bab ii kajian pustaka 2.1 2.1eprints.ung.ac.id/3263/3/2013-1-13201-811409038-bab2... · mata...
TRANSCRIPT
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teoritis
2.1.1 Kelelahan
Kelelahan merupakan suatu keadaan yang ditandai dengan menurunnya
kinerja seseorang yang pada akhirnya akan memicu terjadinya kesalahan kerja.
Kondisi kelelahan yang dirasakan oleh masing-masing individu berbeda-beda,
namun tetap saja dapat menimbulkan berkurangnya efisiensi dan penurunan
kapasitas kerja serta penurunan ketahanan tubuh.
Grandjean, (1993) dalam Tarwaka, dkk (2004) mengklasifikasikan
kelelahan ke dalam dua jenis yaitu kelelahan umum dan kelelahan otot. Kelelahan
umum biasanya ditandai dengan berkurangnya kemauan untuk bekerja yang
disebabkan oleh pekerjaan yang monoton, intensitas dan lamanya kerja fisik, serta
keadaan lingkungan. Sedangkan kelelahan otot merupakan perasaan nyeri pada
otot atau tremor yang terjadi pada otot (Maryamah, 2011:13).
2.1.2 Mata
2.1.2.1 Fisiologi Mata
Mata terletak dalam bantalan lemak yang dapat meredam goncangan.
Diameter bola mata manusia ± 2,5 cm. Mata dapat bekerja secara efektif
menerima cahaya dengan rentang intensitas yang sangat lebar sekitar 10 milyar
cahaya. Mata juga memiliki sistem pengendali tekanan otomatis yang
mempertahankan tekanan internalnya untuk mempertahankan bentuk bola mata
yaitu sekitar 1,6 kPa (12 mmHg) (Waston, 2002).
10
Sumber: http:www.biotechfordummies.com
Bagian-bagian yang terdapat pada mata manusia diantaranya:
1. Kelopak mata
Menurut Ilyas, Kelopak mata merupakan bagian pelindung bola mata
paling baik. Kelopak mata melindungi
bila terjadi rangsangan dari luar
mata anterior yang menyebarkan film air mata ke konjungtiva dan kornea
sehingga dapat mencegah mata menjadi kering
Kelopak mata merupakan dua lempengan, yaitu
dari jaringan fibrus yang sangat padat, serta dilapisi kulit dan dibatasi
Jaringan dibawah kulit ini tidak mengandung lemak. Kelopak mata atas lebih
besar daripada kelopak mata bawah, serta digerakkan ke atas oleh otot
palpebrae. Kelopak-kelopak itu ditutup oleh otot
http:www.biotechfordummies.com (dalam Maryamah, 2011)
Gambar 1. Anatomi Mata
bagian yang terdapat pada mata manusia diantaranya:
Kelopak mata merupakan bagian pelindung bola mata
paling baik. Kelopak mata melindungi mata dengan melakukan penutupan mata
bila terjadi rangsangan dari luar dan berfungsi sebagai proteksi mekanis pada bola
mata anterior yang menyebarkan film air mata ke konjungtiva dan kornea
sehingga dapat mencegah mata menjadi kering (2004: 8).
ta merupakan dua lempengan, yaitu lempeng tarsal
yang sangat padat, serta dilapisi kulit dan dibatasi
Jaringan dibawah kulit ini tidak mengandung lemak. Kelopak mata atas lebih
besar daripada kelopak mata bawah, serta digerakkan ke atas oleh otot
kelopak itu ditutup oleh otot-otot melingkar, yaitu
11
(dalam Maryamah, 2011)
bagian yang terdapat pada mata manusia diantaranya:
Kelopak mata merupakan bagian pelindung bola mata yang
mata dengan melakukan penutupan mata
dan berfungsi sebagai proteksi mekanis pada bola
mata anterior yang menyebarkan film air mata ke konjungtiva dan kornea
lempeng tarsal yang terdiri
yang sangat padat, serta dilapisi kulit dan dibatasi konjuktiva.
Jaringan dibawah kulit ini tidak mengandung lemak. Kelopak mata atas lebih
besar daripada kelopak mata bawah, serta digerakkan ke atas oleh otot levator
otot melingkar, yaitu muskulus
12
orbikularis okuli. Bola mata dikaitkan pada pinggiran kelopak mata, serta
melindungi mata dari debu dan cahaya (Pearce, EC, 2008: 320).
2. Retina
Retina merupakan bagian mata yang sensitif terhadap cahaya. Retina
mengubah bayangan cahaya menjadi impuls-impuls elektis syaraf yang dikirim
menuju otak. (Cameron, Skofronick dan Grant, 2006: 187)
Retina merupakan bungkus bola mata sebelah dalam dan terletak di lapis tipis
dalam bola mata belakang. Retina akan meneruskan rangsangan yang diterimanya
berupa bayangan kemudian meneruskan rangsangan penglihatan ke pusat
penglihatan di otak melalui saraf penglihatan (Ilyas, 2004:13).
