bab ii kajian pustaka 2.1 pengertian...
TRANSCRIPT
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Hygiene
Hygiene adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi
kebersihan subjeknya seperti mencuci tangan dengan air bersih dan sabun untuk
melindungi kebersihan tangan, mencuci pring untuk melindungi kebersihan
piring, membuang bagian makanan yang rusak untuk melindungi keutuhan
makanan secara keseluruhan (Depkes RI, 2004).
Hygiene adalah suatu usaha untuk pencegahan penyakit yang
menitikberatkan pada usaha kesehatan perseorangan atau manusia beserta
lingkungan tempat orang tersebut berada (Widyati, 2002 dalam Chenlyana Lina,
2007)
2.2.2 Jenis – Jenis Hygiene
Jenis – jenis Hygiene dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu (Laode,
2010) :
a) Hygiene perorangan
Hygiene perorangan mencakup semua segi kebersihan dari pribadi
karyawan (penjamah makanan) tersebut. Menjaga hygiene perorangan berarti
menjaga kebiasaan hidup bersih dan menjaga kebersihan seluruh anggota tubuh
yang meliputi :
1. Mandi dengan teratur, bersih dan sehat sebelum memasuki ruangan dapur.
2. Mencuci tangan sebelum dan sesudah menjamah makanan.
3. Kuku dipotong pendek dan tidak di cat(kutex).
4. Rambut pendek dan bersih (selalu memakai karpus (topi khusus juru
masak atau penutup kepala lainnya.
5. Wajah, tidak menggunakan kosmetik secara berlebihan.
6. Hidung, tidak meraba-raba hidung sambil bekerja dan tidak menyeka
wajah dengan menggunakan tangan tetapi menggunakan sapu tangan.
7. Mulut, menjaga kebersihan mulut dan gigi, tidak merokok saat mengolah
makanan, jangan batuk menghadap makanan, tidak mencicipi makanan
langsung dari alat memasak.
8. Kaki, mempergunakan sepatu dengan ukuran yang sesuai, kaos kaki
diganti setiap hari, kuku jari harus dipotong pendek.
b) Hygiene Makanan
Bahan makanan yang dipergunakan dalam pengelolaan makanan sebagian
besar berupa bahan makanan nabati yang berasal dari tumbuh-tumbuhan seperti
sayur, buah. Sedang bahan hewani berasal dari binatang seperti daging, unggas,
ikan dan lain-lain. Bahan makanan hewani lebih mudah busuk/rusak jika
dibandingkan dengan bahan makanan nabati. Namun demikian, dengan kemajuan
teknologi saat ini, banyak ditemukan teknik pengawetan bahan makanan sehingga
dapat mempertahankan dan memperpannjang masa penyimpanan bahan makanan
tersebut. Penyimpanan bahan makanan dikelompokkan berdasarkan ;
1. Bahan tahan lama (Groceries) berupa beras, gula, bumbu kering, minyak
goreng, dan makanan dalam kaleng atau botol.
2. Bahan mudah rusak (Perishables). Bahan ini sebagian besar terdiri dari
bahan makanan segar dan mudah rusak seperti : sayuran dan buah segar,
telur , susu segar, daging dan unggas, ikan dan hasil laut lainnya.
2.2 Pengertian Sanitasi
Sanitsi adalah upaya kesehatan dengan cara memeliharan dan melindungi
kesehatan lingkungan dari subjeknya misalnya, menyediakan air yang bersih
untuk keperluan mencuci tangan, menyediakan tempat sampah untuk mewadahi
sampah agar sampah tidak dibuang sembarangan (Depkes, 2004)
Sanitasi makanan adalah untuk mencegah kontaminasi makanan dengan
zat-zat yang dapat mengakibatkan gangguan kesehatan diperlukan penerapan
sanitasimakanan. Sanitasi makanan adalah usaha untuk mengamankan dan
menyelamatkanmakanan agar tetap bersih, sehat dan aman ( Mulia, 2005)
Masalah sanitasi sangatlah luas, pada minuman ataupun makanan dibatasi
pada pengolahan minuman ataupun makanan yang meliputi sanitasi peralatan dan
sanitasi air
1. Sanitasi Peralatan
Peralatan yang mengalami kontak langsung dengan minuman atau makanan
harus diperhatikan untuk menjamin mutu dan keamanan produk yang dihasilkan.
