bab ii kajian pustaka a. pengertian hygiene dan...
TRANSCRIPT
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Hygiene dan Sanitasi
Hygiene adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan
melindungi kebersian individu subjeknya misalnya mencuci tangan untuk
melindungi kebersihan tangan, cuci piring untuk melindungi kebersihan
piring, membuang makanan yang rusak untuk melindungi keutuhan
makanan secara keseluruhan (Depkes, RI 2004).
Hygiene adalah suatu usaha pencegahan penyakit yang menitik
beratkan pada usaha kesehatan perseorangan atau manusia beserta
lingkungan tempat orang tersebut berada.
Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan
melindungi kebersihan lingkungan dari subjeknya. Misalnya, menyediakan
air yang bersih untuk keperluan mencuci tangan menyediakan tempat
sampah untuk mewadahi sampah agar sampah tidak dibuang sembarangan
(Depkes RI, 2004).
Sanitasi adalah suatu usaha pencegahan penyakit yang menitik
beratkan kegiatan pada usaha kesehatan lingkungan.
B. Hygiene Sanitasi Makanan
Makanan merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi kehidupan
manusia. Menurut Notoatmojo (2003) ada 4 fungsi pokok makanan bagi
kehidupan manusia, yakni: memelihara proses tubuh dalam
petumbuhan/perkembangan serta mengganti jaringan tubuh yang rusak,
9
memperoleh energi guna melakukan aktivitas sehari-hari, mengatur
metabolisme dan mengatur berbagai keseimbangan air, mineral, dan cairan
tubuh yang lain, berperan di dalam mekanisme pertahanan tubuh terhadap
berbagai penyakit.
Agar makanan dapat berfungsi sebagaimana mestinya, kualitas
makanan harus diperhatikan, kualitas tersebut mencakup ketersediaan zat-
zat (gizi) yang di butuhkan dalam makanan dan pencegahahn terjadinya
kontaminasi makanan dengan zat yang dapat mengakibatkan gangguan
kesehatan.
Menurut Kusmayadi (2007) terdapat 4 (empat) hal penting yang
menjadi prinsip hygiene dan sanitasi makanan meliputi perilaku sehat dan
bersih orang yang mengelola makanan, sanitasi makanan, sanitasi
peralatan dan sanitasi tempat pengolahan makanan dapat terkontaminasi
mikroba karena beberapa hal, di antaranya adalah menggunakan lap kotor
untuk membersihkan meja, perabotan bersih dan lain-lainnya serta
makanan disimpan tanpa tutup sehingga serangga dan tikus dapat
menjangkaunya serta pengolah makanan yang sakit atau karier penyakit.
Untuk meningkatkan mutu dan hygiene sanitasi makanan jajanan
disarankan menggunakan perlengkapan/sarana penjajah yang juga
memenuhi syarat kesehatan. Makanan jajanan yang dijajakan dengan
sarana penjaja konstruksinya harus dibuat sedemikianrupa sehingga dapat
melindunggi makanan dari pencemaran.
10
Salah satunya aspek yang menjadi prinsip hygiene dan sanitasi
yaitu lokasi penjualan dimana lokasi usaha tersebut harus memenuhi syarat
antara lain harus jauh atau minimal 500 meter dari sumber pencemaran,
harus terhindar dari serangga, di lengkapi dengan tempat pembuangan
sampah yang tertutup, memiliki fasilitas sanitasi air bersih, tempat
penampungan sampah, saluran pembuangan air limbah, dan jamban.
Sanitasi makanan adalah salah satu usaha pencegahan yang menitik
beratkan kegiatan dan tindakan yang perlu untuk membebaskan makanan
dan minuman dari segala bahaya yang dapat menggangu kesehatan, mulai
dari makanan sebelum diproduksi, selama dalam proses pengolahan,
penyimpanan, pengangkutan, sampai pada saat makanan dan minuman
tersebut siap untuk dikonsumsikan kepada masyarakat dan konsumen.
Sanitasi makanan ini bertujuan untuk menjamin keamanan dan
kemurnian makanan, mencegah konsumen dari penyakit, mencegah
penjualan makanan yang akan merugikan pembeli, mengurangi
kerusakan/pemborosan makanan. Untuk mencegah kontaminasi makanan
dengan zat-zat yang dapat mengakibatkan gangguan kesehatan diperlukan
penerapan sanitasi makanan. Sanitasi makanan adalah usaha untuk
mengamankan dan menyelamatkan makanan agar tetap bersih, sehat, dan
aman.
