bab ii - universitas mercu buana yogyakartaeprints.mercubuana-yogya.ac.id/759/4/bab ii.pdf · 2.1....

27
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Stock Return Return adalah keuntungan yang diperoleh perusahaan, individu dan institusi dari hasil kebijakan investasi yang dilakukannya. Menurut Shook (Fahmi, 2014) return merupakan laba investasi, baik melalui bunga ataupun deviden. Return dapat berupa realized return (return realisasian) dan expected return (return ekspektasian). Menurut Jogiyanto (2009), realized return adalah return yang telah terjadi yang dihitung dengan menggunakan data historis, berguna untuk mengukur kinerja perusahaan dan menentukan expected return. Expected return adalah return yang belum terjadi dan merupakan return yang diharapkan akan diperoleh investor dimasa yang akan datang. Menurut Hartono (2011), return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi, return dapat berupa return realisasi yang sudah terjadi atau return ekspektasi yang belum terjadi tetapi yang diharapkan akan terjadi di masa mendatang, return realisasi dihitung berdasarkan data historis. Salah satu pengukuran return realisasi adalah return total. Return total, merupakan return keseluruhan dari suatu investasi dalam suatu periode yang tertentu (Hartono, 2011). Return total terdiri dari capital gain (loss) dan yield (persentase dividen terhadap harga saham periode sebelumnya). 9

Upload: others

Post on 25-Jan-2020

9 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II - Universitas Mercu Buana Yogyakartaeprints.mercubuana-yogya.ac.id/759/4/BAB II.pdf · 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Stock Return Return adalah keuntungan yang diperoleh perusahaan,

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Stock Return

Return adalah keuntungan yang diperoleh perusahaan, individu dan institusi

dari hasil kebijakan investasi yang dilakukannya. Menurut Shook (Fahmi, 2014)

return merupakan laba investasi, baik melalui bunga ataupun deviden. Return

dapat berupa realized return (return realisasian) dan expected return (return

ekspektasian). Menurut Jogiyanto (2009), realized return adalah return yang

telah terjadi yang dihitung dengan menggunakan data historis, berguna untuk

mengukur kinerja perusahaan dan menentukan expected return. Expected return

adalah return yang belum terjadi dan merupakan return yang diharapkan akan

diperoleh investor dimasa yang akan datang.

Menurut Hartono (2011), return merupakan hasil yang diperoleh dari

investasi, return dapat berupa return realisasi yang sudah terjadi atau return

ekspektasi yang belum terjadi tetapi yang diharapkan akan terjadi di masa

mendatang, return realisasi dihitung berdasarkan data historis. Salah satu

pengukuran return realisasi adalah return total. Return total, merupakan return

keseluruhan dari suatu investasi dalam suatu periode yang tertentu (Hartono,

2011). Return total terdiri dari capital gain (loss) dan yield (persentase dividen

terhadap harga saham periode sebelumnya).

9

Page 2: BAB II - Universitas Mercu Buana Yogyakartaeprints.mercubuana-yogya.ac.id/759/4/BAB II.pdf · 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Stock Return Return adalah keuntungan yang diperoleh perusahaan,

10

Motivasi para investor melakukan investasi adalah harapan untuk

memperoleh return yang sesuai. Tanpa adanya return, tentunya para investor

tidak akan bersedia melakukan investasi. Oleh sebab itu, dapat disimpulkan return

merupakan imbalan yang diharapkan investor akan diperoleh atas investasi yang

dilakukan di suatu perusahaan. Faktor yang mempengaruhi return suatu investasi

meliputi pertama, faktor internal dan faktor kedua, adalah menyangkut faktor

eksternal.

Halim (2010), komponen pengembalian (return) meliputi:

a. Untung/Rugi modal (capital gain / loss) merupakan keuntungan (kerugian) bagi

investor yang diperoleh dari kelebihan harga jual (harga beli) di atas harga beli

(harga jual) yang keduanya terjadi di pasar sekunder.

b. Imbal hasil (yield) merupakan pendapatan atau aliran kas yang diterima

investor secara periodik, misalnya berupa dividen atau bunga. Yield dinyatakan

dalam persentase dari modal yang ditanamkan.

Return merupakan hal terpenting dalam menentukan investasi. Penilaian atas

return yang diterima harus dianalisis, antara lain melalui analisis return diterima

pada periode sebelumnya (return historis). Berdasarkan hasil analisis tersebut

kemudian digunakan untuk menganalisis return yang diharapkan (expected

return).

2.1.2. Analisis Harga Saham

Harga Saham menurut Husnan dan Pudjiastuti (2005) adalah merupakan

nilai sekarang (present value) dari penghasilan yang akan diterima oleh pemodal

dan diterima oleh pemodal di masa akan yang akan datang. Sedangkan menurut

Page 3: BAB II - Universitas Mercu Buana Yogyakartaeprints.mercubuana-yogya.ac.id/759/4/BAB II.pdf · 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Stock Return Return adalah keuntungan yang diperoleh perusahaan,

11

Jogiyanto (2009) harga saham merupakan harga yang terjadi di pasar bursa pada

saat tertentu dan harga saham tersebut ditentukan oleh pelaku pasar. Tinggi

rendahnya harga saham ini ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham

tersebut di pasar modal. Dalam Keown (2010) dijelaskan bahwa tujuan utama

perusahaan adalah memaksimalkan nilai, atau harga saham perusahaan.

Keberhasilan atau kegagalan keputusan manajemen hanya dapat dinilai

berdasarkan dampaknya pada harga saham biasa perusahaan. Saham adalah tanda

penyertaan atau tanda kepemilikan seseorang atau badan usaha pada sebuah

perusahaan.

Dahlan (2005) mendefinisikan saham sebagai surat bukti atau tanda

kepemilikan bagian modal pada suatu perseroan terbatas. Sedangkan menurut

Halim (2010) saham merupakan klaim paling akhir urutannya atau haknya. Bila

perusahaan mengalami kebangkrutan, maka kas yang ada dipakai untuk melunasi

utang terlebih dahulu, baru kemudian jika terdapat sisa, kas tersebut digunakan

untuk membayar pemegang saham. Wujud saham adalah selembar kertas yang

menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang

menerbitkan kertas tersebut.

