usulan penelitian suhandana tanjunguban umrah

39
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, wilayah daratan Indonesia (1,9 juta km 2 ) tersebar pada sekitar 17.500 buah pulau yang disatukan oleh laut yang sangat luas (sekitar 5,8 juta km 2 ). Panjang garis pantai yang mengelilingi daratan tersebut adalah sekitar 81.000 km, yang merupakan garis pantai tropis terpanjang atau terpanjang kedua setelah Kanada (Dahuri, 2003). Indonesia yang berada pada pada posisi 6 0 Lintang Utara – 11 0 Lintang Selatan dan 95 0 Bujur Timur – 141 0 Bujur Barat merupakan sebuah Negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki 17.500 buah pulau yang disatukan dengan laut yang sangat luas (5.8 juta km 2 ). Berbagai potensi sumberdaya yang terkandung didalamnya baik terbaharui maupun tidak terbaharui. Pemanfaatan sumber daya kelautan dengan tepat dan benar akan meningkatkan kesejahteraan kehidupan manusia. Secara Geografis Provinsi Kepulauan Riau terletak pada 04 0 15’ LU - 0 o 45’LS dan 103011’ – 109 o 10’ BT. Provinsi Kepulauan Riau merupakan daerah kepulauan yang terdiri atas pulau besar dan kecil kurang lebih

Upload: suhandanotte-pahlawan

Post on 26-Jul-2015

186 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: usulan penelitian Suhandana Tanjunguban UMRAH

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, wilayah daratan

Indonesia (1,9 juta km2) tersebar pada sekitar 17.500 buah pulau yang disatukan

oleh laut yang sangat luas (sekitar 5,8 juta km2). Panjang garis pantai yang

mengelilingi daratan tersebut adalah sekitar 81.000 km, yang merupakan garis

pantai tropis terpanjang atau terpanjang kedua setelah Kanada (Dahuri, 2003).

Indonesia yang berada pada pada posisi 60 Lintang Utara – 110 Lintang

Selatan dan 950 Bujur Timur – 1410 Bujur Barat merupakan sebuah Negara

kepulauan terbesar di dunia yang memiliki 17.500 buah pulau yang disatukan

dengan laut yang sangat luas (5.8 juta km2). Berbagai potensi sumberdaya yang

terkandung didalamnya baik terbaharui maupun tidak terbaharui. Pemanfaatan

sumber daya kelautan dengan tepat dan benar akan meningkatkan kesejahteraan

kehidupan manusia.

Secara Geografis Provinsi Kepulauan Riau terletak pada 04015’ LU - 

0o45’LS dan 103011’ – 109o10’ BT. Provinsi Kepulauan Riau merupakan daerah 

kepulauan yang terdiri atas pulau besar dan kecil kurang lebih 2.408 buah dimana

sebanyak 366 pulau telah berpenghuni dan 2.042 pulau belum berpenghuni. Luas

total wilayah Provinsi Kepulauan Riau adalah 253.420 km2 terdiri dari luas lautan

242.825 km2 (96%) dan luas daratan 10.595,41 km2 (4%).

Kepulauan Riau merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang

memiliki luas laut lebih luas daripada daratan yaitu 96% merupakan lautan,

sehingga Kepri memiliki potensi untuk memanfaatkan sumber daya alam yang

terkandung didalamnya untuk meningkatkan kesejahteraan kehidupan

masyarakatnya. Selain potensi sumber daya alam yang bisa dimanfaatkan tersebut,

perairan Kepri juga dimanfaatkan sebagai jalur transportasi antar Kota dan antar

Negara serta juga dimanfaatkan untuk kegiatan kegiatan-kegiatan lain, seperti

Page 2: usulan penelitian Suhandana Tanjunguban UMRAH

penambangan, tempat pembuangn limbah, pemukiman, dan sebagai sumber mata

pencaharian.

Kelurahan Tanjunguban Kota merupakan bagian dari Kecamatan Bintan

Utara, Kabupaten Bintan. Pengambilan studi kasus di Kelurahan Tanjunguban

Kota ini sebagai lokasi praktik lapang sangatlah tepat, dikarenakan oleh

Kelurahan Tanjunguban kota merupakan salah satu wilayah yang aktifitas

penduduknya sangat padat, didaerah perairan Tanjunguban Kota terdapat jalur

pelayaran yang menghubung Tanjunguban-Batam dan daerah lainnya dan di

Tanjunguban Kota terdapat depot pertamina.

dimana tidak menutup kemungkinan akan terganggunya keseimbangan

biokimia perairan Tanjunguban di masa yang akan datang oleh aktifitas pelayaran

maupun masyarakat itu sendiri.

1.2. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang akan dibahas adalah:

Bagaimana Keadaan Umum Perairan Laut Kelurahan Tanjunguban Kota

Kecamatan Bintan Kabupaten Bintan Provinsi Kepri, mencakup : kondisi

parameter fisika, kimia dan biologi.

