universitas mercu buana yogyakartaeprints.mercubuana-yogya.ac.id/5885/1/naskah publikasi.doc · web...

30
PENGARUH PENGGUNAAN NANOKAPSUL JUS KUNYIT DALAM RANSUM TERHADAP KUALITAS KIMIA DAGING ITIK LOKAL JANTAN RAHMAT JULIAN 15022156 Program Studi Peternakan, Fakultas Agroindustri, Universitas Mercu Buana Yogyakarta Jl. Wates Km. 10 Yogyakarta 55753 [email protected] INTISARI *) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan nanokapsul jus kunyit dalam ransum terhadap kualitas kimia daging itik lokal jantan. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 11 April – 29 Mei 2019 berlokasi di Dusun Samben, Desa Argomulyo, Kecamatan Sedayu, Kabupaten Bantul, DIY. Ransum yang digunakan yaitu P1 (ransum basal tanpa penambahan nanokapsul jus kunyit/kontrol) dan P2 (ransum basal dengan penambahan nanokapsul jus kunyit 4% dari ransum). Meteode yang digunakan adalah metode eksperimen dengan 2 perlakuan dan 5 ulangan. Setiap ulangan terdiri dari 4 ekor itik lokal jantan. Data dianalisis dengan menggunakan independent- samples t-test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ransum kontrol dan ransum perlakuan secara berturut - turut adalah kadar air P1 77,66% ; P2 76,60%, kadar protein P1 25,94% ; P2 25,96%, kadar lemak P1 7,30% ; P2 6,59%, kadar abu P1 1,40% ; P2 1,26%. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Penambahan 4% nanokapsul jus kunyit dalam ransum itik lokal jantan mampu menurunkan kadar air, kadar lemak dan kadar abu pada daging itik lokal jantan. Kata kunci: Nanokapsul, Jus kunyit, Kualitas kimia, Daging, Itik lokal jantan

Upload: others

Post on 08-Nov-2020

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Universitas Mercu Buana Yogyakartaeprints.mercubuana-yogya.ac.id/5885/1/NASKAH PUBLIKASI.doc · Web viewHasil penelitian rerata kadar air pada P1 adalah 77,66 % dan P2 adalah 76,60%,

PENGARUH PENGGUNAAN NANOKAPSUL JUS KUNYIT DALAM RANSUM TERHADAP KUALITAS KIMIA DAGING ITIK LOKAL

JANTANRAHMAT JULIAN

15022156

Program Studi Peternakan, Fakultas Agroindustri, Universitas Mercu BuanaYogyakarta

Jl. Wates Km. 10 Yogyakarta [email protected]

INTISARI*)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan nanokapsul jus kunyit dalam ransum terhadap kualitas kimia daging itik lokal jantan. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 11 April – 29 Mei 2019 berlokasi di Dusun Samben, Desa Argomulyo, Kecamatan Sedayu, Kabupaten Bantul, DIY. Ransum yang digunakan yaitu P1 (ransum basal tanpa penambahan nanokapsul jus kunyit/kontrol) dan P2 (ransum basal dengan penambahan nanokapsul jus kunyit 4% dari ransum). Meteode yang digunakan adalah metode eksperimen dengan 2 perlakuan dan 5 ulangan. Setiap ulangan terdiri dari 4 ekor itik lokal jantan. Data dianalisis dengan menggunakan independent-samples t-test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ransum kontrol dan ransum perlakuan secara berturut - turut adalah kadar air P1 77,66% ; P2 76,60%, kadar protein P1 25,94%; P2 25,96%, kadar lemak P1 7,30% ; P2 6,59%, kadar abu P1 1,40% ; P2 1,26%. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Penambahan 4% nanokapsul jus kunyit dalam ransum itik lokal jantan mampu menurunkan kadar air, kadar lemak dan kadar abu pada daging itik lokal jantan.

Kata kunci: Nanokapsul, Jus kunyit, Kualitas kimia, Daging, Itik lokal jantan

ABSTRACT*)

This study aimed to determine the influence of turmeric juice nanocapsule in ration chemical qualities of male local duck meat. This research was held on 11 April-29 May 2019, located in Samben Hamlet, Argomulyo Village, Sedayu subdistrict, Bantul Regency, DIY. The ration used were P1 (basal ration without the addition of turmeric juice nanocapsul/control) and P2 (basal ration with the addition of turmeric juice nanocapsul 4% from ration). The method used is and experimental method whit 2 treatments and 5 repetition. Each repetition consist of 4 male local ducks. The Data were analyzed using the independent-samples T-Test. The result showed that the administration of the control and ration of the row in a was the moisture content of P1 77.66%; P2 76.60%, protein content P1 25.94%; P2 25.96%, P1 fat content 7.30%; P2 6.59%, ash content of P1 1.40%; P2 1.26%. From the results of this study can be concluded that the addition of the 4% turmeric juice

Page 2: Universitas Mercu Buana Yogyakartaeprints.mercubuana-yogya.ac.id/5885/1/NASKAH PUBLIKASI.doc · Web viewHasil penelitian rerata kadar air pada P1 adalah 77,66 % dan P2 adalah 76,60%,

nanocapsule in the male local duck ration decrease the moisture content, fat content and ash content in the male local duck meat.

Keyword: Nanocapsule, Turmeric juice, Chemical quality, Meat, Male local duck

PENDAHULUAN

Latar belakang

Ternak itik merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk mendukung kebutuhan masyarakat akan daging yang bergizi. Hasil produksi utama dari ternak itik adalah telur dan daging. Daging merupakan salah satu hasil ternak yang hampir tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia dan merupakan bahan pangan yang sangat bermanfaat bagi manusia karena mengandung nutrien yang cukup tinggi, asam-asam aminonya lengkap dan esensial untuk proses pertumbuhan danperkembangan jaringan tubuh (Soeparno,1994).

