bab ii tinjauan pustaka 2.1 landasan teori 2.1.1 teori ...repository.ump.ac.id/3045/3/della s. bab...
TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Teori Akuntansi Positif
Teori akuntansi positif menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi
manajemen dalam memilih prosedur akuntansi yang optimal dan
mempunyai tujuan tertentu. Menurut teori akuntansi positif, prosedur
akuntansi yang digunakan oleh perusahaan tidak harus sama dengan yang
lainnya, namun perusahaan diberi kebebasan untuk memilih salah satu
alternatif prosedur yang tersedia untuk meminimumkan biaya kontrak dan
memaksimalkan nilai perusahaan. Dengan adanya kebebasan itulah, maka
menurut Scott (2000) manajer mempunyai kecenderungan melakukan suatu
tindakan yang menurut teori akuntansi positif dinamakan sebagai tindakan
oportunis (opportunistic behavior). Jadi, tindakan oportunis adalah suatu
tindakan yang dilakukan oleh perusahaan dalam memilih kebijakan
akuntansi yang menguntungkan dan memaksimumkan kepuasan
perusahaan tersebut (Setiyanto, 2012).
Dari definisi diatas, peneliti dapat melihat hubungan teori akuntansi
positif (positive accounting theory) dengan penelitian ini. Seperti yang
sudah dijelaskan, dalam teori akuntansi positif (positive accounting theory)
ada berbagai motivasi yang mendorong untuk mendapatkan laba
semaksimum mungkin. Salah satu cara yang dapat ditempuh manajer
Analisis Faktor-Faktor yang..., Della Sagiv Sari, FEB UMP 2016
adalah dengan menyesuaikan antara metode akuntansi persediaan yang
digunakan dengan kondisi ekonomi yang sedang terjadi sehingga dapat
meningkatkan laba atau menurunkan laba untuk mengurangi pajak yang
harus dibayarkan (Setiyanto, 2012).
2.1.2 Persediaan
a. Pengertian Persediaan
Persediaan merupakan jenis aset-aset produktif yang dimiliki oleh
perusahaan, karena persediaan ini merupakan aset yang mempunyai
keterkaitan langsung dengan pendapatan perusahaan. Jika tingkat
perputaran aset persediaan lambat, maka dapat dipastikan proses perolehan
pendapatan perusahaan lambat pula dan sebaliknya, jika perputarannya
cepat maka proses perolehan pendapatan perusahaan juga cepat.
Menurut PSAK No.14 (IAI, revisi 2012) : “Persediaan adalah aset yang
tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha biasa, aset dalam proses
produksi untuk penjualan tersebut, atau aset dalam bentuk bahan atau
perlengkapan untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian
jasa”.
b. Metode Penilaian Persediaan
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.14 (IAI, Revisi 2012)
yang berkaitan dengan persediaan, menyatakan bahwa untuk persediaan
hanya menggunakan dua metode, yaitu FIFO (First In First Out) – Masuk
Pertama Keluar Pertama (MPKP) dan biaya rata-rata (Average Cost
Method). Pernyataan ini menyiratkan bahwa memilih metode akuntansi
Analisis Faktor-Faktor yang..., Della Sagiv Sari, FEB UMP 2016
disesuaikan dengan peraturan perundang-undangan pajak, yang
menyatakan hal serupa.
Menurut PSAK No.14 (IAI, Revisi 2012) bahwa “Biaya persediaan
harus meliputi semua biaya pembelian, biaya konversi dan biaya lain yang
timbul sampai persediaan berada dalam kondisi yang siap untuk dijual atau
dipakai. Persediaan harus dihitung berdasarkan biaya atau nilai realisasi
bersih yang lebih rendah. Persediaan tidak lagi diperkenankan
menggunakan rumus biaya Last In First Out”.
Menurut PSAK No.14 (IAI, Revisi 2012) : “MPKP (Masuk Pertama
Keluar Pertama) mengasumsikan unit persediaan yang pertama dibeli akan
dijual atau digunakan terlebih dahulu sehingga unit yang tertinggal dalam
persediaan akhir adalah yang dibeli atau diproduksi kemudian”.
