bab ii tinjauan pustakaeprints.ung.ac.id/5246/5/2012-1-13201-811408035-bab2-12082012100104.pdf ·...

22
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Umum Tentang Air 2.1.1 Pengertian Air Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan makhluk hidup dibumi ini. Fungsi air bagi kegidupan tidak dapat digantikan oleh senyawa lain. Penggunaan air yang utama dan sangat vital bagi kehidupan adalah sebagai air minum. Hal ini terutama untuk mencukupi kebutuhan air didalam tubuh manusia itu sendiri. Menurut Notoadmojo sekitar 55-60% berat badan orang dewasa terdiri dari air, untuk anak-anak sekitar 65% dan utuk bayi sekitar 80% (Mulia, 2005:57). Allafa (2008) mengemukakan bahwa air bersifat tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau pada kondisi standar. Zat kimia ini merupakan suatu pelarut yang penting, yang memiliki kemampuan untuk melarutkan banyak zat kimia lainnya, seperti garam-garam, gula, asam, beberapa jenis gas dan banyak macam molekul organik. Air sering disebut sebagai pelarut universal karena air melarutkan banyak zat kimia. Air berada dalam kesetimbangan dinamis antara fase cair dan padat di bawah tekanan dan temperatur standar. Dalam bentuk ion, air dapat dideskripsikan sebagai sebuah Ion Hidrogen (H+) yang berasosiasi (berikatan) dengan sebuah Ion Hidroksida (OH-) (dalam Putra, 2010 ) Selanjutnya Kusnuputro (2010) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan air adalah air tawar yang tidak termasuk salju dan es. Di Indonesia jumlah

Upload: vanthuy

Post on 29-Jun-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kajian Umum Tentang Air

2.1.1 Pengertian Air

Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan

makhluk hidup dibumi ini. Fungsi air bagi kegidupan tidak dapat digantikan oleh

senyawa lain. Penggunaan air yang utama dan sangat vital bagi kehidupan adalah

sebagai air minum. Hal ini terutama untuk mencukupi kebutuhan air didalam

tubuh manusia itu sendiri. Menurut Notoadmojo sekitar 55-60% berat badan

orang dewasa terdiri dari air, untuk anak-anak sekitar 65% dan utuk bayi sekitar

80% (Mulia, 2005:57).

Allafa (2008) mengemukakan bahwa air bersifat tidak berwarna, tidak

berasa dan tidak berbau pada kondisi standar. Zat kimia ini merupakan suatu

pelarut yang penting, yang memiliki kemampuan untuk melarutkan banyak zat

kimia lainnya, seperti garam-garam, gula, asam, beberapa jenis gas dan banyak

macam molekul organik. Air sering disebut sebagai pelarut universal karena air

melarutkan banyak zat kimia. Air berada dalam kesetimbangan dinamis antara

fase cair dan padat di bawah tekanan dan temperatur standar. Dalam bentuk ion,

air dapat dideskripsikan sebagai sebuah Ion Hidrogen (H+) yang berasosiasi

(berikatan) dengan sebuah Ion Hidroksida (OH-) (dalam Putra, 2010 )

Selanjutnya Kusnuputro (2010) mengemukakan bahwa yang dimaksud

dengan air adalah air tawar yang tidak termasuk salju dan es. Di Indonesia jumlah

dan pemakaian air bersumber pada air tanah, air permukaan, dan air atmosfer,

yang ketersediaannya sangat ditentukan oleh air atmosfer atau sering dikenal

dengan air hujan.

2.1.2 Macam Sumber Air

Untuk keperluan air minum, rumah tangga dan industri, secara umum

dapat digunakan sumber air yang berasal dari air sungai, mata air, danau, sumur,

dan air hujan yang telah dihilangkan zat-zat kimianya, gas racun, atau kuman-

kuman yang berbahaya bagi kesehatan. Menurut Sutrisno (2010:12-15) Sumber

air yang dapat kita manfaatkan pada dasarnya digolongkan sebagai berikut :

1. Air laut

Air laut mempunyai sifat asin, karena mengandung NaCl. Kadar garam

NaCl dalam air laut mencapai 3%. Demikian keadaan ini maka air laut tidak

memenuhi syarat untuk digunakan sebagai air minum.

