bab ii kajian pustaka 1.1 kesehatan...

21
BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Kesehatan Lingkungan 1.1.1 Pengertian kesehatan lingkungan Kesehatan lingkungan merupakan bagian dari dasar-dasar kesehatan masyarakat modern yang meliputi terhadap semua aspek manusia dalam hubungannya dengan lingkungan, dengan tujuan untuk meningkatkan dan memperttahankan nilai-nilai kesehatan manusia pada tingkat setinggi-tingginya dengan jalan memodifisir tidak hanya faktor social dan lingkungan fisik semata- mata, tetapi juga terhadap semua sifat-sifat dan kelakkan-kelakuan lingkungan yang dapat membawa pengarh terhadap ketenangan, kesehatan dan keselamatan organisme umat manusia ( Mulia Ricky M, 2005). Menurut World Health Organization (WHO), kesehatan lingkungan adalah suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia. Menurut Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia (HAKLI) kesehatan lingkungan adalah suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang keseimbangan ekologi yang dinamis antara manusia dan lingkungannya untuk mendukung tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat dan bahagia.

Upload: vandiep

Post on 03-Mar-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

1.1 Kesehatan Lingkungan

1.1.1 Pengertian kesehatan lingkungan

Kesehatan lingkungan merupakan bagian dari dasar-dasar kesehatan

masyarakat modern yang meliputi terhadap semua aspek manusia dalam

hubungannya dengan lingkungan, dengan tujuan untuk meningkatkan dan

memperttahankan nilai-nilai kesehatan manusia pada tingkat setinggi-tingginya

dengan jalan memodifisir tidak hanya faktor social dan lingkungan fisik semata-

mata, tetapi juga terhadap semua sifat-sifat dan kelakkan-kelakuan lingkungan

yang dapat membawa pengarh terhadap ketenangan, kesehatan dan keselamatan

organisme umat manusia ( Mulia Ricky M, 2005).

Menurut World Health Organization (WHO), kesehatan lingkungan adalah

suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan agar

dapat menjamin keadaan sehat dari manusia.

Menurut Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia (HAKLI)

kesehatan lingkungan adalah suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang

keseimbangan ekologi yang dinamis antara manusia dan lingkungannya untuk

mendukung tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat dan bahagia.

1.1.2 Ruang lingkup kesehatan lingkungan

Menurut WHO ada 17 ruang lingkup kesehatan lingkungan, yaitu :

1) Penyediaan Air Minum

2) Pengelolaan air Buangan dan pengendalian pencemaran

3) Pembuangan Sampah Padat

4) Pengendalian Vektor

5) Pencegahan/pengendalian pencemaran tanah oleh ekskreta manusia

6) Higiene makanan, termasuk higiene susu

7) Pengendalian pencemaran udara

8) Pengendalian radiasi

9) Kesehatan kerja

10) Pengendalian kebisingan

11) Perumahan dan pemukiman

12) Aspek kesling dan transportasi udara

13) Perencanaan daerah dan perkotaan

14) Pencegahan kecelakaan

15) Rekreasi umum dan pariwisata

16) Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan

epidemi/wabah, bencana alam dan perpindahan penduduk.

17) Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin lingkungan.

Di Indonesia, ruang lingkup kesehatan lingkungan diterangkan dalam Pasal 22

ayat (3) UU No 23 tahun 1992 ruang lingkup kesehatan lingkungan ada 8, yaitu:

1) Penyehatan Air dan Udara

2) Pengamanan Limbah padat/sampah

3) Pengamanan Limbah cair

4) Pengamanan limbah gas

5) Pengamanan radiasi

6) Pengamanan kebisingan

7) Pengamanan vektor penyakit

8) Penyehatan dan pengamanan lainnya, sepeti keadaan pasca bencana

1.1.3 Sasaran kesehatan lingkungan

Menurut Pasal 22 ayat (2) UU 23/1992, Sasaran dari pelaksanaan kesehatan

lingkungan adalah sebagai berikut:

1) Tempat umum : hotel, terminal, pasar, pertokoan, dan usaha-usaha yang sejenis

2) Lingkungan pemukiman : rumah tinggal, asrama/yang sejenis

3) Lingkungan kerja : perkantoran, kawasan industri/yang sejenis

4) Angkutan umum : kendaraan darat, laut dan udara yang digunakan untuk umum

5) Lingkungan lainnya : misalnya yang bersifat khusus seperti lingkungan yang

berada dlm keadaan darurat, bencana perpindahan penduduk secara besar2an,

reaktor/tempat yang bersifat khusus.

