bab ii tinjauan pustaka 2.1 tinjauan umum...

23
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Sampah 2.1.1 Pengertian sampah Sampah bukan sesuatu yang asing dalam keseharian kita, karena secara pribadi setiap harinya kita menghasilkan sampah yaitu melalui kegiatan makan, minum, dan lainnya. Menurut Sadikin dalam Krisnandar (2013) bahwa, Sampah adalah buangan benda padat (solid waste) yang terdiri dari sampah organik dan anorganik yang dianggap sudah tidak bernilai lagi pemilik pertama yang umumnya berasal dari kegiatan rumah tangga (domestik), kegiatan industri, kegiatan perkantoran, dan lain- lain. 2.1.2 Klasifikasi sampah Menurut Migristine (2009), Klasifikasi berdasarkan sifat dan asalnya terdiri atas: “1. Sampah organik sampah yang berasal dari bahan organik atau alami, contohnya sisa makanan, sampah tumbuhan, bangkai hewan, dan kotoran mahluk hidup. 2. Sampah anorganik sampah yang berasal dari bahan non organik atau sintesis (buatan) contohnya plastik, kaleng, botol, gelas, dan bahan-bahan logam. 2.1.3 Penanganan terhadap sampah Sampah tidak saja mencemari lingkungan, tetapi juga mengganggu keindahan. Penanganan terhadap sampah perlu mendapat perhatian yang serius dari berbagai pihak. Penanganan terhadap sampah tersebut, antara lain (Dwiyatmo: 2007) :

Upload: dinhdang

Post on 02-May-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Sampaheprints.ung.ac.id/7576/5/2013-2-2-13201-811409115-bab2-11032014023202.pdf · kehilangan darah karena penghisapan oleh cacing. Pada

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Sampah

2.1.1 Pengertian sampah

Sampah bukan sesuatu yang asing dalam keseharian kita, karena secara

pribadi setiap harinya kita menghasilkan sampah yaitu melalui kegiatan makan,

minum, dan lainnya.

Menurut Sadikin dalam Krisnandar (2013) bahwa, “Sampah adalah buangan

benda padat (solid waste) yang terdiri dari sampah organik dan anorganik yang

dianggap sudah tidak bernilai lagi pemilik pertama yang umumnya berasal dari

kegiatan rumah tangga (domestik), kegiatan industri, kegiatan perkantoran, dan lain-

lain”.

2.1.2 Klasifikasi sampah

Menurut Migristine (2009), Klasifikasi berdasarkan sifat dan asalnya terdiri

atas: “1. Sampah organik sampah yang berasal dari bahan organik atau alami,

contohnya sisa makanan, sampah tumbuhan, bangkai hewan, dan kotoran mahluk

hidup. 2. Sampah anorganik sampah yang berasal dari bahan non organik atau sintesis

(buatan) contohnya plastik, kaleng, botol, gelas, dan bahan-bahan logam”.

2.1.3 Penanganan terhadap sampah

Sampah tidak saja mencemari lingkungan, tetapi juga mengganggu keindahan.

Penanganan terhadap sampah perlu mendapat perhatian yang serius dari berbagai

pihak. Penanganan terhadap sampah tersebut, antara lain (Dwiyatmo: 2007) :

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Sampaheprints.ung.ac.id/7576/5/2013-2-2-13201-811409115-bab2-11032014023202.pdf · kehilangan darah karena penghisapan oleh cacing. Pada

7

2.1.3.1 Pengumpulan sampah

Pengumpulan bertujuan untuk memudahkan penanganan lebih lanjut. Sampah

dari berbagai sumber dikumpulkan di suatu tempat tertentu sehingga dampak

negatifnya tidak meluas. Pengumpulan sampah berdasarkan sumbernya dapat

diuraikan sebagai berikut :

1. Sampah rumah tangga

Sampah yang berasal dari rumah tangga terdiri atas sampah organik dan

anorganik. Sampah organik dapat dikumpulkan dalam kantong plastik. Bila telah

penuh sampah ini dapat di buang berikut kantongnya. Samph kering dapat

dikumpulkan dalam keranjang sampah atau tong sampah. Tong sampah sebaiknya

diberi tutup agar tidak menimbulkan bau busuk jika terkena air hujan. Pemberian

tutup juga bertujuan agar sampah tidak menjadi sarang lalat. Sampah rumah tangga

juga dapat dikumpulkan di bak sampah sebelum dibakar atau di bawah ke tempat

pembuangan akhir (TPA).

2. Sampah dari pemukiman

Sampah ini merupakan kumpulan sampah-sampah rumah tangga di suatu

permukiman. Sampah permukiman dapat ditamping di bak penampungan sementara.

Agar dapat menampung sampah dari seluruh warga permukiman baik penampung

sementara harus besar. Bak tersebut dapat terbuat dari semen atau besi dan

ditempatkan di lokasi yang sudah diakses tugas Dinas Kebersihan Kota.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Sampaheprints.ung.ac.id/7576/5/2013-2-2-13201-811409115-bab2-11032014023202.pdf · kehilangan darah karena penghisapan oleh cacing. Pada

8

3. Sampah industri

Pengumpulan sampah industri membutuhkan penanganan khusus, terkait

dengan bahan-bahan yang mungkin berbahaya.

