67883754-laporan-kasus-ppok

37
STATUS PENDERITA I. ANAMNESIS I. Identitas Pasien Nama : Tn. T Umur : 52 tahun Jenis Kelamin : Laki-laki Pekerjaan : Buruh Bangunan Agama : Islam Alamat : Mojosongo, Jebres, Surakarta Tanggal Masuk : 29 September 2011 Tanggal Periksa : 6 Oktober 2011 No RM : 01.08.82.88 II. Keluhan Utama Sesak nafas III. Riwayat Penyakit Sekarang Penderita datang dengan keluhan sesak nafas yang telah diderita sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit, sesak nafas dirasa memberat terutama setelah beraktivitas, akan sedikit berkurang bila pasien beristirahat. dan pasien sering terbangun pada malam hari karena sesak. Pasien tidur lebih nyaman dengan 3 bantal. Sesak nafas diikuti dengan keluhan batuk dengan dahak yang sulit dikeluarkan, dan jika keluar dahak berwarna kuning, demam sumer-sumer, nggreges, penurunan 1

Upload: ammar-hasyim

Post on 25-Jul-2015

231 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: 67883754-LAPORAN-KASUS-PPOK

STATUS PENDERITA

I. ANAMNESIS

I. Identitas Pasien

Nama : Tn. T

Umur : 52 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pekerjaan : Buruh Bangunan

Agama : Islam

Alamat : Mojosongo, Jebres, Surakarta

Tanggal Masuk : 29 September 2011

Tanggal Periksa : 6 Oktober 2011

No RM : 01.08.82.88

II. Keluhan Utama

Sesak nafas

III. Riwayat Penyakit Sekarang

Penderita datang dengan keluhan sesak nafas yang telah diderita

sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit, sesak nafas dirasa memberat

terutama setelah beraktivitas, akan sedikit berkurang bila pasien

beristirahat. dan pasien sering terbangun pada malam hari karena sesak.

Pasien tidur lebih nyaman dengan 3 bantal. Sesak nafas diikuti dengan

keluhan batuk dengan dahak yang sulit dikeluarkan, dan jika keluar dahak

berwarna kuning, demam sumer-sumer, nggreges, penurunan berat badan

drastis, nafsu makan menurun, keringat malam (+), nyeri dada (+) saat

batuk. BAK dan BAB tidak ada kelainan.

Dalam 1 bulan ini, sesak dirasakan oleh pasien sudah 3x kumat.

Namun, sekarang sesak nafas penderita mulai berkurang, penderita sudah

bisa bicara perkalimat, tidak seperti pada awal masuk, yang terengah-

engah ketika berbicara. Batuk juga sudah berkurang. Sebelumnya, pasien

rajin kontrol di BPKPM. Satu bulan ini pasien diberi obat kapsul dan

diuap bila sesak.

1

Page 2: 67883754-LAPORAN-KASUS-PPOK

IV. Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat DM : disangkal

Riwayat hipertensi : disangkal

Riwayat sakit jantung : disangkal

Riwayat minum OAT : disangkal

V. Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat penyakit serupa : disangkal

Riwayat Hipertensi : disangkal

Riwayat DM : disangkal

Riwayat Jantung : disangkal

VI. Keadaan Sosial Ekonomi

Penderita adalah suami dari 1 istri dan ayah dari 3 anak, bekerja sebagai

buruh bangunan dan menjadi tulang punggung keluarga. Pasien berobat

dengan menggunakan Jamkesmas.

VII. Riwayat Kebiasaan dan Gizi

Pasien makan 3 kali sehari, sebanyak ½ porsi, dengan nasi, lauk

pauk (tahu, tempe, telur,ikan) dan sayur. Pasien jarang makan buah dan

minum susu. Pasien minum air putih sebanyak 5-7 gelas belimbing pehari.

Riwayat olah raga : disangkal

Riwayat minum alkohol : disangkal

Riwayat merokok : disangkal

II. PEMERIKSAAN FISIK

A. Keadaan Umum : sakit sedang, compos mentis, gizi cukup

B. Tanda Vital

Tekanan darah : 120/80 mmHg

Nadi : 96 x/menit

Pernapasan : 30 x/menit

2

Page 3: 67883754-LAPORAN-KASUS-PPOK

Suhu : 36,7° C

C. Kepala : mesochepal, simetris.

D. Mata : Conjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-)

Pupil isokor (3 mm/3mm), Reflek cahaya (+/+).

