merdeka dari nafsu - jatim.kemenag.go.id · 10 mpa 311 / agustus 2012 tapi menurut penuturan dr....

4
10 MPA 311 / Agustus 2012 Tapi menurut penuturan dr. Ahmad Salim Sungkar, Sp.KJ, jika ingin membebaskan jiwa dari be- lenggu hawa nafsu, maka seseorang harus mengenal jiwa dan karakter hawa nafsu dulu. “Jika seseorang tak mampu mengenali dua komponen tersebut, jangan harap akan mampu meraih kebeningan jiwa dengan terbebasnya dari hawa nafsu,” tan- dasnya. Konsultan kejiwaan Rumah Sakit Islam (RSI) Surabaya ini menje- laskan, bahwa jiwa merupakan kom- Merdeka dari Nafsu Membangun Sebuah Inspirasi yang Agung T T T ar ar ar ar ar g g g et utama et utama et utama et utama et utama dari Ramadhan yang tak dari Ramadhan yang tak dari Ramadhan yang tak dari Ramadhan yang tak dari Ramadhan yang tak boleh ter boleh ter boleh ter boleh ter boleh ter le le le le le paskan, paskan, paskan, paskan, paskan, adalah adalah adalah adalah adalah mer mer mer mer mer dekan dekan dekan dekan dekan y y y a jiw a jiw a jiw a jiw a jiw a a a dari belenggu penjajahan dari belenggu penjajahan dari belenggu penjajahan dari belenggu penjajahan dari belenggu penjajahan hawa nafsu. hawa nafsu. hawa nafsu. hawa nafsu. hawa nafsu.

Upload: buiduong

Post on 18-Aug-2019

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Merdeka dari Nafsu - jatim.kemenag.go.id · 10 MPA 311 / Agustus 2012 Tapi menurut penuturan dr. Ahmad Salim Sungkar, Sp.KJ, jika ingin membebaskan jiwa dari be-lenggu hawa nafsu,

10 MPA 311 / Agustus 2012

Tapi menurut penuturan dr.Ahmad Salim Sungkar, Sp.KJ, jikaingin membebaskan jiwa dari be-lenggu hawa nafsu, maka seseorangharus mengenal jiwa dan karakterhawa nafsu dulu. “Jika seseorang takmampu mengenali dua komponentersebut, jangan harap akan mampumeraih kebeningan jiwa denganterbebasnya dari hawa nafsu,” tan-dasnya.

Konsultan kejiwaan RumahSakit Islam (RSI) Surabaya ini menje-laskan, bahwa jiwa merupakan kom-

Merdekadari NafsuMembangunSebuah Inspirasi yang Agung

TTTTTarararararggggget utamaet utamaet utamaet utamaet utamadari Ramadhan yang takdari Ramadhan yang takdari Ramadhan yang takdari Ramadhan yang takdari Ramadhan yang tak

boleh terboleh terboleh terboleh terboleh terlelelelelepaskan,paskan,paskan,paskan,paskan,adalah adalah adalah adalah adalah mermermermermerdekandekandekandekandekanyyyyya jiwa jiwa jiwa jiwa jiwaaaaa

dari belenggu penjajahandari belenggu penjajahandari belenggu penjajahandari belenggu penjajahandari belenggu penjajahanhawa nafsu.hawa nafsu.hawa nafsu.hawa nafsu.hawa nafsu.

Page 2: Merdeka dari Nafsu - jatim.kemenag.go.id · 10 MPA 311 / Agustus 2012 Tapi menurut penuturan dr. Ahmad Salim Sungkar, Sp.KJ, jika ingin membebaskan jiwa dari be-lenggu hawa nafsu,

13MPA 311 / Agustus 2012

baik, itu yang harus diwaspadai.Dalam al-Qu’an dinyatkaan:

“Adakah manusia itu mengira diamengatakan saya beriman, makakemudian tak akan diuji oleh Allah?”.Ujian itu akan datang dalam setiapaspek, dalam setiap langkah dan

strata. Ujiannya pun sangat variatifdan berjenjang. Semakin tinggi ting-kat tanggung jawabnya, semakintinggi pula ujiannya.

Menurut H. Fatchur Rozi, kekha-watiran akan merosotnya akhlak danmoral kebangsaan, adalah merupakansatu hal yang harus kita miliki. De-ngan begitu kita akan melakukanupaya-upaya peningkatan penya-daran. “Perlu sekali kita melakukanintrospeksi. Sebab memudarnya de-gradasi moral tersebut, salah satunyakarena terkait dengan semakin ku-rangnya uswah,” simpulnya.