Harga saham menurut Ayu dan Edy (2009) adalah harga yang terkandung

dalam surat kepemilikan bagian modal berdasarkan penilaian pasar yang

dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran di bursa efek. Sedangkan menurut

Sartono (2000), harga saham pada prinsipnya adalah sebesar nilai sekarang atau

present value dari aliran kas yang diharapkan akan diterima. Jika perusahaan

mencapai prestasi yang baik, maka saham perusahaan tersebut akan banyak

Page 4: BAB II - Universitas Mercu Buana Yogyakartaeprints.mercubuana-yogya.ac.id/759/4/BAB II.pdf · 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Stock Return Return adalah keuntungan yang diperoleh perusahaan,

12

diminati oleh banyak investor. Prestasi baik yang dicapai perusahaan dapat dilihat

di dalam laporan keuangan yang dipublikasikan oleh perusahaan. Menurut

Kesuma (2009), harga saham adalah nilai nominal penutupan (closing price) dari

penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau

perseroan terbatas yang berlaku secara reguler di pasar modal di Indonesia.

Menurut Husnan (2005), penentuan harga saham yang seharusnya telah

dilakukan oleh setiap analis keuangan dengan tujuan untuk bisa memperoleh

tingkat keuntungan yang menarik. Analisis saham bertujuan untuk menaksir nilai

intrinsik suatu saham, dan kemudian membandingkannya dengan harga pasar saat

ini saham tersebut. Nilai intrinsik menunjukkan present value arus kas yang

diharapkan dari saham tersebut. Pedoman yang digunakan adalah: (1) apabila NI

> harga pasar saat ini, maka saham tersebut dinilai undervalued (harganya terlalu

rendah), dan karenanya seharusnya dibeli atau ditahan apa saham tersebut telah

dimiliki; (2) apabila NI < harga pasar saat ini, maka saham tersebut dinilai

overvalued (harganya terlalu mahal), dan karenanya seharusnya dijual; (3) apabila

NI = harga pasar saat ini, maka saham tersebut dinilai wajar harganya dan berada

dalam kondisi keseimbangan.

2.1.3. Teori Stakeholder

Perusahaan adalah bagian dari beberapa elemen yang membentuk

masyarakat dalam sistem sosial. Kondisi tersebut menciptakan sebuah hubungan

timbal balik antara perusahaan dan para stakeholder. Hal ini berarti perusahaan

harus melaksanakan peranannya secara dua arah yaitu untuk memenuhi kebutuhan

perusahaan itu sendiri maupun stakeholders. Menurut Freemandan McVea (2001),

Page 5: BAB II - Universitas Mercu Buana Yogyakartaeprints.mercubuana-yogya.ac.id/759/4/BAB II.pdf · 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Stock Return Return adalah keuntungan yang diperoleh perusahaan,

13

teori stakeholder adalah teori yang menggambarkan kepada pihak mana saja

(stakeholder) perusahaan bertanggung jawab. Januarti dan Apriyanti (2005)

mengemukakan bahwa teori stakeholder mengasumsikan bahwa eksistensi

perusahaan memerlukan dukungan stakeholder sehingga aktivitas perusahaan juga

mempertimbangkan persetujuan dari stakeholder.

Stakeholders merupakan individu, sekelompok manusia, komunitas atau

masyarakat baik secara keseluruhan maupun secara parsial yang memiliki

hubungan serta kepentingan terhadap perusahaan. Ghozali dan Chariri (2007)

menjelaskan bahwa stakeholders theory mengatakan bahwa perusahaan bukanlah

entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingannya sendiri namun harus

memberikan manfaat bagi stakeholder-nya (pemegang saham, kreditor,

konsumen, supplier, pemerintah, masyarakat, analis, dan pihak lain).

2.1.4. Analisis Fundamental

Analisis fundamental merupakan analisis yang digunakan untuk mencoba

memprediksi harga saham diwaktu yang akan datang dengan mengestimasi nilai

faktor-faktor fundamental yang berpengaruh terhadap harga saham dan

menerapkan hubungan variabel-variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran

harga saham. Model ini dikenal sebagai share price forecasting model. Dalam

model penelitian ini, langkah yang penting adalah mengidentifikasi faktor-faktor

fundamental (seperti penjualan, biaya, laba, pertumbuhan, penjualan, kebijakan

deviden dan lainlain) yang diperkirakan akan berpengaruh terhadap harga saham.

Jika kemampuan perusahaan semakin meningkat (menghasilkan laba yang

meningkat) maka harga saham akan meningkat. Dengan kata lain profitabilitas

Page 6: BAB II - Universitas Mercu Buana Yogyakartaeprints.mercubuana-yogya.ac.id/759/4/BAB II.pdf · 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Stock Return Return adalah keuntungan yang diperoleh perusahaan,

14

akan mempengaruhi harga saham (Husnan dan Enny, 2009). Natarsyah (2000)

menyatakan bahwa dalam analisis fundamental setiap investasi saham mempunyai

landasan kuat yaitu nilai intrinsik yang dapat ditentukan melalui suatu analisis

terhadap kondisi perusahaan pada saat sekarang dan prospeknya di masa yang

akan datang.

Nilai intrinsik merupakan suatu fungsi dari faktor-faktor perusahaan yang

dikombinasikan untuk menghasilkan keuntungan (return) yang diharapkan

dengan suatu risiko yang melekat pada saham tersebut. Nilai inilah yang akan

diestimasi oleh para investor atau analis, dan hasilnya akan dibandingkan dengan

nilai pasar sekarang (current market price) sehingga dapat diketahui saham-saham

yang overprice maupun yang underprice. Analisis fundamental bertolak dari

anggapan dasar bahwa setiap investor adalah mahkluk rasional, karena itu seorang

fundamentalis mencoba mempelajari hubungan antara harga saham dengan

kondisi peruashaan. Argumentasinya jelas bahwa nilai saham mewakili nilai

perusahaan, tidak hanya nilai intrinsik, tetapi tidak kalah pentingnya harapan akan

kemampuan perusahaan dalam meningkatkan nilai di kemudian hari (Martono,

2009).

Analisis fundamental mencoba memperkirakan harga saham yang akan

datang dengan cara (Husnan dan Pudjiastuti, 2009):

a. Mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham

di masa yang akan datang.

b. Menerapkan hubungan variabelvariabel tersebut sehingga diperoleh taksiran

harga saham.

Page 7: BAB II - Universitas Mercu Buana Yogyakartaeprints.mercubuana-yogya.ac.id/759/4/BAB II.pdf · 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Stock Return Return adalah keuntungan yang diperoleh perusahaan,

15

2.1.5. Price to Book Value (PBV)

Menurut (Ang, 1997) price to book value merupakan rasio pasar yang

digunakan untuk mengukur kinerja harga pasar saham terhadap nilai bukunya.

