perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 1

93
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 1 PENERAPAN MODEL QUANTUM LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS AKSARA JAWA PADA SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR NEGERI 02 KWANGSAN KEC. JUMAPOLO KAB. KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2010/2011” SKRIPSI Oleh: ROHMAT YULIANTO X 7109094 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

Upload: lebao

Post on 15-Jan-2017

237 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 1

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

“PENERAPAN MODEL QUANTUM LEARNING UNTUK

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS AKSARA JAWA PADA

SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR NEGERI 02 KWANGSAN

KEC. JUMAPOLO KAB. KARANGANYAR

TAHUN PELAJARAN 2010/2011”

SKRIPSI

Oleh:

ROHMAT YULIANTO

X 7109094

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 2: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 1

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

“PENERAPAN MODEL QUANTUM LEARNING UNTUK

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS AKSARA JAWA PADA

SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR NEGERI 02 KWANGSAN

KEC. JUMAPOLO KAB. KARANGANYAR

TAHUN PELAJARAN 2010/2011”

Oleh:

ROHMAT YULIANTO

X 7109094

SKRIPSI

Ditulis dan Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana

Pendidikan Program Studi Pendididkan Guru Sekolah Dasar

Jurusan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 3: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 1

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

Page 4: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 1

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

Page 5: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 1

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

ABSTRAK

Rohmat Yulianto. PENERAPAN MODEL QUANTUM LEARNING

UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS AKSARA JAWA

PADA SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR NEGERI 02 KWANGSAN

KEC. JUMAPOLO KAB. KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2010/2011.

Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas

Maret, April 2011.

Tujuan penelitian ini adalah: meningkatkan keterampilan menulis aksara

jawa melalui penerapan model quantum learning pada siswa kelas III SD Negeri

02 Kwangsan Tahun Pelajaran 2010/2011.

Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas sebanyak 2 siklus.

Tiap siklus terdiri dari 2 kali pertemuan. Tiap pertemuan terdiri dari 4 tahapan

yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Sebagai subjek

adalah siswa kelas III SD Negeri 02 Kwangsan Jumapolo yang berjumlah 14

siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, tes, dan

dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah model analisis

deskriptif interaktif (Miles & Hubermen) yang terdiri dari tiga tahap yaitu reduksi

data, sajian data, dan penarikan kesimpulan.

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua

siklus tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan model quantum

learning dapat meningkatkan keterampilan menulis aksara jawa siswa kelas III

SD Negeri 02 Kwangsan Jumapolo tahun pelajaran 2010/2011. Peningkatan

keterampilan menulis aksara jawa tersebut dapat dibuktikan dengan

meningkatnya nilai keterampilan menulis huruf Jawa siswa pada setiap siklus

yaitu; sebelum tindakan (prasiklus) nilai rata-rata keterampilan menulis huruf

Jawa siswa 58,2 dimana siswa mendapat nilai di atas kriteria ketuntasan minimum

KKM yaitu 60 hanya 6 siswa (42,8%), siklus I nilai rata-rata keterampilan

menulis huruf Jawa siswa meningkat menjadi 68,43 dimana sebanyak 9 (64,28%)

siswa memperoleh nilai di atas KKM yaitu 60, dan siklus II nilai rata-rata

keterampilan menulis huruf Jawa siswa meningkat lagi menjadi 86,36 dengan 12

siswa memperoleh nilai di atas KKM (85,71%).

Kata kunci : keterampilan menulis, aksara Jawa, model quantum learning.

Page 6: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 1

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

ABSTRACT

Rohmat Yulianto. APPLYING OF MODEL QUANTUM LEARNING

TO INCREASE THE JAVANESE LETTER WRITING SKILL OF THE

STUDENTS IN GRADE III OF STATE PRIMARY SCHOOL 02 OF

KWANGSAN, JUMAPOLO, KARANGANYAR IN THE ACADEMIC

YEAR OF 2010/2011. Skripsi : The Faculty of Teacher Training and Education,

Sebelas Maret University, April 2011.

The objective of the research is to improve the Javanese letter writing skill

the use of applying of model quantum learning of students in Grade III of State

Primary School 02 of Kwangsan, Jumapolo in the academic year of 2010/2011.

The research used a Classroom Action Research approach with 2 cycles.

Each cycle consited of two meetings, and each meeting consisted 4 phases,

namely : planning, implementation, observation, and reflection. The subjects of

the research were the 14 students in Grade III of State Primary School 02

Kwangsan, Jumapolo. Its data werw gathered trough observation, test, and

documentation. The data were then analysed by using an interactive model of

descriptif analysis (Milles & Hubermen) comprising three phase, namely; data

reduction, data display, and conclusion drawing.

The result of the research shows that the use of applying of model

quantum learning can improve the Javanese letter writing skill of the students in

Grade III of State Primary School 02 Kwangsan, Jumapolo in the academic year

of 2010/2011. The improvement is verified by the improved score in the Javanese

letter writing skill of the students in each cycle.Prior to the treatment, the average

score is 58,2 is just 6 students got score more than minimum criteria is 60

(42,8%). The average scores respectively improve to 68,43 wich 9 students got

score more than minimum criteria (64,28%) following the treatment of Cycle I

and 86,36 wich 12 students got score more than minimum criteria (85,71%)

following the treatment of Cycle II.

Keyword: writting skill, the javanese letter, model quantum learning.

Page 7: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 1

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

MOTTO

“ Sesungguhnya sesudah kesulitan akan datang kemudahan, maka kerjakanlah

urusanmu dengan sungguh-sungguh dan hanya kepada ALLOH kamu berharap”

(QS. Al-Insyirah:6-8)

“Nguri-nguri budaya jawi”

“Alon-alon waton kelakon”

Page 8: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 1

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan Skripsi ini untuk :

Bapak Yahman S.Pd. dan Ibu Sugiyatmi tercinta yang telah memberikan

motivasi, kasih dan sayangnya yang begitu besar serta ketulus ikhlasannya

dalam mendoakan dan mendukung setiap langkah jejak kehidupanku. Semoga

ALLOH SWT senantiasa memberikan kesehatan dan mengabulkan doa-

doamu. Amin

Kakek dan Nenekku Warno Soegito-Lanjar yang selalu mendoaakan dan

memberikan motivasi serta dukungan moril

FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta almamaterku tercinta tempatku

belajar dan menimba ilmu untuk masa depan yang lebih baik

Page 9: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 1

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLOH SWT yang telah

memberikan nikmat dan karuniaNya kepada kita semua. Atas ridhoNya pula

skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik sebagai persyaratan mendapat gelar

Sarjana Pendidikan.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini telah melibatkan berbagai

pihak. Maka dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima

kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah

memberikan bantuannya. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada :

1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Drs. Rusdiana Indianto, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Drs. Kartono, M.Pd. selaku Ketua Program Studi PGSD Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Seblas Maret Surakarta.

4. Drs. Hasan Mahfud, M.Pd. selaku Sekretaris Program Studi PGSD Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

5. Dra. Hj. Siti Wahyuningsih, M.Pd. selaku dosen pembimbing I yang telah

memberikan arahan, bimbingan, kepercayaan, dukungan, saran, dan

kemudahan yang sangat membantu dalam penulisan skripsi ini.

6. Dra. Yulianti, M.Pd. selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan

arahan, bimbingan, kepercayaan, dukungan, saran, dan kemudahan yang

sangat membantu dalam penulisan skripsi ini.

7. Ibu Sularmi, S.Pd.SD. selaku Kepala Sekolah SD Negeri 02 Kwangsan yang

telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian.

8. Ibu Warsini, S.Pd.SD. selaku guru kelas III SD Negeri 02 Kwangsan yang

dengan ikhlas membantu peneliti dalam melaksanakan penelitian.

9. Guru-guru SD Negeri 02 Kwangsan yang telah memberikan motivasi dan

bantuan dalam melaksanakan penelitian.

Page 10: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 1

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

10. Teman-temanku se-almamater yang telah memberikan semangat dan

kerjasamanya.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis telah berupaya untuk berbuat yang

terbaik, namun demikian disadari hasil yang dicapai masih jauh dari

kesempurnaan. Semua itu tidak lain karena keterbatasan penulis dalam

pengetahuan maupun pengalaman. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang

membangun sangat penulis harapkan.

Akhirnya, penulis tetap berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

para pembaca yang budiman. Semoga kebaikan dan bantuan dari semua pihak

tersebut mendapat balasan yang sesuai dari ALLOH SWT. Amin

Surakarta, Mei 2011

Penulis

Page 11: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 1

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

DAFTAR ISI

Halaman Judul .............................................................................................. i

Halaman Pengajuan ....................................................................................... ii

Persetujuan ..................................................................................................... iii

Pengesahan ..................................................................................................... iv

Abstrak ........................................................................................................... v

Abstract .......................................................................................................... vi

Motto .............................................................................................................. vii

Persembahan .................................................................................................. viii

Kata Pengantar ............................................................................................... ix

Daftar Isi ........................................................................................................ xi

Daftar Tabel ................................................................................................... xiv

Daftar Gambar ............................................................................................... xv

Daftar Lampiran ............................................................................................. xvi

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1

B. Rumusan Masalah ....................................................................... 3

C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 4

D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 4

BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................ 6

A. Kajian Teori ............................................................................... . 6

1. Hakikat Model QuantumLearning

.........................................

6

a. Pengertian Model QuantumLearning .............................. 6

b. Karakteristik Umum Quantum Learning ........................ 7

c. Prinsip Quantum Learning .............................................. 10

d. Faktor Pendukung Model QuantumLearning ................. 12

e. Penerapan Model Quantum Learning Dalam

Pembelajaran ................................................................... 13

f. Kelemahan dan Kelebihan Model Quantum Learning ... 15

Page 12: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 1

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

2. Hakikat Keterampilan Menulis Aksara Jawa

.........................

18

a. Pengertian Keterampilan ................................................. 18

b. Pengertian Menulis ......................................................... 19

c. Pengertian Keterampilan Menulis ................................... 19

d. Pengertian Aksara Jawa .................................................. 21

e. Keterampilan Menulias Aksara Jawa .............................. 22

f. Sejarah Terciptanya Aksara Jawa ................................... 23

3. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar

........................................

26

B. Penelitian yang Relevan .............................................................. 28

C. Kerangka Berfikir ...................................................................... 29

D. Hipotesis Penelitian ..................................................................... 31

BAB III METODE PENELITIAN ................................................................ 32

A. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................... 32

B. Subjek Penelitian ......................................................................... 32

C. Sumber Data ................................................................................ 32

D. Teknik Pengumpulan Data........................................................... 33

E. Validitas Data .............................................................................. 34

F. Tehnik Analisis Data ................................................................... 35

G. Indikator Kinerja ......................................................................... 37

H. Rancangan Penelitian .................................................................. 37

I. Prosedur Penelitian ..................................................................... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN ..................................................................... 45

A. Diskripsi Lokasi Penelitian .......................................................... 45

B. Diskripsi Kondisi Awal ................................................................ 45

C. Deskripsi Permasalahan Penelitian .............................................. 50

1. Siklus I ................................................................................... 50

2. Siklus II .................................................................................. 62

D. Deskripsi Hasil Penelitian ............................................................ 75

E. Pembahasan Hasil Penelitian ....................................................... 76

Page 13: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 1

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ....................................... 80

A. Simpulan ...................................................................................... 80

B. Implikasi ...................................................................................... 80

C. Saran ............................................................................................ 82

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 85

LAMPIRAN ................................................................................................. . 88

Page 14: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 1

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Tabel Aksara Jawa Nglegena .................................................... 23

Tabel 2. Penerapan Model Quantum Learning Tipe TANDUR ................ 42

Tabel 3. Daftar Nilai Sebelum Tindakan ............................................... 47

Tabel 4. Hasil Evaluasi Siswa Pada Kondisi Awal ..................................... 48

Tabel 5. Daftar Nilai Siklus I ................................................................... 54

Tabel 6. Hasil Evaluasi Siswa Pada Siklus I .............................................. 55

Tabel 7. Lembar Observasi Kinerja Guru Pada Siklus I .............................. 57

Tabel 8. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Pada Siklus I .......................... 59

Tabel 9. Daftar Nilai Siklus II ............................................................... 66

Tabel 10. Hasil Evaluasi Siswa Pada Siklus II ....................................... 67

Tabel 11. Lembar Observasi Kinerja Guru Pada Siklus II .......................... 70

Tabel 12. Lembar Obervasi Aktivitas Siswa Pada Siklus II ........................ 71

Tabel 13. Nilai Rata-rata Hasil Evaluasi Pada Siklus I dan II ..................... 76

Tabel 14. Nilai Rata-rata Hasil Observasi Kinerja Guru Pada Siklus I dan II 77

Page 15: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 1

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Gambar Bagan Kerangka Berpikir ............................................. 30

Gambar 2. Empat Langkah dalam PTK ...................................................... 37

Gambar 3. Empat Langkah dalam PTK ...................................................... 39

Gambar 4. Grafik Hasil Evaluasi Sebelum Tindakan .................................... 49

Gambar 5. Grafik Hasil Evaluasi Pada Siklus I ............................................. 56

Gambar 6. Grafik Hasil Evaluasi Pada Siklus II ............................................ 69

Gambar 7. Grafik Peningkatan Setiap Siklus ............................................... 77

Page 16: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 1

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar Nilai Sebelum Tindakan ............................................ 88

Lampiran 2. Hasil Evaluasi Sebelum Tindakan ......................................... 89

Lampiran 3. RPP Siklus I Pertemuan I .................................................. 90

Lampiran 4. RPP Siklus I Pertemuan II .................................................... 96

Lampiran 5. Lembar Observasi Kinerja Guru Pada Siklus I ......................... 102

Lampiran 6. Lembar Obervasi Aktivitas Siswa Pada Siklus I ..................... 103

Lampiran 7. Lembar Penilaian Siklus I .................................................... 105

Lampiran 8. Hasil Evaluasi Siswa Pada Siklus I ........................................ 106

Lampiran 9. RPP Siklus II Pertemuan I ................................................... 107

Lampiran 10. RPP Siklus II Pertemuan II ................................................ 113

Lampiran 11. Lembar Observasi Kinerja Guru Pada Siklus II ................... 119

Lampiran 12. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Pada Siklus II ................. 120

Lampiran 13. Lembar Penilaian Siklus II ................................................. 122

Lampiran 14. Hasil Evaluasi Siswa Pada Siklus II ................................... 123

Lampiran 15. Daftar Nilai Tiap Siklus ..................................................... 124

Lampiran 16. Satu Set Kartu Aksara Jawa ............................................... 125

Lampiran 17. Hasil Photo ....................................................................... 126

Lampiran 18. Tabel Waktu Penelitian ..................................................... 129

Lampiran 19. Hasil Pekerjaan Siswa ........................................................ 130

Lampiran 20. Surat Keputusan Dekan ..................................................... 134

Lampiran 21. Surat Ijin Penelitian .......................................................... 135

Lampiran 22. Surat Permohonan Ijin Menyusun Skripsi ........................... 136

Lampiran 23. Surat Keterangan Penelitian .............................................. 137

Page 17: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 1

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan usaha sadar untuk memenuhi kebutuhan dalam

kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Maju mundurnya suatu

bangsa terletak pada kualitas pendidikan bangsa itu sendiri. Proses pendidikan

dapat terjadi di dalam tiga lingkungan pendidikan yaitu pendidikan keluarga

(pendidikan informal), pendidikan sekolah (pendidikan formal), dan pendidikan

masyarakat ( pendidikan non formal).

Sekolah yang merupakan lembaga penyelenggara pendidikan formal

sangat berperan penting terhadap kemajuan tingkat pendidikan suatu bangsa.

Pendidikan di sekolah seharusnya secara seimbang dan serasi mencakup aspek

pembudayaan, penguasaan, pengetahuan, dan pemilikan keterampilan siswa untuk

melakukan kegiatan belajar sehingga para siswa memperoleh pengalaman

pendidikan yang bermakna.

Kurikulum Mata Pelajaran Muatan Lokal ( Bahasa Jawa ) berdasarkan

Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor : 423.5/5/2010 yang tertuang dalam

silabus, disebutkan bahwa salah satu keterampilan berbahasa yang harus dikuasai

oleh siswa adalah menulis aksara Jawa nglegena.

Menulis aksara Jawa merupakan hal yang sangat penting bagi siswa karena

sebagai salah satu usaha meningkatkan rasa kecintaan kita terhadap kebudayaan

bangsa dan juga sebagai usaha menanamkan rasa memiliki terhadap kebudayaan

Jawa yang semakin dilupakan oleh para generasi muda saat ini. Menurut Adipati

Bumiayu (http://putupondokbalong.blogmalhikdua.com) (29-12-2010)

menyatakan bahwa sejak 2 Oktober 2009, dunia telah mengakui huruf Jawa (ha,

na, ca, ra, ka) yang disahkan oleh UNICODE (lembaga dalam naungan UNESCO

yang menangani standar kode aksara pada komputer di dunia). Dengan demikian

huruf atau aksara Jawa kini memiliki kedudukan yang sama dengan huruf Latin,

China, Arab, Jepang, dan sebagainya. Dengan kenyataan tersebut sudah

Page 18: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 1

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

seharusnya sebagai bangsa yang memiliki huruf Jawa harus bisa menulis aksara

Jawa. Sebagai upaya untuk melestarikan kebudayaan bangsa.

Keterampilan berbahasa khususnya bahasa Jawa sesuai dengan Kurikulum

Mata Pelajaran Muatan Lokal ( Bahasa Jawa ) berdasarkan Keputusan Gubernur

Jawa Tengah Nomor : 423.5/5/2010 terdiri atas empat, yaitu mendengarkan,

berbicara, membaca, dan menulis. Keempat keterampilan tersebut saling berkaitan

satu dengan yang lain. Dalam pembelajaran di sekolah keterampilan berbahasa

diajarkan secara terintegrasi.

Menulis adalah melakukan berbagai keterampilan menulis baik sastra

maupun nonsastra dalam berbagai ragam bahasa untuk mengungkapkan pikiran,

perasaan, dan informasi berupa karangan sederhana, surat, dialog, laporan,

ringkasan, parafrase, geguritan, dan huruf Jawa ( Keputusan Gubernur Jawa

Tengah, 2010:18 ). Menulis aksara Jawa merupakan salah satu pelajaran yang

tidak disukai para siswa disekolah, karena umumnya mereka tidak dibiasakan dan

tidak dikenalkan dengan akasara Jawa sejak kecil sehingga siswa kesulitan dalam

membaca maupun menulis.

Masih banyak sistem pengajaran yang diterapkan dalam pembelajaran

menulis aksara Jawa saat ini masih bersifat konvensional. Hal ini karena guru

hanya memberikan ceramah yang monoton serta kurangnya penggunaan media

dalam pembelajaran sehingga anak tidak tertarik dan kurangnya keaktifan

terhadap pembelajaran yang diajarkan yang mengakibatkan rendahnya

keterampilan menulis aksara Jawa. Hal demikian juga dialami oleh siswa-siswi di

SD Negeri 02 Kwangsan Kec. Jumapolo Kab. Karanganyar Tahun Pelajaran

2010/2011. Berdasarkan hasil pengamatan, peneliti melihat bahwa kegiatan

belajar mengajar kurang aktif karena siswa terlihat malas menjalani kegiatan

pembelajaran. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil Ulangan Umum Semester

(UUS) Semester Dua Tahun Pelajaran 2009/2010 yang hasilnya masih jauh

dibawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yaitu 60. Dari 14 Siswa, hanya

sekitar 30% yang mendapat nilai diatas 60 dan sisanya sekitar 70% mendapatkan

nilai dibawah 60. Hal yang demikian merupakan bukti nyata bahwa keterampilan

menulis aksara Jawa masih rendah.

Page 19: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 1

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

Quantum learning merupakan suatu model pembelajaran yang

menekankan pada learning with fun. Sugiyanto (2009:67) menyatakan bahwa

pembelajaran kuantum merupakan proses pembelajaran yang menyenangkan,

kreatif, tidak membosankan yang menjadi pilihan para guru/ fasilitator.

Sedangkan menurut Bobbi DePorter (dalam Sugiyanto 2009:71) menyatakan

bahwa istilah pembelajaran kuantum bermakna “interaksi-teraksi yang mengubah

energi menjadi cahaya karena semua kehidupan adalah energi”. Dari pernyataan

DePorter itulah pembelajaran kuantum lahir. Pembelajaran yang berprinsip untuk

membawa dunia pembelajar kedunia pengajar, dan mengantarkan dunia pengajar

kedunia pembelajar yang lebih kita kenal dengan konsep TANDUR ( Tanamkan,

Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, Rayakan).

Keterampilan menulis aksara jawa dengan model quantum learning

dengan konsep tandur adalah anak bisa ditanya pengetahuan dasar mereka tentang

aksara jawa yang mereka ketahui (Tanamkan), anak diminta menuliskan macam-

macam aksara jawa kedepan kelas dan anak yang lain menyebutkan namanya

(Alami dan Namai), anak diminta menyusun kartu kata menjadi kata-kata dalam

aksara jawa (Demonstrasikan), dan yang terakhir anak diberi evaluasi dan

penghargaan atas prestasi mereka (Ulangi dan Rayakan). Jadi penerapan konsep

TANDUR dalam keterampilan menulis aksara jawa yang menekankan pada

keaktifan, partisipasi, dan menciptakan pembelajaran yang menyenangkan

tersebut akan dapat meningkatkan keterampilan menulis aksara Jawa.

