hubungan kepatuhan pembatasan cairan terhadap …eprints.ums.ac.id/81342/16/naskah publikasi...
TRANSCRIPT
HUBUNGAN KEPATUHAN PEMBATASAN CAIRAN
TERHADAP TEKANAN DARAH PASIEN HEMODIALISA
DI RSUD Ir. SOEKARNO KABUPATEN SUKOHARJO
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1
pada Program Studi Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan
Oleh:
ADAM ZEGY HERLAMBANG PUTRA
J 210 160 025
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2020
i
ii
iii
1
HUBUNGAN KEPATUHAN PEMBATASAN CAIRAN TERHADAP
TEKANAN DARAH PASIEN HEMODIALISA
DI RSUD Ir. SOEKARNO KABUPATEN SUKOHARJO
ABSTRAK
Hemodialisa merupakan pengobatan pada penderita gagal ginjal kronik stadium
terminal, jadi fungsi ginjal digantikan oleh alat yang disebut dialyzer, disini terjadi
proses pemindahan zat terlarut dalam darah kedalam cairan dialisa atau
sebaliknya. Penatalaksanaan gagal ginjal kronik tahap akhir yaitu memberikan
terapi yang dapat menggantikan fungsi ginjalnya. Selain itu, kepatuhan dalam
pembatasan cairan pada penderita gagal ginjal kronik juga sangat diperlukan
untuk menjaga kelangsungan hidup pasien sebagai bagian dari preskripsi
pengobatannya. Tanpa adanya pembatasan asupan cairan, mengakibatkan cairan
menumpuk dan akan menimbulkan edema di sekitar tubuh. Kondisi ini membuat
tekanan darah meningkat dan memperberat kerja jantung. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui hubungan kepatuhan pembatasan cairan terhadap tekanan darah
pasien hemodialisa di RSUD Ir.Soekarno Kabupaten Sukoharjo. Penelitian ini
merupakan penelitian deskriptif korelatif. Populasi pada penelitian ini adalah 176
pasien yang menjalani terapi hemodialisa di RSUD Ir.Soekarno Kabupaten
Sukoharjo. Sampel yang digunakan adalah 64 pasien dengan teknik purposive
sampling. Analisa data menggunakan rumus Chi- Square. Hasil penelitian ini
menunjukkan mayoritas pasien dengan kepatuhan pembatasan cairan yang patuh
sebanyak 33 responden dan mayoritas 31 responden dalam kategori hipertensi II
pada tekanan darah sistolik. Pasien dengan tekanan darah diastolik memiliki
tingkat kepatuhan pembatasan cairan yang patuh sebanyak 36 responden dengan
mayoritas 24 responden dalam kategori hipertensi II. Hasil uji statistik Chi-Square
didapatkan nilai p=0,029 dan p=0,041 dengan nilai signifikan p<0,05. Terdapat
hubungan antara kepatuhan pembatasan cairan terhadap terkanan darah pasien
hemodialisa di RSUD Ir.Soekarno Kabupaten Sukoharjo. Saran untuk peneliti
selanjutnya diharapkan dapat memperluas populasi penelitian tidak hanya di satu
rumah sakit, tetapi bisa meneliti di seluruh rumah sakit wilayah Sukoharjo.
Kata Kunci : Hemodialisa, Kepatuhan Pembatasan Cairan, Tekanan Darah
ABSTRACT
Hemodialysis is a treatment in patients with terminal stage chronic kidney failure,
so kidney function is replaced by a device called a dialyzer. Here the process of
transferring dissolved substances in the blood into dialysis fluid or vice versa.