E. Hidung : Nafas cuping hidung (-), darah (-), secret (-).

F. Telinga : darah (-), secret (-).

G. Mulut : mukosa basah (+), sianosis (-), lidah kotor (-).

H. Leher : JVP meningkat (4 cm), limfonodi tidak membesar.

I. Thorax : retraksi (-).

Jantung

Inspeksi : ictus cordis tidak tampak

Palpasi : ictus cordis tidak kuat angkat

Perkusi : batas jantung kesan dalam batas normal

Auskultasi : Bunyi jantung I-II intensitas normal, reguler, bising (-)

Paru

Inspeksi : Pengembangan dada kanan = kiri

Palpasi : Fremitus raba kanan = kiri

Perkusi : Sonor/sonor

Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+/+)

Suara tambahan RBK (+/+)

Wheezing (+/+)

Ekspirasi memanjang (+)

J. Abdomen

Inspeksi : Dinding perut sejajar dengan dinding dada

Auskultasi : Peristaltik (+) normal

Perkusi : Tympani

Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), hepar/lien tidak teraba

3

Page 4: 67883754-LAPORAN-KASUS-PPOK

K. Trunk

Inspeksi : Skoliosis (-), kifosis (-), lordosis (-)

Palpasi : Nyeri tekan (-), massa (-)

Perkusi : Nyeri ketok (-)

L. Ekstremitas

Oedem Akral dingin

M. Status Psikiatri

1. Deskripsi Umum

a. Penampilan : Pria, tampak sesuai umur, perawatan diri cukup

b. Kesadaran : Compos mentis

c. Perilaku dan Aktivitas Motorik : Normoaktif

d. Pembicaraan : Normal

e. Sikap terhadap Pemeriksa : Kooperatif, kontak mata cukup

2. Afek dan Mood

Afek : Appropiate

Mood : Eutimik

3. Gangguan Persepsi

Halusinasi : (-)

Ilusi : (-)

4. Proses Pikir

Bentuk : realistik

Isi : waham (-)

Arus : koheren

5. Sensorium dan Kognitif

Daya konsentrasi : baik

Orientasi : Orang : baik

Waktu : baik

Tempat : baik

Daya Ingat : Jangka panjang : baik

4

Page 5: 67883754-LAPORAN-KASUS-PPOK

Jangka pendek : baik

Daya Nilai : Daya nilai realitas dan sosial baik

Insight : 6

N. Status Neurologis

Kesadaran : GCS E4V5M6

Fungsi Luhur : dalam batas normal

Fungsi Vegetatif : dalam batas normal

Nervus Cranialis : dalam batas normal

Fungsi Sensorik

1. Rasa Eksteroseptik : suhu, nyeri, dan raba dalam batas normal

2. Rasa Propioseptik : getar, posisi, dan tekan dalam batas normal

3. Rasa Kortikal : stereognosis, barognosis dalam batas

normal

Fungsi Motorik dan Reflek

Kekuatan Tonus R.Fisiologis R.patologis

5 5 N N +2 +2 - -

5 5 N N +2 +2 - -

O. Range Of Motion (ROM)

NECKROM Pasif ROM Aktif

Fleksi 0 - 70º 0 - 70ºEkstensi 0 - 40º 0 - 40ºLateral bending kanan 0 - 60º 0 - 60ºLateral bending kiri 0 - 60º 0 - 60ºRotasi kanan 0 - 90º 0 - 90ºRotasi kiri 0 - 90º 0 - 90º

5

Page 6: 67883754-LAPORAN-KASUS-PPOK

Ektremitas Superior ROM Pasif ROM AktifDekstra Sinistra Dekstra Sinistra

Shoulder

Fleksi 0-90º 0-90º 0-90º 0-90ºEktensi 0-50º 0-50º 0-50º 0-50ºAbduksi 0-180º 0-180º 0-180º 0-180ºAdduksi 0-75º 0-75º 0-75º 0-75ºEksternal Rotasi 0-90º 0-90º 0-90º 0-90ºInternal Rotasi 0-90º 0-90º 0-90º 0-90º

Elbow

Fleksi 0-150º 0-150º 0-150º 0-150ºEkstensi 0º 0º 0º 0ºPronasi 0-90º 0-90º 0-90º 0-90ºSupinasi 0-90º 0-90º 0-90º 0-90º

Wrist

Fleksi 0-90º 0-90º 0-90º 0-90ºEkstensi 0-70º 0-70º 0-70º 0-70ºUlnar Deviasi 0-30º 0-30º 0-30º 0-30ºRadius deviasi 0-20º 0-20º 0-20º 0-20º

