repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45722/1/ningrum...repository.uinjkt.ac.idauthor:...

101
SALAWAT NABI ANTARA TEKS DAN PRAKTEK (SKRIPSI) Disusun untuk memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag.) Oleh: Ningrum Lestari NIM: 1112034000090 PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440 H/2019 M

Upload: others

Post on 12-Sep-2019

26 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45722/1/NINGRUM...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Ningrum LestariPublish Year: 2019

SALAWAT NABI ANTARA TEKS DAN PRAKTEK

(SKRIPSI)

Disusun untuk memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Agama (S.Ag.)

Oleh:

Ningrum Lestari

NIM: 1112034000090

PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1440 H/2019 M

Page 2: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45722/1/NINGRUM...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Ningrum LestariPublish Year: 2019
Page 3: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45722/1/NINGRUM...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Ningrum LestariPublish Year: 2019

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul “ Salawat Nabi Antara Teks dan Praktek ” telah diajukan

dalam sidang Munaqasyah Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta pada tanggal 15 Mei 2019. Skripsi ini telah diterima sebagai

salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Agama (S.Ag) pada Program Studi Ilmu

Al-Qur’an dan Tafsir.

Page 4: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45722/1/NINGRUM...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Ningrum LestariPublish Year: 2019
Page 5: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45722/1/NINGRUM...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Ningrum LestariPublish Year: 2019

i

ABSTRAK

Ningrum Lestari

“SALAWAT NABI ANTARA TEKS DAN PRAKTEK”

Penelitian ini membahas hadis-hadis marfu tentang salawat dan

keutamaannya, serta membahas lebih jauh kaitan antara teks salawat dan

konteksnya. Penelitian ini menggunakan metode studi pustaka dengan mencari

hadis-hadis tentang salawat dan keutamaannya, kemudian ditakhrij dengan

metode taḥrīj Mahmūd al-Ṭaḥḥān, kemudian dilakukan analisis dengan

menggunakan metode Ali Mustafa Yaqub dalam memahami hadis, yaitu:

mengumpulkan semua riwayat hadis dalam tema yang sama (telah dijelaskan

dalam sumber data), kemudian memilah hadis yang jelas petunjuknya dan tidak

jelas petunjuknya, menafsirkan hadis yang tidak jelas maknanya dengan hadis

yang tidak jelas maknanya berdasarkan kaidah: “Lafadz yang jelas dapat

menafsirkan lafaz yang tidak jelas.

Selain itu juga dilakukan analisa fiqh al-ḥadīts dengan menggunakan

beberapa metode Yusuf al-Qaraḍāwī, yaitu: ta’kīd min madlūlāt alfādz al-hadīts

(memastikan petunjuk dari lafaz hadis), al-Tafrīq bain al-ḥaqīqah wa al-majāz

(membedakan lafaz yang hakiki dan majaz), dan fahm al-aḥādīts fi ḍauʽi asbābihā

wa mulābasatihā wa maqāsidiha (memahami hadis dalam lingkup sebabnya,

penggunaannya dan tujuannya.

Penelitian ini menunjukkan bahwa salawat kepada Nabi dan keutamaannya

berkaitan erat dengan situasi dan latar belakang kejadiannya. Hal ini menguatkan

pendapat Yusuf al-Qaraḍāwī bahwa sebuah hadis tidak bisa dilepaskan dari situasi

dan latar belakang kemunculannya. Hadis tentang salawat dan keutamaannya ini

berkaitan erat dengan kegiatan-kegiatan yang bersifat umum maupun khusus yang

dilakukan Nabi atau pun sahabat pada masa itu.

Penelitian ini juga menunjukkan bahwa salawat tidak hanya dibacakan

untuk Rasulullah Saw saja. Tapi juga boleh diperuntukkan manusia biasa. Begitu

juga dengan redaksi salawat, siapa pun bisa dan boleh menggubah redaksi salawat

sendiri asalkan tidak menghilangkan komponen wajib dalam bersalawat.

Sebagaimana praktek tradisi bersalawat dalam majelis taklim dan pengajian,

misalnya salawat Nariyah, salawat Asyghil dan lainnya.

Terkait keutamaan salawat dalam hadis, secara umum hanyalah bersifat

majazi. Bilangan-bilangan yang menunjukkan pahala salawat adalah hanya sebuah

majaz untuk menunjukkan keagungan pahala membaca salawat Nabi Muhammad

Saw.

Kata kunci: Hadis, salawat, keutamaan.

Page 6: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45722/1/NINGRUM...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Ningrum LestariPublish Year: 2019

ii

KATA PENGANTAR

Aku adalah debu tanah

di atas jalan Muhammad Sang Terpilih

---Jalaluddin Rumi (604/1207-672/1273)

Di atas Arasy, di puncak-puncak, nama Muhammad

ditulis sebagai mantra,

Di atas pepohonan, di atas daun demi daun,

Nama Muhammad ditulis sebagai mantra

---Puisi Abad Ke-18 dari Lembah Indus

Alhamdulillāh Rabb al-‘Ālamīn, segala puji dan sujud syukur kehadirat

Allah Swt seru sekalian alam, yang tiada sekutu bagi-Nya, tiada beranak dan tiada

diperanakkan. Maha Besar Allah yang telah menciptakan bumi manusia yang

indah dan subur tempat kita hidup mencari makan, bercocok tanam dan

berkampung halaman.

Maha Kuasa Allah juga yang telah membentangkan langit biru yang indah

dan bintang-bintang gemerlapan laksana atap kita bernaung diri. Berhiaskan bulan

di angkasa raya, diperlengkapi pula dengan matahari yang memancarkan

cahayanya, penuh manfaat bagi semua makhluk di seluruh alam semesta ini. Sang

Pencipta yang telah memberikan memberikan taufiq, hidayah dan inayah-Nya.

Sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dalam bentuk skripsi dengan

judul: “ Salawat Nabi antara Teks dan Praktek ”.

Shalawat dan salam semoga senantiasa dicurahkan kepada junjungan kita

dan kekasih kita, Nabi Muhammad Saw, ayahandanya Sayyidah Fatimah az-Zahra

yang mulia. Beliau diutus oleh Allah Swt untuk mengajarkan manusia tentang

akhlak mulia. Rasul pilihan yang membawa cahaya kesadaran agama, dengan

ilmu pengetahuan, agar manusia menjadi hamba yang sholeh dan sholehah,

mengabdi kepada-Nya.

Untaian salam takzim, semoga selalu dilimpahkan kepada Keluarga mulia

Nabi Muhammad Saw, para sahabat Nabi dan seluruh pengikutnya sampai akhir

zaman, yang telah sungguh-sungguh berjuang total dalam mengembangkan

ajaran-ajaran Rasululah Saw sampai di bumi Indonesia. Dan semoga kelak kita

mendapatkan syafa’at dari Rasulullah Saw. Amin

Page 7: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45722/1/NINGRUM...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Ningrum LestariPublish Year: 2019

iii

Wahai hati, sampaikan Salawat kepadanya dengan mata menghitam,

Pada Hari Kebangkitan, Dia akan menjadi penolongmu dalam ketakutan.

Muncul berbagai hambatan selama penulis menjalani studi hingga

akhirnya dapat menyelesaikan skripsi ini. Terasa ringan berkat pertolongan,

bantuan, motivasi dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis ingin

menyampaikan penghargaan dan penghormataan yang setinggi-tingginya dengan

takzim dan rendah hati, menghaturkan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada:

1. Prof. Dr. Hj. Amany Lubis, Lc., MA, sebagai Rektor Universitas Islam

Negeri UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Dr. Yusuf Rahman, MA, sebagai Dekan Fakultas Ushuluddin

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Ibunda Dr. Lilik Ummi Kaltsum, MA, sebagai Ketua Jurusan Ilmu Al-

Qur’an dan Tafsir dan Dra. Banun Bina Ningrum, M.Pd, selaku

Sekretaris Jusuan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Kyai Rifqi Muhammad Fatkhi, MA, sebagai Dosen

Pembimbing dalam penulisan skripsi ini, yang telah bersedia

meluangkan waktu, memberikan arahan, motivasi, kebaikan dan

petunjuknya kepada penulis dengan ikhlas demi keberhasilan penulis.

5. Seluruh dosen Fakultas Ushuluddin yang dengan ketabahan hati dan

kesabarannya telah mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan dan

uswatun kasanah-nya kepada penulis selama menempuh pendidikan di

Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Kepada kedua orang tua penulis, yakni Ayahanda Haji Linan bin

Masim, Ibunda Ayanti, Ibunda Imamah Ruqayyah selaku Mertua

penulis, ananda haturkan banyak terima kasih atas do’a suci dan

pengorbanannya yang selalu diberikan kepada penulis. Semoga Allah

Swt berkenan memberikan keberkahan dan usia yang panjang.

Dan kepada suami tersayang, Dinno Munfaizin Imamah, putri tercinta

Prajnaparamitha al-Kubro yang sering ditinggal pergi-pergi. Serta

kepada kakak Novi Amalia, Lia, Abdul Lathief dan adik tercinta Faiz.

Page 8: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45722/1/NINGRUM...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Ningrum LestariPublish Year: 2019

iv

7. Kepada teman-teman seperjuangan Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

Angkatan 2012 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yaitu Zulfa, Lia, Aas,

Nia, Ala, juga Alvin dan teman-teman lainnya. Semoga Allah Swt,

selalu memberikan waktu kita untuk mempererat tali persahabatan

dalam menjalankan firman-firman-Nya.

8. Kepada seluruh pimpinan dan guru-guru penulis selama belajar di

Pondok Pesantren Darut Al-Taqwa, Bogor, Jawa Barat.

9. Dan tak lupa semua pihak yang selalu mengingatkan penulis untuk

menyelesaikan tugas akhir ini.

Penulis berharap, semoga karya tulis ini menjadi sebuah refleksi dan dapat

memberikan sumbangan keilmuan, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi

pembaca yang berminat dengan karya ini. Semoga harapannya karya tulis ini

dapat dijadikan amal shaleh bagi penulis, Āmīn Yā Rabbal-‘Ālamīn.

Akhirnya penulis gumamkan sebuah doa untuk menggapai keinginan kita

“secepat api”. Bunyinya sebagai berikut:

Ya Allah, limpahkan salawat yang sempurna kepada junjungan kami,

Muhammad, yang olehnya segala kesulitan terpecahkan. Segala kesedihan

terhiburkan, segala masalah terselesaikan, yang melaluinya, hal yang diinginkan

bisa dicapai, dan yang dari air mukanya yang mulia awan menurunkan hujan,

dan berkahilah keluarganya dan sahabat-sahabatnya.

Aku merampungkannya di waktu yang diberkahi di bulan suci, Beribu

salawat untuk Muhammad Sang Nabi. Shollu alannabiy

Ciputat, 22 Mei 2019

Penulis

Ningrum Lestari

NIM: 1112034000090

Page 9: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45722/1/NINGRUM...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Ningrum LestariPublish Year: 2019

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK ........................................................................................................i

KATA PENGANTAR ......................................................................................ii

DAFTAR ISI .....................................................................................................v

PEDOMAN TRANSLITERASI .....................................................................vii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ..............................................................1

B. Identifikasi Masalah ....................................................................7

C. Pembatasan Masalah ..................................................................8

D. Perumusan Masalah .....................................................................8

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ....................................................8

F. Kajian Pustaka .............................................................................9

G. Metodologi Penelitian .................................................................12

H. Sistematika Penulisan ..................................................................15

BAB II LANDASAN HUKUM SALAWAT DAN BERBAGAI

DEFINISINYA

A. Landasan Hukum Salawat. .......................................................... 17

B. Definisi Bahasa, Penggunaan dan Istilah .................................... 19

BAB III PEMAHAMAN HADIS RAGAM REDAKSI SALAWAT

DAN KEUTAMAANNYA

A. Redaksi Salawat dalam hadis ...................................................... 33

1. Redaksi Salawat yang Diajarkan Rasulullah SAW .............. 33

a. Menggunakan redaksi “āli Muḥammad” ......................... 33

b. Menggunakan redaksi “azwājihi wa dzurrīyyatihi” ........ 35

Page 10: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45722/1/NINGRUM...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Ningrum LestariPublish Year: 2019

vi

c. Menggunakan redaksi “al-nabīy al-ummīy” .................... 37

d. Menggunakan redaksi “ʽabdika wa rasūlika” ................. 38

e. Menggunakan redaksi “wa anzilhu al-maqʽad

al-muqarrab ʽindaka” ...................................................... 39

2. Redaksi Salawat yang Diucapkan Sahabat ........................... 42

a. Redaksi Salawat yang Dibuat oleh Sahabat Badui .......... 42

b. Redaksi Salawat yang Dibuat oleh Ibn Masʽūd .............. 43

B. Redaksi Keutamaan Salawat ....................................................... 45

C. Ancaman bagi Orang yang Tidak Bersalawat ............................. 51

D. Memahami Teks Keutamaan Salawat ......................................... 54

1. Memahami Lafaz Hadis ....................................................... 55

2. Siyāq al Kalām ..................................................................... 60

E. Penggunaan Salawat pada Masa Rasulullah Saw. ....................... 63

F. Peruntukan Salawat pada Masa Rasulullah Saw. ........................ 69

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ..................................................................................76

B. Saran-Saran..................................................................................76

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................78

LAMPIRAN ......................................................................................................82

A. Lampiran I: Redaksi Salawat ..................................................................82

B. Lampiran II: Keutamaan Salawat ...........................................................84

C. Lampiran III: Ancaman Bagi yang Tidak Bersalawat ............................85

D. Lampiran IV: Penggunaan dan Peruntukan Salawat ...............................86

Page 11: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45722/1/NINGRUM...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Ningrum LestariPublish Year: 2019

vii

PEDOMAN TRANSLITERASI

Transliterasi Arab-Latin yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini

berpedoman pada Standar Bahasa Arab (Romanization of Arabic) yang pertama

kali diterbitkan pada tahun 1991 dari American Library Association (ALA) dan

Library Congress (LC).

A. Padanan Aksara

Berikut adalah daftar aksra Arab dan padanannya dalam aksara latin:

Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan

- - alif ا

ba’ b be ب

ta’ t te ت

tsa’ ts te dan es ث

jim J je ج

ha’ ḥ ha (dengan titik di bawah) ح

kha’ kh ka dan ha خ

dal d de د

dzal dz de dan zet ذ

ra’ r er ر

zai z zet ز

sin s es س

syin sy es dan ye ش

shad ṣ es (dengan titik di bawah) ص

dhad ḍ de (dengan titik di bawah) ض

tha’ ṭ te (dengan titik di bawah) ط

zha’ ẓ zet (dengan titik di bawah) ظ

ain ‘ koma terbalik di atas‘ ع

Page 12: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45722/1/NINGRUM...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Ningrum LestariPublish Year: 2019

viii

gain gh ge dan ha غ

fa’ f ef ف

qaf q qi ق

kaf k ka ك

lam l el ل

mim m em م

nun n en ن

wawu w we و

ha’ h ha ه

hamzah ’ apostrof ء

ya’ Y ye ي

B. Vokal

1. Vokal Tunggal

kasrah ditulis i ـ

fathah ditulis a ـ

dhammah ditulis u ـ

2. Vokal Rangkap

Fathah + Ya’ Mati ditulis ai

ditulis bainakum بينكم

Fathah + Wawu Mati ditulis au

ditulis Qaulūn قولون

Page 13: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45722/1/NINGRUM...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Ningrum LestariPublish Year: 2019

ix

3. Vokal Panjang

Fathah + Alif ditulis ā

ditulis jāhiliyyah جاهلية

Fathah + Ya’ Mati ditulis ā

ditulis Yas‘ā يسعى

Kasrah + Ya’ Mati ditulis ī

ditulis Karīm كرمي

Dhammah + Wawu Mati ditulis ū

ditulis Furūḍ فروض

4. Konsonan Rangkap karena Syaddah ditulis dirangkap:

ditulis ‘iddah عدة

5. Kata Sandang

Kata sandang, dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan huruf yaitu

dialihaksarakan menjadi “al”, baik itu diikuti huruf syamsiyyah maupun

qamariyyah. Contoh: al-Rijāl bukan ar-Rijāl, al-Dīn bukan ad-Dīn.

C. Singkatan

Swt. = Subḥānahu wa Ta’ālā

Saw. = Ṣalla Allāh ‘alaih wa sallama

Ra. = Raḍiya Allāh ‘anhu

QS. = al-Qur’an Surat

HR. = Hadis Riwayat

M. = Tahun Masehi

H. = Tahun Hijriyah

W. = Tahun Wafat

Page 14: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45722/1/NINGRUM...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Ningrum LestariPublish Year: 2019

x

h. = Halaman

b. = Bin/ Ibn

bt. = Binti

ed. = Editor

Cet. = Cetakan

T.tp. = Tanpa tempat penerbit

T.pn. = Tanpa penerbit

T.t. = Tanpa tahun

no. = Nomor

Page 15: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45722/1/NINGRUM...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Ningrum LestariPublish Year: 2019

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ibn Ḥajar al-Asqalānī (w. 852 H) menyebutkan bahwa para ulama tidak satu

kata dalam memberikan hukum membaca salawat. Ibn Ḥajar membagi perdebatan

hukum salawat ini menjadi sepuluh kelompok.1 Kelompok pertama menyatakan

bahwa hukum membaca salawat adalah sunnah. Salah satu ulama yang

mendukung pendapat ini adalah Ibn Jarīr al-Ṭabarī. Al-Ṭabarī menyebutkan

bahwa pendapat ini sudah menjadi kesepakatan para ulama. Kedua, pendapat yang

menyebutkan bahwa hukum salawat adalah wajib tanpa ada batasan apapun. Salah

satu pendukung pendapat ini adalah Ibn al-Qiṣār. Ketiga, pendapat Abū Bakr al-

Razī, salah satu ulama hanafiyah, dan Ibn Ḥazm yang menyebutkan bahwa hukum

salawat adalah wajib, sebagaimana wajibnya kalimat tauhid, yang harus

diucapkan pada waktu melakukan shalat wajib dan shalat sunnah. Pendapat ini

juga didukung oleh al-Qurṭūbī dan Ibn ʽAṭiyyah.

Keempat, pendapat Imam al-Syafiʽī dan para pengikutnya, yang menyebutkan

bahwa hukum salawat adalah wajib, namun hanya pada waktu duduk di akhir

shalat (duduk tahiyyat akhir), antara ucapan tasyahud dan salam. Kelima,

pendapat al-Syaʽbī dan Isḥāq ibn Rahawaih, yang menyebutkan bahwa hukum

salawat adalah wajib pada saat tasyahud shalat. Keenam, pendapat Abu Jaʽfar al-

Bāqir yang menyatakan bahwa hukum salawat adalah wajib pada saat shalat tanpa

batasan. Sehingga dalam pendapat ini salawat bisa dibaca kapanpun, asalkan

1 Ibn Ḥajar al-Asqalānī, Fatḥ al-Bārī Syarḥ Ṣaḥiḥ al-Bukharī, (Beirut: Dār al-Fikr, T.T), j.

11, h. 152.

Page 16: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45722/1/NINGRUM...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Ningrum LestariPublish Year: 2019

2

dalam keadaan shalat. Ketujuh, pendapat Abū Bakr ibn Bukair, ulama

Malikiyyah, yang menyebutkan bahwa diwajibkan memperbanyak salawat tanpa

batasan jumlah. Kedelapan, pendapat Imam al-Ṭaḥāwī, Ibn ʽAraby, al-

Zamakhsyari dan beberapa ulama lain, yang menyebutkan bahwa diharuskan

membaca salawat saat nama Rasulullah Saw. disebutkan, ini sebagai bentuk

kehati-hatian. Jadi saat ada yang menyebut nama Rasul Saw. kita diharuskan

untuk membaca salawat. Kesembilan, pendapat al-Zamakhsyarī, yang

menyebutkan bahwa wajib membaca salawat satu kali di setiap majelis, walaupun

dalam majelis itu, kita sering menyebut nama Rasul Saw. berulang-ulang.

Kesepuluh, membaca salawat diwajibkan dalam setiap doa yang kita panjatkan,

hal ini juga disebutkan oleh al-Zamakhsyarī.2

Perbedaan pendapat ini dipengaruhi oleh hadis-hadis yang dijadikan sebagai

rujukan. Al-Ityūbi (l. 1366 H)3 misalnya, menyebutkan bahwa ia lebih

menguatkan pendapat yang kedelapan (wajib saat disebutkan nama Rasul Saw.)

karena didukung oleh sebuah hadis riwayat Abū Hurairah. Dalam hadis tersebut

disebutkan bahwa Rasul Saw. bercakap-cakap dengan seorang laki-laki yang

merupakan perwujudan dari Jibril. Saat itu Jibril berkata kepada Rasul Saw.,

bahwa jika ada orang yang mendengar nama Rasul Saw. disebut, namun ia tidak

bersalawat kepada Rasul, maka ketika ia meninggal dunia, ia masuk neraka.4 Al-

Ityūbī berpendapat bahwa ancaman neraka yang diberikan oleh Jibril dan

diaminkan oleh Rasul menunjukkan bahwa hal itu akan diberikan kepada orang

2 Al-Asqalānī, Fatḥ al-Bārī, j. 11, h. 152-153.

3 Muhammad ibn ʽAlī ibn Adam al-Ityūbī, Dakhīrah al-Uqbā fi Syarḥ al-Mujtabā, (T.tp:

Dār Alī Barūm, 2003), j. 15, h. 149. 4 Hadis ini bisa ditemukan dalam Muhammad ibn Ḥibbān, Ṣaḥīḥ Ibn Hibbān, (Beirut:

Muassasah al-Risālah, 1993), j. 2, h. 140.

Page 17: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45722/1/NINGRUM...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Ningrum LestariPublish Year: 2019

3

yang meninggalkan kewajiban. Artinya, membaca salawat, dalam hadis tersebut,

wajib ketika nama Rasul Saw. disebutkan.5

Imam al-Syafi’i yang memiliki pendapat berbeda, yaitu memilih pendapat

yang keempat dalam pembagian Ibn Ḥajar, juga mendasarkan argumennya pada

sebuah hadis lain riwayat Abū Mas’ūd al-Badrī,

: أق بل رجل حتى جلس ب ي يدي رسول اللىه صلىى اللىه عليه وسلىم ، ونن عنده ، ف قال

نا ف صالتنا صلىى يا رسول اللىه ، أمىا السىالم ف قد عرف ناه ، فكيف نصلي عليك إذا نن صلىي

نا أنى الرىجل ل يسأله ، ثى قال : اللىه عليك ؟ قال إذا أن تم صلىيتم عليى : فصمت حتى أحبب

د النىب األمي وعلى آل : ف قولوا ممىد كما صلىيت على إب راهيم وعلى آل اللىهمى صل على ممى

ى آل إب راهيم ، وبارك على ممىد النىب األمي وعلى آل ممىد كما باركت على إب راهيم وعل

يد ميد .إب راهيم إنىك ح

Artinya, “Seorang laki-laki menghadap Rasul Saw hingga ia duduk di

depan Rasul Saw. Saat itu kami (para sahabat) berada di sampingnya.

Kemudian laki-laki itu bertanya, “Wahai Rasul Saw. Adapun salam

kepadamu kami sudah tahu. Lalu bagaimana dengan salawat kepadamu saat

kami melakukan shalat?” Rasul kemudian diam, hingga kami menyukai

sesungguhnya laki-laki itu tidak bertanya (lagi) kepada Rasul Saw. Rasul

kemudian menjawab, “Ketika kalian membaca salawat kepadaku, maka

ucapkanlah: “Ya allah berilah sholawat kepada Muhammad dan keluarganya

karena engkau memberi sholawat kepada keluarga Ibrahim. Sesungguhnya

engkau Maha Terpuji lagi Maha Penyayang Ya Allah berilah sholawat

kepada Muhammad dan keluarganya karena engkau memberi sholawat

kepada keluarga Ibrahim.Sesungguhnya engkau Maha Terpuji lagi Maha

Penyayang.”6

5 al-Ityūbī, Dakhīrah al-Uqbā, j. 15, h. 149.

6 Abū Bakr al-Bayhāqī, Sunan al-Bayhāqī, (Heyderbad: Majelis Dairah al-Maʽārif, 1344

H), j. 2, h. 378. Selain al-Bayhāqī, beberapa ulama juga meriwayatkan hadis ini dalam kitabnya,

seperti: Ibn Ḥuzaimah, Ibn Ḥibbān, al-Dāruqutnī, dan Imam Aḥmad.

Page 18: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45722/1/NINGRUM...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Ningrum LestariPublish Year: 2019

4

Sighat amar dalam hadis di atas, dijadikan sebagai dalil kewajiban

mengucapkan salawat pada saat shalat. Mengingat konteks pertanyaan yang

disampaikan seorang laki-laki dalam hadis di atas adalah salawat dalam keadaan

shalat, bahkan Imam al-Syafii, sebagaimana disebutkan Ibn ʽAbd al-Bar, bahwa

tanpa mengucapkan salawat di tasyahud akkhir, maka diwajibkan untuk

mengulangi shalat.7 Hadis ini, oleh al-Qurṭūbī dijadikan sebagai penjelas (tafsir)

atas firman Allah Swt surat al-Ahzab: 56: 8

تسليما عليه وسلموا صلوا أي ها ٱلىذين ءامنوا يصلون على ٱلنىب ي ۥئكته إنى ٱللىه ومل

Artinya, “Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat

untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi

dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (Q.S. al-Ahzab: 56).

Al-Qurṭubī menyebutkan, karena anjuran salawat dalam ayat ini hanya

disebutkan secara umum, maka hadis di atas menjadi penafsirnya.9 Hal ini

menunjukkan bahwa teks hadis tentang salawat tidak tunggal, juga memiliki

konteks yang berbeda dalam setiap teks hadis yang ada. Hal ini didukung oleh

pernyataan Ali Mustafa Ya’qub (w. 2016) yang menyebutkan bahwa walaupun

teks hadis dalam satu tema sangat beragam, namun memiliki kesatuan yang tidak

bisa terpisahkan.10

7 Ḥamzah Muhammad Qāsim, Manār al-Qārī Syarḥ Muḥtaṣar Ṣaḥiḥ al-Bukharī,

(Damaskus: Dār al-Bayān, 1990), j. 5, h. 67. 8 Al-Qurṭubī, al-Jāmi’ li-Aḥkām al-Qur’ān, (Kairo: Dar Kutub al-Miṣriyyah, 1964), j. 14, h.

234. 9 Ḥamzah Muhammad Qāsim, Manār al-Qārī j. 5, h. 68.

10 Ali Mustafa Yaqub, Cara Benar Memahami Hadis, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2016), h.

131.

Page 19: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45722/1/NINGRUM...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Ningrum LestariPublish Year: 2019

5

Ali Mustafa meyakini bahwa hadis pada mulanya bermuara pada satu sumber,

yaitu Rasulullah Saw. Terkadang Rasul menyampaikan suatu teks hadis yang

tidak disampaikan kepada sahabat yang lain. Selain itu, kadang kala sebuah hadis

dalam jalur riwayat yang satu berbeda dengan jalur riwayat lain. Hal ini bisa jadi

karena Rasul menyampaikan hal yang berbeda dalam dua riwayat tersebut, karena

Rasul melihat suatu kebaikan dalam riwayat yang pertama, tetapi tidak melihat

kebaikan dalam riwayat lain.11

Hal ini juga ditegaskan oleh Yusuf al-Qaraḍāwī bahwa perbedaan riwayat

dalam suatu hadis bukan berarti secara otomatis bertentangan.12

Hal ini,

sebagaimana diungkapkan oleh Ali Mustafa, bisa juga berhubungan dengan siapa

yang dihadapi oleh Rasulullah Saw. Dalam beberapa kasus, Rasulullah menjawab

pertanyaan yang disampaikan kepada beliau dengan jawaban yang berbeda,

walaupun pertanyaan yang disampaikan sama. Misalnya, dalam pertanyaan

“siapakah orang yang paling mulia.” Dalam satu kasus Nabi Saw mewasiatkan

agar tidak marah, di kasus lain, Rasul memerintahkan untuk bersedekah dan lain

sebagainya. Itu adalah salah satu contoh bagaimana perbedaan hadis itu

dipengaruhi oleh siapa periwayatnya dan siapa mukhattabnya.

Selain itu, terkadang sumber perbedaan ini muncul dari kalangan sahabat atau

tabiin yang meriwayatkan matan hadis. Inti matannya satu dari Rasulullah Saw.,

namun penyampaian redaksinya dari rawi yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan

oleh kebolehan menyampaikan atau meriwayatkan hadis dengan bi al-maʽnā

(menyampaikan hadis dengan maknanya). Terkadang juga hadis dari Rasulullah

11

Ali Mustafa Yaqub, Cara Benar Memahami Hadis, h. 131. 12

Yusuf al-Qaradhawi, Kaifa Nataʽamal Maʽa al-Sunnah al-Nabawiyyah, (Kairo: Dar al-

Syuruq, 2002), h. 133.

Page 20: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45722/1/NINGRUM...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Ningrum LestariPublish Year: 2019

6

dalam suatu riwayat disampaikan dengan lebar dan dalam riwayat lain

disampaikan dengan ringkas.13

Imam Ahmad bin Hanbal (w. 242 H.) mengungkapkan bahwa jika tidak

mengumpulkan seluruh jalur periwayatan hadis, maka kita tidak akan bisa

memahaminya. Karena menurut Imam Ahmad, antara hadis satu dengan yang lain

itu saling menafsirkan.14

Hal ini juga ditegaskan oleh Qadhi Iyadh bahwa hadis

yang jelas pengertiannya akan menjelaskan hadis lain yang musykil.

Hal ini juga menunjukkan bahwa harus ada pemahaman penuh terhadap

konteks situasi dan kondisi sosial pada saat Rasul Saw menyampaikan hadis saat

itu. Analisis konteks sosio-historis sendiri penting untuk memahami bagaimana

lahirnya suatu teks hadis. Untuk memahami konteks ini, seseorang membutuhkan

pengetahuan akan kehidupan Nabi Muhammad Saw, secara mendetail baik di

Mekkah maupun Madinah; iklim sosial, ekonomi, politik dan hukum; norma,

hukum, adat, kebiasaan, institusi dan nilai yang berlaku di wilayah tersebut.

