digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iv pernyataan...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
KEBIJAKAN PEMERINTAH TENTANG PENYEDIAAN
FASILITAS OLAHRAGA DI KABUPATEN KETAPANG
( Analisis tentang Perencanaan, Ketersediaan, Pemanfaatan dan
Pengelolaan Fasilitas Olahraga )
TESIS
Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister
Program Studi Ilmu Keolahragaan
Oleh :
Whalsen Duli Agus Lauh
A 121108039
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2013
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI
Saya menyatakan bahwa :
1. Tesis yang berjudul : ”KEBIJAKAN PEMERINTAH TENTANG
PENYEDIAAN FASILITAS OLAHRAGA DI KABUPATEN
KETAPANG” ini adalah karya penelitian saya sendiri dan bebas plagiat,
serta tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk
memperoleh gelar akademik serta tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali secara tertulis
digunakan sebagai acuan dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber
acuan serta daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat
dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan (Permendiknas N0 17, tahun
2010)
2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi Tesis pada jurnal atau forum ilmiah
lain harus seijin dan menyertakan tim pembimbing atau author dan PPs
UNS sebagai institusinya. Apabila dalam waktu sekurang-kurangnya satu
semester (enam bulan sejak pengesahan Tesis) saya tidak melakukan
publikasi dari sebagian atau keseluruhan isi Tesis ini, maka Prodi Ilmu
Keolahragaan PPs UNS berhak mempublikasikannya pada jurnal ilmiah
yang diterbitkan oleh Prodi Ilmu Keolahragaan PPs UNS. Apabila saya
melakukan pelanggaran dari ketentuan publikasi ini, maka saya bersedia
mendapatkan sanksi akademik yang berlaku.
Surakarta, 18 Februari 2013
Mahasiswa
Whalsen Duli Agus Lauh
A.121108039
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT, Tesis ini dapat diselesaikan
dengan baik. Banyak kendala dalam penyusunan Tesis ini, namun berkat bantuan
dari berbagai pihak akhirnya kendala tersebut dapat teratasi. Atas segala
bantuannya disampaikan terima kasih kepada yang terhormat :
1. Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta Prof. Dr. Ravik Karsidi MS.
2. Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta Prof. Ir.
Ahmad Yunus, M.Sc., Ph.D yang telah memberikan ijin penyusunan Tesis ini
3. Ketua Program Studi Ilmu Keolahragaan Program Pascasarjana Universitas
Sebelas Maret Surakarta Dr. Agus Kristiyanto M.Pd
4. Prof. Dr. Sugiyanto sebagai Pembimbing I atas segala perhatian dan
bimbingannya.
5. Prof. Dr. Kiyatno, dr. PAK. M.Or. AIFO sebagai Pembimbing II atas segala
arahan dan bimbingannya.
6. Bupati Kabupaten Ketapang Drs. Henrikus M.Si yang telah memberikan ijin
penelitian di Kabupaten Ketapang
7. KaDISBUDPARPORA Bapak Yudo Sudarto SP. M.Si dan Ketua KONI
Kabupaten Ketapang Bapak Padli Atiep atas segala bentuk kejasama dan
informasi yang diberikan.
8. Rekan-rekan Prodi Ilmu Keolahragaan angkatan 2011 PPs UNS yang telah
membantu dalam menyelesaikan penyusunan Tesis ini.
9. Berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Semoga amal kebaikan tersebut mendapat imbalan dari Allah SWT.
Harapan penulis, semoga Tesis ini bermanfaat bagi perkembangan olahraga di
Kabupaten Ketapang dan perkembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu
keolahragaan.
Surakarta, Februari 2013
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRAK
Whalsen Duli Agus Lauh. 2013. Kebijakan Pemerintah Tentang Penyediaan Fasilitas Olahraga di Kabupaten Ketapang. TESIS. Pembimbing I: Prof. Dr. Sugiyanto. II: Prof. Dr. Kiyatno, dr. PAK. M.Or. AIFO. Program Studi Ilmu Keolahragaan, Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Tujuan utama penelitian ini adalah untuk: (1) Menemukan kebenaran
tentang perencanaan dalam penyediaan fasilitas olahraga di Kabupaten Ketapang. (2) Menemukan kebenaran tentang ketersediaan fasilitas olahraga di Kabupaten Ketapang. (3) Menemukan kebenaran tentang pemanfaatan fasilitas olahraga di Kabupaten Ketapang. (4) Menemukan kebenaran tentang pengelolaan fasilitas olahraga di Kabupaten Ketapang.
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Ketapang Kalimantan Barat. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan subyek penelitian kebijakan Pemerintah tentang penyediaan fasilitas olahraga. Sumber data berupa dokumen peraturan daerah tentang olahraga dan informan dengan menggunakan teknik snowball sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu mengkaji dokumen dan arsip (content analysis), wawancara mendalam (in-depth interviewing) dan observasi (observation).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Perencanaan penyediaan fasilitas olahraga di Kabupaten Ketapang belum terprogram dengan baik. Peran pemerintah belum terlihat dengan jelas dalam merencanakan fasilitas olahraga di Kabupaten Ketapang. (2) Ketersediaan fasilitas olahraga di Kabupaten Ketapang belum memadai baik secara kualitas maupun kuantitas. Ketersediaan fasilitas belum merata pada semua cabang olahraga dan belum merata keseluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Ketapang. (3) Pemanfaatan fasilitas yang tersedia belum maksimal dan seringkali dimanfaatkan untuk kepentingan di luar olahraga. (4) Pengelolaan fasilitas yang ada belum diperhatikan dengan baik sehingga banyak fasilitas yang terbengkalai dan rusak. Kata Kunci : Kebijakan Pemerintah, Fasilitas Olahraga
.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
ABSTRACT
Whalsen Duli Agus lauh. 2013. Government Policy On Provision of Sports Facilities in Ketapang. THESIS. Supervisors I: Prof. Dr. Sugiyanto. II: Prof. Dr. Kiyatno, dr. PAK. M.Or. AIFO. Sport Science Studies Program, Postgraduate Program, Sebelas Maret University Surakarta.
The main objectives of this study was to: (1) find the truth about planning in the provision of sports facilities in Ketapang. (2) find the truth about the availability of sports facilities in Ketapang. (3) find the truth about the use of sports facilities in Ketapang. (4) find the truth about the management of sports facilities in Ketapang.
The research was conducted in Ketapang District, West Kalimantan. The method used is descriptive qualitative research subject of government policy on the provision of sports facilities. Data sources include documents about sports and local regulations informants using snowball sampling technique. Data collection techniques used in this research are examines documents and archives, in-depth interviews and observations.
The results showed that (1) the provision of sports facilities in the Planning Ketapang not been programmed properly. The role of the government has not seen clearly in the planning of sports facilities in Ketapang. (2) Availability of sports facilities in Ketapang inadequate both in quality and quantity. Availability of facilities has not been evenly distributed on all sports and not evenly distributed throughout the districts in Ketapang. (3) Utilization of the facilities available and often not optimally utilized for the benefit of outside sports. (4) Management of existing facilities has not been considered properly so many abandoned and damaged facilities.
Keywords: Government Policy, Sports Facilities
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
MOTO
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Segala
puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Yang
menguasai di Hari Pembalasan. Hanya Engkaulah yang kami sembah dan hanya
kepada Engkaulah kami meminta pertolongan. Tunjukilah kami jalan yang lurus,
yaitu Jalan orang-orang yang telah Engkau beri ni'mat kepada mereka, bukan jalan
mereka yang dimurkai dan bukan pula jalan mereka yang sesat.
( QS Al-fatihah ayat : 1-7 )
"Disiplin adalah nafasku, kejujuran kebanggaanku, kehormatan segala-galanya
yang akan ku junjung selalu”
( Penulis )
“Putus asa berarti mati, berfikir, berbuat yang terbaik”
( Menwa Sat.905 UNS )
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
PERSEMBAHAN
Karya ini dipersembahkan kepada :
1. Bapak dan Ibu tercinta yang senantiasa mendoakan
2. Saudariku Stefi Herda yang selalu mendukung
3. Eriza Nur Hidayanti yang setia memotivasi
4. Korps Menwa Sat. 905 Jagal Abilawa UNS
5. Rekan-rekan PPs UNS angkatan 2011
6. Almamater UNS
7. Para Pembuat Kebijakan Keolahragaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
PENGESAHAN PEMBIMBING .................................................................... ii
PENGESAHAN PENGUJI .............................................................................. iii
PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI................................... iv
KATA PENGANTAR ..................................................................................... v
ABSTRAK ....................................................................................................... vi
ABSTRACT ....................................................................................................... vii
MOTO .............................................................................................................. viii
PERSEMBAHAN ............................................................................................ ix
DAFTAR ISI ................................................................................................... x
BAB I. PENDAHULUAN .......................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 8
C. Tujuan Penelitian ............................................................................ 8
D. Manfaat Penelitian .......................................................................... 9
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 10
A. Kajian Teori ................................................................................... 10
1. Olahraga ................................................................................. 10
a. Hakekat Olahraga ............................................................ 10
b. Ruang Lingkup Olahraga ................................................ 23
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
2. Fasilitas Olahraga ................................................................... 45
a. Jenis Fasilitas Olahraga ................................................... 50
b. Ruang Terbuka Olahraga ................................................ 55
c. Penyediaan Fasilitas Olahraga......................................... 58
1) Perencanaan Fasilitas Olahraga ................................ 60
2) Ketersediaan Fasilitas Olahraga ................................ 67
3) Pemanfaatan Fasilitas Olahraga ................................ 77
4) Pengelolaan Fasilitas Olahraga ................................. 83
d. Perencana Profesional Arsitektur Fasilitas Olahraga ...... 93
3. Kebijakan Pemerintah ............................................................ 100
a. Kebijakan ........................................................................ 100
b. Bentuk-Bentuk Kebijakan ............................................... 102
c. Analisis dan Formulasi Kebijakan .................................. 108
d. Kebijakan Pemerintah Bidang Olahraga ......................... 111
e. Peraturan Daerah ............................................................. 114
B. Penelitian Yang Relevan ............................................................... 118
C. Kerangka Berfikir .......................................................................... 120
BAB III. METODE PENELITIAN............................................................... 123
A. Tempat dan Waktu ........................................................................ 123
B. Jenis Penelitian .............................................................................. 123
C. Subjek Penelitian ........................................................................... 124
D. Sumber Data .................................................................................. 124
E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 125
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
F. Validitas Data................................................................................. 126
G. Teknik Analisis Data ..................................................................... 126
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................. 128
A. Deskripsi tentang Kabupaten Ketapang ........................................ 128
B. Hasil Analisis ................................................................................ 132
1. Perencanaan Fasilitas Olahraga ............................................... 132
2. Ketersediaan Fasilitas Olahraga .............................................. 134
3. Pemanfaatan Fasilitas Olahraga .............................................. 138
4. Pengelolaan Fasilitas Olahraga ............................................... 143
C. Pembahasan ................................................................................... 145
BAB V. PENUTUP ...................................................................................... 150
A. Kesimpulan ................................................................................... 150
B. Implikasi ........................................................................................ 151
C. Saran .............................................................................................. 152
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 153
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Rekomendasi Aktivitas Fisik Aerobik (lari) ................................... 32
Table 2.2. Pedoman Menpora tentang Prasarana Olahraga ............................. 71
Tabel 4.1. Batas Wilayah Kabupaten Ketapang ............................................... 130
Tabel 4.2. Pertumbuhan Penduduk Ketapang Tahun 2007-2011 .................... 131
Tabel 4.3. Data Lapangan Olahraga Setiap Kecamatan ................................... 137
Tabel 4.4. Data Fasilitas Olahraga ................................................................... 138
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Biodata Mahasiswa .................................................................
Lampiran 2 Daftar Pertanyaan Wawancara ...............................................
Lampiran 3 Rekaman Wawancara .............................................................
Lampiran 4 Dokumentasi Penelitian ..........................................................
Lampiran 5 Surat Ijin Penelitian ................................................................
Lampiran 6 Surat Pengantar Penelitian Bupati Ketapang ..........................
Lampiran 7 Surat Keterangan Penelitian KONI Ketapang ........................
Lampiran 8 Surat Keterangan Penelitian Dari Disbudparpora Ketapang ..
Lampiran 9 Identitas Responden ..................................................................
Lampiran 10 Undang-Undang RI Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem
Keolahragaan Nasional .............................................................
157
158
159
167
172
173
174
175
176
178
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Olahraga merupakan suatu fenomena dunia, dan menjadi bagian hidup
yang tak terpisahkan bagi manusia di muka bumi ini. Olahraga pada dasarnya
mempunyai peran sangat strategis bagi upaya pembentukan dan peningkatan
kualitas sumber daya manusia untuk pembangunan. Suatu kota / kabupaten /
provinsi yang menghendaki kemajuan pesat pada berbagai bidang, bahkan
semestinya tidak boleh sekedar secara sloganistik menganggap olahraga sebagai
sesuatu yang penting. Kesadaran akan makna strategis olahraga harus
mengejawantahkan melalui perencanaan pembangunan yang berpihak pada
kemajuan olahraga secara menyeluruh. Harus menyeluruh karena olahraga
memiliki berbagai potensi yang berisikan suatu semangat dan kekuatan untuk
membangun, karena ia sebenarnya merupakan sense of spirit dari suatu proses
panjang pembangunan itu sendiri. Olahraga harus dipandang sebagai tujuan
sekaligus aset pembangunan (Kristiyanto, 2012 : 2-3).
Untuk beraktifitas olahraga maka dibutuhkan Fasilitas Olahraga baik itu
berupa sarana maupun prasarana olahraga. Fasilitas olahraga merupakan
kebutuhan dasar untuk melakukan aktivitas olahraga. Tanpa adanya fasilitas
olahraga yang memadai sulit untuk mengharapkan partisipasi masyarakat atau
publik dalam aktivitas olahraga, seperti yang dikemukakan oleh Maksum (2004)
bahwa : Semakin banyak fasilitas olahraga yang tersedia, semakin mudah
masyarakat menggunakan dan memanfaatkannya untuk kegiatan olahraga.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Sebaliknya, semakin terbatas fasilitas olahraga yang tersedia, semakin terbatas
pula kesempatan masyarakat menggunakan dan memanfaatkan untuk kegiatan
olahraga. Dengan demikian, ketersediaan fasilitas olahraga akan mempengaruhi
tingkat dan pola partisipasi masyarakat dalam berolahraga.
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2007, telah dijelaskan
bahwa Standarisasi Nasional Keolahragaan bertujuan untuk menjamin mutu
penyelenggaraan Sistem Keolahragaan Nasional melalui pencapaian Standar
Nasional Keolahragaan. Lingkup Standar Keolahragaan, meliputi: (1) Standar
Kompetensi Tenaga Keolahragaan, (2) Standar Isi Program Penataran/Pelatihan
Tenaga Keolahragaan, (3) Standar Sarana Dan Prasarana Olahraga, (4) Standar
Pengelolaan Organisasi Keolahragaan, (5) Standar Penyelenggaraan
Keolahragaan, dan (6) Standar Pelayanan Minimal Keolahragaan (PP No. 16
Tahun 2007, Pasal 84 dan 85 dalam Kristiyanto 2012 : 22).
Peneliti tertarik untuk meneliti salah satu lingkup Standar Keolahragaan
yaitu Standar Sarana dan Prasarana Olahraga atau yang lebih dikenal dengan
Fasilitas Olahraga dikarenakan Fasilitas Olahraga merupakan komponen penting
dalam menunjang terlaksananya salah satu unsur pembangunan olahraga, yaitu
partisipasi masyarakat dari berbagai kalangan untuk melakukan aktifitas olahraga,
sesuai dengan slogan “Memasyarakatkan Olahraga Dan Mengolahragakan
Masyarakat”. Dengan besarnya jumlah penduduk dan masih terdapat banyak
ruang terbuka yang bisa dimanfaatkan sebagai fasilitas olahraga, semestinya
Kabupaten Ketapang mampu mengembangkan potensi-potensi keolahragaan yang
dimiliki sebagi modal dalam pembangunan olahraga dan mampu bersaing baik di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
skala regional maupun nasional. Disamping itu, peneliti sebagai putra daerah,
merasa berkewajiban dan bertanggung jawab sehingga ingin berperan aktif dalam
pembangunan dan pengembangan olahraga di Kabupaten Ketapang.
Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti, kondisi fasilitas olahraga
yang ada di Kabupaten Ketapang saat ini, masih tertinggal dibanding dengan
sejumlah kabupaten lain baik di Provinsi Kalimantan Barat maupun di Indonesia
pada umumnya, yang mengakibatkan perkembangan olahraga di Kabupaten
Ketapang tergolong lambat dan ini menjadi sebuah permasalahan yang harus
segera diselesaikan. Peneliti berfikir bahwa permasalahan tersebut erat kaitannya
dengan tanggung jawab Pemerintah karena Pemerintah menempati peran sentral
untuk menentukan sebuah kebijakan dalam pembangunan olahraga terutama
kebijakan penyediaan fasilitas olahraga. Peneliti berusaha untuk menganalisis
bentuk Kebijakan Pemerintah tentang Penyediaan Fasilitas Olahraga dan
mengungkap apakah kebijakan tersebut sudah ada dan dijalankan dengan baik
atau tidak terlaksana dan adanya missing link dalam usaha implementasi kebijakan
tersebut.
Pada masa pemerintahan Bung Karno pada awal tahun 1960-an beliau
menetapkan olahraga sebagai bagian dari platform revolusi dan dalam rangka
character and national building. Olahraga sebagai sarana strategis untuk
membangun keterpurukan mental, kepercayaan diri, identitas bangsa, serta
persatuan dan kesatuan. Dengan kebijakan tersebut, maka olahraga Indonesia bisa
menunjukkan prestasi yang menggembirakan. Tahun 1962 Indonesia menjadi tuan
rumah pesta olahraga terakbar di benua Asia (Asian Games). Selain sukses
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
sebagai tuan rumah, juga sukses dalam prestasi yakni menduduki peringkat ke dua
setelah Jepang. Padahal kita ketahui pada masa itu perekonomian Indonesia dalam
nadir yang paling rendah.
Kebijakan pemerintah di bidang olahraga berubah ketika orde baru
berkuasa. Dengan alasan ekonomi, efisiensi dan kesejahteraan masyarakat, maka
pemerintah mengambil kebijakan bahwa pelaksanaan Pekan Olahraga Nasional
(PON) selalu diadakan di Jakarta. Kebijakan ini mengakibatkan kerugian didalam
pembinaan olahraga nasional. Aktivitas olahraga terpusat di Jakarta, sehingga
pembinaan olahraga di daerah-daerah khususnya di luar pulau Jawa
perkembangannya sangat lambat, bahkan bisa kita katakan tidak berjalan.
Pemerintah berperan dalam mendukung terselenggaranya kegiatan
keolahragaan sesuai yang tercantum dalam Undang-Undang Sistem Keolahragaan
Nasional nomor 3 tahun 2005 Bab V Pasal 12-16. Terselenggaranya tata kelola
pemerintahan yang baik (good goverment) merupakan prasyarat bagi pemerintah
dalam mewujudkan setiap aspirasi masyarakat untuk mencapai tujuan bernegara
sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia
Tahun 1945 (UUD 1945). Dalam rangka itu, diperlukan pengembangan dan
penerapan sistem pemerintahan yang tepat, jelas, transparan dan legitimate,
sehingga penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan dapat berlangsung
secara berdayaguna, berhasilguna, bersih dan bertanggungjawab.
Perubahan iklim sosial politik banyak berpengaruh terhadap fungsi
pemerintahan sehingga mengalami berbagai transformasi dalam penentuan
sebuah kebijakan yang sangat berdampak pula di bidang olahraga dalam upaya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
pembangunan olahraga disetiap daerah. Dampak yang nyata misalnya pada
perencanaan serta bentuk mekanisme penyediaan fasilitas olahraga, selain itu juga
bisa kita lihat dalam hal pengelolaan fasilitas olahraga yang sudah ada.
Pengelolaan fasilitas olahraga lebih sulit dibanding penyediaan, terbukti
banyak fasilitas yang sudah tersedia namun terbengkalai bahkan beralih fungsi
menjadi fasiltas publik yang lain. Sebagai perbandingan, bulan Agustus lalu kota
Beijing, China, memperingati empat tahun penyelenggaraan olimpiade. Jika
banyak kota penyelenggara olimpiade pontang-panting memelihara berbagai
venue dan fasilitas yang dibangun dengan biaya mega besar, Beijing relatif sukses.
Sejumlah venue diserahkan pengelolaannya kepada swasta, dengan tetap
mendapat pengawasan ketat pemerintah. Prinsipnya, puluhan fasilitas peninggalan
Olimpiade 2008 itu tetap diberdayakan demi mempertahankan dominasi China di
dunia olahraga dan hasilnya bisa kita lihat pada pencapaian prestasi China dalam
ajang Olympiade 2012 di London Inggris. Hal ini membuktikan keseriusan
pemerintah China dalam hal pengelolaan fasilitas olahraga dan hal tersebut bisa
dicontoh oleh pemerintah di negara kita.
Kabupaten Ketapang Provinsi Kalimantan Barat memiliki potensi besar
dalam bidang keolahragaan. Hal tersebut terbukti dari pencapaian beberapa
cabang olahraga yang mampu berprestasi hingga tingkat Internasional salah
satunya yaitu cabang olahraga Tinju. Salah satu Petinju Profesional kebanggan
Kabupaten Ketapang Daud Yordan yang merupakan putra daerah asli Kabupaten
Ketapang, berhasil menjadi Juara Dunia Tinju Kelas Bulu Versi IBO pada tahun
2012 dan mengharumkan Merah Putih di Dunia Tinju Internasional. Hal itu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
membuktikan bahwa Kabupaten Ketapang memiliki sumber daya manusia yang
cukup menjanjikan dan merupakan sebuah prospek dalam pembangunan Olahraga
Nasional. Namun baru-baru ini Daud Yordan pindah ke Kabupaten Kayong Utara
yang merupakan kabupaten baru hasil pemekaran dari Kabupaten Ketapang.
Menjadi sebuah tanda tanya besar mengapa hal tersebut bisa terjadi. Mungkin
banyak hal yang bisa menjadi penyebabnya tetapi yang menjadi sorotan adalah
bagaimana kebijakan Pemerintah Kabupaten Ketapang terkait pembinaan atlet
terutama perhatian terhadap eksistensi olahraga prestasi di Kabupaten Ketapang.
Dalam mengimplementasikan sebuah kebijakan tentunya melewati
berbagai proses antara lain adanya sebuah perencanaan dan mekanisme dalam
pelaksanaannya yang dalam hal ini adalah penyediaan fasilitas olahraga di
Kabupaten Ketapang. Suatu kebijakan akan di break down ke dalam sebuah
perencanaan dan diimplementasikan dengan sebuah mekanisme kerja dan
bermuara pada tersedianya fasilitas olahraga. Sebuah perencanaan yang baik
belum tentu dapat dilaksanakan dengan baik pula jika mekanisme kerjanya tidak
diatur dengan sedemikian rupa. Jika kedua hal tersebut bisa diimplementasikan
dengan baik maka harapannya adalah tersedianya fasilitas olahraga yang sesuai
dengan Standar Fasilitas Olahraga Nasional. Tidak hanya hal diatas, peneliti juga
berusaha untuk mengetahui bagaimana pemanfaatan fasilitas olahraga yang sudah
tersedia di Kabupaten Ketapang dan mengupas bagaimana bentuk pengelolaan
fasilitas tersebut. Diharapkan bahwa fasilitas yang sudah tersedia dapat
dimanfaatkan dengan tepat dan dikelola oleh pihak yang tepat pula sehingga
fasilitas tersebut bisa benar-benar bermanfaat bagi kepentingan masyarakat luas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
dalam bidang olahraga di Kabupaten Ketapang. Hal ini sejalan dengan isi dari
Undang-Undang Sistem Keolahragaan Nasional nomor 3 tahun 2005 Bab XI
Pasal 67 ayat 1 dan 2 yang berbunyi:
1. Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat bertanggung jawab atas perencanaan, pengadaan, pemanfaatan, pemeliharaan, dan pengawasan prasarana olahraga.
2. Pemerintah dan pemerintah daerah menjamin ketersediaan prasarana olahraga sesuai dengan standar dan kebutuhan Pemerintah dan pemerintah daerah.
Tersedianya fasilitas juga sangat mempengaruhi program pembinaan
olahraga yang mana selama ini dijalankan bersifat insidentil dan tidak terintegrasi,
sebagai contoh ketika akan menghadapi PON, Sea Games, Asian Games, atau
Olimpiade, beberapa bulan sebelumnya baru mengadakan pusat pelatihan
olahraga. Atau di masa silam dalam rangka meningkatkan prestasi olahraga
nasional dibuatlah beberapa projek misalnya projek PSSI Prima-vera, dan projek
Garuda Emas (Gapai Rebut Dapatkan Emas). Kedua projek ini mengalami
kegagalan. Sekarang dibuatlah projek baru dengan nama Indonesia Bangkit.
Program pembinaan model ini merupakan kebijakan pembinaan olahraga potong
kompas yakni ingin hasil cepat tanpa mau kerja keras.
Dengan rasio pertumbuhan masyarakat yang cukup tinggi, maka sudah
seharusnya diimbangi dengan tersedianya fasilitas olahraga yang memadai dalam
upaya memaksimalkan potensi dari masyarakat itu sendiri serta pembinaan
generasi muda. Selain itu kesadaran dari setiap komponen masyarakat akan
pentingnya berolahraga juga masih terbilang rendah sehingga intensitas dalam
memanfaatkan fasilitas olahraga juga harus lebih ditingkatkan agar terjadinya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
keselarasan antara tersedianya fasilitas olahraga dan intensitas pemanfaatan
fasilitas tersebut guna mewujudkan masyarakat yang gemar berolahraga.
Berdasarkan uraian tersebut diatas maka penulis mengambil judul “Kebijakan
Pemerintah Tentang Penyediaan Fasilitas Olahraga Di Kabupaten Ketapang”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana perencanaan penyediaan fasilitas olahraga di Kabupaten
Ketapang?
2. Bagaimana ketersediaan fasilitas olahraga di Kabupaten Ketapang?
3. Bagaimana pemanfaatan fasilitas olahraga di Kabupaten Ketapang?
4. Bagaimana pengelolaan fasilitas olahraga di Kabupaten Ketapang?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah tersebut diatas, maka dilakukan penelitian dengan
tujuan sebagai berikut:
1. Menemukan kebenaran tentang perencanaan penyediaan fasilitas olahraga di
Kabupaten Ketapang.
2. Menemukan kebenaran tentang ketersediaan fasilitas olahraga di Kabupaten
Ketapang.
3. Menemukan kebenaran tentang pemanfaatan fasilitas olahraga di Kabupaten
Ketapang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
4. Menemukan kebenaran tentang pengelolaan fasilitas olahraga di Kabupaten
Ketapang.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagi Pemerintah, sebagai referensi untuk menentukan kebijakan dalam
meningkatkan perkembangan olahraga khususnya fasilitas olahraga di
Kabupaten Ketapang.
2. Bagi masyarakat, sebagai sarana dalam menggalakkan budaya berolahraga
dengan pemanfaatan fasilitas olahraga yang tersedia di Kabupaten
Ketapang.
3. Bagi pelajar dan mahasiswa, sebagai wawasan mengenai perkembangan
olahraga serta ketersediaan fasilitas olahraga di Kabupaten Ketapang.
4. Bagi penulis sebagai putra daerah, penelitian ini merupakan salah satu aksi
untuk turut andil dalam pengembangan dan pembangunan olahraga di
Kabupaten Ketapang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
BAB II
TINJAUAN PUTAKA
A. Kajian Teori
1. Olahraga
a. Hakekat Olahraga
Olahraga saat ini sudah menjadi sebuah trend atau gaya hidup bagi
sebagian orang, bahkan untuk sebagian orang yang lain olahraga menjadi sebuah
kebutuhan mendasar dalam hidupnya. Olahraga yang sebelumnya dipandang
sebelah mata dan merupakan sebuah aktivitas rekreasi semata, seiring
perkembangan jaman dan kemajuan ilmu pengetahuan olahraga menjelma
menjadi sesuatu yang memiliki nilai vital dalam kehidupan sehari-hari umat
manusia. Olahraga menjadi sangat penting karena tidak terlepas dari kebutuhan
mendasar manusia itu sendiri yang pada prinsipnya selalu bergerak. Olahraga itu
sendiri merupakan serangkaian gerak raga yang teratur dan terencana untuk
memelihara dan meningkatkan kemampuan gerak yang bertujuan untuk
mempertahankan hidup serta meningkatkan kualitas hidup seseorang. Tujuan
seseorang berolahraga adalah untuk meningkatkan derajat sehat dinamis (sehat
dalam gerak), dan sehat statis (sehat dikala diam). Prestasi melalui kegiatan
olahraga pun menjadi suatu alasan sesorang menekuni olahraga. Hal tersebut
sejalan dengan isi Undang-undang RI nomor 3 tahun 2005 tentang Sistem
Keolahragaan Nasional yang menyatakan bahwa “Olahraga adalah segala
kegiatan yang sistematis untuk mendorong, membina, serta mengembangkan
potensi jasmani, rohani, dan sosial”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Olahraga bisa dilakukan oleh siapapun, kapanpun, dan dimanapun tanpa
memandang dan membedakan jenis kelamin, suku, agama, ras, dan sebagainya.
Olahraga mempunyai peran penting dan strategis dalam pembangunan bangsa.
Hal tersebut sejalan dengan pendapat Mutohir (2005), hakekat olahraga adalah
sebagai refleksi kehidupan masyarakat suatu bangsa. Di dalam olahraga tergambar
aspirasi serta nilai-nilai luhur suatu masyarakat, yang terpantul lewat hasrat
mewujudkan diri melalui prestasi olahraga. Kita sering mendengar kata-kata
bahwa kemajuan suatu bangsa salah satunya dapat tercermin dari prestasi
olahraganya. Harapannya adalah olahraga di Indonesia dijadikan alat pendorong
gerakan kemasyarakatan bagi lahirnya insan manusia unggul, baik secara fisikal,
mental, intelektual, sosialnya serta mampu membentuk manusia seutuhnya.
Pemahaman tentang konsep olahraga dipengaruhi oleh ilmu pengetahuan
dan teknologi. Menurut Engkos Kosasih (1980:20) istilah sport berasal dari
bahasa Latin ”disportare” atau ”deporate” didalam bahasa Itali menjadi ”diporte”
yang artinya penyenangan, pemeliharaan atau menghibur untuk bergembira.
Istilah olahraga dan sport itu berubah sepanjang waktu, namun mempunyai
pengertian yang sama yaitu esensi pengertiannya kebanyakan berkaitan dengan 3
unsur pokok yaitu bermain, latihan fisik, dan kompetisi. Sedangkan menurut Ratal
Wirjasantosa (1984 : 21) olahraga berarti memperkembangkan, memasak,
mematangkan, menyiapkan manusia sedemikian rupa, sehingga dapat
melaksanakan gerakan – gerakan dengan efektif dan efisien”. Nuansa usaha keras
mengandung ciri permainan dan konfrontasi melawan tantangan tercermin dalam
definisi UNESCO tentang sport yaitu : setiap aktifitas fisik berupa permainan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
yang berisikan perjuangan melawan unsur-unsur dan orang lain ataupun diri
sendiri. Dari beberapa uraian di atas dapat ditarik kesimpulan. Olahraga (sport)
tidak digunakan dalam pengertian olahraga kompetitif yang sempit, karena
pengetiannya bukan hanya sebagai himpunan aktifitas fisik yang resmi
terorganisasi (formal) dan tidak resmi (informal) yang tampak dalam kebanyakan
cabang-cabang olahraga namun juga dalam bentuk yang mendasar seperti senam,
latihan kebugaran jasmani atau aerobik.