Finger MCP I Fleksi 0-50º 0-50º 0-50º 0-50ºMCP II-IV fleksi 0-90º 0-90º 0-90º 0-90ºDIP II-V fleksi 0-90º 0-90º 0-90º 0-90ºPIP II-V fleksi 0-100º 0-100º 0-100º 0-100ºMCP I Ekstensi 0-30º 0-30º 0-30º 0-30º

Trunk

Fleksi 0-90º 0-90º 0-90º 0-90ºEkstensi 0-30º 0-30º 0-30º 0-30ºRight Lateral Bending 0-35º 0-35º 0-35º 0-35ºLeft Lateral Bending 0-35º 0-35º 0-35º 0-35º

Ektremitas Inferior ROM Pasif ROM AktifDekstra Sinistra Dekstra Sinistra

Hip

Fleksi 0-120º 0-120º 0-120º 0-120ºEktensi 0-30º 0-30º 0-30º 0-30ºAbduksi 0-45º 0-45º 0-45º 0-45ºAdduksi 0-45º 0-45º 0-45º 0-45ºEksorotasi 0-30º 0-30º 0-30º 0-30ºEndorotasi 0-30º 0-30º 0-30º 0-30º

KneeFleksi 0-120º 0-120º 0-120º 0-120ºEkstensi 0º 0º 0º 0º

Ankle

Dorsofleksi 0-30º 0-30º 0-30º 0-30ºPlantarfleksi 0-30º 0-30º 0-30º 0-30ºEversi 0-50º 0-50º 0-50º 0-50ºInversi 0-40º 0-40º 0-40º 0-40º

6

Page 7: 67883754-LAPORAN-KASUS-PPOK

P. Manual Muscle Testing (MMT)

NECKFleksor M. Sternocleidomastoideum 5Ekstensor M. Sternocleidomastoideum 5

TRUNKFleksor M. Rectus Abdominis 5

EktensorThoracic group 5Lumbal group 5

Rotator M. Obliquus Eksternus Abdominis 5Pelvic Elevation M. Quadratus Lumbaris 5

Ektremitas Superior Dekstra Sinistra

Shoulder

FleksorM. Deltoideus anterior 5 5M. Bisepss anterior 5 5

EkstensorM. Deltoideu 5 5M. Teres Mayor 5 5

AbduktorM. Deltoideus 5 5M. Biseps 5 5

AdduktorM. Latissimus dorsi 5 5M. Pectoralis mayor 5 5

Internal RotasiM. Latissimus dorsi 5 5M. Pectoralis mayor 5 5

Eksternal Rotasi

M. Teres mayor 5 5M. Infra supinatus 5 5

Elbow

FleksorM. Biseps 5 5M. Brachilais 5 5

Eksternsor M. Triseps 5 5Supinator M. Supinatus 5 5Pronator M. Pronator teres 5 5

Wrist

Fleksor M. Fleksor carpi radialis 5 5Ekstensor M. Ekstensor digitorum 5 5Abduktor M. Ekstensor carpi radialis 5 5Adduktor M. Ekstensor carpi ulnaris 5 5

FingerFleksor M. Fleksor digitorum 5 5Ekstensor M. Ekstensor digitorum 5 5

7

Page 8: 67883754-LAPORAN-KASUS-PPOK

Ektremitas Inferior Dekstra Sinistra

Hip Fleksor M. Psoas mayor 5 5Ekstensor M. Gluteus maksimus 5 5Abduktor M. Gluteus medius 5 5Adduktor M. Adduktor longus 5 5

Knee Fleksor Hamstring muscle 5 5Ekstensor Quadriceps femoris 5 5

Ankle Fleksor M. Tibialis 5 5Ekstensor M. Soleus 5 5

Q. Indeks ADL Barthel

No. Aktivitas Skor

1. Makan 10

2. Mandi 5

3. Berhias diri 5

4. Berpakaian 5

5. Kontrol BAB 10

6. Kontrol BAK 10

7. Pergi ke WC 10

8. Transfer 5

9. Berjalan 5

10. Naik turun tangga 5

Total 70

Status Ambulansi : Moderate dependent

III.PEMERIKSAAN PENUNJANG

A. Laboratorium darah (5 Oktober 2011)

Hb : 13 g/dL

Hct : 37 %

RBC : 3,92. 106 / ul

WBC : 13. 103 /ul

PLT : 330. 103 /ul

8

Page 9: 67883754-LAPORAN-KASUS-PPOK

GDS : 155 mg/Dl

Protein Total : 5,60 g/dl

Albumin : 3,1 g/dl

Kreatinin : 0,7 mg/dl

Ureum : 49 mg/dl

Natrium : 136 mmol/L

Kalium : 3,5 mmol/L

Calsium ion : 0,96 mmol/L

B. Analisis Gas Darah (5 Oktober 2011)

pH : 7,47

pCO2 : 36 mmHg

pO2 : 75 mmHg

Hct : 29,8 %

cHCO3 : 25,8 mmol/L

BE : 1,9 mmol/L

Kesimpulan : gagal napas tipe II

C. Foto Rontgen Thorax PA (3 Oktober 2011)

Kesan:

