dijadikan suatu bahan observasi yang dapat mengeliminasi ataupun memperkuat

dari hipotesis yang telah dibuat. Adapun anamnesis yang dibutuhkan, untuk

mempermudah, dapat dibagi menjadi beberapa topik utama, yaitu riwayat penyakit

sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga, riwayat sosial

ekonomi.

4

Page 5: 89975913-MORBILI

Riwayat penyakit sekarang perlu digali dengan tujuan untuk mengetahui

secara rinci perjalanan dari keluhan utama tersebut. Hal yang perlu ditanyakan

mengenai:

Demam: sifat demam yang suhunya naik turun (remiten atau intermiten) atau

demam dengan suhu yang terus tinggi (kontinua)

Batuk: berdahak atau tidak? Jika iya, apakah dahaknya berwarna atau tidak?

Tidak nafsu makan dan kurang minum: Apakah pasien merasa lemas?

(ditakutkan terjadi dehidrasi)

Mata merah: apakah ada rasa nyeri pada mata?

Riwayat imunisasi perlu ditanyakan, apakah anak ini telah divaksinasi MMR

atau belum.

Riwayat sosial ekonomi termasuk mengenai lingkungan tempat tinggal perlu

ditanyakan sebagai dasar pertimbangan atas tatalaksana/terapi yang akan dilakukan,

sehingga dapat dicapai hasil yang optimal dan sebagai dasar pertimbangan atas

penyakit yang timbul karena masalah keadaan lingkungan, seperti bila ternyata pada

lingkungan tersebut juga terdapat orang-orang yang menderita penyakit dengan gejala

yang sama sehingga dapat menular.

Hasil anamnesis sebagai berikut:

5 hari yang lalu anak mulai demam, timbul mendadak, naik turun, waktu malam

demam lebih tinggi disertai batuk pilek. Batuknya kering tidak berdahak, dan

tenggorokannya terasa sakit. Pilek disertai lendir encer, bening, tidak berdarah.

Pada hari berikutnya mata mulai berwarna merah disertai banyak keluar air mata.

Pasien kemudian muntah 2 kali berisi makanan, jumlahnya tidak banyak, dan tidak

berdarah.

Makan dan minum berkurang dan di dalam mulut terdapat sariawan.

Pada hari kedua pasien dikompres dengan air hangat, tetapi demam tidak berkurang.

Pasien kemudian dibawa berobat ke Puskesmas, mendapat obat penurun panas, dan

obat batuk. Setelah minum obat penurun panas, panas turun tetapi kemudian naik

5

Page 6: 89975913-MORBILI

lagi. Mulai hari keempat timbul bercak merah di leher dan orangtua khawatir maka

esok harinya dibawa berobat ke RS Pendidikan Trisakti.

Dari hasil anamnesis diatas, kelompok kami menginterpretasikan demam yang

sudah 5 hari, timbul mendadak, dan polanya yang naik turun sebagai gejala

dari infeksi virus. Pilek yang disertai lendir encer dan bening kami simpulkan

akibat infeksi virus juga. Anak ini juga mengalami muntah sebanyak 2x dan

masih berisi makanan yang belum tercerna, sehingga anak ini menjadi lemah.

Sariawan pada anak ini, kami curigai sebagai sariawan biasa atau bisa juga

adanya bercak yang spesifik pada penyakit tertentu seperti koplik’s spot pada

morbili. Pada kulit anak ini juga ditemukan bercak merah di leher, mata merah

dan keluar banyak air mata. Untuk menegakkan diagnosis, kelompok kami

harus melakukan pemeriksaan lanjutan baik fisik, lab, maupun penunjang

untuk lebih memperjelas penyakit, karena dari hasil anamnesis belum cukup

untuk mengarah kepada suatu penyakit.

C. Pemeriksaan Fisik dan Interpretasi

Pada pemeriksaan fisik didapatkan bahwa pasien tampak sakit sedang,

kesadaran compos mentis, gizi kurang, anemia (-), ikterus (-), sianosis (-) dan

dispnoe (+) yang menandakan pasien mengalami sesak napas.

Tanda vital : Suhu 38oC menandakan subfebris (normal : 36oC-

37,5oC). Nadi 120x/menit teratur yang menandakan takikardi, dimana

untuk usia 4 tahun nadi normal adalah 70-110x/menit. Isi tegangan

cukup, tekanan darah 110/70 mmHg menandakan tekanan darah yang

rendah dimana nilai normal tekanan darah pada usia 1-5 tahun adalah 95/65 mmHg, tekanan darah yang rendah pada pasien ini merupakan

suatu kompensasi terhadap takikardi yang dialami pasien.