Begitu juga dalam memahami hadis tentang keutamaan salawat. Para sahabat

sendiri meriwayatkan beberapa hadis yang berbeda walaupun hadis tersebut sama-

sama menunjukkan perintah untuk bersalawat. Hal ini dibuktikan dengan

perbedaan pendapat yang terjadi di antara para ulama sebagaimana disebutkan

dalam pembahasan di atas. Hadis tentang perintah salawat kepada Rasul Saw.

yang disebutkan dalam pembahasan di atas adalah sebagian hadis salawat yang

memiliki implikasi hukum yang berbeda. Jika mengikuti pendapat para ulama

hadis di atas, bisa jadi sebenarnya hadis-hadis tentang salawat ini secara makna

13

Ali Mustafa Yaqub, Cara Benar Memahami Hadis, h. 131. 14

Al-Khaṭib al-Baghdadi, Al-Jāmīʽ li Akhlāq al-Rāwī wa Adab al-Sāmīʽ, (Beirut: Maktabah

al-Maʽarif, 1989) j. Iv, h. 388.

Page 21: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45722/1/NINGRUM...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Ningrum LestariPublish Year: 2019

7

sama, namun berbeda riwayat dan penyampaian, yakni kondisi dan kepada siapa

hadis tersebut diucapkan.

Selain itu, di Indonesia sendiri praktek membaca salawat, dalam hal ini

redaksi salawat yang berkembang dan sering dibaca oleh masyarakat di majelis-

majelis taklim dan forum pengajian semakin bermacam-macam, mulai dari

“Salawat Nariyah”, “Salawat Asyghil”, dan berbagai salawat lain yang sama

sekali tidak ditemukan redaksinya dalam hadis nabi.

Atas dasar tidak dipraktekkan pada masa Nabi Muhammad Saw, beberapa

orang memberikan hukum bid’ah untuk salawat-salawat tersebut. Salah satunya,

ditulis oleh salah satu web keislaman, bahwa salawat-salawat tersebut tergolong

bid’ah dan dilarang untuk dibaca, bahkan disebut dalam tulisan tersebut bahwa

salawat nariyah mengandung kesyirikan.15

Untuk itu, skripsi ini diberi judul

“Salawat Nabi Saw antara Teks dan Praktek”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan di atas menghasilkan

beberapa identifikasi masalah terkait hadis tentang salawat sebagaimana berikut

berikut :

1. Rasulullah menyampaikan hadis yang berbeda kepada orang yang berbeda

dan dalam kondisi serta situasi yang berbeda pula, walaupun topiknya

sama.

15

https://www.nahimunkar.org/benarkah-shalawat-nariyah-mengandung-kesyirikan/ diakses

pada: 22 Mei 2019.

Page 22: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45722/1/NINGRUM...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Ningrum LestariPublish Year: 2019

8

2. Adanya keragaman redaksi salawat yang beredar di kalangan masyarakat

muslim menimbulkan pro dan kontra seputar keabsahan redaksi salawat

yang tidak berasal dari nabi.

3. Keutamaan bersalawat kepada Nabi dimaknai oleh para ulama secara

haqiqi dan majazi, mana di antara keduanya yang lebih tepat?

4. Hadis tentang salawat beragam, sehingga menimbulkan implikasi hukum

yang beragam pula.

C. Pembatasan Masalah

Dari identifikasi masalah di atas, skripsi ini tidak akan membahas semua yang

berkaitan tentang Salawat. Penulis hanya akan memfokuskan penelitian terhadap

poin kedua dan poin ketiga, yakni tentang keragaman redaksi salawat dan

pemaknaan keutamaan salawat.

Sedangkan, agar penulisan skripsi ini lebih fokus, maka penulis hanya akan

membahas salawat pada masa Rasul Saw. dan sahabat saja, mengingat bentuk dan

bunyi salawat yang sampai saat ini berkembang begitu banyak.

D. Perumusan Masalah

Agar penulisan menjadi terfokus, maka penulis merumuskan rumusan

masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana redaksi salawat menurut Nabi Muhammad Saw dan

sahabatnya?

2. Bagaimana pemahaman hadis tentang keutamaan salawat?

Page 23: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45722/1/NINGRUM...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Ningrum LestariPublish Year: 2019

9

E. Tujuan dan Manfaat

Adapun mengenai tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah

sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui redaksi salawat.

2. Untuk mengetahui keutamaan membaca shalawat kepada Nabi

Muhammad Saw. melalui pemahaman hadis yang komprehensif.

3. Sebagai tugas akhir untuk memperoleh gelar sarjana S1.

Sedangkan untuk manfaat penulisan skripsi ini adalah:

1. Menunjukkan redaksi salawat yang bersumber dari Rasul Saw. dan selain

Rasul Saw.

2. Mengetahui makna keutamaan salawat.

F. Kajian Pustaka

Penulis menemukan beberapa penelitian yang membahas tentang shalawat

kepada Nabi Muhammad Saw yaitu:

Pertama, berjudul, “Shalawat Menurut Tuntunan Rasul Saw” yang ditulis

oleh Qurrata A’yuni dalam jurnal Substantia, Volume 18 Nomor 2, Oktober

2016. Artikel tersebut menjelaskan berbagai anjuran membaca salawat dan

keutamaannya, selain itu juga membahas lafaz-lafaz salawat yang diajarkan oleh

Rasulullah Saw. Namun juga tidak secara khusus dan rinci membahas hadis-hadis

yang berkaitan dengan keutamaan membaca salawat, apalagi secara khusus

membahas hadis tertentu yang berkaitan dengan membaca shalawat.16

16

Qurrata A’yuni, “Salawat Menurut Tuntunan Rasul Saw”, Substantia, (Aceh: UIN Ar-Raniry,

Oktober 2016), Volume 18 Nomor 2

Page 24: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45722/1/NINGRUM...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Ningrum LestariPublish Year: 2019

10

Kedua, berjudul, “Shalawatan: Pembelajaran Akhlak Kalangan

Tradisionalis”, yang ditulis oleh Khalid Mawardi dalam Jurnal Pemikiran

Alternatif Kependidikan, vol. 14. No.3 September 2009. Tulisan tersebut

menjelaskan makna shalawat dan ritual pembacaan shalawat dalam literatur-

literatur yang digunakan oleh kalangan Islam tradisionalis Indonesia.

Ketiga, berjudul, Living Hadis Dalam Tradisi Malam Kamis Majelis

Shalawat Diba’ Bil-Mustofa, yang ditulis oleh Adrika Fithrotul Aini Pascasarjana

UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Tulisan tersebut membahas shalawat dan lebih

fokus kajian makna shalawat dalam komunitas tersebut.

Keempat, berjudul, “Makna shalawat dalam Al-Qur’an menurut Buya

Hamka” yang ditulis oleh Rahmas UIN Sultan Syarif Kasim Riau. Tulisan

tersebut mebahas makna shalawat yang sebenarnya dalam al-Qur’an menurut

Buya Hamka

Kelima, berjudul,” Eksistensi syahadat dan shalawat dalam Prespektif

Tarekat Asy-syahadatain,” yang ditulis oleh F Fakhruddin dalam Jurnal

Yaqzhan. Tulisan tersebut menjelaskan perbedaan yang ada dalam dua kelompok

jamaah tarekat Asysuahadatain dalam hal dalam hal pembacaan shalawat kepada

Nabi Muhammad saw.

Keenam, artikel Nor Hasan yang berjudul “Tarekat Popoler dalam

Fenomena Pembacaan Selawat Nârîyah”. Artikel ini membahas bagaimana

salawat Nariyah digunakan dan dibaca oleh masyarakat Larangan Tokol,

Page 25: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45722/1/NINGRUM...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Ningrum LestariPublish Year: 2019

11

Pamekasan. Pembahasan salawat dalam artikel ini juga hanya fokus pada

bagaimana masyarakat Larangan Tokol menggunakan salawat itu.17

Sedangkan literatur buku yang membahas tentang membaca shalawat

kepada Nabi Muhammad Saw. yaitu:

Pertama, buku “Keajaiban Shalawat” yang berisi kumpulan artikel jatuh

cinta pada Nabi Muhammad Saw. Salah satu artikel berjudul Hadis-hadis

mengenai shalawat, mencintai dengan bershalawat dan bacaan shalawat pilihan.

Kedua, buku “Shalawat Pangkal Bahagia” karya Muhammad Habibillah.

Ketiga, buku “Shalawat dan Salam untuk Manusia Agung” karya Prof. Dr.

Mahmoud Hamdi Zaqzouq (Guru Besar Universitas Al-Azhar di Mesir).

Keempat, buku “Mukjizat Shalawat” yang ditulis oleh Habib Abdullah as-

Segaf dan Indriya R. Dani. Buku ini hanya membahas lafaz-lafaz salawat dan

keutamaan salawat, tanpa menelisik secara jauh pembahasan hadis dan

pemahamannya.18

Kelima, buku “Shalawat Seribu Hajat: Membedah Rahasia Shalawat

Nariyah” yang ditulis oleh ZH Husni. Buku ini hanya secara khusus membahas

rahasia-rahasia salawat nariyah. Pembahasannya juga tidak fokus dengan

pembahasan mendalam melalui hadis-hadis Rasul SAW.19

Keenam, buku “Jalāʽ al-Afhām fi Fadhl al-Ṣalāh wa al-Salām ʽalā Khair al-

Anām” karya Ibn al-Qayyim al-Jauziyah. Kitab ini secara khusus menjelaskan

keutamaan membaca salawat kepada Nabi Saw., juga mencantumkan beberapa

17

Nor Hasan, “Tarekat Popoler” dalam Fenomena Pembacaan Selawat Nârîyah” dalam

Jurnal Teosofi, Vol 6 No 1: Juni (2016) 18

Habib Abdullah Assegaf dan Indriya R. Dani, Mukjizat Shalawat, (Jakarta: Qultum

Media, 2009). 19

Husni, Zainul Mu’ien, Shalawat Seribu Hajat: Membedah Rahasia Shalawat Nariyah,

(Yogyakarta: Pustaka Amaliah, 2012).

Page 26: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45722/1/NINGRUM...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Ningrum LestariPublish Year: 2019

12

hadis keutamaan membaca salawat. Namun, Ibn al-Qayyim tidak menjelaskan

secara rinci pemahamaan hadis yang dikutip, ia hanya menjadikan hadis tersebut

sebagai penguat keutamaan-keutamaan shalawat yang telah disebutkan.20

Para penulis ini membahas tentang salawat, berbeda dengan penelitian yang

akan dilakukan oleh penulis, karena penelitian ini lebih melihat perbedaan hadis-

hadis tentang salawat dan keutamaannya serta melihat konteks asbāb al-wurūd

hadīts, perjuangan Nabi dalam mengajarkan salawat kepada para sahabatnya.

Sedangkan dari penelitian-penelitian yang lampau, sedikit sekali yang membahas

salawat dalam perspektif hadis.

G. Metodologi Penelitian

1. Sumber Data

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yakni penelitian yang dapat

menghasilkan data deskriptif meliputi hal-hal yang tertulis maupun lisan dari

suatu objek yang dapat diteliti.

Kajian penelitian ini menggunakan sistem library research (penelitian

pustaka). Karena sumber datanya adalah merupakan bahan kepustakaan yang

meliputi, buku-buku maupun artikel yang berkaitan dengan tema.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan sumber primer berupa kitab hadis

yang tergolong sebagai kitab Uṣūl atau al-Maṣādir al-Aṣliyyah, seperti kitab hadis

yang tergolong dalam al-Kutub al-Tisʽah dan kitab-kitab lain yang termasuk kitab

uṣūl dalam ilmu hadis.21

Sumber asli adalah kitab-kitab hadis yang bisa dijadikan

20

Ibn al-Qayyim al-Jauziyah, Jalāʽ al-Afhām fi Fadhl al-Ṣalāh wa al-Salām ʽalā Khair al-

Anām, (Mekkah: Dār ʽālim al-Fawāid, 1425 H). 21

Maḥmūd al-Ṭaḥḥān, Uṣūl al-Takhrī wa Dirāsah al-Asānid, (Riyadh: Maktabah al-Ma’arif,

2004), h. 10-11.

Page 27: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45722/1/NINGRUM...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Ningrum LestariPublish Year: 2019

13

pedoman saat kita men-takhrīj hadis. Maḥmūd al-Ṭaḥḥān menyebutkan tiga

sumber: Pertama, Kitab hadis yang ditulis oleh muallifnya, berdasarkan hasil

talaqqi (pertemuan secara langsung/face to face) muallif tersebut dengan guru-

gurunya yang sampai sanadnya kepada Rasulullah Saw. Adapun kitab-kitab yang

termasuk kategori ini adalah: Kutub as-Sittah (Ṣaḥīḥ Bukhari, Ṣaḥīḥ Muslim,

Sunan an-Nasā’ī, Sunan Ibn Mājjah, Sunan Abī Dāwud dan Sunan At-Tirmidzi),

Muwattha’ Imam Mālik, Mustadrak al-Ḥākim, Muṣannaf Abdu al-Razzāq,

Musnad Ahmad, dan kitab-kitab lain yang sejenis.

Kedua, kitab-kitab hadis yang mengikuti kitab-kitab hadis sebelumnya (dalam

poin pertama), seperti kitab-kitab yang mengumpulkan beberapa hadis dari kitab-

kitab hadis dalam kategori pertama, seperti kitab al-Jam’u Bainas Shahihain

karya al-Humaidi; atau kitab-kitab yang mengumpulkan hadis berdasarkan ujung

sanad hadis (aṭrāf) sebagian kitab hadis di poin pertama, seperti Tuḥfah al-Asyrāf

bi Ma’rifah al- Aṭrāf karya al-Mizī; atau kitab-kitab yang ditulis dengan cara

meringkas dari kitab pada kategori pertama, seperti kitab Tahdzīb Sunan Abī

Dāwud karya al-Mundzirī. Jika secara sekilas, kita melihat bahwa al-Mundziri

membuang sanad hadis-hadis dalam kitabnya, sebenarnya secara hukum, sanad

tersebut masih ada. Bagi yang ingin melihat sanad dari hadis tersebut, bisa

langsung merujuk ke kitab Sunan Abī Dāwud.

Ketiga, kitab-kitab yang bergenre selain hadis. Seperti kitab fikih, tafsir,

sejarah, yang menyebutkan atau menyisipkan hadis, baik untuk penguat maupun

motif lain. Namun dengan syarat, bahwa hadis tersebut diriwayatkan oleh

penulisnya sendiri, dengan sanad miliknya sendiri yang sampai hingga Rasulullah

Saw., bukan mengutip hadis melalui sanad orang lain. Contoh kitab-kitab yang

Page 28: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45722/1/NINGRUM...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Ningrum LestariPublish Year: 2019

14

termasuk dalam kategori ini adalah Tafsīr al-Ṭabārī dan Tārikh al-Ṭabārī yang

merupakan kitab tafsir dan sejarah karya Imam at-Thabari, begitu juga dengan

kitab fikih karya Imam as-Syafi’i yang berjudul al-Um.22

Sumber pendukung atau sumber sekunder yang akan penulis gunakan

adalah buku “Shalawat dan Salam untuk Manusia Agung” karya Prof. Dr.

Mahmoud Hamdi Zaqzouq (Guru Besar Universitas Al-Azhar di Mesir). Dan

sebuah buku berjudul, 70 Shalawat Pilihan: Riwayat, manfaat dan keutamaan,

ditulis oleh Al-Ustadz Mahmud Samiy yang berisi bacaan shalawat dari kitab-

kitab klasik maupun kontemporer. Juga buku karya al-Sakhāwi yang mengupas

tentang segala hal yang berkaitan dengan salawat yang berjudul “al-Qaul al-

Badīʽ”.

2. Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data ini adalah dengan menggunakan metode yang

disusun oleh Maḥmūd al-Ṭaḥḥān, yaitu mengumpulkan hadis-hadis yang

membahas mengenai salawat dalam al-Maṣādir al-Aṣlīyah, cara pengumpulannya

dengan mencari akar kata, yakni kata yang terdapat dalam matan hadis. Metode

pencarian ini menggunakan kitab al-Mu’jam al-Mufahras li Alfāẓ al-Hadīs al-

Nabawī dan dibantu dengan Aplikasi Maktabah Syamilah.

3. Metode Analisis

Setelah data terkumpul, penulis akan menggunakan metode Ali Mustafa

Yaqub dalam kajian tematik hadis (mauḍūʽī), yaitu: mengumpulkan semua

riwayat hadis dalam tema yang sama (telah dijelaskan dalam sumber data),

kemudian memilah hadis yang jelas petunjuknya dan tidak jelas petunjuknya,

22

Lihat: Mahmūd Ṭaḥḥān, Uṣūl al-Takhrīj, h. 10-11.

Page 29: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45722/1/NINGRUM...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Ningrum LestariPublish Year: 2019

15

menafsirkan hadis yang tidak jelas maknanya dengan hadis yang tidak jelas

maknanya berdasarkan kaidah: “Lafadz yang jelas dapat menafsirkan lafaz yang

tidak jelas.”23

Setelah dilakukan langkah pertama, kemudian dilakukan langkah kedua

dengan menganalisis data menggunakan pendekatan sejarah dan kebahasaan.

Dalam hal ini, secara khusus penulis menggunakan metode fiqh al-hadīts atau

sering dikenal dengan pemaknaan hadis/maʽanil hadis yang ditawarkan oleh

Yusuf al-Qaraḍāwī, yang berupa: ta’kīd min madlūlāt alfādz al-hadīts

(memastikan petunjuk dari lafaz hadis), al-Tafrīq bain al-ḥaqīqah wa al-majāz

(membedakan lafaz yang hakiki dan majaz), dan fahm al-aḥādīts fi ḍauʽi asbābihā

wa mulābasatihā wa maqāsidiha (memahami hadis dalam lingkup sebabnya,

penggunaannya dan tujuannya.24

Penulisan skripsi ini berpedoman pada buku Pedoman Akademik Program

Strata 1 2012-2013 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

H. Sistematika Penulisan

Untuk mendapatkan pembahasan yang utuh, maka diperlukan adanya

sistematika penulisan. Dalam sistematika penulisan ini, dibagi menjadi lima bab,

dan masing-masing bab memiliki sub pokok bahasan.

Bab pertama adalah pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang masalah,

identifikasi masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat

penelitian, kajian pustaka, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

23

Ali Mustafa Yaqub, Cara Benar Memahami Hadis, h. 135-136. 24

Yusuf al-Qaradhawī, Kaifa Nataʽāmal Maʽa al-Sunnah al-Nabawīyah, (Karo: Dār al-

Syurūq, 2000), h. 111.

Page 30: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45722/1/NINGRUM...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Ningrum LestariPublish Year: 2019

16

Bab kedua memaparkan landasan hukum salawat Nabi saw, definisi,

penggunaan dan istilah.

Bab ketiga yaitu menelusuri lebih dalam tentang hadis-hadis keutamaan

membaca shalawat kepada Nabi Muhammad saw, dan menelaah pemahamannya

melalui metode-metode yang telah dijelaskan. Serta penggunaan dan peruntukan

salawat masa Nabi Muhammad Saw.

Bab keempat adalah kesimpulan dari seluruh uraian yang telah

dikemukakan jawaban atas permasalahan yang diteliti disertai dengan saran-saran

yang dapat disumbangkan sebagai rekomendasi untuk kajian lebih lanjut dari

penelitian, sekaligus merupakan penutup rangkaian dari pembahasan ini.

Page 31: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45722/1/NINGRUM...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Ningrum LestariPublish Year: 2019

17

BAB II

LANDASAN HUKUM SALAWAT DAN BERBAGAI DEFINISINYA

A. Landasan Hukum Salawat Nabi Saw.

Membahas sejarah salawat tentu tidak bisa terlepas dari Q.S. al-Aḥzab ayat

56:

آمنوا صلوا عليه وسلموا تسليمايا أي ها الذين إن الله وملئكته يصلون على النب

Artinya, “Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya

bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah

kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.”

Sebab turunnya ayat ini bisa dibilang menjadi sejarah salawat kepada Rasul

Saw. Sebab, al-Ṭabarī menyebutkan bahwa setelah ayat ini turun, ada seorang

sahabat yang bertanya terkait bunyi salawat kepada Rasulullah Saw. kemudian

Rasul Saw menyebutkan salawat Ibrāhīmiyah, sebagaimana telah dijelaskan pada

pembahasan terkait redaksi salawat kepada Nabi.1 Terkait kapan salawat itu

diwajibkan kepada Rasul Saw., merujuk kepada turunnya ayat tersebut kepada

Rasul Saw., perintah salawat tersebut diturunkan pada bulan Syaban pada tahun

kedua Hijriyah, oleh Abu Dzar al-Harawī, inilah yang disebut bulan Syaban

sebagai bulan salawat.2 Ayat tersebut oleh al-Ṭabarī memerintahkan kepada

orang-orang yang beriman untuk mendoakan Rasul Saw dan keselamatannya.3

Secara lebih lanjut al-Suyuṭī menjelaskan bahwa salawat sebenarnya sudah

ada sejak masa Nabi Musa As. dan kaumnya, Bani Isrā’īl. Saat itu Bani Isrā’īl

1 Ibn Jarīr al-Ṭabarī, Jāmiʽ al-Bayān fi Ta’wīl al-Qur’ān, (Beirut: Muassasah al-Risālah,

2000), j. 20, h. 320. 2 Muḥammad ibn ʽAbd al-Raḥmān al-Sakhāwī, al-Qaul al-Bādiʽ fi al-Ṣalāh ʽala al-Ḥabīb

al-Syāfiʽ, (Madinah: Muassasah al-Rayyān, 2002), h. 92 3 al-Ṭabarī, Jāmiʽ al-Bayān, j. 20, h. 321.

Page 32: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45722/1/NINGRUM...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Ningrum LestariPublish Year: 2019

18

bertanya kepada Nabi Musa As., terkait apakah Allah Swt bersalawat kepada

makhluk-Nya. Mendengar pertanyaan dari kaumnya tersebut, Nabi Musa. As.

kemudian berdoa dan meminta jawaban kepada Allah Swt. Allah Swt. pun

menjawab pertanyaan Nabi Musa As. Allah Swt. berfirman kepada Nabi Musa

As.

ي ائ ي ب ن ى أ ل ع ت ك ئ ل م ي و ل ص ا أ ن أ . م ع ن : ل ق ؟ ف ك ب ي ر ل ص ي ل ه ك و ل أ س ن ى إ موس ا ي

يل س ر و

Artinya, “Wahai Musa As. sesungguhnya kaum Bani Israil

bertanya kepadamu apakah Tuhanmu bersalawat kepada makhluk-Nya?

Jawablah: iya. Aku dan juga para malaikatku bersalawat kepada para nabi

dan rasul-Ku.”4

Kemudian turunlah QS. Al-Ahzab di atas. Al-Suyūṭī menambahkan bahwa

setelah turun ayat tersebut, kaum Bani Israil tersebut kemudian bahagia dan

memujinya.5

Dari hal ini bisa diambil kesimpulan bahwa anjuran bersalawat turun untuk

menghargai dan memuji utusan Rasul Saw. atas tanggungannya berdakwah

kepada para kaumnya. Salawat itu awalnya sebagai kabar baik kepada kaum Bani

Israil, namun Allah Swt juga memberikan keutamaan kepada para nabi melalaui

salawat kepadanya terlebih dahulu karena semuanya disampaikan melalaui

perantaranya. Ini juga bisa termasuk sebagai penghargaan kepada Nabi dan Rasul

tersebut. Dalam hal ini Ubay ibn Ka’ab menyebutkan bahwa tidak ada hal baik

4 Jalāl al-Dīn al-Suyūṭī, al-Durār al-Mantsūr, (Beirut: Dār al-Fikr, T.t) j. 8, h. 197.

5 Al-Suyūṭī, al-Durar al-Mantsūr, j. 8, h. 197.

Page 33: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45722/1/NINGRUM...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Ningrum LestariPublish Year: 2019

19

yang diturunkan kepada seorang Rasul kecuali Rasul tersebut menjadi bagian dari

hal baik tersebut. Dan turunlah QS. Al-Taubah ayat 112.6

عن التائبون العابدون الامدون السائحون الراكعون الساجدون المرون بالمعروف والناهون

وبشر المؤمني المنكر والافظون لدود الله

Artinya, “Mereka itu adalah orang-orang yang bertaubat, yang

beribadat, yang memuji, yang melawat, yang ruku', yang sujud, yang

menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah berbuat munkar dan yang

memelihara hukum-hukum Allah. Dan gembirakanlah orang-orang

mukmin itu.”

Oleh karena itu pada masa Rasulullah Saw., salawat ini juga bisa menjadi

sebuah penghargaan kepada Rasul Saw. itulah mengapa ketika nama Rasul Saw

disebut, Rasul Saw menganjurkan untuk membaca salawat kepadanya, bahkan

dnegan memberikan janji keutamaan-keutamaan yang banyak. Hal ini diperkuat

oleh pendapat al-Ghazali dan beberapa ulama lain yang dikutip oleh al-Sakhawī

yang menyebutkan bahwasanya salawat kepada Nabi Saw tidak terbatas hanya

sebagai doa, tapi juga sebagai pujian dan sebagai ibadah.7

B. Definisi Bahasa, Penggunaan dan Istilah

Ibn Manzūr (w. 711 H) dalam Lisān al-ʽArab menyebutkan bahwa makna

salawat (صلوات) secara bahasa berasal dari akar kata ṣalā ( ىصل ) yang bermakna

doa dan memohon ampunan, sedangkan kata salawat merupakan jamak (plural)

dari kata ṣalāt.8 Ibn Mandzūr melanjutkan, makna salawat ini berbeda-beda sesuai

konteks kalimatnya. Jika kata salawat disandarkan pada manusia, maka berarti

6 Al-Suyūṭī, al-Durar al-Mantsūr, j. 8, h. 197.

7 Al-Sakhawī, al-Qaul al-Badīʽ, h. 51.

8 Jamāl al-dīn Ibn Mandzūr, Lisān al-ʽArāb, (Beirut: Dār al-Ṣādir, 1414 H), j. 14, h. 465.

Page 34: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45722/1/NINGRUM...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Ningrum LestariPublish Year: 2019

20

doa; jika disandarkan malaikat, maka berarti doa dan permintaan ampunan; dan

jika disandarkan pada Allah Swt., maka berarti rahmat.9

Abū al-Ḥusain Aḥmad ibn Fāris (w. 395 H) menambahkan bahwa kata

ṣalah juga bisa berarti menyebut yang baik, ucapan yang mengundang kebaikan,

dan curahan rahmat. Ibn Abbas (w. 78 H) pernah berkata bahwa kata salawat juga

bisa berarti memberi berkah (yubārik). Sedangkan barakah adalah bertambahnya

kebaikan dan berkembang. Ṣalā yang merupakan akar kata dari Ṣalāh sebenarnya

bisa bermakna menyepuh dan salah satu jenis ibadah. Contoh ibadah yang

dimaksud adalah doa. Ibn Fāris mencontohkan makna ṣalā yang kedua ini dengan

salah satu hadis Rasul Saw. berikut:

را ط ف م ان إن ك ليجب، ف إذا دعي أحدكم إىل طعام ف : "قال رسول اهلل صلى اهلل عليه وآله وسلم "ل ص ي ل ما ف ائ ل، وإن كان ص ك أ ي ل ف

Artinya, “Rasulullah Saw. bersabda: jika kalian diundang untuk

makan, maka penuhilah undangan itu. Jika kalian tidak berpuasa, maka

makanlah. Tapi jika kalian sedang berpuasa, maka berdoalah.”

Ibn Fāris menyebutkan bahwa kata “Falyuṣalli” dalam hadis tersebut bukan

berarti perintah untuk melakukan salat, melainkan himbauan untuk mendoakan

orang-orang yang mengundang makan agar dilimpahi kebaikan dan keberkahan.10

Namun, Ṣāḥīb ibn ʽAbbād (w. 995 M) memberikan batasan bahwa

sebenarnya akar kata dari ṣalāt bukanlah berakhiran ālif (صال), melainkan

seharusnya berakhiran wawu (صلو) yakni tergolong dalam binā’ nāqis wāwī,

9 Ibn Mandzūr, Lisān al-ʽArāb, j. 14, h. 465.

10 Ibn Fāris mencontohkan bahwa ṣalā yang berarti menyepuh adalah ṣalaitu al-ʽūda bi

an-nār, yang berarti aku menyepuh kayu dengan api. Abū al-Ḥusain Aḥmad ibn Fāris, Muʽjam

Maqāyīs al-Lughah, (Beirut: Dār al-Fikr, 1979), j. 3, h. 300.

Page 35: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45722/1/NINGRUM...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Ningrum LestariPublish Year: 2019

21

namun karena dalam ilmu Ṣarf, wawu dan ya’ di akhir fiil madhi harus diganti

dengan alif, menjadi (صال).11

Inilah yang membedakan antara ṣalā yang bermakna

menyepuh dan ṣalā yang bermakna doa, dan lain sebagainya. Ini juga yang

menjadikan lafaz ṣalāh ketika dijamakkan menjadi ṣalawāt, bukan ṣala’āt atau

ṣalayāt.

Secara generik, ṣalāh merupakan isim masdar dari ṣallā, yuṣallī. Dalam hal

ini tidak digunakan kata masdarnya, yakni taṣlīyan, tapi isim masdarnya, yaitu

ṣalātan. Hal ini bisa bermakna tiga hal, yang pertama adalah salat (ibadah muslim

sehari-hari), yang disebut dalam al-Muʽjam al-Wasīṭ sebagai,

ة ع ي ر الش ا ف ات ق و أ د و د ح ة ن ي ب م ال ة ص و ص خ م ال ة اد ب ع ال

Artinya, “Sebuah ibadah yang khusus dan telah ditentukan batas

waktunya dalam syariat.” 12

Al-Sakhāwi memaknai ṣalāh sebagai ibadah salat ini dengan:

ه س ف ن ن ي ع ل ص م ال ة اح ز إ ، و ة ن اط الب ر اط و ال ، و ة ر اه الظ ح ار و ال اع م ت ج إ ن ا م ه ي ا ف م ل ة ل ص ، أو ات ن ك س م ال ر اط خ ل ل ات ع م ج م ال ات م ه م ال ع ي ج ه ع ج ، و ات ر د ك م ال و ات ق ر ف م ال ع ي ج ات اع ا الط م أ و ة اد ب لع ا ل ص ا أ ه ن و ك ، و ات ر ي ال و د اص ق م ال ع ي ى ج ل ا ع ال م ت س ل

Artinya, “beberapa bagian dari salat adalah memadukan seluruh

anggota badan yang zahir dengan hal-hal yang ada dalam hati yang bathin,

dan menyingkirkan segala hal yang dapat memisahkan diri dan hal-hal yang

dapat mengeruhkan salat, serta mengumpulkan segala hal yang penting

dalam hati yang tenang, atau juga tujuan-tujuan dan kebaikan-kebaikan.

