2012-1-13201-811408082-bab2-14082012041905.ps

25
11 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA KONSEP A. Kajian Pustaka 1. Definisi Malaria Definisi penyakit malaria menurut World Health Organization (WHO) adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit malaria (plasmodium) bentuk aseksual yang masuk kedalam tubuh manusia yang ditularkan oleh nyamuk malaria ( Anopheles spp) betina. Definisi penyakit malaria lainnya adalah suatu jenis penyakit menular yang disebabkan oleh agent tertentu yang infektif dengan perantara suatu vektor dan dapat disebarkan dari suatu sumber infeksi host. Penyakit malaria termasuk salah satu penyakit menular yang dapat menyerang semua orang, bahkan mengakibatkan kematian terutama yang disebabkan oleh Plasmodiumi falciparum (Depkes, 2003). Penyakit malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit dari genus Plasmodium yang termasuk golongan protozoa melalui perantaraan tusukan (gigitan) nyamuk Anopheles spp. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki endemisitas tinggi. Malaria maupun penyakit yang menyerupai malaria telah diketahui ada selama lebih dari 4.000 tahun yang lalu. Malaria dikenal secara luas di daerah Yunani pada abad ke-4 SM dan dipercaya sebagai penyebab utama berkurangnya penduduk kota. Penyakit malaria sudah dikenal sejak tahun 1753, tetapi baru ditemukan parasit dalam darah oleh Alphonse Laxeran tahun 1880. Untuk mewarnai parasit, pada tahun 1883

Upload: reski-harlianty-harli

Post on 13-Jul-2016

217 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

file upload

TRANSCRIPT

Page 1: 2012-1-13201-811408082-bab2-14082012041905.ps

11

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA KONSEP

A. Kajian Pustaka

1. Definisi Malaria

Definisi penyakit malaria menurut World Health Organization (WHO)

adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit malaria (plasmodium) bentuk

aseksual yang masuk kedalam tubuh manusia yang ditularkan oleh nyamuk

malaria ( Anopheles spp) betina.

Definisi penyakit malaria lainnya adalah suatu jenis penyakit menular

yang disebabkan oleh agent tertentu yang infektif dengan perantara suatu

vektor dan dapat disebarkan dari suatu sumber infeksi host. Penyakit malaria

termasuk salah satu penyakit menular yang dapat menyerang semua orang,

bahkan mengakibatkan kematian terutama yang disebabkan oleh

Plasmodiumi falciparum (Depkes, 2003).

Penyakit malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit dari genus

Plasmodium yang termasuk golongan protozoa melalui perantaraan tusukan

(gigitan) nyamuk Anopheles spp. Indonesia merupakan salah satu negara

yang memiliki endemisitas tinggi. Malaria maupun penyakit yang menyerupai

malaria telah diketahui ada selama lebih dari 4.000 tahun yang lalu. Malaria

dikenal secara luas di daerah Yunani pada abad ke-4 SM dan dipercaya

sebagai penyebab utama berkurangnya penduduk kota. Penyakit malaria

sudah dikenal sejak tahun 1753, tetapi baru ditemukan parasit dalam darah

oleh Alphonse Laxeran tahun 1880. Untuk mewarnai parasit, pada tahun 1883

Page 2: 2012-1-13201-811408082-bab2-14082012041905.ps

12

Marchiafava menggunakan metilen biru sehingga morfologi parasit ini lebih

mudah dipelajari. Siklus hidup plasmodium di dalam tubuh nyamuk dipelajari

oleh Ross dan Binagmi pada tahun 1898 dan kemudian pada tahun 1900 oleh

Patrick Manson dapat dibuktikan bahwa nyamuk adalah vektor penular

malaria.

Pada tahun 1890 Giovanni Batista Grassi dan Raimondo Feletti adalah

dua peneliti Italia yang pertama kali memberi nama dua parasit penyebab

malaria pada manusia, yaitu Plasmodium vivax dan Plasmodium malariae.

Pada tahun 1897 seorang Amerika bernama William H. Welch memberi nama

parasit penyebab malaria tertiana sebagai Plasmodium falciparum dan pada

1922 John William Watson Stephens menguraikan nama parasit malaria

keempat, yaitu Plasmodium ovale.

2. Patogenesis Malaria

Patogenesis malaria sangat kompleks, dan seperti patogenesis penyakit

infeksi pada umumnya melibatkan faktor parasit, faktor penjamu, dan

lingkungan. Ketiga faktor tersebut saling terkait satu sama lain, dan

menentukan manifestasi klinis malaria yang bervariasi mulai dari yang paling

berat ,yaitu malaria dengan komplikasi gagal organ (malaria berat), malaria

ringan tanpa komplikasi, atau yang paling ringan, yaitu infeksi asimtomatik.

