bab ii kajian pustaka 1.1. hygiene dan...
TRANSCRIPT
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
1.1. Hygiene dan sanitasi
Makanan sehat harus memenuhi persyaratan minimal seperti yang
ditetapkan oleh Menteri Kesehatan. Persyaratan agar makanan sehat dikonsumsi
oleh masyarakat adalah bahan makanan yang diolah terutama yang mengandung
protein hewani seperti daging, susu, ikan/udang dan telur harus dalam keadaan baik
dan segar. Dengan demikian agar makanan yang akan diolah memenuhi syarat,
maka bahan tersebut harus tidak berubah bentuk, warna, dan rasa, demikian pula
asal dari bahan tersebut harus dari daerah/tempat yang diawasi. Demikian pula
bahan makanan terolah yang dikemas, bahan tambahan dan bahan penolong harus
memenuhi persyaratan yang berlaku (Mukono, 2008).
1.1.1. Hygiene
Hygiene adalah suatu pencegahan penyakit yang menitikberatkan pada
usaha kesehatan perseorangan atau manusia beserta lingkungan tempat orang
tersebut berada (Retno Widyati, dkk, 2002).
Hygiene adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi
kebersihan subyeknya seperti mencuci tangan dengan air bersih dan sabun untuk
melindungi kebersihan tangan, mencuci piring untuk kebersihan piring, membuang
bagian makanan yang rusak untuk melindungi keutuhan makanan secara
keseluruhan (dalam Depkes RI, 2004).
1.1.2. Sanitasi
Sanitasi adalah suatu usaha pencegahan penyakit yang menitik beratkan
kegiatan pada usaha kesehatan lingkungan hidup manusia (Retno Widyati, dkk,
2002).
Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi
kebersihan lingkungan dari subyeknya. Misalnya menyediakan air yang bersih
untuk keperluan mencuci tangan, menyediakan tempat sampah untuk mewadahi
sampah agar sampah tidak dibuang sembarang (dalam Depkes RI, 2004).
1.2. Hygiene sanitasi makanan dan minuman
Hygiene sanitasi makanan dan minuman adalah upaya untuk
mengendalikan faktor tempat, peralatan, orang dan makanan yang dapat atau
mungkin dapat menimbulkan gangguan kesehatan atau keracunan makanan
(Depkes RI,2004).
Untuk mencegah kontaminasi makanan dengan zat – zat yang dapat
mengakibatkan gangguan kesehatan diperlukan penerapan sanitasi makanan.
Sanitasi makanan adalah usaha untuk mengamankan dan menyelamatkan makanan
agar tetap bersih, sehat dan aman.
Sanitasi makanan yang buruk dapat disebabkan 3 faktor yakni faktor fisik, faktor
kimia dan faktor mikrobiologi. Faktor fisik terkait dengan kondisi ruangan yang
tidak mendukung pengamanan makanan seperti sirkulasi udara yang kurang baik,
temperature ruangan yang panas dan lembab, dan sebagainya. Untuk menghindari
kerusakan makanan yang disebabkan oleh faktor fisik, maka perlu diperhatikan
susunan dan konstruksi dapur serta tempat penyimpanan makanan (Ricki,2005 ).
1.3. Tujuan hygiene sanitasi makanan
a. Menjamin keamanan dan kemurnian makanan, mencegah konsumen dari
penyakit
b. Mencegah penjualan makanan yang akan merugikan pembeli
c. Mengurangi kerusakan atau pemborosan makanan
Makanan yang dikonsumsi hendaknya memenuhi criteria bahwa makanan
tersebut layak untuk dimakan dengan criteria sebagai berikut:
a. Berada dalam derajat kematangan fisik, kimia yang tidak dikehendaki sebagai
akibat dari pengaruh enzim, aktifitas mikroba, binatang pengerat, serangga,
parasit serta kerusakan – kerusakan karena tekanan, pembekuan, pemanasan,
pengeringan dan sebagainya
b. Bebas dari pencemaran setiap tahap produksi dan penanganan selanjutnya
c. Bebas dari mikroorganisme dan parasit yang dapat menimbulkan penyakit
Jika suatu makanan berada dalam keadaan yang berlawanan dengan kriteria –
kriteria tersebut, maka dikatakan sebagai makanan yang rusak atau busuk dan
tidak cocok untuk dikonsumsi manusia. (Yunaenah, 2009)
1.4. Prinsip Hygiene Sanitasi Makanan
Pengertian dari prinsip hygiene sanitasi makanan dan minuman adalah
pengendalian terhadap empat faktor yaitu tempat atau bangunan, peralatan, orang
dan bahan makanan. Keempat faktor tersebut dikendalikan melalui 6 (enam) prinsip
hygiene sanitasi makanan dan minuman yaitu (Depkes RI, 2004):
1.4.1. Pemilihan bahan makanan
Bahan makanan yang baik kadang kala tidak mudah kita temui, karena
jaringan perjalanan makanan yang begitu panjang dan melalui jaringan
perdagangan yang begitu luas. Salah satu upaya mendapatkan bahan makanan yang
baik adalah menghindari penggunaan bahan makanan yang berasal dari sumber
tidak jelas (liar) karena kurang dapat dipertanggung jawabkan secara kualitasnya.
