pengaruh asupan makanan, menu makanan, …

45
PENGARUH ASUPAN MAKANAN, MENU MAKANAN, PENGONTROLAN MAKANAN TERHADAP STATUS GIZI BALITA USIA 7-24 BULAN DI DESA SERBA GUNA KECAMATAN DARUL MAKMUR KABUPATEN NAGAN RAYA SKRIPSI OLEH FETI WIDIA MARLISA 08C10104026 Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar Meulaboh PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH ACEH BARAT 2013

Upload: others

Post on 03-Oct-2021

14 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH ASUPAN MAKANAN, MENU MAKANAN, …

PENGARUH ASUPAN MAKANAN, MENU MAKANAN,

PENGONTROLAN MAKANAN TERHADAP STATUS GIZI BALITA USIA 7-24 BULAN DI DESA SERBA GUNA

KECAMATAN DARUL MAKMUR KABUPATEN NAGAN RAYA

SKRIPSI

OLEH

FETI WIDIA MARLISA

08C10104026

Skrips i sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Univers itas Teuku Umar Meulaboh

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH ACEH BARAT

2013

Page 2: PENGARUH ASUPAN MAKANAN, MENU MAKANAN, …

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Usia balita merupakan periode pertumbuhan dan perkembangan yang sangat

pesat. Oleh karna itu, kelompok usia balita perlu mendapatkan perhatian, karena

merupakan kelompok yang rawan terhadap kekurangan gizi. Untuk mengatasi

masalah kekuranggan gizi yang terjadi pada kelompok usia balita perlu

diselengarakan pemberian makanan tambahan ( PMT) pemulihan. PMT bagi anak

usia 7 – 24 bulan dimasudkan sebagai tambahan, bukan sebagai penganti makanan

utama sehari – hari. Status gizi yang baik merupakan salah satu faktor penentu

keberhasilan pembangunan kesehatan yang pada dasarnya adalah bagian yang tak

terpisahkan dari pembangunan nasional secara keseluruhan. Status gizi yang baik

dapat di peroleh dengan menyediakan makanan dalam jumlah yang cukup serta

pola makan yang seimbang sesuai dengan umur masing- masing (Ditjen Bina Gizi

Dan Kesehatan, 2011).

Untuk mencegah terjadinya berbagai gangguan gizi dan masalah psiko-sosial,

diperlukan adanya perilaku penunjang dari para orang tua, ibu atau pengasuh

dalam keluarganya untuk selalu memberikan makanan dengan gizi seimbang

kepada balitanya. Perlu diketahui bahwa yang dimaksud dengan gizi seimbang

adalah makanan yang dikonsumsi balita dalam satu hari yang beraneka ragam dan

mengandung zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur sesuai dengan

Page 3: PENGARUH ASUPAN MAKANAN, MENU MAKANAN, …

2

kebutuhan tubuhnya. Keadaan ini tercermin dari derajat kesehatan dan tumbuh

kembang balita yang optimal (Depkes RI, 2000).

Kekurangan porsi makan dan kelengkapan zat gizi akan mengganggu

pertumbuhan dan perkembangan anak. Anak yang pertumbuhan badannya kurang

dari normal, perkembangan mentalnya pun tidak optimal. Semasa disapih, anak

dapat kekurangan makan, atau cukup makan namun menunya kekurangan zat gizi.

Masalah susah makan selama anak di sapih sering terjadi karna dua hal, pertama,

karna kebiasaan makan yang tidak dibentuk sejak dini, kedua, karna anak

kelebihan kalori sehingga kehilangan selera makan. Setelah anak berumur satu

tahun, agar tumbuh kembangnya optimal, tak cukup hanya mengandalkan susu

saja. Anak butuh lebih banyak makanan padat sebagai pendamping Asi, selain

makanan pokok berupa nasi, ubi, kentang, sagu, atau jagung, juga perlu

dilengkapi dengan sumber protein dan lemak.

Status gizi pada balita adalah keadaan tubuh balita sebagai akibat konsumsi

makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Keadaan tersebut dapat dibedakan dengan

status gizi kurang, baik, dan. Masalah gizi sangatlah penting karena berhubungan

dengan kualitas bangsa Indonesia. diperkirakan ada sekitar 4,5 persen dari 22 juta

balita atau 900 ribu balita mengalami gizi kurang.

Meski demikian, Mentri kesehatan mengungkapkan bahwa angka prevalensi gizi

kurang pada balita telah menurun dari 31 persen pada tahun 1990 menjadi 17,9

persen pada tahun 2010. Mentri kesehatan juga menyatakan Indonesia berhasil

menanggulangi masalah gizi mikro dimana defisiensi vitamin A sudah tidak lagi

Page 4: PENGARUH ASUPAN MAKANAN, MENU MAKANAN, …

3

menjadi masalah kesehatan masyarakat serta gangguan akibat kekurangan yodium

makin berkurang."Pemerintah tidak lagi memberikan kapsul yodium sebagai

pencegahan. Demikian pula untuk prevalensi anemia gizi telah ada perbaikan dan

masalah gizi mikro lainnya seperti zink, kalsium, fosfor, beberapa vitamin dan

mineral esensial yang selalu di pantau ( kemenkes RI, 2011).

Persoalan gizi buruk masih menjadi masalah yang paling menakutkan bagi

pemerintah, karena persoalan ini sampai saat ini belum bisa selesaikan, selama

tahun 2012 jumlah yang diketahui dari jumlah anak balita (bawah lima tahun)

yang melakukan timbangan badan diposyandu atau di puskesmas yang ada

Kecamatan atau Desa. Selama tahun 2012 terdapat 41.758 balita yang malakukan

timbangan badan diposyandu dan Puskesmas. Ciri-ciri dari gizi buruk adalah

badan anak sangat kurus. Cara menentukan gizi buruk, yaitu dengan cara

membagi berat badan dengan tinggi badan. Penderita gizi buruk disebabkan oleh

faktor langsung dan tidak langsung. Faktor langsung meliputi asupan makanan

yang buruk serta penyakit infeksi seperti penyakit TBC, cacingan serta penyakit

infeksi lainya. Sedangkan faktor tidak langsung meliputi kebersihan lingkungan

pengetahuan, ketersediaan pangan serta faktor ekonomi. Selama 2012 yang di

ketahui 35% disebabkan oleh penyakit, 18% disebabkan oleh pengetahuan, serta

47% disebabkan oleh faktor ekonami (Kemenkes RI, 2012).

Jumlah balita yang ada di di provinsi Nanggroe Aceh Darusalam pada

tahun 2011 sebanyak 38.900 balita, Berdasarkan data yang di dapat dari Dinas

Kesehatan Nagan Raya jumlah balita yang ada di kabupaten nagan raya pada

Page 5: PENGARUH ASUPAN MAKANAN, MENU MAKANAN, …

4

tahun 2012 sebanyak 14,598 balita yang berusia 0-48 bulan yang terdiri dari balita

laki – laki dan perempuan. Sedangkan jumlah balita yang ada di wilayah kerja

puskesmas suka mulia sebanyak 895 balita yang berusia 0 – 48 bulan yang terdiri

dari 25 desa. jumlah balita yang berusia 12 – 24 bulan sebanyak 542 balita dari

jumlah keseluruhan balita yang ada di wilayah kerja puskesmas suka mulia, yang

mengalami status gizi kurang sebanyak 14 balita, gizi buruk ada 3 balita, dan

balita yang terkena BGM ada 18 balita. Sementara data jumlah balita yang ada di

Desa Serba Guna 30 balita dengan 3 orang balita terkena kasus BGM. Gangguan

gizi pada balita disebakan karena alergi pada makanan, pencemaran lingkungan,

sosial ekonomi, dan jarak anak yang terlalu dekat. ( Dinkes Nagan Raya, 2012 )

Mencermati perkembangan masalah gizi dan pengalaman didalam

pelaksanaan program perbaikan gizi, diperlukan pergeseran orientasi program

perbaikan gizi, yang mengacu pada paradigma sehat. Arah perbaikan gizi lebih

mengedepankan perubahan perilaku keluarga, untuk mencegah dan

menanggulangi gizi kurang dan gizi lebih. Pendekatan yang lebih mengutamakan

pemberdayaan keluarga, pemberdayaan masyarakat, peningkatan cakupan dan

kualitas pelayanan yang lebih baik lagi. ( Dinkes NAD, 2007 )

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, dapat di buat perumasan masalah yaitu apakah

ada pengaruh asupan makanan, menu makanan, pengontrolan makanan, terhadap

Status Gizi serta Peningkatan dan Pemeliharaan Kesehatan pada Balita Usia 7-24

Bulan di Desa Serba Guna Kecamatan Darul Makmur Kabupatean Nagan Raya ?

