upaya uni eropa dalam meredam konflik di wilayah

102
UPAYA UNI EROPA DALAM MEREDAM KONFLIK DI WILAYAH BASQUE COUNTRY, SPANYOL 2007-2013 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh : Whisnu Mardiansyah 1110113000076 PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014

Upload: hoangduong

Post on 13-Jan-2017

237 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: UPAYA UNI EROPA DALAM MEREDAM KONFLIK DI WILAYAH

UPAYA UNI EROPA DALAM MEREDAM KONFLIK

DI WILAYAH BASQUE COUNTRY, SPANYOL

2007-2013

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh :

Whisnu Mardiansyah

1110113000076

PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2014

Page 2: UPAYA UNI EROPA DALAM MEREDAM KONFLIK DI WILAYAH
Page 3: UPAYA UNI EROPA DALAM MEREDAM KONFLIK DI WILAYAH
Page 4: UPAYA UNI EROPA DALAM MEREDAM KONFLIK DI WILAYAH
Page 5: UPAYA UNI EROPA DALAM MEREDAM KONFLIK DI WILAYAH

KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur Alhamdullilah saya ucapkan kehadirat Ilahi Robbi

Allah SWT yang telah memberi kekuatan rahmat dan hidayahNya hingga saya

dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Upaya Uni Eropa dalam Meredam

Konflik di Wilayah Basque Country Spanyol” ini dengan semaksimal mungkin

dan sebaik-baiknya, meski kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Selain itu,

ucapan terima kasih dan apresiasi yang sebesar-besarnya terucap kepada pihak-

pihak yang terlibat secara langsung maupun yang telah memberikan dukungan

doa dan motivasinya dalam penyelesaian skripsi ini :

Mama Endang Komariah dan Ayah Tarmin, atas seluruh, waktu, tenaga

dan usaha maksimal untuk memberikan kehidupan dan pendidikan yang layak,

dukungan tanpa henti dan keyakinan akan keberhasilan anak-anaknya kelak. Yang

paling tidak terlupakan, Pa’de Bambang Hermanto selaku paman yang telah

memberikan banyak bantuan materi kepada penulis dalam menyelesaikan studi S1

di Jakarta selama empat tahun ini. Hanya Allah SWT yang bisa membalas seluruh

kebaikan dan pengorbanan kalian.

Pak Andar Nubowo atas kesediaan beliau menjadi pembimbing penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini yang selalu direpotkan atas ketidakpahaman saya

dalam menulis sebuah skripsi yang baik dan sempurna. Muchas gracias, Señor!

Seluruh civitas akademik di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Dekan, dosen-dosen FISIP yang terutama

Page 6: UPAYA UNI EROPA DALAM MEREDAM KONFLIK DI WILAYAH

kepada Kepala Jurusan Hubungan Internasional Ibu Debby Affianty yang

mempermudah mahasiswanya dalam birokrasi proses penyelesaian skripsi dari

mulai pengajuan proposal hingga sidang.

Kepada seluruh teman-teman kelas HI-B angakatan 2010, meskipun tidak

dapat disebutkan satu per satu, tetapi tidak sedikitpun mengurangi rasa terima

kasih yang sebesar-besarnya telah menjadi bagian empat tahun untuk mencapai

cita-cita bersama. Dan kepada Fahmy, Rizal, Fatah, Ocid, Eko, Dhimas, Dede,

Mely kawan-kawan kelas yang saling memotivasi dan berlomba-lomba dalam

menyelesaikan skripsi masing-masing, tetapi meskipun tidak dapat wisuda

bersama-sama tetap keep fighting on your dreams and spirit thanks a lot for

wonderful four years can’t do this without u all, God bless u !

Kepada teman-teman sahabat sekosan dan diskusi Opik, Fangke, Miftah,

Aceng, Gondes dan Ojan dalam setahun terakhir telah menjadi teman-teman

setongkrongan, diskusi, dalam keadaan sulit maupun senang telah membuat hari-

hari selalu menyenangkan dalam menghadapi peliknya menghadapi tugas akhir

kuliah. Ingat skripsi dapat di atasi dengan ambisi, inspirasi dan dieksekusi bukan

untuk diratapi. Semoga teman-teman yang masih berjuang segera eksekusi

skripsinya. It’s been real pleasure to know u all, i’ll see u all in the future!