Serta ibadah salat ini menjadi inti dari ibadah serta induk dari ketaatan.13

11

Ṣāḥīb ibn ʽAbbād, al-Muḥīṭ fi al-Lughah, (Beirut: Ālim al-Kutb, 1994), j. 2, h. 232. 12

Ibrāhīm Musṭāfā, Ahmad Zayyāt, Ḥāmid Abd al-Qādir, Muḥammad Najjār, al-Muʽjam

al-Wasīṭ, (Beirut: Dār Daār Daʽwah, T.t), h. 522. 13

Al-Sakhawī, al-Qaul al-Badīʽ, h. 50.

Page 36: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45722/1/NINGRUM...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Ningrum LestariPublish Year: 2019

22

Adapun yang kedua, ṣalāh bisa bermakna rahmat. Ketiga, bermakna tempat

ibadah kaum Yahudi.14

Senada dengan hal ini, Imam as-Sakhawi menjelaskan bahwa kata ṣalāh

memiliki dua makna: Pertama, doa dan meminta keberkahan (tabāruk). Dalam hal

ini doa bisa memiliki dua maksud, yakni doa untuk ibadah dan doa untuk

meminta. Sedangkan makna kedua, ibadah.15

Al-Sakhawi juga menjelaskan bahwa dalam Alquran ada beberapa ayat yang

menyebutkan kata ṣalāh beserta derivasinya.16

Pertama, Q.S al-Taubah ayat 103,

سكن لم والله عليهم إن صلتك وصل خذ من أموالم صدقة تطهرهم وت زكيهم با سيع عليم

Artinya, “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat

itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk

mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi

mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Q.S al-

Taubah: 103)

Ṣalāt dalam hal ini menurut al-Sakhāwī berarti doa.17

Pendapat al-Sakhāwī

ini diamini oleh al-Suyūṭī dalam al-Durār al-Mantsūr. Al-Suyūṭī menyebutkan

bahwa kata “fa ṣallī” dalam ayat tersebut juga bermakna istighfār, yakni

permintaan ampunan atas dosa yang telah dilakukan seseorang.18

Ibn ʽĀsyūr

menjelaskan lebih jauh terkait asbāb an-nuzūl dari ayat ini. Penulis al-Taḥrīr wa

14

Ibrāhīm Musṭāfā, dkk, al-Muʽjam al-Wasīṭ, h. 522. 15

Al-Sakhāwī, al-Qaul al-Bādiʽ, h. 46-47. 16

Al-Sakhāwī, al-Qaul al-Bādiʽ, h. 50-52. 17

Al-Sakhāwī, al-Qaul al-Bādiʽ, h. 46. 18

Al-Suyūṭī, al-Durār al-Mantsūr, j. 4, h. 281.

Page 37: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45722/1/NINGRUM...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Ningrum LestariPublish Year: 2019

23

al-Tanwīr ini menyebutkan bahwa sebab turunnya ayat ini adalah karena ada

beberapa sahabat yang tertinggal perang (tidak ikut perang), orang-orang yang

tidak ikut perang inilah yang diperintahkan untuk bersedekah, dan Rasul diminta

untuk mendoakan agar mereka menjadi tenang karena tidak ikut berperang.19

Kedua, Q.S al-Taubah ayat 99,

ومن العراب من ي ؤمن بالله والي وم الخر وي تخذ ما ي نفق ق ربات عند الله

إن الله غفور سيدخلهم الله ف رحته أل إن ها ق ربة لم وصلوات الرسول

رحيم

Artinya, Di antara orang-orang Arab Badwi itu ada orang yang

beriman kepada Allah dan hari kemudian, dan memandang apa yang

dinafkahkannya (di jalan Allah) itu, sebagai jalan untuk mendekatkannya

kepada Allah dan sebagai jalan untuk memperoleh doa Rasul. Ketahuilah,

sesungguhnya nafkah itu adalah suatu jalan bagi mereka untuk

mendekatkan diri (kepada Allah). Kelak Allah akan memasukan mereka

kedalam rahmat (surga)-Nya, Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi

Maha Penyayang. (Q.S al-Taubah: 99)

Kata “wa ṣalawāt al-Rasūl” dalam ayat ini disebut juga oleh al-Sakhāwi

memiliki arti doa. Ibn ʽAsyūr juga mengatakan hal sama. Lebih lanjut, Ibn ʽAsyūr

menjelaskan bahwa Rasul akan mendoakan semua orang yang datang kepadanya

dan memberikan infaq. Khusus dalam ayat tersebut, Rasul sedang menerima infaq

dari seorang Baduwi yang ingin meminta doa kepada Rasul Saw. karena Rasul

19

Awalnya mereka datang kepada Rasul untuk memberikan harta mereka kepada Rasul

dan meminta doa agar diampuni dosanya, yaitu dosa karena tidak ikut perang. Namun Rasul

menangguhkan permintaan sahabat yang tidak ikut berperang tersebut karena belum ada ayat yang

turun terkait hal ini. Akhirnya turunlah Q.S al-Taubah ayat 103 ini. Ṭāhir ibn ʽĀsyūr, al-Taḥrīr wa

al-Tanwīr, (Tunisia: Dār Tūnis li an-Nasyr, 1984), j. 11, h. 22.

Page 38: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45722/1/NINGRUM...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Ningrum LestariPublish Year: 2019

24

adalah salah satu orang yang selalu dikabulkan doanya.20

Lebih detail lagi al-

Suyūṭī menjelaskan bahwa yang dimaksud Arab Baduwi dalam ayat tersebut

adalah Bani Muqrin dari Muzinah. Mereka mengharap doa Rasul agar Rasul Saw

memintakan ampun (istighfār) kepada Allah Swt.21

Ketiga, Q.S al-Taubah ayat 84,

هم مات أبدا ول ت قم على ق به إن هم كفروا بالله ورسو ول تصل له وماتوا وهم على أحد من

فاسقون

Artinya, Dan janganlah kamu sekali-kali menyembahyangkan

(jenazah) seorang yang mati di antara mereka, dan janganlah kamu berdiri

(mendoakan) di kuburnya. Sesungguhnya mereka telah kafir kepada Allah

dan Rasul-Nya dan mereka mati dalam keadaan fasik. (Q.S al-Taubah: 84)

Berbeda dengan dua ayat sebelumnya, kalimat “wa lā tuṣallī” dalam ayat

tersebut lebih bermakna salat, walaupun sebenarnya dalam kasus salat jenazah,

sebagaimana disebutkan dalam ayat di atas juga bisa bermakna “doa untuk mayit”

(al-duʽa li al-mayyit).22

Ayat ini disebut oleh al-Suyūṭi sebagai teguran kepada

Rasul Saw. yang tetap ingin menyalati Abdullah ibn Ubay ibn Salūl. Saat itu

putranya datang kepada Rasul untuk memintakan ampun, sekaligus meminta

Rasul memberikan bajunya (qāmis) sebagai kain kafan. Selain itu, puteranya juga

meminta kepada Rasul agar mau menyalatinya. Rasul Saw. pun bangun dari

tempatnya dan mengiyakan permintaan tersebut. Namun Umar ibn Khattab

menegur Rasul Saw., ia memperingatkan bahwa Rasul Saw. telah dilarang untuk

20

Ibn ʽĀsyūr, al-Taḥrīr wa al-Tanwīr, j. 11, h. 15-16. 21

Al-Suyūṭī, al-Durār al-Mantsūr, j. 4, h. 268. 22

Al-Sakhāwī, al-Qaul al-Bādiʽ, h. 46.

Page 39: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45722/1/NINGRUM...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Ningrum LestariPublish Year: 2019

25

menyalati orang munafik. Tetapi Rasul bergeming, Rasul menyanggah bahwa ia

hanya diberi pilihan oleh Allah Swt. untuk menyalati atau tidak menyalati.23

Namun Rasul Saw., terus bersikukuh untuk menyalati, walaupun mayit tersebut

adalah orang munafik, kemudian turunlah ayat ini.24

Keempat, Q.S al-Isrā’ ayat 110,

ول تافت بصلتك قل ادعوا الله أو ادعوا الرحن أيا ما تدعوا ف له الساء السن ول تهر

با واب تغ ب ي ذلك سبيل

Artinya, Katakanlah: "Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman.

Dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai al asmaaul

husna (nama-nama yang terbaik) dan janganlah kamu mengeraskan

suaramu dalam salatmu dan janganlah pula merendahkannya dan carilah

jalan tengah di antara kedua itu". (Q.S al-Isrā’: 110)

Al-Bukhārī (w. 256 H), Muslim (w. 261 H), al-Nasā’ī (w. 303 H) dan al-

Tirmidzī (w. 279 H), sebagaimana dikutip al-Suyūṭī (w. 911 H) menyebutkan

bahwa ayat ini turun setelah Rasul mendapatkan cacian karena bacaan Alquran

yang ia baca dalam salat. Oleh karena itu, yang dimaksud dengan kata “bi

ṣalātika” dalam ayat di atas adalah bacaan Alquran yang dibaca saat salat.25

Ayat

tersebut juga menghimbau agar Rasul tidak terlalu pelan saat membaca Alquran

dalam salat, dikhawatirkan para sahabat yang menjadi makmum dibelakangnya

23

Hal ini telah disebutkan dalam Q.S al-Taubah ayat 80,

استغفر لم أو ل تستغفر لم إن تستغفر لم سبعي مرة ف لن يغفر اهلل لمArtinya, “Ampunilah atau jangan kau ampuni (orang-orang munafik). Jika

kau memintakan ampun hingga tujuh puluh kali, maka Allah Swt. tidak akan

mengampuni mereka. (Q.S al-Taubah: 80) 24

Al-Suyūṭī, al-Durār al-Mantsūr, j. 4, h. 258. 25

Al-Suyūṭī, al-Durār al-Mantsūr, j. 4, h. 348.

Page 40: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45722/1/NINGRUM...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Ningrum LestariPublish Year: 2019

26

tidak mendengar.26

Berbeda dengan al-Suyūṭī, Imam al-Syaʽrāwī (w. 1998 M)

menilai bahwa yang dimaksud dengan kata “ṣalāt” dalam ayat tersebut adalah

seluruh bacaan dan amalan salat.27

Imam al-Sakhāwī (w. 902 H) memilih

pendapat yang lebih umum, “ṣalāt” dalam ayat di atas dimaknai dengan “al-

qirā’ah” (bacaan).28

Pendapat al-Sakhāwī ini sekaligus mengakomodir dua

pendapat sebelumnya, karena yang dimaksud dengan bacaan, bisa berarti bacaan

Alquran, sebagaimana disebutkan al-Suyūṭī, ataupun bacaan dalam salat yang

lain, seperti pendapat al-Syaʽrawī.

Kelima, Q.S al-Aḥzāb ayat 43,

عليكم وملئكته ليخرجكم من الظلمات إىل النور وكان بالمؤمني رحيما يصليهو الذي

Artinya, Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan malaikat-

Nya (memohonkan ampunan untukmu), supaya Dia mengeluarkan kamu

dari kegelapan kepada cahaya (yang terang). Dan adalah Dia Maha

Penyayang kepada orang-orang yang beriman. (Q.S al-Aḥzāb: 43)

Dalam ayat ini, setidaknya ada dua subjek berbeda, yaitu Allah Swt., yang

disebutkan dengan ẓāmir ‘huwa’ (هو) dan malaikat. Al-Sakhāwī menyebutkan

bahwa kata “yuṣallī” dalam ayat tersebut memiliki dua arti yang berbeda

berdasarkan siapa subjek yang melakukannya. Jika subjek (pelakunya) adalah

Allah Swt., maka bermakna rahmat, namun jika subjeknya adalah malaikat, maka

bermakna istighfar atau meminta ampunan.29

Ibn Abbās menyebutkan, makna

26

Al-Suyūṭī, al-Durār al-Mantsūr, j. 4, h.348. 27

Muḥammad Mutawallī al-Syaʽrāwī, Tafsir al-Syaʽrawī, (Kairo: Aḥbār al-Yaum, T.t), j.

14, h. 8815. 28

Al-Sakhāwī, al-Qaul al-Bādiʽ, h. 50. 29

Al-Sakhāwī, al-Qaul al-Bādiʽ, h. 51.

Page 41: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45722/1/NINGRUM...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Ningrum LestariPublish Year: 2019

27

salawat adalah doa keberkahan.30

Dari pendapat Ibn Abbās ini, kita sering

mengucapkan salawat dan keberkahan secara bersamaan, seperti dalam lafaz,

“Allahumma ṣalli wa sallim wa bārik ʽalaih.”.

Keenam, Q.S al-Aḥzāb ayat 56,

عليه وسلموا تسليما صلواعلى النب ياأي ها الذين آمنوا يصلون إن الله وملئكته

Artinya, Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya

bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah

kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya. (Q.S

al-Aḥzāb: 56)

Seperti disebutkan dalam ayat sebelumnya, salat atau salawat dalam ayat

di atas, bermakna rahmat jika disandarkan pada Allah Swt. dan istighfar atau doa

jika disandarkan kepada malaikat. Abū al-ʽAliyah dalam riwayat al-Bukhāri

menyebutkan bahwa makna salawat dalam ayat di atas, ketika disandarkan pada

Allah Swt adalah bermakna pujian Allah Swt., kepada Rasulullah Saw. di depan

para malaikat. Sedangkan salawat malaikat adalah doanya kepada Rasul Saw.

Sedangkan firman Allah agar seluruh orang yang beriman membaca salawat

kepada Rasul Saw. adalah perintah untuk mendoakannya.31

Syukran Maksum dan Ahmad Fathoni (2009) menyebutkan bahwa ada

lima makna salawat Allah Swt. dan malaikat kepada Rasulullah Saw, salah

satunya sudah disebutkan oleh al-Sakhāwī dengan mengutip pendapat Ibn Abbās

di atas, sedangkan empat makna lain adalah:

30

Al-Sakhāwī, al-Qaul al-Bādiʽ, h. 51. 31

Al-Sakhāwī, al-Qaul al-Bādiʽ, h. 51.

Page 42: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45722/1/NINGRUM...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Ningrum LestariPublish Year: 2019

28

1. Allah Swt. Mengasihi Rasul Saw. Dan para malaikat memohonkan

ampun untuk beliau.

2. Salawat dari Allah Swt. adalah pujian-Nya kepada beliau di hadapan

para malaikat, sedangkan salawat para malaikat adalah doa untuk

Rasul Saw. Hal ini juga sebenarnya telah disebutkan dalam penjelasan

di atas.

3. Allah Swt. dan para malaikat memberikan perhatian kepada Nabi

dengan cara menampakkan kehormatan serta memuliakan keberadaan

beliau. Pendapat ini disebutkan oleh Imam al-Baidhāwī.

4. Menurut Ibn Ḥajar salawat dari Allah Swt. adalah rahmat yang diikuti

dengan penghormatan.32

Sedangkan salawat manusia atau orang yang beriman kepada Nabi

Muhammad Saw., dalam potongan ayat, “yā ayyuha al-ladzīna āmanū ṣallū

ʽalaihi wa sallimū taslīmā,” oleh para ulama dimaknai dengan beberapa hal.

1. Menurut al-Nabhāni (w. 1977 M), memohonkan kasih sayang Allah

Swt untuk Rasul Saw.

2. Menurut al-Baiḍāwī (w. 685 H), memberikan semua perhatian kepada

Rasulullah Saw. karena sesungguhnya orang yang beriman lebih

berkewajiban untuk membacan salawat tersebut dengan bacaaan,

“Allahumma ṣallī ʽalā Muḥammad.”

32

Syukran Maksum dan Ahmad Fathoni, Rahasia Shalawat Nabi, (Yogyakarta: Mutiara

Media, 2009), h. 2-3.

Page 43: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45722/1/NINGRUM...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Ningrum LestariPublish Year: 2019

29

3. Menurut Ibn Ḥajar (w. 852 H), salawat yang diucapkan selain Allah

Swt., baik malaikat atau manusia kepada Rasul Saw. adalah bentuk

penghargaan.33

Selain dalam beberapa ayat di atas, kata salat atau salawat juga disebutkan

dalam beberapa hadis Rasulullah Saw. beberapa di antaranya adalah:

إن بعثت إىل أهل البقيع لصلي عليهم Artinya, sesungguhnya aku diutus untuk penduduk Baqī’ untuk

memintakan ampunan untuk mereka.34

Kata “li uṣallī” dalam hadis tersebut bermakna istighfar atau memintakan

ampunan. Hal ini disebutkan oleh al-Sakhāwī bahwa ada hadis lain yang

menjelaskan dengan redaksi yang berbeda, yakni “Umirtu an-astghfira lahum”

(aku diutus untuk memintakan ampunan bagi mereka, penduduk Baqīʽ).35

Dari perbedaan makna berdasarkan konteks siyāq al-kalām, manakah yang

lebih cocok untuk mendefiniskan salawat kepada Rasul Saw., dari para umatnya?

Apakah bermakna doa atau meminta ampun?

Menurut Ibn Ḥajar al-Asqalānī, makna salawat kepada nabi adalah untuk

taʽdhim, penghormatan. Ia tidak memaknai sebagai doa atau istighfar karena Nabi

Muhammad Saw., telah diampuni dosa-dosanya oleh Allah Swt. Sedangkan mana

mungkin orang yang belum tentu diampuni dosanya mendoakan atau meminta

ampunan untuk orang yang sudah diampuni dosanya oleh Allah Swt.36

33

Syukran Maksum dan Ahmad Fathoni, Rahasia Shalawat Nabi, h. 3. 34

Hadis ini diriwayatkan oleh Imam an-Nasā’ī dalam Sunan-nya dan Imam Mālik dalam

Muwāṭā’-nya. Al-Nasā’ī, Sunan al-Nasā’ī, (Aleppo: Maktabah al-Islāmiyah, 1986), j. 20, h. 26.

Lihat juga, Malik bin Anas, Muwāṭā’ Imam Mālik, (Abū Dhabi: Muassasah Zāyid ibn Sulṭān,

2004), j. 2, h. 341. 35

Al-Sakhāwī, al-Qaul al-Bādiʽ, h. 50. 36

Al-Sakhāwī, al-Qaul al-Bādiʽ, h. 56.

Page 44: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45722/1/NINGRUM...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Ningrum LestariPublish Year: 2019

30

Namun pendapat Ibn Ḥajar ini dibantah sendiri oleh al-Sakhāwi dengan

lebih mendukung pendapatnya Abū al-ʽAlīyah yang menyebutkan bahwa salawat

dari orang biasa kepada Rasul Saw. adalah bermakna doa. Hal ini didasarkan pada

pendapat Ibn Sīrin (w. 110 H) yang pernah membacakan doa kepada anak kecil

yang belum penah berbuat dosa, kemudian melandaskan doanya pada Rasul yang

sudah diampuni doanya tetapi masih diperintahkan untuk membaca salawat

keapdanya. Kisah mendoakan seorang anak kecil ini ditulis dalam kitab “Faḍl al-

ṣalāt ʽalā al-Nabī ṣallāllahu ʽalaihi wasallam.” Yang ditulis sendiri oleh al-

Sakhāwī.

وا ع د ا ي م ك ر ف غ ت س ي و -ت يعين املي – ري غ عن حممد بن سريين أنه كان يدعو للص ه ب ن ذ ن م م د ق ا ت م ه ل ر ف غ د ق ملسو هيلع هللا ىلص النب : ال ق ف . ب ن ذ ه ل س ي ا ل ذ ه ن إ : ه ل ل ي ق ف ري ب ك ل ل ه ي ل ي ع ل ص أ ن أ ت ر م أ د ق و . ر خ أ ا ت م و

Artinya, “Dari Muḥammad ibn Sīrīn, sesungguhnya ia berdoa

kepada anak kecil (jenazah anak kecil) dan memintakan ampunan

sebagaimana ia berdoa untuk jenazah orang yang sudah dewasa. Ia

kemudian diberitahu bahwa anak kecil tersebut tidak memiliki dosa. Lalu

kemudian Ibn Sīrīn menjawab, Rasul Saw. telah diampuni dosanya yang

telah lalu dan yang akan datang, akan tetapi aku tetap diperintahkan untuk

berdoa.”37

Al-Fakīhanī (w. 734 H) menjelaskan bahwa salawat kepada Rasul Saw.

adalah merupakan bentuk ibadah kita dan salah satu sumber tambahnya kebaikan

pada diri kita. Hal ini karena Rasul Saw. adalah makhluk yang paling dicintai oleh

37

Al-Sakhāwī, al-Qaul al-Bādiʽ, h. 57.

Page 45: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45722/1/NINGRUM...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Ningrum LestariPublish Year: 2019

31

Allah Swt. mengingatnya dengan sering membaca salawat adalah mengingat

Allah Swt.38

Syekh Ihsan M. Dahlan Jampes Kediri (w. 1952 M) menjelaskan bahwa

Nabi Muhammad SAW adalah makhluk yang sempurna. Meskipun demikian, ia

tetap menerima manfaat atas bacaan salawat untuknya. Hanya saja, orang yang

bersalawat tidak selayaknya bermaksud demikian terhadap Nabi Muhammad

SAW.

“Ketahuilah bahwa Nabi Muhammad SAW menerima manfaat atas

bacaan shalawat kita, tetapi orang yang bershalawat tidak boleh meniatkan

shalawatnya untuk itu. Yang ia niatkan adalah manfaat yang berpulang

untuk dirinya sendiri sebagaimana manfaat untuk dirinya bertambah

dengan memperbanyak amal-ibadah yang sesuai dengan hukum syariat.

Hal serupa adalah ketika seorang guru mengajarkan sebuah hukum kepada

seseorang, lalu ia mengamalkan dan mengajarkannya, maka manfaat

untuknya akan semakin bertambah dengan memperbanyak pengamalan

ilmu tersebut sebagaimana dikatakan oleh al-Quṭub al-Dasūqī (w. 696 H)

dan ulama lain.”39

Ismāʽil al-Ḥamidi juga menegaskan soal manfaat salawat bagi Nabi

Muhammad Saw. dan orang yang membaca salawat sebagaimana dikutip oleh

Syekh M Nawawi Banten berikut ini:

“Jawabannya, tujuan salawat (doa) kita untuk Nabi Muhammad Saw.

adalah permohonan rahmat baru yang belum ada karena tiada satu waktu

yang berlalu kecuali di situ terdapat rahmat Allah yang belum didapat oleh

Rasulullah. Dengan shalawat, derajat Nabi Muhammad Saw. selalu naik

dalam kesempurnaan tak terhingga. Jadi, Rasulullah Saw. jelas menerima

manfaat atas salawat kita kepadanya, menurut pendapat ulama yang sahih.

Tetapi orang yang bersalawat tidak seharusnya bermaksud demikian, tetapi

38

Al-Sakhāwī, al-Qaul al-Bādiʽ, h. 57. 39

Ihsan M Dahlan Jampes, Sirajut Ṭalibīn ʽalā Minhāj al-ʽAbidīn, (Indonesia, Daru Ihyā

al-Kutb al-ʽArābīyah: T.t), j. 1, h. 14.

Page 46: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45722/1/NINGRUM...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Ningrum LestariPublish Year: 2019

32

bermaksud tawasul kepada Allah (melalui salawat) dalam mewujudkan

harapannya.”40

Habib Syarief Muhammad al-Aydrus (w. 1829 M) menjelaskan definisi

salawat secara istilah dengan, “Suatu amal yang berisi permohonan doa kepada

Allah agar Dia mencurahkan keselamatan dan keberkahan untuk Nabi Muhammad

SAW, dan orang yang bershalawat itu memperoleh pahala di sisi Allah Ta’ala.”41

Mengacu pada beberapa kaul para ulama seperti Ibn Manzūr, Ibn Abbās dan

beberapa ulama lain, maka definisi salawat yang dimaksud dalam skripsi ini

adalah doa, berkah, dan kebaikan.

40

Muḥammad Nawawī al-Bantānī, Kasyifatus Saja, (Indonesia, Daru Ihyā al-Kutb al-

ʽArābīyah, T.t), h. 4. 41

Habib Syarief Muhammad al-Aydrus, 135 Shalawat Nabi: Keutamaan, Tata Cara dan

Khasiatnya, (Bandung: Pustaka Hidayah, 2010), h. 7.

Page 47: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45722/1/NINGRUM...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Ningrum LestariPublish Year: 2019

33

BAB III

PEMAHAMAN HADIS RAGAM REDAKSI SALAWAT DAN

KEUTAMAANNYA

A. Redaksi Salawat dalam Hadis

Sedikit sekali hadis yang menjelaskan redaksi salawat kepada Rasul Saw., baik

yang diajarkan oleh Rasulullah Saw., sendiri maupun dari sahabat yang selanjutnya

diafirmasi oleh Rasul Saw., sehingga redaksi salawat tersebut hanya ada satu,

walaupun dalam beberapa riwayat ada beberapa perbedaan redaksi juga.

1. Redaksi Salawat yang Diajarkan Rasulullah SAW

a. Menggunakan redaksi “āli Muḥammad”

Redaksi salawat yang paling banyak diriwayatkan dan menjadi satu-satunya

redaksi lengkap salawat dalam hadis adalah salawat yang ditanyakan kepada seorang

sahabat bernama Ka’ab ibn ʽUjrah kepada Rasulullah Saw. Redaksi salawat yang

diajarkan oleh Rasul Saw. kepada Kaʽab ini diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari

dalam kitab Ṣaḥīḥ al-Bukhāri berikut ini: 1

ث نا أبو ث نا عبد الواحد بن زياد حد ث نا ق يس بن حفص وموسى بن إساعيل قال حد حدلى قال ف روة مسلم بن سال ال ع عبد الرحن بن أب لي ثن عبد الله بن عيسى س مدان قال حد

عت ها من النب صلى الله عليه وسل م ف قل لقين كعب بن عجرة ف قال أل أهدي لك هدية س دها ل ف قال سألنا رسول الله صلى الله عليه وسلم ف قلنا يا رسول الله كيف الصلة ب لى فأه

مد وعلى اللهم صل على م قولوا عليكم أهل الب ي فإن الله قد علمنا كيف نسلم عليكم قال يد ميد اللهم بارك على م مد آل ممد كما صلي على إب راهيم وعلى آل إب راهيم إنك ح

يد ميد وعلى آل ممد كما بارك على إب راهيم وعلى آل إب راهيم إنك حArtinya, “Telah bercerita kepada kami Qais bin Hafsh dan Musa bin

Isma'il keduanya berkata telah bercerita kepada kami 'Abdul Wahid bin Ziyad

1 Muḥammad ibn Ismāʽīl al-Bukhārī, Ṣaḥīḥ al-Bukhārī, (Kairo: Dār ṭūq al-Najāh, 1422 H), j.

4, h. 146.

Page 48: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45722/1/NINGRUM...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Ningrum LestariPublish Year: 2019

34

telah bercerita kepada kami Abu Farwah Muslim bin Salim Al Hamdaniy

berkata telah bercerita kepadaku 'Abdullah bin 'Isa dia mendengar 'Abdur

Rahman bi Abi Laila berkata; Ka'ab bin 'Ujrah menemui aku lalu berkata;

"Maukah kamu aku hadiahkan suatu hadiah yang aku mendengarnya dari Nabi

shallallahu 'alaihi wasallam". Aku jawab; "Ya, hadiahkanlah aku". Lalu dia

berkata; "Kami pernah bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi

wasallam; "Wahai Rasulullah, bagaimana caranya kami bershalawat kepada

tuan-tuan kalangan Ahlul Bait sementara Allah telah mengajarkan kami

bagaimana cara menyampaikan salam kepada kalian?". Maka Beliau bersabda:

"Ucapkanlah; Allāhumma ṣalli 'alā Muḥammadin wa 'alā āli Muḥammad kamā

ṣāllaita 'alā Ibrāhīm wa 'alā āli Ibrāhīm innaka ḥamīdun majīd. Allāhumma

bārik 'alā Muḥammadin wa 'alā āli Muḥammadin kamā bārakta 'alā Ibrāhīm wa

'alā āli Ibrāhīm innaka ḥamīdun majīd" (Ya Allah berilah shalawat kepada

Muhammad dan kepada keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah

memberi shalawat kepada Ibrahiim dan kepada keluarga Ibrahim,

sesungguhnya Engkah Maha Terpuji dan Maha Mulia. Ya Allah berilah

barakah kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau

telah memberi barakah kepada Ibrahim dan kepada keluarga Ibrahim,

sesungguhnya Engkah Maha Terpuji dan Maha Mulia) ". (HR. Al-Bukhārī)

Secara kesahihan sanad, hadis ini tidak diragukan lagi kesahihannya karena

diriwayatkan dalam kitab sahih. Selain diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari, hadis

yang sama, yakni melalui Kaʽab ibn ʽUjrah juga memiliki banyak riwayat dalam kitab

lain dengan syāhid dan sanad yang berbeda-beda: Ṣaḥīḥ Muslim,2 Sunan Ibn Mājjah,

3

Al-Mustadrāk al-Ḥākim,4 Ṣaḥīḥ Ibn Hibbān,

5 Sunan al-Tirmidzī,

6 Muwaṭṭāʽ Imam

Mālik,7 Sunan Abū Dawūd,

8 Musnad Al-Dārimī,

9 Sunan al-Kubrā al-Bayhāqī,

10

Musnad Aḥmad,11 dan Muʽjam al-Awsaṭ. Seluruh riwayat tersebut sama-sama

2 Muslim ibn Ḥajjāj al-Naisabūrī, ṣaḥīḥ Muslim, (Beirut: Dār al-Jīl, 1334 H), j. 2, h. 16.

3 Muḥammad ibn Yāzid al-Qazwainī, Sunan Ibn Mājjah, (Beirut: Dār al-Fikr, T.t), j. 1, h. 293.

4 Al-Ḥākim al-Naisābūrī, al-Mustadrak, (Beirut: Dār al-Maʽrifah, T.t), j. 3, h. 148.

5 Muḥammad ibn Ḥibbān, Ṣaḥīḥ Ibn Ḥibbān, (Kairo: Muassasah al-Risālah, 1993), j. 5, h. 287.

6 Abū ʽĪsā al-Tirmidzī, Sunan al-Tirmidzī, (Beirut: Dār Gharb, 1998), j. 1, h. 610.

7 Mālik ibn Anas, Muwaṭṭāʽ Imam Mālik, (Kairo: Dār Iḥyā’ Turāts, T.t), j. 1, h. 165.

8 Abū Dawūd, Sunan Abū Dawūd, (Beirut: Dār Kutb al-Arābī, T.t), j. 1, h. 371.

9 ʽAbdullah ibn Abd al-Rahmān al-Dārimī, Sunan al-Dārimī, (Beirut: Dār al-Kutb al-ʽArabi,

1407), j. 1, h. 103. 10

Abū Bakr al-Bayhāqī, Sunan al-Kubrā, (Heyderabad: Majlis Dairah Nidzāmīyah, 1344 H),

j. 2, h. 146. 11

Aḥmad ibn Ḥanbal, Musnad Aḥmad, (Beirut: Muassasah al-Risālah, 1999), j. 3, h. 16.