Management of chronic stage renal failure is to provide therapy that can replace
kidney function. In addition, adherence to fluid restriction in patients with chronic
kidney failure is also very necessary to maintain patient survival as part of the
prescription of treatment. Without a restriction of fluid intake, resulting in fluid
accumulation and will cause edema around the body. This condition makes blood
pressure increase and worsen heart work. This study aims to determine the
2
relationship of fluid restriction compliance with blood pressure in hemodialysis
patients at RSUD Ir. Soekarno, Sukoharjo Regency. This research is a correlative
descriptive study. The population in this study was 176 patients who underwent
hemodialysis therapy at Ir.Soekarno Regional Hospital, Sukoharjo Regency. The
sample used was 64 patients with purposive sampling technique. Data analysis
uses the Chi-Square formula. The results of this study showed the majority of
patients with adherence to obedient fluid restriction were 33 respondents and the
majority of 31 respondents in the category of hypertension II in systolic blood
pressure. Patients with diastolic blood pressure had obedient levels of obedient
fluid restriction of 36 respondents with a majority of 24 respondents in the
category of hypertension II. Chi-Square statistical test results obtained the value
of p = 0.029 and p = 0.041 with a significant value of p <0.05. There is a
relationship between adherence to fluid restrictions on blood vessels of
hemodialysis patients in Ir. Soekarno Regional Hospital, Sukoharjo Regency.
Suggestions for further researchers are expected to expand the study population
not only in one hospital, but can research in all hospitals in the Sukoharjo region.
Keywords: Hemodialysis, Fluid Limiting Compliance, Blood Pressure
1. PENDAHULUAN
Pasien yang menjalani hemodialisis terus meningkat seiring dengan peningkatan
penderita gagal ginjal kronik. Hemodialisis merupakan salah satu terapi pengganti
ginjal untuk memperpanjang harapan hidup. Cairan yang diminum penderita gagal
ginjal harus diawasi dengan seksama karena rasa haus bukan lagi petunjuk yang
dapat dipakai untuk mengetahui hidrasi tubuh. (Isroin, 2016)
Global epidemik dari gagal ginjal telah diakui sebagai masalah besar pada
kesehatan, tidak hanya pada negara maju, tetapi juga terjadi di Asia. Data dari
Western Australia menunjukkan bahwa glomerulonephritis, nefropati diabetikum
dan hipertensi terhitung sebanyak 80% menyebabkan Chronic Kidney Disease
(CKD). Hal ini menunjukkan bahwa masalah gagal ginjal ini terbentuk dari
campuran masalah diabetes dan hipertensi, dimana angka kejadian diabetes dan
hipertensi sangat besar di Asia. Angka pertumbuhan populasi dan tingkat
urbanisasi mendukung Indonesia sebagai negara tertinggi ketiga di Asia dengan
angka CKD tertinggi setelah India dan China (Philip et al, 2018).
Dampak yang terjadi akibat penyakit gagal ginjal kronis penderitanya akan
mengalami kerusakan ginjal dengan LFG normal > 90 ml/mnt, kerusakan ginjal
dengan LFG 60-89 ml/mnt (disertai peningkatan tekanan darah), penurunan LFG
3
sedang 30-59 ml/mnt (disertai hiperfosfatemia, hipokalcemia, anemia,
hiperparatiroid, hipertensi), penurunan LFG berat 15-29 ml/mnt (disertai
malnutrisi, asidosis metabolic, cendrung hiperkalemia dan dislipidemia) dan gagal
ginjal (WHO, 2010).
Pada pasien gagal ginjal kronik ini akan mengalami Penurunan Glomerular
Filtration Rate (GFR) yang dapat menimbulkan gangguan faal ginjal dan
endokrin. Hal ini akan menimbulkan penyakit penyerta sehingga dapat
mengancam kehidupan. Hasil penelitian Sutarka, Suwitra, Loekman, et al. (2010)
menunjukkan bahwa 40% penderita GGK dengan rata-rata LFG 33 ml/ menit/
1,73 m² menunjukkan adanya kalsifikasi arteri koroner dibandingkan 13 % pada
penderita tanpa kelainan ginjal. Meninjau dari dampak yang dapat ditimbulkan
dari GGK, maka diperlukan penatalaksanaan komprehensif bagi kelangsungan
hidup penderita. Penatalaksanaan GGK tahap akhir yaitu memberikan terapi yang
dapat menggantikan fungsi ginjalnya (Wulan & Emaliyawati, 2018). Selain itu,
kepatuhan dalam pembatasan cairan pada penderita GGK juga sangat diperlukan
untuk menjaga kelangsungan hidup pasien sebagai bagian dari preskripsi
pengobatannya. Salah satu cara untuk meningkatkan kepatuhan pasien dalam
pembatasan asupan cairan adalah dengan meningkatkan pemahaman pasien
mengenai pentingnya pembatasan asupan cairan pada pasien yang menjalani
hemodialisa. Pemahaman materi konseling yang baik dapat mempengaruhi sikap
pasien sehingga pasien lebih patuh dalam pembatasan asupan cairan (Goyena,
2019). Tanpa adanya pembatasan asupan cairan, akan mengakibatkan cairan
menumpuk dan akan menimbulkan edema di sekitar tubuh. Kondisi ini akan
membuat tekanan darah meningkat dan memperberat kerja jantung (Ratnawati,
2014).