Respiratory Rate 36x/menit teratur, menandakan takipnoe.

Respiratory rate normal untuk usia 3-4 tahun adalah 20-30x/menit.

Data antropometri : BB 13,2kg dan TB 98cm, indeks masa tubuh

pada pasien ini tidak dapat kami ukur karena pada identitas pasien

tidak dijelaskan jenis kelamin pasien tersebut, namun diperkirakan

6

Page 7: 89975913-MORBILI

pasien ini mengalami underweight. Lingkar kepala pasien 49cm dan

lingkar lengan atas pasien 15 cm dapat dikatakan normal.

Kepala pasien normosefal, rambut hitam tidak mudah tercabut.

Mata berair (+) menunjukkan konjungtivitis, agak cekung (+),

anemia (-), strabismus (-), nystagmus (-) dan refleks cahaya langsung

dan tidak langsung (+).

Hidung sianosis (-), sekret (+) bening menandakan penyebabnya

merupakan infeksi virus, napas cuping hidung (+) menandakan

pasien mengalami sesak napas yang mungkin disebabkan oleh sekret

bening pada hidung atau saluran pernapasan.

Telinga sekret (-), nyeri tekan atau tarik (-).

Bibir kering (+), sianosis (-), fisura (-), pada mukosa bukalis

terdapat ulkus kecil (+), ulkus ini disebut koplik spot yang merupakan

patognomonik dari penyakit campak. Faring hiperemis menandakan

infeksi akut, tonsil tenang dan lidah tidak kotor (dapat menyingkirkan

kemungkinan demam typhoid).

Bunyi jantung 1 dan 2 murni, murmur (-), toraks simetris kanan dan

kiri, retraksi subcosta (+) karena pasien mengalami sesak napas.

Perkusi pekak, suara napas bronkovesikuler, ronchi basah halus di

paru kanan dan kiri yang bisa terjadi karena sudah terdapat

komplikasi berupa infeksi sekunder yaitu bronkopneumoni pada

pasien.

Abdomen datar, nyeri tekan (-), shifting dullness (-), hati dan limpa

tidak teraba, bising usus terdengar biasa.

Kulit tampak bercak makulopapula (+) diseluh tubuh, petechiae (-)

dan ulcus (-).2

D. Pemeriksaan Laboratorium, Penunjang dan Interpretasinya

Laboratorium

7

Page 8: 89975913-MORBILI

Pemeriksaan Hasil PasienKadar Normal

AnakInterpretasi

Hb 12,2 g/dL 10-16 g/dL Normal

Ht 36% 33-38% Normal

Leukosit 4100/µl 9000-12000/µl Leukopeni

(infeksi virus)

Trombosit 212.000/µl 200.000-

400.000/µl

Normal

Gula Darah

Sewaktu

108 mg/dL 60-100mg/dL Hiperglikemi

Elektrolit Darah Na : 142 mmol/L Na : 142 mmol/L Normal, tidak

terjadi dehidrasiK : 3,5 mmol/L K : 3,5 mmol/L

Cl : 108 mmol/L Cl : 108 mmol/L

Radiografi Paru

Terdapat bercak infiltrat di paru kanan dan kiri, yang merupakan tanda dari

komplikasi campak yaitu bronkopneumonia, dimana pada pasien ini juga

terdapat peningkatan frekuensi napas dan ronki basah halus yang merupakan

gejala klinis dari bronkopneumonia. 3

E. Diagnosis

Setelah kelompok kami berdiskusi lebih lanjut, kami akhirnya menegakkan

diagnosis atas kasus ini yaitu morbili dengan komplikasi

bronkopneumonia, atas dasar gejala klinis, terutama patognomonik pada

pasien ini seperti adanya konjungtivitis dan ulkus kecil pada mulut di daerah

mukosa bukalis yang kami curigai sebagai koplik’s spot. Berdasarkan

pemeriksaan laboratorium, kami juga menemukan adanya leukopenia pada

8

Page 9: 89975913-MORBILI

pasien ini yang merupakan salah satu penanda dari infeksi virus. Terdapat

bercak infiltrat di paru kanan dan kiri, yang merupakan tanda dari komplikasi

campak yaitu bronkopneumonia, dimana pada pasien ini juga terdapat

peningkatan frekuensi napas dan ronki basah halus yang merupakan gejala

klinis dari bronkopneumonia.4

Diagnosis Banding

1. Rubella (Campak jerman)

Gejala yang sangat mirip dengan morbili juga etiologinya yang sama-sama

infeksi virus membuat Rubella sebagai diagnosis banding pada kasus ini.