Salah satu masalah dari kesehatan lingkungan yaitu tentang pencemaran

lingkungan. Pencemaran lingkungan diantaranya pencemaran air, pencemaran

tanah, pencemaran udara.

1.2 Pencemaran Lingkungan

Menurut pasal 1 angka 7 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun

1982, Pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk

hidup, zat, energy, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan dan atau

berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh prses alam

sehingga kualiatas klingkungan turun samapai ke tingkat tertentu yang

menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai

dengan peruntukannya (H.J Mukono, 2003)

Unsur-unsur atau syarat mutlak untuk disebut suatu lingkungan telah tercemar

haruslah memenuhi unsur-unsur sebagai berikut:

1. Masuk atau dimasukkanya komponen-komponen (makhluk hidup, zat, energi,

dan lain-lain)

2. Ke dalam lingkungan atau ekosistem lingkungan

3. Kegiatan manusia

4. Timbul perubahan, atau menurunkan mutu yang lebih rendah hingga ke tingkat

tertentu

5. Fungsi lingkungan menjadi berkurang atu tidak dapat berfungsi

6. Menurut perutukannya

Dari unsur-unsur pencemaran lingkungan tersebut, nyatalah bahwa suatu

perbuatan atau aksi yang menimbulkan keadaan sebagai pencemaran lingkungan

hidup haruslah memenuhi berbagai unsur tersebut (Siahaan, 2004).

Dampak pencemaran lingkungan tidah hanya berpengaruh dan berakibat

kepada lingkungan alam saja, akan tetapi berakibat dan berpengaruh pula terhadap

kehidupan tanaman, hewan dan juga manusia. Kalau lingkungan alam telah

tercemar sudah tentu tanaman yang tumbuh di lingkungan tersebut akan ikut

tercemar, demikian pula denga hewan yang hidup di situ. Pada akhirnya manusia

sebagai makhluk hidup yang omnivore akan ikut pula merasakan dampak

pencemaran tersebut ( Wardhana, 2004).

1.3 Kerusakan Lingkungan

Kerusakan Lingkungan adalah tindakan yang menimbulkan perubahan

langsung atau tidak langsung terhadap sifat-sifat fisik dan atau hayatinya yang

mengakibatkan lingkungan itu tidak berfungsi lagi dalam menunjang

pembangunan yang berkelanjutan (Siahaan, 2004).

Masih banyak manusia yang bersikap tidak tahu atau tidak mau peduli dan

tidak butuh pandangan dan manfaat jangka panjang sumber daya alam, sekaligus

tidak peduli dengan tragedi kerusakan lingkungan yang terjadi. Bagi mereka,

kesejahteraan material sesaat menjadi kepedulian utama dan pada saat yang sama

mengabaikan berbagai tragedi kerusakan lingkungan yang umumnya padahal

justru mendatangkan kerugian bagi mereka juga dan bahkan bagi orang lain yang

tidak tahu menahu (Dyahwanti Inarni Nur, 2007).

Anggapan bahwa lingkungan itu milik publik, menyebabkan orang pada

umumnya tidak merasa bersalah mengeksploitasi sebesar-besarnya sumber daya

alam dan membuang limbah ke media lingkungan (Hadi, 2006).

Kerusakan lingkungan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal.

Kerusakan internal adalah kerusakan yang terjadi diakibatkan alam itu sendiri.

Kerusakan karena faktor internal sulit dicegah karena merupakan proses alami

yang terjadi pada bumi/alam (Dyahwanti Inarni Nur, 2007).

Kerusakan lingkungan karena faktor internal antara lain adalah :

1. Letusan gunung berapi yang merusak lingkungan alam sekitarnya

2. Gempa bumi yang menyebabkan dislokasi lapisan tanah

3. Kebakaran hutan karena proses alami pada musim kemarau panjang,

disebabkan oleh embun yang berfungsi sebagai lensa pengumpul api (pada titik

fokusnya) pada saat terkena cahaya matahari, tepat pada saat embun belum

menguap.