Berdasar dari pernyataan dan permasalahan yang ada dilapangan untuk

meningkatkan keterampilan menulis aksra Jawa, maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Model Quantum Learning

untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Aksara Jawa pada Siswa Kelas

III Sekolah Dasar Negeri 02 Kwangsan Kec. Jumapolo Kab. Karanganyar

Tahun Pelajaran 2010/2011”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka dapat dirumuskan rumusan

masalah sebagi berikut :

Page 20: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 1

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

“Apakah Penerapan Model Quantum Learning dapat Meningkatkan

Keterampilan Menulis Aksara Jawa pada Siswa Kelas III Sekolah Dasar Negeri

02 Kwangsan Kec. Jumapolo Kab. Karanganyar Tahun Pelajaran 2010/2011?”

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

Untuk meningkatkan Keterampilan Menulis Aksara Jawa pada Siswa

Kelas III Sekolah Dasar Negeri 02 Kwangsan Kec. Jumapolo Kab. Karanganyar

Tahun Pelajaran 2010/2011 Melalui Penerapan Model Quantum Learning.

D. Manfaat Penelitian

Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat :

1. Manfaat teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan khasanah keilmuan sebagai

bahan rujukan bagi penulis yang akan menulis hal yang sama atau hampir

sama.

b. Temuan dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

bagi dunia pendidikan khususnya dalam pembelajaran bahasa Jawa.

2. Manfaat praktis

a. Bagi siswa

1) Meningkatnya ketertarikan siswa dalam belajar aksara jawa melalui

penerapan model quantum learning sehingga nilai siswa menjadi lebih

baik.

2) Meningkatnya keterampilan siswa dalam menulis aksara jawa.

b. Bagi guru

1) Meningkatnya wawasan dan kemampuan guru tentang model quantum

learning dalam pembelajaran.

2) Bertambahnya pengetahuan dan pengalaman dalam membimbing anak

dalam menulis aksara jawa.

Page 21: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 1

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

c. Bagi sekolah

1) Meningkatnya kualitas pembelajaran menilis aksara Jawa dengan

diterapkannya model quantum learning dalam pembelajaran.

2) Tumbuhnya iklim pembelajaran yang kondusif.

Page 22: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 1

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Hakikat Model Quantum Learning

a. Pengertian Model Quantum Learning

Model Quantum Learning pertama dipraktekan di sebuah sekolah bernama

Super Camp. Penggagasnya adalah seorang wanita kelahiran Amerika bernama

Bobbi DePorter. Bobbi DePorter dkk menganalogikan prinsip relativitas Einstein

yaitu E= mc2. Dalam fisika quantum istilah quantum memang diberi konsep

perubahan energi menjadi cahaya selain diyakini adanya ketidakteraturan dan

indeterminisme alam semesta. Sedangkan DePorter (dalam Sugiyanto, 2009:71)

menjelaskan bahwa istilah quantum bermakna “interaksi-interaksi yang mengubah

energi menjadi cahaya” dan istilah pembelajaran quantum bermakna “interaksi-

interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya karena semua kehidupan adalah

energi”. DePorter mengaplikasikan hal ini dalam kegiatan pembelajaran. Beliau

menyatakan bahwa sebagai pelajar, belajar bertujuan untuk meraih sebanyak

mungkin cahaya, interaksi, hubungan, dan inspirasi. Quantum Learning

merupakan salah satu pendekatan penbelajaran yang mengaktifkan siswa.

Keaktifan siswa dalam hal ini dilakukan dengan senang, nyaman, mudah serta

dengan tingkat keberhasilan yang tinggi.

Sugiyanto (2009:71) menjelaskan bahwa istilah quantum memang diberi

konsep suatu perubahan energi menjadi cahaya selain diyakini adanya

ketidakteraturan dan indeterminisme alam semesta. Hernowo (2005:8) juga

memaknai Quantum Learning sebagai interaksi yang terjadi dalam proses belajar

niscaya mampu mengubah berbagai potensi yang ada didalam diri manusia

menjadi pancaran atau ledakan-ledakan gairah (dalam memperoleh hal-hal baru)

yang dapat ditularkan (ditunjukkan) kepada orang lain.

Menurut Bobbi DePorter (2006: 16) Model Quantum Learning merupakan

penggabungan sugestologi, teknik pemercepatan belajar, dan NLP dengan teori,

keyakinan, dan metode ciptaannya sendiri. Termasuk diantaranya konsep-konsep

Page 23: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 1

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

kunci dari berbagai teori dan strategi belajar yang lain, seperti teori otak kanan

dan kiri, pilihan modalitas, teori kecerdasan ganda, pendidikan holistic, belajar

berdasarkan pengalaman, simulasi atau permainan. Pengertian lain dari Quantum

Learning dalam (http://Learningforum.com) (20-12-2010). “Quantum Learning is

a Comprehensive model that covers both educational theory and immediate

classroom implementation. Into integrates research-based best practices in

education into a unified whole, making content more meaningful and relevant to

students’ lives”. Artinya Quantum Learning merupakan keseluruhan model yang

mencakup kedua teori pendidikan dan pelaksanaan dikelas dengan cepat. Ini

menggambarkan praktek dasar penelitian terpadu yang terbaik dalam pendidikan

ke dalam keseluruhan, yang membuat isi lebih bermakna dan relevan bagi

kehidupan siswa. Lebih dari itu, Bobbi DePorter (2005:18) juga menyatakan

bahwa Quantum Learning adalah suatu model yang komprehensif yang mencakup

baik teori pendidikan dan implementasi kelas. Hal mengintegrasikan praktik

terbaik berbasis penelitian dalam pendidikan menjadi suatu kesatuan yang utuh,

konten yang lebih bermakna dan relevan dengan kehidupan siswa.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas maka dapat peneliti

simpulkan bahwa quantum learning mengambil konsep dasar bahwa dalam

quantum learning menekankan pada interaksi antara pembelajar dengan

pembelajar dan interaksi pengajar dengan pembelajar. Dengan menekankan pada

pengajar yang harus mengkondisikan pembelajar pada situasi yang

menyenangkan, menumbuhkan rasa keingintahuan yang tinggi, pengalaman

langsung dan penghargaan atas usaha pembelajar. Dengan kata lain model

quantum learning adalah suatu model pembelajaran yang memberikan trik,

strategi, dan seluruh proses belajar yang dapat mempertajam pemahaman, daya

ingat, serta belajar sebagai proses menyenangkan dan bermakna, sehingga

membuat siswa nyaman dan berusaha untuk memperbaiki hasil belajarnya.

b. Karakteristik Umum Quantum Learning

Pembelajaran quantum mempunyai karakteristik umum yang dapat

memantapkan dan menguatkan sosoknya. Beberapa karekteristik umum yang

Page 24: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 1

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

tampak membentuk sosok pembelajaran quantum yang dirangkum dari Sugiyanto

(2009:73) sebagai berikut:

1) Pembelajaran quantum sebagai pangkal pada psikologi kognitif bukan

fisika quantum meskipun serba sedikit istilah dan konsep quantum

dipakai.

2) Pembelajaran quantum lebih bersifat humanistis, bukan positivis-

empiris, “hewan-istis”, dan atau nativistis.

3) Pembelajaran quantum lebih bersifat kontruktivis(tis), bukan

positivistis-empiris, behavioristis.

4) Pembelajaran quantum memusatkan perhatian pada interaksi yang

bermutu dan bermakna, bukan sekedar transaksi makna.

5) Pembelajaran quantum sangat menekan pada pemercepatan

pembelajaran dengan taraf keberhasilan tinggi.

6) Pembelajaran quantum sangat menekankan kealamiahan dan kewajaran

proses pembelajaran, bukan keartifisialan atau keadaan yang dibuat-

buat.

7) Pembelajaran quantum sangat menekankan pada kebermaknaan dan

kebermutuan proses pembelajaran.

8) Pembelajaran quantum memiliki model yang memadukan konteks dan

isi pembelajaran.

9) Pembelajaran quantum memusatkan perhatian pada pembentukan

keterampilan akademis, keterampilan (dalam) hidup, dan prestasi fisikal

atau material.

10) Pembelajaran quantum menempatkan nilai dan keyakinan sebagai

bagian penting proses pembelajaran.

11) Pembelajaran quantum mengutamakan keberagaman dan kebebasan,

bukan keseragaman dan ketertiban.

12) Pembelajaran quantum mengintegrasikan totalitas tubuh dan pikiran

dalam proses pembelajaran.

Sejalan dengan pendapat Sugiyanto diatas yang menejelaskan karateristik

quantum learning sebanyak 12 bagian terpenting, Joko Adi Yulianto dalam

(http:// pandidikan. .com/ 2010/ 05 sejaran-dan-pengertian-quantum-learning.

html) (06-05-2011) juga menjelaskan bahwa karakteristik quantum learning

adalah sebagai berikut:

1)Pembelajaran kuantum berpangkal pada psikologi kognitif, bukan fisika

kuantum meskipun serba sedikit istilah dan konsep kuantum dipakai;

2)Pembelajaran kuantum berupaya memadukan [mengintegrasikan],

menyinergikan, dan mengolaborasikan faktor potensi-diri manusia selaku

pembelajar dengan lingkungan [fisik dan mental] sebagai konteks

pembelajaran; 3)Pembelajaran kuantum memusatkan perhatian pada

interaksi yang bermutu dan bermakna, bukan sekadar transaksi makna;

4)Pembelajaran kuantum sangat menekankan pada pemercepatan

Page 25: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 1

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

pembelajaran dengan taraf keberhasilan tinggi; 5)Pembelajaran kuantum

sangat menekankan kealamiahan dan kewajaran proses pembelajaran, bukan

keartifisialan atau keadaan yang dibuat-buat; 6)Pembelajaran kuantum

menempatkan nilai dan keyakinan sebagai bagian penting proses

pembelajaran

Joko Saryono dalam (http:// lubisgrafura. wordpress. com/ 2007/ 09/ 11/

pembelajaran-kuantum-sebagai-model-pembelajaran-yang-menyenangkan/) (06-

05-2011) juga menjelaskan karakteristik umum yang dapat memantapkan dan

menguatkan sosoknya. Beberapa karakteristik umum yang tampak membentuk

sosok pembelajaran kuantum sebagai berikut:

1) Pembelajaran kuantum berpangkal pada psikologi kognitif, bukan fisika

kuantum meskipun serba sedikit istilah dan konsep kuantum dipakai.

2) Pembelajaran kuantum lebih bersifat humanistis, bukan positivistis-

empiris, “hewan-istis”, dan atau nativistis.

3) Pembelajaran kuantum lebih bersifat konstruktivis(tis), bukan

positivistis-empiris, behavioristis, dan atau maturasionistis.

4) Pembelajaran kuantum berupaya memadukan [mengintegrasikan],

menyinergikan, dan mengolaborasikan faktor potensi-diri manusia

selaku pembelajar dengan lingkungan [fisik dan mental] sebagai konteks

pembelajaran.

5) Pembelajaran kuantum memusatkan perhatian pada interaksi yang

bermutu dan bermakna, bukan sekadar transaksi makna.

6) Pembelajaran kuantum sangat menekankan pada pemercepatan

pembelajaran dengan taraf keberhasilan tinggi.

7) Pembelajaran kuantum sangat menekankan kealamiahan dan kewajaran

proses pembelajaran, bukan keartifisialan atau keadaan yang dibuat-

buat.

8) Pembelajaran kuantum sangat menekankan kebermaknaan dan

kebermutuan proses pembelajaran.

9) Pembelajaran kuantum memiliki model yang memadukan konteks dan

isi pembelajaran.

10) Pembelajaran kuantum memusatkan perhatian pada pembentukan

keterampilan akademis, keterampilan [dalam] hidup, dan prestasi fisikal

atau material.

11) Pembelajaran kuantum menempatkan nilai dan keyakinan sebagai

bagian penting proses pembelajaran.

12) Pembelajaran kuantum mengutamakan keberagaman dan kebebasan,

bukan keseragaman dan ketertiban.

13) Pembelajaran kuantum mengintegrasikan totalitas tubuh dan pikiran

dalam proses pembelajaran.

Dari uraian di atas, dapat peneliti simpulkan bahwa karakteristik quantum

learning adalah suatu sistem pembelajaran yang memusatkan perhatian siswa

Page 26: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 1

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

pada situasi pembelajaran yang menyenangkan dan menekankan pada

pemercepatan pembelajaran dengan tingkat keberhasilan tinggi yang

mengutamakan keberagaman dan pengintegrasian tubuh dan fikiran.

c. Prinsip Quantum Learning

Prinsip dapat berarti sebuah aturan aksi atau perbuatan yang diterima atau

dikenal dan sebuah hukuman, aksioma, atau doktrin fundamental. Ada tiga macam

prinsip utama yang membangun sosok Quantum Learning. Ketiga prinsip utama

yang dirangkum dalam Sugiyanto (2009:78) adalah sebagai berikut:

1) Prinsip utama quantum learning berbunyi: “Bawalah Dunia Mereka

(Pembelajar) ke dalam Dunia Kita (Pengajar), dan Antarkan Dunia

Kita (pengajar) ke dalam Dunia Mereka (Pembelajar)”.

2) Dalam quantum learning juga berlaku prinsip bahwa proses

pembelajaran merupakan permainan orkestra simfoni. Selain memiliki

lagu atau partitur, pemainan simfoni ini memiliki struktur dasar chord.

Struktur dasar chord ini dapat disebut prinsip-prinsip dasar pembelajaran

quantum yang antara lain sebagai berikut:

a) Ketahuilah bahwa segalanya berbicara

b) Ketahuilah bahwa segalanya betujuan

c) Sadarilah bahwa pengalaman mendahului penamaan

d) Akuilah setiap usaha yang dilakukan dalam pembelajaran.

e) Sadarilah bahwa sesuatu yang layak dipelajari layak pula dirayakan.

3) Dalam quantum learning juga berlaku prinsip bahwa pembelajaran harus

berdampak bagi terbentuknya keunggulan. Dengan kata lain,

pembelajaran perlu diartikan sebagai pembentukan keunggulan. Oleh

karena itu, keunggulan ini bahkan telah dipandang sebagai jantung

fondasi quantum learning. Keunggulan tersebut antara lain:

a) Terapkanlah hidup dalam integritas

b) Akuilah kegagalan dapat membawa kesuksesan

c) Berbicaralah dengan niat baik

d) Tegaskanlah komitmen

e) Jadilah pemilik

f) Tetaplah lentur

g) Tetaplah lentur pertahankanlah keseimbangan.

Selain itu Herdian dalam (http:// herdy07. wordpress. com/ 2009/ 04/ 29/

model-pembelajaran-quantum/) (06-05-2011) juga menjelaskan beberapa prinsip

dasar yang dalam quantum learning, prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai

berikut:

Page 27: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 1

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

1) Bawalah dunia mereka (siswa) ke dalam dunia kita (guru), dan antarkan

dunia kita (guru ke dalam dunia mereka (siswa).

2) Proses pembelajaran bagaikan orkestra simfoni, yang secara spesifik

dapat dijabarkan sebagai berikut:

a) Segalanya dari lingkungan. Hal ini mengandung arti baik lingkungan

kelas/sekolah sampai bahasa tubuh guru; dari lembar kerja atau

kertas kerja yang dibagikan anak sampa rencana pelakanaan

pembelajaran, semuanya mencerminkan pembelajaran.

b) Segalanya bertujuan. Semua yang terjadi dalam proses pembelajaran

mempunyai tujuan semuanya.

c) Pengalaman mendahului pemberian nama. Pembelajaran yang baik

adalah jika siswa telah memperoleh informasi terlebih dahulu apa

yang akan dipelajari sebelum memperoleh nama untuk apa yang

mereka pelajari. Ini diilhami bahwa otak akan berkembang pesat jika

adanya rangsangan yang kompleks selanjunya akan menggerakkan

rasa keingintahuan.

d) Akuilah setiap usaha. Dalam proses pembelajaran siswa seharusnya

dihargai dan diakui setiap usahanya walaupun salah, karena belajar

diartikan sebagai usaha yang mengandung resiko untuk keluar dari

kenyamanan untuk membongkar pengetahuan sebelumnya.

e) Jika layak dipelajari, maka layak pula dirayakan. Segala sesuatu

yang telah dipelajari oleh siswa sudah pasti layak pula dirayakan

keberhasilannya.

DePorter (2010:36) menyatakan ada lima prinsip tetap, prinsip-prinsip

tersebut adalah: a)Segalanya Berbicara; b)Segalanya Bertujuan; c)Pengalaman

sebelum Pemberian Nama; d)Akui Setiap Usaha; e)Jika Layak Dipelajari, Maka

Layak Pula Dirayakan!.

Dari beberapa pendapat diatas maka dapat peneliti simpulkan bahwa

pembelajaran quantum berprinsip pada pola pembelajaran yang membawa dunia

pembelajar ke dalam dunia pengajar, dan kemudian mengantarkan dunia pengajar

ke dalam dunia pembelajar. Proses pembelajaran juga diartikan sebagai permainan

orkestra simfoni dimana pembelajaran harus berdampak bagi terbentuknya

keunggulan.

d. Faktor Pendukung Model Quantum Learning

DePorter (2008: 14) menjelaskan model quantum learning melihat

kesuksesan siswa pada unsur-unsur terkait yang tersusun dengan baik dalam sudut

pandang yang berbeda. Diantaranya adalah suasana, landasan, lingkungan,

Page 28: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 1

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

rancangan nilai-nilai, dan keyakinan. Unsur-unsur tersebut harus benar-benar

dimengerti oleh guru.

Penjelasan dari pendapat diatas secara singkat dapat peneliti uraikan sebagai

berikut:

1) Suasana

Didalam model quantum learning guru harus menciptakan suatu kegiatan

pembelajaran yang nyaman dan gembira, dapat memilih dan menerapkan

bahasa dengan baik dan benar, menjalin rasa simpati dengan siswa, karena

suasana tersebut akan membawa kegembiraan siswa dalam suasana

pembelajaran. Suasana yang menyenangkan seperti itu bisa membuat siswa

nyaman dalam belajar dan tidak membosankan.

2) Landasan

Landasan didalam model quantum learning ada beberapa hal, diantaranya

adalah kerangka kerja yang mendasari dalam pembelajaran yang akan

dilakukan, tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran, keyakinan yang

dimiliki pembelajar akan pembelajaran yang dilakukan, kesepakatan yang

dilakukan antara pengajar dengan pembelajar, kebijakan yang dimiliki

pengajar, prosedur yang akan diterapkan dalam pembelajaran, dan aturan

bersama yang memberikan pedoman bagi siswa dan guru untuk bekerja dalam

komunitas belajar.

3) Lingkungan

Lingkungan yang harus dipersiapkan dalam proses model quantum learning

salah satunya adalah dengan cara guru mengatur tatanan ruang kelas. Hal ini

meliputi pengaturan meja dan kursi, penerangan yang cukup, warna, serta

iringan musik yang membuat suasana belajar lebih santai dan nyaman.

Lingkungan belajar yang mendukung pembelajaran seperti itu akan membuat

pembelajaran lebih menyenangkan sehingga tujuan dari pembelajaran yang

ingin dicapai akan mudah tercapai dengan baik.

4) Rancangan

Didalam model quantum learning yang dimaksudkan dengan rancangan

adalah suatu penciptaan unsur-unsur penting yang bisa menumbuhkan minat

Page 29: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 1

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

belajar siswa secara menyeluruh dan terarah. Selain itu rancangan juga

berfungsi agar siswa dapat lebih mendalami makna pembelajaran, dan

memperbaiki proses tukar-menukar informasi. Rancangan yang jelas dan

terarah akan menjadikan pembelajaran lebih jelas dan bermakna sehingga

akan mempermudah tujuan yang ingin dicapai.

5) Nilai-nilai dan keyakinan

Nilai-nilai dan kepercayaan merupakan hal yang faktor yang juga berpengaruh

pada tingkat keberhasilan suatu pembelajaran. Jika semua aspek telah ditata

dan dipenuhi maka akan tercipta suatu kejaiban yang akan menciptakan suatu

komunitas belajar yang menyenangkan. Tempat belajar yang menyenangkan

akan menjadikan siswa belajar secara senang bukan karena unsur

keterpaksaan.

Quantum learning menciptakan lingkungan fisik yang mendukung yang

akan meningkatkan dan memperkuat belajar. Ideal lingkungan belajar meliputi

pencahayaan yang memadai, warna tujuan, poster, tanaman, alat peraga dan

musik. Elemen ini mudah dimasukkan dalam satu kelas, dan siswa menikmati

belajar lebih dalam lingkungan yang nyaman.

e. Penerapan Model Quantum Learning Dalam Pembelajaran

Didalam model quantum learning terdapat pola pembelajaran yang berbeda

dari pembelajaran yang biasa atau konvensional. Didalam penerapan

pembelajaran model quantum kita dikenalkan dengan konsep TANDUR yang

merupakan akronim dari; Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi,

dan Rayakan. Unsur-unsur tersebutlah yang telah membentuk basis struktur yang

mendasari model quantum learning. Konsep TANDUR akan membawa siswa

pada kondisi pembelajaran yang menyenangkan dan mengesankan.

Sugiyanto (2009:83) menyatakan bahwa kerangka TANDUR dapat

membawa siswa menjadi tertarik dan berminat pada setiap pelajaran apapun mata

pelajarannya, tingkat kelas, dengan beragam budayanya, jika pada guru betul-

betul menggunakan prinsip-prinsip atau nilai-nilai pembelajaran model quantum.

Kerangka perencanaan model quantum learning tipe TANDUR dapat diuraikan

sebagai berikut:

1) Tumbuhkan : Menumbuhkan minat dengan memuaskan

Page 30: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 1

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

dan menyertakan diri mereka, memikat

mereka, puaskan keingin tahuan mereka.

Buatlah mereka tertarik atau penasaran

tentang materi yang kana kita ajarkan.