1.3. Tujuan

Tujuan dari praktik lapang ini adalah:

Untuk mengetahui kondisi umum perairan laut kelurahan tanjunguban

kecamatan bintan kabupaten bintan provinsi kepri yang meliputi :

- Parameter Fisika

- Parameter Kimia dan

- Parameter Biologi

Page 3: usulan penelitian Suhandana Tanjunguban UMRAH

1.4. Manfaat

Praktik lapang ini diharapkan dapat memberi manfaat sabagai bahan masukan

bagi pemerintah, khususnya Pemerintah Kabupaten Bintan dalam pengelolaan

perairan laut serta pihak-pihak yang membutuhkan untuk mengevaluasi dan

menindaklanjuti kegiatan dan aktifitas masyarakat maupun pembangunan daerah

yang akan berdampak buruk bagi kondisi perairan laut di Kelurahan Tanjunguban

ini.

Page 4: usulan penelitian Suhandana Tanjunguban UMRAH

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perairan Laut

Lingkungan laut sangat luas cakupannya dan sangat majemuk sifatnya.

Karena luasnya dan majemuknya lingkungan tersebut. Tiada satu kelompok biota

laut pun yang mampu hidup disemua bagian lingkungan laut tersebut dan di

segala kondisi lingkungan yang berbeda-beda kedalam lingkungan-lingkungan

yang berbeda pula. Para ahli oseanologi membagi-bagi lingkungan laut menjadi

zona-zona atau yang memintakat-mintakat menurut kreteria-kreteria yang berbeda

(Romimohtarto,2001).

Laut merupakan suatu tempat mata pencarian bagi orang-orang asia

tenggara yang telah berumur berabad-abad lamanya. Tidak dimana pun juga hal

ini benar-benar dapat dilihat diIndonesia dimana Negara ini terdiri dari lebih

kurang 13.000 pulau yang tersebar. Kebanyakan penduduk yang berjumlah

140.000.000 bertempat timggal berbatasan dengan lautan. Sejak dahulu lautan

telah memberi manfaat kepada manusia untuk dipergunakan suatu sarana untuk

berpergian, perniagaan dan perhubungan dari suatu tempat ketempat lain. Akhir-

akhir ini diketahui bahwa lautan banyak mengandung sumber-sumber alam yang

berlimpah-limpah jumlahnya dan bernilai berjuta-juta dolar (Hutabarat,1985).

2.2. Parameter Fisika

2.2.1 Suhu

Suhu adalah ukuran derajat panas atau dingin suatu benda,alat yang

digunakan untuk mengukur suhu disebut thermometer. Faktor yang memengaruhi

suhu permukaan laut adalah letak ketinggian dari permukaan laut (Altituted),

intensitas cahaya matahari yang diterima, musim, cuaca, kedalaman air, sirkulasi

udara, dan penutupan awan (Hutabarat dan Evans, 1985).

Secara umum suhu perairan nusantara mempunyai perubahan suhu baik

harian maupun tahunan, biasanya berkisar antara 27°C – 32ºC. Suhu air

Page 5: usulan penelitian Suhandana Tanjunguban UMRAH

merupakan faktor yang banyak mendapat perhatian dalam pengkajian-pengkajian

kelautan. Data suhu dimanfaatkan untuk mempelajari gejala-gejala fisik didalam

laut serta kaitannya dengan kehidupan hewan atau tumbuhan. (Nontji, 2007)

Suhu air dekat pantai biasanya sedikit lebih tinggi dari lepas pantai. Sinar

matahari yang diserap oleh permukaan laut cenderung memiliki suhu yang panas

hingga kedalaman 200 meter. Pada kedalamam 200-1000 meter akan terjadi

thermocline, dimana suhu perairan turun secara mendadak (Sukandarrumidi,

2009).

Suhu air mempunyai peranan dalam mengatur kehidupan biota perairan,

terutama dalam proses metabolisme. Pada perairan alami berkisar antara 25-30oC,

merupakan kisaran yang baik bagi ikan (Nontji, 2007). Sedangkan menurut

Romimohtarto dan Juwana (2005), suhu alami air laut berkisar antara suhu

dibawah 0ºC sampai 33ºC yang membeku pada suhu -1,9ºC.

2.2.2 Arus

Arus adalah pergerakan massa air secara horizontal yang disebabkan oleh

angin yang bertiup terus menerusdipermukaan dan densitas air. ( Sidjabat,1976 ).

Menurut Hadikusumah (1988) Menyatakan system sehingga menuju arus atau

pola sirkulasi merupakan salah satu aspek dinamika air yang sangat penting

karena berpengaruh terhadap lingkungan disekitarnya. Misalnya terdapat sebaran

biologi, kimia, polusi dan sedimen.

Arus juga merupakan gerakan mengalir suatu massa air yang dikarenakan

tiupan angin atau perbedaan densitas/pegerakan gelombang panjang

(Nontji,1987). Pergerakan arus dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain arah

angin,perbedaan tekanan air,perbedaan densitas air,gaya coriolis dan arus

ekman,topografi dasar laut,arus permukaan,opweling dan downwelling.

Page 6: usulan penelitian Suhandana Tanjunguban UMRAH

Menurut Sahala Hutabarat (1986) Selain angin, arus dipengaruhi oleh paling

tidak tiga faktor yaitu,:

1. Bentuk topografi dasar lautan dan pulau-pulau yang ada disekitarnya.

2. Gaya coriollis dan arus ekman.

3. Perbedaan densitas serta upwelling dan singking.

Adapun jenis-jenis arus dibedakan menjadi dua bagian yaitu :

1. Berdasarkan penyebab terjadinya

• Arus ekman yaitu arus yang di pengaruhi oleh angin.