Patognomonik pada rubella yaitu adanya Forchheimer spot yang mirip dengan

Koplik spot namun letaknya ada di palatum durum dan molle.

2. Demam Berdarah Dengue

Dilihat dari gejala klinis seperti demamnya yang sudah 5 hari dan

pemeriksaan laboratorium pasien ini dicurigai terkena DBD, namun tidak

ditemukan ptekie melainkan makulopapula yang tidak ditemukan pada DBD.

3. Demam tifoid

Demam yang sudah 5 hari dan pemeriksaan laboratorium darah yang

menunjukkan leukopenia merupakan tanda dari demam tifoid. Namun, pada

kasus ini tidak ditemukan kelainan pada saluran pencernaan yang merupakan

gejala dari demam tifoid melainkan ditemukan kelainan pada saluran

pernapasannya.

4. ISPA

Didapatkannya gejala seperti sesak, pilek, dan demam memungkinkan ISPA

kami jadikan salah satu diagnosis banding. Namun pada ISPA tidak ditemukan

bercak makulopapular pada kulit. Bisa jadi gejala ISPA pada kasus ini terjadi

karena infeksi sekunder.

F. Patofisiologi kasus

Virus masuk ke dalam tubuh melalui saluran pernafasan dan menginvansi epitel

dari saluran pernafasan tersebut. Kemudian ketika virus tersebut sampai menembus

kapiler, maka akan ikut terbawa bersama aliran darah menuju RES. Dan di RES inilah

virus akan menginfeksi atau bereaksi dengan sel-sel pertahanan tubuh (sel darah

putih) sehingga akan timbul gejala infeksi pada kulit, saluan pernafasan maupun

9

Page 10: 89975913-MORBILI

organ lain. Demam terjadi akibat adanya reaksi antara virus dan sel darah putih yang

terinfeksi tersebut yang bertujuan untuk mengeliminasi virus dari dalam darah, yang

dari reaksi tersebut akan dikeluarkan berbagai sitokin dan endogen pirogen (seperti

prostaglandin dan asam arakhidonat) yang kana menaikkan termostat tubuh.

Sel yang terinfeksi tersebut akan terlihat sebagai “multinucleated giant cells with

with inclusion bodies in the nucleus and cytoplasm” yang dikenal dengan nama sel

Warthin-Finkeldey.1 Sel-sel ini ditemukan di saluran pernafasan dan juga jaringan

limfoid yang merupakan patognomonik untuk campak.

Reaksi imunitas yang terhadap virus yang terjadi pada sel endotel di kapiler

superfisial (dermal cappilaries) berperan besar terhadap timbulnya Koplik’s spot dan

ruam di kulit.1

Invansi langsung terhadap sel limfosit T dan meningkatnya kadar suppresive

cytokines (seperti interleukin-4) akan menimbulkan depresi terhadap imunitas selullar

yang terjadi hanya sementara dan mengiringi penyakit ini. Infeksi pada saluran akan

menimbulkan batuk dan coryza. Dan bila terjadi kerusakan secara menyeluruh pada

saluran pernafasan, dan hilangnya cilia, merupakan faktor predisposisi terjadinya

infeksi sekunder karena bakteri, seperti pneumonia dan otitis media.5

G. Penatalaksanaan

1. Medikamentosa

• Untuk pengobatan yang bersifat simptomatik dapat di berikan

antipiretik seperti parasetamol 10 mg/kg BB.

• Antitusif, ekspektoran dan antikovulsan dapat diberikan bila perlu.

• Antivirus seperti ribavirin dapat juga diberikan bila perlu.

• Untuk bronkopneumonia dapat di berikan antibiotik standard karena

belum diketahui penyebab pastinya, seperti ampisilin 100

mg/kgBB/hari dalam 4 dosis intravena dikombinasikan dengan

kloramfenikol 75 mg/kgBB/hari intravena dalam 4 dosis, sampai gejala

sesak berkurang dan pasien dapat minum obat per-oral. Antibiotic

diberikan sampai tiga hari demam reda.

