varikokel

18
Pendahuluan Varikokel merupakan dilatasi abnormal pleksus pampiniformis, terjadi kira-kira 15% pria. Beberapa pasien mengalami nyeri skrotal dan pembengkakan, dan menjadi suatu penyebab potensial infertilitas pada pria. Pada varikokel didapatkan kelainan dilatasi vena dalam spermatic cord dan yang diklasifikasi menjadi klinis dan subklinis. Varikokel klinis didiagnosis melalui pemeriksaan fisik dan digolongkan berdasarkan temuan fisik. Varikokel subklinis pada pemeriksaan fisik tidak teraba dan memerlukan pencitraan radiologi untuk diagnosis. Selain itu, varikokel terbagi atas varikokel ekstratestikuler dan varikokel intratestikuler. Varikokel lebih sering terdeteksi pada populasi pria infertil dibandingkan dengan pria fertil. Adanya varikokel telah dikaitkan dengan kegagalan fungsi testis, sering menyebabkan kelainan pada parameter semen. Varikokel umum dijumpai pada anak remaja dan pria dewasa, terdiagnosis pada 20-40% pasien infertil. Penegakan diagnosis cepat dan tepat dari kelainan ini sangat penting karena pada sebagian besar kasus, penatalaksanaan tepat waktu, biasanya dilakukan percutaneous sclerotherapy, bisa menghasilkan peningkatan kualitas semen. Pemeriksaan Ultrasonografi merupakan pilihan pertama, non invasif, relatif mudah dan akurat dalam mendeteksi varikokel. Pemeriksaan ultrasonografi Color Doppler (CDUS) telah menjadi modalitas yang telah diterima secara luas dan sering digunakan untuk mengevaluasi varikokel. 1

Upload: astri-pratiwi

Post on 15-Dec-2015

31 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

varicocele

TRANSCRIPT

Page 1: Varikokel

Pendahuluan

Varikokel merupakan dilatasi abnormal pleksus pampiniformis, terjadi kira-kira 15% pria.

Beberapa pasien mengalami nyeri skrotal dan pembengkakan, dan menjadi suatu penyebab

potensial infertilitas pada pria. Pada varikokel didapatkan kelainan dilatasi vena dalam

spermatic cord dan yang diklasifikasi menjadi klinis dan subklinis.

Varikokel klinis didiagnosis melalui pemeriksaan fisik dan digolongkan berdasarkan

temuan fisik. Varikokel subklinis pada pemeriksaan fisik tidak teraba dan memerlukan

pencitraan radiologi untuk diagnosis. Selain itu, varikokel terbagi atas varikokel

ekstratestikuler dan varikokel intratestikuler.

Varikokel lebih sering terdeteksi pada populasi pria infertil dibandingkan dengan pria

fertil. Adanya varikokel telah dikaitkan dengan kegagalan fungsi testis, sering menyebabkan

kelainan pada parameter semen. Varikokel umum dijumpai pada anak remaja dan pria

dewasa, terdiagnosis pada 20-40% pasien infertil. Penegakan diagnosis cepat dan tepat dari

kelainan ini sangat penting karena pada sebagian besar kasus, penatalaksanaan tepat waktu,

biasanya dilakukan percutaneous sclerotherapy, bisa menghasilkan peningkatan kualitas

semen.

Pemeriksaan Ultrasonografi merupakan pilihan pertama, non invasif, relatif mudah

dan akurat dalam mendeteksi varikokel. Pemeriksaan ultrasonografi Color Doppler (CDUS)

telah menjadi modalitas yang telah diterima secara luas dan sering digunakan untuk

mengevaluasi varikokel.

Pemahaman tehnik dan memahami gambaran ultrasonografi varikokel dapat

menyingkirkan diagnosis bandingnya, dan juga pentingnya modalitas ini dalam penegakkan

diagnosis kelainan pada skrotum, khususnya varikokel dimana pada saat ini merupakan

pemeriksaan baku emas varikokel.