Jakarta, 2 Desember 2014

Whisnu Mardiansyah

Page 7: UPAYA UNI EROPA DALAM MEREDAM KONFLIK DI WILAYAH

ABSTRAKSI

Skripsi ini membahas upaya-upaya pencegahan Uni Eropa dalam meredam konflik separatisme di Basque Country, Spanyol. Upaya untuk memediasi dan meresolusi konflik di Basque Country tidak pernah menemui titik temu antara kedua belah pihak. Uni Eropa pun mengalami kesulitan untuk menanggapi isu separatisme di Basque Country. Daripada melibatkan dini dalam masalah internal negara anggotanya, upaya yang dilakukan Uni Eropa lebih pada upaya untuk meredam konflik dengan memfasilitasi berbagai program bantuan ekonomi dan alokasi anggaran di Basque Country. Penelitian ini menggunakan konsep Orgasnisasi Internasional dan Konsep Perdamaian. Dalam konteks ini, Uni Eropa sebagai organisasi internasional yang mengedepankan prinsip-prinsip perdamaian dalam setiap penyelesaian konflik memiliki peran kunci dalam upaya penyelesaian konflik baik secara langsung maupun tidak langsung di Basque Country. Spanyol tentu sangat membutuhkan kehadiran dari Uni Eropa dalam keadaan di mana negara tersebut tidak mampu menyelesaikan konflik separatisme Basque. Dengan menggunakan Positive Peace melalui kebijakan regional Eropa, UE ingin membangun sudut pandang di masyarakat seperti keselarasan, keadilan dan kesetaraan.

Perdamaian positif bertujuan untuk menghilangkan berbagai hambatan terhadap masalah-masalah potensial di masyarakat terutama pada permasalahan ekonomi dan struktur sosial dan politik. Program kebijakan regional Eropa melalui Structural Fund pada tahun 2007-2013 mempengaruhi jumlah serangan dan teror ETA. Dukungan warga terhadap proses integrasi Eropa semakin mengurangi legitimasi ETA dan keinginan untuk merdeka semakin menurun. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang akan menjelaskan secara umum mengenai konflik di wilayah Basque Country, kemudian menjelaskan secara khusus dan menarik kesimpulan mengenai Upaya Uni Eropa dalam proses perdamaian dalam konflik tersebut.

Page 8: UPAYA UNI EROPA DALAM MEREDAM KONFLIK DI WILAYAH

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .............................................................................................. i

HALAMAN JUDUL .................................................................................................. ii

LEMBAR PERSETUJUAN....................................................................................... iii

LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................................... iv

LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ............................................. v

KATA PENGANTAR ............................................................................................... vi

ABSTRAKSI ............................................................................................................. vii

DAFTAR ISI .............................................................................................................. viii

DAFTAR TABEL DAN GRAFIK ............................................................................ ix

DAFTAR SINGKATAN ........................................................................................... x

BAB I : PENDAHULUAN....................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................... 1

B. Pertanyaan Penelitian ..................................................................................... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................................... 6

D. Tinjauan Pustaka ............................................................................................ 7

E. Kerangka Konseptual ..................................................................................... 10

F. Metodologi Penelitian .................................................................................... 14

G. Sistematika Penelitian .................................................................................... 16

BAB II : SEJARAH KONFLIK DI WILAYAH BASQUE COUNTRY ............ 18

A. Wilayah Etnis Basque .................................................................................... 18

B. Pembentukan Eta (Euskadia Ta Askatasuna) dan Konflik dengan

Pemerintah Spanyol ....................................................................................... 22

B.1. Masa Diktator Jenderal Franco (1959-1975) .......................................... 25

B.2. Masa Demokrasi Parlementer (1975-Sekarang) ..................................... 27

BAB III : UNI EROPA DAN KONFLIK SUB-NASIONAL ............................... 37

A. Peran Uni Eropa dalam Konflik Negara dan Wilayah Sub-Nasional ............ 38

Page 9: UPAYA UNI EROPA DALAM MEREDAM KONFLIK DI WILAYAH

B. Uni Eropa dalam Konflik di Wilayah Basque Country ................................. 43

BAB IV : UPAYA UNI EROPA DALAM MEREDAM KONFLIK DI

WILAYAH BASQUE COUNTRY TAHUN 2007-2013 ....................................... 54

A. Kebijakan Regional Eropa/Structural funds .................................................. 55

B. Efektifitas Kebijkan Regional Eropa terhadap Eskalasi Konflik di Basque

Country ........................................................................................................... 61

C. Faktor Pendukung : Integrasi Eropa di Basque Country ................................ 69

D. Faktor Penghambat : Penolakan Spanyol untuk Gencatan Senjata dengan

ETA ................................................................................................................ 72

BAB V : KESIMPULAN ......................................................................................... 77

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 10: UPAYA UNI EROPA DALAM MEREDAM KONFLIK DI WILAYAH

DAFTAR TABEL DAN GRAFIK

TABEL 3.1 : Instrumen dan Mekanisme Uni Eropa dalam Penyelesaian konflik .... 40

TABEL 4.2 : Anggaran dana Structural Funds Uni Eropa di Basque ....................... 59