Rasio ini dihitung dengan membandingkan harga pasar saham dengan nilai buku

per lembar saham (book value per share). Book value per share digunakan untuk

mengukur nilai shareholder equity atas setiap saham dan dasarnya nilai book

value per share dihitung dengan membagi total shareholders equity dengan

jumlah saham yang diterbitkan (outstanding shares).

Nilai pasar adalah harga saham yang terjadi di pasar bursa pada saat

tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar. Nilai pasar ditentukan oleh permintaan

dan penawaran saham yang bersangkutan di pasar bursa. Semakin kecil nilai price

to book value maka harga dari suatu saham dianggap semakin murah (Leksmana

dan Gunawan dalam Martono, 2009). Price to book value merupakan rasio yang

penting sebagai salah satu indikasi perusahaan dalam uapaya komitmen yang

tinggi terhadap pasar. Upaya peningkatan rasio price to book value berarti

merupakan upaya peningkatan nilai perusahaan (Wahyudi dalam Martono, 2009).

Perusahaan yang dapat beroperasi dengan baik, umumnya memiliki rasio price to

book value di atas satu, yang menunjukkan nilai pasar saham lebih tinggi dari nilai

bukunya. Semakin tinggi rasio price to book value, maka semakin tinggi pula

perusahaan dinilai oleh investor. Apabila suatu perusahaan dinilai lebih tinggi

oleh investor, maka harga saham akan semakin meningkat di pasar, yang pada

akhirnya return saham tersebut akan meningkat.

Page 8: BAB II - Universitas Mercu Buana Yogyakartaeprints.mercubuana-yogya.ac.id/759/4/BAB II.pdf · 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Stock Return Return adalah keuntungan yang diperoleh perusahaan,

16

Investor dapat mempertimbangkan rasio pasar modal seperti rasio harga

terhadap nilai bukunya (Price to Book Value) yang selanjutnya disingkat PBV,

untuk membedakan saham mana yang harganya wajar, terlalu tinggi (overvalued),

atau terlalu rendah (undervalued) (Wardjono, 2010). Rasio harga pasar suatu

saham terhadap nilai bukunya memberikan indikasi pandangan investor atas

perusahaan. Rasio ini mengukur nilai yang diberikan pasar keuangan kepada

manajemen dan organisasi sebagai perusahaan yang terus tumbuh. Semakin tinggi

rasio Price to Book Value dapat diartikan semakin berhasil perusahaan

menciptakan nilai bagi pemegang saham. Dalam menganalisis harga saham dapat

menggunakan rasio keuangan yang sering dikaitkan dengan profitabilitas guna

mengukur kinerja perusahaan. Price to Book Value (PBV) digunakan untuk

mengukur kinerja harga pasar saham terhadap nilai bukunya. Price to Book Value

juga menunjukkan seberapa jauh perusahaan mampu menciptakan nilai

perusahaan relatif terhadap jumlah modal yang diinvestasikan. Semakin tinggi

nilai perusahaan semakin besar kemakmuran yang akan diterima oleh pemilik

perusahaan.

2.1.6. Debt to Equity Ratio (DER)

Menurut Sawir (2012), Debt To Equity Ratio adalah rasio yang

menggambarkan perbandingan hutang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan

dan menunjukkan kemampuan modal sendiri perusahaan tersebut untuk

memenuhi seluruh kewajibannya. Rasio ini bertujuan untuk mengukur tingkat

leverage (penggunaan utang) perusahaan terhadap seluruh ekuitas yang dimiliki

perusahaan. Semakin tinggi rasio tersebut semakin banyak uang kreditur yang

Page 9: BAB II - Universitas Mercu Buana Yogyakartaeprints.mercubuana-yogya.ac.id/759/4/BAB II.pdf · 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Stock Return Return adalah keuntungan yang diperoleh perusahaan,

17

digunakan dalam usaha menghasilkan laba. Semakin tinggi rasio ini, maka

semakin rendah pendanaan perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham.

Dari perspektif kemampuan membayar kewajiban jangka panjang, semakin

rendah rasio akan semakin baik kemampuan perusahaan dalam membayar

kewajiban jangka panjangnya.

Suatu perusahaan didirikan tentunya tidak lepas dari upaya memenuhi

tujuan pendiriannya yaitu memaksimalisasi harga saham dan pencapaian

profitabilitas. Untuk mencapai tujuan tersebut dibutuhkan modal, baik modal

sendiri dari intern perusahaan yakni dengan mengeluarkan saham maupun modal

dari ekstern berupa hutang. Struktur modal diukur dengan leverage yakni ukuran

yang digunakan untuk menggambarkan kemampuan perusahaan yang

menggunakan aktiva atau dana yang mempunyai beban tetap untuk memperbesar

tingkat pengembalian atau laba bersih bagi pemilik perusahaan. Perusahaan yang

menggunakan hutang adalah perusahaan yang mempunyai financial leverage.

Semakin besar proporsi hutang yang dipergunakan oleh perusahaan, pemilik

modal sendiri akan menanggung resiko yang makin besar.

Penentuan struktur modal melibatkan adanya suatu pertukaran antara resiko

dan pengembalian Brigham dan Houston (2010). Menggunakan hutang dalam

jumlah yang lebih besar akan meningkatkan resiko yang ditanggung oleh

pemegang saham. Namun demikian menggunakan lebih banyak hutang pada

umumnya akan meningkatkan perkiran pengembalian atas ekuitas. Resiko yang

makin tinggi cenderung menurunkan harga saham. Karena itu struktur modal yang

Page 10: BAB II - Universitas Mercu Buana Yogyakartaeprints.mercubuana-yogya.ac.id/759/4/BAB II.pdf · 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Stock Return Return adalah keuntungan yang diperoleh perusahaan,

18

optimal harus mencapai suatu keseimbangan antara resiko dan pengembalian

sehingga dapat memaksimalkan harga saham perusahaan.

Naimah (2008) dalam penelitiannya menerima hipotesis yang menyatakan

bahwa perusahaan yang memiliki rasio hutang terhadap total aktiva yang tinggi,

hubungan laba akuntansi dengan harga saham akan lebih rendah dibandingkan

dengan perusahaan yang memiliki rasio hutang terhadap total aktiva yang rendah.

Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi resiko perusahaan, akan semakin

rendah respon harga saham terhadap informasi laba akuntansi. Semakin tinggi

tingkat leverage akan semakin tinggi resiko perusahaan yang pada akhirnya akan

menurunkan harga saham. Turunnya harga saham dapat mengakibatkan turunnya

Price to Book Value Ratio.