1

Page 2: Varikokel

Anatomi

1. STRUKTUR ANATOMI DAN FUNGSI TESTIS

Testis adalah organ genitalia pria yang ada pada orang normal jumlahnya ada dua dan

masing-masing terletak dalam skrotum kanan dan kiri. Bentuknya ovoid dan pada orang

dewasa ukurannya adalah 4x3x2,5 cm dengan volume 15 – 25 ml.

Pada pria dewasa, masing-masing testis merupakan suatu organ berbentuk oval yang

terletak didalam skrotum. Beratnya masing-masing kira-kira 10-12 gram, dan menunjukkan

ukuran panjang rata-rata 4 sentimeter (cm), lebar 2 cm, dan ukuran anteroposterior 2,5 cm.

Testis memproduksi sperma dan androgen (hormon seks pria).

Tiap testis pada bagian anterior dan lateral diliputi oleh membran serosa, tunika

vaginalis. Membran ini berasal dari peritoneum cavum abdominal. Pada tunika vaginalis

terdapat lapisan parietal (bagian luar) dan lapisan visceral (bagian dalam) yang dipisahkan

oleh cairan serosa. Kapsul fibrosa yang tebal, keputihan disebut dengan tunika albuginea

yang membungkus testis dan terletak pada sebelah dalam lapisan visceral dari tunika

vaginalis. Pada batas posterior testis, tunika albuginea menebal dan berlanjut ke dalam organ

sebagai mediastinum testis.

Tunika albuginea berlanjut ke dalam testis dan membentuk septum jaringan konektif

halus, yang membagi kavum internal menjadi 250 lobulus terpisah. Tiap-tiap lobulus

mengandung sampai empat tubulus seminiferus yang sangat rumit, tipis dan elongasi.

Tubulus seminiferus mengandung dua tipe sel: (1) kelompok nondividing support cells

disebut sel-sel sustentacular dan kelompok dividing germ cells yang terus menerus

memproduksi sperma pada awal pubertas.

Cavum yang mengelilingi tubulus seminiferus disebut kavum intersisial. Dalam

cavum intersisial ini terdapat sel-sel intersisial (sel leydig). Luteinizing hormone

menstimulasi sel-sel intersisial untuk memproduksi hormon disebut androgen. Terdapat

beberapa tipe androgen, yang paling umum ialah testosteron. Meskipun korteks adrenal

mensekresi sejumlah kecil androgen, sebagian besar androgen dilepaskan melalui sel-sel

intersisial di testis, dimulai pada masa pubertas.

Duktus dalam testis; rete testis merupakan suatu jaringan berkelok-kelok saling

terhubung di mediastinum testis yang menerima sperma dari tubulus seminiferus. Saluran-

2

Page 3: Varikokel

saluran rete testis bergabung membentuk ductulus eferen. Kira-kira 12-15 ductulus eferen

menghubungkan rete testis dengan epididimis. Epididimis merupakan suatu struktur

berbentuk koma terdiri dari suatu duktus internal dan duktus eksternal melingkupi jaringan

konektif. Head epididimis terletak pada permukaan superior testis, dimana body dan tail

epididimis pada permukaan posterior testis. Pada bagian dalam epididimis berisi duktus

epididimis panjang, berkelok yang panjangnya kira-kira 4 sampai 5 meter dan dilapisi oleh

epitel berlapis silindris yang memuat stereocilia (microvilli panjang). Duktus deferens juga

disebut vas deferens, saluran ini meluas dari taii epididimis melewati skrotum, kanalis

inguinalis dan pelvis bergabung dengan duktus dari vesica seminalis membentuk duktus

ejakulatorius pada glandula prostat.

Testis diperdarahi oleh arteri testicular, arteri yang bercabang dari aorta setinggi arteri

renal. Banyak pembuluh vena dari testis pada mediastinum dengan suatu kompleks pleksus

vena disebut pleksus vena pampiniformis, yang terletak superior. Epididimis dan skrotum

diperdarahi oleh pleksus vena kremaster. Kedua pleksus beranastomose dan berjalan superior,

berjalan dengan vas deverens pada spermatic cord. Spermatic cord dan epididimis diperdarahi

oleh cabang arteri vesical inferior dan arteri epigastrik inferior (arteri kremaster). Skrotum

diperdarahi cabang dari arteri pudendal internal (arteri scrotal posterior), arteri pudendal

eksternal cabang dari arteri femoral, dan cabang dari arteri epigastrik inferior (kremaster).