4. Banjir besar dan gelombang laut yang tinggi akibat badai

Kerusakan lingkungan karena faktor internal pada umumnya diterima sebagai

musibah bencana alam. Kerusakan yang terjadi dalam waktu singkat namun

akibatnya dapat berlangsung dalam waktu yang cukup lama (Dyahwanti Inarni

Nur, 2007).

Kerusakan karena faktor eksternal adalah kerusakan yang diakibatkan oleh

ulah manusia dalam rangka meningkatkan kualitas dan kenyamanan hidupnya.

Pada umumnya disebabkan karena kegiatan industri, berupa limbah buangan

industri.

Kerusakan karena faktor eksternal antara lain disebabkan oleh :

1. Pencemaran udara yang berasal dari cerobong asap pabrik (kegiatan industri)

dan juga gas buangan dari hasil pembakaran bahan bakar fosil (pada system

transportasi)

2. Pencemaan air yang berasal dari limbah buangan industri

3. Pencemaran daratan (tanah) oleh kegiatan industri maupun penumpukan limbah

padat/barang bekas

4. Penambangan untuk mengambil kekayaan alam (mineral) dari perut bumi.

Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan

Lingkungan Hidup, definisi dampak lingkungan hidup adalah pengaruh perubahan

pada lingkungan hidup yang diakibatkan oleh suatu usaha dan atau kegiatan.

Menurut Hadi (2006), dampak lingkungan itu pada umumnya menimpa pada

orang lain dan bukan pemrakarsa kegiatan yang menimbulkan dampak dimaksud.

Banjir, tanah longsor, kebisingan, bau, debu, intrusi air laut, kemiskinan,

hilangnya mata pencaharian merupakan dampak lingkungan yang dirasakan oleh

mereka yang bukan memprakarsai kegiatan.

1.4 Kegiatan Penambangan

Penambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka

penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral dan batubara yang meliputi

penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan,

pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan

pascatambang (Frida, Rahim, Ambo, 2009).

Usaha penambangan adalah semua usaha yang dilakukan oleh seseorang atau

badan hukum/badan usaha untuk mengambil bahan galian dengan tujuan untuk

memanfaatkan lebih lanjut bagi kepentingan manusia (Sukandarrumidi, 2009).

Indonesia adalah salah satu Negara yang memiliki potensi penambangan yang

sangat potensial, bukan hanya untuk kebutuhan negeri tetapi juga dimanfaatkan

untuk dunia internasional (Desianti Kiki Rizki, 2012).

Berdasarkan jenis pengelolaanya, kegiatan penambangan terdiri atas dua

macam yaitu kegiatan penambangan yang dilakukan oleh badan usaha yang

ditujuk secara langsung oleh negara melalui Kuasa Penambangan (KP) maupun

Kontrak Karya (KK), dan penambangan yang dilakukan oleh rakyat secara manual

kegiatan penambangan oleh badan usaha biasanya dilakukan dengan menggunakan

teknologi yang lebih canggih sehingga hasil yang diharapkan lebih banyak dengan

alokasi waktu yang lebih efisien, sedangkan penambangan rakyat merupakan

aktivitas penambangan dengan menggunakan alat-alat sederhana (Sulton Ali,

2011).

Usaha dibidang penambangan adakalanya menimbulkan masalah. Masalah

penambangan tidak saja merupakan masalah tambangnya, akan tetapi juga

menyangkut mengenai masalah lingkungan hidup. Didalam pengelolaan

lingkungan hidup berasaskan pelestarian kemampuan agar hubungan manusia

dengan lingkungan hidupnya selalu berada pada kondisi optimum dalam arti

manusia dapat memanfaatkan sumber daya dengan dilakukan secara terkendali dan

lingkungannya maupun menciptakan sumberdaya untuk dibudidayakan. (Hasibuan

puspa melati, 2006).

Usaha penambangan merupakan usaha melakukan kegiatan eksplorasi,

eksploitasi, produksi, dan penjualan. Penggolongan bahan-bahan galian adalah

sebagai berikut :

1. Golongan a, merupakan bahan galian strategis, yaitu strategis untuk

perekonomian Negara serta pertahanan dan keamanan Negara.