1. Fibro-infiltrat kedua lapang paru

2. TB lesi luas dengan pleural reaction bilateral

D. Laboratorium Mikrobiologi (1 Oktober 2011)

Bahan : sputum

Hasil Pemeriksaan : Tidak ditemukan Gram (+) coccus dan Gram (-)

batang, dan tidak ditemukan BTA

IV. ASSESSMENT

Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) eksaserbasi akut

9

Page 10: 67883754-LAPORAN-KASUS-PPOK

V. DAFTAR MASALAH

A. Problem Medis : Sesak nafas

B. Problem rehabilitasi Medik

A. Speech Terapi : (-)

B. Okupasi Terapi : keterbatasan melakukan kegiatan sehari-hari

karena sesak nafas dan batuk

C. Sosiomedik : terkadang membutuhkan bantuan untuk melakukan

kegiatan sehari-hari

D. Ortesa-protesa : (-)

E. Psikologi : beban pikiran karena keterbatasan melakukan

aktivitas sehari-hari

F. Fisioterapi : sesak napas, retensi sputum

VI. PENATALAKSANAAN

A. Terapi Paru

1. O2 2L/mnt

2. Nebu B:A = 0,8:0,2/8 jam

3. Inj. RL 1 amp aminophilin 16 tpm

4. inj Ceftriaxon 2gr/24 jam

5. inj dexametason 1 ampul/8jam

6. OBH syr 3 X C1

B. Terapi Rehabilitasi Medik

1. Fisioterapi

Chest physical therapy:

a. breathing control

b. deep breathing

c. latihan batuk

d. chest expansion exercise

e. postural drainage

2. Speech Terapi : (-)

10

Page 11: 67883754-LAPORAN-KASUS-PPOK

3. Okupasi Terapi : latihan dalam melakukan aktivitas sehari-hari

4. Sosiomedik : memberi edukasi kepada pasien dan keluarga

mengenai penyakit pasien

5. Ortesa-protesa : (-)

6. Psikologi : Psikoterapi suportif , mengurangi

kecemasan

pasien

VII. Impairment, Disabilitas, dan Handicap

A. Impairment : PPOK eksaserbasi akut

B. Disabilitas : Sesak nafas dan batuk

C. Handicap : Keterbatasan aktivitas sehari- hari karena mudah sesak

VIII. Planning

A. Planning Diagnostik : spirometri (bila stabil)

B. Planning Terapi : tidak ada

C. Planning Edukasi :

- Penjelasan penyakit dan komplikasi yang bisa terjadi- Penjelasan tujuan pemeriksaan dan tindakan yang dilakukan

- Edukasi untuk home exercise dan ketaatan untuk melakukan terapi

D. Planning Monitoring : Evaluasi hasil terapi.

IX. Goal

A. Perbaikan keadaan umum, sehingga mempersingkat lama perawatan

B. Minimalisasi impairment, disabilitas, dan handicap pada pasien

C. Mencegah komplikasi yang lebih buruk yang dapat memperburuk keadaan

penderita (seperti gagal nafas, infeksi berulang, CPC)

D. Mengatasi masalah psikologis yang timbul akibat penyakit yang diderita

pasien

11

Page 12: 67883754-LAPORAN-KASUS-PPOK

X. PROGNOSIS

Ad vitam : baik

Ad sanam : dubia et malam

Ad fungsionam : dubia et bonam

12

Page 13: 67883754-LAPORAN-KASUS-PPOK

TINJAUAN PUSTAKA

I. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)

A. Definisi

Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru

kronik yang ditandai dengan hambatan aliran udara di saluran napas yang

bersifat progresif yang bersifat non reversibel atau reversibel parsial

(Alsaggaf dkk, 2004).

B. Epidemiologi

Insidensi pada pria > wanita. Namun akhir-akhir ini insiden pada

wanita meningkat dengan semakin bertambahnya jumlah perokok wanita

(Aditama, 2005).

C. Faktor Risiko

Meliputi faktor-faktor host dan paparan lingkungan dan penyakit

biasanya muncul dari interaksi antara kedua faktor tersebut.

Faktor host:

1. Genetik : defisiensi alfa 1 antitripsin. Suatu kelainan herediter yang

jarang ditemukan.