Pada retina terdapat sel batang dan sel kerucut. Sel batang sangat peka
terhadap cahaya tetapi tidak dapat membedakan warna dan berfungsi untuk
melihat pada siang hari. Sedangkan sel kerucut kurang peka terhadap cahaya dan
dapat membedakan warna serta berfungsi untuk melihat pada malam hari, Selain
itu, terdapat dua buah bintik yaitu bintik kuning (fovea) dan bintik buta (blind
spot). Pada fovea terdapat sejumlah sel saraf kerucut sedangkan pada blind spot
tidak terdapat sel batang maupun sel kerucut. Suatu objek dapat dilihat dengan
jelas apabila bayangan objek tersebut tepat jatuh pada fovea. Bintik kuning (fovea)
berperan dalam penglihatan untuk melihat objek yang lebih kecil seperti kegiatan
membaca huruf kecil (Waston, 2002: ).
13
3. Lensa
Lensa berbentuk bikonveks dan transparan serta terletak dibelakang iris dan
disokong oleh serabut-serabut halus zonula. Lensa memiliki pembungkus lentur
yang ditopang di bawah tegangan oleh serat-serat penunjang. Lensa mata
berfungsi untuk mengatur banyaknya cahaya yang masuk sehingga cahaya yang
jatuh tepat difokuskan pada binting kuning retina. Saat seseorang melihat objek
yang jauh, otot mata yang berfungsi memfokuskan bayangan berelaksasi,
tegangan ini menjaga agar lensa tetap tipis dan berada pada dayanya yang paling
rendah, dan mata berfokus pada objek jauh. Sedangkan saat seseorang melihat
objek yang dekat, lensa mata akan menebal (Waston, 2002 ).
4. Kornea
Kornea merupakan selaput bening mata. Terletak di bagian depan bola mata.
Kornea meneruskan dan memfokuskan sinar ke dalam bola mata. Dapat
diumpamakan bagian yang terbesar memfokuskan sinar pada kamera (Ilyas,
2004:10).
Kornea terdiri atas beberapa lapisan yang mempunyai daya regenerasi tinggi.
Kornea ini adalah satu-satunya jaringan tubuh yang dapat dicangkokkan dari satu
orang ke orang lain tanpa adanya reaksi penolakan, karena tidak ada pembuluh
darah yang biasanya membawa serta sel-sel dari sistem imun (Tambayong,
2001:55).
Kornea memiliki ketebalan ± 0,5 mm. Kornea memfokuskan bayangan
dengan membiaskan atau membelokkan berkas cahaya. Besarnya pembiasan
(refraksi) bergantung pada kelengkungan permukaannya dan kecepatan cahaya
14
pada lensa dibandingkan pada benda sekitar (indeks bias relatif). Apabila kornea
terlalu melengkung, mata akan berpenglihatan dekat. Sedang jika kelengkungan
pada kornea kurang maka mata akan berpenglihatan jauh. (Wahyono, 2008).
5. Iris
Iris merupakan bagian mata yang tampak dari luar diantara lensa dan kornea.
Lubang di tengahnya, disebut pupil, memasukkan cahaya ke dalam mata. Bagian
belakang iris mengandung pigmen yang tidak dapat ditembus cahaya, berfungsi
sebagai diafragma yang mengatur jumlah cahaya yang memasuki mata, dengan
membesarkan atau mengecilkan ukuran pupil. Meski iris dari luar tampaknya
terdiri dari berbagai warna (hitam, coklat, kebiru-biruan), namun mereka hanya
mengandung satu jenis pigmen berwarna coklat, yang dihasilkan melanosit
setempat (Tambayong, 2001:56).
Iris atau selaput pelangi berwana coklat yang terletak dibelakang kornea. Iris
membentuk pupil dibagian tengahnya. Iris membatasi sinar masuk kedalam mata
(Ilyas, 2004: 12).
6. Pupil
Pupil adalah bukaan bagian tengah iris dimana cahaya masuk ke lensa. Pupil
tampak hitam karena cahaya yang masuk diserap kedalam mata. Manik mata atau
pupil akan mengecil pada penerangan yang kuat dan melebar pada penerangan
redup. Ukuran manik mata atau pupil akan berubah atau mengecil pada waktu
akomodasi (Ilyas, 2004:12). Pupil dapat membuka dari sekitar 3 mm pada cahaya
terang (Cameron, Skofronick dan Grant, 2006: 189).
15
7. Air mata
Air mata dihasilkan oleh kelenjar lakrimalis superior dan inferior. Melalui
duktus ekskretorius lakrimalis masuk ke dalam sakus konjungtiva. Melalui bagian
depan bola mata terus ke sudut tengah bola mata ke dalam kanalis lakrimalis
mengalir ke duktus nasolakrimalis terus ke meatus nasalis inferior (Syaifuddin,
2006:323).
8. Alat-alat penggerak bola mata
Gerakan bola mata bersifat ritmis dan harmonis. Terdapat enam macam otot
penggerak bola mata, yaitu:
1) Musculus rektus internus (medius), menggerakkan bola mata kearah
medial.