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah sistolik
lebih atau sama dengan 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih atau sama
dengan 90 mmHg atau mengkonsumsi obat anti hipertensi. Hipertensi tidak
hanya berisiko tinggi menderita penyakit jantung, tetapi juga menderita penyakit
lain seperti penyakit saraf, ginjal, pembuluh darah dan makin tinggi tekanan darah
makin besar resikonya (Giena, 2018).
4
Penumpukan cairan juga akan masuk ke paru-paru sehingga membuat pasien
mengalami sesak nafas. Oleh karena itu, pasien GGK perlu mengontrol dan
membatasi jumlah asupan cairan yang masuk dalam tubuhnya. Pembatasan
asupan cairan ini penting agar pasien yang menderita GGK tetap merasa
nyaman pada saat sebelum dan sesudah terapi hemodialisa. Kepatuhan terhadap
pengontrolan diet dan pembatasan asupan cairan merupakan faktor yang sangat
penting dalam menentukan tingkat kesehatan dan kesejahteraan pasien dengan
hemodialisis kronis (Kaswari 2015).
Pasien yang menjalani terapi hemodialisa jangka panjang sering merasa khawatir
akan kondisi sakitnya yang tidak dapat diramalkan. Perubahan gaya hidup dan
pembatasan asupan makanan dan cairan pada pasien GGK, sering menghilangkan
semangat hidup pasien sehingga dapat mempengaruhi kepatuhan pasien dalam
pembatasan asupan cairannya, seperti yang didukung oleh penelitian Karundeng
(2015), adanya hubungan yang sangat bermakna antara kepatuhan pasien
dengan keteraturan tindakan haemodialisa. Hal ini menunjukkan, pasien yang
patuh dalam melakukan tindakan pengobatan sebagai perilaku seseorang untuk
menjaga dan memelihara kesehatan agar tidak sakit dan usaha penyembuhan
bilamana sakit.
Berdasarkan study pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti, data yang
diperoleh dari rekam medis di ruang hemodialisa di RSUD Ir.Soekarno Sukoharjo
sebanyak 140 orang melakukan terapi hemodialisa selama 2x dalam seminggu,
berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti terdapat 6 dari 10 pasien
(60%) yang tidak patuh terhadap pembatasan cairan. Sedangkan 4 dari 10 pasien
(40%) mereka patuh terhadap pembatasan cairannya. Berdasarkan data dan uraian
diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian guna mengetahui
hubungan kepatuhan pembatasan cairan terhadap tekanan darah pasien
hemodialisa. Penulis tertarik melakukan penelitian dan menyusun skripsi dengan
judul “Hubungan Kepatuhan Pembatasan Cairan Terhadap Tekanan Darah Pasien
Hemodialisa Di RSUD Ir. Soekarno Kabupaten Sukoharjo
2. METODE
5
Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif korelatif. Penelitian ini
dilaksanakan pada tanggal 23 – 27 Desember 2019 di ruang hemodialisa di
RSUD Ir.Soekarno Kabupaten Sukoharjo. Populasi pada penelitian ini adalah 176
pasien yang menjalani terapi hemodialisa di RSUD Ir.Soekarno Kabupaten
Sukoharjo. Sampel yang digunakan adalah 64 pasien dengan teknik purposive
sampling . Penelitian ini menggunakan instrumen kuisioner kepatuhan
pembatasan cairan dan lembar observasi .
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Karakteristik Responden
Tabel 1 Distribusi Karakteristik Frekuensi
No Karakteristik Responden Frekuensi Persentase (%)
1. Usia
< 25 tahun 4 6,3
26 – 35 tahun 3 4,7
36 – 45 tahun 20 31,3
46 – 55 tahun 18 28,1
56 – 65 tahun 14 21,9
2.