• Vitamin A untuk mempercepat penyembuhan dan mencegah

komplikasi.

2. Nonmedikamentosa

10

Page 11: 89975913-MORBILI

• Terapi suportif seperti istrahat yang cukup dapat mempercepat

kesembuhan pasien.

• Perbaikan nutrisi dengan makan makanan yang sehat.

H. Prognosis

Ad vitam : dubia ad bonam

Ad fungsionam : ad bonam

Ad sanationam : ad bonam

Dalam kasus ini, kami memutuskan memberikan prognosa di atas didasarkan

dari beberapa keadaan yang terdapat pada pasien tersebut, antara lain: riwayat tumbuh

kembangnya yang berada dalam keadaan gizi yang kurang dan, perjalanan

penyakitnya yang sudah berkomplikasi dalam bentuk bronkopneumoni.

I. Pencegahan

1. Pencegahan Tingkat Awal (Priemordial Prevention)

Pencegahan tingkat awal berhubungan dengan keadaan penyakit yang masih

dalam tahap prepatogenesis atau penyakit belum tampak yang dapat dilakukan

dengan memantapkan status kesehatan balita dengan memberikan makanan bergizi

sehingga dapat meningkatkan daya tahan tubuh.

2. Pencegahan Tingkat Pertama (Primary Prevention)

Pencegahan tingkat pertama ini merupakan upaya untuk mencegah seseorang

terkena penyakit campak, yaitu :

Memberi penyuluhan kepada masyarakat mengenai pentingnya pelaksanaan

imunisasi campak untuk semua bayi.

Imunisasi dengan virus campak hidup yang dilemahkan, yang diberikan pada

11

Page 12: 89975913-MORBILI

semua anak berumur 9 bulan sangat dianjurkan karena dapat melindungi

sampai jangka waktu 4-5 tahun.

3. Pencegahan Tingkat Kedua (Secondary Prevention)

Pencegahan tingkat kedua ditujukan untuk mendeteksi penyakit sedini

mungkin untuk mendapatkan pengobatan yang tepat. Dengan demikian pencegahan

ini sekurang-kurangnya dapat menghambat atau memperlambat progrefisitas

penyakit, mencegah komplikasi, dan membatasi kemungkinan kecatatan, yaitu :

Mencegah perluasan infeksi. Anak yang menderita campak jangan masuk

sekolah selama empat hari setelah timbulnya rash. Menempatkan anak pada

ruang khusus atau mempertahankan isolasi di rumah sakit dengan melakukan

pemisahan penderita pada stadium kataral yakni dari hari pertama hingga hari

keempat setelah timbulnya rash yang dapat mengurangi keterpajanan pasien

dengan risiko tinggi lainnya.

Pengobatan simtomatik diberikan untuk mengurangi keluhan penderita yakni

antipiretik untuk menurunkan panas dan juga obat batuk. Antibiotika hanya

diberikan bila terjadi infeksi sekunder untuk mencegah komplikasi.

Diet dengan gizi tinggi kalori dan tinggi protein bertujuan untuk

meningkatkan daya tahan tubuh penderita sehingga dapat mengurangi

terjadinya komplikasi campak yakni bronkhitis, otitis media, pneumonia,

ensefalomielitis, abortus, dan miokarditis yang reversibel.

4. Pencegahan Tingkat Ketiga (Tertiary Prevention)

Pencegahan tingkat ketiga bertujuan untuk mencegah terjadinya komplikasi

12

Page 13: 89975913-MORBILI

dan kematian. Adapun tindakan-tindakan yang dilakukan pada pencegahan tertier

yaitu :

Penanganan akibat lanjutan dari komplikasi campak

Pemberian vitamin A dosis tinggi karena cadangan vitamin A akan turun

secara cepat terutama pada anak kurang gizi yang akan menurunkan imunitas

mereka.

13

Page 14: 89975913-MORBILI

BAB IV

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi

Morbili/Campak/Rubeola adalah penyakit akut yang sangat menular,

disebabkan oleh infeksi virus morbili yang pada umumnya menyerang anak.