2) Musculus rektus externus (lateralis), menggerakkan bola mata kearah
lateral/temporal. Pada saat berkontraksi menyebabkan mata menjadi axis
(abduksi).
3) Musculus rektus superior, berfungsi menarik bola mata ke atas.
4) Musculus rektus inferior, berfungsi menarik bola mata ke bawah.
5) Musculus oblique superior, berfungsi menarik bola mata ke arah nasal
bawah dan menyebabkan mata berputar ke arah dalam (endorotasi).
6) Musculus oblique inferior, berfungsi menarik bola mata ke arah nasal atas
dan menyebabkan mata berputar keluar (eksirotasi) (Waston, 2002: ).
16
2.1.2.2 Proses Melihat
Proses melihat dimulai ketika sebuah benda memantulkan cahaya dan
cahaya ini kemudian masuk ke dalam mata melalui kornea, pupil, lensa dan
akhirnya cahaya dipusatkan di retina. Di retina, cahaya tadi diubah menjadi
muatan-muatan listrik yang kemudian dikirim ke otak melalui serabut saraf
penglihatan untuk diproses. Hasil dari kerja otak ini membuat kita melihat benda.
Pupil atau manik mata berfungsi mengatur cahaya yang masuk dengan mengecil
jika cahaya terlalu terang atau melebar jika cahaya kurang. Diafragma kamera
bekerja seperti pupil. Lensa mengatur agar bayangan dapat jatuh tepat di retina.
Retina atau selaput jala, merupakan jaringan tipis di sebelah dalam bola mata. Di
retina terdapat jutaan sel saraf yang dikenal sebagai sel batang dan sel kerucut. Sel
batang membuat kita mampu melihat dalam keadaan cahaya agak gelap,
sedangkan sel kerucut membantu melihat detail saat terang, misalnya membaca
dan melihat warna (Cahyono, 2005 : 15-20).
2.1.3 Kelelahan Mata
2.1.3.1 Defenisi
Kelelahan mata timbul sebagai stress intensif pada fungsi-fungsi mata
seperti terhadap otot-otot akomodasi pada pekerjaan yang perlu pengamatan
secara teliti atau terhadap retina sebagai akibat ketidaktepatan kontras.
(Suma’mur, 1996) dalam (Maryamah, 2011: 21).
Kelelahan mata merupakan salah gangguan yang dialami mata karena otot-
ototnya dipaksa bekerja keras terutama saat harus melihat objek dekat dalam
jangka waktu lama (Ilyas, 2008 dalam Maryamah, 2011: 22).
17
Kelelahan mata adalah ketegangan pada mata yang disebabkan oleh
penggunaan indera penglihatan dalam jangka waktu yang lama, biasanya disertai
dengan kondisi pandangan yang tidak nyaman (Pheasant (1991) dalam
(Maryamah, 2011: 21).
Kelelahan mata dikenal sebagai tegang mata atau Astenophia yaitu
kelelahan ocular atau ketegangan pada organ visual dimana terjadi gangguan pada
mata dan sakit kepala berhubungan dengan penggunaan mata secara intensif.
Keletihan visual menggambarkan seluruh gejala-gejala yang terjadi sesudah stress
berlebihan terhadap setiap fungsi mata, diantaranya adalah tegang otot siliaris
yang berakomodasi saat memandang objek yang sangat kecil dalam jarak yang
sangat dekat.
2.1.3.2 Gejala-gejala Kelelahan Mata
Menurut Ilyas (2008), kelelahan mata disebabkan oleh stress yang terjadi
pada fungsi penglihatan. Stress pada otot akomodasi dapat terjadi pada saat
seseorang berupaya untuk melihat pada objek berukuran kecil dan pada jarak yang
dekat dalam waktu yang lama. Pada kondisi demikian, otot-otot mata akan bekerja
secara terus menerus dan lebih dipaksakan. Ketegangan otot-otot pengakomodasi
(otot-otot siliar) makin besar sehingga terjadi peningkatan asam laktat dan sebagai
akibatnya terjadi kelelahan mata, stress pada retina dapat terjadi bila terdapat
kontras yang berlebihan dalam lapangan penglihatan dan waktu pengamatan yang
cukup lama (Maryamah, 2011: 22). Tanda-tanda kelelahan mata diantaranya:
18
a) Iritasi pada mata (mata pedih, merah, dan mengeluarkan airmata).
b) Penglihatan ganda (double vision)
c) Sakit sekitar mata.
d) Daya akomodasi menurun.
e) Menurunnya ketajaman penglihatan, kepekaan terhadap kontras.
f) kecepatan persepsi.
Menurut Pusat Hiperkes dan Keselamatan Kerja, 1995, Kelelahan mata
akibat dari pencahayaan yang kurang baik akan menunjukan gejala kelelahan
mata yang sering muncul antara lain: kelopak mata terasa berat, terasa ada tekanan
dalam mata, mata sulit dibiarkan terbuka, merasa enak kalau kelopak mata sedikit
ditekan, bagian mata paling dalam terasa sakit, perasaan mata berkedip,
penglihatan kabur, tidak bisa difokuskan, penglihatan terasa silau, penglihatan
seperti berkabut walau mata difokuskan, mata mudah berair, mata pedih dan
berdenyut, mata merah, jika mata ditutup terlihat kilatan cahaya, kotoran mata
bertambah, tidak dapat membedakan warna sebagaimana biasanya, ada sisa
bayangan dalam mata, penglihatan tampak ganda, mata terasa panas, mata terasa
kering (Nugroho, 2009: 24-25).