> 66 tahun
Jenis Kelamin
5 7,8
Laki – laki 32 50,0
Perempuan 32 50,0
3. Status Perkawinan
Belum menikah 6 9,4
Menikah 57 89,1
Janda 1 1,6
4. Pendidikan
Tidak sekolah 3 4,7
SD 30 46,9
SMP 19 29,7
SMA 8 12,5
Perguruan Tinggi 4 6,3
5. Lama Hemodialisa
< 1 tahun 33 51,6
2 – 5 tahun 21 32,8
6 – 10 tahun 8 12,5
> 11 tahun 2 3,1
6. Pekerjaan
Tidak Bekerja 42 65,6
Ibu Rumah Tangga 13 20,3
Swasta 8 12,5
6
Perangkat Desa 1 1,6
Total 64 100,0
Berdasarkan tabel 1. Tentang distribusi frekuensi karakteristik
responden di RSUD Ir.Soekarno Kabupaten Sukoharjo menunjukkan bahwa
karakteristik responden berdasarkan usia terbanyak yaitu 36 – 45 tahun
sebanyak 20 (31,3%) responden. Karakteristik berdasarkan jenis kelamin
yaitu laki- laki 32 (50,0%) responden dan perempuan 32 (50,0%)..
Karakteriktik berdasarkan tingkat pendidikan terbanyak adalah SD sebanyak
30 (46,9%) responden. Karakteristik berdasarkan status pernikahan terbanyak
adalah menikah yaitu sebanyak 57 (89,1%) responden. Karakteristik
berdasarkan pekerjaan terbanyak adalah tidak bekerja yaitu sebanyak 42
(65,6%) responden. Karakteristik berdasarkan lama hemodialisa terbanyak ≤ 1
tahun sebanyak 31 (51,6%).
3.2 Analisa Bivariat
Tabel 2. Tabulasi Silang Tingkat Kepatuhan Pembatasan Cairan Terhadap
Tekanan Darah Sistolik
Variabel
Sistolik
Jml χ2
P
value
Contingency
Coefficient Pre
hipertensi
Hipertensi
I
Hipertensi
II
Patuh 5 0 31 33 4,181 0.041 0,248
Tidak
Patuh
10 0 18 28
Jumlah 15 0 49 64
Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa presentase tertinggi adalah
pasien dengan kepatuhan pembatasan cairan yang patuh dengan tekanan
darah sistolik pada hipertensi II yaitu sebanyak 31 responden. Hasil uji Chi-
Square diperoleh angka signifikan nilai probabilitas (p-value) 0,041 > 0,05.
Berdasarkan kriteria tersebut menunjukkan bahwa hipotesis nol ditolak dan
secara statistik ada hubungan antara tingkat kepatuhan pembatasan cairan
dengan tekanan dareah sistolik pasien hemodialisa RSUD Ir. Soekarno
Sukoharjo secara signifikan .
Tabel 3. Distribusi Tingkat Kepatuhan Pembatasan Cairan Terhadap
Tekanan Daerah Diastolik
Variabel
Diastolik
Jml χ2
P
value
Contingency
Coefficient Pre
Hipertensi
Hipertensi
I
Hipertensi
II
7
Patuh 12 0 24 36 4,765 0.029 0,263
Tidak
Patuh
17 0 11 28
Jumlah 29 0 35 64
Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa presentase tertinggi adalah
pasien dengan kepatuhan pembatasan cairan yang patuh dengan tekanan
darah diastolik pada hipertensi II yaitu sebanyak 24 responden. Hasil
perhitungan uji Chi Square menggunakan program SPSS 18.00 for
windows diperoleh nilai χ2
hitung sebesar 4,765 > χ2
tabel (3,84) dan nilai
probabilitas (p-value) 0,029 > 0,05. Berdasarkan kriteria tersebut
menunjukkan bahwa hipotesis nol ditolak dan secara statistik ada
hubungan antara tingkat kepatuhan pembatasan cairan dengan tekanan
dareah diastolik pasien hemodialisa RSUD Ir. Soekarno Sukoharjo secara
signifikan.