Tanda dan gejala klinis malaria yang timbul bervariasi tergantung pada

berbagai hal antara lain usia penderita, cara transmisi, status kekebalan, jenis

plasmodium, infeksi tunggal atau campuran. Selain itu yang tidak kalah

penting adalah kebiasaan menggunakan obat anti malaria yang kurang

Page 3: 2012-1-13201-811408082-bab2-14082012041905.ps

13

rasional yang dapat mendorong timbulnya resistensi. Berbagai faktor tersebut

dapat mengacaukan diagnosis malaria sehingga dapat disangka demam tifoid

atau hepatitis, terlebih untuk daerah yang dinyatakan bebas malaria atau yang

Annual Parasite Incidence ±nya rendah.

3. Gejala Malaria

Secara klinis, gejala dari penyakit malaria terdiri atas beberapa serangan

demam dengan interval tertentu yang diselingi oleh suatu periode dimana

penderita bebas sama sekali dari demam.Gejala klinis malaria antara lain

sebagai berikut.

a. Badan terasa lemas dan pucat karena kekurangan darah dan berkeringat.

b. Nafsu makan menurun.

c. Mual-mual kadang-kadang diikuti muntah.

d. Sakit kepala yang berat, terus menerus, khususnya pada infeksi dengan

plasmodium Falciparum.

e. Dalam keadaan menahun (kronis) gejala diatas, disertai pembesaran limpa.

f. Malaria berat, seperti gejala diatas disertai kejang-kejang dan penurunan.

g. Pada anak, makin muda usia makin tidak jelas gejala klinisnya tetapi yang

menonjol adalah mencret (diare) dan pusat karena kekurangan darah

(anemia) serta adanya riwayat kunjungan ke atau berasal dari daerah

malaria.

Malaria menunjukkan gejala-gejala yang khas, yaitu:

a. Demam berulang yang terdiri dari tiga stadium: stadium kedinginan,

stadium panas, dan stadium berkeringat

Page 4: 2012-1-13201-811408082-bab2-14082012041905.ps

14

b. Splenomegali (pembengkakan limpa)

c. Anemi yang disertai malaise

Serangan malaria biasanya berlangsung selama 6-10 jam dan terdiri dari

tiga tingkatan, yaitu:

a. Stadium dingin

Stadium ini mulai dengan menggigil dan perasaan yang sangat dingin.

Gigi gemeretak dan penderita biasanya menutup tubuhnya dengan segala

macam pakaian dan selimut yang tersedia nadi cepat tetapi lemah. Bibir

dan jari jemarinya pucat kebiru-biruan, kulit kering dan pucat. Penderita

mungkin muntah dan pada anak-anak sering terjadi kejang. Stadium ini

berlangsung antara 15 menit sampai 1 jam.

b. Stadium Demam

Setelah merasa kedinginan, pada stadium ini penderita merasa

kepanasan. Muka merah, kulit kering dan terasa sangat panas seperti

terbakar, sakit kepala dan muntah sering terjadi, nadi menjadi kuat lagi.

Biasanya penderita merasa sangat haus dan suhu badan dapat meningkat

sampai 41°C atau lebih. Stadium ini berlangsung antara 2 sampai 4 jam.

Demam disebabkan oleh pecahnya skizon darah yang telah matang dan

masuknya merozoit darah ke dalam aliran darah.

c. Stadium Berkeringat

Pada stadium ini penderita berkeringat banyak sekali sampai-sampai

tempat tidurnya basah. Suhu badan meningkat dengan cepat, kadang-

kadang sampai dibawah suhu normal. Penderita biasanya dapat tidur

Page 5: 2012-1-13201-811408082-bab2-14082012041905.ps

15

nyenyak. Pada saat bangun dari tidur merasa lemah tetapi tidak ada gejala

lain, stadium ini berlangsung antara 2 sampai 4 jam (Soegijanto, 2004).

Gejala-gejala yang disebutkan diatas tidak selalu sama pada setiap

penderita, tergantung pada spesies parasit dan umur dari penderita, gejala

klinis yang berat biasanya terjadi pada malaria tropika yang disebabkan

oleh plasmodium falciparum. Hal ini disebabkan oleh adanya

kecenderungan parasit (bentuk trofozoit dan skizon) untuk berkumpul pada

pembuluh darah organ tubuh seperti otak, hati dan ginjal sehingga

menyebabkan tersumbatnya pembuluh darah pada organ-organ tubuh

tersebut. Gejala berupa koma/pingsan, kejang-kejang sampai tidak

berfungsinya ginjal. Kematian paling banyak disebabkan oleh jenis

malaria ini kadang±kadang gejalanya mirip kolera atau disentri.