Oleh karenanya, keteladanan dimasing-masing kelompok, tingkatan,mulai skup yang kecil hingga sampaipada tingkatan negara haruslah di-tumbuhkan. Disitulah perlunya pe-ningkatan pembinaan akhlaqul ka-rimah. Salah satunya, adalah denganmensosialisasikan budaya malu. Jikabudaya malu ini sudah memudar

pada sebuah bangsa, tentu merekaakan menganggap hal yang biasa ter-hadap sesuatu yang sangat mema-lukan sekalipun.

Tumbuhnya akhlaqul karimahtersebut, seharusnya bermula daridiri sendiri. Setiap orang mengamal-

kan apa yang telah diucapkannya.Lalu mengistiqamahkan sesuatuyang baik hingga menjadi inspirasibagi yang lain. Dari setiap unsur ha-rus menjadi terdepan untuk membe-rikan contoh yang terbaik. “Lha ba-gaimana bisa menjadi sebuah inspira-tor kalau di dalam diri tidak terba-ngun kebiasaan yang baik dalam di-rinya,” tukasnya bernada tanya.

Dalam menyambut hari Kemer-dekaan dan Idul Fitri, dirinya meng-ajak agar kita membenahi sikap untukmembiasakan diri bersyukur. Sebabrasa berterima kasih inilah, yang se-lama ini telah memudar dari masya-rakat. Dulu para pendiri bangsa initelah mengikrarkan, bahwa kemerde-kaan bangsa ini berdiri atas berkatrahmat Allah. Artinya ada ikhtiar dantakdir. Ikhtiar diwujudkan dengan ke-bersamaan, keinginan luhur oleh se-mua elemen; rakyat dan tentara untukmencapai goal kemerdekaan.

Alhasil, ketika perjuanagan se-cara fisik sudah tak memadai, makaAllah memberikan RahmatNya ke-pada bangsa Indonesia berupa se-buah kemerdekaan. Tentu yang haruskita lakukan, adalah besyukur kepa-daNya, serta berterima kasih kepada

para syuhada’ dan pejuang-pejuangpendahulu kita.

Jadi, janganlah seperti yang ter-jadi akhir-akhir ini. Di dalam masya-rakat kita telah kehilangan rasa syu-kur tersebut. Marilah kita kembalikanrasa syukur, dengan cara meng-ujudkannya melalui pelaksanaan tu-gasnya masing-masing. Baik sebagaimasyarakat, ormas, lembaga ekseku-tif, lembaga legislatif, lembaga yudi-katif dan lainnya.

Dirinya sangat berharap, bangsaini mau mengambil sebuah inspirasiagung dari lagu kebangsaan; ba-ngunlah jiwanya, bangunlah badan-nya. “Membangun jiwa dengan aga-ma, kita akan sejahtera,” tandasnya.“Terakhir, jangalah engkau rusakbangsa ini hanya demi sebuah kepen-tingan yang cuma sesaat,” pungkas-nya serius.

Laporan: Anni Athi’ah, A. Su-prianto, Rasmana Rahin (Surabaya).

Page 3: Merdeka dari Nafsu - jatim.kemenag.go.id · 10 MPA 311 / Agustus 2012 Tapi menurut penuturan dr. Ahmad Salim Sungkar, Sp.KJ, jika ingin membebaskan jiwa dari be-lenggu hawa nafsu,

12 MPA 311 / Agustus 2012

lain. Dari sisi ekonomi, pihak yangbermodal atau kapitalislah yang telahmenguasainya. Kekuasaan materi inisudah demikian tingginya, hinggapersoalan-persoalan politik kebang-saan pun juga disetir oleh besarnyamodal kapital. “Jadi.. siapa yang akanterpilih jadi pemimpin negeri ini, halitu ditentukan oleh uang belaka,” ke-luhnya. “Jadinya para pemimpin ituhanya jago berargumentasi tapi takcakap mengatur hati nurani,” tenga-rainya.

Padahal cita-cita para syuhada’dan pahlawan dulu berharap rakyatIndonesia dapat menikmati hidupyang layak, sejahtera, makmur, bal-datun tayyibatun. Namun realitasnyatak demikian. Hawa nafsu dan syetantelah menguasai para pemimpin saatini, sehingga dimana-mana tumbuhdengan subur para koruptor yangmencederai bangsa Indonesia.