TABEL 4.3 : Total Anggaran Uni Eropa di Basque Country tahun 2007-2013 ........ 61

TABEL 4.4 : GDP Per Kapita Basque Country tahun 2007-2013 ............................. 67

TABEL 4.5 : Jumlah Serangan dan Korban Jiwa Teror ETA .................................... 69

TABEL 4.6 : Kontribusi GDP Basque Country ke Spanyol tahun 2007-2013 .......... 74

TABEL 4.7 : Alokasi anggaran Uni Eropa di Spanyol tahun 2007-2013 .................. 76

GRAFIK 4.1 : Anggaran Uni Eropa di Basque Country ........................................... 63

GRAFIK 4.2 : Jumlah serangan dan gencatan senjata oleh ETA .............................. 63

Page 11: UPAYA UNI EROPA DALAM MEREDAM KONFLIK DI WILAYAH

DAFTAR SINGKATAN

BAC : Basque Autonomous Community

CCRLA : the Consultative Council of Regional and Local Authorities

CF : Cohesion Fund

CFSP : Common Foreign and Security Policy

CoR : Committee of Regions

EA : Eusko Alkartasuna (Basque Solidarity)

EEAS : European External Action Service

EEC : European Economic Community

EGI : Eusko Gaztedi (Basque Youth)

EGTC : European Grouping Territorial Cooperation

EFA : European Free Alliance

ERP : European Regional Policy

ERDF : European Regional Development Fund

ESDP : European Security and Defense Policy

ESF : European Sosial Fund

ETA : Euskadia Ta Askatasuna (Basque Homeland and Freedom)

EU : European Union

GAL : Grupos Antiterroristas de Liberacion (Anti-terrorist Liberation Groups)

GDP : Gross Domestic Product

IGO : Intergovernmental Organization

INGO : International Nongovernmental Organization

IRA : Irish Republican Army

IVC : International Verification Committee

PNV : Partido Nacionalista Vasca (Basque Nationalist Party)

PP : Partido Popular (Popular Party)

PSE : Partido Socialista de Euskadi (Basque Socialist Party)

PSOE : Partido Socialista Obrero Espanol (Spanish Socialist Workers Party)

SF : Structural Fund

Page 12: UPAYA UNI EROPA DALAM MEREDAM KONFLIK DI WILAYAH

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Isu separatisme menjadi masalah klasik yang dihadapi beberapa negara di

dunia. Faktor kesenjangan ekonomi, perbedaan ideologi, dan latar belakang

budaya menjadi faktor separatisme muncul. Negara-negara Eropa pun

menghadapi masalah separatisme, di saat Uni Eropa sedang bertransisi menuju

integrasi politik dan ekonomi. Dari beberapa kelompok separatis di Eropa di

antaranya, Brigade Merah, NAR (Italia), Faksi Tentara Merah (Jerman), GRAPO,

Spanish Basque Battalion, ETA (Spanyol), dan IRA (Irlandia Utara).1

Dalam empat dekade terakhir, Spanyol menghadapi persoalan separatisme

yang timbul di beberapa wilayah regionalnya. Tuntutan otonomi dan

kemerdekaan menyebabkan beberapa wilayah regional di Spanyol berjuang

memisahkan diri. Separatisme di Spanyol memasuki tahap gerakan insurgensi

terorisme berbasis etnisitas dan teritorial, salah satunya di Basque Country.

Basque Country atau Euskal Herria adalah sebuah daerah di Pyrenees Barat,

terletak diantara Timur Laut Spanyol dan Barat Daya Perancis. Wilayah ini

dihuni mayoritas etnis Basque dan berbahasa Euskara. Di antara wilayah-

wilayah regional lainnya di Spanyol, Basque Country memiliki hak otonomi

1 Gulriz Gigi Gokcek, Cooperation of EU Member States in Limitinf Etnhic Conflict, Department of Political Science Ellison Hall. University of California, 2008, Hlm. 18-22

