bab ii tinjauan pustaka 2.1 2.1 -...

21
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Hipertensi Sebanyak 1 milyar orang di dunia atau 1 dari 4 orang dewasa menderita penyakit ini. Bahkan, diperkirakan jumlah penderita hipertensi akan meningkat menjadi 1,6 milyar. 2.1.1.1 Pengertian Hipertensi Hipertensi adalah keadaan peningkatan tekanan darah yang memberi gejala yang akan berlanjut ke suatu organ target seperti stroke(untuk otak), penyakit jantung koroner (untuk pembuluh darah jantung) dan hipertrofi ventrikel kanan (untuk otot jantung). Dengan target organ di otak yang berupa stroke, hipertensi menjadi penyebab utama stroke yang membawa kematian yang tinggi (Bustan, 2007 : 60). Sebagai gambaran umum masalah hipertensi ini adalah (Bustan,2007:61) : 1. Tingkat prevalensi sebesar 6-15% pada orang dewasa. Sebagai suatu proses degeneratif, hipertensi tentu hanya ditemukan pada orang dewasa. Ditemukan kecenderungan peningkatan prevalensi hipertensi menurut peningkatan usia. 2. Sebesar 50% penderita tidak menyadari diri sebagai penderita hipertensi. Karena itu mereka cenderung untuk menderita hiperensi yang lebih berat karena penderita tidak beupaya mengubah dan menghindari faktor risiko. 3. Sebanyak 70% adalah HT ringan, karena itu hipertensi banyak diacuhkan atau terabaikan sampai saat menjadi ganas (hipertensi maligna)

Upload: vannguyet

Post on 04-Mar-2019

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teoritis

2.1.1 Hipertensi

Sebanyak 1 milyar orang di dunia atau 1 dari 4 orang dewasa menderita

penyakit ini. Bahkan, diperkirakan jumlah penderita hipertensi akan meningkat

menjadi 1,6 milyar.

2.1.1.1 Pengertian Hipertensi

Hipertensi adalah keadaan peningkatan tekanan darah yang memberi gejala

yang akan berlanjut ke suatu organ target seperti stroke(untuk otak), penyakit

jantung koroner (untuk pembuluh darah jantung) dan hipertrofi ventrikel kanan

(untuk otot jantung). Dengan target organ di otak yang berupa stroke, hipertensi

menjadi penyebab utama stroke yang membawa kematian yang tinggi (Bustan,

2007 : 60).

Sebagai gambaran umum masalah hipertensi ini adalah (Bustan,2007:61) :

1. Tingkat prevalensi sebesar 6-15% pada orang dewasa. Sebagai suatu proses

degeneratif, hipertensi tentu hanya ditemukan pada orang dewasa. Ditemukan

kecenderungan peningkatan prevalensi hipertensi menurut peningkatan usia.

2. Sebesar 50% penderita tidak menyadari diri sebagai penderita hipertensi.

Karena itu mereka cenderung untuk menderita hiperensi yang lebih berat

karena penderita tidak beupaya mengubah dan menghindari faktor risiko.

3. Sebanyak 70% adalah HT ringan, karena itu hipertensi banyak diacuhkan atau

terabaikan sampai saat menjadi ganas (hipertensi maligna)

9

4. Sejumlah 90% HT esensil mereka dengan HT yang tidak diketahui seluk-

beluk penyebabnya. Artinya karena penyebabnya tidak jelas maka sulit untuk

mencari bentuk intervensi dan pengobatan yang sesuai.

Tekanan darah tinggi (hipertensi) menyebabkan m eningkatnya risiko

terhadap stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan

ginjal. Tanpa melihat usia atau jenis kelamin ,semua orang bisa terkena penyakit

jantung dan biasanya tanpa ada gejala-gejala sebelumnya Tekanan darah dalam

kehidupan seseorang bervariasi secara alami. bayi dan anak-anak secara normal

memiliki tekanan darah yang jauh lebih rendah daripada dewasa(simanjuntak,

2012 : 13).

