135119204-referat-ujian

Upload: fariz-aiz-munandar

Post on 15-Oct-2015

11 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

REFERATSKIZOFRENIA PARANOID

UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA(UKRIDA)

PEMBIMBINGDR DAN HIDAYAT, SpKJ

DISUSUN OLEHNOR SHAKILLA BINTI ARJUNAIDI ( 11-2011-248)

KEPANITERAAN ILMU KEDOKTERAN JIWAFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANAJAKARTA, 14 JANUARI 16 FEBRUARI 2013

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan berkat-Nya saya dapat menyelesaikan referat ini dengan baik. Referat ini berjudul Skizofrenia Paranoid. Referat ini dibuat juga untuk sebagai salah satu syarat kelulusan pada kepaniteraan klinik Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana.

Pada kesempatan ini, saya ini mengucapkan terima kasih kepada dr Dan Hidayat, SpKJ sebagai dokter pembimbing kepaniteraan klinik Ilmu Kedokteran Jiwa. Saya juga ingin berterima kasih kepada dr Adhi Wibowo Nurhidayat, SpKJ, dr Imelda, SpKJ dan dr Carlamia,SpKJ sebagai dokter pembimbing kepaniteraan klinik Ilmu Kedokteran Jiwa di RS Ketergantungan Obat, Cibubur, Jakarta Timur. Tidak lupa juga kepada semua dokter-dokter kesehatan jiwa di Universitas Kristen Krida Wacana dan RS Ketergantungan Obat, Cibubur yang turut membantu dalam pembuatan referat ini. Dengan kerjasama daripada koas Ilmu Kedokteran Jiwa dan perawat-perawat di RS Ketergantungan Obat, Cibubur, sedikit sebanyak membantu saya dalam menyelesaikan referat ini.

Referat ini tentulah masih banyak kekurangannya dari segi semua aspek. Untuk itu, saya berharap saran, kritik yang dapat membangunkan agar saya dapat membuat referat yang lebih baik. Harapan saya dari referat ini dapat memberi manfaat dan menambah wawasan bagi pembaca.

Jakarta, 8 Februari 2013

(Nor Shakilla Binti Arjunaidi)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar.. 1

Daftar Isi... 2

Bab I : PendahuluanLatar Belakang 3

Bab II : PerbahasanDefinisi.. 4Etiologi 4-6 Perjalanan Penyakit 6Gambaran Klinis.. 7 - 9Kriteria Diagnostik... 9- 11Diagnosa Banding. 11Penatalaksanaan 12- 14Prognosis 14-15

Bab III : PenutupKesimpulan. 16

Bab IV Daftar Pustaka 17

BAB IPENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Skizofrenia merupakan gangguan psikotik yang paling sering ditemukan. Gejala skizofrenia biasanya muncul pada usia remaja akhir atau dewasa muda. Awitan pada laki-laki biasanya antara 15-25 tahun dan 25-35 tahun pada perempuan. Prognosis biasanya lebih buruk pada laki-laki bila dibanding dengn perempuan. Awitan setelah umur 40 tahun jarang terjadi.1

Ada beberapa cara untuk menegakkan diagnosis. Pedoman untuk menegakkan diagnosis adalah DSM-IV (Diagnostic and statistical manual dan PPDGJ-III atau ICD-IX. Dalam DSM-IV terdapat criteria objektif dan spesifik untuk mendefinisikan skizofrenia. Diagnosis berdasarkan gejala atau deskripsi klinis dan merupakan suatu sindrom.1

Etiologi skizofrenia belum pasti. Berdasarkan penelitian ada beberapa faktor yang dipertimbangkan yaitu faktor biologik, genetik dan fenomenologik. Skizofrenia mempunyai prevalensi sebesar 1% dari populasi di dunia (rata-rata 0,85%) dengan angka insidensi skizofrenia adala 1 per 10 000 orang per tahun. Prevalensi skizofrenia berdasarkan jenis kelamin, ras dan budaya adalah sama. Wanita cenderung mengalami gejala yang lebih ringan, lebih sedikit rawat inap dan fungsi sosial yang lebih baik di komunitas dibanding dengan laki-laki. Onset skizofrenia pada laki-laki terjadi lebih awal daripada wanita di mana onset laki-laki diantara usia 15-25 tahun dan 25-35 tahun bagi wanita. Skizofrenia jarang terjadi pada penderita berusia kurang 10 tahun atau lebih 40 tahun.