Sumber bahan makanan yang baik adalah (Depkes RI, 2004):
a. Pusat penjualan bahan makanan dengan sistem pengaturan suhu yang
dikendalikan dengan baik misalnya berupa swalayan.
b. Tempat-tempat penjualan bahan makanan yang diawasi oleh pemerintah
daerah dengan baik.
Kualitas bahan makanan yang baik dapat dilihat melalui ciri-ciri fisik dan
mutunya yaitu dari bentuk, warna, kesegaran, bau, dan lainnya. Bahan makanan
yang baik terbebas dari kerusakan dan pencemaran termasuk pencemaran oleh
bahan kimia seperti pestisida (Kusmayadi, 2008).
1.4.2. Penyimpanan bahan makanan
Kerusakan bahan makanan dapat terjadi karena :
a. Tercemar bakteri karena alam atau perlakuan manusia.
b. Kerusakan mekanis seperti gesekan, tekanan benturan dan lain-lain.
Tujuan penyimpanan bahan makanan adalah agar bahan makanan tidak
mudah rusak dan kehilangan nilai gizinya. Semua bahan makanan dibersihkan
terlebih dahulu sebelum disimpan agar terbebas dari bakteri. Hal ini dapat
dilakukan dengan cara mencuci. Setelah dikeringkan kemudian dibungkus dengan
pembungkus yang bersih dan disimpan dalam ruangan yang bersuhu rendah
(Kusmayadi, 2008).
Dalam penyimpanan bahan makanan, hal-hal yang harus diperhatikan
adalah sebagai berikut :
a. Penyimpanan harus dilakukan dalam suatu tempat khusus yang bersih dan
memenuhi syarat.
b. Barang-barang harus diatur dan disusun dengan baik sehingga :
1) Mudah untuk mengambilnya.
2) Tidak menjadi tempat bersarang atau bersembunyi serangga dan tikus.
3) Tidak mudah membusuk dan rusak, untuk bahan-bahan yang mudah
membusuk harus disediakan tempat penyimpanan dingin.
4) Setiap bahan makanan mempunyai kartu catatan agar dapat digunakan
untuk riwayat keluar masuk barang dengan sistem FIFO (First In First
Out).
Ada empat cara penyimpanan makanan yang sesuai dengan suhunya yaitu
(Depkes RI, 2004) :
1. Penyimpanan sejuk (cooling), yaitu suhu penyimpanan 10 ºC – 15 ºC
untuk jenis minuman buah, es krim dan sayur.
2. Penyimpanan dingin (chilling), yaitu suhu penyimpanan 4 ºC – 10 ºC
untuk bahan makanan yang berprotein yang akan segera diolah kembali.
3. Penyimpanan dingin sekali (freezing), yaitu suhu penyimpanan 0 ºC – 4 ºC
untuk bahan berprotein yang mudah rusak untuk jangka waktu sampai 24
jam.
4. Penyimpanan beku (frozen), yaitu suhu penyimpanan < 0 ºC untuk bahan
makanan protein yang mudah rusak untuk jangka waktu > 24 jam.
Tabel 2.1
Penyimpanan bahan makanan diperlukan persyaratan sebagai berikut :
Jenis bahan makanan
Lama Penggunaan
3 hari atau
kurang
1 minggu atau
kurang
1 minggu
atau lebih
Daging, ikan, udang
dan olahanya -5 sampai 0
oC -10 sampai -5
oC
Kurang dari -
10oC
Telur, susu dan
olahannya -5 sampai 7
oC -5 sampai 0
oC
Kurang dari -
5oC
Sayur, buah dan
minuman 10
oC 10
oC 10
oC
Mukono, 2000 dalam Purnamasari Ika A, 2009
1.4.2.1. Pengolahan makanan
Pengolahan makanan adalah proses pengubahan bentuk dari bahan mentah
menjadi makanan yang siap santap. Pengolahan makanan yang baik adalah yang
mengikuti prinsip-prinsip hygiene sanitasi. Derajat kesehatan dipengaruhi oleh 4
(empat) faktor yaitu : lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan.