Persyaratan peralatan yang digunakan dalam proses produksi adalah :
a. Sesuai dengan jenis produksi
b. Permukaan yang berhubungan langsung dengan minuman atau makanan
halus, tidak berlubang, tidak mengelupas, tidak menyerap air, dan tidak
berkarat.
c. Tidak mencemari minuman atau makanan dengan mikroorganisme.
d. Mudah dibersihkan, didisinfektan, dan dipelihara untuk mencegah
pencemaran terhadap makanan.
e. Bahan tahan lama, tidak beracun dan mudah dipindahkan atau dilepas
(Siti Fathonah, 2005).
Untuk dapat menyusun program sanitasi yang efektif maka suatu sarana
pengolahan sebaiknya memiliki alat dengan disain dan penempatan yang baik dan
memudahkan proses pembersihan dan sanitasinya. Secara umum tahap-tahap
pembersihan meliputi:
a. Penghilangan sisa makanan atau kotoran yang nampak
b. Penggunaan senyawa pembersih untuk menghilangkan kotoran yang
terlihat
c. Pembilasan akhir untuk menghilangkan sisa-sisa senyawa pembersih
(Depkes, 2004)
2. Sanitasi Air
Air merupakan faktor yang sangat menentukan kualitas dari makanan atau
minuman, karena air digunakan sebagai bahan baku untuk memasak, mencuci
bahan-bahan makanan, mencuci alat-alat makanan dan minuman dan sebagainya.
Apabila air yang tersedia tidak memenuhi persyaratan yang diperlukan, maka
dimungkinkan makanan dan minuman yang diolah menjadi terkontaminasi oleh
bakteri-bakteri yang patogen. Persyaratan kualitas air bersih untuk parameter fisik
adalah tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa (Dewi Sussana dan Budi
Hartono, 2003).
Fungsi air adalah sebagai pembawa detergen atau bahan pembersih ke
permukaan alat tempat mengolah bahan pangan sekaligus melarutkan bahan
cemaran dari permukaan tersebut. Ketersediaan air bersih menurut persyaratan
yang telah ditetapkan oleh Permenkes yang berlaku, sebaiknya berjumlah cukup
memadai untuk seluruh kegiatan dan tersedia pada setiap tempat kegiatan selain
tidak mengandung jasad renik patogen. Selanjutnya, air jangan dibiarkan sebagai
sumber pencemaaran. Pasokan air bersih harus memenuhi standar baku analisis
bakteriologis yang ditetapkan berdasarkan hitungan bakteri Escherichia coli, yaitu
2 per 100 cc selain penilaian terhadap sanitasi dan keadan lingkungan (Arisman,
2009).
Hygiene dan sanitasi tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena erat
kaitannya. Misalnya, hygienenya sudah baik karena mau mencuci tangan, tetapi
sanitasinya tidak mendukung karena tidak cukup air bersih, maka mencuci tangan
tidak sempurna (Depkes, 2004)
2.3 Hygiene Sanitasi Makanan dan Minuman
Menurut Kepmenkes RI No. 715/Menkes/SK/V/2003 bahwa hygiene
sanitasi makanan dan minuman adalah upaya untuk mengendalikan faktor
makanan dan minuman, orang, tempat dan perlengkapannya yang dapat atau
mungkin dapat menimbulkan penyakit atau gangguan kesehatan.
Makanan dan minuman termasuk kebutuhan dasar terpenting dan sangat
esensial dalam kehidupan manusia karena merupakan sumber energi satu-satunya.
Sehingga apapun yang disajikan sebagai makanan maupun manusia haruslah
memenuhi syarat utama yaitu cita rasa makanan dan keamanan makanan dalam
arti makanan tidak mengandung zat atau mikroorganisme yang dapat mengganggu
kesehatan tubuh.
Makanan jajanan adalah makanan dan minuman yang diolah oleh
pengrajin makanan ditempat penjualan dan atau disajikan sebagai makanan siap
santap untuk dijual bagi umum selain yang disajiakan jasa boga, rumah
makan/restoran, dan hotel (Depkes, 2003).
Minuman es buah merupakan salah satu jenis jajanan yang yang tersebar
luas penjualannya dikalangan masyarakat, dengan harga relatif murah dan
manfaat yang dapat dinikmati oleh konsumen. Umumnya dijual oleh pedagang
kaki lima yang rentan dengan pencemaran secara fisik, kimia, biologi, baik dalam
tahap pengolahan sampai tahap penjualan.