2.1.7. Resiko (Beta)

Menurut Husnan (2009) menyatakan risiko sistematis yaitu risiko yang

tidak dapat dihilangkan begitu saja dengan diversifikasi, sehingga investor

memiliki ketidak pastian terhadap keuntungan yang diperolehnya. Oleh karena itu

investor memiliki pilihan investasi sesuai dengan preferensi risiko portofolio yang

mereka miliki termasuk informasi tentang kebijaksanaan atau perubahan dividen.

Diversifikasi risiko ini sangat penting untuk investor, karena dapat

meminimumkan risiko tanpa harus mengurangi return yang diterima. Mengetahui

beta (β) suatu sekuritas atau beta suatu portofolio merupakan hal yang penting

untuk menganalisis sekuritas atau portofolio tersebut. Menurut Hartono (2011)

untuk menghitung beta portofolio, maka beta masingmasing sekuritas perlu

dihitung terlebih dahulu. Beta portofolio merupakan rata-rata tertimbang dari

Page 11: BAB II - Universitas Mercu Buana Yogyakartaeprints.mercubuana-yogya.ac.id/759/4/BAB II.pdf · 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Stock Return Return adalah keuntungan yang diperoleh perusahaan,

19

masing-masing sekuritas. Beta suatu sekuritas dapat dihitung dengan teknik

estimasi yang menggunakan data historis, data yang dihitung berdasarkan data

historis selanjutnya dapat menggunakan faktor-faktor lain untuk mengestimasi

beta masa mendatang. Beta historis dapat dihitung dengan menggunakan data

historis berupa data pasar (return-return sekuritas dan return pasar). Beta yang

dihitung dengan data pasar disebut dengan beta pasar.

Investor berinvestasi untuk masa depannya, untuk pengembalian yang

diharapkannya (expected return), namun saat waktu investasi selesai, mereka

akan menerima pengembalian yang sesungguhnya (realized return) yang

mungkin lebih kecil dari pengembalian yang diharapkan (expected return).

Pengembalian yang lebih kecil dari pengembalian yang diharapkan memberikan

penekanan penting bagi investor, kalau dalam berinvestasi selalu ada resiko (risk)

yang wajib untuk dipertimbangkan (Jones et al., 2009).

Resiko dapat ditafsirkan sebagai bentuk keadaan ketidakpastian tentang

suatu keadaan yang akan terjadi nantinya (future) dengan keputusan yang diambil

berdasarkan pertimbangan saat ini (Fahmi, 2014). Ada dua jenis resiko yang

sering dibahas dalam konteks portfolio pasar, yaitu :

a. Resiko tidak sistematis (unsystematic risk)

Unsystematic risk merupakan resiko yang membawa dampak pada perusahaan

terkait saja namun tidak akan menimbulkan dampak apapun pada perusahaan

lain.

b. Resiko sistematis (systematic risk)

Systematic risk adalah resiko yang tidak dapat diversifikasikan atau dengan kata

Page 12: BAB II - Universitas Mercu Buana Yogyakartaeprints.mercubuana-yogya.ac.id/759/4/BAB II.pdf · 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Stock Return Return adalah keuntungan yang diperoleh perusahaan,

20

lain resiko yang sifatnya menyeluruh. Dalam systematic risk perubahan pasar

akan mempengaruhi variabilitas return suatu investasi. Systematic risk disebut

juga market risk atau resiko umum. Ukuran dari systematic risk adalah beta.

Menurut Fahmi (2014), beta menunjukkan hubungan (gerakan) antara

saham dengan pasarnya. Menurut Jogiyanto (2009) beta merupakan suatu

pengukur volatilitas return suatu sekuritas atau return portfolio terhadap return

pasar. Menurut Jones et al. (2009) saham dengan kemiringan yang berbeda-beda

akan memiliki sensitifitas yang berbeda pula terhadap indeks pasar. Jones et al.

menjelaskan, apabila beta bernilai sama dengan satu, artinya setiap satu persen

perubahan dalam market return, maka secara rata-rata stock return akan berubah

sebesar satu persen juga. Apabila volatilitas (fluktuasi harga) saham disebuah

pasar tinggi, maka beta akan bernilai lebih dari satu, sebaliknya semakin kurang

volatilitas saham disebuah pasar, maka beta akan bernilai kurang dari satu.

Beta berguna untuk membandingkan resiko sistematis dari berbagai saham.

Saham yang memiliki nilai beta yang besar maka dapat dinilai bahwa resiko

saham tersebut juga besar, begitu pula sebaliknya. Beta suatu sekuritas dapat

dihitung dengan teknik estimasi yang menggunakan data historis (Jogiyanto,

2009). Menurut Jogiyanto, beta dapat diestimasi secara manual dengan memplot

garis diantara titik-titik return atau dengan teknik regresi.

2.1.8. Ukuran Perusahaan (Size)

Firm size (ukuran perusahaan) merupakan ukuran besar kecilnya

perusahaan yang diukur melalui logaritma natural dari total asset (Ln total asset).

Total asset dijadikan sebagai indikator ukuran perusahaan karena sifatnya jangka

Page 13: BAB II - Universitas Mercu Buana Yogyakartaeprints.mercubuana-yogya.ac.id/759/4/BAB II.pdf · 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Stock Return Return adalah keuntungan yang diperoleh perusahaan,

21

panjang dibandingkan dengan penjualan. Pada kenyataannya bahwa semakin

besar suatu perusahaan, maka kecenderungan penggunaan dana eksternal juga

akan semakin besar. Hal ini disebabkan karena perusahaan yang besar memiliki

kebutuhan dana yang besar dan salah satu alternatif pemenuhan dana yang

tersedia menggunakan pendanaan eksternal.

Penjualan merupakan sumber dari hidupnya suatu perusahaan, karena dari

penjualan dapat diperoleh laba. Pertumbuhan penjualan merupakan manifestasi

keberhasilan investasi di masa lalu dan dapat dijadikan sebagai prediksi di masa

yang akan datang. Laju pertumbuhan suatu perusahaan akan mempengaruhi

kemampuan mempertahankan keuntungan pada masa yang akan datang.

Pertumbuhan penjualan yang tinggi akan mencerminkan pendapatan yang

meningkat, sehingga diharapkan pembayaran deviden pun akan meningkat.

Pembayaran deviden merupakan salah satu harapan dari para investor. Untuk

dapat mencapai pertumbuhan penjualan tentunya diperlukan aset yang juga

jumlahnya meningkat.