2 Air Hujan/ Air Atmosfir

Dalam keadaan murni, air hujan sangat bersih, akan tetapi karena adanya

pengotoran udara yang disebabkan oleh kotoran-kotoran asap industri, debu dan

sebagainya. Maka untuk menjadikan air hujan sebagai air minum hendaknya pada

waktu menampung sebaiknya jangan dimulai pada saat hujan mulai turun, karena

masih mengandung banyak kotoran. Selain itu air hujan mempunyai sifat agresif

terutama pad pipa-pipa penyalur maupun bak-bak reservoir, sehingga hal ini dapat

mempercepat terjadinya korosi (pengkaratan). Air hujan juga mempunyai sifat

lunak sehingga akan boros terhadap pemakaian sabun.

3. Air Permukaan

Air permukaan adalah air hujan yang mengalir dipermukaaan bumi. Pada

umumnya air permukan ini akan mendapatkan pengotoran selama pengalirannya,

misalnya lumpur, batang-batang kayu, daun- daun, kotoran industry kota dan

sebagainya. Air permukaan ada dua macam yaitu :

a. Air sungai

Dalam penggunaannya sebagai air minum haruslah mengalami pengolahan

yang sempurna, mengingat air sungai ini pada umumnya mempunyai derajat

pengotoran yang tinggi sekali. Debit yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan air

minum pada umumnya dapat mencukupi.

b. Air rawa/ danau

Kebanyakan air rawa ini berwarna disebabkan oleh adanya zat-zat organis

yang telah membusuk, misalnya asam humus yang larut dalam air yang

menyebabkan air berwarna uning coklat. Dengan adanya pembusukan kadar zat

organis tinggi, maka umumnya kadar Fe dan Mn juga akan tinggi dan dalam

keadaan kelarutan O2 kurang sekali (anaerob), maka unsure-unsur Fe dan Mn

akan larut. Pada permukaan air akan tumbuh (algae) karena adanya sinar matahari

dan O2.

4. Air tanah

Air tanah sendiri terbagi menjadi tiga jenis yaitu :

a. Air Tanah Dangkal

Terjadi karena daya proses peresapan air permukaan tanah, lumpur akan

tertahan demikian pula dengan sebagian bakteri, sehingga air tanah akan jernih

tetapi lebih banyak mengandung zat kimia (garam-garam yang terlarut) karena

melalui lapisan tanah yang mempunyai unsure-unsur kimia tertentu untuk masing-

masing lapisan tanah. Air tanah dangkal akan terdapat pada kedalaman 15 meter.

b. Air Tanah Dalam

Terdapat pada lapisan rapat air pertama dan untuk memperolehnya harus

digunakan bor dan memasukan pipa kedalaman hingga 100-300 meter. Ditinjau

dari segi kualitas pada umumnya lebih baik dari air tanah dangkal, sedangkan

kuantitasnya mencukupi tergantung pada keadaan tanah dan sedikit dipengaruhi

oleh perubahan musim.

c. Mata air

Mata air adalah air tanah yang keluar dengan sendirinya ke permukaan

tanah. Mata air yang berasal dari tanah dalam, hampir tidak terpengaruh oleh

musim kualitasnya sama dengan kualitas air dalam. Berdasarkan cara keluarnya

dari dalam tanah, mata air terbagi atas:

- Rembesan, dimana air keluar dari lereng-lereng bukit atau pegunungan.

- Umbul, dimana air keluar ke permukaan tanah pada suatu dataran.

2.1.3 Pencemaran Air

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.20 tahun 1990 “pencemaran

air adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau

komponen lain kedalam air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air turun

sampai ketingkat tertentu yang membahayakan , yang mengakibatkan air tidak

berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya” (Mukono, 2000:18).

Peraturan Pemerintah RI No.82 tahun 2001 menyebutkan “pencemaran air

adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau

komponen lain kedalam air dan atau berubahnya tatanan air oleh kegiatan

manusia, sehingga kualitas air turun ketingkat tertentu yang menyebabkan air

tidak dapat berfungsi lagi sesuai peruntukkannya” ( Mulia, 2005:46)

Di Indonesia, peruntukkan badan air/air sungai menurut kegunaannya

ditetapkan oleh Gubernur. Peraturan Pemerintah RI No,20 tahun 1990

mengelompokkan kualitas air menjadi beberapa golongan menurut

peruntukkannya. (dalam Mulia, 2005:46-47) adapun penggolongan air menurut

peruntukkannya adalah sebagai berikut :

Golongan A : air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung

tanpa pengolahan terlebih dahulu.