Hygiene sanitasi adalah upaya untuk mengendalikan factor makanan,
orang, tempat dan perlengkapannya yang dapat atau mungkin dapat menimbulkan
penyakit atau gangguan kesehatan. Persyratan hyigiene sanitasi adalah ketentuan
tekhnis yang ditetapkan terhadap produk rumah makan, restoran, personel dan
perlengkapannya yang meliputi persyratan biologis, kimia, dan fisika (Depkes RI,
2003)
2.3.1 Tujuan Hygiene dan Sanitasi
Tujuan dari hygiene dan sanitasi dalam penyelengaraan minuman atau makanan :
a. Tersedianya minuman atau makanan yang berkualitas baik dan aman bagi
kesehatan konsumen.
b. Menurunkan kejadian resiko penularan penyakit atau gangguan kesehatan
melalui minuman atau makanan.
c. Terwujudnya perilaku yang sehat dan benar dalam penanganan minuman
atau makanan. (Ni Wayan Rapiasih, 2009).
2.3.2 Manfaat Penerapan Hygiene dan Sanitasi
Manfaat dari penerapan hygiene dan sanitasi makanan adalah :
a. Menyediakan minuman atau makanan yang sehat dan aman untuk
dikonsumsi.
b. Mencegah penyakit menular.
c. Mencegah timbulnya bau yang tidak sedap.
d. Menghindari pencemaran.
e. Mengurangi jumlah (prosentase) sakit.
f. Lingkungan menjadi bersih, sehat dan nyaman (Siti Fathonah,2005).
2.4 Hygiene Sanitasi Pengolahan Makanan dan Minuman
Pengertian dari prinsip hygiene sanitasi pengolahan makanan dan
minuman adalah pengendalian terhadap tempat/bangunan, peralatan, orang, dan
bahan makanan (Sonya, 2009). Makanan adalah kebutuhan pokok manusia yang
diperlukan setiap saat dan harus ditangani dan dikelola dengan baik dan benar
agar bermanfaat bagi tubuh. Pengolahan yang baik dan benar pada dasarnya
adalah mengelola makanan makanan berdasarkan kaidah-kaidah dari prinsip
hygiene sanitaasi makanan.
Prinsip-prinsip ini penting untuk diketahui karena berperan besar sebagai
faktor kunci keberhasilan usaha makanan yang telah tumbuh dan berkembang
dengan baik, jika melalaikan prinsip-prinsip hygiene sanitasi makanan dan
minuman, besar kemungkinan pada suatu saat akan merugi (Hiasinta A, 2001)
Pengolahan makanan adalah proses pengubahan bentuk dari bahan mentah
menjadi yang siap saji. Pengolahan makanan yang baik adalah yang mengikuti
kaidah dari prinsip-prinsip hygiene sanitasi makanan (Depkes, 2003). Dalam
proses pengolahan makanan, harus memenuhi persyaratan hygiene sanitasi
terutama menjaga kebersihan peralatan masak yang digunakan, tempat
pengolahan serta kebersihan penjamah makanan (Kusmayadi, 2008)
2.4.1 Penjamah Makanan
Penjamah makanan adalah seorang tenaga kerja yang menjamah mulai dari
persiapan, mengolah, dan menyimpan, mengangkut maupun dalam penyajian
makanan. Pengetahuan, sikap dan tindakan seorang penjamah mempengaruhi
kualitas makanan yang disajikan penjamah yang sedang flu, demam dan diare
sebaiknya tidak dilibatkan dulu dalam proses pengolahan makanan.
Jika terjadi luka, penjamah harus menutup luka dengan pelindung kedap air
misalnya, plester atau sarung tangan plastik (Kusmayadi, 2008)
Syarat-syarat penjamah makanan (Depkes, 2003) :
1. Menjaga kebersihan rambut, tangan, kuku, dan pakaian.
2. Memakai tutup kepala dan celemek.
3. Mencuci tangan setiap kali menangani makanan.
4. Menjamah makanan harus memakai alat/perlengkapan atau dengan alas
tangan.
