141664044-jurnal-nutrisi-parenteral-awal-dibandingkan-nutrisi-parenteral-akhir-pada-pasien-dewasa-dengan-penyakit-yang-kritis.pdf...
TRANSCRIPT
Nutrisi Parenteral Awal Dibandingkan Nutrisi Parenteral Akhir Pada
Pasien Dewasa Dengan Penyakit yang Kritis
ABSTRAK
Latar belakang
Perdebatan yang ada tentang pemilihan waktu pemberian nutrisi parenteral pada pasien
dewasa dengan penyakit kritis yang target kalorinya tidak bisa terpenuhi oleh nutrisi enteral
saja.
Metode
Dalam studi acak ini, percobaan multicenter, kami membandingkan inisiasi awal nutrisi
parenteral (Guideline Eropa) dengan inisiasi akhir (Guideline Amerika dan Kanada) pada
orang dewasa di unit perawatan intensif (ICU) untuk melengkapi kurangnya nutrisi enteral.
Pada 2312 pasien, nutrisi parenteral diberikan dalam waktu 48 jam setelah masuk ICU
(kelompok inisiasi awal), sedangkan 2328 pasien, nutrisi parenteral tidak diberikan sebelum
hari ke-8 (kelompok inisiasi akhir). Protokol untuk pemberian awal nutrisi enteral diterapkan
pada kedua kelompok, dan insulin disuntikkan untuk mencapai normoglikemia.
Hasil
Pasien dalam kelompok inisiasi akhir memiliki peningkatan relatif 6.3% pada kemungkinan
hidupnya berhenti lebih dulu dari ICU (hazard ratio, 1.06; 95% confidence interval [CI], 1,00
- 1.13; P = 0,04) dan dari rumah sakit (hazard ratio, 1.06; 95% CI, 1,00 - 1.13; P = 0,04),
tanpa bukti penurunan status fungsional setelah keluar rumah sakit. Tingkat kematian di ICU
dan di rumah sakit dan tingkat kelangsungan hidup 90 hari hampir sama pada kedua
kelompok. Pasien dalam kelompok inisiasi akhir, dibandingkan dengan kelompok inisiasi
awal, pada ICU infeksi lebih sedikit (22.8% vs 26,2%, P = 0,008) dan insiden kolestasis lebih
rendah (P < 0.001). Kelompok inisiasi akhir memiliki penurunan relatif 9,7% dalam proporsi
pasien yang membutuhkan ventilasi mekanik lebih dari 2 hari (P = 0.006), penurunan rata-
rata 3 hari dalam durasi terapi penggantian ginjal (P = 0,008), dan penurunan rata-rata pada
biaya perawatan kesehatan € 1,110 (sekitar $1600) (P = 0,04).
Kesimpulan
Pemberian nutrisi parenteral akhir berhubungan dengan kecepatan kesembuhan dan
komplikasi yang lebih sedikit, bila dibandingkan dengan pemberian awal. (Funded by the
Methusalem program of the Flemish government and others; EPaNIC ClinicalTrials.gov
number, NCT00512122.)
Penyakit kritis menginduksi anoreksia dan ketidakmampuan untuk makan secara
normal, mempengaruhi pasien sehingga terjadi defisit gizi yang serius, kelelahan otot,
kelemahan, dan penyembuhan yang tertunda. Apakah nutrisi buatan membantu meningkatkan
hasil untuk pasien dengan penyakit kritis, tidak jelas. Rute pemberian, waktu sampai inisiasi
nutrisi buatan, jumlah kalori, dan jenis nutrisi mungkin penting.
Nutrisi enteral berhubungan dengan sedikitnya komplikasi dibandingkan nutrisi
parenteral dan sedikit mahal untuk pengelolaannya. Bagaimanapun juga, penggunaan nutrisi
enteral saja sering tidak mencukupi target kalori. Selain itu, kurangnya pemberian makan
berhubungan dengan kelemahan, infeksi, peningkatan durasi ventilasi mekanik dan kematian.