Page 6: PENGARUH ASUPAN MAKANAN, MENU MAKANAN, …

5

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui tingkat pertumbuhan pada Balita usia 7-24 bulan yang

ada di Desa Serba Guna Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya 2013.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui tingkat asupan gizi pada makanan yang diberikan

kepada anak yang ada di Desa Serba Guna Kecamatan Darul Makmur

Kabupaten Nagan Raya 2013.

2. Untuk mengetahui tingkat pengontrolan makanan yang diberikan kepada

balita usia 7-24 bulan di Desa Serba Guna.

3. Untuk mengetahui tingkat menu makanan yang di berikan kepada balita

usia 7-24 bulan.

4. Untuk mengetahui tingkat status gizi pada anak usia 7-24 bulan yang ada di

Desa Serba Guna

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya teori prilaku terhadap praktek

dalam pemberian makanan, menu makanan, dan pengontrolan makanan kepada

balita usia 7-24 bulan agar lebih baik di Desa Serba Guna.

Page 7: PENGARUH ASUPAN MAKANAN, MENU MAKANAN, …

6

1.4.2 Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada ibu- ibu mengenai

pentingnya pemberian makanan yang bergizi terhadap pertumbuhan balita usia 7-

24 bulan yang ada di Desa Serba Guna.

Page 8: PENGARUH ASUPAN MAKANAN, MENU MAKANAN, …

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Menu Seimbang

1. pengertian Gizi

Gizi merupakan substansi yang diperoleh dari makanan yang di gunakan untuk

pertumbuhan, pemeliharaan, dan perbaikan jaringan tubuh. zat gizi diartikan sebagai

zat kimia yang terdapat dalam makanan yang diperlukan manusia untuk memelihara

dan meningkatatkan kesehatan. Sampai saat ini dikenal kurang lebih 45 jenis zat gizi

dan dikelolakan menjadi zat gizi makro yaitu zat gizi sumber energi berupa

karbohidrat, lemak dan protein. Dan zat gizi mikro yaitu vitamin dan mineral.

Keadaan tubuh dikatakan pada tingkat gizi optimal, jika kondisi tubuh terbebas dari

penyakit dan mempunyai daya tahan yang tinggi. Apabila konsumsi gizi makanan

pada seseorang tidak seimbang dengan kebutuhan tubuh maka akan terjadi kesalahan

gizi yang mencakup kelebihan dan kekurangan gizi. Banyaknya zat gizi yang

diperlukan berbeda antara satu orang dengan orang lain tetapi fungsi gizi pada

pokoknya sama untuk semua orang (Supariasa, 2002)

2.Pengertian Menu Seimbang

Menu seimbang adalah konsumsi makanan untuk memenuhi kebutuhan tubuh

akan zat gizi. Kekurangan gizi pada salah satu makanan dengan pemberian menu

seimbang dapat dicukupi oleh makanan lain. Untuk itu pemberian menu seimbang

dengan makanan yang beraneka ragam sangat dibutuhkan dalam memenuhi

kecukupan gizi. (Suparyanto, 2005).

Page 9: PENGARUH ASUPAN MAKANAN, MENU MAKANAN, …

8

Menu seimbang adalah makanan yang beraneka ragam yang memenuhi

kebutuhan zat gizi sesuai dengan Pedoman Umum Gizi Seimbang. Pedoman umum

gizi seimbang harus diaplikasikan dalam penyajian hidangan yang memenuhi syarat

gizi yang dikenal dengan menu seimbang. Menu berasal dari kata ”menu” yang

berarti suatu daftar yang tertulis secara rinci. Sedangkan definisi menu adalah

rangkaian beberapa macam hidangan atau masakan yang disajikan atau dihidangkan

untuk seseorang atau sekelompok untuk setiap kali makan, yaitu dapat berupa

hidangan pagi, siang, dan malam. Pola menu seimbang mulai dikembangkan pada

tahun 1950 dengan istilah ”Empat Sehat Lima Sempurna”.Pola menu 4 sehat 5

sempurna adalah pola menu seimbang yang bila disusun dengan baik mengandung

semua zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh (Suparyanto, 2005).

3. Manfaat Perencanaan Menu

Kegiatan menyusun menu dengan perencanaan yang baik dapat memberikan

manfaat sebagai berikut :

1. Dapat disusun hidangan yang mengandung zat gizi yang dibutuhkan oleh

tubuh.

2. Variasi dan kombinasi hidangan dapat diatur sehingga dapat menghindari

kebosanan yang disebabkan pengulangan jenis bahan makanan dan cara

pengolahan.

3. Susunan hidangan dapat disesuaikan dengan kondisi keuangan atau biaya

yang tersedia.

Page 10: PENGARUH ASUPAN MAKANAN, MENU MAKANAN, …

9

4. Menghemat waktu dan tenaga. Perencanaan menu dapat disesuaikan

dengan kondisi, sehingga sudah dapat diperkirakan waktu dan tenaga yang

dibutuhkan.

5. Menu yang terencana dengan baik dapat menjadi alat pendidikan gizi yang

baik, karena menu yang baik mengajarkan pola makan yang baik.

2.1.1 Anjuran Pemberian Makan

Anjuran pemberian makan dalam lampiran ini meliputi satu set pesan yang

disatukan dalam buku GPA, selain bisa juga dijumpai pada buku bagan

manajemen terpadu balita sakit (MTBS) maupun dalam buku kesehatan ibu dan

anak (KIA). Pedoman ini dapat digunakan sebagai referensi untuk ora ng tua,

pengasuh, danpetugas kesehatan. Petugas kesehatan belajar untuk secara benar

memiliki anjuran pemberian makanan yang harus disampaikan kepada pengasuh

untuk menghindari informasi yang berlebihan pada suatu saat (WHO 2005).

A. Jika anak mempunyai masalah gizi kurang atau gizi lebih, atau

mempunyai kecenderungan ke arah satu masalah, pengasuh harus

diwawancarai untuk menentukan penyebab masalah. Kemudian nasihat

bisa dipilih untuk mengatasi penyebab yang paling utama.

B. Jika tidak ada masalah pertumbuhan, pengasuh diberi nasihat tentang

makanan yang sesuai untuk kelompok umur anak saat ini atau kelompok

umur selanjutnya.

Page 11: PENGARUH ASUPAN MAKANAN, MENU MAKANAN, …

10

Anjuran pemberian makanan ini sama untuk anak laki- laki dan perempuan,

sehat ataupun sakit dan sudahdi adaptasi untuk anak-anak indonesia. Mungkin

juga perlu dilakukan tambahan adaptasi lokal untuk derah-daerah tertentu seperti

papua,maluku,dll.

2.1.2 ASI,makanan terbaik untuk bayi

Hasil penelitian membuktikan, makanan yang terbaik bagi bayi usia 0-6

bulan adalah ASI. Setelah usia itu, bayi perlu mendapat makanan tambahan,

seperti bubur susu, biskuit, bubur beras, nasi tim, buah pisang,dan buah pepayah,.

Dalam hal ini, makanan bagi ibu menyusuipun tak kalah penting untuk

diperhatikan, karena jumlah makanan yang di konsumsi berpengaruh terhadap

kualitas produksi ASI yang diberikan. Kebutuhan gizi ibu yang menyusui lebih

besar dari pada ibu hamil, karena dibutuhkan untuk persediaan air susu dan

pemulihan kesehatan ibu sesudah melahirkan ( Depkes RI 2000 ).