2.1.3.3 Pengukuran Kelelahan Mata
Pengukuran kelelahan mata dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a) Photostress Recovery Test (Marsida, 2011 dalam Maryamah, 2011).
b) Tes Frekuensi Subjektif Kelipan Mata (Flicker Fusion Eyes Test)
(Tarwaka dkk, 2004 dalam Maryamah, 2011)
19
c) Tes Uji Waktu Reaksi (Ganong, 2001 dalam Maryamah, 2011)
d) Dengan Penentuan Diagnosis
Kelelahan mata juga dapat didiagnosis dari keluhan pasien yang mengeluh
penglihatan kabur, penglihatan ganda, mata terasa panas, nyeri, gatal, dan berair,
nyeri kepala, pusing dan mual ingin muntah, penglihatan warna berubah atau
menurun. Sedangkan untuk gejala objektif seperti berupa mata merah akan
ditemukan pada kelelahan mata (NIOSH, 1999 dalam Maryamah, 2011).
2.1.4 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan Mata
2.1.4.1 Pencahayaan
Kemudahan untuk melihat suatu objek kerja dipengaruhi oleh tingkat
pencahayaan yang baik, karena semakin tinggi tingkat pencahayaan maka akan
semakin mudah seseorang untuk melihat suatu objek kerja. Tingkat pencahayaan
yang baik memungkinkan seseorang untuk bekerja dengan efisiensi kerja yang
maksimal.
Menurut Kepmenkes no. 1405 tahun 2002 tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri, pencahayaan adalah jumlah
penyinaran pada suatu bidang kerja yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan
secara efektif. Pencahayaan adalah salah satu sumber cahaya yang menerangi
benda-benda di tempat kerja.
Suma’mur (2009:166) menyatakan bahwa pencahayaan yang baik
memungkinkan tenaga kerja melihat obyek-obyek yang dikerjakannya secara
jelas, cepat dan tanpa upaya-upaya yang tidak perlu. Lebih dari itu, penerangan
yang memadai memberikan kesan pemandangan yang lebih baik dan keadaan
20
lingkungan yang menyegarkan. Permasalahan penerangan meliputi kemampuan
manusia untuk melihat sesuatu, karakteristik dari indera penglihatan. Penerangan
yang buruk dapat berakibat pada kelelahan mata dengan berkurangnya daya dan
efisiensi kerja.
Fungsi utama pencahayaan di tempat kerja adalah untuk menerangi objek
pekerjaan agar terlihat secara jelas, mudah dikerjakan dengan cepat, dan
produktivitas dapat meningkat. Pencahayaan di tempat kerja harus cukup.
Pencahayaan yang intensitasnya rendah (poor lighting) akan menimbulkan
kelelahan, ketegangan mata, dan keluhan pegal di sekitar mata. Pencahayaan yang
intensitasnya kuat akan dapat menimbulkan kesilauan. Untuk itu, dibutuhkan
penerangan yang memadai agar bisa mencegah terjadinya kelelahan mata.
(Suma’mur, 2009: 167-175).
1. Sifat Cahaya (character of light) ditentukan oleh :
a) Kuantitas Cahaya
Banyaknya cahaya yang jatuh pada suatu permukaan yang menyebabkan
terangnya permukaan tersebut dan sekitarnya. Kuantitas penerangan yang
dibutuhkan adalah tergantung dari tingkat ketelitian yang diperlukan,
bagian yang akan diamati dan kemampuan dari objek tersebut untuk
memantulkan cahaya yang jatuh padanya, serta brightness dari sekitar
objek.
b) Kualitas Cahaya
Kualitas cahaya adalah keadaan yang menyangkut warna, arah, dan
difusi, cahaya, serta jenis dan tingkat kesilauan. Kualitas penerangan
21
terutama ditentukan oleh ada atau tidaknya kesilauan langsung (direct
glare) atau kesilauan karena pemantulan cahaya dari permukaan yang
mengkilap (reflected glare) dan bayangan (shadows).
2. Sumber Pencahayaan
Berdasarkan sumbernya pencahayaan dibedakan menjadi dua yaitu
pencahayaan alami dan pencahayaan buatan (Aryanti, 2006: 15).
a. Pencahayaan Alami
Pencahayaan alami adalah penerangan yang didapat dari sinar alami pada
waktu siang hari untuk keadaan selama 12 jam dalam sehari. untuk
mendapatkan cahaya matahari harus memperhatikan letak jendela dan
lebar jendela. Luas jendela untuk penerangan alami sekitar 20% luas lantai
ruangan. Penerangan alami dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :
musim, waktu, jam, jauh dekatnya gedung yang bersebelahan, dan luas
jalan masuk penerangan alami.
b. Pencahayaan Buatan
Pencahayaan buatan adalah pencahayaan yang dihasilkan oleh sumber
cahaya selain cahaya alami. Apabila pencahayaan alami tidak memadai
atau posisi ruangan sukar untuk dicapai oleh pencahayaan alami dapat
dipergunakan pencahayaan buatan. Pencahayaan buatan sebaiknya
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a) Mempunyai intensitas yang cukup sesuai dengan jenis pekerjaan.
b) Tidak menimbulkan pertambahan suhu udara yang berlebihan pada
tempat kerja.
