bab iv hasil dan pembahasan 4.1 gambaran umum...
TRANSCRIPT
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi
4.1.1 Letak Geografis
Desa Dopalak merupakan salah satu desa dari 12 (dua belas) Desa yang ada
di Kecamatan Paleleh Kabupaten Buol Sulawesi Tengah, merupakan desa terkecil
dengan luas 1200 ha yang terdiri dari 3 (tiga) Dusun. Nama Dopalak diambil dari
bahasa Buol yang berasal dari kata “Dopayak”. yang berarti batuan pegunungan
yang sulit ditumbuhi pepohonan. Dan dari gunung ini pula ditemukan tambang
emas yang menjadi sumber mata pencaharian dan pendapatan masyarakat Desa
Dopalak dan masyarakat dari luar Desa Dopalak. Saat ini Desa Dopalak terbagi
dalam 3 dusun yang antara lain Dusun I, Dusun II dan Dusun III.
Desa Dopalak memiliki batas wilayah sebagai berikut :
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Sulawesi
b. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Lintidu
c. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Paleleh
d. Sebelah Selatan berbatasan dengan DesaTolau dan Pegunungan Intan
4.1.2 Luas Wilayah Desa
Luas wilayah Desa Dopalak seluruhnya adalah 1.200 Ha.
Orbitasi jarak tempuh dari desa sebagai berikut :
a. Jarak dari ibu kota kecamatan ± 650 M.
b. Jarak dari ibu kota kabupaten ± 85 KM
c. Jarak dari ibu kota propinsi ± 511 KM
4.1.3 Kependudukan
Desa Dopalak dibagi menjadi 3 Dusun dengan jumlah penduduk 1.011
jiwa, terdiri dari laki-laki 523 jiwa (51,73%) dan perempuan 488 jiwa (48,27%).
Jumlah Kepala Keluarga 264 KK. Data jumlah penduduk berdasarkan tingkat
pendidikan dan jenis mata pencaharian dapat dilihat pada tabel-tabel berikut ini :
Tabel 4.1
Distribusi Penduduk Menurut Pendidikan di Desa Dopalak Tahun 2011.
Tingkat Pendidikan Jumlah
n %
Buta Aksara
Tidak Tamat SD
SD
SLTP
SLTA
D2
D3
S1
49
109
491
102
83
6
16
40
5.47
12.17
54.80
11.38
9.26
0.67
1.78
4.46
Jumlah 896 100 Sumber : Data Sekunder
Tingkat pendidikan penduduk desa Dopalak tertinggi pada tingkat Sekolah
Dasar (SD) sebanyak 491 orang atau sebesar 54.80% dari jumlah penduduk
keseluruhan 1011 Jiwa. Adapun jenis pekerjaan yang digeluti oleh masyarakat
desa Dopalak sebagai berikut :
a. Penambang
b. Perawat
c. Petani
d. Nelayan
e. Peternak
h. Buruh/ Tukang Amprak
f. Pedagang/Swasta
g. Guru
4.1.4 Pelestarian Pembangunan baik dari Pemerintah maupun dari hasil Gotong
Royong Masyarakat
a. Gedung Sekolah Dasar 1 buah
b. Masjid 1 buah
c. Kantor kepala desa 1 buah
d. Taman pengajian Al Quran 1 buah
4.2 HASIL PENELITIAN
4.2.1 Kondisi konstruksi dan kandungan bakteri Eschercia coli air sumur gali
Dari observasi yang dilakukan diperoleh terhadap parameter konstruksi
sumur yaitu dinding sumur kedap air ≥ 3 m, terindetifikasi seimbang 8 sumur
(50%) memenuhi syarat dan 8 sumur (50%) tidak memenuhi syarat, untuk
ketinggian bibir sumur ≥ 70 cm, 9 sumur (56.25%) memenuhi syarat dan 7 sumur
(43.75%) tidak memenuhi syarat, lantai sumur gali kedap air radius ≥ 1.5 m
seimbang memenuhi syarat dan tidak masing-masing 8 sumur (50%).dan untuk
SPAL sumur kedap air ≥10 m, 7 sumur (43.75%) memenuhi syarat dan 9 sumur
(56.25%) tidak memenuhi sementara untuk parameter lokasi sumur gali (jarak
terhadap sumber pencemar ≥ 10 m) yang memenuhi syarat sebanyak 10 sumur
(62.50%) dan tidak memenuhi syarat sebanyak 6 sumur (37.50%) serta kualitas
bakteriologis air sumur gali (angka colitinja/Eschercia coli) memenuhi syarat 9
sumur (56,25%) dan tidak memenuhi syarat 7 sumur (43,75%) seperti yang
ditunjukkan pada tabel 3 sebagaì berikut:
Tabel 4.2
Kondisi Konstruksi sumur dan kandungan E.coli pada air sumur gali di Desa
Dopalak Kecamatan Paleleh Tahun 2012
Sumber : Data Primer
4.2.2 Pengaruh konstruksi sumur gali dengan kandungan Bakteri Eschercia coli
pada air sumur gali
Untuk mengetahui Pengaruh konstruksi sumur gali yang meliputi dinding,
bibir, lantai, SPAL, dan jarak sumur dengan sumber pencemar dengan kandungan
atau jumlah Bakteri E.coli maka dilakukan uji statistik dengan menggunakan
Parameter Pengamatan Jumlah
N %
-Konstruksi Sumur
a. Dinding Kedap Air ≥ 3 m
Memenuhi syarat sanitasi
Tidak memenuhi syarat sanitasi
b.Bibir Kedap Air ≥ 70 cm
Memenuhi syarat sanitasi
Tidak memenuhi syarat sanitasi
c. Lantai Kedap Air ≥ 1.5 m
Memenuhi syarat sanitasi
Tidak memenuhi syarat sanitasi
d.SPAL Kedap Air ≥ 10 m
Memenuhi syarat sanitasi
Tidak memenuhi syarat sanitasi
8
8
9
7
8
8
7
9
50
50
56.25
43.75
50
50
43.75
56.25
- Lokasi Sumur Gali
e. Jarak Sumur Dengan Pencemar ≥ 10 m.