Penderita skizofrenia kira-kira 50% berusaha membunuh diri dan 10% berhasil melakukannya. Faktor risiko yang meningkatkan terjadinya kasus bunuh diri adalah gejala depresi, usia muda, halusinasi dengar, usaha bunuh diri sebelumnya, tinggal sendiri, perbaikan setelah relaps dan laki-laki.

BAB IIPERBAHASAN

DEFINISI

Skizofrenia berasal dari bahasa Yunani, schizein yang berarti terpisahatau pecah, dan phren yang artinya jiwa. Pada skizofrenia terjadi pecahnya atau ketidakserasian antara afeksi, kognitif dan perilaku.

Skizofrenia ialah suatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab dan perjalanan penyakit yang luas serta sejumlah akibat yang tergantung pada peimbangan pengaruh genetik, fisik dan sosial budaya.3

Pada umumnya ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan karateristik dari pikiran dan persepsi, serta oleh afek yang tidak wajar atau tumpul. Kesadaran yang jernih dan kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara walaupun kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang kemudian. 3

ETIOLOGI

Belum ditemukan etiologi yang pasti mengenai skizofrenia. Ada beberapa hasil penelitian yang dilaporkan pada saat ini yaitu :

1. BiologiSetakat ini tidak ada gangguan fungsional dan struktur yang patognomonik ditemukan pda penderita skizofrenia. Meskipun begitu pada satu subpopulasi dapat ditemukan gangguan organik. Gangguan yang paling banyak ditemukan dalam subpopulasi ini ialah pelebaran ventrikel ketiga dan lateral yang stabil dan dapat ditemukan sebelum awitan penyakit. Atrofi bilateral lobus temporal medial, lebih spesifik ialah girus parahipokampus, hipokampus dan amigdala, disorientasi spasial sel pyramid hipokampus dan penurunan volume korteks prefrontal dorsolateral. Beberapa penelitian mengatakan semua perubahan ini telah dibawa sejak lahir dan pada beberapa kasus perjalanannya prgresif. Pada skizofrenia, gangguan hipokampus dikaitkan dengan impermen memori dan atrofi lobus frontalis berkaitan dengan gejala negative skizofrenia.1 Kemaknaan penemuan ini belum diketahui tetapi ini menunjukkan adanya dasar biologi dan heterogenitas skizofrenia.

Gambar 1. Abnormalitas otak pada pasien skizofrenia.

2. BiokimiaEtiologi biokimia skizofrenia belum diketahui. Hipotesis paling banyak yaitu gangguan neurotransmitter sentral yaitu terjadinya peningkatan aktivitas dopamine sentral (hipotesis dopamin). Hipotesis ini dibuat berdasarkan 3 penemuan yaitu :a. Efektivitas obat neuropeltik pada skizofrenia bekerja memblok reseptor dopamine pasca sinaps (tipe D2).b. Terjadinya psikosis akibat penggunaan amfetamin. Psikosis jadi sukar dibedakan secara klinis dengan psikosis skiofrenia paranoid akut. Amfetamin melepaskan dopamine sentral dan memperburuk skizofrenia.c. Adanya peningkatan jumlah reseptor D2 di nucleus kaudatus, nucleus akumben dan putamen pada skizofrenia.

Teori lain yaitu terjadinya peningkatan serotonin di susunan saraf pusat (5-HT2A) dan kelebihan NE di forebrain limbik.1

3. GenetikSkizofrenia mempunyai komponen yang diturunkan secara bermakna, kompleks dan poligen.2 Sesuai dengan penelitian hubungan darah (konsanguinitas), skizofrenia adalah gangguan yang bersifat keluarga. Semakin dekat hubungan kerabat semakin tinggi risiko. Pada anak kembar, kembar monozigot berisiko 4-6 kali lebih tinggi dibanding kembar dizigot. Frekuensi kejadian gangguan non-psikotik meningkat pada keluarga skizofrenia dan secara genetik dikaitkan dengan gangguan kepribadian ambang dan skizotipal, gangguan obsesif-kompulsif dan kemungkinan ada hubungannya dengan gangguan kepribadian paranoid dan dissosial.

4. Faktor keluargaKekacauan dan dinamkia keluarga memegang peranan penting dalam menimbulkan kekambuhan dan mempertahankan remisi. Pasien yang pulang ke rumah sering relaps pada tahun berikutnya dibanding pasien yang ditempatkan di Panti penitipan. Pasien yang berisiko ialah pasien yang tinggal dnegan keluarga yang hostil, mempelihatkan cemas yang berlebihan, sangat protektif terhadap pasien, terlalu ikut campur dan terlalu mengkritik. Pasien skizofrenia sering tidak dibebaskan keluarga.