2) Alami : Menciptakan atau mendatangkan

pengalaman umum yang dapat memberikan

mereka pengalaman belajar, tumbuhkan

“kebutuhan untuk mengetahui”.

3) Namai : Menyediakan kata kunci, konsep, model,

rumus, strategi, dan memberikan “data”

tepat saat minat memuncak mengenalkan

konsep-konsep pokok dari materi pelajaran.

4) Demonstrasi

kan

: Memberikan kesempatan bagi mereka untuk

mengaitkan pengalaman dengan data baru

sehingga mereka menghayati dan

membuatnya sebagai pengalaman pribadi

dan menunjukkan bahwa mereka tahu.

5) Ulangi : Merekatkan gambaran keseluruhannya. Ini

dapat dilakukan melalui pertanyaan postest,

ataupun penugasan, atau membuat iktisar

hasil belajar. Menegaskan bahwa “aku tahu

bahwa aku memang tahu ini”.

6) Rayakan : Pengakuan untuk penyelesaian, partisipasi,

dan pemerolehan keterampilan dan ilmu

pengetahuan serta menegaskan bahwa jika

layak dipelajari maka layak pula dirayakan.

Perayaan menambahkan dengan asosiasi

positif.

Berdasarkan uraian di atas, maka kerangka model quantum learning konsep

TANDUR adalah penjelasan dari akronim TANDUR yaitu menumbuhkan minat

yang tinggi terhadap materi yang akan dipelajari dengan melibatkan siswa pada

iklim pembelajaran yang aktif dan menyenangkan dengan melibatkan siswa dalam

mengalami dan menamai proses pembelajaran yang berlangsung. Siswa juga

diajak untuk mendemonstrasikan materi yang dipelajari dengan menggunakan

media pembelajaran yang konkrit dan menarik yang akan menjadikan proses

pembelajaran yang telah berlangsung akan lebih berkesan. Selain itu juga perlu

diadakan proses evaluasi untuk mengetahui tingkat keberhasilan pembelajaran

yang telah berlangsung, dan juga diberikannya suatu reward atau penghargaan

atas keberhasilan yang telah dicapai.

Page 31: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 1

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

f. Kelemahan dan Kelebihan Model Quantum Learning

Dalam dunia pendidikan dan pengajaran sekarang ini, model pembelajaran

quantum learning termasuk baru diterapkan dalam pembelajaran. Melalui model

ini siswa tidak hanya diajar banyak tentang teori dan praktek, tetapi mereka juga

membangun rasa percaya diri, merasa berhasil dalam hidup mereka dan

bergembira, yang semuanya dalam waktu yang bersamaan (DePorter, 2005 : 2).

Tiap model pembelajaran pasti memiliki kelebihan dan kekurangan, begitu juga

dengan model pembelajaran Quantum Learning.

Di dalam (http://www.masbied.com/ 2010/ 11/ 21/ penerapan- metode-

quantum- learning-dalam-upaya-meningkatkan-hasil-belajar/#more-3909) (01-04-

2011) kelebihan model quantum learning adalah; a. Menciptakan suasana belajar

yang menyenangkan; b. Mengembangkan rasa percaya diri pada siswa; c.

Menumbuhkan kreativitas siswa dalam belajar; d. Meningkatkan kemampuan

berkomunikasi dalam suatu lingkungan yang menyenangkan.

Dari pendapat diatas, dapat penulis uraikan sebagai berikut:

1. Menciptakan suasana belajar yang menyenangkan.

Dalam metode quantum learning, guru memberikan kebebasan kepada siswa

untuk belajar menyesuaikan diri dan belajar sesuai dengan gaya belajar

mereka masing-masing pembelajaran yang sesuai menjadikan belajar sebagai

sesuatu yang menyenangkan sehingga mengoptimalkan proses belajar dan

meningkatkan prestasi belajar siswa di sekolah.

2. Mengembangkan rasa percaya diri pada siswa.

Melalui metode ini, juga dapat menunjukkan gaya belajar terbaik dari setiap

orang, sehingga siswa mampu mengoptimalkan cara belajarnya untuk

menjadi pegangan mencapai keberhasilan.

3. Menumbuhkan kreativitas siswa dalam belajar.

Model quantum learning ini mencoba memberikan siswa kebebasan

berekspresi dalam belajar sesuai dengan tipe belajar masing-masing dan

memasang musik latar untuk menciptakan suasana yang santai. Musik sangat

penting untuk lingkungan quantum learning, karena sebenarnya berhubungan

dan mempengaruhi kondisi fisiologi kita. Selama melakukan pekerjaan

Page 32: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 1

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

mental yang berat, denyut nadi dan tekanan darah meningkat. Gelombang

otak semakin cepat dan otot-otot menegang, sedangkan jika dengan musik

yang tepat akan mempengaruhi denyut nadi dan tekanan darah menurun,

gelombang otak melambat dan otot-otot relaks

4. Meningkatkan kemampuan berkomunikasi dalam suatu lingkungan yang

menyenangkan.

Melalui pembelajaran yang menyenangkan dapat merangsang kemampuan

komunikasi siswa dalam pembelajaran, siswa akan lebih aktif dalam

pembelajaran, misalnya pada pembelajaran kelompok siswa yang

menggunakan model quantum learning siswa akan berdiskusi dengan

temannya secara otomatis hal itu akan membuat siswa berkomunikasi dengan

temannya dan juga dengan guru sehingga akan tercipta komunikasi yang

multi arah.

Dari uraian di atas, maka dapat dipahami bahwa quantum learning

merupakan suatu model dalam pembelajaran yang menyenangkan dengan

berusaha mengombinasikan pekerjaan mental yang menekankan dengan fisiologi

relaks, sehingga siswa merasa gembira dalam belajar yang nantinya melahirkan

pelajar-pelajar yang istimewa.

Selain memiliki kelebihan-kelebihan tersebut model quantum learning juga

memiliki beberapa kelemahan, diantaranya yaitu:

1. Tidak semua guru mampu mengkondisikan kelas menjadi suasana yang

menyenangkan untuk belajar

2. Kemampuan guru dalam menguasai model quantum learning masih terbatas

sehingga pelaksanaan model quantum learning tersebut tidak maksimal

3. Guru harus selalu berinovasi dan kreatif dalam menciptakan pembelajaran

yang menyenangkan supaya siswa tidak cepat bosan.

4. Dengan pelaksanaan pembelajaran yang menyenangkan/ menggunakan

permainan dalam pembelajaraanya, kadang sulit untuk mengaitkan dengan

materi pembelajaran sehingga siswa cenderung lebih menikmati

permainannya daripada materinya.

Page 33: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 1

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

Dengan melihat pada kelebihan-kelebihan dan menganalisa kelemahan-

kelemahannya maka untuk mengatasi kelemahan-kelemahannya dapat penulis

uraikan sebagai berikut:

1. Guru harus bisa membiasakan suasana pembelajaran yang membuat siswa

menjadi aktif dan membuat siswa terlibat dalam pembelajaran sehingga siswa

tidak bosan berada di kelas, selain itu guru juga bisa menggunakan media

yang menarik perhatian siswa dan melibatkan siswa dalam penggunaanya hal

itu akan membuat siswa lebih tertarik dan menenangkan bagi siswa.

2. Terbatasnya kemampuan guru dalam menguasai model quantum learning

dapat diatasi dengan mengikuti pelatihan, workshop, ataupun seminar

pelaksanaan model – model pembelajaran inovasi yang di dalamnya terdapat

model pembelajaran quantum learning sehingga pengetahuan guru akan

bertambah dalam penguasaan pelaksanaan model pembelajaran quantum

learning.

3. Guru harus lebih kreatif dan bisa berinovasi dalam menciptakan permainan –

permainan yang menyenangkan bagi siswa.

4. Mengaitkan permainan dengan materi pembelajaran supaya tanpa sadar saat

melakukan permainan, siswa juga sedang mempelajari materi pelajaran.

Misalnya dengan permainan team, siswa dalam kelompok saling bertanding

untuk menjawab petanyaan dari guru dengan permainan seperti itu

pembelajaran akan lebih menyenangkan.

Jadi dapat peneliti simpulkan bahwa guru sebaiknya selalu belajar dan

mengembangkan diri untuk memperbaiki pembelajaran yang ada di kelasnya,

berusaha berinovasi menciptakan suasanan pembelajaran yang menyenangkan

untuk mencapai tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Dengan menerapkan

model dalam pembelajaran diharapan siswa tidak merasa bosan dan tertarik pada

pembelajaran yang diajarkan.

2. Hakikat Keterampilan Menulis Aksara Jawa

a. Pengertian Keterampilan

Page 34: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 1

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

Dalam kehidupan masyarakat keterampilan kerap dikaitkan dengan

kecepatan dalam melakukan suatu pekerjaan. Kata keterampilan mempunyai arti

yang hampir sama dengan kata cekatan yaitu kepandaian melakukan sesuatu.

Sejalan dengan hal itu, pendapat dari Soemarjadi, dkk (1992:2) menyatakan

bahwa pengertian keterampilan adalah kepandaian melakukan suatu pekerjaan

dengan cepat dan benar. Jadi bila seseorang melakukan sesuatu dengan cepat

tetapi tidak benar maka ia tidak dapat dikatakan terampil. Pengertian lain dari

ketrampilan ialah memiliki keahlian yang dapat bermanfaat bagi masyarakat.

Aksay juga menambahkan tentang pengertian keterampilan dalam

(Http://pengertian-keterampilan-belajar.blogspot/2009/20/03/html) (15-12-2010).

Keterampilan adalah usaha untuk memperoleh kompetensi cekat, cepat, dan tepat

dalam menghadapi permasalahan. Dalam pembelajaran, keterampilan dirancang

sebagai proses komunikasi belajar untuk mengubah perilaku siswa menjadi cekat,

cepat dan tepat dalam melakukan atau menghadapi sesuatu.

“Keterampilan adalah kemampuan mengubah sesuatu yang ada menjadi

apa yang dikehendaki sesuai dengan rencana. Keterampilan menyangkut

pengenalan bahan, input, atau apa yang dapat diolah. Keterampilan juga

terkait dengan tahap-tahap pelaksanaan pengolahan, serta bobot atau

jumlah energi yang dibutuhkan, bahkan kemungkinan-kemungkinan

penyimpangan dan perkecualian.” (http://lead.sabda.org) (16-12-2010).

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan adalah

suatu bentuk kemampuan menggunakan pikiran, nalar dan perbuatan secara

efisien dan efektif dalam mengerjakan sesuatu agar menghasilkan sesuatu dengan

cepat dan tepat. Keterampilan dalam pembelajaran mencakup berbagai aspek.

Salah satu aspek keterampilan yang harus dikuasai siswa adalah keterampilan

menulis.

b. Pengertian Menulis

Menulis berasal dari kata dasar tulis. Menurut H. G. Tarigan (dalam

Sugiyanto 2008: 99) menulis adalah melukiskan lambang-lambang grafik yang

menggambarkan suatu bahasa yang dipahami seseorang untuk dibaca orang lain

yang dapat memahami bahasa dan lambang-lambang grafik tersebut. Menulis juga

Page 35: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 1

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

bisa diartikan berkomunikasi mengungkapkan pikiran, perasaan, dan kehendak

kepada orang lain secara tertulis. Menurut Soemarmo Markam (1989: 7) dalam

(http://untungsdrazat.blogspot.com/2007/08/metode-pengembangan-bahasaanak.

html) (28-12-2010). Pengertian menulis adalah mengungkapkan bahasa dalam

bentuk simbol gambar.

ST. Y. Slamet (2008:97) juga menjelaskan bahwa pada dasarnya menulis itu

bukan hanya melahirkan pikiran atau perasaan saja, melainkan juga merupakan

pengungkapan ide, pengetahuan, ilmu, dan pengalaman hidup seseorang dalam

bahasa tulis. Oleh karena itu, menulis bukanlah merupakan kegiatan yang

sederhana dan tidak perlu dipelajari tetapi justru dikuasai.

Menurut jurnal internasional yang berjudul Experiences with Poetry,

Pedagogy and Participant Observation: Writing with Students in a Study Abroad

Program yang diunduh tanggal 31 Desember 2010, dijelaskan Many

anthropologists have turned to creative writing as they struggle to represent

experiences/encounters with other cultures. Artinya banyak ahli antropologi telah

mengarahkan ke penulisan kreatif saat mereka menggelut keluar mewakili

pengalaman / menghadapi dengan budaya lain. Hal ini dapat diartikan bahwa

menulis merupakan suatu bentuk pergaulan dengan dunia luar, yaitu menulis

menulis kreatif tercipta karena pengalaman.

Dari beberapa definisi diatas maka dapat peneliti simpulkan bahwa menulis

adalah kegiatan melukiskan lambang-lambang grafik sebagai upaya untuk

mengungkapkan pikiran dan berkomunikasi.

c. Pengertian Keterampilan Menulis

Didalam keterampilan berbahasa, terdapat beberapa macam keterampilan

berbahasa. ST. Y. Slamet (2008:1) menyebutkan bahwa keterampilan berbahasa

mencakup empat aspek, yakni; keterampilan menyimak; keterampilan berbicara;

keterampilan menyimak; keterampilan menulis.Keterampilan yang harus dikuasai

tersebut salah satunya adalah keterampilan menulis. Keterampilan ini mulai

diajarkan kepada anak dari sebelum masuk kedalam lingkungan pendidik oleh

orang tua dan dilanjutkan oleh guru setelah mereka memasuki lingkungan

Page 36: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 1

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

pendidikan. Walaupun keterampilan ini sudah diajarkan sejak dini, tetapi

keterampilan menulis adalah keterampilan yang kompleks dan sulit. Heaton

(dalam ST. Y. Slamet 2008:96) menyatakan bahwa menulis merupakan

keterampilan yang sukar dan kompleks. ST. Y. Slamet (2008:99) juga

menjelaskan bahwa suatu tulisan dikatakan baik dapat dilihat dari segi bahasa

yang digunakan, isi tulisan, dan bentuk atau cara penyajiannya.

Keterampilan menulis menurut Bryne (dalam ST. Y. Slamet 2008:106)

menyatakan :

Pada hakikatnya bukan sekedar kemampuan menulis simbol-simbol grafis

sehingga berbentuk kata, dan kata-kata disusun menjadi kalimat menurut

peraturan tertentu, melainkan keterampilan menulis adalah kemampuan

menuangkan buah pikiran ke dalam bahasa tulis melalui kalimat-kalimat

yang dirangkai secara utuh, lengkap, dan jelas sehingga buah pikiran

tersebut dapat dikomunikasikan kepada pembaca yang berhasil.

Dengan kata lain, keterampilan menulis menuntut kemampuan berfikir yang

baik bukan hanya sekedar menulis simbol-simbol sederhana karena keterampilan

menulis mencakup berbagai kecakapan yang kompleks.

ST. Y. Slamet (2008:107) menyatakan bahwa sehubungan dengan

komplektisitas kecakapan keterampilan menulis yang diperlukan, maka tidak

heran jika kegiatan menulis dikatakan bukan suatu kegiatan yang mudah. Artinya,

tidaklah mudah bagi seseorang untuk menghasilkan tulisan yang baik. Walaupun

demikian, bukan berarti bahwa keterampilan menulis tersebut hanya bisa dimiliki

oleh orang yang ahli atau orang-orang tertentu yang dianugrahi bakat yang

istimewa. Keterampilan menulis dapat dikembangkan dengan membiasaan

ataupun latihan yang terus-menerus. ST. Y. Slamet (2008:107) menyatakan bahwa

keterampilan menulis dapat dimiliki oleh setiap orang asalkan mau belajar dan

berlatih dengan sungguh-sungguh sebab menulis merupakan keterampilan yang

dapat dipelajari.

Berdasarkan dari berbagai pengertian di atas, maka dapat peneliti simpulkan

bahwa keterampilan menulis adalah suatu kecakapan menulis yang dimiliki

seseorang yang timbul karena proses belajar yang secara kontinue dan terarah

bukan terjadi karena faktor kebetulan dan instan.

Page 37: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 1

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

d. Pengertian Aksara Jawa

Aksara dalam Bahasa Indonesia berarti huruf. Huruf Jawa dapat diartikan

simbol aksara dalam tata tulis yang merupakan anggota abjad yang

melambangkan bunyi bahasa, aksara Jawa. Aksara merupakan salah satu

peninggalan budaya bangsa Indonesia yang tidak ternilai harganya. Bentuk aksara

dan seni pembuatannya pun menjadi salah satu peninggalan yang patut

dilestarikan. Dalam (http://www.trulyjogja.com) (01-12-2010), menjelaskan

bahwa aksara jawa tidak hanya di Jawa, rupanya aksara Jawa ini juga digunakan

di Sunda dan Bali. SISKS Paku Buwono IX dalam Imam Sutarjo (2008:25)

menjelaskan bahwa wonten ing aksara jawi sanyatanipun, warahdalem menika

ngemu raos ngelmi ingkang salangkung lebet. Artinya adalah didalam aksara

Jawa sebenarnya didalamnya mengandung pemahaman ilmu yang sangat dalam.

Aksara Jawa nglegena adalah aksara yang masih murni yang belum

mendapat imbuhan atau sandhangan apapun. R.T Suryadipura (2008: 10)

mengatakan bahwa aksara Jawa nglegena berarti huruf Jawa yang telanjang

(Jawa:”wuda”), maksudnya yang belum diberi/ mendapat tambahan sandhangan.

Dalam abjad Jawa akan dikenal dengan aksara carakan, aksara carakan berarti

seluruh huruf yang berjumlah 20 buah itu masih nglegena dan semuanya masih

ditulis “a” dan berbunyi [o],.

Berdasarkan uraian dari berbagai pendapat di atas, maka interaksi yang

terjadi antara model quantum learning dengan aksara Jawa adalah suatu interaksi

model pembelajaran quantum untuk pembelajaran aksara jawa yang

mengkondisikan siswa pada situasi pembelajaran aksara jawa yang

menyenangkan, aktif, dan bermakna. Dan juga tidak meninggalkan makna dari

aksara jawa yaitu simbol aksara dalam tata tulis yang merupakan anggota abjad

yang melambangkan bunyi bahasa dalam Bahasa Jawa yang didalamnya

terkandung makna ilmu yang sangat dalam.

e. Keterampilan Menulis Aksara Jawa

Salah satu keterampilan dari empat keterampilan berbahasa adalah

keterampilan menulis. Menulis adalah melakukan berbagai keterampilan menulis

Page 38: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 1

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

baik sastra maupun nonsastra dalam berbagai ragam bahasa untuk

mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi berupa karangan sederhana,

surat, dialog, laporan, ringkasan, parafrase, geguritan, dan huruf Jawa (Keputusan

Gubernur Jawa Tengah, 2010:18). Soemarjadi, dkk (1992:2) menyatakan bahwa

pengertian keterampilan adalah kepandaian melakukan suatu pekerjaan dengan

cepat dan benar. Jadi bila seseorang melakukan sesuatu dengan cepat tetapi tidak

benar maka ia tidak dapat dikatakan terampil. Pengertian lain dari ketrampilan

ialah memiliki keahlian yang dapat bermanfaat bagi masyarakat.

Keterampilan menulis menurut Bryne (dalam ST. Y. Slamet 2008:106)

menyatakan :

Pada hakikatnya bukan sekedar kemampuan menulis simbol-simbol grafis

sehingga berbentuk kata, dan kata-kata disusun menjadi kalimat menurut

peraturan tertentu, melainkan keterampilan menulis adalah kemampuan

menuangkan buah pikiran ke dalam bahasa tulis melalui kalimat-kalimat

yang dirangkai secara utuh, lengkap, dan jelas sehingga buah pikiran

tersebut dapat dikomunikasikan kepada pembaca yang berhasil.

R.T Suryadipura (2008: 10) mengatakan bahwa aksara Jawa nglegena

berarti huruf Jawa yang telanjang (Jawa:”wuda”), maksudnya yang belum diberi/

mendapat tambahan sandhangan. Dalam abjad Jawa akan dikenal dengan aksara

carakan, aksara carakan berarti seluruh huruf yang berjumlah 20 buah itu masih

nglegena dan semuanya masih ditulis “a” dan berbunyi [o],.

Menurut Gorys Keraf (1984: 46), huruf adalah lambang atau gambaran dari

bunyi.” Tulisan Jawa merupakan abjad suku kata, bermakna bahwa setiap unit

terkecil (huruf) adalah suku kata (terdiri dari satu bunyi konsonan dan satu bunyi

vokal iringan). Suku kata ini boleh diubah sesuai dengan tanda – tanda yang

dinamakan oleh orang Jawa sebagai sandhangan.

(http://wapedia.mobi/ms/Tulisan_Sunda) (28-01-2011).

Berdasarkan uraian-uraian di atas dapat peneliti simpulkan bahwa

keterampilan menulis aksara Jawa adalah suatu kepandaian atau kemampuan

menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik abjad aksara Jawa

(nglegena) secara visual dengan cepat dan benar sesuai dengan kemampuan yang

dimiliki.

Page 39: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 1

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

f. Sejarah terciptanya aksara Jawa

Aksara Jawa merupakan salah satu peninggalan budaya bangsa Indonesia

yang tidak ternilai harganya. Bentuk aksara dan seni pembuatannya pun menjadi

salah satu peninggalan yang patut dilestarikan. Dalam

(http://www.trulyjogja.com) diunduh tanggal 1 Desember 2010, menjelaskan

bahwa aksara jawa tidak hanya di Jawa, rupanya aksara Jawa ini juga digunakan

di Sunda dan Bali. Aksara Jawa murni atau yang belum mendapat sandhangan

yang terdiri dari 20 huruf tersebut sering disebut aksara nglegena. R.T

Suryadipura (2008: 10) mengatakan bahwa aksara Jawa nglegena berarti huruf

Jawa yang telanjang, maksudnya yang belum diberi/ mendapat tambahan

sandhangan. Aksara yang belum mendapat sandhangan inilah yang disebut

aksara carakan (Hidup, Jawa:”urip”) yang berjumlah 20 huruf. Aksara yang

belum mendapatkan sandhangan ini yang dinamakan aksara jawa nglegena.