4. Sampah jalanan

Sampah yang berasal dari jalanan dikumpulkan oleh petugas Dinas

Kebersihan Kota dengan cara disapu. Sampah-sampah itu dikumpulkan setiap hari

dan langsung diangkut menggunakan truk atau gerobak sampah. Pembersihan sampah

jalanan pada waktu-waktu yang sekiranya tidak menggangu lalu lintas.

2.1.3.2 Pemusnahan sampah

Sampah-sampah yang telah dikumpulkan di tempat-tempat tertentu

selanjutnya dimusnahkan. Metode pemusnahan sampah ada beberapa cara,

diantaranya sebagai berikut:

1. Penumpukan

Metode ini pada dasarnya tidak memusnahkan sampah secara langsung.

Penumpukan dilakukan untuk menutup lekukan-lekukan tanah sehingga rata.

Penumpukan dapat juga digunakan untuk menutup jurang atau rawa.

2. Sanitary landfill

Sanitary landfill hampir sama dengan penumpukan, bedanya pada sanitary

landfill lekukan tanah atau jurang yang sudah terisi penuh ditutup dengan tanah.

Metode ini dapat mengurangi pencemaran udara namun membutuhkan area yang

sangat luas. Tanah yang telah padat dapat dimanfaatkan untuk bangunan atau

keperluan lainnya.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Sampaheprints.ung.ac.id/7576/5/2013-2-2-13201-811409115-bab2-11032014023202.pdf · kehilangan darah karena penghisapan oleh cacing. Pada

9

3. Insenerasi

Insenerasi adalah pembakaran sampah organik dalam suatu wadah yang

disebut insenerator. Insenerasi bertujuan untuk mengurangi massa sampah organik

dan membunuh mikroorganisme di dalamnya. Hasil dari insenerasi adalah abu.

Selama proses pembakaran, gas yang terbentuk dialirkan ke saluran pembuangan

untuk menghindari kemungkinan adanya gas beracun selama proses. Dalam proses

insenerasi dibutuhkan energy untuk memanaskan dan menguapkan air, serta

memanaskan lumpur hingga mencapai suhu bakarnya. Jumlah energi yang

dibutuhkan pada proses insenerasi bergantung pada tingkat kebasahan limbah lumpur

organik yang dibakar. Lumpur organik yang mengandung bahan padat lebih besar

dari 30% dapat menghasilkan panas yang cukup untuk memenuhi kebutuhan energi

pada proses insenerasi tersebut.

Insenerasi adalah teknologi pemusnahan sampah yang hemat dalam

penggunaan lahan. Konsep utama dalam pemusnahan sampah selaku buangan padat

adalah reduksi volume secara maksimum. Teknologi insenerasi membutuhkan luas

lahan yang lebih hemat dan disertai dengan reduksi volume residu yang tersisa

dibandingkan dengan volume sampah semula.

2.1.4 Masalah- masalah yang diakibatkan sampah

Sampah yang menumpuk dapat membuat banyak masalah bagi manusia.

Terutama bila sampah tersebut tercampur antara organik dan anorganik. Beberapa

masalah yang mungkin timbul akibat penumpukan sampah antara lain :

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Sampaheprints.ung.ac.id/7576/5/2013-2-2-13201-811409115-bab2-11032014023202.pdf · kehilangan darah karena penghisapan oleh cacing. Pada

10

2.1.4.1 Banjir

Banyak faktor yang mungkin menjadi penyebab banjir. Banjir bisa terjadi

karena luapan air yang tersumbat di selokan dan sungai sehingga menggenangi

jalanan. Dan selokan merupakan tempat yang dianggap lumrah bagi masyarakat

untuk dijadikan tempat sampah karena selain dianggap gampang, masyarakat juga

menganggap remeh akibat yang akan ditimbulkan. Dan biasanya daerah yang lebih

rendah lebih beresiko terkena banjir dari pada dataran tinggi.

2.1.4.2 Bibit penyakit

Sampah yang menumpuk dan tercampur antara sampah organik dan anorganik

sangat potensial untuk dihuni berbagai bakteri dan virus. Bakteri dan virus terutama

banyak tinggal di sampah organik yang gampang membusuk. Kalau proses

pembusukannya dilakukan dengan tepat, sampah organik dapat bermanfaat sebagai

kompos. Tapi bila sampah itu bercampur hingga menjadi media yang tepat bagi

berkembangbiaknya bakteri, maka sampah organik akan menjadi sangat berbahaya.

Selain masalah yang di atas, sampah juga dapat menimbulkan dampak lain yaitu :

2.1.4.3 Dampak terhadap kesehatan

Lokasi dan pengelolaan sampah yang kurang memadai (pembuangan sampah

yang tidak terkontrol) merupakan tempat yang cocok bagi beberapa organisme dan

menarik bagi berbagai binatang seperti, lalat dan anjing yang dapat menjangkitkan

penyakit. Potensi bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan adalah sebagai berikut :

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Sampaheprints.ung.ac.id/7576/5/2013-2-2-13201-811409115-bab2-11032014023202.pdf · kehilangan darah karena penghisapan oleh cacing. Pada

11

1) Penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena virus yang

berasal dari sampah dengan pengelolaan tidak tepat dapat bercampur

air minum. Penyakit demam berdarah (haemorhagic fever) dapat juga

meningkat dengan cepat di daerah yang pengelolaan sampahnya kurang

memadai.