Besarnya aset yang digunakan perusahaan merupakan salah satu ukuran

besar kecilnya perusahaan tersebut (size). Ukuran perusahaan turut menentukan

tingkat kepercayaan investor. Semakin besar perusahaan, semakin dikenal

masyarakat yang berarti semakin mudah untuk mendapatkan informasi mengenai

perusahaan. Size menggambarkan kemampuan meningkatkan penjualan dan

earning dari total asset yang dimiliki perusahaan. Jadi, ukuran perusahaan

merupakan ukuran atau besarnya asset yang dimiliki oleh perusahaan. Ukuran

perusahaan diukur dengan total aktiva yang dimiliki perusahaan (Halim, 2010).

Page 14: BAB II - Universitas Mercu Buana Yogyakartaeprints.mercubuana-yogya.ac.id/759/4/BAB II.pdf · 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Stock Return Return adalah keuntungan yang diperoleh perusahaan,

22

2.1.9. Return On Asset (ROA)

Profitabilitas yang tinggi merupakan suatu keberhasilan perusahaan dalam

memperoleh laba berdasarkan aktivanya maupun berdasarkan modal sendiri.

Menjaga tingkat profitabilitas merupakan hal yang penting bagi perusahaan

karena profitabilitas yang tinggi merupakan tujuan dari perusahaan. Jika dilihat

dari perkembangan rasio profitabilitas menunjukkan suatu peningkatan hal

tersebut menunjukkan kinerja perusahaan yang efisien (Riyanto dalam Martono,

2009). Return On Asset (ROA) adalah salah satu rasio profitabilitas yang

digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan didalam menghasilkan

keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya (Ang ,1997).

ROA mengukur efektifitas perusahaan dalam memanfaatkan seluruh sumber

dana yang sering juga disebut hasil pengembalian atas investasi (Ghozali dan

Irwansyah dalam Rasmin, 2007). Dari pengertian tersebut, maka rasio ini sering

juga disebut ROI karena menghubungkan laba dengan investasi, yaitu

mengukurtingkat pengembalian atas investasi (Horne & Wachowicz dalam

Rasmin, 2007). Perusahaan selalu berupaya agar ROA dapat selalu ditingkatkan.

Hal ini disebabkan karena semakin tinggi ROA menunjukkan semakin efektif

perusahaan memanfaatkan aktivanya untuk menghasilkan laba bersih setelah

pajak, dengan semakin meningkatnya ROA, maka profitabilitas perusahaan

semakin baik. Rasio ini mengukur seberapa banyak laba bersih yang bisa

diperolah dari seluruh asset yang dimiliki dan ditanamkan ke dalam sebuah

perusahaan (efisiensi aktiva). Semakin tinggi ROA menunjukkan semakin efektif

Page 15: BAB II - Universitas Mercu Buana Yogyakartaeprints.mercubuana-yogya.ac.id/759/4/BAB II.pdf · 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Stock Return Return adalah keuntungan yang diperoleh perusahaan,

23

perusahaan dalam memanfaatkan aktivanya untuk menghasilkan laba bersih

setelah pajak.

Kemampuan perusahaan dalam mengelola aktiva untuk menghasilkan

keuntungan mempunyai daya tarik dan mampu mempengaruhi investor untuk

membeli saham perusahaan tersebut. Peningkatan ROA akan menambah daya

tarik investor untuk menanamkan dananya dalam perusahaan. Sehingga harga

saham perusahaan akan meningkat, dengan kata lain ROA akan berdampak positif

terhadap return saham.

2.1.10. Return on Equity (ROE)

Return On Equity (ROE) menggambarkan sejauh mana kemampuan

perusahaan menghasilkan laba yang bisa diperoleh pemegang saham. Menurut

Harahap (2009), ROE adalah rasio rentabilitas yang menunjukan berapa persen

perolehan laba bersih bila di ukur dari modal pemilik. Rasio yang dipergunakan

oleh investor guna melihat tingkat pengembalian terhadap modalyang mereka

tanamkan disebut juga dengan rentabilitas modal sendiri atau RO.

Rasio ROE sangat menarik bagi pemegang saham maupun para calon

pemegang saham, dan juga manajemen karena rasio tersebut merupakan ukuran

atau indikator penting. ROE sering disebut dengan rate of return on net worth,

yaitu kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan modal

sendiri yang dimiliki. Laba yang diperhitungkan adalah laba bersih dipotong

dengan pajak atau EAT.

Page 16: BAB II - Universitas Mercu Buana Yogyakartaeprints.mercubuana-yogya.ac.id/759/4/BAB II.pdf · 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Stock Return Return adalah keuntungan yang diperoleh perusahaan,

24

2.1.11. Earning Per Share (EPS)

Earning Per Share (EPS) merupakan perbandingan antara laba bersih

setelah pajak pada satu tahun buku dengan jumlah saham yang diterbitkan

(Widiatmojo dalam Martono, 2009). Kenaikan EPS berarti perusahaan sedang

dalam tahap pertumbuhan atau kondisi keuangannya sedang mengalami

peningkatan dalam penjualan dan laba, atau dengan kata lain semakin besar

earning per share menandakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan

keuntungan bersih setiap lembar saham.

Maksimalisasi laba (profit maximization) sering dipandang sebagai tujuan

yang tepat bagi sebuah perusahaan. Namun, hal ini sebenarnya memiliki

kelemahan karena dengan hanya menerbitkan saham dan menggunakan hasilnya

untuk berinvestasi dalam sekuritas yang tidak berisiko laba dapat meningkat. Hal

tersebut bagi kebanyakan perusahaan mengakibatkan jatuhnya laba per saham

(EPS), sehingga ukuran yang lebih tepat adalah memaksimalkan EPS (Horne &

Wachowicz, 2005 dalam Martono, 2009).

EPS adalah termasuk salah satu rasio pasar (Ang, 1997) rasio pasar pada

dasarnya mengukur kemampuan manajemen dalam menciptakan nilai pasar yang

melampaui pengeluaran investasi. Rasio ini merupakan pengukuran yang paling

lengkap mengenai prestasi perusahaan dan berkaitan langsung dengan tujuan

memaksimalkan nilai perusahaan dan kekayaan para pemegang saham (Ang,

1997). EPS adalah salah satu rasio pasar yang merupakan hasil atau pendapatan

yang akan diterima oleh para pemegang saham untuk setiap lembar saham yang

dimilikinya atas keikutsertaan dalam perusahaan. Munawir (Martono, 2009)

Page 17: BAB II - Universitas Mercu Buana Yogyakartaeprints.mercubuana-yogya.ac.id/759/4/BAB II.pdf · 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Stock Return Return adalah keuntungan yang diperoleh perusahaan,

25

menyebutkan bahwa EPS (laba per lembar saham) biasanya merupakan indikator

laba yang diperhatikan oleh para investor. EPS adalah salah satu indikator

pendapatan sehingga berpengaruh positif dan signifikan terhadap pergerakan

harga saham (Taufik dalam Martono, 2009).