Golongan B : air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum

Golongan C : air yang dapat dipergunakan untuk keperluan perikanan dan

peternakan

Golongan D : air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian, usaha

diperkotaan, industri dan pembangkit listrik tenaga air.

Menurut definisi diatas, bila suatu sumber air yang termasuk dalam

golongan B (air yang dapt digunakan sebagai air baku air minum) mengalami

pencemaran yang berasal dari air limbah suatu industri sehingga tidak dapat lagi

sdimanfaatkan untuk air baku air minum, maka dikatakan sumber air tersebut

telah tercemar.

Mukono (2000 : 19-20) mengemukakan bahwa faktor – faktor yang

mempengaruhi pencemaran air baku adalah sebagai berikut :

1. Mikroorganisme

Salah satu indikator bahwa air tercemar adalah adanya mikroorganisme

pathogen dan non pathogen didalamnya. Danau/sungai yang

terkontaminasi/tercemar mempunyai spesies mikroorganisme yang berlainan dari

air yang bersih. Air yang tercemar umumnya mempunyai kadar bahan organik

yang tinggi sehingga pada umunya banyak mengandung mikroorganisme

heterotropik.

2. Curah Hujan

Curah hujan disuatu daerah akan menentukan volume dari badan air dalam

rangka mempertahankan efek pencemaran terhadap setiap bahan buangan

didalamnya (deluting effects). Curah hujan yang cukup tinggi sepanjang musim

dapat lebih mengencerkan air yang tercemar.

3. Kecepatan Aliran Air (Stream Flow)

Bila suatu badan air memiliki aliran yang cepat, maka keadaan itu dapat

memperkecil kemungkinan timbulnya pencemaran air karena bahan polutan

dalam air akan lebih cepat terdispensi.

4. Kualitas Tanah

Kualitas tanah (pasir atau lempung) juga mempengaruhi pencemaran air, ini

berkaitan dengan pencemaran tanah yang terjadi di dekat sumber air. Beberapa

sumber pencemaran tanah dapat berupa bahan beracun seperti pestisida, herbisida,

logam berat dan sejenisnya serta penimbunan sampah secara besar – besaran.

2.2 Sarana Air Bersih

2.2.1 Sumur

Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 1985 “sumur

gali adalah satu konstruksi sumur yang paling umum dan meluas dipergunakan

untuk mengambil air tanah bagi masyarakat kecil dan rumah- rumah perorangan

sebagai air minum dengan kedalaman 7-10 meter dari permukaan tanah. Keadaan

konstruksi dan cara pengambilan air sumur pun dapat merupakan sumber

kontaminasi, misalnya sumur dengan konstruksi terbuka dan pengambilan air

dengan timba. Sumur dianggap mempunyai tingkat perlindungan sanitasi yang

baik, bila tidak terdapat kontak langsung antara manusia dengan air di dalam

sumur “ (dalam Putra, 2010).

Menurut Entjang (2000) bahwa Sumur gali ada yang memakai pompa dan

yang tidak memakai pompa. Syarat konstruksi pada sumur gali tanpa pompa

meliputi dinding sumur, bibir sumur, lantai sumur, serta jarak dengan sumber

pencemar. Sumur gali sehat harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

1) Syarat Lokasi atau Jarak

Agar sumur terhindar dari pencemaran maka harus diperhatikan adalah

jarak sumur dengan jamban, lubang galian untuk air limbah, dan sumber-sumber

pengotoran lainnya. Jarak sumur minimal 10 meter dan lebih tinggi dari sumber

pencemaran seperti kakus, kandang ternak, tempat sampah, dan sebagainya

(Chandra,2007 dalam Putra, 2010).

Untuk jenis tanah gembur jarak sumur dari sumber pencemar seperti

kakus, kandang ternak, tempat sampah, dan sebagainya yaitu minimal 10 meter,

untuk jenis tanah berpasir minimal 15 meter dan untuk jenis tanah liat jaraknya

dari sumber pencemar yaitu minimal 7.5 meter.