Penggabungan nutrisi parenteral dengan nutrisi enteral merupakan strategi untuk mencegah
defisit gizi, tetapi mungkin berisiko kelebihan pemberian makan, yang mana dikaitkan
dengan disfungsi hati, infeksi, dan penggunaan ventilator yang berkepanjangan. Peningkatan
kadar glukosa darah yang berkaitan dengan nutrisi parenteral bisa berkontribusi pada
beberapa komplikasi dan telah dihipotesiskan untuk menjelaskan kegagalan nutrisi parenteral
untuk mencegah kelelahan otot.
Pedoman praktek klinis terkini untuk penambahan nutrisi pada pasien dengan
penyakit kritis sebagian besar berdasar pada pendapat ahli dan pada hakekatnya berbeda antar
benua. The Guideline of the European Society of Parenteral and Enteral Nutrition (ESPEN)
merekomendasikan bahwa praktisi mempertimbangkan memulai pemberian nutrisi parenteral
dalam waktu 2 hari setelah masuk ke unit perawatan intensif (ICU) untuk pasien yang tidak
adekuat diberikan secara enteral. Sebaliknya, Guideline Amerika dan Kanada
merekomendasikan pemberian awal nutrisi enteral tetapi menyarankan bahwa nutrisi
parenteral tidak dapat diberikan secara bersamaan, dengan demikian menasehatkan bahwa
nutrisi hipokalori ditoleransi selama minggu pertama dalam pasien yang pada dasarnya tidak
kekurangan gizi.
Dalam studi ini, kami membandingkan efek inisiasi akhir nutrisi parenteral (Guideline
Amerika dan Kanada) dengan inisiasi awal (Guideline ESPEN) pada tingkat kematian dan
komplikasi pada orang dewasa di ICU yang memiliki risiko nutrisi tetapi yang tidak
kekurangan nutrisi kronis (body mass index [berat badan dalam kilogram dibagi dengan
kuadrat tinggi badan dalam meter], ≥ 17). Sejak semua ICU berpartisipasi mengikuti
pedoman untuk inisiasi awal nutrisi parenteral, intervensi aktif adalah inisiasi akhir. Dalam
studi ini, kami meneliti apakah mencegah defisit kalori selama sakitnya kritis dengan
menyediakan nutrisi parenteral untuk menambah nutrisi enteral di awal berjalannya penyakit
akan menurunkan tingkat komplikasi atau apakah menahan nutrisi parenteral untuk 1
minggu akan mengunggulkan klinis.
Metode
Desain Penelitian dan Pengawasan
Penelitian The Early Parenteral Nutrition Completing Enteral Nutrition in Adults
Critically Ill Patients (EPaNIC) adalah prospektif, acak, terkontrol, kelompok paralel,
percobaan multicenter yang diprakarsai oleh para peneliti. Protokol dan formulir persetujuan
diakui oleh Dewan Pengurus Tinjauan Kelembagaan di Rumah Sakit Universitas Leuven dan
Rumah Sakit Jessa dan oleh orang-orang Belgia yang berkuasa. Protokol studi dan rencana
analisis statistik tersedia dengan teks lengkap dari artikel ini di NEJM.org, dan metode yang
telah dilaporkan sebelumnya. Penulis pertama dan penulis terakhir menjamin kebenaran studi
terhadap protokol.
Baxter Healthcare menyediakan dana bantuan penelitian tertutup yang menutupi
kurang dari sepertiga biaya penelitian. Perusahaan ini tidak terlibat dalam desain penelitian;
dalam pengumpulan, analisis, atau interpretasi data; dalam penyusunan naskah, atau dalam
keputusan mengirimkan naskah untuk publikasi.
Pasien
Dari tanggal 1 Agustus 2007 sampai 8 November 2010, semua orang dewasa yang
diakui satu dari tujuh ICU yang berpartisipasi yang memenuhi syarat untuk inklusi dalam
studi jika mereka memiliki skor 3 atau lebih dengan skrining risiko nutrisi (NRS) (pada skala
1 sampai 7, dengan Skor ≥ 3 mengindikasikan bahwa nutrisi pasien berisiko ) dan tidak
memenuhi salah satu kriteria eksklusi (Fig. 1). Persetujuan tertulis disediakan oleh semua
pasien atau wakil-wakil yang ditunjuk mereka.