PERJALANAN PENYAKIT

Perjalanan penyakit skizofrenia dapat diklasifikasikan sebagai penyakit berlangsung terus-menerus, episodik dengan atau tanpa gejala residual di antara episode atau episode tunggal dengan remisi sempurna atau parsial. Gejala cenderung tumpang tindih dan diagnosis dapat berpindah dari satu subtipe ke subtipe lain sesuai dengan perjalanan waktu. Akhirnya setelah bertahun-tahun, gejala klinis pada beberapa pasien cemderung berubah menjadi gambaran umum seperti penarikan diri dari hubungan sosial, afek datar, pikiran idiosinkrasi dan adanya impermen fungsi sosial dan personal (pada waktu yang sama, perjalanan penyakit menjadi lebih stabil dengan gejala-gejala akut lebih sedikit dan episode kekambuhan lebih jarang).1GAMBARAN KLINIS

Skizofrenia merupakan penyakit kronik. Sebagian kecil dari kehidupan mereka berada dalam kondisi akut dan sebagian besar penderita berada lebih lama dalam fase residual yaitu fase yang memperlihatkan gambaran penyakit yang ringan. Selama periode residual, pasien lebih menarik diri atau mengisolasi diri dan berperilaku aneh. Gejala-gejala penyakit biasanya terlihat jelas oleh orang lain.

Pasien dapat kehilangan pekerjaan dan teman karena dia tidak berminat dan tidak mampu berbuat sesuatu atau karena sikapnya aneh. Pemikiran dan perbicaraan mereka samar-samar sehingga mereka tidak dapat dimengerti. Mereka mungkin mempunyai kekuatan yang salah dan tidak dapat dikoreksi. Misalnya mereka meyakini bahwa mereka mempunyai suatu kekuatan dan sensitivitas khusus dan mempunyai pengalaman mistik.1

Pasien dapat mengalami anhedonia yaitu ketidakmampuan merasakan rasa senang. Pasien mungkin mengalami deteriorasi yaitu pemburukan yang terjadi secara beransur-ansur. Episode pertama psikotik sering didahului oleh suatu periode misalnya perilaku dan pikiran eksentrik. Skizofrenia sering memperlihatkan berbagai campuran gejala-gejala seperti berikut :1

1. Gangguan pikirana. Gangguan proses pikirPasien biasanya mengalami gangguan proses pikir. Pikiran mereka sering tidak dapat dimengerti oleh orang lain dan terlihat tidak logis. Tanda-tandanya ialah : Asosiasi longgar : Ide pasien sering tidak menyambung. Ide tersebut seolah dapat melompat dari satu topik ke topik yang lain yang tidak berhubungan sehingga membingungkan pendengar. Pemasukan berlebihan : Arus pikiran pasien secara terus-menerus mengalami gangguan karena pikirannya sering dimasuki oleh informasi yang tidak releven. Neologisme : Pasien menciptakan perkataan baru di ma bagi pasien mungkin mengandungi arti simbolik. Blocking : Perbicaraan tiba-tiba berhenti. Perhatian pasien juga sering mudah teralih dan jangka waktu atensinya singkat. Ekolalia : Pasien mengulangi kata atau kalimat yang baru diucapkan oleh seseorang. Alogia : Pasien berbicara sangat sedikit tetapi bukan disebabkan oleh retensi yang disengajakan atau dapat berbicara dalam jumlah normal tetapi ide sangat sedikit disampaikan.b. Gangguan isi pikir WahamWaham adalah suatu kepercayaan palsu yang menetap yang tidak sesuai dengan fakta dan kepercayaan tersebut aneh atau tidak aneh dan tetap dipertahankan meskipun telah diperlihatkan bukti yang jelas untuk mengoreksinya. Waham sering ditemukan pada gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk waham yang spesifik sering ditemukan pada skizofrenia. Semakin akut skizofrenia semakin sering ditemukan waham.

2. TilikanKebanyakan pasien skizofrenia tidak menyadari penyakitnya serta kebutuhannya terhadap pengobatan meskipun gangguan yang ada dapat dilihat oleh orang lain.