2) Penyakit jamur dapat juga menyebar (misalnya jamur kulit)

3) Penyakit yang dapat menyebar melalui rantai makanan. Salah satu

contohnya adalah suatu penyakit yang dijangkitkan oleh cacing pita

(taenia). Cacing ini sebelumnya masuk kedalam pencernakan binatang

ternak melalui makanannya yang berupa sisa makanan/ sampah.

2.1.4.4 Dampak terhadap keadaan sosial-ekonomi

Keadaan sosial-ekonomi masyarakat juga dipengaruhi oleh kesehatan

masyarakat. Pada umumnya masyarakat yang sejahtera adalah masyarakat yang

derajat kesehatannya terjaga oleh karena lingkungan tempat dimana masyarakat itu

tinggal sehat dan nyaman untuk di tempati. Jika keadaan lingkungan di sekitarnya

kotor maka akan menimbulkan dampak terhadap sosial-ekonomi masyarakat tersebut.

Dampak-dampak tersebut adalah sebagai berikut :

1) Pengelolaan sampah yang tidak memadai menyebabkan rendahnya tingkat

kesehatan masyarakat. Hal penting disini adalah meningkatnya pembiayaan

(untuk mengobati kerumah sakit).

2) Infrastruktur lain dapat juga dipengaruhi oleh pengelolaan sampah yang

tidak memadai, seperti tingginya biaya yang diperlukan untuk pengolahan

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Sampaheprints.ung.ac.id/7576/5/2013-2-2-13201-811409115-bab2-11032014023202.pdf · kehilangan darah karena penghisapan oleh cacing. Pada

12

air. Jika sarana penampungan sampah kurang atau tidak efisien, orang akan

cenderung membuang sampahnya di jalan. Hal ini mengakibatkan jalan

perlu lebih sering dibersihkan dan diperbaiki.

2.2 Tinjauan Umum Infeksi Kecacingan

2.2.1 Infeksi kecacingan

Penyakit infeksi kecacingan merupakan salah satu penyakit yang masih

banyak terjadi di masyarakat namun kurang mendapatkan perhatian (neglected

diseases). Salah satu jenis penyakit dari kelompok ini adalah penyakit kecacingan

yang diakibatkan oleh infeksi cacing kelompok Soil Transmitted Helminth (STH),

yaitu kelompok cacing yang siklus hidupnya melalui tanah. Penyakit parasitic yang

termasuk ke dalam neglected diseases tersebut merupakan penyakit tersembunyi atau

silent diseases, dan kurang terpantau oleh petugas kesehatan.

Menurut Susmanto mengemukakan bahwa: “Cacing tambang merupakan

salah satu cacing usus yang termasuk dalam kelompok cacing yang siklus hidupnya

melalui tanah (soil transmitted helminth) bersama dengan Ascaris lumbricoides,

Trichuris trichiura dan Strongyloides stercoralis.. Cacing ini termasuk dalam kelas

nematoda dari filum nemathelminthes. Famili Strongyloidae dari kelas nematoda

terdiri atas dua genus, yaitu genus Ancylostoma dan genus Necator. Dari genus

Ancylostoma dapat ditemukan Ancylostoma duodenale, Ancylostoma caninum,

Ancylostoma brazilliensis dan Ancylostoma ceylanicum. Sedangkan dari genus

Necator dapat ditemukan Necator americanus”. Taksonomi cacing tambang secara

lengkap diuraikan sebagai berikut (Sumanto dalam Lamara 2013).

Taksonomi cacing tambang :

Sub Kingdom : Metazoa

Phylum : Nemathelminthes

Kelas : Nematoda

Sub Kelas : Phasmidia

Ordo : Rhabtidia

Super Famili : Strongyloidea

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Sampaheprints.ung.ac.id/7576/5/2013-2-2-13201-811409115-bab2-11032014023202.pdf · kehilangan darah karena penghisapan oleh cacing. Pada

13

Famili : Strongyloidae

Genus : Ancylostoma, Necator

Spesies : • Ancylostoma duodenale,

• Ancylostoma caninum,

• Ancylostoma brazilliensis,

• Ancylostoma ceylanicum,

Necator americanus

(a) (b)

(a) Ancylostoma duodenale, (b) Necator americanus

Gambar 2.1 Cacing dewasa (Sumber: Sumanto, 2010)

2.2.2 Morfologi dan daur hidup

2.2.2.1 Morfologi Ascariasis lumbricoides (Cacing cambuk)

Cacing jantan berukukuran 10-30 cm, sedangkan yang betina 22- 35 cm.

Stadium dewasa hidup di rongga usus muda. seekor cacing betina dapat bertelur

100.000-200.000 butir sehari, terdiri dari telur yang di buahi dan yang tidak di buahi.