Ternak itik memiliki kemampuan lebih tahan penyakit, dapat dipelihara tanpa atau dengan air serta pertumbuhannya lebih cepat dari ayam buras (Srigandono, 1997). Kelebihan dari beternak itik tersebut dapat menjadikan peluang dasar untuk meningkatkan kualitas dan kuantitasnya untuk mencukupi kebutuhan daging serta permintaannya yang semakin meningkat. Apabila produksi daging itik lokal dan daging ayam lokal di bandingkan tercatat pada tahun 2005 di Indonesia produksi daging itik tergolong rendah. Ditjennak (2006) melaporkan bahwa produksi daging itik di Indonesia hanya 21.351 ton, sedangkan jumlah produksi daging ayam lokal telah mencapai 301.427 ton. Sejak 2001 hingga 2006 dilaporkan bahwa total daging bebek peking beku yang masuk ke Indonesia sekitar 669 ton. Sumber daging bebek tersebut berasal dari China, USA, Singapore dan

Malaysia. Hal inilah yang memberi peluang serta harapan kedepan bahwa daging itik dapat menjadikan potensi pada sumberdaya lokal dan sumber protein tinggi untuk masyarakat.

Dalam usaha peningkatan terhadap kualitas ternak dapat dilakukan seleksi bibit mutu yang baik, penyediaan ransum yang mencakup kuantitas dan kualitasnya serta pemberian ransum tambahan yg disebut dengan (feed additive). Menurut Handoyo (1990), yang dimaksud dengan feed additive adalah sesuatu yang ditambahkan pada ransum dalam jumlah tertentu dengan tujuan tertentu. Penambahan kurkumin atau kunyit sebagai feed additive merupakan salah satu upaya peningkatan kualitas ternak.

Kurkumin telah terbukti sebagai antioksidan yaitu dapat menangkap radikal hidroksi merupakan salah satu bentuk dari radikal bebas (Nurfina, 1996 cit. Aznam, 2004). Beberapa penelitian secara in vitro dan in vivo menunjukkan bahwa kunyit mempunyai aktivitas sebagai antibakteri, antiinflamasi(antiperadangan), antitoksik, antihiperlipidemia, antioksidan dan antikanker, tetapi kurkumin mempunyai bioavailabilitas yang rendah (kelarutan rendah, penyerapan rendah, cepat lewat, tingginya tingkat metabolisme di sel usus, eliminasi cepat) (Anand et al., 2007). Salah satu sebab rendahnya bioavailabilitas kurkumin adalah tidak larut air pada asam atau pH netral, dan ini penyebab sulitnya diabsorpsi (Maiti et al., 2007), sehingga aplikasi kurkumin diperlukan teknologi dan polimer yang mampu membawa dan mengantarkannya

Page 3: Universitas Mercu Buana Yogyakartaeprints.mercubuana-yogya.ac.id/5885/1/NASKAH PUBLIKASI.doc · Web viewHasil penelitian rerata kadar air pada P1 adalah 77,66 % dan P2 adalah 76,60%,

untuk dapat terabsorbsi dengan baik, seperti kitosan nanopartikel. Zat aktif pada kunyit mengandung minyak atsiri dan senyawa kurkumin. Kandungan bahan kimia yang sangat berguna adalah curcumin yaitu diarilheptanoid yang memberi warna kuning, selain itu kandunangan kimianya adalah turmeron, zingiberen.

Tujuan Penelitian Mengetahui pengaruh pemberian

feed additive nanokapsul jus kunyit upaya memberikan alternative atau menggantikan penggunaan antibiotik sintetis. Serta mengetahui kualitas kimia daging itik lokal jantan dengan memeriksa kadar air, kadar protein, kadar lemak, dan kadar abu.

Manfaat PenelitianManfaat dari penelitian ini

adalah sebagai bahan informasi dan bahan evaluasi bagi masyarakat dan instansi terkait dengan kualitas kimia daging itik lokal jantan, akan tersedia daging itik yang baik, tinggi protein, rendah lemak dan kolestrol, serta bebas residu antibiotik. Serta sebagai pengembangan ilmu pengetahuan di bidang teknologi produksi olahan hasil ternak.

MATERI DAN METODEWaktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakanpada tanggal 11 April – 29 Mei 2019 di Dusun Samben, Desa Argomulyo, Kecamatan Sedayu, Kabupaten Bantul, DIY. Dan tempat pengujian kualitas kimia dilakukan di laboratorium Kimia Universitas Mercu Buana Yogyakarta.

Materi Penelitian

penelitian ini menggunakan itik lokal sebanyak 40 ekor umur 6-10 minggu. Dialokasikan secara acak dalam10 kandang, masing-masing kandang berisi 4 ekor itik. Dari 10 kandang akan dibagi 2 perlakuan sehingga dilakukan pengulangan sebanyak 5 kali. Kemudian kelengkapan kandang sepeti tempat pakan dan tempat minum serta peralatan

kandang guna untuk kebersihan kandang dan lingkungan sekitar. Sebelum melakukan penelitian terlebih dahulu dilakukan sterilisasi area kandang menggunakan larutan desinfektan (rodalon) serta kebutuhan vitamin diberikan vita-chick. Sebelum dilakukan perlakuan itik diberikan adaptasi berupa pakan komersil (basal) guna sebagai tahap adaptasi. Kemudian setelah 1 minggu setelah adaptasi itik mulai diberikan pakan perlakuan dengan nanokapsul. Metode pada penelitian ini digunkan metode eksperimen, sebagai berikut : ransum komersil (basal), ransum perlakuan (basal + nanokapsul jus kunyit 4%), pemberian pakan dan minum secara ad-libitum sesuai perlakuan.

MATERI DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 11 April – 29 Mei 2019 di Dusun Samben, Desa Argomulyo, Kecamatan Sedayu, Kabupaten Bantul, DIY. Dan tempat pengujian kualitas kimia dilakukan di laboratorium Kimia Universitas Mercu Buana Yogyakarta.

Materi Penelitian penelitian ini menggunakan itik

lokal sebanyak 40 ekor umur 6-10 minggu. Dialokasikan secara acak dalam10 kandang, masing-masing kandang berisi 4 ekor itik. Dari 10 kandang akan dibagi 2 perlakuan sehingga dilakukan pengulangan sebanyak 5 kali. Kemudian kelengkapan kandang sepeti tempat pakan dan tempat minum serta peralatan kandang guna untuk kebersihan kandang dan lingkungan sekitar. Sebelum melakukan penelitian terlebih dahulu dilakukan sterilisasi area kandang menggunakan larutan desinfektan (rodalon) serta kebutuhan vitamin diberikan vita-chick. Sebelum dilakukan perlakuan itik diberikan adaptasi berupa pakan komersil (basal) guna sebagai tahap adaptasi. Kemudian setelah 1 minggu setelah adaptasi itik mulai