Semakin tinggi laba setelah pajak yang dihasilkan perusahaan maka

semakin besar EPS perusahaan (Subiyantoro & Andreani dalam Martono, 2009).

Dalam jangka pendek, rencana pembelian kembali saham mungkin dapat

menutupi kondisi perusahaan yang sebenarnya. Namun hal itu akan mengurangi

kepercayaan pemodal terhadap perusahaan, meskipun bagi pemodal

pendapatannya sendiri dari saham tersebut meningkat. Akibatnya permintaan akan

saham tersebut menurun dan harga saham juga mengalami penurunan (Ang,

1997).

2.1.12. Price Earnings Ratio (PER)

Price Earnings Ratio (PER) mengindikasikan besarnya rupiah yang harus

dibayarkan investor untuk memperoleh satu rupiah earnings perusahaan. Dengan

kata lain PER menunjukkan besarnya harga setiap satu rupiah earnings

perusahaan. PER merupakan ukuran harga relatif dari sebuah saham perusahaan

(Tandelilin, 2001:243). Rasio PER mencerminkan pertumbuhan laba perusahaan.

Semakin tinggi rasio ini, semakin tinggi pertumbuhan laba yang diharapkan oleh

pemodal (Husnan & Eny, 2002). PER membandingkan antara harga saham (yang

diperoleh dari pasar modal) dan laba per lembar saham yang diperoleh pemilik

perusahaan (disajikan dalam laporan keuangan) (Husnan, 2005). Sedangkan

menurut Hanafi dan Abdul (2003). PER merupakan bagian dari rasio pasar,

Page 18: BAB II - Universitas Mercu Buana Yogyakartaeprints.mercubuana-yogya.ac.id/759/4/BAB II.pdf · 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Stock Return Return adalah keuntungan yang diperoleh perusahaan,

26

dimana sudut pandang rasio pasar ini lebih banyak berdasarkan pada sudut

investor atau calon investor. Keinginan investor melakukan analisis kesehatan

suatu saham melalui rasio-rasio keuangan seperti PER, dikarenakan adanya

keinginan investor atau calon investor akan hasil (return) yang layak atas suatu

investasi saham.

Menurut Farkhan dan Ika (2012), PER merupakan rasio yang

menunjukkan seberapa banyak investor bersedia membayar tiaplembar

saham.Price Earnings Ratio menghubungkan antara harga pasar per lembar

saham dengan Earnings Per Share saham yang bersangkutan. PER lebih banyak

digunakan untuk menilai saham karena PER menggambarkan indikator

kepercayaan pasar terhadap prospek perusahaan (Sartono, 1996). Meskipun diakui

bahwa analisa PER merupakan analisa yang relatif sederhana, tetapi karena

analisa ini membantu investor dalam memusatkan judgement mereka, maka

analisa PER ini tetap digunakan (Husnan, 1998). Pejabat Bursa Efek Indonesia

(BEI) dan para analis saham di media massa sering menyebutkan angka 15

sebagai PER wajar, sehingga saham yang memiliki nilai PER di atas 15 dikatakan

overvalued dan yang memiliki nilai PER di bawah 15 dikatakan masih relatif

murah.

PER merupakan ekspektasi dari nilai saham pada masa yang akan datang,

sehingga suatu saham dari perusahaan dengan kinerja dan prospek usaha yang

menguntungkan akan memiliki nilai PER yang tinggi. Sebaliknya saham

perusahaan yang tidak memiliki kinerja dan prospek usaha yang menguntungkan

akan memiliki nilai PER yang rendah. Investor mempertimbangkan rasio tersebut

Page 19: BAB II - Universitas Mercu Buana Yogyakartaeprints.mercubuana-yogya.ac.id/759/4/BAB II.pdf · 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Stock Return Return adalah keuntungan yang diperoleh perusahaan,

27

guna memilah-milah saham mana yang nantinya memberikan keuntungan yang

besar dimasa yang akan datang dan pertimbangannya jika perusahaan mempunyai

PER yang terlalu tinggi tidak akan menarik karena harga saham kemungkinan

tidak naik lagi berarti kemungkinan memperoleh capital gain akan lebih kecil

(Mahmud & Abdul, 2003). PER menjadi tidak mempunyai makna apabila

perusahaan mempunyai laba yang sangat rendah (abnormal) atau menderita

kerugian. Pada keadaan ini, PER perusahaan akan begitu tinggi (abnormal) atau

bahkan negatif (Prastowo dan Rifky, 2002).

2.1.13. Book to Market Ratio

Book to Market Ratio merupakan rasio perbandingan antara nilai buku per

saham dibandingkan dengan harga pasar saham. Book to market ratio dihitung

dengan membagi equity per share dengan closing price bulan desember (akhir

tahun), untuk membagi perusahaan menjadi dua yaitu perusahaan dengan book to

market ratio rendah dan tinggi. Nilai pasar ditentukan oleh permintaan dan

penawaran saham bersangkutan di bursa.

Sedangkan nilai buku (book value per lembar saham) menunjukkan aktiva

bersih (net asset) yang dimiliki oleh pemegang saham dengan memiliki satu

lembar saham. Karena aktiva bersih adalah sama dengan total ekuitas pemegang

saham, maka nilai buku perlembar saham adalah total ekuitas dibagi dengan

jumlah saham beredar. Perusahaan yang berjalan dengan baik, umumnya memiliki

rasio book to market di bawah satu, yang menunjukkan bahwa nilai pasar saham

lebih besar dari nilai bukunya.