Kenaikan tekanan darah dapat terjadi. Hal ini dipengaruhi oleh aktivitas fisik,

dimana akan lebih tinggi pada saat melakukan aktivitas dan lebih rendah ketika

beristirahat. Tekanan darah dalam satu hari dapat berubah/berbeda, paling tinggi

di waktu pagi hari dan paling rendah pada saat tidur malam hari.

Klasifikasi menurut WHO (1999) disebut bahwa yang dikatakan hipertensi

apabila mempunyai tekanan darah sisitoliknya 140 mm Hg dan tekanan darah

diastoliknya 90 mm Hg. Pada hipertensi sistolik terisolasi, tekanan sistolik

mencapai 140 mmHg atau lebih, tetapi tekanan diastolik kurang dari 90 mmHg

atau tekanan diastolik masih dalam kisaran normal. Hipertensi ini sering

ditemukan pada usia lanjut. Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap

orang mengalami kenaikan tekanan darah; tekanan sistolik terus meningkat

sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus meningkat sampai usia 55-60

tahun, kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan menurun drastis. Dalam

10

pasien dengan diabetes mellitus atau penyakit ginjal, penelitian telah

menunjukkan bahwa tekanan darah di atas 130/80 mmHg harus dianggap sebagai

faktor resiko dan sebaiknya diberikan perawatan.

2.1.1.2 Patofisiologi Hipertensi

Di mulai dengan atherosklerosis, gangguan struktur anatomi pembuluh darah

peripher yang berlanjut dengan kekakuan pembuluh darah. Kekakuan pembuluh

darah di sertai dengan penyempitan dan kemungkinan pembesaran plaque yang

menghambat gangguan peredaran peripher kekakuan dan kelambanan aliran darah

menyebabkan beban jantung bertambah berat yang akhirnya dikompensasi dengan

peningkatan upaya pemompaan jantung yang memberikan gambaran peningkatan

tekanan darah dalam sistem sirkulasi.(bustan,2007: 60).

2.1.1.3 Jenis-Jenis Hipertensi

Jenis-jenis Hipertensi dikelompokan dalam (bustan,2007:61)

a. Menurut kausanya

1. Hipertensi esensial (hipertensi primer): hipertensi yang tidak jelas

penyebabnya (terdapat pada kurang lebih 90 % dari seluruh kejadian

hipertensi)

2. Hipertensi sekunder: hipertensi yang disebabkan/ sebagai akibat dari

adanya penyakit lain

b. Menurut gangguan tekanan darah

a. Hipertensi sistolik yaitu peninggian tekanan darah sistolik saja

11

b. Hipertensi diastolik yaitu peninggian tekanan darah diastolik

c. Menurut beratnya atau tingginya peningkatan tekanan darah

a. Hipertensi ringan

b. Hipertensi sedang

c. Hipertensi berat

2.1.1.4 Klasifikasi Hipertensi

Klasifikasi hipertensi menurut Joint National Committee (JNC-7) tahun 2003

adalah sebagai berikut :

a. Tekanan darah normal

Tekanan Sistolik < 120 mmHg dan tekanan Diastolik < 80 mmHg.

b. Pre-Hipertensi

Tekanan Sistolik 120 - 139 mmHg dan atau tekanan Diastolik 80 – 90 mmHg.

c. Hipertensi

1) Stadium I : Tekanan Sistolik 140 - 159 mmHg dan atau tekanan Diastolik

90 – 99 mmHg.

2) Stadium II : Tekanan Sistolik ≥ 160 mmHg dan atau tekanan Diastolik ≥

100 mmHg.

Klasifikasi hipertensi menurut Joint National Committee (JNC-7) tahun 2003

adalah sebagai berikut

a) Tekanan Diastolik : < 90 mmHg.

b) Tekanan sistolik

1. < 140 mmHg : Normal.