Memenuhi syarat sanitasi
Tidak memenuhi syarat sanitasi
10
6
62.50
37.50
f. Kandungan E.Coli Air
Melebihi NAB (>50 MPN)
Tidak melebihi NAB (< 50 MPN)
9
7
56.25
43.75
Fisher Exact dengan taraf kesalahan α ditentukan 5% (0.05) disajikan dalam
bentuk tabel bivariat yakni sebagaì berikut:
1. Pengaruh Dinding sumur terhadap kandungan bakteri Eschercia coli
Tabel 4.3
Distribusi Konstruksi dinding sumur dan kandungan bakteri Eschercia coli
pada air sumur di Desa Dopalak Kecamatan Paleleh Tahun 2012
Konstruksi Dinding Sumur
Kandungan E coli
Jumlah PValue
Melebihi
NAB
Tidak
Melebihi NAB
n % n % n %
( Dinding Tembok
Kedap Air ≥ 3 m)
Tidak Memenuhi
Syarat sanitasi
Memenuhi Syarat
sanitasi
4
3
50
37.50
4
5
50
62.50
8
8
50
50
1.00
Jumlah 7 43.75 9 56.25 16 100 Sumber : Data Primer
Berdasarkan hasil analisa statistik untuk mengetahui pengaruh dinding
sumur dengan kandungan bakteri E.coli pada tabel diatas diperoleh bahwa dari 8
surnur gali yang memenuhi syarat sanitasi dari aspek dinding kedap air ≥ 3m
ternyata kandungan bakteri E.coli yang tidak melebihi NAB sebanyak 5 sumur
(62.50%) dan yang melebihi NAB sebanyak 3 sumur (37.50%) serta dari 8 sumur
gali yang tidak memenuhi syarat sanitasi dinding ternyata kandungan bakteri
E.coli yang tidak melebihi NAB sebanyak 4 sumur (50%) dan 4 sumur (50%)
melebihi NAB. Setelah dilakukan uji statistik dengan taraf kesalahan α 5% (0.05)
ternyata PValue diperoleh 1.00 yang artinya besar dari 0.05, dengan demikian
hipotesis nol diterima yang berarti tidak ada pengaruh kontruksi sumur gali
ditinjau dari aspek dinding terhadap kandungan bakteri E.coli pada air sumur.
2. Pengaruh Bibir sumur terhadap kandungan bakteri Eschercia coli
Tabel 4.4
Distribusi Konstruksi bibir sumur dan kandungan bakteri Eschercia coli
pada air sumur di Desa Dopalak Kecamatan Paleleh Tahun 2012
Konstruksi Bibir
Sumur
Kandungan E coli
Jumlah PValue
Melebihi
NAB
Tidak
Melebihi NAB
n % n % n %
(Bibir Kedap Air ≥ 70
cm)
Tidak Memenuhi
Syarat sanitasi
Memenuhi Syarat
snitasi
4
3
57.14
33.30
3
6
42.86
66.70
7
9
43.75
56.25
0.61
Jumlah 7 43.75 9 56.25 16 100 Sumber : Data Primer
Berdasarkan hasil analisa statistik untuk mengetahui pengaruh bibir sumur
dengan kandungan bakteri E.coli pada tabel diatas diperoleh bahwa dari 9 surnur
gali yang memenuhi syarat sanitasi dari aspek bibir sumur kedap air ≥ 70 cm
ternyata kandungan bakteri E.coli yang tidak melebihi NAB sebanyak 6 sumur
(66.70%) dan 3 sumur (33.30%) melebihi NAB serta dari 7 sumur gali yang tidak
memenuhi syarat sanitasi bibir sumur ternyata kandungan bakteri E.coli yang
tidak melebihi NAB sebanyak 3 sumur (42.86%) dan melebihi NAB sebanyak 4
sumur (57.14%). Setelah dilakukan uji statistik dengan taraf kesalahan α 5%
(0.05) ternyata PValue diperoleh 0.61 yang artinya besar dari 0.05, dengan demikian
hipotesis nol diterima berarti tidak ada pengaruh kontruksi sumur gali ditinjau dari
aspek bibir terhadap kandungan bakteri E.coli pada air sumur.