2.1.3 Menasehati Ibu Tentang Masalah Pemberian Makan

1. Jika pemberian makanan anak tidak sesuai ‘’ anjuran makanan untuk anak

sehat maupun sakit’’ nasihati ibu cara pemberian makan sesuai kelompok

umur anak.

2. Jika ibu mengeluhkan kesulitan pemberian ASI, lakukan konseling

menyusui:

a. Lakukan penilaian cara ibu menyusui

b. Tunjukan pada ibu cara menyusui yang benar

c. Jika di temukan masalah lakukan tindakan yang sesuai

Page 12: PENGARUH ASUPAN MAKANAN, MENU MAKANAN, …

11

3. Jika bayi berumur kurang dari 6 bulan mendapat susu formula atau

makanan lain :

Anjurkan ibu untuk relaktasi

a. Bangkitkan rasa percaya diri ibu bahwa ibu mampu memproduksi ASI

sesuai kebutuhan anaknya

b. Susui bayi lebih sering, lebih lama pagi, siang, maupun malam.

c. Secara bertahap mengurangi pemberian susu formula atau makan lain.

4. Jika bayi berumur lebih dari 6 bulan dan ibu menggunakan susu botol

untuk memberikan susu pada anaknya

a. Minta ibu untuk mangganti botol dengan cangkir / mangkuk / gelas.

b. Peragakan cara memberi susu dengan mangkuk / cangkir / gelas.

c. Berikan makanan pendamping ASI (MP- ASI) sesuai kelompok umur.

5. Jika anak tidak diberi makan dengan aktif, nasihati ibu untuk :

a. Duduk di dekat anak, membujuk agar mau makan, jika perlu menyuapi

anak.

b. Memberi anak porsi makan yang cukup dengan piring atau mangkuk

tersendiri sesuai dengan kelompok umur.

c. Memberi makanan bergizi yang disukai anak.

6. Jika ibu merubah pemberian makanan jika anak sakit :

a. Beritahu ibu tidak harus merubah makan selama anak sakit.

b. Nasihati ibu untuk memberi makanan sesuai kelompok umur dan kondisi

anak. ( WHO, 2005 )

Page 13: PENGARUH ASUPAN MAKANAN, MENU MAKANAN, …

12

2.1.4. Ada Empat Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Perkembangan

Anak.

1. Lingkungan

Lingkungan yang penuh kasih sayang dan fasilitas yang cukup dalam

membentuk rangsangan, membuat pengaruh yang besar terhadap peningkatan

taraf kecerdasan sianak. Stimulasi lingkungan yang baik akan menyebabkan

penambahan ketebalan korteks (lapisan otak), penambahan jumlah sinaps

(penghubung) per neuron (sel saraf) dan penambahan pembuluh kapiler di otak.

2. Kematangan

Perkembangan susunan saraf yang matang akan menjadikan fungsi- fungsi

organ tubuh sempurna. Misalnya fungsi indera menjadi lebih sempurna. Hal

tersebut dapat membantu anak dalam mengembangkan kemampuannya saat

menerima stimulasi.

3. Pengaruh Sosial

Hubungan timbal balik antara anak dengan lingkungan sosial, seperti

pengasuhan dan pendidikan akan mempengaruhi perkembangan kognitif anak.

Pengasuhan yang hangat dan penuh kasih sayang mampu meningkatkan

perkembangan anak.

4. Nutrisi

Nutrisi memberikan pengaruh yang besar terhadap perkembangan anak

secara keseluruhan, baik fisik maupun otak. Pemberian nutrisi yang mencukupi

kebutuhan dan menerapkan pola gizi seimbang hendaknya diberikan sejak janin

Page 14: PENGARUH ASUPAN MAKANAN, MENU MAKANAN, …

13

dalam kandungan. Ada teori yang menyatakan tentang periode pacu tumbuh otak

(brain growth spurt), yakni ketika usia kehamilan ibu memasuki trimester tiga dan

setelah bayi lahir hingga berusia 2 tahun.

2.2 Penilaian Pertumbuhan Anak

Penilaian pertumbuhan anak mencakup penimbangan berat badan dan

pengukuran panjang atau tinggi badan dan di bandingkan dengan standar

pertumbuhan. Tujuan penilaian pertumbuhan adalah menentukan apakah anak

tumbuh secara normal atau mempunyai masalah pertumbuhan atau ada

kecenderungan masalah pertumbuhan yang perlu ditangani.

Jika anak mempunyai satu masalah pertumbuhan atau kecenderungan

mengalami masalah pertumbuhan, petugas kesehatan harus membicarakan dengan

ibu atau pengasuh untuk mengetahui faktor penyebabnya. Petugas kesehatan

kemudian melakukan tindakan untuk mengatasi / memecahkan faktor – faktor

yang menyebabkan gangguan pertumbuhan tersebut. Menilai pertumbuhan jika

tidak didukung oleh tindak lanjut yang sesuai tidak dapat meningkatkan status gizi

dan kesehatan anak. Pada keadaan tertentu seperti keadaan darurat dan banyak

penduduk miskin, penilaian pertumbuhan diarahkan untuk identifikasi anak –

anak yang perlu intervensi mendesak, seperti pemberian makanan pemulihan dan

makanan tambahan untuk mencegah kematian. Untuk pemantauan pertumbuhan

balita di masyarakat telah dikembangkan standar pertumbuhan WHO

2005.(Depkes RI, 2005)

Page 15: PENGARUH ASUPAN MAKANAN, MENU MAKANAN, …

14

2.3 Pertumbuhan Otak Bayi

Pada periode sejak proses pertumbuhan sampai bayi berusia setahun, terjadi

pertumbuhan otak secara cepat yang disebut periode lompatan pertumbuhan otak

atau periode periode pertumbuhan otak cepat (Brain Growth Spurt). Pada periode

ini neuron sangat peka dan sangat dipengaruhi oleh situasi lingkungan, seperti

pola asuh.(Depkes RI, 2005 )

Contoh pola asuh yang dimaksud sebagai berikut:

a. Belaian kasih sayang ibu.

b. Membaca cerita pada anak sebelum tidur.

c. Pola asuh makan, yaitu dengan cara memberikan makanan yang sesuai

dengan kebutuhan bayi yang diberikan dengan penuh kasih sayang.

Kualitas perkembangan otak manusia tergantung pada interaksi antara

potensigenetik dan faktor- faktor lingkungan seperti asupan gizi, stimulasi dan

sikap orang tua. Sel-sel otak lebih sensitif terhadap zat gizi dari pada sel-sel tubuh

yang lain. Otak adalah organ fisik yang sangat berharga, pusat segala eksistensi

kita seperti inteligensi, kepribadian, emosi, akal, spiritual dan jiwa. Kita dapat

mengoptimalkan fungsi saraf dalam otak melalui kecukupan zat gizi dan aktivitas

mental dan fisik. Terdapat lebih dari 100 milyar jaringan saraf dalam otak yang

integritasnya tergantung pada asupan zat gizi yang cukup.

Defisiensi berbagai zat gizi terutama zat gizi makro akan mempengaruhi

neuroanatomi, neurokimia dan neurofisiologi perkembangan otak. Pengaruh

Page 16: PENGARUH ASUPAN MAKANAN, MENU MAKANAN, …

15

neuroanatomi berupa berkurangnya jumlah dan ukuran neuron serta pembentukan

sinapsis.

2.4 Gizi Seimbang

Masa balita merupakan masa kehidupan yang sangat penting dan perlu

perhatian yang serius. Pada masa ini berlangsung proses tumbuh kembang yang

sangat pesat yaitu pertumbuhan fisik dan perkembangan psikomontorik, mental

dan sosial. Stimulasi psikososial harus dimulai sejak dini dan tepat waktu untuk

tercapainya perkembangan psikososial yang optimal. Untuk mendukung

pertumbuhan fisik balita, perlu petunjuk praktis makanan dengan gizi seimbang.