5. Tidak merokok dan menggaruk badan.
6. Tidak bercakap-cakap saat mengolah makanan dan minuman.
7. Mencuci tangan setiap kali mengolah makanan dan minuman.
2.4.4.1 Tata Tertib Penjamah Makanan
Mengingat penjamah merupakan sumber kontaminan yang potensial dalam
memindahkan cemaran, maka diperlukan program tentang hygiene penjamah dan
tata tertib selama berada dalam proses pengolahan makanan. Tata tertib tersebut
antara lain:
1. Setiap penjamah yang sedang terjangkit penyakit menular hendaknya tidak
diperkenankan bekerja. Pekerja yang bersangkutan perlu istirahat sampai
penyakitnya betul-betul telah sembuh, jika perlu dilakukan pemeriksaan 6
bulan sekali.
2. Penjamah yang menderita luka-luka terbuka, luka bakar, dan penyakit
infeksi bakterial lainnya tidak diperkenankan untuk mengolah makanan.
Pekerja demikian hendaknya tidak menyentuh bahan baku ataupun
peralatan yang kemungkinan akan kontak dengan pangan bahan bakunya
selama pengolahan.
3. Semua penjamah diharuskan mencuci tangan dengan air bersih bersuhu
40-49°C dan sabun setiap keluar dari kamar mandi dan WC.
4. Penjamah dilarang meludah di lingkungan pengolahan pangan.
5. Penjamah harus membersihkan tangannya dengan cara selalu mencuci
tangan sebelum mulai bekerja. Setiap saat disadari bahwa tangannya kotor,
maka perlu dicuci dengan air bersih yang mengalir.
6. Tangan harus dicuci kembali dengan air bersih dan sabun setiap kali
digunakan untuk melakukan sesuatu atau memegang sesuatu yang tidak
saniter. Misalnya setelah tangan digunakan untuk membersihkan mulut,
hidung atau menutup hidung dan mulut sewaktu bersin, setelah menangani
bahan hewani, setelah membuang sampah.
7. Penjamah harus mengenakan pakaian yang bersih dan sopan. Umumnya
pakaian yang berwarna terang (putih) sangat dianjurkan terutama yang
mengolah makanan. Hal ini disebabkan karena dengan warna putih maka
akan lebih mudah dideteksi adanya kotoran-kotoran yang mungkin
terdapat pada baju, dan hendaknya menggunakan pakaian yang berlengan
menutupi bahu dan ketiak pekerja.
8. Penjamah makanan hendaknya tidak mengenakan jam tangan, kalung,
anting, cincin dan lain-lain benda kecil yang mudah putus dan hilang.
9. Penjamah hendaknya selalu menggunakan topi, jaring ataupun penutup
rambut lainnya untuk melindungi kemungkinan jatuhnya dan atau ketombe
alat pengolahan ataupun ke dalam adonan. Disamping itu, topi dan
penutup rambut juga bisa membantu menyerap keringat.
10. Penjamah harus memelihara kebersihan kuku-kuku tangan (juga kaki),
dengan cara dipotong pendek dengan rapi dan bersih. Dan tidak
menggunakan cat kuku, jika terpaksa harus menggunakan sarung tangan
karet.
11. Selama berada di lingkungan pengolahan makanan, khususnya selama
mengolah makanan penjamah tidak diperkenankan merokok, makan
ataupun minum.
12. Jika memegang makanan yang telah siap untuk disantap, gunakan alat
untuk mengambil jangan dengan tangan.
13. Memegang pisau, sendok, dan garpu pada pegangannya, piring pada
tepinya dan gelas pada pegangannya (Agustina, 2005).
2.4.2 Persiapan Tempat Pengolahan
Tempat pengolahan makanan yang digunakan harus memenuhi standar
dan persyaratan hygiene sanitasi untuk mencegah resiko pencemaran terhadap
makanan. Beberapa hal yang penting dalam persiapan tempat pengolahan adalah:
1. Ventilasi harus cukup baik agar udara dapat keluar masuk dengan
sempurna, yaitu 10 % dari luas ruangan.
2. Lantai, dinding dan ruangan bersih dan terpelihara agar menekan
kemungkinan pencemaran terhadap makanan.
3. Ruangan bebas dari berbagai vektor sebagai sumber pencemar yang
cukup potensial terhadap makanan.
