prevalensi andropause pada pria usia 30 · pdf filekronik yang dimiliki seorang pria (4). ......

22
PREVALENSI ANDROPAUSE PADA PRIA USIA 30 TAHUN KE ATAS DI KABUPATEN BANTUL PROPINSI D.I. YOGYAKARTA TAHUN 2005 ARTIKEL KARYA ILMIAH Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat dalam menempuh Program Pendidikan Sarjana Fakultas Kedokteran Oleh: IKE SETIAWATI NIM: G2A 001 093 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2005 i

Upload: tranngoc

Post on 05-Mar-2018

222 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

PREVALENSI ANDROPAUSE PADA PRIA USIA 30 TAHUN KE ATAS DI

KABUPATEN BANTUL PROPINSI D.I. YOGYAKARTA

TAHUN 2005

ARTIKEL KARYA ILMIAH

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat dalam menempuh Program

Pendidikan Sarjana Fakultas Kedokteran

Oleh:

IKE SETIAWATI

NIM: G2A 001 093

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2005

i

PREVALENSI ANDROPAUSE PADA PRIA USIA 30 TAHUN

KE ATAS DI KABUPATEN BANTUL PROPINSI D.I.YOGYAKARTA

TAHUN 2005

Ike setiawati 1)Juwono2)

Abstrak

Latar belakang: Penurunan hormon testosteron (androgen) pada pria ternyata dapat menimbulkan gejala yang bisa dianalogkan dengan terjadinya menopause pada wanita yang disebut sebagai andropause. Gejala yang timbul akibat penurunan ini dapat dimulai pada umur 30 tahun. Permasalahan yang timbul saat ini adalah belum adanya penelitian yang memberikan data mengenai jumlah dan prevalensi andropause pada laki – laki di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi andropause pada pria usia 30 tahun ke atas di Kabupaten Bantul Propinsi D.I.Yogyakarta tahun 2005

Metode penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif, dengan bentuk survei observasional. Sampel diambil dengan metode simple random sampling dari populasi pria umur 30 tahun ke atas di Kabupaten Bantul Propinsi D.I.Yogyakarta, sebesar 120 sampel kemudian dilakukan wawancara berdasar kuesioner ADAM (Androgen Deficiency in Aging Male) dan AMS (Aging Male Symptoms) serta kuesioner tambahan lainnya.

Hasil : Penelitian menunjukkan prevalensi andropause pada pria usia 30 tahun ke atas di Kabupaten Bantul Propinsi D.I.Yogyakarta sebesar 43,34 %, dengan distribusi 34,17 % mengalami gejala andropause ringan, 1,67 % mengalami gejala andropause sedang, dan tidak didapatkan responden yang mengalami gejala andropause berat dan sangat berat.

Kesimpulan : Hasil penelitian menyimpulkan bahwa pevalensi andropause pada 120 responden pria usia 30 tahun ke atas di Kabupaten Bantul Propinsi D.I. Yogyakarta sebesar 43,34 % menurut kuesioner ADAM dan sebesar 98,34 % menurut kuesioner AMS .

Kata Kunci : Prevalensi, Andropause, Kabupaten Bantul Propinsi D.I.Yogyakarta

1) Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang2 )Staf Pengajar Bagian Biologi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang

ii

THE PREVALENCE OF ANDROPAUSE IN MEN ABOVE 30 YEARS OLD

AT BANTUL REGENCY 2005

Ike setiawati1). Juwono2)

Abstract

Background: Testosterone (Androgen) deficiency in men has same symptoms that could be analog with menopause of women, which called andropause.The signs and symptoms caused by decreasing of testosterone level in men might be begun at thirties. The problem, there was no research that gives information about the prevalence of andropause in Indonesia especially in Yogyakarta. This research has a goal to know the prevalence of andropause in man above 30 years old at Bantul regency 2005.

Method: This research was a descriptive study with survey observational type. Samples were taken with simple random sampling method from men 30 years old in Bantul Regency as population,totaly 120 samples then to be interviewed based on ADAM (Androgen Deficiency in Aging Male) questioner and AMS (Aging Male Symptoms) questioner and other additional questioners.Result: This research shows that the prevalence of andropause in men above 30 years old at Bantul Regency was 43,34 %.