3. Pengaruh Lantai sumur terhadap kandungan bakteri Eschercia coli
Tabel 4.5
Distribusi Konstruksi lantai sumur dan kandungan bakteri Eschercia coli
pada air sumur di Desa Dopalak Kecamatan Paleleh Tahun 2012
Konstruksi Lantai Sumur
Kandungan E coli
Jumlah PValue Melebihi NAB
Tidak
Melebihi NAB
n % n % n %
(Lantai Sumur Kedap
Air ≥ 1.5 m)
Tidak Memenuhi
Syarat sanitasi
Memenuhi Syarat
sanitasi
5
2
62.50
25
3
6
37.50
75
8
8
50
50
0.31
Jumlah 7 43.75 9 56.25 16 100 Sumber : Data Primer
Berdasarkan hasil analisa statistik untuk mengetahui pengaruh lantai
sumur dengan kandungan bakteri E.coli pada tabel diatas diperoleh bahwa dari 8
surnur gali yang memenuhi syarat sanitasi dari aspek lantai sumur kedap air ≥ 1.5
m ternyata kandungan bakteri E.coli yang tidak melebihi NAB sebanyak 6 sumur
(75%) dan melebihi NAB sebanyak 2 sumur 25% serta dari 8 sumur gali lainnya
yang tidak memenuhi syarat lantai ternyata kandungan bakteri E.coli tidak
melebihi NAB sebanyak 3 sumur (37.50%) dan 5 sumur (62.50%) melebihi NAB
Setelah dilakukan uji statistik dengan taraf kesalahan α 5% (0.05) ternyata PValue
diperoleh 0.31 yang artinya besar dari 0.05, dengan demikian hipotesis nol
diterima berarti tidak ada pengaruh kontruksi sumur gali ditinjau dari aspek lantai
terhadap kandungan bakteri E.coli pada air sumur.
4. Pengaruh SPAL sumur terhadap kandungan bakteri Eschercia coli
Tabel 4.6
Distribusi Konstruksi SPAL sumur dan kandungan bakteri Eschercia coli
pada air sumur di Desa Dopalak Kecamatan Paleleh Tahun 2012
Konstruksi SPAL
Sumur
Kandungan E coli
Jumlah PValue Melebihi NAB
Tidak
Melebihi NAB
n % n % n %
( SPAL Sumur Kedap
Sumber : Data Primer
Berdasarkan hasil analisa statistik untuk mengetahui pengaruh SPAL
sumur dengan kandungan bakteri E.coli pada tabel diatas diperoleh bahwa dari 7
surnur gali yang memenuhi syarat sanitasi dari aspek SPAL sumur kedap air ≥ 10
m ternyata kandungan bakteri E.coli yang tidak melebihi NAB sebanyak 6 sumur
(85.70%) dan 1 sumur (14.30%) melebihi NAB serta dari 9 sumur gali yang tidak
memenuhi syarat SPAL ternyata kandungan bakteri E.coli tidak melebihi NAB
sebanyak 3 sumur (33.30%) dan 6 sumur (66.70%) melebihi NAB Setelah
dilakukan uji statistik dengan taraf kesalahan α 5% (0.05) ternyata PValue diperoleh
0.06 yang artinya besar dari 0.05, dengan demikian hipotesis nol diterima yang
artinya tidak ada pengaruh kontruksi sumur gali ditinjau dari aspek SPAL
terhadap kandungan bakteri E.coli pada air sumur
5. Pengaruh Jarak sumur dengan sumber Pencemar terhadap kandungan
bakteri Eschercia coli
Tabel 4.7
Distribusi Lokasi sumur dan kandungan bakteri Eschercia coli pada air
sumur di Desa Dopalak Kecamatan Paleleh Tahun 2012
Air ≥ 10 m)
Tidak Memenuhi
Syarat sanitasi
Memenuhi Syarat
sanitasi
6
1
66.70
14.30
3
6
33.30
85.70
9
7
56.25
43.75
0.06
Jumlah 7 43.75 9 56.25 16 100
Jarak Lokasi Sumur Dengan
Sumber Pencemar
Kandungan E coli
Jumlah PValue
Melebihi
NAB
Tidak
Melebihi
NAB
n % n % n %
(Jarak Dengan Sumber
Pencemar ≥ 10 m)
Tidak Memenuhi
5
83.30
1
16.70
6
37.50
Sumber : Data Primer
Berdasarkan hasil analisa statistik pada tabel diatas untuk mengetahui
pengaruh lokasi sumur (jarak antara sumur gali dengan sumber pencermar ≥10 m)