• Arus termohaline yaitu arus yang dipengaruhi oleh densitas dan gravitasi.

• Arus pasut yaitu arus yang dipengaruhi oleh pasut.

• Arus geostropik yaitu dipengaruhi oleh gradient tekanan mendatar dan gaya

coriollis.

2. Berdasakan kedalaman

• Arus permukaan yaitu terjadinya beberapa ratus meter dari permukaan,bergerak

dengan arah horizontal dan dipengaruhi oleh sebaran angin.

• Arus dalam yaitu terjadi jauh didasar kolam perairan arah pergerakan tidak

dipengaruhi oleh pola sebaran angin dan membawa massa air dari daerah kutub

kedaerah ekuator

2.2.3. Kecerahan

Kecerahan air laut merupakan tinggi rendahnya cahaya matahari yang

menembus di suatu badan perairan. Nilai kecerahan dapat dinyatakan dalam

satuan meter. Nilai ini sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca, waktu pengukuran,

Page 7: usulan penelitian Suhandana Tanjunguban UMRAH

kekeruhan, dan padatan tersuspensi, serta ketelitian orang yang melakukan

pengukuran. Pengukuran kecerahan sebaiknya dilakukan pada saat cuaca cerah

(Effendi, 2003).

Kecerahan suatu perairan menetukan sejauh mana cahaya matahari dapat

menembus suatu perairan dan sampai kedalaman berapa proses fotosintesis dapat

berlansung sempurna. Kecerahan yang mendukung apabila Seichi disk mencapai

20-40 cm dari permukaan. ( Chakroff dalam Syukur,2002)

Tinggi rendahnya tingkat kecerahan perairan sangat dipengaruhi intensitas

cahaya matahari yang dapat menembus kedalaman lapisan perairan. Intensitas

cahaya yang masuk ke dalam perairan akan berkurang dengan semakin besarnya

kedalaman perairan (Hutabarat dan Evans, 1985).

2.2.4. Pasang Surut

Pasang surut terjadi karena interaksi gaya tarik (gravitasi) matahari dan

bulan terhadap bumi serta gaya sentrifugal yang ditimbulkan oleh rotasi dan

sistem bulan. Akibat gaya ini, air samudra tertarik keatas naik turunnya

permukaan air laut secara periodik selama satu interval waktu tertentu disebut

pasang surut. Pasang surut merupakan faktor lingkungan yang paling penting

yang mempengaruhi kehidupan di zona intertidal. (Nybakken, 1992).

Berbeda dengan arus yang disebabkan oleh angin yang hanya terjadi pada

air lapisan tipis di permukaan, arus pasang-surut bisa mencapai lapisan yang lebih

dalam. Ekspedisi Snellius I (1929-1930) di perairan Indonesia bagian Timur dapat

menunjukkan bahwa arus pasang-surut masih dapat diukur pada kedalaman lebih

dari 600 m (Nontji dalam Muhammad, 2007).

Menurut wibisoso (2005) ada tiga jenis pokok pasang surut yaitu:

1. Pasang surut tipe harian tunggal (Diurnal Type) yaitu selama 24 jam terdapat

satu kali pasang dan satu kali surut.

2. Pasang surut tipe harian ganda (semi diurnal type) yaitu merupakan dalam

waktu 24 jam terdapat dua kali pasang dan dua kali surut.

3. Pasang surut tipe campuran yaitu dalam waktu 24 jam terdapat bentuk

campuran yang condong ke tipe harian tunggal atau tipe harian ganda.

Page 8: usulan penelitian Suhandana Tanjunguban UMRAH

2.2.5. Gelombang

Gelombang adalah peristiwa naik turunnya permukaan air laut dari ukuran

kecil (tiak) sampai yang paling panjang (pasang surut). Gelombang yang terjadi

diperaiaran teluk pelabuhan ratu merupakan gelombang hasil rambatan yang

terjadi disamudra Indonesia.gelombang ini dipengaruhi oleh kondisi topograpik

dasar laut dan keadaan angin,hasil pengamatan memperlihatkan bahwa keadaan

gelombang tertinggi terjadi pada periode bulan desember sampai februari (musim

barat),ketinggian gelombang mencapai 2.5 m – 5 m.sedangkan pada bulan lainnya

tinggi gelombang yang tercatat kurang dari 1,5 meter (Nurjaya,1993).

Penyebab utama terjadinya gelombang adalah angin.gelombang dipengaruhi

oleh kecepatan angin, lamanya angin bertiup,dan jarak tanpa rintangan saat angin

bertiup (fetch). Gelombang terdiri dari panjang gelombang, tinggi gelombang,

periode gelombang, kemiringan gelombang dan frekuensi gelombang. Panjang

gelombang adalah jarak berturut-turut antara dua puncak atau dua buah lembah.

Tinggi gelombang adalah jarak vertical antara puncak dan lembah gelombang.

Periode gelombang adalah waktu yang dibutuhkan gelombang untuk

kembali pada titik semula.kemiringan gelombang adalah perbandingan antara

tinggi dan panjang gelombang.frekuensi gelombang adalah jumlah gelombang

yang terjadi dalam satu-satuan waktu.