12

2. 140 – 159 mmHg : Perbatasan hipertensi sistolik.

3. 160 mmHg : Hipertensi sistolik mandiri.

2.1.1.5 Gejala Hipertensi

Menurut Arif (dalam Sugiarto, 2007 : 44 ) Gejala-gejala hipertensi bervariasi

pada masing-masing individu dan hampir sama dengan gejala penyakit lainnya.

Gejala-gejala itu adalah :

a. Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat

tekanan darah intrakranium.

b. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina karena hipertensi.

c. Ayunan langkah tidak mantap karena kerusakan susunan syaraf.

d. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus.

e. Edema dependen akibat peningkatan tekanan kapiler.

Peninggian tekanan darah kadang merupakan satu-satunya gejala, terjadi

komplikasi pada ginjal, mata, otak, atau jantung. Gejala lain adalah sakit kepala,

epistaksis, marah, telinga berdengung, rasa berat ditengkuk, sukar tidur, mata

berkunang-kunang dan pusing.

2.1.1.6 Pencegahan Hipertensi

Agar terhindar dari komplikasi fatal hipertensi, maka harus diambil tindakan

pencegahan yang baik, antara lain dengan sebagai berikut (Vitahealth,2000):

a. Diet hipertensi

13

Diet adalah salah satu cara untuk mengatasi hipertensi tanpa efek samping yang

serius, karena metode pengendaliannya yang alami. Tujuan diet hipertensi yaitu :

1. Mengurangi asupan garam

Pembatasan konsumsi garam sangat dianjurkan. Idealnya, kita cukup

menggunakan sekitar 1 sendok teh saja atau sekitar 5 gram per hari.

2. Memperbanyak serat

Mengkonsumsi lebih banyak sayuran atau makanan rumahan yang

mengandung banyak serat akan memperlancar buang air besar dan

menahan sebagian asupan natrium. Sebaiknya penderita hipertensi

menghindari makanan kalengan dan makanan siap saji dari restoran, yang

dikuatirkan mengandung banyak pengawet dan kurang serat.

3. Menghentikan kebiasaan buruk

Menghentikan rokok, kopi dan alkohol dapat mengurangi beban jantung,

sehingga dapat bekerja dengan baik. Rokok dapat meningkatkan risiko

kerusakan pembuluh darah dengan mengendapkan kolesterol pada

pembuluh darah jantung koroner, sehingga jantung bekerja lebih keras.

Alkohol dapat memacu tekanan darah. Karena itu 90 mililiter per minggu

adalah batas tertinggi yang boleh dikonsumsi. Kopi dapat memacu detak

jantung. Menghentikan atau mengurangi kopi berarti menyayangi jantung

agar tidak terbebani lebih berat.

4. Memperbanyak asupan kalsium

Penelitian menunjukkan bahwa dengan mengkonsumsi 3500 miligram

kalium dapat membantu mengatasi kelebihan natrium, sehingga dengan

14

volume darah yang ideal dapat dicapai kembali tekanan yang normal.

Kalium bekerja menguragi natrium dari senyawanya, sehingga lebih

mudah dikeluarkan.

5. Penuhi kebutuhan magnesium

Juga ditemukan hubungan antara rendahnya asupan magnesium dengan

hipertensi. Tetapi belum dapat dipastikan berapa banyak magnesium yang

dibutukan untuk mengatasi hipertensi. Kebutuhan magnesium menurut

kecukupan gizi yang dianjurkan atau RDA (Recommended Dietary

Allowance) adalah sekitar 350 miligram. Kekurangan asupan magnesium

terjadi dengan semakin banyaknya makanan olahan yang dikonsumsi.

Sumber makanan yang kaya magnesium antara lain kacang tanah, bayam,

kacang polong, dan makanan laut. Tetapi berhati-hatilah agar jangan

mengkonsmsi terlalu banyak suplemen magnesium karena bisa

menyebabkan diare.