2. Hiperaktivitas bronkus : Asma dan hiperaktivitas bronkus saluran

napas merupakan faktor resiko yang memberi andil timbulnya PPOK.

Faktor lingkungan:

1. Asap tembakau

2. occupational dust anf chemical

3. Polusi udara

4. Infeksi (Alsaggaf dkk, 2004).

13

Page 14: 67883754-LAPORAN-KASUS-PPOK

D. Patofisiologi

Karakteristik PPOK adalah keradangan kronis mulai dari saluran

napas, parenkim paru sampai struktur vaskukler pulmonal. Diberbagai

bagian paru dijumpai peningkatan akrofag, limfosit T (terutama CD8) dan

neutrofil. Sel-sel radang yang teraktivasi akan mengeluarkan berbagai

mediator seperti Leukotrien B4, IL8, TNF yang mapu merusak struktur paru

dan atau mempertahankan inflamasi neutrofilik. Disamping inflamasi ada

2 proses lain yang juga penting yaitu imbalance proteinase dan anti

proteinase di paru dan stres oksidatif (Alsaggaf dkk, 2004).

Perubahan patologis yang khas dari PPOK dijumpai disaluran

napas besar (central airway), saluran napas kecil (periperal airway),

parenkim paru dan vaskuler pulmonal. Pada saluran napas besar dijumpai

infiltrasi sel-sel radang pada permukaan epitel. Kelenjar-kelenjar yang

mensekresi mukus membesar dan jumlah sel goblet meningkat. Kelainan

ini menyebabkan hipersekresi bronkus. Pada saluran napas kecil terjadi

inflamasi kronis yang menyebabkan berulangnya siklus injury dan repair

dinding saluran napas. Proses repair ini akan menghasilkan structural

remodeling dari dinding saluran napas dengan peningkatan kandungan

kolagen dan pembentukan jaringan ikat yang menyebabkan penyempitan

lumen dan obstruksi kronis saluran pernapasan. Pada parenkim paru terjadi

destruksi yang khas terjadi pada emfisema sentrilobuler. Kelainan ini lebih

sering dibagian atas pada kasus ringan namun bila lanjut bisa terjadi

diseluruh lapangan paru dan juga terjadi destruksi pulmonary capilary bed.

Perubahan vaskular pulmonal ditandai oleh penebalan dinding pembuluh

darah yang dimulai sejak awal perjalanan ilmiah PPOK. Perubahan

struktur yang pertama kali terjadi adalah penebalan intima diikuti

peningkatan otot polos dan infiltrasi dinding pembuluh darah oleh sel-sel

radang. Jika penyakit bertambah lanjut jumlah otot polos, proteoglikan dan

kolagen bertambah sehingga dinding pembuluh darah bertambah tebal

(Alsaggaf dkk, 2004).

14

Page 15: 67883754-LAPORAN-KASUS-PPOK

Pada bronkitis kronis maupun emfisema terjadi penyempitan

saluran napas. Penyempitan ini dapat mengakibatkan obstruksi dan

menimbulkan sesak. Pada bronkitis kronik, saluran pernapasan yang

berdiameter kecil (< 2mm) menjadi lebih sempit dan berkelok-kelok.

Penyempitan ini terjadi karena metaplasi sel goblet. Saluran napas besar

juga menyempit karena hipertrofi dan hiperplasi kelenjar mukus. Pada

emfisema paru, penyempitan saluran napas disebabkan oleh berkurangnya

elastisitas paru-paru (Sat Sharma, 2006).

E. Gejala klinis PPOK

Pasien biasanya mengeluhkan 2 keluhan utama yaitu sesak napas

dan batuk. Adapun gejala yang terlihat seperti :

1. Sesak Napas

Timbul progresif secara gradual dalam beberapa tahun. Mula-mula

ringan lebih lanjut akan mengganggu aktivitas sehari-hari. Sesak napas

bertambah berat mendadak menandakan adanya eksaserbasi.

2. Batuk Kronis

Batuk kronis biasanya berdahak kadang episodik dan memberat waktu

pagi hari. Dahak biasanya mukoid tetapi bertambah purulen bila

eksaserbasi.

3. Sesak napas (wheezing)

Riwayat wheezing tidak jarang ditemukan pada PPOK dan ini

menunjukan komponen reversibel penyakitnya.Bronkospasme bukan

satun-satunya penyebab wheezing. Wheezing pada PPOK terjadi saat

pengerahan tenaga (exertion) mungkin karena udara lewat saluran

napas yang sempit oleh radang atau sikatrik.