4. Daur Hidup Plasmodium

Dalam daur hidupnya, plasmodium mempunyai dua hospes yaitu

vertebrata dan nyamuk. Di dalam hospes vertebrata melangsungkan daur

aseksual yang dikenal sebagai skizogoni, dan daur seksual membentuk

sporozoit di dalam tubuh nyamuk disebut sporogoni.

a) Skizogoni (Daur Aseksual)

Sporozoit yang infektif dari kelenjar ludah nyamuk Anopheles

ditusukkan ke dalam aliran darah hospes vertebrata (manusia). Sporozoit

dalam waktu 30 menit memasuki sel parenkim hati untuk memulai stadium

ekso-eritrositik karena belum masuk ke dalam sel darah merah. Dari sel

hati, plasmodium kemudian keluar dengan bebas masuk ke dalam sel darah

Page 6: 2012-1-13201-811408082-bab2-14082012041905.ps

16

merah. Sebagian besar difagositosis tetapi sebagian kecil berhasil

memasuki sel hati yang baru untuk mengulangi daur ekso-eritrositik.

Plasmodium yang keluar dari sel hati akan masuk ke sel darah merah

disebut stadium pra-eritrositik.

Dalam sel darah merah mulai tampak adanya kromatin kecil yang

dikelilingi sitoplasma tipis plasmodium yang membentuk cincin. Bentuk

cincin ini kemudian berkembang menjadi bentuk ameboid. Bentuk cincin

dan ameboid adalah trozoit dalam sel darah merah tumbuh menjadi skizon

merozoit. Sel darah merah yang penuh dengan merozoit akan pecah.

Parasit yang dapat menghindari fagositosis memasuki sel darah merah

kembali untuk mengulangi daur skizogoni. Merozoit yang masuk ke dalam

sel darah merah baru kemudian membentuk gametosit untuk memasuki

stadium seksual.

b) Sporogoni (Daur Seksual)

Sporogoni merupakan stadium seksual yang terjadi di dalam nyamuk.

Pada saat nyamuk menghisap darah, gametosit ditelan bersama. Berbeda

dengan skizon, gametosit tidak dicernakan bersama sel-sel darah. Pada

gamet betina (makrogamet) titik kromatin membagi diri menjadi 6-8 inti

yang bergerak ke pinggir parasit. Sedangkan dalam gamet jantan

(mikrogamet) terbentuk beberapa filamen seperti cambuk sehingga

mempunyai gerakan aktif. Sementara itu, makrogamet menjadi matang

sebagai makrogemetosit. Perkembangan gametosit berlangsung dalam

rongga perut nyamuk.

Page 7: 2012-1-13201-811408082-bab2-14082012041905.ps

17

Fertilisasi (pembuahan) terjadi karena masuknya mikrogamet ke dalam

makrogamet untuk membentuk zigot. Dalam 12-24 jam setelah nyamuk

menghisap darah, zigot berubah menjadi bentuk seperti cacing yang

disebut ookinet yang dapat menembus dinding lambung nyamuk.

Selanjutnya tumbuh menjadi ookista yang berbentuk bulat.

Di dalam ookista terbentuk ribuan sporozoit sehingga menyebabkan

ookista pecah. Dengan pecahnya ookista, sporozoit dilepaskan ke dalam

rongga badan dan selanjutnya bergerak ke seluruh jaringan nyamuk.

Beberapa sporozoit mencapai kelenjar ludah nyamuk. Jika nyamuk sedang

menusuk kulit manusia, maka sporozoit masuk ke dalam darah dan

jaringan bersama air ludah kemudian mulailah daur pra-eritrositik.seperti

terlihat pada siklus di bawah ini :

Page 8: 2012-1-13201-811408082-bab2-14082012041905.ps

18

5. Penularan Malaria

Malaria ditularkan ke penderita dengan masuknya sporozoit plasmodium

melalui gigitan nyamuk betina Anopheles yang spesiesnya dapat berbeda dari

satu daerah dengan daerah lainnya. Dikenal adanya berbagai cara penularan

malaria:

a. Penularan secara alamiah (natural infection)

Penularan ini terjadi melalui gigitan nyamuk anopheles betina yang

infektif. Nyamuk menggigit orang sakit malaria maka parasit akan ikut

terhisap bersama darah penderita malaria. Di dalam tubuh nyamuk parasit

akan berkembang dan bertambah banyak, kemudian nyamuk menggigit

orang sehat, maka melalui gigitan tersebut parasit ditularkan ke orang lain.

b. Penularan yang tidak alamiah

1). Malaria bawaan (congenital)

Terjadi pada bayi yang baru dilahirkan karena ibunya menderita

malaria. Disebabkan adanya kelainan pada sawar plasenta sehingga

tidak ada penghalang infeksi dari ibu kepada bayi yang dikandungnya.

2). Secara mekanik

Penularan terjadi melalui transfusi darah atau melalui jarum suntik.

Penularan melalui jarum suntik banyak terjadi pada para pecandu obat

bius yang menggunakan jarum suntik yang tidak steril.

3). Secara oral (melalui mulut)

Cara penularan ini pernah dibuktikan pada burung, ayam

(P.gallinasium) burung dara (P.Relection) dan monyet (P.Knowlesi).