dengan kandungan bakteri E.coli pada tabel diatas diperoleh bahwa dari 10 sumur
gali yang memenuhi syarat sanitasi dari aspek lokasi ternyata kandungan bakteri
E.coli yang tidak melebihi NAB sebanyak 8 sumur (80%) dan 2 sumur (20%)
melebihi NAB serta dari 6 sumur gali yang tidak memenuhi syarat lokasi ternyata
kandungan bakteri E.coli yang tidak melebihi NAB sebanyak 1 sumur (16.70%)
dan 5 sumur (83.30%) melebihi NAB Setelah dilakukan uji statistik dengan taraf
kesalahan α 5% (0.05) ternyata PValue diperoleh 0.035 yang artinya kecil dari
0.05, dengan demikian hipotesis nol ditolak berarti ada pengaruh kontruksi sumur
gali ditinjau dari lokasi (jarak antara sumur gali dengan sumber pencermar ≥10 m)
kandungan bakteri E.coli pada air sumur gali.
4.3 PEMBAHASAN
Tingkat risiko pencemaran sumber air bersih ditentukan dari adanya
kontaminasi zat pencemar ke dalam sumber air bersih. Sumber pencemar tersebut
dapat berasal dari pencemaran air limbah, kotoran, sampah maupun pencemar
1ain, juga dilihat dari aspek konstruksi maupun lokasi sarana sumber air bersih.
Semakin banyak aspek yang tidak memenuhi syarat maka semakin tinggi tíngkat
risiko pencemaran air yang berarti semakin banyak kemungkinan zat pencemar
masuk ke dalam sumber air sehingga pada akhimya dapat menurunkan kualitas air
Syarat sanitasi
Memenuhi Syarat
sanitasi
2
20
8
80
10
62.50
0.035
Jumlah 7 43.75 9 56.25 16 100
4.3.1 Konstruksi Sumur Gali
Berdasarkan hasil observasi terhadap sumur di desa Dopalak, dari 16
sumur yang dijadikan sampel diperoleh data konstruksi sumur yang menunjukan
bahwa dari parameter dinding sumur terindetifikasi seimbang 8 sumur (50.0%)
memenuhi syarat dan 8 (50.0%) tidak memenuhi syarat, untuk parameter bibir
sumur dominan memenuhi syarat yaitu sebanyak 9 sumur (56.25%) ,sama halnya
dengan parameter dinding, dari parameter lantai sumur juga seimbang memenuhi
syarat 8 sumur (50.0%) dan tìdak rnemenuhi syarat juga 8 sumur (50.0%), dan
untuk SPAL sumur dominan memenuhi syarat yaitu sebanyak 9 sumur (56.25%) ,
sementara untuk parameter lokasi sumur gali (jarak terhadap sumber pencemar ≥
10 m) yang dominan memenuhi syarat sebanyak 10 sumur (62.50%).
Enjtang (2000) mengemukakan bahwa kondisi lokasi dan konstruksi
sumur gali yang tidak memenuhi syarat dapat meningkatkan tingkat risiko
pencemaran sumber air bersih, keadaan konstruksi yang tidak memenuhi
persyaratan minimal menandakan adanya risiko kontaminasi sumber air bersih
oleh pencemar, semakin banyak parameter lokasi dan konstruksi sumur gali yang
tidak memenuhi persyaratan akan semakin tinggi tingkat risiko pencemaran, maka
semakin banyak kemungkinan kontaminasi yang berasal dari sekitar sumber
sehingga dapat menurunkan kualitas air.
Kostruksi sumur gali yang ditunjukkan pada penelitian serupa oleh
Joeharno di Kelurahan Antang Kota Makassar Tahun 2006 menunnjukan bahwa
sebagian besar tidak memenuhi syarat didukung dengan hasil penelitian tentang
jarak sumur dari sumber pencemaran dominan memenuhi syarat (73,30%) yakni
minimal 10 meter, bibir sumur dominan memenuhi syarat (60%) yakni tinggi ≥ 1
meter, dinding sumur dominan memenuhi syarat (73,30%) dengan tinggi bibir
sumur ≥ 3 meter.