(Depkes RI, 2000)

2.4.1. Pengertian Gizi Seimbang

Untuk mencegah terjadinya berbagai gangguan gizi dan masalah ps iko sosial,

diperlukan adanya perilaku penunjang dari para orang tua, ibu atau pengasuh

dalam keluarganya untuk selalu memberikan makanan dengan gizi seimbang

kepada balitanya. Perlu diketahui bahwa yang dimaksud dengan gizi seimbang

adalah makanan yang dikonsumsi balita dalam satu hari yang beranekah ragam

dan mengandung zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatursesuai dengan

kebutuhan tubuhnya. derajat ini tercermin dari derajat kesehatan dan tumbuh

kembang balita yang optimal. Pada masa ini balita balita perlu memperoleh zat

gizi dari makanan sehari – hari dalam jumlah yang tepat dan kualitas yang baik.

Oleh karna itu keterlambatan intervensi kesehatan, gizi dan psiko sosial

Page 17: PENGARUH ASUPAN MAKANAN, MENU MAKANAN, …

16

mengakibatkan kerugian yang tidak dapat diperbaiki atau diganti dikemudian hari.

(Depkes RI, 2000)

Gizi seimbang balita disusun berdasarkan 13 pesan dasar PUGS, yang bertan

sebagai pedoman petugas gizi puskesmas dalam rangka meningkatkan perbaikan

gizi keluarga yaitu :

1. Makanlah anekah ragam makanan untuk balita

2. Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi balita

3. Makanlah makanan sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan energi

balita

4. Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kecukupan

energi balita

5. Gunakan garam beryodium balita

6. Makanlah makanan sumber zat besi balita

7. Berikan ASI saja kepada bayi sampai umur 6 bulan

8. Biasakan makan pagi untuk balita

9. Minumlah air bersih, aman yang cukup jumlahnya untuk balita

10. Lakukan kegiatan fisik dan olah raga secara teratur

11. Hindari minuman beralkohol

12. Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan balita

13. Bacalah lebel pada makanan yang dikemas untuk balitas

Page 18: PENGARUH ASUPAN MAKANAN, MENU MAKANAN, …

17

2.4.2 Kebutuhan Gizi

Balita dalam proses tumbuh kembangnya ditentukan oleh makanan yang

dimakan sehari–hari. Kebutuhan gizi balita dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin,

kegiatan dan suhu lingkungan ( udara dingin atau panas ) kebutuhan gizi tersebut

terdiri dari :

1. Energi

2. Protein

3. Lemak

4. Vitamin dan mineral

Berdasarkan angka kecukupan gizi (AKG) yang dikeluarkan dalam Widya

Karya Nasional Pangan dan Gizi (WKNPG ) tahun 1998, umur dikelompokkan

menjadi 0–6 bulan, 7–12 bulan, 1–3 tahun, 4–6 tahun dan 7–12 tahun, dengan

catatan pengelompokan di atas tidak membedakan jenis kelamin. Selanjutnya

menurut takaran konsumsi makanan sehari – hari dapat dilihat seperti berikut:

Page 19: PENGARUH ASUPAN MAKANAN, MENU MAKANAN, …

18

Tabel 2.1 Takaran Konsumsi Makanan Sehari-hari Pada Anak

Kel. Umur Bentuk Makanan Frekuensi Makanan

0 – 4 bulan ASI Ekslusif Sesering mungkin

4 – 6 bulan Makanan lumat 2 x sehari 2 sendok makan

Setiap kali

6 – 12 bulan Makanan lembek 3x sehari Plus 2 x makanan selingan

1 – 3 tahun Makanan keluarga

1 – 1 ½ piring nasi / pengganti 2 – 3 potong lauk

hewani 1 – 2 potong lauk

nabati ½ mangkuk sayur 2 -3 potong buah –

buahan 1 gelas susu

3 x sehari

4 – 6 tahun 1-3 piring nasi /

pengganti 2-3 potong lauk hewani

2-3 potong lauk nabati 1-1 ½ mangkuk sayur

2-3 potong buah – buahan 1-2 gelas susu

3 x sehari

Sumber : (Depkes RI, 2000)

2.4.3 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Anak

Pertumbuhan balita sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor baik itu faktor

dari dalam maupun faktor luar.

Faktor dalam : dipengaruhi oleh jumlah dan mutu makanan, kesehatan balita

(ada / tidaknya penyakit).

Faktor luar : tingkat ekonomi, pendidikan perilaku, ( orang tua / pengasuh ),

sosial budaya / kebiasaan, kesediaan bahan makanan di dalam rumah tangga.

Page 20: PENGARUH ASUPAN MAKANAN, MENU MAKANAN, …

19

2.5 Perlunya Gizi Seimbang

2.5.1 Manfaat/ Guna Zat Gizi Seimbang Bagi Balita

1. karbohidrat dan lemak sebagai penghasil energi / tenaga.

Contoh bahan makanan yang mengandung karbohidrat : beras, jagung, sagu,

ubi, singkong, roti, sukun dan gula murni.

Contoh bahan makanan sumber lemak : daging berlemak, margarin, minyak

goreng, jerohan, keju, dll.

2. protein berguna untuk pertumbuhan / pemeliharaan.

Contoh bahan makanan sumber protein hewani : daging, ikan, ayam, hati,

telur, susu, dan hasil olahnya.

Contoh bahan makanan sumber protein / nabati : kacang – kacangan , tempe,

tahu, dll.

3. vitamin dan mineral berguna untuk pengatur.

Contoh bahan makanan sumber vitamin dan mineral : sayur dan buah –

buahan. (Depkes RI, 2000)

2.5.2 Akibat Gizi Yang Tidak Seimbang

Akibat gizi yang tidak seimbang dapat mengakibatkan berbagai gangguan

sebagai berikut :

1. Gizi lebih : masalah ini disebabkan karena konsumsi makanan yang meleb ihi

dari yang dibutuhkan terutama konsumsi lemak yang tinggi dan makanan dari

gula murni. Pada umumnya masalah ini banyak terdapat didaerah perkotaan

dengan di jumpainya balita yang kegemukan .

Page 21: PENGARUH ASUPAN MAKANAN, MENU MAKANAN, …

20

2. Gizi kurang : yang disebabkan karena konsumsi gizi yang tidak mencukupi

kebutuhannya dalam waktu tertentu.

3. Gizi buruk : bila kondisi gizi kurang berlangsung lama, maka akan berakibat

semakin berat tingkat kekurangannya. Pada keadaan ini dapat menjadi

kwashiorkor dan marasmus yang biasanya disertai penyakit lain seperti diare,

infeksi, penyakit pencernaan, ISPA, anemia.

4. Anemia gizi besi ( AGB ) : Penyakit ini lebih dikenal penyakit kurang darah,

yang disebabkan kekurangan zat besi dalam jumlah yang tidak mencukupi

kebutuhan sehari – hari. Kehilangan zat besi yang meningkat disebabkan

antara lain karena investasi cacing. Tanda – tanda ABG adalah : pucat, lesu,

lemah, pusing, berkunang – kunang, yang lebih di kenal dengan istilah 5L

(lesu, lemah, letih, lelah, dan lalai). Kadar HB normal untuk balita adalah

11 g%.

5. Kekurangan vitamin A : di sebabkan konsumsi vitamin A tidak mencukupi

kebutuhannya. Kurang vitamin A disebut pada awalnya menderita buta senja

yaitu ketidak mampuan melihat pada cahaya remang – remang pada sore hari.

Kemudian (bila tidak di obati) pada bola matanya timbul bercak putih yang

disebut bercak bitot dan pada akhirnya menderita kebutaan.

6. Gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY) : GAKY disebabkan

karena konsumsi yodium tidak mencupi kebutuha. Kekurangan yodium dapat

menyebabkan penyakit gondok dan kretin. Kekurangan unsur yodium dalam

makanan sehari – hari dapat menurunkan kecerdasan anak (Depkes RI, 2000).