Page 9: 2012-1-13201-811408082-bab2-14082012041905.ps

19

Pada umumnya sumber infeksi bagi malaria pada manusia adalah

manusia lain yang sakit malaria baik dengan gejala maupun tanpa

gejala klinis. Kecuali bagi simpanse di Afrika yang dapat terinfeksi

oleh penyakit malaria, belum diketahui ada hewan lain yang dapat

menjadi sumber bagi plasmodium yang biasanya menyerang manusia.

Malaria, baik yang disebabkan oleh P. falciparum, P. vivax, P.

malariae dan P. ovale semuanya ditularkan oleh nyamuk anopheles.

Nyamuk yang menjadi vektor penular malaria adalah Anopheles

sundaicus, Anopheles aconitus, Anopheles barbirostris, Anopheles

subpictus, dan sebagainya.

6. Epidemiologi Penyakit Malaria

a. Distribusi Frekuensi Malaria

1). Orang

Di Indonesia, malaria merupakan masalah kesehatan yang penting,

oleh karena penyakit ini endemik di sebagian besar wilayah Indonesia

terutama di luar Jawa dan Bali. Epidemi malaria seringkali dilaporkan

dari berbagai wilayah dengan angka kematian yang lebih tinggi pada

anak-anak di bawah 5 tahun dibanding orang dewasa. Namun secara

keseluruhan fenomena menunjukkan bahwa penyakit malaria

menyerang hampir seluruh kelompok umur, dan lebih tinggi pada

jenis kelamin laki-laki dibandingkan jenis kelamin perempuan.

Page 10: 2012-1-13201-811408082-bab2-14082012041905.ps

20

2). Tempat

Batas dari penyebaran malaria adalah 64°LU (Rusia) dan 32°LS

(Argentina). Ketinggian yang dimungkinkan adalah 400 meter di

bawah permukaan laut (Laut mati dan Kenya) dan 2600 meter di atas

permukaan laut (Bolivia). Plasmodium vivax mempunyai distribusi

geografis yang paling luas, mulai dari daerah beriklim dingin,

subtropik sampai kedaerah tropik. Malaria di suatu daerah dikatakan

endemik apabila kesakitannya yang disebabkan oleh infeksi alamiah,

kurang lebih konstan selama beberapa tahun berturut-turut.

Berdasarkan hasil Spleen Rate (SR), yaitu persentase penduduk yang

limpanya membesar dari seluruh penduduk yang diperiksa pada

kelompok umur 2-9 tahun, suatu daerah dapat diklasifikasikan

menjadi 4 tingkat endemisitas :

(1). Hipoendemik SR < 10%

(2). Mesoendemik SR 11-50%

(3). Hiperendemik SR > 50% (SR dewasa tinggi > 25 %)

(4). Holoendemik SR >75 % (SR dewasa rendah).

Berdasarkan AMI, daerah malaria dapat diklasifikasikan menjadi :

(1). Low Malaria Incidence, AMI < 10 kasus per 1.000 penduduk

(2). Medium, AMI 10-50 kasus per 1.000 penduduk

(3). High, AMI > 50 kasus per 1.000 penduduk

Page 11: 2012-1-13201-811408082-bab2-14082012041905.ps

21

3). Waktu

Waktu adalah besaran yang menunjukkan lamanya suatu peristiwa

berlangsung. Menurut data Profil Dinkes Kabupaten gorontalo 2011,

terjadi kasus malaria dengan diukur dengan Annual Parasite incidence

(API) sebesar 3,53 % penderita positif.

Penyakit malaria sampai saat ini masih berada di urutan atas.

Menurut data laporan Tahunan malaria di Wilayah Kerja Puskesmas

Bongomeme Kabupaten Gorontalo berdasarkan Pada tahun 2009

diukur dengan Annual Malaria Incidence (AMI) jumlah kasus sebesar

3,43 %, dan diukur dengan Annual Parasite incidence (API) sebesar 0,

20 % penderita positif. Pada tahun 2010 diukur dengan Annual

Malaria Incidence (AMI) jumlah kasus sebesar 5,23 %, dan diukur

dengan Annual Parasite incidence (API) sebesar 0, 28 % penderita

positif. Dan pada tahun 2011 diukur dengan Annual Malaria

Incidence (AMI) jumlah kasus sebesar 14,85 %, dan diukur dengan

Annual Parasite incidence (API) sebesar 5,11 % penderita positif.

b. Determinan Malaria

Dalam epidemiologi selalu ada 3 faktor yang diselidiki : Host

(umumnya manusia), Agent (penyebab penyakit) dan Environment

(lingkungan).

1). Faktor Host

Penyakit malaria mempunyai keunikan karena ada 2 macam host

yakni manusia sebagai host intermediate (dimana siklus aseksual

Page 12: 2012-1-13201-811408082-bab2-14082012041905.ps

22

parasit terjadi) dan nyamuk anopheles betina sebagai host definitive

(tempat siklus seksual parasit berlangsung).