4. Tersedia tempat mencuci tangan dan peralatan
5. Tersedia tempat pembuangan sampah
2.4.3 Peralatan dan Bahan Pengolahan Minuman
Peralatan/perlengkapan yang diperlukan dalam proses pengolahan seperti
sendok, baskom, toples dan lain-lainnya perlu diperhatikan :
1. Bahan yang digunakan masih dalam keadaan baik, dalam bahan tidak
terdapat kotoran
2. Peralatan yang digunakan harus dalam kedaan bersih dan tidak retak,
setiap peralatan mempunyai fungsi tersendiri yang berbeda.
2.5 Es Buah
Es buah merupakan sebuah hidangan yang mengandung berbagai macam
buah-buahan yang disediakan sesuai selera. Biasanya komposisi buah-buahan
yang terkandung adalah buah papaya, nangka, apel, alvokat, melon dan lain
sebagainya sesuai selera, lalu mencampurkannya dengan kuah yang diberi sirop
(sop) dan dicampurkan dengan gula pasir juga susu cair dan bongkahan es batu
(sisca, 2008)
Buah selain enak dan segar rasanya, ternyata buah adalah salah satu jenis
makanan yang memiliki kandungan gizi, vitamin, dan mineral yang pada
umumnya sangat baik untuk dikonsumsi setiap hari, banyak varian buah-buahan
menjadi alternatif kuliner segar salah satunya adalah es buah.
2.5.1 Manfaat Es Buah
Buah adalah salah satu jenis makanan yang memiliki kandungan gizi,
vitamin dan mineral yang pada umumnya sangat baik untuk dikonsumsi setiap
hari. Dibandingkan dengan suplemen obat-obatan kimia yang dijual ditoko-toko,
buah jauh lebih aman tanpa efek samping yang berbahaya serta dari sisi harga
umumnya jauh lebih murah disbanding dengan suplemen yang mempunyai fungsi
yang sama( Sisca, 2008).
Dari penelitian yang telah dilakukan menunjukkan banyak buah-buahan
dan sayuran selain sarat mengandung vitamin dan mineral juga mengandung zat
nongizi yang ternyata manfaatnya besar bagi kesehatan. Zat nongizi yang
dimaksud adalah serat, phytokimia, dan lain-lain.
Dari penelitian yang telah dilakukan terungkap bahwa phytokimia dapat
menetralkan racun obat dan zat karsinogen dengan jalan menetralkan radikal
bebas, menghambat enzim yang mengaktifkan karsinogen sekaligus merangsang
enzim yang menetralkan zat karsinogen.
Buah-buah dan sayuran yang mengandung phytokimia di antaranya
bayam, kangkung, brokoli, sawi, kacang-kacangan, tomat, pepaya, anggur, jeruk,
wortel, dan lain-lain. Buah-buahan biasanya dikonsumsi segar. Sayuran diolah
dengan cara dimasak dengan sedikit air (ditumis) maupun berupa masakan
berkuah misalnya sup. Cara lain yang banyak dilakukan akhir-akhir ini yaitu
dalam bentuk es buah (Emma, 2007).
Banyak manfaat dari es buah antara lain sebagai penambah nutrisi bagi
tubuh, kaya akan vitamin karena terdiri akan brbagai macam buah-buhan,
melancarkan pencernaan, melancarkan buang air besar, kaya akan glukosa
(Bubun, 2009)
Beberapa komposisi es buah yang terdiri dari aneka buah-buahan yang
mirip dengan komposisi sayuran adalah (Annisa, 2009) :
1. Anggur : sumber vitamin A, B6 (thiamin), C, E, dan K(Kalium), asam
folat.
2. Strawberry : sumber serat, vitamin A, B, B12, mangan kalium dan asam
folat sebagian besar kalorinya berasal dari gula.
3. Apel : sumber serat, asam, alkohol, kalium, pektin, selulosa, vitamin A, C,
tinggi kalori dari gula.
4. Semangka : sumber vitamin C, A, asam folat sebagian kalorinya dari gula.
5. Alpukat : sumber mineral, vitamin A, C, tinggi lemak tak jenuh.
6. Papaya : sumber karbohidrat, lemak, protein, vitamin C, B, B2, kalsium,
fosfor, zat besi dan serat.
7. Melon : sumber serat, asam, alkohol, kalium pektin, selulosa, vitamin A,
C, tinggi kalori dari gula.
