88 potensi mikroorganisme sebagai zpt terbarukan untuk mempercepat induksi akar pada cangkok ulin

5
SB/P/BL/09 POTENSI MIKROORGANISME SEBAGAI ZPT TERBARUKAN UNTUK MEMPERCEPAT INDUKSI AKAR PADA CANGKOK ULIN (Eusideroxylon zwageri T. et B.) Oleh : Dharmawati F. Djam’an¹ dan Mita Diantina² Balai Penelitian Teknologi Perbenihan; email: [email protected] ABSTRAK Ulin (Eusideroxylon zwageri T. et B.) salah satu jenis tanaman hutan yang mulai sulit ditemukan di alam dan kendalanya adalah kesulitan pada perkecambahan benihnya, untuk itu dilakukan pembibitan melalui teknik cangkok. Salah satu faktor keberhasilan cangkokan ialah penggunaan Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) yang akan mempercepat induksi akar sehingga produksi bibit dapat dipersingkat. Penelitian bertujuan untuk menerapkan perbanyakan vegetatif dengan teknik cangkok pada ulin serta membandingkan penggunaan Zat Pengatur Tumbuh (ZPT), mikroorganisme, dan perbedaan tinggi cangkokan untuk mempercepat induksi akar ulin. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan faktorial 4 x 2 yang menghasilkan 8 perlakuan dengan 5 ulangan, sehingga total tanaman ulin yang akan dicangkok adalah 40 tanaman. Peubah yang diamati ialah persentase hidup cangkokan, persentase berkalus cangkokan, persentase berakar cangkokan, jumlah akar, dan panjang akar. Analisis ragam terhadap peubah yang diukur menggunakan program SPSS 12.0. Persentase hidup dan berkalus cangkokan yang dihasilkan adalah sebesar 100 %. Perlakuan kontrol dengan tinggi cangkokan 20 cm dan 50 cm menghasilkan persentase berakar cangkokan tertinggi, yaitu 60 %. Persentase berakar terendah dihasilkan oleh perlakuan Burkholderia sp. dengan tinggi cangkokan 50 cm, yaitu sebesar 0 %. Faktor ZPT, tinggi cangkokan, dan interaksi kedua faktor memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap cangkokan berakar, jumlah akar, dan panjang akar. Kata kunci: Fusarium sp., Burkholderia sp. Cangkok, Eusideroxylon zwageri T. et B. PENDAHULUAN Fusarium sp. dan Burkholderia sp. merupakan mikroorganisma yang menghasilkan bahan aktif berupa zat pengatur tumbuh (ZPT) bagi tanaman seperti IAA juga dari kelompok-kelompok cendawan, nematode, bakteri dan Aktinomiset.dapat Dari hasil penelitian Isnaini dan Rahmawati, 2005 dikatakan bahwa isolate Fusarium oxysporum, salah satu isolate pembentuk gaharu yang menghasilkan respon lain yaitu berupa akar pada lubang- Seminar Nasional Biologi 2010 Fakultas Biologi UGM, Yogyakarta 24-25 September 2010 921

Upload: faishalirfandi

Post on 07-Nov-2015

228 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

Mikroorganisme

TRANSCRIPT

  • SB/P/BL/09 POTENSI MIKROORGANISME SEBAGAI ZPT TERBARUKAN

    UNTUK MEMPERCEPAT INDUKSI AKAR PADA CANGKOK ULIN (Eusideroxylon zwageri T. et B.)

    Oleh :

    Dharmawati F. Djaman dan Mita Diantina Balai Penelitian Teknologi Perbenihan; email: [email protected]

    ABSTRAK

    Ulin (Eusideroxylon zwageri T. et B.) salah satu jenis tanaman hutan yang mulai sulit ditemukan di alam dan kendalanya adalah kesulitan pada perkecambahan benihnya, untuk itu dilakukan pembibitan melalui teknik cangkok. Salah satu faktor keberhasilan cangkokan ialah penggunaan Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) yang akan mempercepat induksi akar sehingga produksi bibit dapat dipersingkat. Penelitian bertujuan untuk menerapkan perbanyakan vegetatif dengan teknik cangkok pada ulin serta membandingkan penggunaan Zat Pengatur Tumbuh (ZPT), mikroorganisme, dan perbedaan tinggi cangkokan untuk mempercepat induksi akar ulin.

    Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan faktorial 4 x 2 yang menghasilkan 8 perlakuan dengan 5 ulangan, sehingga total tanaman ulin yang akan dicangkok adalah 40 tanaman. Peubah yang diamati ialah persentase hidup cangkokan, persentase berkalus cangkokan, persentase berakar cangkokan, jumlah akar, dan panjang akar. Analisis ragam terhadap peubah yang diukur menggunakan program SPSS 12.0.

    Persentase hidup dan berkalus cangkokan yang dihasilkan adalah sebesar 100 %. Perlakuan kontrol dengan tinggi cangkokan 20 cm dan 50 cm menghasilkan persentase berakar cangkokan tertinggi, yaitu 60 %. Persentase berakar terendah dihasilkan oleh perlakuan Burkholderia sp. dengan tinggi cangkokan 50 cm, yaitu sebesar 0 %. Faktor ZPT, tinggi cangkokan, dan interaksi kedua faktor memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap cangkokan berakar, jumlah akar, dan panjang akar.

    Kata kunci: Fusarium sp., Burkholderia sp. Cangkok, Eusideroxylon zwageri T. et B.

    PENDAHULUAN Fusarium sp. dan Burkholderia sp.

    merupakan mikroorganisma yang

    menghasilkan bahan aktif berupa zat pengatur tumbuh (ZPT) bagi tanaman seperti IAA juga dari kelompok-kelompok

    cendawan, nematode, bakteri dan Aktinomiset.dapat

    Dari hasil penelitian Isnaini dan Rahmawati, 2005 dikatakan bahwa isolate Fusarium oxysporum, salah satu isolate

    pembentuk gaharu yang menghasilkan respon lain yaitu berupa akar pada lubang-

    Seminar Nasional Biologi 2010

    Fakultas Biologi UGM, Yogyakarta 24-25 September 2010 921

  • lubang inokulasi dan dapat mengiduksi perakaran pada setek beberapa jenis tanaman gaharu. Dan menurut Sitepu, 2008 Burkholderia sp. dapat memproduksi fitohormon yang berupa auksin.

    Sedangkan tanaman ulin (Eusideroxylon zwageri T. et B.) berdasarkan Asia Regional Workshop tahun 1997 yang diselenggarakan di Hanoi (Vietnam), International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN) menetapkan bahwa ulin berada pada status vulnerable (rentan/rawan), sedangkan menurut Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES) (2007), ulin termasuk dalam Appendix II, yaitu jenis yang tidak terancam kepunahan tetapi mungkin

    terancam punah bila perdagangan terus berlanjut tanpa adanya pengaturan.

    Selama ini, kebutuhan bibit dipenuhi dari benih dimana penggunaan benih dihadapkan kepada kendala sulit berkecambah karena kulit buah yang keras dan ukuran buahnyapun sangat besar ( 15 cm).

    Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan sumber zat pengatur tumbuh (ZPT) yang dapat diperbaharui (Bio-ZPT) dan menghasilkan bibit ulin melalui cangkok.

    BAHAN DAN CARA KERJA Penelitian dilaksanakan selama 6

    bulan (Juli 2007Januari 2008) berlokasi di Kebun Percobaan Nagrak, Balai Penelitian Teknologi Perbenihan (BPTP) Bogor.

    Alatalat yang digunakan ialah calliper, penggaris/meteran, gunting pangkas, cutter, ember, plastik transparan, plastik es, kamera, label, dan alat tulis. Sedangkan bahanbahannya adalah tanaman ulin (Eusideroxylon zwageri T. et B.), alkohol 70 %, ZPT (RootoneF, Fusarium sp. (koleksi PKM), dan Burkholderia sp. (koleksi bersama Laboratorium Mikrobiologi, Puslitbang Hutan dan Konservasi Alam serta Universitas Hokaido, Jepang)) serta sabut kelapa.

    Rancangan menggunakan faktorial 4

    x 2 dengan 5 kali ulangan, sehingga total tanaman ulin yang akan dicangkok adalah 40 tanaman. Perlakuan pemberian ZPT (faktor A) terdiri dari :

    A0 = Kontrol

    A1 = Memakai ZPT (RootoneF) A2 = Memakai Fusarium sp.