Page 4: Universitas Mercu Buana Yogyakartaeprints.mercubuana-yogya.ac.id/5885/1/NASKAH PUBLIKASI.doc · Web viewHasil penelitian rerata kadar air pada P1 adalah 77,66 % dan P2 adalah 76,60%,

diberikan pakan perlakuan dengan nanokapsul. Metode pada penelitian ini digunkan metode eksperimen, sebagai berikut : ransum komersil (basal), ransum perlakuan (basal + nanokapsul jus kunyit

4%), pemberian pakan dan minum secara ad-libitum sesuai perlakuan. Tabel 1. Komposisi dan nutrient ransum basal tanpa penambahan antibiotik sintetis

Bahan pakan Grower (6-10 minggu)* (%)Jagung kuning giling 60,00Dedak padi 15,00Bungkil kedelai/SBM 45 20,00Tepung ikan 3,00Minyak sawit 1,00Batu kapur 0,55Garam NaCl 0,15Masamix ** 0,30Total 100,00Kandungan nutrientProtein kasar (%) 17,54Me (kcal/kg) 3094,37Lemak kasar (%) 3,78Serat kasar (%) 3,49Kalsium (%) 1,13Fosfor tersedia (%) 0,16Lisin (%) 1,05Metionin (%) 0,32

Keterangan :*Standar kebutuhan nutrien itik umur 6-10 minggu (BPTP Banten, 2010): protein 15,4%; Lys 0,9%; Met & Sis 0,57%; ME 2900 kcal/kg, Ca 0,72%; P av 0,36%. (Menurut NRC (1994): PK 16%, ME 3000 kcal/kg)* Komposisi masamix per kilogram : vit A 810000 IU, D3 212000 ICU, E 1,8 g, K3 0,18 g, B1 0,112 g, B2 0,288 g, B6 0,3 g, B12 0,0036 g, Co 0,028 g, Cu 0,5 g, Fe 6,0 g; Mn 6 g; Iod 0,1 g; Zn 5 g, Se 0,025 g, DL-Met 212,5 g, L-Lys 31 g, As. Folat 0,11 g, As. panthotenat 0,54 g. Niacin (vit B3) 2,16 g, CholinCl60% 75 g.

1. gelas timbang/vochdoos,Bahan Penelitian 2. timbangan analitik,

Bahan uji kualitas kimia daging 3. desikator,menggunakan katalisator, indicatorBCG(warna merah muda), Na-Thio, 4. tang penjepit,H3BO2 4%, HCL 0,02N, pelarut lemak 5. oven pengering.dan aquades. Alat untuk analisa kadar protein :

Alat Penelitian 1. labu mikro kjeldahl,Alat yang digunakan antara lain: 2. .kertas saring,

kandang itik, tempat pakan dan minum 3. timbangan analitik,itik, lampu, alat tulis, penampung daging, 4. kompor istrik,kertas label, timbangan digital gantung, 5. alat destilasi,tali rafia, gunting, pisau, blender, mesin 6. .Erlenmeyer 100 ml,pembuat pellet, alat dokumentasi. 7. pipet tetes,Alat untuk analisa kadar air : 8. pipet gondok 5 ml,

Page 5: Universitas Mercu Buana Yogyakartaeprints.mercubuana-yogya.ac.id/5885/1/NASKAH PUBLIKASI.doc · Web viewHasil penelitian rerata kadar air pada P1 adalah 77,66 % dan P2 adalah 76,60%,

9. gelas ukur 25 dan 10 ml,10. buret.Alat untuk analisis kadar lemak :1 .alat ekstraksi dan soxhlet/mikro soxhlet,2. labu penampung,3.timbangan analitik dengan tingkat kepekaan 0,0001 gram kapasitas 200 gram,5.waterbath.Alat untuk analisis kadar abu :1. silicadisk2. desikator.3. muffle furnuse (tanur)4. oven

Metode PenelitianMetode penelitian ini dikerjakan

dengan 2 tahap, dari pemeliharaan selama 30 hari yang dilaksanakan di dusun Samben, desa Argomulyo, kecamatan Sedayu, kabupaten bantul, DIY. Sampai dengan dilanjutkan penelitian di Laboratorium Kimia Uiversitas Mercu Buana. Adapun tahapan penelitian sebagai berikut :Tahapan penelitian

Pada penelitian ini terdiri (3)tahapan yaitu : pembuatan nanokapsul jus kunyit penyiapan sampel daging itik lokal, dan analisis kualitas kimia daging itik lokalTahapan 1. Pembuatan nanokapsul jus kunyit 4%

Pembuatan sediaan cair nanokapsul jus kunyit dengan penambahan kitosan-STTP, 400 g rimpang kunyit diblender dalam 500 ml aquades selama 1 jam dan kitosan 5 g dilarutkan dalam 400 ml asam sitrat 2,5% kemudian campurkan mengguanakan blender selama 30 menit, setelah itu baru tambahkan sodium-tripolifosfat 2,5 g yang dilarutkan kedalam aquades 100 ml, lalu campukan menggunakan blender selama 30 menit. Hasil didapatkan nanokapsul jus kunyit sediaan cairkonsentrasi 100%. Scale-up

dilakukan dengan proporsi sama, sebanyak 4% nanokapsul jus kunyitdari bobot ransum dengan penambahan air secukupnya sampai membentuk pellet yang baik.Tahapan 2. Penyiapan sampel daging itik lokal

Menyembelih itik kemudian mengambil karkas bagian dada lalu memisahkanya dari kulit sertatulangnya menggunakan pisau, kemudian sampel daging diletakan diatas nampan lalu dimasukan ke dalam plastik dan diberi label di setiap perlakuan.Tahapan 3. Analisis kualitas kimia daging itik lokal

Daging yang telah disimpankemudian dilakukan analisis. Pengambilan data dilakukan sekalisecara langsung setelah itu dilanjutkan dengan analisis kimia. Data yang diambil adalah data dari uji kualitas kimia (kadar air, kadar protein, kadar lemak, kadar abu).

Variabel yang Diamati Adapun variabel yang diamati

pada penelitian uji kualitas kimia adalah kadar air, kadar protein, kadar lemak dan kadar abu.

Prosedur Penelitian Analisis kadar air

1. Keringkan voocdush (gelas timbang)bersama tutup yang dilepas yangsudah bersih di dalam oven pengering pada suhu 105-110°C selama 1 jam.