3.3. Pembahasan
3.3.1. Tingkat Kepatuhan Pembatasan Cairan
Hasil penelitian yang dilakukan pada pasien hemodialisa
RSUD Ir. Soekarno Sukoharjo sebagian besar tidak patuh 33
responden (51,6%). Hasil penelitian ini sebanyak 31 responden
(48,4%) patuh. Kepatuhan dimaknai sebagai perilaku seseorang
dalam meminum obat, mengikuti anjuran diet dan atau melakukan
perubahan gaya hidup yang sesuai dengan rekomendasi dari tenaga
kesehatan profesional (Hartati, 2016).
Kepatuhan diet gagal ginjal pada umumnya dipengaruhi faktor
pasien gagal ginjal kronik dalam menjalankan diet selain usia,
pendidikan dan pekerjaan ada faktor lain diantaranya ekonomi,
pengalaman, psikologis, keluarga (Sumilati dan Soleha, 2015).
Perilaku kontrol yang baik terhadap pembatasan asupan cairan
dapat dipengaruhi oleh pemberian konseling diet dan cairan. Maka
dari itu, pemberian konseling diet dan cairan setiap kali pasien
menjalani HD perlu dilakukan. Hal ini sesuai dengan penelitian
8
Tanujiarso, Ismonah dan Supriyadi (2014) yang menunjukkan
bahwa pemberian konseling diet cairan terbukti efektif terhadap
pengontrolan IDWG pada pasien GGK yang menjalani HD.
Peneliti menilai kepatuhan pasien dalam mengontrol intake
(asupan) cairan yang ada di ruang hemodialisa RSUD Ir. Soekarno
Sukoharjo berdasarkan kuisioner dengan cheklist yang berisi 16
pertanyaan mengenai kepatuhan pasien dalam mengontrol asupan
cairan dengan menggunakan pengukuran Skala Guttman yang
dimana hasilnya berada pada kategori tidak patuh hampir separuh
dari jumlah pasien yaitu 51,6%, hal ini dikarenakan sebagian
responden kurang termotivasi dalam mengontrol asupan cairan dan
pasien memiliki pemikiran sendiri bahwa terapi yang dijalani tidak
akan meningkatkan derajat kesehatannya atau mengembalikan
kesehatan pasien seperti semula.
3.3.2. Tekanan darah Pasien Hemodialisa
Terdapat dua aspek dari tekanan darah yang dinilai secara
terpisah yaitu sistolik dan diastolik. Hasil penelitian yang
dilakukan pada pasien hemodialisa RSUD Ir. Soekarno Sukoharjo
menunjukan mean sistol 153,59 mmHg dan diastol 86,09.
3.3.3. Berat Badan Post Hemodialisa Sebelumnya dan Pre Hemodialisa
Sekarang
Hasil penelitian yang dilakukan pada pasien hemodialisa RSUD Ir.
Soekarno Sukoharjo menunjukan mean berat badan post HD
sebelumnya pada pasien hemodialisa adalah 53.56 sedangkan berat
badan pre HD sekarang adalah 55,57.
3.3.4. Hubungan Tingkat Kepatuhan Pembatasan Cairan terhadap
Tekanan Darah
Hasil analisis chi square menunjukkan adanya hubungan
antara tingkat kepatuhan pembatasan cairan terhadap tekanan
darah sistolik dan diastolik pasien hemodialisa RSUD Ir.
Soekarno Sukoharjo diperoleh nilai p value 0,041 dan 0,029 lebih
9
kecil dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa dengan adanya
kepatuhan pembatasan cairan mempengaruhi tingkanan darah
pasien hemodialisa. Sehingga hal ini dapat disimpulkan bahwa
semakin responden patuh maka tekanan darah akan normal,
sebaliknya jika responden tidak patuh maka akan meningkatkan
tekanan darah. Hal ini sesuai dengan teori Tamas (2011)
ketidakpatuhan tejadi dikarenakan, lupa, kecerobohan,
Menghentikan obat ketika merasa lebih baik dan merasa lebih
buruk. Lupa dan bosan merupakan hal yang biasa dalam
kehidupan manusia, sehingga untuk mencapai suatu tujuan
tertentu seperti pengobatan sangat dibutuhkan pengetahuan dan
motivasi. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian
Fazriansyah (2018) terdapat ketidakpatuhan dalam menjalani
hemodialisis mengakibatkan peningkatan IDWG yang kemudian
berakibat pada peningkatan hospitalisasi dan mortalitas.