2) Dinding Sumur Gali

a) Jarak kedalaman 3 meter dari permukaan tanah, dinding sumur gali harus

terbuat dari tembok yang kedap air (disemen). Hal tersebut dimaksudkan

agar tidak terjadi perembesan air/pencemaran oleh bakteri dengan

karakteristik habitat hidup pada jarak tersebut. Selanjutnya pada

kedalaman 1,5 meter dinding berikutnya terbuat dari pasangan batu bata

tanpa semen, sebagai bidang perembesan dan penguat dinding sumur

(Entjang, 2000:78).

b) Pada kedalaman 3 meter dari permukaan tanah, dinding sumur harus

dibuat dari tembok yang tidak tembus air, agar perembesan air permukaan

yang telah tercemar tidak terjadi. Kedalaman 3 meter diambil karena

bakteri pada umumnya tidak dapat hidup lagi pada kedalaman tersebut.

Kira-kira 1,5 meter berikutnya ke bawah, dinding ini tidak dibuat tembok

yang tidak disemen, tujuannya lebih untuk mencegah runtuhnya tanah (

Azwar, 1995 dalam Putra , 2010).

3) Bibir sumur gali

Untuk keperluan bibir sumur ini terdapat beberapa pendapat antara lain :

a) Di atas tanah dibuat tembok yang kedap air setinggi minimal 70 cm untuk

mencegah pengotoran dari air permukaan karena aktifitas di sekitar sumur

serta untuk aspek keselamatan (Entjang, 2000 :78).

b) Tinggi dinding sumur di atas permukaan tanah kira-kira 70 cm, atau lebih

tinggi dari permukaan air banjir, apabila daerah tersebut adalah daerah

banjir (Machfoedz, 2004 dalam Putra, 2010).

4) Lantai Sumur Gali

Beberapa pendapat konstruksi lantai sumur antara lain :

a) Lantai sumur dibuat dari tembok yang kedap air dengan ± 1,5 m dari

dinding sumur. Dibuat agak miring dan ditinggikan 20 cm di atas

permukaan tanah, bentuknya bulat atau segi empat. Hal dimaksudkan agar

air permukaan yang berasal dari adanya aktifitas di sekitar sumur seperti

mandi mencuci dan sebagainya dapat mengalir saluran pembuangan

sehingga tidak merembes kedalam tanah dan mencemari air sumur

(Entjang, 2000:80).

b) Tanah di sekitar tembok sumur atas disemen dan tanahnya dibuat miring

dengan tepinya dibuat saluran. Lebar semen di sekeliling sumur kira-kira

1,5 meter, agar air permukaan tidak masuk (Azwar, 1995 dalam Putra,

2010).

5) Saluran Pembuangan Air Limbah

Saluran Pembuangan Air Limbah dari sekitar sumur dibuat dari tembok

yang kedap air dan panjangnya sekurang-kurangnya 10 m dan dihubungkan

langsung dengan lantai sumur untuk dapat mengalirkan air kotor yang berasal dari

aktfitas di sekitar sumur dapat dialirkan melalui saluran air limbah tersebut.

Sedangkan pada sumur gali yang dilengkapi pompa, pada dasarnya pembuatannya

sama dengan sumur gali tanpa pompa, tapi air sumur diambil dengan

mempergunakan pompa. Kelebihan jenis sumur ini adalah kemungkinan untuk

terjadinya pengotoran akan lebih sedikit disebabkan kondisi sumur selalu tertutup

(Entjang, 2000:78).

Penentuan persyaratan dari sumur gali didasarkan pada hal-hal sebagai

berikut:

a. Kemampuan hidup bakteri patogen selama 3 hari dan perjalanan air dalam

tanah 3 meter/hari.

b. Kemampuan bakteri patogen menembus tanah secara vertical sedalam 3

meter.

c. Kemampuan bakteri patogen menembus tanah secara horizontal sejauh 1

meter.

d. Kemungkinan terjadinya kontaminasi pada saat sumur digunakan maupun

sedan tidak digunakan.

e. Kemungkinan runtuhnya tanah dinding sumur.

Sementara sumur dengan cara pengeboran, lapisan air tanah yang lebih

dalam ataupun lapisan tanah yang jauh dari tanah permukaan dapat dicapai

sehingga sedikit dipengaruhi kontaminasi. Umumnya air ini bebas dari pengotoran

mikrobiologi dan secara langsung dapat dipergunakan sebagai air minum. Air

tanah ini dapat diambil dengan pompa tangan maupun pompa mesin (Depkes RI,

1985).