2. Golongan b, merupakan bahan galian vital, yaitu dapat menjamin hajat hidup

orang banyak, Contohnya besi, tembaga, emas, perak dan lain-lain.

3. Golongan c, bukan merupakan bahan galian strategis ataupun vital, karena

sifatnya tidak langsung memerlukan pasaran yang bersifat internasional.

Contohnya marmer, batu kapur, tanah liat, pasir, yang sepanjang tidak

mengandung unsur mineral.

Menurut Undang-Undang Nomor 11 tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan

Pokok Penambangan menyebutkan bahawa penambangan rakyat adalah suatu

usaha penambangan bahan-bahan galian dari semua golongan a, b dan c yang

dilakukan oleh rakyat setempat secara kecil-kecilan atau gotong royong dengan

alat-alat sederhana untuk pencairan sendiri.

Penambangan rakyat dilakukan oleh rakyat, artinya dilakukan oleh

masyarakat yang berdomisili di area penambangan secara kecil-kecilan atau

gotong royong dengan alat-alat sederhana. Tujuan mereka adalah untuk

meningkatkan kehidupan sehari-hari. Dilaksanakan secara sederhana dan dengan

alat sederhana, jadi tidak menggunakan teknologi canggih, sebagaimana halnya

dengan perusahaan penambangan yang mempunyai modal besar dan memakai

teknologi canggih. Dari uraian di atas, dapat dikemukakan unsur-unsur

penambangan rakyat, yaitu:

1. Usaha penambangan

2. Bahan galian meliputi bahan galian strategis, vital dan galian c

3. Dilakukan oleh rakyat

4. Domisili di area tambang rakyat

5. Untuk penghidupan sehari-hari

6. Diusahakan dengan cara sederhana.

Bahan galian tambang sebagian besar ditemukan pada daerah-daerah yang

terpencil dengan hutan yang lebat, berupa daerah perbukitan ataupun bergunung

dan dataran dengan kondisi lingkungan yang belum terganggu; bahkan mungkin

kehidupan sosial pada daerah tersebut masih belum tersentuh oleh perkembangan

kemajuan teknologi. Jadi pada awalnya interaksi antara komponen-komponen

lingkungan di daerah-daerah tersebut di atas berada dalam keseimbangan, maka

keseimbangan alam tersebut akan terganggu dan menimbulkan perubahan yang

mendasar atau yang biasa disebut dampak (Frida, Rahim, Ambo, 2009).

Kegiatan penambangan yang serang banyak dilakukan oleh masyarakat adalah

penambangan bahan glian golongan C, karena proses penambangannya mudah

dilakukan yaitu dapat dilakukan dengan peralatan yang sederhana (manual) hingga

menggunakan alat berat (mekanik).

Kegiatan penambangan bahan galian golongan c yang paling sering dilakukan

adalah penambangan pasir dan batu. Pasir dan batu merupakan salah satu

bahan/material utama dalam kegiatan konstruksi jalan, bangunan bertingkat tinggi

ataupun perumahan sederhana. Bahan galian tersebut termasuk dalam bahan galian

golongan C, yaitu bahan galian yang tidak termasuk bahan galian strategis (A) dan

bahan galian vital (B), namun merupakan sumberdaya alam yang memiliki peran

penting dalam mendukung kegiatan pembangunan suatu wilayah. Aktivitas

penambangan pasir dan/atau kerikil memiliki potensi untuk merusak lingkungan

yang hampir sama dengan bahan galian yang lain, hal ini dikarenakan

penambangan pasir dan batu adalah penambangan yang secara teknis mudah

dilakukan karena dapat dilakukan dengan peralatan yang sederhana (manual)

hingga menggunakan alat berat (mekanik). Begitu pula jika ditinjau dari luas area

tambang yang dapat dilakukan dari skala perorangan (<100 m2) hingga industri

(>1.000 Ha). Sumberdaya yang melimpah dan dapat dieksploitasi dengan mudah

sehingga tidak diperlukan modal besar untuk dapat melakukan kegiatan

penambangan mengakibatkan harga bahan galian ini dinilai dengan harga murah,

selain itu juga mengakibatkan penambangan pasir menjadi penambangan yang

paling berkembang luas di banyak tempat di Indonesia, baik yang memilki izin

(legal) maupun yang tanpa izin (illegal) (Hermien Roosita, 2007).