Page 49: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45722/1/NINGRUM...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Ningrum LestariPublish Year: 2019

35

meriwayatkan redaksi hadis salawat yang sama yang diajarkan oleh Rasulullah

kepada para sahabat, yaitu:

نك كما صلي على إب راهيم وعلى آل إب راهيم إ اللهم صل على ممد وعلى آل ممد

يد ميد اللهم بارك على ممد وعلى آل ممد كما بارك على إب راهيم وعلى آل إب ر اهيم ح

يد ميد إنك ح

Artinya, “Ya Allah berilah shalawat kepada Muhammad dan kepada

keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah memberi shalawat kepada

Ibrahiim dan kepada keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkah Maha Terpuji

dan Maha Mulia. Ya Allah berilah barakah kepada Muhammad dan keluarga

Muhammad sebagaimana Engkau telah memberi barakah kepada Ibrahim dan

kepada keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkah Maha Terpuji dan Maha

Mulia.

Selain redaksi salawat di atas, ada juga beberapa redaksi salawat yang

berbeda, bahkan penulis menemukan lima redaksi yang berbeda, namun perbedaannya

tidak terlalu signifikan.

b. Menggunakan redaksi “azwājihi wa dzurrīyyatihi”

Perbedaan redaksi ini dengan redaksi salawat sebelumnya adalah hanya

mengganti kata “āli Muḥammad” menjadi “azwājihi wa dzurrīyyatihi” sedangkan

kelanjutannya hingga akhir sama.

Perbedaan ini dipengaruhi oleh perbedaan sahabat yang meriwayatkan hadis

tersebut. Jika redaksi salawat yang pertama, perawi dari kalangan sahabatnya adalah

Kaʽab ibn Ujrah, sedangkan redaksi kedua ini perawi sahabatnya adalah Abū Ḥumaid

al-Saʽdī. Hadis redaksi salawat yang kedua ini diriwayatkan oleh Muslim dalam kitab

Ṣaḥīḥ-nya. 12

12

Muslim ibn Ḥajjāj al-Naisabūrī, Ṣaḥīḥ Muslim, (Beirut: Dār al-Jīl, 1334 H), j. 2, h. 16.

Page 50: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45722/1/NINGRUM...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Ningrum LestariPublish Year: 2019

36

ث نا روح ، وعبد اهلل بن نافع ث نا ممد بن عبد اهلل بن ني ، حد ث نا إسحاق بن ( ح)حد وحد

أخب رنا روح ، عن مالك بن أنس ، عن عبد اهلل بن أب بكر ، عن : إب راهيم ، واللفظ له ، قال

يا رسول اهلل ، كيف : أبيه ، عن عمرو بن سليم ، أخب رن أبو حيد الساعدي ، أن هم قالوا

كما صلي على آل اللهم صل على ممد ، وعلى أزواجه ، وذريته قولوا : نصلي عليك ؟ قال

يد إب راهيم ، وبارك على ممد وعلى أزواجه ، وذريته كما بارك على آل إب راهيم ، إنك ح

.ميد

Artinya, “Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Abdullah

bin Numair telah menceritakan kepada kami Rauh dan Abdullah bin Nafi' --

lewat jalur periwayatan lain-- dan telah menceritakan kepada kami Ishaq bin

Ibrahim dan lafazh tersebut miliknya, dia berkata, telah mengabarkan kepada

kami Rauh dari Malik bin Anas dari Abdullah bin Abi Bakar dari bapaknya

dari Amru bin Sulaim telah mengabarkan kepadaku Abu Humaid as-Sa'idi

bahwasanya mereka mengatakan, "Wahai Rasulullah Saw, bagaimana kami

bersalawat atasmu?" Beliau bersabda, "Allāhumma ṣalli 'alaa Muḥammad wa

'alā azwājihi wadzurrīyātihi kamaa ṣallaita 'alā āli Ibrāhīm, wa bārik 'alā

Muḥammad wa 'alā azwājihī wa dzurrīyātihī kamā bārakta 'alā āli Ibrāhīm,

innaka ḥamīdun majīd." Katakanlah, ya Allah, berikanlah salawat atas

Muhammad, istri-istrinya, dan keturunannya sebagaimana Engkau

memberikan salawat atas keluarga Ibrahim. Berilah berkah atas Muhammad,

istri dan keturunannya, sebagaimana Engkau memberikan keberkahan kepada

keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji dan Maha Mulia'."

Hadis ini juga tidak diragukan lagi kesahihan sanadnya karena diriwayatkan

oleh kitab sahih, yaitu Ṣaḥīḥ Muslim. Hadis tersebut, selain diriwayatkan oleh

Muslim, juga diriwayatkan oleh Imam Mālik ibn Anas dalam kitab Muwaṭṭā’-nya13

dengan sanad yang berbeda, walaupun dari sahabat yang sama.

13

Mālik ibn Anas, Muwaṭṭā’, j. 2, h. 65.

Page 51: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45722/1/NINGRUM...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Ningrum LestariPublish Year: 2019

37

c. Menggunakan redaksi “al-nabīy al-ummīy”

Redaksi salawat ketiga yang diajarkan oleh Rasul Saw., adalah diriwayatkan

oleh sahabat Abū Masʽūd yang disebutkan dalam Ṣaḥīḥ Ibn Ḥibban karya Ibn Ḥibbān

berikut:

ث نا أبو األزهر أحد بن األزهر : أخب رنا ممد بن إسحاق بن خزية ، وكتبته من أصله ، قال حدث نا ي عقوب بن إب راهيم بن س : ، وكتبته من أصله ، قال ث نا أب ، عن ابن : عد ، قال حد حد

ثن : إسحاق ، قال ف الصلة على رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا المرء المسلم -وحدد بن إب راهيم الت يمي ، ع -صلى عليه ف صلته د بن عبد الله ب مم .ن زيد بن عبد ربه ن ممأق بل رجل حت جلس ب ي يدي رسول الله صلى الله عليه وسلم ونن : عن أب مسعود ، قال

لم عليك ف قد عرف ناه ، فكيف نصلي عليك إذا نن يا رسول الله ، أما الس : عنده ، ف قال نا ف صلتنا ، صلى الله عليك ؟ قال نا أن الرجل ل يسأله ، قال : صلي : فصم حت أحبب

، وعلى آل ممد، كما صلي على صل على ممد النب األمي اللهم : إذا صليتم علي ف قولوا ، كما بارك على وعلى آل ممد وبارك على ممد النب األمي إب راهيم وعلى آل إب راهيم ،

يد ميد إب راهيم وعلى آل إب . راهيم ، إنك حArtinya, “Telah memberi kabar kepada kita Muḥammad ibn Isḥāq ibn

Ḥuzaimah dan ia telah menulis dari asalnya berkata, telah menceritakan

kepada kami Abū al-Azhar Aḥmad ibn al-Azhar dan ia telah menulisnya dari

asalnya berkata, telah menceritakan kepada kami Yaʽqūb ibn Ibrāhīm ibn Saʽd

berkata, telah menceritakan kepada kami Ubay dari Ibn Isḥāq berkata, telah

menceritakan kepadaku dalam hal salawat kepada Rasulullah Saw ketika

seorang muslim bersalawat kepada Rasul Saw., dalam salawatnya-

Muḥammad ibn Ibrāhīm al-Taymī dari Muḥammad ibn Abdullah ibn Zaid ibn

Abd Rabbihi, dari Abī Masʽūd berkata: seorang laki-laki menghadap kepada

Rasulullah Saw dan duduk di sampingnya. Saat itu kami juga ada di sana.

Laki-laki itu pun bertanya kepada Rasulullah Saw: Wahai Rasulullah Saw.,

adapun salam kepadamu kami sudah mengetahui, namun bagaimana (bunyi)

salawat kepadamu saat kita ingin bersalawat kepadamu, wahai Rasulullah

Saw? Abu Mas’ud berkata: laki-laki tersebut diam hingga kami mengira

bahwa laki-laki tersebut tidak bertanya kepada Rasul Saw. Kemudian

Rasulullah SAW menjawab, “Jika kalian ingin bersalawat kepadaku, maka

ucapkanlah, “Allāhumma ṣalli 'alaa Muḥammad al-Nabiy al-Ummi wa 'alā āli

Muḥammad kamaa ṣallaita 'alā āli Ibrāhīm, wa bārik 'alā Muḥammad al-Nabiy

al-Ummi wa 'alā āli Muḥammad kamā bārakta 'alā āli Ibrāhīm, innaka

ḥamīdun majīd.” Katakanlah, ya Allah, berikanlah salawat atas Muhammad,

Page 52: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45722/1/NINGRUM...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Ningrum LestariPublish Year: 2019

38

seorang nabi yang ummī dan kepada keluarganya sebagaimana Engkau

memberikan salawat atas keluarga Ibrahim. Berilah berkah atas Muhammad,

seorang nabi yang ummī dan kepada keluarganya, sebagaimana Engkau

memberikan keberkahan kepada keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkau

Maha Terpuji dan Maha Mulia'.

Dari kedua redaksi salawat sebelumnya, perbedaan redaksi salawat yang

ketiga ini terletak pada penyifatan Rasul Saw dengan kata “al-nabī al-ummīy” setelah

kata “Muḥammad.” Kalimat-kalimat setelahnya lebih kurang sama dengan kedua

redaksi salawat sebelumnya.

Hadis ini selain diriwayatkan oleh Ibn Ḥibbān juga diriwayatkan oleh

beberapa mukharrij yang lain dengan sanad yang berbeda-beda, yaitu oleh al-Ḥākim

dalam Al-Mustadrak-nya,14

al-Dāruquṭnī dalam Sunan-nya,15

Ibn ḥuzaimah dalam

Ṣaḥīḥ Ibn Ḥuzaimah,16

Aḥmad ibn Ḥanbal dalam Musnad Aḥmad,17

dan Sunan al-

Kubrā al-Bayhāqī karya Imam al-Bayhāqī.18

d. Menggunakan redaksi “Abdika wa Rasūlika”

Redaksi hadis keempat diriwayatkan oleh Imam al-Bukhāri dengan

menambahkan kata “ʽAbdika wa rasūlika” setelah kata “Muḥammad”. 19

ثن ابن الاد عن عبد الله بن خباب ث نا الليث قال حد ث نا عبد الله بن يوسف حد عن أب حداللهم صل سعيد الدري قال ق لنا يا رسول الله هذا التسليم فكيف نصلي عليك قال قولوا

صلي على آل إب راهيم وبارك على ممد وعلى آل ممد كما كما على ممد عبدك ورسولك ارك على آل قال أبو صالح عن الليث على ممد وعلى آل ممد كما ب بارك على إب راهيم

14

Al-Ḥākim, Al-Mustadrak, j. 1, h. 268. 15

Abū al-Hasan al-Dāruquṭnī, Sunan al-Dāruquṭnī, (Beirut: Muassasah al-Risālah, 2004), j. 2,

h. 168. 16

Abū Bakr ibn Ḥuzaimah, ṣaḥīḥ Ibn Ḥuzaimah, (Beirut: al-Maktab al-Islāmī, T.t), j. 1, h.

351. 17

Aḥmad ibn Ḥanbal, Musnad Aḥmad, j. 28, h. 304. 18

al-Bayhāqī, Sunan al-Kubrā, j. 2, h. 146. 19

Al-Bukhārī, Ṣaḥīḥ al-Bukhārī, j. 6, h. 121.

Page 53: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45722/1/NINGRUM...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Ningrum LestariPublish Year: 2019

39

ث نا ابن أب حازم والدراوردي عن يزيد وقال ك ث نا إب راهيم بن حزة حد ما صلي على إب راهيم حد آل إب راهيم إب راهيم وبارك على ممد وآل ممد كما بارك على إب راهيم و

Artinya, “Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Yusuf Telah

menceritakan kepada kami Al-Laits dia berkata; Telah menceritakan kepadaku

Ibnu Al Haad dari Abdullah bin Khabbab dari Abu Sa'id Al-Khudzrī dia

berkata; Aku berkata; 'Ya Rasulullah, mengucapkan salam udah kami ketahui,

lalu bagaimana mengucapkan shalawat kepadamu? Beliau menjawab:

"Ucapkanlah: Allāhumma ṣalli 'alā Muḥammad, 'abdika wa rasūlika kamā

ṣallaita alā āli Ibrāhīm wa bārik ʽalā Muḥammad wa 'alā 'āli Muḥammad kamā

bārakta 'alā Ibrāhīm. - Abu Shalih berkata; dari al-Laits - dengan lafazh; 'alā

Muḥammad wa 'alā 'āli Muḥammad kamā bārakta 'alā āli Ibrāhīm.' Telah

menceritakan kepada kami Ibrahim ibn Hamzah Telah menceritakan kepada

kami Ibnu Abu Hazim dan al-Darāwardi dari Yazid ia berkata dengan lafaz;

'Kama ṣallaita 'alā Ibrāhīm, wa bārik ʽalā Muḥammad wa āli Muḥammad kamā

bārakta ʽalā Ibrāhīm wa āli Ibrāhīm.”

Dalam hadis di atas, Imam al-Bukhārī tidak hanya menyebutkan redaksi awal

salawat dalam riwayat Abū Said al-Khudzrī (w. 64 H) tetapi juga menyebutkan

berbagai riwayat terkait kalimat lanjutan salawat tersebut. Hadis yang sama juga

diriwayatkan oleh beberapa mukharrij hadis dari sahabat yang sama, yaitu Abū Sāʽid

al-Khudzrī, tentunya dengan sanad yang berbeda-beda, yaitu: Sunan Al-Nasā’ī,20

Musnad Aḥmad,21

dan Sunan Ibn Mājjah.22

Walaupun mereka tidak menyebutkan

secara rinci perbedaan riwayat untuk kalimat terakhir salawat tersebut sebagaimana

yang telah disebutkan oleh Imam al-Bukhāri dalam riwayatnya di atas.

e. Menggunakan redaksi “wa anzilhu al-maqʽad al-muqarrab ʽindaka”

Sedangkan redaksi kelima ini sangat berbeda dengan redaksi-redaksi

sebelumnya. Redaksi terakhir yang diajarkan Rasul kepada sahabat yang sangat

20

Al-Nasā’ī, al-Mujtabā min al-Sunan, j. 3, h. 49. 21

Aḥmad ibn Ḥanbal, Musnad Aḥmad, j. 4, h. 2032. 22

Ibn Mājjah al-Qazwainī, Sunan Ibn Mājjah, j. 1, h. 292.

Page 54: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45722/1/NINGRUM...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Ningrum LestariPublish Year: 2019

40

berbeda dengan redaksi sebelumnya ini diriwayatkan oleh al-Ṭabrāni dalam al-

Muʽjam al-Kabīr, dan tidak ditemukan riwayat lain selain riwayat al-Ṭabrānī ini. 23

حدثنا عبد امللك بن حيىي بن بكي املصري ثنا أب ثنا ابن ليعة عن بكر بن سوادة عن زياد بن قال رسول اهلل صلى اهلل : نعيم عن وفاء بن سريح احلضرمي عن رويفع بن ثاب األنصاري قال

ه ل ب ج و ة ام ي ق ال م و ي ك د ن ع ب ر ق م ال د ع ق م ال ه ل ز ن أ و د م ى م ل ع ل ص م ه لل ا قال من : عليه و سلم ت اع ف ش

Artinya, “telah menceritakan kepada kami Abd al-Mālik ibn Yahyā ibn

Bukair al-Miṣrī, ia berkata, telah menceritakan kepada kami Ibn Lahīʽah dari

Bakr ibn Sawādah dari Ziyād ibn Nuʽaim dari Wafā’ ibn Suraiḥ al-Ḥaḍrāmī

dari Ruwaifiʽ ibn Tsābit al-Anṣārī berkata, Rasulullah Saw. bersabda, “Siapa

yang mengucapkan ‘Allahumma ṣalli ʽalā Muḥammad wa anzilhu al-maqʽad

al-muqarrab ʽindaka yaum al-qiyāmah’. Maka ia wajib mendapatkan

syafaatku.”

Walaupun hadis ini hanya diriwayatkan oleh al-Ṭabrāni, namun oleh al-Suyūṭī,

hadis ini disebut sebagai hadis yang hasan.24

Dari lima redaksi berbeda ini, walaupun empat redaksi awal agak mirip,

perbedaan ini dipengaruhi oleh siapa sahabat yang meriwayatkan. Walaupun jika kita

tilik kembali sebenarnya empat redaksi pertama tersebut disebutkan Nabi Muhammad

Saw. dalam satu kejadian, yakni kejadian ketika Rasul Saw. ditemui seorang laki-laki

untuk meminta diajarkan salawat. Dalam redaksi hadis kedua, ketiga, dan keempat,

memang tidak disebutkan nama dari laki-laki yang menghadap tersebut (hanya

disebutkan dengan sebutan “rajulun”), namun dalam redaksi hadis pertama,

disebutkan dengan gamblang bahwa lelaki yang menghadap tersebut adalah periwayat

hadis itu sendiri, yaitu Basyir ibn Saʽad. Lalu mengapa bukan Kaʽab ibn Ujrah?

Karena Kaʽab menggunakan damir na (نا), ini menunjukkan bahwa Kaʽab seperti

perawi sahabat lain yang sama-sama berada di majelis tersebut ketika laki-laki

23

Al-Ṭabrānī, Muʽjam al-Kabīr, (Madinah: Maktabah al-ʽUlm wa al-Ḥikam, 1983), j. 5, h. 25. 24

Jalāl al-Dīn al-Suyūṭī, Jāmiʽ al-Aḥādīts, (Riyadh: Maktabah al-Maārif, t.t), j. 6, h. 241.

Page 55: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45722/1/NINGRUM...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Ningrum LestariPublish Year: 2019

41

tersebut bertanya kepada Rasul Saw. Sedangkan Basyir ia mengatakan sendiri bahwa

ia yang bertanya langsung kepada Rasul Saw.

Untuk lebih mudah, lihat tabel berikut ini:

NO Redaksi Salawat Sahabat Riwayat Hukum

hadis

وعلى آل ممد اللهم صل على ممد .1كما صلي على إب راهيم ، وبارك على

كما بارك على ممد وعلى آل ممد يد ميد إب راهيم ف العالمي ، إنك ح

Kaʽab ibn ʽUjrah.

(perawi)

Basyir ibn

Saʽad. (pelaku dan

perawi sahabat)

Al-Bukhārī

Muslim

Ibn Mājjah

Ibn Hibbān

Al-Tirmidzī

Mālik ibn Anas

Abū Dawūd

Al-Dārimī

Al-Bayhāqī

Aḥmad ibn Ḥanbal

Al-Ṭabrānī

Sahih

وعلى أزواجه اللهم صل على ممد .2كما صلي على آل إبراهيم وبارك وذريته

على ممد وعلى أزواجه وذريته كما بارك على آل إبراهيم إنك حيد ميد

Abū Ḥumaid al-

Sā’īdī (perawi) Muslim

Mālik ibn Anas

Sahih

، وعلى ممد النب األمى اللهم صل على .3آل ممد كما صلي على إب راهيم ، وعلى آل إب راهيم ، وبارك على ممد النب األمى ، وعلى آل ممد كما بارك على إب راهيم

يد ميد وعلى آل إب راهيم ، إ نك ح

Abī Masʽūd

(perawi) Al-Bayhāqī

Ibn Ḥibbān

Al-Mustadrak

Al-Dāruquṭnī

Ibn Ḥuzaimah

Aḥmad ibn Ḥanbal

Sahih

كما عبدك ورسولك اللهم صل على ممد .4صلي على آل إب راهيم وبارك على ممد وعلى آل ممد كما بارك على إب راهيم

Abū Saʽīd al-

Khudrī (perawi) Al-Bukhārī

Al-Nasā’ī

Aḥmad

Ibn Mājjah

Sahih

وأنزله املقعد املقرب اللهم صل على ممد .5 القيامةعندك يوم

Ruwaifiʽ ibn Tsābit Al-Ṭabrānī

Hasan

Dari tabel di atas, bisa kita simpulkan bahwa perbedaan kelima redaksi salawat

tersebut bersumber dari Rasulullah Saw. sendiri. Perbedaan redaksi salawat tersebut

Page 56: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45722/1/NINGRUM...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Ningrum LestariPublish Year: 2019

42

disampaikan oleh Rasul Saw. kepada lima sahabat yang berbeda. Berkenaan dengan

sebab perbedaan tersebut diharapkan penelitian lebih lanjut.

2. Redaksi Salawat yang Diucapkan Sahabat.

Selain redaksi salawat yang diajarkan oleh Rasul Saw. berikut ini penulis

paparkan dua contoh salawat yang dibuat oleh sahabat dan bukan dari Rasul Saw.

a. Redaksi Salawat yang Dibuat oleh Sahabat dari Suku Badui

Dalam sebuah hadis disebutkan sebuah riwayat redaksi salawat yang

diriwayatkan oleh seorang sahabat bernama Zaid ibn Tsābit dari seorang Badui yang

mengucapkan salawat dan salam kepada Rasul Saw.. Walaupun redaksi salawat ini

keluar dari mulut seorang sahabat Badui, namun redaksi salawat tersebut diafirmasi

oleh Rasul Saw., ini juga bisa disebut sebagai sunnah taqiririyah Rasul SAW, yaitu

sunnah yang dilakukan oleh seorang sahabat, namun Rasul Saw. diam dan tidak

marah, sehingga bisa disimpulkan bahwa Rasul Saw., juga memperbolehkannya.25

Hadis ini diriwayatkan oleh al-Ṭabrānī dalam al-Muʽjam al-Kabīr.26

حدثنا احلسي بن إسحاق التسرتي، ثنا فروة بن عبد اهلل بن سلمة األنصاري، باألبواء، ثنا هارون بن حيىي احلاطب، ثنا زكريا بن إساعيل بن يعقوب بن إساعيل بن زيد بن ثاب ، عن أبيه

غدونا يوما غدوة من : قال زيد بن ثاب : ن ثاب ، قالإساعيل، عن عمه سليمان بن زيد بالغدوات مع رسول اهلل صلى اهلل عليه وسلم حت كنا ف ممع طرق املدينة، فبصرنا بأعراب أخذ

السلم عليك أيها : ونن حوله، فقالخبطام بعيه حت وقف على النب صلى اهلل عليه وسلم : قال« كيف أصبح ؟»: لنب صلى اهلل عليه وسلم فقالالنب ورحة اهلل وبركاته، فرد عليه ا

يا رسول اهلل هذا األعراب سرق البعي، فرغا : ورغا البعي، وجاء رجل كأنه حرسي، فقال احلرسيالبعي ساعة وحن، فأنص له رسول اهلل صلى اهلل عليه وسلم يسمع رغاءه وحنينه، فلما هدأ

انصرف عنه فإن البعي شهد عليك »: على احلرسي فقال البعي أقبل النب صلى اهلل عليه وسلم

25 Hadits yang berupa ketetapan Nabi saw terhadap apa yang datang atau yang dilakukan

sahabatnya. Nabi saw membiarkan atau mendiamkan suatu perbuatan yang dilakukan oleh para

sahabatnya tanpa memberikan penegasan apakah beliau bersikap membenarkan atau

mempermasalahkannya. Maḥmūd al-ṭaḥḥān, Taysīr Musṭalāh al-Ḥadīts, h. 47. 26

Al-Ṭabrānī, Muʽjam al-Kabīr, (Madinah: Maktabah al-ʽUlm wa al-Ḥikam, 1983), j. 5, h. 25.

Page 57: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45722/1/NINGRUM...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Ningrum LestariPublish Year: 2019

43

أي »: فانصرف احلرسي، وأقبل النب صلى اهلل عليه وسلم على األعراب فقال« أنك كاذبى ق ب ت ل ت ح د م لى م ع ل ص م ه لل ي ا م أ و ن أ ب أ ب : قل : قال« شيء قل حي جئتن؟

، م ل ى س ق ب ي ل ت ح د م لى م ع م ل س م ه لل ، ا ة ك ر ى ب ق ب ت ل ت ح د م ى م ل ع ك ار ب م ه لل ، ا ة ل ص إن اهلل جل »: ، فقال رسول اهلل صلى اهلل عليه وسلمة ح ى ر ق ب ت ل ت ا ح د م م م ح ار و م ه لل ا

«وإن امللئكة قد سدوا األفق وعز أبداها ل والبعي ينطق بعذره،Artinya, “telah menceritakan kepada kami al-Ḥusain ibn Isḥāq al-

Tustarī, ia berkata telah menceritakan kepada kami Furwah ibn Abdullah ibn

Salamah al-Anṣārī dan al-Abwāʽ, mereka berkata telah menceritakan kepada

kami Hārūn ibn Yaḥyā al-Ḥaṭābī, ia berkata, telah menceritakan kepada kami

Zakariya ibn Ismāʽīl ibn Yaʽqūb ibn Ismāʽī ibn Zayd ibn Tsābit dari ayahnya,

Ismāʽīl, dari pamannya, Sulaiman ibn Zayd ibn Tsābit berkata, telah berkata

Zayd ibn Tsābit: Suatu pagi kami melakukan perjalanan bersama Rasulullah

Saw. hingga kami sampai pada suatu perempatan jalan Madinah. Kami melihat

seorang laki-laki Badui memegang tali kekang untanya dan ia mengetahui

keberadaan Rasul Saw. dan kami berada di sekelilingnya. Laki-laki Badui itu

kemudian memberi salam kepada Rasul Saw.: ‘Assalāmu ʽalaika ayyuha al-

nabīy wa raḥmatullahi wa barakātuh.” (semoga keselamatan atasmu wahai

Nabi dan senantiasa mendapatkan rahmat Allah serta keberkahan-Nya). Rasul

pun menjawab, “Bagaimana kabarmu pagi ini?” Zaid berkata, unta yang

dibawa seorang Badui itu pun bersuara. Kemudian datanglah seorang laki-laki,

sepertinya ia al-Ḥarasī. Kemudian al-Ḥarasī mengadu kepada Rasul Saw.:

Wahai Rasul, orang Badui ini mencuri unta. Unta tersebut pun bersuara

kembali. Rasul pun mencoba menangkan unta tersebut hingga ia berhenti

bersuara. Ketika unta itu berhenti bersuara, Rasul pun menghadap kepada al-

Ḥarasī, kemudian Rasul berkata, “Pergilah dari orang Badui itu, sesungguhnya

unta tersebut telah bersaksi bahwa engkau adalah seorang pembohong.” Al-

Ḥarasī pun pergi. Rasul kemudian mendatangi orang Badui tersebut dan

berkata, “Apa yang akan kamu ucapkan saat bertemu denganku tadi?” Orang

Badui tersebut menjawab: Aku akan berkata, “demi ayah dan ibuku

‘Allahumma ṣalli ʽalā Muḥammad ḥattā la tabqā ṣalātan. Allāhummah bārik

ʽalā Muḥammad ḥattā lā tabqā barakatan. Allāhumma sallim ʽalā Muḥammad

ḥattā lā yabqā salām. Allāhumma warḥam Muḥammadan ḥattā lā tabqā

raḥmatan’. Rasulullah Saw berkata, “Sesungguhnya Allah Swt telah

menunjukkan kepadaku dan unta berbicara dengan pembelaannya, Dan

sesungguhnya malaikat telah menyumbat kebohongan.”

b. Redaksi Salawat yang Dibuat oleh Ibn Masʽūd

Selain hadis di atas, yang merupakan sunnah taqririyah dan diafirmasi Rasul,

ada juga sahabat lain yang memberikan salawat dengan redaksi darinya sendiri

Page 58: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45722/1/NINGRUM...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Ningrum LestariPublish Year: 2019

44

walaupun tidak disebutkan apakah telah diafirmasi oleh Rasul Saw. atau belum.