Sanitasi makanan yang buruk dapat di sebabkan 3 faktor yakni
faktor fisik, faktor kimia, dan faktor mikrobiologi. Faktor fisik terkait
dengan kondisi ruangan yang tidak mendukung pengamanan makanan
11
seperti sirkulasi udara yang kurang baik, temperatur ruangan yang panas
dan lembab, dan sebagainya. Untuk menghindari kerusakan makanan yang
disebabkan oleh faktor fisik, maka perlu diperhatikan susunan dan
konstruksi dapur serta tempat penyimpanan makanan.
Sanitasi makanan yang buruk disebabkan oleh faktor kimia karena
adanya zat-zat kimia yang digunakan untuk mempertahankan kesegaran
bahan makanan, obat-obat penyemprot hama, penggunaan wadah bekas
obat-obat pertanian untuk kemasan makanan, dan lain-lain.
Sanitasi makanan yang buruk disebabkan oleh faktor mikrobiologi
karena adanya kontaminasi oleh bakteri, virus, jamur, dan parasit. Akibat
buruknya sanitasi makanan dapat timbul gangguan kesehatan pada orang
yang mengkonsumsi makanan tersebut.
C. Prinsip Hygiene Sanitasi Makanan
Pengertian dari prinsip hygiene sanitasi makanan dan minuman
adalah pengendalian terhadap empat faktor yaitu tempat, peralatan, orang
dan bahan makanan. Selain itu terdapat enam prinsip santasi makanan dan
minuman yaitu (Depkes RI, 2004):
1. Pemilihan Bahan Makanan
Kualitas bahan makanan yang baik dapat dilihat melalui ciri-ciri
fisik dan mutunya dalam hal ini bentuk, warna , kesegaran, bau, dan
lainnya. Bahan makanan yang baik terbebas dari kerusakan dan
12
pencemaran termasuk pencemaran oleh bahan kimia seperti pestisida
(Kusmayadi, 2008).
Untuk mendapatkan bahan makanan yang baik perlu diketahui
sumber-sumber makanan yang baik. Sumber makanan yang baik sering
kali tidak mudah ditemukan karena jaringan perjalanan makanan yang
demikian panjang dan melalui jaringan perdagangan pangan (Depkes RI,
2004).
Sumber bahan makanan yang baik adalah (Depkes RI, 2004) :
a. Pusat penjualan bahan makanan dengan sistem pengaturan suhu yang
dikendalikan dengan baik (Seperti di Supermarket atau Swalayan).
b. Tempat-tempat penjualan bahan makanan yang diawasi oleh
pemerintah daerah dengan baik (Seperti pasar tradisional).
2. Penyimpanan Bahan Makanan
Bahan makanan yang digunakan dalam proses produksi, baik bahan
baku, bahan tambahan maupun bahan penolong, harus disimpan dengan cara
penyimpanan yang baik karena kesalahan dalam penyimpanan dapat
berakibat penurunan mutu dan keamanan makanan. (Depkes RI, 2004).
Kerusakan bahan makanan dapat terjadi karena tercemar bakteri
karena alam atau perlakuan manusia serta kerusakan mekanis seperti
gesekan, tekanan, benturan dan lain-lain.
Tujuan penyimpanan bahan makanan adalah supaya bahan
makanan tidak mudah rusak dan kehilangan nilai gizinya. Semua bahan
makanan dibersihkan terlebih dahulu sebelum disimpan, yang dapat
13
dilakukan dengan cara mencuci. Setelah dikeringkan kemudian
dibungkus dengan pembungkus yang bersih dan disimpan dalam ruangan
yang bersuhu rendah (Kusmayadi, 2008).