Page 20: BAB II - Universitas Mercu Buana Yogyakartaeprints.mercubuana-yogya.ac.id/759/4/BAB II.pdf · 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Stock Return Return adalah keuntungan yang diperoleh perusahaan,

28

2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian Nelia dan Nurul (2014) dengan judul “Pengaruh Faktor

Fundamental dan Risiko Sistematis terhadap Return Saham Manufaktur”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh faktor

fundamental (terdiri dari: firm size, book to market ratio, price earning ratio,

earnings per share, debt to equity ratio, return on equity) dan risiko sistematis

secara simultan dan parsial terhadap return saham manufaktur yang go public,

serta mengetahui dan menganalisis variabel yang berkontribusi paling besar

terhadap perubahan return saham manufaktur yang go public. Dari hasil pengujian

hipotesis penelitian diketahui bahwa secara simultan faktor fundamental (terdiri

dari: firm size, book to market ratio, price earning ratio, earnings per share, debt

to equity ratio, return on equity) dan risiko sistematis berpengaruh signifikan

terhadap return saham. Secara parsial, firm size, book to market ratio, price

earning ratio, earnings per share, debt to equity ratio, return on equity tidak

berpengaruh signifikan terhadap return saham. Sedangkan risiko sistematis secara

parsial berpengaruh signifikan terhadap return saham. Dengan demikian risiko

sistematis merupakan variabel yang berkontribusi paling besar terhadap

perubahan return saham.

Penelitian Budialim (2013) dengan judul “Pengaruh Kinerja Keuangan dan

Resiko terhadap Return Saham Perusahaan Sektor Cosumer Goods di Bursa Efek

Indonesia Periode 2007-2011”. Penelitian ini bertujuan untuk menguji adanya

pengaruh kinerja keuangan (likuiditas, DER, profitabilitas, BVPS, dan Beta

terhadap Return Saham. Total sampel sebanyak 28 perusahaan. Alat analisis

Page 21: BAB II - Universitas Mercu Buana Yogyakartaeprints.mercubuana-yogya.ac.id/759/4/BAB II.pdf · 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Stock Return Return adalah keuntungan yang diperoleh perusahaan,

29

regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa CR, DER, ROA,

ROE, EPS, BVPS, dan Beta berpengaruh signifikan terhadap Return Saham.

Penelitian Husna dan Djumahir (2015) dengan judul “Pengaruh Pengaruh

Return on Equity, Debt to Equity Ratio, Earning per Share, Price Earning Ratio,

Price to Book Value dan Time Interest Earned terhadap Return Saham”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh rasio keuangan terhadap

return saham pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia. Rasio keuangan pada penelitian ini adalah Return on Equity, Debt

to Equity Ratio, Earning per Share, Price Earning Ratio, Price to Book Value,

dan Time Interest Earned Ratio. Penelitian ini merupakan penelitian explanatory

research. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah sampling jenuh,

sehingga diperoleh 12 sampel perusahaan makanan dan minuman pada periode

penelitian 2011-2013. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi

linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel Earning per Share

dan Time Interest Earned Ratio berpengaruh signifikan terhadap Return saham.

Sedangkan variabel lain dalam penelitian ini yaitu Return on Equity, Debt to

Equity Ratio, Price Earning Ratio, dan Price to Book Value tidak berpengaruh

signifikan terhadap Return saham.

Penelitian Carlo (2014) dengan judul “Pengaruh Return On Equity,

Dividend Payout Ratio, dan Price to Earnings Ratio pada Return Saham”

Penelitian ini menguji pengaruh return on equity, dividend payout ratio, dan price

to earnings ratio pada return saham di Bursa Efek Indonesia, yang difokuskan

pada perusahaan yang terdaftar dalam indeks LQ45 tahun 2010-2012.

Page 22: BAB II - Universitas Mercu Buana Yogyakartaeprints.mercubuana-yogya.ac.id/759/4/BAB II.pdf · 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Stock Return Return adalah keuntungan yang diperoleh perusahaan,

30

Menggunakan data sekunder berupa laporan keuangan tahunan perusahaan. Hasil

proses seleksi sampel memperoleh 105 sampel, yang terdiri dari 47 perusahaan

dan dianalisis menggunakan analisis regresi linier berganda. Hasil analisis

menunjukkan variabel ROE dan DPR berpengaruh positif dan signifikan pada

return saham, sedangkan variabel PER tidak berpengaruh pada return saham.

Penelitian Hendrawati dan Yulius (2014) dengan judul “Pengaruh Debt to

Equity Ratio, Arus Kas Operasi, dan Earnings terhadap Return Saham Perusahaan

Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi di Bursa Efek Indonesia Periode

2008-2012’. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah Debt to Equity

Ratio, arus kas operasi, dan earnings mempunyai pengaruh terhadap return

saham. Peneletian ini dilakukan karena penelitian sebelumnya yang berkaitan

dengan hal ini menghasilkan kesimpulan yang beragam dengan variabel yang

berbeda-beda dan tidak konsisten. Variabel bebas adalah Debt to Equity Ratio,

arus kas operasi, dan earnings. Variabel bebas diukur dengan menggunakan

pendekatan definisi operasional dan indikator empirik. Variabel terikat adalah

return saham. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari

laporan keuangan perusahaan dan dara harga saham. Sampel penelitiannya adalah

29 perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia 2008-2012. Penelitian ini menggunakan alat bantu SPSS. Hasil

pengujian berdasarkan uji t menunjukkan bahwa Debt to Equity Ratio tidak

berpengaruh terhadap return saham, arus kas operasi berpengaruh signifikan

terhadap return saham, dan earnings tidak berpengaruh terhadap return saham.

Page 23: BAB II - Universitas Mercu Buana Yogyakartaeprints.mercubuana-yogya.ac.id/759/4/BAB II.pdf · 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Stock Return Return adalah keuntungan yang diperoleh perusahaan,

31

2.3. Kerangka Penelitian

Model penelitian yang menggambarkan suatu kerangka konseptual sebagai

panduan sekaligus alur berpikir tentang pengaruh Price Book Value, Debt Equity

Ratio, Resiko, dan Size terhadap Stock Return adalah sebagai berikut :

Gambar 2.1 Kerangka Penelitian

2.4. Pengembangan Hipotesis

2.4.1. Pengaruh Price Book Value terhadap Stock Return

Price to Book Value (PBV) digunakan untuk mengukur kinerja harga pasar

saham terhadap nilai bukunya. Price to Book Value juga menunjukkan seberapa

jauh perusahaan mampu menciptakan nilai perusahaan relatif terhadap jumlah

modal yang diinvestasikan. Semakin tinggi nilai perusahaan semakin besar

kemakmuran yang akan diterima oleh pemilik perusahaan. Semakin tinggiPrice to

Book Value (PBV), semakin baik pasar memandang perusahaan dan

prospeknya.Hal ini berarti semakin berhasil perusahaan menciptakan nilai bagi

pemegang saham. Hasil penelitian Ardiansyah (2013) menunjukkan bahwa PBV

berpengaruh signifikan terhadap return saham. Kemudian hasil penelitian

Price Book Value

Debt Equity Ratio

Stock Return

Resiko

Size

Page 24: BAB II - Universitas Mercu Buana Yogyakartaeprints.mercubuana-yogya.ac.id/759/4/BAB II.pdf · 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Stock Return Return adalah keuntungan yang diperoleh perusahaan,

32

penelitian Nelia dan Nurul (2014) menunjukkan bahwa PBV secara parsial

berpengaruh signifikan terhadap return saham.