1

Page 13: UPAYA UNI EROPA DALAM MEREDAM KONFLIK DI WILAYAH

paling luas, namun wilayah ini terus berupaya untuk memisahkan diri dari

Spanyol. 2

Pada tahun 1979, lobi politik Pemerintah Regional Basque (Basque

Autonomus Community) menghasilkan statuta otonomi yang disebut statuta

Guernika. Statuta Guernika memberikan hak dan kebebasan kepada wilayah

Basque untuk memiliki parlemen lokal, tenaga kepolisian, mengontrol pajak dan

pengibaran bendera Ukurinna. Rakyat Basque menginginkan perluasan otonomi,

karena Statuta Guernika belum sepenuhnya memberikan hak-hak konstitusi

kepada Basque Country. Pada 22 Januari 2005, Presiden Regional Basque Juan

Jose Ibarretxe mengajukan Ibarretxe Plan (proposal otonomi terbaru) ke depan

Parlemen Spanyol, namun Parlemen Spanyol menolak keras proposal Ibarretxe

Plan.3

Separatisme di Basque Country muncul sejak tahun 1960, yang di

ditandai dengan terbentuknya gerakan separatis ETA (Euskadi Ta Askatasuna)

pada tahun 1958. ETA mengampanyekan ideologi ethnonationalist dengan cara-

cara teror untuk mencapai tujuannya.4 Serangkaian teror ETA sejak tahun 1960

telah menewaskan hampir delapan ratus korban jiwa dari penduduk sipil, politisi,

jurnalis hingga pejabat pemerintah.5 Sebagai fakta, Spanyol menjadi negara

2 Dwiya Saha, Euskal Herria - 194 th , Journal of Institute of Foreign Policy Studies, Calcutta University, 2012,hlm. 1-3

3 BBC, Basque Plan Independent Plan Rejected terdapat di http://news.bbc.co.uk/2/hi/europe/4228297.stm diakses pada 5 Mei 2014

4 Peter Lowe, ETA, Terrorism and Basque Conflict, Peter Lowe Publisher, 2014, hlm. 5-7 5 Ignacio Sánchez-Cuenca, The persistence of nationalist terrorism: the case of ETA, Journal of

Centre for Advanced study in social science Juan March Institute, 2008, hlm. 2-3 6 Terrorist Act 1968-2006 Fatalities terdapat di http://www.nationmaster.com/country-

info/stats/Terrorism/Terrorist-Acts/1968--2006/Fatalities diakses pada 30 April 2014

2

Page 14: UPAYA UNI EROPA DALAM MEREDAM KONFLIK DI WILAYAH

dengan jumlah serangan teror terbanyak di antara negara-negara Eropa Barat

lainnya periode tahun 2000-2006.6

Separatisme ETA dapat menganggu stabilitas keamanan, integritas

ekonomi dan politik Uni Eropa di Spanyol.7 Pada tahun 2002, Spanyol

mengeluarkan kebijakan Pacto de las Libertades Contra el Terrorismo. Kebijakan

tersebut melegitimasi pihak kepolisian dan keamanan untuk menangkap pihak-

pihak yang dicurigai sebagai teroris, terutama ETA. Uni Eropa pun menetapkan

kelompok separatis ETA sebagai organisasi teroris, sehingga Uni Eropa

mendukung penuh Spanyol untuk memerangi ETA. 8 Penangkapan pemimpin

ETA oleh pemerintah Spanyol membuat ETA melemah didukung masyarakat

Basque Country yang menolak cara-cara kekerasan dan menolak keberadan ETA.

Upaya perdamaian melalui dialog dan mediasi beberapa kali telah

dilakukan di antaranya, Pada 25 November 2005, ETA mengajukan proposal

perdamaian ke Uni Eropa untuk mengakhiri konflik, namun hal itu ditolak oleh

Uni Eropa dikarenakan proposal tersebut tanpa persetujuan dari Pemerintah

Spanyol.9 Pihak ketiga yakni, seperti Carter Center tahun 1993-1994, dan

Pemerintah Swiss tahun 1999 telah mengupayakan proses perdamaian dan

7 Julen Pablo and Oier Imaz, The EU and the Basque conflict opportunities for engagement,

Journal of Concilitaion Resource No.22, 2011, hlm.32 8 Spanish Government Discusses Extending Scope of Anti Terror Pact diakses di

http://www.wsws.org/articles/2004/aug2004/spai-a24.shtml pada 10 Mei 2014 9 European Union Will Not Negotiate with ETA dalam Roy Sidharta Sembiring, Kekerasan dan

Kebebasan : Perspektif Kritis terhadap Penggunaan kembali Pola-pola Terorisme oleh ETA dalam Mencapai Kemerdekaan Pasca Insiden Pemboman Madrid 2004, Tesis Universitas Indonesia, 2007, hlm.96