Berikut ini adalah riwayat Ibn Masʽūd (w. 32 H) tentang salawat kepada Rasul Saw.

dengan hadis yang mauquf yang diriwayatkan oleh al-Bayhāqī (w. 458 H) dalam Al-

Daʽwāt al-Kabīr.27

ث نا أبو عثمان ال , أخب رنا أبو ممد احلسن بن علي بن المؤمل وأخب رنا , بصري ح حدث نا ممد بن عبد : أخب رنا أبو عبد الله ممد بن ي عقوب قال , أبو زكريا حيىي بن إب راهيم حد

عن أب فاختة , عون بن عبد الله عن , أخب رنا المسعودي , أخب رنا جعفر بن عون , الوهاب إذا صليتم على رسول الله صلى الله عليه : قال عبد الله بن مسعود : قال , عن األسود ,

, علمنا : ف قالوا له , ل ذلك ي عرض عليه فإنكم ل تدرون لع , وسلم فأحسنوا الصلة عليه , وإمام المتقي , اللهم اجعل صلواتك وب ركاتك ورحتك على سيد المرسلي : قولوا : ف قال

اللهم اب عثه , ورسول الرحة , وقائد الي , إمام الي و , ممد عبدك ورسولك , وخات النبيي د وعلى آل ممد كما صلي , مقاما ممودا ي غبطه به األولون والخرون اللهم صل على مم

يد ميد على إب راهيم وآل إب راه وبارك على ممد وآل ممد كما بارك على , يم إنك حيد ميد , إب راهيم وآل إب راهيم .إنك ح

Artinya, “Telah menceritakan kepada kami Abū Muḥammad al-Ḥasan

ibn ʽAlī ibn Mu’ammal.Ia berkata, telah menceritakan kepada kami Abū

ʽUtsman al-Baṣrī (ḥa), telah menceritakan kepada kami Abū Zakariya Yaḥya

ibn Ibrāhīm, ia berkata telah menceritakan kepada kami Abū ʽAbdillah

Muḥammad ibn Yaʽqūb, keduanya berkata, telah menceritakan kepada kami

Muḥammad ibn ʽAbdul Wahhāb, ia berkata telah menceritakan kepada kami

Jaʽfar ibn ʽAun, ia berkata telah menceritakan kepada kami al-Masʽūdī dari

ʽAun ibn ʽAbdillah dari Abī Fākhitah, dari al-Aswad berkata, Abdullah ibn

Masʽūd berkata: Jika kalian bersalawat kepada Rasul Saw., maka perbaguslah

salawat kalian kepadanya. Karena kalian tidak mengetahui bahwa salawat

kalian itu diperlihatkan kepadanya. Kemudian mereka berkata kepada Ibn

Masʽūḍ: ajarkanlah kepada kami. Ibn Masʽūd pun berkata: Katakanlah

“Allāhumma ijʽāl ṣalawātika, wa barakātika wa raḥmataka ala sayyid al-

mursalīn, wa imām al-muttaqīn, wa khātam al-nabīyīn, Muḥammadin ʽAbdika

wa Rasūlika wa imām al-khaīr wa qāid al-khair, wa rasūl al-raḥmah.

Allāhumma ib’atshu maqām al-maḥmūda yaghbiṭuhu bihi al-awwalūn wa al-

ākhirūn, allāhumma ṣalli ʽalā Muḥammad wa ʽalā āli Muḥammad kamā

ṣallaita ʽalā Ibrāhīm wa āli Ibrāhīm, wa bārik ʽalā Muḥammad wa ʽalā āli

27

Abū Bakr al-Bayhāqī, al-Daʽwāt al-Kabīr, (Kuwait: Ghirās li al-Nasyr wa al-Tauzīʽ, 2009),

j. 1, h. 258.

Page 59: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45722/1/NINGRUM...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Ningrum LestariPublish Year: 2019

45

Muḥammad kamā bārakta ʽalā Ibrāhīm wa ʽalā āli Ibrāhīm, fi al-ʽālamīna

innaka ḥamīd al-majīd.”

Salawat ini juga diriwayatkan oleh Abdullah Ibn ʽUmar dalam kitab al-

Maṭālib al-ʽAlīyah karya Ibn Ḥajar al-Asqalānī.28 Secara umum, lafaz salawat ini tidak

jauh beda dengan salawat yang diajarkan oleh Rasulullah Saw. kepada Basyīr ibn

Sa’ād yang telah disebutkan sebelumnya, hanya saja para sahabat ini, baik Ibn Masʽūd

ataupun Ibn ʽUmar menambahkan beberapa redaksi lain sebelum salawat yang

diajarkan Rasul Saw.

Berpijak pada paparan redaksi salawat dari Rasul Saw. dan selain Rasul,

bahwa bisa disimpulkan sementara bahwa redaksi salawat tidak harus bersumber dari

Rasul Saw. Redaksi salawat yang bersumber dari selain Rasul Saw. juga dapat dinilai

keabsahannya.

B. Redaksi Keutamaan Salawat

Al-Sakhawī dalam Al-Qaul al-Badī’ menjelaskan sekitar 52 keutamaan

membaca salawat.29

Namun dalam hadis, hanya ditemukan enam hadis saja yang

marfu terkait keutamaan salawat.

1. Allah Swt. Akan Bersalawat Sepuluh Kali

Salah satu hadis yang paling banyak dikutip dalam berbagai kitab hadis dan

juga kitab-kitab yang menjelaskan keutamaan salawat adalah hadis berikut:

من صلى على واحدة صلى الله عليه عشرا

Artinya, “Jika seseorang membaca salawat kepadaku satu kali, maka

Allah Swt. akan bersalawat kepadanya sepuluh kali.”

28

Ibn Ḥajar al-Asqalānī, al-Maṭālib al-ʽaliyyah, (Beirut: Dar al-Kutb, T.t), j. 9, h. 411. 29

Al-Sakhawī, al-Qaul al-Badīʽ, h. 231-232.

Page 60: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45722/1/NINGRUM...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Ningrum LestariPublish Year: 2019

46

Hadis ini diriwayatkan oleh Muslim dalam Ṣaḥīḥ-nya.30

Selain itu,

diriwayatkan juga oleh beberapa mukharrij yang lain, seperti, Aḥmad ibn Ḥanbal

dalam Musnad-nya,31

Sunan Abī Dāwud,32

Sunan al-Nasā’ī,33

dan Ṣaḥīḥ Ibn Ḥibbān.

34

2. Allah Swt. Akan Mencatat Sepuluh Kebaikan

Beberapa mukharrij lain meriwayatkan dengan beberapa redaksi yang berbeda.

Perbedaan tersebut biasanya terdapat dalam jumlah balasan salawat yang disiapkan

oleh Allah Swt., untuk orang yang membaca salawat, seperti hadis yang diriwayatkan

oleh Imam Aḥmad ibn Ḥanbal berikut ini:

ث نا ربعي ث نا عبد الرحن بن إسحاق عن العلء بن عبد الرحن عن أبيه عن أب هري رة حد حدا ل له ب قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم من صلى علي مرة واحدة كتب الله عز وج

عشر حسنات Artinya, “Telah menceritakan kepadaku Ribʽi, ia berkata, telah

menceritakan kepadaku Abdurrahman ibn Isḥāq, dari al-ʽAlā’, dari ayahnya,

dari Abū Hurairah berkata, Rasulullah Saw. bersabda: Siapapun orang yang

membaca salawat kepadaku satu kali maka Allah akan mencatat baginya

sepuluh kebaikan.

Hadis ini tidak hanya diriwayatkan oleh Aḥmad, beberapa Mukharrij yang lain

juga meriwayatkan, seperti: Ṣaḥīḥ Ibn Ḥibban,35

Sunan al-Kubra al-Nasāʽī,36

dan

Musnad Abī Yaʽlā.37

Dalam redaksi yang berbeda, dengan menyebutkan redaksi yang lebih

lengkap, Imam Muslim dalam ṣaḥīḥ-nya juga menyebutkan hadis yang kurang lebih

semakna dengan beberapa hadis di atas.

30

Muslim, Ṣaḥīḥ Muslim, j. 2, h. 17. 31

Aḥmad ibn Ḥanbal, Musnad Aḥmad, j. 14, h. 444. 32

Abī Dāwud, Sunan Abī Dāwud, j. 1, h. 562. 33

Al-Nasā’ī, Sunan al-Nasā’ī, j. 3, h. 50. 34

Ibn Ḥibbān, Ṣaḥīḥ Ibn Ḥibbān, j. 3, h. 187. 35

Ibn Ḥibbān, Ṣaḥīḥ Ibn Ḥibban, j. 3, h. 186. 36

Al-Nasā’ī, Sunan al-Kubrā, j. 9, h. 30. 37

Abū Yaʽlā al-Mūṣilī, Musnad Abī Yaʽlā, (Damaskus: Dar Maʽmūn, 1984), j. 7, h. 75.

Page 61: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45722/1/NINGRUM...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Ningrum LestariPublish Year: 2019

47

ث نا عبد الله بن وهب عن ث نا ممد بن سلمة المرادى حد وة وسعيد بن أب أيوب حد حي ع وغيها عن كعب بن علقمة عن عبد الرحن بن جب ي عن عبد الله بن عمرو بن العاص أنه س

عتم المؤذن ف ق » ي قول -صلى اهلل عليه وسلم-النب ولوا مثل ما ي قول ث صلوا على فإنه إذا سنة ل من صلى على صلة صلى الله عليه با عشرا ث سلوا الله ل الوسيلة فإن ها منزلة ف ا

جو أن أكون أنا هو فمن سأل ل الوسيلة حل له الشفاعة ت نبغى إل لعبد من عباد الله وأر Artinya, “Telah menceritakan kepada kami Muhammad ibn Salamah

al-Murādī, ia berkata, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibn Wahb,

dari Ḥaywah dan Saʽīd ibn Abī Ayyūb dan selain keduanya dari Kaʽab ibn

ʽAlqamah dari Abdurrahman ibn Jabīr dari Abdullah ibn ʽAmr ibn al-ʽĀṣ.

Sesungguhnya ia mendengar Rasulullah Saw., bersabda, “Jika kalian

mendengar seorang muazin (mengumandangkan azan), maka ucapkanlah

ucapan yang diucapkan muazin tersebut. Kemudian bersalawatlah kepadaku.

Sesungguhnya orang yang bersalawat kepadaku satu kali, maka Allah akan

bersalawat kepadanya sepuluh kali. Mohonlah kepada Allah wasilah untukku,

karena wasilah adalah kedudukan yang tinggi di surga, tidaklah layak tempat

tersebut kecuali untuk seorang hamba dari hamba-hamba Allah, dan aku

berharap aku hamba tersebut. Dan barangsiapa memintakan wasilah untukku,

maka syafa'at halal untuknya."

Selain diriwayatkan oleh Muslim, hadis di atas, juga diriwayatkan dalam Al-

Muʽjam al-Awsaṭ,38

Sunan al-Nasā’ī,39

Musnad Aḥmad,.40

Sunan Abī Dawūd,41

Ṣaḥīḥ

ibn Ḥuzaimah,42

dan Sunan al-Tirmidzī.43

3. Allah Swt. Akan Bersalawat Sepuluh Kali dan Akan Dicatat Sebagai Orang

yang Terbebas dari Kemunafikan dan Api Neraka.

Dengan redaksi yang hampir mirip, beberapa mukharrij juga meriwayatkan

dengan beberapa tembahan, seperti dalam redaksi hadis riwayat al-Ṭabrānī dalam al-

Muʽjam al-Awsaṭ berikut ini:

38

Al-Ṭabrānī, al-Muʽjam al-Awsaṭ, j. 3, h. 121. 39

Al-Nasā’ī, Sunan al-Nasā’ī, j. 2, h. 25. 40

Aḥmad ibn Ḥanbal, Musnad Aḥmad, j. 11, h. 28. 41

Abū Dawūd, Sunan Abī Dawūd, j. 1, h. 206. 42

Ibn Ḥuzaimah, Ṣaḥīḥ Ibn Ḥuzaimah, j. 1, h. 218. 43

Al-Tirmidzī, Sunan al-Tirmīdzi, j. 6, h. 13.

Page 62: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45722/1/NINGRUM...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Ningrum LestariPublish Year: 2019

48

نديسابو ث نا ممد بن مسلم بن عبد اهلل بن ا ث نا إب راهيم بن سلم بن رشيد حد ري ، حدث نا عبد العزيز بن ق يس بن عبد الرحن ، عن حيد الطويل ، ع ن أنس الجيمي البصري ، حد

من صلى علي صلة واحدة ، صلى : قال رسول اهلل صلى اهلل عليه وسلم : بن مالك ، قال تب الله الله عليه عشرا، ومن صلى علي عشرا ، صلى الله عليه مائة ، ومن صلى علي مائة ، ك

ن يه النار ، وأسكنه الله ي وم القيامة مع الشهداء ب راءة من الن فاق ، وب راءة من : له ب ي عي Artinya, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibn Muslim, ia

berkata, telah menceritakan kepada kami, Ibrāhīm ibn Muslim ibn Rasyīd ibn

al-Fākhir al-Hujaimi, ia berkata, telah menceritakan kepada kami, Abdul Azīz

ibn Qays ibn Abdurrahman, ia berkata, telah menceritakan kepada kami

Ḥamīd al-Ṭawīl, dari Anas ibn Mālik berkata, Rasulullah Saw bersabda: Siapa

yang membaca salawat sekali, Allah Swt. akan bersalawat kepadanya sepuluh

kali, siapa yang membaca salawat sepuluh kali, Allah Swt. akan bersalawat

kepadanya seratus kali. Siapa yang membaca salawat sebanyak 100 kali, maka

Allah Swt. akan mencatatnya terbebas dari kemunafikan dan terbebas dari api

neraka. Serta Allah Swt. akan menempatkannya pada hari kiamat bersama para

syuhada’.”

4. Dihapus Sepuluh Kesalahannya dan Diangkat Sepuluh Kali Lipat

Derajatnya

Selain hadis di atas, ada juga riwayat Imam al-Nasā’ī yang mencantumkan

hadis lain dengan beberapa redaksi yang sama, namun ada beberapa tambahan balasan

bagi orang yang bersalawat kepada Nabi, yaitu dihapus sepuluh kesalahannya dan

diangkat sepuluh kali lipat derajatnya.

ث نا يونس بن أب إس : أخب رنا إسحاق بن منصور ، قال حاق ، أخب رنا ممد بن يوسف ، حدث نا أنس بن مالك قال قال رسول اهلل صلى الله عليه وسلم من : عن ب ريد بن أب مري ، حد

، صلى علي صلة واحدة ، صلى الله عليه عشر صلوات ، وحط عنه عشر خطيئات . ورفع له عشر درجات

Artinya, “Telah memberi kabar kepada kami Isḥāq ibn Manṣūr, ia

berkata, telah menceritakan kepada kami Muḥammad ibn Yūsuf, ia berkata,

telah menceritakan kepada kami Yūnus ibn Abī Isḥāq, dari Barīd ibn Abī

Maryam, ia berkata, telah menceritakan kepada kami, Anas ibn Mālik, ia

berkata, Rasulullah Saw bersabda, Siapa yang bersalawat kepadaku sekali,

Page 63: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45722/1/NINGRUM...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Ningrum LestariPublish Year: 2019

49

maka Allah Swt. akan bersalawat kepadanya sepuluh kali, menghapus sepuluh

kesalahan dan mengangkat derajat hingga sepuluh kali lipat.”

Selain al-Nasā’ī dalam Sunan al-Nasā’ī,44

hadis ini juga diriwayatkan oleh

Imam Ibn Ḥibbān dalam Ṣaḥīḥ Ibn Ḥībbān,45

Aḥmad ibn Ḥanbal dalam al-Musnad-

nya,46

dan Al-Mustadrak karya al-Ḥākim.47

5. Menjadi Manusia Utama di Hari Kiamat

Berbeda dengan riwayat-riwayat sebelumnya, al-Tirmidzī meriwayatkan

bahwa orang yang membaca salawat akan menjadi orang yang paling utama di hari

kiamat nanti.

د بن بشار ، قال ث نا مم د بن خالد ابن عثمة ، قال : حد ث نا مم ث : حد نا موسى بن حد

اد ، أخب ره عن عبد اهلل : ي عقوب الزمعي قال ثن عبد اهلل بن كيسان ، أن عبد اهلل بن شد حد

م القيامة أكث رهم أول الناس ب ي و : بن مسعود ، أن رسول اهلل صلى الله عليه وسلم قال

.علي صلة

Artinya, “telah menceritakan kepada kami Muḥammad ibn Basysyār, ia

berkata, telah menceritakan kepada kami Muḥammad ibn Khālid ibn ʽAtsmah,

ia berkata: telah menceritakan kepada kami Musā ibn Yaʽqūb al-Zamʽī, ia

berkata, telah menceritakan kepada kami ʽAbdullah ibn Kaysān, sesungguhnya

Abdullah ibn Syaddād telah menceritakan kepadanya dari Abdullah ibn

Masʽūd, bahwa Rasulullah Saw. bersabda: “Orang yang paling utama di hari

kiamat adalah orang banyak membaca salawat kepadaku.” 48

6. Mendapatkan Syafaat Rasul di Hari Kiamat

Al-Ṭabrānī meriwayatkan sebuah hadis yang menyebutkan bahwa orang yang

membaca salawat kepada Rasul Saw. akan mendapatkan safaat-nya kelak di hari

kiamat.

44

Al-Nasā’ī, Sunan al-Nasā’ī, j. 3, h. 50. 45

Ibn Ḥībbān, Ṣaḥīḥ Ibn Ḥībbān, j. 3, h. 185. 46

Aḥmad ibn Ḥanbal, Musnad Aḥmad, j. 19, h. 57. 47

Al-ḥākim, al-Mustadrak, j. 1, h. 550. 48

Al-Tirmidzī, Sunan al-Tirmīdzi, j. 1, h. 612.

Page 64: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45722/1/NINGRUM...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Ningrum LestariPublish Year: 2019

50

ا أب، ثنا ابن ليعة، عن بكر بن سوادة، عن حدثنا عبد امللك بن حيىي بن بكي املصري، ثن

قال رسول اهلل : زياد بن نعيم عن وفاء بن شريح احلضرمي، عن رويفع بن ثاب األنصاري، قال

م و ي ك د ن ع ب ر ق م ال د ع ق م ال ه ل ز ن أ و د م لى م ع ل ص م ه لل ا : من قال: " صلى اهلل عليه وسلم

" ت اع ف ش ه ل ب ج و ة ام ي ق ال

Artinya, “Telah menceritakan kepadku Abd al-Mālik ibn Yaḥyā ibn

Bakīr al-Miṣrī, ia berkata, telah menceritakan kepadaku, Ibn Lahīʽah, dari

Bakr ibn Sawādah, dari Ziyād ibn Naʽīm dari Wafā’ ibn Syuraiḥ al-Ḥadrāmī,

dari Ruwaifiʽ ibn Tsābit al-Anṣārī, ia berkata, Rasulullah Saw. bersabda,

“Siapa yang mengucapkan ‘Allāhumma ṣalli ʽalā Muḥammad wa anzilhu al-

Maqʽad al-Muqarrab ʽindaka yaum al-qiyāmah,’ maka ia berhak

mendapatkan safaatku.” 49

Jika kita kumpulkan ada beberapa redaksi yang berbeda terkait keutamaan

salawat, begitu juga dengan jumlah balasannya. Lebih jelasnya, lihat tabel berikut ini:

No Jenis Keutamaan Sahabat Sumber kitab

1 Allah bersalawat sepuluh kali

kepada orang yang bersalawat

kepada Nabi sekali.

Anas ibn Mālik

Abdullah ibn ʽAmr

Amr ibn Rabīʽah

Ṣaḥīḥ Muslim

Musnad Aḥmad

Sunan Abī Dāwud

Sunan al-Nasā’ī

Ṣaḥīḥ Ibn Ḥibbān

2 Allah Swt. memberikan sepuluh

kebaikan.

Abū Hurairah Ṣaḥīḥ Ibn Ḥibban

Musnad Aḥmad

3 Allah Swt. memberikan 10

salawat, dicatat sebagai orang

yang terbebas nifaq dan api

neraka.

Anas Ibn Mālik al-Muʽjam al-

Awsaṭ

4 Allah Swt. memberikan 10

salawat, menghapus 10

kesalahan, dan meningkatkan

derajat hingga 10 kali lipat.

Anas ibn Mālik Sunan al-Nasā’ī

Ṣaḥīḥ Ibn Ḥībbān

al-Musnad

Al-Mustadrak

5 Menjadi manusia utama di hari

kiamat

Abdullah ibn

Masʽūd

Sunan al-Tirmidzī

6 Mendapatkan syafaatnya kelak di

hari kiamat

Ruwaifiʽ Ibn

Tsābit

Al-Muʽjam al-

Kabīr

49

Al-Ṭabrānī, al-Muʽjam al-Kabīr, j. 5, h. 25.

Page 65: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45722/1/NINGRUM...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Ningrum LestariPublish Year: 2019

51

C. Ancaman Bagi Orang yang Tidak Membaca Salawat

Selain hadis-hadis keutamaan membaca salawat, banyak juga hadis-hadis yang

menjelaskan ancaman bagi orang-orang yang enggan bersalawat kepada Nabi

Muhammad Saw. Ada beberapa julukan jelek yang disebutkan dalam hadis terkait

orang-orang yang enggan bersalawat kepada Rasulullah Saw. saat disebutkan

namanya. Pertama, yaitu hadis yang menjelaskan bahwa orang yang tidak bersalawat

adalah orang yang paling sesat. Hadis ini diriwayatkan dalam kitab Al-Maṭālib al-

Alīyyah, karya Ibn Ḥajar al-Asqalānī.50

مشيل ، ثنا حاد هو ابن سلمة ، نا سعيد ، أخربن فلن ، ف مسجد دمشق ، أنا النضر بن أن أبا ذر جلس إل رسول اهلل صلى اهلل عليه وسلم ، أو جلس : عن عوف بن مالك قال

إن : لضحى فذكر احلديث وفيه يا أبا ذر أصلي ا: رسول اهلل صلى اهلل عليه وسلم ف قال .أضل الناس من ذكرت عنده ف لم يصل علي صلى اهلل عليه وسلم

Artinya, “telah menceritakan kepada kami al-Naḍr ibn Syamīl, ia

berkata, telah menceritakan kepada kami Ḥammād, yaitu Ibn Salamah, ia

berkata, telah menceritakan kepada kami Saʽīd, ia berkata telah menceritakan

kepada kami Fulān, di Masjid Damaskus, dari Auf ibn Mālik berkata,

sesungguhnya Abū Dzār bertemu Rasul Saw atau Rasul Saw. sedang duduk,

kemudian Rasul Saw bersabda, “Wahai Abu Dzār, apakah kamu telah

mendirikan shalat dhuha?” Rasul Saw. kemudian menyebutkan sebuah hadis,

dan dalam hadis tersebut terdapat kalimat, “Sesungguhnya manusia yang

paling sesat adalah orang yang saat disebutkan namaku, ia tidak bersalawat

kepadaku.”

Selain hadis di atas, ada juga riwayat lain yang menjelaskan bahwa orang yang

tidak bersalawat kepada Rasul Saw. saat nama Rasul disebut adalah orang yang kikir.

Hadis tersebut diriwayatkan oleh al-Ḥākim dalam al-Mustadrak-nya. 51

ث نا أخب رنا جعف ث نا إسحاق بن صدقة بن صب يح ، حد ر بن هارون النحوي ، بب غداد ، حدث نا عمارة بن غزية ، قال ث نا سليمان بن بلل ، حد ع : خالد بن ملد القطوان ، حد س

ه ، قال عبد اهلل ب ث ، عن أبيه ، عن جد قال رسول اهلل صلى الله : ن علي بن احلسي ، حيد

50 Ibn Ḥajar al-Asqalānī, al-Maṭālib al-ʽaliyyah, j. 9, h. 401.

51 Al-Ḥākim, al-Mustadrak, j. 1, h. 549.

Page 66: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45722/1/NINGRUM...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Ningrum LestariPublish Year: 2019

52

هذا حديث صحيح اإلسناد ، ول .إن البخيل من ذكرت عنده ف لم يصل علي : عليه وسلم وله شاهد عن أب هري رة . يرجاه

Artinya, “Telah memberi kabar kepada kami Jaʽfar ibn Hārūn al-Naḥwī

di Baghdad, ia berkata, telah menceritakan kepada kami Isḥāq ibn Ṣadaqah ibn

Ṣubaiḥ, ia berkata, telah menceritakan kepada kami Khālid ibn Makhlad al-

Qaṭawānī, ia berkata telah menceritakan kepada kami Sulaimān ibn Bilāl, ia

berkata, telah menceritakan kepada kami ʽUmarah ibn Ghazīyah, ia berkata:

Aku mendengar Abdullah ibn ʽAlī ibn al-Ḥusain bercerita dari ayahnya, dari

kakeknya berkata: Rasulullah Saw. bersabda, “Sesungguhnya orang yang kikir

adalah orang yang saat disebutkan namaku, ia tidak membaca salawat

kepadaku.” Hadis ini adalah hadis sahih sanadnya, dan tidak ditakhrij oleh

Bukhāri maupun Muslim. Hadis ini memiliki syāhid dari Abū Hurairah.

Hadis ini selain diriwayatkan oleh al-Ḥākim juga diriwayatkan oleh Ibn

Ḥibbān dalam Ṣaḥīḥ-nya52 dan al-Bayhaqī dalam Syuʽāb al-Īmān.53 Dalam riwayat al-

Ṭabrānī yang ditulis dalam al-Muʽjam al-Kabīr, disebutkan ancaman yang lebih

keras.

ث نا عبدان بن ث نا إساعيل بن حد ث نا ممد بن عبد الله بن عب يد بن عقيل ، حد أحد ، حدث نا ق يس بن الربيع ، عن ساك ، عن جابر ، قال صعد النب صلى الله عليه وسلم : أبان ، حد

يا ممد من : أتان جربيل عليه السلم ، ف قال : " ، قال " آمي آمي آمي : " ل المنب ر ، ف قايا : آمي ، قال : أدرك أحد والديه ، فمات ، فدخل النار ، فأب عده الله ، قل آمي ، ف قل

درك شهر رمضان ، فمات ، ف لم ي غفر له ، فأدخل النار ، فأب عده الله ، قل آمي ، ممد من أ ومن ذكرت عنده ف لم يصل عليك ، فمات فدخل النار ، فأب عده الله ، : آمي ، قال : ف قل ".آمي : ي ، ف قل قل آم

Artinya, “Telah menceritakan kepada kami ʽAbdān ibn Aḥmad, ia

berkata, telah menceritakan kepada kami, Muḥammad ibn ʽAbdullah ibn

ʽUbaid ibn ʽAqīl, ia berkata, telah menceritakan kepada kami, Ismāʽīl ibn

Abān, ia berkata, telah menceritakan kepada kami Qays ibn Rabīʽ, dari Samāk,

dari Jābir, ia berkata, Rasulullah Saw. naik ke atas mimbar kemudian

berkhutbah, “āmīn...āmīn...āmīn.” Kemudian bersabda, “Jibril As.

mendatangiku kemudian ia berkata, siapa yang bertemu dengan kedua

orangtuanya (tapi tidak berbuat baik kepada mereka) kemudian meninggal,

maka masuk neraka dan Alllah menjauhinya. Katakanlah amin..amin..amin.

52

Ibn Ḥibbān, Ṣaḥīḥ Ibn Ḥibbān, j. 3, h. 189. 53

Abū Bakr al-Bayhāqī, Syuʽab al-Imān, (Riyadh: Maktabah al-Rusyd, 2003), j. 1, h. 131.

Page 67: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45722/1/NINGRUM...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Ningrum LestariPublish Year: 2019

53

Siapa yang bertemu Ramadan tapi tidak diampuni, maka ia masuk neraka dan

Alllah menjauhinya, katakanlah amin..amin..amin. Siapa yang disebutkan

namamu (Muhammad Saw.) lalu dia tidak bersalawat kepadamu, maka masuk

neraka dan Alllah menjauhinya. Katakanlah amin..amin..amin.

Hadis di atas, secara substansi matan, agak mirip dengan hadis lain yang

diriwayatkan oleh Imam al-Tirmidzī dalam Sunan-nya. 54

ورقي ، قال ث نا أحد بن إب راهيم الد ث نا ربعي بن إب راهيم ، عن عبد الرحن بن إسحاق : حد حدقال رسول اهلل صلى الله عليه : ، عن سعيد بن أب سعيد المقربي ، عن أب هري رة ، قال

رغم أنف رجل ذكرت عنده ف لم يصل علي ، ورغم أنف رجل دخل عليه رمضان ث : وسلم أب واه الكب ر ف لم يدخله انة قال عبد انسلخ ق بل أن ي غفر له ، ورغم أنف رجل أدرك عنده

هذا حديث حسن غريب من . وف الباب عن جابر ، وأنس .أو أحدها: وأظنه قال : الرحن .ابن علية : إساعيل بن إب راهيم ، وهو ثقة ، وهو أخو : وربعي بن إب راهيم هو هذا الوجه

إذا صلى الرجل على النب صلى الله عليه وسلم مرة ف : وي روى عن ب عض أهل العلم قال .المجلس المجلس أجزأ عنه ما كان ف ذلك

Artinya, “Telah menceritakan kepada kami Aḥmad ibn Ibrāhīm al-

Daurāqī, ia berkata, telah menceritakan kepada kami Rib'i ibn Ibrāhīm, dari

ʽAbdurrahman ibn Isḥāq, dari Saʽīd ibn Abū Saʽīd al-Mabūrī, dari Abū

Hurairah ia berkata; Rasulullah Saw. bersabda: “Celakalah seseorang, namaku

disebut-sebut di depannya dan ia tidak mengucapkan salawat kepadaku.

Celakalah seseorang, bulan Ramadan menemuinya kemudian keluar dari bulan

Ramadan sebelum ia mendapatkan ampunan, dan celakalah seseorang yang

kedua orang tuanya berusia lanjut namun kedua orangtuanya tidak dapat

memasukkannya ke dalam Surga (karena kebaktiannya)." Abdurrahman

berkata; dan aku mengira beliau berkata; atau salah seorang dari keduanya.

Dan dalam bab tersebut terdapat riwayat dari Jābir serta Anas. Abū ʽĪsā

berkata: hadis ini adalah hadis gharib dari jalur ini. Rib'i ibn Ibrāhīm adalah

saudara Ismāʽīl ibn Ibrāhīm, ia adalah orang yang tsiqah, dan ia adalah Ibnu

'Ulayyah. Dan telah diriwayatkan dari sebagian ulama, beliau mengatakan:

“Apabila seseorang bersalawat kepada Nabi Saw. satu kali maka hal tersebut

telah memberikan kecukupan terhadap apa yang ada di dalam majelis

tersebut."