Page 22: PENGARUH ASUPAN MAKANAN, MENU MAKANAN, …

21

2.5.3 Bila Makanan Jadi Masalah

Makanan bisa menjadi berbagai sumber masalah, sebab makanan berkaitan

erat dengan kemampuan ibu sebagai orang tua. Masalah alergi terhadap beberapa

makanan mulai meningkat selama beberapa tahun terakhir. Alergi makanan dapat

menimbulkan gejala dari perut kembung sampai hidung anak yang berair terus.

Diet diterapkan pada kondisi medis khusus seperti anak yang menderita coeliac,

diabetes, dan hiperaktif. Saat anak sakit makan menjadi masalah. Namun, dengan

mengetahui masalah sebenarnya dan melakukan tindakan yang praktis untuk

mengatasinya, itu bisa membuat ibu tenang, dan anak ibu pun dapat hidup dengan

masalah yang dihadapinya (Makanan Sehat Bayi Dan Balita, 2003).

2.6 Status Gizi

Hal yang penting dalam kehidupan manusia adalah meningkatkan perhatian

terhadap kesehatan guna mencegah terjadinya malnutrisi ( gizi salah ) dan resiko

untuk menjadi gizi kurang. Status gizi ini menjadi penting karena merupakan

salah satu faktor resiko untuk terjadinya kesakitan dan kematian. Status gizi yang

baik pada seseorang akan berkontribusi terhadap kesehatanya dan juga terhadap

kemampuan dalam proses pemulihan.

Peran dan kedudukan penilaian status gizi ( PSG) di dalam ilmu gizi adalah

untuk mengetahui status gizi, yaitu ada tidaknya malnutrisi pada indufidu atau

masyarakat. Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan

Page 23: PENGARUH ASUPAN MAKANAN, MENU MAKANAN, …

22

dan penggunaan zat-zat gizi dan di bedakan antara status gizi buruk, kurang, baik

dan lebih ( Almatsier, 2005 ).

2.6.1 Penilaian Status Gizi pada Balita

Penilaian status gizi adalah ekspresi dari keadaan dalam bentuk variabel

tertentu atau dapat dikatakan bahwa status gizi merupakan indikator baik

buruknya penyediaan makanan sehari-hari (Supriasa, 2002)

Penilaian status gizi dibagi menjadi dua yaitu:

1. Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian

yaitu antropometri, klinis, biokimia, dan biofisika.

2. Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi menjadi tiga

penilaian yaitu survei konsumsi makanan, statistik vital, dan faktor

ekologi.

Penilaian antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidak

seimbangan asupan energi dan protein. Ketidak seimbangan ini terlihat pada pola

pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh. Beberapa indeks antropometri

yang digunakan untuk menggambarkan prevalensi status gizi di antaranya:

Berat Badan Menurut Umur (BB/U) Indeks berat badan menurut umur

digunakan sebagai salah satu cara pengukuran status gizi. Mengingat karakteristik

berat badan yang labil, maka BB/U lebih menggambarkan status gizi seseorang

saat ini (Reksodikusumo, Jahari, Hartono, Kunanto, 1989).

Page 24: PENGARUH ASUPAN MAKANAN, MENU MAKANAN, …

23

Untuk mengatasi kurang gizi pada balita memerlukan peranan dari keluarga,

para ibu khususnya harus memiliki kesabaran bila anaknya mengalami problema

makan, dan lebih memperhatikan asupan makanan sehari-hari bagi anaknya.

Anak-anak harus terhindar dari penyakit infeksi seperti diare ataupun ISPA

(Infeksi Saluran Pernapasan Atas).

Semua nutrisi penting bagi anak dalam usia pertumbuhan, oleh karenanya

perlu diperhatikan asupan sayur dan pangan hewani (lauk pauk), konsumsi susu

tetap dipertahankan, jangan terlalu banyak makanan cemilan (junk food) yang

akan menyebabkan anak kurang nafsu makan. Perhatikan juga asupan empat sehat

lima sempurna dengan kuantitas yang cukup. Cara penilaian status gizi pada balita

harus sedapat mungkin di ketahui oleh keluarga.

2.6.2 Klasifikasi Status Gizi

Dalam penilaian status gizi, khususnya untuk keperluan klasifikasi maka

harus ada ukuran baku (reference). Baku antropometri yang banyak digunakan

adalah baku Harvard, baik untuk berat badan maupun untuk tinggi badan.

Klasifikasi Cara WHO-NCHS

Pada dasarnya cara penggolongan indeks sama dengan Waterflow. Indikator

yang digunakan meliputi BB/TB, BB/U, dan TB/U. Standart yang digunakan

adalah WHO-NCHS, dengan klasifikasi seperti di bawah ini:

Page 25: PENGARUH ASUPAN MAKANAN, MENU MAKANAN, …

24

Gizi Buruk <-3,0 SD

Gizi Kurang <-2,0 SD

Gizi Baik -2.0 SD s/d 2.0 SD

Gizi Lebih >2,0 SD (Widyakarya Karya Nasional Pangan dan Gizi, 2000).

2.7 Alergi

Akhir – akhir ini jumlah anak yang menderita alergi seperti asma, gatal-gatal

pada mata, hidung dan tenggorokan. Makanan sebagai penyebab berbagai masalah

alergi. Hubungan antara makanan dan alergi, serta ketidak cocokan makanan

memang rumit. Yang pasti, bayi dan anak kecil lebih beresiko terserang alergi

makanan dari pada orang dewasa (Makanan Sehat Bayi Dan Balita, 2003).

2.7.1 Bayi Beresiko

Bayi lebih mudah terserang alergi pada bulan–bulan pertama kehidupannya

karena sistem pencernaannya belum sempurnadan dinding ususnya mudah bocor.

Hal ini menyebabkan banyaknya molekul protein yang besar masuk kedalam

aliran darah, sedangkan sistem kekebalan tubuh menganggapnya sebagai musuh

sehinggah timbulnya reaksi alergi. Setelah usia bayi enam bulan, meskipun

banyak celahnya, dinding usus telah menutup. Bila kondisi yang peka sempat

berkembang, hal ini cenderung membuat reaksi alergi terhadap ibu. Inilah

sebabnya memberi makanan padat terlalu dini pada bayi kurang baik. Pada anak

yang orang tua ataupun saudarahnya menderita asma, gatal – gatal pada mata,

hidung, dan tenggorokan, serta reaksi alergi lainnya, mempunyai resiko dua kali

Page 26: PENGARUH ASUPAN MAKANAN, MENU MAKANAN, …

25

lipat menderita alergi, walaupun jenis alerginya belum tentu sama. (Makanan

Sehat Bayi Dan Balita, 2003)

2.7.2 Gejala Alergi

Alergi dapat menyerang setiap sistem dalam tubuh dan gejalanya sangat banyak.

1. Reaksi alergi bila menyerang sistem pencernaan dapat menyebabkan

kolik, diare, muntah-muntah, tidak mampu mencerna, sembelit, kembung,

pertumbuhan berat badan buruk.

2. Bila menyerang kulit alergi dapat menyebabkan bengkak–bengkak, bintik–

bintik merah, lingkaran hitam di bawah mata, bengkak pada kelopak mata

dan bibir.

3. Bila menyerang sistem pernapasan, alergi menyebabkan asma, pilek,

gangguan telinga, mata berair, dan batuk berkepanjangan.

4. Bila menyerang sistem saraf, alergi menyebabkan migren, kelelahan,

kegelisahan, dan juga sikap hiper aktif.

2.7.3 Mengatasi Alergi

Jika keluarga ibu pernah terkenan alergi, mungkin ibu perlu mengurangi

jenis makanan untuk bayi ibu. Hal ini tentu saja dapat menghilangkan bahaya

nutrisi dari makanannya. Berkonsultasilah dulu dengan dokter anak yang akan

memberi nasihat tentang jenis nutrisi yang dibutuhkan bayi ibu selama masa

penyapihan ( Makanan Sehat Bayi Dan Balita, 2003).