Olahraga juga memiliki keterbatasan. Keterbatasan dalam olahraga yang
dimaksud adalah adanya aturan-aturan yang harus dipatuhi, baik itu dalam
olahraga yang bersifat play (bermain), games maupun sport. Aturan dalam
olahraga yang bersifat play, tidak terlalu ketat, karena play merupakan aktivitas
fisik yang bersifat sukarela dan dilakukan secara bebas. Misalnya ketika kita lari
di sore hari/ jogging, yang kita perhatikan adalah kita harus menggunakan pakaian
dan lari di tempat yang tidak mengganggu aktivitas orang lain. Kemudian,
olahraga yang bersifat games, aturannya sudah mulai ketat. Karena dibuat oleh
pemain yang akan melakukan permainan untuk ditaati bersama. Misalnya, pada
waktu kita ingin bermain bola voli dengan teman yang lain, sebelum permainan
dimulai, kita sudah menentukan kesepakatan atas aturan yang akan kita gunakan,
baik itu penentuan set, skor, jumlah pemain dan lain sebagainya. Olahraga dalam
bentuk sport, aturan yang harus dipatuhi sudah sangat kompleks, dibuat secara
formal oleh organisasinya. Misalnya dalam permainan sepak bola atau pun
permainan lainnya. Semua sudah ada ketentuannya. Di situ sudah ada paraturan/
pembatasan ruang, luas, jumlah pemain dan aturan-aturan lain yang harus dipakai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
sesuai dengan kesepakatan yang telah ditentukan sebelumnya. Di dalam olahraga,
aturan-aturan yang telah dibuat bukan merupakan suatu hal yang dapat
menghambat pengembangan kemampuan dalam berekspresi atau juga bukan
merupakan pengekang kebebasan, melainkan suatu bentuk tindakan untuk
menjadikan olahraga itu menjadi lebih baik, penuh dengan seni dan etika.
Pada zaman modern ini manusia telah berhasil mengembangkan berbagai
macam teknologi termasuk mengembangkan beberapa teknik olahraga, namun
dengan semakin berkembangnya teknologi justru sebagian manusia menjadi
korban dari perkembangan teknologi tersebut karena dengan semakin
berkembangnya teknologi maka akan mempermudah kinerja seseorang, dengan
kata lain teknologi akan mengurangi aktifitas fisik seseorang. Dengan
berkurangnya aktifitas fisik seseorang maka akan berpengaruh terhadap
kebugaran tubuhnya dan nantinya akan berpengeruh juga terhadap aktifitas fisik
lainnya. Oleh karena hal tersebut disarankan untuk tetap menjaga kesehatan dan
kebugaran dengan cara berolahraga secara baik dan benar.
Olahraga adalah gerak. Gerak merupakan kebutuhan hakiki bagi manusia.
Kebutuhan gerak ini adalah gerak spesifik dan dilakukan secara sadar dan
mempunyai tujuan. Gerak adalah kebutuhan dasar bagi manusia, sama halnya
seperti makan dan minum. Salah satu karakteristik makhluk hidup di dunia ini,
termasuk manusia adalah melakukan gerakan. Antara manusia dan aktivitas fisik
merupakan dua hal yang sulit atau tidak dapat dipisahkan. Hal ini dapat dilihat
bahwa sejak manusia pada jaman primitif hingga jaman moderen, aktivitas fisik
atau gerak selalu melekat dalam kehidupan sehari-harinya. Neilson (1978 : 3)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
mengemukakan bahwa manusia berubah sangat sedikit selama 50.000 tahun yang
berkaitan dengan organisasi tentang struktur dan fungsi yang dibawa sejak lahir.
Dengan demikian, dapat dikemukakan bahwa perubahan utama bukan pada
manusianya, melainkan pada kebutuhan dan kemampuan untuk menyesuaikan
dengan perubahan-perubahan besar di dalam lingkungan alam dan lingkungan
buatan manusia. Manusia berusaha memodifikasi lingkungannya dengan
mencoba-coba, eksplorasi dan dengan eksploitasi. Pada jaman primitif gerakan
pada mulanya merupakan gejala emosional murni yang dilakukan manusia untuk
kesenangan dan komunikasi dengan dewa. Selanjutnya, gerakan berkembang dari
pelaksanaan gerak yang tidak terencana ke kondisi gerak yang hingar-bingar pada
upacara seremonial dan komunikasi untuk kerja seni.
Karena aktivitas gerak sangat penting baik untuk kelangsungan hidup
maupun komunikasi dengan dewa, maka aktivitas fisik tersebut merupakan yang
terpenting untuk eksistensi manusia. Oleh karena itu, mereka mulai menyusun
struktur geraknya ke dalam bentuk-bentuk yang bermanfaat, tepat dan sadar.
Semua peristiwa penting dalam siklus kehidupan orang primitif yang memiliki
makna praktis dan religius disimbolkan dalam gerakan-gerakan tubuh yang
terstruktur. Di seluruh periode evolusinya, aktivitas fisik sangat penting untuk
kelangsungan hidup dan tetap penting untuk pertumbuhan dan perkembangan
yang optimum. Harrow (1977 : 5) mengemukakan bahwa ada tujuh pola gerak
yang sangat penting untuk eksistensi orang primitif yang merupakan dasar
gerakan keterampilan. Aktivitas gerak ini adalah inheren dalam diri manusia,
yakni lari, lompat/loncat, memanjat, mengangkat, membawa, menggantung, dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
melempar. Hingga kini aktivitas fisik atau gerak, juga tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan manusia, karena gerak dipandang sebagai kunci untuk hidup dan untuk
keberadaan dalam semua bidang kehidupan. Jika manusia melakukan gerakan
yang memiliki tujuan tertentu, maka ia mengkoordinasikan aspek-aspek kognitif,
psikomotor, dan afektif.
Secara internal, gerak manusia terjadi secara terus menerus, dan secara
eksternal, gerak manusia dimodifikasikan oleh pengalaman belajar, lingkungan
yang mengitari, dan situasi yang ada. Oleh karena itu, manusia harus disiapkan
untuk memahami fisiologis, psikologis dan sosiologis agar dapat mengenali dan
secara efisien menggunakan komponen-komponen gerak secara keseluruhan.
Dengan demikian, antara manusia dan aktivitas fisik tidak dapat dipisahkan dari
kehidupannya.
Olahraga merupakan kegiatan yang terbuka bagi semua orang sesuai
dengan kemampuan, kesenangan dan kesempatan, tanpa membedakan hak, status
sosial atau derajat dimasyarakat. Dengan kata lain, olahraga dilakukan oleh
berbagai unsur lapisan masyarakat. Olahraga sebagai kegiatan fisik mempunyai
peranan yang sangat penting dalam usaha peningkatan derajat sehat dan
mempunyai manfaat bagi kelangsungan hidup manusia. Derajat sehat yang tinggi
dicerminkan oleh kemampuan melakukan kerja fisik yang lebih berat.
Olahraga juga dapat berperan sebagai sarana untuk pertukaran budaya dari
berbagai negara, berbagi informasi dan mengembangkan pemahaman budaya
timbal balik. Ini berarti olahraga sering menjadi barang ekspor budaya dari negara
maju dan menyatu dengan hidup sehari-hari orang di negara lain. Partisipasi even
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
olahraga internasional sering bermakna bahwa negara lemah harus mencari negara
tangguh atau yang disebut adikuasa dalam olahraga untuk mendapat bimbingan
dan sumber daya. Menurut Adolf Ogi, mantan Presiden Swiss yang kini bertugas
sebagai penasehat khusus Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
mengenai olahraga untuk pembangunan dan perdamaian menyatakan bahwa,
“Nilai-nilai olahraga identik dengan nilai-nilai PBB. Kegiatan olahraga perlu terus
dipromosikan demi keselamatan umat manusia”. Lebih lanjut Piere De Cerbertin
dalam beberapa tulisannya menyatakan bahwa, “Olympic Games bukan hanya
event atletik saja, tetapi Olympic Games merupakan inti dari gerakan sosial yang
luas. Melalui kegiatan olahraga akan meningkatkan pengembangan kualitas
sumberdaya manusia dan saling pengertian secara Internasional” (IOC,2002;
Tode,2002; Ian Seagrave,1995 dalam Maksum, 2004). Moto Olimpik “Citius,
Altius, fortius” (lebih cepat, lebih tinggi, lebih kuat) telah menjadi suatu filsafat
hidup, mengagungkan dan mengkombinasi suatu keseluruhan yang seimbang,
kualitas tubuh, akal dan pikiran serta mencampur olahraga dengan kultur dan
pendidikan sedangkan Olympism mencari untuk menciptakan suatu jalan hidup
berdasar pada kegembiraan, nilai bidang pendidikan dari contoh dan rasa hormat
yang baik untuk prinsip etis pokok yang universal.
Adapun prinsip dasar paham Olimpik menurut Harsuki (2012 : 32-33)
sebagai berikut:
1) Paham Olimpik (Olympism) ialah suatu falsafah hidup yang
mengagungkan dalam suatu keseluruhan keseimbangan dan kualitas
badan, kemauan, dan jiwa (pikiran). Memadukan olahraga dengan
budaya dan pendidikan, paham olimpik mencari dan menciptakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
suatu cara hidup yang didasarkan atas kegembiraan berusaha, nilai
pendidikan dengan suatu contoh yang baik dan menghormati akan
prinsip etis yang fundamental serta berlaku umum.
2) Tujuaa dari paham Olimpik adalah menempatkan olahraga sebagai
pelayanan dari pengembangan manusia yang harmonis, dengan visi
untuk mempromosikan suatu masyarakat yang damai yang terkait
dengan pemeliharaan martabat manusia.
3) Gerakan Olimpik (Olympic Movement) ialah kesepakatan bersama,
diorganisasi, semesta, dan kegiatan tetap, yang dilaksanakan di
bawah otoritas tertinggi dari IOC, bagi semua individu yang diilhami
oleh nilai-nilai dari paham Olimpik, yang kejadiannya meliputi lima
benua. Hal tersebut akan mencapai puncaknya dengan membawakan
secara bersama-sama atlet dunia dalam suatu festival olahraga yang
besar yaitu Olympic Games. Simbolnya berupa lima lingkaran yang
saling berkaitan.
4) Praktik melakukan olahraga merupakan hak asasi manusia. Setiap
individu harus memiliki kesempatan untuk berolahraga tanpa ada
diskriminasi apapun dan dalam semangat olimpik yang
mensyaratkan saling pengertian dengan semangat persaudaraan,
solidaritas, dan fair play. Organisasi, administrasi, dan manajemen
olahraga harus dikontrol oleh organisasi olahraga yang independen.
5) Segala bentuk diskriminasi yang berkaitan pada perorangan yang
didasarkan atas rasial, agama, politik, gender, atau lainnya yang
bertentangan dengan kepemilikan gerakan Olimpik.
6) Kepemilikan pada Gerakan Olimpik mewajibkan kepatuhan pada
Piagam Olimpik (Olympic Charter) dan pengakuan oleh IOC.
Dewasa ini perkembangan sport entertaint menunjukkan akselerasi luar
biasa, sehingga bila diamati, adakalanya bermunculan hal-hal yang sulit diterima
akal sehat, namun menjadi nyata di dunia olahraga. Yang paling mutakhir dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
fenomenal adalah beckhamology. Beckhamology adalah bidang kajian baru dalam
industri olahraga yang mempelajari bagaimana seorang Beckham sejak usia dini
telah diformat hingga menjadi sebuah ikon dalam dunia olahraga, industri, dan
hiburan. Setiap jengkal dari bagian tubuhnya, gaya, dan geraknya mampu
mendatangkan uang. Membentuk seorang dari bukan siapa-siapa hingga menjadi
seorang yang luar biasa tentu harus dengan pendekatan teknologi canggih. Karena
itu, dibutuhkan dana dan investasi yang tidak kecil. Parkhouse dalam buku Sport
Management menyatakan olahraga adalah bisnis besar dan industri olahraga
sudah menjadi fenomena di Amerika Serikat. Semua kebutuhan mulai dari alat-
alat/perlengkapan, keperluan atlet, sampai penyiaran acara dikelola dalam format
industri. Pendapat ini memberikan pengertian bahwa olahraga telah dikelola
selayaknya sebuah industri yang berorientasi profit. Karena itu, diperlukan
manajer yang memiliki pemahaman dan kemampuan professional dalam bidang
keolahragaan.
Perkembangan olahraga Indonesia saat ini memang belum mampu
menghasilkan suatu perubahan pada masyarakat. Selain prestasi olahraga
Indonesia yang kian menurun sebagai dampak dari adanya krisis ekonomi yang
berkepanjangan, olahraga seakan-akan tidak mendapat perhatian secara serius dari
pemerintah dan apalagi masyarakat. Pemerintah dengan Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR) bersama-sama telah menyepakati Undang-Undang Republik
Indonesia tentang Sistem Keolahragaan Nasional. Petikan perundang-udangan
keolahragaan itu mengamanatkan bahwa masyarakat harus ikut serta dalam
mengembangkan olahraga nasional, terutama industri olahraga.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Sumber utama yang sering menjadi penghalang pembinaan prestasi adalah
ketidakmampuan organisasi dalam memperoleh dana pembinaan yang tidak kecil
jumlahnya. Mungkin sudah saatnya kita bercermin pada negara-negara lain yang
telah mampu mengelola olahraga sebagai sebuah industri. Salah satu kunci
keberhasilan adalah kemampuan mengemas olahraga menjadi tontonan menarik
dan layak jual. Atau, menjadikan olahraga sebagai suatu kebutuhan yang
senantiasa dicari. Hal ini dikarenakan bahwa keberhasilan olahraga tidak bisa
diukur dari berhasil tidaknya meraih medali, tetapi lebih kepada kemampuan
untuk menggerakkan olahraga itu menjadi tontonan yang menghibur,
menggembirakan, dan yang paling puncak adalah menjadi industri olahraga.
Semboyan yang dikumandangkan setiap 9 September "memasyarakatkan
olahraga dan mengolahragakan masyarakat" sangat baik bila maknanya dapat
diamalkan semua pihak. Bilamana olahraga benar-benar memasyarakat dan
masyarakat telah membutuhkan olahraga, institusi olahraga dapat berharap akan
memperoleh dana dari masyarakat. Dalam hal ini, masyarakat tampaknya menjadi
kata kunci keberhasilan pengelolaan olahraga secara mandiri. Karena itu,
masyarakat inilah yang harus digarap terlebih dulu. Sebagian besar dari
masyarakat kita lebih senang bila dapat menyaksikan tontonan dengan gratis.
Mereka yang biasa disebut kalangan atas gemar dimanjakan dengan tiket gratis,
sementara masyarakat bawah berupaya menerobos pintu gerbang atau memanjat
pagar agar dapat menikmati tontonan secara gratis. Simpulannya, masyarakat kita
masih sangat menikmati dan merasa bangga apabila dapat menonton suatu
pertandingan akbar dan bergengsi secara gratis. Hal ini berbeda dengan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
terjadi di Hong Kong sebuah negara kecil, saat klub sepakbola Real Madrid
bertandang ke Hong Kong, terlihat begitu besar antusias masyarakat Hong Kong
untuk menyaksikan langsung pertandingan tersebut meskipun harga tiket masuk
relatif mahal. Masyarakat Hong Kong benar-benar menempatkan sepakbola
sebagai tontonan menyenangkan, sehingga berapa pun biaya tiketnya, mereka
tetap membeli. Jenis masyarakat semacam inilah yang sangat potensial sebagai
sumber dana.
Beberapa tahun silam masyarakat Indonesia telah memberikan andil besar
dalam penyandangan dana olahraga nasional melalui program undian. Program ini
tidak terus berjalan, karena penyimpangan kearah perbuatan yang menurut agama
dan adat kita berlawanan. Kurangnya partisipasi masyarakat dalam menumbuhkan
olahraga nasional kian terasa ketika Krisis multidimensi menghinggapi bangsa
Indonesia. Menumbuhkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan industri
olahraga memang bukan hal yang mudah di jaman sekarang ini, tapi kita harus
bisa berbangga hati karena potensi masyarakat Indonesia yang begitu besar dalam
menumbuhkan Industri olahraga. Sehingga permasalahan sekarang adalah
bagaimana menggerakkan masyarakat Indonesia untuk dapat berpartisipasi aktif
dalam pembangunan industri olahraga Indonesia.
Pengembangan olahraga di negeri ini harus dilaksanakan secara
berkesinambungan, terprogram, dan menuntut kerja keras agar tercapainya
prestasi dan budaya olahraga guna meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang
memiliki tingkat kesehatan dan kebugaran yang baik. Pembinaan olahraga dimulai
sejak usia dini baik pada lembaga non formal maupun lembaga formal, karena
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
telah dirasakan bahwa olahraga akan dapat memberikan sumbangan yang berarti
terhadap seluruh elemen kehidupan manusia. Pemerintah bahkan menjadikan
olahraga sebagai pendukung terwujudnya manusia Indonesia yang sehat dengan
menempatkan olahraga sebagai salah satu arah kebijakan pembangunan yang
dituangkan dalam Tap MPR No.IV/MPR/1999 (GBHN) yaitu menumbuhkan
budaya olahraga guna meningkatkan kualitas manusia Indonesia sehingga
memiliki tingkat kesehatan dan kebugaran yang cukup.
Pembangunan olahraga pada dasarnya adalah upaya yang diarahakan
dalam rangka meningkatkan partisipasi masyarakat dalam kegiatan olahraga.
Sejalan dengan itu, pembangunan olahraga seyogyanya harus dilakukan sesuai
dengan kondisi serta karakteritik masyarakat dan lingkungan masyarakat yang
akan menjadi sasaran atau target pembangunan. Partisipasi masyarakat dapat
dilihat dari beberapa aspek, yaitu: tingkat dan pola partisipasi masyarakat dalam
berolahraga, tujuan dan motivasi berolahraga, dan karakteristik kegiatan olahraga
masyarakat yang meliputi jenis olahraga, jalur olahraga yang digunakan dan
frekuensi serta intensitas berolahraga
Tujuan akhir pembinaan olahraga itu tidak lain untuk meningkatkan
kualitas hidup masyarakat, sehingga secara konsisten perlu menempatkan
olahraga sebagai bagian integral dari pembangunan. Dengan demikian, olahraga
ditempatkan bukan sekadar merespons tuntutan perubahan sosial, ekonomi, dan
budaya, tetapi ikut bertanggung jawab untuk memberikan arah perubahan yang
diharapkan. Keteguhan terhadap komitmen ini didukung oleh begitu banyak fakta
dan pengalaman bahwa olahraga yang dikelola dan dibina dengan baik akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
mendatangkan banyak manfaat bagi warga masyarakat. Seperangkat nilai dan
manfaat dari aspek sosial, kesehatan, ekonomi, psikologis dan pedagogis
merupakan landasan yang kuat untuk mengklaim bahwa olahraga merupakan
instrumen yang ampuh untuk melaksanakan pembangunan yang seimbang antara
material, mental, dan spiritual.
Pengembangan bangsa Indonesia dewasa ini lebih diarahkan untuk
pencapaian hidup makmur, sejahtera, aman, tenteram dan berupaya menciptakan
manusia Indonesia seutuhnya. Namun hal ini sulit dikembangkan dikarenakan
oleh adanya kendala/fenomena yang ditemui di lapangan seperti kemiskinan,
kecemasan, ketidaknyamanan, keterlantaran dan konflik sosial yang tidak kunjung
reda, dan masih terjadi di beberapa daerah di Indonesia khususnya di luar Pulau
Jawa. Hal ini sesuai dengan data yang menunjukkan bahwa, angka tingkat
partisipasi masyarakat dalam kegiatan olahraga yang setiap tahun cenderung
semakin menurun, sebagai mana yang terdapat dalam data Survey Sosial Ekonomi
Nasional (Susenas) bahwa, “Angka tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan
olahraga dari sebesar 35,3% pada tahun 1994 menurun tajam menjadi sebesar
22,6% pada tahun 2000”, (Badan Pusat Statistik, 2002). Kecendrungan makin
menurunnya minat dan keinginan masyarakat untuk melakukan kegiatan olahraga
merupakan hal yang sangat memprihatinkan, dikarenakan tidak sebanding dengan
upaya pemerintah yang semakin serius dan konsisten dalam pembangunan
olahraga. Sejalan dengan hal tersebut, maka pemerintah melakukan upaya untuk
mengidentifikasi berbagai kendala dan masalah dalam masyarakat tentang latar
belakang terjadinya kondisi tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Menurut Direktorat Jendral Olahraga (2004) bahwa, ada beberapa
indikator yang menjadi dasar maju-mundurnya masyarakat untuk melakukan
kegiatan olahraga. Indikator-indikator tersebut meliputi partisipasi (partisipation),
ruang terbuka (open spece), kebugaran jasmani (physical fitness), dan sumberdaya
manusia (human resources). Keempat indikator tersebut memiliki hubungan yang
tidak dapat dipisahkan, karena apabila salah satu indikator ini tidak ada ataupun
kurang memadai, maka akan terjadi kepincangan dalam perkembangan olahraga
di suatu daerah.
b. Ruang Lingkup Olahraga
Undang-undang nomor 3 tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan
Nasional Bab II Pasal 4 menetapkan bahwa keolahragaan nasional bertujuan
memelihara dan meningkatkan kesehatan, kebugaran, prestasi, kualitas manusia,
menanamkan nilai moral dan akhlak mulia, sportivitas, disiplin, mempererat dan
membina persatuan dan kesatuan bangsa memperkokoh ketahanan nasional, serta
mengangkat, harkat, martabat dan kehormatan bangsa. Kemudian pada Bab VI
Pasal 17, Ruang lingkup olahraga itu sendiri mencakup tiga pilar yaitu olahraga
pendidikan, olahraga rekreasi, dan olahraga prestasi. Ketiga pilar olahraga ini
dilaksanakan melalui pembinaan dan pengembangan olahraga secara terencana,
sistematik, berjenjang, dan berkelanjutan, yang dimulai dari pembudayaan dengan
pengenalan gerak pada usia dini, pemassalan dengan menjadikan olahraga sebagai
gaya hidup, pembibitan dengan penelusuran bakat dan pemberdayaan sentra-
sentra keolahragaan, serta peningkatan prestasi dengan pembinaan olahraga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
unggulan nasional sehingga olahragawan andalan dapat meraih puncak
pencapaian prestasi.
1) Olahraga Pendidikan
Olahraga pendidikan adalah pendidikan jasmani dan olahraga yang
dilaksanakan sebagai bagian proses pendidikan yang teratur dan
berkelanjutan untuk memperoleh pengetahuan, kepribadian, keterampilan,
kesehatan, dan kebugaran jasmani. Olahraga pendidikan diselenggarakan
sebagai bagian proses pendidikan, dilaksanakan baik pada jalur pendidikan
formal maupun non formal, biasanya dilakukan oleh satuan pendidikan
pada setiap jenjang pendidikan, guru pendidikan jasmani dengan dibantu
oleh tenaga olahraga membimbing terselenggaranya kegiatan
keolahragaan.
Di sekolah atau satuan pendidikan, penjasorkes berperan penting,
hal ini terkait dari dua hal, yakni sisi pendidikan jasmani yang mengarah
kepada aspek edukatif dan sisi olahraga yang mengarah kepada aspek
prestasi. Kedua hal ini merupakan hal yang inheren dalam penjasorkes,
karena disitulah ditempa pribadi peserta didik agar memiliki jasmaniah
dan rohaniah yang sehat, segar, dan sekaligus memungkinkan untuk
prestasi, tentu saja termasuk prestasi di bidang olahraga. Disamping itu,
masih ada dimensi terpendam pendidikan jasmani yang bisa
mengembangkan dan membentuk kemampuan serta kepribadian setiap
individu misalnya sikap, semangat, emosi, kejiwaan dan sebagainya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Penjasorkes merupakan pilar dalam membangun tingkat kebugaran
(kesehatan dan kesegaran), karena dimensi gerak sebagai aktivitas
utamanya memiliki implikasi nyata bagi penumbuhan kesehatan
individu/kelompok/masyarakat. Dengan demikian penjasorkes dapat
meningkatkan kualitas hidup masyarakat sehingga tercapai manusia
Indonesia yang sehat . Sehat dalam konteks ini mengacu kepada definisi
sehat dari World Health Organization (WHO) yakni: “Holistic health
extends the physical, mental, and social aspects of the definition to include
intellectual and spiritual dimentions”. Di sisi lain, penjasorkes pada satuan
pendidikan menjadi penting, terutama jika dikaitkan dengan proses
pembibitan dan pembinaan dalam rangka peningkatan prestasi olahraga.
Melalui satuan pendidikan ini, jenjang-jenjang pembibitan dan pembinaan
tersebut akan terukur, sistematis, dan terfokus. Hal itu penting diperhatikan
karena melahirkan juara dalam cabang olahraga tersebut membutuhkan
pembinaan yang berjenjang dan memerlukan waktu yang cukup lama. Jika
pembibitan dan pembinaan dilakukan sejak usia dini, yakni sejak usia
sekolah dasar secara konsisten dan terencana, bukan hal yang mustahil
dapat lahir olahragawan-olahragawan terbaik pada cabang-cabang
olahraga tersebut.
Adapun ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan jasmani, olahraga
dan kesehatan (Penjasorkes) sesuai Badan Standar Nasional Pendidikan
(BSNP) Tahun 2006 adalah sebagai berikut:
a) Permainan dan olahraga meliputi: olahraga tradisional, permainan.
eksplorasi gerak, keterampilan lokomotor non-lokomotor, dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
manipulatif, atletik, kasti, rounders, kippers, sepak bola, bola basket,
bola voli, tenis meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri, serta
aktivitas lainnya
b) Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh, komponen
kebugaran jasmani, dan bentuk postur tubuh serta aktivitas lainnya
c) Aktivitas senam meliputi: ketangkasan sederhana, ketangkasan tanpa
alat, ketangkasan dengan alat, dan senam lantai, serta aktivitas lainnya
d) Aktivitas ritmik meliputi: gerak bebas, senam pagi, SKJ, dan senam
aerobic serta aktivitas lainnya
e) Aktivitas air meliputi: permainan di air, keselamatan air, keterampilan
bergerak di air, dan renang serta aktivitas lainnya
f) Pendidikan luar kelas, meliputi: piknik/karyawisata, pengenalan
lingkungan, berkemah, menjelajah, dan mendaki gunung
g) Kesehatan, meliputi penanaman budaya hidup sehat dalam kehidupan
sehari-hari, khususnya yang terkait dengan perawatan tubuh agar tetap
sehat, merawat lingkungan yang sehat, memilih makanan dan
minuman yang sehat, mencegah dan merawat cidera, mengatur waktu
istirahat yang tepat dan berperan aktif dalam kegiatan P3K dan UKS.
Aspek kesehatan merupakan aspek tersendiri, dan secara implisit
masuk ke dalam semua aspek.
Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) menganggap Pendidikan
Jasmani dan Olahraga penting karena dapat mendukung bagi pencapaian
Millenium Development Goals (MDGs) di bidang kesehatan, pendidikan,
dan kemiskinan. Dalam hal ini penjasorkes dapat menjadi instrumen yang
efektif bagi penanggulangan dan peningkatan secara tidak langsung
masalah kesehatan dan kemiskinan. Misalnya, olahraga dapat
menyumbang atau berpengaruh kepada meningkatnya kebugaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
masyarakat. Di Indonesia lebih dikenal dengan nama Pendidikan Jasmani,
Olahraga dan Kesehatan (Penjasorkes), hal tersebut sesuai dengan yang
diamanatkan dalam Standar Nasional Pendidikan (PP RI No. 19 Tahun
2005 pasal 7 ayat 8 dalam Sugiyanto 2012 ). Selanjutnya dijelaskan bahwa
Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan didalamnya terkandung 3
(tiga) komponen isi yang seharusnya ada, yaitu: Pendidikan Jasmani;
Pendidikan Olahraga; dan Pendidikan Kesehatan.
a) Pendidikan Jasmani
Pendidikan jasmani memiliki kajian tersendiri namun
sebenarnya merupakan satu kesatuan dalam konsep Penjasorkes.
Definisi Pendidikan Jasmani menurut Charles A. Bucher 1972 dalam
Sugiyanto (2012) menyatakan “Pendidikan Jasmani, suatu bagian
integral dari proses pendidikan total , adalah suatu bidang upaya
yang bertujuan mengembangkan warga negara yang segar (fit)
secara fisik, mental, emosi dan sosial melalui medium aktivitas fisik
yang dipilih sesuai sudut pandang perealisasian tujuan tersebut.
Pendidikan Jasmani merupakan salah satu mata pelajaran
yang terdapat dalam program pendidikan umum. Pendidikan jasmani
merupakan suatu proses pendidikan seseorang sebagai individu
maupun sebagai anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar
dan sistematik melalui berbagai kegiatan jasmani dalam rangka
memperoleh peningkatan kemampuan dan ketrampilan jasmani,
pertumbuhan, kecerdasan dan pembentukan watak. Dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
demikian dapat dikatakan di sini bahwa pendidikan jasmani sekolah,
bukan semata-mata di tekankan pada pencapaian kesegaran fisik,
pengembangan ketrampilan, kemampuan motorik saja, namun
menanamkan gemar hidup sehat sejak anak-anak. Seseorang yang
memiliki pemahaman sejak usia dini tentang perencanaan program
kesegaran, perilaku hidup sehat yang pada gilirannya akan mampu
berpartisipasi aktif dalam segala aktivasi, termasuk aktivitas
olahraga dalam masyarakat luas. Untuk itu pendidikan jasmani di
sekolah hendaknya mampu mengembangkan ketrampilan motorik,
fitness dan karakter secara bersamaan.
Pendidikan jasmani merupakan proses pendidikan yang
melibatkan aktifitas fisik dengan alat untuk mencapai tujuan
pendidikan. Menurut Lutan (1998: 113) “Pendidikan Jasmani adalah
proses pendidikan via aktivitas jasmani, permainan dan/atau cabang
olahraga yang terpilih dengan maksud untuk mencapai tujuan
pendidikan”. Tujuan yang ingin dicapai bersifat menyeluruh,
mencakup aspek fisik, intelektual, emosional, sosial dan moral.
Berkenaan dengan aspek fisik, tujuan utama pendidikan jasmani
adalah untuk memperkaya perbendaharaan gerak dasar anak-anak
dengan aktivitas fisik, sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan
perkembangannya.
Sebagai alat pendidikan, pendidikan jasmani bukan hanya
bertujuan untuk mengembangkan kemampuan jasmani siswa, tetapi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
melalui aktivitas jasmani dikembangkan pola potensi lainnya, seperti
kognitif, afektif dan psikomotor anak. Pendidikan jasmani berperan
penting terhadap pencapaian tujuan belajar mengajar secara
keseluruhan. Melalui pendidikan jasmani diharapkan dapat
merangsang perkembangan dan pertumbuhan jasmani siswa,
merangsang perkembangan sikap, mental, sosial, emosi yang
seimbang serta keterampilan gerak siswa. Menurut Depdiknas,
(2003) mengemukakan bahwa “Pendidikan jasmani merupakan
proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani yang
direncanakan secara sistematik bertujuan untuk mengembangkan dan
meningkatkan individu secara organik, neuromuskuler, perceptual,
kognitif, dan emosional, dalam kerangka sistem pendidikan nasional.
Pendidikan jasmani lebih menekankan proses pembelajarannya pada
penguasaan gerak manusia. Pemahaman yang lebih mendalam
terhadap kecenderungan dan hakikat gerak ini, misalanya melalui
teori gerak dan teori belajar gerak, maka memungkinkan guru lebih
memahami tentang kondisi apa yang perlu disediakan untuk
memungkinkan anak belajar secara efektif.
Tidak dipungkiri bahwa dalam menjalankan proses
pendidikan Jasmani di sekolah, guru mengalami banyak kendala
misalnya keterbatasan sarana dan prasarana olahraga. Dengan
kondisi tersebut, guru penjasorkes dituntut untuk lebih kreatif dan
inovatif. Model-model pembelajaranpun banyak dibuat untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
menanggulangi keterbatasan tersebut. Salah satu bentuk
pembelajaran tersebut berkonsep pada joyful learning atau belajar
yang menyenangkan. Desain atau rancangan pembelajaran tersebut
kemudian dielaborasi konsepnya menjadi konsep PAIKEM yaitu
Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan
(Kristiyanto 2012 : 15-16)
b) Pendidikan Olahraga
Pendidikan olahraga merupakan sebuah konsep hasil
pengembangan dari Penjasorkes dimana memiliki tujuan yang lebih
spesifik yaitu mengarah kepada prestasi olahraga dari peserta didik.