Hadis tersebut juga diriwayatkan oleh beberapa perawi lain, seperti al-Bayhaqī

dalam Sunan al-Kubrā-nya,55

Ibn Ḥibbān dalam Ṣaḥīḥ-nya,56

Aḥmad ibn ḥanbal

54

Al-Tirmidzī, Sunan al-Tirmidzī, j. 5, h. 443.

Page 68: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45722/1/NINGRUM...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Ningrum LestariPublish Year: 2019

54

dalam Musnad Aḥmad,57

al-Bazzār dalam Musnad-nya,58

dan al-Ḥākim dalam Al-

Mustadrak-nya. 59

Seluruhnya mengambil dari jalur Abū Hurairah, kecuali al-Bazzār

yang mengambil dua riwayat sahabat, yaitu Abū Hurairah dan Jābir ibn Samūrah.60

Hal ini menunjukkan bahwa selain beberapa hadis yang meriwayatkan

keutamaan bersalawat kepada Rasul Saw., ada juga beberapa hadis yang menjelaskan

ancaman bagi orang yang tidak membaca salawat kepada Rasul Saw. Terkait jenis-

jenis ancaman bagi orang yang tidak mau membaca salawat kepada Rasulullah Saw.

tersebut secara lebih mudah bisa dilihat melalui tabel berikut ini:

No Jenis Ancaman Sahabat Sumber kitab

1 Disebut sebagai orang yang

paling sesat

Auf Ibn Mālik.

Abū Dzār

(mukhatab Nabi)

Al-Maṭālib al-

Alīyyah

2 Disebut sebagai orang yang

kikir.

Alī ibn al-Ḥusain Ṣaḥīḥ Ibn ḥibbān

Al-Mustadrak

Syuʽab al-Imān

3 Masuk neraka. Jābir ibn Samūrah

Abū Hurairah

Al-Muʽjam al-

Kabīr

Ṣaḥīḥ Ibn Ḥibbān

4 Celaka Abū Hurairah

Jābir ibn Samūrah

Sunan al-Tirmidzī

Sunan al-Kubrā

al-Bayhāqī.

Ṣaḥīḥ Ibn Ḥibbān.

Musnad Aḥmad.

Musnad al-Bazzār.

Al-Mustadrak.

D. Memahami Teks Keutamaan Salawat

Al-Qaraḍāwī menyebutkan bahwa memahmi hadis tidak perlu memperhatikan

beberapa hal. Beberapa di antaranya adalah ta’kīd min madlūlāt alfādz al-hadīts

(memastikan petunjuk dari lafaz hadis), al-Tafrīq bain al-ḥaqīqah wa al-majāz

55

Al-Bayhāqī, Sunan al-Kubrā, j. 4, h. 304. 56

Ibn Ḥibbān, Ṣaḥīḥ ibn Ḥibbān, j. 3, h. 189. 57

Aḥmad ibn Ḥanbal, Musnad Aḥmad, j. 12, h. 421. 58

Al-Bazzār, Musnad al-Bazzār, j. 2, h. 437. 59

Al-Ḥākim, al-Mustadrak, j. 1, h. 550. 60

Al-Bazzār, Musnad al-Bazzār, j. 2, h. 129.

Page 69: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45722/1/NINGRUM...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Ningrum LestariPublish Year: 2019

55

(membedakan lafaz yang hakiki dan majaz), dan fahm al-aḥādīts fi ḍauʽi asbābihā wa

mulābasatihā wa maqāsidia (memahami hadis dalam lingkup sebabnya,

penggunaannya dan tujuannya.61

Beberapa metode memahami hadis ala al-Qaraḍāwī

tersebut akan kami implementasikan untuk memahami teks-teks hadis keutamaan

salawat melalaui beberapa penjelasan di bawah ini.

1. Memahami Lafaz Hadis

Al-Qaraḍāwī menyebutkan bahwa diperlukan memahami lafaz-lafaz dalam

hadis tersebut dan memastikan maknanya karena setiap lafaz bisa berubah maknanya

masa demi masa.62

Selain itu dalam bagian ini penulis mencoba memastikan apakah

suatu lafaz tersebut merupakan lafaz yang hakiki atau hanya majaz dan

membandingkannya dengan Al-Quran atau hadis yang lain.

a. Balasan Sepuluh Salawat, Sepuluh Kebaikan, Sepuluh Derajat dan

Dihapus Sepuluh Dosa Bagi Orang yang Bersalawat Satu Kali.

Dalam hadis yang diriwayatkan dalam Ṣaḥīḥ Muslim, Musnad Aḥmad, Sunan

Abī Dāwud, Sunan al-Nasā’ī, dan Ṣaḥīḥ Ibn Ḥibbān ini menggunakan redaksi lafaz:

Redaksi ini hampir ada dalam setiap hadis yang menjelaskan .صلى هللا عليه عشرا

keutamaan salawat. Setiap salawat yang diberikan kepada Rasul Saw. akan

mendapatkan balasan sepuluh kali. Al-Sakhawī menyebutkan bahwa hal ini

merupakan sebuah balasan bagi kebaikan.63

Karena salawat adalah sebuah kebaikan,

maka Allah Swt. akan membalasnya dengan sebuah kebaikan juga. Hal ini sesuai

dengan Q.S. al-Anʽam ayat 160:

ومن جاء بالسيئة فل يزى إل مث لها وهم ل يظلمون من جاء باحلسنة ف له عشر أمثالا

61

Yusuf Al-Qaraḍāwī, Kaifa Nataʽāmal Maʽa al-Sunnah al-Nabawīyah, (Karo: Dār al-

Syurūq, 2000), h. 111. 62

Al-Qaraḍāwī, Kaifa Nataʽāmal Maʽa al-Sunnah al-Nabawīyah, h. 197. 63

Al-Sakhawī, al-Qaul al-Badīʽ, h. 285.

Page 70: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45722/1/NINGRUM...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Ningrum LestariPublish Year: 2019

56

Artinya, “Siapa membawa amal yang baik, maka baginya (pahala)

sepuluh kali lipat amalnya; dan barangsiapa yang membawa perbuatan jahat

maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya,

sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan).”

Ini berarti bahwa keutamaan orang bersalawat yang akan mendapatkan balasan

sepuluh salawat adalah mendapatkan sepuluh kebaikan, yaitu sesuai juga dengan

hadis keutamaan selanjutnya berupa mendapatkan sepuluh kebaikan, yang

diriwayatkan dalam Ṣaḥīḥ Ibn Ḥibban dan Musnad Aḥmad. Namun apakah jumlah

sepuluh tersebut berupa jumlah yang haqiqi atau hanya sekedar majaz, al-Sakhāwī

menjelaskan bahwa jumlah angka 10 yang disebutkan dalam hadis tersebut hanyalah

sebuah majaz yang menunjukkan bahwa balasan bagi orang yang bersalawat kepada

Rasul Saw. akan mendapatkan pahala yang agung.64

Dalam hal ini diumpakan dengan

angka 10. Atau dalam hadis lain riwayat al-Ṭabrānī dalam al-Muʽjam al-Awsaṭ

ditingkatkan menjadi bilangan yang bertingkat-tingkat. Jika bersalawat satu kali akan

mendapatkan sepuluh, jika bersalawat sepuluh kali akan mendapatkan seratus, dan

jika bersalawat seratus kali akan dicatat terbebas dari kemunafikan dan api neraka. Ini

semua adalah bentuk penggambaran keagungan pahala bersalawat kepada Nabi Saw.

Karena terlalu agung, hingga digambarkan dengan bilangan dan balasan yang

berlipat-lipat.65

Al-Sakhawī juga menjelaskan kebaikan seperti apa yang akan didapatkan oleh

orang yang bersalawat kepada Rasulullah Saw. Dengan mengutip kaul Umar ibn Abd

al-Wahhāb al-ʽUrdhi, ia menjawab bahwa kebaikan tersebut berupa rahmat khusus

dari Allah Swt. kepada orang yang bersalawat, bahkan tidak hanya mendapatkan

rahmat, orang yang bersalawat kepada Nabi Muhammad Saw., juga mendapatkan doa

dan pujian dari malaikat. Hal inilah salah satu bentuk keagungan pahala salawat.

64

Al-Sakhawī, al-Qaul al-Badīʽ, h. 286. 65

Al-Sakhawī, al-Qaul al-Badīʽ, h. 286.

Page 71: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45722/1/NINGRUM...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Ningrum LestariPublish Year: 2019

57

Pembahasan ini juga sekaligus menjawab makna dari lafaz keutamaan salawat dalam

tabel kedua hingga keempat.

Lantas bagaimana dengan sepuluh kesalahan? Yang dimaksud kesalahan

dalam hal ini hanyalah dosa kecil. Hal ini ketika Allah Swt. memberikan rahmatnya

kepada orang yang bersalawat, Allah bisa mengampuni dosa-dosa kecil orang yang

bersalawat, tanpa orang tersebut bertaubat terlebih dahulu, kecuali dosa besar. Karena

Allah Swt. telah berfirman dalam Al-Quran, bahwa Allah Swt. tidak akan

mengampuni orang yang melakukan dosa besar, kecuali ia bertaubat kepada Allah

Swt. Hal ini disebutkan oleh Allah Swt. dalam QS. Al-Nisā’ ayat 48 dan 116.

شاء ومن يشرك بالله ف قد اف ت رى إثا عظيماإن الله ل ي غفر أن يشرك به وي غفر ما دون ذلك لمن ي

Artinya, "Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan

Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang

dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia

telah berbuat dosa yang besar."

Ayat tersebut turun sebagai peringatan untuk kaum Yahudi.66

Namun para

ulama sepakat keumuman ayat ini. Artinya, ayat ini berlaku untuk semua manusia,

bukan hanya untuk Yahudi. Menurut al-Ṭabarī, ayat ini turun setelah Rasulullah

mengucapkan Qs. Al-Zumar: 53:

نوب قل يا عبادي الذين أسرفوا على أن فسهم ل ت قنطوا من رحة الله إن الله ي غفر الذيعا إنه هو الغفور الرحيم ج

Artinya, Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas

terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah.

Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah

Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

66

Umat Yahudi pada saat itu lebih percaya dengan para rahib mereka daripada kepada Allah dan

utusannya, yaitu Isa As, juga perilaku mereka mendustakan Rasulullah Saw dan mengubah kitab

mereka. Hal ini disebutkan dalam Qs. 9: 31. Lihat: Rasyid Ridha, Tafsīr al-Mannār, (Kairo: Haiʽah al-

Miṣriyyah, 1990 M), j. 5, h. 120-121.

Page 72: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45722/1/NINGRUM...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Ningrum LestariPublish Year: 2019

58

Mendengar ayat itu, kemudian ada seorang sahabat yang bertanya terkait

ampunan untuk orang yang berlaku syirik kepada Allah. Setelah Rasul SAW diam

beberapa kali, akhirnya turunlah ayat tersebut.67

Yang dimaksud tidak diampuni dalam syirik adalah jika ia tidak bertaubat

hingga meninggal.68

Karena dalam ayat tersebut juga disebutkan bahwa Allah akan

mengampuni dosa lain jika berkehendak. Oleh karena itu, beberapa sahabat pada saat

itu yang terbiasa bersaksi jelek atas perbuatan seseorang dan mengiranya sebagai ahli

neraka, tidak mengulangi lagi perbuatannya setelah turun ayat ini.69

b. Menjadi Manusia yang Paling Utama di Hari Kiamat

Biasanya kata aulā adalah menunjukkan afʽal al-tafḍīl yang maksudnya adalah

superlatif. Jika aulā al-nās, maka maksudnya adalah manusia yang paling utama di

antara manusia-manusia yang lain. Namun menurut al-Sakhawī, yang dimaksud

manusia yang paling utama (aulā al-nās) dalam hal ini bukanlah sebagaimana makna

di atas, melainkan yang paling dekat dengan Rasul Saw. Sehingga aula al-Nās dalam

hal ini adalah aqrab al-nās, yaitu manusia yang paling dekat dengan Rasul Saw.70

Oleh karena itu, hal ini bisa dilihat dari bagaimana Ibn Ḥibbān membuat tarjamah al-

bāb (judul bab) untuk hadis ini. Dalam ṣaḥīḥ Ibn ḥibbān, hadis ini dimasukkan dalam

bab, “Dzikr al-Bayān bi anna Aqrab al-Nās fi al-Qiyāmah Yakūnu min al-Nabīy ṣallā

Allahu ʽālaihi wa Sallam Man Kāna Aktsara Ṣalātan ʽalaihi fi al-Dunyā” (Bab yang

menjelaskan bahwa sesungguhnya manusia yang paling dekat dengan Rasul Saw pada

67

Jalāluddin al-Suyūṭī, al-Durār al-Manṣūr, (Beirut: Dār al-Fikr, t.t), j. 2, h. 557. 68

Abū Jaʽfar al-Ṭabarī, Jāmiʽ al-Bayān fi Ta’wīl al-Qur’ān, (Beirut: Muassasah al-Risalah,

2000 M), j. 9, h. 206. 69

al-Suyūṭī, al-Durār al-Manṣūr,j. 2, h. 557. 70

Al-Sakhawī, al-Qaul al-Badīʽ, h. 290.

Page 73: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45722/1/NINGRUM...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Ningrum LestariPublish Year: 2019

59

hari kiamat adalah orang yang paling banyak membaca salawat kepadanya).71

Orang

yang paling dekat dengan Nabi Saw. apalagi kalau bukan orang yang paling utama.

Bagi para ulama hadis, orang yang paling dekat dengan Nabi Saw pada hari

kiamat ini bukanlah orang yang hanya membaca salawat satu kali dua kali, melainkan

orang yang senantiasa melafalkan salawat di setiap gerakan mulutnya. Tidak hanya

itu, ia juga senantiasa bersalawat dalam setiap tindakannya, pagi maupun malam,

sedang membaca maupun sedang menulis.72

c. Halal Baginya Syafaat Rasulullah Saw. di Hari Kiamat.

Dalam redaksi hadis, menggunakan kalimat “ḥālat lahu al-Syafāʽah” (halal

baginya syafaat). Al-Mubārakfūrī menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan “ḥālat

lahu al-Syafāʽah” adalah orang tersebut mendapatkan syafaat dari Rasulullah Saw.

Al-Qārīʽ menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan halal adalah al-nuzūl yang

berarti istaḥaqqa an asyfaʽa lahu mujāzatan li duʽaihi (orang tersebut berhak

mendapatkan syafaat sebagai balasan atas doa yang telah dipanjatkan untuk

Rasulullah Saw).73

Al-Munawi menambahkan bahwa yang dimaksud ḥalat dalam

redaksi hadis tersebut bukanlah awalnya haram kemudian dihalalkan, melainkan

diliputi syafaat (ghasyiyathu aw jalalathu al-syafāʽah). Sedangkan syafaat Rasul

sendiri berfungsi untuk menambahkan pahala dan menggugurkan hukuman, bahkan

al-Munawi menyebutkan syafaat tersebut bisa diperoleh oleh orang yang saleh

maupun orang yang jahat (ṭāliḥ) karena syafaat merupakan hak perogratif Rasulullah

Saw.74

71

Ibn Ḥibbān, Ṣaḥīḥ Ibn Ḥibbān, j. 3, h. 189. 72

Al-Sakhawī, al-Qaul al-Badīʽ, h. 291. 73

Abū al-ʽAlā al-Mubārakfūrī, Tuḥfat al-Aḥwādzī, (Beirut: Dār al-Kutb, T.t), j. 10, h. 60. 74

ʽAbd al-Ra’ūf al-Munāwī, Faiḍ al-Qādir Syarḥ al-Jāmiʽ al-Ṣaghīr, (Mesir: al-Maktabah al-

Tijāriyah al-Kubrā, 1356 H.), j. 1, h. 384.

Page 74: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45722/1/NINGRUM...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Ningrum LestariPublish Year: 2019

60

Dari beberapa pembahasan di atas, menunjukkan bahwa berbagai redaksi

keutamaan salawat tersebut bukanlah menggunakan lafaz yang hakiki, melainkan

menggunakan majaz. Lebih jelasnya bisa dilihat melalui tabel berikut ini:

No Redaksi keutamaan Haqiqi/Majazi Madlūl

1 Balasan sepuluh salawat, sepuluh

kebaikan, sepuluh derajat dan

dihapus sepuluh dosa bagi orang

yang bersalawat satu kali.

Majazi Ajr al-ʽAdhīm

(pahala yang

sangat agung)

2 Menjadi manusia yang paling

utama di hari kiamat..

Majazi Aqrāb al-nās ʽinda

al-Rasūl (orang

yang paling dekat

dengan Rasul)

3 Halal Baginya Syafaat

Rasulullah Saw. di Hari Kiamat.

Majazi

Istaḥaqqa al-

Syafāʽah lahu

(Berhak

mendapatkan

syafaat)

2. Memahami Siyāq al-Kalām

Al-Qaraḍāwī dalam Kaifa Nataʽāmal Maʽa al-Sunnah al-Nabawīyah

menyebutkan bahwa memahami siyāq dalam hadis adalah salah satu hal terpenting

dalam memahami hadis. Al-Qaraḍawī menyebutkan beberapa bagian penting yang

harus difahami dalam proses ini, yaitu membedakan mana yang khusus dan mana

yang umum (al-khāṣ wa al-ʽām), mana yang berlaku temporer dan mana yang berlaku

selamanya, mana yang juzʽī dan mana yang kullī. Hal ini perlu karena dapat

membantu memahami secara tepat dan benar.75

Terkait hadis-hadis salawat, tidak semua anjuran salawat kepada Rasul Saw

muncul dalam ruang hampa, yaitu anjuran bersalawat tersebut, bahkan ancaman bagi

orang yang tidak bersalawat muncul karena sebab dan/atau untuk kejadian tertentu.

penulis menemukan ada beberapa sebab dan kejadian yang melatarbelakangi anjuran

dan keutamaan salawat kepada Rasul Saw., bahkan juga ancamannya.

75

Al-Qaraḍāwī, Kaifa Nataʽāmal Maʽa al-Sunna al-Nabawīyah, h. 146.

Page 75: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45722/1/NINGRUM...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Ningrum LestariPublish Year: 2019

61

a. Saat Nama Rasul Saw. Disebut

Hadis-hadis keutamaan salawat ini muncul ketika Rasul mengharuskan para

sahabat untuk membaca salawat kepadanya setelah nama Rasul Saw. disebut. Hal ini

muncul dalam beberapa hadis yang menjelaskan bahwa keutamaan bersalawat kepada

Rasul Saw akan mendapatkan balasan salawat dari Allah Swt sebanyak sepuluh kali

salawat. Dalam hadis riwayat Al-Muʽjam al-Awsaṭ76

dan Ḥilyat al-Auliyā’77

disebutkan

hadis yang lebih lengkap bahwa keutamaan tersebut ketika membaca salawat setelah

nama Rasul Saw. disebut.

ار ش ع ه ي ل ع ى اهلل ل ص ة ر م ي ل ى ع ل ص ن م ه ن إ ف ي ل ع ل ص ي ل ف ه د ن ع ت ر ك ذ ن م

Artinya, “Siapa yang jika disebutkan namaku, maka ia seharusnya

membaca salawat kepadaku. Karena sesungguhnya siapa yang membaca

salawat kepadaku sekali, maka Allah Swt. akan membaca salawat kepadanya

sepuluh kali.

Ini bisa disebut menjadi latarbelakang keutamaan salawat yang disebutkan

dalam beberapa hadis di atas. Termasuk menjadi latar belakang acaman-ancaman bagi

orang yang tidak membaca salawat. Sehingga tidak semua orang yang tidak membaca

salawat bisa dihukumi demikian. Orang-orang yang dimaksud dalam hadis keutamaan

membaca salawat tersebut adalah orang yang mendengar nama Rasul Saw disebutkan.

Dalam hal ini salawat bisa dimaknai sebagai doa, sebagaimana definisi bahasa salawat

sendiri.

b. Saat Mendengarkan Azan

Dalam hal ini, salawat juga bermakna sebagai doa. Hal ini bisa dilihat dalam

redaksi lengkap hadis yang masih menjelaskan keutamaan membaca salawat berupa

mendapatkan sepuluh salawat dari Allah Swt. dan berhak mendapatkan syafaatnya

76

Al-Ṭabrānī, al-Muʽjam al-Awsaṭ, j. 5, h. 162. 77

Al-Aṣbahānī, Ḥilyat al-Auliyā’, j. 4, h. 347.

Page 76: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45722/1/NINGRUM...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Ningrum LestariPublish Year: 2019

62

kelak di hari kiamat. Dalam hadis riwayat lengkap Muslim, disebutkan bahwa Rasul

menganjurkan membaca salawat setelah atau ketika mendengar azan.

عتم المؤذن ف قولوا مثل ما ي قول ث صلوا على فإنه من صلى على صلة صلى الله عليه إذا سنة ل ت نبغى إل لعبد من عباد الله وأرجو أن با عشرا ث سلوا الله ل الوسيلة فإن ها منزلة ف ا

أكون أنا هو فمن سأل ل الوسيلة حل له الشفاعة Artinya, “Jika kalian mendengar seorang muazin (mengumandangkan

azan), maka ucapkanlah ucapan yang diucapkan muazin tersebut. Kemudian

bersalawatlah kepadaku. Sesungguhnya orang yang bersalawat kepadaku satu

kali, maka Allah akan bersalawat kepadanya sepuluh kali. Mohonlah kepada

Allah wasilah untukku, karena wasilah adalah kedudukan yang tinggi di surga,

tidaklah layak tempat tersebut kecuali untuk seorang hamba dari hamba-

hamba Allah, dan aku berharap aku hamba tersebut. Dan barangsiapa

memintakan wasilah untukku, maka syafa'at halal untuknya."

Selain diriwayatkan oleh Muslim, hadis di atas, juga diriwayatkan dalam Al-

Muʽjam al-Awsaṭ,78

Sunan al-Nasā’ī,79

Musnad Aḥmad,.80

Sunan Abī Dawūd,81

Ṣaḥīḥ

ibn Ḥuzaimah,82

dan Sunan al-Tirmidzī.83

Ini menunjukkan bahwa keutamaan salawat dalam hal ini muncul setelah ada

anjuran dari Rasulullah Saw untuk mendengarkan azan, menjawab azan, dan berdoa

setelah azan.

c. Sebagai Zikir Sehari-hari

Dalam hal ini, salawat juga bermakna sebagai zikir. Hal ini bisa dilihat dalam

hadis keutamaan orang yang bersalawat berkali-kali dan ada anjuran Rasul untuk hal

ini. Rasul Saw., bahkan menjanjikan tempat yang paling dekat dengannya di hari

kiamat bagi orang yang memperbanyak salawat kepadanya. Arti memperbanyak

salawat, tentu tidak hanya ketika namanya disebut atau ketika mendengar azan, karena

78

Al-Ṭabrānī, al-Muʽjam al-Awsaṭ, j. 3, h. 121. 79

Al-Nasā’ī, Sunan al-Nasā’ī, j. 2, h. 25. 80

Aḥmad ibn Ḥanbal, Musnad Aḥmad, j. 11, h. 28. 81

Abū Dawūd, Sunan Abī Dawūd, j. 1, h. 206. 82

Ibn Ḥuzaimah, Ṣaḥīḥ Ibn Ḥuzaimah, j. 1, h. 218. 83

Al-Tirmidzī, Sunan al-Tirmīdzi, j. 6, h. 13.

Page 77: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45722/1/NINGRUM...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Ningrum LestariPublish Year: 2019

63

dua hal tersebut adalah terbatas. Sedangkan memperbanyak salawat bisa dilakukan

kapan saja selain dua hal di atas. Ini bisa dilihat dari hadis riwayat berikut ini:

.أول الناس ب ي وم القيامة أكث رهم علي صلة : أن رسول اهلل صلى الله عليه وسلم قال

Rasulullah Saw. bersabda: “Orang yang paling utama di hari kiamat

adalah orang banyak membaca salawat kepadaku.” 84

Dari tiga hal di atas, bisa disimpulkan bahwa kautamaan salawat ada yang

berlaku umum dan khusus, ada yang berlaku dalam hal-hal tertentu dan ada yang

berlaku dalam setiap hal, bahkan ada keutamaan salawat yang bisa berlaku khusus

(kejadian-kejadian tertentu saja) dan bisa berlaku umum. Selengkapnya bisa dilihat

melalui tabel berikut ini:

No Redaksi keutamaan Latar belakang keutamaan

1 Balasan sepuluh salawat, sepuluh

kebaikan, sepuluh derajat dan dihapus

sepuluh dosa bagi orang yang

bersalawat satu kali.

a. Ketika nama Rasul Saw

disebut. (Khusus)

b. Setelah mendengar dan

menjawab azan. (Khusus)

c. Sebagai zikir, dibaca secara

banyak. (Umum) 2 Halal Baginya Syafaat Rasulullah Saw.

di Hari Kiamat.

3 Menjadi manusia yang paling utama di

hari kiamat.

Sebagai zikir (Umum)

E. Penggunaan Salawat pada Masa Rasulullah Saw.

Tidak hanya sekedar doa dan pujian kepada Rasul Saw., salawat pada masa

Rasulullah Saw. juga sering digunakan untuk beberapa hal lain. Penulis menemukan

ada enam hal penggunaan salawat yang dijelaskan dalam hadis Rasul Saw.

1. Salawat Kepada Nabi Sebagai Bagian dari Syarat untuk Berdoa.

Dalam sebuah hadis riwayat al-Bayhāqī, Rasulullah Saw. pernah menemui

orang yang berdoa namun tidak memuji Allah, mengagungkan-Nya, dan juga tidak

membaca salawat kepada Rasul Saw., hingga kemudian Rasul mengajari orang

84

Al-Tirmidzī, Sunan al-Tirmīdzi, j. 1, h. 612.

Page 78: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45722/1/NINGRUM...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Ningrum LestariPublish Year: 2019

64

tersebut untuk memuji Allah Swt dengan tahmīd (alhamdulillāh) dan membaca

salawat kepada Rasul Saw. Pesan Rasul ini terekam dalam Sunan al-Kubrā karya al-

Bayhāqī.85

د بن عبد الله احلافظ أخب رنا أبو أحد رف برو : أخب رنا مم ث نا عبد بكر بن ممد الصي حدوة عن أب هانئ عن أب ث نا حي ث نا عبد الله بن يزيد المقرئ حد على الصمد بن الفضل حد

رأى -وسلمصلى اهلل عليه -أن رسول الله : عمرو بن مالك عن فضالة بن عب يد األنصارى وانصرف ، -صلى اهلل عليه وسلم-رجل صلى ل حيمد الله ول يجده ول يصل على النب

إذا صلى » :فدعاه ف قال له ولغيه . «عجل هذا » : -وسلمصلى اهلل عليه -ف قال رسول الله ث -صلى اهلل عليه وسلم-كم ف ليبدأ بتحميد ربه عز وجل والث ناء عليه ، وليصل على النب أحد

.«يدعو با شاء Artinya, “telah menceritakan kepada kami Muḥammad ibn Abdullah

ibn al-Ḥāfidz, ia berkata, telah menceritakan kepada kami Abū Aḥmad Bakr

ibn Muḥāmmad al-Ṣairāfī di Marwa, ia berkata, telah menceritakan kepada

kami Abd al-Ṣāmad ibn Faḍl, ia berkata, telah menceritakan kepada kami

Abdullah ibn Yāzid al-Muqrī, ia berkata, telah menceritakan kepada kami

Ḥaiwah ibn Abī Hanī’, dari Abī ʽAlī ʽAmr ibn Mālik, dari Faḍālah ibn ʽUbaid

al-Anṣārī, ia berkata bahwa Rasulullah Saw. melihat seorang laki-laki berdoa

namun tidak memuji Allah, tidak mengagungkan-Nya, dan tidak membaca

salawat kepada Nabi Saw. kemudian ia pergi begitu saja. Kemudian Rasul

Saw., bersabda, “orang ini tergesa-gesa.” Rasul kemudian mendoakannya dan

berkata kepadanya juga kepada orang-orang yang lain, “Jika kalian berdoa,

awalilah dengan memuji Allah, dan membaca salawat kepada Nabi

Muhammad Saw, kemudian berdoalah apa yang engkau inginkan.”

Hadis ini oleh para ulama dijadikan sebagai landasan bahwa syarat

memanjatkan doa adalah harus diawali dengan memuji Allah dan mengagungkan-Nya

kemudian membaca salawat kepada Rasul Saw., baru dilanjutkan dengan berdoa

sesuai keinginan masing-masing. Hal ini oleh al-Bayhāqī disebutkan dalam kitabnya

sebagai bagian dari adab berdoa kepada Allah Swt.86

85

Al-Bayhāqī, Sunan al-Kubrā, j. 2, h. 147. 86

Al-Bayhāqī, Sunan al-Kubrā, j. 2, h. 147.

Page 79: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45722/1/NINGRUM...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Ningrum LestariPublish Year: 2019

65

2. Salawat Kepada Nabi Sebagai Bagian dari Tasyahud dalam Salat

Abū Masʽūd al-Badrī dan al-Syaʽbī pernah menyebutkan bahwa tanpa salawat

kepada Rasul Saw., tidak sempurna tasyahud seseorang, bahkan disebutkan tidak sah

salatnya. Hal ini disebutkan dalam sebuah riwayat al-Bayhāqī dalam Sunan al-Kubrā-

nya. 87

ث نا أبو بكر وأخب رن عبد الله بن حيىي بن : ا ممد بن على بن خشيش التميمى بالكوفة حدث نا أبو حصي ث نا إب راهيم بن ممد : معاوية الطلحى حد بن ممد بن احلسي بن حبيب حد

ث نا عب ي ث نا إب راهيم بن ممد حد نب عن شريك قال وحد ث نا أبو مالك ا د الله بن ميمون حديعا عن جابر عن أب جعفر عن أب مسعود البدرى قال لو صلي : موسى عن إسرائيل ج

عفى ت فرد ب .صلة ل أصلى فيها على ممد وعلى آل ممد ما رأي أن ها تتم . ه جابر االتشهد ف ليعد ف -صلى اهلل عليه وسلم-ن ل يصل على النب م : وروينا عن الشعب أنه قال

.، أو قال ل تزى صلته صلته Artinya, “telah menceritakan kepada kami Muḥammad ibn ʽAlī ibn

Ḥusyaisy al-Tamīmī di Kufah, ia berkata, telah menceritakan kepada kami

Abū Bakr: Abdullah ibn Yaḥyā ibn Muʽawiyah al-Ṭalḥīy, ia berkata, telah

menceritakan kepada kami Abū Ḥusain Muḥammad ibn al-Ḥusain ibn Ḥabīb,

ia berkata, telah menceritakan kepada kami Ibrāhīm ibn Muḥammad ibn

Maimūn, ia berkata, telah menceritakan kepada kami, Abū Mālik al-Janabī,

dari Syārik berkata, dan telah menceritakan kepada kami Ibrāhīm ibn

Muḥammad, ia berkata, telah menceritakan kepada kami ʽUbadillah ibn Mūsā,

dari Isrāil secara keseluruhan, dari Jābir, dari Abī Jaʽfar dari Abī Masʽūd al-

Badrī, ia berkata: Jika aku melakukan salat dan aku tidak mengucapkan

salawat kepada Nabi, maka aku melihat bahwa salatku itu tidak sempurna.

