bab ii tinjauan pustaka 1.1 tinjauan umum penyakit...

22
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Tinjauan Umum Penyakit Common Cold Penyakit Common cold merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dan faktor pendukung lainnya. Tingkat kejadian penyakit ini dari tahun ketahun terjadi peningkatan. 2.1.1 Definisi Common Cold Common Cold adalah infeksi primer di nasofaring dan hidung yang sering mengeluarkan cairan, penyakit ini banyak dijumpai pada bayi dan anak. Dibedakan istilah nasofaring akut untuk anak dan common cold untuk orang dewasa oleh karena manifestasi klinis penyakit ini pada orang dewasa dan anak berlainan. Pada anak infeksi lebih luas , mencakup daerah sinus paranasal, telinga tengah disamping nasofaring, disertai demam yang tinggi. Pada orang dewasa infeksi mencakup daerah terbatas dan biasanya tidak disertai demam yang tinggi (Ngastiyah, 1997 : 12). Pada dasarnya penyakit batuk dan pilek pada Bayi maupun Balita dapat disebabkan oleh banyak faktor. Sebagian besar penyebabnya adalah virus. Selain virus batuk dan pilek serta demam tidak saja dipengaruhi oleh virus tetapi dapat juga disebabkan oleh bakteri (Danarti, 2010 : 2-3). Bagi kebanyakan orang, flu dianggap hal yang biasa dan akan sembuh dengan sendirinya dalam 1 atau 2 minggu. Namun bagi sebagian orang flu dapat membuat mereka sangat menderita, mereka yang dimaksud adalah bayi dan anak usia dibawah lima tahun (Aden R, 2010: 2 dan 22).

Upload: dinhngoc

Post on 02-Mar-2019

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Tinjauan Umum Penyakit …eprints.ung.ac.id/5983/5/2012-1-13201-811408107-bab2... · nafsu makan, dan kelelahan ekstrim jarang. Demam lebih sering merupakan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Tinjauan Umum Penyakit Common Cold

Penyakit Common cold merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus

dan faktor pendukung lainnya. Tingkat kejadian penyakit ini dari tahun ketahun

terjadi peningkatan.

2.1.1 Definisi Common Cold

Common Cold adalah infeksi primer di nasofaring dan hidung yang sering

mengeluarkan cairan, penyakit ini banyak dijumpai pada bayi dan anak.

Dibedakan istilah nasofaring akut untuk anak dan common cold untuk orang

dewasa oleh karena manifestasi klinis penyakit ini pada orang dewasa dan anak

berlainan. Pada anak infeksi lebih luas , mencakup daerah sinus paranasal, telinga

tengah disamping nasofaring, disertai demam yang tinggi. Pada orang dewasa

infeksi mencakup daerah terbatas dan biasanya tidak disertai demam yang tinggi

(Ngastiyah, 1997 : 12).

Pada dasarnya penyakit batuk dan pilek pada Bayi maupun Balita dapat

disebabkan oleh banyak faktor. Sebagian besar penyebabnya adalah virus. Selain

virus batuk dan pilek serta demam tidak saja dipengaruhi oleh virus tetapi dapat

juga disebabkan oleh bakteri (Danarti, 2010 : 2-3).

Bagi kebanyakan orang, flu dianggap hal yang biasa dan akan sembuh

dengan sendirinya dalam 1 atau 2 minggu. Namun bagi sebagian orang flu dapat

membuat mereka sangat menderita, mereka yang dimaksud adalah bayi dan anak

usia dibawah lima tahun (Aden R, 2010: 2 dan 22).

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Tinjauan Umum Penyakit …eprints.ung.ac.id/5983/5/2012-1-13201-811408107-bab2... · nafsu makan, dan kelelahan ekstrim jarang. Demam lebih sering merupakan

Pada Bayi, Balita dan Anak, infeksi saluran nafas yaitu Common cold

sangat berbahaya karena dapat menggangu makan dan kadang-kadang

menyebabkan infeksi saluran nafas bawah yang lebih akut apabila tidak ada

perhatian khusus dari orang tua maupun peran perawat di masyarakat serta

menentukan apakah diperlukan intervensi medis (Gould, 2003 : 219-220).

1.1.2 Etiologi Penyakit Common Cold

Commond cold merupakan rhinitis akut yang disebabkan oleh virus

“selesma”. Rhinitis berarti “iritasi hidung” dan adalah derivative dari rhino,

berarti “hidung”. Selaput lendir pada hidung yang terkena iritasi atau radang akan

memproduksi lebih banyak lendir dan mengembang, sehingga hidung menjadi

tersumbat dan pernafasan jadi sulit (Admin, 2011).

Rhinovirus (RV) menjadi penyebab utama dari terjadinya kasus-kasus flu

(common cold) dengan presentase 30-40%. Rhinovirus merupakan subgrup family

yang paling besar, terdiri dari 89 serotipe yang telah di identifikasi dengan reaksi

netralisasi memakai antiserum spesifik. Rhinovirus berasal dari bahasa yunani

rhin- yang artinya adalah hidung. Rhinovirus merupakan organisme mikroskopis

yang menyerang sel-sel mukus pada hidung, merusak fungsi normal mereka serta

memperbanyak diri di sana. Virus tersebut dapat bermutasi dan hingga saat ini ada

sekitar 250 strain atau jenis rhinovirus. Selain virus, batuk dan pilek dan demam

juga di sebabkan oleh bakteri. Keadaan bayi yang demikian biasa disertai panas.