22
c) Memberikan pencahayaan dengan intensitas yang tetap menyebar
secara merata, tidak berkedip, tidak menyilaukan dan tidak
menimbulkan bayang-bayang yang dapat mengganggu pekerjaan.
3. Sistem Pencahayaan
Sistem pencahayaan dibedakan menjadi dua bagian, yakni General lighting
dan Local lighting. General lighting digunakan untuk pencahayaan menyeluruh
atau sistem pencahayaan yang digunakan untuk mendapatkan pencahayaan yang
merata. Contohnya seperti penerangan yang biasa dipasang di langit-langit
ruangan kerja. Sedangkan Local lighting digunakan untuk memberikan nilai aksen
pada suatu bidang atau lokasi tertentu tanpa memperhatikan kerataan
pencahayaan. Penerangan lokal biasa digunakan khusus untuk menerangi
sebagian ruangan dengan sumber cahaya dan biasanya berada dekat dengan
permukaan yang diterangi. Contohnya lampu yang terpasang pada meja pekerja
(Maryamah dalam Haeny, 2009). Sistem pencahayaan lokal ini diperlukan
khususnya untuk pekerjaan yang membutuhkan ketelitian. Kerugian dari sistem
pencahayaan ini dapat menyebabkan kesilauan, maka local lighting perlu
dikoordinasikan dengan general lighting (Aryanti, 2006).
Menurut Suma’mur, luminensi lapangan penglihatan yang terbaik adalah
dengan kekuatan terbesar di bagian tengah pusat kerja yaitu daerah objek
pekerjaan berada atau ditempatkan (2009: 169).
23
4. Pengukuran Penerangan
Alat yang digunakan untuk mengetahui intensitas penerangan adalah “lux
meter”. Alat ini bekerja berdasarkan pengubahan energi cahaya menjadi tenaga
listrik oleh photo electric cell. Intensitas dinyatakan dalam penerangan dalam
Lux. Intensitas penerangan diukur dengan 2 cara yaitu :
a. Penerangan umum adalah pengukuran dilakukan pada setiap meter persegi
luas lantai, dengan tinggi pengukuran kurang lebih 85 cm dari lantai
(setinggi pinggang). Penentuan titik pengukuran umum : titik potong garis
horizontal panjang dan lebar ruangan pada setiap jarak tertentu setinggi satu
meter dari lantai.
b. Penerangan lokal adalah pengukuran ditempat kerja atau meja kerja pada
objek yang dilihat oleh tenaga kerja (contoh : lampu belajar). Pengukuran
titik pengukuran lokal : objek kerja, berupa meja kerja maupun peralatan.
Bila merupakan meja kerja pengukuran dapat dilakukan di atas meja yang
ada.
5. Standar Pencahayaan pada Ruangan
Kebutuhan intensitas pencahayaan pada pekerja tergantung dari apa jenis
pekerjaannya. Pekerjaan yang membutuhkan ketelitian atau sangat teliti tentu saja
akan berbeda kebutuhan cahayanya dari pada pekerjaan yang kurang
membutuhkan ketelitian. Menurut Suma’mur (2009) Tingkat pencahayaan
berdasarkan jenis pekerjaan tercantum dalam tabel 2.1 berikut ini :
24
Tabel 2.1. Tingkat Penerangan Berdasarkan Jenis Pekerjaan
Jenis
Pekerjaan Contoh Pekerjaan
Tingkat Penerangan yang
dibutuhkan (Lux)
Tidak teliti Penimbunan barang 80 – 170
Agak teliti Pemasangan (tak teliti) 170-350
Teliti Membaca, menggambar 350-700
Sangat teliti Pemasangan 700-1000
Standar penerangan menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri, tercantum dalam Tabel 2.3 berikut ini
Tabel 2.2. Standar Tingkat Pencahayaan Menurut Kepmenkes No. 1405
Tahun 2002
Jenis Pekerjaan
Tingkat
Pencahayaan
Minimal ( Lux )
Keterangan
Pekerjaan kasar dan
tidak terus-menerus
100
Ruang penyimpanan dan ruang
peralatan/instalasi yang
memerlukan pekerjaan yang
kontinyu.
Pekerjaan kasar dan
terus-menerus 200
Pekerjaan dengan mesin dan
perakitan kasar.
Pekerjaan rutin
300
Ruang administrasi, ruang
kontrol,
pekerjaan mesin & perakitan/
penyusun.