Dengan demikian, hipotesis yang dapat dirumuskan :

H1 : Price Book Value berpengaruh positif terhadap stock return

2.4.2. Pengaruh Debt Equity Ratio terhadap Stock Return

DER menunjukkan tingkat hutang perusahaan, perusahaan dengan hutang

yang besar mempunyai biaya hutang yang besar pula. Hal tersebut menjadi beban

bagi perusahaan yang dapat menurunkan tingkat kepercayaan investor, sehingga

PBV akan menurun. Rosje dan Astuti (2003) dalam penelitiannya menunjukkan

bahwa DER mempunyai pengaruh yang negative terhadap PBV pada perusahaan

yang listed di BEI. Debt to Equity Ratio (DER) merupakan perbandingan antara

total hutang terhadap total shareholders equity yang dimiliki perusahaan. Semakin

besar Debt to Equity Ratio (DER) berarti semakin besar hutang yang ditanggung

perusahaan.

Tingkat struktur modal yang aman biasanya kurang dari 50 persen. Semakin

kecil struktur modal semakin baik bagi perusahaan atau semakin aman utang yang

harus diantisipasi dengan modal sendiri (Arifin dan Fakhruddin, 2001). Rasio ini

menunjukkan dan menggambarkan komposisi atau struktur modal dari

perbandingan total hutang dengan total ekuitas (modal) perusahaan yang

digunakan sebagai sumber pendanaan usaha. Rasio struktur modal ini

menggambarkan mengenai struktur modal yang dimiliki oleh perusahaan,

sehingga dapat dilihat tingkat risiko tidak terbayarkan suatu hutang (Suharli, 2005

dalam Ratnawati, 2009). Semakin besar DER menandakan struktur permodalan

Page 25: BAB II - Universitas Mercu Buana Yogyakartaeprints.mercubuana-yogya.ac.id/759/4/BAB II.pdf · 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Stock Return Return adalah keuntungan yang diperoleh perusahaan,

33

lebih banyak memanfaatkan hutang-hutang terhadap ekuitas sehingga

mencerminkan risiko perusahaan yang relatif tinggi (Natarsyah, 2000). Demikian

juga menurut Ang (2007) semakin tinggi nilai DER menunjukkan semakin tinggi

risiko yang harus ditanggung perusahaan dengan menggunakan modal sendiri

apabila perusahaan mengalami kerugian.

Hasil penelitian Ardiansyah (2013) menunjukkan bahwa nilai t untuk LEV

sebesar 3,209 dengan tingkat signifikansi 0,002. Karena tingkat signifikansinya

lebih kecil dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa DER berpengaruh terhadap

return saham. Kemudian hasil penelitian Imran (2014) menunjukkan bahwa debt

to equity ratio berpengaruh positif terhadap return saham dengan koefisien regresi

sebesar 0,542.

Dengan demikian, hipotesis yang dapat dirumuskan :

H2 : Debt Equity Ratio berpengaruh negatif terhadap stock return

2.4.3. Pengaruh Beta terhadap Stock Return

Return dan risiko merupakan dua hal yang tidak terpisahkan, karena

pertimbangan suatu investasi merupakan trade-off dari kedua faktor ini. Return

dan risiko mempunyai hubungan yang positif, semakin besar risiko yang harus

ditanggung, semakin besar return yang dikompensasikan (Jogiyanto, 2009). Hal

seperti inilah yang menjawab pertanyaan mengapa tidak semua investor hanya

berinvestasi pada asset yang menawarkan tingkat return yang paling tinggi

(Jogiyanto, 2009). Investor yang rasional tentu akan memilih saham-saham yang

memberikan tingkat keuntungan yang tinggi dengan risiko yang rendah. Rate of

return diperoleh dari laba perusahaan berupa deviden dan selisih harga saham.

Page 26: BAB II - Universitas Mercu Buana Yogyakartaeprints.mercubuana-yogya.ac.id/759/4/BAB II.pdf · 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Stock Return Return adalah keuntungan yang diperoleh perusahaan,

34

Investor dapat menggunakan laba akuntansi sebagai salah satu dasar pertimbangan

dalam pengambilan keputusan untuk melakukan investasi. Hasil penelitian

Budialim (2013) menunjukkan bahwa Beta berpengaruh signifikan terhadap

return saham. Kemudian hasil penelitian penelitian Nelia dan Nurul (2014)

menunjukkan bahwa risiko sistematis secara parsial berpengaruh signifikan

terhadap return saham.

Dengan demikian, hipotesis yang dapat dirumuskan :

H3 : Beta berpengaruh positif terhadap stock return

2.4.4. Pengaruh Size terhadap Stock Return

Size (log total assets) menunjukkan angka yang terus naik. Hal ini

menunjukkan semakin besar aset yang digunakan perusahaan. Meningkatnya aset

perusahaan diharapkan dapat meningkatkan kemampuan perusahaan untuk

meningkatkan perolehan laba. Besarnya aset yang digunakan perusahaan

merupakan salah satu ukuran besar kecilnya perusahaan tersebut (Size). Ukuran

perusahaan turut menentukan tingkat kepercayaan investor. Semakin besar

perusahaan, semakin dikenal masyarakat yang berarti semakin mudah untuk

mendapatkan informasi mengenai perusahaan. Size menggambarkan kemampuan

meningkatkan penjualan dan earning dari total asset yang dimiliki perusahaan.

Jadi, ukuran perusahaan merupakan ukuran atau besarnya asset yang dimiliki oleh

perusahaan. Ukuran perusahaan diukur dengan total aktiva yang dimiliki

perusahaan (Halim, 2010). Kemudian hasil penelitian Wijayanti (2011)

menunjukkan bahwa Size berpengaruh signifikan terhadap return saham dan hasil

Page 27: BAB II - Universitas Mercu Buana Yogyakartaeprints.mercubuana-yogya.ac.id/759/4/BAB II.pdf · 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Stock Return Return adalah keuntungan yang diperoleh perusahaan,

35

penelitian Wijayanti dkk., (2011) menunjukkan bahwa Size berpengaruh

signifikan terhadap return saham.

Dengan demikian, hipotesis yang dapat dirumuskan :

H4 : Size berpengaruh positif terhadap stock return