2.2.2. Perlindungan Mata Air

Perlindungan mata air adalah suatu bangunan penangkap mata air yang

menampung/menangkup air dari mata air. Walaupun mata air biasanya berasal

dari air tanah yang terlindung, ada kemungkinan terjadi kontaminasi pada tempat

penangkapan juga kontaminasi langsung terhadap mata air yang disebabkan oleh

manusia atau binatang, harus dicegah melalui bangunan perlindungan.

2.2.3. Penampungan Air Hujan

Penampungan air hujan untuk penyediaan air minum/air bersih biasanya

memanfaatkan suatu permukaan yang luas seperti atap rumah yang miring ke arah

talang yang menampung air hujan dan disalurkan ke dalam suatu tangki reservoir

(PAH). Hujan pertama biasanya membawa kotoran yang ada pada atap, sehingga

tidak dialirkan ke penampungan.

2.3 Kualitas Air

Dengan adanya standard kualitas air, orang dapat mengukur kualitas dari

berbagai macam air. Setiap jenis air dapat diukur konsentrasi kandungan unsur

yang tercantum didalam standard kualitas, dengan demikian dapat diketahui syarat

kualitasnya, dengan kata lain standard kualitas dapat digunakan sebagai tolak

ukur. Berdasarkan Permenkes RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990 air minum

yang aman bagi kesehatan apabila memenuhi persyaratan fisika, mikrobiologis,

kimiawi dan radioaktif yang dimuat dalam parameter wajib dan parameter

tambahan (dalam Febrian, 2008).

Demikian pula halnya dengan air yang digunakan sebagai kebutuhan air

bersihsehari-hari, sebaiknya air tersebut tidak berwarna, tidak berasa, tidak

berbau, jernih, dan mempunyai suhu yang sesuai dengan standard yang ditetapkan

sehingga menimbulkan rasa nyaman. Jika salah satu dari syarat tersebut tidak

terpenuhi maka besar kemungkinan air itu tidak sehat karena mengandung

beberapa zat kimia, mineral, ataupun zat organis/biologis yang dapat mengubah

warna, rasa, bau, dan kejernihan air (Pitojo, 2002:22).

Peraturan menyatakan bahwa air yang layak dikonsumsi dan digunakan

dalam kehidupan sehari- hari adalah air yang mempunyai kualitas yang baik

sebagai sumber air minum maupun air baku (air bersih), antara lain harus

memenuhi persyaratan secara Fisik, Kimia dan Bakteriologis.

Air bersih menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor

416/Menkes/per/IX/1990 diharuskan memenuhi persyaratan sebagai berikut.

Tabel 2.1

Syarat Fisik Air Bersih menurut Permenkes RI No.

416/MENKES/PER/IX/1990

No Parameter Satuan Kadar maksimum yang

diperbolehkan

Keterangan

A.

1.

2..

3.

4. 5.

6.

Fisika

Bau

Jumlah zat padat (TDS) Kekeruhan

Rasa

Suhu Warna

-

mg/L

Skala NTU

- °C

Skala TCU

1.500

25

- Suhu udara ± 3°C

50

Tidak berbau

Tidak berasa

B.

a.

1.

2. 3.

Kimia

Kimia anorganik

Air raksa

Arsen Besi

mg/L

mg/L mg/L

0,001

0,05 1,0

4.

5.

Flourida

Cadmium

mg/L

mg/L

1,5

0,005

No Parameter Satuan Kadar maksimum yang

diperbolehkan

Keterangan

6.

7. 8.

9.

10. 11.

12.

b.

1.

2.

3. 4.

5. 6.

7.

8. 9.

10.

11. 12.

13.

Kesadahan CaCo3

Khlorida Kromium valensi 6

Mangan

Nitrat, sebagai N Nitrit, sebagai N

pH

Kimia organik Aldrin dan Dieldrin

Benzene

Benzo(a) pyrene Chlordane (total isomer)

Chloroform

2,4 D DDT

Detergen

1,2 Dichloroethene 1,1 Dichloroethene

Heptachlor epoxide

Hexachlorbenzene Gamma HCH (Lindane)

Methoxychlo

mg/L

mg/L mg/L

mg/L

mg/L mg/L

…..

mg/L

mg/L

mg/L mg/L

mg/L mg/L

mg/L

mg/L mg/L

mg/L

mg/L mg/L

mg/l

500

600 0,05

0,5

10 10

6,5-9,0

0,0007

0,01

0,00001 0,007

0,03 0,10

0,03

0,5 0,01

0,0003

0,003 0,00001

0,004

Air hujan pH

minimum 5,5

No Parameter Satuan Kadar maksimum yang

diperbolehkan

Keterangan

15.