Hal tersebut sejalan dengan pendapat Daryl Siedentop dalam
Sugiyanto (2012) mengatakan bahwa model pendidikan olahraga
dinilai memiliki tujuan yang lebih ambisius dibanding dengan
program olahraga didalam pendidikan jasmani. Pendidikan olahraga
berusaha mendidik murid untuk menjadi pemain olahraga yang
sebenarnya dan membantu mereka untuk menjadi olahragawan yang
kompeten, pintar dan antusias. Selanjutnya dijelaskan bahwa
olahraga yang kompeten berarti memiliki keterampilan yang
memadai untuk berpartisipasi dalam pertandingan, memahami dan
dapat melaksanakan strategi sesuai dengan kompleksitas permainan
dan sebagai pemain yang berpengetahuan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Olahragawan yang pintar berarti memahami nilai-nilai
peraturan, tatacara dan tradisi dalam olahraga dan dapat
membedakan antara praktik olahraga yang baik dan yang buruk baik
pada anak-anak atau olahragawan profesional. Olahragawan yang
antusias berarti berpartisipasi dan berperilaku dalam cara yang
memelihara, melindungi dan mempertinggi budaya olahraga.
Sebagai anggota kelompok olahraga turut mengembangkan olahraga
pada tingkat lokal, nasional dan internasional.
Jika mengevaluasi dan menganalisis dalam berbagai
kejuaraan dunia menunjukkan bahwa hanya atlet tertentu cocok
untuk olahraga tertentu dan harus juga memiliki karakteristik
psikologi dan mental yang diperlukan. Selain itu juga memiliki
kondisi fisik yang handal, memiliki teknik dan taktik yang baik serta
memiliki pengalaman dalam berbagai kompetisi yang dapat
mencapai prestasi tinggi. Prestasi semacam ini akan dicapai dengan
mengembangkan aspek-aspek prasyarat pada masa anak-anak.
Pembinaan olahraga yang dilakukan secara sistematis, tekun
dan berkelanjutan pada pelajar SD, SMP dan SMA diharapkan akan
menghasilkan prestasi yang tinggi. Dengan dimulainya pembinaan
olahraga pada usia muda, akan terwujud dalam proses awal dari
pembinaan olahraga sendiri dimulai dari pembinaan pelajar yang
salah satunya dengan cara pemanduan bakat pada usia dini. Usia
anak Sekolah Menegah Pertama merupakan masa-masa yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
strategis dalam upaya pembinaan olahraga, karena pada masa ini
anak-anak masih mempunyai waktu dan kesempatan yang cukup
panjang, sehingga dapat meraih prestasi yang maksimal dikemudian
hari.
Dalam penerapan olahraga pendidikan seorang guru
Penjasorkes di sekolah harus diperhatikan porsi latihan atau aktivitas
fisik yang diberikan kepada peserta didik. Pada usia anak-anak,
aktivitas fisik harus benar-benar diperhitungkan dengan baik karena
jika porsi yang diberikan berlebihan maka dapat menganggu
pertumbuhan dan perkembangan anak itu sendiri. Program latihan
atau pembelajaran yang diberikan harus disesuaikan dengan usia dan
kemampuan masing-masing anak. Rekomendasi yang diberikan oleh
Federasi Sports Medicine Australia dalam Giriwijoyo dan Sidik
(2012 : 76) untuk olahraga (lari) aerobik bagi anak-anak sebagai
berikut:
Tabel 2.1. Rekomendasi Aktivitas Fisik Aerobik (lari).
Usia di Bawah Jarak Lari Tidak Boleh Lebih Dari
12 tahun
15 tahun
15-16 tahun
16-18 tahun
18 tahun
5 km
10 km
20 km
30 km
Marathon
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
c) Pendidikan Kesehatan
Kesehatan merupakan kebutuhan dasar bagi setiap aktivitas
kehidupan dimana kesehatan harus selalu dijaga dan ditingkatkan.
Cara termurah untuk menjaga kesehatan adalah dengan berolahraga.
Menurut Lutan dkk (1995 : 50-51) bahwa upaya pembinaan
kesehatan pada dasarnya hanya terdiri atas dua bidang garapan yaitu:
(1) pembinaan kesehatan pada faktor manusia dan (2) pembinaan
kesehatan pada faktor lingkungan.
Slogan yang berbunyi “kesehatan merupakan harta yang
paling berharga” adalah benar adanya. Banyak orang yang tidak
perduli akan kesehatan bahkan tidak mementingkan kesehatan untuk
dirinya sendiri. Ketidaktahuan akan cara yang benar untuk menjaga
kesehatan menjadi salah satu faktor penyebabnya. Kehidupan
sekolah yang terlalu membebankan kepada tugas-tugas berkombinasi
pula dengan kehidupan di rumah dan lingkungan luar sekolah. Jika
di sekolah anak kurang bergerak, di rumah keadaannya juga
demikian. Kemajuan teknologi yang dicapai pada saat ini, malah
menjebak anak-anak ke dalam lingkungan kurang gerak. Anak
semakin asyik dengan kesenangannya seperti menonton TV atau
bermain video game. Tidak mengherankan bila ada kerisauan bahwa
kebugaran anak-anak semakin menurun.
Seiring semakin rendahnya kebugaran jasmani, kian
meningkat pula gejala penyakit hipokinetik (kurang gerak) seperti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
kegemukan, tekanan darah tinggi, kencing manis, nyeri pinggang
bagian bawah, adalah contoh dari penyakit kurang gerak . Akibatnya
penyakit jantung tidak lagi menjadi monopoli orang dewasa, tetapi
juga sudah menyerang pada anak-anak. Sejalan dengan itu,
pengetahuan dan kebiasaan makan yang tidak sehatpun semakin
memperburuk masalah kesehatan anak-anak. Dengan pola gizi yang
tidak seimbang, mereka menghadapkan diri mereka sendiri pada
resiko penyakit degenaratif (menurunnya fungsi organ) yang
semakin besar. Sangat penting untuk menjaga kesehatan baik
jasmani maupun rohani oleh karena itu pendidikan kesehatan
menjadi sangat krusial khususnya untuk pelajar di sekolah. Hal
tersebut sejalan dengan pendapat Giriwijoyo dan Sidik (2012 : 28)
bahwa
“Olahraga kesehatan meningkatkan derajat sehat dinamis
(sehat dalam gerak), pasti juga sehat statis (sehat dikala
diam), tetapi tidak pasti sebaliknya. Gemar berolahraga :
mencegah penyakit, hidup sehat dan nikmat. Malas
berolahraga : mengundang penyakit. Tidak berolahraga :
menelantarkan diri”.
Sugiyanto (2012) menyatakan bahwa pendidikan kesehatan
pada dasarnya merupakan kajian yang bersifat multidisiplin. Isinya
diambil dari banyak bidang ilmu antara lain kedokteran, kesehatan
masyarakat, kejasmanian, psikologi, biologi dan sosiologi. Lingkup
kajiannyapun luas yang mencakup antara lain hakekat sehat dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
penyakit, kegizian, pencegahan cedera, pertolongan pertama pada
kecelakaan, pencegahan penggunaan narkotika dan obat-obat
terlarang, hakekat perilaku dan kebiasaan hidup sehat dan
pemeliharaan kesehatan. Aspek layanan yang termasuk didalamnya
meliputi penanganan kehidupan sekolah yang sehat, layanan
kesehatan dan pengajaran kesehatan.
2) Olahraga Prestasi
Olahraga prestasi adalah olahraga yang membina dan
mengembangkan olahragawan secara terencana, berjenjang, dan
berkelanjutan melalui kompetisi untuk mencapai prestasi dengan
dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi keolahragaan. Selain itu dalam
pengembangan olahraga perlu dilakukan sebuah pendekatan
keilmuan yang menyeluruh dengan jalan pemanfaatan ilmu pengetahuan
dan teknologi. Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
keolahragaan adalah peningkatan kualitas dan kuantitas pengetahuan dan
teknologi yang bertujuan memanfaatkan kaedah dan teori ilmu
pengetahuan yang telah terbukti kebenarannya untuk peningkatan fungsi,
manfaat, dan aplikasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada atau
menghasilkan teknologi baru bagi kegiatan keolahragaan. Hal tersebut
sejalan dengan pendapat Kristiyanto (2012 : 12) yang menyatakan bahwa
“Dalam lingkup olahraga prestasi, tujuannya adalah untuk menciptakan
prestasi yang setinggi-tingginya. Artinya bahwa berbagai pihak seharusnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
berupaya untuk mensinergikan hal-hal dominan dalam menentukan
prestasi gemilang”.
Sudut pandang teknologi berkaitan dengan penerapan prinsip-
prinsip teknik, termasuk mekanika gerak yang terbungkus dalam kajian
biomekanika, dalam bentuk analisis efisien gerak, momentum, akselerasi,
dan sebagainya. Teknologi juga berarti pemutakhiran peralatan-peralatan
olahraga yang sesuai dengan kaidah mekanika gerak tubuh manusia.
Telaahan penting yang diperlukan dalam peningkatan prestasi olahraga
adalah dari bantuan teori-teori sosiologi kedalam pengembangan olahraga.
Telaahan sosiologis perlu dilakukan dalam upaya membantu men-
sosialisasikan olahraga kepada berbagai tingkatan usia dan golongan.
Teori struktural fungsionalisme, konflik, dan kritik perlu dimanfaatkan
untuk memantapkan posisi olahraga di masyarakat sehingga masyarakat
dapat mengakses dengan mudah segala kebutuhan untuk berolahraga.
Gerakan sosialisasi olahraga ini perlu dilakukan agar masyarakat dapat
memahami makna dan tujuan olahraga yang sebenarnya.
Teori-teori psikologi juga perlu dilakukan dalam peningkatan
prestasi olahraga nasional terutama mendorong atau memicu motivasi
berprestasi dalam bidang olahraga penampilan tingkat tinggi ini. Selain itu,
pembelajaran kepribadian atau personaliti atlet juga perlu dilakukan untuk
dapat memahami para atlet, sehingga pada saat yang sama atlet dapat
dikokohkan kepribadiannya melalui kekuatan fisik, emosional, dan
intelektual secara utuh. Pedagogi dapat diperbantukan dalam peningkatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
prestasi olahraga melalui penerapan kaidah-kaidah didaktik dan metodik
yang akurat pada pembinaan olahraga usia dini dan olahraga sekolah
secara proporsional, selain juga perlu penerapannya dalam olahraga
masyarakat. Karena itu, perlu diproporsikan secara tepat kedudukan
aktivitas jasmani dan olahraga yang ada di sekolah dan di masyarakat.
Olahraga dapat menjadi salah satu alat untuk mencapai kejayaan
bangsa. Kejayaan olahraga nasional yang pernah ditorehkan Indonesia
yaitu pada Asian Games IV tahun 1962 di Jakarta dengan menduduki
peringkat kedua setelah Jepang. Namun beberapa tahun belakang ini,
prestasi olahraga Indonesia mengalami keterpurukan. Bahkan di tingkat
Asia Tenggara, prestasi Indonesia kurang menggembirakan. Prestasi
olahraga Indonesia bukan semakin meningkat, tetapi justru sebaliknya
semakin merosot. Merosotnya prestasi olahraga nasional tercermin dari
peringkat Indonesia di ajang SEA Games. Terakhir kali Indonesia menjadi
Juara umum SEA Games pada tahun 1997 di Jakarta. Tahun 2011 kita
kembali menjadi tuan rumah pesta olahraga terbesar se-Asia Tenggara dan
telah berhasil merebut kembali gelar juara umum.
Untuk mendapatkankan atlet berprestasi, disamping proses latihan
yang harus di jalankan dengan baik, perlu juga dibarengi dengan
menciptakan kompetisi-kompetisi agar proses latihan yang diterapkan
dapat diuji dan dievaluasi melalui kompetisi-kompetisi yang ada. Oleh
karena itu semakin besar volume dan frekuensi kejuaraan/kompetisi, maka
semakin besar peluang untuk menghasilkan atlet berprestasi. Olahraga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
prestasi adalah olahraga yang harus dibina dan ditangani secara serius dan
terpantau. Pembinaan olahraga prestasi bertujuan untuk mengembangkan
olahragawan secara terencana, berjenjang, dan berkelanjutan melalui
kompetisi untuk mencapai prestasi dengan dukungan ilmu pengetahuan
dan teknologi keolahragaan. Keterbatasan dana pemerintah menuntut
cabang-cabang olahraga lain yang belum menjadi prioritas pendanaan
pemerintah perlu menggalang dana kolektif dari masyarakat dan swasta.
Para pemerhati olahraga Indonesia harus segera menyatukan suara dalam
membangun olahraga di Indonesia. Salah satunya adalah menetapkan
National Sport Policy yang akan menjadi acuan bersama, tanpa melihat
siapa yang menjadi penguasaannya, serta menciptakan situasi konduksif
untuk efisiensi dan efektivitas penerapan kebijakan olahraga itu sendiri.
Olahraga di Indonesia berpeluang untuk mengembangkan industri
olahraga, mengingat karakteristik masyarakat Indonesia yang masih
memfavoritkan televisi sebagai media informasi dan hiburan, kunci itu ada
di tangan televisi. Kita tidak bisa mengabaikan peran para wartawan yaitu
media cetak dan media elektronik lainya seperti radio dan internet yang
semakin global dan canggih sebagai kendaraan ampuh untuk memajukan
aktivitas pendidikan jasmani dan olahraga.
Model pembinaan prestasi olahraga bentuk segi tiga atau sering
disebut pola piramid seharusnya berporos pada proses pembinaan yang
bersinambung. Dikatakan bersinambung (kontinum) karena pola itu harus
didasari cara pandang (paradigma) yang utuh dalam memaknai program
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
pemassalan dan pembibitan dengan program pembinaan prestasinya.
Artinya, program tersebut memandang penting arti pemassalan dan
pembibitan yang bisa jadi berlangsung dalam program pendidikan jasmani
yang baik, diperkuat dengan program pengembangannya dalam kegiatan
klub olahraga sekolah, dimatangkan dalam berbagai aktivitas kompetisi
intramural dan idealnya tergodok dalam program kompetisi interskolastik,
serta dimantapkan melalui pemuncakan prestasi dalam bentuk training
camp bagi para bibit atlet yang sudah terbukti berbakat.
Corak ini dapat dipastikan agak berbeda dari yang ditempuh dalam
pembinaan olahraga di Indonesia umumnya, misalnya program PPLP dan
Ragunan, yang biasanya melupakan arti penting dari program penjas dan
program olahraga rekreasi, tetapi langsung diorientasikan kepada puncak
tertinggi dari model piramid. Yang ada bukan gambar pola piramid, tetapi
lebih berupa gambar sebuah pencil (orang lebih suka menyebutnya sebagai
flag pole model yang berarti model tiang bendera). Secara tradisional,
program pengajaran pendidikan jasmani digambarkan sebagai lantai dasar
dari sebuah segitiga sama kaki, atau yang sering disebut sebagai bentuk
piramid. Tepat di atasnya terdapat program olahraga rekreasi, atau lajim
pula disebut program klub olahraga. Sedangkan di puncak segitiga terletak
program olahraga prestasi.
Membangun strategi pembinaan olahraga secara nasional
memerlukan waktu dan penataan sistem secara terpadu. Pemerintah dalam
hal ini adalah Kementerian Pemuda dan Olahraga tidak dapat bekerja
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
sendiri tanpa sinergi dengan kelembagaan lain yang terkait dengan
pembinaan sistem keolahragaan secara nasional. Penataan olahraga
prestasi harus dimulai dari permasalahan olahraga di masyarakat yang
diharapkan akan memunculkan bibit-bibit atlet berpotensi dan ini akan
didapat pada atlet yang dimulai dari usia sekolah. Pembinaan olahraga
prestasi harus berjangka waktu kehidupan atlet, dimulai pada saat merekrut
seorang anak untuk dikembangkan menjadi seorang atlet. Dalam merekrut
calon atlet, postur dan struktur tubuhnya harus dilihat apakah tubuh
(termasuk kemampuan jantung dan paru-paru) calon atlet itu bisa dibentuk
dengan latihan-latihan untuk menjadi kuat, cepat dan punya endurance
atau daya tahan.
Inteligensi juga harus diteliti pada saat merekrut calon atlet yang
masih anak-anak. Apakah anak itu cukup cerdas dalam mengambil
keputusan singkat pada saat bertanding dalam suasana menekan dan
apakah aspek psikologinya juga tangguh untuk mendukungnya
mempunyai mental juara sejati, bukan mental pecundang yang sombong
dan angkuh dan hanya berorientasi uang. Setelah aspek-aspek itu
terpenuhi, pembinaan dilakukan menggunakan teknologi olahraga untuk
pembentukan fisik, psikologi dan rohani. Harus ada keseimbangan juga
antara latihan spartan dan istirahat. Oleh karena itu penataan harus
dilakukan secara terpadu dan berjenjang sehingga hasil yang dicapai
merupakan produk yang sangat optimal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Untuk dapat menggerakkan pembinaan olahraga harus
diselenggarakan dengan berbagai cara yang dapat mengikutsertakan atau
memberi kesempatan seluas-luasnya kepada masyarakat untuk
berpartisipasi dalam kegiatan olahraga secara aktif, berkesinambungan,
dan penuh kesadaran akan tujuan olahraga yang sebenarnya. Pembinaan
olahraga yang seperti ini hanya dapat terselenggara apabila ada suatu
system pengelolaan keolahragaan nasional yang terencana, terpadu, dan
berkesinambungan dalam semangat kebersamaaan dari seluruh lapisan
masyarakat. Pembinaan atlet usia pelajar sering kali tidak terjadi
kesinambungan dengan pembinaan cabang olahraga prioritas. Hal ini bisa
dilihat dari berbagai cabang olahraga yang merupakan andalan untuk
meraih medali emas tidak dibina secara berjenjang. Untuk itu perlu
dilakukan penyusunan program pembibitan atlet dari usia dini dengan
cabang olahraga yang menjadi prioritas. Sebagai langkah berikutnya perlu
melakukan kerja sama antara Menteri Pemuda dan Olahraga dengan
Komite Olahraga Nasional Indonesia Pusat serta Induk Organisasi Cabang
Olahraga untuk membicarakan cabang-cabang olahraga yang menjadi
prioritas utama baik di daerah, nasional, maupun Internasional.
3) Olahraga Rekreasi
Olahraga rekreasi adalah olahraga yang dilakukan oleh masyarakat
dengan kegemaran dan kemampuan yang tumbuh dan berkembang sesuai
dengan kondisi dan nilai budaya masyarakat setempat untuk kesehatan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
kebugaran, dan kegembiraan. Pada pasal 19 Bab VI UU nomor 3 tahun
2005 dinyatakan bahwa “olahraga rekreasi bertujuan untuk memperoleh
kesehatan, kebugaran jasmani dan kegembiraan, membangun hubungan
sosial dan atau melestarikan dan meningkatkan kekayaan budaya daerah
dan nasional”. Selanjutnya dinyatakan bahwa Pemerintah, pemerintah
daerah dan masyarakat berkewajiban menggali, mengembangkan dan
memajukan olahraga rekreasi.
Kristiyanto (2012 : 6) menyatakan bahwa “olahraga rekreasi terkait
erat dengan aktivitas waktu luang dimana orang bebas dari pekerjaan rutin.
Waktu luang merupakan waktu yang tidak diwajibkan dan terbebas dari
berbagai keperluan psikis dan sosial yang telah menjadi komitmennya”.
Sedangkan Menurut Aip Syaifuddin (1990) olahraga rekreasi adalah jenis
kegiatan olahraga yang dilakukan pada waktu senggang atau waktu-waktu
luang. Kegiatan yang umum dilakukan untuk rekreasi adalah pariwisata,
olahraga, permainan, dan hobi dan kegiatan rekreasi umumnya dilakukan
pada akhir pekan. kegiatan rekreasi merupakan salah satu kegiatan yang
dibutuhkan oleh setiap manusia. Kegiatan tersebut ada yang diawali
dengan mengadakan perjalanan ke suatu tempat dan sebagainya. Secara
psikologi banyak orang di lapangan yang merasa jenuh dengan adanya
beberapa kesibukan dan masalah, sehingga mereka membutuhkan istirahat
dari bekerja, tidur dengan nyaman, bersantai sehabis latihan,
keseimbangan antara pengeluaran dan pendapatan, mempunyai teman
bekerja yang baik, kebutuhan untuk hidup bebas, dan merasa aman dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
resiko buruk. Melihat beberapa pernyataan di atas, maka rekreasi dapat
disimpulkan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan sebagai pengisi waktu
luang untuk satu atau beberapa tujuan, diantaranya untuk kesenangan,
kepuasan, penyegaran sikap dan mental yang dapat memulihkan kekuatan
baik fisik maupun mental.
Beragam jenis olahraga rekreasi, yang merupakan kekayaan asli
dan jati diri bangsa Indonesia perlu dilestarikan, dipelihara dan
diperkenalkan kepada generasi muda penerus, serta didokumentasikan
dengan serius dan cermat, sehingga asset budaya dan jati diri bangsa
Indonesia tidak hilang atau diakui oleh bangsa lain. Disamping itu,
gerakan “Sport for All” yang menjadikan olahraga sebagai bagian dari
upaya mendukung pembangunan kualitas sumber daya manusia,
pendidikan, kesehatan dan kebugaran masyarakat, serta aspek lain yang
dibutuhkan oleh pembentukan karakter dan jati diri suatu bangsa,
menjadikannya sebagai kekuatan yang ampuh dalam upaya
mempersatukan bangsa Indonesia dalam kerangka Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Sejalan dengan itu, “Sport for All” di dunia internasional telah
semakin maju dan berkembang menjadi suatu gerakan global, yang
dampaknya secara langsung dan tidak langsung telah mempengaruhi
perkembangan olahraga di Indonesia, yang terbukti dengan semakin subur
dan meningkatnya partisipasi masyarakat dalam berbagai kegiatan dan
bentuk olahraga, baik yang asli berakar dari budaya bangsa dan dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
negeri Indonesia, maupun yang berasal dari budaya bangsa lain dari manca
Negara. Atas dasar pemikiran bahwa potensi, manfaat dan kekayaan dari
olahraga rekreasi dan gerakan "Sport for All", tidak hanya dari aspek
olahraga, kesehatan dan budaya, akan tetapi juga dari aspek terkait yang
lain dalam kehidupan bangsa Indonesia, maka pengembangan olahraga
rekreasi dan gerakan “Sport for All” di Indonesia, harus ditangani dengan
serius, baik oleh pemerintah di pusat dan daerah, maupun oleh organisasi
olahraga dan masyarakat sendiri, melalui penetapan Visi "Indonesia Bugar
2020".
Guna mendukung upaya dan semangat kebangkitan bangsa
Indonesia yang dimulai sejak peringatan 100 tahun Kebangkitan Nasional
tahun 2008, maka Kebangkitan Olahraga Nasional melalui upaya
pemberdayaan dan pengembangan olahraga rekreasi dan gerakan “Sport
for All” di Indonesia, menjadi salah satu solusi dan cara yang tepat untuk
mendorong percepatan Kebangkitan Bangsa Indonesia sebagai bangsa
yang sehat, bugar, produktif, kuat, mandiri, demokratis, berjati diri dan
berdaya saing di era globalisasi.
Atas dasar pemikiran tersebut, Visi “Indonesia Bugar 2020” harus
dapat dijabarkan melalui penyelenggaraan event berskala nasional yaitu
Kongres Nasional Pengembangan Olahraga Rekreasi dan “Sport for All” di
Indonesia dan sekaligus didukung oleh seluruh jajran dan jejaring
Olahraga Rekreasi di Indonesia yang berhimpun dalam Federasi Olahraga
Rekreasi Masyarakat Indonesia (FORMI), yang akan mengindentifikasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
dan menginventarisasi segenap potensi yang terkait, serta menentukan
peran, arah dan sasaran pengembangan olahraga rekreasi dan “Sport for
All” di Indonesia dalam sepuluh tahun kedepan.
2. Fasilitas Olahraga
Olahraga telah dijadikan sebagai gerakan nasional dan merupakan
implementasi dari pembangunan olahraga di Indonesia. Sejalan dengan itu, maka
dicetuskanlah slogan “Tiada Hari Tanpa Olahraga” dengan harapan olahraga
dapat tumbuh dan mengakar dalam kehidupan sehari-hari masyarakat disegala
lapisan, mulai dari perkotaan sampai ke pedesaan. Ketika olahraga telah menjadi
sebuah kebutuhan setiap orang dalam hidupnya maka timbulah sebuah
permasalahan yaitu kebutuhan akan fasilitas yang bisa menunjang aktivitas
olahraga. Demi kenyamanan dan kelancaran dalam melakukan aktivitas olahraga
tersebut maka diperlukan pula fasilitas yang baik dan memenuhi standar
keolahragaan. Dalam hal ini Pemerintah sebagai pembuat kebijakan mempunyai
kewajiban dan tanggungjawab untuk memenuhi kebutuhan fasilitas tersebut
sebagaimana yang diamanatkan Undang-Undang Sistem Keolahragaan Nasional
Nomor 3 Tahun 2005. Wirjasantosa (1984 : 157) mengungkapkan bahwa,
“Fasilitas olahraga adalah suatu bentuk yang permanen, baik untuk ruangan di
dalam maupun di luar. Misalnya: gymnasium (ruang senam), kolam renang,
lapangan-lapangan permainan, dan sebagainya”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Fasilitas olahraga didalamnya terdiri dari sarana dan prasarana penunjang
aktivitas olahraga. Sarana sendiri merupakan salah satu unsur penting yang harus
tersedia dalam olahraga. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001 : 999)
dijelaskan bahwa Sarana adalah segala sesuatu yang dipakai sebagai alat dalam
mencapai maksud dan tujuan”. Dalam olahraga sendiri terdapat banyak alat yang
digunakan baik untuk bermain, berlatih maupun bertanding dalam event olahraga.
Sedangkan Soepartono (1999/2000 : 6) menyatakan bahwa :
“Istilah sarana olahraga adalah terjemahan dari facilitie yaitu sesuatu yang
dapat digunakan atau dimanfaatkan dalam proses pembelajaran pendidikan
jasmani”. Sarana olahraga dapat dibedakan menjadi dua kelompok:
a. Peralatan (apparatus)
Peralatan ialah sesuatu yang digunakan contoh: peti lompat, palang
tunggal, gelang-gelang dan sebagainya.
b. Perlengkapan (device) ialah:
1) Semua yang melengkapi kebutuhan prasarana misalnya: net,
bendera untuk tanda, garis batas
2) Sesuatu yang dapat dimainkan atau dimanipulasi dengan tangan
atau kaki misalnya: bola, raket, pemukul
Prasarana olahraga pada dasarnya merupakan sesuatu yang bersifat
permanen. Tanpa didukung dengan prasarana yang baik maka sulit untuk
melakukan aktivitas olahraga yang berkualitas dan bahkan sulit memperoleh
prestasi olahraga yang tinggi. Menurut Soepartono (1999/2000 : 5) bahwa
“Prasarana olahraga adalah sesuatu yang merupakan penunjang terlaksananya
suatu proses pembelajaran pendidikan jasmani. Sedangkan Kamus Besar Bahasa
Indonesia (2001 : 893) menjelaskan bahwa “Prasarana adalah segala sesuatu yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
merupakan penunjang utama terselenggaranya suatu proses usaha, pembangunan
proyek dan lain sebagainya”. Berdasarkan penjelasan diatas maka penulis
menyimpulkan bahwa prasarana olahraga adalah gedung olahraga, ruang
serbaguna, lapangan dan kolam renang yang digunakan sebagai tempat
pelaksanaan kegiatan olahraga. Sarana olahraga adalah alat yang digunakan untuk
mempraktekkan setiap cabang olahraga guna mencapai ketrampilan tertentu atau
prestasi. Kemudian sarana dan prasarana olahraga adalah suatu alat dan bangunan
yang dirancang sesuai dengan persyaratan tertentu yang digunakan sebagai alat
bantu dan tempat melaksanakan kegiatan olahraga.
Dengan budaya berolahraga yang tinggi di lingkungan masyarakat maka
fasilitas olahraga merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi tingkat
partisipasi masyarakat untuk melakukan aktivitas olahraga. Beranjak dari
banyaknya fasilitas olahraga yang tersedia disuatu wilayah, maka masyarakat
semakin mudah untuk menggunakan dan memanfaatkan dalam melakukan
berbagai kegiatan olahraga sesuai dengan hobi, kebutuhan dan keinginan mereka
masing-masing dengan fasilitas olahraga yang tersedia tersebut. Namun jika
fasilitas olahraga yang tersedia di daerah-daerah terbatas maka semakin terbatas
pula kesempatan bagi masyarakat untuk melakukan atau menggunakan fasilitas
olahraga, yang berdampak pada menurunnya minat dan partisipasi mereka untuk
melakukan kegiatan olahraga.
Peningkatan minat masyarakat terhadap olahraga sering tidak diimbangi
dengan peningkatan kualitas maupun kuantitas fasilitas olahraga bahkan
terjadinya kecenderungan menurunnya kualitas fasilitas olahraga karena
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
kurangnya perawatan. Bahkan saat ini banyak klub-klub atau kelompok-kelompok
olahraga yang tidak tertampung kegiatannya, sehingga mereka berlatih dengan
fasilitas seadanya atau berlatih di tempat-tempat yang kurang representatif. Hal
tersebut dapat menghambat perkembangan olahraga di Kabupaten Ketapang, baik
dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Menghadapi fenomena tersebut, atlit, klub
maupun penggemar olahraga memerlukan wadah yang representatif dimana
mereka dapat melakukan aktifitas-aktifitasnya seperti berlatih untuk
meningkatkan prestasi, meningkatkan kebugaran fisiknya sekaligus berekreasi.
Karenanya muncul suatu pemikiran untuk menyediakan sebuah fasilitas yang
mampu mewadahi kegiatan-kegiatan tersebut dalam satu lokasi yang terpadu
misalnya dengan dibangun Sport Center.
Sarana dan prasarana olahraga di Indonesia secara umum sangat lemah
baik dari sisi jumlah maupun mutu, sehingga tidak memungkinkan untuk dapat
dikembangkan standar pelatihan bermutu tinggi. Indonesia telah merintis
pendirian sentra olahraga seperti pendirian Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar
(PPLP), Pusat Pendidikan dan Latihan Mahasiswa (PPLM), yang tersebar di
seluruh Indonesia. Pusat pelatihan daerah yang idealnya ada di setiap provinsi,
memerlukan pembenahan. Tujuannya adalah untuk menyediakan, mengadakan,
dan membangun sarana dan prasarana olahraga untuk mendukung kegiatan
pembinaan dan pengembangan olahraga, serta pencapaian prestasi olahraga.
Pembangunan maupun pengembangan fasilitas olahraga harus melalui
kajian yang seksama agar kelak fasilitas tersebut dapat digunakan dalam jangka
waktu yang lama. Berhubungan dengan fungsi bangunan yaitu bangunan olahraga.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Fasilitas Olahraga memerlukan suatu ruang yang luas dan mengharuskan
menggunakan sistem struktur bentang Iebar agar kegiatan yang berlangsung,
baik kegiatan fisik maupun kegiatan visual tidak terganggu. Selain berfungsi
untuk meningkatkan minat masyarakat terhadap olahraga, Gedung Olahraga
tertutup juga harus dapat memberikan citra dan daya tarik visual bagi
pengamatnya. Memberikan keindahan (estetika) pada penampilan bangunannya,
dengan menonjolkan strukturnya tanpa ditutup-tutupi. Sistem struktur dan
rangkaian elemen-elemen yang sating terkait satu dengan yang lain harus
mewujudkan kestabilan, kekakuan dan kekuatan banguan serta menyalurkan gaya-
gaya yang bekerja dengan baik ke tanah, sehingga bangunan tersebut dapat berdiri
dengan kokoh. Oleh karena itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pembangunan sebuah fasilitas olahraga di suatu tempat yaitu: (a) Tinjauan
Terhadap Iklim, (b) Tinjauan Terhadap Lokasi Tapak dan (c) Studi Banding.
Hal yang paling pokok dan dipahami oleh arsitek adalah iklim setempat.