Berdasarkan keempat faktor tersebut, di negara yang sedang berkembang, faktor
perilaku mempunyai peranan yang sangat besar disamping faktor-faktor lainnya
terhadap peningkatan derajat kesehatan masyarakat. (Sumber : Kusnoputranto 2000,
dalam Nurmala 2012)
Penjamah makanan adalah seorang tenaga kerja yang menjamah makanan
mulai dari persiapan, mengolah, menyimpan, mengangkut maupun dalam penyajian
makanan. Perilaku seorang penjamah mempengaruhi kualitas makanan yang
disajikan penjamah yang sedang sakit flu, demam atau diare sebaiknya tidak
dilibatkan dahulu dalam proses pengolahan makanan jika terjadi luka penjamah
harus menutup luka dengan pelindung kedap air misalnya : plester atau sarung
tangan plastik. Syarat – syarat penjamah makanan yang harus diperhatikan oleh
seseorang penjamah makanan untuk mencegah terjadinya kontaminasi oleh
bakteriologik, yaitu :
a. Tangan penjamah makanan harus selalu dijaga kebersihannya yaitu : Kuku
dipotong pendek, sehingga tidak menjadi tempat berkumpulnya kotoran yang
dapat mencemari makanan, mandi sehari minimal dua kali untuk menjaga
kebersihan kulit dan tubuh, tubuh harus bebas dari kosmetik, kulit harus bebas
luka, karena akan menjadi media penularan penyakit.
b. Selalu mencuci tangan pada waktu melakukan aktifitas pengolahan makanan,
yaitu, sebelum melakukan aktifitas pengolahan makanan, setelah keluar dari
toilet, untuk yang biasa merokok harus mencuci tangan setelah merokok,
setelah membuang sampah atau kotoran lain, ketika meracik bahan makanan,
setelah mengerjakan pekerjaan lain diluar pengolahan makanan, seperti
bersalaman atau membersihkan alat dan mengelap.
c. Tidak merokok ketika mengolah makanan
d. Berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) serta menjauhkan sifat/perilaku
buruk seperti menggaruk-garuk kulit, rambut, lubang hidung, telinga, sela gigi
atau kuku, mencicipi makanan dengan jari atau menjilat pada peralatan yang
kontak pada makanan, meludah sembarangan di sembarang tempat, apabila
batuk atau bersin terbuka tidak ditutup dengan sapu tangan dan tissue,
menyisir rambut ditempat pengolahan makanan.
e. Pakaian yang dikenakan harus selalu bersih dan rapih.
f. Semua kegiatan pengolahan makanan harus terlindung dari kontak langsung
dengan tubuh. Perlindugan kontak langsung dengan tubuh dapat dilakukan
dengan menggunakan sarung tangan dari plastik, menggunakan penjepit
makanan serta menggunakan alat lain, misalnya sendok garpu.
1.4.3. Penyimpanan makanan masak
Makanan masak merupakan campuran bahan yang lunak dan sangat
disukai bakteri. Bakteri akan tumbuh dan berkembang dalam makanan yang berada
dalam suasana yang cocok untuk hidupnya sehingga jumlahnya menjadi banyak.
Diantara bakteri terdapat beberapa bakteri yang menghasilkan racun (toksin). Ada
racun yang dikeluarkan dari tubuhnya (eksotoksin) dan ada yang disimpan dalam
tubuhnya (endotoks)in/enterotoksin). Sementara didalam makanan itu juga terdapat
enzim. Enzim terutama terdapat pada sayuran dan buah – buahan yang akan
menjadikan buah matang. Kalau berlangsung terus buah akan menjadi busuk.
Suasana lingkungan yang cocok untuk pertumbuhan bakteri berlaku juga
pada makanan masak. Diantaranya adalah suasana banyak makanan (protein) dan
banyak air (moisture). pH normal (6,8 – 7,5), suhu optimum yaitu 10°C - 60°C serta
tidak ada musuhnya (Departemen Kesehatan RI, 2000).
1. Karakteristik Pertumbuhan Bakteri Pada Makanan Masak dipengaruhi oleh,
(Departemen Kesehatan RI, 2006).
a. Kadar air makanan.
Bakteri akan tumbuh subur dalam makanan dengan tingkat aw yang tinggi
(0,9). Makanan yang basah sangat disukai bakteri dari pada makanan kering.
Cirinya adalah dihitung dari aW atau air bebas yang terdapat dalam
makanan.