Tidak memenuhinya syarat kontruksi sumur di Desa Dopalak dapat
disebabkan oleh banyak faktor diantaranya adalah aspek pengetahuan yang
dimiliki si pemilik sumur terhadap dampak konstruksi sumur gali yang tidak
memenuhi syarat. Selain itu, aspek pengetahuan yang lain mencakup
ketidaktahuan pemilik sumur yaitu tentang konstruksi sumur yang memenuhi
syarat juga turut mempengaruhi. Hal ini dapat dilihat dari tingkat pendidikan
penduduk Desa Dopalak yang didominasi oleh tingkat Sekolah Dasar (SD) yaitu
sebesar 64.93 %. Aspek lain yang mempengaruhi konstruksi sumur tidak
memenuhi syarat adalah keadaan perekonomian masyarakat yang menggunakan
sumur sebagai sumber air dimana untuk membuat sumur dengan konstruksi sumur
yang memenuhi syarat membutuhkan dana yang lebih besar seperti pengadaan
semen terutama dalam pembuatan lantai SPAL dan dinding sumur belum lagi
ditambah dengan biaya tukang.
4.3.2 Kandungan Bakteri Eschercia coli Pada Air Sumur
Berdasarkan analisis laboratorium untuk mengetahui kualitas bakteriologis
atau kandungan bakteri E.coli pada 16 sumur yang dijadikan sampel
teridentifikasi bahwa sumur yang memenuhi syarat bakteriologis sebanyak 9
sumur atau sebesar 56,25% dan yang tidak memenuhi syarat sebanyak 7 sumur
atau sebesar 43,75%.
Standar baku mutu air sesuai ketentuan Permenkes RI
No.416/MENKES/PER/IX/1990, bakteri Golongan coli yang memenuhi syarat
untuk air bersih bukan perpipaan adalah < 50 MPN/100 ml untuk dapat menjadi
air yang layak dikonsumsi oleh masyarakat.
Kualitas bakteriologis yang tidak memenuhi syarat dapat disebabkan
karena konstruksi sarana air bersih dan Iokasi sumber air bersih yang ada kurang
tepat ataupun tidak memenuhi syarat sepertí cincin sumur gali kurang dari 70
centimeter, dinding sumur gali kedap air kurang dari kedalaman 3 meter, lantai
sumur kedap air kurang dari 1.5 meter dan SPAL kedap air kurang dari 10 meter.
Selain itu letak sumur yang berdekatan dengan sumber pencemar seperti lubang
penampungan tínja, genangan air limbah maupun sumber pencemaran lain yang
berjarak kurang dari 10 meter. selain itu adanya sumber pencemar lebih dari satu
jenis yang berjarak kurang dari 10 m tentunya juga dapat memperbesar
kemungkinan terkontaminasi sumber air sehingga dapat berdampak pada
penurunan kualitas air dan pada akhirnya dapat mempengaruhi tingkat kesehatan
pemakai.
4.3.3 Pengaruh Konstruksi Sumur Terhadap Kandungan Bakteri Eschercia
coli Pada Air Sumur Gali
Hasil yang ditunjukan pada penelitian ini berupa observasi, pemeriksaan
bakteriologis dan analisis statistik untuk mengetahui adanya korelasi antara kedua
variabel yaitu kontruksi dan kandungan bakteri E.coli air sumur menunjukan
bahwa ternyata hanya jarak sumur dengan sumber pencemar yang terbukti
berpengaruh terhadap kandungan bakteri E.coli pada air sumur sedangkan
kontruksi sumur lainnya yaitu parameter dinding, bibir, lantai dan SPAL terbukti
tidak memiliki pengaruh terhadap jumlah atau kandungan bakteri E.coli pada air
sumur.
1. Pengaruh Dinding Sumur terhadap kandungan bakteri Eschercia coli Pada
Air Sumur Gali
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa dari 16 sumur yang
dijadikan sampel menunjukan bahwa dari 8 surnur yang memenuhi syarat dari
aspek dinding kedap air ≥ 3m ternyata kandungan bakteri E.coli yang memenuhi
syarat 62.50% dan tidak memenuhi syarat 37.50% serta 8 sumur lainnya yang
tidak memenuhi syarat dinding ternyata kandungan bakteri E.coli memenuhi
syarat 50% dan tidak memenuhi syarat juga 50%. Dan dari hasil analisis statistik
menunnjukan bahwa dinding sumur terbukti tidak berpengaruh terhadap
kandungan bakteri E.coli pada air sumur gali di desa Dopalak.
Hasil yang sama pada penelitian serupa oleh Prajawati di Desa Muara
Putih Kota Lampung tahun 2008 yang hasil analisis statistiknya menunjukan
bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan dinding sumur dengan kualitas
mikrobiologi air sumur. Di Desa Muara Putih dengan hasil observasi dari 55
sumur 60 % diantaranya tidak memenuhi syarat dinding sumur.