16.

17.

18.

Pentachlorophenol

Pestisida total

3,4,6- Trichlorephenol

Zat oraganik

mg/L

mg/L

mg/L

mg/L

0,01

0,10

0,01

10

C.

1.

Mikrobiologik

Total Coliform (MPM)

jumlah per 100 ml

Jumlah per 100 ml

50

10

Bukan air perpiaan Air perpipaan

Sumber : Pitojo, 2002 :22-25

2.4 Bakteri Escherichia Coli sebagai indikator

E. coli adalah salah satu bakteri yang tergolong Coliform. Air minum tidak

boleh terlalu banyak mengandung bakteri, karena akan mengganggu kesehatan,

oleh karena itu diperlukan pemeriksaan kualitas air dengan menggunakan E. coli

sebagai indikator . Seperti kita ketahui bakteri E. coli merupakan organisme yang

normal terdapat dalam usus manusia sehingga keberadaannya bukan merupakan

masalah dalam jumlah normal. Namun, dalam jumlah yang banyak beberapa

strain tertentu dari bakteri ini dapat menimbulkan penyakit seperti diare atau

muntaber bila telah melebihi jumlah normalnya. (Arivin, 2010).

Terdapatnya bakteri coliform dalam air minum dan makanan dapat menjadi

indikasi kemungkinan besar adanya organisme patogen lainnya. Bakteri coliform

dibedakan menjadi 2 tipe yatiu fecal coliform dan non–fecal coliform. E. coli

adalah bagian dari fecal coliform.

Keberadaan E. coli dalam air dapat menjadi indikator adanya pencemaran

oleh air tinja. Bakteri-bakteri ini apabila ditemukan di dalam sampel air maka air

tersebut mengandung bakteri patogen, sebaliknya bila sampel air tidak

mengandung bakteri-bakteri ini berarti tidak ada pencemaran oleh tinja manusia

dan hewan, menunjukkan bahwa ia bebas dari bakteri pathogen (Pitojo,2002 : 25).

E. coli digunakan sebagai indikator pemeriksaan kualitas bakteriologis

secara universal dan analisi dengan alasan ;

a) E. coli secara normal hanya ditemukan di saluran pencernaan manusia

atau hewan mamalia, atau bahan yang telah terkontaminasi dengan tinja

manusia atau hewan , jarang sekali ditemukan dalam air dengan kualitas

kebersihan yang tinggi.

b) E.coli mudah diperiksa di laboratorium dan sensivitasnya tinggi jika

pemeriksaan dilakukan dengan benar.

c) Bila dalam air tersebut ditemukan E. coli, maka air tersebut dianggap

berbahaya bagi penggunaan domestik.

d) Ada kemungkinan bakteri enterik patogen yang lain dapat ditemukan

bersama–sama dengan E. coli dalam air tersebut.

Bakteri Streptococcus faecalis dan Clostridium perifringen jarang

digunakan sebagai bakteri indikator. E. coli jika masuk kedalam saluran

pencernaan dalam jumlah banyak dapat membahayakan kesehatan. Walaupun E.

coli merupakan bagian dari mikroba normal saluran pencernaan, tapi saat ini telah

terbukti bahwa galur-galur tertentu mampu menyebabkan gastroeritris taraf

sedang hingga parah pada manusia dan hewan. E. coli dapat menyebabkan

penyakit diare karena :

a. Produksi enterotoksin yang secara tidak langsung menyebabkan

kehilangan cairan.

b. Invasi yang sebenarnya lapisan epitelium dinding usus yang menyebabkan

peradangan dan kehilangan cairan.

Bakteri-bakteri ini apabila ditemukan di dalam sampel air maka air

tersebut mengandung bakteri patogen, sebaliknya bila sampel air tidak

mengandung bakteri-bakteri ini berarti tidak ada pencemaran oleh tinja manusia

dan hewan, menunjukkan bahwa ia bebas dari bakteri pathogen (Fajar, 2008 :27).