3. Gangguan persepsi HalusinasiHalusinasi yang paling ditemukan ialah halusinasi auditorik tetapi bisa juga penglihatan, perabaan atau penciuman. Halusinasi auditorik dapat pula berupa komentar tentang pasien atau peristiwa sekitar pasien. Ilusi dan depersonalisasiPasien juga dapat mengalami ilusi atau depersonalisasi. Ilusi yaitu adanya misinterpretasi pasca indera terhadap objek. Depersonalisasi yaitu adanya perasaan asing terhadap diri sendiri.

4. Gangguan emosiPasien skizofrenia dapt memperlihatkan berbagai emosi dan dapat berpindah dari satu emosi ke emosi lain dalam waktu yang singkat. Ada 3 afek dasar yang sering yaitu : Afek tumpul atau datar : Ekspresi emosi pasien sangat sedikit. Afek tidak serasi : Afeknya mungkin bersemangat atau kuat tetapi tidak sesuai dengan pikiran dan permbicaraan pasien. Afek labil : Dalam jangka pendek terjadi perubahan afek yang jelas.

5. Gangguan perilakuBerbagai perilaku tidak sesuai atau aneh dapat dilihat seperti gerakan tubuh yang aneh, wajah menyeringai, perilaku ritual, agresif dan lain-lain. Skizofrenia dapat berlangsung beberapa bulan atau bertahun-tahun (lebih sering). Sebagian besar pasien-pasien skizofrenia yang dalam keadaan remisi dapat memperlihatkan tanda-tanda awal kekambuhan yaitu peningkatan kegelisahan, penurunan nafsu makan, depresi ringan, anhedonia, tidak bisa tidur dan konsentrasi terganggu.

KRITERIA DIAGNOSTIK

Untuk menegakkan diagnosis skizofrenia, pasien harus memenuhi kriteria DSM-IV atau ICD X. Berdasarkan DSM-IV :1. Berlangsung paling sedikit 6 bulan.2. Penurunan fungsi yang cukup bermakna yaitu dalam bidang pekerjaan, hubungan interpersonal dan fungsi kehidupan pribadi.3. Pernah mengalami prikotik aktif dalam bentuk yang khas selama periode tersebut.4. Tidak ditemukan gejala-gejala yang sesuai skizoaktif, gangguan mood major, autism atau gangguan organik.

Semua pasien skizofrenia sebaliknya digolongkan ke dalam salah satu dari subtipe yang telah disebutkan di atas. Subtipe ditegakkan berdaasarkan atas manifestasi perilaku yang paling menonjol.

Skizofrenia berdasarkan PPDGJ-III.Menurut PPDGJ-III, pasien harus paling sedikit 1 gejala yang amat jelas atau 2 atau lebih gejala sekiranya gejala tersebut kurang tajam selama waktu 1 bulan atau lebih.3a. Pikiran anehb. Waham anehc. Halusinasi auditorikd. Waham menetap jenis lainnya yang menurut budaya setempat dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau politik tertentu atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia biasa.

Atau paling sedikit menurut PPDGJ-III 2 gejala di bawah ini yang harus ada secara jelas selama waktu 1 bulan atau lebih yaitu :a. Halusinasi yang menetap dari pancaindera apa saja apabila disertai oleh waham yang mengambang atau setengah tanpa kandungan afektif yang jelas atau disertai ide-ide berlebihan yang menetap atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan secara terus menerus.b. Arus pikiran yang terputus atau yang mengalami sisipan yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak releven atau neologismec. Perilaku katatonik seperti keadaan gaduh-gelisah, posisi tubuh tertentu atau fleksibilitas cerea, negativism, mutisme dan stupor.d. Gejala-gejala negatif seperti sikap sangat apatis, bicara sangat jarang dan respons emosional yang tumpul atau tidak wajar, biasanya menyebabkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika.

Skizofrenia Paranoid berdasarkan PPDGJ-II.

1. Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia.2. Sebagai tambahan : a. Halusinasi dan/atau waham harus menonjol Suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah atau halusnasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit (whistling), mendengung (humming) atau bunyi tertawa (laughing). Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa atau bersifat seksual atau lain-lain perasaan tubuh, halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang menonjol. Waham berupa hampir setiap jenis tetapi waham dikendali (delusion of control), dipengaruhi (delision of influence) atau passivity (delusion of passivity) dan keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam adalah yang paling khas.b. Gangguan afektif, dorongan kehendak dan permbicaraan serta gejala katatonik secara relative tidak nyata atau menonjol.

Skizofrenia Paranoid berdasarkan DSM-IV.