Menurut Entjang (2000), dinding atau cincin sumur harus memiliki jarak
kedalaman minimal 3 meter dari permukaan tanah, dinding sumur gali harus
terbuat dari tembok yang kedap air (disemen). Hal tersebut dimaksukan agar tidak
terjadi perembesan air/pencemaran oleh bakteri dengan karakteristik habitat hidup
pada jarak tersebut.Perembesan air itu sendiri dapat berasal dari air buangan oleh
aktifitas disekitar sumur misalnya kegiatan mandi, mencuci dll. Oleh karena itu
sudah semestinya kalau keadaan atau konstruksi dinding sumur memiliki andil
dalam peningkatan jumlah bakteri E.coli apabila dinding tidak sumur memenuhi
syarat.
Namun berdasarkan dengan hasil analisis statistik konstruksi dinding
sumur di Desa Dopalak terbukti tidak berpengaruh terhadap kandungan bakteri
E.coli, hal ini dapat diduga karena adanya penggunaan mesin dap/ mesin pompa
air listrik. Penggunaan mesin dap yang mengalirkan air dari dalam sumur
langsung ke rumah warga menyebabkan aktifitas disekitar sumur berkurang
bahkan hampir tidak ada sehingga kemungkinan kontaminasi dari kegiatan
disekitar sumur berkurang sementara seperti yang telah diterangkan bahwa
kontruksi sumur seperti dinding, bibir, lantai, dan SPAL berfungsi untuk
mencegah pencemaran air limbah permukaan oleh aktifitas disekitar sumur baik
itu mandi, mencuci pakaian dan perabot makan dll.
2. Pengaruh Bibir Sumur terhadap kandungan bakteri Eschercia coli Pada
Air Sumur Gali
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa dari 16 sumur yang
dijadikan sampel menunjukan bahwa dari 9 surnur gali yang memenuhi syarat
dari aspek bibir sumur kedap air ≥ 70 cm ternyata kandungan bakteri E.coli yang
memenuhi syarat 66.7 % dan tidak memenuhi syarat 33.30% serta dari 7 sumur
gali yang tidak memenuhi syarat bibir sumur ternyata kandungan bakteri E.coli
42.86 % memenuhi syarat dan 57.14%. tidak memenuhi syarat. Hasil analisis
statistik menunnjukan bahwa bibir sumur terbukti tidak berpengaruh terhadap
kandungan bakteri E.coli pada air sumur gali di desa Dopalak.
Pada penelitian serupa oleh Prajawati Didesa Muara Putih Kota Lampung
tahun 2008 yang hasil analisis statistiknya menunjukan bahwa terdapat hubungan
yang signifikan bibir sumur dengan kualitas mikrobiologi air sumur di Desa
Muara Putih dengan hasil observasi dari 55 sumur 50,09% diantaranya tidak
memenuhi syarat bibir sumur.
Entjang (2000) mengemukakan bibir sumur yang merupakan kesatuan dari
dinding sumur yang berada di atas tanah dibuat tembok yang kedap air setinggi
minimal 70 cm yang dimaksudkan untuk mencegah pengotoran dari air
permukaan karena aktifitas di sekitar sumur serta untuk aspek keselamatan.
Namun pada penelitian ini hasil analisis statistik menunjukan bahwa bibir
sumur tidak berpengaruh terhadap kandungan bakteri air sumur di Desa Dopalak
ini juga disebabkan karena kurangnya kemungkinan pencemaran atau kontaminasi
dari air permukaan karena aktifitas sekitar sumur juga berkurang, hal ini
berdasarkan hasil observasi yang menunjukan bahwa dari 16 sumur di Desa
Dopalak yang dijadiakn sampel terdapat 10 sumur yang menggunakan mesin
pompa air/dap memperoleh air dari dalam sumur dan dialirkan langsung ke rumah
warga. Inilah mengapa baik sumur yang memenuhi atau tidak memenuhi syarat
konstruksi sumur baik itu dari parameter dinding, bibir, lantai dan SPAL memiliki
kualitas atau kandungan bakteri E. coli yang tidak jauh berbeda pada masing –
masing sumur.
3. Pengaruh Lantai Sumur terhadap kandungan bakteri Eschercia coli Pada
Air Sumur Gali
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa dari 16 sumur yang
dijadikan sampel menunjukan bahwa dari 8 surnur gali yang memenuhi syarat
dari aspek lantai sumur kedap air ≥ 1.5 m ternyata kandungan bakteri E.coli yang
memenuhi syarat 75.0% dan tidak memenuhi syarat 25% serta dari 8 sumur gali
yang tidak memenuhi syarat lantai ternyata kandungan bakteri E.coli memenuhi
syarat 37.50% dan tidak memenuhi syarat juga 62.50%. Hasil analisis statistik
menunjukan bahwa lantai sumur terbukti tidak berpengaruh terhadap kandungan
bakteri E.coli pada air sumur gali di desa Dopalak.