Pasien berturutan dibuat stratifikasi menurut 16 kategori diagnostik (lihat Tabel 1
dalam lampiran tambahan, tersedia di NEJM.org) dan ditentukan secara acak dalam rasio 1: 1
untuk inisiasi awal ataupun inisiasi akhir nutrisi parenteral, dengan penggunaan nomor
berurutan, tertutup/ tersegel, sampul buram. Sampul digantikan oleh sistem digital identik di
semua situs setelah penambahan situs penelitian Rumah Sakit Jessa. Penetapan pengobatan
dibuat dalam 10 balok yang diubah susunannya setiap lapisan. Dokter dan perawat
diperlakukan agar tidak mengetahui ukuran balok. Semua penimbang dan pemutus hasil tidak
menyadari penetapan kelompok penelitian.
Sebuah analisis sementara yang aman dilakukan setelah 1500 pasien pertama keluar
dari ICU. Data independen dan papan pemantauan keamanan waktu itu menasehatkan bahwa
penelitian akan dilanjutkan sampai selesai. Karena efikasi utama dan poin akhir tidak
dianalisis, tidak ada koreksi terhadap tingkat signifikansi pada analisis akhir yang diperlukan.
Prosedur Penelitian
Pasien yang ditugaskan pada kelompok awal menerima larutan glukosa intravena
20%; Dengan target untuk asupan energi total adalah 400 kkal per hari pada ICU hari 1 dan
800 kkal per hari pada hari ke-2 (Gambar 2, dan Tabel 2 dalam Lampiran Tambahan). Pada
hari ke-3, nutrisi parenteral (OliClinomel atau Clinimix, Baxter) dimulai, dengan target dosis
100% dari sasaran kalori melalui penggabungan nutrisi enteral dan parenteral (kecuali jika
dokter memperkirakan bahwa pasien akan mentoleransi dengan cukup nutrisi enteral atpada
hari ke-3). Jumlah nutrisi parenteral dihitung per hari sebagai perbedaan antara pemasukan
total energy yang efektif yang dihasilkan dari nutrisi enteral dan penjumlahan sasaran kalori.
Perhitungan mengenai sasaran kalori termasuk energi protein dan didasarkan pada koreksi
berat badan yang ideal, usia, dan sex (Tabel 3 dalam Lampiran Tambahan). Sasaran kalori
maksimum untuk semua pasien adalah 2.880 kkal per hari. Ketika nutrisi enteral dipenuhi
80% dari tujuan kalori yang dihitung atau ketika pasien itu dinilai dapat melanjutkan nutrisi
oral, nutrisi parenteral dikurangi dan akhirnya dihentikan. Nutrisi parenteral dimulai kembali
saat asupan enteral atau oral turun menjadi kurang dari50% dari kebutuhan kalori yang
dibutuhkan.
Pasien yang ditugaskan pada kelompok inisiasi akhir menerima larutan glukosa 5%
dalam volume yang sama dengan pemberian nutrisi parenteral dalam kelompok awal-inisiasi
untuk memberikan hidrasi yang adekuat, dengan menghasilkan volume nutrisi enteral yang
diperhitungkan. Jika nutrisi enteral adalah cukup setelah 7 hari di ICU, nutrisi parenteral
dimulai pada hari ke8 untuk mencapai tujuan kalori.
Semua pasien yang tidak mampu untuk makan pada hari ke 2 mendapatkan nutrisi
enteral (terutama Osmolite, Abbott), ketika sementara waktu dipelihara dalam posisi setengah
beraring (table 4 dalam Lampiran Tambahan) kecuali kontraindikasi secara medis. Urutan
penghentian untuk semua pasien dengan nutrisi enteral menetapkan peningkatan laju infuse 2
kali sehari untuk nutrisi enteral, penggunaan agen prokinetik dan duodenal feeding tube.