6. Lengkapi kebutuhan kalsium

Walaupun masih banyak menjadi perdebatan mengenai ada atau tidaknya

pengaruh kalsium dengan penurunan tekanan darah, tetapi untuk menjaga

dari risiko lain, 800 miligram kalsium perhari setara dengan tiga gelas

susu sudah lebih dari cukup.

7. Manfaat sayuran dan bumbu dapur

Sayuran dan bumbu dapur yang bermanfaat untuk pengontrolan tekanan

darah, adalah :

15

a) Tomat.

b) Wortel.

c) Seledri, sedikit 4 batang perhari dalam sup atau masakan lain.

d) Bawang putih, sedikitnya satu siung perhari. Bisa juga digunakan

bawang merah dan bawang bombai.

e) Kunyit.

f) Bumbu lain adalah lada hitam, adas, kemangi, dan rempah lainnya.

a. Membatasi konsumsi lemak

Membatasi konsumsi lemak dilakukan agar kadar kolesterol darah terlalu

tinggi. Kadar kolesterol darah yang tinggi dapat mengakibatkan terjadinya

endapan kolesterol dalam dinding pembuluh darah, lama kelamaan jika

endapan kolesterol bertambah akan menyumbat pembuluh nadi dan

menggaggu peredaran darah. Kadar kolesterol dalam darah maksimal 200 mg

– 350 mg per 100 cc serum darah.

b. Olaraga teratur

Olaraga atau senam hipertensi bagian dari usaha untuk mengurangi berat

badan dan mengelolah stress.

1. Mengurangi berat badan

Hindari kegemukan (obesitas), dengan menjaga berat badan (BB) normal

atau tidak berlebihan.

2. Mengelola stress

16

Untuk bisa mengelola stres (stress management) perlu diketahui lebih

dahulu apa pemicunya. Pemicu stress akan berbeda-beda bagi setiap

orang. Berusaha membina hidup yang positif.

2.1.2 Faktor Risiko Hipertensi

Suatu faktor risiko adalah suatu keadaan yang membawa bahaya, karena

dapat menimbulkan suatu penyakit atau cacat tertentu. Orang-orang yang

mempunyai faktor-faktor risiko yang tinggi lebih mungkin kena penyakit ini,

dalam bentuknya yang lebih serius daripada orang-orang yang mempunyai faktor-

faktor risiko rendah (rosidah,2003). Hipertensi esensial dipengaruhi beberapa

faktor yaitu : ciri individu seperti umur, jenis kelamin, faktor riwayat keluarga

serta faktor lingkungan yang meliputi obesitas, stres, konsumsi garam, merokok,

konsumsi alkohol. Adapun gambaran faktor resiko tersebut dapat dilihat dibawah

ini :

a. Umur

Terdapat kesepakatan dari para peneliti bahwa prevalensi hipertensi akan

meningkat dengan bertambahnya umur. Hal ini disebabkan karena pada usia

tua diperlukan keadaan darah yang meningkat untuk memompakan sejumlah

darah ke otak dan alat vital lainya. Pada usia tua pembuluh darah sudah mulai

melemah dan dinding pembuluh darah sudah menebal. (Menurut Gray,2002)

baik pria maupun wanita, 50% dari mereka yang berusia diatas 60 tahun akan

menderita hipertensi sistolik terisolasi (TD sistolik 160 mmHg dan diastolik

90 mmHg). Disamping itu, semakin bertambah usia, maka keadaan sistem

kardiovaskulerpun semakin berkurang, seperti ditandai dengan terjadinya

17

arterioskilosis yang dapat meningkatkan tekanan darah. (Susalit dkk,2001)

dalam bukunya menyatakan bahwa sebagian besar hipertensi esensial terjadi

pada usia 24-45 tahun dan hanya 20% terjadi dibawah usia 20 tahun.