Aliran vena testis melalui pleksus vena pampiniformis, terbentuk pada bagian atas epididimis

dan berlanjut ke vena testikularis melalui cincin inguinal. Vena testikularis kanan bermuara

ke vena kava inferior dengan suatu acute angle, dimana vena testikularis sinistra mengalir ke

vena renalis sinistra dengan suatu right angle.

3

Page 4: Varikokel

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Varikokel merupakan suatu dilatasi abnormal dan tortuous dari vena pada pleksus

pampiniformis dengan ukuran diameter melebihi 2 mm. Dilatasi abnormal vena-vena dari

spermatic cord biasanya disebabkan oleh ketidakmampuan katup pada vena spermatik

internal. Varikokel adalah dilatasi abnormal dari vena pada plexus pampiriformis akibat

gangguan aliran darah balik vena spermatika interna. Kelainan ini terdapat pada 15% pria.

Varikokel ternyata merupakan salah satu penyebab infertilitas pada pria dan didapatkan 21-

41% pria yang mandul menderita varikokel.

B. Epidemiologi

Varikokel terdeteksi lebih sering pada populasi pria infertil dibanding pada pria fertil.

Sebagian besar varikokel terdeteksi setelah pubertas dan prevalensi pada pria dewasa sekitar

11-15%. Pada 80-90% kasus, varikokel hanya terdapat pada sebelah kiri; varikokel bisa

bilateral hingga 20% kasus, meskipun dilatasi sebelah kanan biasanya lebih kecil. Varikokel

unilateral sebelah kanan sangat jarang terjadi.

Varikokel pada remaja pria pernah dilaporkan sekitar 15% kasus. Varikokel biasanya

terdiagnosis pada 20-40% pria infertil. Insidensi varikokel yang teraba diperkirakan 15%

pada populasi umum pria dan 21-39% pria subfertil. Meskipun varikokel pernah dilaporkan

pada pria sebelum remaja, varikokel jarang pada kelompok usia ini. Pada suatu penelitian

oleh Oster (1971) pada 1072 anak sekolah laki laki di Denmark, tidak ditemui adanya

varikokel pada 188 anak laki-laki yang berusia antara 6 sampai 9 tahun. Insidensi varikokel

pada anak yang lebih tua (usia 10-25 tahun), bervariasi antara 9% sampai 25,8% dengan

suatu rerata 16,3%. Varikokel ekstratestikular merupakan kelainan yang diketahui umum

terjadi, dimana terdapat pada 15% sampai 20% pria.

Varikokel intratestikular sebaliknya suatu kelainan yang jarang dan sesuatu yang

relatif baru dimana dilaporkan kurang dari 2% pada pria yang menjalani sonografi testis

dengan gejala.

C. Etiologi

Hingga sekarang masih belum diketahui secara pasti penyebab varikokel, tetapi dari

pengamatan mebuktikan bahwa varikokel sebelah kiri lenih sering dijumpai daripada sebelah

4

Page 5: Varikokel

kanan (varikokel sebelah kiri 70-93%). Hal ini disebabkan karena vena spermatika Interna

kiri bermuara pada vena renalis kiri dengan arah tegak lurus, sedangkan yang kanan bermuara

pada vena kava dengan arah miring. Disamping itu vena spermatika interna kiri lebih

panjang dari pada ini disebabkan karena vena spermatika interna kiri lebih daripada yang

kanan dan katupnya lebih sedikit dan inkompeten.

Jika terdapat varikokel sebelah kanan atau varikokel bilateral patut dicurigai adanya

kelainan pada rongga peritonial (terdapat obstruksi vena karena tumor), muara vena

spermatika kanan pada vena renalis kanan atau adanya situs inversus.