Karena arsitektur yang baik adalah arsitektur yang dapat memanfaatkan dampak
positif dan mengatasi masalah iklim. Lokasi tapak berada di daerah dengan iklim
tropis, yang pada umumnya memiliki perbedaan musim panas dan musim hujan
yang kecil. Untuk daerah yang beriklim tropis lembab hal yang perlu diperhatikan
adalah curah hujan, penghindaran terhadap radiasi matahari dan pemanfaatan
angin untuk ventilasi. Bagaimana menyesuaikan iklim terhadap bangunan,
yaitu dengan cara Lay out bangunan harus memperhatikan lintasan matahari,
perlindungan panas matahari dengan sistem bayangan, contoh diberikan kisi-kisi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
(sunscreen). Keadaan alam disekitar tapak tidak menunjukkan adanya potensial
alam berupa pohon-pohon, dan sebagainya.
a. Jenis Fasilitas Olahraga
Fasilitas olahraga secara keseluruhan meliputi fasilitas fisik dan
fasilitas nonfisik. Fasilitas olahraga secara fisik mencakup sarana dan
prasarana fisik antara lain berupa stadion, gelanggang dan lapangan
olahraga. Sedangkan fasilitas olahraga nonfisik mencakup sarana dan
prasarana seperti sasana/perkumpulan olahraga, tenaga pelatih dan guru
pendidikan jasmani/olahraga. Ketersediaan kedua jenis fasilitas olahraga
tersebut dalam jumlah yang cukup memadai selain akan mampu
meningkatkan partisipasi masyarakat untuk berolahraga, pada gilirannya
juga akan mampu menggeser persepsi masyarakat tentang berolahraga
dari hanya sekedar kegiatan untuk berekreasi dan menjaga kesehatan
semata, menjadi kegiatan untuk ajang memperoleh prestasi.
Fasilitas olahraga merupakan salah satu item dalam sebuah
penjaminan mutu keberhasilan pembangunan olahraga. Keberadaan, jenis,
jumlah dan kualitas dari Fasilitas olahraga ini tergantung dari kebutuhan
dan kondisi masing-masing daerah serta arah kebijakan Pemerintah Daerah
tersebut. Tidak semua fasilitas olahraga mampu disediakan oleh suatu
daerah, oleh karena itu perlu kecermatan dan kejelian Pemerintah dalam
menentukan kebijakan penyediaan fasilitas olahraga disuatu daerah agar
kebijakan yang ditetapkan dapat benar-benar tepat sasaran sehingga dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
digunakan oleh seluruh kalangan masyarakat yang membutuhkan. Menurut
Harsuki (2012 : 183) Fasilitas olahraga dapat dibagi kedalam beberapa
macam atau tipe, yaitu :
1) Fasilitas tunggal, artinya fasilitas itu umumnya hanya digunakan untuk
satu cabang olahraga saja, misalnya stadion baseball, bowling valley,
kolam renang, lapangan golf, sirkuit motor dan rnobil, trek lapangan
balap kuda, dan lain-lain.
2) Fasilitas serba guna. Dapat dalam kategori indoors maupun outdoors.
Yang termasuk indoors, misalnya istana olahraga (Istora) di Kompleks
Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, dapat dikategorikan serba guna,
karena dapat untuk bermain dan bertanding, bola basket, bola voli,
bulu tangkis, sepak takraw, olahraga bela diri, dan lain-lain. Untuk
lapangan terbuka, misalkan dapat digunakan untuk motor cross, show
untuk kendaraan, rekreasi, konser, dan lain-lain. Termasuk dalam serba
guna ini juga antara lain Gedung Fitness Centre, yang dapat digunakan
untuk senam, tenis, renang, joging, dan lain-lain.
3) Fasilitas pada rumah klab (club house), seperti yang banyak kita dapati
di negara-negara Eropa, diperlengkapi dengan fasilitas terbuka maupun
tertutup, dan diperlengkapi dengan kotak penyimpanan barang
(locker), toilet, shower, restoran, dan toko alat peralatan olahraga.
4) Fasilitas olahraga yang besar, tidak hanya menyediakan ruangan untuk
berpraktik olahraga saja, tetapi juga menyediakan ruangan untuk para
penonton. Misalnya Stadion Utama Gelora Bung Karno mempunyai
kapasitas tempat duduk untuk 100.000 orang, sedangkan Istana
Olahraga memiliki tempat duduk 10.000 orang, Sedangkan Hall Basket
di Senayan berkapasitas tempat duduk 3.000 orang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Khusus untuk gedung olahraga, IAKS (Internationaler Arbeitskreis
Sport-und Freizeiteinrichtungen, Koln, 1990 dalam Harsuki, 2012 : 184),
memperkenalkan tiga tipe gedung olahraga sebagai berikut:
1) Gedung olahraga untuk Penggunaan Multifungsi (Sport Hall for
Multi-Fungsional Use), yaitu suatu gedung olahraga yang melayani
berbagai macam penggunaan.
2) Gedung olahraga untuk penggunaan berbagai penggunaan olahraga
(Sport Hall for Games Use, atau Games Half), yaitu suatu gedung
olahraga yang dipergunakan terutama untuk olahraga seperti senam,
latihan fisik yang menggunakan perlengkapan kecil (seperti bangku
Swedia, kotak lompatan, parallel bar, uneven bar, ring, dan
sebagainya), dan permainan guna pengisian waktu luang.
3) Gedung olahraga yang serbaguna (Sport Hall with Multi-Purpose Use,
atau Multi Purpose Hall), yang adalah suatu gedung multifungsi atau
gedung permainan (games hall), khususnya untuk masyarakat kecil,
dengan fasilitas tambahan yang memadai dapat digunakan dari waktu
kewaktu untuk sosial dan artistik even serta even kebudayaan lainnya.
Fasilitas penunjang gedung olahraga harus memenuhi ketentuan
sebagai berikut.:
1) Ruang Ganti Atlet:
Penempatannya harus dapat langsung menuju lapangan melalui
koridor yang berada dibawah tempat duduk. Kelengkapan ruang ganti
atlet antara lain berupa toilet, ruang bilas dan ruang ganti pakaian.
2) Ruang Ganti Pelatih & Wasit:
Lokasinya harus dapat langsung menuju lapangan melalui koridor
yang ada dibawah tempat duduk penonton. Kelengkapan ruang sama
dengan kelengkapan ruang ganti atlet
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
3) Lokasi ruang P3K:
Harus berada dekat dengan ruang ganti atau ruang bilas dan
direncanakan untuk tipe A, B dan C minimal 1 unit dapat melayani
2000 penonton dengan luasan minimal 15 m2
4) Ruang pemanasan:
Direncanakan untuk tipe A minimal 150 m2, tipe B minimal 81 m2
dan maksimal 196 m2 sedangkan tipe C minimal 81 m2.
5) Toilet penonton:
Direncanakan untuk tipe A, B dan C dengan perbandingan penonton
wanita dan pria adalah 1:4.
6) Ruang mesin:
Dengan luas ruangan sesuai dengan kapasitas mesin yang dibutuhkan
dan lokasi mesin tidak menimbulkan suara bising yang mengganggu
ruang arena dan penonton.
7) Ruang kantin:
Direncanakan hanya untuk tipe A
8) Ruang pers:
Harus disediakan kabin untuk awak TV dan film. Perlu disediakan
ruang telepon dan ruang telex
9) Tempat parker:
Jarak maksimal dari tempat parkir, pool atau tempat pemberhentian
kendaraan umum menuju pintu masuk gedung olahraga adalah 15 m.
1 ruang parkir mobi dibutuhkan minimal untuk 4 orang pengunjung
pada saat jam sibuk.
10) Toilet penyandang cacat:
Toilet untuk pria dipisahkan dengan toilet wanita. Toilet harus
dilengkapi dengan pegangan untuk perpindahan dari kursi roda ke
kakus duduk yang diletakkan didepan dan disamping kakus duduk
setinggi 80 cm
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
11) Jalur sirkulasi untuk penyandang cacat:
Tanjakan harus mempunyai kemiringan 8% dengan panjang maksimal
10m. Permukaan lantai selasar tidak boleh licin, harus terbuat dari
bahan-bahan yang keras dan tidak boleh ada genangan air. Pada ujung
tanjakan harus disediakan bagian datar minimal 180 cm. Selasar harus
cukup lebar untuk melakukan perputaran kursi roda 180o.
12) Kompartemensi penonton:
Daerah penonton harus dibagi dalam kompartemen masing-masing
mampu menampung minimal 1000 orang maksimal 3000 orang.
Antara dua kompartemen yang bersebelahan harus dipisahkan dengan
pagar permanent transparan minimal setinggi 1,2 m maksimal 2 m
13) Tata cahaya:
Tingkat penerangan horizontal pada orang 1 m diatas permukaan
lantai untuk ketiga tipe. Untuk atihan dibutuhkan minima 200 lux.
Untuk pertandingan dibutuhin minimal 300 lux. Untuk pengambilan
video dokumen dibutuhkan minimal 300 lux. Sumber cahaya lampu
atau bukaan harus diletakkan dalam satu area pada langit-langit yang
menghubungkan sumber cahaya tersebut dengan titik yang terjauh
dari arena setinggi 1,5 m garis horisontalnya minimal 30o. Apabila
menggunakan tata cahaya buatan, harus disediakan generator set yang
kapasitas dayanya minimum 10% dari daya terpasang generator harus
dapat bekerja maksimal 10 detik pada saat aliran PLN padam.
14) Tata Udara:
Tata udara dapat mempergunakan ventilasi alami atau mekanis
dengan memenuhi ketentuan: apabila menggunakan ventilasi alami
harus diatur mengikuti pergerakan udara siang
Luas bukan minimum adalah 6% dariu luas lantai efektif.
(http://27maret.blogspot.com)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
b. Ruang Terbuka Olahraga
Ketika berbicara masalah fasilitas olahraga, maka yang ada di
benak kita adalah “fasilitas olahraga yang tersedia minim kualitas dan
kuantitas”. Hal tersebut sangat memprihatinkan mengingat misi yang
selalu diusung oleh Pemerintah yaitu Pembangunan Olahraga di Indonesia.
Namun kemudian muncul pertanyaan, seberapa jauh keberhasilan
pembangunan olahraga yang telah dilaksanakan. Melihat kenyataan
dilapangan, nampaknya sulit untuk mencapai tujuan tersebut dimana
kurangnya perhatian Pemerintah akan hal-hal yang mendukung
terlaksananya program bahkan yang kita rasakan yaitu semakin
merosotnya dunia olahraga di Indonesia jika kita lihat dari sudut pandang
perkembangan prestasi olahraga dan pola management keolahragaan yang
ada saat ini. Menanggulangi hal tersebut, para pelaku olahraga dan ahli
olahraga di Indonesia telah melakukan kajian mengenai Pembangunan
Olahraga versi Sport Development Index (SDI). Salah satu dimensi inti
kajian dalam SDI yaitu Ruang Terbuka yang dapat mengukur seberapa
jauh keberhasilan pembangunan olahraga disuatu wilayah.
Untuk melakukan aktivitas fisik maka dibutuhkan sebuah ruang
terbuka yang bisa diakses oleh masyarakat. Menurut Mutohir dan Maksum
(2007 : 37) bahwa :
“Ruang terbuka merujuk pada suatu tempat yang diperuntukkan
bagi kegiatan olahraga oleh sejumlah orang (masyarakat) dalam
bentuk bangunan dan/atau lahan. Bangunan dan/atau lahan tersebut
dapat berupa lapangan olahraga yang standar atau tidak, yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
tertutup (in-door) maupun terbuka (out-door) atau berupa lahan
yang memang diperuntukkan untuk kegiatan berolahraga
masyarakat. Angka ruang terbuka diukur berdasarkan rasio luas
rung terbuka dengan jumlah penduduk usia 7 tahun keatas di suatu
wilayah”.
Sebagai bahan perbandingan, UNESCO juga telah
merekomendasikan bahwa “Ruang gerak statis yang ideal adalah lebih
kurang 2m2 per orang. Jika olahraga membutuhkan ruang gerak yang
bukan statis melainkan dinamis, maka dapat dianalogikan ruang gerak
yang diperlukan adalah dua kali ruang gerak statis yaitu lebih kurang
4m2.” Sementara itu, Clerici (1976) berpendapat bahwa angka standar
ruang terbuka adalah 3,5 m2 per orang (Kristiyanto, 2012 : 193). Hal ini
didasarkan pada argumentasi bahwa kelompok penduduk yang terdiri dari
3500 orang dapat menggunakan sekurang-kurangnya 12.000m2 ruang
terbuka untuk kegiatan olahraga. Tampaknya pendapat Clerici inilah yang
kemudian diadopsi oleh Komite Olimpiade sebagai standar Internasional.
Seiring perkembangan jaman, keberadaan ruang terbuka saat ini
semakin terkikis sebagai dampak dari pembangunan gedung atau
perumahan warga. Semakin bertambahnya jumlah penduduk maka
semakin bertambah pula kebutuhan wilayah atau tempat untuk dijadikan
daerah pemukiman. Disisi lain, semakin berkurang pula wilayah terbuka
atau lapangan-lapangan yang bisa digunakan untuk aktivitas olahraga.
Badan usaha yang bergerak dalam bidang pembangunan perumahan dan
permukiman berkewajiban menyediakan prasarana olahraga sebagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
fasilitas umum dengan standar dan kebutuhan yang ditetapkan oleh
Pemerintah. Setiap orang dilarang meniadakan atau mengalihfungsikan
prasarana olahraga yang telah disediakan tanpa rekomendasi dan
persetujuan dari yang berwenang sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Oleh karenanya penting untuk meyediakan ruang terbuka untuk aktivitas
olahraga. Menurut Mutohir dan Maksum (2007 : 38) bahwa :
“Untuk dapat dikatakan sebagai ruang terbuka olahraga harus
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1) Didesain untuk olahraga
Syarat ini merujuk pada pengertian bahwa prasarana yang ada
memang sengaja dirancang untuk kegiatan olahraga. Banyak
tempat yang digunakan masyarakat untuk melakukan aktivitas
olahraga, tetapi sebenarnya tempat itu bukan didesain untuk
kegiatan olahraga. Misalnya, taman-taman di perkotaan, badan
jalan, lahan kosong di sekitar pemukiman dan sebagainya.
Aktivitas olahraga dilakukan bukan pada tempatnya, selain
dapat merusak fungsi sebenarnya dari tempat tersebut, juga
bisa jadi berbahaya bagi pelaku olahraga sendiri
2) Digunakan untuk olahraga
Syarat ini sangat jelas bahwa tempat yang disebut ruang
terbuka tersebut digunakan untuk kegiatan olahraga.
Pertanyaannya, apakah ada tempat yang didesain untuk
olahraga? Jawabannya ada, yaitu tempat olahraga yang telah
beralih fungsi. Meskipun secara fisik tidak berubah, tetapi
tempat tersebut lebih banyak digunakan untuk kegiatan selain
olahraga. Misalnya untuk kegiatan jual-beli atau pasar, tempat
parkir dan lain-lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
3) Bisa diakses olah masyarakat luas
Syarat ini pada hakikatnya melekat pada makna dari ruang
terbuka itu sendiri. Artinya tempat tersebut harus dapat
digunakan oleh masyarakat umum dari berbagai latarbelakang
sosial, ekonomi, budaya serta dapat diakses oleh berbagai
kondisi fisik manusia. Dengan syarat ini, tempat-tempat
olahraga seperti lapangan golf, kolam renang pribadi dan
jogging track pribadi yang tidak dapat diakses oleh masyarakat
luas tidak termasuk dalam definisi ruang terbuka.
c. Penyediaan Fasilitas Olahraga
Mengkaji tentang pelayanan publik, maka tidak terlepas dari
pembahasan tentang teori-teori kebijakan secara umum maupun
implementasi kebijakan publik itu sendiri. Penyediaan fasilitas olahraga
merupakan salah satu bentuk kebijakan publik yang mana telah diatur
dalam Undang-Undang Sistem Keolahragaan Nasional Nomor 3 Tahun
2005. Kualitas pelayanan publik yang semakin baik dapat diartikan bahwa
implementasi kebijakan telah dilakukan sesuai aturan dan sesuai dengan
daya dukung atau sumber daya yang disediakan dari apartur pemerintah
yang meliputi prasarana-sarana pelayanan yang memadai maupun
transparansi pelayanan. Kebijakan publik yang baik tidak terlepas juga dari
proses perumusan kebijakan yang mencerminkan kebutuhan masyarakat.
Pemerintah sebagai pelaksana program-program kegiatan pemerintahan
berkewajiban untuk mampu meningkatkan pelayanan kepada masyarakat
maupun kepada publik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Era otonomi memberikan kesempatan bagi pemerintahan
kabupaten/kota untuk lebih mampu memberikan kualitas pelayanan yang
semakin baik kepada masyarakat di wilayahnya. Disamping itu, pemeritah
kabupaten/ kota juga mempunyai tugas, wewenang dan tanggung jawab
dalam membuat suatu kebijakan yang mengatur tentang penyediaan
fasilitas olahraga. Hal ini sejalan dengan isi Undang-Undang Sistem
Keolahragaan Nasional (UUSKN) Nomor 3 Tahun 2005, Pasal 12 ayat 1
dan 2 menyatakan:
1) Pemerintah mempunyai tugas menetapkan dan melaksanakan
kebijakan serta standardisasi bidang keolahragaan secara nasional
2) Pemerintah daerah mempunyai tugas untuk melaksanakan
kebijakan dan mengordinasikan pembinaan dan pengembangan
keolahragaan serta melaksanakan standardisasi bidang
keolahragaan di daerah.
UUSKN Nomor 3 Tahun 2005 juga menjelaskan mengenai
kewajiban pemerintah untuk menyediakan prasarana olahraga. Hal tersebut
tertuang dalam Pasal 67 ayat 2 yang berbunyi “Pemerintah dan pemerintah
daerah menjamin ketersediaan prasarana olahraga sesuai dengan standar
dan kebutuhan pemerintah dan pemerintah daerah”. Hal-hal yang diatur
dalam Undang-Undang Sistem Keolahragaan Nasional Nomor 3 Tahun
2005 ini memperhatikan asas desentralisasi, otonomi, peran serta
masyarakat, keprofesionalan, kemitraan, transparansi, dan akuntabilitas.
Sistem pengelolaan, pembinaan, dan pengembangan keolahragaan
nasional diatur dengan semangat kebijakan otonomi daerah guna
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
mewujudkan kemampuan daerah dan masyarakat yang mampu secara
mandiri mengembangkan kegiatan keolahragaan. Dengan demikian
merupakan sebuah keharusan bagi pemerintah Kabupaten Ketapang untuk
menyusun suatu kebijakan dalam upaya penyediaan fasilitas olahraga di
Kabupaten Ketapang sesuai dengan UUSKN Nomor 3 Tahun 2005.
1) Perencanaan Fasilitas Olahraga
Perencanaan merupakan proses awal untuk memutuskan tujuan
dan cara pencapaiannya. Perencanaan merupakan hal yang sangat
esensial karena dalam kenyataanya perencanaan memegang peranan
lebih bila dibanding dengan fungsi-fungsi manajemen yang lainnya,
seperti pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan. Penyusunan
sebuah rencana hendaknya didasarkan pada latarbelakang yang jelas
misalnya menyangkut kebutuhan dan tujuan atau cita-cita yang
hendak dicapai oleh pembuat rencana. Menurut Siagian (1994:108)
dalam (http://id.shvoong.com), perencanaan dapat didefinisikan
sebagai keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang
dari pada hal-hal yang akan dikerjakan di masa yang akan datang
dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan. Sedangkan
menurut Terry 1986 (dalam Harsuki 2012 : 85) bahwa:
“Perencanaan yang pada dasarnya adalah penyusunan sebuah
pola tentang aktivitas-aktivitas masa yang akan datang yang
terintegrasi dan dipredeterminasi. Hal tersebut mengharuskan
adanya kemampuan untuk meramalkan, memvisualisasikan dan
melihat ke depan yang dilandasi dengan tujuan-tujuan
tertentu”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Banyak hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun sebuah
perencanaan. Salah satu dimensi yang tidak terpisahkan dari
perencanaan itu sendiri yaitu dimensi waktu. Menurut Harsuki
(2012:87-88) bahwa rencana yang dikaitkan dengan waktu dapat
dibagi sebagai berikut:
a) Perencanaan jangka pendek (SR = Short Range) yang
biasanya mencakup waktu kurang dari 1 tahun
b) Perencanaan jangka menengah (IR = Intermediate Range)
yang meliputi waktu 1 tahun lebih, namun kurang dari 5
tahun.
c) Perencanaan jangka panjang (LR = Long Range) yang
meliputi waktu lebih dari 5 tahun.
Perencanaan jangka panjang dalam hal ini tentang penyediaan
fasilitas olahraga, hendaknya mengacu pada sebuah Grand Desain di
suatu daerah/wilayah yang didalamnya juga mencakup rencana
pengembangan wilayah atau perkotaan sehingga akan terjadi
sinkronisasi antara penyediaan fasilitas olahraga dan pengelolaan kota
yang baik. Perencanaan tipe ini biasanya lebih bersifat administratif
dan berkenaan dengan perencanaan strategik. Perencanaan jangka
menengah lebih bersifat penunjang yang diarahkan untuk mencapai
tujuan utama yaitu terlaksananya perencanaan jangka panjang.
Sedangkan perencanaan jangka pendek, didalamnya memuat tentang
butir-butir operatif mengenai hal-hal penting yang harus segera
dilaksanakan/dilakukan sebagai langkah awal mensukseskan rencana
jangka menengah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Adapun tingkatan-tingkatan perencanaan menurut Bangun,
(2008 : 77) sebagai berikut:
Pendiri, Dewan Redaksi atau Manager Puncak Manager Puncak dan Menengah
Manager Menengah dan Bawah
Gambar. Tingkatan Rencana
Menurut Internasional Olympic Committee dalam Harsuki
(2012 : 90) Pengembangan sebuah perencanaan menggunakan
terminologi/tipe-tipe perencanaan sebagai berikut:
a) Strategic Plan yang memberikan pengertian misi
(mission), maksud (goals) dan tujuan (objective) serta
tujuan taktis (tactical end) dengan apa mereka mencapai
tujuannya dan memberikan evaluasi.
b) Business Plan yang menjabarkan suatu strategic plan
dengan cara menerangkan bagaimana melangkah ke
depan, memperhitungkan resiko, tantangan, aktivitas
yang spesifik dan program, biaya dari berbagai kegiatan,
ketepatan waktu, tanggung jawab siapa berbagai bagian
yang harus melaksanakan perencanaan dan unsur lainnya
lagi.
Visi dan Misi
Rencana Strategis
Rencana Operasional
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Rencana strategik atau yang biasa disebut renstra merupakan
sebuah rencana yang dibuat sebagai acuan dalam menentukan tujuan
jangka panjang dengan memanfaatkan berbagai sumber daya yang
dimiliki, oleh karena itu para pembuat kebijakan harus menyiapkan
berbagai rencana strategik yang akan dilaksanakan. Pendekatan yang
digunakan dalam proses perencanaan tentunya harus melalui beberapa
tahapan agar perencanaan tersebut dapat berjalan dengan baik dan
sesuai harapan. Menurut Bangun, (2008 : 78-79) tahapan-tahapan
perencanaan sebagai berikut:
a) Menetapkan tujuan
b) Merumuskan keadaan sekarang
c) Mengidentifikasi kemudahan-kemudahan dan hambatan-
hambatan
d) Mengembangkan rencana
Unsur-unsur dalam sebuah perencanaan menurut Harsuki
(2012 : 91-93) sebagai berikut:
a) Pernyataan deskriptif (Deskriptive Statement)
b) Pernyataan visi (Vision Statement)
c) Pernyataan misi (Mission Statement)
d) Filsafat yang jadi pedoman
e) Prinsip-prinsip pengoperasian (Operating Principles)
f) Tujuan (Objectives)
g) Tanda-tanda keberhasilan
h) Program
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Kompleksitas dan dinamika perencanaan penyediaan fasilitas
olahraga semakin mengemuka pada era otonomi daerah yang dewasa
ini ditandai dengan pelimpahan kewenangan yang besar kepada
daerah Kabupaten/Kota. Dengan kata lain, kewenangan yang luas dan
nyata telah menimbulkan tantangan tersendiri yang perlu
mendapatkan perhatian dalam perencanaan penyediaan fasilitas
olahraga. Fasilitas yang bermutu didukung dengan program
berkualitas yang dimulai dengan perencanaan yang seksama. Ada
kriteria umum yang harus dipatuhi dalam perencanaan, pembangunan,
dan pemeliharaan. Kriteria umum untuk perencanaan fasilitas olahraga
menurut Handoko, (1999 : 32) adalah:
a) Melayani kebutuhan yang telah teridentifikasi
b) Konstruksi yang bermutu dan mempertimbangkan
keselamatan.
c) Multiguna
d) Lokasi yang strategis
e) Mudah dijangkau
f) Harga yang efektif
g) Mudah disupervisi
h) Pemeliharaan/penjagaan yang efisien
i) Bisa diperluas
j) Memperhatikan segi keindahan
Perencanaan fasilitas olahraga yang dibuat oleh Pemerintah
suatu Kabupaten juga harus memperhatikan beberapa hal diantaranya
didasarkan pada potensi dan kemampuan yang dimiliki daerah
tersebut. Potensi setiap daerah berbeda-beda, karena secara khusus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
karakteristik daerahnya juga berbeda mulai dari letak geografis,
kebudayaan masyarakat sampai pola hidup masyarakat, sehingga
menuntut pemerintah untuk jeli melihat potensi-potensi yang tumbuh
dan berkembang di masyarakat. Dari aspek kemampuan daerah juga
perlu diperhatikan karena tidak mungkin sebuah daerah mampu
menyediakan semua jenis fasilitas yang diperlukan oleh masyarakat.
Oleh sebab itu perlu adanya suatu prioritas pada cabang-cabang
olahraga unggulan yang memang harus dipenuhi fasilitasnya dengan
baik. Hal tersebut bisa berdasarkan pada minat masyarakat maupun
cabang olahraga yang diunggulkan.
Prinsip dan garis besar menejemen untuk perencanaan fasilitas
yang akan diaplikasikan dalam semua level pendidikan serta
organisasi menurut Bruce dan Krotee, 2002 (dalam Harsuki, 2012 :
200-201) sebagai berikut:
a) Fasilitas harus dirancang terutama bagi peserta dan
kelompok pengguna.
b) Fasilitas harus dirancang untuk penggunaan secara
bersama dengan mempertimbangkan pola dan arah secara
potensial.
c) Semua perencanaan harus didasarkan pada tujuan bahwa
pengenalan lingkungan baik fisik maupun non fisik
haruslah aman, terjamin, menarik, nyaman, bersih,
praktis, dapat dijangkau, dapat menyesuaikan dengan
kebutuhan individu.
d) Fasilitas haruslah ekonomis dan mudah untuk
dioperasikan, dikontrol dan dipelihara.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
e) Perencanaan harus memasukkan pertimbangan fasilitas
pendidikan jasmani dan olahraga bagi masyarakat secara
terpadu. Program dan fasilitas dari beberapa area
bergabung secara berdekatan dan perencanaan harus
dikoordinasikan dan erat kaintannya, yaitu yang
berdasarkan pada kebutuhan dari masyarakat secara
keseluruhan.
f) Perencanaan fasilitas harus mempertimbangkan
perlindungan bagi masyarakat misalnya lalu lintas,
pengeras suara dan lampu penerangan. Fasilitas harus
dapat dijangkau bagi kelompok pengguna meskipun
terisolasi sehingga aktivitas tidak terganggu oleh program
yang lain.
g) Fasilitas harus dapat menggerakkan kesehatan, keamanan
dan serta kode standar legal yang sangat penting dalam
melindungi kesehatan, kesejahteraan dan keselamatan
para kelompok pengguna dan juga lingkungan.
h) Fasilitas harus direncanakan sedemikian rupa sehingga
dapat diakses dengan mudah dan aman bagi semua
individu termasuk para penyandang cacat.
i) Perencanaan fasilitas harus berjangka panjang
penggunanya dan termasuk kesanggupan untuk
penyesuaian, mudah diubah, dan diperluas guna
memenuhi kebutuhan masyarakat yang berubah.
j) Fasilitas memainkan satu bagian dalam lingkungan yang
sehat. Yang perluasannya organisasi menyediakan ruang
bermain yang cukup aman, dilengkapi dengan situasi dan
ventilasi yang memadai, serta kebersihan yang pada
gilirannya akan menentukan sebesar keefektifan
kesehatan dan kesejahteraan dipromosikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
2) Ketersediaan Fasilitas Olahraga
Pada umumnya masyarakat cenderung lebih mementingkan
membangun prasarana perekonomian dari pada prasarana umum
untuk olahraga. Disisi lain masyarakat juga belum menjadikan
kegiatan olahraga sebagai kebutuhan hidup sehari-hari, apa lagi untuk
berprestasi, sehingga partisipasi masyarakat dalam keolahragaan
masih terbilang kurang. Tidak tersedianya prasarana umum untuk
olahraga, belum membudayanya olahraga, dan pasifnya masyarakat
untuk berolahraga mengakibatkan kebugaran penduduk yang rendah.
Kegiatan positif seperti olahraga merupakan salah satu upaya untuk
melindungi generasi muda dari aktifitas yang bersifat destruktif.
Olahraga yang terarah dan terbina memerlukan waktu dan keseriusan
dari pihak-pihak yang berkompeten di bidang olahraga baik
pemerintah, praktisi olahraga maupun pelaku olahraga, sehingga
waktu luang pemuda dapat dialihkan kepada kegiatan olahraga dengan
didukung pengembangan fasilitas olahraga.
Usaha untuk menyediakan fasilitas olahraga oleh pemerintah
hendaknya memperhatikan rasio penduduk dan konsep ruang terbuka,
dimana jumlah penduduk di suatu wilayah harus diimbangi dengan
ruang terbuka yang dapat dimanfaatkan sebagai tempat untuk
beraktifitas olahraga bagi masyarakat. Setelah tersedianya ruang
terbuka maka pemerintah bisa melengkapi segala fasilitas yang
dibutuhkan dalam aktivitas olahraga. Satu hal yang juga harus menjadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
pertimbangan pemerintah dalam menyediakan fasilitas untuk
masyarakat yaitu bagaimana caranya agar keberadaan fasilitas tersebut
dapat mendongkrak animo masyarakat untuk berperan secara aktif
serta terlibat dalam aktifitas olahraga misalnya dengan sosialisasi dan
bukan sebaliknya membatasi masyarakat untuk beraktifitas olahraga.
Dalam upaya penyediaan fasilitas olahraga untuk masyarakat
dibutuhkan suatu perangkat yang disebut dengan evaluasi kebutuhan.
Menurut Harsuki (2012 : 188) bahwa “ secara ringkas dijelaskan
bahwa evaluasi kebutuhan ialah perangkat yang digunakan untuk
menentukan apakah fasilitas baru sudah diperlukan, jika sudah
diperlukan, bagaimana tipe dan spesifikasi fasilitas tersebut”.
Selanjutnya dijelaskan bahwa fokus dari evaluasi kebutuhan adalah:
a) Harapan masyarakat
(1) Sejarah olahraga setempat
(2) Harapan dan kebutuhan masyarakat
b) Akses dan kesempatan
(1) Agar dikaji bagaimana masyarakat dapat mengakses
fasilitas
(2) Memastikan seluruh komponen masyarakat
mempunyai kesempatan menggunakan fasilitas.
c) Demografi
Mempertimbangkan angka pertumbuhan penduduk yang
dapat mempengaruhi penggunaan fasilitas, misalnya:
(1) Dalam 10 tahun mendatang bagaimana perbandingan
antara usia muda dan usia lanjut
(2) Bagaimana kecenderungan perpindahan penduduk
dari desa ke kota
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
d) Keberlanjutan
(1) Apakah dapat diperoleh pemasukan yang memadai
untuk biaya operasional
(2) Memastikan bahwa peralatan yang rusak maupun
kadaluwarsa dapat diganti, sehingga fasilitas selalu
dapat digunakan sesuai desain yang telah dirancang.
e) Mempertimbangkan lingkungan lokal
(1) Jika iklimnya panas, pertimbangkan pembangunan
fasilitas untuk aquatics.
(2) Jika iklimnya berangin, pertimbangkan fasilitas
parasailing, layang-layang dan lain-lain
f) Perubahan iklim
Selalu pertimbangkan pola cuaca, seperti banjir tahunan,
angin kencang dan lain-lain.