Keunggulan FIFO adalah mendekatkan persediaan akhir dengan biaya
berjalan. Karena barang persediaan pertama yang dibeli adalah persediaan
yang akan digunakan dalam memproses persediaan, maka nilai persediaan
akhir akan terdiri dari persediaan akhir, terutama jika laju perputaran
persediaan cepat. Kelemahan dari FIFO adalah bahwa biaya berjalan tidak
ditandingkan dengan pendapatan berjalan pada laporan laba rugi.
Menurut PSAK No.14 (IAI, Revisi 2012) : “Biaya rata-rata merupakan
biaya setiap unit ditentukan berdasarkan biaya rata-rata tertimbang dari unit
serupa pada awal periode dan biaya unit yang serupa yang dibeli atau
diproduksi selama satu periode. Perhitungan rata-rata dapat dilakukan
Analisis Faktor-Faktor yang..., Della Sagiv Sari, FEB UMP 2016
secara berkala atau pada setiap penerimaan kiriman bergantung pada
keadaan entitas”.
c. Pemilihan Metode Persediaan
Ada beberapa alasan yang mendasari pemilihan metode penilaian
persediaan. Menurut Haryono Jusup (2005) dalam Srimonah dan
Sulistyawati (2010) ada tiga faktor yang menjadi alasan yang mendasari
pemilihan metode penilaian persediaan, yaitu: pengaruh terhadap neraca,
pengaruh terhadap laporan laba rugi, dan pengaruh pajak.
2.1.3 Variabilitas Persediaan
Variabilitas persediaan merupakan nilai akhir persediaan suatu
perusahaan. Perusahaan yang memiliki persediaan yang bervariasi, akan
memiliki laba yang bervariasi pula. Oleh sebab itu, perusahaan yang
memiliki laba yang bervariasi, cenderung memilih metode yang dapat
meningkatkan laba yang akan dilaporkan yaitu dengan menggunakan
metode FIFO (Saripudin, 2010).
Variabilitas persediaan menggambarkan variasi nilai persediaan akhir
dalam neraca, variabilitas yang tinggi menujukkan bahwa penyajian
persediaan heterogen. Variabilitas persediaan metode FIFO secara
signifikan lebih besar. Sedangkan nilai persediaan akhir average lebih stabil
yang senantiasa dipengaruhi perubahan harga. Investor cenderung memilih
metode average yang menghasilkan informasi lebih stabil dan mampu
memprediksi dibandingkan FIFO (Sangadah, 2014).
Analisis Faktor-Faktor yang..., Della Sagiv Sari, FEB UMP 2016
Perusahaan dengan variabilitas persediaan kecil bisa memilih
menggunakan metode rata-rata yang dihasilkan lebih rendah bila
dibandingkan dengan penggunaan metode FIFO sehingga perusahaan dapat
melakukan penghematan pajak (tax saving). Sedang pada perusahaan yang
variabilitas persediaan tinggi akan menggunakan metode FIFO sehingga
laba menjadi lebih besar dan tidak bisa melakukan tax saving (Salma
Taqwa, dkk, (2003) dalam Srimonah dan Sulistyawati (2010)).
2.1.4 Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan adalah rata–rata total penjualan bersih untuk tahun
yang bersangkutan sampai beberapa tahun. Dalam hal ini penjualan lebih
besar daripada biaya variabel dan biaya tetap, maka akan diperoleh jumlah
pendapatan sebelum pajak. Sebaliknya jika penjualan lebih kecil daripada
biaya variabel dan biaya tetap maka perusahaan akan menderita kerugian
(Brigham dan Houston, (2001: 50) dalam Sangeroki (2013)). Terdapat
beberapa proksi yang digunakan untuk mewakili ukuran perusahaan, yaitu
jumlah karyawan, total aset, jumlah penjualan, dan kapitalisasi pasar.