Untuk lebih jelas tentang aksara jawa nglegena dapat dilihat pada tabel 1 berikut :

Tabel 1. Tabel aksara Jawa Nglegena

Aksara Jawa nglegena yang jumlahnya 20 huruf tersebut mempunyai

pasangan setiap suku katanya yang fungsinya sebagai pendamping, yakni kata

yang berfungsi untuk mengikuti suku kata mati atau tertutup dengan suku kata

berikutnya, kecuali suku kata yang tertutup oleh wignyan, cecak dan layar.

Tulisan Jawa bersifat silabik atau merupakan suku kata. Sebagai tambahan, di

HA NA CA RA KA

DA TA SA WA LA

PA DHA JA YA NYA

MA GA BA THA NGA

Page 40: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 1

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

dalam huruf Jawa juga dikenal huruf kapital yang dinamakan Aksara Murda.

Penggunaannya untuk menulis nama gelar, nama diri, nama geografi, dan nama

lembaga.

Asal usul aksara Jawa sangat identik dengan cerita Empu Sangkala atau

yang lebih dikenal dengan nama Aji Saka, berikut ini adalah ringkasan cerita yang

peneliti baca dari buku karangan Purwadi yang berjudul History of Java dan buku

karangan Budiono Herusatoto yang berjudul Simbolisme Jawa. Banyak kalangan

yang percaya bahwa aksara Jawa diciptakan oleh Aji Saka untuk mengenang

kedua hambanya yang mati karena kesetiaannya kepadanya. Menurut suatu cerita

yang diyakini banyak kalangan tulisan Jawa ini untuk mengenang utusannya yang

bertengkar karena mempertahankan kebenarannya. Kedua utusan Aji Saka

tersebut bernama Dora dan Sembada. Dikisahkan pada suatu hari Sang Empu

mendengar bahwa di negara Medangkamulan bertahta raja raksasa yang sakti dan

punya kegemaran memakan daging manusia. Sang raja itu bernama

Dewatacengkar. Empu Sangkala merasa terpanggil jiwanya untuk bisa

membebaskan rakyat Medangkamulan dari cengkeraman Dewatacengkar.

Kemudian Empu Sangkala menyamar sebagai pemuda bernama Aji Saka dan

mengajak Dora pergi sedangkan Sembada diperintahkan untuk menjaga keris

pusaka Empu Sangkala sembari berpesan bahwa “tidak seorang pun boleh

mengambil keris pusaka itu kecuali Empu Sangkala sendiri”. Sembada pun

berjanji akan menjaga baik-baik keris pusaka itu sampai Empu Sangkala kembali.

Empu Sangkala memilih Sembada karena yakin akan kejujuran dan kesetiaan

Sembada kepada janjinya, dan seyakin pula ia terhadap sifat Dora yang tidak

dapat dipercaya dan selalu ingkar kepada janji.

Sampai pada suatu ketika Empu Sangkala yang menyamar menjadi Aji Saka

berhasil mengalahkan Dewatacengkar yang dalam sahibul hikayat dikisahkan

ternyata sebuah siluman buaya putih. Atas kemenangan itu Aji Saka diangkat dan

naik tahta menjadi raja di Medangkamulan. Sebagai kemenangan bersejarah,

maka mulai saat penobatan Aji Saka sebagai raja dihitung sebagai tahun pertama

dari tarikh tahun jawa yang disebut sebagai tahun I Caka.

Page 41: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 1

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

Setelah lama di istana Aji Saka mengutus Dora kembali ke padepokan untuk

menjemput Sembada dengan membawa serta keris pusaka kembali ke

Medangkamulan. Akan halnya dengan Dora yang berarti “dusta atau penipu”

mengubah pesan Aji Saka ke padhepokanKarena kesibukannya, maka ia

mengubah pesan Aji Saka bahwa dia (Dora) diutus Empu Sangkal yang kine telah

menjadi raja di Medangkamulan bergelar Aji Saka untuk mengambil keris pusaka

untuk dibawanya sendiri dan memerintahkan Sembada untuk memimpin

padepokan menggantikan kedudukan Empu Sangkala. Karena Sembada yang

selalu ingat pesan Empu Sangkala bahwa tidak ada yang mengambil keris itu

selain Empu Sangkala sendiri maka Sembada tidak percaya akan perkataan Dora

sehingga terjadilah perkelahian yang terjadi sampai berhari-hari sehingga mereka

lupa bahwa mereka berdua adalah saudara kandung. Sampai pada suatu ketika

Dora berhasil merebut keris pusaka dan menghujamkan ke perut Sembada. Dalam

keadaan luka parah Sembada mencabut keris yang menghujam di perutnya dan

menghujamkan pula ke tubuh Dora hingga akhirnya mereka berdua tewas oleh

kesaktian keris pusaka majikan yang mereka hormati bersama.

Setelah lama Dora dan Sembada tidak kembali ke istana, Aji Saka teringat

akan pesannya kepada Sembada dan sadar pula akan sifat Dora yang tidak jujur.

Dengan rasa khawatir Aji Saka menuju padepokan dan menemukan kedua

pengiringnya telah menjadi mayat dengan keris pusaka tergeletak diantara

keduanya. Dengan penuh rasa sesal, duka, dan haru yang mendalam mengingat

akan kesetiaan kedua pengiringnya itu, secara spontan terucaplah kata-kata :

HANA CARAKA

DATA SAWALA

PADHA JAYANYA

MAGA BATHANGA

yang artinya :

ada abdi abdi yang setia

terlibat dala perkelahian

mereka sama kuat

dan telah menemui ajalnya

Page 42: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 1

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

Huruf Jawa tersebut hingga kini tetap digunakan untuk pelajaran di sekolah-

sekolah. Dalam pembelajaran menulis huruf Jawa dikenal huruf nglegena,

pasangan, murdha, dan sandhangan. Namun dalam penelitian ini hanya akan

membahas tentang huruf Jawa nglegena. R.T Suryadipura (2008: 10) mengatakan

bahwa huruf Jawa nglegena berarti huruf Jawa yang telanjang, maksudnya yang

belum diberi/ mendapat tambahan sandhangan. Darusuprapta et all (1996: 5)

mengemukakan bahwa carakan yang digunakan di dalam ejaan bahasa Jawa pada

dasarnya terdiri atas 20 aksara pokok yang bersifat silabik (kesukukataan).

Dari cerita di atas maka dapat peneliti simpulkan bahwa sejarah terciptanya

aksara jawa berasal dari cerita Aji Saka dan dua abdinya yang bernama Dora dan

Sembada yang meninggal karena kesetiaanya kepada Aji Saka, untuk

menghormati kedua abdinya kemudian Aji Saka mengucap kalimat

HANACARAKA DATASAWALA PADHAJAYANYA MAGABATHANGA yang

berarti ada abdi abdi yang setia terlibat dalam perkelahian mereka sama kuat dan

telah menemui ajalnya, mereka adalah Dora dan Sembada.

3. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar

Didalam memahami karakteristik anak usia Sekolah Dasar (SD) memang

cukup sulit karena setiap anak usia Sekolah Dasar (SD) mempunyai karakteristik

yang berbeda dari anak usia SMP, SMA, dst. Supandi dalam (http://www.google.

co.id/#hl=id&source=hp&biw=1366&bih=580&q=karakteristik+siswa+sd&aq=o

&aqi=&aql=&oq=&fp=65637c177da1b125) (13-02-2011) menjelaskan bahwa

tingkatan kelas di sekolah dasar dapat dibagi dua menjadi kelas rendah dan kelas

atas. Kelas rendah terdiri dari kelas satu, dua, dan tiga, sedangkan kelas-kelas

tinggi sekolah dasar yang terdiri dari kelas empat, lima, dan enam. Di Indonesia,

kisaran usia sekolah dasar berada di antara 6 atau 7 tahun sampai 12 tahun. Usia

siswa pada kelompok kelas atas sekitar 9 atau 10 tahun sampai 12 tahun.

Makmun (1995:50) dalam (http://www.google.co.id/#hl=id&source=hp&

biw=1366&bih=580&q=karakteristik+siswa+sd&aq=o&aqi=&aql=&oq=&fp=65

637c177da1b125) (13-02-2011), mengemukakan bahwa usia 9-12 tahun memiliki

Page 43: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 1

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

ciri perkembangan sikap individualis sebagai tahap lanjut dari usia 6-9 tahun

dengan ciri perkembangan sosial yang pesat.

Sedangkan menurut Piaget dalam Heruman (2008:1), anak sekolah dasar

berada pada fase operasional konkret. Kemampuan yang tampak pada fase ini

adalah kemampuan dalam proses berpikir untuk mengoperasikan kaidah-kaidah

logika, meskipun masih terikat dengan objek yang bersifat konkret. Dari usia

perkembangan kognitif, siswa SD masih terikat dengan objek konkret yang dapat

ditangkap oleh panca indra. Dalam pembelajaran yang abstrak, siswa memerlukan

alat bantu berupa media, dan alat peraga yang dapat memperjelas apa yang

disampaikan oleh guru sehingga siswa mudah mengerti. Proses pembelajaran pada

fase konkret dapat melalui tahapan konkret, semi konkret, semi abstrak, dan

selanjutnya abstrak.

Dalam pembelajaran bahasa jawa khususnya materi menulis aksara jawa

nglegena, setiap konsep yang abstrak harus dipahami siswa dan segera diberi

penguatan agar bertahan lama dalam memori siswa, sehingga akan melekat dalam

pola pikir dan pola tindakannya. Untuk itu, maka diperlukan adanya pembelajaran

melalui perbuatan dan pengertian, tidak hanya sekedar hafalan atau mengingat

fakta saja, karena hal ini akan mudah dilupakan siswa.

Berdasarkan pendapat di atas, peneliti menyimpulkan bahwa siswa SD

umurnya berkisar antara 6 atau 7 tahun, sampai 12 atau 13 tahun yang dalam

perkembangan kognitifnya masih terikat dengan objek konkret. Berkaitan ini, di

dalam melaksanakan penelitian, peneliti menyesuaikan dengan karakteristik anak

kelas III. Karena usia anak kelas III dalam fase operasional konkret, maka peneliti

dalam pembelajaran bahasa jawa materi menulis aksara jawa nglegena juga akan

menggunakan media konkret berupa kartu aksara dan papan planel yang akan

mempermudah siswa dalam memahami materi menulis aksara jawa.

B. Penelitian yang Relevan

Nurul Widyaningrum (2009) dalam penelitiannya yang berjudul

”Peningkatan Prestasi Belajar IPS Melalui Metode Quantum Learning Anak

Tunanetra Kelas VII SMP-YKAB Surakarta Tahun Pelajaran 2008/2009”

Page 44: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 1

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

menyimpulkan bahwa terjadinya peningkatan Prestasi Belajar IPS setelah

dilaksanakannya pembelajaran dengan penerapan metode Quantum Learning. Hal

tersebut terlihat dari aktivitas siswa dalam proses pembelajaran semakin

meningkat dalam setiap siklusnya. Dilihat dari hasil tes kondisi awal diketahui 4

dari 8 siswa belum mencapai nilai KKM, sedangkan tes akhir dari penelitian

menunjukan semua siswa Kelas VII SMP-YKAB yaitu 8 siswa telah berhasil

mencapai nilai KKM. Jadi setelah diterapkanya Metode Quantum Learning pada

anak tunanetra kelas VII SMP-YKAB Surakarta Tahun Pelajaran 2008/2009

terjadi peningkatan prestasi belajar IPS, yaitu 8 siswa telah berhasil mencapai

nilai KKM.

Alvany Rufaida (2010) dalam penelitiannya yang berjudul “Peningkatan

Keterampilan Menulis Permulaan Melalui Model Quantum Learning Pada Siswa

Kelas 2 Sekolah Dasar Negeri Karangasem 1 Laweyan Surakarta Tahun Pelajaran

2009/2010” menyimpulkan bahwa terjadinya peningkatan Keterampilan Menulis

Permulaan setelah dilaksanakannya pembelajaran dengan penerapan metode

Quantum Learning. Hal tersebut dapat terlihat dari kondisi awal sebelum

dilaksanakan tindakan nilai rata-rata siswa 62,5 dengan prosentase ketuntasan

klasikal sebesar 53,3%, siklus I nilai rata-rata kelas 66,2 dengan prosentase

ketuntasan klasikal sebesar 68,9% dan siklus II nilai rata-rata kelas meningkat

menjadi 70,7 dengan prosentase ketuntasan klasikal sebesar 71,1%. Pada siklus III

nilai rata-rata kelas 73,7 dengan prosentase ketuntasan 82,2%. Jadi setelah

diterapkan Model Quantum Learning Pada Siswa Kelas 2 Sekolah Dasar Negeri

Karangasem 1 Laweyan Surakarta Tahun Pelajaran 2009/2010 terjadi peningkatan

keterampilan menulis permulaan, yaitu nilai rata-rata kelas 73,7 dengan

prosentase ketuntasan 82,2%.

Desi Ana Hapsari (2010) dalam penelitiannya yang berjudul “Peningkatan

Keterampilan Menulis Huruf Jawa Melalui Media Kartu Huruf Pada Siswa Kelas

III SDN 01 Paseban Jumapolo Karanganyar Tahun Ajaran 2009 / 2010.”

menyimpulkan bahwa berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang

dilaksanakan dalam dua siklus tersebut di atas, ternyata hipotesis yang

dirumuskan telah terbukti kebenarannya. Dengan menggunakan media kartu huruf

Page 45: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 1

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

dapat meningkatkan keterampilan menulis huruf Jawa pada siswa kelas III SD

Negeri 01 Paseban Kecamatan Jumapolo Kabupaten Karanganyar tahun ajaran

2009/2010. Hal ini terbukti pada kondisi awal sebelum dilaksanakan tindakan

nilai rata-rata siswa 62,33 dengan persentase ketuntasan klasikal sebesar 50%,

siklus I nilai rata-rata kelas 79 dengan persentase ketuntasan klasikal sebesar 65%

dan siklus II nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 84 dengan persentase

ketuntasan klasikal sebesar 85%. Penerapan pembelajaran dengan menggunakan

media kartu huruf dapat dilaksanakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran

Bahasa Jawa di kelas III sehingga dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam

menulis huruf Jawa.

Penelitian Nurul Widyaningrum , Alvany Rufaida, dan Desi Ana Hapsari

tersebut relevan dengan penelitian ini. Persamaan dengan penelitian ini yaitu

penerapan Quantum Learning dan Aksara Jawa. Selain memiliki persamaan,

kedua penelitian ini juga memiliki perbedaan yaitu penelitian yang dilakukan

Nurul Widyaningrum untuk meningkatkan prestasi belajar IPS pada anak

tunanetra. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Alvany Rufaida adalah

untuk meningkatkan keterampilan menulis permulaan, dan Desi Ana Hapsari

dengan menggunakan Kartu Huruf. Sedangkan pada penelitian ini untuk

meningkatkan keterampilan menulis aksara Jawa nglegena pada siswa kelas III

dengan model Quantum Learning.

Berdasarkan hasil dari beberapa penelitian tersebut diatas maka dapat

peneliti tarik simpulan bahwa model dan media pembelajaran yang sesuai dapat

meningkatkan keberhasilan belajar siswa. Sehubungan dengan hal itu, peneliti

merasa perlu untuk mengembangkan supaya keterampilan menulis siswa

meningkat dan menjadikan pembelajaran lebih bermakna bagi siswa. Dalam

penelitian ini penulis menekankan peningkatan keterampilan menulis aksara jawa

pada siswa kelas III Sekolah Dasar Negeri 02 Kwangsan Kec. Jumapolo Kab.

Karanganyar Tahun Pelajaran 2010/2011.

Page 46: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 1

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

C. Kerangka Berpikir

Pembelajaran Bahasa Jawa pada kelas III Sekolah Dasar Negeri 02

Kwangsan, khususnya materi menulis aksara Jawa sampai saat ini masih

menggunakan metode yang konvensional, yaitu dengan ceramah monoton, minim

metode, tanpa media, dan lain-lain. Pembelajaran yang dilaksanakan kurang

melibatkan siswa untuk aktif belajar dan cenderung pasif. Hal itu menyebabkan

rendahnya motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran. Dari rendahnya

motivasi tersebut menyebabkan siswa tidak antusias dalam mengikuti pelajaran

sehingga sebagian besar siswa tidak menguasai pelajaran yang diajarkan

khususnya menulis aksara Jawa. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil sebelum

tindakan yaitu hanya sebesar 48,2% siswa yang mendapat nilai di atas KKM (60)

Model quantum learning merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi

masalah yang disebabkan oleh pembelajaran yang berpusat pada guru. Model

quantum learning dipilih karena model pembelajaran ini mengaktifkan siswa

tanpa mereka merasa terbebani, mereka dapat dengan bebas belajar sesuai

kemampuan dan gaya belajar mereka, karena dalam model ini dianut sistem

keberagaman, bukan keseragaman. Pola belajar seperti ini sangat menyenangkan

bagi siswa. Selain itu juga akan menuntut siswa aktif dan kreatif dalam

memecahkan masalah pembelajaran.

Berdasarkan hal tersebut, maka pada kondisi akhir dapat diperoleh bahwa

dengan model quantum learning dapat meningkatkan keterampilan menulis

aksara jawa pada siswa kelas III Sekolah Dasar Negeri 02 Kwangsan, Kec.

Jumapolo, Kab. Karanganyar Tahun Pelajaran 2010/2011.

Secara skematis kerangka berpikir dapat dilihat pada gambar 1 :

Page 47: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 1

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

Gambar 1. Gambar Bagan Kerangka Berpikir

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan landasan teori dan kerangka pemikiran, maka dapat

dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas sebagai berikut: “Penerapan

Model Quantum Learning dapat Meningkatkan Keterampilan Menulis Aksara

Jawa pada Siswa Kelas III Sekolah Dasar Negeri 02 Kwangsan Kec. Jumapolo

Kab. Karanganyar Tahun Pelajaran 2010/2011”.

Tindakan

Kondisi Akhir

Kondisi Awal

Guru menggunakan

model pembelajaran

yang konvensional pada

pembelajaran aksara

jawa

Menerapkan model

quantum learning dalam

pembelajaran aksara

jawa

Setelah diterapkan model

quantum learning

keterampilan menulis

aksara jawa siswa

meningkat

Siklus I

Keterampilan menulis

Aksara Jawa pada siklus

I diharapkan meningkat

hingga 60% > KKM

Keterampilan siswa

dalam menulis aksara

jawa rendah yaitu

sebesar 48,2% di atas

KKM (60)

Siklus II

Keterampilan menulis

Aksara Jawa pada siklus

II diharapkan meningkat

hingga 70% > KKM

Page 48: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 1

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 02 Kwangsan Kecamatan

Jumapolo Kabupaten Karanganyar. Alasan yang mendasari penelitian

dilaksanakan di SD Negeri 02 Kwangsan, yaitu:

a. Pengajaran dengan menggunakan metode Quantum Learning belum pernah

diteliti di SD Negeri 02 Kwangsan.

b. Keterampilan menulis aksara Jawa siswa di SD tersebut masih rendah.

2. Waktu

Waktu pelaksanaan penelitian ini pada semester genap tahun pelajaran

2010-2011, yaitu mulai bulan Januari sampai April atau selama 4 bulan. Persiapan

survei awal sampai penyusunan proposal dilaksanakan pada bulan januari, Seleksi

informasi, menyiapkan instrumen dan alat juga dilaksanakan pada bulan yang

sama. Sedangkan pelaksanaan penelitian siklus I dan siklus II dilaksanakan pada

bulan pebruari. Analisi data dilaksanakan selama bulan Maret dan untuk

penyusunan laporan dilaksanakan pada bulan April (lampiran 19 halaman 127).

B. Subjek Penelitian

Subyek dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas III SD Negeri 02

Kwangsan, Jumapolo, Karanganyar sebanyak 14 siswa. Dengan pertimbangan

bahwa keterampilan menulis aksara Jawa siswa kelas III SD Negeri 02 Kwangsan

dalam pembelajaran Bahasa Jawa masih rendah.

C. Sumber Data

Data penelitian yang dikumpulkan berupa informasi tentang rendahnya

keterampilan menulis aksara Jawa siswa pada pembelajaran Bahasa Jawa, dan

kemampuan guru dalam menyusun rencana pembelajaran dan melaksanakan

pembelajaran (termasuk penggunaan model pembelajaran) di kelas.

Page 49: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 1

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

Data penelitian ini dikumpulkan dari berbagai sumber yang meliputi:

1. Informan atau nara sumber, yaitu guru dan siswa SD Negeri 02 Kwangsan.

2. Tempat dan peristiwa berlangsungnya aktivitas pembelajaran Bahasa Jawa

dan aktivitas lainnya yang bersangkutan.

3. Dokumen atau arsip yang antara lain berupa Kurikulum, Rencana

Pembelajaran, hasil belajar siswa, dan buku penilaian.

4. Hasil pengamatan pelaksanaan pembelajaran menggunakan metode Quantum

Learning.