2. Dinginkan gelas timbang bersama tutup yang dilepas di dalam desikator, dan bila sudah dingin ditimbang dalam keadaan tertutup (x gram).

3. Timbang sempel daging itik seberat ± 2 gram (Y gram), masukan ke dalam gelas timbangan dan keringkan bersama tutup yang dilepas di dalam oven pengering selama 8-12 jam pada suhu 105-110°C.

Page 6: Universitas Mercu Buana Yogyakartaeprints.mercubuana-yogya.ac.id/5885/1/NASKAH PUBLIKASI.doc · Web viewHasil penelitian rerata kadar air pada P1 adalah 77,66 % dan P2 adalah 76,60%,

4. Keluarkan gelas timbang yang berisisampel yang telah ditutup dandidinginkan di dalam desikator dengan tutup dilepas kembali.

5. Timbang gelas timbang yang berisi sampel daging itik dalam keadaan dingin dan tertutup sampai diperoleh bobot konstan (z gram).Rumus perhitungan kadar air sebagai berikut :

% kadar air = ( + )− × 100%

Keterangan =x : berat gelas timbang sebelum di oveny : berat sempel sebelum diovenz : berat gelas timbang + sampel setelah dioven.

Analisis kadar protein1. Menimbang kertas saring2. Menimbang sampel daging itik 0,045

s/d 0,05 gr + kertas saring.3. Sampel dibungkus dengan kertas

saring lalu dimasukkan ke labu kjeldahl.

4. Tambahkan katalisator warna (orange ½ sendok spatula)

5. Menambahkan 2 ml H2SO4 pekat6. Panaskan labu kjeldahl di atas

kompor untuk destruksi selama 1,5 – 2 jam sampai cairan berwarna putih/jernih.

7. Mematikan kompor, labu beserta sampel diangkat dibiarkan sampai dingin (30-60 menit).

8. Kemudian didestilasi, hasil dari destruksi dimasukan ke dalam alatdestilasi.Menambahkan 15 ml aquades (dimasukan sebagian).

9. Menambahkan 8 ml Na Thio (NaOH+Thio) dan masukan sisa aquades.

10. Hasil destilasi ditampung dalam erlenmayer 100 ml yang berisi 5 ml 3 3 (asam borat) 4% yang ditambahkan 3 tetes indicator (MR : BCG) warna merah muda.

11. Destilasi dihentikan bila hasil sudah mencapai 40 ml dan warna berubah menjadi biru.

12. Cairan hitam dalam lubang destilasi dikeluarkan dan kompor dimatikan, hasil destilasi dititrasi dengan HCl 0,02 N sampai warna berubah menjadi sediakala.

13. Lihat pada buret berapa jumlah larutan HCl an terpakai dan dicatat hasilnya.Rumus perhitungan kadar protein sebagai berikut :

N % = − . )× ×14,008 ×6,25 × ( )100 %

Keterangan =x : jumlah ml HCL untuk sampely : jumlah HCL untuk blangkoz : berat sampelN : normalitas larutan HCLAnalisis kadar lemak

1. Menimbang sampel daging itik 0,5-1,0 gram (x gram) dibungkus dengan kertas saring bebas lemak sebanyak 3 bungkus

2. Masing-masing sampel dimasukan ke dalam oven pengering dengan suhu 105°C selama 12 jam.

3. Kemudian sampel ditimbang (Ygram), penimbangan sampel dilakukan dalam keadaan panas.

4. Sampel kemudian dimasukan dalam alat ekstaksi soxhlet.

5. Labu penampung diisi petroleum ether 0,5 volume labu penampung, alat ekstaksi soxhlet petroleum ether.

6. Di ekstraksi selama 16 jam ( sampai petroleum dalam alat ekstraksi jernih).

7. Alat ekstaksi dimatikan kemudian sampel diambil dan dipanaskan ke dalam oven dengan suhu 105°C selama 24 jam.

Page 7: Universitas Mercu Buana Yogyakartaeprints.mercubuana-yogya.ac.id/5885/1/NASKAH PUBLIKASI.doc · Web viewHasil penelitian rerata kadar air pada P1 adalah 77,66 % dan P2 adalah 76,60%,

8. Setelah 24 jam dan semua lemak telah terpisah, angkat sampel yang ada di dalam ekstaksi soxhlet.

9. Sampel kemudian ditimbang dalam keadaan panas (Z gram).Rumus perhitungan kadar lemak sebagai berikut :

% kadar lemak = ( − ) × 100 % Keterangan =

x : berat sampely : berat sampel setelah dioven z :bera sampel setelah diekstraksi dan dioven.

Analisis Kadar Abu1. Analisis kadar abu dimulai dengan

mengeringkan silicadisk didalam oven selama 1 jam dengan suhu 105°C.

2. Kemudian timbang silicadisk yang sudah didinginkan didalam desikator.

3. Selanjutnya timbang cuplikan sampel sebanyak 1,5 gram sampai dengan 2 gram.

4. Kemudian masukkan kedalam muffle furnuse (tanur) dengan suhu 550°C sampai dengan 600°C selama 12 jam.

5. Dilanjutkan dengan memasukkan sampel kedalam oven dengan suhu 105°C selama 1 jam dan didinginkan sampel selama 1 jam didalam desikator dan timbang.Rumus perhitungan kadar abu sebagai berikut :

% kadar Abu = ( − ) × 100 %Keterangan =x : berat silicadisky : berat sampelz : berat silicadisk dan sampel setelah di tanur

Analisis DataAnalisa data

Penelitian dilakukan dengan menggunakan Uji-T. Data yang diperoleh adalah hasil dari ekperimen (pemberian pakan basal yang ditambahkan 4% nanokapsul) dan kontrol (pemberian pakan basal). Semua

data dilakukan uji kesamaan varian (homogenitas) dengan F test, sebelum dianalisis dengan independent sample T test yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan rata-rata antara dua kelompok sampel yang tidak berkaitan (Priyatno, 2010). Perhitungan menggunakan SPSS-16.

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN

Kadar Air

Berdasarkan analisis uji statistik (Lampiran 1) pada penelitian ini menunjukkan bahwa penambahan nanokapsul jus kunyit (4%) dalam ransum dapat berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap kadar air. Hasil penelitian rerata kadar air pada P1 adalah 77,66 % dan P2 adalah 76,60%, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.