Gejala yang lebih berat lagi tenggorokan berwarna merah. Pengobatannya cukup

dengan memberikan antibioitik. Biasanya batuk dan pilek pada bayi terjadi selama

lima 5 hari.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Tinjauan Umum Penyakit …eprints.ung.ac.id/5983/5/2012-1-13201-811408107-bab2... · nafsu makan, dan kelelahan ekstrim jarang. Demam lebih sering merupakan

Virus adalah organisme yang amat halus. Karena amat halusnya itu tidak

dpat dilihat dengan mikroskop biasa. Untuk itu diperlukan suatu mikroskop

electron yakni mikroskop yang mampu membesarkan sampai 1000000 X. Jenis-

jenis virus yang dapat menimbulkan penyakit-penyakit yakni cacar, gondongan,

influenza, selesma atau Common Cold dan lain sebagainya (Aden R, 2010:12).

2.1.3 Gejala penyakit Common Cold

Adapun gejala penyakit Common cold yaitu :

1. Gejala mulai timbul dalam waktu 1-3 hari setelah terinfeksi.

2. Biasanya gejala awal berupa rasa tidak enak di hidung atau tenggorokan.

3. Kemudian penderita mulai bersin-bersin, hidung meler dan merasa sakit

ringan.

4. Biasanya tidak timbul demam, tetapi demam yang ringan bisa muncul pada

saat terjadinya gejala.

5. Hidung mengeluarkan cairan yang encer dan jernih dan pada hari-hari pertama

jumlahnya sangat banyak sehingga mengganggu penderita.

6. Selanjutnya sekret hidung menjadi lebih kental, berwarna kuning-hijau dan

jumlahnya tidak terlalu banyak.

7. Gejala biasanya akan menghilang dalam waktu 4-10 hari, meskipun batuk

dengan atau tanpa dahak seringkali berlangsung sampai minggu kedua

(Admin, 2011).

Dimana gejalnya hidung berair, kadang tersumbat, lalu di ikuti dengan

batuk dan demam. Jika cairan atau lendir banyak keluar dari hidung bayi

sehingga membuatnya kesulitan untuk bernafas. Selain itu gejala nasofaringitis

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Tinjauan Umum Penyakit …eprints.ung.ac.id/5983/5/2012-1-13201-811408107-bab2... · nafsu makan, dan kelelahan ekstrim jarang. Demam lebih sering merupakan

dengan pilek, batuk sedikit dan kadang-kadang bersin. Dari hidung keluar sekret

cair dan jernih yang dapat kental dan parulen bila terjadi infeksi sekunder oleh

kokus. Secret ini sangat merangsang anak kecil. Sumbatan hidung (kongesti)

menyebabkan anak bernafas melalui mulut dan anak menjadi gelisah. Pada anak

yang lebih besar kadang-kadang didapat rasa nyeri pada otot, pusing dan

anareksia. Sumbatan hidung (Kongesti) di sertai selaput lendir tenggorok yang

kering menambah rasa nyeri (Rusepno. Dkk, 1985).

Gejala yang umum adalah batuk, sakit tenggorokan, pilek, hidung

tersumbat, dan bersin, kadang-kadang disertai dengan mata merah, nyeri otot,

kelelahan, sakit kepala, kelemahan otot, menggigil tak terkendali, kehilangan

nafsu makan, dan kelelahan ekstrim jarang. Demam lebih sering merupakan gejala

influenza, virus lain atas infeksi saluran pernapasan yang gejalanya luas tumpang

tindih dengan dingin, tapi lebih parah. Gejala mungkin lebih parah pada bayi dan

anak-anak (karena sistem kekebalan tubuh mereka tidak sepenuhnya berkembang)

serta orang tua (karena sistem kekebalan tubuh mereka sering menjadi lemah).

Mereka yang menderita pilek sering melaporkan sensasi chilliness

meskipun dingin tidak umumnya disertai dengan demam, menggigil dan

meskipun umumnya berhubungan dengan demam, sensasi mungkin tidak selalu

disebabkan oleh demam yang sebenarnya. Sekitar 30-50% dari pilek disebabkan

oleh rhinovirus.

2.1.4 Penyebaran / Penularan Penyakit Common cold

Batuk pilek merupakan penyakit saluran pernapasan yang paling sering

mengenai bayi dan anak. Bayi yang masih sangat mudah tertular, karenanya

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Tinjauan Umum Penyakit …eprints.ung.ac.id/5983/5/2012-1-13201-811408107-bab2... · nafsu makan, dan kelelahan ekstrim jarang. Demam lebih sering merupakan

perawat yang sedang batuk pilek tidak diperkenankan bekerja di ruangan bayi

walaupun ia memakai masker, karena virus dapat menembusnya. Penularan juga

masih tetap terjadi karena seseorang yang pilek akan sering memegang hidungnya

karena rasa gatal atau membuang ingusnya, jika tidak segera mencuci tangan ia

menjadi sumber penularan. Masa tunasnya adalah 1-2 hari dengan faktor

predisposisi kelelahan, gizi buruk, anemia, dan kedinginan. Pada umumnya

penyakit ini terjadi pada waktu pergantian musim. Komplikasi lebih sering terjadi

pada bayi dan anak kecil dari pada anak yang lebih besar (Ngastiyah, 1997 : 12-

13)

Bayi dan anak dapat tertular virus penyebab common cold melalui:

1. Penularan melalui udara. Bila seseorang sakit batuk-pilek, saat dia batuk,

bersin atau berbicara bisa menularkan virus pada bayi dan anak.