Conclusion: The prevalence of andropause toward 120 respondents up to 30 years old man on 2005 in Bantul Regency are 43,34 % based on ADAM questionnaire and 98,34 % based on AMS questionnaire.

Keywords: Prevalence, Andropause, Bantul regency

_____________________________________________________________1) Student at Medical Faculty of Diponegoro University Semarang 2) Staff at Biology Division Medical Faculty of Diponegoro University Semarang

iii

Pendahuluan

Andropause merupakan sindrom pada pria separuh baya atau lansia dimana terjadi

penurunan kemampuan reproduksi(1).

Andropause atau P.A.D.A.M. ( Partial Androgen Deficiency in Aging Men ). Adalah

suatu istilah yang paling sering digunakan untuk menggambarkan kondisi pria diatas

umur pertengahan atau tengah baya yang mempunyai kumpulan gejala, tanda dan

keluhan mirip dengan menopause pada wanita. Karena itu andropause atau PADAM

sering pula disebut sebagai menopause pada pria. Meskipun keluhannya mirip dengan

keluhan menopause, tetapi hal ini tidak berarti bahwa kondisi dan keluhannya akan sama

persis seperti pada wanita (1).

Beberapa tahun terakhir ini sering kita perhatikan banyaknya masalah - masalah

yang berhubungan dengan kemampuan seks para pria, baik di media cetak maupun di

media elektronik. Masalah- masalah tersebut biasanya mengenai keluhan berupa

berkurangnya libido ( keinginan seksual ),atau penurunan kemampuan ereksi (1).

Pada wanita menopause, produksi ovum ( sel telur ) yang menggambarkan

hilangnya kemampuan reproduksi, produksi hormon estrogen ( hormone kewanitaan )

dan siklus haid akan berhenti dengan cara yang relatif “mendadak”. Sedangkan pada pria

di atas umur tengah baya, penurunan mendadak dari produksi spermatozoa yang

menggambarkan hilangnya kemampuan reproduksi maupun penurunan mendadak dari

produksi hormon tesrosteron ( hormone kejantanan ) tidak pernah terjadi (2)..

Penurunannya sedemikian perlahan, sehingga banyak laporan yang menyatakan bahwa

pria umur 90 tahun masih bisa mempunyai anak. Oleh karena itu, andropause yang

identik dengan istilah menopause sebenarnya tidak ada. Meskipun demikian, pria tengah

iv

baya secara alami juga akan mengalami penurunan produksi spermatozoa yang

menggambarkan status fertilitasnya. Beberapa diantara mereka, sering mempunyai gejala,

tanda dan keluhan yang mirip dengan wanita menopause (1).

Selain faktor sex yang berpengaruh pada sindrom andropause, ternyata masih

banyak faktor – faktor lain yang masih saling berkaitan. Dan sebenarnya gejala

andropause merupakan signal bahwa telah terjadi penuaan pada tubuh pria. Penuaan

sendiri merupakan proses yang multi kompleks, dimana juga terjadi penurunan -

penurunan yang diakibatkan oleh factor penuaan pada sel - sel, jaringan – jaringan,

maupun organ – organ (3), dan juga factor lingkungan, serta faktor penyakit akut atau

kronik yang dimiliki seorang pria (4). Semua hal itu mempunyai dampak yang cukup

banyak pada pria, selain berdampak pada pikiran dan kehidupannya, hal ini juga

berdampak pada bertambahnya biaya pelayanan kesehatan bagi para pria (Oleh karena

itu, pengetahuan akan andropause bagi para pria sangat diperlukan (1). Sehingga tindakan

pencegahan dapat dilakukan sejak dini oleh para pria, karena sering terlihat di dunia

nyata bahwa kaum wanita lebih memiliki sifat untuk mencegah lebih dahulu daripada

para pria yang biasanya cenderung kearah mengobati (2).

Untuk mencegah berbagai kesulitan dalam meniti hidup lebih lanjut pada pria

tengahbaya, kiranya sangatlah penting artinya bagi mereka untuk mengenal, mengetahui

dan mengobati kumpulan gejala, tanda dan keluhan andropause.Bahkan kalau mungkin,

mereka juga ingin mencegah andropause dan memperlambat penuaan (1).