Cara yang ditempuh perusahaan dalam meningkatkan atau menurunkan
laba salah satunya adalah dengan metode persediaan sesuai dengan kondisi
yang terjadi. Perusahaan yang besar lebih diperhatikan oleh masyarakat
sehingga mereka akan lebih berhati-hati dalam melakukan pelaporan
keuangan, dengan demikian perusahaan tersebut melaporkan kondisinya
lebih akurat. Oleh karena itu, perusahaan besar akan mempertimbangkan
banyak faktor dalam memilih metode penilaian persediaan yang akan
Analisis Faktor-Faktor yang..., Della Sagiv Sari, FEB UMP 2016
digunakan dalam mencatat persediaan yang ada (Kiki dan Setijaningsih,
2011).
Kecenderungan metode akuntansi persediaan yang akan digunakan
perusahaan besar adalah metode rata-rata yang bisa menurunkan laba.
Penggunaan metode rata-rata selain bisa menghindari biaya politik
(political cost) juga memperoleh penghematan pajak (tax saving). Dana
dari perusahaan besar umumnya diperoleh dari investor dan investor lebih
menyukai perusahaan dengan pajak yang lebih kecil. Sedangkan pada
perusahaan kecil, untuk mendapatkan dana dari bank atau lembaga
keuangan lainnya membutuhkan laba yang tinggi agar dianggap
mempunyai kinerja yang bagus. Salah satu cara untuk menaikkan laba
dengan kecenderungan menggunakan metode akuntansi persediaan FIFO.
Hal ini dapat meningkatkan laba perusahaan sehingga kinerja perusahaan
terlihat baik (Kiki dan Setijaningsih, 2011).
2.1.5 Margin Laba Kotor
Margin laba kotor merupakan kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan keuntungan dibandingkan dengan penjualan yang dicapai.
Semakin besar margin laba kotor pada suatu periode akan mempengaruhi
kebijakan manajemen untuk mempertahankan pengaturan persediaan tahun
berikutnya yang dapat menghasilkan laba kotor yang besar pula, sedangkan
jika kondisi margin laba kotor kecil, hal ini dapat mempengaruhi pemilihan
metode persediaan yang dapat menghasilkan jumlah HPP yang kecil
sehingga margin laba kotor menjadi besar (Sangadah, 2014).
Analisis Faktor-Faktor yang..., Della Sagiv Sari, FEB UMP 2016
Metode margin laba kotor digunakan untuk menguji kewajaran
perhitungan persediaan, yang biasanya dilakukan oleh akuntan pemeriksa
dan menentukan taksiran kerugian atas persediaan. Profit margin
merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan
dibandingkan dengan penjualan yang dicapai. Margin laba kotor
merupakan perbandingan antara laba kotor dengan tingkat penjualan, rasio
ini menggambarkan laba kotor yang dapat dicapai dari jumlah penjualan.
Semakin tinggi margin laba kotor perusahaan, semakin bagus, karena itu
artinya biaya produksi perusahaan itu rendah (Machfoedz (1999 : 250)
dalam Sangeroki (2013)).
2.1.6 Struktur Kepemilikan
Struktur kepemilikan adalah perbandingan antara jumlah saham yang
dimiliki oleh orang dalam (insider) dengan jumlah saham yang dimiliki
oleh investor ( Jahera dan Aurburn, (1996) dalam Indrayani (2012).
Dalam pemilihan metode penilaian persediaan antara manajer dengan
pemilik akan timbul konflik kepentingan. Masing-masing pihak berusaha
memaksimalkan kesejahteraannya. Pemilik memilih metode rata-rata dan
manajer akan memilih metode FIFO agar memperoleh laba yang besar
sehingga kompensasi yang akan diterima juga akan menjadi besar. Bila
manajer memiliki presentase kepemilikan saham yang kecil, cenderung
memilih metode FIFO yang memberikan laba lebih besar, sehingga bonus
yang diterima juga menjadi besar. Sebaliknya bila manajer memiliki saham
dengan persentase yang lebih besar, akan memilih metode rata-rata agar
Analisis Faktor-Faktor yang..., Della Sagiv Sari, FEB UMP 2016
bisa memperoleh tax saving (Salma Taqwa dkk (2003) dalam Syailendra
(2014)).
Struktur kepemilikan dipercaya mampu mempengaruhi jalannya
perusahaan yang pada akhirnya berpengaruh pada kinerja perusahaan dalam
mencapai tujuan perusahaan yaitu maksimalisasi nilai perusahaan. Hal ini
disebabkan oleh karena adanya kontrol yang mereka miliki (Indrayani,
2012).