Syarat- syarat penyimpanan menurut Depkes RI (2004) adalah:
a. Tempat penyimpanan bahan makanan selalu terpelihara dan dalam
keadaan bersih
b. Penempatannya terpisah dari makanan jadi
c. Penyimpanan bahan makanan diperlukan untuk setiap jenis bahan
makanan
1. Dalam suhu yang sesuai
2. Ketebalan bahan makanan padat tidak lebih dari 10 cm
3. Kelembaban penyimpanan dalam ruangan 80%-90%
d. Bila bahan makanan disimpan digudang, cara penyimpanannya tidak
menempel pada langit-langit, dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Jarak makanan dengan lantai 15 cm
2. Jarak makanan dengan dinding 5 cm
3. Jarak makanan dengan langit-langit 60 cm
e. Bahan makanan disimpan dalam aturan sejenis, disusun dalam rak-rak
sedemikian rupa sehingga tidak mengakibatkan rusaknya bahan
makanan. Bahan makanan yang masuk lebih dahulu merupakan yang
pertama keluar, sedangkan bahan makanan yang masuknya belakangan
terakhir dikeluarkan atau disebut dengan sistem FIFO (First In First
Out)
14
3. Pengolahan Makanan
Pengolahan makanan adalah proses pengubahan bentuk dari bahan
mentah menjadi makanan yang siap santap. Pengolahan makanan yang
baik adalah yang mengikuti prinsip-prinsip hygiene sanitasi (Depkes RI,
2004).
Tujuan pengolahan makanan agar tercipta makanan yang
memenuhi syarat kesehatan, mempunyai cita rasa yang sesuai serta
mempunyai bentuk yang merangsang selera. Semua kegiatan pengolahan
makanan harus dilakukan dengan cara terlindung dari kontak langsung
dengan tubuh. Perlindungan kontak langsung dengan makanan dilakukan
dengan jalan menggunakan sarung tangan plastik, penjepit makanan
(Azwar, 1990).
Dalam proses pengolahan makanan, harus mempunyai persyaratan
hygiene sanitasi terutama menjaga kebersihan peralatan masak yang
digunakan, tempat pengolahan atau disebut dapur serta kebersihan
penjamah makanan (Kusmayadi, 2008).
A. Penjamah Makanan
Penjamah makanan menurut Depkes RI (2004) adalah orang yang
secara langsung berhubungan dengan makanan dan peralatan mulai dari
tahap persiapan, pembersihan, pengolahan pengangkutan sampai
penyajian. Dalam proses pengolahan makanan, peran dari penjamah
makanan sangatlah besar peranannya. Penjamah makanan ini mempunyai
peluang untuk menularkan penyakit.
15
Banyak infeksi yang ditularkan melalui penjamah makanan, antara lain
Staphylococcus aureus ditularkan melalui hidung dan tenggorokan, kuman
Clostridium perfringens, Streptococcus, Salmonella dapat ditularkan
melalui kulit. Oleh sebab itu penjamah makanan harus selalu dalam
keadaan sehat dan terampil.
Syarat-syarat penjamah makanan yaitu (Depkes RI, 2004) :
1. Tidak menderita penyakit mudah menular, misal : batuk, pilek,
influenza, diare, penyakit perut sejenisnya
2. Menutup luka (pada luka terbuka/bisul)
3. Menjaga kebersihan tangan, rambut, kuku dan pakaian.
4. Memakai celemek dan tutup kepala
5. Mencuci tangan setiap kali hendak menangani makanan
6. Menjamah makanan harus memakai alat/perlengkapan atau dengan
alas tangan
7. Tidak merokok, menggaruk anggota badan (telinga, hidung, mulut dan
bagian lainnya)
8. Tidak batuk atau bersin dihadapan makanan dan atau tanpa menutup
hidung atau mulut
B. Cara Pengolahan Makanan
1. Tidak terjadi kerusakan-kerusakan makanan sebagai akibat cara
pengolahan yang salah
2. Tidak terjadi pengotoran atau kontaminasi makanan akibat dari
kotorannya tangan pengelola/penjamah
16
3. Proses pengolahan harus diatur sedemikian rupa sehingga mencegah
masuknya bahan-bahan kimia berbahaya dan bahan asing kedalam
makanan
C. Tempat Pengolahan Makanan
Tempat pengolahan makanan, dimana makanan diolah sehingga
menjadi makanan yang terolah ataupun makanan jadi yang biasanya
disebut dapur. Dapur merupakan tempat pengolahan makanan yang harus
memenuhi syarat hygiene dan sanitasi, diantaranya konstruksi dan
perlengkapan yang ada. Menurut Depkes RI (2004) syarat-syarat tersebut
adalah sebagai berikut :
1. Lantai
Lantai harus dibuat dari bahan yang mudah dibersihkan, tidak licin,
tahan lama dan kedap air. Lantai harus dibuat dengan kemiringan 1-2% ke
saluran pembuangan air limbah.