Dalam penelitian tentang prevalensi gejala andropause ini, sample diambil di

Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Secara administratif Kabupaten Bantul terbagi menjadi

17 kecamatan yang terdiri dari 75 desa dan 933 pedukuhan. Kabupaten Bantul memiliki

v

luas wilayah sebesar 506,85 Km2, dengan jumlah penduduk 796,863 jiwa. Dari jumlah

tersebut, 390,534 jiwa merupakan penduduk laki-laki dan 406,329 jiwa merupakan

penduduk perempuan. Pada umumnya penduduknya bekerja di bidang pertanian(10).

Metodologi Penelitian

Jenis penelitian adalah deskriptif dengan bentuk survey observasional. Populasi

dalam penelitian ini adalah semua pria umur 30 tahun ke atas di Kabupaten Bantul

Propinsi D.I.Yogyakarta.

Kemudian diambil sampel yang memenuhi kriteria inklusi yaitu semua pria

dewasa yang berusia 30 tahun ke atas yang masih dalam status perkawinan dan secara

umum sehat jasmani dan rohani, serta menetap dan bermukim di Kabupaten Bantul

Propinsi D.I.Yogyakarta. Kriteria eksklusi adalah pria yang menolak menjadi responden.

Besar sampel ditentukan dengan pertimbangan kelayakan analisis statistik untuk

penelitian dengan sampel tunggal dan data dengan skala nominal digunakan rumus.

( zα2. pq ) n = δ2

Dimana n = estimasi jumlah sampel, zα = derajat kepercayaan ditetapkan sebesar

1,96 pada nilai Confidence Level 95 %, δ = 0,10 (tingkat ketepatan absolut 10 %), p

= proporsi keadaan yang akan dicari sebesar 0,50 ( sebab tidak diketahui sebelumnya ), q

= ( 1 – p ), dalam hal ini p = 0.50, sehingga diperoleh besar sampel minimal adalah 97.

Untuk memperoleh hasil yang lebih akurat maka peneliti menetapkan jumlah sampel

sebesar 120 sampel.

vi

Pengambilan sampel dipilih dengan metode simple random sampling(6), yaitu dari

Propinsi Jawa Tengah dipilih Kabupaten Bantul, kemudian dari Kabupaten Bantul

diambil beberapa Kecamatan, dari kecamatan itu diambil beberapa kelurahan, dari

kelurahan itu diambil sampel secara acak. Instrumen penelitian menggunakan :

1. Kuesioner The Androgen Deficiency in Aging Males (ADAM), yang terdiri atas

10 buah pertanyaan yang harus dijawab Ya atau Tidak.

2. Kuesioner Aging Male Symptoms (AMS),yang terdiri dari 17 buah pertanyaan,

setiap pertanyaan mengandung 5 buah kriteria jawaban, setiap jawaban

mempunyai nilai 1 sampai 5

3. Kuesioner tambahan lain

Data yang dikumpulkan adalah data primer. Data primer diperoleh dari anggota

masyarakat yang menjadi responden melalui kuesioner. Untuk pengumpulan data dari

responden dilakukan oleh peneliti, melalui survei dari rumah ke rumah responden dan

melakukan wawancara yang berpedoman pada kuesioner. Data yang masuk kemudian

diolah menjadi tahap-tahap, yaitu : mengedit data yang tersedia, pengkodingan data,

pembersihan data untuk meneliti kembali kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi,

penabulasian data dengan cara disajikan ke dalam tabel-tabel yang telah disediakan pada

bagian menghitung besarnya prevalensi andropause pada pria usia 30 tahun ke Kabupaten

Bantul Propinsi D.I.Yogyakata digunakan metode deskriptif.atas di

Hasil

Hasil penelitian prevalensi Andropause pada pria umur 30 tahun ke atas di

Kabupaten Bantul terlihat pada tabel 1. Dari tabel 1 didapatkan bahwa prevalensi

Andropause pada pria umur 30 tahun ke atas di kabupaten Bantul sebesar 43,34 %.

vii

Tabel 1. Prevalensi Andropause pada pria umur 30 tahun ke atas di Kabupaten Bantul

dari 120 Responden ( Berdasar kuisioner ADAM)

Kelompok Umur( tahun )

Mengalami keluhan no. 1 dan 7 dan atau kombinasi 4 pertanyaan lainnya (Andropause)

Ya % Tidak %30 – 39 21 17,5 11 9,17 40 – 49 17 14,17 43 35,8350 – 59 14 11,67 10 8,33> 60 - 0 4 3.33

Jumlah 52 43,34 68 56,66

Grafik 1. Prevalensi Andropause pria umur 30 tahun ke atas di Kabupaten

Bantul

05

1015202530354045

persentase ( % )

30-39 40-49 50-59 >60

Kelompok umur ( tahun )

Andropause

TidakAndropause

viii

Tabel 2 Hasil kuisioner AMS (Aging Male Symptoms), pada responden yang tidak

mengalami Andropause.