4. Batuk Darah

Bisa dijumpai terutama waktu eksaserbasi. Asal darah diduga dari

saluran napas yang radang dan khasnya “blood streaked purulen

sputum”.

15

Page 16: 67883754-LAPORAN-KASUS-PPOK

5. Anoreksia dan berat badan menurun

Penurunan berat badan merupakan tanda progresif jelek (Alsaggaf dkk,

2004) .

F. Diagnosis

Diagnosis dibuat berdasarkan :

1. Gambaran klinis

a. Anamnesis : riwayat penyakit yang ditandai dengan gejala-

gejala diatas.

b. Faktor-faktor resiko

1) Pemeriksaan Fisik :

pasien biasanya tampak kurus dengan Barrel shaped chest

fremitus taktil dada berkurang atau tidak ada

perkusi dada hipersonor, batas peru hati lebih rendah

suara napas berkurang, ekspirasi memanjang, suara

tambahan (ronkhi atau wheezing)

2) Pemeriksaan penunjang :

a) Pemeriksaan radiologi

Pada bronkitis kronis, foto thoraks memperlihatkan

tubular shadow berupa bayangan garis-garis yang

paralel keluar dari hilus menuju apeks paru dan corakan

paru yang bertambah.

Pada emfisema, foto thoraks menunjukkan adanya

hiperinflasi dengan gambaran diafragma yang rendah

dan datar, penciutan pembuluh darah pulmonal, dan

penambahan cortakan ke distal.

16

Page 17: 67883754-LAPORAN-KASUS-PPOK

b) Pemeriksaan fungsi paru (spirometri)

c) Pemeriksaan gas darah

d) Pemeriksaan EKG

e) Pemeriksaan Laboratorium darah (gambaran leukositosis)

PPOK harus dipertimbangkan pada penderita dengan keluhan

batuk dengan dahak atau sesak napas dan atau riwayat terpapar faktor

resiko. Diagnosis dipastikan dengan pemeriksaan obyektif adanya

hambatan aliran udara (dengan spirometri) (Alsaggaf dkk, 2004).

G. Penatalaksanaan

Tujuan penatalaksanaan penderita PPOK adalah untuk mengurangi

gejala, mencegah eksaserbasi, memperbaiki dan mencegah penurunan faal

paru, dan meningkatkan kualitas hidup. Adapun modalitas terapi yang

digunakan terdiri dari unsur edukasi, obat-obatan, oksigen, ventilasi

mekanik, nutrisi dan rehabilitasi.

1. Pencegahan: mencegah kebiasaan merokok, infeksi, dan polusi udara.

2. Terapi eksaserbasi akut dengan:

a. antibiotik

b. terapi oksigen

c. chest fisioterapi

d. bronkodilator

3. Terapi jangka panjang dengan:

a. antibiotik

b. bronkodilator

NormalNormal HyperinflationHyperinflation

17

Page 18: 67883754-LAPORAN-KASUS-PPOK

c. latihan fisik untuk meningkatkan toleransi fisik

d. mukolitik dan ekspektoran

e. terapi oksigen jangka panjang bagi pasien yang mengalami gagal

napas tipe II dengan PaO2 < 7,3 kPa (55 mmHg) (Alsaggaf dkk,

2004)

f. Rehabilitasi:

1) chest fisioterapi

a) Pernapasan Diafragma, tenik ini melibatkan pelatihan

pasien tersebut untuk menggunakan diafragmanya saat

merelaksasi otot abdominalnya selama inspirasi. Pasien

tersebut dapat merasakan naiknya abdomen, sementara

dinding toraksnya masih diam.

b) Pursed Lip Breathing (pernapasan bibir yang

disokong), bibir pasien disokong saat ekspirasi untuk

mencegah terjebaknya udara akibat kolapsnya jalan udara

yang kecil.

c) Drainase Postural, Penggunaan posisi yang terbantu oleh

gravitasi dapat memperbaiki mobilitas sekret.

d) Perkusi Manual, perkusi atau vibrasi dinding toraks dapat

membantu mobilisasi sekret.

e) Batuk Terkendali, Pasien duduk bersandar kedepan dan

mulai batuk yang disengaja pada waktu yang tepat dengan

kekuatan yang cukup untuk mobilisasi mukus tanpa

memyebabkan kolapsnya jalan napas.

f) Batuk yang dibantu, tekanan diberikan pada abdomen

selama ekshalasi.

2) Psikoterapi

Memberikan motivasi untuk mengatasi beban pikiran

karena keterbatasan melakukan aktivitas sehari-hari.