(Boedhi-Darmojo,2001) dalam naskah ilmiahnya menyimpulkan bahwa 1,8-

17,8% penduduk Indonesia yan berumur di atas 20 tahun adalah penderita

hipertensi. Dalam penelitian itu juga menyebutkan bahwa umur sesudah 45

tahun prevalensi hipertensi naik terutama pada wanita.

b. Jenis Kelamin

Faktor gender berpengaruh pada terjadinya hipertensi, dimana pria lebih

banyak menderita hipertensi dibandingkan dengan wanita, dengan rasio

sekitar 2,29 untuk kenaikan tekanan darah sistolik dan 3,76 untuk kenaikan

tekanan darah diastolik. Pria diduga memiliki gaya hidup yang cenderung

dapat meningkatkan tekanan darah dibandingkan dengan wanita. Namun,

setelah memasuki menopause, prevalensi hipertensi pada wanita tinggi.

Bahkan setelah umur 65 tahun, terjadinya hipertensi pada wanita lebih tinggi

dibandingkan dengan pria yang diakibatkan oleh faktor hormonal

(Depkes,2006).

Menurut Dwi (dalam Simanjuntak,2012 : 14) Wanita yang belum mengalami

menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan dalam

meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol

HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya

proses aterosklerosis. Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai

penjelasan adanya imunitas wanita pada usia premenopause. Pada

18

premenopause wanita mulai kehilangan sedikit demi sedikit hormon estrogen

yang selama ini melindungi pembuluh darah dari kerusakan. Proses ini terus

berlanjut dimana hormon estrogen tersebut berubah kuantitasnya sesuai

dengan umur wanita secara alami, yang umumnya mulai terjadi pada wanita

umur 45-55 tahun.

c. Riwayat Keluarga

Menurut Babba (dalam gunawan, 2001) Dari data statistik terbukti bahwa

seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan

hipertensi, jika orang tuanya penderita hipertensi.

Hipertensi akibat dari riwayat keluarga juga disebabkan faktor genetik pada

keluarga tersebut. Beberapa peneliti mengatakan terdapat kelainan pada gen

angiotensinogen tetapi mekanismenya mungkin bersifat poligenik. Gen

angiotensinogen berperan penting dalam produksi zat penekan angiotensin,

yang mana zat tersebut dapat meningkatkan tekanan darah. Terjadinya

perubahan bahan angiostensinogen menjadi menjadi angiotensin I dan di

dalam sirkulasi pulmonal angiotensin I diubah menjadi angiotensin II dan

selanjutnya bahan angiostensin II inilah yang berperan merangsang beberapa

pusat yang penting dan mengakibatkan terjadinya perubahan tekanan darah.

Dalam mekanismenya, bahan angiotensin II mempengaruhi dan merangsang

pusat haus dan minum di bagian hypothalamus di dalam otak, sehingga

menyebabkan rangsangan yang meningkatkan masukan air dan selain itu juga

merangsang pusat vasomotor dengan akibat meningkatkan rangsangan syaraf

simpatis kepada arteriola, myocardium dan pacu jantung yang mengakibatkan

19

tekanan darah tinggi atau hipertensi (Ibnu, 1996).

d. Obesitas

Obesitas adalah keadaan dimana terjadi penumpukan lemak yang

berkelebihan di dalam tubuh dan dapat diekspresikan dengan perbandingan

berat badan serta tinggi badan yang meningkat. Obesitas atau kegemukan

merupakan faktor risiko yang sering dikaitkan dengan hipertensi. Risiko

terjadinya hipertensi pada individu yang semula normotensi bertambah

dengan meningkatnya berat badan. Individu dengan kelebihan berat badan

20% memiliki risiko hipertensi 3-8 kali lebih tinggi dibandingkan dengan

individu dengan berat badan normal (Suarthana dkk, 2001).