3

Page 15: UPAYA UNI EROPA DALAM MEREDAM KONFLIK DI WILAYAH

mediasi. Namun, upaya mediasi belum menemui kesepakatan perdamaian antara

kedua belah pihak.10

Komunitas internasional mendesak agar diadakan perundingan

perdamaian. Pada International Conference in Basque Conflict 17 Oktober 2011

di San Sebastian, mantan Sekretaris Jenderal PBB Koffi Anan menyerukan

kepada pihak-pihak yang terlibat konflik untuk segera mengakhiri konflik.11Di

dalam internal Uni Eropa, anggota Parlemen Eropa, Garry Adams, eks-pejuang

IRA (Irish Republican Army) juga mengupayakan kepada negara-negara anggota

Uni Eropa untuk membantu proses perdamaian di wilayah Basque Country

dengan mekanisme proses perdamaian di Irlandia Utara antara IRA dan

Pemerintah Inggris.

Upaya proses perdamaian dan dialog antara ETA dan Pemerintah Spanyol

selalu mengalami kegagalan. Pada 25 November 2012, ETA bersedia berdialog

dengan Pemerintah Spanyol dengan syarat mengembalikan para tahanan ETA ke

wilayah Basque, namun Spanyol menolak syarat-syarat ETA dan menginginkan

pembubaran ETA seutuhnya.12 Penyelesaian konflik antara ETA dan Pemerintah

Spanyol belum menemui kesepakatan secara resmi melalui meja perundingan.

10 Gorka Espiou Idoiaga, The Basque Conflict New Ideas and Prospect for Peace, Journal of United States Institute for Peace Special Report No.161, 2006, hlm.8

11 Pidato Koffi Anan pada saat menghadiri Konferensi Internasional dalam Konflik Basque di San Sebastian, Spanyol terdapat di http://kofiannanfoundation.org/newsroom/speeches/2011/10/kofi-annan-promotes-resolution-conflict-basque-country diakses pada 15 Mei 2014

12 Basque Peace Process: ETA begin to put arms out of use, Spanish government dismiss as “theatrical terdapat di http://www.e-f-a.org/services/news-single-view/?tx_ttnews%5Btt_news%5D=719&cHash=f670492e6730198c15d1536fa11ef0cd diakses diakses pada 20 Mei 2014

13 Emma Johansson, A New Start for EU Peacemaking : Post Record and Future Potential, Journal of UCDP No.7, Upsalla, Departement of Research and Conflict Resolution,

4

Page 16: UPAYA UNI EROPA DALAM MEREDAM KONFLIK DI WILAYAH

Pemerintah Spanyol menganggap gencatan senjata secara sepihak oleh ETA

hanya sebagai retorika.

Uni Eropa adalah lembaga yang memiliki peran kunci dalam penyelesaian

konflik di Basque Country. Traktat Lisbon memberi legitimasi bagi Uni Eropa

dalam penyelesaian konflik dan penciptaan perdamaian internasional. Uni Eropa

harus berperan dan memperkuat kinerjanya dalam aktifitas konflik internasional

dan proses perdamaian dengan mengintegrasikan dimensi-dimensi peacebuilding

ke dalam mekanisme penyelesaian konflik.13

Upaya Uni Eropa untuk memediasi konflik di Basque Country terhalang

dengan sikap Spanyol. Spanyol menganggap masalah konflik di wilayah Basque

Country hanya sebagai masalah internal dalam negerinya.14 Posisi dilematis Uni

Eropa membuat Uni Eropa tidak dapat berperan secara langsung dalam proses

dialog dan negosiasi. Uni Eropa menggunakan pendekatan conflict prevention dan

conflict containment separatisme di Basque Country.

Maka dari itu, persoalan ini, terutama mekanisme dan kebijakan Uni

Eropa dalam meredam konflik di wilayah Basque Country, Spanyol Tahun 2007-

2013 menarik untuk dikaji.

14 Sembiring, Kekerasan dan Kebebasan, hlm.70-72

5

Page 17: UPAYA UNI EROPA DALAM MEREDAM KONFLIK DI WILAYAH

B. Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan penelitiannya adalah “bagaimana upaya Uni Eropa meredam

konflik di wilayah Basque Country ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Menggambarkan perkembangan konflik di wilayah Basque Country

dalam kurun waktu 2007-2013

2. Menjelaskan upaya-upaya Uni Eropa dalam meredam konflik di wilayah

Basque Country.

3. Menganalisa efektifitas upaya Uni Eropa dalam meredam konflik di

wilayah Basque Country

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Memberikan sumbangan pemikiran dan informasi bagi mahasiswa Ilmu

Hubungan Internasional serta peneliti masalah-masalah internasional

mengenai masalah konflik dan separatisme, khususnya dalam masalah di

wilayah Basque Country.