Derajat Keluhan Jumlah Prosentase (%)Normal 2 2,94Ringan 50 73,53Sedang 16 23,53Berat --- ---Berat Sekali --- 0,00Jumlah 68 100,00

Grafik 2. Hasil kuisioner AMS (Aging Male Symptoms), pada responden yang tidak

mengalami Andropause.

2

50

16

0 00

1020304050

Jum lah Responden

Normal Ringan Sedang Berat Beratsekali

Derajat keluhan Responden

ix

Tabel 3. Hasil kuisioner AMS (Aging Male Symptoms), pada responden yang mengalami

andropause

Derajat Keluhan Jumlah Prosentase (%)Normal --- 0,00Ringan 46 88,46Sedang 4 7,69Berat 2 3,85Berat Sekali --- 0,00Jumlah 52 100,00

Grafik 3. Hasil kuisioner AMS (Aging Male Symptoms), pada responden yang mengalami

andropause

0

46

4 2 00

1020

30

4050

Jumlah Responden

Norm al Sedang Beratsekali

Derajat Keluhan Responden

x

Dari hasil Kuisioner AMS pada responden yang mengalami andropause,

didapatkan andropause ringan sebesar 46 responden (88,46 %), Sedang 4 responden (7,69

%), Berat 2 responden (3,85 %), namun tidak didapatkan responden yang mengalami

andropause berat sekali.

Sedangkan pada responden yang tidak mengalami andropause, hasil kuisioner

AMS digunakan untuk menilai kualitas hidup responden. Dari kuisioner AMS tersebut

didapatkan 2 ( 2,94 %), responden tidak mengalami keluhan, 50 (73,53 %)responden

mengalami keluhan ringan, 16 (23,53 %) responden mengalami keluhan sedang, 0 ( 0

% ), responden yang mengalami keluhan berat dan tidak ada responden yang mengalami

andropause berat sekali.

Dari hasil kuisioner mengenai beberapa keluhan yang dirasakan oleh responden

didapat 52 responden yang mengalami andropause didapatkan data, 10 orang,

keluarganya ada yang menderita penyakit jantung sedangkan 42 orang, keluarganya tidak

ada yang menderita penyakit jantung. Dua puluh tiga responden, orang tuanya masih

hidup sedangkan 29 responden orang tuanya sudah meninggal.

Diabetes Mellitus (kencing manis) dialami oleh 2 responden sedangkan 50 orang

lainnya mengaku tidak menderita kencing manis. Lima orang responden merasakan ada

gejala prostatitis, sedangkan 47 orang tidak merasakan adanya gejala prostatitis. Gejala

varikokel dirasakan oleh 3 responden, sedangkan 49 lainnya tidak merasakan adanya

gejala varikokel. Tidak ada responden mengaku menderita kanker prostat sedangkan 52

orang lainnya tidak merasakan adanya kanker prostat.

Begitu pula Tidak ada responden menderita kanker / keganasan lain, sedangkan

52 orang megaku tidak menderita kanker / keganasan lainnya. Tiga belas responden

xi

mengaku mulai jadi pelupa, sedangkan 39 responden tidak mengeluhkan jadi pelupa.

Lima orang mengaku sering mimpi aneh, sedangkan 47 orang mengaku tidak sering

mimpi aneh. Satu responden mengalami gejala post power syndrome, sedangkan 51

lainnya tidak mengalaminya.

Tujuh responden takut kehilangan orang – orang yang dicintainya secara

berlebihan, sedangkan 45 responden tidak merasakan ketakutan tersebut secara

berlebihan. Tujuh responden membutuhkan waktu yang cukup lama untuk dapat berdiri

dan melakukan aktifitas saat bangun tidur, sedangkan 45 yang lain tidak mengalaminya.