8. Kolang kaling : vitamin A, B6, tinggi kalori.
9. Nangka : sumber vitamin C, A, fosfor, tinggi kalori dari gula
10. Kacang merah : tinggi lemak tak jenuh, fosfor, dan vitamin A.
2.6 Escherichia Coli
Escherichia coli, atau biasa disingkat E.coli adalah salah satu spesies
utama bakteri gram negatif umumnya merupakan flora normal saluran pencernaan
manusian dan hewan (Titik F dan Rahayu, 2007) serta penting dalam pencernaan
makanan. Pada umumnya, bakteri yang ditemukan oleh Theodor Escherich ini
hidup pada tinja, dan dapat menyebabkan masalah kesehatan, seperti diare,
muntaber dan masalah pencernaan lainnya.
Escherichia coli merupakan bakteri non-spora dan termasuk kedalam
bakteri gram negativ yang bergerak dengan flagella peritrikus. Bakteri ini bersifat
fakultatif anaerob dengan gas dari fermentasi karbohidrat. Berukuran panjang 2,0-
6,0 m dan lebar 1,1-1,5 m, bentuk bervariasi mulai dari bentuk kokus (bulat),
sampai berbentuk fillamen panjang. E. coli pertama kali diidentifikasikan oleh
Theodor Escherich yang mempelajari flora yang ada dalam usus. Escherich
menggambarkan bacterium coli yang menyebabkan infeksi ekstraintestinalis
(Percival, 2004 dalam Mizwar 2010).
2.6.1 Klasifiksai Escherichia Coli (Nation Master, 2003)
Kerajaan : Bacteria
Filum : Proteobacteria
Kelas : Gamma Proteobacteria
Ordo : Enterobacteriales
Family : Enterobacteriaceae
Genus : Escherichia
Species : E. Coli
2.6.2 Sifat – Sifat E. Coli
Merupakan flora komensal yang paling banyak pada usus manusia dan
hewan. Dapat berubah menjadi Oportunis Phatogen bila hidup diluar usus yaitu
lokasi normal tempatnya berada dan dapat menyebabkan infeksi saluran kemih,
saluran empedu, infeksi luka dan mastitis pada sapi, dapat tumbuh subur pada
daerah tertentu, bergantung pada faktor – faktor fisiologik, suhu, kelembapan,
serta adanya zat –zat makanan dan adanya zat – zat penghambat tertentu,
(Supardi, 2005).
Salah satu jenis dari organisme koliform yang paling umum digunakan
sebagai indikator adanya polusi diantara kelompok koliform secara keseluruhan.
Organisme koliform merupakan suatu grup bakteri heterogen, bentuk batang,
gram negatif dan dan kuman ini digunakan sebagai indikator adanya polusi yang
berasal dari kotoran manusia atau hewan dan menunjukkan kondisi sanitasi yang
tidak baik terhadap air, makanan, susu, dan produk – produk susu, (Supardi,
2005).
E. coli tumbuh pada suhu antara 10ºC - 40ºC dengan suhu optimum 37ºC.
pH optimum untuk pertumbuhannya adalah pada 7,0 – 7,5, pH minimum pada 4,0
dan maksimum pada 9,0. Bakteri ini relatif sanagat sensitif terhadapa panas dan
dapat diinaktifkan pada suhu pasteurisasi makanan atau selama pemasakan
makanan. Sehingga untuk mencegah bakteri pada makanan, sebaiknya disimpan
pada suhu rendah, (Supardi, 2005).
Flora yang menetap pada daerah tertentu memegang peranan dalam
mempertahankan kesehatan dan fungsi normal. Anggota – anggota flora menetap
dalam saluran pencernaan mensintesis vitamin K dan membantu absorpsi zat – zat
makanan (Jawetz, 2005).
Sebaliknya anggota flora normal sendiri dapat menimbulkan penyaikt dalam
keadaan tertentu. Organisme – organisme ini menyesuaikan diri terhadap cara
kehidupan tidak invasif karena adanya pembatasan lingkungan. Bila dengan paksa
disingkirkan dari lingkungan yang terbatas dan dimasukkan kedalam aliran darah
atau jaringan, organisme – organisme ini dapat menjadi phatogen. Misalnya,
Streptokokus golongan viridians merupakan organisme menetap yang paling
sering ditemukan pada saluran pernapasan bagian atas. Bila sejumlah besar bakteri
dimasukkan kedalam darah (misalnya setelah ekstraksi gigi atau tonsilektomi),
bakteri dapat tinggal pada katup – katup jantung abnormal dan menimbulkan
endokarditis infektif subaktuf. Bila terjadi kerusakan jaringan akibat trauma,
defesiensi gizi, atau infeksi, bakteri ini berfoliferasi dengan cepat dalam jaringan
nekrotik dan menimbulkan penyakit.