2.2.6. Kedalaman

Menurut Wibisono, (2005) menyatakan bahwa kedalaman suatu perairan

didasari pada relief dasar dari perairan tersebut. Perairan yang dangkal kecepatan

arus relatif cukup besar dibandingkan dengan kecepatan arus pada daerah yang

lebih dalam (Odum dalam Kangkan A.L. pdf, 2006). Semakin dangkal perairan

semakin dipengaruhi oleh pasang surut, yang mana daerah yang dipengaruhi oleh

pasang surut mempunyai tingkat kekeruhan yang tinggi. Kedalaman perairan

berpengaruh terhadap jumlah dan jenis organisme.

Kedalaman dapat mempengaruhi nilai suhu dan kecerahan. Tinggi

rendahnya tingkat kecerahan perairan sangat dipengaruhi intensitas cahaya

matahari yang dapat menembus kedalaman lapisan perairan. Intensitas cahaya

Page 9: usulan penelitian Suhandana Tanjunguban UMRAH

yang masuk ke dalam perairan akan berkurang dengan semakin besarnya

kedalaman perairan (Hutabarat dan Evans, 1985).

2.2.7. Tipe Substrat

Tipe substrat dasar perairan pesisir ditentukan oleh arus dan gelombang dan

kelandaian (slope) pantai. Menurut Sumich (1992), Nybakken (1997), dan Barnes

dan Hughes (1999) substrat daerah pesisir terdiri dari bermacam-macam tipe,

antara lain: lumpur, lumpur berpasir, pasir, dan berbatu. Daerah pesisir dengan

kecepatan arus dan gelombang yang lemah memiliki subtrat yang cenderung

berlumpur. Daerah ini biasa terdapat di daerah muara sungai, teluk atau pantai

terbuka dengan kelandaian yang rendah, sedangkan pada daerah pesisir yang

mempunyai arus dan gelombang yang kuat disertai dengan pantai yang curam,

substrat cenderung berpasir sampai berbatu.

2.3. Parameter Kimia

2.3.1. Oksigen Terlarut (DO)

Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen/DO) adalah jumlah oksigen yang ada

dalam kolom air. Dalam lingkungan perairan level oksigen terlarut dipengaruhi

oleh temperatur, salinitas, dan ketinggian. Oksigen terlarut (DO) sangat

dipengaruhi oleh aktivitas fotosintesis dan respirasi (Afrianti, 2000). Sumber

utama oksigen terlarut dalam air menurut Basyarie (1995) adalah difusi udara dan

dari hasil fotosintesis biota berklorofil yang hidup di perairan.

Sutarman (1993) menambahkan bahwa pada suhu perairan yang tinggi, aktifitas

metabolisme perairan akan semakin meningkat dimana pada kondisi tersebut

kadar oksigen yang dikonsumsi semakin bertambah dan kelarutan oksigen dalam

air menurun dengan bertambahnya suhu air, dan sebaliknya pada suhu perairan

rendah, laju metabolisme dan kadar oksigen yang dikonsumsi juga rendah.

Fardiaz (1992) mengemukakan, oksigen terlarut merupakan kebutuhan

dasar untuk kehidupan tanaman dan hewan di dalam air, kehidupan makhluk

hidup dalam air tersebut tergantung pada kemampuan air untuk mempertahankan

konsentrasi oksigen, minimal yang dibutuhkan untuk kehidupan. Kandungan

oksigen di dalam air untuk dapat mendukung kehidupan organisme air menurut

Page 10: usulan penelitian Suhandana Tanjunguban UMRAH

Afrianto dan Liviawati (1994) berkisar antara 4-8 mg/liter.

Parameter kualitas air berdasarkan kandungan oksigen terlarut (DO) menurut

(Schmitz, 1971 dalam Alfan, 1995). Semakin besar suhu dan ketinggian

(altitude) serta semakin kecil tekanan atmosfer, kadar oksigen terlarut semakin

kecil (Jeffries dan Mills dalam Effendi, 2003).

2.3.2. Salinitas

Salinitas adalah kadar garam terlarut dalam air. Satuan salinitas adalah per

mil (‰), yaitu jumlah berat total (gr) material padat seperti NaCl yang terkandung

dalam 1000 gram air laut (Wibisono, 2005). Salinitas dipengaruhi oleh pasang

surut, curah hujan, penguapan, presipitasi dan topografi suatu perairan. Akibatnya,

salinitas suatu perairan dapat sama atau berbeda dengan perairan lainnya,

misalnya perairan darat, laut dan payau. (Nontji 2007) menyatakan bahwa

salinitas diperairan berkisar antara 24‰ - 35 ‰. Sebaran salinitas dilaut

dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti pola sirkulasi air, penguapan, curah hujan

dan aliran sungai.

Nontji (2007) menyatakan bahwa salinitas diperairan berkisar antara 24‰

- 35 ‰. Sebaran salinitas dilaut dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti pola

sirkulasi air, penguapan, curah hujan dan aliran sungai. Tinggi rendahnya salinitas

air laut salah satu penyebabnya yaitu dipengaruhi oleh faktor cuaca, pada saat

musim panas salinitas akan meningkat dan sebaliknya salinitas dapat turun dratis

apabila tingginya curah hujan yang terjadi. Seperti yang terjadi di laut Mediterania

dan laut merah salinitasnya akan mencapai 390/00 hingga 40 0/00 (Sukandarrumidi,

2009).