2. Dinding dan langit-langit
Dinding harus dibuat kedap air sekurang-kurangnya satu meter dari
lantai. Bagian dinding yang kedap air tersebut dibuat halus, rata dan
bewarna terang serta dapat mudah dibersihkan. Demikian juga dengan
langit- langit harus terbuat dari bahan yang bewarna terang.
3. Pintu dan jendela
Pintu dan jendela harus dibuat sedemikian rupa sehingga terhindar
dari lalu lintas lalat dan serangga lainnya.dengan demikian harus
17
diperhatikan pintu masuk dan keluar harus selalu tertutup atau pintu yang
harus bisa ditutup sendiri.
4. Ventilasi ruang dapur
Secara garis besarnya ventilasi terbagi atas dua macam yaitu
ventilasi alam dan buatan. Ventilasi alam terjadi secara alamiah dan
disyaratkan 10% dari luas lantai dan harus dilengkapi dengan perlindungan
terhadap serangga dan tikus.
5. Pencahayaan
Pencahayaan yang cukup diperlukan pada tempat pengolahan
makanan untuk dapat melihat dengan jelas kotoran lemak yang tertimbun
dan lain- lain. Pencahayaa diruang dapur sekurang-kurangnya 20 fc,
sebaikya dapat menerangi setiap permukaan tempat pengolahan makanan
dan pada tempat-tempat lain seperti tempat mencuci peralatan, tempat cuci
tangan, ruang pakaian, toilet, tempat penampungan sampah disamping itu
selama pembersihan harus disediakan pencahayaan yang cukup memadai
6. Pembuangan asap
Dapur harus dilengkapi dengan pengumpul asap dan juga harus
dilengkapi dengan penyedot asap untuk mengeluarkan asap dari
cerobongnya.
7. Penyediaan air bersih
Harus ada persediaan air bersih yang cukup dan memenuhi syarat
kesehatan. Minimal syarat fisik yaitu tidak bewarna, tidak berasa, tidak
berbau.
18
8. Penampungan dan pembuangan sampah
Sampah harus ditangani sedemikian rupa untuk menghindari
pencemaran makanan dari tempat sampah harus dipisahkan antara sampah
basah dan sampah kering serta diusahakan pencegahan masuknya serangga
ketempat pembuangan sampah yang memenuhi syarat kesehatan antara
lain:
a. Terbuat dari bahan yang kuat dan tidak mudah berkarat
b. Mudah dibersihkan dan bagian dalam dibuat licin, serta bentuknya
dibuat halus
c. Mudah diangkat dan ditutup
d. Kedap air, terutama menampung sampah basah
e. Tahan terhadap benda tajam dan runcing
Disamping itu sampah harus dikeluarkan dari tempat pengolahan
makanan sekurang-kurangnya setiap hari. Segera setelah sampah dibuang,
tempat sampah dan peralatan lain yang kontak dengan sampah harus
dibersihkan.
9. Pembuangan air limbah
Harus ada sistem pembuangan limbah yang memenuhi. syarat
kesehatan. Bila tersedia saluran pembuangan air limbah di kota, maka
sistem drainase dapat disambungkan dengan alur pembuangan tersebut
harus didesain sedemikian rupa sehingga air limbah segera terbawa keluar
gedung dan mengurangi kontak air limbah dengan lingkungan diluar
sistem saluran.
19
10. Perlindungan dari serangga dan tikus
Serangga dan tikus sangat suka bersarang ataupun berkembang
biak pada tempat pengolahan makanan, oleh karena itu pengendaliannya
harus secara rutin karena binatang tersebut bisa sebagai pembawa penyakit
dan sekaligus menimbulkan kerugian ekonomi. Karena kebisaan hidupnya,
mereka dapat menimbulkan gangguan kesehatan. Mereka dapat
memindahkan kuman secara mekanis baik langsung kedalam
makanan/bahan makanan atau langsung mengkontaminasi peralatan
pengolahan makanan dan secara biologis dengan menjadi vektor beberapa
penyakit tertentu. Beberapa penyakit penting yang dapat
ditularkan/disebarkan antara lain demam berdarah, malaria, disentri, pest.
Infestasi serangga tikus, tikus dapat pula menimbulkan kerugian ekonomi
karena mereka merusak bahan pangan dan peralatan pengolahan makanan.