Table 2. Rerata kadar air daging itik lokal jantan (%)

PerlakuanUlangan P1 (0%) P2 (4%)

1 78,08 76,82

2 77,65 76,423 77,71 76,544 76,98 77,015 77,90 76,21

Rerata 77,66b 76,60a

Keterangan :P1 : perlakuan 1 pemberian rasum

basal (kontrol)P2 : perlakuan 2 pemberian ransum

basal + nanokapsul jus kunyit 4%

: rerata dengan superskrip yang berbeda pada baris yang sama

Page 8: Universitas Mercu Buana Yogyakartaeprints.mercubuana-yogya.ac.id/5885/1/NASKAH PUBLIKASI.doc · Web viewHasil penelitian rerata kadar air pada P1 adalah 77,66 % dan P2 adalah 76,60%,

menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0.05)

Berdasarkan analisis uji statistik (Lampiran 1) pada penelitian ini menunjukkan bahwa penambahan nanokapsul jus kunyit (4%) dalam ransum dapat menurunkan kadar air. Pada perlakuan P2 memiliki kadar air 76,60%. Hal tersebut dimungkinkan karena kandungan kurkumin dalam nanokapsul jus kunyit dapat meningkatkan komponen daging seperti protein, lemak dan abu daging sehingga kadar air dalam dagingmenurun. Sundari (2014), mengungkapkan pada penelitian in vitronya bahwa penambahan ekstrakkunyit dapat meningkatkan pencernaan yang disebabkan peningkatan jumlah dan ketinggian vili usus, pada area permukaan vili usus yang meningkat menyerap nutrisi dalam daging, sehingga bahan komponen daging meningkat dan kadar air menurun. Kadar air yang diperoleh dari penelitian ini masih lebih tinggi dari yang dilaporkan oleh Triyantini et al (1997) untuk daging itik berumur 12 minggu yaitu sebesar 73,97%. Kadar air yang diperoleh oleh Triyantini lebih rendah karena itik yang diteliti umurnya lebih tua yaitu 12 minggu, sedangkan yang digunakan dalam penelitian ini adalah itik umur 6-10 minggu. Hal ini terjadi karena semakin tua umur ternak kadarairnya akan semakin berkurang.

Kadar protein

Berdasarkan analisis uji statistik (Lampiran 1) pada penelitian ini menunjukkan bahwa penambahan nanokapsul jus kunyit (4%) dalam ransum berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap kadar protein. Pada

perlakuan P1 adalah 25,94% dan pada perlakuan P2 adalah 25,96% Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.

Table 3. Rerata kadar protein daging itik lokal jantan (%)

Ulangan Perlakuan

P1 (0%) P2 (4%)

1 24,65 25,192 24,39 26,52

3 25,69 25,59

4 27,93 27,14

5 27,05 25,33

Reratans 25,94 25,96Keterangan :P1 : perlakuan 1 pemberian rasum

basal (kontrol)P2 : perlakuan 2 pemberian ransum

basal + nanokapsul jus kunyitns : non signifikan

Berdasarkan analisis uji statistik (Lampiran 1) pada penelitian ini menunjukkan bahwa penambahan nanokapsul jus kunyit (4%) dalam ransum berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap kadar protein dalam daging. Hal ini diduga bahwa kandungan asam amino dari ransum perlakuan mempunyai kandungan yang sama, sehingga menyebabkan kandungan protein daging relatif sama. Daging juga mengandung asam amino esensial yaitu valin, triptopan, treonin, methionin, leusin, isoleusin, lisin dan histidin, Protein daging dapat dicerna sampai sekitar 95%, Kadar protein yang didapat dari hasil penelitian ini lebih besar dari yang dinyatakan Damayanti (2003) pada daging itik umur 8 minggu yang diberi pakan starter ayam broiler dengan kandungan protein pakannya

Page 9: Universitas Mercu Buana Yogyakartaeprints.mercubuana-yogya.ac.id/5885/1/NASKAH PUBLIKASI.doc · Web viewHasil penelitian rerata kadar air pada P1 adalah 77,66 % dan P2 adalah 76,60%,

22,56% dan energi metabolis 2946 kkal/kg yaitu 16,19%. Dengan demikian protein dari penelitian ini lebih baik dari hasil penelitian yang dinyatakan oleh Damayanti (2003), Pakan yang dikonsumsi ternak akan mempengaruhi sifat kimia daging yang dihasilkan, Peningkatan protein dalam pakan dapat meningkatkan kandungan air, protein, dan abu tubuh, serta menurunkan lemak tubuh. Kurkuminoid dalam kunyit belum mampu meningkatkan kadar protein dalam daging, Hal lain diduga karena kandungan serat kasar padakunyit meningkat sehingga penyerapan nutrien oleh organ pencernaan kurang optimal. Serta dapat menyebabkan daya cerna menurun sehingga itik kurang mampu memanfaatkan zat makanan dan berpengaruh terhadap kadar protein dalam daging itik. Mulyanto (2009) dalam Sandi (2011) mengungkapkan bahwa serat kasar yang terlalu tinggi dapat mempengaruhi kinerja usus yang berakibat terhadap penurunan efisiensi penyerapan nutrien secara keseluruhan pada dinding usus, yang pada gilirannya berdampak langsung terhadap efisiensi pakan dan performa ternak. Sehingga hal ini tidak sesuai dengan dugaan bahwasannya kunyit diketahui mempunyai kandungan aktif yaitu senyawa kimia yang disebut kurkuminoid sehingga dapat meningkatkan nilai kadar protein di dalam tubuh ternak dan mampumempertahankan terjadinya penurunan kadar protein daging. Ditambahkan oleh Sundari (2014) bahwa pemberian ekstrak kunyit, akan meningkatkan nutrisi kapasitas penyerapan termasuk protein dalam usus halus.

