16.03.09 - anemia

17
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Anemia merupakan penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat Indonesia, terutama anemia yang disebabkan oleh difisiensi Fe. Ada berbagai jenis dan sebab dari anemia. Anemia bukanlah suatu penyakit yang dapat dianggap enteng, karena anemia dapat menimbulkan berbagai komplikasi yang serius. Berikut ini ialah skenario yang digunakan untuk mencapat tujuan pembelajaran : Samson Sering Tertidur di Kelas An. Samson seorang anak laki-laki berusia 5 tahun dibawa ke dokter dengan keluhan pucat. Menurut anamnesis dari ibu, anaknya terlihat pucat sejak 2 bulan yang lalu. Keluhan lain yang menyertai adalah demam yang tidak terlalu tinggi, perut mual dan susah makan. Sejak kecil Samson memang tidak suka makan daging. Kata guru TKnya, saat mengitkuti pelajaran, Samson sering tertidur di kelas. Pada pemeriksaan fisik didapaktan konjungtiva pucat, bising jantung, tidak didaptkan hepatomegali maupun splenomegali. Pada pemeriksaan laboratorium didaptkan Hb 8.0 g/dl. Dokter memberikan tablet tambah darah untuk Samson. B. RUMUSAN MASALAH 1. Bagaimanakan patogenesis, gejala dan tanda-tanda anemia?

Upload: aditya-hagung-kertapati

Post on 01-Jul-2015

575 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: 16.03.09 - Anemia

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Anemia merupakan penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat

Indonesia, terutama anemia yang disebabkan oleh difisiensi Fe. Ada berbagai

jenis dan sebab dari anemia. Anemia bukanlah suatu penyakit yang dapat

dianggap enteng, karena anemia dapat menimbulkan berbagai komplikasi

yang serius.

Berikut ini ialah skenario yang digunakan untuk mencapat tujuan

pembelajaran :

Samson Sering Tertidur di Kelas

An. Samson seorang anak laki-laki berusia 5 tahun dibawa ke dokter

dengan keluhan pucat. Menurut anamnesis dari ibu, anaknya terlihat pucat

sejak 2 bulan yang lalu. Keluhan lain yang menyertai adalah demam yang

tidak terlalu tinggi, perut mual dan susah makan. Sejak kecil Samson

memang tidak suka makan daging. Kata guru TKnya, saat mengitkuti

pelajaran, Samson sering tertidur di kelas. Pada pemeriksaan fisik

didapaktan konjungtiva pucat, bising jantung, tidak didaptkan hepatomegali

maupun splenomegali. Pada pemeriksaan laboratorium didaptkan Hb 8.0

g/dl. Dokter memberikan tablet tambah darah untuk Samson.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimanakan patogenesis, gejala dan tanda-tanda anemia?

2. Bagaimanakah proses eritropoiesis?

3. Bagaimana fisiologi hemoglobin?

4. Apa saja macam-macam anemia?

5. Bagaimana cara mendiagnosis dan menatalaksana anemia?

6. Adakah hubungan tidak makan daging dengan anemia?

7. Mengapa Samson sering tertidur di kelas?

8. Adakah hubungan hematomegali, splenomegali dan limfadenapati dengan

anemia?

Page 2: 16.03.09 - Anemia

9. Apa saja komplikasi anemia?

C. TUJUAN PENULISAN

1. Dapat menjelaskan mekanisme pembentukan sel-sel darah merah.

2. Dapat menjelaskan konsep patogenesis dan patofisiologi anemia.

3. Dapat menjelaskan mekanisme anemia, faktor penyebab dan komplikasi

anemia.

4. Menentukan pemeriksaan penunjang untuk diagnosis anemia.

5. Dapat menecegah dan mengetahui komplikasi anemia.

D. MANFAAT PENULISAN

1. Dapat menatalaksana dan mencegah anemia.

2. Mampu menjelaskan konsep patogenesis dan patofisiologi anemia.

3. Memberikan pengetahuan kepada masyarakat terhadap bahaya anemia.

Page 3: 16.03.09 - Anemia

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Klarifikasi istilah

Splenomegali : pembengkakan pada limpa.