Pada hasil penelitian serupa oleh Prajawati Didesa Muara Putih Kota
Lampung tahun 2008 yang hasil analisis statistiknya menunjukan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan lantai sumur dengan kualitas mikrobiologi air sumur di
Desa Muara Putih dengan hasil observasi dari 55 sumur 67,3% diantaranya
memenuhi syarat lantai sumur.
Entjang (2000) mengemukakan bahwa tanah di sekitar sumur minimal
radius 1.5 m dari dinding harus kedap air atau disemen dimaksudkan agar
rembesan air buangan dari kegiatan di permukaan sumur tidak masuk ke dalam
sumur dan mencemari air.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa di Desa Dopalak kondisi lantai
sumur baik memenuhi syarat dan tidak memenuhi syarat memilki perbandingan
jumlah bakteri E. coli yang tidak begitu berbeda hal ini terbukti berdasarkan
analisis statistik bahwa lantai tidak berpengaruh terhadap jumlah E.coli air sumur.
Dengan adanya fakta bahwa penggunaan mesin pompa air mengurangi aktifitas
disekitar sumur dan mengurangi kemungkinan air buangan permukaan merembes
kedalam sumur melalui dinding sumur ditambah lagi penelitian dilakukan pada
saat musim panas sehingga kemungkinan pencemaran air hujan dipermukaan
yang dapat membawa kotoran dari permukaan ikut merembes ke dalam sumur
juga tidak ada membuat peran lantai sumur pada situasi seperti ini tidak lagi
berpengaruh pada jumlah E.coli pada air sumur.
4. Pengaruh SPAL Sumur terhadap kandungan bakteri Eschercia coli Pada
Air Sumur Gali
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa dari 16 sumur yang
dijadikan sampel menunjukan bahwa dari 7 surnur gali yang memenuhi syarat
dari aspek SPAL sumur kedap air ≥ 10 m ternyata kandungan bakteri E.coli yang
memenuhi syarat 85.70% dan tidak memenuhi syarat 14.30% serta dari 9 sumur
gali yang tidak memenuhi syarat SPAL ternyata kandungan bakteri E.coli
memenuhi syarat 33.30% dan tidak memenuhi syarat juga 66.70%. Hasil analisis
statistik menunnjukan bahwa SPAL sumur terbukti tidak berpengaruh terhadap
kandungan bakteri E.coli pada air sumur gali di desa Dopalak.
Menurut Entjang (2000), Saluran Pembuangan Air Limbah dari sekitar
sumur dibuat dari tembok yang kedap air dan panjangnya sekurang-kurangnya 10
m dan dihubungkan langsung dengan lantai sumur untuk dapat mengalirkan air
kotor yang berasal dari aktfitas di sekitar sumur dapat dialirkan melalui saluran air
limbah tersebut.
Sama halnya dengan konstruksi sumur yang lain seperti dinding, bibir dan
lantai sumur yang pada penelitian ini terbukti berdasarkan analisis statistik tidak
memiliki pengaruh terhadap kandungan bakteri E.coli pada air sumur, SPAL
sumur juga terbukti tidak memiliki pengaruh terhadap kandungan E.coli. Hal ini
juga dapat disebabkan peran atau fungsi SPAL yang mengalirkan air buangan
kurang berfungsi, seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa penggunan pompa air
mengurangi aktifitas disekitar sumur dan mengurangi volume air buangan yang
akan dialirkan melalui SPAL juga berkurang bahkan hampir tidak ada.
5. Pengaruh Jarak Sumur dengan Sumber Pencemar terhadap kandungan
bakteri Eschercia coli Pada Air Sumur Gali
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa dari 16 sumur yang
dijadikan sampel menunjukan bahwa dari 10 sumur gali yang memenuhi syarat
dari aspek lokasi ternyata kandungan bakteri E.coli yang memenuhi syarat 80%
dan tidak memenuhi syarat 20% serta dari 6 sumur gali yang tidak memenuhi
syarat lokasi ternyata kandungan bakteri E.coli memenuhi syarat 16.70% dan
tidak memenuhi syarat juga 83.30% dan hasil analisis statistik menunjukan bahwa
jarak sumur dengan sumber pencemar terbukti berpengaruh terhadap kandungan
bakteri E.coli pada air sumur gali di desa Dopalak.