Page 27: PENGARUH ASUPAN MAKANAN, MENU MAKANAN, …

26

Untuk menghindari alergi langkah–langkah berikut mungkin dapat

membantu mencegah bayi ibu mewarisi alergi keluarga :

1. Masa bahaya terhadap kepekaan adalah empat sampai enam bulan

pertama, jadi tundahlahg penyapihan dan teruskan memberi ASI atau susu

formula selama masa ini. Bayi akan mendapat semua nutrisi yang

dibutuhkan dari ASI atau susu formula sampai usia enam bulan.

2. Selama memberi ASI ibu pun harus berhati – hati terhadap makanan yang

berpotensi menimbulkan alergi, untuk menghindari bayi dari alergi

melalui ASI.

3. Perkenalkan bayi ibu makanan padat satu demi satu. Beri jarak waktu

beberapa hari untuk setiap jenis makanan baru agar ibu mengeceknya bila

ada suatu reaksi alergi.

4. Hindari bayi dari bahan – bahan yang dapat menimbulkan alergi, seperti

asap rokok, debu rumah, serbuk sari, dan binatang piaraan.(Makanan

Sehat Bayi Dan Balita, 2003)

Page 28: PENGARUH ASUPAN MAKANAN, MENU MAKANAN, …

27

2.8 Kerangka Konsep

Menurut Notoatdmodjo (2005), kerangka konsep penelitian dapat

disederhanakan sebagai berikut :

Variabel Independent Variabel Dependent

2.9 HIPOTESIS

Ho : ada pengaruh antara asupan makanan, menu makanan, pengontrolan

makanan terhadap status gizi balita usia 7-24 bulan.

Asupan Makanan

Status Gizi Menu Makanan

Pengontrolan

Makanan

Page 29: PENGARUH ASUPAN MAKANAN, MENU MAKANAN, …

28

Page 30: PENGARUH ASUPAN MAKANAN, MENU MAKANAN, …

23

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan

3.1.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah survei analitik

yaitu penelitian yang mencoba mengenali bagaimana dan mengapa fenomena

kesehatan itu terjadi (Notoatmojo, 2005).

Rancangan penelitan yang dilakukan menggunakan metode cross sectional,

yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara factor- faktor

resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data

sekaligus pada suatu saat (Notoatmodjo, 2005).

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Posyandu dan di Desa Serba Guna Kecamatan

Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya.

3.2.2 Waktu Penelitian

Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 27 sampai dengan 31 Mei

Tahun 2013 di Desa Serba Guna Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan

Raya.

3.3.Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua balita yang berusia 7 – 24 bulan

yang ada di Desa Serba Guna yaitu berjumlah 30 Balita.

Page 31: PENGARUH ASUPAN MAKANAN, MENU MAKANAN, …

24

3.3.2 Sampel

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini diambil dari populasi

sebanyak 30 balita yang berusia 7 – 24 bulan yang di Posyandu Serba Guna

Kecamatan Darul makmur Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013.

3.4 Metode Pengumpulan Data

3.4.1 Data Primer

Data primer merupakan data yang bersumber langsung dari responden.

Pada penelitian ini instrument yang akan di gunakan berupa kuesioner yang terdiri

dari variabel asupan makanan, menu makanan, pengontrolan makanan, serta status

gizi pada balita.

3.4.2 Data Scunder

Data Scunder merupakan data pendukung yang bersumber dari selain

responden. Data ini juga bersumber dari Puskesmas Suka Mulia Kecamatan Darul

Makmur Kabupaten Nagan Raya. Dan literatur yang berhubungan dengan

penelitian ini.

3.5. Defenisi Operasional

Untuk mendapatkan kesamaan pengertian dalam penelitian ini, maka

konsep penelitian dijabarkan ke dalam defenisi operasional sebagai berikut:

Page 32: PENGARUH ASUPAN MAKANAN, MENU MAKANAN, …

25

Tabel 3.1. Variabel Penelitian

No Variabel Independen

1. Variabel : Asupan Makanan

Definisi

Cara ukur

Alat ukur Hasil ukur

Skala ukur

Makanan yang sehat dan menu yang

seimbang dan penuh dengan kecukupan energi protein yang di konsumsi pada anak

dapat membantu meningkatkan daya tahan tubuh dan daya pikir pada anak. Wawancara

Kuesioner

1) Baik 2) Kurang Ordinal

2. Variabel : Menu Makanan

Definisi

Cara ukur

Alat ukur Hasil ukur

Skala ukur

Menu adalah makanan yang dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan tubuh akan zat

gizi.

Wawancara

Kuesioner 1) Baik 2) Kurang

Ordinal

3. Variabel : Pengontrolan makanan

Definisi

Cara ukur

Alat ukur Hasil ukur

Skala ukur

Pengawasan ibu dalam memberikan makanan secara rutin kepada anak, menjaga pola makanan pada anak agar

asupan gizi pada anak selalu terjaga. Observasi

Kueisoner 1) Baik 2) kurang

Ordinal

No Variabel Dependent

4. Variabel : Status Gizi

Definisi

Cara ukur

Alat ukur Hasil ukur

Skala ukur

Status gizi adalah indikator baik buruknya penyediaan makanan sehari-hari.

Observasi

KMS / Buku KIA 1)Baik ( bila mengikuti pita warna ) 2)Kurang ( bila berubah pita warna

kebawah) Ordinal

Page 33: PENGARUH ASUPAN MAKANAN, MENU MAKANAN, …

26

3.6. Aspek Pengukuran

3.6.1 Asupan Makanan

Baik : jika responden dapat menjawab dengan benar skor = ≥3.

Kurang : jika responden dapat menjawab dengan benar skor =≤3.

3.6.2 Menu Makanan

Baik : jika responden dapat menjawab dengan benar skor = ≥3.

Kurang : jika responden dapat menjawab dengan benar skor =≤3.

3.6.3 Pengontrolan makanan

Baik : jika responden dapat menjawab dengan benar skor = ≥3.

Kurang : jika responden dapat menjawab dengan benar skor = ≤3.

3.6.4 Status Gizi Balita / Garis Pertumbuhan Mengunakan KMS

Baik : Apabila grafik penimbangan berat badan pada anak naik

dengan sesuai garis pertumbuhannya berarti anak

tumbuh sehat.

Kurang : Apabila grafik penimbangan berat badan pada anak

tidak naik berarti ada penurunan konsumsi makanan

atau gangguan kesehatan pada anak.

3.7. Teknik Analisis Data

3.7.1 Analisis Univariat

Analisis univariat adalah analisis yang dilakukan untuk satu variabel atau per

variabel. Tujuannya adalah untuk melihat seberapa besar proporsi variabel yang

Page 34: PENGARUH ASUPAN MAKANAN, MENU MAKANAN, …

27

diteliti dan disajikan dalam bentuk tabel. Analisis univariat dilakukan untuk

menggambarkan atau menjelaskan masing-masing variabel yang diteliti dalam

bentuk distribusi frekuensi dari setiap veriabel penelitian.

Analisis ini juga digunakan untuk mendapatkan hubungan antara asupan

makanan, menu makanan dan pengontrolan makanan dengan status gizi balita.

3.7.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat adalah analisis yang melibatkan sebuah variabel depeden

dan sebuah variabel independen. Untuk mengetahui hubungan antara variabel

indenpeden dan variabel dependen digunakan analisis statistik dengan uji chi

square (X2) dengan memakai nilai α = 0,05. Dasar pengambilan hipotesis

penelitian berdasarkan tingkat signifikan ( nilai p ), yaitu :

a. Jika nilai p < 0,05 maka hipotesis pqenelitian (Ho di tolak) atau dapat

disimpulkan bahwa ada hubungan antara asupan makanan, menu makanan

dan pengontrolan makanan dengan status gizi balita.

b. Jika nilai p > 0,05 maka hipotesis penelitian (Ha diterima) atau dapat

disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara asupan makanan, menu

makanan dan pengontrolan makanan dengan status gizi balita.