Menurut (Hakiki, 2015) faktor-faktor yang memengaruhi
kepatuhan pasien dalam mengontrol intake (asupan) cairan pada
pasien yang menjalani terapi hemodialisis yaitu pendidikan, jenis
kelamin, keterlibatan tenaga kesehatan, keterlibatan keluarga
pasien, konsep diri pasien, pengetahuan pasien, manajemen diri
pasien itu sendiri. Hasil penelitian ini menunjukkan sebanyak 30
responden (46,9%) berpendidikan Sekolah Dasar. Responden
dalam penelitian ini 33 responden tidak patuh dalam pembatasan
cairan dan sebanyak 24 responden mempunyai tekanan darah
hipertensi II. Menurut Nursalam (2001) tidak dapat dipungkiri
bahwa jika seseorang tingkat pendidikannya tinggi maka semakin
mudah pula pengetahuan yang di miliki. Semakin rendah
pendidikan maka akan semakin sulit menerima informasi
khususnya kesehatan, sebaliknya semakin tinggi pendidikan maka
akan semakin mudah menerima informasi kesehatan
10
4. PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada bab sebelumnya tentang hubungan pola asuh dengan
kecerdasan emosi anak dapat hasil disimpulkan sebagai berikut :
1. Karakteristik responden pasien hemodialisa RSUD Ir. Soekarno
Sukoharjo sebagian besar berusia antara 36 tahun sampai 46 tahun
sebanyak 20 responden, pasien laki-laki dan perempuan seimbang
yaitu masing-masing 32 responden, latar belakang pendidikan
sebagian besar adalah SD 30 responden, dengan di dominasi lama
hemodialisa kurang dari satu tahun yaitu sebanyak 33 responden.
2. Tingkat kepatuhan pembatasan cairan pasien hemodialisa RSUD Ir.
Soekarno Kabupaten Sukoharjo sebagian besar tidak patuh 33
responden dan yang patuh 31 responden.
3. Tekanan darah pasien hemodialisa di RSUD Ir. Soekarno Kabupaten
Sukoharjo menunjukan mean sistol 153,59 mmHg dan diastol 86,09 .
4. Ada hubungan kepatuhan pembatasan cairan terhadap tekanan darah
pasien hemodialisa di RSUD Ir. Soekarno Kabupaten Sukoharjo.
4.2. Saran
1. Bagi Rumah Sakit
Dapat dijadikan bahan pertimbangan dari pihak rumah sakit dalam
memberikan informasi gizi mengenai tingkat kepatuhan pembatasan
cairan.
2. Bagi institusi pendidikan, dapat mengembangkan ilmu pengetahuan
khususnya bidang keperawatan pemantauan tingkat kepatuhan
pembatasan cairan.
3. Bagi Perawat
Semoga hasil penelitian ini dapat memberi masukan dan informasi
tentang pentingnya menjaga tingkat kepatuhan pembataan cairan
terhadap tekanan darah sehingga dapat dijadikan acuan dalam
pengontrolan dan pemeriksaan kesehatan pasien hemodialisa.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
11
Peneliti selanjutnya diharapkan dapat memperluas populasi penelitian
tidak hanya di satu rumah sakit saja, tetapi bisa meneliti di seluruh
rumah sakit wilayah Sukoharjo.
DAFTAR PUSTAKA
Aisara, S, Azmi S dan Yanni M. 2018. Gambaran Klinis Penderita Penyakit
Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis di RSUP Dr. M. Djamil
Padang..Jurnal.Kesehatan.Andalas.(7)1.
DOI: https://doi.org/10.25077/jka.v7.i1.p42-50.2018
Giena V.P, Wulandari D, Keraman B., 2018. Hubungan Hipertensi Dengan
Stadium Gagal Ginjalkronik Pada Pasien Dewasa Yang Berobat Di
Unithemodialisa RSUD DR. M. Yunus Bengkulu Tahun 2017. CHMK
Nursing Scientific Journal Volume 2 Nomor 1, April http://cyber-
chmk.net/ojs/index.php/ners/article/view/352
Herwati dan Sartika,2014. Terkontrolnya Tekanan Darah Penderita Hipertensi
berdasarkan pola Diet dan Kebiasaan Olahraga Di Padang Tahun 2011.