Jaʽfar al-Juʽfī tafarrud dan hadis ini daif. Dan kami meriwayatkan dari al-

Syaʽbī, “Siapa yang tidak bersalawat kepada Nabi saat tasyahud, maka ia

harus mengulangi salatnya.atau berkata, salatnya tidak sah.” (HR. Al-Bayhāqī)

Hadis ini divonis daif oleh al-Zailā’ī karena mauquf.88

Namun dalam hadis

lain, riwayat al-ṭabrānī dalam Al-Muʽjam al-Kabīr89

disebutkan redaksi tasyahud yang

lengkap dan disebutkan di dalamnya salawat kepada Nabi Muhammad Saw.

87

Al-Bayhāqī, Sunan al-Kubrā, J. 2, h. 379. 88

Abdullah al-Zailāʽī, Naṣb al-Rayyāh, (Kairo: Dār al-Ḥādīts, 1357 H), j. 1, h. 308.

Page 80: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45722/1/NINGRUM...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Ningrum LestariPublish Year: 2019

66

ث نا ممد بن حيىي القطعي، ث نا عبدان بن أحد، حد ث نا حد ث نا ممد بن بكر الب رجان، حد حدثن ماهد، قال ثن عبد الرحن : عبد الوهاب بن ماهد، حد لى، وأبو معمر، قال حد : بن أب لي

التحيات لله :علمن رسول الله صلى الله عليه وسلم : علمن ابن مسعود التشهد، وقال نا وعلى عباد الله والصلوات والطيبات، السلم عليك أي ها النب ورح ة الله وب ركاته، السلم علي

د وأهل الصاحلي، أشهد أن ل إله إل الله، وأشهد أن ممدا عبده ورسوله، اللهم صل على ممد ب يته كما صلي على إب راهي نا معهم، اللهم بارك على مم يد ميد، اللهم صل علي م، إنك ح

نا معهم، صلوا يد ميد، اللهم بارك علي ت الله وأهل ب يته كما بارك على إب راهيم، إنك ح، السلم عليه ورحة الله وب ركاته وصلة المؤمن .ي على ممد النب األمي

Artinya, “Telah menceritakan kepada kami Abdān ibn Aḥmad, ia

berkata, telah menceritakan kepada kami Muḥammad ibn Yaḥyā al-Qaṭʽī, ia

berkata, telah menceritakan kepada kami Muḥammad ibn Bakr, ia berkata,

telah menceritakan kepada kami Abd al-Wahhāb ibn Mujāhid, ia berkata, telah

mcneritakan kepada kami, Mujāhid, ia berkata, telah menceritakan kepada

kami ʽAbd al-Rahman ibn Abī Lailā dan Abū Muʽammar, ia berkata: Ibn

Masʽūd telah mengajariku tasyahud. Ia berkata, Rasulullah Saw. telah

mengajariku: “Al-Taḥiyyātu lillāh wa al-ṣalawāt wa al-ṭayyibāt. Assalāmu

ʽalaika ayyuha al-Nabīyu wa raḥmatullāhi wa barakātuh. Assalāmu ʽalainā

wa ʽalā ʽibādillāhi al-ṣāliḥīn. Asyhadu an lā ilāha illa Allāh wa asyhadu an lā

Muḥammadan ʽabduhu wa rasūluhu. Allāhumma ṣalli ʽalā Muḥammad wa

ahli baithi kamā ṣallaita ʽalā Ibrāhīm innaka ḥamīd majīd. Allāhumma ṣalli

ʽalainā maʽahum. Allāhumma bārik ʽalā Muḥammadin wa ahli baitihi kamā

bārakta ʽalā Ibrāhīm innaka ḥamīdun majīd. Allāhumma bārik ʽalaina

maʽahum ṣalawātullāhi wa ṣalawāt al-muʽminīn ʽalā Muḥammadin al-Nabīy

al-Ummīy al-salāmu ʽalaihi wa raḥmatullāhi wa barakātuh.”

Atas dasar ini beberapa ulama fikih syafi’īyah menetapkan bahwa tasyāhud

dan membaca salawat dalam tasyāhud akhir merupakan bagian dari rukun salat, yang

artinya, tanpa salawat tersebut, salat tidak akan sah, dan harus mengulangi lagi dengan

menyertakan salawat pada saat tasyāhud akhīr. 90

3. Salawat Kepada Nabi Sebagai Doa Setelah Azan.

89

Al-Ṭabrānī, Muʽjam al-Kabīr, (Madinah: Maktabah al-ʽUlm wa al-Ḥikam, 1983), j. 10, h.

54. 90

Abū Sujā’, Matan al-Ghāyah wa al-Taqrīb, (Surabaya: Al-Hidayah, 2000), h. 9.

Page 81: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45722/1/NINGRUM...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Ningrum LestariPublish Year: 2019

67

ʽAbdullāh ibn ʽUmar pernah meriwayatkan sebuah hadis dari Rasulullah Saw.,

bahwa Rasul pernah menganjurkan untuk membaca salawat setelah azan. Hadis ini

salah satunya, diriwayatkan oleh Abū Nuʽaim al-Aṣbahānī dalam Al-Musnad al-

Mustakhraj.91

عتم المؤذن ف قولوا مثل ما ي قول ث صلوا على فإنه من صلى على صلة صلى الله عليه إذا سنة ل ت نبغى إل لعبد من عباد الله وأرجو أن با عشرا ث سلوا الله ل الوسيلة فإن ها منزلة ف ا

أكون أنا هو فمن سأل ل الوسيلة حل له الشفاعة Artinya, “Jika kalian mendengar suara azannya seorang muadzin, maka

ucapkanlah sebagaimana perkataan muadzin tersebut, kemudian bersalawatlah

kepadaku. Sesungguhnya siapapun yang bersalawat kepadaku satu kali, maka

Allah akan bersalawat kepadanya sepuluh kali. Kemudian mintalah kepada

Allah melalui perantara ku. Sesungguhnya tempat di surga tidak berikan

kecuali untuk seorang hamba Allah dan aku berharap itu adalah dia (yang

bersalawat kepada Nabi). Maka siapa yang memohon wasilah, halal baginya

safaatku.”

Selain diriwayatkan oleh al-Aṣbahānī, hadis ini juga diriwayatkan oleh

mayoritas Imam hadis, seperti Muslim,92

Aḥmad,93

Ibn Ḥibbān,94

Ibn Khuzaimah95

dan beberapa imam hadis yang lain.

Dalam hadis lain riwayat al-Ṭabrānī juga disebutkan bahwa Rasul Saw.,

menganjurkan kepada muslim untuk membaca salawat kepada Nabi setelah azan

selesai. 96

هران ثنا حبان بن علي عن ممد بن عبيد اهلل حدثنا أحد بن عمرو القطران ثنا أبو الربيع الز رسول اهلل بن أب رافع عن أخيه عبد اهلل بن عبيد اهلل بن أب رافع عن أبيه عن جده قال قال

91

al-Aṣbahānī, Al-Musnad al-Mustakhraj. j. 2, h. 7. 92

Muslim, Ṣaḥīḥ Muslim, j. 1, h. 288. 93

Aḥmad ibn Ḥanbal, Musnad Aḥmad, j. 18, h. 387. 94

Ibn Ḥibbān, Ṣaḥīḥ Ibn Ḥibbān, j. 4, h. 583. 95

Ibn Ḥuzaimah, Ṣaḥīḥ Ibn Ḥuzaimah, j. 1, h. 218. 96

Al-Ṭabrānī, Al-Muʽjam al-Kabīr J. 2, h. 245.

Page 82: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45722/1/NINGRUM...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Ningrum LestariPublish Year: 2019

68

ي خب اهلل ر ك ذ ل ق ي ل و ي ل ع ل ص ي ل و ن ر ك ذ ي ل ف م ك د ح أ ن ذ أ ن ا ط ذ إ : ) صلى اهلل عليه و سلم ( ن ر ك ذ ن م

Artinya, “telah menceritakan kepada kami, Aḥmad ibn ʽAmr al-

Qaṭrānī, ia berkata, telah menceritakan kepada kami Abū Rabīʽ al-Zahrānī, ia

berkata, telah menceritakan kepada kami Ḥibbān ibn ʽAlī, dari Muḥammad

ibn ʽUbaidillah ibn Abī Rāfiʽ, dari saudaranya Abdullah ibn Ubaidillah ibn

Abī Rāfiʽ, dari ayahnya, dari kakeknya berkata, Rasulullah Saw. bersabda:

“Jika telah selesai azan salah satu dari kalian, maka berzikirlah kepadaku dan

bersalawat kepadaku. Dan (bisa saja) mengucapkan, zikir kepada Allah

dengan kebaikan seseorang yang zikir kepadaku.”

Dua hadis di atas menunjukkan bahwa salawat kepada Rasul Saw., adalah

bagian dari doa setelah azan.

4. Salawat Sebagai doa Untuk Jenazah Dalam Salat Jenazah.

ʽAiysah menyebutkan bahwa Rasulullah Saw. pernah menyerukan untuk

bersalawat kepada jenazah saat salat jenazah. Hal ini diriwayatkan oleh al-Ṭabrāni

dalam Al-Mu’jam al-Awsaṭ.97

حدثنا عبد اهلل بن احد بن حنبل قال نا زكريا بن حيىي الرقاشي الزاز قال نا عاصم بن هلل عن عائشة قال سع رسول اهلل صلى اهلل عليه قال نا ايوب عن هشام بن عروة عن ابيه

ض و ح ه د ر و ا و ه ي ف ك ار ب و ه ي ل ع ل ص و ه ل ر ف اغ م ه لل ا ) ) و سلم يقول ف الصلة على املي ك ول س ر

Artinya, “telah menceritakan kepada kami, Abullah ibn Aḥmad ibn

Ḥanbal, ia berkata, telah menceritakan kepada kami Zakarīya ibn Yaḥyā al-

Ruqāsyī al-Khazzāz, ia berkata, telah menceritakan kepada kami ʽĀṣim ibn

Hilāl, ia berkata, telah menceritakan keapda kami Ayyūb, dari Hisyām ibn

ʽUrwah, dari ayahnya, dari Aisyah berkata, aku mendengar Rasulullah Saw.

berkata dalam salat jenazah, “Allāhumma ighfir lahu wa ṣalli ʽalaihi wa bārik

fīhi wa auridhu ḥauḍa rasūlik.”

97

Al-Ṭabrāni, Al-Mu’jam al-Awsaṭ, j. 4, h. 316.

Page 83: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45722/1/NINGRUM...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Ningrum LestariPublish Year: 2019

69

Namun hadis ini divonis daif karena ada seorang perawi yang bernama ʽĀṣim

ibn Hilāl yang didaifkan oleh beberapa kritikus sanad. Hal ini disebutkan oleh Imam

al-Suyūṭī dalam kitabnya Jāmiʽ al-Aḥādits.98

Namun, terkait salawat pada salat jenazah, memang tidak diragukan lagi

pensyariatannya. Karena membaca salawat kepada nabi juga menjadi salah satu rukun

salat jenazah.99

F. Peruntukan Salawat pada Masa Rasulullah Saw.

1. Salawat untuk Rasulullah Saw.

Hal ini jelas telah disebutkan dalam QS. Al-Ahzab ayat 56 yang menjelaskan

anjuran salawat kepada Rasulullah Saw. Selain itu, ada beberapa hadis yang

menjelaskan tentang keharusan untuk membaca salawat setelah nama Nabi

Muhammad Saw. disebutkan, bahkan dalam beberapa hadis disebutkan ancaman bagi

orang yang tidak mau membaca salawat setelah Nama Rasulullah Saw disebut.

Pembahasan ini secara lebih mendalam akan dijelaskan pada pembahasan

selanjutnya.

2. Sebagai Doa untuk Orang yang Bersedekah

Seorang putra dari Abū Aufā pernah bercerita bahwa Rasulullah Saw., selalu

bersalawat kepada orang yang memberikan sedekah kepadanya. Saat itu ayah dari

Abdullah Ibn Abī Aufā, yaitu Abū Aufā pernah bersedekah kepada Rasululllah Saw.

Kemudian Rasul mendoakannya dengan bersalawat kepadanya. Hal ini direkam oleh

al-Bukhārī dalam Ṣaḥīḥ-nya. 100

98

Al-Suyūṭī, Jāmiʽ al-Ahādīts, j. 6, h. 145. 99

Al-Sakhawī, al-Qaul al-Badīʽ, h. 390. 100

Al-Bukhārī, Ṣaḥīḥ Bukhāri, j. 2, h. 129.

Page 84: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45722/1/NINGRUM...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Ningrum LestariPublish Year: 2019

70

ث نا شعبة عن عمرو عن عبد الله بن أب أوف قال كان النب ث نا حفص بن عمر حد صلى حدبصدقتهم قال اللهم صل على آل فلن فأتاه أب بصدقته ف قال الله عليه وسلم إذا أتاه ق وم اللهم صل على آل أب أوف

Artinya, “Telah menceritakan kepada kami Ḥafṣ ibn 'Umar, ia berkata,

telah menceritakan kepada kami Syu'bah, dari 'Amru, dari 'Abdullāh ibn Abī

Awfā berkata; Jika suatu kaum datang kepada Rasulullah Saw. dengan

membawa sedekah mereka, Rasul mendoakannya, "Allāhumma ṣalli 'alā āli

fulān" (Ya Allah berilah salawat kepada keluarga fulān"). Maka bapakku

mendatangi Rasul Saw. dengan membawa zakatnya., dan Rasul

mendo'akanya: "Allāhumma ṣalli 'alā āli Abī Awfā". (Ya Allah, berilah salawat

kepada keluarga Abu Awfā"). (HR. Al-Bukhārī)

Selain diriwayatkan oleh Imam al-Bukhārī, hadis tersebut juga diriwayatkan

oleh beberapa mukharrij lain melalui sanadnya yang berbeda-beda, yaitu: Ibn Ḥibbān

dalam Ṣaḥīḥ Ibn Ḥibbān,101

Abī Dawūd dalam Sunan-nya,102

al-Nasā’ī dalam Sunan-

nya,103

Imam Muslim dalam Ṣaḥīḥ-nya,104

Musnad al-Bazzār,105

dan Ḥilyat al-Auliyā’

wa Ṭabaqāt al-Aṣfiyā’ karya Abū Nuʽaim al-Aṣbahānī.106

Dalam hadis lain, Rasulullah Saw juga pernah memberikan doa dengan

salawat kepada orang Anshar yang memberikan Rasul air untuk mandi dan selimut

atau mantel. Kejadian ini juga terekam dalam sebuah hadis riwayat al-Bazzār dalam

Musnad al-Bazzār.107

ث نا إب راهيم بن سعيد، قال لى، عن ممد بن عبد الرحن بن : نا وكيع، قال : حد نا ابن أب لي جاء : ل سعد بن زرارة، عن ممد بن شرحبيل، عن ق يس بن سعد بن عبادة، رضي الله عنه، قا

ليه رسول الله إل ب ي سعد فسلم ف رد سعد السلم وخاف وانطلق رسول الله صلى اهلل ع

101

Ibn ḥibbān, Ṣaḥīḥ Ibn Ḥibbān, j. 3, h. 197. 102

Abū Dawūd, Sunan Abī Dawūd, j. 2, h. 18. 103

Al-Nasā’ī, Sunan al-Nasā’ī, j. 5, h. 31. 104

Muslim, Ṣaḥīḥ Muslim, j. 3, h. 121. 105

Al-Bazzār, Musnad al-Bazzār, j. 8, h. 284. 106

Abū Nuʽaim al-Asbahānī, Ḥilyat al-Auliyā’ wa Ṭabaqāt al-Aṣfiyā, (Beirut: Dār Kutb,

1974), j. 5, h. 96. 107

Abū Bakr al-Bazzār, Musnad al-Bazzār, (Madinah: Maktabah al-ʽUlm wa al-Ḥikam, 2009),

j. 9, h. 196.

Page 85: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45722/1/NINGRUM...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Ningrum LestariPublish Year: 2019

71

ا حلن على ذلك أردت أن تزيدن : وسلم ف لحقه سعد، ف قال ا من كث رة السلم يا رسول الله، إنغتسل ث ث أق بل رسول الله صلى اهلل عليه وسلم حت دخل على سعد فأتاه بإناء فيه ماء فا

اللهم صل " :س على عكنه ث قال ف رأي أث ر الور : أتاه ملحفة ورسية فاشتمل با، قال ق يس له عليه حارا ، ث أوكف سعد على األنصار وعلى ذرية األنصار، وعلى ذرية ذرية األنصار

اركب على »: رسول الله صلى الله عليه وسلم اذهب ف رد احلمار، ف قال : قطيفة ف قال لبنه هو لك يا رسول الله : قال " إنك ربه : قال . يا رسول الله اركب : قال « صدر حارك

Artinya, “Telah menceritakan kepada kami Ibrāhīm ibn Saʽīd, ia

berkata, telah menceritakan kepada kami Wakīʽ, ia berkata, telah menceritakan

kepada kami Ibn Abī Lailā dari Muḥammad ibn ʽAbd al-Raḥman ibn Saʽd ibn

Zurārah, dari Muḥammad ibn Syuraḥbīl, dari Qays ibn Saʽd ibn ʽUbādah Ra.

berkata: Rasulullah Saw datang ke rumah Saʽd, kemudian beliau memberi

salam. Saʽd pun menjawab salam tersebut dan berbicara dengan suara lirih.

Rasul Saw pun pergi namun Saʽad menyusulnya. Saʽad pun berkata: Wahai

Rasulullah Saw., saya berbuat demikian karena saya ingin Rasul menambah

salam sebanyak-banyaknya. Rasul pun menatap Saʽad dan kembali masuk ke

rumah Saʽad. Saʽad kemudian menyambut Rasul Saw dengan sebuah wadah

yang berisi air dan dibuat mandi oleh Rasul. Kemudian Saʽad memberi Rasul

sebuah mantel berwarna merah untuk dipakainya. Pada saat itu, Qays melihat

ada bekas benang pakaian menempel di lehernya. Kemudian Rasul Saw.

bersabda, “Allāhumma ṣalli ʽalā al-Anṣār wa ʽalā dzurrīyat al-Anṣār, wa ʽalā

dzurrīyat dzurrīyat al-Anṣār (Ya Allah, berikanlah salawat kepada orang

Anshar ini, keturunannya, dan keturunan dari keturunannya.) Saʽad kemudian

mewakafkan satu keledai untuk Rasul Saw, dan di atas keledai itu ada

sepotong kain sutera. Saʽad pun berkata kepada puteranya: pergilah dan

kembalikan keledainya. Rasulullah Saw. bersabda, “Naiklah di atas punggung

keledaimu!” Saʽad berkata: Wahai Rasulullah, naiklah! Rasul menjawab,

“Naiklah, kaulah pemiliknya.” Saʽad berkata kembali, “keledai ini sudah

menjadi milikmu wahai Rasul Saw.”

Hadis di atas juga diriwayatkan oleh al-Ṭabrānī dalam al-Muʽjam al-Kabīr,108

dan Ibn Abī Syaibah dalam Muṣannaf Ibn Abī Syaibah. 109 Ini menunjukkan bahwa

salawat tidak hanya untuk Rasulullah Saw., tapi juga untuk orang lain selain Rasul,

yakni manusia biasa.

108

Al-Ṭabrānī, Muʽjam al-Kabīr, (T.K: Maktabah al-ʽUlm wa al-Ḥikam, 1983), j. 18, h. 389. 109

Abū Bakr ibn Abī Syaibah, al-Muṣannaf fi al-Aḥādis wa al-Atsār, (Riyadh: Maktabah al-

Rusyd, 1409 H), j. 6, h. 398.

Page 86: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45722/1/NINGRUM...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Ningrum LestariPublish Year: 2019

72

3. Salawat sebagai Doa untuk Orang yang Sahur

Dalam sebuah hadis riwayat Abū Bakr al-Syaibānī, Rasulullah Saw. pernah

mendoakan orang yang sedang sahur. Hadis tersebut diriwayatkan oleh Abu

Suwaid.110

ث نا علي بن ثاب ، ع ث نا خضر بن ممد ، حد ث نا ممد بن علي بن ميمون ، حد ن هشام حد من بن سعد ، عن حات بن أب نصر ، عن عبادة بن نسي ، عن أب سويد رضي الله عنه وكان

اللهم صل على : النب صلى اهلل عليه وسلم ، أن رسول اهلل صلى اهلل عليه وسلم قال أصحاب إن ها أكلة ب ركة : تسحروا ولو باء ، فإنه كان ي قال : وكان ي قال : عبادة قال المتسحرين

Artinya, “Telah menceritakan kepada kami Muḥammad ibn ʽAlī ibn Maimūn,

ia berkata, telah menceritakan kepada kami Khudr ibn Muḥammad, ia berkata,

telah menceritakan kepada kami ʽAlī ibn Tsābit, dari Hisyām ibn Saʽd, dari

Khātim ibn Abī Naṣr, dari ʽUbadah ibn Nasīy, dari Abī Suwaid Ra. seorang

sahabat Nabi Muhammad Saw, sesungguhnya Rasul Saw. bersabda,

“Allāhmumma ṣalli ʽalā al-mutasaḥḥirīn.” ʽUbadah berkata, disebutkan

bahwa Rasul Saw., berkata: Sahurlah, walaupun dengan seteguk air, karena

sesungguhnya dikatakan, sesungguhnya sahur adalah makanan barakah. (HR.

Ibn Abī Syaibah)

Namun, hadis ini divonis daif oleh para ulama hadis. Menurut Imam al-Suyūṭī,

hadis ini didaifkan oleh para ulama hadis.111

4. Salawat untuk Orang yang Salat di Saf Pertama

Rasul Saw. pernah bersabda bahwa Allah dan para malaikat juga bersalawat

kepada orang-orang yang berbaris dalam salat di saf pertama.

ثن ساك بن حرب عن الن عمان بن بش ثن حسي بن واقد حد ث نا زيد بن احلباب حد ي قال حد

ع النب صلى الله عليه وسلم ي قول إن الله عز وجل وملئكته يصلون عل ى الصف األول أو س

الصفوف األول

110

Abū Bakr al-Syaibānī, al-Aḥad wa al-Matsānī, (Riyadh: Dār al-Rāyah, 1991), j. 5, h. 228. 111

Jalāl al-Dīn al-Suyūṭī, Jāmiʽ al-Aḥādīts, j. 6, h. 241.

Page 87: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45722/1/NINGRUM...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Ningrum LestariPublish Year: 2019

73

Artinya, “telah menceritakan kepada kami Zaid ibn al-Ḥubāb, ia

berkata telah menceritakan kepada kami Ḥusain ibn Wāqid, ia berkata, telah

menceritakan kepada kami Simāk ibn Ḥarb, dari al-Nuʽmān ibn Basyīr, ia

berkata aku mendengar Nabi Saw. bersabda. “Sesungguhnya Allah Swt. dan

para malaikat-Nya bersalawat kepada (orang di) saf pertama.”

Hadis di atas adalah riwayat Aḥmad ibn Ḥanbal dalam Musnad-nya.112

Selain

itu, ada juga beberapa matan yang sama yang diriwayatkan oleh beberapa mukharrij

seperti al-Ṭabrānī dalam Muʽjam al-Awsaṭ dan Muʽjam al-Kabīr,113

Sunan Ibn

Mājjah.114

Ṣaḥīḥ Ibn Ḥibbān,115

dan Ṣaḥīḥ Ibn Khuzaimah.116

5. Salawat untuk Orang yang Menggunakan ʽImāmah (surban di kepala) pada

Hari Jumat

Dalam hadis riwayat al-ṭabrānī pada Musnad al-Syāmīyīn117

disebutkan bahwa

salawat juga diperuntukkan bagi orang yang menggunakan ʽimāmah pada hari Jumat,

bahkan Allah dan para malaikatnya juga bersalawat kepada para pemakai ʽimāmah.

ث نا يوسف ث نا عبد الرحن بن معاوية العتب ، حد ث نا أيوب بن مدرك عن حد بن عدي ، حد

رداء قال قال رسول اهلل صلى اهلل عليه وسلم إن الله وملئكته يصلون على مكحول عن أب الد

معة أصحاب العمائم ي وم ا

Artinya, “telah menceritakan kepada kami Abd al-Raḥmān ibn

Muʽāwiyah al-ʽUtbī, ia berkata, telah menceritakan kepada kami Yūsuf ibn

ʽAdīy, ia berkata, telah menceritakan kepada kami Ayyūb ibn Mudrik, dari

Makḥūl, dari Abī al-Dardā’, ia berkata, Rasulullah Saw. bersabda,

“Sesungguhnya Allah Swt. dan para malaikat-Nya bersalawat kepada orang

yang menggunakan ʽimāmah di hari Jumat.”

Hadis tersebut juga diriwayatkan oleh al-Haitsāmī dalam Majmaʽ al-

Zawā’īd,118

dan Abū Nuʽaim al-Aṣbahānī dalam Ḥilyat al-Auliyā’.119

112

Aḥmad ibn Ḥanbal, Musnad Aḥmad, j. 30, h. 315. 113

Al-Ṭabrānī, Muʽjam al-Kabīr, j. 6, h. 164. 114

Ibn Mājjah, Sunan Ibn Mājjah, j. 1, h. 318. 115

Ibn Ḥibbān, Ṣaḥīḥ Ibn Ḥibbān, j. 5, h. 530. 116

Ibn Khuzaimah, Ṣaḥīḥ Ibn Khuzaimah, j. 3, h. 24. 117

Al-Ṭabrānī, Musnad al-Syāmīyīn, (Beirut: Muassasah al-Risālah, 1984), j. 4, h. 336.

Page 88: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45722/1/NINGRUM...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Ningrum LestariPublish Year: 2019

74

6. Salawat untuk Orang yang Mengajarkan Kebaikan pada Manusia

Salawat juga diperuntukkan bagi orang yang mengajarkan kebaikan kepada

manusia. Hal ini disebutkan dalam sebuah hadis riwayat al-Dārimī dalam kitab

Musnad al-Dārimī.120

ث نا ث نا أخب رنا ي عقوب بن إب راهيم، حد يل الكنان، حد ث نا الوليد بن ج يزيد بن هارون، حد

فضل العال على العابد، كفضلي على »قال رسول الله صلى اهلل عليه وسلم : مكحول قال

إن الله : ث قال [ 82: فاطر]{ ا يشى الله من عباده العلماء إن }ث تل هذه الية « أدناكم

ر وملئكته، وأهل ساواته وأرضيه، والنون ف البحر يصلون على الذين ي علمون الناس الي

Artinya, “telah menceritakan kepada kami, Yaʽqūb ibn Ibrāhīm, ia

berkata, telah menceritakan kepada kami Yazīd ibn Hārūn, ia berkata, telah

menceritakan kepada kami al-Walīd ibn Jamīl al-Kinānī, ia berkata, telah

menceritakan kepada kami Makḥūl, ia berkata, Rasulullah Saw. bersabda,

“Keutamaan orang yang alim atas orang yang ahli ibadah seperti keutamaanku

atas orang yang lebih rendah derajatnya dari kalian.” Rasul Saw. kemudian

membaca QS. Fātir: 28. Kemudian melanjutkan sabdanya, “Sesungguhnya

Allah Swt., para malaikat-Nya, penduduk langit-Nya dan bumi-Nya, serta ikan

Nūn di laut bersalawat kepada orang-orang yang mengajarkan kebaikan

kepada manusia.”

Dari penggunaan dan peruntukan salawat berdasarkan hadis tersebut bisa

disimpulkan bahwa salawat, baik kepada Rasul Saw., maupun kepada selain Rasul

bisa dilakukan untuk setiap pekerjaan yang baik. Imam al-Sakhawī dalam al-Qaul al-

Badī’ bahkan menyebutkan hingga 72 perbuatan baik yang bisa diawali atau dibarengi

dengan membaca salawat kepada Rasul Saw.121

118

Al-Haitsamī, Majmaʽ al-Zawāid, j. 5, h. 322. 119

Al-Aṣbahānī, Ḥilyat al-Auliyā’, j. 5, h. 189. 120

Al-Dārimī, Musnad al-Dārimī, j. 1, h. 334. 121

Al-Sakhawī, al-Qaul al-Badīʽ, h. 342-459.

Page 89: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45722/1/NINGRUM...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Ningrum LestariPublish Year: 2019

75

Sesuai penggunaan dan peruntukan salawat pada masa Rasul Saw,

sebagaimana yang telah disebutkan di atas, menunjukkan bahwa setiap perbuatan baik

yang dibacakan salawat, maka akan diberikan rahmat dan keberkahan bagi orang yang

mengerjakannya.

Selain itu, kita juga bebas membaca salawat, bahkan dengan kreasi kita

sendiri, asalkan tidak terlepas dari tiga kata: pertama, “Allahumma”, kata ini adalah

sebuah permintaan kepada Allah, berasal dari kata “Yā Allah”, ya’ nidā’-nya dibuang

dan digantikan dengan mīm.122

Kedua, “ṣalli”, dan nama orang yang ingin kita

bacakan salawat, bisa Nabi Muhammad Saw., maupun orang yang telah berbuat baik

kepada kita. Adapun selebihnya bisa kita kreasikan sendiri. Hal ini sebagaimana

beberapa praktek bersalawat yang beredar saat ini di majelis-majelis taklim dan

pengajian yang jumlahnya sangat beragam. Misalnya salawat nariyah, salawat

Asyghil dan lainnya. Tidak lantas kita membidahkan salawat tersebut hanya karena

tidak diucapkan oleh Rasulullah Saw.