Menurut Harsuki, (2003 : 384) penyiapan prasarana olahraga
selalu dikaitkan dengan kegiatan olahraga yang mempunyai sifat:
a) Horisontal, dalam arti bersifat menyebar atau meluas
yang sesuai dengan konsep “Sport For All” atau dengan
semboyan yang kita miliki “Memasyarakatkan Olahraga
dan Mengolahragakan Masyarakat” yang tujuannya untuk
kebugaran dan kesehatan
b) Vertikal, dalam arti bersifat mengarah keatas dengan
tujuan mencapai prestasi tertinggi dalam cabang olahraga
tertentu, baik untuk tingkat daerah, nasional maupun
internasional.
Selanjutnya dijelaskan pula bahwa guna memenuhi dua arah
kegiatan tersebut, kebutuhan prasarana olahraga perlu memperhatikan
tiga faktor, yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
a) Kuantitas.
Guna menampung kegiatan pemassalan olahraga perlu
prasarana olahraga yang jumlahnya mencukupi sesuai
dengan kebutuhan seperti yang ditentukan didalam
pedoman penyiapan prasarana. Tersebar secara merata di
seluruh wilayah.
b) Kualitas.
Guna menampung kegiatan olahraga prestasi, prasarana
olahraga yang disiapkan perlu memenuhi kualitas sesuai
dengan syarat dan ketentuan masing-masing cabang
olahraga:
(1). Memenuhi standar ukuran internasional
(2). Kualitas bahan/material yang dipakai harus
memenuhi syarat internasional
c) Dana.
Untuk menunjang kedua faktor diatas, diperlukan dana
yang cukup sehingga dapat disiapkan prasarana yang
mencukupi jumlahnya serta kualitasnya memenuhi syarat.
Membangun fasilitas olahraga hendaknya disesuaikan dengan
perkembangan jaman. Selain kuantitas fasilitas olahraga yang
diperbanyak, kualitas juga harus ditingkatkan agar adanya keselarasan
antara kuantitas dan kualitas fasilitas olahraga. Kemudian pendanaan
juga harus dirancang sedemikian rupa agar rencana pembangunan
fasilitas olahraga dapat terlaksana secara terarah dan terprogram
dengan maksimal. Oleh karena itu perlu dikembangkang ketiga faktor
diatas agar fasilitas olahraga di Indonesia mampu mengikuti
perkembangan jaman.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Tabel 2.2. Pedoman Menpora tentang Prasarana Olahraga
No Jumlah Penduduk
Prasarana Perkiraan
Jumlah (M2)
Jumlah Seluruhnya
Luas (M2) Luas (M2)
I 250 - 500 1. Taman bermain 2. Lapangan
bulutangkis 3. Lapangan
bolavoli
1 1 1
12,000
600
4x4x12x10x
1,152,000
II 2.500 - 4.000
1. Lapangan bulutangkis
2. Lapangan bolavoli
3. Lapangan bola basket
4. Lapangan tenis
1 1 1 1
16,000
2,100
4x4x12
403,200
III 30.000 - 50.000
1. Lapangan bulutangkis
2. Lapangan bolavoli
3. Lapangan bola basket
4. Lapangan tenis 5. Lapangan bola
dan Lintasan Atletik
2 2 1 2 1
28,000
18,800
4x4x
300,800
IV 120.000 (Kecamatan)
1. Stadion 2. Gedung Olahraga 3. Kolam Renang 4. Lapangan
Bolavoli 5. Lapangan basket 6. Lapangan Tenis
1 1 1 2 2 2
41,500
27,500
4x
110,000
V 480.000 (Dati II)
1. Stadion 2. Gedung Olahraga 3. Kolam Renang 4. Lapangan
Bolavoli 5. Lapangan bola
basket 6. Lapangan Tenis
1 1 1 2 2 4
81,000
33,900
1x
33,900
480,000 4,2m2/orang 1,999,900
Sumber: Harsuki, (2003 : 383)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Berdasarkan data Podes 2008 dalam data kementerian Pemuda
dan Olahraga (2008: 39- 42), untuk ketersediaan fasilitas lapangan
olahraga, lapangan sepakbola banyak terdapat didesa/kelurahan di
wilayah Propinsi Bangka Belitung (93,02%), Riau (85,72%),
Kalimantan Barat (83,75%) dan Kepulauan Riau (83,44%). Lapangan
bola voli relatif lebih banyak dibanding lapangan sepakbola. Terdapat
5 propinsi yang memiliki persentase desa/kelurahan yang memiliki
lapangan bola voli lebih dari 95 persen, yaitu Riau (97,92%), D.I.
Yogyakarta (97,72%), Bangka Belitung (96,57%) dan Kalimantan
Barat (95,25%). Sedangkan ketersediaan lapangan bulu tangkis paling
banyak ditemui di desa/kelurahan wilayah Propinsi DKI Jakarta.
Sebanyak 96,25 persen desa/kelurahan di DKI Jakarta terdapat
lapangan bulu tangkis. Terbanyak kedua adalah D.I. Yogyakarta
(94,52%), kemudian diikuti Jawa Barat (82,52%). Sedangkan
ketersediaan untuk lapangan bola basket hanya menonjol di beberapa
Provinsi. Persentase yang tinggi untuk lapangan bola basket terdapat
di DKI Jakarta (65,17%), D.I. Yogyakarta (24,66%) dan Sumatera
Barat (21,75%).
Demikian pula untuk lapangan tenis dan renang yang tampak
menonjol di DKI Jakarta dan D.I. Yogyakarta. Berdasarkan data
Podes 2008 bahwa lapangan yang banyak tersedia sampai ke tingkat
desa/kelurahan berturut-turut bola voli, sepakbola dan bulu tangkis.
Pada tahun 2008 sebanyak 78,10 persen, sedikit menurun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
dibandingkan dibandingkan tahun 2005 yang sebesar 79,35 persen
desa/kelurahan memiliki lapangan bola voli; 56,11 persen
desa/kelurahan memiliki lapangan sepak bola sama banyak dengan
tahun 2005 dan 49,36 persen desa/kelurahan memiliki lapangan bulu
tangkis sedikit meningkat dari tahun 2005 yang sebesar 47,3 persen.
Hal ini merupakan sinyalemen bahwa ketiga jenis olahraga
tersebut merupakan olahraga rakyat yang digemari dan dilakukan
banyak orang. Sementara lapangan/gelanggang untuk bola basket,
tenis lapangan dan kolam renang masih sangat terbatas. Ketiga jenis
olahraga yang terakhir ini pada umumnya dilakukan oleh masyarakat
perkotaan sehingga wajar apabila ketersediaan lapangan untuk
olahraga tersebut sangat terbatas hanya disebagian kecil
desa/kelurahan. Keberadaan kelompok kegiatan olahraga pada
umumnya seiring dengan ketersediaan fasilitas lapangan olahraga
yang ada. Berdasarkan data Podes 2008, untuk keberadaan kelompok
kegiatan olahraga sepak bola banyak terdapat di desa/kelurahan di
wilayah Propinsi Bangka Belitung (96,22%) hampir sama dengan
tahun 2005 yang sebesar 96,57 persen, Jawa Barat (91,23%), Banten
(89,69%), Kepulauan Riau (88,65%), dan D.I. Yogyakarta (88,58%).
Kelompok kegiatan bola voli relatif lebih banyak dibanding
kelompok kegiatan sepak bola. Hanya satu propinsi yang memiliki
persentase desa/kelurahan yang memiliki lapangan voli lebih dari 95
persen, yaitu Kepulauan Riau (98,16%). Sedangkan kelompok
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
kegiatan bulu tangkis paling banyak ditemui di desa/kelurahan
wilayah Propinsi D.I. Yogyakarta. Sebanyak 94,75 persen
desa/kelurahan di D.I. Yogyakarta terdapat kelompok kegiatan bulu
tangkis. Terbanyak kedua adalah DKI Jakarta (89,51%), kemudian
diikuti Jawa Barat (83,43%). Sedangkan ketersediaan untuk kelompok
kegiatan bola basket hanya menonjol di beberapa propinsi. Persentase
yang tinggi untuk kelompok kegiatan bola basket terdapat di DKI
Jakarta (50,56%), D.I. Yogyakarta (19,63%) dan Kepulauan Bangka
Belitung (18,02%). Demikian pula untuk kelompok kegiatan tenis
lapangan, renang, tenis meja dan bela diri tampak menonjol di DKI
Jakarta dan D.I. Yogyakarta.
Adapun standar sarana dan prasarana atau fasilitas olahraga
menurut Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2007 pasal 89
tentang penyelenggaraan keolahragaan sebagai berikut:
(1) Standar prasarana dan sarana olahraga terdiri atas standar
prasarana olahraga dan standar sarana olahraga.
(2) Standar prasarana olahraga sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mencakup persyaratan:
a. Ruang dan tempat berolahraga yang sesuai persyaratan
teknis cabang olahraga
b. Lingkungan yang terbebas dari polusi air, udara, dan suara
c. Keselamatan yang sesuai dengan persyaratan keselamatan
bangunan
d. Keamanan yang dinyatakan dengan terpenuhinya
persyaratan sistem pengamanan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
e. Kesehatan yang dinyatakan dengan tersedianya
perlengkapan medik dan kebersihan.
(3) Standar Sarana Olahraga sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mencakup persyaratan:
a. Perlengkapan dan peralatan yang sesuai persyaratan teknis
cabang olahraga
b. Keselamatan yang sesuai dengan persyaratan keselamatan
perlengkapan dan peralatan
c. Kesehatan yang dinyatakan dengan dipenuhinya
persyaratan kebersihan dan higienis
d. Pemenuhan syarat produk yang ramah lingkungan.
Klasifikasi dan penggunaan bangunan gedung olahraga sebagai
berikut:
a) Type A, menyediakan minimal:
1 lapangan bola basket
1 lapangan bola voli
5 lapangan buku tangkis
1 lapangan tennis
Ukuran minimal hall : 50 x 30 dengan tinggi 12,5 m
Kapasitas penonton : diatas 3.000 orang
b) Type B, menyediakan minimal:
1 lapangan bola basket
1 lapangan bola voli
3 lapangan buku tangkis
Ukuran minimal hall : 32 x 22 dengan tinggi 12,5 m
Kapasitas penonton : 1000 - 3.000 orang
c) Type C, menyediakan minimal:
1 lapangan bola basket
1 lapangan bola voli
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
Ukuran minimal hall : 24 x 16 dengan tinggi 9 m
Kapasitas penonton : 1000 orang.
(http://rinarchilicious.blogspot.com/2012/12/gedung-olah-
raga.html)
Selanjutnya dijelaskan bahwa, berdasarkan skala
pelayanannya, gedung olahraga dibagi atas:
a) Skala Nasional
Fasilitas olahraga ini menampung atau melayani
kegiatan-kegiatan di antaranya kompetisi utama,
pertandingan, latihan dan mengajar dengan standar
internasional seperti PON, Sea Games, dan sejenisnya.
Contoh : Gedung Istora Senayan Jakarta
b) Skala Regional
Fasilitas olahraga yang melayani satu atau beberapa
daerah denga populasi sebesar 200.000 sampai dengan
350.000 penduduk dan merupakan fasilitas pelengkap di
suatu daerah atau wilayah.
Contoh: Gelanggang Olahraga Penjaringan, Gelanggang
Olahraga Grogol.
c) Skala Lingkungan
Fasilitas olahraga yang melayani satu lingkungan, dalam
hal ini lingkungan pemukiman dengan populasi 2.000
sampai dengan 10.000 orang, dan biasannya disediakan
dalam suatu kompleks perumahan sebagai satu pelengkap
sarana.
Contoh: Kelapa Gading Sport Club di kompeks
perumahan Kelapa Gading. Bimantara Sport Club di
kompleks perumahan Green Village. Persada Sport
Centre di kompleks AURI Halim.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
d) Skala Sekolahan
Fasilitas olahraga ini melayani olah raga di suatu
sekolahan, biasanya berbentuk aula, serbaguna dan dapat
berbentuk lapangan terbuka serta digunakan hanya untuk
latihan olahraga standar saja.
e) Skala Khusus
Fasilitas olahraga yang menangani olahraga jenis tertentu
yang sifatnya komersial atau yang diperuntukkan khusus
bagi penyandang cacat, biasanya dibentuk oleh pihak
swasta.
(http://rinarchilicious.blogspot.com/2012/12/gedung-olah-raga.html)
3) Pemanfaatan Fasilitas Olahraga
Pembangunan fasilitas olahraga merupakan sebuah keharusan
agar dapat mendukung proses pemassalan olahraga bagi masyarakat.
Adanya sebuah perencanaan yang baik serta sistem penyediaan yang
maksimal harus diiringi pula dengan pola pemanfaatan yang tepat,
karena jika salah dalam pola pemanfaatannya maka akan berdampak
negatif bagi perkembangan olahraga itu sendiri. Kesalahan dalam
pemanfaatan fasilitas olahraga misalnya dengan mengeluarkan
kebijakan untuk memberikan ijin penggunaan fasilitas olahraga seperti
stadion sepakbola untuk kegiatan di luar olahraga misalnya untuk
kampanye atau hiburan. Kebijakan seperti ini tidak baik bagi
kelangsungan fasilitas olahraga karena fasilitas yang digunakan
tersebut bisa rusak bahkan beralih fungsi. Hal ini harus disadari oleh
pembuat kebijakan di suatu wilayah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
Salah satu tujuan disediakannya fasilitas olahraga yaitu agar
dapat dimanfaatkan oleh semua kalangan sehingga menunjang
perkembangan olahraga di suatu wilayah namun harus tetap
memperhatikan prosedur-prosedur dalam pemanfaatannya. Konsumen
fasilitas olahraga adalah pelaku olahraga itu sendiri, mulai dari pelaku
olahraga prestasi, olahraga rekreasi sampai olahraga pendidikan. Pola
pemanfaatan setiap ruang lingkup olahraga berbeda tergantung dari
hakekat dan tujuan masing-masing namun dengan satu harapan bahwa
olahraga dapat memasyarakat dan menjadi pola hidup bagi setiap
orang.
a) Pemanfaatan Fasilitas Olahraga Prestasi
Olahraga prestasi yang cenderung menitik beratkan pada
pencapaian prestasi yang setinggi-tingginya membutuhkan
fasilitas dengan kualitas yang baik pada setiap cabang
olahraga yang ada sehingga dapat menunjang pencapaian
prestasi cabang olahraga tersebut. Fasilitas olahraga
prestasi lebih dikhususkan untuk prestasi, dalam artian
bukan untuk fasilitas yang bisa diakses secara umum
karena jika fasilitas tersebut salah dalam penggunaannya
maka fasilitas tersebut akan menjadi rusak, sehingga tidak
semua orang bisa mengakses fasilitas olahraga prestasi
kecuali mereka yang berkecimpung di olahraga prestasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
b) Pemanfaatan Fasilitas Olahraga Rekreasi
Pemanfaatan fasilitas olahraga rekreasi memiliki keunikan
sendiri dimana fasilitas tersebut dirancang sedemikian
rupa dengan tujuan agar mampu menarik minat
masyarakat sebanyak-banyaknya sehingga mau melakukan
olahraga yang aktifitasnya dikemas dalam sebuah
permainan atau bersifat rekreasi. Untuk fasilitas olahraga
rekreasi, semua orang memiliki kesempatan yang besar
untuk mengaksesnya dan semakin banyak masyarakat
yang memanfaatkannya maka semakin baik.
c) Pemanfaatan Fasilitas Olahraga Pendidikan
Pemanfaatan fasilitas olahraga pendidikan di sekolah
disesuaikan dengan tujuan dari pembelajaran. Dalam
pemanfaatannya, fasilitas tersebut bisa dimanfaatkan oleh
siswa dan guru untuk mendukung proses belajar mengajar.
d) Pemanfaatan Fasilitas Olahraga bagi Masyarakat Umum
Untuk mendukung program memasyarakatkan olahraga
dan mengolahragakan masyarakat maka hal yang harus
menjadi perhatian adalah tingkat kemudahan bagi
masyarakat untuk mengakses dan memanfaatkan fasilitas
olahraga yang ada. Tujuan yang ingin dicapai adalah
untuk menciptakan sebanyak-banyaknya fasilitas olahraga
dan dapat memfasilitasi masyarakat dalam berolahraga.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
Pola pemanfaatannya harus mengedepankan kemudahan
untuk mengakses tanpa harus dipersulit dengan prosedur
tertentu dan akan lebih baik lagi jika fasilitas tersebut bisa
diakses secara gratis oleh masyarakat. Contohnya yaitu
sebuah lapangan terbuka, alun-alun dan Car Free Day
yang dapat menampung banyak orang untuk beraktifitas
olahraga.
Berbagai kemajuan pembangunan di bidang keolahragaan
bermuara pada meningkatnya budaya dan prestasi olahraga. Hal ini
antara lain ditunjukkan oleh tumbuhnya kesadaran masyarakat dalam
melakukan kegiatan olahraga terutama dalam lingkup satuan
pendidikan mengalami peningkatan sebagaimana ditunjukkan oleh
data Susenas 2003 dan 2006 bahwa persentase penduduk berumur 10
tahun ke atas yang melakukan olahraga di sekolah meningkat dari
54,1% pada tahun 2003 menjadi 58,2% pada tahun 2006. Partisipasi
masyarakat dalam melakukan kegiatan olahraga semakin meningkat
yang ditunjukkan dengan peningkatan partisipasi masyarakat pada
Indeks Pembangunan Olahraga (SDI) dari 0,345 pada tahun 2005
menjadi 0,422 pada tahun 2006, dimana pengukuran SDI
sesungguhnya meliputi perkembangan banyaknya anggota masyarakat
suatu wilayah yang melakukan kegiatan olahraga, luasnya tempat
yang diperuntukkan untuk kegiatan berolahraga bagi masyarakat
dalam bentuk lahan, bangunan, atau ruang terbuka yang digunakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
untuk kegiatan berolahraga dan dapat diakses oleh masyarakat luas,
kebugaran jasmani yang merujuk pada kesanggupan tubuh untuk
melakukan aktivitas tanpa mengalami kelelahan yang berarti, serta
jumlah pelatih olahraga, guru Pendidikan Jasmani dan Kesehatan
(Penjaskes), dan instruktur olahraga dalam suatu wilayah tertentu. Hal
ini tercermin dari tingkat kemajuan pembangunan olahraga Indonesia
yang hanya mencapai 34 persen (Sports Development Index/SDI) pada
tahun 2004. Indeks ini dihitung berdasarkan angka indeks partisipasi,
ruang terbuka, sumber daya manusia, dan kebugaran.
Dalam rangka menumbuhkan budaya olahraga untuk
meningkatkan kemajuan pembangunan olahraga, beberapa
permasalahan yang harus diatasi adalah belum terwujudnya peraturan
perundang-undangan tentang keolahragaan, rendahnya kesempatan
untuk beraktivitas olahraga karena semakin berkurangnya lapangan
dan fasilitas untuk berolahraga, dan lemahnya koordinasi lintas
lembaga dalam hal penyediaan ruang publik untuk lapangan dan
fasilitas olahraga bagi masyarakat umum dan tempat permukiman.
Kegiatan fisik (physical activity) yang dilakukan secara teratur
dan berkesinambungan merupakan kegiatan yang sangat bermanfaat
untuk menjaga dan meningkatkan kesehatan. Dari sekian banyak jenis
dan bentuk kegiatan fisik, kegiatan olahraga merupakan bentuk
kegiatan fisik yang paling banyak memiliki kelebihan. Selain
berfungsi untuk menjaga dan meningkatkan kesehatan, olahraga juga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
berfungsi sebagai aktivitas untuk rekreasi atau hiburan dan sekaligus
sebagai sarana untuk mencapai prestasi. Sejalan dengan itu, sebagai
salah satu upaya dalam rangka peningkatan kulitas hidup dan
kesehatan masyarakat serta pembudayaan perilaku hidup sehat
masyarakat, pemerintah menyelenggarakan berbagai program untuk
meningkatkan partisipasi olahraga di masyarakat.
Badan Pusat Statistik dalam penelitiannya menemukan bahwa
struktur demografis masyarakat, pengetahuan masyarakat tentang
manfaat olahraga, selera atau preferensi, ketersediaan fasilitas
olahraga dan lingkungan tempat tinggal merupakan faktor-faktor
internal yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam olahraga.
Prestasi atlet terutama pada event internsional, motivasi guru/pelatih,
dan intervensi pemerintah juga diyakini sebagai faktor eksternal yang
dapat merangsang tumbuhnya partisipasi masyarakat untuk
berolahraga (Dirjen Olahraga 2004). Penelitian lainnya
memperlihatkan bahwa ketersediaan prasarana mempengaruhi
motivasi mereka melakukan olahraga. hal ini sekaligus menunjukkan
bahwa partisipasi aktif olahraga tidak cukup hanya menyerahkan
sepenuhnya kepada kemauan orang per orang, tetapi perlu didorong
dengan menciptakan situasi yang memungkinkan masyarakat
melakukan olahraga, misalnya dengan memberikan sarana dan
prasarana yang memadai (Dirjen Olahraga 2004).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
4) Pengelolaan Fasilitas Olahraga
Fasilitas olahraga adalah daya pendukung yang terdiri dari
segala bentuk jenis peralatan dan tempat berbentuk bangunan yang di
gunakan dalam memenuhi persyaratan yang di tetapkan untuk
pelaksanaan program olahraga. Pengelolaan olahraga dapat menjadi
lahan bisnis dan menghasilkan keuntungan akan tetapi keuntungan
yang dapat diraih tergantung pada mutu fasilitas, produk, pertandingan
atau jasa yang dijual, memiliki daya tarik dan ditampilkan pada saat
yang tepat dan di tempat strategis. Menurut Harsoyo (1977:121)
dalam (http://id.shvoong.com. pengertian-pengelolaan), pengelolaan
adalah suatu istilah yang berasal dari kata “kelola” mengandung arti
serangkaian usaha yang bertujuan untuk mengali dan memanfaatkan
segala potensi yang dimiliki secara efektif dan efisien guna mencapai
tujuan tertentu yang telah direncanakan sebelumnya.
Pengelolaan fasilitas olahraga erat kaitannya dengan
bagaimana konsep managemen dalam pengelolaan itu sendiri.
Pengelolaan fasilitas olahraga sebagaimana terdapat dalam
managemen pada umumnya. Menurut Harsuki, (2012 : 206-207)
bahwa “Managemen olahraga pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua
bagian besar yaitu managemen olahraga pemerintah dan managemen
olahraga swasta”. Kemudian Terry 1977 (dalam Harsuki 2012 : 79)
menerangkan bahwa fungsi managemen diklasifikasikan dalam empat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
bagian yaitu: Perencanaan (Planning), Pengorganisasian (Organizing),
Penggerakan (Actuating), Pengawasan (Controlling).
Menurut Parks, Quarterman dan Thibault (dalam Harsuki,
2012 : 197-198) bahwa secara umum, tiga posisi yang terdapat dalam
manajemen fasilitas terdiri dari:
a) Direktur Fasilitas
Direktur fasilitas seringkali disebut sebagai manager
fasilitas atau CEO (Chief executive Officer), mempunyai
tanggung jawab menyeluruh atas semua fasilitas. Pejabat
ini terutama bertanggung jawab atas pengadministrasian
yang tepat dan pembuatan prosedur operasi yang baku
akan fasilitas (fasility’s standard operating procedurs,
SOPs)
b) Manager Operasi
Manager operasi melapor langsung kepada direktur
fasilitas dan bertanggung jawab akan semua karyawan,
prosedur dan kegiatan yang terkait dengan fasilitas.
Tugasnya yaitu merumuskan peranan, tanggung jawab dan
wewenang dari staf fasilitas.
c) Koordinator Event
Koordinator even juga melapor kepada direktur fasilitas,
bertanggung jawab kepada pengelolaan even individual
yang dilaksanakan di dalam fasilitas. Tanggung jawabnya
meliputi transportasi, memasang, mendirikan dan
menyimpan alat-alat; menciptakan sistem kontrol untuk
venue dan logistik peralatan; perekrutan, pelatihan dan
memberikan supervisi pada karyawan khusus,
memberikan bantuan dalam memelihara venue dan
peralatannya selama berlangsungnya even; memfasilitasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
penjualan karcis dan pendistribusian karcis di dalam
venue; serta mengevaluasi pengoperasian venue dan
peralatannya.
Fasilitas yang dipelihara dan diatur dengan baik merupakan
faktor yang menentukan untuk menarik kedatangan pengguna atau
konsumen. Beberapa hal yang juga harus diperhatikan dalam
pengelolaan fasilitas olahraga yaitu:
a) Pedoman Kebijakan.
Sebuah pedoman kebijakan tertulis dalam dokumen
merupakan sesuatu yang perlu untuk menjalankan
fasilitas. Persyaratan-persyaratan yang mengatur hal-hal
sebagai berikut perlu ditetapkan. (1) kebijakan umum, (2)
prosedur penjadwalan dan waktu penggunaan fasilitas, (3)
ketersediaan fasilitas dan peralatan, dan (4) pengaturan
penyewaan dan persetujuan kontrak.
b) Supervisi dan Keamanan Fasilitas.
Untuk menjamin layanan yang efektif bagi setiap
pengguna perorangan dan kelompok besar, beberapa hal
perlu diperhatikan. Perangkat aturan tertulis yang
mengatur pemanfaatan dan keamanan fasilitas. Perangkat
aturan terpampang di semua pintu masuk dan tempat
strategis. Tim supervisor dan keamanan mudah dikenali.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
Sikap yang ramah dan membantu harus ditampilkan oleh
anggota tim supervisor dan keamanan.
c) Pemeliharaan Fasilitas.
Untuk memperpanjang keawetan fasilitas dan menurunkan
keharusan perbaikan, pemeliharan yang tetap perlu
dikerjakan. Agar pekerjaan pemeliharaan berjalan dengan
baik perlu dipilih koordinator pemeliharaan yang tepat.
d) Pengontrolan (inventory control).
Melakukan pengawasan yang cermat terhadap segala
fasilitas dan peralatan yang dimiliki oleh organisasi.
e) Penjadwalan Fasilitas.
Jadwal pemakaian harus ditata dengan baik sehingga
memberi kenyamanan bagi pengguna. Contoh daftar
prioritas penggunaan fasilitas olehraga yang dimiliki oleh
sekolah: (a) pelajaran pendidikan jasmani terjadwal, (b)
kegiatan latihan dan perlombaan/pertandingan olahraga,
(c) kegiatan olahraga rekreasi dan intramural, (d)
kelompok akademik dalam sekolah, (e) kelompok
nonakademik dalam kampus, (f) kelompok luar kampus.
Undang – undang Nomor 3 tahun 2005 tentang sistem
keolahragaan Nasional Pasal 38 ayat 1, menyatakan bahwa
“Pengelolaan olahraga pada tingkat kabupaten/kota dilakukan oleh
pemerintah kabupaten/kota dengan dibantu oleh komite olahraga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
kabupaten/kota”. Dengan demikian, pengelolaan fasilitas olahraga
yang dibangun dengan menggunakan APBN perlu dikelola dengan
baik karena fasilitas olahraga merupakan aset yang dapat mendorong
perkembangan olahraga di suatu daerah dan sebagai cerminan
seberapa besar perhatian pemerintah daerah terhadap olahraga di
daerahnya masing-masing. Oleh karenanya fasilitas olahraga perlu
didokumentasikan dengan baik, dipelihara dan dimanfaatkan secara
efektif, efisien dan terintegrasi melalui sebuah sistem pengelolaan
yang jelas. Adapun ciri-ciri fasilitas yang dikelola dengan baik
menurut Harsuki, (2012 : 187) yaitu:
a) Beroperasi pada jam yang ditentukan setiap harinya dengan
memberikan pelayanan yang ramah
b) Pelanggan baru diterima secara baik dan mereka mendapat
petunjuk sehingga dapat menggunakan fasilitas sebaik-
baiknya.
c) Karyawan yang terlatih dengan baik, peran dan tanggung
jawabnya dapat dikenali oleh setiap pengguna.
d) Prosedur keselamatan, PPPK, pertolongan darurat dan lain-
lain telah didokumentasikan dan siap untuk beroperasi.
e) Melalui pengoperasiannya, fasilitas dapat menghasilkan
manfaat ekonomi.
Fasilitas olahraga perlu didayagunakan dan dikelola untuk
berbagai kepentingan olahraga. Pengelolaan tersebut bertujuan
memberikan layanan secara profesional berkaitan dengan penggunaan
fasilitas olahraga agar dapat berjalan lancar, efektif dan efisien dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
waktu yang lama. Adapun Administrasi atau pengelolaan sarana dan
prasarana olahraga meliputi:
a) Pemeliharaan Fasilitas Olahraga
Menurut Hisyam, (1991 : 31-32) bahwa “Tujuan
pemeliharaan atau peralatan dalam kegiatan olahraga
adalah untuk menentukan dan meyakinkan bahwa alat-
alat dalam keadaan aman dan memuaskan untuk
digunakan kegiatan-kegiatan tersebut”. Selanjutnya
dijelaskan bahwa prinsip-prinsip dalam pemeliharaan
fasilitas olahraga yaitu:
(1) Kebijaksanaan dan tata cara memelihara sarana
olahraga harus direncanakan untuk memperpanjang
umur peralatan sedemikian rupa sehingga mungkin
akan menghasilkan modal lagi yang maksimal.
(2) Pemeliharaan hendaknya direncanakan untuk
menjamin keselamatan bagi semua orang yang
menggunakan alat-alat.
(3) Hanya orang-orang yang berhak hendaknya diberi
kedudukan sebagai pemimpin, kepala tata usaha.
(4) Alat-alat seharusnya diawasi secara periodik untuk
memperoleh dan mencapai keselamatan dan kondisi
alat-alat.
(5) Perbaikan dan pemulihan kembali kondisi peralatan
dibenarkan apabila alat alat atau bahan yang diperbaiki
atau dibangun dengan biaya yang murah.
(6) Menutupi dan melindungi peralatan yang layak akan
menolong dan menjamin pemeliharaan secara
ekonomis dan aman.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
b) Inventarisasi Fasilitas Olahraga
Inventarisasi adalah upaya untuk mencatat dan membuat
pembukuan keberadaan sarana prasarana olahraga.
Inventarisasi akan memudahkan pengelolaan sarana
prasarana olahraga dan mencegah hilang serta rusaknya
sarana prasarana olahraga. Langkah-langkah melakukan
inventarisasi sebagai berikut:
(1) Siapkan buku inventarisasi
(2) Inventarisasi dilakukan seorang yang ahli dan teliti.
(3) Lakukan pelabelan dan tanda register semua sarana
prasarana dengan teliti dan Benar
(4) Buat papan data keadaan sarana prasarana yang bisa
diketahui semua orang.
(5) Pemeliharaan barang Pemeliharaan merupakan
kegiatan penjagaan atau pencegahan dari kerusakan
suatu sarana prasarana olahraga, sehingga sarana
prasarana tersebut dalam kondisi baik dan siap pakai.
Pemeliharaan dilakukan secara kontinyu terhadap
semua barangbarang-barang inventaris.
(http://didik02.blogspot.com/2011/10/pengelolaan-sarana-
prasarana-olahraga.html)
c) Perawatan Fasilitas Olahraga
Menurut Bucher (1997 : 187), petunjuk perawatan
seragam olahraga adalah sebagai berikut:
(1) Bersihkan pakaian dengan segera setiap habis
digunakan, jika tidak mungkin gantungkan pada
ruangan yang cukup ventilasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
(2) Jika pakaian penuh dengan lumpur dan pembersihan
harus segera di lakukan, pisahkan baju yang banyak
dengan lumpurnya.
(3) Hindarkan terlalu banyak panas dalam mencuci dan
mengeringkan karena ini akan menyebabkan
penyusutan.
(4) Air hangat sangat dianjurkan. Pakaian yang berwarna
harus dipisahkan.
(5) Gunakan pemutih pada baju yang berwarna putih.
(6) Cucilah baju sebelum mengering untuk menghindari
noda yang mengeplek.
(7) Lindungi baju dari kelembaban, dan keringkan
secepatnya untuk menghindari jamur.
(8) Biasanya kain woll tidak disikat pada saat
mencucinya.
(9) Lipat baju yang bersih dan pak di tempat
penyimpanan yang dingin, kering dan cukup
ventilasi.
(10) Simpan baju berwarna ditempat terpisah dengan
lapisan neftalin atau kapur baru.