Hepatomegali : pembengkakan pada organ hati.

Anemia : penurunan jumlah masa eritrosit sehingga tidak dapat mengankut

O2 ke jaringan perifer.

Konjungitva : membran halus yang melapisi kelopak mata dan melapisi

permukaan sklera yang terpajan.

Demam : respon fisiologis dimana suhu tubuh meningkat akibat peraturan

tulang pada set point di hipotalamus.

Pucat : berkurangnya volume darah, hemoglobin, basokontriksi untuk

memaksimalkan oksigen ke organ-organ vital.

Bising jantung : suara yang disebabkan peningkatan kecepatan aliran

darah.

Eritrosit : sel darah merah, cakran bikonkaf, tidak berinti, diameter 8μm,

bertepi 2μm, ketebalan berkurang di bagian tengah, konponen utamanya

hemoglobin. (Sylvia, 2003)

Limfadenopati : penyakit pada limfe, disebabkan karena infeksi dan

kanker lokal.

Transfusi : proses pemasukan darah dari donor ke resepien.

Oksigenasi : proses transfer oksigen ke jaringan.

B. ERITROSIT

Fungsi utama sel darah merah, yang juga dikenal sebagai eritrosit adalah

pengakutan hemoglobin yang selanjtunya mengangkut oksidgen dari paru-

paru ke jaringan. Selain mengangkut hemoglobin, sel darahmerah juga

mempunyai fungsi lain. Contohnya, sel tersebut mengandugn seumlah besar

karbonik anhidrase, suatu enzim yang mengatalisis reakse revesibel anatara

karon dioksida dan air untuk membentuk asam karbonat yang dapat

meningkatkan kecepatan reaksi ini beberapa ribu kali ipat. Cepatnya reaksi ini

Page 4: 16.03.09 - Anemia

membuat air dalm darah dapat mengangkut sejumlah besar karbon dioksida

dalam bentuk ion bikarbonat dari jarignan ke paru- paru dimana di paru-paru

akan diubah kembali menjadi karbon dioksidan dan di keluarkan. Sel darah

merah bertanggung jawab untuk sebagian besar daya dapar asam-basa seluruh

darah karena hemoglobin yang terdapat di dalam sel merupakan dapar asam-

basa yang baik.

Pada pria normal, jumlah rata-rata sel darah merah per milimeter kubik

adalah 5.200.000 (± 300.000) pada wanita normal, 4.700.000 (±300.000).

Orang yang tinggal di dataran tinggi mempunyai jumlah sel darah merah yang

lebih besar. (Guyton, Hall, 2006)

Proses pembentukan eritrosit disebut dengan eritropoiesis yang diatur oleh

hormon eritropoietin yang dihasilkan oleh ginjal (90%) dan 10 % dari hati dan

tempat lain. Stimulus untuk pembentukan eritropoietin adalah tekanan oksigen

dalam jaringan ginjal.

Produksi eritropoietin meningkat pada anemia, jika karena sebab metablik

atau struktural anemia, hemoglobin tidak dapat melepaskan O2 secara normal,

jika O2 atmosfer rendah atau jika gangguan fungsi jantung atau paru atau

kerusakan sirkulasi ginjal mempengaruhi pengiriman O2 ke ginjal. (Sylvia,

2002)

Ketika sel darah merah dihantarkan dari sumsum tulang masuk ke dalam

sistem sirkulasi, sel tersebut normalnya akan bersirkulasi rata-rata selama 120

hari sebelum dihancurkan. Hemoglobin yang dilepaskan dari sel sewaktu sel

darah merah pecah akan segera difagosit oleh sel-sel makrofag di banyak

bagian tubuh, namun terutama oleh sel-sel Kupffer hati, makrofag limpa dan

makrofag sumsum tulang, serta direduksi menjadi globin dan geme. Globin

masuk kembali ke dalam kumpulan asam amino. Besi dibebaskan dari heme,

dan bagian yang lebih besar diangkut oleh protein plasma transferin ke

sumsum tulang utnuk produksi sel darah merah. Sisa besi disimpan di hati dan

garingan tubuh lain dalam bentuk feritin dan hemosiderin tuk digunakan di

kemudian hari. (Guyton, 2001)