2.3.3. Derajat Keasaman (pH)

pH merupakan suatu ekspresi dan konsentrasi ion hydrogen (H+) di dalam

air. Besarnya dinyatakan dalam minus logaritma dan konsentrasi ion H. Tidak

semua makhluk bisa bertahan terhadap perubahan nilai pH. Untuk itu alam telah

menyediakan mekanisme yang unik agar perubahan tidak terjadi atau terjadi tetapi

dengan cara perlahan. Sistem pertahanan ini dikenal sebagai kapasitas pem-

buffer-an pH sangat penting sebagai parameter kualitas air. Karena ia mengontrol

Page 11: usulan penelitian Suhandana Tanjunguban UMRAH

Air laut mempunyai kemampuan menyangga yang sangat besar untuk mencegah

perubahan pH. Perubahan pH sedikit saja dari pH alami akan memberikan

petunjuk terganggunya sistem penyangga. Hal ini dapat menimbulkan perubahan

dan ketidakseimbangan kadar CO2 yang dapat membahayakan kehidupan biota

laut. pH air laut permukaan di Indonesia umumnya bervariasi dari lokasi ke lokasi

antara 6,0-8,5 (Anonymous b, 2009).

Perairan dengan pH < 4 merupakan perairan yang sangat asam dan dapat

menyebabkan kematian makhluk hidup, sedangkan pH > 9,5 merupakan perairan

yang sangat basa yang dapat menyebabkan kematian dan mengurangi

produktivitas perairan. Perairan laut maupun pesisir memiliki pH relatif lebih

stabil dan berada dalam kisaran yang sempit, biasanya berkisar antara 7,7 – 8,4.

pH dipengaruhi oleh kapasitas penyangga (buffer) yaitu adanya garam-garam

karbonat dan bikarbonat yang dikandungnya (Boyd, 1982; Nybakken, 1992).

pH air yang tidak optimal berpengaruh terhadap pertumbuhan dan

perkembangbiakan ikan, menyebabkan tidak efektifnya pemupukan air di kolam

dan meningkatkan daya racun hasil metabolisme seperti NH3 dan H2S. pH air

berfluktuasi mengikuti kadar CO2 terlarut dan memiliki pola hubungan terbalik,

semakin tinggi kandungan CO2 perairan, maka pH akan menurun dan demikian

pula sebaliknya. Fluktuasi ini akan berkurang apabila air mengandung garam

CaCO3 (Cholik et al., 2005).

2.3. Biota Perairan

Biota laut adalah berbagai jenis organisme hidup di perairan laut yang

menurut fungsinya digolongkan menjadi tiga, yaitu produsen merupakan biota

laut yang mampu mensintesa zat organik baru dari zat anorganik, kedua adalah

konsumen merupakan biota laut yang memanfaatkan zat organik dari luar

tubuhnya secara langsung. Dan yang ketiga adalah redusen merupakan biota laut

yang tidak mampu menelan zat organik dalam bentuk butiran, tidak mampu

berfotosintesis namun mampu memecah molekul organik menjadi lebih

sederhana.

Page 12: usulan penelitian Suhandana Tanjunguban UMRAH

Nontji (2005) menyatakan, plankton adalah organisme renik yang

umumnya melayang-layang dalam air atau kemampuan renangnya lemah

sehingga pergerakannya sangat tergantung dari pergerakan air. Plankton dapat

berupa tumbuhan (fitoplankton) maupun hewan (zooplankton). Kelimpahan

plankton secara terus-menerus berubah pada berbagai tingkatan (skala) sebagai

respon terhadap perubahan kondisi lingkungan, baik yang ada di suatu perairan

mempunyai penyebaran dan aktivitas yang berbeda. Hal ini dipengaruhi berbagai

faktor fisik dan kimiawi perairan (Effendi, 2000). Sedangkan untuk zooplankton

banyak dijumpai di dekat permukaan laut.

Page 13: usulan penelitian Suhandana Tanjunguban UMRAH

BAB III

METODE

3.1. Waktu dan Tempat

Rencana waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan praktik lapang ini

adalah pada bulan April s/d Juni 2012, dan lokasi pelaksanaan praktik lapang ini

adalah di Kelurahan Tanjunguban Kecamatan Bintan Kabupaten Bintan Provinsi

Kepulauan Riau.

3.2. Alat dan Bahan

No Nama Alat Satuan Keterangan

1 GPS xoy’z” Untuk menentukan posisi

2 Thermometer oC Untuk mengukur suhu

3 Secchi disk cm Untuk mengukur kecerahan

4 Tali, Pelampung dan

Stopwatch

m/s Untuk mengukur kecepatan arus

5 Tonggak kayu cm Untuk mengukur pasang surut dan

Gelombang

6 Pemberat dan tali cm Untuk mengukur Kedalaman

7 Refraktometer o/oo Untuk mengukur salinitas

8 Kertas pH indikator Untuk mengukur derajat keasaman

9 DO meter mg/l Untuk mengukur oksigen terlarut

10 Plankton Net Untuk mengambil sampel plankton

11 Perlengkapan Alat Tulis Mencatat hasil

12 Daftar Qusioner mencatat data primer dan hasil wawancara

13 Tabel Data Untuk mencatat data hasil di lapangan

14 Aquades dan Tisu Untuk kalibrasi alat

15 Kamera Dokumentasi

Tabel 1. Alat dan Bahan

Page 14: usulan penelitian Suhandana Tanjunguban UMRAH

3.3 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan adalah data primer dan skunder. Untuk

pengumpulan data primer metode yang digunakan dalam praktik lapang ini adalah

metode survei yaitu pengamatan langsung kelapangan terhadap kondisi perairan

di Kelurahan Tanjunguban Kecamatan Bintan Utara Kabupaten Bintan Provinsi

Kepulauan Riau, sedangkan untuk data skunder dikumpulkan melalui kantor

camat, kantor lurah dan instansi/ dinas terkait lainnya, serta lembaga-lembaga

pemerintahan maupun non pemerintahan lainnya.