2.5 Penyebaran Bakteri Eschercia coli Ditanah

Air limbah yang mencemari tanah dalam perjalanannya akan mengalami

peristiwa fisik mekanik, kimia, dan biologis. Peristiwa fisik mekanik yang terjadi

karena adanya distribusi larutan yang mengalir melalui pori-pori tanah yang tidak

seragam sehingga terjadi efek penahanan oleh zat-zat padat dan pengendapan

partikel-partikel padat karena gaya berat. Peristiwa kimia terjadi penyebaran

molekuler yang dihasilkan dari potensi kimia, sedangkan proses biologis terjadi

pada bahan pencemar organik yang diuraikan oleh bakteri pembusuk.

Menurut Djajadiningrat, 2000. Pada prinsipnya penyebaran

mikroorganisme dan bahan Chemist terhadap air tanah dari suatu tempat ke

tempat lain di sekitar badan air pencemar, sebagai berikut :

1. Penyebaran bakteri atau kuman-kuman dalam tanah hanya mampu seluas

11 meter (5+6 m), oleh karenanya jarak antara sumber air (sumur) dengan

Septictank harus minimal 12 meter.

2. Bahkan dengan kontak langsung melalui groundwater yang baik, maka

jangkauan penyebaran maksimum dari E. coli mencapai 10,7 meter.

3. Bila ekstreta dalam sumur itu membeku karena tidak memperoleh air atau

tidak bercampur air, maka biochemical action dan penyebaraan dari

kuman- kuman berkurang

4. Untuk Septictank yang tidak berhubungan dengan groundwater,

didapatkan hasil-hasil pengamatan sebagai berikut:

a. Bahwa E. coli tidak dapat menyebar 1.52 meter dari sumber

pencemar

b. Bila permukaan air tanah berada 3,66–4,57 meter dibawah dasar

Septictank, maka kemampuan penyebaran E. coli hanya 0,305 meter

dari Septictank.

Dengan catatan semua diasumsikan bahwa kecepatan air tanah adalah 1-3

meter/hari. Mengingat limbah cair rumah tangga kaya akan zat organik, maka jika

debitnya cukup besar, maka tingkat penetrasi di dalam tanah akan mencapai jarak

yang cukup jauh, sehingga berpotensi untuk mencemari air tanah / air sumur

(dalam Febrian. 2008).

2.6 Kerangka Berfikir

2.6.1 Kerangka Teori

Sumber air bersih dari sumur gali merupakan salah satu sumber air yang

paling mudah mendapaïkan pencemaran dan pengotoran yang berasal dari luar

terutama jika kondisi sumur gali tidak mendukung syarat kesehatan. Dimana

Konstruksi Sumur :

1. Memiliki dinding /

cincin

2. Memiliki bibir

3. Memiliki lantai kedap

air

4. Memiliki SPAL

5. Jarak dengan

sumber pencemar

Jumlah bakteri

E.coli meningkat

Kualitas sumber

air bersih tercemar

Konsumsi air

bersih tercemar

Dampak kesehatan

Akibat konsumsi air

bersih tercemar E. coli

PENYAKIT:

kulit,

diare, dll

Penularan penyakit

melalui air tercemar

keadaan sumur yang buruk baik itu dari lokasinya seperti jarak terhadap sumber

pencemar maupun konstruksinya dapat mengakibatkan risiko pencemaran pada

sumber air, sehingga akan berdampak terhadap kualitas air yang menurun dan

tidak memenuhi syarat kesehatan baik syarat fisik, kimia maupun mikrobiologi.

Namun pencemaran yang paling sering terjadi terkait dengan syarat sumur gali

baik itu konstruksi maupun lokasinya yaitu adanya pencemaran oleh bakteri-

bakteri penyebab penyakit (Joeharno, 2006).

Kondisi lokasi dan konstruksi sumur gali yang tidak memenuhi syarat

dapat meningkatkan risiko pencemaran sumber air bersih, keadaan yang tidak

memenuhi persyaratan minimal menandakan adanya risiko kontaminasi sumber

air bersìh oleh pencemar, semakin banyak parameter lokasi dan konstruksi sumur

gali yang tidak memenuhi persyaratan akan semakin tinggi tingkat risiko

pencemaran, maka semakin banyak kemungkinan kontaminasi yang berasal dari

sekitar sumber sehingga dapat menurunkan kualitas air.

Tingkat risiko pencemaran sumber air bersih ditentukan dari adanya

kontaminasi zat pencemar ke dalam sumber air bersih. Sumber pencemar tersebut

dapat berasal dari pencemaran air limbah, kotoran, sampah maupun pencemar

1ain, juga dilihat dari aspek konstruksi maupun lokasi sarana sumber air bersih.