(a). Manusia (Host Intermediate)

Secara umum dapat dikatakan bahwa pada dasarnya setiap

orang dapat terkena malaria. Setiap orang rentan terhadap

penularan kecuali pada mereka yang mempunyai galur

genetika spesifik. Toleransi atau daya tahan terhadap

munculnya gejala klinis ditemukan pada penduduk dewasa

yang tinggal di daerah endemis dimana gigitan nyamuk

anopheles berlangsung bertahun-tahun.Faktor-faktor yang

berpengaruh pada manusia ialah:

(1). Kekebalan / Imunitas

Kekebalan pada penyakit malaria dapat didefinisikan

sebagai adanya kemampuan tubuh manusia untuk

menghancurkan plasmodium yang masuk atau membatasi

perkembangbiakannya. Ada dua macam kekebalan, yaitu

kekebalan alamiah dan kekebalan yang didapat.

Kekebalan alamiah timbul tanpa memerlukan infeksi lebih

dahulu. Kekebalan yang didapat ada yang merupakan

kekebalan aktif sebagai akibat dari infeksi sebelumnya

atau vaksinasi, dan ada juga kekebalan pasif didapat

melalui pemindahan antibodi dari ibu kepada anak atau

pemberian serum dari seseorang yang kebal penyakit.

Page 13: 2012-1-13201-811408082-bab2-14082012041905.ps

23

(2). Umur dan Jenis Kelamin

Perbedaan angka kesakitan malaria pada laki-laki dan

wanita atau pada berbagai kelompok umur sebenarnya

disebabkan oleh faktor-faktor lain seperti pekerjaan,

pendidikan, perumahan, migrasi penduduk, kekebalan dan

lain-lain.

Karakteristik umur, point prevalence paling tinggi

adalah pada umur 5-9 tahun (0,9%), kemudian pada

kelompok umur 1-4 tahun (0,8%) dan paling rendah pada

umur <1 tahun (0,3%). Sedangkan menurut period

prevalence, prevalens paling tinggi adalah pada kelompok

umur >15 tahun (10,8%), nomor dua paling tinggi pada

kelompok umur 1-4 tahun (10,7%) dan paling rendah tetap

pada umur <1 tahun (8,2%). Dari data diatas tampak

kecenderungan kelompok yang berisiko tinggi terkena

malaria bergeser dari usia >15 tahun ke usia 1-4 tahun.

Oleh karena itu perlu intervensi pencegahan malaria pada

usia 1-4 tahun, memperkuat promosi anak dibawah lima

tahun tidur dibawah kelambu berinsektisida serta

menyediakan obat malaria yang sesuai dengan umur

balita.

Page 14: 2012-1-13201-811408082-bab2-14082012041905.ps

24

(b). Nyamuk (Host Definitive)

Nyamuk Anopheles yang menghisap darah hanya nyamuk

Anopheles betina. Darah diperlukan untuk pertumbuhan

telurnya. Perilaku nyamuk sangat menentukan dalam proses

penularan malaria.

(1). Perilaku nyamuk

Beberapa perilaku nyamuk yang penting, yaitu tempat

hinggap atau istirahat (di luar atau dalam rumah), tempat

menggigit (di luar atau dalam rumah), objek yang digigit

(manusia atau manusia). Nyamuk anopheles hanya

mengigit satu orang setiap kali mengisap darah, berbeda

dengan nyamuk aedes yang bisa menggigit banyak orang

saat mengisap darah.

(2). Umur nyamuk (longevity)

Diperlukan waktu untuk perkembangbiakan gametosit

dalam tubuh nyamuk menjadi sporozoit yakni bentuk

parasit yang siap menginfeksi manusia sehat. Apabila

umur nyamuk lebih pendek dari proses sporogoni, yakni

replikasi parasit dalam tubuh nyamuk (sekitar 5 hingga 10

hari), maka dapat dipastikan nyamuk tersebut tidak dapat

menjadi vektor.

Page 15: 2012-1-13201-811408082-bab2-14082012041905.ps

25

(3). Kerentanan nyamuk terhadap infeksi gametosit

Nyamuk yang terlalu banyak parasit dalam perutnya

tentu bisa melebihi kapasitas perut nyamuk itu sendiri.

Perut bisa meletus dan mati karenanya.

(4). Frekuensi menggigit manusia

Semakin sering seekor nyamuk yang membawa

sporozoit dalam kelenjar ludahnya, semakin besar

kemungkinan nyamuk berperan sebagai vektor penular

penyakit malaria.

(5). Siklus gonotrofik

Waktu yang diperlukan untuk matangnya telur sebagai

indikator untuk mengukur interval menggigit nyamuk

pada objek yang digigit (manusia).