D. Teknik Pengumpulan data

Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data di atas meliputi

pengamatan/observasi, tes, dan dokumentasi yang masing-masing secara singkat

diuraikan berikut ini:

1. Pengamatan/Observasi

Ngalim Purwanto (2001:149) menjelaskan bahwa observasi ialah

metode atau cara-cara menganalisis dan mengadakan pencatatan secara

sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat atau mengamati individu

atau kelompok secara langsung. Observasi yang dilaksanakan dalam

penelitian tindakan ini adalah observasi langsung. Observasi langsung adalah

observasi yang dilakukan tanpa perantara (langsung) terhadap objek yang

diamati. Observasi langsung ini dilakukan pada guru dan siswa kelas III SD

Negeri 02 Kwangsan untuk mengetahui keterampilan menulis aksara Jawa

pada siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

2. Tes

Djemari Mardapi (2008:67) menjelaskan bahwa tes diartikan sebagai

sejumlah pertanyaan yang membutuhkan jawaban, atau sejumlah pernyataan

yang harus diberikan tanggapan dengan tujuan mengukur tingkat kemampuan

seseorang atau mengungkap aspek tertentu dari orang yang dikenai tes. Jadi

dapat diartikan bahwa tes merupakan sejumlah pertanyaan yang memiliki

jawaban yang benar tau salah. Nurkancana dan Sumartana (dalam Srawiji

Suwandi 2009:39) menjelaskan bahwa tes adalah suatu cara untuk melakukan

Page 50: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 1

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

penilaian yang berbentuk tugas-tugas yang harus dikerjakan siswa untuk

mendapat data tentang nilai dan prestasi siswa tersebut yang dapat

dibandingkan dengan yang dicapai kawan-kawannya atau nilai standar yang

diterapkan.

Tes digunakan untuk mengetahui peningkatan keterampilan menulis

aksara Jawa siswa kelas III SDN 02 Kwangsan setelah model diterapkan. Tes

yang diberikan yaitu tes tertulis menulis aksara Jawa. Tes atau evaluasi

dilaksanakan pada tahap ulangi dalam penerapan TANDUR. Dengan

diketahui hasil tes, maka peneliti dapat merencanakan kegiatan yang akan

dilakukan agar dapat memperbaiki proses pembelajaran. Selain itu, tes

digunakan untuk mengetahui perkembangan dan keberhasilan pelaksanaan

tindakan.

3. Dokumentasi

Metode ini digunakan untuk memperoleh data lengkap yang berupa

data audio visual. Metode ini akan digunakan sebagai perekam data-data

penelitian yang terdapat selama proses penelitian baik data yang berupa

gambar/ foto maupun video yang memuat siswa kelas III SD Negeri 02

Kwangsan saat penelitian berlangsung.

E. Validitas Data

Untuk menjamin validitas data dan pertanggungjawaban dan dapat

dijadikan dasar yang kuat untuk menarik kesimpulan, teknik yang digunakan

untuk memeriksa validitas data antara lain trianggulasi. Menurut Lexy J.

Moleong (dalam Sarwiji Suwandi 2009:60) Triangulasi adalah teknik

pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Selain

Triangulasi Data, penelitian ini juga menggunakan Triangulasi Metode untuk

dijadikan dasar pengecekan dan perbandingan. Adapun maksud dari kedua

Triangulasi tersebut adalah sebagi berikut :

1. Triangulasi Data. Triangulasi data adalah data atau informasi yang diperoleh

lalu dikomparasikan dan diuji dengan data dan informasi lain, baik dari segi

koheren sumber yang sama atau sumber yang berbeda. Informasi dari

Page 51: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 1

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

narasumber yang satu dibandingkan dengan informasi dari narasumber

lainnya. Data yang diperlukan dalam penelitian yaitu data keterampilan

menulis aksara jawa yang berasal dari data nilai awal, data tes siklus pertama

dan data tes siklus kedua.

2. Trianggulasi Metode. Jenis trianggulasi metode ini dilakukan dengan

mengumpulkan data sejenis tetapi dengan menggunakan teknik pengumpulan

data yang berbeda. Yang ditekankan adalah penggunaan teknik atau metode

pengumpulan data yang berbeda dan bahkan lebih jelas untuk diusahakan

mengarah pada sumber data yang sama untuk menguji kemantapan

informasinya. Peneliti akan menggunakan metode pengumpulan data yang

berupa observasi dan hasilnya diuji dengan pengumpulan data sejenis dengan

menggunakan teknik tes dan dokumentasi pada pelaku kegiatan. Dari data

yang diperoleh melalui beberapa teknik pengumpulan data yang berbeda

tersebut hasilnya dibandingkan dan dapat ditarik kesimpulan data yang lebih

kuat validitasnya. Seperti data tentang siswa kelas III SD Negeri 02 Kwangsan

dalam belajar tentang materi menulis aksara jawa di kelas dan data nilai

keterampilan menulis aksara jawa siswa kelas III SD Negeri 02 Kwangsan

yang dihasilkan dari observasi, tes, dan dokumentasi.

F. Teknik Analisis Data

Bogdan dan Taylor (dalam Iskandar 2009: 74) mendefinisikan analisis

data sebagai proses yang mencari usaha secara formal untuk menemukan tema

dan merumuskan ide seperti yang disarankan oleh data dan sebagai usaha untuk

memberikan bantuan pada tema dan ide itu. Menurut Gay (dalam Iskandar 2009:

74) ”Analysis of data can investigated by comparing responses on one data with

responses on other data.” Analisis data dilakukan dengan menguji kesesuaian

antara data yang satu dengan data yang lain. Teknik analisis data yang

dipergunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif interaktif. Tahapan

yang terdapat pada analisis deskriptif interaktif menurut Iskandar (2009: 75) yaitu

reduksi data, penyajian data dan penyimpulan.

Page 52: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 1

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

Agar hasil penelitian terwujud susuai dengan tujuan maka dalam

menganalisis data ini menggunakan analisa model Milles dan Hubberman. Milles

dan Hubberman (dalam Iskandar 2008: 75) menjelaskan bahwa kegiatan pokok

analisis model Milles dan Hubberman adalah meliputi reduksi data, display atau

penyajian data, dan mengambil kesimpulan kemudian diverifikasi.

1. Reduksi Data

Data- data penelitian yang telah dikumpulkan selanjutnya direduksi.

Reduksi adalah suatu proses pemilihan, pemusatan perhatian pada

penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari

catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data merupakan suatu bentuk

analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang

tidak perlu dan mengorganisasikan data dengan cara sedemikian rupa sehingga

kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik kesimpulan / diverifikasi.

Dalam penelitian ini ada beberapa data yang tidak diperlukan sehingga peneliti

mereduksi data tersebut. Data yang direduksi dalam penelitian ini yaitu pada

bab II tentang materi pasangan dan sandhangan, pada bab IV yaitu data

tentang kondisi fisik sekolah seperti jumlah ruang kelas.

2. Penyajian Data

Paparan data adalah proses penampilan data secara sederhana dalam

bentuk paparan naratif, representasi tabular (data tersusun dalam bentuk tabel)

termasuk format matriks, representasi grafis, dan sebagainya. Pada penelitian

ini memaparkan tentang teori-teori pendukung penelitian dan hasil dari

penelitian keterampilan menulis huruf Jawa siswa kelas III SDN 02

Kwangsan. Hasil penelitian disusun dalam bentuk tabel dan digambarkan

melalui diagram batang.

3. Penarikan Kesimpulan atau Verifikasi

Hasil dari data-data yang telah didapatkan dari laporan penelitian

selanjutnya digabungkan dan disimpulkan serta diuji kebenarannya. Penarikan

kesimpulan merupakan bagian dari suatu kegiatan dari konfigurasi yang utuh

sehingga kesimpulan-kesimpulan juga diverivikasi selama penelitian

berlangsung. Verifikasi data yaitu pemeriksaan tentang benar dan tidaknya

Page 53: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 1

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

hasil dari laporan penelitian. Kesimpulan adalah tinjauan ulang pada catatan di

lapangan atau kesimpulan dapat ditinjau sebagai makna-makna yang muncul

dari data yang harus diuji kebenarannya, kekokohannya dan kecocokannya

yaitu yang merupakan validitasnya.

Secara lebih jelasnya, kita dapat melihat siklus analisis data tersebut

pada gambar 2 di bawah ini :

Gambar 2. Empat langkah dalam Penelitian Tindakan Kelas

G. Indikator Kinerja

Rumusan kinerja penelitian tindakan kelas adalah adalah peningkatan

keterampilan menulis aksara Jawa pada siswa kelas III SDN 02 Kwangsan yaitu

ketercapaian tujuan penelitian pada siklus I sekurang-kurangnya 60% siswa

mencapai ketuntasan belajar (minimal atau sama dengan KKM yaitu 60), pada

siklus II atau yang terakhir sekurang-kurangnya 70% siswa mencapai ketuntasan

belajar (minimal atau sama dengan KKM 60). Dasar penetapan KKM sebesar 60

adalah karena kondisi siswa yang memungkinkan dan adanya faktor pendukung

lain seperti kriteria dalam penilaian.

H. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Proses penelitiannya

direncanakan terdiri dari dua siklus. Siklus pertama terdiri dari dua kali tatap

muka dan siklus kedua terdiri dari dua tatap muka, masing-masing kegiatan tatap

muka adalah dua jam pelajaran (2x35 menit). Dalam penelitian ini peneliti

berperan sebagai pengajar yang berkolaborasi dengan melibatkan guru kelas untuk

Pengumpulan Data

Kesimpulan – Kesimpulan

Penarikan/Verifikasi

Display Data

Reduksi Data

Page 54: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 1

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

bersama-sama melakukan penelitian. Dalam penelitian ini tiap siklus terdiri dari

empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi.

Adapun langkah-langkah yang dilakukan pada setiap siklus adalah sebagai

berikut:

1. Perencanaan

Perencanaan dalam kegiatan ini meliputi identifikasi masalah melalui

observasi awal, analisis penyebab masalah dan menetapkan solusi.

2. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan merupakan suatu kegiatan dilaksanakannya skenario

pembelajaran yang telah direncanakan.

3. Pengamatan

Pengamatan adalah suatu kegiatan mengamati jalannya tindakan untuk

memantau sejauh mana efek tindakan pembelajaran dengan menggunakan

model Quantum Learning pada pokok bahasan menulis aksara Jawa.

4. Refleksi

Refleksi berarti penilaian dan pengkajian terhadap hasil evaluasi data

kaitannya dengan indikator kinerja siklus I. Peneliti menganalisis pemahaman

konsep siswa sesuai dengan nilai saat evaluasi saat pembelajaran. Jika siswa

yang berhasil saat evaluasi sebanyak 14 anak atau mencapai indikator

ketercapaian kinerja sebesar 60%, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan

Model Quantum Learning tersebut telah berhasil. Namun, jika siswa yang

mengalami peningkatan pemahaman konsep secara klasikal belum mencapai

indikator ketercapaian kinerja sebesar 60%, maka proses pembelajaran dengan

penerapan Model Quantum Learning tersebut perlu diperbaiki lagi dan

disempurnakan pada siklus II, dst.

I. Prosedur Penelitian

Prosedur yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini peneliti

menggunakan model spiral tindakan kelas yang diadapatasi dari Hopkins

(48:1993) (dalam Zainal Aqib 2009:31) yang digambarkan pada gambar 3 sebagai

berikut:

Page 55: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 1

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

Gambar 3. Empat langkah dalam Penelitian Tindakan Kelas

Dari gambar diatas dapat diuraikan diatas, tahapan penelitian yang akan dilakukan

dapat dijelaskan sebagai berikut; Tahap Refleksi awal, yaitu mengidentifikasi

permasalahan yang dihadapi siswa dalam mempelajari materi menulis aksara

jawa. Berdasarkan data hasil evaluasi yang diadakan oleh Guru. Setelah itu, baru

mengadakan perencaan untuk siklus I.

Penelitian tindakan kelas ini adalah terdiri dari dua tahap yaitu persiapan

dan pelaksanaan penelitian :

1. Persiapan

Pada tahap persiapan ini yang dilakukan adalah sebagai berikut :

a. Melakukan observasi awal untuk mengidentifikasi masalah melalui

wawancara dengan guru mata pelajaran Bahasa Jawa bersama-sama

Identifikasi

Masalah

Refleksi

Perencanaan

Refleksi

Aksi

Observasi

Aksi

Observasi

Perencanaan

ulang

Page 56: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 1

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

untuk menentukan bentuk pemecahan masalah berupa penerapan

pembelajaran dengan menggunakan model Quantum Learning pada

pokok bahasan menulis aksara Jawa.

b. Mempersiapkan perangkat pembelajaran (rencana pembelajaran)

(terlampir)

c. Menyusun lembar observasi untuk siswa dan guru (terlampir)

d. Menyusun soal-soal tes (terlampir)

e. Melakukan uji coba soal tes yang akan digunakan sebagai alat ukur

keterampilan menulis aksara Jawa siswa, uji coba dilakukan di luar

sampel penelitian. Uji coba dilaksanakan di kelas III dengan item soal

50.

2. Pelaksanaan Penelitian

Setiap siklus dalam penelitian ini mencakup empat langkah, yaitu

perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Langkah-langkah

penelitian yang dilakukan pada tiap tahap ini adalah :

a. Siklus I

1) Perencanaan

Tahap perencanaan dalam penelitian ini berupa rencana

kegiatan yang menentukan langkah-langkah untuk memecahkan

masalah sebagai upaya memperbaiki kelemahan dalam proses

pembelajaran menulis aksara Jawa selama ini. Pada tahap perencanaan

ini disiapkan rencana pembelajaran menulis aksara Jawa dengan

menggunakan model Quantum Learning. Dengan menggunakan

rencana pembelajaran diharapkan tujuan pembelajaran akan terarah.

Selain rencana pembelajaran peneliti juga menyiapkan instrumen

penelitian yang terdiri dari menyusun soal pretes dan postes sebagai

alat ukur keterampilan menulis siswa, menyusun lembar observasi

aktivitas siswa untuk mengamati aktivitas dan interaksi siswa pada saat

pembelajaran berlangsung, menyusun lembar observasi kinerja guru

untuk mengamati kegiatan guru pada saat melaksanakan pembelajaran,

Page 57: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 1

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

menyusun kisi–kisi soal tes dan menyusun soal tes untuk mengetahui

peningkatan keterampilan menulis aksara Jawa.

2) Pelaksanaan Tindakan Kelas

Guru menjelaskan rencana kegiatan dengan melaksanakan

skenario pembelajaran yang telah dibuat berdasar rencana

pembelajaran. Adapun langkah –langkah pembelajaran dengan

menggunakan model Quantum Learning adalah sebagai berikut

a) Kegiatan awal

(1) Penyiapan kondisi fisik

Aktivitas guru pada tahap ini mengabsen siswa dan

menyiapkan bahan pelajaran.

(2) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan

menginformasikan media pembelajaran yang akan dilakukan.

(3) Apersepsi

Guru bertanya jawab tentang materi yang berkaitan dengan

aksara Jawa.

b) Kegiatan inti

(1) Pengembangan materi

Dalam kegiatan inti aktivitas guru menyampaikan

materi pelajaran tentang 20 aksara Jawa Nglegena serta

memberi contoh menulis menggunakan aksara Jawa.

Masing-masing siswa diberi lembaran berisi 20 aksara Jawa

Nglegena dengan garis putus-putus, siswa menebalkan.

(2) Penerapan menggunakan model Quantum Learning

Penerapan model Quantum Learning menggunakan

TANDUR dapat dilihat pada tabel 2 berikut:

Tabel 2. Penerapan Model Quantum Learning tipe TANDUR

Tanamkan : Anak ditanya secara global tentang

aksara jawa yang mereka ketahui.

Page 58: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 1

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

Alami : Anak diminta menebalkan aksara jawa

putus-putus.

,dst

Namai : Anak diminta memberi nama aksara

jawa yang telah ditebalkan.

: Ha

: Na

: Ca

: Ra

: Ka, dst.

Demonstrasikan : Anak secara berkelompok menyusun

kata menggunakan media kartu aksara

jawa yang telah disediakan.

Ulangi : Anak ditanya kembali tentang

pembelajaran yang telah berlangsung.

Anak diminta menuliskan aksara jawa

yang didiktekan oleh guru

Rayakan : Anak diberi reward berupa point,

pujian, dan tepuk tangan

(3) Menganalisis dan mengevaluasi hasil kerja kelompok

Guru membantu siswa mengkaji ulang hasil kerja

kelompok, kemudian guru memberikan penguatan materi

terhadap hasil kerja kelompok.

Page 59: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 1

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

c) Kegiatan akhir

Guru memberikan penguatan dan membimbing siswa

untuk menyimpulkan materi pelajaran keterampilan menulis

aksara jawa, selanjutnya guru meminta siswa untuk belajar di

rumah mengulang materi dan memberikan pekerjaan rumah.

3) Pengamatan

Pengamatan terhadap pelaksanaan proses pembelajaran untuk

mencatat keterampilan menulis aksara Jawa siswa meliputi : (1)

melakukan kegiatan yang terkait dengan pembelajaran, (2) berinteraksi

satu sama lain, saling bertanya, saling menjelaskan, (3) mengerjakan

soal menulis kata menggunakan aksara Jawa, (4) menyimpulkan

materi diakhir pelajaran. Pengamatan dalam kegiatan belajar mengajar

dilakukan secara kolaboratif dengan guru mitra terhadap pelaksanaan

jalannya proses belajar mengajar melalui lembar observasi. Urut-

urutan penyajian kegiatan guru dan kegiatan siswa dicatat melalui

lembar observasi. Melalui pengamatan dapat diketahui bagaimana

sikap dan perilaku siswa dalam kegiatan yang dilakukan dalam

pembelajaran sehingga guru dapat memperoleh data tentang tingkat

keterampilan menulis siswa.

4) Analisis dan refleksi

Pada tahap analisis guru mengadakan evaluasi terhadap proses

pembelajaran pada tiap pertemuan, kemudian direfleksikan sebagai

acuan dalam pelaksanaan siklus selanjutnya sebagai penyempurnaan.

b. Siklus II

1) Perencanaan tindakan siklus 2 dikaitkan dengan hasil yang telah

diperoleh pada siklus 1 sebagai upaya perbaikan dari siklus tersebut

yaitu dengan merevisi dan menyempurnakan lagi pembelajaran dengan

penerapan model Quantum Learning untuk meningkatkan

keterampilan menulis aksara Jawa pada siswa.

2) Perwujudan tahap pelaksanaan, observasi dan interpretasi, analisis dan

refleksi juga mengacu pada siklus sebelumnya.

Page 60: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 1

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

3. Tahap Pengamatan

Peneliti melakukan pengamatan dalam pelaksanaan tindakan pada

siklus I dan II. Peneliti melakukan pengamatan terhadap perilaku siswa saat

pembelajaran dengan penerapan model Quantum Learning.

4. Tahap Penyusunan Laporan

Peneliti menyusun laporan dari semua kegiatan yang dilakukan

selama proses penelitian.

Page 61: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 1

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 02 Kwangsan Kecamatan

Jumapolo Kabupaten Karanganyar Propinsi Jawa Tengah. Sekolah ini berdiri pada

tahun 1963 dan berstatus negeri dengan Nomor Statistik Sekolah (NSS) yaitu

101031303012. Kepala SD Negeri 02 Kwangsan saat ini adalah Sularmi, S.Pd.SD.

Saat ini SD Negeri 02 Kwangsan telah terakreditasi dengan nilai B. Hal ini

mendorong pihak sekolah untuk meningkatkan kinerja dalam mencapai tujuan

pembelajaran yang lebih optimal. Secara geografis SD Negeri 02 Kwangsan

terletak di desa Jumapuro Kelurahan Kwangsan Kecamatan Jumapolo Kabupaten

Karanganyar. Letak SD Negeri 02 Kwangsan cukup strategis karena berada di

tengah-tengah pemukiman penduduk.

Data personil ketenagaan SD Negeri 02 Kwangsan terdiri dari satu kepala

sekolah, enam guru kelas, satu guru agama Islam, satu guru Penjaskes, satu guru

Bahasa Inggris, satu guru komputer, dan satu penjaga sekolah. Semua personil

telah melaksanakan tugasnya masing-masing dengan baik sesuai dengan

tanggungjawabnya. Jumlah siswa SD Negeri 02 Kwangsan pada tahun 2010/ 2011

adalah 92 siswa. Siswa kelas I terdiri atas 17 siswa , siswa kelas II terdiri atas 14

siswa, siswa kelas III terdiri atas 14 siswa, siswa kelas IV terdiri atas 17 siswa,

Siswa kelas V terdiri atas 15 siswa dan siswa kelas VI terdiri atas 15 siswa. Siswa

di SD Negeri 02 Kwangsan berasal dari berbagai latar belakang sosial yang

berbeda-beda.

B. Deskripsi Kondisi Awal

Ketersediaan tenaga pendidik yang memadai serta sarana dan prasarana

yang ada diharapkan pembelajaran bisa berjalan dengan lancar. Akan tetapi,

rendahnya kesadaran guru dalam pemanfaatan sarana dan prasarana tersebut

membuat pembelajaran kurang menarik dan kurang berjalan seperti yang

diharapkan. Dengan demikian para siswa SD Negeri 02 Kwangsan belum mampu

Page 62: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 1

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

mencapai prestasi belajar yang optimal, baik secara akademik maupun non

akademik

Bahasa Jawa yang merupakan salah satu mata pelajaran muatan lokal di

mana antara satu daerah dengan daerah lain berbeda. Muatan lokal Bahasa Jawa

merupakan muatan lokal yang disarankan oleh Tingkat Propinsi Jawa Tengah.