Klasifikasi E. Coli berdasarkan sifat – sifat virulensinya :
1. E. Coli Enteropatogenik (EPEC)
Adalah penyebab penting diare pada bayi, khususnya dinegara
berkembang dan tidak membahayakan pada sebahagian orang dewasa.
Mungkin ditularkan melalui air yang digunakan mencuci botol.
Karenanya, botol susu bayi sebaiknya direbus dahulu setelah dicuci untuk
mencegah diare. EPEC melekat pada sel mukosa usus kecil. Akibat dari
infeksi EPEC adalah diare cair, yang biasanya sendiri tetapi juga menjadi
kronik. Masa inkubasinya 8 – 24 jam dengan rata – rata 11 jam. Gejala
yang dapat ditimbulkan apabila terinfeksi E. Coli jenis ini antara lain :
panas dingin, sakit kepala, kram usus, diare berair.
2. E. Coli Enteroinvasif (EIEC)
Menyebabkan penyakit yang sangat mirip dengan shigelosis. Sering terjadi
pada anak – anak dinegara berkembang dan para wisatawan yang menuju
ke negara tersebut. Strainnya bersifat nonlaktosa atau melakukan
fermentasi laktosa dengan lambat serta bersifat tidak bergerak.
Menimbulkan invasinya ke sel epitel mukosa usus. Cukup membahayakan
karena dapat menyebabkan penyakit disentri. Biasanya ditandai dengan
tinja yang mengandung darah.
3. E. Coli Enterotoksigenik (ETEC)
Adalah penyebab yang sering dari diare wisatawan dan sangat penting
menyebabkan diare pada bayi dinegara berkembang. Faktor kolonisasi
ETEC yang spesifik untuk manusia menimbulkan pelekatan ETEC pada
sel epitel usus kecil. Beberapa strain ETEC menghasilkan eksotoksin tidak
tahan panas. Orang – orang yang tinggal didaerah pinggiran dimana
organisme semacam ini (LT), umumnya memiliki antibodi dan jarang
mengalami pemaparan kembali E. Coli penghasil LT.
Sedangkan ETEC menghasilkan enterotoksin tahan panas (STa) dapat
menimbulkan diare yang berat. Masa inkubasinya 8 – 44 jam dengan rata –
rata 26 jam. Gejala yang dapat ditimbulkan apabila terinfeksi E. Coli jenis
ini antara lain : diare, muntah – muntah, dehidrasi, shock.
4. E. Coli Enterohemoragik (EHEC)
Bakteri yang sangat berbahaya karena bakteri ini hidup dalam daging
mentah, pada air limbah rumah potong ayam. Menghasilkan verotoksin
yaitu suatu sel ginjal dari monyet hijau Afrika. Bentuk diare sangat berat
dengan sindroma uremia hemolitik, suatu penyakit akibat gagal ginjal
akut, anemia hemolitik mikriangioptik, dan trombositopenia. Banyak
kasus kolitis hemoragik dan komplikasinya dapat dicegah dengan
memasak daging sapi sampai matang.
5. E. Coli Enteroagregatik (EAEC)
Menyebabkan diare akut dan kronik pada masyrakat sedang berkembang.
Bakteri ini ditandai dengan pola khas pelekatannya pada sel manusia.
Bahaya terbesar sehubungan dengan air minum tersebut telah tercemar
oleh buangan atau kotoran manusia atau hewan berdarah panas. Bila
pengotoran semacam baru saja terjadi, dan bila hal tersebut disebabkan
oleh penderita atau pembawa penyakit menular seperti demam usus atau
disentri, air tersebut kemungkinan mengandung bibit – bibit penyakit yang
masih hidup (Supardi, 2005).
2.6.3 Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Escherichia coli
Kemampuan mikroorganisme untuk tumbuh dan tetap hidup merupakan
hal yang penting dalam ekosistem pangan. Suatu pengetahuan dan pengertian
tentang faktor yang mempengaruhi kemampuan tersebut sangat penting untuk
mengendalikan hubungan antara mikroorganisme, makanan, dam manusia.