Analisis bivariat adalah analisis yang melibatkan sebuah variabel

dependen dan sebuah variabel dependent. Karena data berbentuk katagorik maka

untuk mengetahui hubungan antara variabel-variabel independen dan dependen

digunakan analisis statistk Uji Chi-square dengan memakai nilai alpha 0,05. Jika

tidak ada sel memiliki harapan kurang dari 5, maka digunakan Continuity

Correction (Notoatmodjo. 2005)

Page 35: PENGARUH ASUPAN MAKANAN, MENU MAKANAN, …

28

Untuk memperoleh hubungan yang bermakna pada variabel penelitian ini

digunakan perangkat komputer dalam menganalisis Uji Chi-square.

Page 36: PENGARUH ASUPAN MAKANAN, MENU MAKANAN, …

28

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Lokasi Penelitian

Gampong Serba Guna merupakan salah satu gampong yang terdapat di

Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya. Gampong Serba Guna

mempunyai luas wilaya 935 Ha. Dengan luas pemukiman penduduk 57 Ha.

Jumlah penduduk Gampong Serba Guna adalah sebanyak 1796 jiwa.

Adapun batas-batas Gampong Serba Guna adalah sebagai berikut :

a. Sebelah Utara : PT. Socfindo

b. Sebelah Timur : Gampong Serba Jadi

c. Sebelah Selatan : Gampong Alue Raya

d. Sebelah Barat : Gampong Suka Jadi

Gampong Serba Guna memiliki 4 dusun dengan jumlah rumah sebanyak

522 rumah. Pembangian rumah berdasarkan dusun di Gampong Serba Guna

antara lain sebagai berikut :

a. Dusun Sido Mulyo : 119 Rumah

b. Dusun Sido Mukti : 135 Rumah

c. Dusun Sido Rukun : 139 Rumah

d. Dusun Sido Dadi : 129 Rumah

4.2 Gambaran Umum Responden

Responden dalam penelitian ini adalah ibu- ibu dari Balita yang ada di Desa

Serba Guna. yang menjadi sampel dalam penelitian ini yaitu sebanyak 30

responden.

Page 37: PENGARUH ASUPAN MAKANAN, MENU MAKANAN, …

29

4.3 Hasil Penelitian

4.3.1 Analisis Univariat

Analisis ini dilakukan untuk melihat masing-masing variabel yang diteliti

dalam bentuk distribusi frekuensi setiap variabel penelitian. Variabel-variabel

dalam penelitian ini yaitu Asupan Makanan, Menu Makanan, Pengontrolan

Makanan dan Status Gizi.

4.3.1.1 Asupan Makanan

Tabel 4.1 Distribusi Responden Mengenai Asupan Makanan Terhadap

Status Gizi Balita Usia 7-24 bulan di desa Serba Guna

Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013

No Asupan makanan Frekuensi %

1 Baik 15 50.0 2 Kurang 15 50.0

Total 30 100

Sumber: Data Primer (diolah 2013)

Berdasarkan tabel 4.1 dari 30 responden, yang menyatakan asupan makanan

baik berjumlah 15 orang (50,0%) dan responden yang menyatakan asupan

makanan kurang berjumlah 15 orang (50,0%).

4.3.1.2 Menu Makanan

Tabel 4.2 Distribusi Responden Mengenai Menu Makanan Terhadap

Status Gizi Balita Usia 7-24 bulan di desa Serba Guna

Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013

No Menu Makanan Frekuensi %

1 Baik 17 56,7 2 Kurang 13 43,3

Total 30 100

Sumber: Data Primer (diolah 2013)

Berdasarkan tabel 4.2 dari 30 responden, yang menyatakan menu makanan

baik berjumlah 17 orang (56,7%) dan responden yang menyatakan bahwa menu

makanan kurang berjumlah 13 orang (43,3%).

Page 38: PENGARUH ASUPAN MAKANAN, MENU MAKANAN, …

30

4.3.1.3 Pengontrolan Makanan

Tabel 4.3 Distribusi Responden Mengenai Pengontrolan Makanan Terhadap

Status Gizi Balita Usia 7-24 bulan di desa Serba Guna

Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013

No Pengontrolan Makanan Frekuensi %

1 Baik 14 46,7

2 Kurang 16 53,3

Total 30 100

Sumber: Data Primer (diolah 2013)

Berdasarkan tabel 4.3 dari 30 responden, yang menyatakan pengontrolan

makanan baik berjumlah 14 orang (46,7%) dan responden yang menyatakan

pengontrolan makanan kurang berjumlah 16 orang (53,3%).

4.3.1.4 Status Gizi

Tabel 4.4 Distribusi Responden Mengenai Status Gizi Balita Usia 7-24 bulan

di desa Serba Guna Kecamatan Darul Makmur Kabupaten

Nagan Raya Tahun 2013

No Status Gizi Frekuensi %

1 Baik 11 36,7

2 Lebih 19 63,3

Total 30 100

Sumber: Data Primer (diolah 2013)

Berdasarkan tabel 4.4 dari 30 orang responden, yang menyatakan status gizi

baik berjumlah 11 orang (36,7%) dan responden yang menyatakan status gizi

kurang berjumlah 19 orang (63,3%).

Page 39: PENGARUH ASUPAN MAKANAN, MENU MAKANAN, …

31

4.3.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk menganalisis hubungan dua variabel yaitu

variabel independen dengan variabel dependen yang bertujuan untuk mengetahui

antara dua variabel tersebut. Analisis ini menggunakan uji Chi-square jika p value

<0,05 maka dapat disimpulkan ada hubungan yang bermakna.

4.3.2.1 Pengaruh Asupan Makanan Terhadap Status Gizi Balita Usia 7-24

Bulan

Tabel 4.5 Pengaruh Asupan Makanan Terhadap Status Gizi Balita Usia 7-24

Bulan di Desa Serba Guna Kecamatan Darul Makmur Kabupaten

Nagan Raya Tahun 2013

Sumber: dari data primer (diolah tahun 2013)

Dari tabel 4.5 dari 15 responden yang menyataka asupan makanan baik

ternyata 5 responden (33,3 %) yang memiliki status gizi yang baik. Dan dari 15

responden yang menyatakan asupan makanan kurang, tenyata 9 responden

(60,0%) yang memiliki status gizi yang kurang. Dari hasil uji chi square di dapat

nilai p = 1, hal ini menunjukan bahwa p > α (0,05), dengan nilai OR = 0.750

Asupan

Makanan

Status Gizi

Total

P value

α Baik Kurang

N % n % n %

Baik 5 33,3 10 66,7 15 100

1

0,05 Kurang 6 40,0 9 60,0 15 100

Jumlah 11 36,7 19 63,3 30 100

Page 40: PENGARUH ASUPAN MAKANAN, MENU MAKANAN, …

32

4.3.2.2 Pengaruh Menu Makanan Terhadap Status Gizi Balita Usia 7-24

Bulan

Tabel 4.6 Pengaruh Menu Makanan Terhadap Status Gizi Balita Usia 7-

24 Bulan di Desa Serba Guna Kecamatan Darul Makmur

Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013

Sumber: dari data primer (diolah tahun 2013)

Dari tabel 4.6 Dari tabel 4.5 dari 17 responden yang menyataka menu

makanan baik ternyata 3 responden (17,6 %) yang memiliki status gizi yang baik.

Dan dari 13 responden yang menyatakan menu makanan kurang, tenyata 5

responden (38,5%) yang memiliki status gizi yang kurang. Dari hasil uji chi

square di dapat nilai p = 0,037, hal ini menunjukan bahwa p < α (0,05), dengan

nilai OR = 0.134

Menu Makanan

Status Gizi

Total

P value

Α Baik Kurang

N % n % n %

Baik 3 17,6 14 82,4 17 100 0,037

0,05 Kurang 8 61,5 5 38,5 13 100

Jumlah 11 36,7 19 63,3 30 100

Page 41: PENGARUH ASUPAN MAKANAN, MENU MAKANAN, …

33

4.3.2.3 Pengaruh Pengontrolan Makanan Terhadap Status Gizi Balita Usia

7-24 Bulan

Tabel 4.7 Pengaruh Pengontrolan Makanan Terhadap Status Gizi Balita

Usia 7-24 Bulan di Desa Serba Guna Kecamatan Darul

Makmur Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013

Sumber: dari data primer (diolah tahun 2013)

Dari tabel 4.7 dapat di lehat 14 responden yang menyataka pengontrolan

makanan baik ternyata 4 responden (28,6 %) yang memiliki status gizi yang baik.