2. Memberikan tambahan pengetahuan bagi mahasiswa Hubungan

Internasional dalam memahami perkembangan yang terjadi dalam konflik

di wilayah Basque Country, mengetahui sejauh mana perkembangan

upaya-upaya yang dilakukan oleh Uni Eropa dalam meredam konflik di

wilayah Basque Country.

6

Page 18: UPAYA UNI EROPA DALAM MEREDAM KONFLIK DI WILAYAH

D. Tinjauan Pustaka

Terdapat beberapa jurnal dan tulisan yang telah melakukan kajian

mengenai separatisme ETA, antara lain, The Peace Processes in The Basque

Country and Northern Ireland (1994-2006) : a Comparative Approach yang

ditulis oleh Gorka Espiau Idoiaga dalam Jurnal Institut Catala Internacional Per

La Pau Working Papers, Barcelona bulan Maret 2010.15Jurnal ini menjelaskan

bahwa konflik di wilayah Basque Country dapat diselesaikan dengan meniru

proses perdamaian di Irlandia Utara. Gorka memperkenalkan format kedaulatan

bersama dalam memenuhi tuntutan populasi masyarakat di Basque Country.

Menurut Gorka, penerapan pendekatan kedaulatan bersama dalam resolusi konflik

di Irlandia Utara sangat relevan dengan konflik yang terjadi Basque Country.

Gagasan kedaulatan bersama diterapkan sebagai resolusi konflik dan proses

peacebuilding.

Gorka juga menambahkan bahwa proses perdamaian di Irlandia Utara

adalah bukti bahwa situasi konflik yang paling kompleks sekalipun dapat

terselesaikan dengan dialog dan negosiasi. Ia menilai jumlah kekerasan dan teror

ETA di Basque Country yang menurun merupakan pesan yang kuat untuk

Pemerintah Spanyol dan separatis ETA mulai melakukan dialog dan negosiasi.

Uni Eropa sebagai mediator harus berperan aktif hingga perdamaian yang

berkesinambungan itu dapat tercapai di Basque Country.

15 Gorka Espiau Idoiaga, The Peace Processes in the Basque Country and Northern Ireland (1994-2006) : a Comparative Approach, Jurnal Institut Catala Internacional Per La Pau Working Papers, Barcelona, 2010

7

Page 19: UPAYA UNI EROPA DALAM MEREDAM KONFLIK DI WILAYAH

Jurnal selanjutnya adalah jurnal yang ditulis oleh Julen Zabalo dan Oier

Imaz “The EU and the Basque Conflict : Opportunities for Engagement ?”

Journal of Concilitaion Resource No.22. Dalam tulisannya, Julen dan Oier melihat

perspektif nasionalis Basque sebagai pendekatan dan proposal proses perdamaian

di Basque Country. Ia menekankan Uni Eropa untuk memulai proses pedamaian

di Basque Country antara Pemerintah Spanyol dan ETA pasca deklarasi gencatan

senjata oleh ETA.16

Proses perdamaian di Basque Country membutuhkan inisiatif dari Uni

Eropa. Menurut Julen hal yang paling mendasar adalah adalah pembangunan

ekonomi dan sosial di wilayah Basque Country. PEACE Programme yang

diterapkan dalam konflik di Irlandia dapat diterapkan pula di Basque Country.

Julen menambahkan bahwa usaha apapun yang dilakukan Uni Eropa harus

didukung dengan political will dari Pemerintah Spanyol.

Tulisan selanjutnya adalah skripsi dari Desak Putu Sinta Surayani,

mahasiswi Hubungan Internasional Universitas Airlangga Surabaya yang berjudul

“Faktor Internal dan Eksternal dalam Proses De-eskalasi Konflik ETA -

Pemerintah Spanyol tahun 2006-2012”.17 Dalam skripsi tersebut, Desak

menyimpulkan bahwa proses de-eskalasi konflik antara ETA dan Pemerintah

Spanyol pada tahun 2006 hingga 2012 merupakan sebuah proses yang berjalan

16 Pablo and Imaz, the EU and Basque Conflict,hlm.32 17 Desak Putu Sinta Surayani, Faktor Internal dan Eksternal dalam Proses De-eskalasi Konflik

ETA-Pemerintah Spanyol tahun 2006-2012, Skripsi Hubungan Internasional Universitas Airlangga, 2012

8

Page 20: UPAYA UNI EROPA DALAM MEREDAM KONFLIK DI WILAYAH

secara tidak linear. Konflik antara ETA dan Pemerintah Spanyol merupakan salah

satu konflik kelompok etnis nasionalis paling klasik di Eropa.