Sedangkan dari 68 responden yang tidak mengalami andropause didapatkan data,

12 orang, keluarganya ada yang menderita penyakit jantung sedangkan 56 orang,

keluarganya tidak ada yang menderita penyakit jantung. Dua puluh tujuh responden,

orang tuanya masih hidup sedangkan 41 responden orang tuanya sudah meninggal.

Diabetes Mellitus (kencing manis) dialami oleh 6 responden sedangkan 62 orang

lainnya mengaku tidak menderita kencing manis. delapan orang responden merasakan

ada gejala prostatitis, sedangkan 60 orang tidak merasakan adanya gejala prostatitis.

Gejala varikokel dirasakan oleh 13 responden, sedangkan 55 lainnya tidak merasakan

adanya gejala varikokel. 66 orang responden tidak merasakan adanya kanker prostate dan

dua responden merasakan. Begitu pula 66 orang mengaku tidak menderita kanker /

keganasan lainnya.

Empat pluh tiga responden mengaku mulai jadi pelupa, sedangkan 25 responden

tidak mengeluhkan jadi pelupa. Lima orang mengaku sering mimpi aneh, sedangkan 56

orang mengaku tidak sering mimpi aneh. Tiga responden mengalami gejala post power

syndrome, sedangkan 51 lainnya tidak mengalaminya. Delapan belas responden takut

xii

kehilangan orang – orang yang dicintainya secara berlebihan, sedangkan 50 responden

tidak merasakan ketakutan tersebut secara berlebihan. Sembilan belas responden

membutuhkan waktu yang cukup lama untuk dapat berdiri dan melakukan aktifitas saat

bangun tidur, sedangkan 49 yang lain tidak mengalaminya.

Dari hasil kuisioner mengenai kebiasaan hidup yang berpengaruh pada kesehatan

didapat 68 responden yang tidak mengalami andropause didapatkan data – data sebagai

berikut; 22 orang tidak pernah merokok, 10 orang mengaku jarang, dan 36 responden

selalu merokok tiap harinya. Lima puluh enam responden tidak pernah minum alcohol,

12 responden lainnya minum alkohol dengan frekuensi yang jarang. Enam puluh delapan

responden mengaku tidak pernah melakukan penyalahgunaan obat. Delapan orang

mengaku tidak pernah menu makanannya memenuhi pola makan seimbang (4 sehat -5

sempurna), 41 responden mengaku jarang memenuhi pola makan yang seimbang, 19

responden mengaku pola makannya selalu seimbang. Lima belas orang tidak pernah

melakukan pengobatan sendiri, 24 orang jarang melakukan pengobatan sendiri jika sakit,

dan 29 orang selalu melakukan pengobatan sendiri sebelum ke dokter jika mengalami

sakit. Enam belas responden mengaku pola tidurnya tidak pernah teratur, 18 orang pola

tidurnya jarang teratur, dan 34 orang pola tidurnya selalu teratur. Tiga belas orang tidak

pernah melakukan latihan dan rekreasi, 40 orang jarang melakukan latihan dan rekreasi,

15 orang selalu melakukan latihan dan rekreasi. Empat puluh lima orang mengaku tidak

pernah merasa perasaannya tertekan, 22 orang mengaku jarang merasa perasaannya

tertekan, 1 orang selalu merasa perasaannya tertekan. Lima puluh tujuh responden tidak

pernah mengalami stress, 10 responden jarang mengalami stres, 1 orang selalu

mengalami stres. Tujuh belas orang tidak pernah kerja keras dan merasa cepat capek, 29

xiii

responden jarang kerja keras dan merasa cepat capek dan 22 responden selalu kerja keras

dan cepat merasa capek.

Sedangkan dari 52 responden yang mengalami andropause didapatkan data

sebagai berikut; 21 orang tidak pernah merokok, 9 orang mengaku jarang, dan 22

responden selalu merokok tiap harinya. Empat puluh enam responden tidak pernah

minum alkohol, 6 responden lainnya minum alkohol dengan frekuensi yang jarang. Lima

puluh satu responden mengaku tidak pernah melakukan penyalahgunaan obat, 1 orang

malakukannya dengan frekuensi yang jarang. Satu orang mengaku tidak pernah menu

makanannya memenuhi pola makan seimbang (4 sehat -5 sempurna), 31 responden

mengaku jarang memenuhi pola makan yang seimbang, 20 responden mengaku pola

makannya selalu seimbang. Dua puluh delapan orang tidak pernah melakukan

pengobatan sendiri, 9 orang jarang melakukan pengobatan sendiri jika sakit, dan 15 orang