Banyak penelitian membuktikan adanya hubungan antara indeks massa tubuh

dengan kejadian hipertensi dan diduga peningkatan berat badan memainkan

peranan penting pada mekanisme timbulnya hipertensi pada orang dengan

obesitas. Mekanisme terjadinya hal tersebut belum sepenuhnya dipahami,

tetapi pada obesitas didapatkan adanya peningkatan volume plasma dan curah

jantung yang akan meningkatkan tekanan darah. Hal ini mungkin berkaitan

dengan beberapa perubahan gaya hidup, latihan jasmani, diet dan pemakaian

obat anti obesitas, sedangkan untuk obat anti hipertensi sampai saat ini belum

ada rekomendasi mengenai obat antihipertensi utama yang dianjurkan untuk

keadaan ini (budiman,1999).

e. Stres

20

Menurut Saraswati (dalam Guyton,1995) Stress dengan hipertensi diduga

memiliki hubungan melalui saraf simpatis yang dapat meningkatkan tekanan

darah secara intermiten. Bila stress berlangsung lama, maka dapat

menyebabkan peninggian tekanan darah yang menetap. Percobaan terhadap

binatang bahwa pajanan bising dengan stress menyebabkan hipertensi.

Survey hipertensi pada masyarakat kota menunjukkan angka prevalensi yang

lebih tinggi dibandingkan dengan masyarakat pedesaan. Hal ini dikaitkan

dengan stress psikososial yang lebih besar dialami oleh kelompok masyarakat

yang tinggal di kota dibandingkan dengan masyarakat yang tinggal di desa.

f. Merokok

Menurut WHO (1999), individu yang terus menerus menggunakan tembakau

cenderung meningkatkan risiko hipertensi, hal ini disebabkan karena adanya

konsumsi komulatif dari penggunaan tembakau. Merokok dapat

meningkatkan tekanan darah, meskipun pada beberapa penelitian didapatkan

kelompok perokok dengan tekanan darah lebih rendah dibandingkan dengan

kelompok yang tidak merokok (Susalit dkk, 2001). Apapun yang

menimbulkan ketegangan pembuluh darah dapat menaikkan tekanan darah,

termasuk nikotin yang ada dalam rokok. Nikotin merangsang sistem saraf

simpatik, sehingga pada ujung saraf tersebut melepaskan hormon stres

norephinephrine dan segera mengikat hormon receptor alpha. Hormon ini

mengalir dalam pembuluh darah ke seluruh tubuh. Oleh karena itu, jantung

akan berdenyut lebih cepat dan pembuluh darah akan mengkerut. Selanjutnya

21

akan menyebabkan penyempitan pembuluh darah dan menghalangi arus

darah secara normal, sehingga tekanan darah akan meningkat

g. Konsumsi alkohol

Menurut Babba Minuman beralkohol khususnya dengan kadar alkohol tinggi

sangat berbahaya bagi sirkulasi darah otak, juga terhadap otak itu sendiri.

Alkohol dapat meningkatkan tekanan darah, mengganggu metabolisme

karbohidrat lebih-lebih lagi bagi peminum berat atau pencandu alkohol.

Alkohol merupakan salah satu faktor risiko tinggi yang mampu menimbulkan

stroke. Juga memperbesar kemungkinan timbulnya trombosis. Terutama

sekali bila orang meminum alkohol dalam jumlah besar yang dapat

mendatangkan gangguan metabolisme tubuh dengan menyusutnya cairan

sehingga viskositas darah naik, juga dehidrasi (kekurangan cairan) yang

seringkali diikuti muntah-muntah (dalam Miswar,2004).

2.1.3 Kebisingan

(menurut Saraswati dalam menlh 2004) Kebisingan didefinisikan sebagai

"suara yang tak dikehendaki, misalnya yang merintangi terdengarnya suara-suara,

musik dsb, atau yang menyebabkan rasa sakit atau yang menghalangi gaya hidup.