Pekerjaan agak
Halus 500
Pembuatan gambar atau bekerja
dengan mesin kantor,
pemeriksaan atau pekerjaan
dengan mesin.
Pekerjaan halus
1000
Pemilihan warna, pemrosesan
tekstil, pekerjaan mesin halus
& perakitan halus.
Pekerjaan amat halus 1500
Tidak menimbulkan
Bayangan
Mengukir dengan tangan,
pemeriksaan pekerjaan mesin
dan perakitan yang sangat
halus.
Pekerjaan terinci 3000
Tidak menimbulkan
Bayangan
Pemeriksaan pekerjaan,
perakitan
sangat halus.
25
Sumber : Kepmenkes No. 1405,2002.
2.1.4.2 Suhu dan kelembaban
Suhu dan kelembaban menjadi faktor yang sangat penting dalam kulitas
udara untuk kenyamanan kerja seseorang. Kelembaban adalah kandungan air
dalam udara. Tingkat kelembaban adalah kandungan air dalam udara yang
dinyatakan dengan persentasi, dengan titik jenuh dari temperatur tersebut
dinyatakan dengan 100%. Semakin hangat udara, maka lebih banyak air yang
terkandung dalam udara. Kelembaban yang tinggi cenderung membuat seseorang
merasa lebih panas daripada kelembaban yang rendah. Selain itu, jika terus naik,
ketidaknyamanan meningkat dan gejala seperti kelelahan, kekakuan, dan sakit
kepala dapat muncul (Shofwati, 2009) dalam (Maryamah, 2011: 34).
Cuaca kerja adalah kombinasi dari suhu udara, kelembaban udara,
kecepatan gerakan, dan suhu radiasi. Efisiensi kerja sangat dipengaruhi cuaca
kerja dalam lingkungan kerja yang nyaman, tidak dingin maupun panas. Suhu
yang nyaman berkisar antara 24 0C – 26
0C bagi orang-orang Indonesia. Suhu
panas terutama berakibat menurunnya prestasi kerja dan daya pikir. Suhu dingin
mengurangi efisiensi dengan keluhan kaku atau kurangnya koordinasi otot. Selain
itu, suhu terlalu rendah dapat mengakibatkan keluhan-keluhan dan kadang-kadang
diikuti meningkatnya penyakit pernafasan (Suma’mur, 2009).
26
2.1.4.3 Masa Kerja
Masa kerja merupakan tahun dimulainya seseorang bekerja sampai saat
ini. Masa kerja dapat memberikan pengaruh positif sekaligus pengaruh negatif
bagi pekerja. Pengaruh positifnya yaitu seseorang yang sudah lama bekerja akan
lebih berpengalaman dalam melakukan pekerjaannya. Sedangkan pengaruh
negatifnya yaitu semakin lama seseorang bekerja akan menimbulkan kelelahan
dan kebosanan saat melakukan pekerjaannya. Selain itu semakin lama seseorang
bekerja maka akan semakin banyak kesempatannya untuk terpapar bahaya yang
berasal dari lingkungan kerjanya (Budiono, 2003) dalam (Haeny, 2009: 20).
Produktivitas seseorang yang baru saja bekerja dengan produktivitas
seseorang yang sudah lama bekerja tentu saja berbeda. Menurut Encyclopedia of
Occupational Health and Safety (1998) adanya keluhan gangguan mata rata-rata
setelah bekerja selama 3 sampai 4 tahun. Dengan demikian pekerja yang bekerja
lebih dari tiga tahun akan mempunyai resiko lebih cepat mengalami kelelahan
dibandingkan dengan pekerja dengan lama kerja kurang dari atau sama dengan
tiga tahun.
Kelelahan berkaitan dengan tekanan yang terjadi pada saat bekerja yang
dapat berasal dari tugas kerja, kondisi fisik, kimia dan sosial ditempat kerja.
tekanan yang konstan terjadi dengan bertambahnya masa kerja seiring dengan
adaptasi. Proses adaptasi memberikan efek positif yaitu dapat menurunkan
ketegangan dan peningkatan aktivitas dan performasi kerja, sedangkan efek
negatifnya batas ketahanan tubuh yang berlebihan pada proses kerja (Rohmert,
dkk, 1998 dalam Pangesti, 2008: 26)
27
2.1.4.4 Usia
Menurut NASD (National Aging Safety Database) usia yang semakin
lanjut, mengalami kemunduran dalam kemampuan mata untuk mendeteksi
lingkungan. Hal ini akan meningkatkan risiko kecelakaan.
Dengan bertambahnya usia menyebabkan lensa mata berangsur-angsur
kehilangan elastisitasnya, dan agak kesulitan melihat pada jarak dekat. Hal ini
akan menyebabkan ketidaknyamanan penglihatan ketika mengerjakan sesuatu
pada jarak dekat, demikian pula penglihatan jauh. Presbiopia/kelainan akomodasi
yang terjadi akibat dari penuaan lensa biasanya timbul setelah usia 40 tahun
(Cahyono, 2005).