selalu melakukan pengobatan sendiri sebelum ke dokter jika mengalami sakit. Satu

responden mengaku pola tidurnya tidak pernah teratur, 13 orang pola tidurnya jarang

teratur, dan 38 orang pola tidurnya selalu teratur. Tiga orang tidak pernah melakukan

latihan dan rekreasi, 31 orang jarang melakukan latihan dan rekreasi, 18 orang selalu

melakukan latihan dan rekreasi. Empat puluh dua orang mengaku tidak pernah merasa

perasaannya tertekan, 10 orang mengaku jarang merasa perasaannya tertekan. Lima puluh

tujuh responden tidak pernah mengalami stress, 16 responden jarang mengalami stres, 3

orang selalu mengalami stres. Sembilan belas orang tidak pernah kerja keras dan merasa

cepat capek, 23 responden jarang kerja keras dan merasa cepat capek dan 10 responden

selalu kerja keras dan cepat merasa capek.

xiv

Dari hasil kuisioner mengenai tingkat kecerobohan responden didapat 68

responden yang tidak mengalami andropause didapatkan data - data sebagai berikut; 3

orang sering mengalami kecelakaan, 65 lainnya tidak. Empat orang pernah saat menyetir

mobil atau mengendaraai kendaraan apapun tiba – tiba tidak sadar tanpa sebab yang jelas,

sesak nafas, berkeringat dan lemas, 64 orang lainnya tidak pernah mengalami kejadian

seperti itu. Satu orang pernah mabuk saat menyetir mobil atau kendaraan apapun, 67

lainnya tidak pernah. Delapan orang sering melakukan tindakan yang beresiko tanpa

berfikir panjang dan persiapan yang matang (contohnya memukul orang lain saat emosi,

kebut – kebutan di jalan), 60 orang tidak sering melakukan tindakan tersebut.

Sedangkan dari 52 responden yang mengalami andropause didapatkan data -

data sebagai berikut; 2 orang sering mengalami kecelakaan, 50 lainnya tidak. Satu orang

pernah saat menyetir mobil atau mengendaraai kendaraan apapun tiba – tiba tidak sadar

tanpa sebab yang jelas, sesak nafas, berkeringat dan lemas, 51 orang lainnya tidak pernah

mengalami kejadian seperti itu. Dua orang pernah mabuk saat menyetir mobil atau

kendaraan apapun, 50 lainnya tidak pernah. Empat orang sering melakukan tindakan

yang beresiko tanpa berfikir panjang dan persiapan yang matang (contohnya memukul

orang lain saat emosi, kebut – kebutan di jalan), 48 orang tidak sering melakukan

tindakan tersebut.

Pembahasan

Andropause

Andropause adalah suatu kondisi biologik tertentu yang disertai tanda, gejala dan

timbulnya kumpulan keluhan yang disebabkaan oleh perubahan hormon – hormon serta

biokimiawi tubuh tertentu, yang biasanya timbul setelah usia tengah baya. Perubahan

xv

hormonal dan biokimiawi tubuh ini secara alami akan pasti terjadi, akan tetapi tidak

semua pria akan mengalami keluhan andropaus(7). Banyak di antaranya yang hanya

mengalami sedikit perasaan kurang bahagia dan keluhan penuaan lain. Hormon yang

paling berperan adalah testosteron. Perubahan itu dapat terjadi pada perilaku, mood atau

suasana hati, kelelahan, kehilangan energi, hasrat seksual atau libido, dan kemampuan

fisik(8).