Dewasa ini, perkembangan olahraga cukup pesat dan sudah
mulai merambah ke dunia bisnis, hal ini dikarenakan olahraga sudah
merupakan konsumsi bagi masyarakat umum dan dengan sendirinya
bermunculan bisnis-bisnis baru dalam dunia olahraga untuk
memenuhi kebutuhan olahraga dalam berbagai jenis sehingga perlu
sebuah sistem pemasaran yang baik akan produk-produk dan jasa
yang dikomersilkan. Begitu pula halnya dengan pengelolaan fasilitas
olahraga, demi menjaga kelangsungan dan keawetan fasilitas olahraga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
yang sudah tersedia maka diperlukan sebuah sistem managemen
pemasaran olahraga yang baik. Di Indonesia istilah pemasaran
olahraga mulai dikembangkan khususnya pada cabang-cabang
olahraga yang popular di masyarakat. Mullin 1985 (dalam Harsuki,
2012 : 210) memberikan pengertian pemasaran olahraga sebagai
berikut:
“Pemasaran olahraga terdiri dari semua aktivitas yang
terencana untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan
pelanggan pada partisipasi pertama, kedua dan ketiga dan
penonton pertama, kedua dan ketiga melalui proses pertukaran.
Oleh karena itu, pemasaran olahraga telah berkembang dengan
dua arah yaitu: a. Pemasaran produk dan service olahraga
kepada pelanggan olahraga, dan b. Pemasaran yang
menggunakan olahraga sebagai suatu wahana promosi untuk
pelanggan dan service serta produk industri”.
Menurut Kotler & Armstrong (2008:62), (dalam
http://husnuahmad.blogspot.com.) Bauran pemasaran (marketing mix)
adalah kumpulan alat pemasaran taktis terkendali yang dipadukan
perusahaan untuk menghasilkan respon yang diinginkannya di pasar
sasaran. Bauran pemasaran terdiri dari semua hal yang dapat
dilakukan perusahaan untuk mempengaruhi permintaan produknya.
Berbagai kemungkinan ini dapat dikelompokkan menjadi empat
kelompok variabel yang disebut “4P” (Product, Price, Place,
Promotion).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
Proses pemasaran olahraga didalamnya memerlukan beberapa
komponen penting, diantaranya yaitu: strategi pemasaran, taktik
pemasaran dan value pemasaran yang harus disusun secara seksama
dan baik. Strategi pemasaran olahraga adalah cara untuk mencapai
tujuan jangka panjang, dalam ruang lingkup strategi pemasaran
olahraga ada tiga konsep yang harus diperhatikan diantaranya
communitization, confirmation dan clarification. Taktik pemasaran
olahraga adalah rentetan dari pelaksanaan pekerjaan dari suatu
strategi, agar mencapai tujuan, dalam ruang lingkup taktik pemasaran
olahraga ada enam konsep yang harus diperhatikan
diantaranya codification, co-creation, currency, communual
activation, conversation and commercialization. Value pemasaran
olahraga adalah kemapuan yang dapat diberikan produsen kepada
konsumen untuk memuaskan konsumen itu sendiri. Dalam ruang
lingkup value yang harus diperhatikan antara lain character, care and
collaboration. Bila kita lihat dari sudut pandang produk industri
olahraga, maka yang menjadi ruang lingkup pemasaran olahraga
antara lain: sarana dan prasarana yang diproduksi, diperjualbelikan
dan/atau disewakan, barang-barang olahraga seperti peralatan dan
perlengkapan olahraga, dan Jasa penjualan kegiatan olahraga.
(Sumber: http://poernomojoko.blogspot.com)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
d. Perencana Profesional Arsitektur Fasilitas Olahraga
Perencana Profesional Arsitektur Fasilitas Olahraga adalah
perencana yang memenuhi kriteria dan aturan organisasi profesi. Lingkup
tugas pengembangan profesi perencana menjadi perencana profesional
fasilitas olahraga dimulai dari pengembangan sebelum menjadi profesi,
mulai mendapatkan pengakuan sebagai profesional dan mengembangkan
profesional lebih tinggi kelasnya, antara lain sebagai berikut: (1) lingkup
keanggotaan organisasi profesi, dimana mendapatkan rekomendasi
minmal 2 orang anggota profesional kelas A untuk menjadi anggota IAI
DKI Jakarta (belum profesional), (2) lingkup pengembangan kemampuan
profesional, dimana untuk mengembangkan diri menjadi profesi dan
profesional dibidangnya mengikuti persyaratan yang diberlakukan
organisasi profesi yaitu IAI DKI Jakarta dan Pemerintah Provinsi
setempat, dan (3) lingkup profesional dibidang perencana arsitektur
fasilitas olahraga.
Pengembangan perencana profesional fasilitas olahraga menjadi
suatu perencana yang profesional berdasarkan perkembangannya ternyata
melaui proses yang panjang. Salah satu tahap yang harus dilalui adalah
mendaftarkan diri terlebih dahulu sebagai anggota organisasi profesi yang
diminati (IAI DKI Jakarta, 1986). Misalnya sebagai perencana prfesional
di bidang arsitektur, Ikatan Arsitek Indonesia (IAI), Perencana
Konstruksi, Himpunan Ahli Konstruksi Indonesia (HAKI) atau Perencana
Mekanikal dan Elektrikal (PME), Himpunan Mekanikal dan Elektrikal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
(HME). Karena dalam pokok bahasan ini dibatasi sebagai perencana
arsitektur fasilitas olahraga, berarti peminat harus mendaftarkan dirinya
kepada organisasi IAI. Tahap berikutnya perencana sesuai peminatannya
harus mengikuti penataran sesuai kelasnya, yakni pemula masuk strata 1,
apabila telah berpengalaman minimal 2 kali merencanakan fasilitas
olahraga dapat mendaftarkan kembali untuk mengikuti strata 2 dan berhak
mendapatkan Sertifikat Ijin Bekerja Perencana Arsitektur (SIBP) C, yang
dikeluarkan untuk wilayah DKI Jakarta oleh Kepala Dinas Pengawas dan
Penataan Bangunan (P2B). Di sini perencana arsitektur fasilitas olahraga
sudah dapat dikatakan profesional. Selanjutnya setelah minimal dua kali
lagi berhasil merencanakan Fasilitas olahraga yang telah dinilai oleh
Majelis IAI dan Tim Penasehat Arsitektur (TPAK) DKI Jakarta, boleh
mengajukan lagi untuk menempuh strata 3. Setelah lulus dari Tim Majelis
IAI, maka perencana berhak mendapatkan SIBP B dengan melunasi
kewajiban iuran anggota profesional dan kewajiban yang diberlakukan
P2B, maka SIBP B dapat dimiliki. Selanjutnya setelah setiap kriteria
menjadi arsitek yang profesional di bidang perencana fasilitas olahraga
dilalui semakin tinggi strata yang diperoleh semakin berat tanggung
jawabnya dan sudah tentu makin besar imbalan yang didapat sesuai aturan
organisasi profesi atau IRTA (perhitungan imbalan jasa perencanaan
bangunan-bangunan gedung) yang telah diberlakukan (IAI DKI Jakarta,
1986). Selanjutnya apabila perencana sudah benar-benar profesional dan
minimal pernah menangani proyek-proyek skala besar/nasional, 1 kali
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
saja dan lolos dari penilaian Tim TPAK dan Tim Majelis IAI, maka
perencana berhak mendapatkan sertifikat SIBP A dari P2B, merupakan
SIBP yang paling tinggi.
Dikatakan perencana arsitektur yang profesional dibidang fasilitas
olahraga harus sudah memiliki kemampuan mendiagnosis tugas-tugas
yang di bebankan. Persyaratan-persyaratan perencanaan fasilitas olahraga
yang ditugaskan sudah harus menjadi bahan pertimbangnya, dan tidak
menjadi masalah dan hambatan setelah pekerjaan dimulai, antara lain
sebagai berikut: Legal aspek sudah tidak bermasalah: (a) Surat-surat tanah
bersertifikat, PBB lunas dibayar sesuai tahun yang sudah berjalan dan
tidak dalam keadaan sengketa; (b) Lokasi sesuai dengan peruntukkan tata
ruang, aksesbilitas tingkat kemudahan tinggi, tidak dalam lokasi yang
rawan bencana, aman, kondisi tanah tidak mudah longsor, konus (daya
tahan tanah) rendah tanah yang labil sulit untuk dibangun, tidak banjir
bukan pantai yang rawan tsunami dan keamanan iklim serta pengaruh
kondisi alam lainnya; (c) Terukur dengan luas yang memadai, dan diukur
oleh stakholder atau pihak terkait (Tata Kota dan BPN), serta diikuti
keterangan rencana kota yang berlaku jelas perutukannya, besaran lebar
jalanya, garis sempadan, intensitas bangunannya, ada rencana site dan
rencana blok (block plan).
Secara teknik teknologis, rencana fasilitas olaharaga secara
profesional dipersiapkan: (a) Desain perencanaan arsitektur fasilitas
olahraga harus direncanakan secara profesional, artinya telah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
mempertimbangkan aspek wawasan identitas arsitektur, aspek penampilan
sebagai bangunan fasilitas olahraga memenuhi persyaratan pemanfaatan
sebagai kecabangan olahraga tertentu, aspek lingkungan dan kondisi alam
sekitarnya serta dampak multliplier efek pembangunan maupun aspek
ketahanan untuk pemeliharaan & aspek keamanan bangunan; (b)
Perhitungan konstruksi bagungan fasilitas olahraga harus dapat
dipertanggung jawabkan dengan mempertimbangkan bahan bangunan
yang dipergunakan serta keamanan teknik pelaksanan pembangunannya;
(c) Dokumen kontrak harus dipersiapakan secara profesional. Artinya
secara keseluruhan terkoordinasi sejak kapan kegiatan perencanaan
dilakukan, kapan pelaksanaan dan pasca pembangunan bagaimana
operasionalisasi.
Pemanfaatan bangunan fasilitas olahraga di kelola juga secara
profesional. Pengembangan Perencana Profesional Arsitektur Fasilitas
Olahraga ternyata satu disiplin keilmuan saja tidak cukup untuk
menangani perencanaan fasilitas olahraga secara nasional. Pengalaman
penulis membuktikan, ternyata ilmu yang berkaitan dengan perencananaan
arsitektur fasilitas olahraga secara nasional begitu luas dan menarik untuk
dipelajari, ditekuni dan di terapkan serta dapat bermanfaat bagi bangsa dan
umat manusia. Ternyata, menurut pernyataan Sekjen PBB Kofianan di
pembukaan konferensi pendidikan jasmani sedunia di Thailand, bahwa
olahraga sudah menjadi kebutuhan hidup manusia, bahkan sebagai
instrumen kesejahteraan paripurna.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
Perencanaan arsitektur fasilitas olahraga yang ada saat ini secara
nasional dan profesional memang sudah baik dan profesional
pengembangannya, namun masih secara incremental (sporadis).
Nampaknya secara konfrehensif selama Republik ini berdiri belum pernah
disiapkanya secara holistik dan konfrehensif (Ditjora Depdiknas, 2004).
Oleh karena itu untuk pengembangan perencanaan fasilitas olahraga secara
nasional masih diperlukan pula pengembangan perencana profesional
arsitektur fasilitas olahraga. Adapun secara runtun dapat ditampilkan
sebagai berikut : (1) Dari sisi disiplin keilmuan teknik arsitektur,
memerlukan teknik pengembangan pengelolaan mekanisme perencanaan,
maka diperlukan disiplin manajemen konstruksi supaya perencanaan; (2)
dapat terkelola dengan lancar, hambatan dapat diminimalisir, penyelesaian
dapat efektif dan efisien mengingat cakupan perencanaan secara nasional
memerlukan sinkronisasi dan tehnis administrasi dan menejerial yang
holistik, terpadu dengan stakholder (pihak terkait); (3) Merencanakan
fasilitas olahraga secara nasional dengan dua disiplin: teknik arsitektur,
teknik sipil dan manejemen saja masih belum cukup, perencana harus
mengembangkan profesionalisme kemampuan dirinya dengan mempelajari
ilmu keolahragaan dan pendidikan jasmani. Berkaitan dengan ilmu
olahraga, sehingga dapat digabungkan dengan ilmu yang dimiliki penulis
yaitu tenical architechture dan spatial planning serta manajemen, hingga
lengkap menjadi suatu disiplin olahraga dan teknik arsitekur serta tata
ruang (Sports Engineering); (4) Sebagai profesional yang handal secara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
disiplin keilmuan dapat diasumsikan cukup, namun teknik dilapangan
masih memerlukan pengembangan wawasan bagi perencana secara
internasional, baru ada input ( masukkan ) untuk merencanakan lebih
profesional betul. Untuk menyiapkan perencanaan fasilitas olahraga
nasional yang konprehensif atau holistik membutuhkan proses
pengembangan perencana dengan waktu yang cukup memadai. Disamping
itu memerlukan pengalaman yang panjang tidak dapat didadak, baik teori
dan praktek bertahun-tahun dalam penanganan pembangunan fasilitas
olahraga nasional.
Perencana fasilitas olahraga yang profesional harus memperhatikan
mekanisme prosedur perencanaan fasilitas olahraga nasional (Ditjora
Depdiknas, 2004): (a) Aspek perencanaan macro spatial planning harus
memahami wawasan nusantara dan rencana tata ruang nasional; (b) Aspek
perencanaan meso arsitektur tata kawasan kota dan lingkungan perencana
harus memahami desain bangunan fasilitas olahraga, mengingat ciri dari
bangunan fasilitas olahraga dengan bentangan panjang dan
pemanfaatannya spesifik menurut kecabangan olahraganya; (c) Aspek
perencanaan mikro yaitu perencanaan teknik konstruksi harus memahami
perhitungan konstruksi beton, baja kayu dan batu; (d) Aspek pelaksanaan
pembangunan harus memahami administrasi bangunan dan perijinan; (e)
Aspek pembiayaan harus memahami analisa rencana biaya dan alokasi
pendanaan yang tepat guna serta berhasil guna, dengan memperhatikan
iptek olahraga dan material/bahan bangunan yang dipergunakan; (f) Aspek
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
pengawasan dan pengendalian harus mehami menejemen konstruksi
supaya pelaksanaan sesuai dengan perencanaan dan desain arsitektur yang
estetis konstruksi yang kokoh kuat dapat dipertangung jawabkan serta
terjangkau.
Ketersediaan perencana profesional fasilitas olahraga kunci untuk
mewujudkan pembangunan yang berkualitas dan profesional diperlukan
profesionalitas sumberdaya manusia perencana arsitektur fasilitas olahraga
sangat menetukan keberhasilan kualitas kerja yang profesional berpegang
pada kode etik profesi yang telah ditetapkan oleh organisasi profesi. Untuk
menunjang peningktan kualitas kinerja perencana profesional arsitektur
fasilitas olahraga, maka disarankan untuk: memiliki dan mengembangkan
selalu keilmuan bidang teknik, olahraga dan manajemen, serta tekun dan
sabar. Untuk pengembangan profesionalitas perlu mempersiapkan
kemampuan dengan menambah pendidikan pengembangan profesional,
baik penjenjangan strata yang diselenggarakan organisasi profesi maupun
dengan pendidikan secara formal. Pendidikan formal, memberi
kesempatan seluas-luasnya bagi para perencana arsitektur fasilitas
olahraga yang berstatus pejabat, swasta dan masyarakat seperti: strata
pendidikan S1, S2 dan S3.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
3. Kebijakan Pemerintah
a. Kebijakan
Setiap saat Pemerintah selalu dihadapkan pada berbagai macam masalah
mulai dari yang sederhana sampai permasalahan yang rumit. Dibutuhkan sebuah
kebijakan untuk mengatasi setiap masalah yang ada. Syarat untuk memecahkan
masalah yang rumit adalah tidak sama dengan syarat untuk memecahkan masalah
yang sederhana. Masalah yang sederhana memungkinkan analisis menggunakan
metode-metode konvensional, sementara masalah yang rumit menuntut analisis
untuk mengambil bagian aktif dalam mendefenisikan hakekat dari masalah itu
sendiri. Gambaran tentang pemecahan masalah bertolak dari pandangan bahwa
kerja kebijakan bermula dari masalah-masalah yang sudah terartikulasi dan ada
dengan sendirinya. Semestinya, kebijakan bermula ketika masalah-masalah yang
telah diketahui kemudian membuat hipotesis tentang serangkaian tindakan yang
mugkin untuk dilakukan melalui kajian yang cermat tentang masalah-masalah
tersebut agar dapat merumuskan kebijakan yang harus ditetapkan dan
mengimplementasikan kebijakan tersebut dalam sebuah tindakan nyata. Kebijakan
dipelajari dalam ilmu kebijakan (policy science), yaitu ilmu yang berorientasi
kepada masalah kontekstual, multi disiplin, dan bersifat normatif, serta dirancang
untuk menyoroti masalah fundamental yang sering diabaikan, yang muncul ketika
warga negara dan penentu kebijakan menyesuaikan keputusannya dengan
perubahan-perubahan sosial dan transformasi politik untuk melayani tujuan-tujuan
demokrasi (Lasswell dalam Kartodiharjo, 2009).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
Beberapa penulis besar dalam ilmu ini, seperti William Dunn, Charles
Jones, Lee Friedman, dan lain-lain, menggunakan istilah public policy dan public
policy analysis dalam pengertian yang tidak berbeda. Istilah kebijaksanaan atau
kebijakan yang diterjemahkan dari kata policy memang biasanya dikaitkan dengan
keputusan pemerintah, karena pemerintahlah yang mempunyai wewenang atau
kekuasaan untuk mengarahkan masyarakat, dan bertanggung jawab melayani
kepentingan umum. Ini sejalan dengan pengertian public itu sendiri dalam bahasa
Indonesia yang berarti pemerintah, masyarakat atau umum. Kebijakan (policy)
adalah solusi atas suatu masalah. Kebijakan seringkali tidak efektif akibat tidak
cermat dalam merumuskan masalah. Dengan kata lain, kebijakan sebagai obat
seringkali tidak manjur bahkan mematikan, akibat diagnosa masalah atau
penyakitnya keliru (Dunn, 2000).
Harold D. Lasswell dan Abraham Kaplan (dalam Islamy, 2002 : 17)
memberi arti kebijakan sebagai “a projected program of goals, value and
practice” (suatu program pencapaian tujuan, nilai-nilai dan praktek-praktek yang
terarah). Sedangkan Carl Friedrich (dalam Wahab, 2001 : 3) menyatakan bahwa
“kebijakan adalah suatu tindakan yang mengarah pada tujuan yang diusulkan oleh
seseorang, kelompok atau pemerintah dalam lingkungan tertentu sehubungan
dengan adanya hambatan-hambatan tertentu seraya mencari peluang-peluang
untuk mencapai tujuan atau mewujudkan sasaran yang diinginkan”.
Kajian tentang ilmu kebijakan menjadi penting untuk dipahami karena
ilmu kebijakan salah satunya diimplementasikan untuk kepentingan publik. James
E. Anderson (dalam Bambang S, 1994 : 23) mengatakan bahwa “publik policies
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
are those policies developed by govermental bodies and officials” (kebijakan
publik adalah kebijakan-kebijakan yang dikembangkan oleh badan-badan dan
pejabat-pejabat pemerintah). Selanjutnya Anderson menjelaskan implikasi dari
pengertian kebijakan publik adalah:
1) Bahwa kebijakan publik itu selalu mempunyai tujuan tertentu atau
merupakan tindakan yang berorientasi pada tujuan.
2) Bahwa kebijakan itu berisi tindakan-tindakan atau pola-pola tindakan
pejabat-pejabat pemerintah.
3) Bahwa kebijakan itu adalah apa yang benar-benar dilakukan oleh
pemerintah, jadi bukan merupakan apa yang pemerintah bermaksud
akan melakukan sesuatu atau menyatakan akan melakukan sesuatu.
4) Bahwa kebijakan publik itu bisa bersifat positif dalam arti merupakan
beberapa bentuk tindakan pemerintah mengenai suatu masalah
tertentu atau bersifat negatif dalam arti merupakan keputusan pejabat
pemerintah untuk tidak melakukan sesuatu.
5) Bahwa kebijakan pemerintah dalam arti yang positif didasarkan atau
selalu dilandaskan pada peraturan perundang-undangan yang bersifat
memaksa (otoritif).
b. Bentuk-Bentuk Kebijakan
Seorang pimpinan dalam hal ini Pemerintah haruslah mampu membuat
sebuah kebijakan yang baik dan bermanfaat bagi semua. Pada prinsipnya
Pemerintah ialah perwujudan rakyat yang mempunyai tugas menjalankan
pemerintahan atas dasar kehendak dan kebutuhan rakyat dalam sebuah negara.
Oleh karena itu, semua tindakan dan keputusan harus dilatarbelakangi oleh
kepentingan rakyat itu sendiri. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia arti
Kebijakan adalah “kepandaian dan kemahiran. Kebijakan sebagai rangkaian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
konsep dan asas yang menjadi garis besar dan dasar rencana pelaksanaan suatu
pekerjaan, kepemimpian, dan cara bertindak (Pemerintah/Organisasi), pernyataan
cita-cita, tujuan, prinsip, atau maksud sebagai garis pedoman untuk manajemen
dalam usaha mencapai sasaran atau garis haluan”. Easton (dalam Santosa, 2008 :
27) menjelaskan bahwa kebijakan adalah “pengalokasian nilai-nilai kepada
seluruh masyarakat secara keseluruhan”. Pendapat ini memperkuat definisi
kebijakan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia karena mengisyaratkan adanya
sifat otoritatif yang dimiliki pemerintah. Kebijakan pemerintah pada dasarnya
tidak hanya berupa sebuah tindakan yang diambil dalam sebuah kasus namun bisa
bermakna lebih luas lagi. Kebijakan tersebut bisa berupa ucapan dari seorang
pimpinan, dukungan, perhatian dan lain sebagainya. Setiap respon atau tindakan
yang dilakukan oleh seorang pimpinan bisa diartikan sebagai kebijakan yang dia
tetapkan bahkan meskipun pemerintah tidak melakukan sesuatu terkait sebuah
kasus namun hal itu akan tetap menjadi sebuah kebijakan dimana akan sangat
mempengaruhi atau memberi dampak terhadap masyarakat. Hogwood dan Gunn
1986 (dalam Wahab 2011 : 16), mengelompokkan kebijakan ke dalam sepuluh
macam yaitu:
1) Policy as a Label for a Feld of Activity (Kebijakan sebagai Sebuah
Label atau Merk bagi Suatu Bidang Kegiatan Pemerintah).
2) Policy as an Expression of General Purpose or Desired State of
Affairs (Kebijakan sebagai Suatu Pernyataan Mengenai Tujuan Umum
atau Keadaan Tertentu yang dDkehendaki).
3) Policy as Spesific Proposals (Kebijakan sebagai Usulan-Usulan
Khusus).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
4) Policy as Decision of Government (Kebijakan sebagai Keputusan-
Keputusan Pemerintah ).
5) Policy as Formal Authorization (Kebijakan sebagai Bentuk Otorisasi
atau Pengesahan Formal).
6) Policy as Programme (Kebijakan sebagai Program).
7) Policy as Output (Kebijakan sebagai Keluaran).
8) Policy as Outcome (Kebijakan sebagai Hasil Akhir).
9) Policy as a Theory or Model (Kebijakan sebagai Teori atau Model).
10) Policy as Process (Kebijakan sebagai Proses)
Weimer & Vining (1999 dalam Kartodiharjo, 2009) menjelaskan
mengenai lingkup kebijakan, yang terdiri dari: Riset Kebijakan dan Analisis
Kebijakan. Riset Kebijakan merupakan prediksi dampak perubahan beberapa
variabel akibat perubahan kebijakan, untuk aktor dalam arena kebijakan yang
relevan melalui metodologi yang formal. Sedangkan analisis kebijakan
merupakan perbandingan dan evaluasi dari solusi yang tersedia untuk
memecahkan masalah, untuk orang atau lembaga tertentu melalui sintesis, riset-
riset dan teori. Sutton (1999) menunjukkan bahwa dengan kajian kebijakan akan
dihasilkan pengetahuan mengenai baik atau buruknya kinerja kebijakan yang
dihasilkan saat ini melalui identifikasi arena kebijakan dengan menggunakan
metoda yang valid.
Kebijakan pemerintah yang telah disahkan, tidak akan bermanfaat apabila
tidak diimplimentasikan. Hal ini disebabkan karena implimentasi kebijakan
pemerintah berusaha untuk mewujudkan kebijakan yang masih bersifat abstrak ke
dalam realita nyata. Suatu kebijakan pemerintah akan berhasil apabila
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
dilaksanakan dan menghasilkan dampak positif bagi masyarakat banyak.
Kebijakan sendiri secara umum dapat dibedakan dalam tiga tingkatan, yaitu :
1) Kebijakan Umum
Kebijakan umum adalah kebijakan yang menjadi pedoman
atau petunjuk pelaksanaan baik yang bersifat positif ataupun bersifat
negatif yang meliputi keseluruhan wilayah atau instansi yang
bersangkutan. Suatu hal yang perlu diingat adalah pengertian umum di
sini bersifat relatif. Maksudnya, untuk wilayah negara, kebijakan
umum mengambil bentuk undang-undang atau keputusan presiden dan
sebagainya. Sementara untuk suatu provinsi, selain dari peraturan dan
kebijakan yang di ambil pada tingkat pusat juga ada keputusan
gubernur atau peraturan daerah yang diputuskan oleh DPRD. Agar
suatu kebijakan umum dapat menjadi pedoman bagi tingkatan
kebijakan di bawahnya, ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi.
Pertama, cakupan kebijakan itu meliputi keseluruhan
wawasannya. Artinya, kebijakan itu tidak hanya meliputi dan
ditujukan pada aspek tertentu atau sektor tertentu. Kedua, tidak
berjangka pendek. Masa berlakunya atau tujuan yang ingin dicapai
dengan kebijakan tersebut berada dalam jangka panjang ataupun tidak
mempunyai batas waktu tertentu. Karena itu tujuan yang digambarkan
sebagai kebijakan sering kali dianggap orang tidak jelas. Istilah “tidak
jelas” ini tidak tepat. Tujuan jangka panjang lebih dapat disebut
“samar-samar” karena gambarannya yang bersifat umum. Keadaan ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
hampir dapat disamakan dengan penglihatan kita bila melihat seorang
wanita cantik dari jarak dua kilometer. Sosoknya tidak akan terlihat
dengan jelas. Kecantikannya hanya tergambar secara umum dalam
bentuk keseluruhan. Gambarannya jelas berada dari penglihatan dalam
jarak lima puluh meter. Bahkan dapat dikatakan aneh kalau dalam
jarak dua kilometer dia terlihat dengan jelas. Dengan kata lain, dalam
suatu kebijakan umum tidak tepat untuk menetapkan sasarannya
secara sangat jelas dan rumusanya secara teknis. Rumusan yang
demikian akan menghadapi kekakuan dalam perubahan waktu jangka
panjang dan akan mengalami kesulitan untuk diberlakukan dalam
wilayah-wilayah kecil yang berbeda.
Ketiga, strategi kebijakan umum tidak bersifat operasional.
Seperti halnya pada pengertian umum, pengertian operasional atau
teknis juga bersifat relatif. Sesuatu yang dianggap umum untuk tingkat
kabupaten mungkin dianggap teknis atau operasional untuk tingkat
provinsi dan sangat operasional dalam pandangan tingkat nasional.
Namun, sekalipun suatu kebijakan bersifat umum, tidak berarti
kebijakan tersebut bersifat sederhana. Makin umum suatu kebijakan,
makin kompleks dan dinamis kebijakan tersebut. Hal ini disebabkan
karena pada tingkat kebijakan umum banyak aspek yang terlibat,
banyak dimensi ilmu yang diperlukan untuk menganalisisnya dan
banyak pihak yang terkait. Sebaliknya semakin teknis suatu kebijakan,
semakin tidak kompleks kebijakan itu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
2) Kebijakan Pelaksanaan
Kebijaka pelaksanaan adalah kebijakan yang menjabarkan kebijakan
umum. Untuk tingkat pusat, peraturan pemerintah tentang pelaksanaan
suatu undang-undang, atau keputusan menteri yang menjabarkan
pelaksanaan keputusan presiden adalah contoh dari kebijakan
pelaksanaan. Untuk tingkat provinsi, keputusan bupati atau keputusan
seorang kepala dinas yang menjabarkan keputusan gubernur atau
peraturan daerah bisa jadi suatu kebijakan pelaksanaan.
3) Kebijakan Teknis
Kebijakan teknis adalah kebijakan operasional yang berada di bawah
kebijakan pelaksanaan itu. Secara umum dapat disebutkan bahwa
kebijakan umum adalah kebijakan tingkat pertama, kebijakan
pelaksanaan adalah kebijakan tingkat ke dua, dan kebijakan teknis
adalah kebijakan tingkat ke tiga atau yang terbawah.
Wewenang membuat kebijakan hanya ada pada jabatan-jabatan yang
tinggi. Ini bisa dimengerti karena pada jabatan-jabatan tersebut terdapat fungsi
mengatur (regulasi) masyarakat. Pada jabatan-jabatan yang lebih rendah terdapat
fungsi pelaksanaan atau teknis. Meskipun birokrasi harus bersikap netral atau
bebas dari politik, namun mereka yang menduduki jabatan tinggi tidak boleh
melepaskan diri dari pengaruh politik. Tanpa pertimbangan politik dapat timbul
kelemahan dalam memperoleh dukungan masyarakat bagi kebijakan yang
dibuatnya. Seorang birokrat tidak boleh mewakili kepentingan sesuatu partai,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
namun dia harus dapat memahami orientasi politik partai-partai yang ada,
sehingga dapat mengambil keputusan yang mewakili semua aspirasi dalam
masyarakat. Sikap netral seorang pejabat tidak boleh diartikan bahwa keputusan
yang diambil harus lepas dari semua kepentingan partai, karena ini akan berakibat
ruang gerak untuk mengidentifikasi alternatif kebijakan menjadi sempit, bahkan
mungkin menjadi tidak ada. Misalnya, jika dalam masyarakat ada perbedaan
pendapat antara dua atau tiga partai, supaya netral, maka dia mengambil kebijakan
di luar dari ketiga pendirian itu. Jika demikian halnya, keadaan tentu saja akan
menjadi semakin parah, karena dalam sistem multi partai yang ada, variasi
perbedaan pendapat makin banyak.
Dalam keadaan demikian, seorang pejabat harus mempunyai pertimbangan
atas alasan sendiri, terserah apakah alasan itu dekat dengan salah satu dari
pendapat partai tertentu. Dekat dengan salah satu partai tidak mesti bertentangan
dengan kepentingan rakyat. Dalam keadaan normal, partai-partai politik juga
cenderung mengambil keputusan yang merakyat (populer), sekurang-kurangnya
untuk menarik simpati dari masyarakat banyak.
c. Analisis dan Formulasi Kebijakan
Analisis kebijakan dapat dipandang sebagai ilmu yang menggunakan
berbagai metode pengkajian multiple dalam konteks argumentasi dan debat politik
untuk menciptakan, menilai secara kritis, dan mengkomunikasikan pengetahuan
yang relevan dengan kebijakan. Dalam analisis kebijakan, kata analisis digunakan
dalam pengertian yang paling umum, termasuk penggunaan intuisi dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
mengungkapkan pendapat dan tidak hanya menguji kebijakan dalam memilah-
milah kedalam sejumlah komponen-komponen tetapi juga perancangan dan
sintesis alternatif-alternatif baru. Menurut Sabatier (dalam Wahab, 2012:34)
bahwa:
“Agar dapat menilai perkembangan sebuah kebijakan dengan baik,
seseorang harus mencermati kebijakan itu setidaknya selama satu dekade
atau lebih. Dalam penelitian seperti itu, unit analisisnya ialah subsistem
kebijakan yang terdiri atas koalisi advokasi yang saling bersaing atau
interaksi antar aktor dari beragam lembaga dan tingkatan pemerintahan
yang tertarik terhadap bidang kebijakan tersebut”.