Telur yang dibuahi besarnya kurang lebih 60 x 45 mikron dan yang tidak di buahi 90

x 40 mikron. Dalam lingkungan yang sesuai, telur yang di buahi berkembang menjadi

bentuk infektif dalam waktu kurang lebih 3 minggu. Bentuk infektif ini bila tertelan

oleh manusia, menetas di usus halus. Larvanya menembus dinding usus halus menuju

pembuluh darah atau saluran limfe lalu dialirkan ke jantung kemudian mengikuti

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Sampaheprints.ung.ac.id/7576/5/2013-2-2-13201-811409115-bab2-11032014023202.pdf · kehilangan darah karena penghisapan oleh cacing. Pada

14

aliran darah ke paru. Larva di paru menembus dinding pembuluh darah, lalu dinding

alveolus, masuk rongga alveolus, kemudian naik ke trakea melalui bronkiolus dan

bronkus. Dari trakea, larva ini menuju laring sehingga menimbulkan rangsangan pada

laring. Penderita batuk karena rangsangan ini dan larva akan tertelan ke dalam

esophagus lalu menuju ke usus halus. Di usus halus larva berubah menjadi cacing

dewasa. Sejak telur matang tertelan di perlukan waktu kurang lebih 2 bulan.

Gejala yang muncul akibat cacing ini biasanya disebabkan oleh migrasi larva

dan cacing dewasa. Paru merupakan organ yang dilalui cacing pada siklus hidupnya,

maka keluhan klinis sering berasal dari organ tersebut. Gejala penyakit berkisar dari

yang ringan berupa batuk sampai yang berat seperti sesak napas. Gejala yang

disebabkan cacing dewasa dapat bervariasi mulai dari pertumbuhan lumen usus

karena banyaknya cacing, kemudian cacing berjalan ke jaringan hati, sampai muntah

cacing yang bisa menyumbat saluran napas (Syamsu: 2001).

Gambar 2.2 Telur Ascariasis lumbricoides (Sumber: Lamara, 2013)

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Sampaheprints.ung.ac.id/7576/5/2013-2-2-13201-811409115-bab2-11032014023202.pdf · kehilangan darah karena penghisapan oleh cacing. Pada

15

Taksonomi cacing cambuk :

Filum : Nematoda

Kelas : Secernentea

Ordo : Ascaridida

Famili : Ascarididae

Genus : Ascaris

Spesies : Ascariasis lumbricoides

2.2.2.2 Morfologi Trichuris trichiura (Cacing gelang)

Cacing betina kira-kira panjangnya 5 cm, sedangkan cacing jantan kira-kira 4

cm. Bagian anterior halus seperti cambuk panjangnya kira-kira dari panjang seluruh

tubuh. Bagian posterior bentuknya lebih gemuk, pada cacing betina bentuknya

membulat tumpul dan pada cacing jantan melingkar dan terdapat satu spikulum.

Cacing dewasa ini hidup di kolon asendens dan sekum dengan bagian anteriornya

yang seperti cambuk masuk ke dalam mukosa usus. Seekor cacing betina di

perkirakanmenghasilkan telur setiap hari antara 3.000-10.000 butir telur. Telur

beukuran 50-54 x 32 mikron, berbentuk seperti tempayan dengan semacam

penonjolan yang jernih pada kedua kutub. Kulit telur bagian luar berwarna kekuning-

kuningan dan bagian dalamnya jernih. Telur yang di buahi di keluarkan dari hospes

bersama tinja. Telur tersebut menjadi matang dalam waktu 3 minggu di tanah. Telur

matang yaitu telur yang berisi larva dan merupakan bentuk infektif. Cara infeksi

langsung yaitu bila secara kebetulan hospes menelan telur matang, larva keluar

melalui dinding telur dan masuk ke dalam usus halus. Sesudah menjadi dewasa

cacing turun ke usus bagian distal dan masuk ke daerah kolon terutama sekum. Jadi

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Sampaheprints.ung.ac.id/7576/5/2013-2-2-13201-811409115-bab2-11032014023202.pdf · kehilangan darah karena penghisapan oleh cacing. Pada

16

cacing ini tidak melalui siklus paru. Masa pertumbuhan mulai dari telur yang tertelan

sampai cacing dewasa betina meletakkan telur kira-kira 30-90 hari.

Penyakit cacing cambuk biasanya tanpa gejala (asimtomatis). Infeksi berat

bisa menyebabkan anemia ringan dan diare berdarah (bloody) sebagai konsekuensi

kehilangan darah karena penghisapan oleh cacing. Pada kasus yang jarang dapat

terjadi prolaps recti. Diagnosis didapatkan dari adanya telur atau cacing dewasa

dalam tinja. Cacing trichuris hidup di sekum; pada infeksi berat, terutama pada anak,

ia tersebar diseluruh kolon dan rektum. Cacing ini dapat mengisap darah hospesnya,

sehingga menimbulkan anemia, berat badan turun, dan kadang-kadang di sertai

prolaps rektum.