Terdapat beberapa etiologi varikokel ekstratestikular seperti refluks renospermatik,

insufisiensi katup vena spermatika interna, refluks ileospermatik, neoplastik, atau penyakit

retroperitoneal lainnya, sindrom malposisi visceral, dan pembedahan sebelumnya pada regio

inguinal dan skrotum. Varikokel intratestikular sering dihubungkan dengan atrofi testikular

ipsilateral terkait kelainan parenkhimal, tetapi apakah varikokel intratestikular merupakan

suatu penyebab atau akibat dari atrofi testikular tetap belum jelas. Varikokel intratestikular

biasanya, tetapi tak selalu, terjadi berkaitan dengan suatu varikokel ekstratestikular

ipsilateral.

D. Patofisiologi

Varikokel terjadi akibat peningkatan tekanan vena dan ketidakmampuan vena

spermatika interna. Aliran retrograde vena spermatika interna merupakan mekanisme pada

perkembangan varikokel. Varikokel ekstratestikular merupakan suatu kelainan yang umum

terjadi. Sebagian besar kasus asimptomatik atau berhubungan dengan riwayat orchitis,

infertilitas, pembengkakan skrotum dengan nyeri. Varikokel intratestikular merupakan suatu

keadaan yang jarang, ditandai oleh dilatasi vena intratestikular.

Varikokel dapat menimbulkan gangguan proses spermatogenesis melalui berbagai

cara, antara lain:

1. Terjadi stagnansi darah balik pada sirkulasi testis sehingga testis mengalami

hipoksia karena kekurangan oksigen.

2. Refluks hasil metabolit ginjal dan adrenal (antara lain katekolamin dan

prostaglandin) melalui vena spematika interna ke testis.

3. Peningkatan suhu testis

5

Page 6: Varikokel

4. Adanya anastomosis antara pleksus pampiriformis kiri dan kanan, kemungkinan

zat-zat hasil metabolit tadi dapat dialirkan dari testis kiri ke testis kanan sehingga

menyebabkan gangguan spermatogenesis testis kanan dan pada akhirnya terjadi

infertilitas.

Varikokel lebih sering ditemukan pada sebelah kiri karena beberapa alasan berikut

ini:

a) vena testikular kiri lebih panjang;

b) vena testikular sinistra memasuki vena renal sinistra pada suatu right angle;

c) arteri testikular sinistra pada beberapa pria melengkung diatas vena renal sinistra, dan

menekan vena renal sinistra;

d) distensi colon descendens karena feses dapat mengkompresi vena testikular sinistra.

E. Manifestasi Klinis

Beberapa pasien dengan varikokel dapat mengalami nyeri skrotal dan pembengkakan,

namun yang lebih penting, suatu varikokel dipertimbangkan menjadi suatu penyebab

potensial infertilitas pria. Hubungan varikokel dengan fertilitas menjadi kontroversi, namun

telah dilaporkan peningkatan fertilitas dan kualitas sperma setelah terapi, termasuk terapi

oklusif pada varikokel.

Pasien datang ke dokter biasanya mengeluh belum mempunyai anak setelah beberapa

tahun menikah, atau kadang-kadang mengeluh adanya benjolan diatas testis yang terasa

nyeri.

Pemeriksaan dilakukan dalam posisi berdiri, dengan memperhatikan keadaan skrotum

kemudian dilakukan palpasi. Jika diperlukan, pasien diminta untuk melakukan manuever

valsava atau mengedan. Jika terdapat varikokel, pada inspeksi danpalpasi terdapat bentukan

seperti kumpulan cacing-cacing di dalam kantung yang berada di sebelah kranial testis.

Secara klinis varikokel dibedakan menjadi 3 tingkatan / derajat/;

1. Derajat kecil : adalah varikokel yang dapat dipalpasi setelah pasien melakukan

manuver valsava

2. Derajat sedang : adalah varikokel yang dapat dipalpasi tanpa melakukan manuver

valsava

6

Page 7: Varikokel

3. Derajat besar : adalah varikokel yang sudah dapat dilihat bentuknya tanpa

melakukan manuver valsava.

Kadang kala sulit untuk menemukan adanya bentukan varikokel secara klinis

meskipun terdapat tanda-tanda lain yang menunjukkan adanya varikokel. Untuk itu

pemeriksaan auskultasi dengan memakai stetoskop Doppler sangat membantu, karena alat ini

dapat mendeteksi adanya peningkatan aliran darah pada pleksus pampiriformis. Varikokel

yang sulit teraba secara klinis seperti ini disebut varikokel subkllinik.