4. Penyimpanan Makanan
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyimpan makanan
menurut Depkes RI, 2004 adalah:
a. Makanan yang disimpan harus diberi tutup.
b. Tersedia tempat khusus untuk menyimpan makanan.
c. Makanan tidak boleh disimpan dekat dengan saluran air.
d. Apabila disimpan diruangan terbuka hendaknya tidak lebih dari 6 jam
dan ditutup agar terhindar dari serangga dan binatang lainnya.
20
e. Lemari penyimpan sebaiknya tertutup atau tidak berada tanpa kaki
penyangga atau dipojok ruangan karena tikus, kecoa dan hewan lainnya
akan sangat mudah untuk menjangkaunya.
Cara penyimpanan bahan makanan yang baik berdasarkan suhu, wadah,
dan jenisnya antara lain sebagai berikut:
a. Setiap bahan makanan yang disimpan diatur ketebalannya, artinya agar
suhu dapat merata keseluruh bagian.
b. Setiap bahan makanan ditempatkan secara terpisah menurut jenisnya, dalam
wadah (container) masing-masing. Wadah dapat berupa bak, kantong plastik
atau lemari yang berbeda.
c. Makanan disimpan didalam ruangan penyimpanan sedemikian hingga terjadi
sirkulasi udara dengan baik agar suhu merata keseluruh bagian. Pengisian
lemari yang terlalu padat akan mengurangi manfaat penyimpanan karena
suhunya tidak sesuai dengan kebutuhan.
d. Penyimpanan didalam lemari es, meliputi:
1. Bahan mentah harus terpisah dari makanan siap santap.
2. Makanan yang berbau tajam harus ditutup dalam kantong plastik yang
rapat dan dipisahkan dari makanan lain, kalau memungkin dalam lemari
yang berbeda, dan letaknya harus berjauhan.
3. Makanan yang disimpan tidak lebih dari 2 atau 3 hari dan harus sudah
digunakan.
4. Lemari tidak boleh terlalu sering dibuka, maka dianjurkan lemari untuk
keperluan sehari-hari dipisahkan dengan lemari untuk keperluan
penyimpanan makanan.
21
Penyimpanan makanan kering harus memenuhi syarat seperti
berikut:
1. Suhu cukup sejuk, udara kering dengan ventilasi yang baik
2. Ruangan bersih, kering, lantai dan dinding tidak lembab
3. Rak-rak berjarak minimal 15 cm dari dinding lantai dan 60 cm dari langit-
langit
4. Rak mudah dibersihkan dan dipindahkan
5. Penyimpanan dan pengambilan barang diatur dengan sistem FIFO (firs in
first out) artinya makanan yang masuk terlebih dahulu harus dikeluarkan
lebih dulu.
5. Pengangkutan Makanan
Pengangkutan makanan yang sehat akan sangat berperan didalam
mencegah terjadinya pencemaran makanan. Dalam proses pengangkutan
makanan banyak pihak yang terkait mulai dari persiapan, pewadahan, orang,
suhu dan kendaraan pengangkut itu sendiri. Cara mengangkut makanan harus
memenuhi persyaratan sanitasi, misalnya apakah sarana pengangkutan
memiliki alat pendingin dan tertutup. Pengangkutan tersebut dilakukan baik
dari sumber ke pasar maupun dari sumber ke tempat penyimpanan agar bahan
makanan tidak tercemar oleh kontaminan dan tidak rusak, seperti mengangkut
daging dan ikan dengan menggunakan alat pendingin (Chandra, 2006).
Pencemaran makanan selama dalam pengangkutan dapat berupa
pencemaran fisik, mikroba maupun kimia. Cara untuk mencegah dengan
22
membuang atau mengurangi sumber yang menyebabkan pencemar (Depkes
RI, 2004).
Adapun cara dalam mengurangi atau membuang sumber penyebab
pencemar adalah:
1. Mengangkut bahan makanan tidak bercampur dengan bahan berbahaya
dan beracun (B3) seperti pupuk, obat hama atau bahan kimia.
2. Kendaraan pengangkut makanan tidak dipergunakan untuk mengangkut
bahan seperti: mengangkut orang, hewan.
3. Kendaraaan harus memperhatikan kebersihan supaya setiap digunakan
untuk makanan selalu dalam keadaan bersih.
4. Hindari pemakaian kendaraan yang telah mengangkut bahan kimia/
pestisida.
5. Hindari perlakuan manusia selama pengangkutan seperti : ditumpuk,
diinjak.
6. Jika mungkin gunakanlah kendaraan pengangkut bahan makanan yang
menggunakan alat pendingin sehingga mampu membawa makanan
dengan jangkauan yang lebih jauh.