2.2.2.3 Morfologi Hookworms (Cacing tambang)

Cacing dewasa hidup di rongga usus halus dengan mulut yang melekat di

dinding mukosa dinding usus. Cacing betina N. americanus tiap hari mengeluarkan

telur kira-kira 9000 butir, sedangkan A.duodenale kira-kira 10.000 butir. Cacing

betina berukuran panjang kurang lebih dari 1 cm, cacing jantan kurang lebih 0,8 cm.

bentuk badan N. americanus biasanya menyerupai huruf S, sedangkan A. duodenale

menyerupai huruf C. Rongga mulut kedua jenis cacing ini besar. Pada mulut N.

americanus terdapat kitin, sedangkan pada A.duodenale ada dua pasang gigi. Cacing

jantan mempunyai bursa kopulatriks. Telur yang besarnya kira-kira 60x 40 mikron

berbentuk bujur dan mempunyai dinding tipis, di dalamnya terdapat beberapa sel.

Telur dikeluarkan dengan tinja dan setelah menetas dalam waktu 1- 1,5 hari keluarlah

larva rhabdithiform tumbuh menjadi larva filariform yang berukuran kira 600 mikron

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Sampaheprints.ung.ac.id/7576/5/2013-2-2-13201-811409115-bab2-11032014023202.pdf · kehilangan darah karena penghisapan oleh cacing. Pada

17

dan dapat hidup selama 7-8 minggu di tanah. Larva filariform akan menembus kulit

dan ikut aliran darah ke jantung terus ke paru-paru. Larva menembus alveoli dan

masuk ke bronkus lalu ke trakea dan laring dari laring larva ikut tertelan dan masuk

ke dalam usus halus dan menjadi cacing dewasa (Samad: 2009 ).

Gambar 2.3 Cacing tambang (Sumber: Sumanto, 2010)

2.2.3 Cara infeksi telur cacing ke tubuh manusia

Ali dalam Lamara (2013) mengemukakan bahwa “penularan kecacingan

secara umum melalui dua cara, yaitu :

1. Anak buang air besar sembarangan Tinja yang mengandung telur cacing

mencemari tanah telur menempel di tangan atau kuku ketika mereka sedang

bermain ketika makan atau minum, telur cacing masuk ke dalam

mulut tertelan kemudian orang akan cacingan dan seterusnya terjadilah

infestasi cacing.

2. Anak buang air besar sembarangan tinja yang mengandung telur cacing

mencemari tanah dikerumuni lalat lalat hinggap di makanan atau

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Sampaheprints.ung.ac.id/7576/5/2013-2-2-13201-811409115-bab2-11032014023202.pdf · kehilangan darah karena penghisapan oleh cacing. Pada

18

minuman makanan atau minuman yang mengandungi telur cacing masuk

melalui mulut tertelan dan selanjutnya orang akan cacingan

infestasi cacingpun terjadi”.

Gambar 2.4 Siklus hidup Ascariasis lumbricoides (Sumber: Samad, 2009)

Penularan telur cacing ke dalam tubuh manusia dapat juga melalui sayuran

yang di makan mentah (tidak dimasak), dan proses membersihkannya tidak sempurna

juga dapat terjadi, apalagi jika sayuran tersebut di beri pupuk dengan tinja segar.

2.2.4 Tahapan-tahapan pekerja terinfeksi cacing

Para pekerja mempunyai tanggung jawab pekerjaan mulai dari kegiatan

mengumpulkan, mengangkut dan membuang sampah. Di setiap kegiatan tersebut

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Sampaheprints.ung.ac.id/7576/5/2013-2-2-13201-811409115-bab2-11032014023202.pdf · kehilangan darah karena penghisapan oleh cacing. Pada

19

mereka sangat beresiko terinfeksi cacing. Mereka dapat terinfeksi cacing baik lewat

oral yaitu melalui makanan dan minuman yang tercemar dan melalui penetrasi kulit.

Bila pekerja kebersihan mengelola sampah tidak menggunakan Alat Pelindung Diri

seperti topi, pakaian kerja, masker, sepatu dan sarung tangan maka kemungkinan

terinfeksi cacing lebih besar daripada mereka yang menggunakan APD secara

lengkap.

Menurut Pulungan (2002) mengemukakan bahwa: “cacing Ascariasis

lumbricoides, Trichuris trichura, Ancylostoma duanale dapat menginfeksi pekerja

kebersihan yang mengelola sampah tanpa menggunakan alat pelindung diri dengan

menelan telur cacing tersebut yang melekat pada tangan yang tidak memakai

pelindungnya seperti sarung tangan. Bisa juga terinfeksi dengan cara larva cacing

tersebut menembus kulit pekerja kebersihan yang kontak langsung dengan sampah

dan tidak memakai APD seperti sarung tangan dan baju lengan panjang dan sepatu”.

2.2.5 Gejala Penyakit yang Timbul Akibat Cacing

Susmanto (2010), mengemukakan bahwa: “Adapun gejala-gejala yang timbul

akibat cacing, yaitu sebagai berikut:

1) Ascariasis

Gejala penyakit Ascariasis bisa menimbulkan gangguan gastro intestinalis

ringan. Pada infeksi berat dapat juga menyebabkan ileus dan kolik.

2) Trichuriasis

Perkembangan larva trichuris di dalam usus biasanya tidak memberikan

gejala klinis yang berarti walaupun mungkin dalam sebagian masa

perkembangannya larva-larva ini memasuki mukosa intestinum teneu.