    A3 = Memakai Burkholderia sp. Perlakuan tinggi cangkokan (faktor B) terdiri dari :

    B1 = Tinggi 20 cm

    B2 = Tinggi 50 cm perlakuan yang dilakukan pada tanaman ulin adalah :

    Seminar Nasional Biologi 2010

    Fakultas Biologi UGM, Yogyakarta 24-25 September 2010922

  • 1. A0B1 : Tanpa ZPT dan tinggi 20 cm 2. A0B2 : Tanpa ZPT dan tinggi 50 cm 3. A1B1 : Memakai RootoneF dan tinggi

    20 cm

    4. A1B2 : Memakai RootoneF dan tinggi 50 cm

    5. A2B1 : Memakai Fusarium sp. dan tinggi 20 cm

    6. A2B2 : Memakai Fusarium sp. dan tinggi 50 cm

    7. A3B1 : Memakai Burkholderia sp. dan tinggi 20 cm

    8. A3B2 : Memakai Burkholderia sp. dan tinggi 50 cm.

    HASIL DAN PEMBAHASAN Data hasil penelitian dianalisis

    secara Sidik Ragam, hasil analisis berupa persentase hidup, berkalus dan persentase berakar berupa hasil interaksi antara penggunaan ZPT dan tinggi cangkok pada umur 6 bulan disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Rekapitulasi Sidik Ragam pada

    umur 6 bulan (nilai F hitung )

    Sumber Keragaman

    % berakar

    % jumlah

    akar

    % panjang

    akar A (ZPT) 1.167tn .802tn 1.468tn B (Tinggi cangkokan) .100

    tn .243tn .968tn

    A* B (Interaksi) .633

    tn .802tn 1.102tn

    Keterangan : tn = tidak nyata (pada = 0.05).

    Setelah 6 bulan dihasilkan persentase berkalus cangkokan ialah sebesar 100 %,

    sedangkan ratarata persentase berakar cangkokan sebesar 37.5 %. Perlakuan kontrol dengan tinggi cangkokan 20 cm (A0B1) dan 50 cm (A0B2) menghasilkan persentase berakar cangkokan tertinggi, yaitu 60 %. Persentase berakar terendah dihasilkan oleh perlakuan Burkholderia sp. dengan tinggi cangkokan 50 cm (A3B2), yaitu sebesar 0 %.

    Walaupu demikian, Fusarium sp. dan Burkholderia sp. yang digunakan sebagai ZPT memiliki potensi untuk dikembangkan dalam rangka program Renewble Source ( bahan dasar yang dapat diperbaharui ).

    Fusarium sp. diduga mempunyai potensi sebagai penghasil hormon perangsang akar seperti halnya Fusarium

    oxysporum yang diberikan pada tanaman gaharu yang bahan aktifnya belum diketahui (Isnaini 2005). Sedangkan Burkholderia sp. dapat memproduksi fitohormon berupa auksin yang dapat merangsang pembentukan kalus lebih cepat (Irnayuli R. Sitepu 6 Februari 2008, komunikasi pribadi).

    Perlakuan kontrol dengan tinggi cangkokan 20 cm (A0B1) menghasilkan jumlah akar tertinggi, yaitu 11 buah, sedangkan perlakuan Burkholderia sp. pada tinggi cangkokan 50 cm (A3B2) tidak menghasilkan pembentukan akar. Perlakuan kontrol dengan tinggi batang 20 cm (A0B1) menghasilkan ratarata panjang

    Seminar Nasional Biologi 2010

    Fakultas Biologi UGM, Yogyakarta 24-25 September 2010 923

  • akar tertinggi, yaitu sebesar 3,3 cm. Perlakuan Burkholderia sp. pada tinggi batang 50 cm (A3B2) tidak menghasilkan pembentukan akar.

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    70

    A0B1 A0B2 A1B1 A1B2 A2B1 A2B2 A3B1 A3B2

    Perlakuan

    Perse

    nta

    se B

    era

    kar

    Can

    gkok

    an (%

    )

    Gambar 1. Diagram batang persentase berakar cangkokan masingmasing perlakuan.

    Pada Gambar 1 diatas terlihat bahwa perlakuan Fusarium sp. efektif mempengaruhi induksi akar pada ketinggian 50 cm sedangkan Burkholderia sp. efektif pada ketinggian 20 cm. Tinggi pangkasan mempengaruhi jumlah akar yang terbentuk, lebih dekat dengan pangkal lebih mudah berakar. Menurut Hartman et al 1990, hal ini disebabkan karena bagian tanaman yang lebih dekat kepada batang utama mempunyai umur kronologis lebih muda dan banyak mengandung auksin.