Pasien dalam kedua kelompok penelitian menerima elemen parenteral, mineral (kalium,
fosfat, dan magnesium), dan vitamin pada awal tinggal di ICU. Disamping untuk mencegah
permasalahan karena penurunan mikronutrien pada refeeding. (Tabel 2 dalam Lampiran
Tambahan).
Sebuah system manajemen data pasien (MetaVision, iMDsoft) digunakan untuk
menghitung volume nutrisi enteral dan parenteral per hari yang diberikan kepada setiap
pasien, sesuai dengan protokol. Manajemen nutrisi setelah keluar dari ICU adalah
kebijaksanaan para dokter. Infuse insulin yang berkelanjutan telah disesuaikan untuk
memperoleh tingkat glukosa darah 80-110 mg per desiliter (4,4 menjadi 6,1 mmol per liter).
Tingkat glukosa darah arteri dipantau dengan analisis kimia dan dilakukan setiap 1 sampai 4
jam pada analisa gas darah (Radiometer ABL 715 dan 725, Radiometer Medical) dan
dikoreksi sesuai kebutuhan. Pedoman untuk penghentian ventilator diikuti oleh semua
partisipan ICU. Ketika perawatan intensif yang berkelanjutan menjadi gagal, dua dokter ICU
senior dan spesialis merujuk membuat keputusan mengakhiri kehidupan sesuai dengan
konsensus.
Pengumpulan Data
Dasar karakteristik demografi dan klinis dari pasien sesuai diantara kedua
kelompok(Tabel 1, dan Tabel 1 pada lampiran tambahan).Kami mengukur tingkat keparahan
penyakit sesuai dengan skor pada Acute Physiology and Chronic Health Evaluation II
(APACHE II)(pada skala 0 sampai 71, dengan skor yang lebih tinggi menunjukkan
keparahan dari penyakit). Kriteria American College of Chest Physicians–Society of Critical
Care Medicine digunakan untuk menentukan diagnosis dari sepsis. Skor Organ-kegagalan
dan sepsis dihitung oleh ahli terlatih.
Catatan harian yang disimpan mengenai semua perawatan intensif dan prosedur,
infeksi bakteri baru atau infeksi jamur, hasil dari analisis kimia darah dan urin dan studi
hematologi, dan Marker dari peradangan. Selain itu dicatat juga asupan total energi harian
yang diberikan nutrisi enteral dan parenteral, interupsi dari pengiriman nutrisi enteral, dan
komplikasi yang berhubungan dengan makan. Selain itu, setiap kali secara praktis layak,
status fungsional sebelum pasien dikeluarkan dari rumah sakit itu dihitung. Semua
pembiayaan perawatan kesehatan langsungdiambil dari faktur untuk pasien dan dianalisis dari
perspektif kesehatan pembayar. Pembiayaan dibagi rata antar Pemerintah dan pasien.Status
Vital setelah 90 hari pengacakan diperoleh dari Belgian National Registry untuk semua warga
negara Belgia.
Hasil Tindakan
Keselamatan Poin Akhir
Keselamatan poin akhir termasuk status vital (proporsi pasien yang masih hidup di
debit dari ICU dalam ≤ 8 hari, tingkat kematian di ICU dan rumah sakit, dan tingkat
kelangsungan hidup hingga 90 hari, terlepas dari ICU dan rumah sakit status debit) dan
tingkat komplikasi dan hipoglikemia.Hipoglikemia yang resisten terhadap pemberian glukosa
parenteral selama jendela intervensi dianggap sebagai peristiwa yang merugikan.
Kegunaan Poin Akhir Primer
Titik akhir primer adalah durasi ketergantungan pada perawatan intensif, dinilai
sebagai jumlah hari di ICU (bagi mereka yang selamat dan yang tidak selamat) dan waktu
untuk pulang dari ICU. Untuk mengurangi bias yang mungkin timbul dari variabilitas pada
ketersediaan tempat tidur di bangsal biasa, kita mendefinisikan waktu untuk keluar dari ICU
sebagai waktu dimana pasien sudah siap untuk keluar dari ICU, menurut kriteria objektif
prespecified (Tabel 2).