2. Kontak langsung. Virus dapat menular ketika orang yang sedang sakit

menyentuh hidung/mulutnya, lalu menyentuh tangan bayi/anak, selanjutnya

bayi/anak menyentuh hidung/mulutnya dengan tangannya yang sudah

terkontaminasi virus.

3. Menyentuh benda yang terkontaminasi virus. Virus dari orang yang sedang

sakit dapat melekat di permukaan benda dalam waktu 2 jam atau lebih.

Anak/bayi bisa tertular bila menyentuh benda yang terkontaminasi virus lalu

menyentuh mulut/hidungnya.

2.1.5 Pencegahan penyakit Common Cold

Virus penyebab selesma atau comond cold sangat mudah menyebar, baik

melalui kontak langsung maupun lewat udara atau cairan tubuh. Untuk

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Tinjauan Umum Penyakit …eprints.ung.ac.id/5983/5/2012-1-13201-811408107-bab2... · nafsu makan, dan kelelahan ekstrim jarang. Demam lebih sering merupakan

menghindarkan diri dari penyakit commond cold ini, secara umum yang perlu

diperhatikan dan dilakukan setiap harinya, antara lain:

1. Menjaga kebersihan perorangan seperti sering mencuci tangan, menutup

mulut ketika batuk dan bersin, dan membuang ludah / dahak dari mulut dan

ingus hidung dengan cara yang bersih dan tidak sembarangan.

2. Bila memungkinkan, hindari jangan sampai berjejal di satu ruangan, misalnya

ruang keluarga, atau tempat tidur. Ruangan harus memiliki ventilasi yang

cukup lega.

3. Hindari merokok di dalam rumah, apalagi dimana ada banyak anak-anak.

4. Berpola hidup sehat, hindari minum alkohol, stres, istirahat cukup, dll.

5. Mencuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah makan.

6. Bila akan menyentuh/menggendong bayi, cucilah tangan dahulu.

7. Makan makanan yang bersih, higienis, sehat, gizi-nutrisi seimbang. Idealnya 4

sehat 5 sempurna.

8. Memperhatikan dan menjaga kebersihan dan sanitasi lingkungan.

9. Konsultasi terlebih dahulu dengan dokter sebelum memutuskan untuk

menggunakan obat-obatan, jamu, jamur, herbal, atau suplemen untuk

mengatasi comond cold.

2.1.6 Pengobatan Penyakit Common cold

Saat ini, tidak ada terapi antiviral yang efektif untuk pengobatan common

cold. Oleh karena common cold merupakan penyakit yang self-limiting, yaitu

sembuh dengan sendirinya, maka pengobatan hanya ditujukan untuk meredakan

gejala. Terapi yang direkomendasikan adalah obat yang spesifik untuk gejala

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Tinjauan Umum Penyakit …eprints.ung.ac.id/5983/5/2012-1-13201-811408107-bab2... · nafsu makan, dan kelelahan ekstrim jarang. Demam lebih sering merupakan

tertentu.Obat semprot hidung yang mengandung dekongestan dapat digunakan,

tapi tidak melebihi 3 hari untuk mencegah efek rebound. Bersin-bersin dan hidung

berair dapat diredakan dengan antihistamin.Namun tidak semua antihistamin

efektif untuk meredakan gejala tersebut.

Selain itu pengobatan untuk bayi dan anak-anak ada beberapa tip yang

harus di lakukan, yaitu

1. Berikan minum lebih banyak untuk mengencerkan lendir di tenggorokanya.

2. Berikan obat sesuai dengan gejalanya. Hindari obat yang berkhasiat

menyembuhkan banyak gejala (Batuk, pilek,hidung tersumbat, demam) dalam

kemasan, kecuali semua gejala itu memang ada sama si kecil.

3. Berikan obat batuk yang bersifat mengencerkan dahak. Hindari obat batuk

yang bersifat menekan batuk karena akan menghambat lender yang akan

keluar.

4. Hindari member obat batuk bebas untuk anak di bawah usia 2 tahun.

5. Jika dalam waktu 2 hari setelah mengkonsumsi obat bebas tidak tampak

kesembuhan maka segera hubungi dokter (Danarti, 2010: 2-4).

2.2 Tinjauan Umum Sanitasi Rumah

Lingkungan dan sanitasi tempat tinggal yang sehat mampu menghindari

timbulnya suatu penyakit yang membuat masyarakat tergangu. Mukono, 2010

mengatakan bahwa lingkungan yang buruk akan berdampak buruk pula terhadap

kesehatan masyarakat.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Tinjauan Umum Penyakit …eprints.ung.ac.id/5983/5/2012-1-13201-811408107-bab2... · nafsu makan, dan kelelahan ekstrim jarang. Demam lebih sering merupakan

2.2.1 Definisi Sanitasi Rumah

Sanitasi adalah menciptakan keadaan lingkungan yang baik atau bersih

untuk kesehatan. Atau Sanitasi biasa disebut juga kebersihan lingkungan.