Ada suatu general konsensus bahwa serum testosteron turun sejalan dengan

bertambahnya umur seorang laki – laki. Beberapa studi cross – sectional telah

menunjukkan bahwa kadar serum testosteron ( testosteron bebas ) dalam darah turun dan

jumlahnya lebih sedikit dibandingkan total testosteron pada laki – laki yang menua. Hal

ini disebabkan karena kenaikan dari Sex Hormone Binding Globulin (SHBG) yang

mengakibatkan pengikatan hormon testosteron dalam darah meningkat. Seperti yang kita

ketahui bahwa serum testosteron ( testosteron bebas ) yang dapat berefek pada organ

target yang kemudian dapat menyebabkan organ target tersebut berfungsi dengan baik

sesuai tugasnya. Sebuah studi longitudinal pada 77 laki – laki selama lebih 15 tahun

menunjukkan bahwa total serum testosteron turun rata – rata 110 ng/dl tiap dekade. Hal

inilah yang nantinya mungkin akan dapat menyebabkan munculnya gejala, tanda dan

keluhan – keluhan yang dirasakan oleh pria – pria yang menua yang kita sebut

andropause. Kita harus ingat bahwa proses andropause tidak harus terjadi pada semua

laki – laki yang menua(9).

Keluhan pada andropause timbul akibat dari penurunan dan perubahan hormon –

hormon dalam tubuh, baik itu hormon testosteron maupun hormon – hormon lainnya( 5).

xvi

Penurunan hormon testosteron dapat berakibat antara lain; Disfungsi seksual,

termasuk hasrat dan kemauan seksual, kenikmatan seksual, serta kemampuannya(11),

penurunan massa dan kekuatan otot, peningkatan timbunan lemak di abdomen ,

penurunan densitas mineral tulang, peningkatan kejadian depresi, penurunan keriangan,

gangguan suasana hati(12), penurunan fungsi kognitif, penurunan kemampuan daya

ingat(5). Pada penelitian ini digunakan kuisioner ADAM (Androgen Deficiency in Aging

Male) untuk menilai andropause pada responden dan kuisioner AMS ( Aging Male

Symptoms) untuk menilai kualitas hidup dari responden.

Penurunan kadar testosteron yang digambarkan dengan keadaan klinis sebenarnya

tidak menggambarkan kadar Free testosteron atau bioavailabilitas testosteron. Hal ini

disebabkan kadar testosteron yang biasanya diukur di Indonesia adalah jumlah dari Kadar

Free Testosteron, Bioavailabilitas Testosteron, SHBG (Sex Hormone Binding Globulin).

Pengukuran yang ideal adalah dengan mengukur Free Testosteron Indeks dan

Bioavailabilitas Testosteron(3). Namun pengukuran ini sangat jarang dilakukan di

Indonesia karena selain sulit harganya juga relatif sangat mahal. Untuk mengatasi hal

tersebut sementara ini diputuskan untuk menggunakan indikator keadan klinis sebagai

pertimbangan utama untuk penilaian andropause. Dari penelitian dengan menggunakan

indikator klinis didapatkan prevalensi andropause di kabupaten Bantul sebesar 43,34 %.

Sedangkan dari kepustakaan barat didapatkan bahwa 50% pria yang telah memasuki

masa andropuse mengalami andropause dan merasakan keluhan yang cukup berat(3).

Dari kepustakaan barat didapatkan bahwa hanya sekitar 15 % pria yang memasuki

usia andropause mengalami gejala keluhan yang berat, 50 % mengalami keluhan ringan

yang dirasakan sebagai hal yang tidak normal atau merasakan adanya kemunduran,

xvii

sedangkan sisanya 35 % hanya mengalami masa – masa buruk dalam beberapa minggu

atau bulan saja. Jika dibandingkan dengan hasil yang kami dapatkan menunjukkan 0 %

pria yang telah mengalami andropause benar – benar mengalami keluhan berat, 7,69 %

mengalami keluhan yang sedang dan 3.85 % mengalami ringan. Perbedaan ini

dimungkinkan karena karena kondisi sosial budaya, geografis, nutrisi dan status gizi,

tigkat kemakmuran dan resiko stres yang dihadapi.

Pengobatan yang dianjurkan unutk menangani masalah andropause ini adalah

dengan Hormon Replacement Therapy dan atau stimulasi produksi testosteron endogen(2).

Kesimpulan

Dari penelitian yang telah dilakukan didapatkan hasil prevalensi andropause pada

120 responden pria usia 30 tahun ke atas di kabupaten Bantul sebesar 43,34 % menurut

hasil dari kuisioner ADAM. Sedangkan dari hasil Kuisioner AMS pada responden yang

mengalami andropause, didapatkan andropause ringan sebesar 46 responden (88,46 %),

Sedang 4 responden (7,69 %), Berat 2 responden (3,85 %), namun tidak didapatkan

responden yang mengalami andropause berat sekali.