Diperhatikan pula konsistenso testis maupun ukurannya, dengan membandingkan

testis kiri dengan testis kanan. Untuk lebih objektif dalam menentukan besar atau volume

testis dilakukan pengukuran dengan alat orkidometer. Pada beberapa keadaan mungkin kedua

testis teraba kecil dan lunak, karena telah terjadi kerusakan pada sel-sel germinal.

Untuk menilai seberapa jauh varikokel telah menyebabkan kerusakan pada tubuli

seminiferi dilakukan pemeriksaan analisis semen. Menurut McLeod, hasil analisis semen

pada varikokel menunjukkan pola stress yaitu menurunnya motilitas sperma, meingkatnya

jumlah sperma muda (immature) dan terdapat kelainan bentuk sperma (tapered).

Varikokel pada remaja biasanya asimptomatik dan untuk itu diagnosis khususnya

diperoleh saat pemeriksaan fisik rutin. Kadang kadang pasien akan datang karena adanya

massa skrotum atau rasa tak nyaman di skrotum, seperti berat atau rasa nyeri setelah berdiri

sepanjang hari.

Varikokel ekstratestikular secara klinis berupa teraba benjolan asimptomatik, dengan

nyeri skrotal atau hanya menyebabkan infertilitas dengan perjalanan subklinis. Secara klinis

varikokel intratestikular kebanyakan hadir dengan gejala seperti varikokel ekstratestikuler,

meskipun sering varikokel intratestikuler tidak berhubungan dengan varikokel

ekstratestikuler ipsilateral. Manifestasi klinis paling umum pada varikokel intratestikular

adalah nyeri testikular (30%) dan pembengkakan (26%). Nyeri testis diperkirakan

berhubungan dengan peregangan tunika albuginea. Manifestasi klinis lain yang telah

dilaporkan mencakup infertilitas (22%) dan epididimorchitis (11%).

F. Diagnosis

Diagnosis varikokel ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik,

pemeriksaan radiologi dan analisis semen. Pemeriksaan fisik harus dilakukan dalam posisi

7

Page 8: Varikokel

berdiri. Refluks vena dapat dievaluasi dengan cara manuver valsava. Pemeriksaan radiologi

yang dapat digunakan yaitu pemeriksaan ultrasonografi, CT scan, MRI dan angiografi.

Pemeriksaan Utrasonografi merupakan pilihan pertama dalam mendeteksi varikokel.

Pemeriksaan ultrasonografi dan terutama Color Doppler menjadi metode pemeriksaan paling

terpecaya dan berguna dalam mendiagnosis varikokel subklinis. Gambaran varikokel pada

ultrasonografi tampak sebagai stuktur serpiginosa predominan echo free dengan ukuran

diameter lebih dari 2 mm. Pada CT scan dapat menunjukkan gambaran vena – vena

serpiginosa berdilatasi menyangat.

Pada MRI varikokel tampak sebagai suatu massa dari dilatasi, serpiginosa pembuluh

darah, biasanya berdekatan dengan caput epididimis. Spermatic canal melebar, dan

intrascrotal spermatic cord atau pleksus pampiniformis prominen. Spermatic cord memiliki

intensitas signal heterogen. Spermatic cord memuat struktur serpiginosa dengan intensitas

signal tinggi. Peranan MRI dalam diagnosis varikokel belum terbukti karena tidak cukupnya

jumlah pasien yang telah diperiksa dengan MRI. Venografi dapat menunjukkan dilatasi vena

testikular, dapat menunjukkan aliran retrograde bahan kontras ke arah skrotum.

Sebagian besar varikokel digambarkan sebagai primer atau idiopatik dan diperkirakan

terjadi karena kelainan perkembangan katup dan / atau vena. Varikokel primer jauh lebih

mungkin pada sebelah kiri, dimana setidaknya dijumpai 95%.

Sebagian kecil terjadi akibat tidak langsung dari suatu lesi yang mengkompresi atau

mengoklusi vena testikular. Varikokel sekunder akibat dari peningkatan tekanan pada vena

spermatik yang ditimbulkan oleh proses penyakit seperti hidronefrosis, sirosis, atau tumor

abdominal.