Bahasa Jawa khususnya menulis aksara Jawa dianggap sebagai mata pelajaran

yang tidak penting dan sulit untuk dipelajari karena memang aksara Jawa

mempunyai bentuk huruf yang hampir sama. Ketidaksukaan terhadap Bahasa

Jawa yang dialami siswa sering membuat mereka kesulitan dalam mengenali

bentuk huruf Jawa yang mereka pelajari. Siswa cenderung malas dan kurang aktif

dalam pembelajaran Bahasa Jawa. Keadaan ini dapat dilihat dari nilai Bahasa

Jawa siswa yang cukup rendah pada kondisi awal (lampiran 1 halaman 80 ). Pada

materi menulis aksara Jawa khususnya tentang pengenalan bentuk aksara Jawa

nglegena yang dijelaskan melalui ceramah dan sedikit contoh membuat siswa

kesulitan mengenali bentuk aksara Jawa yang berakibat siswa kurang terampil

dalam menulis aksara Jawa. Siswa hanya mampu meniru dari contoh tanpa

mengenali bentuk dari aksara - aksara tersebut. Selain itu guru hanya menerapkan

metode ceramah dengan sedikit latihan yang berakibat siswa tidak cepat

mengenali dan kurang aktif. Seiring dengan permasalahan tersebut maka

diperlukan suatu pembelajaran Bahasa Jawa yang sesuai dengan kebutuhan siswa

dan berkaitan dengan kehidupan nyata siswa sehingga siswa terampil menulis

aksara Jawa yang sedang mereka pelajari secara terbimbing dengan mudah.

Salah satu pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengatasi

permasalahan tersebut adalah menerapkan model Quantum Learning dalam

pembelajaran Bahasa Jawa khususnya pada materi menulis aksara Jawa. Untuk

mengantisipasi hal di atas, peneliti mengadakan penelitian di kelas III dengan

menerapkan model Quantum Learning yang menekankan pada keaktifan siswa,

mengkondisikan pembelajaran siswa dalam pola pembelajaran yang

menyenangkan dalam rangka membantu siswa mengenali bentuk-bentuk aksara

Jawa secara nyata sehingga keterampilan siswa dalam menulis aksara Jawa dapat

Page 63: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 1

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

ditingkatkan. Dari lampiran 1 dapat dibuat tabel 3 distribusi frekuensi sebagai

berikut :

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Data Nilai Keterampilan Menulis Aksara Jawa

Sebelum Tindakan

No Interval Frekuensi

(fi)

Nilai Tengah

(xi) fi.xi

Persentase

(%)

1 24 – 34 2 29 58 14

2 35 – 45 0 40 0 0

3 46 – 56 5 51 255 36

4 57 – 67 2 62 124 14

5 68 – 78 3 73 219 21

6 79 – 89 1 84 84 7

7 90 – 100 1 96 96 7

Nilai rata – rata kelas 59.71

Dari Tabel 3 hasil keterampilan menulis aksara jawa sebelum diterapkan

model quantum learning pada siswa kelas III SD Negeri 02 Kwangsan yang telah

diterangkan di atas dapat disajikan dalam bentuk Gambar 4 sebagai berikut:

Gambar 4. Grafik Hasil Evaluasi Bahasa Jawa Sebelum Tindakan

Berdasarkan Tabel 3 dan Gambar 4 di atas, nilai keterampilan menulis

aksara jawa siswa kelas III sebelum diterapkan model quantum learning

diperoleh diperoleh rata – rata kelas sebesar 59,71. Siswa yang memperoleh nilai

24-34 sebanyak 2 siswa atau 14%. Siswa yang memperoleh nilai 35-45 sebanyak

0 siswa atau 0%. Siswa yang memperoleh nilai 46-56 sebanyak 5 siswa atau 36%.

0

1

2

3

4

5

6

24-34 35-45 46-56 57-67 68-78 79-89 90-100

F

R

E

K

U

E

N

S

I

INTERVAL NILAI

Page 64: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 1

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

Siswa yang memperoleh nilai 57-67 sebanyak 2 siswa atau 14%. Siswa yang

memperoleh nilai 68-78 sebanyak 3 siswa atau 22%. Siswa yang memperoleh

nilai 79-89 sebanyak 1 siswa atau 7%. Siswa yang mendapat nilai 90-100

sebanyak 1 siswa atau 7%. Berdasarkan lampiran 1 siswa yang mendapat nilai di

bawah 60 (KKM) yaitu sebanyak 8 siswa atau 57%, dan siswa yang mendapat

nilai sama atau di atas KKM yaitu 6 siswa atau 43%. Hal ini dapat diartikan

bahwa ketuntasan klasikal sebesar 43% masih berada di bawah ketuntasan belajar

yang ditetapkan yaitu sebesar 60% siswa mendapat ≥ 60 (KKM), dengan kata lain

keterampilan menulis aksara jawa siswa kelas III SD Negeri 02 Kwangsan masih

rendah. Dari lampiran 1 dapat dibuat Tabel 4 berikut tentang ketuntasan belajar

siswa :

Tabel 4. Hasil Nilai Pemahaman Konsep Sebelum Tindakan

Keterangan Sebelum tindakan

Nilai Terendah 24

Nilai Tertinggi 94

Rata – rata Nilai 59,71

Siswa belajar Tuntas 43%

Analisis hasil keterampilan menulis aksara jawa dari nilai siswa sebelum

tindakan diperoleh nilai rata-rata kemampuan siswa menulis aksara jawa dengan

benar adalah 59,71 di mana hasil tersebut masih di bawah rata – rata nilai yang

diinginkan dari pihak guru atau peneliti, dan sekolah yaitu sebesar 60. Sedangkan

besarnya persentase siswa tuntas pada materi menulis aksara jawa adalah sebesar

43%. Dari hasil analisis nilai sebelum tindakan tersebut, maka dilakukan tindakan

lanjutan untuk meningkatkan keterampilan menulis aksara jawa.

Berdasarkan hasil nilai yang masih rendah dan banyak siswa yang belum

dapat mencapai KKM yang ditentukan menunjukkan bahwa keterampilan siswa

terhadap menulis aksara Jawa masih rendah. Maka dari itu diperlukan suatu

inovasi pembelajaran dalam bahasa Jawa yaitu dengan menerapkan model

Quantum Learning. Dengan menerapkan model Quantum Learning diharapkan

Page 65: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 1

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

keterampilan siswa khususnya pada materi menulis aksara Jawa akan mengalami

peningkatan sehingga ketuntasan belajar siswa dapat tercapai.

C. Deskripsi Permasalahan Penelitian

1. Siklus I

Tindakan siklus I dilaksanakan selama 2 kali pertemuan. Tiap-tiap

pertemuan terdiri dari dua jam pelajaran (2 x 35 menit) yang dilaksanakan selama

dua minggu yaitu pada tanggal 7 Pebruari sampai 19 Februari 2011. Adapun

tahapan-tahapan yang dilakukan sebagai berikut:

a. Perencanaan

Pada tahapan ini dilakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran

Bahasa Jawa yang dilaksanakan di kelas III untuk mengetahui model

pembelajaran yang dilakukan guru, serta keaktifan siswa dalam mengikuti

pelajaran yang di laksanakan. Di samping itu untuk mencatat hasil belajar siswa

berupa nilai formatif mata pelajaran Bahasa Jawa.

Berdasarkan pengamatan terhadap pembelajaran dan hasil belajar diperoleh

informasi sebagai data awal bahwa siswa kelas III SD Negeri 02 Kwangsan

sebanyak 14 siswa terdapat 8 anak atau 57% yang belum mencapai Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 60. Setelah dilakukan pemeriksaan, ternyata

sebagian besar siswa belum paham aksara - aksara Jawa dan belum dapat

memahami konsep menulis aksara Jawa dengan benar. Bertolak dari kenyataan

tersebut diadakan konsultasi dengan Kepala Sekolah mengenai alternatif

peningkatan keterampilan menulis aksara Jawa dengan menerapkan model

Quantum Learning.

Adapun penelitian tindakan kelas pada siklus I meliputi kegiatan-kegiatan

sebagai berikut:

1) Menentukan pokok bahasan atau memilih Kompetensi Dasar atau indikator

yang sesuai dengan menulis aksara Jawa di kelas III. Alasan memilih

Kompetensi Dasar atau indikator tersebut adalah:

Page 66: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 1

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

a) Kompetensi dasar atau indikator tentang menulis aksara Jawa sangat

sulit dikuasai oleh siswa. Siswa banyak mengalami kesulitan pada

indikator tersebut.

b) Kompetensi Dasar atau indikator menulis aksara Jawa tersebut

nantinya dapat dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari siswa.

c) Pemilihan kompetensi dasar atau indikator menulis aksara Jawa

didasarkan pada kurikulum yang berlaku dan harapan masyarakat

terhadap hasil belajar siswa.

2) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana Pelaksanaan pembelajaran disusun 2 × pertemuan. Masing-masing

pertemuan dua jam pelajaran (2 x 35 menit). Pada siklus pertama dilaksanakan

selama 2 minggu. Perencanaan RPP mencakup penentuan: standar kompetensi,

kompetensi dasar, indikator, langkah-langkah/skenario pembelajaran, media,

metode dan sumber pembelajaran serta kriteria penilaian. Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) terlampir pada lampiran 3 halaman 82.

3) Mempersiapkan Fasilitas dan Sarana Pendukung

Fasilitas dan sarana pendukung yang perlu disiapkan untuk pelaksanaan

pembelajaran adalah:

a) Ruang belajar

Ruang belajar yang digunakan adalah ruang belajar yang biasa

digunakan setiap hari. Kursi diatur sedemikian rupa, bisa perindividu

atau bisa dibuat kelompok, sehingga siswa dapat belajar dengan

nyaman, tenang, dan menyenangkan.

b) Kartu aksara Jawa

Kartu aksara Jawa dibuat untuk perkelompok tanpa diberi nama.

Digunakan selama pelajaran, baik dalam permaian maupun kerja

kelompok dengan tujuan pembelajaran lebih menyenangkan dan lebih

riil.

c) Buku pelajaran

Buku pelajaran Bahasa Jawa digunakan sebagai buku acuan belajar.

Adapun buku tersebut yaitu Remen Basa Jawa oleh Tim Karya Guru (

Page 67: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 1

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

2006 : 18), Mengenal Huruf dan Bahasa Jawa oleh Oni (2007 : 1), dan

Widya Basa Jawa oleh Parkin S.Pd. ( 2006: 23), LKS Mandiri oleh

KKG Kec. Jumapolo Th.2011.

b. Pelaksanaan Tindakan

Dalam tahapan ini, guru melaksanakan pembelajaran menggunakan model

Quantum Learning (Pembelajaran yang Menyenangkan).

1) Pertemuan I

Pertemuan I dilaksanakan tanggal 11 Pebruari 2011 dengan materi aksara

Jawa adalah tentang menulis aksara Jawa.

Kegiatan awal meliputi penyiapan kondisi fisik yaitu aktivitas guru pada

tahap ini mengabsen siswa dan menyiapkan bahan pelajaran, guru menyampaikan

tujuan pelajaran, menentukan pokok bahasan serta apersepsi yaitu guru bertanya

jawab untuk menggali sejauh mana pengetahuan siswa terhadap materi aksara

jawa yang akan dipelajari. Dan juga siswa diceritakan asal-usul aksara jawa

untuk meningkatkan minat dan rasa ingin tahu terhadap aksara jawa yang akan

dipelajari.

Pertemuan pertama siklus pertama didapatkan kondisi siswa yang masih

kurang semangat mempelajari aksara jawa, hal ini terlihat dari siswa yang

menjawab pertanyaan guru hanya sebagian dan menjawabnya dengan ragu-ragu,

suara siswa juga terdengar pelan. Siswa masih kurang berani dalam menjawab

pertanyaan maka guru memberikan motivasi kepada siswa agar lebih bersemangat

dan tertarik mengikuti pelajaran. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu

sesuai dengan indikator pada siklus I pertemuan I. Siswa memperhatikan

penjelasan dari guru tentang kegiatan yang akan dilaksanakan.

Kegiatan inti yaitu guru menceritakan sedikit tentang asal-usul aksara jawa

yang ada dan akan dipelajari saat ini. Menceritakan ini ditujukan agar anak lebih

tertarik terhadap pembelajaran yang akan dilakukan dan juga menamkan pada diri

anak akan budaya bangsa yang beraneka ragam yang harus senantiasa dijaga dan

dilestarikan. Kemudian guru memberikan penjelasan terhadap materi aksara Jawa

nglegena, Guru mengarahkan pembelajaran serta memberi petunjuk untuk

kegiatan pelajaran. Siswa membentuk kelompok heterogen yang beranggotakan 5-

Page 68: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 1

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

6 orang, guru membagikan lembar diskusi individu yaitu dimana setiap anak

mendapat selembar lembar kerja untuk menebalkan aksara jawa putus-putus

dengan tujuan anak dikenalkan aksara jawa dan dibiyasakan menulis aksara jawa

yang mungkin sebelumnya belum terbiasa menulisnya. Setelah selesei

menebalkan masing-masing kelompok mendiskusikan untuk memberi nama

aksara - aksara yang telah mereka tebalkan. Setelah itu, setiap kelompok diminta

menyusun kata-kata dari aksara jawa yang telah ditebalkan dan diberi nama untuk

kemudian saling ditukarkan dengan kelompok lain untuk diartikan. Kelompok

yang paling banyak mengerjakan dengan benar mendapat pujian atau reward.

Siswa diberi latihan menulis aksara jawa nglegena yang didiktekan. Guru

melakukan pembahasan terhadap latihan yang diberikan dan memberikan soal

evaluasi.

Kegiatan akhir guru dan siswa melakukan refleksi. Guru memberikan

pemantapan materi dan memberi kesempatan bertanya kepada siswa apabila ada

yang kurang jelas. Guru juga memberikan pesan moral dan menutup pelajaran.

2) Pertemuan II

Pertemuan II dilaksanakan tanggal 18 Pebruari 2011 dengan materi yang

sama yaitu aksara Jawa nglegena.

Pada kegiatan awal guru meminta salah satu siswa untuk memimpin doa.

Setelah itu guru melakukan presensi. Guru memberikan apersepsi memberikan

pertanyaan mengenai pengalaman dalam kehidupan sehari-hari yang ada

kaitannya aksara jawa. Guru juga menggali pengalaman siswa dalam pertemuan

yang lalu dengan beberapa pertanyaan lisan dan mengaitkannya dengan materi

hari ini. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu sesuai dengan indikator

pada siklus I pertemuan II. Siswa memperhatikan penjelasan dari guru tentang

kegiatan yang akan dilaksanakan.

Pada kegiatan inti, pada dasarnya hampir sama dengan pertemuan I namun

dalam pembentukan kelompok heterogen yang beranggotakan 4-5 orang, dan juga

pada pertemuan ini guru menggunakan media kartu aksara. guru membagikan

satu set kartu aksara kepada masing-masing kelompok. Setiap kelompok bebas

menyusun beberapa kata menggunakan kartu tersebut untuk kemudian ditukarkan

Page 69: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 1

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

0

2

4

6

8

10

12

30-43 44-57 58-71 72-85 86-99

F

R

E

K

U

E

N

S

I

INTERVAL

dengan kelompok lain untuk didiskusikan latinnya. Setiap kelompok menuliskan

hasil diskusi dipapan tulis untuk kemudian dibahas bersama-sama. Setiap siswa

dalam kelompok mengerjakan latihan menulis aksara jawa yang didiktekan oleh

guru. Siswa bersama guru membahas latihan yang diberikan. Siswa yangt paling

banyak mengerjakan dengan benar mendapat reward. Siswa bersama guru

menyimpulkan materi yang telah dipelajari. Guru membagikan soal evaluasi.

Sebagai kegiatan penutup, guru memberi pemantapan materi. Guru

memberikan sanjungan dan tepuk tangan atas usaha yang dilakukan siswa selama

proses pembelajaran. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya

tentang hal-hal yang kurang jelas. Guru menutup pembelajaran.

Berdasarkan lampiran 7 halaman 97 tentang nilai keterampilan menulis

aksara dapat dibuat tabel 5 distribusi frekuensi sebagai berikut :

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Data Nilai Keterampilan Menulis Aksara Jawa

Siklus I

No Interval

Frekuensi

(fi)

Nilai Tengah

(xi) fi.xi

Persentase

(%)

1 30 – 43 3 36.5 109.5 21

2 44 – 57 1 50.5 50.5 7

3 58 – 71 3 64.5 193.5 21

4 72 – 85 3 78.5 235.5 21

5 86 – 99 4 92.5 370 30

Nilai rata – rata kelas 68.5

Dari Tabel 5 dapat disajikan dengan Gambar 5 sebagai berikut :

Page 70: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 1

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

Gambar 5. Grafik Hasil Evaluasi Bahasa Jawa Setelah Menerapkan Model

Quantum Learning Pada Siklus I

Berdasarkan tabel 5 dan gambar 5 di atas, nilai keterampilan menulis aksara

jawa siswa kelas III SD Negeri 02 Kwangsan pada siklus I mendapat rata – rata

sebesar 68.5. Siswa yang memperoleh nilai 30-43 sebanyak 3 siswa atau 21%.

Siswa yang memperoleh nilai 44-57 sebanyak 1 siswa atau 7%. Siswa yang

memperoleh nilai 58-71 sebanyak 3 siswa atau 21%. Siswa yang memperoleh

nilai 72-85 sebanyak 3 siswa atau 21%. Siswa yang memperoleh nilai 86-99

sebanyak 4 siswa atau 30%. Berdasarkan lampiran 7 siswa yang mendapat nilai di

bawah 60 (KKM) yaitu sebanyak 5 siswa atau 36%, dan siswa yang mendapat

nilai sama atau di atas KKM yaitu 9 siswa atau 64%. Hal ini dapat diartikan

bahwa ketuntasan klasikal sebesar 64%.

a. Observasi

Peneliti melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan tindakan sesuai

dengan tujuan penelitian yaitu meningkatkan keterampilan menulis huruf Jawa

dengan menerapkan model Quantum Learning. Dalam tahap ini peneliti

mengadakan kolaborasi dengan guru kelas dalam melaksanakan pemantauan

terhadap pelaksanaan proses pembelajaran yaitu dengan menggunakan lembar

observasi. Observasi dilaksanakan untuk mendapatkan data mengenai aktivitas

peneliti dalam kesesuaian antara rencana pembelajaran yang disusun dengan

pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan. Selain itu observasi juga dilakukan

untuk mengetahui seberapa besar aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran

untuk dapat meningkatkan keterampilan siswa kelas III SD Negeri 02 Kwangsan

tentang keterampilan menulis aksara jawa. Hasil observasi lebih rinci dapat

dilihat pada lampiran 5 halaman 94.

Page 71: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 1

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

Dari lampiran 5 halaman 94 tentang observasi kinerja guru dapat dibuat

Tabel 6 sebagai berikut:

Tabel 6. Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus I

N

o

Aspek Yang Diamati Nilai Kategori Keterangan

1 Apresepsi 2 C Keterangan :

a = baik sekali ( =4 )

b = baik ( < 3 )

c = kurang ( < 2 )

d = kurang sekali

(<1)

2 Penjelasan Materi 2.5 C

3 Penerapan Model Quantum

Learning 2.5 C

4 Menentukan Nilai 2.5 C

5 Menyimpulkan Materi 3 B

6 Menutup Pembelajaran 3 B

Jumlah Nilai 15.5

Nilai rata-rata 2.58 B

Dari Tabel 6 di atas atau untuk lebih jelas dilihat pada lampiran 5 halaman

94, diperoleh hasil sebagai berikut: 1) Guru belum baik dalam mempersiapkan

siswa dalam kondisi pembelajaran; 2) Guru dalam menyampaikan materi belum

cukup baik karena cenderung cepat dalam penyampaiannya sehingga kurang dapat

dipahami oleh siswa; 3) Guru dalam penerapan tahap-tahap TANDUR; a)

Tanamkan: guru belum dapat menerapkan secara maksimal karena dalam

penanaman guru masih bersifat global, b) Alami: guru sudah cukup baik karena

sudah melibatkan siswa secara aktif, c) Namai: guru dalam tahap namai sudah

cukup baik dalam mengajak siswa memberi nama-nama aksara jawa secara aktif

dan menyenagkan, d) Demonstrasikan: guru dalam tahap ini kurang baik dan

dalam pembagian kelompok diskusi masih kurang maksimal karena terlalu banyak

anggota dalam setiap kelompok sehingga kurang kondusif, e) Ulangi: guru cukup

baik dalam evaluasi tetapi untuk tingkat kesulitan harus perlu diperhatikan, f)

Rayakan: guru tahap rayakan sudah cukup baik; 4) Guru cukup baik dalam

menentukan nilai individu maupun dalam kelompok, karena mempunyai kriteria

Page 72: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 1

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

yang jelas dan baik; 5) Guru dalam menyimpulkan materi pembelajaran sudah

cukup baik karena melibatkan siswa dalam pembuatan kesimpulan; 6) Guru dalam

menutup pembelajaran sudah baik; 7) Rata-rata hasil observasi kinerja Guru pada

pembelajaran siklus I yaitu 2,58 (baik).