Hasil serupa ditunjukan pada hasil penelitian serupa oleh Prajawati Didesa
Muara Putih Kota Lampung tahun 2008 yang hasil analisis statistiknya
menunjukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan jarak sumur dengan
kualitas mikrobiologi air sumur di Desa Muara Putih dengan hasil observasi dari
55 sumur 60 % diantaranya memenuhi syarat jarak sumber pencemar.
Agar sumur terhindar dari pencemaran maka harus diperhatikan adalah
jarak sumur dengan jamban, lubang galian untuk air limbah, dan sumber-sumber
pengotoran lainnya. Jarak sumur minimal 10 meter dan lebih tinggi dari sumber
pencemaran seperti kakus, kandang ternak, tempat sampah, dan sebagainya. Letak
sumur yang berdekatan dengan sumber pencemar yang berjarak kurang dari 10
meter dapat memperbesar kemungkinan terkontaminasi sumber air sehingga dapat
berdampak pada penurunan kualitas air dan pada akhimya mempengaruhi tingkat
kesehatan pemakai. (Chandra,2007 dalam Putra, 2010).
Di Desa Dopalak Kecamatan Paleleh sumber pencemar itu sendiri terdiri
dari tiga jenis yaitu septic tank, jarak sumur dengan LGAL (lubang galian air
limbah) serta jarak sumur dengan kandang ternak warga. Dan berdasarkan hasil
observasi menunjukan bahwa dari 16 sumur yang ada dijadikan sampel terdapat 6
sumur yang tidak memenuhi syarat jarak lokasi dan dari tiga jenis sumber
pencemar yang terindetifikasi di Desa Dopalak keenam sumur tersebut memiliki
setidaknya dua jenis sumber pencemar sekaligus yang jaraknya kurang dari 10 m
bahkan ada yang hanya berjarak 2 meter yaitu empat sumur dengan jenis sumber
pencemar septic tank dan LGAL dan dua sumur lainnya dengan jenis sumber
pencemar kandang ternak dan LGAL sekaligus, itulah sebabnya 5 dari 6 sumur
yang tidak memenuhi syarat lokasi, kandungan bakteri E.coli juga melebihi NAB,
sementara 10 sumur lainnya yang memenuhi syarat lokasi hanya 1 sumur yang
memiliki kandungan bakteri E.coli melebihi NAB. Inilah sebabnya mengapa jarak
sumur dengan sumber pencemar memilki andil atau pengaruh yang cukup besar
terhadap kandungan bakteri E.coli pada air sumur di Desa Dopalak.
Faktor lain yang mungkin saja mempengaruhi jumlah bakteri E.coli pada air
sumur namun pada penelitian ini bukan merupakan variabel yang diteliti yaitu
banyaknya jumlah pemakai, semakin banyak jumlah pemakai, maka semakin
tinggi juga kemungkinan kontaminasi baik itu dari kontak langsung manusia
dengan air sumur melalui timba yang digunakan untuk mengambil air atau karena
semakin banyaknya kemungkinan air buangan yang dihasilkan dan merembes ke
dalam tanah disekitar sumur. Meskipun penggunaan mesin pompa air listrik/dap
pada 10 dari 16 sumur menjadi pilihan utama namun penggunannya harus dengan
bantuan tenaga listrik dari PLN sehingga pada saat listrik padam penggunaan
ember timba menjadi altenatif untuk mengambil air sumur, disinilah kemungkinan
kontaminasi dari kontak langsung pengguna yaitu melalui penggunaan timba.
Menurut Depkes RI, 1985 Sumur dianggap mempunyai tingkat perlindungan
sanitasi yang baik, bila tidak terdapat kontak langsung antara manusia dengan air
di dalam sumur. Marsono (2009) dalam tesisnya menyatakan bahwa idealnya satu
buah sumur digunakan oleh maksimal 5 orang atau 1 atau 2 KK dengan asumsi
bahwa 1 KK terdiri dari 2 sampe 3 orang.
Berdasarkan hasil penelitian juga ditemukan bahwa sumur dengan jumlah
pemakai diatas 3 KK mempunyai kandungan bakteri E.coli yang tinggi atau tidak
memenuhi syarat, tentunya hal ini dapat menjadikan factor jumlah pemakai juga
penting pada keberadaan bakteri E.coli pada air sumur disamping fakta bahwa
hasil penelitian menyatakan faktor jarak sumur dari sumber pencemar dan jumlah
sumber pencemar itu sendiri merupakan suspect utama yang mempengaruhi
keberadaan atau jumlah E.coli air sumur.
Terlepas daripada itu konstruksi sumur gali yang tidak memenuhi syarat tetap
memiliki andil yang besar terhadap kemungkinan kontaminasi meskipun pada
situasi tertentu hal ini tidak berlaku seperti halnya pada hasil penelitian di Desa
Dopalak.