Jurnal KesehatanMasyarakat, September 2013 - Maret 2014, Vol. 8, No. 1
https://doi.org/10.24893/jkma.v8i1.118
Holley, J.F. Berns, J.S. dan Post, T.W. 2007. Acute Complications during
Hemodialysis. Hemodialysis. https://www.uptodate.com/contents/acute-
complications-during-hemodialysis
Karundeng, Y. 2015. Hubungan Kepatuhan Pasien Gagal Ginjal Kronik Dengan
Keteraturan Tindakan Haemodialisa di BLU RSUP PROF Dr. R.D Kandou
Manado. JUIPERDO, VOL 4, N0. 1 Maret 2015. https://ejurnal.poltekkes-
manado.ac.id/index.php/juiperdo/article/view/170
Kurniawati, A dan Asikin, A, 2018 Gambaran Tingkat Pengetahuan Penyakit
Ginjal Dan Terapi Diet Ginjal Dan Kualitas Hidup Pasien Hemodialisis Di
Rumkital Dr. Ramelan Surabaya. Amerta Nutr (2018) 125-135. DOI :
10.2473/amnt.v2i2.2018.125-
135 http://dx.doi.org/10.20473/amnt.v2i2.2018.125-135
12
Philip et. al, 2018. Chronic Kidney Disease in Diabetes. Canadian Journal of
Diabetes 42 (2018) S201–S209. journal homepage:
https://doi.org/10.1016/j.jcjd.2017.11.004
Sumigar G, Rompas S, Pondaag L. 2016. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan
Kepatuhan Diet Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik di Irina C2 dan C4
RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. ejournal Keperawatan (e-Kep)
[series online] 2015 [cited 19 Desember 2016];3(1). Available from: URL:
http:// ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jkp/article/view/6686
Supadmi, W. 2011. Evaluasi Penggunaan Obat Anti Hipertensi Pada Pasien
Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisis. Pharmaciana, Vol. 1.,
No.1.: Yogyakarta. DOI: http://dx.doi.org/10.12928/pharmaciana.v1i1.517
Suwitra, K. 2006. Penyakit Ginjal Kronik. Dalam: Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B.,
Alwi, I., Marcellus, S.K., Setiati, S., Edisi keempat. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid I. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit
Dalam FKUI, 570-573.
Syamsiah, N. 2011. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan kepatuhan
pasien CKD menjalani Haemodialisa. Tesis tidak dipublikasikan. Jakarta:
Program Pascasarjana Universitas Indonesia,
Jakarta.http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20281994-
T%20Nita%20Syamsiah.pdf
Tjekyan, R.M Suryadi. 2014. Prevalensi dan Faktor Risiko Penyakit Ginjal
Kronik di RSUP Dr.Muhammad Hoesin Palembang 2012.Bagian Ilmu
Kesehatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Sriwijaya, pp. 277
https://ejournal.unsri.ac.id/index.php/mks/article/view/2719
Tuloli T.S., madania, Mustapa M.A, Tuli E.P. 2019. Evaluasi Penggunaan Obat
Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisis Di RSUD
Toto Kabila Periode 2017-2018. Vol 8 (2) 2019 pp 25-32. p-ISSN: 2089-
5313.e-ISSN:2549-5062.
http://ejournal.poltektegal.ac.id/index.php/parapemikir
Wiliyanarti P.F, Muhith A, 2019. Life Experience Of Chronic Kidney Diseases
Undergoing Hemodialysis Therapy. NurseLine Journal. Vol. 4 No. 1 Mei
13
2019.p-ISSN.2540-7937.e-ISSN.2541-464X
https://doi.org/10.19184/nlj.v4i1.9701
World Health Organization (WHO). 2010. Global Status Report on
Noncommunicable.Diseases.2010.
https://www.who.int/nmh/publications/ncd_report2010/en/
Wulan S.N, Emaliyawati E., 2018. Kepatuhan Pembatasan Cairan dan Diet
Rendah Garam (Natrium) pada Pasien GGK yang Menjalani Hemodialisa;
Perspektif Health Belief Model. Faletehan Health Journal, 5 (3) (2018) 99-
106.ISSN 2088-673X | e-ISSN 2597-8667.https://doi.org/10.33746/fhj.v5i3.15
.