3) Rehabilitasi pekerjaan (Okupasi Terapi)

18

Page 19: 67883754-LAPORAN-KASUS-PPOK

a) Nilai dan berikan program latihan untuk jangkauan gerak

dan penguatan ekstremitas superior.

b) Anjurkan perlengkapan adaptif untuk meningkatkan

kemandirian dan meminimalkan penggunaan energi.

c) Evaluasi lingkungan rumah dan kerja.

d) Berikan saran-saran untuk meningkatkan kemandirian dan

peningkatan energi (Garisson, 2001).

II. CHEST PHYSIOTHERAPY

Mukus merupakan suatu lapisan protektif yang melapisi bagian dalam

paru dan jalan napas yang menangkap debu dan kotoran yang terdapat pada

udara yang kita hirup dan mencegah iritasi pada paru. Ketika terdapat infeksi

dan iritasi, maka tubuh akan memproduksi mukus yang kental untuk

membantu paru-paru melepaskan diri dari infeksi. Bila mukus yang kental ini

menyumbat jalan napas, maka akan terjadi kesulitan bernapas. Sehingga untuk

membantu membuang ekstra mukus ini dilakukanlah Chest Physiotherapy.

Chest Physiotherapy terdiri dari Postural Drainage, perkusi dada, dan

vibrasi dada. Biasanya ketiga metode ini digunakan pada posisi drainase paru

yang berbeda diikuti dengan latihan napas dalam dan batuk.

A. Postural Drainage

Penumpukan sekresi saluran napas bila dibiarkan akan

menimbulkan akibat yang serius. Dapat timbul serangan batuk spasmodik

akibat iritasi lokal, obstruksi bronkus, atelektasis, infeksi paru, dan

gangguan ventilasi perfusi.

Postural Drainage merupakan pemberian posisi terapeutik pada

pasien yang memungkinkan sekresi paru mengalir berdasarkan gravitasi ke

dalam bronkus mayor dan trakea dimana selanjutnya dapat dibatukkan.

Indikasi:

Kondisi yang berkaitan dengan paru-paru: bronkitis, fibrosis kistik,

pneumonia, asma, abses paru, penyakit paru-paru obstruktif.

19

Page 20: 67883754-LAPORAN-KASUS-PPOK

Profilaksis post-operatif torakotomi, stasis pneumonia

Profilaksis pada penggunaan ventilasi buatan jangka lama, kelumpuhan,

dan pada pasien dalam kondisi tak sadar

Kontra indikasi:

Peningkatan TIK

Segera setelah makan

Refleks batuk (-)

Penyakit jantung akut

Gangguan sistem pembekuan

Postural Drainage juga merupakan suatu rangkaian latihan non

invasif yang digunakan bersamaan dengan humidifikasi dan pengobatan.

Manipulasi ini dibentuk oleh kombinasi mekanis (perkusi dan

vibrasi), gravitasi dan mekanisme batuk. Pasien diletakkan dalam berbagai

posisi sesuai dengan segmen paru yang terlibat. Segmen paru yang akan

didrainase ditempatkan setinggi mungkin dan bronkus utama severtikal

mungkin. Selanjutnya perhatikan gambar-gambar berikut ini untuk

membantu pengaturan posisi drainase paru.

Pasien harus dimonitor dengan cermat pada saat posisi kepala lebih

rendah terhadap adanya aspirasi, dispnea, atau aritmia. Pada pasien abses

paru, hindari posisi pasien dengan lokasi abses di sebelah atas karena akan

menyebabkan pengaliran abses ke sisi paru lainnya.

Waktu yang diperlukan untuk tindakan ini bervariasi tergantung

pada kondisi pasien (sekitar 20-30 menit). Selama pemberian posisi,

pasien dianjurkan napas dalam 5 – 7 kali diselingi napas biasa selama 1-2

menit.

Tindakan ini dapat dilakukan 4 sampai 6 kali sehari atau setiap 2

jam pada kasus sputum banyak dan kental dan dilakukan sebelum

pemberian makanan.

20

Page 21: 67883754-LAPORAN-KASUS-PPOK

Untuk memfasilitasi drainase agar konsistensi sekresi paru yang

kental menjadi lebih encer perlu dipertahankan pemberian cairan yang

adekuat (oral atau intravena) dan pemberian medikasi mukolitik.