Kadar lemak

Berdasarkan hasil analisis uji statistik (Lampiran 1) pada penelitian ini menunjukkan bahwa penambahan nanokapsul jus kunyit dalam ransum perlakuan dan kontrol dapat berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap kadar lemak daging itik lokal jantan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.Table 4. Rerata kadar lemak daging itik lokal jantan (%)

Ulangan PerlakuanP1 (0%) P2 (4%)

1 7,54 6,952 6,87 6,703 7,22 5,744 7,84 6,815 7,07 6,76

Rerata 7,30a 6,59b

Keterangan :P1 : perlakuan 1 pemberian rasum

basal (kontrol)P2 : perlakuan 2 pemberian ransum

basal + nanokapsul jus kunyit: rerata dengan superskrip yang

berbeda pada baris yang sama menunjukan perbedaan yang nyata (P<0.05)

Hasil analisis statistik (lampiran 1) menunjukan bahwa ransum dengan penambahan nanokapsul jus kunyit dapat berpengaruh nyata terhadap kadar lemak dalam daging itik lokal jantan (P<0,05) berdasarkan perlakuan padaransum yang ditambahkan nanokapsul jus kunyit P2 memiliki nilai rerata rendah yaitu 6,59%. Hal ini diduga karena penambahan nanokapsul jus kunyit dalam ransum mampu mengurangi kadar lemak dalam daging itik. Karena disebabkan serat kasar yang tinggi membuat organ pencernaan menjadi terganggu

Page 10: Universitas Mercu Buana Yogyakartaeprints.mercubuana-yogya.ac.id/5885/1/NASKAH PUBLIKASI.doc · Web viewHasil penelitian rerata kadar air pada P1 adalah 77,66 % dan P2 adalah 76,60%,

akibatnya pencernaan pada itik membutuhkan energi ekstra dalam mencerna serat kasar. Sehingga ini menjadikan lemak daging pada itik tidak ada untuk disimpan didalam tubuh. Pernyataan ini sesuai dengan Miettinen (1987) dan Mahfudz (2000), yang menyatakan bahwa dalam mencerna serat kasar unggas membutuhkan energi yang banyak sehingga tidak memiliki energi berlebih untuk disimpan dalam bentuk lemak daging.

Sundari (2014), menjelaskan penyerapan lemak nutrisi di usus kecil meningkat karna pemberian ekstrak kunyit. Pada penelitian lain yakni Agustina (1996), menyatakan bahwa pemberian kunyit dalam ransum dapat meningkatkan bobot badan, mengoptimalkan konversi pakan, serta menurunkan lemak.

Berbeda dengan P1 yang memiliki nilai rerata 7,30% disebabkan pemberian ransum (kontrol) tanpa penambahan nanokapsul jus kunyit sehingga kadar lemak masih terbilang tinggi dibandingkan dengan perlakuan P2. Hal ini diduga rendahnya serat kasar sehingga itik tidak membutukan energi ekstra dalam organ pencernaan sehingga terjadi penyimpanan lemak daging didalam tubuh itik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Tossaporn (2013), yang menjelaskan bahwa unggas memiliki kemampuan rendah dalam memanfaatkan serat kasar tetapi tetap membutuhkan dalam jumlah kecil sehingga serat kasar dapat mempengaruhi histologi saluran pencernaan dalam penyerapan nutrisi keseluruhan dan lemak pada pakan.

Kadar Abu

Berdasarkan hasil analisis statistik (lampiran 1) menunjukan bahwa penambahan nanokapsul jus kunyit dalam ransum berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap kadar abu pada daging itik jantan lokal. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5.Table 5. Rerata kadar abu daging itik lokal jantan (%)

Ulangan PerlakuanP1 (0%) P2 (4%)

1 1,50 1,232 1,47 1,283 1,35 1,274 1,38 1,325 1,30 1,23

Rerata 1,40a 1,26b

Keterangan :P1 : perlakuan 1 pemberian rasum

basal (kontrol)P2 : perlakuan 2 pemberian ransum

basal + nanokapsul jus kunyit 4%

: rerata dengan superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukan perbedaan yang nyata (P<0,05)

Dari hasil analisis statistik didapatkan dalam pemberian nanokapsul jus kunyit dalam ransum berpengaruh nyata terhadap kadar abu. Kemungkinan hal ini disebabkan kandungan mineral pada kunyit yang mampu mempengaruhi kadar abu. Pada nanokapsul jus kunyit kemungkinan masih mengandung mineral/ abu Natrium (Na) dan fosfat(P) dari komponen bahan dasarnya seperti garam Natrium-asetat, STPP (Sodium-tripolyphosphate). Menurut Sudarmadji et al. (1997), kadar abu

Page 11: Universitas Mercu Buana Yogyakartaeprints.mercubuana-yogya.ac.id/5885/1/NASKAH PUBLIKASI.doc · Web viewHasil penelitian rerata kadar air pada P1 adalah 77,66 % dan P2 adalah 76,60%,

ada hubungannya dengan mineral suatu bahan dan penambahan bahananorganik tersebut akan meningkatkan kadar abu pada bahan tersebut. Hal ini sejalan dengan laporan Hosseini–Vashan et al. (2012) yang mengatakan bahwasuplementasi tepung kunyit meningkatkan Ca, P dan abu tulang. Pada hasil penelitian lain seperti Rini dkk (2016), mengemukakan bahwa rempah-rempah seperti kunyit mampu meningkatkan kadar abu dari daging hingga sebanyak 1%. Sundari (2014) menjelaskan Mekanisme penambahan nanokapsul ekstrak kunyit dapat meningkatkan protein, lemak dan abu daging berawal dari kurkumin dapat meningkatkan kedalaman kripta usus. Dalam kripta dihasilkan sel-sel absorptif penyusun villi usus yang mensekresikan enzim pencernaan (termasuk protease, lipase, amylase, dan lain-lain). Hal ini meningkatnya kecernaan protein pakan. disamping itu nanokapsul ekstrak kunyit juga mempunyai daya antibakteri dan meningkatkan jumlah villi/ kedalaman kripta tempat asal sel paneth penghasil lizozim dan defensin yang berfungsi antibiotik, sehingga mengurangi kompetisi penggunaan nutrien oleh bakteri pathogen atau meningkatkan ketersediaan nutrien yang akan dipakai untuk pertumbuhan sehingga mempengaruhi kadar abu daging.

Kesimpulan

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penambahan 4% nanokapsul jus kunyit dalam ransum itik lokal jantan mampu menurunkan kadar air, kadar lemak, dan kadar abu pada daging itik lokal jantan.

DAFTAR PUSTAKA

Adhyatmika. 2012. PreparasiNanopartikel senyawa Pentagamavunon-0Menggunakan Matriks Polimer Kitosan Rantai Sedang dan Pengait SilangNatrium Tripolifospat Melalui Mekanisme Gelasi Ionik Sebagai Kandidat Obat Anti Inflamasi. Tesis, Program Studi Bioteknologi Minat Rekayasa Biomedis.Sekolah Pascasarjana.Universitas Gajah Mada.Yogyakarta.