Kegiatan penambangan bahan galian golongan C tentunya menimbulkan

dampak positif dan dampak negatif bagi masyarakat maupun lingkungan sekitar.

Dampak positifnya yaitu membuka lapangan kerja bagi masyarakat lokal dan

meningkatkan pendapatan asli daerah. Kemudian dampak negatifnya yaitu pada

masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan penambangan merasakan berbagai

perubahan dan gangguan akibat keberadaan tambang antara lain kelangkaan air,

kebisingan, getaran dan pencemaran udara.

Dampak adalah suatu perubahan yang terjadi sebagai akibat suatu aktivitas.

Aktivitas tersebut dapat bersifat alamiah, baik kimia, fisik maupun biologi. Untuk

dapat melihat bahwa suatu dampak atau perubahan telah terjadi, kita harus

mempuyai bahan pembanding sebagai acuan. Salah satu acuan adalah keadaan

sebelum terjadi perubahan (Soemarwot otto, 2003).

Secara logika interaksi antara komponen-komponen lingkungan di daerah-

daerah tersebut harusnya berada dalam keseimbangan baik dari pengelola,

Pemerintah maupun warga, namun kenyataan dilapangan dan fakta berkata lain,

keseimbangan alam tersebut sudah sangat terganggu dan menimbulkan perubahan

yang sangat berdampak. Melihat dari sisi dampak yang paling sangat berpengaruh

adalah pada akses jalan penghubung desa warga, akses jalan tersebut rusak karena

setiap harinya di lalui oleh kendaraan yang bobotnya jauh melebihi kapasitas jalan.

Setiap harinya truk mengangkut hasil tambang kuarng lebih 50-200 kali

pengangkutan yang melewati jalan tersebut. Sehingga dapat mempercepat

kerusakan jalan.

Dalam rangka penyelamatan lingkungan hidup agar tetap lestari dan terjaga

dan dapat lebih banyak memberikan mafaat bagi manusia, maka perlu dilakukan

langkah-langkah :

1. penyuluhan secara intensif tentang pentingnya penyelamatan lingkungan, yang

bisa memberikan manfaat besar bagi manusia

2. penambangan harus diatur dengan peraturan daerah atau peraturan bupati, untuk

melindungi alam dan jiwa penambang

3. perlu dilakukan pengkajian amdal untuk mengkaji kemanfaatan atau untung

rugi bagi penambang, pemerintah daerah, dan lingkungan.

1.5 Pencemaran Udara

Udara diperlukan manusia setiap saat dalam kehidupannya. Untuk itu kualitas

udara yang layak harus tersedia untuk mendukung terciptanya kesehatan

masyarakat (Ricki M. Mulia, 2005).

Menurut Chambers (1976:13-14) dan Masrers (1991:270) yang dimaksud

dengan pencemaran udara adalah bertambahnya bahan atau substrat fisik atau

kimia ke dalam lingkungan udara normal yang mencapai sejumlah tertentu,

sehinggga dapat dideteksi oleh manusia (atau yang dapat dihitung dan diukur)

serta dapat memberikan efek pada manusia, binatang, vegetasi, dan material.

Selain itu pencemaran udara dapat pula dikatakan sebagai perubahan atmosfer oleh

karena masuknya bahan kontamnan alam atau buatan ke dalam atmosfer tersebut

(H.J Mukono, 2003).

Pencemaran udara dapat menimbulkan dampak pada kesehatan, harta benda,

ekosistem maupun iklim. Umumnya gangguan kesehatan sebagai akibat

pencemaran udara terjadi pada saluran pernapasan dan organ penglihatan (Ricki

M. Mulia, 2005).

Masuknya polutan ke dalam udara selalu menyebabkan perubahan kualitas

udara. Walau demikian, masukan polutan tersebut tidak selalu dapat menyebabkan

pencemaran udara. Mengacu pada definisi resminya.pencemaran udara baru terjadi

jika masukan polutan menyebabkan mutu udara turun sampai ke tingkatan yang

menyebabkan fungsinya terhambat. Misalnya, sampai ke tingkatan di mana

kesehatan manusia terganggu, atau lingkungan tidak berfungsi sebagaimana

mestinya.