Demikianpun cacing dewasa trichuris dalam jumlah yang tidak besar,

biasanya tidak memberikan gangguan yang berarti tetapi dalam jumlah besar

menancap ke dalam mukosa seluruh kolon sampai-sampai ke rectum, gejala-

gejalanya semakin nyata. Gejala-gejala umum dengan investasi berat berupa

anemia berat, diare yang bergaris-garis darah, nyeri dalam perut, tenesmus,

dan berat badan menurun.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Sampaheprints.ung.ac.id/7576/5/2013-2-2-13201-811409115-bab2-11032014023202.pdf · kehilangan darah karena penghisapan oleh cacing. Pada

20

3) Nekatoriasis

Gejala klinik cacing tambang dewasa dapat berupa gangguan gizi, dan

kehilangan darah. Gangguan gizi yaitu penderita banyak kehilangan

karbohidrat, lemak dan terutama protein bahkan banyak unsur Fe yang hilang

sehingga terjadi malnutrisi. Kehilangan darah yaitu darah yang hilang itu di

karenakan di hisap langsung oleh cacing dewasa. Di samping itu, bekas

gigitan cacing dewasa dapat menimbulkan pendarahan terus menerus karena

sekresi zat anti koagulan oleh cacing dewasa tersebut”.

Gejala klinik penyakit cacing tambang berupa anemia yang di akibatkan oleh

kehilangan darah pada usus halus secara kronis. Terjadinya anemia tergantung pada

keseimbangan zat besi dan protein yang hilang dalam usus dan yang di serap dari

makanan. Kekurangan gizi dapat menurunkan daya tahan terhadap infeksi parasit.

Beratnya penyakit cacing tambang tergantung pada beberapa faktor antara lain, umur,

lamanya penyakit, dan keadaan gizi penderita.

2.2.6 Pencegahan dan upaya penanggulangan

Penanggulangan infeksi cacing usus tidak mudah karena keterkaitan dengan

masalah lingkungan. Pemberian obat-obatan hanya bersifat mengobati tetapi tidak

memutuskan mata rantai penularan. Berdasarkan gejala yang di timbulkan, maka

upaya pencegahan yang dapat di lakukan adalah sebagai berikut:

1. Penyuluhan Kesehatan tentang sanitasi yang baik dan tepat guna yaitu seperti:

tidak menggunakan tinja sebagai pupuk tanaman, sebelum melakukan

persiapan makanan dan hendak makan tangan dicuci terlebih dahulu dengan

sabun, bagi yang mengkonsumsi sayuran segar (mentah) sebagai lalapan,

hendaklah dicuci bersih dan disiram lagi dengan air hangat.

2. Pengobatan missal

3. Peningkatan status gizi

4. Perbaikan sanitasi lingkungan

5. Higiene perorangan serta partispasi masyarakat (Purba: 2005).

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Sampaheprints.ung.ac.id/7576/5/2013-2-2-13201-811409115-bab2-11032014023202.pdf · kehilangan darah karena penghisapan oleh cacing. Pada

21

2.3 Tinjauan Umum Higiene

Menurut Yuliarsih dalam Purnamasari (2009) bahwa “Higiene adalah

pencegahan penyakit yang menitik beratkan pada usaha kesehatan perseorangan atau

manusia beserta lingkungan tempat orang tersebut berada”.

2.3.1 Kebersihan diri

Dalam kehidupan sehari-hari kebersihan merupakan hal yang sangat penting

dan harus di perhatikan karena kebersihan akan mempengaruhi kesehatan dan psikis

seseorang. Kebersihan itu sendiri sangat dipengaruhi oleh nilai individu dan

kebiasaan. Hal-hal yang sangat berpengaruh di antaranya kebudayaan, social,

keluarga, pendidikan, persepsi seseorang terhadap kesehatan, serta tingkat

perkembangan. Kebersihan diri adalah merupakan salah satu upaya peningkatan

kesehatan.

2.3.2 Jenis-jenis kebersihan diri

Kebersihan diri atau perorangan meliputi:

1. Kebersihan kulit

Kebersihan kulit merupakan cerminan kesehatan yang paling pertama member

kesan, oleh karena itu perlu memelihara kulit sebaik-baiknya. Pemeliharaan

kesehatan kulit tidak terlepas dari kesehatan lingkungan, makanan yang di makan

serta kebiasaan hidup sehari-hari.

Untuk selalu memelihara kesehatan kulit, kebiasaan-kebiasaan yang sehat harus

selalu memperhatikan:

1. Menggunakan barang-barang keperluan sehari-hari milik sendiri.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Sampaheprints.ung.ac.id/7576/5/2013-2-2-13201-811409115-bab2-11032014023202.pdf · kehilangan darah karena penghisapan oleh cacing. Pada

22

2. Mandi minimal 2x sehari

3. Mandi memakai sabun

4. Menjaga kebersihan pakaian

5. Makan yang bergizi terutama sayur dan buah

6. Menjaga kebersihan lingkungan

2. Kebersihan rambut

Rambut yang terpelihara dengan baik akan membuat rambut menjadi subur

dan indah sehingga akan menimbulkan kesan indah dan cantik dan tidak berbau apek.