Menurut Guyton (1991) di usia 20 tahun, manusia pada umumnya dapat
melihat objek dengan jelas. Sedangkan pada usia 45 tahun kebutuhan terhadap
cahaya empat kali lebih besar. Pada usia 60 tahun, kebutuhan cahaya yang
diperlukan untuk melihat jauh lebih besar dibandingkan usia 45 tahun karena pada
usia 45-50 tahun daya akomodasi mata menjadi berkurang. Daya akomodasi
merupakan kemampuan lensa mata untuk menebal atau menipis sesuai dengan
jarak benda yang dilihat agar bayangan jatuh tepat di retina (Maryamah, 2011:
37).
Haeny (2009) menyebutkan bahwa semakin tua seseorang, lensa semakin
kehilangan kekenyalan sehingga daya akomodasi makin berkurang dan otot-otot
semakin sulit dalam menebalkan dan menipiskan mata. Sebaliknya, semakin
muda seseorang, kebutuhan cahaya akan lebih sedikit dibandingkan dengan usia
yang lebih tua dan kecenderungan mengalami kelelahan mata lebih sedikit.
28
Selain itu, menurut Ilyas (2004) usia juga berpengaruh terhadap daya
akomodasi. Semakin tua usia seseorang, daya akomodasi akan semakin menurun.
Jarak terdekat dari suatu benda agar dapat dilihat dengan jelas dikatakan “titik
dekat” atau punktum proksimum. Pada saat ini mata berakomodasi sekuat-kuatnya
atau berakomodasi maksimum. Sedangkan jarak terjauh dari benda agar masih
dapat dilihat dengan jelas dapat dikatakan bahwa benda terletak pada titik jauh
atau punktum remotum dan pada saat ini mata tidak berakomodasi atau lepas
akomodasi. Korelasi antara daya akomodasi dan usia dapat dilihat dalam Tabel
2.4 berikut (dalam Cahyono, 2005: 30).
Tabel 2.3. Korelasi antara Usia dan Daya Akomodasi
Usia (Tahun) Titik Dekat (cm)
10 7
20 10
30 14
40 22
50 40
60 200
Sumber : (Ilyas, 2008) dalam (Cahyono, 2005: 30)
2.1.4.5 Jarak melihat objek kerja
Mata manusia mempunyai garis sudut pandang normal sebesar 150 dan
dapat melebar sampai dengan 600. Sedangkan kemampuan mata normal untuk
dapat membaca huruf printer sejauh kurang lebih 400 (± 50) mm (Suma’mur,
2009: 169).
Penelitian yang dilakukan oleh Indah, Astrid dan Tri pada Tahun 2004
terhadap 39 penjahit wanita di Departemen Stitching Atletik II Pabrik Sepatu “X”
diketahui bahwa tidak ditemukan hubungan yang bermakna antara jarak dekat
melihat objek dengan miopia.
29
2.1.4.6 Penyakit Genetik Mata
Faktor keturunan adalah faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya
gangguan ketajaman penglihatan. Pewarisan Mandel “ suatu gen dominan
abnormal akan menghasilkan kelainan yang khas walaupun gen pasangannya
(Alel) adalah normal”. Pria dan wanita akan mempunyai kemungkinan 50% untuk
mewariskan keabnormalannya kepada setiap anaknya. Walaupun kawin dengan
seorang yang genetiknya normal (Fimansyah, 2009: 34).
2.1.5 Waktu Kerja
Waktu kerja seseorang menentukan kesehatan yang bersangkutan, efisiensi,
efektivitas dan produktivitas kerjanya. Aspek pentin dalam hal waktu kerja
meliputi :
1. Lamanya seseorang mampu bekerja dengan baik
2. Hubungan antar waktu kerja dan istirahat
3. Waktu bekerja sehari menurut periode waktu yang meliputi siang hari
(pagi, siang, sore) dan malam hari.
Lamanya seseorang bekerja dengan baik dalam sehari pada umumnya 6-10
jam. Sisanya (14-18 jam) dipergunakan untuk kehidupan dalam keluarga dan
masyarakat, istirahat, tidur dan lain-lain. Memperpanjang waktu kerja lebih dari
kemampuan lama kerja tersebut biasanya tidak disertai efisiensi, efektivitas dan
produktivitas kerja yang optimal, bahkan biasanya terlihat penurunan kualitas dan
hasil kerja serta bekerja dengan waktu yang berkepanjangan timbul
kecenderungan untuk terjadinya kesalahan, gangguan kesehatan, penyakit dan
kecelakaan serta untuk ketidakpuasan. Dalam seminggu, seseorang biasanya
30
bekerja dengan baik selama 40-50 jam. lebih dari itu, kemungkinan besar untuk
timbulnya hal-hal yang negatif bagi tenaga kerja yang bersangkutan dan
pekerjaannya itu sendiri. Makin panjang waktu kerja dalam seminggu, makin
besar kecenderungan terjadinya hal-hal yang tidak diingikan. Jumlah 40 jam
seminggu ini dapat dibuat 5 atau 6 hari kerja tergantung kepada berbagai faktor,
namun fakta menunjukkan bekerja 5 hari dan 40 jam kerja seminggu adalah
fenomin yang berlaku dan semakin diterapkan dimasa manapun.