Berat ringannya suatu pencemaran udara di suatu daerah sangat bergantung

pada iklim lokal, topografi, kepadatan penduduk, banyaknya industri yang

berlokasi di daerah tersebut, penggunaan bahan bakar dalam industri, suhu udara

panas di lokasi, dan kesibukan transportasi. Dalam suatu daerah yang tinggi

lokasinya dari permukaan laut (pegunungan), curah hujan akan sangat membantu

proses pembersihan udara.di samping itu angin yang kencang dapat pula menyapu

polutan udara ke daerah lain yang lebih jauh.

Secara umum penyebab pencemaran udara ada 2 macam, yaitu:

1. Karena faktor internal (secara alamiah), contoh :

1) Debu yang beterbangan akibat tiupan angin.

2) Abu (debu) yang dikeluarkan dari letusan gunung berapi berikut gasgas

vulkanik.

3) Proses pembusukan sampah organik, dll.

2. Karena faktor eksternal (karena ulah manusia), contoh:

1) Hasil pembakaran bahan bakar fosil.

2) Debu/serbuk dari kegiatan industri.

3) Pemakaian zat-zat kimia yang disemprotkan ke udara.

2.6 Debu

Debu adalah partikel padat yang dapat dihasilkan oleh manusia atau alam dan

merupakan hasil dari proses pemecahan suatu bahan (H.J Mukono, 2003).

Semua debu apabila terdapat dalam jumlah yang berlebihan untuk jangka

waktu yang lama, dapat menyebabkan kerusakan patologis pada manusia. Debu-

debu dengan komposisi yang berbeda mempunyai efek yang berbeda.

Sifat-sifat debu adalah :

1. Sifat pengendapan

Adalah sifat debu yang cenderung selalu mengendap karena gaya grafitasi

bumi. Namun karena kecilnya kadang-kadang debu ini relatif tetap berada di

udara. Debu yang mengendap dapat mengandung proporsi partikel yang lebih

dari pada yang ada di udara.

2. Sifat permukaan basah

Sifat permukaan debu akan cenderung selalu basah, dilapisi oleh lapisan air

yang sangat tipis. Sifat ini penting dalam pengendalian debu dalam tempat

kerja.

3. Sifat penggumpalan

Oleh karena permukaan debu selalu basah, sehingga dapat menempel satu

sama lain dan dapat menggumpal. Kelembaban di bawah saturasi kecil

pengaruhnya terhadap penggumpalan debu. Akan tetapi bila tingkat humiditas

di atas titik saturasi mempermudah penggumpalan. Oleh karena partikel debu

bisa merupakan inti dari pada air yang berkonsentrasi, partikel jadi besar.

4. Sifat listrik statik

Debu mempunyai sifat listrik statis yang dapat menarik partikel lain yang

berlawanan. Dengan demikian, partikel dalam larutan debu mempercepat

terjadinya proses penggumpalan.

5. Sifat opsis

Debu atau partikel basah/lembab lainnya dapat memancarkan sinar yang

dapat terlihat dalam kamar gelap. Debu tambang didefinisikan sebagai zat padat

yang terbagi halus. Partikel-partikel zat padat atau cairan yang berukuran sangat

kecil di dalam medium gas atau udara disebut aerosol misalnya asap, kabut dan

debu dalam udara.

Debu merupakan salah satu bahan yang sering disebut sebagai partikel yang

melayang di udara (Suspended Particular Matter – SPM) dengan ukuran 1 mikron

hingga 500 mikron. Konsentrasi partikel debu yang tinggi dalam udara, lamanya

paparan berlangsung akan mempengaruhi partikel yang mengendap di paru

semakin banyak. Beberapa orang yang mengalami paparan debu yang sama baik

jenis maupun ukuran partikel, konsentrasi maupun lamanya paparan berlangsung,

tidak selalu menunjukkan akibat yang sama. Secara umum partikel yang

mencemari udara dapat merusak lingkungan, tanaman, hewan, dan manusia.