Perumahan merupakan kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan

tempat tinggal atau lingkungan hunian dan sarana pembinaan keluarga yang

dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan (Mukono, 2006:158).

Setiap manusia dimanapun berada membutuhkan tempat untuk tinggal

yang disebut rumah. Rumah berfungsi sebagai tempat untuk melepaskan lelah,

tempat bergaul dan membina rasa kekeluargaan diantara anggota keluarga, tempat

berlindung dan menyimpan barang berharga, dan rumah juga merupakan status

lambang sosial. Perumahan merupakan kebutuhan dasar manusia dan juga

merupakan determinan kesehatan masyarakat. Karena itu pengadaan perumahan

merupakan tujuan fundamental yang kompleks dan tersedianya standar

perumahan merupakan isu penting dari kesehatan masyarakat. Perumahan yang

layak untuk tempat tinggal harus memenuhi syarat kesehatan sehingga

penghuninya tetap sehat. Perumahan yang sehat tidak lepas dari ketersediaan

prasarana dan sarana yang terkait, seperti penyediaan air bersih, sanitasi

pembuangan sampah, transportasi, dan tersedianya pelayanan sosial.

Rumah adalah struktur fisik terdiri dari ruangan, halaman dan area

sekitarnya yang dipakai sebagai tempat tinggal dan sarana pembinaan keluarga

(UU RI No. 4 Tahun 1992). Menurut WHO, rumah adalah struktur fisik atau

bangunan untuk tempat berlindung, dimana lingkungan berguna untuk kesehatan

jasmani dan rohani

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Tinjauan Umum Penyakit …eprints.ung.ac.id/5983/5/2012-1-13201-811408107-bab2... · nafsu makan, dan kelelahan ekstrim jarang. Demam lebih sering merupakan

serta keadaan sosialnya baik untuk kesehatan keluarga dan individu (Komisi

WHO Mengenai Kesehatan dan Lingkungan, 2001). Dengan demikian dapat

dikatakan bahwa rumah sehat adalah bangunan tempat berlindung dan beristirahat

serta sebagai sarana pembinaan keluarga yang menumbuhkan kehidupan sehat

secara fisik, mental

dan sosial, sehingga seluruh anggota keluarga dapat bekerja secara produktif.

Oleh karena itu keberadaan perumahan yang sehat, aman, serasi, teratur sangat

diperlukan agar fungsi dan kegunaan rumah dapat terpenuhi dengan baik.

Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan

tempat tinggal atau hunian yang dilengkapi dengan prasarana lingkungan yaitu

kelengkapan dasar fisik lingkungan, misalnya penyediaan air minum,

pembuangan sampah, listrik, telepon, jalan, yang memungkinkan lingkungan

pemukiman berfungsi

sebagaimana mestinya. Dan sarana lingkungan yaitu fasilitas penunjang yang

berfungsi untuk penyelenggaraan serta pengembangan kehidupan ekonomi, sosial

dan budaya, seperti fasilitas taman bermain, olah raga, pendidikan, pertokoan,

sarana perhubungan, keamanan, serta fasilitas umum lainnya (Keman, 2005).

2.2.2 Faktor Sanitasi rumah terhadap kejadian penyakit Common Cold

Sanitasi tempat tinggal (rumah) yang tidak memenuhi syarat kesehatan

akan berdampak negatif terhadap kejadian penyakit saluran pernafasan

diantaranya Common cold.

1. Ventilasi rumah

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Tinjauan Umum Penyakit …eprints.ung.ac.id/5983/5/2012-1-13201-811408107-bab2... · nafsu makan, dan kelelahan ekstrim jarang. Demam lebih sering merupakan

Ventilasi yaitu proses penyediaan udara atau pertukaran udara dari luar ke

dalam rumah atau sebaliknya, baik secara alami maupun secara mekanis.

Fungsi dari ventilasi dapat dijabarkan sebagai berikut :

Ventilasi rumah mempunyai fungsi. Fungsi pertama adalah untuk menjaga

agar aliran udara dalam rumah tersebut tetap segar. Hal ini berarti keseimbangan

O2 yang diperlukan oleh penghuni rumah tersebut tetap terjaga. Kurangnya

ventilasi akan menyebabkan kurangnya O2 dalam rumah kadar CO2 yang bersifat

racun bagi penghuninya menjadi meningkat. Disamping itu, tidak cukupnya

ventilasi akan menyebabkan kelembaban udara dalam ruangan naik karena

terjadinya proses penguapan cairan dari kulit dan penyerapaan. Kelembaban ini

akan merupakan media yang baik untuk bakteri–bakteri , pathogen (bakteri-

bakteri penyebab penyakit). Fungsi kedua dari ventilasi adalah untuk

membebaskan udara ruangan dari bakteri-bakteri, terutama bakteri patogen,

karena di situ selalu terjadi aliran udara yang terus-menerus. Bakteri yang terbawa

oleh udara akan selalu mengalir. Fungsi lainnya adalah untuk menjaga agar

ruangan rumah selalu tetap dalam kelembaban (humudity) yang optimum (Askep,

2008).