Jika diteliti suatu pekerjaan yang bebannya biasa-biasa saja, yaitu tidak
terlalu ringan atau pun berat, produktivitas mulai menurun sesudah 4 jam bekerja.
Keadaan ini terutama sejalan dengan menurunnya kadar gula dalam darah. Untuk
mengatasi hal ini, perlu dilakukan istirahat dan diberikan kesempatan untuk
makan yang meninggikan kembali kadar gula darah sebagai bahan bakar untuk
menghasilkan energi tubuh bagi keperluan melaksanakan pekerjaan. Maka dari
itu, istirahat setengah jam setelah 4 jam bekerja terus menerus sangat penting
artinya baik untuk pemulihan kemampuan fisik dan mental maupun pengisian
energi yang sumbernya berasal dari makanan.
Pekerjaan berat ditandai dengan pengerahan tenaga fisik dan juga
kemampuan mental yang besar dengan pemakaian energi berskala besar pula
dalam waktu yang relatif pendek atau pendek sekali. Otot, sistem kardiovaskuler,
paru dan lain-lain harus bekerja sangat berat. Sebagai akibatnya pekerjaan dengan
beban berat demikian tidak bisa secara terus menerus dilakukan sebagaimana
halnya pekerjaan yag biasa-biasa saja, melainkan perlu istirahat pendek setiap
selesai melakukan aktvitas kerja yang berat. Pengaturan ritme kerja antara
31
pelaksanaan kerja yang berat dan istirahat pendek yang memadai diatur dan
diprogram dalam pengorganisasian cara kerja yang baik, yaitu selalu diberikan
kesempatan kepada tubuh untuk senantiasa pulih kembali setelah memikul suatu
beban pekerjaan agar pelaksanaan kerja berlangsung selama jam kerja menurut
ketentuan yang berlaku.
2.2 Kerangka Berfikir
2.2.1 Kerangka Teori
Keterangan :
: Variabel yang diteliti
: Variabel yang tidak diteliti
Gambar 2. Kerangka Teori
Faktor Lingkungan Faktor Individu
Pencahayaan Suhu &
Kelembaba
Kepmenkes
No. 1405 Tahun
2002
Belum memenuhi
standar
(< 1000 Lux)
Memenuhi standar
(≥ 1000 Lux)
Faktor Lingkungan Faktor Individu Faktor Lingkungan Faktor Individu
Pencahayaan Suhu &
Kelembaba
Faktor Lingkungan Faktor Individu
Pencahayaan Suhu &
Kelembaba
Faktor Lingkungan Faktor Individu
Pencahayaan Suhu &
Kelembaba
Faktor Lingkungan Faktor Individu
Pencahayaan Suhu &
Kelembaba
Faktor Lingkungan Faktor Individu Faktor Lingkungan Faktor Individu
Pencahayaan Suhu &
Kelembaba
Faktor Lingkungan Faktor Individu Faktor Lingkungan Faktor Individu
Kepmenkes
No. 1405 Tahun
2002
Belum memenuhi
standar
(< 1000 Lux)
Memenuhi standar
(≥ 1000 Lux)
Faktor Lingkungan Faktor Individu
Kepmenkes
No. 1405 Tahun
2002
Belum memenuhi
standar
(< 1000 Lux)
Memenuhi standar
(≥ 1000 Lux)
Faktor Lingkungan Faktor Individu
Pencahayaan Genetik Masa
Kerja
≥ 3 thn < 3 thn
Jarak
Objek
≥ 3 thn < 3 thn
Kepmenkes
No. 1405 Tahun
2002
Tidak memenuhi
standar
(< 1000 Lux)
Memenuhi standar
(≥ 1000 Lux)
Mata
Kelelahan Mata
Usia Pencahayaan Suhu &
Kelembaban
32
2.2.2 Kerangka Konsep
Keterangan :
: Variabel Independen ( Variabel Bebas)
: Variabel Dependen ( Variabel Terikat)
Gambar 3. Kerangka Konsep
2.3 Hipotesis
2.3.1 Hipotesis Penelitian
1) Terdapat pengaruh pencahayaan berdasarkan waktu kerja terhadap
kelelahan mata pada pengrajin sulaman kerawang UKM “Naga Mas” di
Kecamatan Telaga Jaya Kabupaten Gorontalo Tahun 2013.
2) Terdapat pengaruh masa kerja berdasarkan waktu kerja terhadap
kelelahan mata pada pengrajin sulaman kerawang UKM “ Naga Mas”
di Kecamatan Telaga Jaya Kabupaten Gorontalo Tahun 2013.
Pencahayaan
Masa Kerja
Kelelahan
Mata
33
2.3.2 Hipotesis Statistik
Ho : ρ = 0
Ha : ρ ≠ 0
Kriteria Uji :
H0 ditolak jika ρ value < critical value (α = 0,05)
H0 diterima jika ρ value ≥ critical value (α = 0,05)
(Sugiono, 2012: 69).