Makanan yang telah siap santap perlu diperhatikan dalam cara
pengangkutannya, meliputi:
1. Setiap makanan mempunyai wadah masing-masing.
2. Wadah yang digunakan harus utuh, kuat dan ukurannya memadai dengan
makanannya.
23
3. Pengangkutan untuk waktu yang lama harus diatur suhunya agar tetap panas
60 0C dan tetap dingin 4 0C.
4. Wadah selama perjalanan tidak boleh selalu dibuka dan tetap dalam keadaan
tertutup sampai ditempat tujuan.
5. Kendaraan pengangkut disediakan khusus tidak digunakan untuk keperluan
lain.
6. Penyajian Makanan
Penyajian makanan yang menarik akan memberikan nilai tambah dalam
menarik pelanggan. Teknis penyajian makanan untuk konsumen memiliki berbagai
cara asalkan memperhatikan kaidah hygiene sanitasi yang baik. Penggunaan
pembungkus seperti plastik, kertas atau boks plastik harus dalam keadaan bersih dan
tidak berasal dari bahan yang dapat menimbulkan racun.
Makanan yang disajikan pada tempat yang bersih, peralatan yang digunakan
bersih, sirkulasi udara dapat berlangsung, penyaji berpakaian bersih dan rapi
menggunakan tutup kepala dan clemek. Tidak boleh terjadi kontak langsung dengan
makanan yang disajikan (Kusmayadi, 2008)
D. Makanan Jajanan
Makanan jajanan adalah makanan yang siap makan atau terlebih dahulu
dimasak di tempat penjualan dan dijual di tempat-tempat umum. Makanan jajanan
merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan masyarakat sehari-
hari, artinya makanan tersebut telah menjadi bagian budaya masyarakat.
24
Ada 2 jenis makanan jajanan di Indonesia yaitu:
1. Makanan Jajanan Tradisional
Makanan jajanan tradisional yang umumnya digemari oleh anak-anak
ialah berupa kue-kue yang biasanya dibuat sebagian besar dari tepung dan gula.
Dengan jajanan kue-kue ini anak semata-mata hanya mendapatkan tambahan
energi, sedangkan tambahan zat pembangun dan zat pengatur sangat sedikit
(Suhardjo, 1989).
Jenis makanan untuk jajanan ini biasa dipakai sebagai makanan selingan.
Pada umumnya makanan ini sebagai penambah kebutuhan gizi sehari-hari di
samping menu pokok. Bahan dasar pembuatan makanan ini adalah bahan
makanan pokok (tepung) dan variasinya kebanyakan mengenai bentuk dan cara
pembuatannya.
Nilai positif dari makanan jajanan tradisional adalah cukup banyak
mengandung zat gizi, dan mutu makanan jajanan tradisional jauh lebih aman
bila dibandingkan dengan makanan modern. Makanan jajanan tradisional lebih
seimbang komposisi zat gizinya (Anwar, 1999).
2. Makanan Jajanan Non Tradisional
Makanan jajanan non tradisional adalah makanan yang diolah dengan
alat modern dan menggunakan bahan non lokal baik yang bersifat industri,
rumah tangga menengah maupun besar seperti produk ekstruksi, produk roti
(biskuit, crackers, wafer) dan roll (roti manis) serta permen. Akhir-akhir ini
muncul makanan jajanan yang bersifat global seperti pizza, potato chips, es
krim, dan berbagai jenis pasta (Haslina, 2004).
25
E. Tinjauan Mengenai Escherichia coli
Escherichia coli adalah salah satu bakteri yang tergolong koliform dan
hidup secara normal di dalam kotoran manusia maupun hewan. Escherichia
coli juga bisa menjadi kuman opurtunis yang banyak ditemukan di dalam usus
besar manusia sebagai flora normal. Sifatnya unik karena dapat menyebabkan
infeksi primer pada usus misalnya diare pada anak dan transveler diarrhea,
seperti juga kemampuannya menimbulkan infeksi pada jaringan tubuh lain di
luar usus (Fardiaz, 2006).
Escherichia coli bersifat gram negatif berbentuk batang dan tidak
membentuk spora. Escherichia coli mempunyai ukuran panjang 2,0-6,0 nm,
tersusun tunggal, berpasangan. Escherichia coli tumbuh pada suhu udara 10-
40C, dengan suhu optimum 37C. pH optimum pertumbuhannya adalah 7,0-7,5.