Untuk pengambilan sampel qusioner dilakukan dengan metode Purposive

Sampling (sampel dengan maksud / pertimbangan), yaitu Pengambilan sampel

dilakukan hanya atas dasar pertimbangan penelitinya saja yang menganggap

unsur-unsur yang dikehendaki telah ada dalam anggota sampel yang diambil

(Rozaini Nasution, 2003).

3.3.1 Penentuan Stasiun Pengamatan

Lokasi atau stasiun yang ditentukan untuk pengamatan parameter perairan

harus mewakili wilayah kajian, dan juga harus dapat mengindikasikan atau

mewakili setiap stasiun wilayah kajian. Selain itu antara stasiun

pengamatan yang satu dengan yang lainnya setidaknya memiliki gambaran

perbedaan keadaan perairan, sehingga keseluruhan hasil akhir yang

diperoleh dapat menggambarkan keadaan umum periran lokasi praktek

lapang secara menyeluruh.

3.4. Pengukuran Kualitas Perairan

3.4.1. Parameter Fisika Perairan

Pengukuran parameter fisika perairan seperti Suhu, Kecerahan, dilakukan

tiga kali (3x) sehari yaitu pada pagi, siang dan sore hari, serta dilakukan

pengulangan sebanyak tiga kali (3x) di setiap pengukurannya, ini dilakukan untuk

mengetahui perbedaaan yang terjadi pada setiap pengukuran baik pagi, siang dan

sore hari. Sedangkan pasang surut dilakukan tiap jam selama 24 jam. Untuk

pengukuran gelombang dan kecepatan arus diukur pada saat pasang dan surut, ini

Page 15: usulan penelitian Suhandana Tanjunguban UMRAH

dilakukan karena gelombang dan kecepatan arus dipengaruhi oleh pasang surut,

dan pada pengukuran gelombang dan kecepatan arus ini juga dilakukan

pengulangan sebanyak tiga kali (3x) di setiap pengukurannya. Selain itu

pengukuran kedalaman di ukur pada setiap titik pengukuran atau pengamatan

sebanyak satu kali saja, sedangkan untuk pengambilan jenis substrat juga

dilakukan pengambilan sampel pada setiap titik pengukuran atau pengamatan saja.

3.4.1.1. Suhu

Pengukuran suhu dilakukan pada permukaan perairan. Pengukuran suhu

ini dilakukan dengan menggunakan thermometer. Sebelum melakukan

pengukuran, sebaiknya thermometer di kalibrasi dulu dengan cara mengkibas-

kibaskan thermometer sampai 00C. Kemudian celupkan thermometer ke dalam

perairan kemudian dilihat nilai suhu pada thermometer tersebut. Pengukuran suhu

dilakukan pada pagi, siang dan sore hari.

3.4.1.2. Arus

Untuk dan mengukur kecepatan arus permukaan laut dapat dilakukan

secara manual yaitu dengan menggunakan alat yang sederhana yaitu dengan

menggunakan pelampung yang diikat dengan tali. Pelampung yang telah diikat

sepanjang 2 meter kemudian dilemparkan kepermukaan laut dan secara bersamaan

jalankan stopwarch untuk mengukur berapa lama waktu yang dibutuhkan

sehingga talinya menegang. Pengukuran kecepatan arus dilakukan ketika pasang

dan surut. Kecepatan arus dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan

sebagai berikut :

Dimana :

V : Kecepatan arus (m/det)

S : Panjang tali yang terulur (m)

t : Waktu yang diperlukan (dtk)

Page 16: usulan penelitian Suhandana Tanjunguban UMRAH

3.4.1.3. Kecerahan

Pengukuran kecerahan perairan diukur dengan menggunakan secchi disc.

Secchi disc diturukan ke dalam perairan secara perlahan sampai tidak kelihatan,

setelah itu ukur panjang tali secchi disc dari permukaan perairan hinggga

kedalaman secchi disc tidak terlihat (jarak hilang). Kemudian secchi disc

diturunkan sampai kedasar perairan dan ditarik perlahan-lahan ke atas sampai

secchi disc kelihatan, kemudian ukur panjang tali secchi disc dari permukaan

hingga kedalamam secchi disc kelihatan (jarak tampak). Pengukuran kecerahan

dilakukan pada pagi dan sore hari, dengan persamaan sebagai berikut :

Kecerahan = jarak hilang + jarak tampak

2

3.4.1.4. Pasang Surut

Pengukuran pasang surut dilakukan dalam waktu 24 jam. Pengukuran ini

dilakukan dengan menggunakan tonggak kayu berskala yang telah diberi tanda

ukuran dan dipancangkan ke dasar perairan, hasil pengukuran dinyatakan dalam

centimeter. Tinggi pasut diperoleh dengan rumus sebagai berikut :

Tinggi pasut = Pasang tertinggi – Surut terendah.