    Pada akhir pengamatan (Gambar 2), terlihat bahwa perlakuan kontrol (tanpa ZPT ) menghasilkan persen rata-rata akar teringgi yaitu 60% dan diikuti oleh penggunaan Rootone-F, Fusarium sp. dan Burkholderia sp.

    Lebih daripada itu, sebenarnya tumbuhan secara alami memiliki hormon endogen, salah satunya auksin. Indole Acetic Acid (IAA) adalah auksin endogen atau auksin yang terdapat pada tanaman. IAA berperan dalam mendorong pembesaran sel. Pertumbuhan sekunder termasuk pembelahan selsel di daerah kambium dan pembentukan jaringan xylem dan floem dipengaruhi oleh IAA. Pembelahan selsel di daerah kambium dirangsang oleh IAA (Wattimena 1988).

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    70

    Kontrol Rootone-F Fusarium sp. Burkholderia sp.

    ZPT

    Pers

    enta

    se B

    era

    kar

    Can

    gko

    kan

    (%

    )

    Gambar 2. Diagram batang persentase rata-rata cangkok berakar pada perlakuan ZPT.

    Menurut Sitepu, 2008 Burkholderia sp. dapat memproduksi fitohormon dan tanaman secara alami juga menghasilkan fitohormon yaitu senyawa organik bukan hara yang dalam konsentrasi tertentu dapat mendukung atau menghambat pembelahan sel serta berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman ( Abidin 1985). Hal ini yang memungkinkan rendahnya perakaran pada perlakuan Burkholderia sp. dibandingkan dengan perlakuan lainnya.

    Seminar Nasional Biologi 2010

    Fakultas Biologi UGM, Yogyakarta 24-25 September 2010924

  • 4. REKOMENDASI

    a. Pemanfaatan Fusarium sp. dan Burkholderia sp. sebagai bahan aktif yang dapat digunakan sebagai ZPT dalam pembiakan vegetatif.

    b. Pencaran strain yang mempunyai bahan aktif tertinggi untuk dibiakkan dan diproduksi secara industri.

    DAFTAR PUSTAKA

    Abidin, Z. 1985. Dasar-dasar Pengetahuan tentang Zat Pengatur Tumbuh. Bandung, PT Angkasa.

    Aryantha INP, Lestari DP, dan Pangesti NDP. 2004. Potensi isolate bakteri penghasil IAA dalam peningkatan pertumbuhan kecambah kacang hijau pada kondisi hidroponik. Jurnal Mikrobiologi Indonesia 9(2):43-46.

    Isnaini Y. 2005. Potensi Isolat Fusarium asal Gaharu sebagai Penghasil Hormon Perangsang Akar. Di dalam: Peluang dan Tantangan Pengembangan Gaharu di Indonesia. Prosiding Seminar Nasional Gaharu; Bogor 12 Desember 2005. Bogor: SEAMEO BIOTROP. hlm 146154.

    Mita D. 2008. Penggunaan Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) dan Perbedaan Tinggi Cangkok untuk Mempercepat Induksi Akar Ulin (Eusideroxylon zwageri T. et B.). [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor

    Sitepu, Irna Yuli 6 Februari 2008. Komunikasi pribadi.

    Sudimaryono, Daris EN, Budi A, Arianto D. 2004. Informasi Singkat Benih Eusideroxylon zwageri Teijsm dan Binn. Bandung: IFSP

    Wattimena GA. 1988. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman. Bogor: Pusat

    Antar Universitas Institut Pertanian Bogor.

    Yunita ME. 2004. Teknik Pembuatan Cangkok Ulin (Eusideroxylon zwageri T. et B.) di Kebun Percobaan Nagrak, Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Perbenihan (BP2TP) Bogor. [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor

    Seminar Nasional Biologi 2010

    Fakultas Biologi UGM, Yogyakarta 24-25 September 2010 925

    Page 1Page 2Page 3Page 402 pemakalah utamaOK.pdfsisipan utama.pdfPage 1

    Oral GabungFINALok.pdfsisipan oral.pdfPage 1

    Poster GabungREVFINALok.pdfsisipan poster.pdfPage 1

    KUMPULAN DISKUSI2okFinal.pdfsisipan Diskusi.pdfPage 1

    sisipan Peserta.pdfPage 1

    cover02.pdfPage 1

    cover01.pdfPage 1