Agustina, A. 1996. Penggunaan tepuk kunyit (curcuma domestica) dalam ransum terhadap penampilan dan daya tahan tubuh ayam pedaging. Skripsi. Bogor: Fakultas Peternakan, Institut Petanian Bogor.

Anand, P.A., A. B. Kunnumakkara, R.A. Newman, and B.B.

Aggarwal, 2007.Bioavailability of Curcumin:Problems and Promises. Mol.

Pharmaceutics, 2007, 4 (6),807-818• DOI:10.1021/mp700113r.

Anomimus. 2014. Data StatistikPeternakan. DirektoratJendral Peternakan. Jakarta.

Anonim, 2008. Farmakope HerbalIndonesia Edisi I, Jakarta, Kemenkes RI.

Armin. 1996. Kualitas Daging.Jurnal Peternakan danLingkungan. 2 : 49-54.

Page 12: Universitas Mercu Buana Yogyakartaeprints.mercubuana-yogya.ac.id/5885/1/NASKAH PUBLIKASI.doc · Web viewHasil penelitian rerata kadar air pada P1 adalah 77,66 % dan P2 adalah 76,60%,

Astuti. 2011. Petetunjuk PraktikumAnalisis Bahan Biologi.Jurdik Biologi FMIPA UNY.Yogyakarta.

Aznam, N. 2004. Uji aktivitas antioksi dan ekstrak kunyit (Curcuma domestica, Val).Prosiding Seminar Nasional, Penelitian Pendidikan dan Penerapan MIPA. 2-3 Agustus, Hotel Sahid Raya, Yogyakarta. Halaman: 111-117.

Azzamy, 2016. https://mitalom.com/manfaat-kunyit-untuk-mengobati-radang-sendi-dan-mencegah-kanker/

Bhawana, Basniwal, R. K., Buttar, H.S., Jain, V. K., & Jain, N.

(2011). Curcumin nanoparticles: preparation,characterization, and antimicrobial study. Journal of Agricultural and Food Chemistry, 59(5), 2056-2061.

Buzea, C., Blandino, I. I. P, andRobbie, K.. 2007.Nanomaterial andNanoparticles: Sources and Toxicity.Biointerphases, 2(4):MR17-71.

Chattopadhyay, Ishita, Biswas, Kaushit, Bandyopadhyay, Uday, Banerjee, Ranajib, K. 2004. Turmeric and curcumin: Biological action and medical application current science, 81 (1). Pp. 44-53. ISSN 0011-3891.

DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN. 2006. Buku

Statistik Peternakan. DirektoratJenderal Peternakan.Departemen Pertanian RI.Jakarta.

Fadilah, R. 2004. Ayam BroilerKomersial. Jakarta:Agromedia Pustaka.

Gifari, A. 2011. Karakteristik Asam Lemak Daging Keong Macan (Babyloniasprirata), Kerang Tahu (Meretrix Meretrix),dan Kerang Salju (Pholasdactylus). Skripsi. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Handoyo., 1990. Sekelumit Tentang Aditif Ransum. Majalah Ayam dan TelurNo. 50/April 1990. YPAI. Jakarta. Hal 24 –25.

Henrik, L.G.B., Albertus, G.L., Verhoef, J.C., Lehr, C., dan

Junginger, H.E., 1996, The Potential of Mucoadhesive Polymers inEnhancing Intestinal Peptide Drug Absorption. III : Effects of Chitosan-glutamate and Carbomeron Epithelial Tight Junctions in vitro. J. Controlled Release., 39(2-3): 131-138.

Hosseini-Vashan, S. J., A. Golian, A. Yaghobfar, A. Zarban, N. Afzali and P. Esmaeilinasab. 2012. Antioxidant status, immune system, blood metabolites and carcass characteristic of broiler chickens fed turmeric rhizome powder under heat stress.African Journal of Biotechnology. 11(94) : 16118-16125.

Page 13: Universitas Mercu Buana Yogyakartaeprints.mercubuana-yogya.ac.id/5885/1/NASKAH PUBLIKASI.doc · Web viewHasil penelitian rerata kadar air pada P1 adalah 77,66 % dan P2 adalah 76,60%,

Jun, K. , O. H. Rock and O. M. Jin. 1996. Chemical Composition Of

Special Poultry Meet.Chungnam Taehakkyo.23(1):90-98.

Kim, G. D., J. Y. Jeong., S.H. Moon., Y. H. Hwang, G. B. Park and S. T. Joo. 2006. Division of pplied Life Science, Graduate School,Gyeonsang National university, Jinju, Gyeongnam 660-701, Korea. Pp. 1-3.

Koswara, S. (2009) TeknologiPengolahan Telur . eBookPangan.com

Kurita, K. 2006. Chitin and Chitosan: Functional Biopolymers from Marine Crustaceans (minireview). Marine Biotechnology Volume 8, 203–226.

Lin, J., W. Qu, and S. Zhang. 2006. Disposable biosensor base enzyme immobilized on Au-kitosan-modified indium tin oxide electrode with flowinjection amperometric analysis. Anal. Biochem. 360(2):288-293.

Maiti, K., K. Mukherjee, A. Gantait, B.P. Saha, P.K. Mukherjee. 2007. Kurkumin PhospholipidComplex: Preparation, Therapeutic, Evaluation and Pharmacokinetic Study in rats. Int. J. Pharm. 330(1-2), 155-63.

Manfaati, R. 2011. PengaruhKomposisi Media FermentasiTerhadap Produksi AsamSitrat Oleh Aspergillus Niger.Jurnal Fluida. 8(1), 23-27

Martins RM, Pereira SV, Siqueira S,Salomao WF, Freitas LA.2013.Curcuminoid content and antioxidant activity in spray dried microparticles containing turmeric extract. Journal Food research international. 50(2):657-63.

Masrur, 2015. http://bebek-unggul.blogspot.com/2015/12/ pendahuluan-masrur-karangsari-rt0213.html

Matitaputty P. R. dan Suryana. 2010. Karakteristik daging itik dan permasalahan sertaupaya pencegahan off-flavor akibat oksidasi lipida. Wartazoa. 3(20): 130-138.

Merkley, J. W., B.T. Weinland., G.W. Malone and G.W. Chaloupka. 1980. Evaluation of fife commercial broiler carcass. Eviscested yield and component part. Poult. Sci. 59 : 1755-1760.