Analisis kebijakan publik bertujuan memberikan rekomendasi untuk
membantu para pembuat kebijakan dalam upaya memecahkan masalah-masalah
publik. Di dalam analisis kebijakan publik terdapat informasi-informasi berkaitan
dengan masalah-masalah publik serta argumen-argumen tentang berbagai
alternatif kebijakan, sebagai bahan pertimbangan atau masukan kepada pihak
pembuat kebijakan (dalam http://Bagusspurnama.blog.ub.ac.id). Hal tersebut
sejalan dengan pendapat Wahab (2012 : 34-35) bahwa “Tujuan pokok melakukan
analisis kebijakan publik (public policy analysis) adalah untuk meramu secara
sistematik beragam gagasan yang berasal dari berbagai macam disiplin misalnya
sosiologi, politik, ekonomi, administrasi publik, psikologi sosial dan antropologi,
kemudian digunakan untuk menginterprestasikan sebab-sebab dan akibat-akibat
dari tindakan pemerintah”.
Adapun dimensi-dimensi Kebijakan Publik diantaranya adalah pertama:
proses kebijakan, mengkaji proses penyusunan kebijakan, mulai dari indentifikasi
dan perumusan masalah, implementasi kebijakan, monitoring kebijakan serta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
evaluasi kebijakan. Dimensi kedua analisis kebijakan meliputi: penerapan metode
dan teknik analisis yang bersifat multidisiplin dalam proses kebijakan. Evaluasi
kebijakan mengkaji akibat-akibat suatu kebijakan atau mencari jawaban atas
pertanyaan “apa yang terjadi sebagai akibat dari implementasi suatu kebijakan”.
Analisis evaluasi kebijakan sering juga disebut analisis dampak kebijakan, yang
mengkaji akibat-akibat implementasi suatu kebijkan membahas hubungan di
antara cara yang digunakan dan hasil yang dicapai.
Analisis kebijakan publik berdasarkan kajian kebijakannya dapat
dibedakan antara analisis kebijakan sebelum adanya kebijakan publik tertentu dan
sesudah adanya kebijakan publik tertentu. Analisis kebijakan sebelum adanya
kebijakan publik berpijak pada permasalahan publik semata sehingga hasilnya
benar-benar sebuah rekomendasi kebijakan publik yang baru. Keduanya baik
analisis kebijakan sebelum maupun sesudah adanya kebijakan mempunyai tujuan
yang sama yakni memberikan rekomendasi kebijakan kepada penentu kebijakan
agar didapat kebijakan yang lebih berkualitas. Dunn 2000:117 (dalam
Bagusspurnama.blog.ub.ac.id) membedakan tiga bentuk utama analisis kebijakan
publik:
1) Analisis Kebijakan Prospektif
Analisis Kebijakan Prospektif yang berupa produksi dan transformasi
informasi sebelum aksi kebijakan dimulai dan diimplementasikan.
Analisis kebijakan disini merupakan suatu alat untuk mensintesakan
informasi untuk dipakai dalam merumuskan alternatif dan preferensi
kebijakan yang dinyatakan secara komparatif, diramalkan dalam
bahasa kuantitatif dan kualitatif sebagai landasan atau penuntun dalam
pengambilan keputusan kebijakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
2) Analisis Kebijakan Retrospektif
Analisis Kebijakan Retrospektif adalah sebagai penciptaan dan
transformasi informasi sesudah aksi kebijakan dilakukan. Terdapat 3
tipe analis berdasarkan kegiatan yang dikembangkan oleh kelompok
analis ini yakni analis yang berorientasi pada disiplin, analis yang
berorientasi pada masalah dan analis yang berorientasi pada aplikasi.
Tentu saja ketiga tipe analisis retrospektif ini terdapat kelebihan dan
kelemahan.
3) Analisis Kebijakan yang Terintegrasi
Analisis Kebijakan yang terintegrasi merupakan bentuk analisis yang
mengkombinasikan gaya operasi para praktisi yang menaruh perhatian
pada penciptaan dan transformasi informasi sebelum dan sesudah
tindakan kebijakan diambil. Analisis kebijakan yang terintegrasi tidak
hanya mengharuskan para analis untuk mengkaitkan tahap
penyelidikan retrospektif dan perspektif, tetapi juga menuntut para
analis untuk terus menerus menghasilkan dan mentransformasikan
informasi setiap saat.
d. Kebijakan Pemerintah Bidang Olahraga
Kebijakan bidang keolahragaan diposisikan pada upaya-upaya memotivasi
dan memfasilitasi agar masyarakat dari berbagai lapisan usia gemar berolahraga
dan menjadikan olahraga sebagai gaya hidup. Dalam rangka meningkatkan budaya
olahraga sebagai bagian dari proses dan pencapaian tujuan pembangunan nasional,
keberadaan dan peran olahraga dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara harus mendapatkan kedudukan yang sejajar dengan sektor
pembangunan lainnya terutama untuk meningkatkan kesehatan, kebugaran,
pergaulan sosial, dan kesejahteraan individu, kelompok, atau masyarakat pada
umumnya secara terencana dan sistemik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
Dalam pembangunan olahraga, hasil utama yang telah dicapai adalah
terumuskannya konsep kebijakan yang mendukung perkembangan olahraga
nasional dan pedoman mekanisme pembinaan olahraga dan kesegaran jasmani;
dan tersusunnya Rancangan Undang-Undang Olahraga untuk mendukung
perkembangan olahraga nasional, dan tersusunnya Sport Development Index
(SDI). Selain itu, untuk meningkatkan upaya pemanduan bakat dan pembibitan
olahraga telah dilaksanakan pembinaan olahraga di kalangan pelajar termasuk
pelajar penyandang cacat, organisasi olahraga dan masyarakat dan meningkatnya
jumlah pelatih, peneliti, praktisi, dan teknisi olahraga yang mengikuti pendidikan
dan pelatihan sesuai dengan standar kompetensi serta meningkatnya jumlah dan
mutu bibit olahragawan. Selanjutnya, untuk meningkatkan prestasi olahraga
termasuk olahraga bagi penyandang cacat telah berhasil ditingkatkan pembinaan
peserta didik dalam cabang olahraga prestasi, dan meningkatnya penyelenggaraan
kompetisi olahraga secara berjenjang dan berkesinambungan. Sedangkan dalam
pembangunan pemuda, hasil-hasil yang telah dicapai adalah tersusunnya data dan
informasi kepemudaan, meningkatnya kemampuan manajerial usaha muda,
meningkatnya jumlah wirausahawan muda yang mengikuti pelatihan keterampilan
dan manajemen, terlaksananya upaya untuk meningkatkan peran aktif pemuda
dalam penanggulangan narkoba, HIV/AIDS, kriminalitas termasuk tawuran di
kalangan pelajar dan pemuda dan terlaksananya upaya untuk meningkatkan
pemahaman dan penghormatan terhadap supremasi hukum dan HAM.
Permasalahan dan tantangan program pembangunan pemuda dan olahraga
adalah lemahnya sumber daya manusia di bidang pemanduan bakat, lemahnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
manajemen olahraga, kurang intensifnya upaya-upaya pembibitan, menurunnya
pembinaan dan kurangnya penerapan dan pemanfaatan iptek secara tepat dan
benar dalam olahraga, minimnya sarana dan prasarana umum untuk berolahraga
sehingga masyarakat enggan berolahraga, kurangnya kompetisi olahraga baik
dalam skala nasional maupun regional, masih rendahnya tingkat pendidikan di
kalangan pemuda dan minimnya ruang-ruang publik bagi kalangan pemuda untuk
mengekspresikan dirinya.
Tindak lanjut yang diperlukan dalam pembangunan pemuda dan olahraga
adalah: melaksanakan peningkatan kapasitas (capacity building) di bidang
pembangunan olahraga, mengembangkan olahraga rekreasi, olahraga lanjut usia,
olahraga penyandang cacat, dan olahraga tradisional, melakukan pembinaan
olahraga usia dini, kelas olahraga, klub olahraga pelajar dan mahasiswa, dan
kelompok berlatih olahraga, melakukan bimbingan dan kompetisi olahraga pelajar
secara berjenjang dan teratur dalam rangka menanamkan disiplin, nilai-nilai
sportivitas, dan menggali bakat olahraga, meningkatkan kepedulian masyarakat
dan dunia usaha mengenai pentingnya dukungan pendanaan olahraga terutama
olahraga prestasi, meningkatkan keterampilan dan keahlian tenaga kerja pemuda,
mengembangkan kewirausahaan pemuda, meningkatkan partisipasi lembaga
kepemudaan dalam pembangunan ekonomi, memperluas kesempatan pemuda
terdidik untuk berpartisipasi dalam pembangunan di pedesaan, mengembangkan
jaringan kerjasama pemuda antardaerah, antarpropinsi dan antarbangsa,
meningkatkan peran aktif pemuda dalam penanggulangan masalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
114
penyalahgunaan narkoba, minuman keras (miras), penyebaran penyakit
HIV/AIDS serta penyakit menular seksual, dan kriminalitas di kalangan pemuda.
e. Peraturan Daerah
Otonomi berasal dari bahasa Yunani, yaitu autos dan nomos. Autos artinya
sendiri, sedangkan nomos berarti hukum atau aturan. Sebagai istilah, pengertian
otonomi autos nomos atau autonomous dalam bahasa Inggris kata sifat yang
berarti: (1) keberadaan atau keberfungsian secara bebas atau independen
(functioning or existing independently); dan (2) memiliki pemerintahan sendiri,
sebagai negara atau kelompok dan sebagainya (of or having self-government, as a
state, group, etc.). Sedangkan pengertian otonomi (autonomy) sebagai kata benda
(noun) adalah (1) keadaan atau kualitas yang bersifat independen, khususnya
kekuasaan atau hak memiliki pemerintahan sendiri (the power or right of having
self-government); dan atau (2) negara, masyarakat, atau kelompok yang memiliki
pemerintahan sendiri yang independen (a self-governing state, community or
group). Beranjak dari rumusan pengertian otonomi tersebut dapat disimpulkan
bahwa otonomi daerah secara ringkas adalah daerah yang menyelenggarakan
pemerintahan sendiri, atau daerah yang memiliki pemerintahan sendiri yang
berdaulat atau independen.
Indonesia pada dasarnya menganut pemahaman otonomi daerah yang
bersifat administratif, yaitu kebebasan untuk menyelenggarakan administrasi
pemerintahan sendiri yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Sistem
Administrasi Negara Republik Indonesia (SANKRI). Dengan demikian dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
115
konteks Indonesia, pengertian Otonomi Daerah menunjukkan hubungan
keterikatan antara daerah yang memiliki hak untuk menyelenggarakan
pemerintahan sendiri dengan kesatuan yang lebih besar yaitu Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI). Bukan berarti daerah otonom yang merdeka dan
berdiri sendiri bebas dari ikatan dengan NKRI. Dengan berlakunya otonomi
daerah maka Pemerintah daerah berhak untuk mengatur daerahnya sendiri dan
membuat kebijakan local dengan tujuan pengembangan dan pembangunan daerah.
Salah satunya yaitu dengan menerbitkan Peraturan Daerah (PERDA). Peraturan
Daerah merupakan bentuk nyata implementasi kebijakan yang dibuat oleh
Pemerintah Daerah dalam mengatasi permasalahan yang ada maupun untuk
mengembangkan potensi daerahnya.
Sejak disahkannya Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah (yang kemudian direvisi pada tahun 2004) yang
diimplementasikan sejak januari 2001, maka beberapa kewenangan daerah
dilaksanakan oleh birokrasi pemerintah daerah (PEMDA). Mulai saat itulah
Pemda mempunyai kewenangan yang luar biasa untuk merencanakan,
merumuskan, melaksanakan, serta mengevaluasi kebijakan-kebijakan yang sesuai
dengan keperluan dan tuntutan masyarakat setempat (Agustino, 2011 : 69). Sejak
masa itu pemerintah daerah (Pemda) tidak lagi sekedar sebagai pelaksana
operasional kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan dan ditentukan oleh pusat
seperti pada zaman Orde Baru yang bersifat top-down policy, tetapi telah menjadi
agen penggerak pembangunan. Sekarang, melalui otonomi daerah apapun yang
dilaksanakan oleh pemerintah daerah dapat dengan mudah dinilai bahkan dikritisi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
116
oleh masyarakat sendiri. Dalam konteks kebijakan publik, misalnya, dapat
ditanyakan apakah kebijakan yang diformulasi dan diimplementasi mampu
mengatasi persoalan-persoalan yang dihadapi oleh daerah atau justru sebaliknya
memutarbalikan keadaan masyarakat ke arah yang lebih buruk. Berbicara
kebijakan publik di daerah tentu saja dituangkan dalam bentuk peraturan daerah.
Peraturan daerah merupakan bentuk legitimasi Pemda untuk mencapai
tujuan-tujuan pembangunan daerah secara sah terhadap masyarakat lokal. Tujuan-
tujuan pembangunan daerah yang dilakukan salah satunya ialah mengatasi
persoalan masyarakat yang dianggap penting salah satunya yaitu penyediaan
fasilitas olahraga di Kabupaten Ketapang. Dalam Undang-Undang 32 tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah, setidaknya ada 3 (tiga) jenis produk hukum daerah
otonom. Dua produk hukum hasil pengaturan dan sebuah produk hasil
pengurusan. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh pakar Otonomi Daerah
Hoessein (2009:151-156), bahwa:
“Produk hukum hasil pengaturan adalah peraturan daerah (Perda) dan
peraturan kepala daerah, sedangkan sebuah produk hukum hasil
pengurusan adalah keputusan kepala daerah. Perda adalah keputusan
kepala daerah dengan persetujuan DPRD, sedangkan peraturan kepala
daerah adalah keputusan kepala daerah tanpa persetujuan DPRD. Kedua
produk hukum tersebut sebagai norma hukum umum dan abstrak.
Keputusan kepala daerah sebagai produk hukum pengurusan adalah
keputusan yang bersifat penetapan”.
Dalam hukum positif di Indonesia dibedakan beberapa produk hukum
daerah otonom, namun baik jenis maupun hierarkinya diatur secara berbeda dalam
peraturan perundang-undangan. Jenis dan kedudukan Perda dalam hierarki
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
117
perundang-undangan diatur dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004
tentang Pembentukan Perundang-undangan. Dalam ayat (1) Pasal 7 mengatur
jenis hierarki Peraturan Perundang-undangan sebagai berikut:
1) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945)
2) Undang-Undang (UU)/ Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- Undang
3) Peraturan Pemerintah (PP)
4) Peraturan Presiden (Perpres)
5) Peraturan Daerah (Perda).
Kelima produk diatas merupakan bentuk pertama kebijakan publik, yaitu
peraturan perundangan yang terkodifikasi secara formal dan legal. Setiap
peraturan dari tingkat “Pusat” atau “Nasional” hingga tingkat “lokal” desa atau
kelurahan adalah kebijakan publik karena mereka adalah aparat publik atau
administrator yang dibayar oleh uang publik melalui pajak dan penerimaan negara
lainnya (Penerimaan Negara Bukan Pajak), dan karenanya secara hukum formal
bertanggung jawab kepada publik (Nugroho, 2008: 62). Pada hakekatnya
peraturan daerah dan kebijakan publik itu memiliki pengertian yang hampir sama.
Dimana keduanya merupakan suatu alat intervensi pemerintah (lokal) yang
bertujuan untuk mengubah kondisi yang ada atau mempengaruhi arah dan
kecepatan dari perubahan yang sedang berlangsung dalam masyarakat guna
mewujudkan kondisi yang dicita-citakan. Intervensi itu dilakukan melalui suatu
atau serangkaian strategi kebijakan dengan menggunakan berbagai peralatan atau
instrumen kebijakan. Dalam hal ini, kondisi yang ada dan perubahan yang
berlangsung yang ingin dipengaruhi serta kemungkinan perubahan dari
kecenderungan perubahan yang ada itu, sangat bersifat spesifiik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
118
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa Perda adalah produk
hukum daerah otonom yang bersifat pengaturan. Dalam hal ini perda dibuat untuk
mengatur orang atau sekelompok orang untuk mencapai ke keadaan yang
dinginkan. Secara prosedural, pembentukan perda di dahului dengan penyampaian
rancangan peraturan daerah (Raperda) atas prakarsa kepala daerah atau prakasa
DPRD.
B. Penelitian Yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan penitian yang dilaksanakan oleh peneliti
mengenai Kebijakan Pemerintah tentang Ketersediaan Fasilitas Olahraga adalah
penelitian yang dilakukan oleh:
1. Nama : Agus Kristiyanto
Judul : Kajian Fasilitas Olahraga Prestasi “Warisan” Penyelenggaraan
Pekan Olahraga Nasional (PON) XVII Tahun 2008 Di
Kalimantan Timur.
Tahun : 2010
Sumber : Buku Pembangunan Olahraga Untuk Kesejahteraan Rakyat Dan
Kejayaan Bangsa
Penelitian tersebut bertujuan untuk menyusun sebuah kebijakan
manajemen berbasis keunggulan lokal. Dalam pembahasannya penelitian
tersebut mengulas tentang Dasar Yuridis Pengembangan Fasilitas
Olahraga dan Survey Kelayakan Fasilitas Olahraga Prestasi “Warisan”
Penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional (PON) XVII Tahun 2008 Di
Kalimantan Timur.
Dari hasil penelitian tersebut, terungkap bahwa tersedianya fasilitas
olahraga merupakan prasyarat aksi dalam mendorong terlaksananya
aktivitas olahraga dikalangan masyarakat dan merupakan sebuah
keharusan terutama terkait dengan penyelenggaraan Event Olahraga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
119
Nasional seperti Pekan Olahraga Pelajar Nasional (POPNAS), Pekan
Olahraga Nasional (PON), bahkan jika memungkinkan Sea Games dan
Asian Games.
Dari hasil kajian yang dilakukan, terbukti adanya beberapa bentuk
Kebijakan Pemerintah yang mendukung dalam usaha penyediaan fasilitas
olahraga di setiap daerah. Selain itu, berdasarkan hasil analisis kelayakan
pada 5 (lima ) fasilitas olahraga di Balikpapan, terungkap dimana fasilitas
yang tersedia bisa dibilang representatif dan memenuhi kriteria Standar
Keolahragaan Nasional. Kemudian dari data yang ada, dapat diartikan
bahwa tingkat pendapatan lebih besar dari biaya perawatan yang
dikeluarkan dalam pengelolaan fasilitas tersebut.
2. Nama : Arnold Meka
Judul : Kebijakan Koni Dalam Bidang Olahraga
(Studi tentang usaha KONI surakarta dalam pencapaian prestasi
bidang olahraga)
Tahun : 2011
Sumber : Skripsi (Jurusan Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial Dan
Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret Surakarta)
Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui implementasi
kebijakan yang dilakukan KONI dan hal-hal yang mempengaruhi
kebijakan tersebut dalam pembinaan olahraga di Surakarta. Dari hasil
kajian yang dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa Pemerintah Kota
Surakarta melalui KONI telah mengimplementasikan UU No.3 Tahun
2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional kedalam berbagai upaya
untuk pembinaan olahraga di kota Surakarta. Dalam penelitian ini juga
dijelaskan bahwa implementasi dari UU No.3 Tahun 2005 belum berjalan
secara maksimal dimana masih terdapat kelemahan dalam pembinaan dan
pengawasan KONI kepada pengurus cabang olahraga. Pendanaan bidang
olahraga masih tertinggal dibanding daerah-daerah disekitarnya padahal
Kota Surakarta memiliki kondisi ekonomi yang cukup mendukung.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
120
C. Kerangka Berfikir
Gambar 1. Bagan Kerangka Berfikir
Kebijakan Pemerintah tentang Olahraga diwujudkan dalam bentuk
Perundang-Undangan atau Peraturan Daerah (PERDA) yang ditetapkan oleh
pemerintah daerah yang bersangkutan yang mengatur salah satunya tentang
penyediaan fasilitas olahraga sebagaimana yang tercantum dalam Undang-Undang
Sistem Keolahragaan nasional Nomor 3 tahun 2005. Di dalam Perda tersebut
diantaranya memuat tentang Perencanaan Fasilitas Olahraga, Ketersediaan
Fasilitas Olahraga, Pemanfaatan Fasilitas Olahraga dan Pengelolaan Fasilitas
Kebijakan Pemerintah
Tentang Olahraga
PERDA Tentang
Fasilitas Olahraga
Pengelolaan
Fasilitas Olahraga
Pemanfaatan
Fasilitas Olahraga
Ketersedian
Fasilitas Olahraga
Perencanaan
Fasilitas Olahraga
Perkembangan Olahraga
Kabupaten Ketapang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
121
Olahraga. Proses implementasi kebijakan pemerintah dimulai dari adanya suatu
kebijakan yang telah siap dilaksanakan. Outcomes yang dihasilkan melalui proses
implementasi terdiri atas hasil segera kebijakan (policy effect) dan hasil akhir
(policy impact). Hasil segera dan dampak yang ditimbulkan suatu program sangat
berguna untuk menilai kinerja implementasi suatu program. Policy effect
merupakan pengaruh jangka pendek yang dihasilkan dari pelaksanaan kebijakan
sedangkan policy impact adalah sejumlah outcomes yang dihasilkan suatu
program melalui proses jangka panjang. Dampak akhir baru dapat dieliti dan
diketahui hasilnya setelah suatu program sekian lama dilaksanakan (Bambang S,
1994 : 139). Dengan perencanaan dan mekanisme yang sudah ditetapkan dan
dijalankan maka Outcomes yang diharapkan dalam kebijakan ini yaitu tersedianya
Fasilitas Olahraga di Kabupaten Ketapang.
Sebuah Kebijakan Pemerintah memerlukan penyusunan rencana yang baik
mengenai hal-hal yang harus dijalankan untuk mendukung implementasi
kebijakan tersebut, misalnya dalam bentuk Renstra (Rencana Strategis). Rencana
tersebut merupakan sebuah proyek konkret yang akan dilaksanakan dalam suatu
jangka waktu tertentu dimana target-target harus dapat dipenuhi sesuai patokan
yang sudah ditetapkan sebelumnya. Dengan perencanaan yang baik maka
diharapkan implementasinya juga baik dimana akan terwujudnya ketersediaan
fasilitas olahraga di Kabupaten ketapang. Dengan tersedianya Fasilitas Olahraga
maka masyarakat semakin terfasilitasi untuk berolahraga. Hal tersebut diharapkan
memberikan dampak positif bagi dunia olahraga di Kabupaten Ketapang
khususnya pada olahraga prestasi. Kemudahan dalam mengakses dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
122
memanfaatkan fasilitas olahraga yang diiringi dengan standar kualitas yang
memadai akan mendukung kemajuan dalam pencapaian prestasi olahraga di
Kabupaten Ketapang.
Fasilitas yang sudah tersedia semestinya dimanfaatkan sesuai dengan
kegunaannya yaitu untuk kepentingan olahraga. Dalam pengelolaan fasilitas, pada
umumnya diserahkan kepada lembaga-lembaga pemerintahan dari berbagai
jenjang sampai yang paling rendah, bahkan tidak jarang dilimpahkan kepada
pihak swasta namun harus dalam pengawasan pemerintah secara ketat. Agar
keberadaan fasilitas tetap terjaga maka diperlukan juga adanya sebuah sistem
pengelolaan Fasilitas Olahraga yang baik. Tanpa adanya pengelolaan yang baik,
maka segala fasilitas yang ada tidak akan terawat dan pada akhirnya fasilitas
tersebut terbengkalai bahkan rusak. Maka dari itu, sebuah sistem pengelolaan
yang baik juga berperanan penting dalam implementasi Kebijakan Pemerintah
tentang Fasilitas Olahraga.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
123
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu
Untuk memperoleh berbagai keterangan yang dibutuhkan, maka
penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Ketapang. Waktu penelitian
dilaksanakan pada bulan Nopember 2012.
B. Jenis Penelitian
Metode penelitian yang digunakan, dalam penelitian ini adalah Penelitian
deskriptif kualitatif. Menurut Nasir (1983) bahwa “penelitian deskriptif adalah
mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat serta tata cara yang berlaku
dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan,
kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta proses-proses yang
sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena”. Demi
kelancaran penelitian serta memberikan arti terhadap data dalam penelitian secara
sistematis, efisien, dan efektif, peneliti melakukan proses penelitian pendahuluan
yang meliputi penelusuran literatur, dokumentasi, dan analisis situasi tempat
penelitian yang akan dilaksanakan. Dari hasil proses penelitian pendahuluan
tersebut, kemudian ditemukan sejumlah informasi awal yang menyangkut objek
penelitian sehingga dapat dikatagorikan pada kelompok penelitian kualitatif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
124
C. Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini subyek yang diteliti adalah ketersediaan fasilitas
olahraga di Kabupaten Ketapang. Peneliti akan menganalisis kebijakan
pemerintah yang berupa Peraturan Daerah (PERDA) yang sudah diterbitkan
maupun kebijakan-kebijakan praktis yang dijalankan terkait ketersediaan fasilitas
olahraga di Kabupaten Ketapang.
D. Sumber Data
Yang dimaksud dengan sumber data adalah subjek dari mana data dapat
diperoleh (Suharsimi Arikunto 2006 : 129). Dimana penelitian ini akan
menganalisis bentuk kebijakan yang dikeluarkan atau dibuat oleh pemerintah
Kabupaten Ketapang tentang penyediaan fasilitas olahraga di Kabupaten
Ketapang. Dengan demikian sumber data dalam penelitian ini adalah berupa
Dokumen Peraturan Daerah dan Informan. Adapun informan yang akan dipilih
dalam penelitian ini adalah Kepala Bidang Pemuda dan Olahraga Dinas
Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Ketapang, Pengurus
KONI Kabupaten Ketapang dan pihak-pihak terkait yang dapat memberikan
informasi kepada peneliti.
Demi menunjang keberhasilan penelitian ini maka teknik sampling yang
digunakan adalah snowball sampling yaitu teknik penentuan sampel yang mula-
mula jumlahnya kecil, kemudian membesar ibarat bola salju yang menggelinding
yang lama-lama menjadi besar (Sugiyono, 2007). Cara ini banyak dipakai ketika
peneliti tidak banyak tahu tentang populasi penelitiannya. Dia hanya tahu satu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
125
atau dua orang yang berdasarkan penilaiannya bisa dijadikan sampel. Karena
peneliti menginginkan lebih banyak lagi, lalu dia minta kepada sampel pertama
untuk menunjukan orang lain yang kira-kira bisa dijadikan sampel.
E. Teknik Pengumpulan Data
Data dikumpulkan dengan teknik non-tes (survey). Teknik ini digunakan
untuk mengungkapkan data tingkat ketersediaan fasilitas olahraga, dengan cara
peneliti langsung turun ke lapangan atau daerah penelitian untuk mengamati dan
mewawancarai orang-orang yang berkepentingan di daerah tersebut. Adapun
teknik pengumpulan data yang digunakan adalah :
1. Mengkaji Dokumen dan Arsip (content analysis)
Dokumen tertulis dan arsip merupakan data yang sering memiliki
posisi penting dalam penelitian kualitatif. Terutama bila sasaran kajian
mengarah pada latar belakang atau berbagai peristiwa yang terjadi dimasa
lampau yang sangat berkaitan dengan kondisi atau peristiwa masa kini yang
sedang diteliti (HB. Sutopo, 2006; 80). Teknik ini berfungsi untuk menggali
dan menganalisis data yang berupa dokumen misalnya Peraturan Daerah
(PERDA) yang dikeluarkan oleh pemerintah.
2. Wawancara Mendalam (in-depth interviewing)
Tujuan utama melakukan wawancara adalah untuk bisa menyajikan
konstruksi saat sekarang dalam suatu konteks mengenai para pribadi,
peristiwa, aktivitas, organisasi, perasaan, motivasi, tanggapan atau persepsi,
tingkat dan bentuk keterlibatan dan sebagainya untuk merekonstruksi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
126
beragam hal seperti itu sebagai bagian dari pengalaman masa lampau dan
memproyeksikan hal-hal itu yang dikaitkan dengan harapan yang bisa
terjadi dimasa yang akan datang (HB. Sutopo, 2006; 68)
3. Observasi (observation)
Teknik observasi digunakan untuk menggali data dari sumber data
yang berupa peristiwa, aktivitas, perilaku, tempat atau lokasi dan benda
serta rekaman gambar (HB. Sutopo, 2006; 75). Teknik ini diperlukan guna
memperoleh informasi terkait ketersediaan dan intensitas pemanfaatan
fasilitas olahraga di Kabupaten Ketapang.
F. Validitas Data
Untuk memperoleh data yang valid dalam penelitian ini, maka peneliti
menggunakan Triangulasi Data. Menurut (Patton dalam HB. Sutopo 2006; 93)
cara ini mengarahkan peneliti agar didalam mengumpulkan data, ia wajib
menggunakan beragam sumber data yang berbeda-beda yang tersedia. Artinya,
data yang sama atau sejenis, akan lebih mantap kebenarannya bila digali dari
beberapa sumber data yang berbeda.
G. Teknik Analisis Data
Untuk memperoleh gambaran yang menyeluruh tentang obyek penelitian
ini, analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif. Data yang diperoleh
melalui wawancara, observasi dan analisis dokumen selanjutnya diolah,
diinterpretasikan dengan memfokuskan penajaman makna yang seringkali banyak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
127
dilukiskan dalam kata-kata dari pada angka-angka dan sejauh mungkin dalam
bentuk aslinya (Lexy Moleong 1990; 6). Oleh karena itu, dalam proses analisis
penelitian kualitatif ini terdapat tiga komponen utama yang harus benar-benar
dipahami oleh setiap peneliti kualitatif. Tiga komponen utama analisis tersebut
adalah reduksi data, sajian data dan penarikan simpulan serta virifikasinya (Miles
& Huberman dalam HB. Sutopo 2006; 113).
Reduksi data merupakan proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan dan
abstraksi data dari fielnote. Sajian data perupakan rakitan organisasi informasi,
deskripsi dalam bentuk narasi yang memungkinkan simpulan penelitian dapat
dilakukan. Kesimpulan perlu diverifikasi agar cukup mantap dan benar-benar bisa
dipertanggungjawabkan. Peneliti mengadakan penelusuran data kembali secara
cepat dan mengulangi membaca catatan-catatan dilapangan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
128
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Tentang Kabupaten Ketapang
1. Sejarah Kabupaten Ketapang
Pada masa pemerintah Hindia Belanda, sejak tahun 1936 Kabupaten
Ketapang adalah salah satu daerah Afdeling, yaitu merupakan bagian karesidenan
Kalimantan Barat (Residentis Westerm Afdeling Van Borneo) dengan pusat
pemerintahannya di Pontianak. Kabupaten Ketapang pada waktu itu dibagi
menjadi tiga Onder Afdeling yang dipimpin oleh seorang Wedana, yaitu; Onder
Afdeling Sukadana di Sukadana, Onder Afdeling Matan Hilir di Ketapang dan
Onder Afdeling Matan Hulu di Nanga Tayap.
2. Pembentukan Kabupaten Ketapang
Pada masa pemerintahan Republik Indonesia, menurut Undang-undang
No. 25 tahun 1956 maka Kabupaten Ketapang mendapat status sebagai bagian
daerah otonom Propinsi Kalimantan Barat yang dipimpin oleh seorang Bupati
sebagai Kepala Daerah. Kabupaten Ketapang dibentuk berdasarkan Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1959 tentang Penetapan Undang-
Undang Darurat Nomor 3 Tahun 1953 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di
Kalimantan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1953 Nomor 9) sebagai
Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 72,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1820). Selanjutnya
berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2007 tentang
pembentukan Kabupaten Kayong Utara di Propinsi Kalimantan Barat, maka sejak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
129
tanggal 26 Juni 2007, 5 (lima) wilayah kecamatan di Kabupaten Ketapang
dimekarkan menjadi satu kabupaten baru dengan nama Kabupaten Kayong Utara.
3. Letak Geografis Kabupaten Ketapang
Secara geografis Kabupaten Ketapang berada di bagian selatan Provinsi
Kalimantan Barat terletak di antara garis 0º 19’00” - 3º 05’ 00” lintang selatan dan
108º 42’ 00” - 111º 16’ 00” bujur timur dan merupakan kabupaten terluas di
Kalimantan Barat yang memiliki luas wilayah secara keseluruhan mencapai
31.588 km2 (Luas daratan 30.099 km2 dan luas perairan 1.489 km2) atau 21,28 %
terhadap total luas wilayah Provinsi Kalimantan Barat yang sebesar 146.807 km2.