Tipe ini paling stabil dan paling sering. Awitan subtipe ini biasanya terjadi lebih belakangan bila dibandingkan dengan bentuk-bentuk skizofrenia yang lain. Gejala terlihat sangat konsisten, sering paranoid, pasien dapat atau tidak bertindak sesuai dengan wahamnya. Pasien sering tak kooperatif dan sulit untuk mengadakan kerjasama dan mungkin agresif, marah atau ketakutan tetapi jarang sekali memperlihatkan perilaku inkoheren atai disorganisasi. Waham dan halusinasi menonjol sedangkan afek dan pembicaraan hampir tidak terpengaruh. Beberapa contoh gejala paranoid yang sering ditemukan : 1,2a. Waham kejar, waham rujukan, waham kebesaran, waham dikendalikan, waham cemburu dan waham dipengaruhi.b. Halusinasi auditorik berupa ancaman, perintah atau menghina.

DIAGNOSA BANDING

Skizofrenia harus dibedakan dengan semua kondisi yang menimbulkan psikosis aktif. Semua kemungkinan-kemungkinan harus hati-hati disisihkan misalnya gangguan skizoafektif, gangguan afektif berat dan kondisi organik yang sangat mirip skizofrenia.1

PENATALAKSANAAN

1. Psikofarmaka

Skizofrenia diobati dengan antipsikotika. Obat ini dibagi dalam 2 kelompok berdasarkan mekanisme kerjanya yaitu dopamin reseptor antagonis (anti-psikotika generasi pertama/konvensional/tipikal) dan serotonin-dopamin antagonis (anti-psikotika generasi kedua/baru/atipikal). Sebaiknya skizofrenia diobati dengan anti-psikotika tipikal dengan kisaran dosis ekuivalen klorpromazin 300-600 mg/hari atau kadang-kadang mungkin lebih. Pemeliharaan dengan dosis rendah mungkin diperlukan setelah kambuh kali pertama. Dosis pemeliharaan sebaiknya diteruskan untuk beberapa tahun.

Obat anti-psikotika tipikal berguna terutama untuk mengontrol gejala positif sedangkan gejala negatif hampir tidak bermanfaat. Obat anti psikotika atipikal bermanfaat baik untuk gejala postif maupun negatif. Golden standard yang baru ialah obat anti-psikotika atipikal meskipun harganya mahal tetapi manfaatya lebih besar. Obat anti-psikotika atipikal lebih efektif dan efek sampingnya lebih ringan dan dapat digunakan secara aman tanpa memerlukan pemantauan jumlah sel darah putih setiap minggu.

Gambar 2. Efek samping obat antipsikotik yang memblokir resptor D2.Obat generasi pertama/tipikal/konvensionalNama ObatSediaan(mg)Dosis ekivalenDosis(perhari)EfekSedasiEkstrapiramidalSindromAntikolinergikHipotensi Ortostatik

Klorpromazin20-100 100 mg200-800+++++++++

Trifluperazin1,5, 55 mg5- 30++++++

Haloperidol1-5 2 mg2-20++++++

Obat generasi kedua/atipikal/baruNama ObatSediaan (mg)Dosis(perhari)EfekSedasiEkstrapiramidalSindromAntikolinergikHipotensi Ortostatik

Risperidon1,2,31-6+0/+0/++

Klozapin25-100300-900+0/+++++++

Olanzapin5-105-20+0/++/+++

Quetiapin25-100150-600+0/+0/++

Aripripazol10-1510-3000/+00

Zolepine25-5075-300++0/+0/+0

2. Terapi fisikDapat juga bermanfaat untuk mengontrol dengan cepat beberapa psikosis akut dan untuk beberapa pasien skizofrenia yang tidak berespons dengan obat-obatan.1

3. PsikoterapiMetode terapi psikososial berorientasi suportif sangat bermakna terutama untuk terapi jangka panjang. Pasien skizofrenia harus didekati secara baik dengan penuh empati dan hubungan yang nyaman harus dibangunkan dengan pasien. Komunikasi yang baik dengan pasien sangat diperlukan seperti :a. Katakan kepada pasien agar dia santai. Berikan kesan kepada pasien bahwa anda percaya bahwa dia dapat berespon baik terhadap anda.b. Ajukan soalan yang lebih spesifik untuk mengidentifikasi ketakutan dan perhatikan tetapi jangan terlibat dengan diskusi panjang tentang waham dan halusinasi yang kompleks.c. Lakukan observasi khusus tentang perilaku pasien misalnya anda terlihat takut atau anda tampak marah tetapi jangan terlibat dalam intepretasi yang berlebihan. Jangan buat kesimpulan yang salah tentang keadaan emosi dati afek yang tidak serasi.d. Jelaskan kepada pasien apa yang dilakukan terhadapnya dan mengapa anda melakukannya.e. Bila percakapan berlangsung tetapi pasien menolak untuk berbicara, hentikan wawancara dengan memberikan harapan posritif seperti anda akan kembali berbicara setelah perasan pasien lebih stabil atau setelah pasien mahu berbicara.