Observasi tidak hanya dilaksanakan pada aktivitas peneliti sebagai guru

tetapi juga ditujukan pada siswa dalam setiap proses pembelajaran. Dari lampiran

6 halaman 100 tentang observasi aktivitas siswa dapat dibuat tabel 7 di bawah ini:

Tabel 7. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I

N

o

Aspek Yang Diamati Nilai Kategori Keterangan

1 Perhatian 1.8 R Keterangan :

R = Rendah ( <2 )

S = Sedang ( <3 )

T = Tinggi ( =3 )

2 Kerjasama 1.5 R

3 Ketekunan 1.7 R

4 Keaktifan 1.5 R

5 Tanggung Jawab 1.7 R

Jumlah Nilai 8.2

Nilai rata-rata 1.64 R

Dari tabel 7 di atas, dapat dilihat secara global bahwa aktifitas siswa dapat

dikatakan cukup, hal tersebut dapat dilihat dalam rata-rata aktifitas siswa sebesar

1.64. Dari data diatas diperoleh hasil sebagai berikut: 1) Siswa banyak yang

kurang memperhatikan penjelasan guru dan banyak melakukan kegiatannya

sendiri saat pembelajaran berlangsung, walaupun demikian siswa juga

menunjukkan rasa senang dan antusias yang baik; 2) Siswa banyak cukup baik

dalam melakukan kegiatan dalam berdiskusi, walupun juga tidak sedikit anak

kurang baik dalam megiatan berdiskusi; 3) Kemauan siswa untuk menerima

pelajaran sudah terlihat di awal pembelajaran, rasa keingintahuan dan keantusisan

muncul di tengah-tengah pembelajaran, misalnya pada saat penggunaan kartu

huruf dan menjawab soal di papan tulis; 4) Keaktifan siswa dalam mengerjakan

Page 73: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 1

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

tugas masih dapat dikatakan rendah; 5) Kreatif dan inisiatif siswa masih kurang

karena belum berani mengungkapkan pendapat yang ia miliki; 6) Hasrat untuk

bertanya dan mengeluarkan pendapat masih rendah karena siswa masih terlihat

takut dan malu-malu; 7) Tanggung jawab siswa terhadap tugas yang diberikan

baik individu maupun kelompok sudah cukup baik; 8) Hasrat untuk bertanya dan

mengeluarkan pendapat masih rendah karena siswa masih terlihat takut dan malu-

malu; 9) Siswa sudah cukup mempunyai kemauan untuk berdiskusi dengan teman

kelompok walaupun harus mendapat banyak bimbingan dari guru; 10) Kreatif dan

inisiatif siswa masih kurang karena belum berani mengungkapkan pendapat yang

ia miliki; 11) Keaktifan untuk membuat kesimpulan pelajaran masih rendah; 12)

Siswa mempunyai kemauan yang tinggi untuk menerapkan hasil pelajaran; 13)

Siswa cukup sungguh-sungguh dalam mengerjakan tugas yang diberikan; 14)

Rata-rata hasil observasi aktivitas siswa adalah 1.64 dengan kriteria rendah.

b. Refleksi

Data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan kemudian dianalisis.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan selama proses pelaksanaan tindakan,

peneliti melakukan refleksi sebagai berikut:

1) Seluruh siswa mengikuti pembelajaran Bahasa Jawa. Hasil evaluasi rata – rata

Bahasa Jawa siswa pada siklus I yaitu 68.5.

2) Berdasarkan lampiran 8 halaman 98 , hasil evaluasi Bahasa Jawa pada siklus I

siswa yang memperoleh nilai ≤ 60 (KKM) ada 5 siswa atau 36 % dan siswa

yang memperoleh nilai ≥ 60 (KKM) sebanyak 9 siswa atau 64%. Jadi rata-rata

hasil evaluasi Bahasa Jawa pada siklus I yaitu 68.5 dan siswa yang

memperoleh nilai ≥ 60 sebanyak 9 siswa atau ketuntasan klasikal 64.5 %.

3) Guru mengurangi jumlah anggota kelompok dari 4 orang menjadi 2 siswa tiap

kelompok. Hal ini bertujuan agar siswa dapat berpartisipasi aktif dalam

kelompoknya.

4) Guru memberikan beberapa informasi secara tepat dan bertahap,

mengarahkan, dan membimbing kegiatan siswa dalam menemukan jawaban

sehingga pembelajaran lebih efektif dan tidak menghabiskan waktu.

Page 74: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 1

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

5) Guru melakukan pendekatan awal dan memberikan motivasi dengan yel-yel

yang membangkitkan semangat pembelajaran di awal pelajaran dan

memberikan penghargaan baik secara verbal maupun nonverbal.

Dari hasil penelitian siklus I, maka peneliti dapat mengulas secara cermat

bahwa dilihat dari rata-rata hasil evaluasi Bahasa Jawa tentang keterampilan

menulis aksara jawa yang diperoleh siswa dengan menerapkan model Quantum

Learning sudah dapat dikatakan cukup berhasil. Hal ini dikarenakan menunjukkan

bahwa terjadi peningkatan keterampilan menulis aksara Jawa pada siswa kelas III

SD Negeri 02 Kwangsan. Tetapi apabila dilihat dari kriteria ketuntasan minimal

masih ada 5 siswa yang belum tuntas. Hal ini dikarenakan oleh beberapa faktor,

maka dari itu pembelajaran Bahasa Jawa perlu dilanjutkan untuk siklus II dengan

berpedoman pada hasil refleksi siklus I.

2. Siklus II

Tindakan siklus II dilaksanakan selama 2 kali pertemuan. Tiap-tiap

pertemuan terdiri dari dua jam pelajaran (2 x 35 menit) yang dilaksanakan selama

dua minggu yaitu pada tanggal 21 Pebruari sampai 05 Maret 2011. Pada siklus II

ini peneliti mengkaji hasil renungan dari siklus I. Adapun tahapan-tahapan yang

dilaksanakan dalam siklus II adalah sebagai berikut:

a. Tahap Perencanaan

Berdasarkan hasil refleksi pelaksanaan tindakan siklus I diketahui bahwa

sudah menunjukkan adanya peningkatan keterampilan menulis huruf Jawa pada

siswa kelas III SD Negeri 02 Kwangsan Tahun Pelajaran 2010/2011 tetapi belum

maksimal. Hal ini ditunjukkan masih ada 5 siswa yang belum tuntas dalam

pembelajaran Bahasa Jawa materi menulis aksara jawa nglegena.

Kegiatan perencanaan tindakan II dilaksanakan di ruang kelas III SD Negeri

02 Kwangsan pada tanggal 21 Pebruari 2011 . Peneliti dan Guru kelas III

mendiskusikan rancangan tindakan yang akan dilakukan pada penelitian ini.

Diperoleh kesepakatan bahwa pelaksanaan tindakan siklus II dilaksanakan dalam

dua kali pertemuan dengan alokasi waktu tiap pertemuan 2 x 35 menit yaitu pada

hari Jumat tanggal 25 Pebruari 2011 dan tanggal 04 Maret 2011.

Page 75: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 1

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

Hal-hal yang perlu diperbaiki guru dalam pembelajaran Bahasa Jawa

menerapkan model Quantum Learning sebagai upaya untuk mengatasi berbagai

kekurangan yang ada adalah sebagai berikut:

1) Memberikan beberapa informasi secara tepat dan bertahap, mengarahkan, dan

membimbing kegiatan siswa dalam menemukan jawaban sehingga

pembelajaran lebih aktif, efektif dan tidak menghabiskan waktu

2) Mengurangi jumlah anggota kelompok menjadi 2-3 siswa tiap kelompok.

3) Memberikan motivasi dengan yel-yel yang membangkitkan semangat

pembelajaran di awal pelajaran dan memberikan penghargaan baik secara

verbal maupun nonverbal.

4) Guru memperbaiki pengelolaan kelas dengan membuat pembelajaran yang

menarik siswa.

Mengingat hasil analisis terhadap unjuk kerja siswa pada siklus I, sebagian

besar siswa sudah memperhatikan penjelasan guru selama proses pembelajaran

Bahasa Jawa. Meskipun demikian pembelajaran Bahasa Jawa pada siklus I

dikatakan belum berhasil. Dengan berpedoman pada Kurikulum Mata Pelajaran

Muatan Lokal (Bahasa Jawa) Untuk Jenjang Pendidikan SD/SDLB/MI Berdasar

Keputusan Gubernur Jawa Tengah Tahun 2010, peneliti melakukan langkah-

langkah perencanaan pembelajaran Bahasa Jawa pada siklus II dengan

menerapkan model Quantum Learning adalah sebagai berikut:

1) Mempelajari Silabus Kelas III SD dan menyiapkan sumber belajar yang

terdiri dari buku bahasa Jawa kelas III semester II dan materi dari internet.

Standar Kompetensi. Mampu menulis karangan dengan pikiran sendiri dalam

berbagai ragam dan jenis karangan sesuai kaidah bahasa serta mampu menulis

kalimat berhuruf jawa.

Kompetensi Dasar. Menulis kata sederhana menggunakan huruf Jawa

nglegena.

Alasan pemilihan yaitu peneliti ingin meningkatkan keterampilan menulis

aksara Jawa nglegena pada siswa kelas III SD Negeri 02 Kwangsan.

2) Peneliti bersama dengan guru merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP) dengan indikator, antara lain:

Page 76: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 1

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

a) Menulis huruf Jawa

b) Menulis kata

c) Menulis kalimat menggunakan huruf Jawa

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dilaksanakan dua kali

pertemuan dan masing-masing pertemuan dalam waktu dua jam pelajaran (2 x

35 menit). Adapun RPP siklus II dapat dilihat pada lampiran 9 halaman 99.

3) Peneliti dan guru membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) yaitu lembar kerja

untuk diskusi kelompok dan lembar kerja mandiri yang dikerjakan selama

pelajaran.

4) Menyediakan media berupa kartu aksara jawa yang berbentuk segiempat

seperti pada lampiran 16 halaman 117.

5) Membuat lembar observasi untuk guru dan siswa.

b. Pelaksanaan Tindakan

Dalam tahap ini peneliti mengulang materi pembelajaran dengan

menerapkan model Quantum Learning sesuai dengan Rencana Pelaksanaan

pembelajaran (RPP) yang telah disusun. Pembelajaran dengan menerapkan model

Quantum Learning pada siklus II dilaksanakan 2 kali pertemuan.

1) Pertemuan I

Pertemuan I dilaksanakan tanggal 25 Pebruari 2011 dengan materi aksara

Jawa nglegena adalah menulis huruf dan menulis kata menggunakan aksara jawa

nglegena.

Pada kegiatan awal guru meminta salah satu siswa untuk memimpin doa.

Setelah itu guru melakukan presensi. Sebelum memulai pelajaran guru

memotivasi siswa dan melakukan yel-yel. Guru menentukan masalah yang

berkaitan dengan aksara jawa nglegena. Guru memberikan tanya jawab tentang

pengalaman siswa dalam kehidupan sehari-hari, apakah sudah bisa menulis dan

membaca aksara jawa nglegena untuk mempersiapkan siswa mengikuti

pembelajaran dengan menggunakan menerapkan model Quantum Learning

menggunakan media kartu aksara jawa. Siswa antusias untuk menjawab

pertanyaan guru. Guru mengarahkan siswa untuk mencari tulisan yang

menggunakan huruf Jawa dalam kehidupan sehari-hari baik yang ada di rumah

Page 77: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 1

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

maupun di sekolah. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu sesuai dengan

indikator pada siklus II pertemuan I. Siswa memperhatikan penjelasan dari guru

tentang kegiatan yang akan dilaksanakan.

Pada kegiatan inti, siswa bersama guru mengulang kembali materi 20

aksara Jawa nglegena. Guru mengulang kembali 20 aksara jawa nglegena, Guru

memberikan permainan tebak 20 aksara jawa. Siswa didiktekan 20 aksara jawa

dan menulis aksara jawanya dengan mencari aksara jawa yang telah ditempel

dipapan planel. Siswa bersama guru mencocokkan hasil permainan, siswa yang

benar semua mendapat reward dari guru. Siswa membentuk kelompok diskusi

dengan anggota 3-4 orang, tiap kelompok memperoleh satu set kartu huruf Jawa.

Kelompok diskusi masing-masing menerima lembar kerja. Siswa bersama guru

membahas soal diskusi, perwakilan tiap kelompok maju menuliskan hasil kerja

masing-masing kelompok di papan tulis. Siswa menulis jawaban yang benar di

buku masing-masing. Guru memberi pemantapan materi kemudian membagi soal

evaluasi. Siswa mengerjakan evaluasi

Sebagai kegiatan penutup, guru membimbing siswa untuk menyimpulkan

tentang apa yang telah mereka lakukan dan pelajari. Siswa kemudian

mengumpulkan hasil kerja kelompoknya. Guru memberikan kesempatan kepada

siswa untuk bertanya apabila ada hal-hal yang kurang jelas. Guru menyampaikan

pesan moral. Guru menutup pembelajaran Bahasa Jawa..

2) Pertemuan II

Pertemuan II dilaksanakan tanggal 04 Maret 2011 dengan materi menulis

huruf, menulis kata, dan menulis kalimat.

Pada kegiatan awal guru meminta salah satu siswa untuk memimpin doa.

Setelah itu guru melakukan presensi. Sebelum memulai pembelajaran guru

memotivasi siswa dengan memberi yel-yel semangat. Guru memberikan apersepsi

dengan menggali pengalaman siswa dalam pertemuan yang lalu dengan beberapa

pertanyaan lisan dan mengkaitkannya dengan materi hari ini. Guru menyampaikan

tujuan pembelajaran yaitu sesuai dengan indikator pada siklus II pertemuan II.

Siswa memperhatikan penjelasan dari guru tentang kegiatan yang akan

dilaksanakan.

Page 78: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 1

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

Pada kegiatan inti, guru mengulang kembali aksara jawa nglegena 20

aksara, siswa diminta maju dua-dua untuk diadakan tanya jawab dan menuliskan

dipapan tulis. Siswa membentuk kelompok heterogen beranggotakan 2 orang,

masing-masing kelompok dibagikan satu set kartu aksara jawa. Guru

membagikan soal yang sama dan dengan jumlah yang sama kepada masing-

masing kelompok. Kelompok diberi waktu 7 menit untuk mengerjakan, kelompok

yang paling banyak mengerjakan dengan benar akan menjadi pemenangnya dan

mendapat reward. Siswa mengerjakan tugas dari guru, menulis menggunakan

aksara Jawa nglegena. Siswa bersama guru membahas tugas. Guru mengulang

kembali materi dan membagikan soal evaluasi. Siswa mengerjakan evaluasi.

Siswa yang mendapat nilai diatas 60 mendapat reward.

Sebagai kegiatan penutup, guru membimbing siswa untuk menyimpulkan

tentang apa yang telah mereka lakukan dan pelajari. Guru memberikan

kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila ada hal-hal yang kurang jelas.

Guru menyampaikan pesan moral. Guru menutup pembelajaran Bahasa Jawa.

Berdasarkan lampiran 13 halaman 114 tentang nilai keterampilan menulis

aksara jawa dapat dibuat tabel 8 distribusi frekuensi sebagai berikut :

Tabel 8 . Distribusi Frekuensi Nilai Menulis Aksara Jawa Siswa Siklus II

No Interval Frekuensi

(fi)

Nilai Tengah

(xi) fi.xi

Persentase

(%)

1 100 – 93 9 96.5 868.5 65

2 92 – 85 0 88.5 0 0

3 84 – 77 0 80.5 0 0

4 76 – 69 1 72.5 72.5 7

5 68 – 61 2 64.5 129 14

6 60 – 53 1 56.5 56.5 7

7 52 – 45 1 49.5 49.5 7

Nilai rata – rata kelas 84

Dari Tabel 8 dapat digambarkan dalam gambar 6 sebagi berikut :

Page 79: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 1

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

45-52 53-60 61-68 69-76 77-84 85-92 93-100

F

R

E

K

U

E

N

S

I

NILAI SISWA

Gambar 6. Grafik Hasil Evaluasi Bahasa Jawa Setelah Menerapkan Model

Quantum Learning Pada Siklus II

Berdasarkan Tabel 8 dan gambar 6 di atas, nilai keterampilan menulis

aksara jawa siswa kelas III SD Negeri 02 Kwangsan pada siklus II mendapat rata

– rata sebesar 84. Siswa yang memperoleh nilai 45-52 sebanyak 1 siswa atau 7%.

Siswa yang memperoleh nilai 53-60 sebanyak 1 siswa atau 7%. Siswa yang

memperoleh nilai 61-68 sebanyak 2 siswa atau 14%. Siswa yang memperoleh

nilai 69-76 sebanyak 1 siswa atau 7%. Siswa yang memperoleh nilai 77-84

sebanyak 0 siswa atau 0%. Siswa yang memperoleh nilai 85-92 sebanyak 0 siswa

atau 0%. Siswa yang memperoleh nilai 93-100 sebanyak 9 siswa atau 65%.

Berdasarkan tabel 8 atau lampiran 13 halaman 114 siswa yang mendapat nilai di

bawah 60 (KKM) yaitu sebanyak 2 siswa atau 14%, dan siswa yang mendapat

nilai sama atau di atas KKM yaitu 12 siswa atau 86%. Hal ini dapat diartikan

bahwa ketuntasan klasikal sebesar 86%. Dan penelitian ini sudah dikatakan

berhasil karena susah sesuai dengan indikator keberhasilan yaitu pada siklus II

Page 80: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 1

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

dapat mencapai ketuntasan belajar sekurang-kurangnya 70% atau ditingkatkan

10% dari siklus I yang hanya 60%.

c. Observasi

Peneliti melakukan pengamatan dan pemantauan terhadap pelaksanaan

tindakan sesuai dengan tujuan penelitian yaitu meningkatkan keterampilan

menulis aksara Jawa nglegena dengan penerapan model Quantum Learning.

Dalam tahap ini peneliti mengadakan kolaborasi dengan guru kelas dalam

melaksanakan pemantauan terhadap pelaksanaan proses pembelajaran yaitu

dengan menggunakan lembar observasi. Observasi dilaksanakan untuk

mendapatkan data mengenai aktivitas peneliti dalam kesesuaian antara rencana

pembelajaran yang disusun dengan pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan.

Selain itu observasi juga dilakukan untuk mengetahui seberapa besar aktivitas

siswa dalam proses pembelajaran untuk dapat meningkatkan keterampilan siswa

kelas III SD Negeri 02 Kwangsan dalam menulis aksara Jawa. Hasil observasi

yaitu dari lampiran 11 halaman 111 tentang observasi kinerja guru yang dapat

dibuat Tabel 9 sebagai berikut:

Tabel 9. Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus II

N

o

Aspek Yang Diamati Nilai Kategori Keterangan

1 Apresepsi 3.5 A Keterangan :

a = baik sekali ( =4 )

b = baik ( < 3 )

c = kurang ( < 2 )

d = kurang sekali

(<1)

2 Penjelasan Materi 4 A

3 Penerapan Model Quantum

Learning 3.5 A

4 Menentukan Nilai 3 B

5 Menyimpulkan Materi 3.5 A

6 Menutup Pembelajaran 4 A

Jumlah Nilai 21.5

Nilai rata-rata 3.6 A

Dari tabel 9 di atas, dapat diperoleh hasil kinerja guru sebagai berikut: 1)

Guru sudah baik dalam mempersiapkan siswa dalam kondisi pembelajaran; 2)

Page 81: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 1

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

Guru dalam menyampaikan materi sudah baik karena cukup jelas dan tidak terlalu

cepat, selain itu guru dalam menyampaikan dengan bahasa yang komunikatif

sehingga mudah dipahami oleh siswa; 3) Guru dalam penerapan tahap-tahap

TANDUR; a) Tanamkan: guru sudah cukup baik dalam menanamkan konsep-

konsep aksara jawa dan membuat siswa memiliki rasa ingin tahu yang besar

terhadap materi yang akan diajarkan, b) Alami: guru sangat baik karena sudah

melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran bahasa jawa, c) Namai: guru

dalam tahap namai sudah cukup baik dalam mengajak siswa memberi nama-nama

aksara jawa secara aktif dan menyenangkan dengan media yang menarik minat

siswa, d) Demonstrasikan: guru dalam tahap ini sudah cukup baik dan dalam

pembagian kelompok diskusi sudah baik karena setiap kelompok tiap pertemuan

sudah dikurangi sehingga menjadi 2 orang tiap kelompok sehingga kelompok

menjadi lebih kondusif, e) Ulangi: guru sudah baik dalam evaluasi karena

pembagian materi soal sudah terlihat jelas, huruf, kata, kalimat, f) Rayakan: guru

tahap rayakan sudah baik dengan pemberian reward baik verbal maupun non

verbal, 4) Guru cukup baik dalam menentukan nilai individu maupun dalam

kelompok, karena mempunyai kriteria yang jelas dan baik; 5) Guru dalam

menyimpulkan materi pembelajaran sudah cukup baik karena melibatkan siswa

dalam pembuatan kesimpulan; 6) Guru dalam menutup pembelajaran sudah baik;

7) Rata-rata hasil observasi kinerja Guru pada pembelajaran siklus II yaitu 3,6

(baik sekali).