Morbili memiliki gejala klinis yang khas yaitu terdiri dari tiga stadium yang

masing – masing mempunyai ciri khusus:

(1) Stadium masa tunas diperkirakan berlangsung selama10-12 hari

(2) Stadium prodromal yang menunjukkan gejala pilek dan batuk yang meningkat

dengan ditemukan exanthem pada mukosa pipi (bercak koplik), faring dan mukosa

konjungtiva meradang.

(3) Stadium akhir dengan keluarnya ruam dimulai dari belakang telinga menyebar ke

muka, badan, lengan dan kaki. Ruam timbul didahului dengan suhu badan meningkat,

selanjutnya ruam menjadi menghitam dan mengelupas.6

EpidemiologiDi indonesia, menurut survei Kesehatan Rumah Tangga Morbili menduduki

tempat ke-5 dalam urutan 10 macam penyakit utama pada bayi (0,7%) dan tempat ke-

5 dalam urutan 10 macam penyakit utama pada anak umur 1-4 tahun (0,77%).

Morbili merupakan penyakit endemis, terutama di negara sedang berkembang.

Di Indonesia penyakit morbili sudah dikenal sejak lama. Di masa lampau morbili

dianggap sebagai suatu hal yang harus di alami setiap anak, sehingga anak yang

terkena campak tidak perlu diobati, mereka beranggapan bahwa penyakit morbili

dapat sembuh sendiri bila ruam sudah keluar. Ada anggapan bahwa ruam yang keluar

banyak semakin baik. Bahkan ada usaha dari masyarakat untuk mempercepat

keluarnya ruam. Ada kepercayaan bahwa penyakit morbili akan berbahaya bila ruam

tidak keluar pada kulit sebab ruam akan muncul didalam rongga tubuh lain seperti

didalam tenggorokan, paru, perut, atau usus. Hal ini diyakini akan menyebabkan

sesak nafas atau diare yang dapat menyebabkan kematian.

Secara biologik, morbili mempunyai sifat adanya ruam yang jelas, tidak

diperlukan hewan perantara, tidak ada penularan melalui serangga (vektor), adanya

14

Page 15: 89975913-MORBILI

musiman dengan periode bebas penyakit, tidak ada penularan virus secara tetap,

hanya memiliki satu serotipe virus dan adanya vaksin campak yang efektif.6

EtiologiVirus morbili berada di sekret nasofaring dan didalam darah, minimal selama

masa tunas dan dalam waktu yang singkat sesudah timbul ruam. Virus tetap aktif

minimal  34 jam pada temperatur kamar, 15 minggu di dalam pengawet beku,

minimal 4 minggu disimpan dalam temperatur 350 C, dan beberapa hari pada suhu

00C. Virus tidak dapat aktif pada pH rendah.6

Bentuk Virus

Virus morbili termasuk golongan paramyxovirus berbentuk bulat dengan tepi

yang kasar dan bergaris tengah 140 nm dan dibungkus oleh selubung luar yang terdiri

dari lemak dan protein Didalamnya terdapat nukleokapsid yang bulat lonjong terdiri

dari bagian protein yang mengelilingi asam nukleat (RNA), merupakan struktur helix

nukleo protein dari myxovirus. Selubung luar sering menunjukkan tonjolan pendek,

suatu protein yang berada diselubung luar muncul sebagai hemaglutinin.6

Ketahanan Virus

Virus morbili adalah organisme yang tidak memiliki daya tahan tinggi, apabila

berada diluar tubuh manusia keberadaanya tidak kekal. Pada temperatur kamar ia

kehilangan 60% sifat infektisitasnya selama 3-5 hari, pada 370c waktu paruh umurnya

2 jam, pada 560c hanya satu jam. Dalam keadaan yang lain ia bertahan dalam keadaan

dingun. Pada media protein ia dapat hidup dengan suhu -700c selama 5,5 tahun,

sedangkan dalam lemari pendingin dengan suhu 4-60c dapat hidup selama 5 bulan

apabila dimasukkan dalam media protein dan hanya dapat hidup 2 minggu bila tanpa

media protein.                                                                                              

Tanpa media protein virus campak dapat dihancurkan oleh sinar ultraviolet.