Kegunaan Akhir Poin sekunder
Titik akhir sekunder adalah jumlah pasien dengan infeksi baru, situs infeksi (saluran
udara atau paru-paru, darah, saluran kemih, dan luka); durasi terapi antibiotik, peradangan,
seperti yang tercermin dari tingkat maksimum plasma C-reaktif protein, waktu akhir untuk
menghentikan bantuan ventilasi mekanik dan kebutuhan untuk trakeostomi; tingkat insidensi
gagal ginjal akut, yang didefinisikan menurut RIFLE criteria (Risiko disfungsi ginjal,
kerusakan pada ginjal, kegagalan atau penurunan fungsi ginjal, dan gagal ginjal stadium
akhir) yang setidaknya terdapat peningkatan dua kali lipat dari serum kreatinin yang dicatat,
proporsi pasien yang membutuhkan terapi penggantian ginjal dan durasi terapi seperti yang
terdapat di ICU, dan kebutuhan dan durasi farmakologis atau bantuan hemodinamik
mekanis. Kami membandingkan dua kelompok penelitian sehubungan dengan proporsi
pasien selama intervensi penelitian dan selama tinggal di ICU dengan disfungsi hati, yang
didefinisikan sebagai peningkatan bilirubin total lebih dari 3 mg per desiliter (51 ìmol per
liter), peningkatan γ-glutamyltransferase lebih dari 79,5 U per liter, tingkat fosfatase alkali
lebih dari 405 U per liter, atau peningkatan baik SGPT (> 123 U per liter) atau aspartate
aminotransferase (> 114 U per liter). Akhirnya, kami membandingkan durasi dari biaya
rumah sakit dan waktu untuk keluar dari rumah sakit antara kedua kelompok studi. Sebelum
dikeluarkan dari rumah sakit, kami menghitung status fungsional menurut jarak berjalan
dalam 6 minutesdan proporsi pasien yang mandiri dalam semua kegiatan sehari-hari . Kami
juga membandingkan dua kelompok sehubungan dengan total biaya perawatan kesehatan
tambahan dari pengacakan untuk keluar dari rumah sakit.
Analisis statistik
Perhitungan ukuran sampel didasarkan pada kemampuan untuk mendeteksi perubahan
antara-kelompok dalam 1 hari tinggal di ICU dengan kekuatan minimal 80% dan untuk
mendeteksi kecocokan perubahan dari 3% di tingkat kematian di ICU dengan kekuatan
minimal 70% .Semua analisa dilakukan dengan inten -tion-to-treat basis. Variabel diringkas
sebagai frekuensi dan persentase, means dan standar deviasi, atau median dan rentang
interkuartil, yang sesuai. Data dibandingkan dengan penggunaan uji t-chi-square test,
Student’s t-test, or non-parametric testing (median test, Wilcoxon rank-sum test, or Mann–
Whitney U test), yang sesuai. Biaya kesehatan yang dilaporkan sebagai mean dengan rentang
interkuartil dan dianalisis dengan penggunaan Student t-test.34 Kami menggunakan metode
Kaplan-Meier untuk melakukan time-to-event analisis, dan ukuran time-to-event diperkirakan
dengan penggunaan Cox proportional-hazard analisis. Dalam analisis survival sampai 90 hari,
data untuk 69 dari 83 warga non-Belgia warga yang telah habis dari rumah sakit sebelum 90
hari disensor pada saat keluar. Untuk waktu keluar dari ICU dan rumah sakit, data untuk
pasien yang meninggal disensor pada saat kematian, dan data untuk satu pasien yang masih
dalam rumah sakit dalam 90 hari setelah pendaftaran dari pasien terakhir disensor pada 90
hari. Untuk analisis Waktu pasien yang keluar dari ICU atau rumah sakit dengan sehat, data
untuk pasien yang meninggal disensor pada titik waktu setelah pasien masih hidup terakhir
telah dikeluarkan Semua hasil dianalisis baik tanpa penyesuaian untuk dasar variabel dan
dengan penyesuaian untuk prespecified faktor risiko (jenis dan tingkat keparahan penyakit,
usia, indeks massa tubuh, dan skor NRS). Data untuk jenis penyakit termasuk kategori
diagnostik pada pasien yang masuk (Tabel 1, dan Tabel 1 di Tambahan yang di lampirkan)
dan dilampirkan juga ada atau tidak adanya kanker.