Baku mutu udara ambien untuk debu sesuai dengan Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Penegnedalian Pencemaran

Udara yaitu 230 µg/Nm3 selama 24 jam dengan metode analisis Gravimetric.

2.7 Pengukuran Kadar Debu

Pengukuran kadar debu menggunkana alat Environmental Particle Air

Monitor EPAM-5000.

Langkah-langkahnya sebagai berikut:

1. Hubungkan alat dengan sumber listrik

2. Hidupkan alat dengan menekan tombol “ON”.

3. Pasangkan inlet partikulat material (sensor) pada alat, sesuai dengan jenis

pengukuran yang dipilih.

4. Masuk ke menu Special Function, tekan Enter

5. Masuk ke pilihan Sistem Options, tekan Enter

6. Masuk ke pilihan Extended Options, tekan Enter

7. Masuk ke pilihan Size Select, dan pilih arah panah bawa atau atas untuk

memilih jenis pengukuran yang akan digunakan,tekan Enter

8. Masuk ke pilihan Run, tekan Enter

9. Masuk ke pilihan Continue, tekan Enter

10. Lakukan pengukuran dan lihat hasil pada rekaman alat ( nilai Average).

11. Hasil dalam satuan mg/Nm3 dikonversi dalam satuan µg/Nm3.

Hal yang perlu diketahui dalam pengukuran debu

1. Cuaca Visual (cerah, berawan, mendung).

2. Arah angin

3. Kecepatan angin

4. Temperatur dan kelembaban

Kerangka Berpikir

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir

Penambangan bahan galian C (batu dan tanah timbun) di desa Pilohayanga

Barat Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo merupakan suatu usaha yang

dilakukan masyarakat sekitar untuk memperoleh sumber daya alam berupa batu

dan tanah timbun. Penambangan bahan galian C (batu dan tanah timbun) ini

Penambangan Bahan Galian

C

Dampak positif Dampak negatif

Membuka

lapangan

kerja

Meningktka

n

pendapatan

Asli daerah

Kondisi Lingkungan

Pencemaran

lingkungan

Pencemaran

udara

Debu

Kerusakan

lingkungan

Kerusakan jalan

Perubahan tata

guna lahan

Hilangnya

tanaman penutup

/pelindung tanah

menimbulkan dampak positif dan dampak negatif bagi masyarakat sekitar

penambangan tersebut. Dampak positifnya yaitu membuka lapangan kerja baru

bagi masyarakat sekitar dan dapat meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD).

Tetapi aktivitas ini juga menimbulkan dampak negatif yang dirasakan oleh

masyarkat karena penambangan tersebut kurang memperhatikan lingkugan sekitar.

Dampak negatif yang ditimbulkan mempengaruhi kondisi lingkungan masyarakat

sekitar yakni pencemaran lingkungan, kerusakan lingkungan dan kerusakan jalan.

Pencemaran lingkungan pada daerah penambangan ini adalah pencemaran

udara oleh debu yang dihasilkan dari aktivitas penambangan tersebut. Kemudian

pada kerusakan lingkungan, yakni yang terlihat yaitu hilangnya tanaman-tanaman

penutup dan pelindung tanah, hal ini dapat menyebabkan aliran permukaan

menjadi meningkat karena tidak adanya tanaman pelindung, apalagi bila pada saat

musim hujan. Selain itu Adanya perubahan tata guna lahan yang dahulunya

diperuntukkan bagi pertanian tanaman pangan lahan kering menjadi lahan batu.

Lahan yang dulu hijau dan penuh dengan tanaman berubah menjadi lahan tandus

yang penuh dengan tumpukan batu. Kemudian kerusakan jalan di daerah sekitar

penambangan dikarenakan setiap harinya 50-200 truk mobil pengangkut yang

melewati batas muatan yang melewati jalan tersebut sehingga mempercepat proses

kerusakan jalan di desa pilohayanga ini. Berdasarkan dampak positif dan dampak

negatif tersebut menimbulkan sikap pro dan kontra dari masyarakat sekitar

penambangan.

Kerangka Konsep

Gambar 2.2 Bagan Kerangka Konsep

Penambangan

Bahan Galian

Golongan C

(Pasir dan Batu)

Dampak terhadap

Lingkungan

Pengukuran

Kadar Debu