122

Dalam Alfiyah ibn Mālik dijelaskan:

وشذ يااللهم فى قريض* واألكثر اللهم بالتعويض

“Banyak yang menggunakan Allahumma dengan Ya nida yang diiwadhkan sedangkan

menggunakan Yaallahumma adalah sedikit.” Ibn Mālik, Alfiyah ibn Mālik, (Surabaya: Alhidyah, t.t), h.

70.

Page 90: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45722/1/NINGRUM...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Ningrum LestariPublish Year: 2019

76

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari penelitian yang dilakukan terhadap hadis-hadis yang berkaitan dengan

salawat dan keutamaannya, penulis berkesimpulan bahwa:

1. Redaksi salawat yang bersumber dari Rasulullah Saw. ada lima, yaitu

menggunakan redaksi “āli Muḥammad”, “azwājihi wa dzurrīyyatihi”, “al-

nabīy al-ummīy”, “Abdika wa Rasūlika”, dan “wa anzilhu al-maqʽad al-

muqarrab ʽindaka”. Selain redaksi yang bersumber dari Rasul Saw.

tersebut, juga ditemukan, yakni dari para sahabat, seperti sahabat dari suku

Badui dan Ibn Masʽūd. Ini menunjukkan bahwa redaksi salawat yang bukan

dari Rasul juga dapat dibenarkan dan tidak termasuk bid’ah.

2. Makna keutamaan salawat yang terdapat dalam beberapa hadis adalah

bersifat majazi, yakni bukan kata yang sesungguhnya (hakiki). Angka dan

beberapa keutamaan salawat yang digambarkan dalam hadis tersebut

hanyalah sebuah gambaran akan keagungan pahala bersalawat.

B. Saran

1. Untuk kalangan akademisi, penelitian ini hanya fokus pada hadis-hadis

marfu yang menjelaskan salawat dan berbagai keutamaannya. Akan lebih

baik jika ada penelitian selanjutnya yang membahas lebih lanjut terkait

sebab-sebab redaksi salawat tersebut berbeda, apakah disesuaikan untuk

sahabat yang bertanya atau kehendak Nabi Saw.

2. Untuk masyarakat dan umat muslim secara umum, membaca salawat yang

tidak diajarkan redaksinya oleh Rasul Saw, juga bisa diamalkan sehari-hari

Page 91: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45722/1/NINGRUM...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Ningrum LestariPublish Year: 2019

77

sebagai dzikir. Karena tujuan salawat sebagaimana hasil dari penelitian ini

adalah pujian dan penghargaan kepada para nabi dan rasul, khususnya

Rasulullah Saw.

Page 92: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45722/1/NINGRUM...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Ningrum LestariPublish Year: 2019

78

DAFTAR PUSTAKA

A’yuni, Qurrata. “Salawat Menurut Tuntunan Rasul Saw”, Substantia, (Aceh: UIN Ar-

Raniry, Oktober 2016), Volume 18 Nomor 2.

Abū Dawūd, Sunan Abū Dawūd. Beirut: Dār Kutb al-Arābī, T.t.

Abū Sujā’. Matan al-Ghāyah wa al-Taqrīb. Surabaya: Al-Hidayah, 2000.

Abu Zayd, Nasr Hamid. al-Imam al-Syāfi’ī wa Ta’sīs al-Idiyulūjiyah al-Wasaṭiyyah.

Kairo: Maktab Madbuly, 1996.

________. al-Nāṣ al-ṣulṭah al-haqīqah. Beirut: al-Markāz al-Tsaqāfy al-A’rāby, 1995.

Ahwadzy, Benny. “Hadis di Mata Pemikir Modern (Telaah Buku Rethinking Karya

Daniel Brown)” Jurnal Studi Ilmu-Ilmu al-Qur’an dan Hadis. vol. 15. no. 2. Juli

2014.

Al-Asbahānī, Abū Nuʽaim Ḥilyat al-Auliyā’ wa Ṭabaqāt al-Aṣfiy. Beirut: Dār Kutb.

1974.

Al-Asqalānī, Ibn Ḥajar. al-Maṭālib al-ʽaliyyah. Beirut: Dar al-Kutb, T.t.

Al-Aydrus, Habib Syarief Muhammad. 135 Shalawat Nabi: Keutamaan, Tata Cara dan

Khasiatnya. Bandung: Pustaka Hidayah, 2010.

Azami, M.M.. Memahami Ilmu Hadis: Telaah Metodologi dan Literatur Hadis. Jakarta:

Penerbit Lentera, 2003.

Azra, Azyumardi. “Peranan Hadis Dalam Perkembangan Historigrafi Islam Awal” Al-

Hikmah. Jurnal Studi-Studi Islam; No. 11. Oktober-Desember 1993.

Al-Bantānī, Muḥammad Nawawī. Kasyifatus Saja. Indonesia, Daru Ihyā al-Kutb al-

ʽArābīyah. T.t.

Al-Baihāqī, Ahmad bin al-Husain. Ahkam al-Qur’an li al-Syāfi’ī. Kairo: Maktabah al-

Khanji, 1994.

________. al-Daʽwāt al-Kabīr. Kuwait: Ghirās li al-Nasyr wa al-Tauzīʽ. 2009.

________. Sunan al-Kubrā. Heyderabad: Majlis Dairah Nidzāmīyah, 1344 H.

________. Syuʽab al-Imān. Riyadh: Maktabah al-Rusyd, 2003.

Al-Bazzār, Abū Bakr. Musnad al-Bazzār. Madinah: Maktabah al-ʽUlm wa al-Ḥikam.

2009.

Al-Bukhārī, Muḥammad ibn Ismāʽīl. Ṣaḥīḥ al-Bukhārī. Kairo: Dār ṭūq al-Najāh, 1422

H.

Dahlan Jampes, Ihsan M.Sirajut Ṭalibīn ʽalā Minhāj al-ʽAbidīn. Indonesia, Daru Ihyā

al-Kutb al-ʽArābīyah. T.t.

Page 93: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45722/1/NINGRUM...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Ningrum LestariPublish Year: 2019

79

Al-Damīnī, Musfir Azmullah. Maqāyīs Naqd Mutūn al-Sunnah. Riyadh: Jami’ah Ibn

Saud, 1984.

Al-Dārimī, Abdullah bin Abdurrahman. Sunan al-Dārimī. Beirut: Dar al-Kutub al-

Araby, 1986.

Al-Dāruquṭnī, Abū al-Hasan Sunan al-Dāruquṭnī. Beirut: Muassasah al-Risālah, 2004..

Ibn ʽAbbād, Ṣāḥīb. al-Muḥīṭ fi al-Lughah. Beirut: Ālim al-Kutb, 1994.

Ibn Abī Syaibah, Abū Bakr. al-Muṣannaf fi al-Aḥādis wa al-Atsār. Riyadh: Maktabah

al-Rusyd. 1409 H.

Ibn Anas, Malik. Muwāṭā’ Imam Mālik. Abū Dhabi: Muassasah Zāyid ibn Sulṭān. 2004.

Ibn ʽĀsyūr. Ṭāhir al-Taḥrīr wa al-Tanwīr. Tunisia: Dār Tūnis li an-Nasyr, 1984.

Ibn Fāris, Abū al-Ḥusain Aḥmad. Muʽjam Maqāyīs al-Lughah. Beirut: Dār al-Fikr.

1979.

Ibn Ḥanbal, Aḥmad Musnad Aḥmad. Beirut: Muassasah al-Risālah. 1999.

Ibn Ḥibbān, Muḥammad. Ṣaḥīḥ Ibn Ḥibbān, Kairo: Muassasah al-Risālah, 1993.

Ibn Ḥuzaimah, Abū Bakr. ṣaḥīḥ Ibn Ḥuzaimah. Beirut: al-Maktab al-Islāmī, T.t.

Ibn Mālik. Alfiyah ibn Mālik. Surabaya: Alhidyah, T.t.

Ibn Manzūr, Jamāl al-dīn. Lisān al-ʽArāb. Beirut: Dār al-Ṣādir. 1414 H.

Ibn Qutaibah, Abdullah bin Muslim. Ta'wīl Mukhtalāf al-Hadīts. Beirut: Muassasah al-

Kutub al-Tsaqāfiah, 1988

Al-Irāqī, Zainuddin Abdurrahim. al-Mughnī ‘an Ḥamli al-Aṣfār fi al-Aṣfār. Riyadh:

Maktabah Ṭabriyah, 1995.

Al-Jauziyah, Ibn al-Qayyim. Jalāʽ al-Afhām fi Fadhl al-Ṣalāh wa al-Salām ʽalā Khair

al-Anām, (Mekkah: Dār ʽālim al-Fawāid, 1425 H).

Al-Jazri, Majdudin al-Mubārak. Jāmi’ al-Uṣūl fī Ahādīts al-Rasūl. t.tp: Maktabah Dār

al-Bayān. t.t.

Al-Khaṭib al-Baghdadi, Al-Jāmīʽ li Akhlāq al-Rāwī wa Adab al-Sāmīʽ, (Beirut:

Maktabah al-Maʽarif, 1989) j. Iv, h. 388.

Maksum, Syukran dan Fathoni, Ahmad. Rahasia Shalawat Nabi. Yogyakarta: Mutiara

Media. 2009.

Musṭāfā, Ibrāhīm. Zayyāt, Ahmad. Abd al-Qādir, Ḥāmid. Najjār, Muḥammad. al-

Muʽjam al-Wasīṭ. Beirut: Dār Daār Daʽwah, T.t.

Page 94: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45722/1/NINGRUM...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Ningrum LestariPublish Year: 2019

80

Al-Mubārakfūrī, Abū al-ʽAlā. Tuḥfat al-Aḥwādzī, Beirut: Dār al-Kutb, T.t

Al-Munāwī, ʽAbd al-Ra’ūf. Faiḍ al-Qādir Syarḥ al-Jāmiʽ al-Ṣaghīr. Mesir: al-

Maktabah al-Tijāriyah al-Kubrā. 1356 H.

Al-Mūṣilī, Abū Yaʽlā. Musnad Abī Yaʽlā. Damaskus: Dar Maʽmūn, 1984.

Musahadi HAM. Evolusi Konsep Sunnah: Impilkasi Pada Perkembangan Hukum

Islam (Semarang: Aneka Ilmu, 2000)

al-Naisaburi, Muslim bin Hajjāj al-Qusyairy. al-Jāmi’ al-Ṣāḥiḥ Ṣāḥīḥ Muslim. Beirut:

Dar al-Jail. t.t.

Al-Naisābūrī, Al-Ḥākim. al-Mustadrak. Beirut: Dār al-Maʽrifah, T.t.

Al-Nasā’ī. Sunan al-Nasā’ī. Aleppo: Maktabah al-Islāmiyah, 1986

Nur, Maizuddin M. “Tipologi Pemikiran Tentang Kewenangan Sunnah di Era

Modern”. Jurnal Substantia. vol. 14. no. 2. Oktober 2012

Al-Qaraḍāwī, Yusuf Kaifa Nataʽāmal Maʽa al-Sunnah al-Nabawīyah. Karo: Dār al-

Syurūq. 2000.

Al-Qazwainī, Muḥammad ibn Yāzid Sunan Ibn Mājjah, (Beirut: Dār al-Fikr, T.t), j. 1,

h. 293.

Ridha, Rasyid. Tafsīr al-Mannār. Kairo: Haiʽah al-Miṣriyyah. 1990 M.

Al-Sakhāwī, Muḥammad ibn ʽAbd al-Raḥmān. al-Qaul al-Bādiʽ fi al-Ṣalāh ʽala al-

Ḥabīb al-Syāfiʽ. Madinah: Muassasah al-Rayyān. 2002.

Al-San`āni, Abdu al-Razāq. Mushannaf Abdu al-Razāq. Beirut: al-Maktab al-Islāmi,

1981.

Al-Suyūṭī, Jalāl al-Dīn. Jāmiʽ al-Aḥādīts. Riyadh: Maktabah al-Maārif. T.t.

_______. al-Durār al-Manṣūr. Beirut: Dār al-Fikr t.t.

_______. Tadrīb ar-Rāwī fi Syarḥi Taqrīb an-Nawāwī. Kairo: Dār al-Bayān al-‘Ārābī.

2004.

Al-Syaibānī, Abū Bakr. al-Aḥad wa al-Matsānī. Riyadh: Dār al-Rāyah. 1991.

Al-Syaʽrāwī, Muḥammad Mutawallī. Tafsir al-Syaʽrawī. Kairo: Aḥbār al-Yaum. T.t.

Syahrur, Muhammad. al-Sunnah al-Rasūliyah wa al-Sunnah al-Nabawiyyah. Beirut:

Dar al-Sāqi, 2012.

Al-Syatibī, Abu Ishaq. Al-Muwāfaqāt fī Uṣūl al-Syarī’ah. Beirut: Dar Kutub al-

‘Ilmiyyah, 1424 H/2003 M.

Page 95: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45722/1/NINGRUM...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Ningrum LestariPublish Year: 2019

81

Al-Ṭabarānī, Abu al-Qāsim. al-Mu’jam al-Kabīr. Mosul: Maktabah al-‘Ulūm wa al-

Hukm, 1983.

_______. Musnad al-Syamiyyīn. Beirut: Muassasah al-Risālah, 1984.

Al-Ṭabarī, Muḥammad ibn Jarīr. al-Tārikh al-Ṭabarī, Beirut: Dār al-Turāts, 1387 H.

_______. Jāmiʽ al-Bayān fi Ta’wīl al-Qur’ān. Beirut: Muassasah al-Risalah. 2000 M.

Al-Ṭabrānī. Muʽjam al-Kabīr. Madinah: Maktabah al-ʽUlm wa al-Ḥikam, 1983.

Al-Tirmidzī, Abū ʽĪsā. Sunan al-Tirmidzī. Beirut: Dār Gharb, 1998.

Al-Ṭahāwī, Abū Jaʻfar. Syarḥ Musykil al-Atsār. Beirut: Muassasah al-Risālah, 1987.

Ṭaḥḥān, Mahmūd. Taysīr Musṭalāh al-ḥadīts. Riyadh: Maktabah al-Maʻārif, 2004.

_______. Uṣūl al-Takhrīj wa Dirāsah al-Asānīd. Riyadh: Maktabah Dār al-Maʻrifah,

1996.

al-Tamīmī, Muhammad bin Hibban. Ṣāḥiḥ Ibn Hibbān. Beirut: Muassasah al-Risālah,

1993.

Al-Tirmiẓi, Muḥammad ibn ‘Isā. Sunan al-Tirmiẓi. Beirut: Dār al-Iḥyā’ al-Turāts al-

ʻArābī, t.t.

Yaqub, Ali Mustafa. Cara Benar Memahami Hadis. Jakarta: Pustaka Firdaus, 2016.

Al-Zailāʽī, Abdullah. Naṣb al-Rayyāh fī Aḥādīts al-Hidāyah. Kairo: Dār al-Ḥādīts.

1357 H.

Page 96: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45722/1/NINGRUM...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Ningrum LestariPublish Year: 2019

82

Lampiran I: Redaksi Salawat

No Redaksi Salawat Perawi Sahabat

آ 1 آعىلى آمحىمدآوىعىآلى آل اللهمآصىآل ممىآوىعىلىآ آ آعىلى آإ ب آرىا محىمدآكىمىاآصىلمتىآحىم مدآمىج آمدآاللهمآ ممىآإ نكى آإ ب رىا ل بىار كآعىلى آمحىمدآوىعىلى آل آآمحىمدآآآ ممىآوىآعىلى آل آعىلى آإ ب رىا اآبىارىكتى كىمى

مدآ آحىم مدآمىج ممىآإ نكى إ ب رىا

Al-Bukhārī

Muslim

Ibn Mājjah

Ibn Hibbān

Al-Tirmidzī

Mālik ibn Anas

Abū Dawūd

Al-Dārimī

Al-Bayhāqī

Aḥmad ibn Ḥanbal

Al-Ṭabrānī

Kaʽab ibn ʽUjrah.

Basyir ibn Saʽad.

(Mukhattab)

ه آآ 2 آعىلى آمحىمدآ،آوىآعىلى آأىزوىآاج اللهمآصىل ممىآ آإ ب رىا آعىآلى آل ،آوىذر يت ه آآكىمىاآصىلمتى

ه آ،آ،آوىبىار كآعىلى آمحىمدآوىعىلى آأىآ زوىاج آعىلى اآبىارىكتى ممىآ،آآوىذر يت ه آكىمى آإ ب رىا ل

مد. آحىم مدآمىج إ نكى

Muslim

Mālik ibn Anas

Abū Ḥumaid al-

Sā’īdī

م آآ،آ 3 آا مدآالنآىب آعىلى آمحى اللهمآصىل آمحىمدآكىمىاآصىلآ آعىلى آمتىآوىعىلى آل م آإ ب رىا ممىآ،آوىعىلى آل مىآ،آوىبىار كآإ ب رىام آ آا دآالنىب آآعىلى آمحىم ،آوىعىلى آل

آعىلى آإ ب آ اآبىارىكتى ممىآوىعىلى محىمدآكىمى آرىاآحىم مدآمىج آمدآ ممىآ،آإ نكى آإ ب رىا ل

Al-Bayhāqī

Ibn Ḥibbān

Al-Mustadrak

Al-Dāruquṭnī

Ibn Ḥuzaimah

Aḥmad ibn Ḥanbal

Abī Masʽūd

لل كىآآآ 4 آوىرى آعىلى آمحىمدآعىىبآد كى اللهمآصىل اآ آكىمى آإ ب رىا آعىلى آل ممىآوىبىار كآصىلمتى

آمحىمدآ آكىمىاآعىلى آمحىمدآوىعىلى آل ممىآ آعىلى آإ ب رىا آأىبلآصىال حآعىنآآقىا ىآآبىارىكتى

آعىآ آمحىمدآآلى آمحىمدآوىعىلى آلاللمث ممىآ آإ ب رىا آعىلى آل اآبىارىكتى كىمى

Al-Bukhārī

Al-Nasā’ī

Aḥmad

Ibn Mājjah

Abū Saʽīd al-

Khudrī

اىآللآهآمآآصىآل آآعىآلىآ آمآحىآمآدآآوىآأىآنآز آلآهآآالآمىآقآعىآدىآآ 5 الآمآقىآرآبىآآع آنآدىآكىآآي ىآلآمىآآالآق آمىآامىآة آ

Al-Ṭabrānī

Ruwaifiʽ ibn

Tsābit

ب آأىآب آيآأىآنآتىآآوىآأآم آيآاىآلل آهآمآآصىآل آآعىآل آ 6 Al-Ṭabrānī Zaid ibn Tsābit

Page 97: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45722/1/NINGRUM...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Ningrum LestariPublish Year: 2019

83

مآحىآمآدآآحىآتآ آلىآآ ىآىب آقىآ آصىآلىآةآ،آاىآلل آهآمآآبىآار آكآآعىآلىآ آمآحىآمآدآآحىآتآ آلىآآ ىآىب آقىآ آب ىآرىآكىآةآ،آىآل آمآآعىآل آمآحىآمآدآآحىآتآ آلىآآي ىآىب آقىآ آ اىآللآهآمآآىآلىآمآ،آاىآللآهآمآآوىآارآحىآمآآمآحىآمآد آاآحىآتآ آلىآآ

ىآىب آقىآ آرىآحآمىآةآ،

آ آوىب ىآرىكىا كى اللهمآاجعىلآصىلىلىا كىآ ىآل منىآ آوىإ مىام م د آالمر ى آعىلى آ وىرىحمىآتىكى

آالنىب م آمنىآ آمحىمدآ اىم المتق منىآ آوىخىآالخىآمر آ آوىقىائ د آآ آ آوإ مىام لل كى آوىرى عىىبد كىآالرحمىة آ آاللهمآاب عىثآهآ ل الخىمر آ آوىرى

ىوللآنىآ مىقىام اآمىحملد اآي ىغىب طهآب ه آاآعىلىآ آمحىمدآ رونىآ آاللهمآصىل وىالخ آمحىمدآكىمىاآصىلمتىآآعىلى آ وىعىلى آل

مدآ ممىآإ نكىآآحىم مدآمىج آإ ب رىا ممىآوىل إ ب رىااآ آمحىآمدآكىمى آوىبىار كآعىلى آمحىمدآوىل آ ممىآ آإ نآكى آإ آب رىا ممىآوىل آعىلى آإ ب رىا بىارىكتى

مدآ .حىم مدآمىج

Al-Bayhāqī Ibn Masʽūd

Page 98: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45722/1/NINGRUM...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Ningrum LestariPublish Year: 2019

84

Lampiran II: Keutamaan Salawat

No Redaksi Keutamaan Salawat Perawi Sahabat

ة آصىلآ آاللهآعىلىمآه آ 1 دى مىنآصىل آعىلى آوىاح عىشر ا

Muslim

Aḥmad Ibn Ḥanbal

Abī Dāwud

Al-Nasā’ī

Ibn Ḥibbān

Anas ibn Mālik

Abdullah ibn ʽAmr

Amr ibn Rabīʽah

آاللهآ 2 ة آآكىتىبى دى آمىرة آوىاح مىنآصىل آعىلىيآ آحىسىآنىا آوىجىلآلىهآب هىاآعىشرى عىز

Ibn Ḥibban

Aḥmad Ibn Ḥanbal

Abū Hurairah

ة آ 3 دى صىل آآ،آمىنآصىل آعىلىيآصىلة آوىاح اللهآعىلىمه آعىشر ا،آوىمىنآصىآل آعىلىيآعىشآر اآائىة آآ،آوىمىنآصىل آ ،آصىل آاللهآعىلىمه آم

ن ىمآه آ آ آاللهآلىآهآب ىمنىآعىم ائىة آ،آآكىتىبى آم عىلىيآ،آوىب ىرىاءىةآآم نىآالنار آ،آ ب ىرىاءىةآم نىآالن فىاق اء آ ىآالشههىدى كىنىهآاللهآي ىلمىآالق مىامىآة آمى وىأى

Al-Ṭabrānī Anas Ibn Mālik

ة آ،آ 4 دى لمىآمىنآصىل آعىلىيآصىلىآة آوىاح ى وىآ،آ آصىآلىلىا صىل آاللهآعىلىمه آعىشرى

آآ،آوىر عىتآ وىحطتآعىنهآعىشرآخىط مئىا. ا لىهآعىشرآدىرىجى

Al-Nasā’ī

Ibn Ḥībbān

Aḥmad Ibn Ḥanbal

Al-Ḥākim

Anas ibn Mālik

آالق مىامىة آ 5 آي ىلمى آب ي آالناس آأىولى أىكث ىرمآعىلىيآصىلىة .

Al-Tirmidzī Abdullah ibn

Masʽūd

آدىآعىآقآمىآالآآهآلآز آنآأىآوىآآدآمآحىآل آمآعىآآل آصىآآمآهآللآاىآ 6الآمآقىآرآبىآآع آنآدىآكىآآي ىآلآمىآآالآق آمىآامىآة آآوىآجىآىبىآتآآلىآهآآ

شىآفىآاعىآت آي

Al-Ṭabrānī Ruwaifiʽ Ibn

Tsābit

Page 99: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45722/1/NINGRUM...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Ningrum LestariPublish Year: 2019

85

Lampiran III: Ancaman Bagi yang Tidak Bersalawat

No Redaksi Ancaman Perawi Sahabat

آمىآ 1 آع آإ نآأىضىلآالناس آ ىلىمآنآذك ر ندىآعىلىيآ يصىل

Ibn Ḥajar al-

Asqalānī

Auf ibn Mālik

(Mukhatab: Abū

Dzār)

آع ندىآ 2 ملىآمىنآذك ر آآ ىلىمآيصىآإ نآالىبىخ ل عىلىيآ

Al-Ḥākim

Ibn Ḥībbān

Al-Baihāqī

Al-Ḥusain

ىلىمآيصىآ 3 آ آع ندى آ،آوىمىنآذك ر آعىلىمكى ل آ،آىأىب عىآ آىدىخىلىآالنارى ى ا آاللهآ،آقآىمى لآدى

ىقلتآ آلم منىآ لم منىآ،آ

Al-Ṭabrānī Jābir ibn Samūrah

آع ندىآ 4 آآ ىلىمآيصىآرىغ مىآأىنفآرىجلآذك ر ل عىلىيآ

Al-Tirmidzī

Al-Baihāqī

Ibn Ḥībbān

Aḥmad Ibn Ḥanbal

Al-Bazzār

Al-Ḥākim

Abū Hurairah

Jābir ibn Samūrah

Page 100: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45722/1/NINGRUM...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Ningrum LestariPublish Year: 2019

86

Lampiran IV: Penggunaan dan Peruntukan Salawat

No Redaksi Penggunaan Salawat Perawi Sahabat

أآإ ذىاآصىل آ 1 ه آب تىحم مد آرىب آآأىحىدكمآ ىلم ىىبدىآوىجىلآوىالث نىاء آعىلىمه آ، آعىلى آعىز آوىلمصىل

آ ثمآآ-لمصل آاللهآعلمهآو-النىب يىدعلآب مىاآشىاءىآ

Al-Baihāqī Faḍālah ibn ʽUbaid

al-Anṣārī

آلىلآصىلمتآصىلىة آلىآأىصىل آ مهىاآعىلىآ- 2آمحىمدآمىاآرىأىيتآأىن هىاآ محىمدآوىعىلى آل

ىت مه. آمىآ- آعىلى آالنىب صل آاللهآ-نآلىمآيصىل

لم آالتشىههد آ ىلمع دآصىلىىهآآ-علمهآو ل آالله آصىل آاللهآعىلىمه آآ- عىلمىن يآرى

آ آل له آوىالصلىلىا ما لمى التح ى وىآ آأىي ههىاآالنىب يه ،آالسلمآعىلىمكى وىالطم ىبىانىاآ اه،آالسلمآعىلىم ةآالله آوىب ىرىكى وىرىحمى

منى،آأىشهىدآأىنآوىعىلى آع ىبىاد آا لله آالصال ح اآ لآإ لىهىآإ لآالله،آوىأىشهىدآأىنآمحىمد

آعىلى آمحىمدآ لله،آاللهمآصىل آوىرى عىىبدممى،آ آعىلى آإ ب رىا آب ىمت ه آكىمىاآصىلمتى ل وىأىنىاآ آعىلىم مد،آاللهمآصىل آحىم مدآمىج إ نكى

آمىعىهمآ ل ،آاللهمآبىار كآعىلى آمحىمدآوىأىآ ممى،آإ نكى آعىلى آإ ب رىا اآبىارىكتى ب ىمت ه آكىمى

نىاآمىعىهم،آ مد،آاللهمآبىار كآعىلىم حىم مدآمىج آالله آوىصىلةآالمؤم ن منىآعىلى آ صىلىلىا،آالسلمآعىلىمه آ م ي آا دآالنىب ي محىم

اه. ةآالله آوىب ىرىكى آوىرىحمى

Al-Baihāqī

Al-Ṭabrānī

Abū Masʽūd al-

Badrī Al-Syaʽbī

Ibn Masʽūd

عتمآالمؤىذ نىآ ىقللآ 3 ىم Al-Aṣbahānī آثلىآمىاآي ىقلآلاآم آإ ذىاآ

Muslim

Abdullāh ibn

ʽUmar

Page 101: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45722/1/NINGRUM...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Ningrum LestariPublish Year: 2019

87

Ibn Ḥībbān ثمآصىلهلاآعىلى آ

Aḥmad Ibn Ḥanbal

Ibn Khuzaimah

يآن آرآكآذآمىآلآ ىآآمآكآد آحىآأىآآنآذىآأىآآتآنىآاآطىآذىآإ آ 4آنآمىآآر آمآخىآب آآالله آآرآكآذ آآلآقآم ىآلآوىآآيآلىآعىآآل آصىآمآلآوىآ

ذىآكىآرىآن آي

Al-Ṭabrānī Abū Rāfiʽ

آه آمآ آآكآار آبىآوىآآهىآمآلىآعىآآل آصىآوىآآهآلىآآرآف آاغآآمآهآلل آاىآ 5كىآلل آآرىآآضىآلآحىآآآدىآرىآوآاىآوىآ

Al-Ṭabrānī Aisyah

No Redaksi Peruntukan Salawat Perawi Sahabat

آأىب يآأىوآآاللهمآ 1 آعىلى آل ى صىل Al-Bukhārī

Ibn Ḥibbān

Abī Dawūd

Al-Nasā’ī

Muslim

Al-Bazzār

al-Aṣbahānī

Abdullah Ibn Abī

Aufā

ىنصىار آوىعىلى آذر ية آ 2 آعىلى آا اللهمآصىل ىنصىار آ ىنصىار ،آوىعىلى آذر ية آذر ية آا آا

Al-Bazzār Qays ibn Saʽad ibn

ʽUbādah

آعىلى آالمتىسىح آر ينىآ 3 Al-Syaibānī Abū Suwaid اللهمآصىل

ئ كىآإ نآاللهىآعىآ 4 آوىجىلآوىمىلى آتىهآيصىلهلنىآزوى آ آا آأىوآالصهآفلف ىو آا عىلى آالصف

Aḥmad Ibn Ḥanbal

Al-Ṭabrānī

Ibn Mājjah

Ibn Ḥībbān

Ibn Khuzaimah

Al-Nuʽmān ibn

Basyīr

لنىآعىلى آإ نآاللهىآوىمىلئ كىتىهآيصىلهآ 5آي ىلمىآالجمآ آالعىمىائ م عىة آأىصحىاب

Al-Ṭabrānī

Al-Haitsāmī

Al-Aṣbahānī

Abū Dardā’

لىآ 6 ئ كىتىه،آوىأى ىمىاوىا ه آإ نآاللهىآوىمىلى آمه ،آوىالنهلنىآ يآالىبىحآ آر آيصىلهلنىآعىلىآوىأىرىض

آالخىآالذ ينىآي عىل آ م رىآملنىآالناسى

Al-Dārimī Makḥūl (Tabiin)