3.4.1.5. Kedalaman

Pengukuran kedalaman dilakukan dengan menggunakan Pemberat yang

telah diikat tali (diberi tanda seperti meteran) disalah satu ujungnya. Pemberat

dicelupkan keperairan hingga kedasar, tali ditegangkan lalu diukur tinggi

permukaan air pada tali. Seetelah itu lakukan pengulangan dan dirata-ratakan.

Pengukuran kedalaman dilakukan ketika pasang dan surut.

3.4.1.6. Tipe Substrat

Untuk menentukan tipe substrat, dapat dilakukan dengan metode

mengambil atau mengangkat substrat dari dasar perairan,  artinya dapat diambil

dengan tangan dan masukkan sampel substrat tersebut ke dalam wadah, lalu

kemudian di amati apakah substrat tersebut batu, pasir, lumpur, atau lainnya

Page 17: usulan penelitian Suhandana Tanjunguban UMRAH

3.4.2. Parameter Kimia Perairan

3.4.2.1. Oksigen Terlarut (DO)

Untuk mengukur oksigen terlarut digunakan DO meter, adapun cara

penggunaannya yakni DO meter sebelum digunakan sebaiknya perlu dikalibarasi

terhadap temperatur dan tekanan udara, setelah itu alat perlu diset pada temperatur

dan salinitas , kemudian probe pada DO meter dicelupkan ke dalam perairan dan

setelah itu dibaca hasilnya pada display atau tampilan layar. Pengukuran DO

dilakukan pada pagi dan sore hari.

3.4.2.2. Salinitas

Salinitas perairan laut dapat diukur dengan menggunakan Refraktometer.

Sebelum pengukuran dilakukan tetesi refraktometer dengan aquades bertujuan

untuk mengkalibrasi alat, setelah itu bersihkan dengan kertas tisu sisa aquades

yang tertinggal. Kemudian teteskan air sampel yang ingin diketahui salinitasnya,

lihat ditempat yang bercahaya dan catat hasilnya yang ditunjukkan oleh skala.

Setelah selesai pengukuran bilas kaca prisma dengan aquades, dan keringkan

dengan tisu. Pengukuran salinitas dilakukan ketika pasang dan surut.

3.4.2.3. Derajat Keasaman (pH)

Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan kertas pH indikator yang

dicelupkan + 1 detik kedalam perairan, diamkan sampai kering kemudian

dicocokan dengan warna standarnya pada skala pH indikator. Pengukuran pH

dilakukan pada pagi dan sore hari.

3.4.3. Biota Perairan

Metode untuk memperoleh data biota perairan dilakukan dengan cara

hanya melihat secara visual saja akan biota-biota yang ada di daerah atau

dilingkungan sekitar lokasi praktik lapang, kemudian biota-biota yang kita lihat

tersebut dicatat pada tabel yang telah ada.

Sedangkan untuk pengambilan sampel plankton dilakukan dengan

memasukkan plankton net nomor 25 mikron ke bawah permukaan perairan

sampai kedalaman 0,50 meter. Pengambilan air sampel dilakukan pada setiap titik

Page 18: usulan penelitian Suhandana Tanjunguban UMRAH

dua kali serokan dan setiap kali serokan berjarak ± 50 m dengan cara menyerok

sampel berlawanan arah dengan arus air laut lalu air sampel yang tersaring

dimasukkan ke dalam botol sampel dan langsung dibawa ke laboratorium untuk

kemudian di amati dan di identifikasi jenis plankton yang terdapat di dalamnya.

3.5. Analisis Data

Data primer dan data sekunder yang telah diperoleh disajikan dalam

bentuk tabel, skema dan gambar. Data-data tersebut selanjutnya dianalisis secara

deskriptif setelah ditabulasikan serta dilakukan analisis terhadap permasalahan

yang berkaitan dengan kualitas perairan yang dijumpai di Kelurahan

Tanjunguban sehingga dapat diperoleh alternatif pemecahan permasalahannya

Page 19: usulan penelitian Suhandana Tanjunguban UMRAH

DAFTAR PUSTAKA

Dahuri, R. 2003.Keanekaragaman Hayati Laut : Aset Pembangunan Berkelanjutan

Indonesia. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Dahuri, M., J. Rais, S.P. Ginting, dan M.J. Sitepu. 1996. Pengelolaan

Sumber Daya Wilayah Pesisir Secara Terpadu. PT. Pradnya Paramita.

Jakarta, Indonesia.

Hardjojo B dan Djokosetiyanto. 2005. Pengukuran dan Analisis Kualitas Air.

Edisi Kesatu, Modul 1 - 6. Universitas Terbuka. Jakarta.

Kementrian Lingkungan Hidup (KLH). 2004. Keputusan Menteri KLH No.

51/2004 Tentang Baku Mutu Air Laut untuk Biota Laut. KLH, Jakarta.

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 201 Tahun 2004.

Kinne, O. 1972. Marine Ecology. John Wiley & Sons Limited, London.

Nontji, A. 2007. Laut Nusantara. Djambatan. Jakarta.