Varikokel klinis didefinisikan sebagai pembesaran pleksus pampiniformis yang dapat

diraba, dimana dapat dibagi menjadi derajat 1, 2, 3 menurut klasifikasi Dubin and Amelar.

Varikokel subklinis didefinisikan sebagai refluks melalui vena spermatika interna, tanpa

distensi yang dapat teraba dari pleksus pampiniformis. Dubin and Amelar menemukan suatu

sistem penilaian yang berguna untuk varikokel yang dapat teraba.

a) derajat 1: varikokel dapat diraba hanya pada waktu manuver valsava;

b) derajat 2: varikokel dapat diraba tanpa manuver valsava;

c) derajat 3: varikokel tampak pada pemeriksaan sebelum palpasi.

8

Page 9: Varikokel

Kelainan analisis semen berupa oligozoospermia, asthenozoospermia dapat

disebabkan oleh varikokel. Mac Leod (1965) pertama kali mengemukakan trias oligospermia,

penurunan motilitas sperma, dan peningkatan persentase sel-sel sperma immatur merupakan

karakteristik semen yang khas pada pria infertil dengan varikokel. Koreksi varikokel sering

menghasilkan peningkatan kualitas semen, beberapa penelitian menghubungkan ukuran

dengan efektivitas tatalaksana pembedahan varikokel

G. Diagnosis Banding

Beberapa kelainan yang pada pemeriksaan ultrasonografi memberikan gambaran

mirip dengan gambaran varikokel dan menjadi diagnosis banding yaitu spermatokel dan

ektasia tubular.

Spermatokel merupakan suatu lesi kistik jinak yang berisi sperma. Spermatokel

umunya ditemukan pada kaput epididimis. Spermatokel banyak ditemukan secara kebetulan

pada saat skrining ultrasonografi pada pasien usia pertengahan sampai usia tua. Ukuran

spermatokel dapat bervariasi dari beberapa millimeter sampai beberapa sentimeter. Sebagian

besar spermatokel tidak menyebabkan gejala, dan pasien bisa datang dengan teraba massa

lunak pada bagian dalam skrotum. Pada beberapa kasus, dapat juga terdapat rasa tak nyaman

karena efek massa. Etiologi spermatokel masih belum jelas. Sebagian besar penulis

mengarahkan bahwa suatu obstruksi duktus eferen merupakan asal mula dari kelainan ini.

Ektasia tubular juga dikenal sebagai transformasi kistik rete testis merupakan dilatasi

rete testis sebagai suatu akibat obliterasi parsial atau komplit duktus eferen. Ektasia tubular

sering bilateral dan asimetris, sering berhubungan dengan spermatokel. Rerata usia pada

diagnosis ialah 60 tahun dan secara umum pasien berusia lebih dari 45 tahun.18,26

H. Komplikasi

Beberapa komplikasi dari varikokel diantaranya kenaikan temperatur testis, jumlah

sperma rendah dan infertilitas pria. Hambatan aliran darah, suatu varikokel dapat membuat

temperatur lokal terlalu tinggi, mempengaruhi pembentukan da motilitas sperma.

Terdapat bukti yang baik dimana lamanya varikokel menyebabkan efek merugikan

yang progresif pada testis. Chehval dan Porcell (1992) melakukan analisis semen pada 13

pria dengan varikokel dan kemudian mengevaluasi kembali semen pria tersebut 9 sampai 96

9

Page 10: Varikokel

bulan kemudian. Hasilnya menunjukkan suatu kemerosotan pada follow up analisis semen

mereka.

Potensi komplikasi dari tatalaksana varikokel jarang terjadi dan komplikasi biasanya

ringan. Semua pendekatan pembedahan varikokel berkaitan dengan suatu resiko kecil seperti

infeksi luka, hidrokel, varikokel berulang dan jarang terjadi yaitu atrofi testis. Potensi

komplikasi dari insisi inguinal karena tatalaksana varikokel mencakup mati rasa skrotal dan

nyeri berkepanjangan.