Air bebas adalah air yang berada dalam makanan yang statusnya bebas dan
tidak terikat dengan molekul makanan. Contohnya larutan gula encer, kuah
sayur, uap yang mencair dan lain-lain. Air bebas ini akan digunakan bakteri
untuk hidupnya. Sebaliknya air yang terikat dalam makanan tidak dapat
digunakan oleh bakteri seperti larutan gula jenuh, larutan garam, madu,
sirup, dodol dan sebagainya. Makanan seperti ini adalah bahan yang banyak
mengandung air, tetapi airnya terikat dengan molekul makanan sehingga air
bebasnya tidak ada dan bakteri tidak dapat tumbuh. Oleh karena itu
makanan tersebut tahan lama.
b. Jenis makanan.
Makanan diperlukan oleh bakteri untuk hidup dan berkembang biak. Tubuh
bakteri sebagian besar terdiri dari protein dan air. Jadi makanan yang
diperlukan oleh bakteri adalah makanan yang mengandung protein dan air.
Karena itu bakteri akan tumbuh subur pada makanan yang mengandung protein
dan kadar airnya tinggi. Makanan protein seperti daging, ikan, telur dan susu
serta hasil olahannya merupakan jenis makanan yang disukai bakteri.
Karenanya menjadi cepat rusak (perishable food). Makanan yang mengandung
karbohidrat seperti nasi, ubi, talas, jagung dan olahannya tidak disukai bakteri
tetapi disukai oleh jamur. Makanan karbohidrat menjadi lebih awet daripada
makanan protein. Makanan lemak sedikit mengandung air sehingga tidak
disukai bakteri tetapi disukai jamur sehingga timbul tengik.
c. Suhu makanan.
Suhu makanan masak yang cocok untuk pertumbuhan bakteri yaitu suhu
yang berdekatan dengan tubuh manusia (37°C). Pada suhu ini pertumbuhan
bakteri akan sangat cepat. Pada suhu lebih dingin atau lebih panas dari
37°C, bakteri akan semakin lambat tumbuhnya. Pada suhu dibawah 10°C
bakteri sama sekali tidak tumbuh dan pada suhu diatas 60°C bakteri mulai
mati. Oleh karena itu untuk mencegah pertumbuhan bakteri maka
usahakanlah makanan selalu berada pada suhu dimana kuman tidak tumbuh
yaitu pada suhu di bawah 10°C atau diatas 60°C. Suhu 10°C-60°C sangat
berbahaya, maka disebut “DANGER ZONE”.
2. Cara Penyimpanan Makanan Masak.
a. Setiap makanan masak mempunyai wadah masing-masing yang terpisah.
Pemisahan didasarkan pada saat makanan mulai diolah dan jenis makanan,
setiap wadah mempunyai tutup, tetapi berventilasi yang dapat mengeluarkan
uap air. Makanan berkuah dipisah antara lauk dengan saus atau kuahnya.
1. Suhu.
Makanan kering (goreng-gorengan) disimpan dalam suhu kamar (25°C-
30°C), makanan basah (kuah, sop, gulai) harus segera disajikan pada
suhu di atas 60°C, Makanan basah yang masih lama disajikan disimpan
pada suhu dibawah 10°C.
2. Waktu tunggu (holding time).
Makanan masak yang baru saja selesai diolah suhunya masih cukup
panas yaitu di atas 80°C. Makanan dengan suhu demikian masih berada
pada daerah aman. Makanan dalam waktu tunggu kurang dari 4 jam
biasanya dapat diabaikan suhunya. Suhu makanan dalam waktu tunggu
yang sudah berada di bawah 60°C, segera dihidangkan dan waktu
tunggunya semakin singkat.
Makanan yang disajikan panas harus tetap dipanaskan dalam suhu di
atas 60°C. Makanan yang disajikan dingin disimpan di dalam keadaan
dingin pada suhu di bawah 10°C. Makanan yang disimpan pada suhu di
bawah 10°C harus dipanaskan kembali (reheating) sebelum disajikan.
Hal-hal yang perlu dilakukan dalam penyimpanan makanan jadi adalah :
a. Terlindung dari debu, bahan kimia berbahaya, serangga dan hewan lainnya.
b. Makanan yang cepat busuk disimpan dalam suhu 65,5ºC atau lebih atau
disimpan dalam suhu dingin sekitar 4 ºC atau kurang.
c. Makanan cepat busuk untuk digunakan dalam waktu lama (lebih dari 6 jam)
harus disimpan dalam suhu 5 ºC sampai 1 ºC.
d. Tidak menempel pada lantai, dinding, atau langit-langit dengan ketentuan :
1. Jarak makanan dengan lantai 15 cm.
2. Jarak makanan dengan dinding 5 cm.
3. Jarak makanan dengan langit-langit 60 cm.
1.4.4. Pengangkutan makanan
Pengangkutan makanan yang sehat akan sangat berperan didalam
mencegah terjadinya pencemaran makanan. Dalam proses pengangkutan makanan
banyak pihak yang terkait mulai dari persiapan, pewadahan, orang, suhu dan
kendraan pengangkut itu sendiri. Cara mengangkut makanan harus memenuhi
persayaratan sanitasi, misalnya apakah sarana pengangkutan memilki alat pendingin
dan tertutup. Pengangkutan tersebut dilakukan baik dari sumber kepasar maupun
dari sumber ke tempat penyimpanan agar bahan makanan tidak tercemar oleh
kontaminan dan tidak rusak, seperti mengangkut daging dan ikan dengan
menggunakan alat pendingin (Chandra, 2006).