Sedangkan pada responden yang tidak mengalami andropause, hasil kuisioner

AMS digunakan untuk menilai kualitas hidup responden. Dari kuisioner AMS tersebut

didapatkan 2 ( 2,94 %), responden tidak mengalami keluhan, 50 (73,53 %)responden

mengalami keluhan ringan, 16 (23,53 %) responden mengalami keluhan sedang, 0 ( 0

% ), responden yang mengalami keluhan berat dan tidak ada responden yang mengalami

andropause berat sekali.

xviii

Antara kuesioner ADAM dan AMS terdapat perbedaan hasil yang cukup mencolok

Hal ini disebabkan karena kuesioner AMS membahas manifestasi klinik dari andropause

dengan lebih terperinci dibandingkan dengan kuesioner ADAM .Tetapi pada dasarnya

kedua kuesioner tersebut mempunyai dasar yang sama yaitu menilai manifestasi klinis

dari andropause berdasarkan penurunan bioavailabilitas testosteron.Selain itu kuesioner

AMS dapat digunakan untuk mengevaluasi kesehatan pria secara umum terkait dengan

proses penuaan yang terjadi beserta kualitas hidupnya.

Saran

Peneliti menyarankan untuk melakukan penelitian selanjutnya mengenai hal – hal yang

berkaitan dengan andropause.

xix

Ucapan Terima Kasih

Penulis mengucapkan syukur alhamdulillah kehadirat Allah SWT atas segala

rahmat dan nikmat yang telah diberikan, serta kekuatan yang diberikan sehingga penulis

mampu menyelesaikan seluruh proses penulisan karya ilmiah ini. Terimakasih kepada

Bapak dan Mama tercinta yang selalu memberikan do’a, restu dan ridhonya kepada

penulis, Dr. Juwono dan Prof. Dr. Dr. Susilo Wibowo, MS.Med, Sp.And atas bimbingan

dan kesempatan yang telah diberikan kepada penulis. Kakanda Zendra Mawan L yang

selalu memberikan semangat dan cinta kepada penulis, semoga selalu seperti ini

selamanya. Semua responden yang sangat kooperatif dalam proses pengumpulan data.

Dhesi Arimbi, Galuh Suryandari, Rahmah E, Maskasoni, Ajeng S, Sri Mulyani, kakak

Aryo Budiyogo, kakak Victor, serta semua pihak yang tidak bisa kami sebutkan satu

persatu, terimakasih atas segala bantuannya, semoga Alloh SWT membalas segala amal

baik rekan-rekan.

xx

Daftar Pustaka

1. Wibowo S. Andropause atau PADAM pengenalan, pengobatan dan

pencegahan. Semarang: Badan penerbit Universitas Diponegoro Semarang.

1998.

2. Testosteron and the aging male

http: //www.Andropause.com/testosterone and the aging male.html.

3.Wibowo S. Memperlambat penuaan, mencegah “ PADAM “ dan peremajaan

pria, pidato engukuhan. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro

Semarang. 2002.

4. Lunenfeld B. Aging Men-Challenges Ahead. Asian J Androl 2001 Sep;3: 161-

168.

5. Gooren L, Lunenfeld B. Aging men challenges ahead. In: Lunenfeld B.

Goren L (ed ). Textbook of Me n’s Health. London: The Parthenon Publising

Group. 2002 : 3-13.

6. Sastroasmoro S, Ismael S. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis Bagian

Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Indoesia Jakarta. Jakarta. 1995.

7. what is andropause

http://www.andropause.com/what is andropause.html.

8. Hormon and Aging

http://www.andropause.com/hormon and aging.html

9. Fertility and menoandropause

http://www. Sam marrie.com/fertility and menoandropause.html.

xxi

10. Badan Pusat Statistik Yogyakarta. Kabupaten Bantul dalam Angka Tahun

2003. Yogyakarta: Balai Pusat Statistik Kabupaten Bantul 2003.

11. Vermeulen A, Kaufman JM. Aging of the hypothalamus-pituitary-testicular

axis in men. Horm Res 1995 ; 42 : 25-8.

12. Kamel, Hosam K. Sleep disorder. In: Lunenfeld B, Gooren L (ed). Textbook

of Men’s Health. London : The Pathenon Publishing Group. 2002: 419-26.

xxii