Mima S, Miya M, Iwamoto R And Yoshikawa S, 1983. J Appl Polym Sci. 28 (6) : 1909-1917.

Mohanraj, V. J., dan Chen, Y., 2006, Nanoperticles-A Review. Trop. J. Pham. Res. 5 (1) : 561-573.

Mohanraj, V. J., dan Chen, Y., 2006,Research ArticleNanoparticle-A Review, Trop J. Pharm. Res., 5 (1): 562, 564-566.

Mottram, D.S. 1991. Meat. In:Volatile Compounds in Foodsand Beverages. MAARSE, H.

Page 14: Universitas Mercu Buana Yogyakartaeprints.mercubuana-yogya.ac.id/5885/1/NASKAH PUBLIKASI.doc · Web viewHasil penelitian rerata kadar air pada P1 adalah 77,66 % dan P2 adalah 76,60%,

(Ed.). Marcel Dekker, New York. pp. 107 – 165.

Ockerman, H.W. 1983. Chemistry ofMeat Tissue. 10th Ed. Dept.of Animal Science. The OhioState Univesity. Ohio.

Puspitasari.1991. Teknik PenelitianMineral Pangan.IPB-press.Bogor.

Rachmawati, H., Reker -Smit, C., Hooge, M.N.L., Loenen-Weemaes, A.V., Poelstra, K., and Beljaars, L. (2007). Chemical Modification of Interleukin-10 with Mannose 6-Phosphate Groups Yields a Liver-Selective Cytokine. DMD. 35: 814-821

Rahiemna, A. M., M. Megafitriah, P.Ramadhani, A. A. Mustikawaty, dan R. Martien. 2011. Formulasi nanopartikelkitosan-PGV-0 dengan metode ionik gelasi. Jurnal Saintifika. 3(2): 17-22.

Rasyaf, M. 2007. PemeliharaanAyam Pedaging. Swadaya.Jakarta.

Rizal, Y. 2006. Ilmu Nutrien Unggas.Andalas University Press.Padang.

Sandi, N. J. 2011. Profil ProteinAyam Kampung. YayasanPustaka Nusantara. Jakarta.

Sari, I.M., 2010. Pembuatan glukosamin dari kitosan dengan bantuan enzim lisozim. Skripsi, MIPA KIMIA . UNILA. Lampung.

Shahidi, F. 1998. Flavor of Meat, Meat Product and Seafoods. Second Edition. Blackie academic and Profesional, Canada, 291p.

Shen, L. dan Hong-Fang, J., 2012, The Pharmacology of Curcumine: Is it The Degradation Products , Mol. Med., 18(3) :138-144.

Soeparno., 1994. Ilmu dan Teknologi Daging. Gadjah Mada University Press.Yogyakarta.

Sowasod, N., T. Charinpanitkul and W. Tanthapanichakoon. 2012.Nanoencapsulation of curcumin in biodegradable chitosan via multipleemulsion / solvent evaporation. Center of excellence in particle technology, Dept. ofChemical Engineering, Chulalongkorn University,Bangkok 10330. www2.mtec.or.th/th/seminar/ msativ/.../N08.pdf...

Srigandono, B. 1997. Beternak Itik Pedaging. Gadjah Mada

University Press, Yogyakarta

Srigandono, B., 1997. Produksi Unggas Air. Gadjah Mada

University Press. Yogyakarta.Sudarmadji S, Haryono B, & Suhardi.

1997. Prosedur Analisa untuk Bahan Makanan dan Pertanian. Penerbit Liberty, Yogya- karta.

Sundari, 2014. Nanokapsul Ekstrak Kunyit Dengan Kitosan dan

Sodium-Tripolifosfat Sebagai Aditif Pakan Dalam Upaya

Page 15: Universitas Mercu Buana Yogyakartaeprints.mercubuana-yogya.ac.id/5885/1/NASKAH PUBLIKASI.doc · Web viewHasil penelitian rerata kadar air pada P1 adalah 77,66 % dan P2 adalah 76,60%,

Perbaikan Kecernaan, Kinerja dan Kualitas Daging Ayam Broiler. Disertai ProgramPascasarjana, Fak.Peternakan UGM.Yogyakarta.

Suryaningsi, L.2006.Pengaruh JenisDaging, Penambahan Antidenaturan dan Natrium Tripolifosfat pada NikuinTerhadap Karakteristik Produk Daging Olahan.Disertasi. SekolahPascasarjana. Institut Pertanian Bogor.

Swatantra K. K. S., R. Awani K., and S. Satyawan. 2010. Chitosan: A Platform for Targeted Drug Delivery. Int.J. PharmTech Res. 2(4): 2271-2282.

Syamsuhidayat,,S.S. & Hutapea, J.R., 1991. Inventaris Tanaman ObatIndonesia. Volume I.Departement Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, hal 188-189

Thomas, D. J. and W. A. Atwell,1997. Starches. Eagen Press.St. Paul. Minnesota, USA.

Triyantini, A. Bintang dan T. Antawijaya. 1997. Studi komparatif preferensi, mutu dan gizi beberapa jenis ungags. Balai Penelitian Ternak Bogor.

Vauthier, C., Bravo-Osuna I. Dan Poncel G. 2007. Coree-shell

Polymer Nanoparticel Formulation for the Oral Administration of Peptides and Proteins. Dalam: Maskevich, Boris O. Drug

Delivery Research Advances, New ayaork: Nova Science Publisher 48.

Wardaniati, R. A dan S. Setyaningsih. 2009. Pembuatan Kitosan Dari Kulit Udang DanAplikasinya Untuk Pengawetan Bakso. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Undip. Semarang.

Wilczewska, A. Z., K. Niemirowicz, K. H. Markiewicz, and H. Car. 2012. Nanoparticles as drugdelivery systems. Pharmacological Reports. 64, 1020-1037.

Winarno, F.G. 2004. Kimia Pangandan Gizi. Gramedia PustakaUtama. Jakarta

Wu, Y., W. Yang, C. Wang, J. Hu, and S. Fu. 2005. Kitosan nanoparticles as a noveldelivery system for ammonium glycyrrhizinate. Int. J.of Pharmaceutics 295 : 235–245.

Yang, M., Y. Yang, B. Liu, G. Shen and R. Yu. 2004. Amperometric glucose biosensor based on kitosan with improved selectivity and stability. Sens. Actuators B: Chemical. 101:269-276.