C. ANEMIA

Page 5: 16.03.09 - Anemia

Menurut definisi, anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai

normal jumlah sel darah merah (SDM), kuantitas hemoglobin dan volume

packed red blood cells (hematokrit) per 100 ml darah. Dengan dmeikian,

anemia bukan suatu diagnosis melainkan suatu cerminan perubahan

patofisiologik yang mendasar yang diruaikan melalui anamnesis yang

seksama, pemeriksaan fisik dan konfirmasi laboratorium.

Karena semua sistem organ dapat terkena, maka pada anemia dapat

menimbulkan manifestasi klinis yang luas, bergantung pada kecepatan

timbulnya anemia, usia individu, mekanisme kompensasi, tingkat aktivitasnya,

keadaan penyakit yang mendasarinya dan beratnya anemia. (Sylvia, 2002)

Karena jumlah efektif SDM berkurang, maka pengiriman O2 ke jaringan

menurun. Kehilangan darah yang mendadak (30% atau lebih), seperti pada

pendarahan, mengakiatkan gejala-gejala hipovolemia dan hipoksemia,

termasuk kegelisahan, diaforesis (keringant dingian), takikardia, napas pendek

dan berkembang cepat menjadi kolaps sirkulasi atau syok.

Namun, berkurangnya masa SDM dalam waktu beberapa bulan (bahkan

pengurangan sebanyak 50%) memungkinkan kompensasi tubuh untuk

beradaptasi, dan pasien biasanya asimptomatik, kecuali pada kerja fisik berat.

Tubuh beradaptasi dengan meningkatkan curah jantung dan pernapasan, oleh

karenan itu meningkatkan pengiriman O2 ke jaringan oleh sel darah merah,

meningkatkan pelepasan O2 oleh hemoglobin, smengembangkan volume

plasma danegan menarik cairan dari sela-sela jaringan serta redistribusi aliran

darah ke organ-organ vital (Guyton, 2001)

Page 6: 16.03.09 - Anemia

BAB III

PEMBAHASAN

Eritropoiesis ialah proses pembentukan sel darah merah atau eritrosit.

Dimulai dari sel induk pluripoten yang ada di sumsum tulang belakang yang akan

berdiferensiasi menjadi commited stem cells eritrocyte membentuk proeritroblas

yang kemudian akan membelah menjadi eritroblas. Eritroblas ini bersifag

basofilik, sehingga berwarna biru karena basa, dengan kadar hemoglobin yang

masih sedikit. Selanjutnya, eritroblas akan menjadi normoblas polikromatofilik

yang kemudian menjadi eritroblas (ortokromatik). Kedua jenis sel ini nukleus

mulai memadat, mengecil dan kemudian dikeluarkan dari sel. Selain itu, kedua

jenis sel ini juga sudah mengandung hemoglobin sekitar 34%. Selanjutnya,

eritroblas ( ortokromatik) akan menjadi retikulosit dimana retikulum endoplasma

diabsorbsi dan masih terdapat sisa apparatus golgi dan mitokondria. Retikulosit

masuk ke sirkulasi darah melalui proses diapedesis. Retikulosit kemudian akan

berkembang menjadi eritrosit, dengan masa hidup 120 hari, mempunyai enzim-

enzim sitoplasma yang digunakan untuk kegiatan sel itu sendiri. Eritrosit yang

sudah tua akan difagosit oleh makrofag di hati, limpa dan sumsum tulang.