Dengan selalu memelihara kebersihan rambut dan kulit kepala maka diperhatikan hal

sebagai berikut:

1. Memperhatikan kebersihan rambut dengan mencuci rambut sekurang-

kurangnya 2x seminggu.

2. Mencuci rambut dengan menggunakan shampoo atau pencuci rambut lainnya.

3. Sebaiknya menggunakan alat-alat pemeliharan rambut sendiri.

3. Kebersihan gigi

Menggosok gigi dengan teratur dan baik akan menguatkan dan membersihkan

gigi sehingga terlihat cemerlang. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menjaga

kesehatan gigi adalah:

1. Menggosok gigi secara benar dan teratur di anjurkan setiap habis makan.

2. Memakai sikat gigi sendiri.

3. Menghindari makan makanan yang merusak gigi

4. Membiasakan makan buah-buahan yang menyehatkan gigi

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Sampaheprints.ung.ac.id/7576/5/2013-2-2-13201-811409115-bab2-11032014023202.pdf · kehilangan darah karena penghisapan oleh cacing. Pada

23

5. Memeriksa gigi secara teratur

4. Kebersihan mata

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kebersihan mata adalah:

1. Membaca ditempat yang terang

2. Makan makanan yang Membaca bergizi

3. Istirahat yang cukup dan teratur

4. Memakai peralatan sendiri seperti handuk dan sapu tangan

5. Memelihara kebersihan lingkungan

5. Kebersihan telinga

Hal yang perlu diperhatikan dalam kebersihan telinga adalah:

1. Membersihkan telinga secara teratur

2. Jangan mengorek-korek telinga dengan benda tajam

6. Kebersihan tangan, kaki dan kuku

Menurut Laily (2012) mengemukakan bahwa : ”Perawatan kaki, tangan dan

kuku secara wajar penting artinya bagi manusia dalam usia berapapun dan kapanpun,

akan tetapi dengan semakin bertambahnya usia dan terutama pada saat sakit,

perawatan kaki, tangan dan kuku akan semakin penting”.

Perawatan kaki, tangan yang baik dimulai dengan menjaga kebersihan

termasuk didalamnnya membasuh dengan air bersih, mencucinya dengan sabun, dan

mengeringkannya dengan handuk. Hindari penggunaan sepatu yang sempit, karena

sebab utama gangguan kaki dan bisa mengakibatkan katimumul (kulit ari menjadi

mengeras, menebal, bangkak pada ibu jari kaki dan akhirnya melumpuh). Hindari

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Sampaheprints.ung.ac.id/7576/5/2013-2-2-13201-811409115-bab2-11032014023202.pdf · kehilangan darah karena penghisapan oleh cacing. Pada

24

juga pemakaian kaos kaki yang sempit, sudah usang, dan kotor, karena bisa

menimbulkan bau pada kaki, alergi dan infeksi pada kulit kaki. Sedangkan perawatan

pada kuku dapat dilakukan dengan memotong kuku jari tangan dan kaki dengan rapi

dengan terlebih dahulu merendamnya sebaskom air hangat, hal ini sangat berguna

untuk melunakkan kuku sehingga mudah dipotong”.

Purba (2005) menjelaskan bahwa: “Kuku berfungsi melindungi ujung jari

yang lembut dan penuh urat saraf serta mempertinggi daya sentuh. Secara kimia,

kuku sama dengan rambut yang antara lain terbentuk dari keratin, protein yang kaya

akan sulfur. Kulit ari pada pangkal kuku berfungsi melindungi dari kotoran. Kuku

tumbuh dari sel mirip gel lembut yang mati, mengeras, dan kemudian terbentuk saat

mulai tumbuh keluar dari ujung jari. Pada kulit kuku terdapat banyak pembuluh

kapiler yang memiliki suplai darah kuat sehingga menimbulkan kemerah-merahan”.

Seperti tulang dan gigi, kuku merupakan bagian terkeras dari tubuh karena

kandungan airnya sangat sedikit. Kuku yang terawatt dan bersih juga merupakan

cerminan kepribadian seseorang. Kuku yang panjang dan tidak terawat akan menjadi

tempat melekatnya berbagai kotoran yang mengandung berbagai bahan dan

mikroorganisme, diantaranya bakteri dan telur cacing. Penularan cacingan di

antaranya melalui tangan yang kotor. Kuku jari tangan yang kotor kemungkinan

terselip telur cacing akan tertelan ketika makan. Hal ini di perparah lagi apabila tidak

terbiasa mencuci tangan dengan sabun sebelum makan.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Sampaheprints.ung.ac.id/7576/5/2013-2-2-13201-811409115-bab2-11032014023202.pdf · kehilangan darah karena penghisapan oleh cacing. Pada

25

Menurut Entjang dalam Lamara (2013), bahwa : “Usaha kesehatan pribadi

(personal higiene) adalah daya upaya seseorang untuk memelihara dan mempertinggi

derajat kesehatan sendiri. Usaha-usaha tersebut antara lain adalah:”

1) Memelihara kebersihan

Yang termasuk kedalam usaha memelihara kebersihan ini adalah memelihara

kebersihan badan (mandi sekurang-kurangnya dua kali sehari, mengosok gigi

secara teratur, dan mencuci tangan sebelum memegang makanan dan sesudah

makan), memelihara kebersihan pakaian (selalu dicuci dan di seterika),

memelihara kebersihan rumah dan lingkungannya (selalu disapu, membuang

sampah, buang besar dan limbah pada tempatnya)

2) Makanan yang sehat

Makanan harus dijaga kebersiahan yang bebas dari bibit penyakit.