2.2 Penelitian Terdahulu
Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian-penelitian
terdahulu. Adapun beberapa penelitian tersebut antara lain :
Penelitian Syailendra (2014) menyimpulkan bahwa variabilitas
persediaan berpengaruh negatif terhadap pemilihan metode akuntansi
persediaan. Hasil yang sama juga dibuktikan dalam penelitian yang dilakukan
oleh Sangadah (2014) dan Hutahaean dan Muda (2014). Sedangkan hasil
yang berbeda ditunjukkan oleh penelitian Srimonah dan Sulistyawati (2010)
yang menyimpulkan bahwa variabilitas persediaan tidak berpengaruh
terhadap pemilihan metode penilaian persediaan.
Penelitian Sangeroki (2013) menyimpulkan bahwa ukuran perusahaan
berpengaruh positif terhadap pemilihan metode penilaian persediaan. Hal ini
serupa dengan penelitian Setiyanto (2012), Srimonah dan Sulistyawati
(2010), dan Marwah (2010). Sedangkan penelitian Sangadah (2014) dan
Hutahaean dan Muda (2014) menyimpulkan bahwa ukuran perusahaan tidak
berpengaruh terhadap pemilihan metode penilaian persediaan.
Analisis Faktor-Faktor yang..., Della Sagiv Sari, FEB UMP 2016
Pada penelitian Habel (2010) menyimpulkan bahwa margin laba kotor
berpengaruh terhadap pemilihan metode penilaian persediaan. Sedangkan
penelitian oleh Sangadah (2014), Sangeroki (2013), dan Setiyanto (2012)
menyimpulkan bahwa margin laba kotor tidak berpengaruh terhadap
pemilihan metode penilaian persediaan.
Penelitian Syailendra (2014) menyimpulkan bahwa struktur kepemilikan
berpengaruh positif terhadap pemilihan metode penilaian persediaan.
Sedangkan dalam penelitian Srimonah dan Sulistyawati (2010)
menyimpulkan bahwa struktur kepemilikan tidak berpengaruh terhadap
pemilihan metode penilaian persediaan.
Analisis Faktor-Faktor yang..., Della Sagiv Sari, FEB UMP 2016
2.3 Kerangka Pemikiran
Berdasarkan uraian teoritis dan hasil-hasil penelitian terdahulu maka
kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
H1 (-)
H2 (+)
H3 (-)
H4 (+)
Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran Penelitian
VARIABILITAS
PERSEDIAAN
(X1)
UKURAN
PERUSAHAAN
(X2)
MARGIN LABA
KOTOR (X3)
METODE
PENILAIAN
PERSEDIAAN (Y)
STRUKTUR
KEPEMILIKAN
(X4)
Analisis Faktor-Faktor yang..., Della Sagiv Sari, FEB UMP 2016
2.4 Hipotesis Penelitian
2.4.1 Pengaruh Variabilitas Persediaan terhadap Pemilihan Metode
Penilaian Persediaan
Variabilitas persediaan merupakan nilai persediaan. Semakin kecil
variasi nilai persediaan maka variasi terhadap labanya juga akan kecil.
Variabilitas persediaan dapat mempengaruhi pemilihan metode akuntansi
persediaan. Karena, pemilihan metode persediaan yang berbeda akan
menghasilkan nilai persediaan yang berbeda. Ketika perusahaan ingin
menaikkan laba, maka perusahaan dapat menggunakan metode FIFO.