Bagan 1 : Eritropoiesis

Untuk proses maturasi eritrosit dibutuhkan vitamin B12 dan asam folat

yang digunakan untuk sintesis DNA. Perangsangan pembentukan eritroblas

dipengaruhi oleh eritropoietin yang dihasilkan oleh ginjal jika kapiler darah

tubulus ginjal kekurangan O2. Eritropoietin bekerja dengan cara meningkatkan

sitesis hemoglobin dalam prekursor sel darah merah, mengurangi waktu

sel induk pluripoten

proeritroblas

eritroblas (basofilik)

normoblas polikroma

tik

eritroblas (ortokromatik)

retikulosit

eritrosit

Page 7: 16.03.09 - Anemia

pematangan prekursor sel darah merah, melepaskan retikulosit sumsum ke dalam

darah pada stadium dini dan meningkatkan jumlah stem cell.

Hemoglobin terbentuk saat eritrosit dimulai. Pembentukannya dimulai

dari:

1. 2 suksinil CoA + glisin → pirol

2. 4 pirol bergabung → portopofirin IX

3. Portoporfirin IX + Fe2+ → heme

4. Heme + globin → Hb (α,β,γ)

5. 2 rantai α + 2 rantai β → hemoglobin

Macam-macam hemoglobin tergantung pada asam aminonya. Hb F

terdapat pada fetus, Hb S terdapat pada sel sabit, dan Hb A terdapat pada orang

dewasa normal.

2 rantai hemoglobin mengikat 4 atmon besi. 1 atom besi mengikat 1

molekul O2. Jadi, 2 rantai hemoglobin (4 atom besi) dapat mengikat 4 molekul O2.

Besi mengikat O2 secara longgar.

Anemia merupakan keadaan penurunan jumlah masa eritrosit sehingga

tidak dapat mengangkut O2 ke jaringan perifer. Anemia dapat dibedakan secara

morfologi dan etiologi.

Anemia dapat dibagi berdasarkan morfologi dan etiologinya

Bagan 2 : Klasifikasi anemia

Anemia

Secara morfologi

Hipokromik mikrositerMCV ↓, MCHC ↓

Normokromik normositikMCV & MCHC normal

MakrositikMCV ↑, MCHC ↑

secara etiologi

Megaloblastik hemolitik Kegagalan sumsum tulang belakang

Primer

Anemia aplastik

Anemia diseritropoietik

Sekunder

Anemia mielopti

stik

Supresi sumsum tulang karena

keganasan hematologik

lain

Page 8: 16.03.09 - Anemia

Anemia disebabkan oleh 3 faktor utama, yaitu:

1. Gangguan eritropoiesis

2. Kehilangan darah dalam jumlah banyak

3. Hemolisis sebelum waktunya.

Dalam skenario, faktor penyebabnya ialah gangguan eritropoiesis yang

disebabkan karena defisiensi besi. Besi banyak terdapat di daging, seperti di hati,

jantung, kuning telur. Maka, pada skenario ini, dimana Samson tidak suka makan

daging, maka ada kemungkinan bahwa Samson kurang asupan besinya.

Karena kurangnya darah karena anemia, lalu akan terjadi kurangnya

asupan oksigen ke otak, hal inilah yang menyebabkan Samson menjadi sering

mengantuk dan tertidur di kelas.

Hepatomegali dan splenomegali terjadi pada anemia hemolitik. Splen dan

hati bertugas untuk destruksi eritrosit. Pada anemia hemolitik, ada banyak sel

darah merah yang hancur dan harus didestruksi. Karena itu, kerja hati dan splen

menjadi berat dan terjadi perbesaran.

Komplikasi anemia yang dapat terjadi diantaranya ialah:

1. Serangan jantung

Saat hemoglobin kurang dari 6, maka dapat terjadi kegagalan

jantung karena miocardium. Hal ini disebabkan pada anemia yang

parah, maka tubuh akan kekurangan O2, sehingga otot jantung akan

bekerja sangat berat untuk memacu darah.

2. Komplikasi pada ibu hamil

Pada ibu hamil, anemia dapat terjadi karena abortus dan lamanya

waktu persalinan. Bila ibu menderita anemia yang parah saat

kehamilan, maka anaknya berisiko untuk lahir prematur dan cacat

bawaan.