Oleh karena selubungnya terdiri dari lemak maka termasuk mikroorganisme yang

bersifat eter labile, pada suhu kamar dapat mati dalam 20% eter selama 10 menit dan

50% aseton dalam 30 menit. Virus morbili sensitif pada 0,01% betapropiaceton dalam

setiap konsentrasi, pada suhu 370c,akan kehilangan sifat infektisitasnya dalam2 jam,

walaupun demikian ia tetap memiliki antigenitas penuh. Dalam 1/4000 formalin

menjadi tidak efektif selama 5 hari, tetapi tidak kehilangan antigenitasnya. Tripsin

mempercepat hilangnya potensi antigenik.6

15

Page 16: 89975913-MORBILI

Patogenesis

Penularannya sangat efektif, dengan sedikit virus yang infeksius sudah dapat

menimbulkan infeksi pada seseorang. Penularan morbili yang terjadi secara droplet

melalui udara, terjadi 1-2 hari sebelum timbul gejala klinis sampai 4 hari setelah

timbul ruam. Di tempat awal infeksi, penggandaan virus sangat minimal dan jarang

dapat di temukan virusnya. Virus masuk ke dalam limfatik lokal, bebas maupun

berhubungan dengan sel mononuklear mencapai kelenjar getah bening lokal. Di sini

virus memperbanyak diri dengan sangat perlahan  dan disitu mulailah penyebaran ke

sel jaringan limforetikuler seperti limpa. Sel mononuklear yang terinfeksi

menyebabkan terbentuknya sel raksasa berinti banyak dari Warthin, sedangkan

limfosit-T meliputi klas penekanan dan penolong yang rentan terhadap infeksi, aktif

membelah.

Gambaran kejadian awal di jaringan limfoid masih belum diketahui secara

lengkap,tetapi 5-6 hari sesudah infeksi awal, fokus infeksi terwujud yaitu ketika virus

masuk ke dalam pembuluh darah dan meyebar kepermukaan epitel orofaring, saluran

nafas, kulit, kandung kemih dan usus. Eksudat serosa dan proliferasi sel mononuklear

dan beberapa sel polimorfonuklear terjadi di sekitar kapiler-kapiler.

Pada hari ke-9-10 fokus infeksi yang berada di saluran nafas dan konjungtiva,

satu sampai dua lapisan mengalami nekrosis. Pada saat itu virus dalam jumlah banyak

masuk kembali ke pembuluh darah dan menimbulkan manifestasi klinis dari sistem

saluran nafas diawali dengan keluhan batuk pilek disertai selaput konjungtiva yang

tampak merah. Respon imun yang terjadi ialah proses peradangan epitel pada sistem

16

Page 17: 89975913-MORBILI

saluran pernafasan diikuti dengan manifestasi klinis berupa demam tinggi, anak

tampak sakit berat dan ruam yang menyebar keseluruh tubuh, tampak suatu ulsera

kecil pada mukosa pipi yang disebut bercak koplik, merupakan tanda pasti untuk

menegakkan diagnosis.

Akhirnya muncul ruam makulopapular pada hari ke-14 sesudah awal infeksi

dan pada saat itu antibodi humoral dapat dideteksi. Selanjutnya daya tahan tubuh

menurun, sebagai respon delayed hypersensitivity terhadap antigen virus terjadilah

ruam pada kulit, kejadian ini tidak tampak pada kasus yang mengalami defisit sel-T.

Fokus infeksi tidak menyebar jauh ke pembuluh darah. Vasikel tampak mikroskopis

di epidermis tetapi virus tidak berhasil timbul di kulit. Penelitian dengan

imunofluoresens dan histologikmenunjukkan bahwa antigen morbili dan gambaran

histologik pada kulit diduga suatu reaksi Artus. Daerah epitel yang nekrotik di

nasofaring dan saluran pernafasan memberikan kesempatan serangan infeksi bakteri

sekunder berupa bronkopneumonia, otitis media, dan lain-lain. Dalam keadaan

tertentu adenovirus dan herpes virus pneumoniadapat terjadipada kasus morbili, selain

itu morbili dapat menyebabkan gizi kurang.6

Manifestasi klinis dan Diagnosis

Diagnosis morbili biasanya dapat dibuat atas dasar kelompok gejala klinis

yang sangat berkaitan, yaitu koriza dan mata meradang disertai batuk dan demam

tinggi dalam beberapa hari dan diikuti ruam yang memiliki ciri khas, yaitu diawali

dari belakang telinga untuk kemudian menyebar ke muka, dada, tubuh, lengan dan

kaki bersamaan dengan meningkatnya suhu tubuh dan selanjutnya mengalami

hiperpigmentasi dan mengelupas.