Bila memungkinkan lebih baik pasien skizofrenia dirawat jalan saja tetapi sekiranya berada dalam keadaan delirium, ancaman bunuh diri atau membunuh hindari hospitalisasi yang terlalu lama. Efek buruk hospitalisasi kronik sangat jelas seperti regresi, sangat menarik diri, kehilangan ketrampilan dan lain-lain. Selama dirawat biarkan pasien sebebas mungkin tetapi dibatasi di lingkungan yang aman. Lingkungan adalah tempat untuk pasien mengembangkan ketrampilan, mempertahankan interpersonal dan mempelajari metode copping yang baru.1,4

PROGNOSISSkizofrenia merupakan gangguan yang bersifat kronis. Pasien secara beransur-ansur menjadi semakin menarik diri dan tidak berfungsi. Pasien dapat mempunyai waham yang ringan dan halusinasi yang tidak begitu menonjol (samar-samar). Sebagian gejala akut dan gejala dramatik akan hilang dengan berjalannya waktu tetapi pasien menghabiskan waktu selama bertahun-tahun di rumah sakit sama ada dirawat berulang kalai atau kontrol ke poliklinik.4

Sebelumnya, skizofrenia dibedakan antara skizofrenia proses dan skizofrenia reaktif. Skizofrenia proses ialah skizofrenia dimana terjadi beransur-ansur dan perjalanan penyakit kronis manakala skizofrenia reaktif awitannya lebih cepat dan prognosisnya lebih baik. Selain itu juga skizofrenia dibedakan dengan gejalanya yaitu gejala positif dan gejala negatif. Gejala positif seperti halusinasi, waham, perilaku aneh dan lain-lain biasanya berespon baik dengan obat antipsikotika konvensional manakala gejala negatif seperti aferk datar, miskin perbicaraan, anhedonia, penarikan diri dari sosial dan lain-lain bias anya berespon lebih baik dengan obat antipsikotika yang baru.1

Gambaran klinis yang dikaitkan dengan prognosis baik ialah : Awitan gejala psikotik yang terjadi secara mendadak. Awitan terjadi setelah umur 30 tahun, terutama kepada perempuan. Fungsi pekerjaan dan sosial sebelum sakit baik. Performa sebelumnya tetap merupakan prediktor terbaik untuk meramalkan performa di masa datang. Kebingungan sangat jelas dan gambaran emosi menonjol selama episode akut (gejala positif) Tidak ada riwayat penyakit keluarga yang menderita skizofrenia.2

BAB IIIPENUTUP

Sistem suportif pasien skizofrenia harus berasal dari pelbagai sumber termasuk dalam keluarga, tenaga medis professional, teman dan lingkungan sosial. Oleh karena banyak pasien yang tinggal dengan keluarga, maka keluarga adalah system support primer pada pasien skizofrenia. Kebanyakkan pasien skizofrenia tidak mengalami remisi sempurna dari symptom yang dialami tetapi simptom ini dapat diatasi dengan penanganan terapi psikofarmakologi dan psikososial.5

BAB IVDAFTAR PUSTAKA

1. Nurmiati Amir. Skizofrenia. Buku Ajar Psikiatri. Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2010. hal 170-96.2. Cancro R, Lehmann H. Schizophrenia. Comprehensive Textbook of Phychiatry, Sadock BJ, Saddock VA, edit, Seventh Edition, Lippncott Williams & Wilkins, A Wolters Kluwer Company Philadelphia. 2000. hal 1169-89.3. Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III. Departmen Kesehatan RI. hal 103-18.4. Robert M. Murray, Peter B. Jones, Ezra Susser, Jim van Os, Marry Cannon. The epidemiology of Schizophenia diunduh tanggal 2 November 2012 terbitan 2003. URL : http://assets.cambridge.org/97805217/75403/sample/9780521775403ws.pdf. 5. Grohol JM. Psychosocial Treatment for Schizophenia diunduh tanggal 2 November 2012 terbitan 10 Disember 2006. URL : http://www/ehow.com/way_5289422_psychosocial-treatment-schizophrenia.html.

Referat Skizofrenia Paranoid3