Berikut macam-macam posisi postural drainage:

Lobus atas kanan - segmen anterior

Lobus atas kiri - segmen anterior

Lobus atas kanan – segmen posterior (dipandang dari depan)

Lobus atas kanan – segmen posterior (dipandang dari belakang)

21

Page 23: 67883754-LAPORAN-KASUS-PPOK

Lobus bawah kanan – segmen lateral

Lobus bawah kiri – segmen lateral dan Lobus bawah kanan – segmen kardiak (medial)

Kedua lobus bawah – segmen posteriorPerhatikan: bantal di bawah perut dan lutut, kepala tanpa bantal

23

Page 24: 67883754-LAPORAN-KASUS-PPOK

Lobus bawah kanan – segmen posterior (Posisi dimodifikasi untuk penekanan khusus)

Kedua lobus bawah – segmen posterior

B. Perkusi

Perkusi dada meliputi pengetokan dada dengan tangan saat pasien

berada pada posisi drainase. Tujuannya adalah untuk membantu

melepaskan sekret yang melengket pada dinding alveoli sehingga dapat

mengalir ke percabangan bronkus dan trakea.

Gallon (dikutip dalam Hudak & Gallo, 1998) menemukan bahwa

perkusi yang dimasukkan ke dalam program pengobatan secara bermakna

akan meningkatkan kecepatan produksi sekret.

Untuk melakukan perkusi dada, tangan dibentuk seperti mangkuk

dengan mem-fleksikan jari dan meletakkan ibu jari bersentuhan dengan

telunjuk, atau posisi telapak tangan seperti saat menampung air atau

tepung kemudian dibalikkan.

Posisi pasien tergantung pada segmen paru yang akan diperkusi.

Selanjutnya pada area yang akan diperkusi dialas dengan handuk atau

biarkan baju pasien tetap terpasang agar tangan tidak menyentuh kulit

secara langsung.

24

Page 25: 67883754-LAPORAN-KASUS-PPOK

Perkusi dilakukan selama 3 sampai 5 menit untuk setiap posisi.

Jangan melakukan perkusi pada area spinal, sternum, atau di bawah

rongga toraks. Bila perkusi dilakukan dengan benar maka perkusi tidak

akan menimbulkan rasa sakit pada pasien atau membuat kulit menjadi

merah. Bunyi tepukan menimbulkan suara yang khas menunjukkan posisi

tangan yang benar

Kontra indikasi perkusi dada:

- Fraktur iga

- Cedera dada traumatik

- Perdarahan atau emboli paru Mastektomi

- Pneumotoraks

- Lesi metastatik pada iga

- Osteoporosis

- Trauma medulla servikal

- Trauma abdomen

C. Vibrasi

Vibrasi meningkatkan kecepatan dan turbulensi udara ekshalasi

untuk mendorong sekret dan merupakan tindakan mekanik kedua setelah

perkusi atau dapat digunakan sebagai ganti perkusi bila dinding dada nyeri

sekali.

Tujuan vibrasi adalah untuk membantu mengeluarkan sekret dan

merangsang terjadinya batuk. Getaran pada kulit akan sampai pada paru

akan membantu menghilangkan mukus.

Stiller et al (dikutip dalam Hudak & Gallo, 1998) menemukan

bahwa pasien-pasien yang diterapi pemberian posisi, vibrasi, hiperventilasi,

dan penghisapan menunjukkan resolusi dari atelektasis yang lebih berarti

dari pada yang diterapi dengan penghisapan dan hiperventilasi saja.

Teknik vibrasi ini dilakukan dengan cara meletakkan tangan secara

berdampingan dengan jari-jari ekstensi di atas area dada segmen yang akan

didrainase. Selanjutnya pasien diminta untuk melakukan inhalasi dalam dan

ekshalasi secara perlahan. Selama pasien ekshalasi, dada divibrasi dengan

25

Page 26: 67883754-LAPORAN-KASUS-PPOK

cara kontraksi dan relaksasi cepat pada otot lengan dan bahu. Dapat juga

digunakan electric vibrator jika tersedia. Kontra indikasi vibrasi dada sama

dengan kontraindikasi perkusi dada.

26

Page 27: 67883754-LAPORAN-KASUS-PPOK

DAFTAR PUSTAKA

Aditama Tjandra Yoga. 2005. Patofisiologi Batuk. Bagian Pulmonologi Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia, Unit Paru RS Persahabatan. Jakarta.

Alsaggaf Hood, dkk. 2004. Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru. Bagian Ilmu Penyakit

Paru FK Unair. Surabaya.

Garisson Susan J. 2001. Dasar-Dasar Terapi dan Rehabilitasi Fisik. Departement

of Physical Medicine and Rehabilitation. Texas

Sat Sharma. 2006. Obstructive Lung Disease. Division of Pulmonary Medicine,

Department of Internal Medicine, University of Manitoba.

www.emedicine.com

27