Semakin banyak aspek yang tidak memenuhi syarat maka semakin tinggi tíngkat

risiko pencemaran air yang berarti semakin banyak kemungkinan zat pencemar

masuk ke dalam sumber air sehingga pada akhimya dapat menurunkan kualitas

air. Sumber air yang memiliki risiko pencemaran yang tinggj akan menurunkan

kualitas, hal ini dapat diketahui melalui pemeriksaan kualiïas air. Kualitas

mikrobiologis yang tidak memenuhi syarat berdampak besar terhadap penularan

penyakít yang ditularkan melalui air (Prajawati, 2008).

2.6.2 Kerangka Konsep

Adapun kerangka Konsep dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar

berikut:

Keterangan :

: Variabel bebas

: Variabel terikat

Keadaan Fisik ( Konstruksi ) Sumur

Gali ( SGL )

Dinding/ Cincin Sumur

Bibir sumur

Lantai sumur

Jarak dengan sumber

pencemar

Kandungan Bakteri

Eschercia coli

( Jumlah E coli)

S P A L

Didalam kerangka konsep penelitian ini terdapat 2 variabel yang diteliti

yaitu variabel bebas (Independen) yaitu Konstruksi Sumur Gali (SGL) ditinjau

dari aspek dinding, lantai, jarak dengan sumber pencemar, dan bibir sumur yang

mempengaruhi variabel terikat (Dependen) yaitu jumlah bakteri E.coli pada air

yang nantinya pada analisis data dapat dilihat apakah terdapat pengaruh

konstruksi sumur gali dari aspek dinding, lantai, jarak dengan sumber pencemar,

bibir sumur dan SPAL terhadap jumlah bakteri E.coli yang terkandung dalam air

sumur gali.

2.7 Hipotesis

2.7.1 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangkan konsep diatas dalam penelitian ini penyusun

mengajukan hipotesis sebagai berikut:

b. Hipotesis Nol ( H0 ):

1. Tidak ada pengaruh kontruksi sumur gali ditinjau dari aspek

dinding sumur terhadap kandungan bakteri E. coli pada air di

Desa Dopalak Kecamatan Paleleh.

2. Tidak ada pengaruh kontruksi sumur gali ditinjau dari aspek tinggi

bibir sumur terhadap kandungan bakteri E. coli pada air di Desa

Dopalak Kecamatan Paleleh.

3. Tidak ada pengaruh kontruksi sumur gali ditinjau dari aspek lantai

kedap air terhadap kandungan bakteri E. coli pada air di Desa

Dopalak Kecamatan Paleleh.

4. Tidak ada pengaruh kontruksi sumur gali ditinjau dari aspek

SPAL terhadap kandungan bakteri E. coli pada air di Desa

Dopalak Kecamatan Paleleh.

5. Tidak ada pengaruh kontruksi sumur gali ditinjau dari aspek jarak

sumur dengan sumber pencemar terhadap kandungan bakteri E.

coli pada air di Desa Dopalak Kecamatan Paleleh.

b. Hipotesis Altenatif ( Ha ) :

1. Ada pengaruh kontruksi sumur gali ditinjau dari aspek dinding

sumur terhadap kandungan bakteri E. coli pada air di Desa

Dopalak Kecamatan Paleleh.

2. Ada pengaruh kontruksi sumur gali ditinjau dari aspek tinggi bibir

sumur terhadap kandungan bakteri E. coli pada air di Desa

Dopalak Kecamatan Paleleh.

3. Ada pengaruh kontruksi sumur gali ditinjau dari aspek lantai kedap

air terhadap kandungan bakteri E. coli pada air di Desa Dopalak

Kecamatan Paleleh.

4. Ada pengaruh kontruksi sumur gali ditinjau dari aspek SPAL

terhadap kandungan bakteri E. coli pada air di Desa Dopalak

Kecamatan Paleleh.

5. Ada pengaruh kontruksi sumur gali ditinjau dari aspek jarak sumur

dengan sumber pencemar terhadap kandungan bakteri E. coli pada

air di Desa Dopalak Kecamatan Paleleh

2.7.2 Hipotesis Statistik :

a. H0 : p = 0

b. H0 : p ≠ 0

Kriteria pengujian

a. H0 diterima jika p > 0.05

b. Ha diterima jika p < 0.05