Makanan siap santap lebih rawan terhadap pencemaran sehingga perlu
perlakukan yang ekstra hati – hati. Oleh karena itu ddalam prinsip pengangkutan
siap santap perlu diperhatikan sebagai berikut (Depkes RI, 2004) :
1. Setiap makanan mempunyai wadah masing-masing, isi makanan tidak
terlampau penuh untuk mencegah terjadinya kondensasi. Uap makanan yang
mencair (kondensat) merupakan mmedia yang baik untuk pertumbuhan
bakteri sehingga makanan cepat menjadi basi.
2. Wadah yang dipergunakan harus utuh, kuat dan ukurannya memadai dengan
makanan yang ditempatkan dan terbuat dari bahan anti karat atau bocor
3. Pengangkutan untuk waktu yang lama harus diatur suhunya agar tetapo
panas 600C atau tetap dingin 4
0C
4. Wadah selama dalam perjalanan tidak boleh terbuka sampai ditempat
penyajian
5. Kendraan pengangkutan disediakan khusus dan tidak dipergunakan untuk
keperluan mengangkut bahan lain
1.4.5. Penyajian makanan
Penyajian makanan merupakan rangkaian akhir dari perjalanan makanan.
Makanan yang disajikan harus memenuhi persyaratan sanitasi, yaitu bebas dari
kontaminasi, bersih dan tertutup, serta dapat memenuhi selera makan pembeli
(Yulan Angelina, 2011).
Penyajian makanan yang menarik akan memberikan nilai tambah dalam
menarik pelanggan. Penggunaan pembungkus seperti plastic, kertas atau boks
plastic harus dalam keadaan bersih dan tidak berasala dari bahan yang dapat
menimbulkan racun (Kusmayadi, 2008).
Prinsip Penyajian menurut Departemen Kesehatan RI (2006) terdiri dari,
a. Prinsip wadah artinya setiap jenis makanan ditempatkan dalam wadah terpisah
masing-masing dan diusahakan tartutup, terutama wadah yang berada tidak
satu level dengan wadah makanan lainnya. Tujuannya adalah agar makanan
tidak terkontaminasi silang, bila satu tercemar yang lain dapat diamankan,
memperpanjang masa saji makanan sesuai dengan tingkat kerawanan
makanan.
b. Prinsip kadar air artinya makanan yang mengandung kadar air tinggi (kuah,
soto, saus) baru dicampur pada saat menjelang dihidangkan untuk mencegah
makanan cepat rusak (basi).
c. Prinsip edible part artinya setiap bahan yang disajikan dalam penyajian adalah
merupakan bahan makanan yang dapat dimakan. Hindari pemakaian bahan
yang membahayakan kesehatan seperti stekker besi, tusuk gigi atau bunga
plastik. Bahan yang tidak untuk dimakan harus segera dibersihkan dari tempat
penyajian manakala
d. acara makan dimulai. Tujuannya untuk mencegah kecelakaan atau gangguan
akibat salah makan.
e. Prinsip pemisah artinya makanan yang ditempatkan dalam wadah yang sama
seperti makanan dalam doos atau rantang harus dipisah dari setiap jenis
makanan agar tidak saling mencampur aduk. Tujuannya untuk mencegah
kontaminasi silang.
f. Prinsip panas yaitu setiap penyajian makanan yang disajikan panas
diusahakan tetap dalam keadaan panas seperti sop, gulai, soto dan sebagainya.
Untuk mengatur suhu perlu diperhatikan suhu makanan sebelum ditempatkan
dalam alat saji panas (food warmer) harus masih Kontaminasi E-coli berada
diatas 60ºC. Alat terbaik untuk mempertahankan suhu penyajian adalah
dengan bean merry (bak penyaji panas). Tujuannya untuk mencegah
pertumbuhan bakteri dan meningkatkan selera.
g. Prinsip bersih artinya setiap peralatan yang digunakan seperti wadah dan
tutupnya, doos atau piring/gelas/mangkok harus bersih dan baik. Bersih
artinya telah dicuci dengan cara higienis, baik artinya utuh, tidak rusak atau
cacat atau bekas pakai. Tujuannya untuk mencegah penularan penyakit dan
memberikan penampilan yang estetis.
h. Prinsip handling artinya setiap penanganan makanan maupun alat makan tidak
kontak langsung dengan anggota tubuh terutama dengan bibir tujuannya untuk
mencegah pencemaran dari tubuh dan memberikan penampilan yang baik dan
sopan.
i. Prinsip tepat penyajian artinya pelaksanaan penyajian makanan harus tepat
sesuai dengan pesanan.