Bakteri ini sangat sensitif terhadap panas dan dapat diinaktifkan pada suhu
pasteurisasi (Supardi, 1999).
Escherichia coli yang pada umumnya menyebabkan penyakit diare di
seluruh dunia. Penyakit lain yang disebabkan oleh Escherichia coli adalah:
a. Infeksi salaran kemih mulai dari cystisis sampai pyelonephritis, E.coli
merupakan penyebab lebih dari 85% kasus.
b. Pneumonia, E.coli menyebabkan 50% kasus.
c. Meningitis pada bayi baru lahir.
d. Infeksi luka terutama luka di dalam abdomen.
Escherichia coli menyebabkan penyakit pada manusia yang disebut. Ada
empat golongan penyebab penyakit pada manusia yaitu:
26
a. Entero Phatogenic Escherichia coli (EPEC) adalah penyebab penting
diare pada bayi. Akibat dari infeksi EPEC adalah diare cair, yang
biasanya sembuh sendiri tetapi dapat juga bersifat kronik.
b. Entero Toxigenic Escherichia coli (ETEC) yang mampu menghasilkan
enterotoksin dalam usus kecil dan menyebabkan penyakit seperti
kolera. Waktu inkubasi penyakit ini berkisar 8-24 jam dengan gejala
diare, muntah-muntah, dehidrasi serupa dengan kolera.
c. Entero Hemoragic Escherichia coli (EHEC) menghasilkan verotoksin.
EHEC berhubungan dengan kolitis hemoragik, bentuk diare yang berat,
dan dengan sindroma uremia hemolitik.
d. Entero Invasive Escherichia coli (EIEC) dimana sel-sel Escherichia
coli mampu menembus dinding usus dan menimbulkan kolitis (radang
usus besar) atau gejala seperti disentri. Waktu inkubasi 8-44 jam (rata-
rata 26 jam) dengan gejala demam, sakit kepala, kejang perut dan diare
berdarah.
Menurut Slamet (2002), gangguan kesehatan yang dapat tejadi akibat
makanan dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu : keracunan makanan dan
penyakit bawaan makanan.
Keracunan makanan dapat disebabkan oleh racun asli yang berasal dari
tumbuhan atau hewan itu sendiri maupun oleh racun yang ada di dalam
panganan akibat kontaminasi. Makanan dapat terkontaminasi oleh berbagai
racun yang dapat berasal dari tanah, udara, manusia, dan vektor. Apabila
27
racun tidak diuraikan, dapat terjadi bioakumulasi di dalam tubuh mahluk
hidup melalui rantai makanan.
Penyakit bawaan makanan pada hakekatnya tidak dapat di pisahkan
secara nyata dari penyakit bawaan air. Yang dimaksud dengan penyakit
bawaan makanan adalah penyakit umum yang dapat diderita seseorang akibat
memakan sesuatu makanan yang terkontaminasi mikroba patogen, kecuali
keracunan.
F. Kerangka Teori
Pemeriksaan
Lab
Memenuhi Syarat
Pedagang Kue
Tidak Memenuhi
Syarat
Hygiene Sanitasi
1. Keadaan lokasi tempat jualan
2. Kondisi pedagang makanan
jajanan kue
3. Cara penyajian makanan
jajanan kue
4. Tingkat pengetahuan pedagang
Tidak
Ada
E.coli
Kue
Cucur
Ada
E.coli Kandungan
E.coli dalam
kue cucur
Kepmenkes RI No.
942/Menkes/SK/VII/
2003
28
G. Kerangka Konsep
Keterangan :
Keberadaan Escherichia coli pada makanan jajanan kue merupakan
variabel terikat atau dampak apabila hygiene sanitasi yang merupakan variable
bebas seperti keadaan lokasi tempat jualan, kondisi pedagang makanan jajanan,
cara penyajian makanan jajanan yang tidak memenuhi syarat, dan tingkat
pengetahuan pedagang yang masih kurang baik.
Makanan Jajanan
Kue Cucur
Escherichia coli Pada
Makanan Jajanan Kue
Cucur
Hygiene Sanitasi Pedagang
Pedagang Kue
1. Keadaan lokasi tempat jualan
2. Kondisi pedagang makanan jajanan
3. Cara penyajian makanan jajanan
4. Tingkat pengetahuan pedagang