Kabupaten Ketapang beriklim tropis dengan suhu rata-rata 23,70° C - 26,70° C
dan suhu pada siang hari mencapai 30,80° C serta memiliki curah hujan rata-rata
3696,1 mm/tahun dengan curah hujan rata-rata per tahun sebanyak 214 kali,
sedangkan kecepatan angin adalah 3,1 knot dan merupakan yang tertinggi di
Kalimantan Barat. Wilayah Kabupaten Ketapang dengan ibukota di Ketapang,
terdiri atas 20 (dua puluh) kecamatan, 5 (lima) kelurahan, dan 216 (dua ratus
enam belas) desa. 13 kecamatan berada di daerah perhuluan/pedalaman dan
selebihnya merupakan kawasan pesisir, yaitu wilayah kecamatan yang sebagian
besar wilayahnya berbatasan langsung dengan laut. Ketapang memiliki pantai
yang memanjang dari selatan ke utara dan sebagian pantai merupakan muara
sungai dan berupa rawa-rawa, sedangkan daerah hulu umumnya berupa daratan
yang berbukit-bukit dan diantaranya masih merupakan hutan. Batas-batas wilayah
Kabupaten Ketapang sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
130
Tabel 4.1. Batas Wilayah Kabupaten Ketapang
No. Letak Wilayah Berbatasan Dengan
1. Utara Kabupaten Kubu Raya, Kabupaten Sanggau,
Kabupaten Sekadau dan Kabupaten Melawi
2. Selatan Laut Jawa
3. Barat Kabupaten Kayong Utara dan Laut Natuna
4. Timur Provinsi Kalimantan Tengah dan Kabupaten
Melawi.
4. Penduduk Kabupaten Ketapang
Kota Ketapang adalah kota yang multi suku dan etnis. Suku Dayak,
Melayu serta Tionghua yang merupakan tiga suku terbesar di kota ini. Selain itu
juga ada suku Jawa dan Madura. Mata pencaharian mayoritas penduduk yaitu
pertanian, perkebunan dan perikanan. Berdasarkan Data Agregat Kependudukan
(DAK) Kabupaten Ketapang, penduduk Ketapang tahun 2012 berjumlah 525.954
jiwa. Dari 20 kecamatan yang ada, Kecamatan Delta Pawan menjadi kecamatan
terpadat penduduknya yaitu mencapai 83.628 jiwa. Sementara jumlah penduduk
terkecil tersebar di Kecamatan Pemahan dengan jumlah 6.284 jiwa.
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS), pada 2010 tingkat kemiskinan
absolut di kabupaten yang kaya akan hasil tambang ini mencapai Rp 13,67 %,
lebih tinggi dari tingkat kemiskinan Provinsi Kalimantan Barat yang mencapai
9,02 %. Pertumbuhan jumlah penduduk menjadi salah satu faktor penyebabnya
karena pertumbuhan setiap tahun selalu meningkat. Berikut ini data Badan Pusat
Statistik (BPS) tentang pertumbuhan penduduk Kabupaten Ketapang tahun 2007-
2011:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
131
Tabel 4.2. Pertumbuhan Penduduk Ketapang Tahun 2007-2011
Keterangan Tahun
2011 2010 2009 2008 2007
Jumlah Pria (jiwa) 227.697 222.258 214.895 207.592 203.575
Jumlah Wanita (jiwa) 209.916 205.202 203.079 200.957 196.336
Total (jiwa) 437.613 427.460 417.974 408.549 399.911
Sumber : http://ketapangkab.bps.go.id
5. Pendidikan di Kabupaten Ketapang
Sebagian besar wilayah kecamatan di Kabupaten Ketapang merupakan
daerah pedalaman yang sulit dijangkau dengan transportasi darat dan
menyebabkan pemerataan pembangunan menjadi terhambat. Hal tersebut juga
berdampak pada perkembangan pendidikan, dimana masih banyak kecamatan di
daerah pedalaman yang kekurangan sarana pendidikan sekolah baik SD, SMP dan
SMA. Di Kabupaten Ketapang sendiri sudah terdapat beberapa Perguruan Tinggi
diantaranya:
a. STAI Al Haudl (Sekolah Tinggi Agama Islam)
b. Politeknik Negeri Ketapang (Politap)
c. Akademi Manajemen Komputer dan Informatika(AMKI) Ketapang
d. Akademi Keperawatan (AKPER)
e. Universitas Terbuka (UT)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
132
B. Hasil Analisis
1. Perencanaan Fasilitas Olahraga
Hasil penemuan peneliti terkait perencanaan fasilitas olahraga di
Kabupaten Ketapang sebagai berikut:
a. Perencanaan Pemerintah khusus mengenai penyediaan fasilitas olahraga
sudah ada namun belum terprogram dengan baik.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti, sudah ada
perencanaan yang akan dilakukan oleh pemerintah dalam upaya
penyediaan fasilitas olahraga misalnya membangun Gor Olahraga namun
perencanaan tersebut masih belum dilaksanakan dengan berbagai kendala
salahsatunya yaitu pendanaan dan sampai saat ini belum ada
tindaklanjutnya.
b. Pemerintah lebih fokus kepada cabang olahraga yang populer di
masyarakat khususnya sepakbola.
Sepakbola merupakan olahraga yang paling digemari di Kabupaten
Ketapang sehingga pemerintah secara tidak langsung lebih
memprioritaskan cabang olahraga ini dan seakan-akan mengesampingkan
cabang olahraga lain sehingga peminatnya semakin berkurang. Hal
tersebut berdampak dalam hal penyediaan fasilitas olahraga dimana
fasilitas cabang olahraga sepakbola di Kabupaten Ketapang cukup banyak
namun sebaliknya dengan cabang olahraga yang lain yang sangat minim
fasilitas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
133
c. Perencanaan yang dibuat lebih bersifat insidental, dimana perencanaan
tersebut berasal dari masyarakat sendiri yang berupa proposal
pembangunan fasilitas olahraga.
Proses perencanaan fasilitas olahraga selama ini hanya berdasarkan
dari usulan-usulan tiap pengurus cabang olahraga serta adanya pengajuan
proposal dari elemen masyarakat yang terumus dan dibahas dalam
musyawarah perencanaan dan pengembangan yang rutin diadakan setiap
tahunnya. Hasil dari musyawarah pengembangan dan perencanaan ini
kemudian ditetapkan dalam rencana kerja tahunan untuk anggaran
penyediaan fasilitas dari setiap cabang olahraga namun dalam kenyataanya
tidak adanya anggaran khusus yang diberikan kepada setiap cabang
olahraga untuk menyediakan fasilitas cabang olahraga tersebut.
d. Perencanaan belum bersifat merata keseluruh wilayah Kabupaten ketapang
dan perhatian pemerintah lebih cenderung ke wilayah perkotaan.
Berdasarkan peninjauan penulis ke berbagai lokasi di beberapa
kecamatan di Kabupaten Ketapang, jumlah fasilitas olahraga yang tersedia
sangat minim bahkan hampir tidak ada. Fasilitas yang ada hanya berupa
lapangan sepakbola dengan kondisi yang jauh dari standar lapangan
sepakbola sebenarnya. Berdasarkan penjelasan masyarakat sekitar, tidak
ada bantuan atau perhatian pemerintah dalam penyediaan fasilitas dan
bahkan masyarakat mengupayakan sendiri dalam penyediaan fasilitas
tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
134
2. Ketersediaan Fasilitas Olahraga
Ketersediaan fasilitas olahraga tidak bisa terlepas dari adanya kebijakan
Pemerintah yang berkaitan dengan anggaran yang akan digunakan untuk
pembangunan fasilitas olahraga. Beberapa penemuan peneliti tentang ketersediaan
fasilitas olahraga di Kabupaten Ketapang sebagai burikut:
a. Peran pemerintah dalam penyediaan fasilitas olahraga masih minim.
Data yang ditemukan oleh peneliti dilapangan menunjukan bahwa
fasilitas olahraga yang dibangun oleh pemerintah Kabupaten Ketapang
masih sangat sedikit. Dari sekian banyak fasilitas olahraga di Kabupaten
Ketapang, fasilitas yang dibangun oleh pemerintah hanya stadion
sepakbola, gor tenis meja dan lapangan bola voli dan itupun letaknya
hanya di wilayah kota ketapang. Fasilitas olahraga yang ada di Kabupaten
Ketapang pada umumnya adalah fasilitas olahraga yang bersifat
permainan, sedangkan fasilitas untuk cabang olahraga yang bersifat
perorangan seperti, pencak silat, tinju, Atletik dan lain-lain jarang ditemui
atau bahkan tidak ada sama sekali. Hal ini disebabkan karena situasi dan
kondisi masyarakat yang kurang menggemari olahraga perorangan, serta
kurangnya perhatian pemerintah khususnya PEMDA setempat dalam
mensosialisasikan olahraga dikalangan masyarakat.
b. Fasilitas olahraga yang tersedia secara umum belum memenuhi standar
baik kualitas maupun kuantitasnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
135
Stadion sepakbola Tentemak merupakan fasilitas umum yang
disediakan oleh pemerintah sudah termasuk memenuhi standar fasilitas
namun beberapa cabang olahraga masih belum memenuhi standar yang
seharusnya misalnya treck Atletik yang tidak dilengkapi dengan tartan,
kolam renang yang tidak standar dan masih banyak lagi.
c. Ketersediaan fasilitas olahraga masih terbatas pada cabang-cabang
olahraga tertentu khususnya yang banyak digemari oleh masyarakat.
Aspirasi dari masyarakat mengenai fasilitas olahraga yang
dibutuhkan selama ini belum terealisasi dengan baik, hal tersebut terbukti
dari minimnya keanekaragaman fasilitas yang tersedia. Hal tersebut
mengakibatkan masyarakat yang memiliki kegemaran olahraga tertentu
yang belum ada fasilitasnya tidak bisa menyalurkan hobi dan bakat
mereka. Selain itu, prestasi cabang olahraga yang kurang digemari juga
sulit untuk berkembang karena terkendala fasilitas.
d. Sebagian besar fasilitas olahraga yang tersedia adalah milik pihak swasta.
Kebijakan pemerintah yang kurang memperhatikan penyediaan
fasilitas olahraga dimanfaatkan oleh pihak swasta dengan membangun
fasilitas olahraga umum yang bisa disewakan dengan berlatarbelakang
bisnis. Beberapa fasilitas olahraga yang dibangun pihak swasta
diantaranya lapangan futsal, badminton, basket, tenis lapangan dan kolam
renang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
136
e. Banyak pengurus cabang olahraga yang menyediakan fasilitas olahraga
secara swadana.
Karena keterbatasan fasilitas dalam pembinaan prestasi, beberapa
pengurus cabang olahraga harus menyediakan fasilitas sendiri dengan
biaya swadana anggota. Menurut penjelasan meraka hal tersebut harus
dilakukan karena minimnya bantuan pemerintah dalam penyediaan
fasilitas yang dibutuhkan.
f. Karena tidak memiliki fasilitas sendiri, beberapa cabang olahraga
meminjam lapangan milik sekolah sebagai tempat latihan.
Keterbatasan fasilitas berupa lapangan memaksa beberapa cabang
olahraga harus meminjam lapangan sekolah sebagai tempat latihan. Hal ini
sangat memberatkan pengurus cabang olahraga tersebut karena mereka
harus mengeluarkan biaya tambahan/sewa lapangan bahkan ada juga yang
menggunakan halaman rumah pribadi sebagai sarana latihan.
g. Keberadaan fasilitas olahraga belum merata keseluruh wilayah.
Dari 20 kecamatan di Kabupaten ketapang, jumlah fasilitas
olahraga yang tersedia bervariasi. Mayoritas fasilitas yang tersedia berada
di daerah perkotaan. Data lapangan olahraga di kabupaten ketapang
sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
137
Tabel 4.3. Data Lapangan Olahraga Setiap Kecamatan
No Kecamatan Lapangan Olahraga
1 Kendawangan 3
2 Manis mata 7
3 Marau 3
4 Air upas 8
5 Singkup 5
6 Jelai hulu 5
7 Tumbang titi 4
8 Pemahan 8
9 Sungai melayu rayak 2
10 Matan hilir selatan 13
11 Benua kayong 18
12 Matan hilir utara 10
13 Delta pawan 17
14 Muara pawan 3
15 Nanga tayap 4
16 Sandai 11
17 Hulu sungai 1
18 Sungai laur 7
19 Simpang hulu 1
20 Simpang dua 3
Total 133
Keterangan: Data lapangan tersebut berupa lapangan terbuka yang
sering digunakan dalam aktivitas olahraga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
138
3. Pemanfaatan Fasilitas Olahraga
Ketersediaan fasilitas merupakan syarat utama untuk melakukan aktifitas
olahraga. Fasilitas yang tersedia tersebut bisa dimanfaatkan oleh masyarakat
untuk berolahraga dan sebagai tempat latihan bagi para atlet cabang olahraga
dalam hal pembinaan prestasi.
Tabel 4.4. Data Fasilitas Olahraga
No Cabang
Olahraga
Jumlah
Club
Sarana Dan
Prasarana Keterangan
1 Panahan
(PERPANI)
1 club 1 lapangan Tempat latihan masih
menumpang di lapangan
sepakbola Tanjungpura
Peralatan latihan milik
pribadi (diusahakan sendiri
oleh pengcab perpani)
2 Kempo
(PERKEMI)
1 club 1 lapangan Tempat latihan masih
menumpang di lapangan
SMP N 1 Ketapang
Peralatan latihan milik
pribadi (diusahakan sendiri
oleh pengcab Perkemi)
3 Atletik
(PASI)
1 club 2 Lapangan/
Lintasan
1 lintasan sedang dibangun
fasilitas tartan
1 lintasan belum memiliki
fasilitas tartan
4 Tenis meja
(PTMSI)
51 club 30 lapangan/
Meja
Lapangan yang disediakan
oleh Pemerintah ketapang
ada 4 meja yang terdapat
didalam 1 gedung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
139
26 Meja/lapangan yang lain
milik pribadi dan swasta.
5 Anggar
(IKAGI)
1 club 1 lapangan Tempat latihan masih
menumpang di lapangan
SMA N 3 Ketapang
Peralatan latihan milik
pribadi (diusahakan sendiri
oleh pengcab IKAGI)
6 Aeromodeling 1 club 1 lapangan Lapangan latihan masih
menumpang di lapangan
Bandara Rahadi Oesman
7 Selam
(POSSI)
1 club - Memanfaatkan area sungai
dan pantai di kabupaten
ketapang
Peralatan latihan milik
pribadi (diusahakan sendiri)
8 Futsal 46 club 8 lapangan Semua lapangan dan
Gedung Futsal yang
tersedia milik swasta
Semuanya lapangan berada
diwilayah ketapang kota
9 Basket 10 club 5 lapangan 3 lapangan milik sekolah, 1
lapangan milik KODIM dan
1 lapangan milik swasta
Peralatan latihan milik
pribadi (diusahakan sendiri)
10 Bola voli
(PBVSI)
286 club 163 lapangan 4 lapangan milik
Pemerintah Ketapang.
Lapangan yang lain
dibangun sendiri oleh
masyarakat dan pihak
swasta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
140
11 Dayung
(PODSI)
1 club 1 lapangan Memanfaatkan sungai
pawan yang ada di ketapang
sebagai tempat latihan
Pemerintah ketapang
menyediakan 4 perahu
12 Tenis
Lapangan
(PELTI)
20 club 4 lapangan 2 lapangan didalam gedung
dan 2 lapangan terbuka
Semua lapangan milik
swasta
13 Balap sepeda
(ISSI)
1 club - Memanfaatkan jalan raya
sebagai arena latihan
Peralatan latihan milik
pribadi (diusahakan sendiri)
14 Bulutangkis
(PBSI)
128 club 66 lapangan 23 lapangan sudah berada
didalam gor
5 lapangan milik sekolah
dan sisanya milik swasta
15 Silat
(IPSI)
5 club 1 lapangan 1 Club, Tempat latihan
masih menumpang di
lapangan SMA N 1
Ketapang dan sisanya di
lapangan yang tersedia
diperkampungan
masyarakat
Peralatan latihan milik
pribadi (diusahakan sendiri)
16 Taekwondo
(TI)
1 club 1 lapangan Tempat latihan masih
menumpang di lapangan
SMK N 2 Ketapang
Peralatan latihan milik
pribadi (diusahakan sendiri)
17 Bilyard
(POBSI)
10 club 9 lapangan Semua lapangan milik
swasta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
141
18 PABBSI
3 club 3 lapangan Semua lapangan milik
swasta
19 Catur
(PERCASI)
15 club - Semua peralatan disediakan
pemerintah ketapang
20 Tinju
(PERTINA)
1 club 2 lapangan/
ring tinju
Ring tinju disediakan
pemerintah ketapang
Sebagian peralatan latihan
telah disediakan pemerintah
ketapang
21 Panjat tebing
(FPTI)
5 club 2 lapangan/
dinding
1 dinding disediakan
pemerintah ketapang dan 1
dinding disediakan sendiri
oleh pengurus.
Peralatan latihan milik
pribadi (diusahakan sendiri)
22 Sepakbola
(PSSI)
293 club 136 lapangan Pemerintah ketapang
menyediakan 2 stadion dan
sisanya milik masyarakat
disetiap daerah.
Sebagian peralatan latihan
telah disediakan pemerintah
ketapang
23 Tarung drajat
(KODRAT)
1 club 1 lapangan Tempat latihan masih
menumpang di lapangan
KOMPI
24 Bridge
(GABSI)
1 club - Peralatan disediakan
pemerintah ketapang
25 Renang
(PRSI)
1 club 1 lapangan/
kolam renang
Kolam yang tersedia milik
swasta
26 Motor Cross
(IMI)
12 club 2 lapangan/
lintasan balap
Lintasan Balap milik swasta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
142
27 Karate
(FORKI)
1 club 1 lapangan Tempat latihan masih
menumpang di lapangan
SMP N 3 ketapang
28 Takraw 15 club 2 lapangan Lapangan dan peralatan
disediakan sendiri oleh
pengurus dan atlet
29 Olahraga
Penyandang
Cacat
(NPC)
1 club - Menyesuaikan cabang
olahraga dan tempat latihan
masih menumpang di
cabang olahraga yang
tersedia fasilitas olahraga
Peralatan latihan masih
meminjam
Berdasarkan data diatas, beberapa penemuan yang didapat peneliti tentang
pemanfaatan fasilitas olahraga di Kabupaten Ketapang sebagai berikut:
a. Fasilitas yang disediakan oleh pemerintah bisa dimanfaatkan secara gratis
oleh masyarakat.
Fasilitas olahraga yang dibangun oleh Pemerintah penggunaannya
tidak ada biaya sewa hanya memerlukan penyususnan jadwal penggunaan
fasilitas sehingga jadwal penggunaan fasilitas tidak saling berbenturaan
dalam menggunakan fasilitas tersebut.
b. Pada cabang olahraga tertentu, fasilitas olahraga hanya dimanfaatkan oleh
kalangan tertentu.
Selain cabang olahraga sepakbola, pengguna fasilitas olahraga
hanya didominasi oleh kalangan-kalangan tertentu, misalnya tenis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
143
lapangan pengguna biasanya berdasarkan keturunan dan status sosial
karena sebagian besar lapangan tenis merupakan milik pihak swasta
sehingga pemanfaatanya hanya kalangan tertentu.
c. Fasilitas yang tersedia sering tidak dimanfaatkan sebagaimana fungsi
sebenarnya sehingga fasilitas tersebut menjadi rusak dan terbengkalai.
Beberapa fasilitas yang dibangun oleh pemerintah tidak terawat
bahkan tidak digunakan lagi untuk latihan karena kondisinya rusak. Salah
satunya yaitu lapangan bolavoli yang tidak terawat dan stadion Tentemak
yang difungsikan sebagai tempat tinggal oleh penduduk sekitar bahkan
lebih parah lagi dimana kebijakan pemerintah yang memberikan ijin
penggunaan lapangan sepakbola sebagai arena konser musik yang
mengakibatkan lapangan dan sarana prasarana didalamnya menjadi rusak.
4. Pengelolaan Fasilitas Olahraga
a. Tidak ada alokasi biaya pengelolaan untuk fasilitas olahraga.
Selama ini tidak ada anggaran khusus untuk perawatan fasilitas
sehingga keadaan fasilitas olahraga milik pemerintah cenderung kurang
terawat bahkan nyaris tidak terawat, sedangkan fasilitas olahraga yang
dibangun oleh swasta dan masyarakat sendiri cukup terawat dengan baik.
Hal tersebut karena pihak swasta menerapkan sistem persewaan lapangan
sehingga adanya pemasukan yang salahsatunya digunakan untuk
perawatan lapangan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
144
b. Tidak adanya penyerahan tugas yang jelas oleh pemerintah dalam
pengelolaan fasilitas yang tersedia.
Fasilitas yang dikelola sendiri oleh pemerintah dibawah
pengawasan PU PEMDA Ketapang tidak mendapat perhatian dengan baik,
bahkan KONI sebagai induk cabang olahraga di Kabupaten Ketapang
tidak diberikan kewenangan untuk mengelola fasilitas tersebut.
c. Fasilitas olahraga yang terawat dengan baik yaitu fasilitas yang dikelola
sendiri oleh pihak swasta.
Berbeda dengan fasilitas pemerintah, fasilitas olahraga milik swasta
terawat dengan lebih baik karena adanya biaya perawatan fasilitas yang
diambil dari kontribusi biaya sewa penggunaan fasilitas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
145
C. Pembahasan
Data yang terkumpul kemudian dilakukan pembahasan secara mendalam.
Berikut ini hasil pembahasan mengenai penyediaan fasilitas olahraga di
Kabupaten ketapang:
1. Perencanaan Fasilitas Olahraga di Kabupaten Ketapang
Perencanaan merupakan sebuah langkah awal dalam usaha
penyediaan fasilitas olahraga. Perencanaan ini idealnya melibatkan seluruh
elemen pelaku olahraga yang ada agar semua aspirasi dan kebutuhan yang
diperlukan dapat terealisasi dengan baik dan sesuai dengan tujuan utama
yaitu memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan masyarakat.
Pembuat kebijakan harus mampu mengakomodasi setiap kepentingan
dalam penyediaan fasilitas. Yang terpenting yaitu adanya suatu langkah
kongkrit dalam implementasi semua perencanaan yang telah dibuat. Tanpa
adanya implementasi tersebut maka sebuah perencanaan yang baik hanya
akan menjadi wacana yang tidak terealisasi. Pemerintah sebagai pembuat
kebijakan harus mampu memunculkan ide-ide cemerlang dalam
penyusunan rencana penyediaan fasilitas. Karena pentingnya sebuah
perencanaan maka perlu adanya perhatian khusus dalam hal penyediaan
anggaran untuk olahraga di kabupaten ketapang terutama dari PEMDA
ketapang sebagai penyedia anggaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
146
2. Ketersediaan Fasilitas Olahraga di Kabupaten Ketapang
Sebagai komponen utama dalam aktifitas olahraga, ketersediaan
fasilitas merupakan hal penting yang perlu mendapat perhatian dari
pemerintah. Pembinaan olahraga masyarakat dalam arti luas tentu bukan
hanya menyediakan tempat atau ruang publik yang memadai. Sama halnya
dengan penyediaan sarana dan prasarana olahraga di seluruh kecamatan di
Kabupaten Ketapang yang perlu pemerataan sebagai langkah awal atau
sebuah embrio dari gagasan yang lebih besar dalam usaha pembangunan
serta pembinaan olahraga. Artinya, dari segi infrastruktur, tidak cukup di
satu kecamatan hanya ada sebuah lapangan sepak bola yang dilengkapi
trek atletik. Lebih dari itu, sebuah wilayah perlu dilengkapi dengan ruang
publik serta taman bermain (playing grounds) yang lebih beragam, serta
kepentingannya disesuaikan dengan keunikan geografis setiap kecamatan.
Yang lebih penting dari tersedianya infrastruktur adalah suprastruktur.
Suprastruktur berkaitan dengan program, isi kegiatan, serta para
pelaksananya, yang diarahkan untuk terus menerus melakukan stimulasi,
pelayanan, pembinaan dan edukasi pada masyarakat melalui olahraga
sebagaimana yang telah diamanatkan Undang-Undang Sistem
Keolahragaan Nasional Nomor 3 Tahun 2005. Salah satu langkah nyata
yaitu perlunya dibuat Peraturan Daerah yang mengatur tentang penyediaan
fasilitas olahraga di Kabupaten Ketapang, agar arah pembinaan olahraga
lebih jelas dan terstruktur sebagai acuan dalam menentukan kebijakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
147
3. Pemanfaatan Fasilitas Olahraga di Kabupaten Ketapang
Fasilitas olahraga yang tersedia haruslah dimanfaatkan
sebagaimana fungsinya. Faktor kemudahan dan kenyamanan bagi
masyarakat dalam hal mengakses fasilitas tersebut harus diutamakan.
Kebijakan yang selama ini mengfungsikan fasilitas tersebut untuk
kepentingan diluar olahraga harus ditinjau ulang bahkan seharusnya
dihapuskan. Tidak jarang sebuah event olahraga yang akan
diselenggarakan harus ditunda bahkan dibatalkan atau dipindahkan
ketempat lain karena fasilitas yang tersedia difungsikan untuk kepentingan
lain seperti hiburan masyarakat atau kepentingan partai politik untuk
berkampanye. Hal ini menimbulkan keprihatinan pencinta olahraga yang
merasa dikorbankan oleh kebijakan yang tidak sesuai.
Pemanfaatan fasilitas dengan latar belakang rekreasi juga perlu
menjadi salah satu alternatif bagi pemerintah. Dengan menyediakan
fasilitas olahraga sebagai sarana rekreasi dapat menarik minat masyarakat
untuk lebih gemar berolahraga. Hal tersebut cukup relevan karena pada
dasarnya manusia senang dengan aktivitas rekreasi sehingga mereka secara
tidak langsung turut aktif berolahraga melalui sarana rekreasi.
Karakteristik pelaku olahraga dalam memanfaatkan fasilitas
olahraga juga dapat dijadikan acuan dalam menetukan jenis dan model
fasilitas yang harus disediakan, karena Pemerintah harus benar-benar
memahami model fasilitas yang bisa dimanfaatkan dengan baik oleh
masyarakat. Latar belakang ekonomi, pendidikan dan status sosial juga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
148
bisa mempengaruhi pola masyarakat dalam memanfaatkan fasilitas.
Sebagai contoh bahwa kalangan masyarakat tertentu misalnya para pejabat
cenderung untuk berolahraga tenis, sedangkan masyarakat kelas menengah
kebawah cenderung untuk berain sepakbola.
Fasilitas yang memenuhi kriteria standar fasilitas olahraga nasional
juga bukan merupakan jaminan akan tingginya minat masyarakat dalam
aktivitas olahraga. Sebagai contoh dimana sebuah lapangan atau ruang
terbuka yang tidak memiliki fasilitas memadai malah menjadi sebuah daya
tarik tersendiri bagi masyarakat karena mereka dapat mengakses lapangan
tersebut secara bebas tanpa harus menyewa sehingga setiap saat mereka
dapat beraktivitas olahraga, dan sebaliknya ketika lapangan tersebut
dibangun fasilitas yang baik justru partisipasi masyarakat menjadi
menurun dikarenakan mereka tidak bebas untuk mengakses fasilitas
tersebut dimana terdapat ketentuan-ketentuan dalam pemanfaatannya
sehingga secara tidak langsung membatasi masyarakat untuk beraktivitas
olahraga.
4. Pengelolaan Fasilitas Olahraga di Kabupaten Ketapang
Tidak adanya peraturan dari Pemerintah Daerah tentang
pengelolaan fasilitas olahraga menjadikan tidak adanya aturan yang
mengikat tentang pengelolaan fasilitas. Disamping tidak adanya
penganggaran dana secara khusus untuk mengelola fasilitas, pola
pengelolaan yang selama ini dijalankan tidak sesuai dengan harapan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
149
Struktur pengelolaan yang baik haruslah mengedepankan kepentingan
olahraga itu sendiri.
Tidak dipungkiri bahwa keterbatasan dana dari pemerintah menjadi
salah satu penghambat dari sistem pengelolaan fasilitas namun pada
beberapa daerah yang olahraganya sudah tergolong maju, pola pengelolaan
dijalankan dengan baik misalnya adanya kerjasama antara pemerintah
dengan pihak swasta dalam pengelolaan fasilitas olahraga. Hal ini
berdampak pada kualitas fasilitas yang dapat terjaga dengan baik karena
disana adanya sistem pendapatan dan pengeluaran yang berlatarbelakang
bisnis namun tetap mengedepankan kepentingan olahraga terutama
pengelolaan fasilitas. Dari sistem seperti ini maka dapat meringankan
beban pemerintah dalam hal pengelolaan fasilitas. Ini merupakan sebuah
contah yang perlu dianut oleh pemerintah kabupaten ketapang agar dimasa
mendatang pola pengelolaan fasilitas olahraga yang tersedia dapat
dijalankan dengan baik dan akan berdampak positif bagi perkembangan
olahraga sehingga dapat mendongkrak baik kualitas maupun kuantitasnya
olahraga di Kabupaten Ketapang .
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
150
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan mengenai kebijakan
pemerintah kabupaten ketapang tentang penyediaan fasilitas olahraga maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa:
1. Perencanaan penyediaan fasilitas olahraga di Kabupaten Ketapang
belum terprogram dengan baik. Peran Pemerintah belum terlihat
dengan jelas dalam merencanakan fasilitas olahraga di Kabupaten
Ketapang.
2. Ketersediaan fasilitas olahraga di Kabupaten Ketapang belum
memadai baik secara kualitas maupun kuantitas. Ketersediaan
fasilitas belum merata pada semua cabang olahraga dan belum
merata keseluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Ketapang.
3. Pemanfaatan fasilitas yang tersedia bulum maksimal dan seringkali
dimanfaatkan untuk kepentingan diluar olahraga.
4. Pengelolaan fasilitas yang ada belum diperhatikan dengan baik
sehingga banyak fasilitas yang terbengkalai dan rusak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
151
B. Implikasi
Dari kesimpulan diatas maka implikasinya sebagai berikut:
1. Beberapa cabang olahraga yang populer dimasyarakat sudah tersedia
fasilitasnya namun sebagian besar fasilitas tersebut adalah milik
pihak swasta. Hal tersebut mengakibatkan hanya beberapa cabang
olahraga tertentu saja yang berkembang di Kabupaten Ketapang.
Untuk itu diperlukan perencanaan untuk menyediakan fasilitas
olahraga pada cabang-cabang olahraga yang belum populer
dimasyarakat.
2. Olahraga merupakan kebutuhan setiap orang, dan untuk melakukan
aktivitas olahraga maka yang sangat diperlukan adalah tersedianya
fasilitas olahraga yang memenuhi standar baik secara kualitas
maupun kuantitas yang bisa diakses secara mudah oleh masyarakat
umum dan juga untuk kepentingan pembinaan prestasi olahraga di
sebuah daerah.
3. Perkembangan olahraga di suatu daerah tidak terlepas dari peran
pemerintah pusat dan pemerintah daerah itu sendiri. Dalam
menentukan kebijakan, perlu adanya suatu arah yang jelas dan
mengikat berupa perundang-undangan yang disusun sedemikian rupa
sehingga kebijakan tersebut mampu mencapai tujuan yang
diharapkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
152
C. Saran
1. Pemerintah Kabupaten Ketapang hendaknya menyediakan fasilitas
pada semua cabang olahraga agar bisa dimanfaatkan oleh
masyarakat.
2. Pemerintah Kabupaten Ketapang harus membuat Peraturan Daerah
(PERDA) yang mengatur tentang keolahragaan di Kabupaten
Ketapang yang mana salah satunya mengatur tentang penyediaan
fasilitas olahraga.
3. Sebuah mekanisme kerja mengenai perencanaan fasilitas,
penyediaan fasilitas, pemanfaatan fasilitas dan pengelolaan fasilitas
perlu disusun dengan baik dan jelas agar arah pembangunan olahraga
di Kabupaten Ketapang dapat berjalan sesuai harapan.
4. Koordinasi dan kerjasama antara organisasi/lembaga yang berperan
dalam olahraga dengan masyarakat harus di jalankan dengan baik
sehingga kebijakan yang sudah dibuat bisa didukung oleh semua
pihak.