ETA menjadi inisiator proses de-eskalasi konflik melalui pernyataan

gencatan senjata secara unilateral oleh ETA pada Maret 2006. Proses rekonsiliasi

dengan Pemerintah Spanyol mengalami banyak tantangan. Di periode 2006

hingga 2012, skripsi tersebut mengelompokkan periode Maret 2006 hingga Juni

2007 sebagai periode pertama dan periode pasca Juni 2007 hingga Desember

2012 sebagai periode kedua proses de-eskalasi konflik ETA dan Pemerintah

Spanyol.

Skripsi tersebut menjelaskan bahwa proses de-eskalasi konflik ETA dan

Pemerintah Spanyol pada tahun 2006 hingga 2012 masih berada dalam tahapan

conflict containment menuju tahap conflict settlement. Proses de-eskalasi pada

periode pertama berjalan dengan adanya tekanan internal dan dukungan

internasional kepada ETA untuk melakukan penghentian penggunaan senjata dan

kekerasan dan memulai menempuh jalur negosiasi damai dengan Pemerintah

Spanyol. Beberapa negosiasi dilakukan untuk merumuskan pre-agreement antara

partai politik Spanyol dan Basque guna mencapai proses menuju conflict

settlement.

Perbedaan penelitian ini dengan sebelumnya, penelitian ini akan

membahas upaya-upaya conflict prevention Uni Eropa dalam meredam konflik di

wilayah Basque Country. Uni Eropa melakukan pendekatan ekonomi dan sosial di

Basque Country. Salah satu program Uni Eropa adalah Program kebijakan

9

Page 21: UPAYA UNI EROPA DALAM MEREDAM KONFLIK DI WILAYAH

regional Structural Fund. Uni Eropa memberikan insentif-insentif dana

pembangunan dan program-program sosial di Basque Country.

Penelitian ini juga akan menjelaskan efektifitas kebijakan regional Uni

Eropa di Basque Country terhadap jumlah eskalasi konflik yang dilakukan

kelompok separatis ETA, faktor-faktor penghambat dan pendukung kebijakan

regional Uni Eropa di Basque Country. Pada akhirnya, konflik antara ETA dan

Pemerintah Spanyol menuju Conflict Settlement akan segera terwujud.

E. Kerangka Konseptual

1. Organisasi Internasional

Organisasi Internasional menurut Cheever dan Haviland adalah

pengaturan bentuk kerjasama internasional yang melembaga antara negara-

negara. Organisasi Internasional berlandaskan suatu persetujuan dasar untuk

melaksanakan fungsi-fungsi yang memberi manfaat timbal balik melalui

peretemuan-pertemuan serta kegiatan-kegiatan staf secara berkala. Terdapat

dua macam organisasi internasional secara umum, yakni IGO

(Intergovernmental Organization) dan INGO (International

Nongovernmental Organization).18 Substansi pendapatnya mengatakan

bahwa organisasi publik internasional merupakan organisasi permanen

18 John Baylis and Steven Smith, The Globalization of World Politics; An Introduction to International Relations, New York: Oxford University Press, 2001, hlm. 185

10

Page 22: UPAYA UNI EROPA DALAM MEREDAM KONFLIK DI WILAYAH

berdasarkan suatu perjanjian internasional yang sifatnya multilateral

berdasarkan kriteria dan tujuan tertentu.19

Organisasi Internasional lebih memiliki pengaruh terhadap permasalahan

dunia, maka dari itu lebih ditekankan pada organisasi antar pemerintah yang

memiliki karateristik umum antara lain :20

1. Organisasi permanen yang melaksanakan serangkaian fungsi

2. Keanggotaan sukarela dari para pihak yang memenuhi syarat

3. Instrumen dasar yang menyatakan tujuan, struktur dan metode operasi

4. Luasnya organ perwakilan operasi yang konsultatif

5. Sekretariat tetap dalam melaksanakan fungsi administrasi, penelitian

dan informasi

Menurut Pasal 2 ayat 1 Konvensi Wina tentang hukum Perjanjian

Internasional 1969, Organisasi Internasional adalah organisasi antar

pemerintah, Organisasi Internasional juga merupakan subjek hukum

internasional dan bersama dengan negara-negara anggotanya memainkan

peran penting dalam kerjasama antar bangsa. 21 Sebuah negara tentu sangat

membutuhkan kehadiran dari sebuah organisasi internasional dalam keadaan

di mana negara tersebut tidak mampu menyelesaikan sebuah masalah (isu

politik, ekonomi, atau isu lainnya) tanpa bantuan aktor tersebut.22

19Ade Maman Suherman, Organisasi Internasional & Integrasi Ekonomi Regional dalam Perspektif Hukum dan Globalisasi, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003, hlm. 45