2). Faktor Agent

Agent penyakit malaria adalah genus plasmodia, family

plasmodiidae, dan order Coccidiidae. Ada empat jenis parasit

malaria, yaitu:

a. Plasmodium falciparum

Plasmodium Falciparum, penyebab malaria tropika yang

sering menyebabkan malaria berat/malaria otak yang fatal, gejala

serangnya timbul berselang setiap dua hari (48 jam) sekali.

Page 16: 2012-1-13201-811408082-bab2-14082012041905.ps

26

b. P. vivax

Penyebab penyakit malaria tertiana yang gejala serangannya

timbul berselang setiap tiga hari (Sering Kambuh).

c. P. malariae

Penyebab penyakit malaria quartana yang gejala serangnya

timbul berselang setiap empat hari sekali.

d. P. ovale

Jenis ini jarang sekali dijumpai, umumnya banyak di Afrika

dan Pasifik Barat, menyebabkan malaria ovale.

Seorang penderita dapat dihinggapi oleh lebih dari satu jenis

plasmodium. Infeksi demikian disebut infeksi campuran (mixed

infection). Biasanya paling banyak dua jenis parasit, yakni

campuran antara P. falciparum dengan P. vivax atau P. malariae.

Kadang-kadang dijumpai tiga jenis parasit sekaligus, meskipun

hal ini jarang sekali terjadi (Depkes.RI.2005).

3). Faktor Environment

Lingkungan adalah lingkungan manusia dan nyamuk berada.

Nyamuk berkembang biak dengan baik bila lingkungannya sesuai

dengan keadaan yang dibutuhkan oleh nyamuk untuk berkembang

biak. Kondisi lingkungan yang mendukung perkembangan nyamuk

tidak sama tiap jenis/spesies nyamuk. Nyamuk Anopheles aconitus

cocok pada daerah perbukitan dengan sawah non teknis berteras,

saluran air yang banyak ditumbuhi rumput yang menghambat aliran

Page 17: 2012-1-13201-811408082-bab2-14082012041905.ps

27

air. Nyamuk Anopheles balabacensis cocok pada daerah perbukitan

yang banyak terdapat hutan dan perkebunan. Jenis nyamuk

Anopheles maculatus dan Anopheles balabacensis sangat cocok

berkembang biak pada tempat genangan air seperti bekas jejak kaki,

bekas jejak roda kendaraan dan bekas lubang galian.

Faktor lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan dimana

manusia dan nyamuk berada, lingkungan tersebut terbagi atas

lingkungan fisik, lingkungan kimia, lingkungan biologik dan

lingkungan sosial budaya.

(a). Lingkungan fisik meliputi :

(1). Suhu udara, sangat mempengaruhi panjang pendeknya

siklus sporogoni atau masa inkubasi ekstrinsik. Makin

tinggi suhu (sampai batas tertentu) makin pendek masa

inkubasi ekstrinsik.

(2). Kelembaban udara, kelembaban yang rendah

memperpendek umur nyamuk.

(3). Hujan, hujan yang diselingi oleh panas akan memperbesar

kemungkinan berkembangbiakan anopheles.

(4). Angin, jarak terbang nyamuk dapat diperpendek arau

diperpanjang tergantung kepada arah angin.

(5). Sinar matahari, pengaruh sinar matahari terhadap

pertumbuhan larva nyamuk berbeda-beda.

Page 18: 2012-1-13201-811408082-bab2-14082012041905.ps

28

(6). Arus air, An. barbirostris menyukai tempat perindukan

denga air yang statsi atau mengalir sedikit, sedangkan An.

minimus menyukai aliran air cukup deras.

(b). Lingkungan kimiawi, dari lingkungan ini yang baru diketahui

pengaruhnya adalah kadar garam dari tempat perindukan.

(c). Lingkungan biologik, tumbuhan bakau, lumut, ganggang dan

berbagai jenis tumbuh-tumbuhan lain dapat mempengaruhi

kehidupan larva nyamuk karena dapat menghalangi sinar

matahari yang masuk atau melindungi dari serangan makhluk

hidup lain.

(d). Lingkungan sosial budaya, kebiasaan untuk berada di luar

rumah sampai larut malam, di mana vektornya lebih bersifat

eksofilik (lebih suka hinggap/ istirahat di luar rumah) dan

eksofagik (lebih suka menggigit di luar rumah) akan

memperbesar jumlah gigitan nyamuk, penggunaan kelambu,

kawat kasa dan repellent akan mempengaruhi angka kesakitan

malaria dan pembukaan lahan dapat menimbulkan tempat

perindukan buatan manusia sendiri (man made breeding places).

7. Pencegahan Malaria

a. Pencegahan Primer

1). Tindakan terhadap manusia

(a). Edukasi adalah faktor terpenting pencegahan malaria yang harus

diberikan kepada setiap pelancong atau petugas yang akan bekerja

Page 19: 2012-1-13201-811408082-bab2-14082012041905.ps

29

di daerah endemis. Materi utama edukasi adalah mengajarkan

tentang cara penularan malaria, risiko terkena malaria, dan yang

terpenting pengenalan tentang gejala dan tanda malaria,

pengobatan malaria, pengetahuan tentang upaya menghilangkan

tempat perindukan.