Observasi tidak hanya dilaksanakan pada aktivitas peneliti sebagai guru

tetapi juga ditujukan pada siswa pada setiap proses pembelajaran. Adapun hasil

observasi untuk siswa dapat dilihat pada lampiran 12 halaman 112 yang dapat

dibuat Tabel 10 sebagai berikut :

Tabel 10. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II

N

o

Aspek Yang Diamati Nilai Kategori Keterangan

1 Perhatian 2.5 S Keterangan :

R = Rendah ( <2 ) 2 Kerjasama 2 S

Page 82: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 1

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

3 Ketekunan 2.2 S S = Sedang ( <3 )

T = Tinggi ( =3 )

4 Keaktifan 2 S

5 Tanggung Jawab 2.6 S

Jumlah Nilai 11.3

Nilai rata-rata 2.26 S

Dari tabel 10 diperoleh hasil aktivitas siswa sebagai berikut: 1) Siswa sudah

baik dalam memperhatikan penjelasan dari guru, dikatakan demikian karena siswa

menunjukkan rasa senang dan antusias yang cukup baik; 2) Siswa sudah cukup

baik dalam melakukan kegiatan dalam berdiskusi, serta terjalinnya interaksi dan

kerjasama yang baik antar teman satu kelompok diskusi; 3) Kemauan siswa untuk

menerima pelajaran cukup baik terlihat di awal pembelajaran, rasa keingintahuan

dan keantusisan muncul di tengah-tengah pembelajaran, misalnya pada saat

penggunaan kartu huruf dan menjawab soal di papan tulis; 4) Keaktifan siswa

dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan sudah cukup baik; 5) Kreatif dan

inisiatif siswa sudah semakin nampak dengan sudah berani mengungkapkan

pendapat yang ia miliki; 6) Hasrat untuk bertanya masih rendah karena siswa

masih terlihat malu-malu; 7) Tanggung jawab siswa terhadap tugas yang

diberikan baik individu maupun kelompok sudah cukup baik; 8) Siswa sudah

mempunyai kemauan untuk berdiskusi dengan teman kelompok walaupun harus

mendapat banyak bimbingan dari guru; 9) Keaktifan untuk membuat kesimpulan

pelajaran sudah cukup baik; 10) Siswa mempunyai kemauan yang tinggi untuk

menerapkan hasil pelajaran; 11) Siswa cukup sungguh-sungguh dalam

mengerjakan tugas yang diberikan; 12) Rata-rata hasil observasi aktivitas siswa

adalah 2,26 dengan kriteria sedang.

d. Refleksi

Hasil analisis dan diskusi balikan terhadap peningkatan keterampilan

menulis aksara Jawa pada siswa kelas III SD Negeri 02 Kwangsan dengan

menerapkan model Quantum Learning pada siklus II, secara umum telah

Page 83: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 1

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

menunjukkan adanya peningkatan. Kekurangan-kekurangan yang terjadi pada

siklus I dapat diatasi. Hal ini dapat dilihat sebagai berikut:

1) Seluruh siswa mengikuti pembelajaran Bahasa Jawa. Hasil rata – rata klasikal

Bahasa Jawa siswa pada siklus II yaitu 84 ( tabel 8 halaman 88).

2) Berdasarkan tabel 9 pada halaman 66, hasil evaluasi Bahasa Jawa pada siklus

II siswa yang memperoleh nilai ≤ 60 (KKM) ada 2 siswa atau 14% dan siswa

yang memperoleh nilai ≥ 60 (KKM) yaitu 12 siswa atau 86%. Jadi rata-rata

hasil evaluasi Bahasa Jawa pada siklus II yaitu 84 dan siswa yang memperoleh

nilai > 60 (KKM) yaitu 12 siswa atau ketuntasan klasikal 85,71%.

3) Guru sudah mengurangi jumlah anggota kelompok menjadi 2 siswa tiap

kelompok sehingga membuat siswa aktif melakukan kegiatan unjuk kerja dan

tidak bergantung pada anggota lain yang mereka anggap lebih pandai.

4) Guru sudah memberikan beberapa informasi secara tepat dan bertahap,

mengarahkan, dan membimbing kegiatan siswa dalam menemukan jawaban

sehingga pembelajaran lebih efektif dan tidak menghabiskan waktu.

5) Memberikan motivasi kepada siswa misalnya dengan memberikan

penghargaan baik verbal maupun nonverbal.

6) Guru sudah memperbaiki pengelolaan kelas dengan membuat pembelajaran

yang menarik siswa.

Dari hasil penelitian siklus II, maka peneliti mengulas secara cermat bahwa

dilihat dari rata-rata hasil evaluasi Bahasa Jawa siswa dengan menerapkan model

Quantum Learning sudah berhasil. Hal ini ditunjukkan dengan terjadinya

peningkatan keterampilan menulis aksara Jawa pada siswa kelas III SD Negeri 02

Kwangsan. Tetapi apabila dilihat dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) masih

ada 2 siswa yang belum tuntas.

Berdasarkan hasil refleksi siklus II dan melihat hasil evaluasi yang diperoleh

pada masing-masing pertemuan, maka pembelajaran Bahasa Jawa materi menulis

aksara Jawa pada siklus II sudah berhasil karena sudah mencapai target

pencapaian sehingga tidak perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya. Hal ini

menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menerapkan model Quantum Learning

Page 84: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 1

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

dapat meningkatkan keterampilan menulis aksara Jawa pada siswa kelas III SD

Negeri 02 Kwangsan Tahun Pelajaran 2010/ 2011.

D. Deskripsi Hasil Penelitian

Berdasarkan pada pengolahan data yang terdapat pada lampiran 1 halaman

88, dapat dideskripsikan sebagai berikut:

1. Data Hasil Evaluasi Bahasa Jawa Siswa Kelas III Sebelum Digunakan Media

Kartu Huruf.

Dari tabel 3 halaman 82 dan juga daftar nilai yang terdapat pada lampiran 2

halaman 81 dapat diketahui bahwa hasil evaluasi Bahasa Jawa sebelum tindakan

yaitu sebelum diterapkan model Quantum Learning diperoleh rata-rata kelas

sebesar 59.71. Siswa yang memperoleh nilai dibawah 60 (KKM) sebanyak 8

siswa atau sebesar 57% dengan ketuntasan klasikal hanya sebesar 43% dengan

siswa yang memperoleh nilai diatas 60 (KKM) sebanyak 6 siswa. Dengan

demikian nilai rata-rata yang diperoleh siswa yaitu 59.71. Siswa yang mendapat

nilai di bawah 60 (KKM) sebanyak 8 siswa atau 57% dan siswa yang mendapat

nilai di atas 60 (KKM) sebanyak 6 siswa atau 43% .

2. Data Hasil Evaluasi Bahasa Jawa Siswa Kelas III Siklus I

Berdasarkan tabel 5 halaman 53 dan data hasil nilai Bahasa Jawa pada

lampiran 7 halaman 97 nilai keterampilan menulis aksara Jawa, siswa yang

memperoleh nilai dibawah 60 (KKM) sebanyak 5 siswa atau sebesar 36% dengan

ketuntasan klasikal sebesar 64% atau 9 siswa yang mendapat nilai diatas 60

(KKM). Nilai rata-rata dari hasil evaluasi siklus I yaitu 68.5. Siswa yang

mendapat nilai ≤ 60 (KKM) sebanyak 5 siswa atau 36% dan siswa yang mendapat

nilai ≥ 60 (KKM) sebanyak 9 siswa atau 64%.

3. Data Hasil Evaluasi Bahasa Jawa Siswa Kelas III Siklus II

Berdasarkan tabel 8 halaman 62 dan juga lampiran 13 pada halaman 114,

hasil nilai Bahasa Jawa materi keterampilan menulis aksara Jawa, siswa yang

memperoleh nilai dibawah 60 (KKM) sebanyak 2 siswa atau sebesar 14% dengan

Page 85: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 1

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

ketuntasan klasikal sebesar 86% atau 12 siswa yang mendapat nilai diatas 60

(KKM). Nilai rata-rata dari hasil evaluasi siklus II yaitu 84. Siswa yang mendapat

nilai ≤ 60 (KKM) sebanyak 2 siswa atau 14% dan siswa yang mendapat nilai ≥ 60

(KKM) sebanyak 12 siswa atau 86%.

E. Pembahasan Hasil Penelitian

Dengan melihat dari hasil penelitian di atas, dapat dijelaskan perhitungan

rata-rata nilai dan ketuntasan belajar siswa yang dapat menunjukkan peningkatan

keterampilan siswa dalam menulis aksara Jawa setelah mendapatkan

pembelajaran Bahasa Jawa dengan menerapkan model Quantum Learning.

Peningkatan terlihat dari sebelum tindakan dan setelah tindakan yaitu siklus I dan

siklus II yang masing-masing siklus terdiri atas 2 pertemuan. Hal tersebut dapat

dilihat pada tabel 13, sebagai berikut:

Tabel 13. Nilai Rata-Rata Hasil Evaluasi Bahasa Jawa dan Prosentase Ketuntasan

Klasikal Sebelum Tindakan, Siklus I dan Siklus II.

Kriteria

Ketuntasan

Minimum

(KKM)

Nilai Rata-rata Persentase (%)

Sebelum

Tindakan Siklus I Siklus II

Sebelum

Tindakan Siklus I Siklus II

60 58.71 68.5 84 43 64 86

Berdasarkan perhitungan nilai rata-rata pada tabel 13, siswa yang

memperoleh nilai ≥ 60 (KKM) menunjukkan adanya peningkatan. Hal ini

merefleksikan bahwa pembelajaran Bahasa Jawa yang dilaksanakan guru

dinyatakan berhasil, karena secara klasikal menunjukkan adanya peningkatan nilai

yang berarti, ada peningkatan keterampilan menulis aksara Jawa dengan

menerapkan model Quantum Learning pada siswa kelas III SD Negeri 02

Kwangsan Kecamatan Jumapolo Kabupaten Karanganyar.

Dari Tabel 13 diatas dapat digambarkan menjadi gambar 7 sebagai berikut :

Page 86: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 1

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

Gambar 7. Grafik Peningkatan Nilai Rata-rata Keterampilan Menulis Aksara

Jawa dan Ketuntasan setiap Siklus

Selain dari hasil tes, hasil observasi terhadap kinerja guru dan siswa secara

klasikal juga mengalami peningkatan. Secara jelas, berikut adalah hasil nilai

observasi terhadap kinerja guru dan aktivitas siswa pada siklus I dan siklus II.

Tabel 14. Nilai Rata-Rata Hasil Observasi Kinerja Guru dan Aktivitas

Siswa Selama Pembelajaran Tiap Siklus

Observasi Kinerja Guru Observasi Aktivitas Siswa

Siklus I Siklus II Siklus I Siklus II

28,5 : 11 = 2,59 39 : 11 = 3,54 8,2 : 5 = 1,64 11,3 : 5 = 2,26

Dari Tabel 14 diatas dapat digambarkan menjadi gambar 8 sebagai berikut :

0

20

40

60

80

100

Nilai Rata - rata Pemahaman Konsep Prosentase Ketuntasan

sebelum tindakan Siklus I Siklus II

Page 87: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 1

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

Dari tabel 14 di atas terlihat bahwa kinerja guru pada siklus I mendapat nilai

hanya 2,59 yang kemudian meningkat pada siklus II menjadi 3,54. Sedangkan

aktivitas siswa yang semula hanya 1,64 meningkat menjadi 2,26. Hal ini

menunjukkan adanya peningkatan kinerja guru dan aktivitas siswa selama

pelajaran menulis aksara Jawa berlangsung pada siklus I dan siklus II. Dari tabel

14 terlihat adanya peningkatan pada kinerja guru dan aktivitas siswa. Walaupun

peningkatannya tidak begitu signifikan, penulis yakin jika penelitian ini

dilaksanakan dalam jangka waktu yang cukup lama secara terus-menerus akan

memperlihatkan hasil yang signifikan. Mengingat bahwa dalam penelitian ini,

kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan hanya empat kali pertemuan.

Hambatan-hambatan yang ditemui pada masing-masing siklus berbeda-

beda, antara lain: pada siklus I hambatan yang dijumpai adalah guru masih belum

dapat menyampaikan materi dengan jelas dan kurang dapat dipahami oleh siswa

karena terlalu cepat dalam menjelaskan, guru kurang memberikan motivasi baik

pada individu maupun kelompok sehingga siswa masih belum berani dalam

menjawab pertanyaan atau mengungkapkan gagasannya dalam kelompok, guru

kurang bisa mengkondisikan siswa kearah pembelajaran yang lebih kondusif salah

satunya dalam pembagian kelompok masing terlalu besar yaitu 4-5 siswa tiap

kelompok yang membuat siswa malas cenderung menggantungkan diri pada siswa

yang mereka anggap lebih pandai dan tidak mau melakukan kegiatan diskusi.

Upaya untuk mengatasi hambatan yang ada pada siklus I yang dilaksanakan

di siklus II dalam upaya perbaikan adalah memberikan beberapa informasi secara

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

3.5

4

Observasi Kinerja Guru Observasi Aktivitas Siswa

sebelum tindakan Siklus I

Page 88: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 1

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

tepat dan bertahap, mengarahkan, dan membimbing kegiatan siswa dalam

menemukan jawaban, mengubah jumlah anggota dalam kelompok dari 4 orang

menjadi 2 orang pada masing-masing kelompok agar pembelajaran lebih kondusif

dan memberikan motivasi berupa penghargaan baik secara verbal maupun

nonverbal kepada siswa agar mereka lebih berani lagi dalam menyampaikan

pendapat. Pembelajaran pada siklus II sudah berhasil sehingga tidak ada hambatan

yang berarti.

Dengan demikian dapat diketahui bahwa salah satu upaya untuk

meningkatkan keterampilan menulis huruf Jawa pada mata pelajaran bahasa Jawa

pada siswa kelas III SD Negeri 02 Kwangsan Tahun Pelajaran 2010/2011 yaitu

dengan menerapkan model Quantum Learning. Hal ini karena dengan penerapan

model Quantum Learning untuk pembelajaran sangat baik karena selain dengan

konsep yang dijunjung yaitu konsep TANDUR model Quantum Learnign

menekankan pada pembelajaran yang menyenangkan, membebaskan siswa

berekspresi, berkreasi yang dalam pelaksanaannya anak dibawa pada kondisi

pembelajaran yang mereka inginkan dan butuhkan sehingga pembelajaran terasa

sangat menyenangkan. Jadi pembelajaran dengan menerapkan model Quantum

Learning dapat meningkatkan keterampilan menulis aksara Jawa pada siswa kelas

III SD Negeri 02 Kwangsan Kecamatan Jumapolo Kabupaten Karanganyar.

Page 89: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 1

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua

siklus tersebut di atas, ternyata hipotesis yang dirumuskan telah terbukti

kebenarannya. Dengan menerapkan model Quantum Learning dapat

meningkatkan keterampilan menulis aksara Jawa pada siswa kelas III SD Negeri

02 Kwangsan Kecamatan Jumapolo Kabupaten Karanganyar tahun ajaran Tahun

Pelajaran 2010/2011. Hal ini terbukti pada kondisi awal sebelum dilaksanakan

tindakan nilai rata-rata siswa 58,2 dengan persentase ketuntasan klasikal sebesar

42,8%, siklus I nilai rata-rata kelas 68,43 dengan persentase ketuntasan klasikal

sebesar 64,28% dan siklus II nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 86,36 dengan

persentase ketuntasan klasikal sebesar 85,71%. Penerapan pembelajaran dengan

menggunakan model Quantum Learning dapat dilaksanakan untuk meningkatkan

kualitas pembelajaran Bahasa Jawa di kelas III sehingga dapat meningkatkan

keterampilan siswa dalam menulis huruf aksara Jawa.

B. Implikasi

Penerapan pembelajaran dan prosedur dalam penelitian ini didasarkan

pada pembelajaran dengan menggunakan model Quantum Learning dalam

pelaksanaan pembelajaran Bahasa Jawa. Model yang dipakai dalam penelitian ini

adalah model siklus yaitu terdiri dari dua siklus. Siklus I dilaksanakan pada

tanggal 07 sampai 19 Mei Pebruari 201 dan Siklus II dilaksanakan pada tanggal

21 Pebruari sampai 205 Maret 201. Adapun indikatornya adalah sebagai berikut:

(1) Menulis huruf aksara jawa nglegena, (2) Menulis kata, (3) Menulis kalimat.

Dalam setiap pelaksanaan siklus terdapat empat langkah kegiatan, yaitu

perencanaan tindakan, pelaksanaaan, observasi dan refleksi. Kegiatan ini

dilaksanakan berdaur ulang, sebelum melaksanakan tindakan dalam setiap siklus

perlu adanya perencanaan dengan memperhatikan keberhasilan siklus

sebelumnya. Tindakan dalam setiap siklus dapat meningkatkan kualitas

Page 90: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 1

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

pembelajaran. Hal ini berdasar pada analisis perkembangan dari pertemuan satu

ke pertemuan berikutnya dalam satu siklus dan dari analisis perkembangan

peningkatan proses dalam siklus I sampai siklus II.

Berdasarkan hasil penelitian di atas terbukti bahwa penerapan model

Quantum Learning dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis aksara

Jawa. Sehubungan dengan penelitian ini maka dapat dikemukakan implikasi hasil

penelitian sebagai berikut:

1. Implikasi Teoritis

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan

menerapkan model Quantum Learning dapat meningkatkan keterampilan menulis

siswa pada materi aksara jawa, hal itu dapat ditinjau dari hal-hal sebagai berikut.

Dalam menyajikan materi pelajaran, guru harus dapat memilih model

pembelajaran yang tepat agar siswa bisa dan mampu menguasai konsep-konsep

materi dalam pembelajaran dengan baik. Pembelajaran dengan menerapkan model

Quantum Learning dapat meningkatkan keterampilan menulis pada materi aksara

jawa karena pembelajaran ini melibatkan relasi antara guru dengan siswa serta

siswa dengan siswa, siswa diberi kebebasan untuk berekspresi, berkreasi, dan

membuat pembelajaran efektif dan menyenangkan.

Di dalam proses pembelajaran, pemberian motivasi pada siswa sangat

penting. Motivasi diberikan agar siswa mempunyai rasa percaya diri yang baik

selain itu agar supaya siswa dapat belajar dengan baik sehingga siswa mempunyai

keinginan untuk berpikir, memusatkan perhatian, dan melaksanakan kegiatan

yang menunjang dalam proses pembelajaran. Motivasi dapat ditanamkan pada diri

siswa dengan memberikan latihan-latihan, memberikan kesempatan untuk

berpartisipasi dalam proses pembelajaran dan memberikan penghargaan terhadap

keberhasilan siswa dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Pentingnya

penerapan model Quantum Learning dalam pembelajaran terbukti dapat

menciptakan suasana belajar yang efektif dan menyenangkan sehingga terjalin

hubungan yang hangat dan bersahabat antara siswa dengan guru. Selain itu

penerapan model Quantum Learning juga mampu meningkatkan kreativitas dan

kerja sama kelompok.

Page 91: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 1

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91

Prosentase keterampilan siswa dalam menulis aksara jawa dan sikap siswa

meningkat. Hal ini terbukti adanya peningkatan keberanian siswa dalam

mengungkapkan pendapatnya dalam kelompok, interaksi dengan guru maupun

siswa lain, kemauan kerjasama kelompok meningkat, mampu mendemonstrasikan

hasil diskusi dengan baik, inisiatif dan kreativitas meningkat serta mampu

menyelesaikan soal dengan baik. Dengan partisipasi siswa dalam pembelajaran

yang meningkat, kondisi kelas menjadi lebih kondusif dan pada akhirnya

keterampilan menulis aksara jawa pada siswa kelas III SD Negeri 02 Kwangsan

meningkat.

Pembelajaran dengan menggunakan model Quantum Learning secara tepat

akan meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis aksara jawa nglegena.

2. Implikasi Praktis

Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh guru untuk menentukan model

pembelajaran yang tepat sehingga dapat meningkatkan kualitas proses belajar

mengajar sehubungan dengan tujuan yang akan dicapai oleh siswa SDN 02

Kwangsan.

Berdasarkan temuan dan pembahasan hasil penelitian yang telah

dijelaskan pada bab IV di atas, maka penelitian ini dapat digunakan dan

dikembangkan oleh guru yang menghadapi masalah yang berkaitan dengan

masalah sejenis ataupun sebagai acuan dalam menerapkan model quantum

learning untuk memecahkan masalah pada pembelajaran yang lain yang pada

umumnya dimiliki oleh sebagian besar siswa. Adanya kendala yang dihadapi

dalam pembelajaran Bahasa Jawa melalui penggunaaan model quantum learning

harus diatasi semaksimal mungkin. Oleh karena itu keaktifan, kreativitas, motivasi

dan kemampuan sangat mendukung keberhasilan pembelajaran khususnya Bahasa

Jawa.

C. Saran

Sesuai dengan implikasi dan hasil penelitian, maka ada beberapa saran

yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan antara lain:

1. Bagi Sekolah

Page 92: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 1

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

92

Hendaknya sekolah meningkatkan kualitas pembelajaran dengan

mengupayakan pelatihan bagi guru untuk dapat mendukung pelaksanaan

pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan

harapan.

2. Bagi Guru

a) Sebaiknya guru meningkatkan kompetensi keprofesionalannya dengan

merancang model pembelajaran yang kreatif dan inovatif sehingga

siswa menjadi lebih tertarik dan pembelajaran akan menjadi lebih

kondusif dan bermakna. Hal ini membuat siswa tidak mudah bosan dan

tetap termotivasi untuk mengikuti proses pembelajaran yang pada

akhirnya dapat meningkatkan keterampilan menulis pada materi setiap

pelajaran.

b) Dalam penyampaian materi guru hendaknya menggunakan media yang

sesuai karena dapat memberikan kemudahan terhadap peserta didik

untuk lebih memahami konsep, prinsip, sikap, dan keterampilan tertentu,

serta mampu memberikan pengalaman yang berbeda dan bervariasi

sehingga merangsang minat peserta didik sehingga pembelajaran akan

lebih bermakna.

c) Guru hendaknya mengupayakan tindak lanjut terhadap pembelajaran

dengan menggunakan model Quantum Learning pada pembelajaran

yang akan dilaksanakan.

3. Bagi Siswa

Siswa diharapkan untuk lebih mencintai dan melestarikan Aksara

Jawa sebagai bagian dari kebudayaan daerah sekaligus merupakan akar

kebudayaan nasional.

4. Bagi Peneliti Lain

Peneliti yang hendak mengkaji permasalahan yang sama hendaknya

lebih cermat dan lebih mengupayakan pengkajian teori-teori yang berkaitan

dengan pembelajaran yang menggunakan model Quantum Learning guna

melengkapi kekurangan yang ada serta sebagai salah satu alternatif dalam

meningkatkan keterampilan menulis siswa terhadap materi aksara Jawa

Page 93: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 1

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

93

yang belum tercakup dalam penelitian ini agar diperoleh hasil yang lebih

baik.