Kami melakukan analisa subgrup prespecified untuk pasien dengan peningkatan
risiko sesuai dengan indeks massa tubuh (<25 atau ≥ 40) 11,36-38 atauNRS skor (≥ 5),
mereka yang telah menjalani operasi jantung dan mereka dengan sepsis saat masuk. Analisis
subkelompok ini dilakukan untuk Hasil primer dan keselamatan satu titik akhir. Interaksi
dalam model disesuaikan sepenuhnya dan diuji pada tingkat signifikansi kurang dari 0,10.
Untuk semua titik akhir, kedua sisi nilai P kurang dari 0,05 yang dianggap untuk
menunjukkan signifikansi secara statistik, tanpa koreksi untuk beberapa pengujian. semua
analisis dilakukan dengan menggunakan software JMP, versi 8.0.1 (SAS Institute).
RESULT
Studi Intervensi
Sebanyak 4640 pasien mengalami randomisasi dan dimasukkan dalam analisis
(Gambar 1). Detail tentang gizi pasien yang diberikan menurut protokol penelitian, yang
ditunjukkan pada Gambar 2 (juga Gambar. 1 di Tambahan yang dilampiran). Pasien dalam
kelompok inisiasi akhir diperlukan rata-rata 31 IU insulin (kisaran interkuartil 19-48) per hari
untuk mencapai sasaran kadar glukosa darah, dengan rata-rata (± SD) level glukosa darah 102
± 14 mg per desiliter (5,7 ± 0,8 mmol per liter), dibandingkan dengan rata-rata 58 IU insulin
(kisaran interkuartil, 40 sampai 85), untuk darah rata-rata kadar glukosa 107 ± 18 mg per
desiliter (5,9 ± 1,0 mmol per liter) dan pada kelompok inisiasi awal (P <0,001 untuk kedua
perbandingan). Tingkat serum kalium,fosfor, dan magnesium adalah serupa pada kedua
kelompok studi (data tidak ditampilkan).
Keamanan Hasil
Kedua kelompok studi memiliki kesamaan tingkat kematian di ICU dan rumah sakit
dan pada 90 hari (Tabel 2, dan Gambar.2 dalam Lampiran Tambahan). Namun, proporsi
pasien yang keluar dari ICU dalam keadaan sehat dalam waktu 8 hari itu lebih tinggi pada
kelompok akhir-inisiasi, meskipun hipoglikemia meningkat pada pasien kelompok ini.
Tingkat komplikasi yang berhubungan dengan nutrisi adalah serupa pada kedua kelompok,
dan tidak terdapat samping yang serius yang dapat dikaitkan dengan intervensi studi.
Hasil Primer
Median dari rawat inap di ICU adalah 1 hari lebih pendek pada kelompok akhir-
inisiasi dibandingkan kelompok awal inisiasi, yang tercermin dalam peningkatan relative dari
6,3% pada kemungkinan debit sebelumnya yang hidup dari rasio (ICU hazard, 1,06; 95%
confidence interval [CI], 1,00-1,13, P = 0,04) (Tabel 2 dan Gambar. 3). Efek ukuran ini
adalah serupa (Peningkatan kemungkinan 6,9%) setelah penyesuaian untuk hipoglikemia.