(b). Melakukan kegiatan sistem kewaspadaan dini, dengan

memberikan penyuluhan pada masyarakat tentang cara

pencegahan malaria.

(c). Proteksi pribadi, seseorang seharusnya menghindari dari gigtan

nyamuk dengan menggunakan pakaian lengkap, tidur

menggunakan kelambu, memakai obat penolak nyamuk, dan

menghindari untuk mengunjungi lokasi yang rawan malaria.

(d). Modifikasi perilaku berupa mengurangi aktivitas di luar rumah

mulai senja sampai subuh di saat nyamuk anopheles umumnya

mengigit.

2). Kemoprofilaksis (Tindakan terhadap Plasmodium sp)

Walaupun upaya pencegahan gigitan nyamuk cukup efektif

mengurangi paparan dengan nyamuk, namun tidak dapat

menghilangkan sepenuhnya risiko terkena infeksi. Diperlukan upaya

tambahan, yaitu kemoprofilaksis untuk mengurangi risiko jatuh sakit

jika telah digigit nyamuk infeksius. Beberapa obat-obat antimalaria

yang saat ini digunakan sebagai kemoprofilaksis adalah klorokuin,

meflokuin (belum tersedia di Indonesia), doksisiklin, primakuin dan

Page 20: 2012-1-13201-811408082-bab2-14082012041905.ps

30

sebagainya. Dosis kumulatif maksimal untk pengobatan pencegahan

dengan klorokuin pada orang dewasa adalah 100 gram basa. Untuk

mencegah terjadinya infeksi malaria terhadap pendatang yang

berkunjung ke daerah malaria pemberian obat dilakukan setiap

minggu; mulai minum obat 1-2 minggu sebelum mengadakan

perjalanan ke endemis malaria dan dilanjutkan setiap minggu selama

dalam perjalanan atau tinggal di daerah endemis malaria dan selama

4 minggu setelah kembali dari daerah tersebut. Pengobatan

pencegahan tidak diberikan dalam waktu lebih dari 12-20 minggu

dengan obat yang sama. Bagi penduduk yang tinggal di daerah risiko

tinggi malaria dimana terjadi penularan malaria yang bersifat

musiman maka upaya pencegahan terhadap gigitan nyamuk perlu

ditingkatkan sebagai pertimbangan alternatif terhadap pemberian

pengobatan profilaksis jangka panjang dimana kemungkinan terjadi

efek samping sangat besar.

3). Tindakan terhadap vektor

(a). Pengendalian secara mekanis Dengan cara ini, sarang atau tempat

berkembang biak serangga dimusnahkan, misalnya dengan

mengeringkan genangan air yang menjadi sarang nyamuk. Termasuk

dalam pengendalian ini adalah mengurangi kontak nyamuk dengan

manusia, misalnya memberi kawat nyamuk pada jendela dan jalan

angin lainnya.

Page 21: 2012-1-13201-811408082-bab2-14082012041905.ps

31

(b). Pengendalian secara biologis Pengendalian secara biologis

dilakukan dengan menggunakan makhluk hidup yang bersifat

parasitik terhadap nyamuk atau penggunaan hewan predator atau

pemangsa serangga. Dengan pengendalian secara biologis ini,

penurunan populasi nyamuk terjadi secara alami tanpa menimbulkan

gangguan keseimbangan ekologi. Memelihara ikan pemangsa jentik

nyamuk, melakukan radiasi terhadap nyamuk jantan sehingga steril

dan tidak mampu membuahi nyamuk betina. Pada saat ini sudah

dapat dibiakkan dan diproduksi secara komersial berbagai

mikroorganisme yang merupakan parasit nyamuk.

(c). Pengendalian secara kimiawi Pengendalaian secara kimiawi adalah

pengendalian serangga mengunakan insektisida. Dengan

ditemukannya berbagai jenis bahan kimiayang bersifat sebagai

pembunuh serangga yang dapat diproduksi secara besar-besaran,

maka pengendalian serangga secara kimiawi berkembang pesat.

b. Pencegahan Sekunder

1). Pencarian penderita malaria

Pencarian secara aktif melalui skrining yaitu dengan penemuan dini

penderita malaria dengan dilakukan pengambilan slide darah dan

konfirmasi diagnosis (mikroskopis dan /atau RDT (Rapid Diagnosis

Test)) dan secara pasif dengan cara malakukan pencatatan dan

pelaporan kunjungan kasus malaria.