Beberapa faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan E.coli meliputi suhu,
aktivitas air, pH, dan tersedianya oksigen (Suardana dan Swacita, 2009).
1. Suhu
Suhu sangat mempengaruhi pertumbuhan suatu spesies bakteri. Bakteri
dapat digolongkan menjadi 3 kelompok berdasarkan suhu yaitu psikrofilik,
mesofilik, dan termofilik. Sebagian besar bakteri adalah mesofilik dengan suhu
optimal untuk berbagai bentuk yang hidup bebas sebesar 30oC. Suhu selain
berpengaruh pada laju pertumbuhan juga dapat membunuh mikroorganisme jika
terlalu ekstrim, E. coli dapat tumbuh pada range temperatur 7°C-50°C dengan
suhu optimum untuk pertumbuhannnya adalah 37°C. E.coli dapat mati dengan
pemasakan makanan pada temperature 70°C (WHO, 2005).
2. Aktivitas Air
Semua organisme membutuhkan air untuk kehidupannya. Air berperan
dalam reaksi metabolik dalam sel dan keluar sel. Semua kegiatan ini
membutuhkan air dalam bentuk cair dan apabila air tersebut mengalami
kristalisasi dan membentuk es atau terikat secara kimiawi dalam larutan gula atau
garam, maka air tersebut tidak dapat digunakan oleh mikroorganisme. Air murni
mempunyai nilai aw= 1,0. Jenis mikroorganisme yang berbeda membutuhkan
jumlah air yang berbeda pula untuk pertumbuhannya. Bakteri umumnya tumbuh
dan berkembang biak hanya dalam media dengan nilai aktivitas air tinggi
(Suardana dan Swacita, 2009: 27). E. coli dapat berkembang biak pada makanan
dengan nilai aktivitas air minimum 0,95 (WHO, 2005).
3. pH
Derajat keasaman (pH) optimal secara empirik harus ditentukan untuk
masing-masing spesies. Berdasarkan derajat keasaman, bakteri dapat dibagi
menjadi 3 kelompok yaitu netrofilik (pH 6,0-8,0), asidofilik (pH optimal serendah
3,0), dan alkalofilik (pH optimal setinggi 10,5). Akan tetapi sebagian besar
organisme tumbuh dengan baik pada pH 6,0-8,0 (netrofilik), E. coli dapat hidup di
lingkungan makanan yang asam pada pH dibawah 4,4 (WHO, 2005).
4. Ketersediaan Oksigen
Pertumbuhan bakteri juga dipengaruhi oleh gas-gas utama salah satunya
adalah oksigen. Berdasarkan kebutuhan terhadap oksigen, bakteri dapat
dikelompokkan menjadi 4 yaitu aerobik (bakteri memerlukan oksigen), anaerobik
(bakteri tidak memerlukan oksigen), anaerob fakultatif (bakteri dapat tumbuh
pada keadaan aerob dan anaerob), dan anaerob obligat (bakteri dapat tumbuh
dengan baik pada keadaan sedikit oksigen). Berdasarkan kebutuhan terhadap
oksigen, E.coli termasuk bakteri gram negatif yang bersifat anaerob fakultatif
sehingga E.coli yang muncul di daerah infeksi seperti abses abdomen dengan
cepat mengkonsumsi seluruh persediaan oksigen dan mengubah metabolisme
anaerob, menghasilkan lingkungan yang anaerob dan menyebabkan bakteri
anaerob yang muncul dapat tumbuh dan menimbulkan penyakit (Jawetz, 2005)
2.7 Kerangka Teori
Gambar I. Kerangka Teori
Es buah
Manfaat
es buah
Faktor yang
mempengaruhi
pertumbuhan
Escherichia coli Penjamah
Makanan
Escherichia coli Hygiene
Sanitasi
Pengolahan
Es buah
Peralatan
dan bahan
pengolahan
minuman
Sifat – sifat
Escherichia coli
persiapan
tempat
pengolahan
2.8 Kerangka Konsep
Keterangan :
: Variabel Dependent
: Variabel Independent
Gambar 2. Kerangka Konsep
ES
BUAH
Keberadaan
Escherichia coli
Hygiene Sanitasi
Pengolahan