Ada dua macam ventilasi, yakni :

1. Ventilasi alamiah, dimana aliran udara dalam ruangan tersebut terjadi secara

alamiah melalui jendela, pintu, lubang angin, lubang-lubang pada dinding, dan

sebagainya. Di pihak lain ventilasi alamiah ini tidak menguntungkan, karena

juga merupakan jalan masuknya nyamuk dan serangga lainnya ke dalam

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Tinjauan Umum Penyakit …eprints.ung.ac.id/5983/5/2012-1-13201-811408107-bab2... · nafsu makan, dan kelelahan ekstrim jarang. Demam lebih sering merupakan

rumah. Untuk itu harus ada usaha-usaha untuk melindungi kita dari gigitan

nyamuk tersebut.

2. Ventilasi buatan, yaitu dengan mempergunakan alat-alat khusus untuk

mengalirkan udara tersebut, misalnya kipas angin, dan mesin pengisap udara

(Notoatmodjo, 2007:169).

Persyaratan ventilasi yang baik adalah sebagai berikut :

1. Luas lubang ventilasi tetap minimal 5% dari luas lantai ruangan, sedangkan

luas lubang ventilasi insidentil (dapat dibuka dan ditutup) minimal 5% dari

luas lantai. Jumlah keduanya menjadi 10% dari luas lantai ruangan.

2. Udara yang masuk harus bersih, tidak dicemari asap dari sampah atau pabrik,

knalpot kenderaan, debu dan lain-lain.

3. Aliran udara diusahakan cross ventilation dengan menempatkan lubang

ventilasi berhadapan antar dua dinding. Aliran udara ini jangan sampai

terhalang oleh barang-barang, misalnya lemari, dinding, sekat dan lain-lain

(Lubis, 2000).

Secara umum, penilaian ventilasi rumah dengan cara membandingkan

antara luas ventilasi dan luas lantai rumah, dengan menggunakan Role meter.

Menurut indikator pengawasan rumah, luas ventilasi yang memenuhi syarat

kesehatan adalah 10% luas lantai rumah dan luas ventilasi yang tidak memenuhi

syarat kesehatan adalah < 10% luas lantai rumah. Rumah dengan luas ventilasi

yang tidak memenuhi syarat kesehatan akan membawa pengaruh bagi

penghuninya (Notoatmodjo, 2003).

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Tinjauan Umum Penyakit …eprints.ung.ac.id/5983/5/2012-1-13201-811408107-bab2... · nafsu makan, dan kelelahan ekstrim jarang. Demam lebih sering merupakan

Salah satu fungsi ventilasi adalah menjaga aliran udara di dalam rumah

tersebut tetap segar. Luas ventilasi rumah yang < 10% dari luas lantai (tidak

memenuhi syarat kesehatan) akan mengakibatkan berkurangnya konsentrasi

oksigen dan bertambahnya konsentrasi karbondioksida yang bersifat racun bagi

penghuninya. Disamping itu, tidak cukupnya ventilasi akan menyebabkan

peningkatan kelembaban ruangan karena terjadinya proses penguapan cairan kulit

dan penyerapan (Notoatmodjo, 2003).

Berdasarkan uraian tersebut bahwasanya keadaan ventilasi yang tidak

memenuhi syarat kesehatan dapat memicu terjadinya penyakit infeksi saluran

pernafasan diantaranya penyakit Common Cold. Dimana Kondisi rumah dengan

cahaya dan ventilasi yang kurang akan menjadi suasana yang cukup kondusif bagi

hidupnya tungau debu dalam rumah. Tungau debu rumah juga termasuk alergen

yang sering ditemukan. Cara-cara yang dapat dilakukan adalah menambah

ventilasi, membuka pintu depan rumah dan jendela pada siang hari, atau

menjemur kasur kapuk di atas seng.

Menurut Notoatmodjo (2003), rumah yang ventilasinya tidak memenuhi

syarat kesehatan akan mempengaruhi kesehatan penghuni rumah, hal ini

disebabkan karena proses pertukaran aliran udara dari luar ke dalam rumah tidak

lancar, sehingga bakteri penyebab penyakit infeksi saluran pernafasan yang ada di

dalam rumah tidak dapat keluar. Ventilasi yang tidak memenhi persyaratan juga

menyebabkan peningkatan kelembaban ruangan karena terjadinya proses

penguapan cairan dari kulit, oleh karena itu kelembaban ruangan yang tinggi akan

menjadi media untuk perkembangbiakan bakteri penyebab penyakit. Penyakit

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Tinjauan Umum Penyakit …eprints.ung.ac.id/5983/5/2012-1-13201-811408107-bab2... · nafsu makan, dan kelelahan ekstrim jarang. Demam lebih sering merupakan

Common Cold pada bayi biasanya alergen ditemukan terutama di sekitar tempat

tidur dan kamar, sisa protein susu sapi pada bayi yang mendapat susu formula

pada usia dini yang di konsumsinya. Sehingga pertumbuhan bakteri berlangsung

dan dapat menimbulkan infeksi saluran pernafasan.

2. Kepadatan Hunian Rumah

Diperkirakan rata-rata jumlah kelahiraan bayi hidup di bumi ini adalah 253

bayi/ menit atau sekitar 365.000 bayi/ hari, sementara rata-rata jumlah kematian

orang hanya 100 orang/ menit atau sekitar 144.000 orang/hari. Ini berarti terdapat

2,5 kali lebih banyak kelahiran dari pada kematian. Dengan demikian maka akan

terjadi peningkataan penduduk sebanyak 221.000 orang/hari atau sekitar 81 juta

orang/ tahun ( Soegianto, 2005 : 4).