Page 22: 2012-1-13201-811408082-bab2-14082012041905.ps

32

2). Diagnosa dini

(a). Gejala Klinis

Diagnosis malaria sering memerlukan anamnesis yang tepat

dari penderita tentang keluhan utama (demam, menggigil,

berkeringat dan dapat disertai sakit kepala, mual, muntah, diare,

dan nyeri otot atau pegal-pegal), riwayat berkunjung dan

bermalam 1-4 minggu yang lalu ke daerah endemis malaria,

riwayat tinggal di daerah endemis malaria, riwayat sakit malaria,

riwayat minum obat malaria satu bulan terakhir, riwayat

mendapat transfusi darah.

Selain itu juga dapat dilakukan pemeriksaan fisik berupa :

(1). 'HPDP��SHQJXNXUDQ�GHQJDQ�WKHUPRPHWHU��������C)

(2). Anemia

(3). Pembesaran limpa (splenomegali) atau hati (hepatomegali)

(b). Pemeriksaan Laboratorium

(1). Pemeriksaan mikroskopis

(2). Tes Diagnostik Cepat (RDT, Rapid Diagnostic Test)

(c). Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui kondisi umum

penderita, meliputi pemeriksaan kadar hemoglobin, hematokrit,

jumlah leukosit, eritrosit dan trombosit. Bisa juga dilakukan

pemeriksaan kimia darah, pemeriksaan foto toraks, EKG

(Electrokardiograff), dan pemeriksaan lainnya.

Page 23: 2012-1-13201-811408082-bab2-14082012041905.ps

33

3). Pengobatan yang tepat dan adekuat

Berbeda dengan penyakit-penyakit yang lain, malaria tidak dapat

disembuhkan meskipun dapat diobati untuk menghilangkan gejala-

gejala penyakit. Malaria menjadi penyakit yang sangat berbahaya

karena parasit dapat tinggal dalam tubuh manusia seumur hidup. Sejak

1638, malaria diobati dengan ekstrak kulit tanaman cinchona. bahan

ini sangat beracun tetapi dapat menekan pertumbuhan protozoa dalam

darah. Saat ini ada tiga jenis obat anti malaria, yaitu Chloroquine,

Doxycyline, dan Melfoquine. Tanpa pengobatan yang tepat akan dapat

mengakibatkan kematian penderita. Pengobatan harus dilakukan 24

jam sesudah terlihat adanya gejala.

Pengobatan spesifik untuk semua tipe malaria:

(a). Pengobatan untuk mereka yang terinfeksi malaria adalah

dengan menggunakan chloroquine terhadap P. falciparum, P.

vivax, P. malariae dan P. ovale yang masih sensitif terhadap

obat tersebut.

(b). Untuk pengobatan darurat bagi orang dewasa yang terinfeksi

malaria dengan komplikasi berat atau untuk orang yang tidak

memungkinkan diberikan obat peroral dapat diberikan obat

Quinine dihydrochloride.

(c). Untuk infeksi malaria P. falciparum yang didapat di daerah

dimana ditemukan strain yang resisten terhadap chloroquine,

pengobatan dilakukan dengan memberikan quinine.

Page 24: 2012-1-13201-811408082-bab2-14082012041905.ps

34

(d). Untuk pengobatan infeksi malaria P. vivax yang terjadi di

Papua New Guinea atau Irian Jaya (Indonesia) digunakan

mefloquine.

(e). Untuk mencegah adanya infeksi ulang karena digigit nyamuk

yang mengandung malaria P. vivax dan P. ovale berikan

pengobatan dengan primaquine. Primaquine tidak dianjurkan

pemberiannya bagi orang yang terkena infeksi malaria bukan

oleh gigitan nyamuk (sebagai contoh karena transfusi darah)

oleh karena dengan cara penularan infeksi malaria seperti ini

tidak ada fase hati.

c. Pencegahan Tertier

1). Penanganan akibat lanjut dari komplikasi malaria

Kematian pada malaria pada umumnya disebabkan oleh malaria

berat karena infeksi P. falciparum. Manifestasi malaria berat dapat

bervariasi dari kelainan kesadaran sampai gangguan fungsi organ

tertentu dan gangguan metabolisme.

Prinsip penanganan malaria berat :

(a). Pemberian obat malaria yang efektif sedini mungkin

(b). Penanganan kegagalan organ seperti tindakan dialisis terhadap

gangguan fungsi ginjal, pemasangan ventilator pada gagal napas.

(c). Tindakan suportif berupa pemberian cairan serta pemantauan

tanda vital untuk mencegah memburuknya fungsi organ vital.

Page 25: 2012-1-13201-811408082-bab2-14082012041905.ps

35

2). Rehabilitasi mental/ psikologis

Pemulihan kondisi penderita malaria,memberikan dukungan moril

kepada penderita dan keluarga di dalam pemulihan dari penyakit

malaria, melaksanakan rujukan pada penderita yang memerlukan

pelayanan tingkat lanjut.

B. Kerangka Konsep

1. Adapun kerangka konsep penelitian ini adalah :

Variabel Bebas Variabel Terikat

Umur

Pekerjaan

Tempat

Waktu

Jenis Kelamin

Karakteristik

Penderita

Malaria