3. Pada anemia yang kekurangan vitamin B12, dapat terjadi keomplikasi

kerusakan saraf dan gangguan pada otak.

Tahap mendiagnosa anemia ialah:\

1. Anamnesis

2. Pemeriksaan fisik

Terdiri dari :

Page 9: 16.03.09 - Anemia

a. Warna kulit : pucat, plethora, sianosis, ikterus

b. Purpura : petechie, echymosis

c. Bentuk kuku : sendok (pada anemia defisiensi besi)

d. Mata : ikterus, conjungtiva pucat

e. Mulut : ulserasi, hipertropi gusi, pendarahan gusi, dll

f. Limfadenopati

g. Splenomegali

h. Nyeri tulang atau sternum

i. Hematrosis / anchylosis sendi

j. Pembengkakan testis

k. Pembengkakan parotis

l. Sistem saraf

3. Pemeriksaan laboratorium (hematologi)

a. Screening

Terdiri dari pemeriksaan kadar hemoglobin, indeks eritrosit, dan

apusan darah tepi

b. Pemeriksaan rutin

Terdiri dari pemeriksaan laju endap darah, penghitungan

diferensial, dan penghitungan retikulosit

c. Pemeriksaan sumsum tulang

d. Pemeriksaan atas indikasi khusus

- Anemia defisiensi besi : serum iron, TIBC, saturasi transferin,

teritin serum

- Anemia megaloblastik : pemeriksaan asam folat dan vitamin

B12

- Anemia hemolitik : penghitungan retukulosit, coombx test

- Anemia leukimia : pemeriksaan sitokimia

4. Pemeriksaan laboratorium (non hematologi)

a. Faal ginjal

b. Faal endokrin

c. Pemeriksaan asam urat

d. Faal hati

Page 10: 16.03.09 - Anemia

e. Pemeriksaan biakan kuman

Pada anemia defisiensi besi, seperti yang terjadi pada skenario ini,

penatalaksanaannya ialah

1. Diagnosis penyebab

2. Ganti besi secara per oral samapai MCV dan Hb normal, dilanjutkan

sampai 3 bulan sampaai MCV dan Hb memadai (hingga ada simpanan

besi yang cukup)

3. Bila telah terjadi anemia defisiensi besi yang parah, maka dapat

diberika transfusi darah pure red cells. Namun, dalam skenario ini

tidak perlu dilakukan karena Hb belum kurang dari 6.

Page 11: 16.03.09 - Anemia

SIMPULAN DAN SARAN

SIMPULAN

1. Anemia merupakan keadaan penurunan jumlah masa eritrosit sehingga

tidak dapat mengankut oksigen ke jaringan perifer. Anemia dapat dibagi

menjadi 2 bagian, secara morfologi dan etiologinya.

2. Dalam skenario ini Samson menderita defiesiensi besi yang disebabkan

karena ia tidak suka makan daging, padahal daging merupakan sumber

besi yang utama.

3. Penatalaksanaannya ialah melakukan diagnosa dan memberikan besi

secara per oral hingga kadar Hb dan MCVnya normal dan dilanjutkan

hingga 3 bulan untuk memenuhi cadangan besi dalam tubuhnya.

SARAN

1. Perlu adanya penyuluhan kepada masyarakat bahwa anemia bukanlah

suatu peyakit yang dapat dianggap enteng karena dapat menyebabkan

komplikasi dan dapat berakhir dengan kematian.

2. Perlu adanya penyuluhan kepada masyarakat agar makan makanan yang

bergizi untuk mencegah terjadinya anemia, terutama pada wanita dan ibu

hamil.

Page 12: 16.03.09 - Anemia

DAFTAR PUSTAKA

Davey, Patrick. 2002. At a Glance Medicine. Jakarta : Erlangga

Dorland, W. A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran Dorland. Jakarta : EGC

Guyton, Arthur C. 2007. Fisiologi kedokteran. Jakarta : EGC

Price, Sylvia A, Lorraine M. Wilson. 2006. Patofisiologi. Jakarta : EGC

Robbins. 2007. Patologi. Jakarta : EGC