Diantara pencemaran lingkungan yang lain, pencemaran/polusi kebisingan

dianggap istimewa dalam hal:

22

1. Penilaian pribadi dan penilaian subyektif sangat menentukan untuk

mengenali suara sebagai pencemaran kebisingan atau tidak

2. Kerusakannya setempat dan sporadis dibandingkan dengan pencemaran air

dan pencemaran udara (Bising pesawat udara merupakan pengecualian).

2.1.3.1 Definisi Kebisingan

(Menurut Babba, dalam wahyu 2003) Bising merupakan suara yang tidak

dikehendaki (unwanted sound). Tetapi defenisi ini sangat subyektif. Defenisi lain

tentang kebisingan antara lain :

a. Denis dan Spooner, bising adalah suara yang timbul dari getaran-getaran

yang tidak teratur dan periodik.

b. Hirrs dan ward, bising adalah suara yang komplek yang mempunyai

sedikit atau bahkan tidak periodik, bentuk gelombang tidak dapat diikuti

atau di produsir dalam waktu tertentu.

c. Spooner, bising adalah suara yang tidak mengandung kualitas musik.

d. Sataloff, bising adalah bunyi yang terdiri dari frekuensi yang acak dan

tidak berhubungan satu dengan yang lainnya

e. Burn, Littler, dan wall bising adalah suara yang tidak dikehendaki

kehadirannya oleh yang mendengar dan mengganggu.

f. Menurut permenkes RI NO : 718 / MENKES / PER / XI / 1987 tentang

kebisingan yang berhubungan dengan kesehatan, BAB I pasal I (a) :

kebisingan adalah terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki, sehingga

menganggu dan atau membahayakan kesehatan.

23

2.1.3.2 jenis-jenis kebisingan

(Menurut Babba dalam Gabriel) Berdasarkan frekuensi, tingkat tekanan

bunyi, tingkat bunyi dan tenaga bunyi maka bising di bagi dalam 3 kategori :

1. Audible noise (bising pendengaran)

Bising ini disebabkan oleh frekuensi bunyi 31,5 – 8000 Hz

2. Occupational noise (bising yang berhubungan dengan pekerjaan)

Bising ini disebabkan oleh bunyi mesin di tempat kerja, bising dari mesin

tik.

3. Impuls noise (Impact noise = bising impulsif)

Bising yang terjadi akibat adanya bunyi yang menyentak, misalnya

pukulan palu, ledakan meriam tembakan bedil.

Berdasarkan waktu terjadinya, maka bising dibagi dalam beberapa jenis:

A 1. Bising kontinyu dengan spektrum luas, misalnya bising karena mesin, kipas

angin.

2. Bising kontinyu dengan spektrum sempit, misalnya bunyi gergaji, penutup

gas.

3. Bising terputus – putus (intermittent), misalnya lalu lintas, bunyi kapal

terbang di udara.

B. 1. Bising sehari penuh (full time noise)

2. Bising setengah hari (part time noise)

C. 1. Bising terus menerus (steady noise)

2. Bising impulsif (impuls noise) ataupun bising sesaat (lutupan).

2.1.3.3 Baku Mutu Tingkat Kebisingan

24

Peraturan Menteri Kesehatn No. 718 tahun 1987 tentang kebisingan yang

berhubungan dengan kesehatan menyatakan pembagian wilayah dalam empat

zona: (Mukono, 2006) :

Zona A adalah zona untuk tempat penelitian, rumah sakit, tempat perawatan

kesehatan atau sosial. Tingkat kebisingannya berkisar 45 dB.

Zona B untuk perumahan, tempat pendidikan, dan rekreasi. Tingkat kebisingan

berkisar 55 dB.

Zona C, antara lain perkantoran, pertokoan, perdagangan, pasar. Tingkat

kebisingan sekitar 50 – 60 dB.

Zona D bagi lingkungan industri, pabrik, stasiun kereta api, dan terminal bus.

Tingkat kebisingan sekitar 60 – 70 dB.