1.4.6. Lokasi dan bangunan
lokasinya harus cukup jauh dari sumber pencemaran atau dapat menimbulkan
pencemaran makanan jajanan seperti pembuangan sampah terbuka, tempat
pengolahan limbah, rumah potong hewan, jalan yang ramai dengan arus kecepatan
tinggi sehingga dapat melindungi makanan dari pencemaran seperti debu, lalat,
insektisida dan lain-lain. Adapun persyaratan konstruksi sarana penjaja makanan
adalah :
1. Konstruksi sarana harus mudah dibersihkan
2. Tersedia tempat untuk menyimpan makanan siap saji
3. Tersedia tempat penyimpanan peralatan untuk penanganan makanan
4. Lantai dibuat sedemikian rupa sehingga selalu bersih, kering, tidak mudah
rusak, tidak lembab, tidak ada retakan atau celah tidak licin dan tahan terhadap
pembersihan yang berulang-ulang.
5. Permukaan dinding harus rata dan halus, berwarna terang dan tidak lembab dan
mudah dibersihkan.
6. Atap dan langit-langit berfungsi sebagai penahan jatuhnya debu dan kotoran
lain, sehingga tidak mengotori makanan yang sedang diolah.
7. Pintu di ruangan memasak harus dapat ditutup sendiri (self closing) dan
membuka ke arah luar.
8. lubang ventilasi dimana makanan diolah harus dilengkapi dengan kawat kassa
yang dapat dibuka dan dipasang.
9. Intensitas pencahayaan disetiap ruang kerja harus cukup terang untuk
melakukan pekerjaan.
1.5. Fasilitas Sanitasi
Fasilitas sanitasi adalah sarana dan kelengkapan yang digunakan untuk memelihara
kualitas lingkungan atau mengendalikan faktor-faktor lingkungan fisik yang dapat
merugikan kesehatan manusia, diantaranya adalah : Tersedia air bersih., Tempat
pembuangan sampah, Pembuangan air limbah, Jamban, Fasilitas pengendalian lalat
(Kepmenkes RI NO. 942/Menkes/SK/VII/2003)
1.6. Bakteri Escherichia colli
Escherichia coli yaitu bakteri facultatively anaerobic gram-negative
berbentuk batang yang termasuk dalam famili Enterobacteriaceae, sesungguhnya
merupakan penghuni normal usus, selain berkembang biak di lingkungan sekitar
manusia. dijumpai pada tahun 1885, bakteri ini kemudian dikenali bersifat
komensal maupun berpotensi pathogen. Bila Escherichia coli, oleh berbagai sebab,
tersangkut diorgan lain (misalnya saluran kemih), penyakit akan timbul. Bakteri
Coliform adalah bakteri yang digunakan sebagai indikator sanitasi atau adanya
pencemaran. Adanya bakteri koliform pada makanan atau minuman dapat
digunakan untuk menduga kemungkinan adanya bakteri enteropatogenik atau
enterotoksik-kogenik yang berbahaya bagi kesehatan (Hardiansyah dan Rimbawan,
2001).
Escerichia colli bersifat gram negative berbentuk batang dan tidak
membentuk spora. Escerichia colli mempunyai ukuran panjang 2,0 – 6,0 µm,
tersusun tunggal, berpasangan. Escerichia colli tumbuh pada suhu udara 10 – 40C,
dengan suhu optimum 37 0C. pH optimum pertumbuhannya adalah 7,0 – 7,5.
Bakteri ini sangat sensitif terhadap panas dan dapat diinaktifkan pada suhu
pasteurisasi (Supardi, 1999).
Sebagian bakteri Escerichia colli dapat menyebabkan infeksi yang
ditularkan melalui makanan. Ada empat golongan penyebab penyakit pada manusia
yaitu :
1. Entero Phatogenic Escerichia colli (EPEC) adalah penyebab penting diare
pada bayi. Akibat dari infeksi EPEC adalah diare cair, yang biasanya sembuh
sendiri tetapi dapat juga bersifat kronik.
2. Entero Toxigenic Escerichia colli (ETECT) yang mampu menghasilkan
enterotoksin dalam usus kecil dan menyebabkan penyakit seperti diare,
muntah – muntah, dehidrasi serupa dengan kolera.