J. Penatalaksanaan

Masih terjadi silang pendapat diantara para ahli tentang perlu tidaknya melakukan

operasi pada varikokel. Diantara mereka berpendapat bahwa varikookel yang telah

menimbulkan gangguan fertilitas atau gangguan spermatogenesis merupakan indikasi untuk

mendapatkan suatu terapi.

Tindakan yang dikerjakan adalah :

1. ligasi tinggi vena spermatika interna secara Palomo melalui tindakan operasi

terbuka atau bedah laparoskopi

2. varikokelektomi cara Ivanisevich

3. atau secara perkutan dengan memasukkan bahan sklerosing ke dalam vena

spermatika interna.

Terdapat beberapa pedoman dimana suatu varikokel sebaiknya dikoreksi karena:

1) pembedahan berpotensi mengubah suatu keadaan patologis;

2) pembedahan meningkatkan sebagian besar parameter semen;

3) pembedahan memungkinkan meningkatnya fertilitas;

4) resiko terapi kecil.

Suatu varikokel sebaiknya dikoreksi ketika:

1) Varikokel secara klinis teraba;

2) pasangan dengan infertilitas;

3) istri fertil atau telah dikoreksi infertilitasnya;

4) paling tidak satu parameter semen abnormal.

10

Page 11: Varikokel

Keputusan penatalaksanaan sebaiknya terutama berdasarkan pada apakah varikokel

simptomatik atau berhubungan dengan subfertilitas, dan pilihan yaitu antara terapi

pembedahan dan terapi radiologi. Dimana tersedia seorang ahli radiologi terlatih, embolisasi

perkutaneus harus menjadi penatalaksanaan lini pertama, dengan pembedahan dilakukan pada

sebagian kecil pasien yang gagal dengan kateterisasi.

Pada pembedahan terdapat tiga tehnik yang umum dilakukan. Ketiga tehnik tersebut

yaitu ligasi sub-inguinal, ligasi inguinal dan ligasi retroperitoneal. Ligasi varikokel

laparoskopi belum membuktikan superior terhadap operasi pembedahan dan mungkin

berhubungan dengan komplikasi yang serius. Varikokel intratestikular berhasil diterapi

dengan skleroterapi perkutaneus.

Barbalies et al membandingkan ketiga tehnik pembedahan dengan embolisasi

perkutaneus pada suatu penelitian prospektif, acak. Terdapat angka rekurensi yang sama

dengan semua keempat tehnik. Sebagai tambahan, terdapat peningkatan signifikan pada

motilitas sperma pada semua kelompok, dengan ligasi inguinal secara garis besar

memperoleh hasil paling baik. Setelah prosedur untuk kembali ke aktivitas normal,

bagaimanapun secara signifikan lebih cepat setelah embolisasi dibandingkan dengan

pembedahan.

Pasca tindakan dilakukan evaluasi keberhasilan terapi, dengan melihat beberapa

indikator antara lain;

1. bertambahnya volume testis

2. perbaikan hasil analisis semen (yang dikerjakan setiap 3 bulan)

3. pasangan itu menjadi hamil

Pada kerusakan testis yang belum parah, evaluasi pasca bedah vasoligasi tinggi dari Palomo

didapatkan 80% terjadi perbaikan volume testis, 60-80% terjadi perbaikan analisis semen,

dan 50 % pasangan menjadi hamil.

11

Page 12: Varikokel

DAFTAR PUSTAKA

Purnomo, Basuki B. Dasar-dasar Urologi. Edisi kedua. Sagung Seto:2007. h143-52.

James A. Daitch and Anthony J. Thomas. In: Resnick, Martin I. ,Andrew C. Novick. 2003.

Varicocele. Urology Secrets. 3rd Ed. Hanley&Belfus Inc:2003 p 223-6

Wim De Jong.Buku ajar Ilmu Bedah. Edisi ke @. EGC 2005

Kandell, Fouad R.Male Reproductive Disfungtion, Pathopdhysiologuand Treatment.CRC

Press.2007

Graham Sam D, Keane Thomas E. Glenn’s Urologic Surgery.Lipincott Williams and

Wilkens.2009

12