3) Cara hidup yang teratur

Makan, tidur, bekerja dan beristirahat secara teratur termasuk rekreasi dan

menikamati hiburan pada waktunya.

4) Meningkatkan daya tahan tubuh

Untuk mendapatkan kekebalan terhadap penyakit perlu mendapatkan vaksinasi,

olahraga, secara teratur untuk menjaga agar badan selalu bugar.

5) Menghindari terjadinya penyakit

Agar selalu sehat, hindari kontak dengan sumber lainnya, menghindari pergaulan

yang tidak baik yang berasal dari penderita maupun dari sumber lainnya,

menghindari pergaulan yang tidak baik, selalu berfikir dan berbuat baik.

6) Pemerikasaan kesehatan

Untuk menjaga agar badan selalu sehat, perlu dilakukan pemeriksaan secara

periodik, walaupun merasa sehat, dan segera memeriksakan diri apabila merasa

sakit.

2.3.3 Alat pelindung diri

Menurut Budiono dalam Lamara (2013), bahwa: “Alat Pelindung Diri (APD)

adalah seperangkat alat yang digunakan oleh tenaga kerja untuk melindungi seluruh

atau sebagian tubuhnya terhadap kemungkinan adanya potensi bahaya/kecelakaan

kerja. APD dipakai sebagai upaya terakhir dalam usaha rekayasa (engineering) dan

administrative tidak dapat dilakukan dengan baik”.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Sampaheprints.ung.ac.id/7576/5/2013-2-2-13201-811409115-bab2-11032014023202.pdf · kehilangan darah karena penghisapan oleh cacing. Pada

26

Adapun macam-macam Alat Pelindung Diri antara lain:

1) Pelindung kepala

Tujuan pemakaian alat pelindung kepala yaitu untuk melindungi kepala dari

benturan, bahaya kejatuhan benda-benda yang melayang atau meluncur dari

udara, panas radiasi, api dan percikan-percikan bahan kimia korosif.

2) Pelindung Pernafasan

Tujuannya untuk menghindari pemakainya dari pemaparan debu-debu, gas,

uap, fumes, asap dan fog.

3) Pelindung Badan

Pakaian pelindung tujuannya untuk melindungi pemakainya dari bahaya

percikan bahan-bahan kimia dan cuaca ekstrim.

4) Sarung Tangan

Untuk melindungi pekerja dari bahaya kontak langsung dengan sampah.

5) Pelindung Kaki

Tujuannya untuk melindungi kaki dari bahaya-bahaya tertusuk benda tajam

dan kontak langsung dengan tanah/sampah.

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Sampaheprints.ung.ac.id/7576/5/2013-2-2-13201-811409115-bab2-11032014023202.pdf · kehilangan darah karena penghisapan oleh cacing. Pada

27

2.4 Kerangka Berpikir

2.4.1 Kerangka teori

Gambar 2.5 Kerangka Teori

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kecacingan diantaranya lingkungan

dan higiene. Lingkungan terbagi atas dua bagian yaitu lingkungan fisik (kondisi

sanitasi rumah, kondisi udara dan kondisi air) dan lingkungan sosial ekonomi

(pekerjaan yang berdampak pada penghasilan). Higiene adalah pencegahan penyakit

yang menitik beratkan pada usaha kesehatan perseorangan atau manusia beserta

Higiene

Kebiasaan

memotong kuku

Kebiasaan mencuci

tangan

Kebiasaan

memakai APD

Ada Telur

Cacing Pemeriksaan

Laboratorium

Tidak Ada

Telur Cacing

Penyakit Kecacingan

Hookworms Trichuris

trichiura

Ascariasis

lumbricoides

Lingkungan

Fisik

Sosial ekonomi

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Sampaheprints.ung.ac.id/7576/5/2013-2-2-13201-811409115-bab2-11032014023202.pdf · kehilangan darah karena penghisapan oleh cacing. Pada

28

lingkungan tempat orang tersebut berada. Kesehatan perseorangan meliputi

kebiasaan-kebiasaan individu seperti kebiasaan mencuci tangan, kebiasaan memotong

kuku, kebiasaan memakai alat pelindung diri. Dari ketiga hal tersebut kemudian

dilakukan pemeriksaan Laboratorium untuk melihat ada tidaknya telur cacing pada

kuku pekerja pengangkut sampah yang dapat mengakibatkan penyakit kecacingan

seperti cacing Ascariasis lumbricoides, Trichiura trichiuris, dan Hookworms.

2.4.2 Kerangka konsep

Gambar 2.6 Kerangka Konsep

Keterangan :

: Variabel independen

: Variabel dependen

Hygiene Pekerja :

1. Kebiasaan mencuci

tangan

2. Kebiasaan memotong

kuku

3. Kebiasaan memakai

handscoen

Telur

cacing