Hasil Sekunder
Sedikit pasien dalam kelompok inisiasi akhir diperoleh infeksi baru (dalam aliran
darah saluran udara atau paru-paru atau luka) di ICU, tapi terjadinya respon inflamasi akut
lebih jelas dari pada kelompok awal-inisiasi (Tabel 2). Durasi ventilasi mekanis dan jalannya
terapi pengganti ginjal yang lebih pendek di akhir-inisiasi kelompok. Banyak pasien dalam
kelompok late initiation tersebut memiliki hiperbilirubinemia (> 3 mg per desiliter), dan
secara klinis lebih kecil dalam peningkatan γ-glutamyltransferase atau alkali fosfatase.
Jumlah pasien dengan peningkatan aminotransferase serupa pada kedua kelompok (Tabel 5 di
Lampiran Tambahan).
Durasi rata-rata rawat inap adalah 2 hari lebih pendek pada kelompok akhir-inisiasi
dibandingkan kelompok awal-inisiasi, yang tercermin dalam peningkatan relatif 6,4% di
kemungkinan keluar lebih awal dari rumah sakit. (Rasio hazard, 1,06, 95% CI, 1,00-1,13, P =
0,04) (Tabel 2). Status fungsional yang dinilai dari 6-menit berjalan kaki dan aktivitas sehari-
hari pada saat dikeluarkan dari rumah sakit dalam waktu dekat, adalah serupa dalam dua
kelompok belajar. Akhir inisiasi dari nutrisi parenteral menghasilkan penurunan rata-rata
dalam biaya perawatan kesehatan total € 1.110 (sekitar $ 1.600) per pasien (Tabel 2).
Analisa Subkelompok
Analisis subkelompok Predefined mengungkapkan tidak ada heterogenitas untuk hasil
primer atau untuk keamanan hasil (Tabel 6 di Tambahan yang Lampiran). Dalam analisis
subkelompok pasca hoc, kami membandingkan akhir inisiasi nutrisi parenteral dengan
inisiasi dini pada pasien yang pemberiaan nutrisi enteral awal, pembedahan adalah
kontraindikasi. (517 pasien yang terjadi komplikasi dan menjalani operasi pulmonary,
esophageal, abdominal, atau pelvicesophageal dan yang memiliki skor APACHE II rata-rata
dari 27 ± 11). Bersama-sama, subkelompok yang berisiko tinggi ini diduga menerima rata-
rata 0 kkal (kisaran interkuartil, 0 sampai 163) per hari dari nutrisi enteral per hari . Diantara
pasien ini, tingkat infeksi lebih rendah pada kelompok inisiasi akhir (29,9%) dibandingkan
dengan kelompok inisiasi dini (40,2%, P = 0,01). Pada kelompok inisiasi akhir, terjadi
peningkatan relatif 20% dalam kemungkinan dari pasien yang hidup keluar dari ICU (rasio
hazard, 1,20, 95% CI, 1,00-1,44; P = 0,05, P = 0,11 untuk interaksi) (Tabel 6 di Tambahan
Lampiran).
DISKUSI
Kami menemukan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan pada angka kematian
antara kelompok inisiasi terlambat dan inisiasi dini dalam pemberian nutrisi parenteral antara
pasien yang berada di ICU yang berisiko untuk malnutrisi, meskipun penggunaan makanan
enteral dini ditambah mikronutrien dalam protokol yang mencegah hiperglikemia. Namun,
penahanan nutrisi parenteral sampai 8 hari dikaitkan dengan sedikit infeksi di ICU tetapi
lebih tinggi derajat peradangan akut. Terlambatnya inisiasi nutrisi parenteral juga terkait
dengan durasi yang lebih singkat dalam penggunaan ventilasi mekanis pemendekan
rangkaian terapi pengganti ginjal, pemendekan tinggal di ICU meskipun sedikit peningkatan
di episode hipoglikemik, pemendekan tinggal di rumah sakit tanpa penurunan status
fungsional, dan mengurangi biaya perawatan kesehatan.