Dan dari 16 responden yang menyatakan pengontrolan makanan kurang, tenyata 9

responden (56,3 %) yang memiliki status gizi yang kurang. Dari hasil uji chi

square di dapat nilai p = 0,063, hal ini menunjukan bahwa p > α (0,05), dengan

nilai OR = 0.514

Pengontrolan

Makanan

Status Gizi

Total

P value

Α Baik Kurang

N % n % n %

Baik 4 28,6 10 71,4 14 100 0,63

0,05 Kurang 7 43,8 9 56,3 16 100

Jumlah 11 36,7 19 63,3 30 100

Page 42: PENGARUH ASUPAN MAKANAN, MENU MAKANAN, …

34

4.4 Pembahasan

4.4.1 Pengaruh Asupan Makanan Terhadap Status Gizi Balita Usia 7-24

Bulan

Berdasarkan hasil analisis bivariat menggunakan Uji Chi square didapatkan

nilai p = 1. Hal ini menunjukkan bahwa p > α (0,05) , sehingga tidak terdapat

pengaruh asupan makanan antara asupan makanan terhadap status gizi balita usia

7-24 bulan di Desa Serba Guna Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan

Raya tahun 2013.

Berdasarkan hasil ini dapat diasumsikan bahwa asupan makanan tidak ada

pengaruh terhadap status gizi balita, namun ibu tetap harus melakukan upaya

untuk mengontrol status gizi balita agar tetap seimbang atau baik. Hal ini seperti

yang dikemukakan Depkes RI 2000, Untuk mencegah terjadinya berbagai

gangguan gizi dan masalah psiko sosial, diperlukan adanya perilaku penunjang

dari para orang tua, ibu atau pengasuh dalam keluarganya untuk selalu

memberikan makanan dengan gizi seimbang kepada balitanya.

4.4.2 Pengaruh Menu Makanan Terhadap Status Gizi Balita Usia 7-24

Bulan

Berdasarkan hasil analisis bivariat menggunakan Uji Chi square didapatkan

nilai p = 0,037. Hal ini menunjukkan bahwa p < α (0,05) , sehingga terdapat

pengaruh yang signifikan antara menu makanan terhadap status gizi balita usia 7-

24 bulan di Desa Serba Guna Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya

tahun 2013.

Berdasarkan hasil ini dapat diasumsikan bahwa semakin baik menu

makanan yang diberikan oleh ibu kepada balita maka semakin baik pula status

gizi balita, oleh karena itu ibu perlu memehami betapa pentingnya mengkreasikan

Page 43: PENGARUH ASUPAN MAKANAN, MENU MAKANAN, …

35

menu makanan yang akan diberikan kepada balita sehingga balita tidak

mengalami kurang gizi. Hal ini sejalan dengan yang di sampaikan oleh,

(Suparyanto, 2005) Kekurangan gizi pada salah satu makanan dengan pemberian

menu seimbang dapat dicukupi oleh makanan lain. Untuk itu pemberian menu

seimbang dengan makanan yang beraneka ragam sangat dibutuhkan dalam memenuhi

kecukupan gizi.

4.4.3 Pengaruh Pengontrolan Makanan Terhadap Status Gizi Balita Usia 7-

24 Bulan

Berdasarkan hasil analisis bivariat menggunakan Uji Chi square didapatkan

nilai p = 0,63. Hal ini menunjukkan bahwa p > α (0,05) , sehingga tidak ada

pengaruh antara pengontrolan makanan terhadap status gizi balita usia 7-24 bulan

di Desa Serba Guna Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya tahun

2013.

Berdasarkan hasil ini dapat diasumsikan bahwa. Pengontrolan makanan tidak

begitu berpengaruh namun bukan berarti akan diabaikan, akan tetapi tetap

melakukan pengontrolan yang maksimal agar status gizi balita dapat menjadi

lebih baik seiring dengan perkembangan yang dialami balita, kerena kebutuhan

gizi semakin penting seiring perkembangan balita laki- laki maupun perempuan.

Hal ini sesuai yang dikatakan oleh (Supariasa, 2002) Apabila konsumsi gizi

makanan pada seseorang tidak seimbang dengan kebutuhan tubuh maka akan terjadi

kesalahan gizi yang mencakup kelebihan dan kekurangan gizi. Banyaknya zat gizi

yang diperlukan berbeda antara satu orang dengan orang lain tetapi fungsi gizi pada

pokoknya sama untuk semua orang.

Page 44: PENGARUH ASUPAN MAKANAN, MENU MAKANAN, …

36

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Tidak ada pengaruh antara asupan makanan Terhadap status gizi balita usia 7-

24 bulan di Desa Serba Guna Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan

Raya tahun 2013. Dari hasil yang didapat dengan memakai Chi- square P

value = 01 yang berarti P value > 0,05

2. Ada pengaruh antara menu makanan Terhadap status gizi balita usia 7-24 bulan

di Desa Serba Guna Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya tahun

2013. Dari hasil yang didapat dengan memakai Chi- square P value = 0,037

yang berarti P value > 0,05

3. Tidak ada pengaruh antara pengontrolan makanan Terhadap status gizi balita

usia 7-24 bulan di Desa Serba Guna Kecamatan Darul Makmur Kabupaten

Nagan Raya tahun 2013. Dari hasil yang didapat dengan memakai Chi- square

P value = 01 yang berarti P value > 0,05

5.2 Saran

1. Diharapkan kepada ibu untuk lebih memperhatikan pola pemberian menu

makanan kepada balita, agar balita tertarik untuk mengkonsumsinya sehingga

gizi balita dapat terpenuhi.

2. Diharapkan kepada tenaga kesehatan yang bertanggung jawab terhadap

kesehatan balita di desa Serba Guna lebih memperhatikan kondisi gizi balita

didesa tersebut.

Page 45: PENGARUH ASUPAN MAKANAN, MENU MAKANAN, …

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S, 2005. Prinsip dasar ilmu gizi. Gramedia pustaka utama: Jakarta Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial RI . 2000. Gizi Seimbang Menuju Hidup

Sehat bagi Balita. Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial RI : Jakarta

Departemen Kesehatan RI. 2005. Modul Pelatihan Penilaian Pertumbuhan Anak. Departemen Kesehatan RI : Jakarta

Dinkes Kabupaten Nagan Raya .2012. Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP).

Dinas Kesehatan Prov. NAD. 2007. Keluarga Sadar Gizi. Jakarta

Kementerian Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak. 2011.

Panduan Penyelenggaraan Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan bagi Balita Gizi Kurang . Kementerian Kesehatan RI: Jakarta

Kementerian Kesehatan RI. GIZI BURUK INDONESIA.2012. Jakarta

Lawson, Margaret. Makanan Sehat untuk Bayi dan Balita. Dian Rakyat : Jakarta

Notoatmojo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta : Jakarta.

Reksodikusumo, Jahari, Hartono, Kunanto, 1989. Gizi dan Nutrisi : Jakarta

Serba Serbi, 2012. Informasi wanita dan kesehatan. Diperoleh : www.wanitaku.com. Diakses ( 8 Februari 2013 ).

Suparyanto.2005. Konsep Dasar Menu Seimbang. http ://dr-suparyanto. blogspot.com/2012/02konsep-dasar-menu.html.Diakses 12 November 2012

Supariasa, dkk, 2002. Penilaian status gizi. Penerbit buku kedokteran , EGC, Jakarta.

World Health Organization (WHO). 2005. Modul Pelatihan Penilaian Pertumbuhan Anak. Departemen Kesehatan RI : Jakarta

Widyakarya Karya Nasional Pangan dan Gizi, 2000 : Jakarta