17

Page 18: 89975913-MORBILI

Pada stadium prodormal dapat ditemukan enantema di mukosa pipi yang

merupakan tanda patognomonis morbili yaitu bercak koplik, meskipun demikian

menentukan diagnosis perlu ditunjang data epidemiologi. Tidak semua kasus

manifestasinya sama dan jelas. Sebagai contoh, pasien yang mengidap gizi kurang

ruamnya dapat berdarah dan mengelupas atau pasien sudah meninggal ruam belum

timbul. Kasus yang mengidap gizi kurang dapat menderita diare yang berkelanjutan.

Jadi, dapat dapat disimpulkan bahwa diagnosis morbili dapat ditegakkan

secara klinis, sedangkan beberapa pemeriksaan penunjang seperti pada pemeriksaan

sitologik ditemukan sel raksasa pada mukosa hidung dan pipi dan pada pemeriksaan

serologik didapatkan IgM spesifik. campak dapat bermanifestasi tidak khas disebut

campak atipikal; diagnosis banding lainnya adalah rubela, demam skarlatina, ruam

akibat obat-obatan, eksantema subitum dan infeksi stafilokokus.6

K omplikasi

Campak menjadi berat  pada pasien dengan gizi buruk dan anak yang lebih

kecil

Diare dapat diikuti dehidrasi

Otitis media

Laringotrakeobronkitis (croup)

Bronkopneumonia

Ensefalitis akut

Reaktifasi tuberkulosis

Malnutrisi pasca serangan campak

Subacute sclerosing panencephalitis (SSPE), suatu proses degeneratif susunan

syaraf pusat dengan gejala karakteristik terjadi deteriorisasi tingkah laku dan

intelektual, diikuti kejang. Disebabkan oleh infeksi virus yang menetap, timbul

beberapa tahun setelah infeksi merupakan salah satu komplikasi campak onset

lambat.7

BAB V

18

Page 19: 89975913-MORBILI

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

penunjang lain nya maka diagnosis kerja pada pasien ini adalah Morbili dengan

komplikasi bronkopneumonia, dimana gejala klinis yang muncul salah satunya

adalah patognomonik dari morbili yaitu adanya koplik spot dan konjungtivitis.

Pada pasien ini juga ditemukan kelainan pada parunya dari adanya suara nafas

bronchovesikuler dan ronchi basah halus di paru kanan dan kiri yang kami

simpulkan sebagai komplikasi dariinfeksi sekunder akibat morbili. Secara

prognosis penyakit ini baik karena tingkat penyembuhannya mencapai 100%,

namun pada pasien ini yang telah mengalami komplikasi pada parunya,

prognosisnya tidak sebaik yang mengalami morbili tanpa komplikasi.

DAFTAR PUSTAKA

19

Page 20: 89975913-MORBILI

1. Buku kuliah : Ilmu Kesehatan Anak : Jilid 2 : Balai Penerbit FKUI, Jakarta.

2002 : 593-598

2. Sutedjo AY. Buku Saku Mengenal Penyakit Melalui Hasil Pemeriksaan

Laboratorium. Yogyakarta : Amara Books; 2007. h. 25-30.

3. Widagdo. Masalah Dan Tatalaksana Penyakit Infeksi Pada Anak. Jakarta :

Sagung Seto;2011. h. 27

4. Latief A, Tumbelaka AR, Matondang CS, Chair I, Bisanto J, Abdoerrachman

MH, et al. Diagnosis Fisis Pada Anak. Dalam : Matondang CS, wahidiyat I,

Sastroasmoro S, editor. Edisi 2. Jakarta : sgung Seto; 2009. h. 205-6

5. Gershon A. Measles (Rubeola). Harrisons TR, Fauci AS, Kasper DL, editors.

Harrison’s Internal Medicine. 17th ed. New York, NY: The McGraw-Hill

Companies; 2008; p. 1215.

6. Soedarmo SS, Garna H, Hadinegoro SR, Eds. Campak.Buku Ajar Ilmu

Kesehatan Anak : Infeksi & Penyakit Tropis, edisi 2. Jakarta : BP IDAI FKUI,

2010:109-14

7. Ilmu kesehatan anak FK UNAIR.komplikasi campak. Available

http://www.pediatrik.com/isi03.php?

page=html&hkategori=pdt&direktori=pdt&filepdf=0&pdf=&html=07110-

esnj280.htm Accessed on 24 January 2012.

20