Hasil penelitian kami tidak mendukung kesimpulan sebelumnya dalam studi
observasional yang sebelumnya yang menyatakan, pencapaian target gizi lebih awal
meningkatkan hasil untuk pasien sakit kritis. Studi observasional seperti itu, tidak bisa
membedakan antara sebab dan akibatnya, karena pasien yang sakit sering tidak bisa
mentolerir enteral nutrisi. Asosiasi tersebut juga membentuk dasar rekomendasi pada pasien
yang kritis harus menjalani inisiasi dini enteral dengan tabung pengisi dan bahwa pasien
dengan cukup nutrisi enteral harus menerima awal parenteral suplementasi. Dalam penelitian
kami, meskipun 'status vital pasien tidak terpengaruh, semua morbiditas primer dan sekunder
pada titik akhir menunjukkan bahwa nutrisi parenteral awal tidak menguntungkan. Seperti
factor massa indek tubuh, resiko keparahan nutrisi, dan ada atau tidak adanya sepsis tidak
akan mempengaruhi hasil, yang menunjukkan bahwa temuan kami memiliki aplikasi umum.
Selain itu, pengaruh inisiasi parenteral nutrisi akhir pada kohort dalam jumlah besar pasien
yang mengalami operasi jantung adalah sama dengan kelompok diagnostik lainnya.
Subkelompok pasien yang pemberian nutrisi enteral dini secara pembedahan
merupakan kontraindikasi muncul dengan manfaat yang lebih besar dari inisiasi akhir nutrisi
parenteral dibanding pasien lain, mungkin karena seperti pasien di kelompok awal inisiasi
kelompok menerima jumlah terbesar dari parenteral nutrisi. Kemungkinan lain, tidak
diberikannnya macronutrients pada tahap awal dari penyakit kritis, terlepas dari rute gizi,
dapat meningkatkan kesembuhan. Kami berspekulasi bahwa peningkatan terjadinya infeksi
dan pemulihan yang tertunda dari kegagalan organ berkaitan dengan pemberian nutrisi
parenteral awal yang dapat dijelaskan oleh penindasan autophagy, dengan pembersihan yang
tidak memadai oleh kerusakan sel dan microorganisms. Protokol untuk studi kami
menargetkan normoglikemia. Dimana target glukosa darah meningkat akan mempengaruhi
hasil dari percobaan secara spekulatif. Namun, akan terdapat resiko peningkatan kadar
glukosa darah dengan menambah nutrisi parenteral awal.
Penelitian kami memiliki keterbatasan tertentu. Pertama, nutrisi parenteral yang kita
gunakan tidak mengandung Glutamine atau senywa modulasi kekebalan spesifik. Melainkan
mencerminkan parenteral nutrisi yang diberikan dalam praktek sehari-hari. Data yang
mendukung pemberian glutamine masih tetap controversial. Kedua, penggunaan standar
produk nutrisi parenteral premixed menghasilkan rasio protein disbanding energi yang relatif
rendah (Gbr. 1 dalam Lampiran Tambahan). Namun, Bukti tingkat tinggi dari peningkatan
hasil dengan meningkatkan dosis protein saat ini masih kurang. Ketiga, jumlah nutrisi yang
dihitung tanpa pengukuran pengeluaran energi dengan menggunakan kalorimetri tidak
langsung, suatu teknik yang tidak direkomendasikan oleh guideline berbasis bukti. Akhirnya,
karena sifat dari penelitian studi, pasien atau mereka yang ditunjuk sebagai perwakilan dan
petugas ICU menyadari tugas dalam kelompok studi.
Kesimpulannya, inisiasi dini nutrisi parenteral untuk melengkapi nutrisi enteral yang
tidak cukup selama minggu pertama setelah masuk ICU pada pasien dengan penyakit yang
kritis pada risiko kekurangan gizi tampaknya akan lebih buruk dibandingkan dengan strategi
penghentian nutrisi parenteral sampai hari 8, yang disertai pemberian vitamin, trace element,
dan mineral. Nutrisi parenteral lanjut dikaitkan dengan lebih sedikit terjadinya infeksi,
peningkatan pemulihan, dan biaya perawatan kesehatan yang lebih rendah.