Bagi Tabroni, sesungguhnyasegala nikmat kemerdekaan itu adalahkodrat atau ketentuan dari Allah. Se-mua perangkat untuk merdeka telahdiatur secara adil dan beradab. Salahsatunya adalah Hak Asasi Manusia(HAM). Menurut Islam, yang disebuthak asasi adalah memberikan arahanpedoman hidup, atau hudan linnas.

Yang banyak terjadi selama ini,tuturnya, adalah kesalahan persepsiterhadap HAM itu sendiri. Pasalnya,konsep HAM terlanjur diadopsi daridefinisi Barat. Jadi terkadang wajarkalau tidak berdasar pada moralitas.Oleh karenanya, bangsa Indonesiaharus bisa memilih dan memilah manayang berkesesuaian dengan harkatdan martabat bangsa. “Jangan sam-pai kita terperosok ke dalam pahamliberalism dan materialism,” pesan-nnya singkat.

Setiap perilaku yang menyim-pang dari norma, tutur Drs. H. FatchurRozi, MHI, adalah merupakan sesuatuyang harus diwaspadai setiap saat.Sebab itu bisa menimpa pada siapa-pun baik pribadi, kelompok, institusibaik dari pemerintah maupun nonpemerintah. “Yang pasti, setiap orangakan selalu menemui godaan demigodaan,” katanya mengingatkan.

Agama sendiri telah menyindirorang-orang yang telah menyatakandirinya beriman. Menurut al-Qur’andan al-Hadits, setiap hamba yangberiman akan senantiasa menerima

ujian dariNya untuk menguji kebe-naran imannya. Dalam tataran teori,bisa jadi seseorang mampu membaca,mengerti, menghayati dan memahami.Tetapi dalam tatanan prakteknya kitadihadapkan kepada ketahanan men-tal, moral, keimanan dari kita masing-masing, karena akan selalu diuji seca-ra internal maupun secara eksternal.

Secara internal sudah bagus pu-nya pemahaman, kemampuan untukmelaksanakan ibadah dan sebagai-nya. Namun itu baru pada tingkatkeshalehan pribadi dan bukan padakeshalehan sosial. “Keshalehan so-sial itu merupakan penyempurna dari

keshalehan pribadi. Dengan begituakan mampu memberikan inspirasidan mendorong masing-masing bisaberbuat baik,” terangnya.

Di sisi lain, sambung Kabid Pe-namas Kanwil Kemenag Prov. JawaYimur ini, setiap Muslim itu mempu-nyai kewajiban untuk berdakwah.Tetapi jangan lupa pada saat yangsama ada godaan yang kalau kitatidak mampu bisa terjerumus pada halyang menyimpang. Kalau hal-halyang sifatnya bisa dinilai baik bu-ruknya, kita masih bisa menghindar.Namun kalau godaannya samar-samar dan halus yang seakan-akan

Drs. Imam Tabroni, MM

Drs. H. Fatchur Rozi, MHI

Page 4: Merdeka dari Nafsu - jatim.kemenag.go.id · 10 MPA 311 / Agustus 2012 Tapi menurut penuturan dr. Ahmad Salim Sungkar, Sp.KJ, jika ingin membebaskan jiwa dari be-lenggu hawa nafsu,

11MPA 311 / Agustus 2012

ponen diri yang memiliki kekuatan dankeinginan. Oleh karena itu, jiwa pastimemiliki arah dan tujuan yang ingindigapai. Hanya saja, jiwa memiliki duakecenderungan; yaitu kebaikan dankeburukan. “Kebaikan ini personifi-kasi dari akal sehat, sedangkan kebu-rukan merupakan wujud hawa naf-su,” jelasnya.

Jiwa atau hati dalam sebuh hadispernah diterangkan, bahwa setiap kalisesorang melakukan perbutan dosamaka akan timbul bintik kehitamandalam hatinya. Dan jika bintik itumenyebar hingga menutupi semuabagian wilayah hatinya, maka yangmuncul ke permukaan adalah per-buatan kufur. Sehingga dia menjadiabai terhadap semua perintah Allah

dan tertutup dari kebenaran. “Sesu-atu yang melenakan merupakan pintuawal ketertutupan hati dari suluh ke-benaran,” ungkap Konsultan BiroKonsultasi Keluarga Sakinah MasjidAl Falah Surabaya ini menerangkan.