3. Entero Hemoragic Escerichia colli (EHEC) menghasilkan verotoksin. EHEC
berhubungan dengan colitis hemoragik, bentuk diare yang berat, dan dengan
sindroma uremia hemolitik.
4. Entero Invasive Escerichia colli (EIEC) dimana sel – sel Escerichia colli
mampu menembus dinding usus dan menimbulkan colitis (radang usus besar)
atau gejala seperti disentri. Waktu inkubasi 8 – 44 jam (rata – rata 26 jam)
dengan gejala demam, sakit kepala, kejang, perut dan diare berdarah (Gould
dan Brooker, 2002).
Keracunan makanan dapat disebabkan oleh racun asli yang berasal dari
tumbuhan atau hewan itu sendiri maupun oleh racun yang ada didalam pangan
akibat kontaminasi. Makanan dapat terkontaminasi oleh berbagai racun yang dapat
berasal dari tanah, udara, manusia dan vector. Apabila racun tidak diuraikan, dapat
terjadi biokumulasi didalam tubuh mahluk hidup melalui rantai makanan (Slamet,
2002).
1.7. Makanan Jajanan Tradisional
Makanan jajanan adalah makanan dan minuman yang diolah oleh
pengrajin makanan ditempat penjualan dan disajikan sebagai makanan siap santap
untuk dijual bagi umum selain yang disajikan jasa boga, rumah makanan/restoran,
dan hotel (Depkes RI, 2003).
Pada umumnya makanan jajanan digemari anak – anak ialah berupa kue –
kue yang biasanya dibuat sebagian besar dari tepung dan gula. Dengan jajanan kue
ini anak semata – mata mendapat tambahan kalori sedangkan tambahan zat
pembangun dan zat pengatur sangat sedikit (Napu, dkk, 2008).
Makanan jajanan tradisional adalah makanan jajanan yang dibuat sesuai
dengan tradisi atau kebiasaan, dengan cara yang diwariskan secara turun temurun.
Dengan demikian para pembuat jajanan tradisional dapat dikatakan tidak
mengetahui apa yang dilakukannya pada saat membuat jajanan. Semua yang
mereka lakukan dapat dikatakan sebagai sesuatu petunjuk turun temurun yang harus
dilakukan.
Cara pengolahan makanan jajanan tradisional masih sederhana dengan
menggunakan teknologi pengolahan yang sederhana, kurang memperhatikan
sanitasi maupun kaidah-kaidah higiene. Penjamah makanan jajanan tradisional
biasanya orang -orang yang perilaku yang kurang memperhatikan higiene
perseorangan (personal hygiene
Kue popaco atau kue perahu adalah mak
diolah dengan alat sederhana dan menggunkan bahan
seperti santan kelapa,
besar untuk pembuatan cetakan yang berbentuk perahu.
1.8. Pencegahan Kontaminasi Makanan
Sepuluh Prinsip Pokok World Health Organization untuk Keamanan Makanan :
a. Pilih makanan yang sudah di proses
Sementara kebanyakan makanan seperti buah
dalam keadaan telah dicuci dan segar, yang lainnya tidak
telah diproses dengan baik.
b. Memasak makanan dengan sempurna
Kebanyakan bahan mentah makanan, terutama unggas, daging dan susu
mentah seringkali tercemar penyakit. Pemasakan yang sempurna akan
orang yang perilaku yang kurang memperhatikan higiene
personal hygiene) (Susmayati, dkk, 2002).
Gambar 2.1 Kue popaco atau kue perahu
Kue popaco atau kue perahu adalah makanan jajanan tradisonal yang
diolah dengan alat sederhana dan menggunkan bahan – bahan dasar makanan pokok
kelapa, gula merah, tepung terigu, tepung kanji dan Daun pandan
besar untuk pembuatan cetakan yang berbentuk perahu.
Kontaminasi Makanan
Sepuluh Prinsip Pokok World Health Organization untuk Keamanan Makanan :
Pilih makanan yang sudah di proses
Sementara kebanyakan makanan seperti buah-buahan dan sayuran sebaiknya
dalam keadaan telah dicuci dan segar, yang lainnya tidak aman kecuali jika
telah diproses dengan baik.