Berdasarkan KepMenkes RI No.829 tahun 1999 tentang kesehatan

perumahan menetapkan bahwa luas ruang tidur minimal 8m2 dan tidak dianjurkan

digunakan lebih dari dua orang tidur dalam satu ruang tidur, kecuali anak dibawah

umur 5 tahun. Bangunan yang sempit dan tidak sesuai dengan jumlah

penghuninya akan mempunyai dampak kurangnya oksigen didalam ruangan

sehingga daya tahan penghuninya menurun, kemudian cepat timbulnya penyakit

saluran pernafasan.

Kepadatan hunian adalah perbandingan antara luas lantai rumah dengan

jumlah anggota keluarga dalam satu rumah tinggal. Persyaratan kepadatan hunian

untuk seluruh perumahan biasa dinyatakan dalam m2

per orang. Luas minimum

per orang sangat relatif, tergantung dari kualitas bangunan dan fasilitas yang

tersedia. Untuk perumahan yang sederhana, minimum 9 m2/orang. Untuk kamar

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Tinjauan Umum Penyakit …eprints.ung.ac.id/5983/5/2012-1-13201-811408107-bab2... · nafsu makan, dan kelelahan ekstrim jarang. Demam lebih sering merupakan

tidur diperlukan minimum 3 m2/orang. Kamar tidur sebaiknya tidak dihuni > 2

orang, kecuali untuk suami istri dan anak dibawah dua tahun. Secara umum

penilaian kepadatan penghuni dengan menggunakan ketentuan standar minimum,

yaitu kepadatan penghuni yang memenuhi syarat kesehatan diperoleh dari hasil

bagi antara luas lantai dengan jumlah penghuni ≥ 9 m2/orang dan kepadatan

penghuni tidak memenuhi syarat kesehatan bila diperoleh hasil bagi antara luas

lantai dengan jumlah penghuni < 9 m2/orang (Keman, 2005).

Kepadatan hunian dalam satu rumah akan memberikan pengaruh bagi

penghuninya. Luas rumah yang tidak sebanding dengan jumlah penghuninya akan

menyebabkan perjubelan (overcrowded). Hal ini tidak sehat karena disamping

menyebabkan kurangnya konsumsi oksigen, juga bila salah satu anggota keluarga

terkena penyakit infeksi (Notoadmodjo, 2003).

Luas bangunan yang optimum adalah apabila dapat menyediakan 2,5 m2

sampai dengan 3m2 untuk tiap orang. Jika luas bangunan tidak sebanding dengan

jumlah penghuni maka menyebabkan kurangnya konsumsi O2, sehingga jika salah

satu penghuni menderita penyakit infeksi maka akan mempermudah penularan

kepada anggota keluarga lain.

Adapun kasus pendukung untuk kepadatan hunian dengan kejadian

Penyakit Common Cold yaitu contoh penyakit berbasis lingkungan, misalnya

berbagai penyakit yang di derita sekali waktu pada sebuah komunitas yang hidup

atau tinggal pada pemukiman padat berdesakan dimana Sanitasi dasar yang buruk

yaitu dapat menyebabkan penyakit saluran pernafasan di antaranya Ispa, Common

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Tinjauan Umum Penyakit …eprints.ung.ac.id/5983/5/2012-1-13201-811408107-bab2... · nafsu makan, dan kelelahan ekstrim jarang. Demam lebih sering merupakan

Cold, Pneunomia yang merupakan suatu kejadian penyakit pernafasan dengan

angka kematian yang cukup fatal pada Balita.

Kepadatan hunian penduduk juga merupakan faktor risiko utama terkena

penyakit, misalnya rumah padat penghuni, asrama dan pengungsian. Oleh sebab

itu bagi anak-anak di bawah lima tahun sebaiknya menghindari kerumunan seperti

itu, karena daya tahan tubuh anak-anak sangat rentan terhadap kejadian tersebut

(Achmadi, 2011 : 124).

3. Pencahayaan alami

Pencahyaan alami ruangan rumah adalah penerangan yang bersumber dari

sinar matahari (alami), yaitu semua jalan yang memungkinkan untuk masuknya

cahaya matahari alamiah, misalnya melalui jendela atau genting kaca. Cahaya

berdasarkan sumbernya dibedaka menjadi dua jenis, yaitu :

a. Cahaya Alamiah

Cahaya alamiah yakni matahari. Cahaya ini sangat penting, karena dapat

membunuh bakteri-bakteri pathogen didalam rumah. Oleh karena itu, rumah yang

cukup (jendela, luasnya sekurang-kurangnya 15% - 20%). Perlu diperhatikan agar

sinar matahari dapat langsung kedalam ruangan, tidak terhalang oleh bangunan

lain. Fungsi jendela disini selain sebagai ventilasi, juga sebagai jalan masuk

cahaya. Selain itu jalan masuknya cahaya alamiah juga diusahakan dengan

genteng kaca.

b. Cahaya Buatan

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Tinjauan Umum Penyakit …eprints.ung.ac.id/5983/5/2012-1-13201-811408107-bab2... · nafsu makan, dan kelelahan ekstrim jarang. Demam lebih sering merupakan

Cahaya buatan yaitu cahaya yang menggunakan sumber cahaya yang

bukan alamiah, seperti lampu minyak tanah, listrik, api dan lain-lain. Kualitas dari

cahaya buatan tergantung dari terangnya sumber cahaya (Notoatmodjo, 2003).