Nybakken, J. W. 1992. Biologi Laut. Jakarta : PT. Gramedia.

Presetiahadi, K.1994. Kondisi Oseanografi Perairan Selat Makassar pada Juli

1992 (Musim Timur). Skripsi. Program Studi Ilmu dan Teknologi Kelautan.

Fakultas Perikanan IPB. Bogor.

Rahayu S. 1991. Penelitian Kadar Oksigen Terlarut (DO) dalam Air bagi

Kehidupan Ikan. BPPT No. XLV/1991. Jakarta.

Tomascik, Tomas et.al. 1997. The Ecology of the Indonesian Seas Part One.

Periplus Editions. Hong Kong.

Nasution, Rozaini. 2003. Teknik Sampling. Penerbit USU Digital Library. Medan.

Romimohtarto,K. dan S. juwana. 2001. biologi laut :Ilmu Pengetahuan Tentang

Biologi Laut. Puslitbang Oseanologi LIPI. Jakarta.

Hutabarat, S dan Evans, S.1985. Pengantar Oseanografi. UI Press – Jakarta.

Sukandarrumidi. 2009. Marine Resources. Yayasan Pustaka Nusatama.

Yogyakarta.

Page 20: usulan penelitian Suhandana Tanjunguban UMRAH

Lampiran 1

ORGANISASI PRAKTIK LAPANG

Pelaksana praktik lapang

Nama : suhandana pahlawan

NIM : 090254241 082

Program Studi : Ilmu Kelautan

Dosen Pembimbing

1. Nama : Ir. Soeharmoko

Jabatan : Pembimbing

Dosen Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan

UMRAH

Alamat : Jl. Ir.Sutami Gg. Beringin No.6

Page 21: usulan penelitian Suhandana Tanjunguban UMRAH

Lampiran 2

JADWAL PRAKTIK LAPANG

Praktik Lapangan ini membutuhkan waktu sekitar tiga bulan dimulai

dengan persiapan sampai dengan pengolahan dan penyusunan laporan praktik

lapangan. Praktik lapangan ini dimulai bulan April 2012 – Juni 2012.

NO KEGIATANBULAN (tahun 2012)

April Mei Juni

1 Persiapan praktik

2 Pengumpulan data

sekunder

3 Praktik lapangan

4 Pengolahan data

5 Penulisan hasil praktik

Page 22: usulan penelitian Suhandana Tanjunguban UMRAH

Lampiran 3

RINCIAN ANGGARAN BIAYA

No Uraian Kegiatan vol Sat

Biaya /

Satuan

(Rp)

Jumlah

Biaya

(Rp)

 

1 Biaya Transportasi dan Akomodasi

Sewa pompong 1 Unit 300.000 300.000

2 Biaya Habis Pakai

Kertas

Alat Tulis

Fotocopy dan Jilid

3

1

3

Paket

Paket

paket

35.000

50.000

100.000

105.000

50.000

300.000

3 Biaya Lain-Lain

Konsumsi

Laporan Akhir

1

1

Org

Org

500.000

100.000

500.000

100.000

Total Biaya 1.355.000

Terbilang : Satu Juta Tiga Ratus Lima Puluh Lima Ribu Rupiah.

Page 23: usulan penelitian Suhandana Tanjunguban UMRAH

Lampiran 4

OUTLINE

LAPORAN PRAKTIK LAPANG

RINGKASAN

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR LAMPIRAN

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

1.2. Tujuan praktik lapang

1.3 Manfaat praktik lapang

II. TINJAUAN PUSTAKA

III. METODE PRAKTIK LAPANG

3.1. Waktu dan Tempat Praktik

3.2. Alat dan Bahan

3.3. Metode Praktik

3.4. Analisis data

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil praktik lapang

4.2. Pembahasan

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

5.2. Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 24: usulan penelitian Suhandana Tanjunguban UMRAH

Lampiran 5. Lembar Data Pengamatan Parameter Fisika Kimia

Nama Lokasi : Desa/Kelurahan :

Tanggal: Pukul: Posisi GPS :

Titik/

Plot

No.

Ulang

an

Parameter Fisik Kimia Perairan Laut

pH

Salinit

as

(PSU)

Suhu

(oC)

Tekstur

Tanah/

Substrat

Kecerahan DO Keterangan

Page 25: usulan penelitian Suhandana Tanjunguban UMRAH

Lampiran 6. Lembar Data Pengamatan Fauna

Nama Lokasi : Desa :

Tanggal: Pukul: Posisi GPS :

No Jalur Plot

Fauna

Teresterial Akuatik

Jenis Famili Jumlah Jenis Famili Jumlah

Page 26: usulan penelitian Suhandana Tanjunguban UMRAH

Lampiran 7.Lembar Data Pengamatan Gelombang

Nama Lokasi : Desa/Kelurahan :

Tanggal: Pukul: Posisi GPS :

Titik/

Plot

No.

Ulanga

n

Pengamatan

Puncak

Gelombang

Lembah

Gelombang

Tinggi

Gelombang

Perioda

5m

(sekon)

Keterangan

Lampiran 8.Lembar Data Pengamatan Pasang Surut

Nama Lokasi : Desa/Kelurahan :

Tanggal: Pukul: Posisi GPS :

Jam pengamatan Ketinggian permukaan air laut

Page 27: usulan penelitian Suhandana Tanjunguban UMRAH