Memasak makanan dengan sempurna
Kebanyakan bahan mentah makanan, terutama unggas, daging dan susu
mentah seringkali tercemar penyakit. Pemasakan yang sempurna akan
orang yang perilaku yang kurang memperhatikan higiene
anan jajanan tradisonal yang
bahan dasar makanan pokok
dan Daun pandan
Sepuluh Prinsip Pokok World Health Organization untuk Keamanan Makanan :
buahan dan sayuran sebaiknya
aman kecuali jika
Kebanyakan bahan mentah makanan, terutama unggas, daging dan susu
mentah seringkali tercemar penyakit. Pemasakan yang sempurna akan
mematikan kuman patogen tersebut. Tetapi harus diingat bahwa seluruh
bagian dari makanan harus mencapai suhu sedikitnya 70ºC.
c. Santap makanan segera
Jika makanan masak dibiarkan dingin dalam suhu ruangan, maka bakteri
mulai berkembang biak. Makin lama didiamkan makin besar risiko makanan
tersebut. Dari sudut konsumen, aturan yang paling aman adalah menyantap
makanan sesegera mungkin setelah diambil dalam keadaan panas.
d. Simpan makanan masak dengan benar
Jika anda perlu menyiapkan makanan jauh waktunya sebelum dihidangkan,
maka simpanlah makanan dengan cara panas mendekati atau lebih dari 60ºC,
atau dengan cara dingin 10 ºC atau lebih rendah lagi.
e. Panasi kembali makanan dengan benar
Makanan yang disimpan dalam keadaan dingin perlu dipanasi kembali
sebelum dikonsumsi dan harus mencapai 70 ºC yang merata ke seluruh
bagiannya.
f. Cegah kontak makanan dengan bahan mentah
Kontaminasi silang dapat terjadi secara tidak langsung melalui peralatan,
orang dan tempat yang dipakai. Jadi alat-alat yang dipakai untuk mengolah
makanan yang belum dimasak jangan dipakai untuk mewadahi, menyentuh
atau memotong makanan masak.
g. Cuci tangan sesering mungkin
Mencuci tangan sebersih-bersihnya sebelum seseorang mengolah makanan
adalah suatu keharusan. Jika ada selingan kegiatan lain sementara memasak,
terutama sesudah dari toilet, menyentuh binatang peliharaan atau merawat
bayi maka tangan harus dicuci kembali.
h. Jaga kebersihan permukaan dapur secermat mungkin
Setiap permukaan yang berhubungan dengan pengolahan dan penyiapan
makanan harus selalu benar-benar bersih.
i. Lindungi makanan dari serangga, tikus dan binatang lain
Simpan makanan secara tertutup rapat sehingga tidak mungkin dimasuki
serangga atau binatang lainnya.
j. Pergunakan air bersih
Air yang digunakan untuk di tambahkan ke dalam makanan atau untuk
membuat es hendaklah dimasak lebih dahulu.
2.9 Kerangka Berpikir
2.91 Kerangka Teori
Keberadaan
bakteri
Escerichia
colli pada
kue Popaco
Ada bakteri
E.colli
Tidak ada
bakteri
E.colli
Fasilitas sanitasi :
1.Tersedia air bersih.
2.Tempat pembuangan sampah.
3.Pembuangan air limbah.
4.Jamban.
5.Fasilitas pengendalian lalat.
Penjamah makanan:
1. Personal hygiene
2. Perilaku penjamah makanan
Pemeriksaan laboratorium
Hygiene sanitasi :
1. Pemilihan bahan makanan
2. Penyimpanan bahan makanan
3. Pengolahan makanan
4. Penyimpanan makanan masak
5. Pengangkutan makanan
6. Penyajian makanan
Lokasi dan bangunan
1.Lokasi harus jauh dari sumber
pencemaran.
2.Konstruksi sarana harus mudah
dibersihkan.
3.Tersedia tempat untuk menyimpan
makanan siap saji.
4.Tersedia tempat penyimpanan
peralatan untuk penanganan
makanan.
5.Lantai
6.Dinding
7.Atap dan langit-langit.
8.Pintu.
9.Ventilasi.
10.Pencahayaan.
2.2 Skema Kerangka Teori
2.9.2 Kerangka Konsep
Keterangan :
: Varabel Independen
: Variabel Dependen
2.3 Skema Kerangka Konsep
Keberadaan
Bakteri Escerichia
colli pada kue
popaco
Hygiene sanitasi
Keadaan lokasi
tempat penjualan
Pengangkutan
makanan
Penyajian
makanan
Perilaku penjamah kue
2.10 Hipotesis
2.10.1 Hipotesis penelitian
Ada hubungan antara hygiene sanitasi dan perilaku penjamah kue dengan
keberadaan bakteri Escerichia colli pada kue popaco
2.10.2 Hipotesis statistik
1. Hipotesis Nol (H0) : Tidak ada hubungan antara hygiene sanitasi dan
perilaku penjamah kue dengan keberadaan bakteri Escerichia colli
pada kue popaco
2. Hipotesis Alternatif (Ha) : Ada hubungan antara hygiene sanitasi dan
perilaku penjamah kue dengan keberadaan bakteri Escerichia colli
pada kue popaco