Menurut Lubis dan Notoatmodjo (2003) cahaya matahari mempunyai sifat

membunuh bakteri dan virus yang dapat menyebabkan penyakit infeksi saluran

pernafasan seperti Common cold, ISPA dan pneumonia. Menurtut Depkes RI

(2002), kuman hanya dapat mati oleh sinar matahari langsung. Oleh sebab itu,

rumah dengan standar pencahyaan yang buruk sangat berpengaruh terhadap

kejadian penyakit pernafasan. Menurut Atmosukarto dan Soeswati (2000), kuman

atau bakteri dapat bertahan hidup pada tempat yang sejuk, lembab, dan mati bila

terkena sinar matahari, sabun, lisol, karbol dan panas api. Kuman atau bakteri

akan mati dalam waktu 2 jam oleh sinar matahari.

Menurut Atmosukarto dan Soeswati (2000), rumah yang tidal masuk sinar

matahari mempunyai resiko menderita penyakit infeksi pernafasan dibandingkan

dengan rumah yang dimasuki sinar matahari.

4. Adanya perokok dalam rumah

Paparan asap rokok adalah suatu penyebab utama penyakit infeksi

pernafasan dan peningkatan risiko infeksi paru-paru pada orang dewasa dan anak-

anak. paparan asap pada orang dewasa meningkatkan insiden dan keparahan

penyakit asma, gangguan fungsi paru-paru dan saluran napas. Efek paparan asap

rokok dalam menimbulkan infeksi paru-paru sama dengan efek yang ditimbulkan

pada perokok aktif dan anak-anak yang memiliki resiko tertinggi. Hampir separuh

dari Balita dan anak-anak di dunia menghirup asap rokok di di dalam rumah

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Tinjauan Umum Penyakit …eprints.ung.ac.id/5983/5/2012-1-13201-811408107-bab2... · nafsu makan, dan kelelahan ekstrim jarang. Demam lebih sering merupakan

sehingga dapat mengakibatkan penurunan fungsi paru-paru dan meningkatkan

resiko dan keparahan penyakit asma dan infeksi saluran napas (Muhamad, 2008).

WHO, badan kesehatan dunia, bahkan memperkirakan hampir sekitar 700

juta anak atau sekitar setengah dari seluruh anak di dunia ini, termasuk bayi dan

Balita yang masih menyusui pada ibunya, terpaksa mengisap udara yang terpolusi

asap rokok. Ironisnya, hal itu justru terjadi lebih banyak di dalam rumah mereka

sendiri. Nikotin yang ada dalam rokok terserap dengan cepat dari saluran

pernapasan ke aliran pembuluh darah ibu dan langsung ditransfer ke ASI dengan

cara difusi. Jika ada orang luar yang merokok di dekat bayi, maka selain nikotin

terserap dari ASI ibu yang terpapar asap rokok, juga diserap langsung melalui

pernapasan (udara) si kecil.

Nikotin bersama dengan ribuan bahan beracun asap rokok lainnya masuk

ke saluran pernapasan bayi. Nikotin yang terhirup melalui saluran pernapasan dan

masuk ke tubuh melalui ASI ibunya akan berakumulasi di tubuh bayi dan

membahayakan kesehatan si kecil. Bukan hanya itu, nikotin ternyata juga dapat

mengubah rasa ASI, dan membahayakan kesehatan bayi. Biasanya, bayi akan

rewel dan menolak menyusui jika ibunya baru merokok atau menghirup asap

rokok. Akibat gangguan asap rokok pada bayi antara lain adalah muntah, diare,

kolik, denyut jantung meningkat, dan lain-lain. Penelitian di Santiago, Chili,

menunjukkan bahwa asap rokok yang terhirup oleh ibu menyusui dapat

menghambat produksi ASI. Dalam waktu tiga bulan, terlihat berat badan bayi dari

ibu yang perokok atau menghirup asap rokok, juga tidak menunjukkan

pertumbuhan yang optimal. Asap rokok yang terpaksa diisap perokok pasif,

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Tinjauan Umum Penyakit …eprints.ung.ac.id/5983/5/2012-1-13201-811408107-bab2... · nafsu makan, dan kelelahan ekstrim jarang. Demam lebih sering merupakan

ternyata mempunyai kandungan bahan kimia yang lebih tinggi dibandingkan

dengan asap rokok yang diisap oleh si perokok. Hal ini karena ketika rokok

sedang diisap, tembakau terbakar pada temperatur lebih rendah. Kondisi ini

membuat pembakaran menjadi kurang lengkap dan mengeluarkan banyak bahan

kimia.

Asap rokok itu sendiri mengandung sekitar 3.000-an bahan kimia beracun,

43 di antaranya jelas-jelas bersifat karsinogen (penyebab kanker). Tak heran jika

pengaruh asap rokok pada perokok pasif itu tiga kali lebih buruk daripada debu

batu bara. Berbagai penelitian membuktikan asap rokok yang ditebarkan orang

lain, imbasnya bisa menyebabkan berbagai penyakit, bukan saja pada orang

dewasa, tapi terutama pada bayi dan anak-anak. Mulai dari aneka gangguan

pernapasan pada bayi, infeksi paru dan telinga, gangguan pertumbuhan, sampai

kolik (gangguan pada saluran pencernaan bayi) (Meta, 2008).