2.1.4 Hubungan Kebisingan dan tekanan darah

Cara kerja sistem tubuh dalam peningkatan tekanan darah adalah sebagai

berikut (Sobel, 1995) :

Kebisingan merupakan stressor biologis yang mampu menimbulkan

perangsangan simpatis pada syaraf. Impuls simpatis dikirim ke medula adrenalin

bersamaan dengan pengiriman ke semua pembuluh darah, impuls ini

menyebabkan medula mensekresikan norepinefrin dan epinefrin ke dalam

sirkulasi darah. Kedua hormon ini dibawa di dalam aliran darah ke semua bagian

tubuh tempat mereka langsung bekerja pada pembuluh darah yang menyebabkan

vasokontriksi.

25

Perangsangan simpatis juga akan meningkatan aktifitas saraf ginjal sehingga

sel jukstaglomerulus mensekresikan renin ke dalam darah. Renin sendiri

merupakan suatu enzim yang memecahkan komponen utama salah satu protein

plasma yang disebut substrat rennin untuk melepaskan dekapeptida angiotensi I.

Dalam beberapa detik setelah pembentukan angiotensin I, 2 asam amino

tambahan dipecah darinya membentuk oktapeptida angiotensin II yang dikatalis

oleh enzim ‘converting enzyme’. Selama menetap di dalam darah angiotensin II

mempunyai efek yang dapat meningkatan tekanan darah. Salah satu efek ini

terjadi dengan sangat cepat :

vasokontriksi terutama dari arteriol. Kontriksi arteriol meningkatkan tahanan

perifer dan dengan demikian meningkatkan tekanan arteri. Efek angiotensin

lainnya terutama berhubungan dengan volume cairan tubuh :

a. Angiotensin mempunyai efek langsung terhadap ginjal untuk menyebabkan

penurunan ekskresi garam dan air.

b. Angiotensin merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal dan

hormone ini sebaliknya juga bekerja pada ginjal menyebabkan penurunan

ekskresi garam dan air.

Oleh karena adanya paparan kebisingan, pusat vasomotor mengirim impuls

eksitasi melalui serabut saraf simpatis ke jantung untuk meningkatkan aktivitas

jantung (kontraktilitas jantung), meningkatkan frekuensi jantung melalui reseptor

beta – 1 sehingga memperbesar curah jantung. Meningkatkan curah jantung dan

tahanan perifer total akan meningkatkan kenaikan tekanan darah.

26

2.2 Kerangka Berfikir

2.2.1 Kerangka Teori

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Riwayat Keluarga

HIPERTENSI

Faktor Individu faktor Genetik Faktor Lingkungan Faktor Perilaku

Status Gizi Kebisingan

Lama

tinggal

Konsumsi

Rokok

Konsumsi

Alkohol

Konsumsi

Kafein

Jenis Kelamin

Umur

Ras

Obesitas

Volume

plasma

naik

Curah

Jantung

meningkat

Merangsang Saraf Simpatis

Melepaskan

Hormon stres

norephinephrine

Mengikat Hormon

receptor alpha

Penyempitan

Pembuluh Darah

Tahanan Perifer

meningkat

Angiotensinogen

Angiotensin I

Angiotensin II

Merangsang Saraf Simpatis

Memacu Jantung

Stres

Saraf Simpatis

Memacu Jantung

27

2.2.2 Kerangka Konsep

Keterangan

: Variabel Independent

: Variabel Dependent

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

Umur

Jenis Kelamin

Riwayat Keluarga

Kebiasaan Merokok

Kejadian

Hipertensi

Intensias Bising

28

2.3 Hipotesis

a. Umur merupakan faktor risiko kejadian hipertensi

b. Jenis kelamin merupakan faktor risiko kejadian hipertensi

c. Riwayat keluarga merupakan faktir risiko kejadian hipertensi.

d. Kebiasaan merokok merupakan faktor risiko kejadian hipertensi

e. Intensitas bising merupakan faktor risiko kejadian hipertensi.