Ketika perusahaan ingin menurunkan laba agar laporan keuangan tampak
rata dan mengurangi biaya pajak, maka metode persediaan yang digunakan
adalah metode rata-rata (Setiyanto, 2012).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Syailendra (2014)
menyimpulkan bahwa variabilitas persediaan berpengaruh negatif terhadap
pemilihan metode akuntansi persediaan. Berdasarkan hal tersebut maka
dibuatlah hipotesis sebagai berikut:
H1 : Variabilitas persediaan berpengaruh negatif terhadap pemilihan
metode penilaian persediaan
2.4.2 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Pemilihan Metode Penilaian
Persediaan
Ukuran perusahaan akan mempengaruhi pemilihan metode penilaian
persediaan. Kecenderungan metode penilaian persediaan yang digunakan
perusahaan besar adalah metode rata-rata yang dapat menurunkan laba dan
Analisis Faktor-Faktor yang..., Della Sagiv Sari, FEB UMP 2016
biaya pajak. Kondisi ini ada dengan asumsi bahwa transfer kekayaan bagi
perusahaan besar relatif lebih besar dibandingkan dengan perusahaan
kecil. Transfer kekayaan yang secara langsung dilakukan adalah
pembayaran pajak. Dari penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa
perusahaan besar cenderung memilih metode rata -rata karena biaya pajak
yang dibayarkan relatif lebih kecil dibandingkan ketika perusahaan
menggunakan metode FIFO. Penggunaan metode rata-rata selain bisa
memperoleh penghematan pajak, juga bisa menghindari political cost atau
biaya politis.
Hasil penelitian yang dilakukan Sangeroki (2013) dan Marwah (2010)
menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap
pemilihan metode penilaian persediaan. Berdasarkan uraian tersebut maka
dibuatlah hipotesis sebagai berikut:
H2 : Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap pemilihan metode
penilaian persediaan
2.4.3 Pengaruh Margin Laba Kotor terhadap Pemilihan Metode Penilaian
Persediaan
Margin laba kotor dapat mempengaruhi pemilihan metode akuntansi
persediaan. Margin laba kotor merupakan perbandingan antara laba kotor
dengan tingkat penjualan, rasio ini menggambarkan laba kotor yang dapat
dicapai dari jumlah penjualan. Semakin tinggi margin laba kotor
perusahaan, semakin bagus, karena itu artinya biaya produksi perusahaan
itu rendah (Machfoedz, (1999 : 250) dalam Sangeroki, (2013)).
Analisis Faktor-Faktor yang..., Della Sagiv Sari, FEB UMP 2016
Penelitian mengenai margin laba kotor telah diuji Habel (2010) yang
menyimpulkan bahwa margin laba kotor berpengaruh terhadap pemilihan
metode penilaian persediaan. Berdasarkan uraian tersebut maka dibuatlah
hipotesis sebagai berikut:
H3 : Margin laba kotor berpengaruh negatif terhadap pemilihan metode
penilaian persediaan
2.4.4 Pengaruh Struktur Kepemilikan terhadap Pemilihan Metode
Penilaian Persediaan
Struktur kepemilikan dalam perusahaan sering menimbulkan adanya
konflik kepentingan antara manajemen perusahaan dengan pemegang
saham atau biasa disebut dengan agency theory. Pemilihan metode
persediaan merupakan suatu contoh yang baik untuk menjelaskan
bagaimana konflik terjadi antara manajer dan pemegang saham
(Syailendra, 2014).
Bila manajer memiliki persentase kepemilikan saham yang kecil pada
suatu perusahaan maka manajer mempunyai kecenderungan memilih
metode FIFO. Sebaliknya bila manajer memiliki saham dengan persentase
yang relatif besar, maka manajer akan memilih metode rata-rata. (Salma
Taqwa, dkk (2003) dalam Srimonah dan Sulistyawati (2010)).
Dengan alasan tersebut diasumsikan pemegang saham berusaha agar
manajer memilih suatu metode penilaian persediaan yang dapat
meminimumkan pajak pendapatan (Syailendra, 2014).
Analisis Faktor-Faktor yang..., Della Sagiv Sari, FEB UMP 2016
Penelitian mengenai struktur kepemilikan telah diuji oleh
Syailendra (2014) yang menyimpulkan bahwa struktur kepemilikan
berpengaruh positif terhadap pemilihan metode penilaian persediaan.
Berdasarkan hal tersebut maka dibuatlah hipotesis sebagai berikut:
H4 : Struktur kepemilikan berpengaruh positif terhadap pemilihan metode
penilaian persediaan
Analisis Faktor-Faktor yang..., Della Sagiv Sari, FEB UMP 2016