Sejatinya akal sehat yang dika-lahkan hawa nafsu merupakan bujukrayu syetan. Sebenarnya, wilayahoperasi syetan itu hanya sekedar me-ngajak manusia berbuat kufur. Akantetapi hawa nafsu manusialah yangmenjadi pendorong perbuatan kebu-rukan itu. “Jadi meskipun syetan di-belenggu selama Ramadhan, tidakotomatis manusia terbebas dari pe-luang berbuat alpa dan dosa. Sebabhawa nafsunya kan masih menyala,”kata ayah empat anak ini meng-uraikan.

Kecenderungan hati seorangpendosa, lanjutnya, selalu guncangdan jauh dari ketenangan. Dan seba-liknya, hati seseorang yang jauh darikemaksiatan akan senantiasa tenang.Alhasil, jika hati tenang maka realitaskehidupan pun akan tenang pula.Dan untuk meraih ketenangan hatiitu salah satunya adalah dengan me-lakukan puasa. “Al-Qur’an menjelas-kan bahwa amal shaleh mampu meng-hapus tumpukan dosa. Jadi amal baikitu bisa membersihkan jiwa kita,”papar pria kelahiran Semarang 10Maret 1940 ini. “Kalau jiwa bersih,maka qalbun salim atau hati yangselamat itu teraih. Artinya hati yangselamat dari hawa nafsu,” tambahnya.

Jika hati terbebas dari hawa

nafsu, maka jalan menuju pribaditaqwa begitu lempang. Dan salahsatu tujuan puasa, adalah mencetakpribadi yang muttaqin. Sosok mutt-aqin adalah pribadi yang selaluberjalan di atas koridor ketaatan ke-pada Allah. Dan final goalnya adalahmampu menebarkan ketaatannya da-lam ritus keseharian berupa kebaik-an-kebaikan bagi orang di sekeliling-nya.

Tebaran kebaikan itu pun terusberkesinambungan hingga masa-masa pasca Ramadhan. Itulah sebab-nya diwajibkan puasa Ramadhanselama sebulan penuh. Hal ini agarada pembelajaran pembiasaan yangbaik. Dan mestinya, training sebulanpenuh itu mampu mengubah kebia-saan buruk menjadi kebiasaan baik.

“Makanya, ketika memasuki bulanSyawal, masih disunnahkan puasasunnah,” tukas suami dr. Sukowar-dani ini penuh semangat.

Menurut Drs. Imam Tabroni,MM, satu-satunya cara pengendali-an nafsu itu memang harus denganjalan berpuasa. Dan syaratnya, diaharus bermodalkan iman terlebihdulu. Makanya dalam surat al-Ba-qarah ayat 183 disebutkan, bahwahanya orang yang berimanlah yangdiseru untuk berpuasa. “Bagi yangtidak beriman, puasanya akan sia-sia.” simpulnya.

Jadi puasa itu tak sekedar men-cegah makan dan minum semata, me-lainkan harus dengan mengekangdan mengendalikan hawa nafsu pula.Sebab kalau nafsu negatif ini dapatdipinggirkan, maka akan dengan mu-dah mengalir hal-hal yang positif; se-perti kesosialan, kedisplinan, dan ke-sabaran. “Merdekanya jiwa dari ceng-keraman hawa nafsu akan mengan-tarkan kita menuju kepada ketente-raman hati,” tegasnya.

Dalam konteks kemerdekaan RI,tutur Sekretaris Umum MUI JawaTimur ini, para sesepuh kebangsaansudah selayaknya memikirkan per-kembagan generasi penerus bangsa-nya. Oleh karenanya, nilai-nilai ke-merdekaan dan perjuangan para pah-lawan, hendaknya ditanamkan padagenerasi muda sejak sedini mungkin.

Di sisi lain, pencapaian merekaterhadap ilmu pengetahuan dan tek-nologi, haruslah disinergikan denganpencapaian akhlak. Dari keseimba-ngan pendidikan iptek dan pendi-dikan akhlak budi pekerti inilah, yangnantinya akan dapat melahirkan so-sok generasi muda harapan bangsa.“Kalau keseimbangan ini tak sampaitercapai, akan sangat dikhawatirkantimbul bencana besar bagi bangsaini,” imbuhnya.

Perjuangan kemerdekaan yangdulunya direbut dengan darah danair mata dari belenggu para penjajah,akan menjadi semu bagi mereka. Se-bab generasai bangsa ini sudah takbisa lagi membedakan antara kebe-basan dan kemerdekaan. Kini merekaseolah merasakan kebebasan, pada-hal sesungguhnya diri mereka sa-ngat tertekan.

Bayangkan, hampir semua sek-tor kehidupan telah dikuasai orang

dr. Ahmad Salim Sungkar, Sp.KJ