Terdapat seorang perokok atau lebih dalam rumah akan memperbesar

risiko anggota keluarga menderita sakit, seperti gangguan pernapasan. Balita dan

Anak-anak yang orang tuanya perokok lebih mudah terkena penyakit saluran

pernapasan seperti flu,Common Cold, asma pneumonia dan penyakit saluran

pernapasan lainnya. Gas berbahaya dalam asap rokok merangsang pembentukan

lendir, debu dan bakteri yang tertumpuk tidak dapat dikeluarkan, menyebabkan

bronchitis kronis, lumpuhnya serat elastin di jaringan paru mengakibatkan daya

pompa paru berkurang, udara tertahan di paru-paru dan mengakibatkan pecahnya

kantong udara.

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Tinjauan Umum Penyakit …eprints.ung.ac.id/5983/5/2012-1-13201-811408107-bab2... · nafsu makan, dan kelelahan ekstrim jarang. Demam lebih sering merupakan

Paparan asap rokok adalah suatu penyebab utama tetapi dapat dicegah

dalam peningkatan resiko infeksi paru-paru pada orang dewasa dan anak-anak.

Efek paparan asap rokok dalam menimbulkan infeksi paru-paru sama dengan efek

yang ditimbulkan pada perokok aktif dan anak-anak yang memiliki resiko

tertinggi. Perokok maupun yang terhirup asap rokok memiliki resiko yang lebih

besar dalam memperoleh penyakit common cold (Hidayati, 2011).

2.3 Kerangka Berpikir

Dalam kerangka berpikir ada dua sub pokok bahasan yaitu Kerangka Teori

dan kerangka konsep, yang akan dibahas dibawah ini :

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Tinjauan Umum Penyakit …eprints.ung.ac.id/5983/5/2012-1-13201-811408107-bab2... · nafsu makan, dan kelelahan ekstrim jarang. Demam lebih sering merupakan

2.3.1 Kerangka Teori

Gambar 2.1

Kerangka Teori Hubungan Sanitasi Rumah dengan kejadian penyakit Common

cold pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Tamalate Kota Gorontalo Tahun

2012.

2.3.2 Kerangka Konsep

Ventilasi Rumah

Kejadian penyakit

Common Cold pada

Balita

Kepadatan hunian rumah

Pencahayaan alami

Rumah Sanitasi

Rumah

Tingkat

Kelemba

ban

Mikroor

ganisme

(Rhinovi

rus)

Pen

yaki

t

Com

mon

cold

Tingkat Sosial

Ekonomi

Tingkat

Pengetahuan

Kelengkapan Imunisasi

Stataus Gizi

Adanya perokok

dalam rumah

Perilaku

dan

Daya

Tahan

subjek

1.Ventilasi

Rumah

2.Kepadatan

Hunian

3.Pencahayaa

n Alami

4.Adanya

Perokok

Kuman Penyebab

a.Derajat infeksi

kuman/Virulensi

b. Jumlah kuman

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Tinjauan Umum Penyakit …eprints.ung.ac.id/5983/5/2012-1-13201-811408107-bab2... · nafsu makan, dan kelelahan ekstrim jarang. Demam lebih sering merupakan

Keterangan :

: Variabel Independen (variable bebas)

: Variabel dependen (variable terikat)

Gambar 2.2

Kerangka Konsep Hubungan Sanitasi Rumah dengan kejadian penyakit Common

cold pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Tamalate Kota Gorontalo Tahun

2012.

2.3.3 Hipotesis Penelitian

1. Hipotesis Nol (Ho)

1.1 Tidak ada hubungan Ventilasi rumah dengan kejadian Common Cold

pada Balita di wilayah kerja Puskesmas Tamalate Kota Gorontalo

Tahun 2012.

1.2 Tidak ada hubungan Kepadatan hunian rumah dengan kejadian

Common Cold pada Balita di wilayah kerja Puskesmas Tamalate Kota

Gorontalo Tahun 2012.

1.3 Tidak ada hubungan Pencahayaan alami dengan kejadian Common

Cold pada di wilayah kerja Puskesmas Tamalate Kota Gorontalo

Tahun 2012.

Adanya perokok dalam

rumah

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Tinjauan Umum Penyakit …eprints.ung.ac.id/5983/5/2012-1-13201-811408107-bab2... · nafsu makan, dan kelelahan ekstrim jarang. Demam lebih sering merupakan

1.4 Tidak ada hubungan Merokok dalam rumah dengan kejadian Common

Cold pada Balita di wilayah kerja Puskesmas Tamalate Kota Gorontalo

Tahun 2012.

2. Hipotesis Alternatif (Ha)

2.1 Ada hubungan Ventilasi rumah dengan kejadian Common Cold pada

Balita di wilayah kerja Puskesmas Tamalate Kota Gorontalo Tahun

2012.

2.2 Ada hubungan Kepadatan hunian rumah dengan kejadian Common

Cold pada Balita di wilayah kerja Puskesmas Tamalate Kota Gorontalo

Tahun 2012.

2.3 Ada hubungan Pencahayaan alami dengan kejadian Common Cold

pada di wilayah kerja Puskesmas Tamalate Kota Gorontalo Tahun

2012.

2.4 Ada hubungan Merokok dalam rumah dengan kejadian Common Cold

pada Balita di wilayah kerja Puskesmas Tamalate Kota Gorontalo

Tahun 2012.