20 A. Leroy Bennet, International Organization, New Jersey, Prentice hall, 1977, hlm. 2 21 Boer Mauna, Hukum Internasional : Kerangka Analisa, Jakarta, Pedoman Ilmu, 1987, hlm. 419 22 Scott Burchill and Andrew Linklater, Theories of International Relations, New York:

ST.Martin’s Press, 2009, hlm. 98

11

Page 23: UPAYA UNI EROPA DALAM MEREDAM KONFLIK DI WILAYAH

Konflik antara ETA dan Pemerintah Spanyol mengundang organisasi

internasional untuk berperan dan berupaya sebagai penengah. Sebagai

anggota dari Uni Eropa, permasalahan separatisme di Spanyol menjadi

masalah yang perlu diselesaikan oleh Uni Eropa. Uni Eropa merupakan

organisasi internasional yang mengedepankan prinsip-prinsip perdamaian

dalam setiap penyelesaian konflik. Konflik membutuhkan penyelesaian,

ketika pihak-pihak yang berkonflik tidak mampu menyelesaikan

permasalahannya. Uni Eropa memiliki peran ketika konflik telah menjadi

konflik bersenjata dengan cara-cara teror yang menelan banyak korban.

2. Konsep Perdamaian

Konsep perdamaian menurut oleh Johan Galtung terdapat dua

klasifikasi tentang perdamaian:23 Pertama, perdamaian negatif (negative

peace) adalah situasi di mana tidak adanya segala macam bentuk kekerasan.

Perdamaian negatif lebih menekankan penghapusan perang .24 Menurut

Charles Webel dan Johan Galtung, perdamaian negatif berperan mengatasi

konflik kekerasan langsung yang berdampak luas pada kehidupan manusia,

terutama kekerasan yang sudah melintasi batas negara dan perang sipil.25

Pendekatan perdamaian negatif tidak menghendaki terjadinya perang dengan

23 Johan Galtung, 50 years : 100 Peace and Conflict Perspective, Transcend University Press, 2008, hlm.16

24 Wiliam James, The Moral Equivalent of War dalam David P. Barash, (ed). Approaches to Peace: A Reader in Peace Studies, New York, Oxford University Press, 2009, hlm.65

25 Charles Webel and Johan Galtung , Handbook Peace and Conflict Studies, New York, Routledge, 2007, hlm.6

12

Page 24: UPAYA UNI EROPA DALAM MEREDAM KONFLIK DI WILAYAH

kekuatan militer dan efek penangkalnya (deterrence). Pada prakteknya,

pendekatan perdamaian negatif bersifat koersif (memaksa) dan reaktif.

Kedua, pendekatan perdamaian positif (positive peace), ciri

pendekatan perdamaian positif adalah pada pendekatan nilai-nilai moral dan

memiliki visi lebih luas dari sekedar meniadakan peperangan/konflik

kekerasan ataupun menghindarinya.26 Pendekatan perdamaian positif ingin

membangun sudut pandang di masyarakat tentang keselarasan, keadilan dan

kesetaraan. Pada prinsipnya perdamaian positif bertujuan untuk

menghilangkan berbagai hambatan terhadap masalah-masalah potensial di

masyarakat terutama pada permasalahan ekonomi dan struktur sosial dan

politik.27

Perdamaian positif melakukan pendekatan nilai dan moral serta lebih

mengutamakan aspek pencegahan, sehingga dalam proses penerapannya

menawarkan bantuan dalam penyelesaian konflik struktural. Upaya conflict

prevention dengan memberikan bantuan ekonomi dan sosial, sehingga akan

mencegah timbulnya konflik yang lebih besar di masa depan.

Perdamaian positif menerapkan nilai-nilai moral dan sosial di

masyarakat dan menekankan aspek pemenuhan kebutuhan manusia.

Perdamaian positif secara langsung mengharuskan pembangunan perdamaian

melalui jalur ekonomi, sosial dan lingkungan sehingga terciptanya keadilan

26 David P. Barash, Approaches to Peace: A Reader in Peace Studies, New York, Oxford University Press, 2009, hlm.129

27 Johan Galtung, Violence, Peace and Peace Research, Journal of Peace Research, Vol.6, No.3, 1969, Hlm.183

13

Page 25: UPAYA UNI EROPA DALAM MEREDAM KONFLIK DI WILAYAH

sosial serta terbentuknya suasana yang harmoni dan damai. Tujuan akhir dari

perdamaian positif adalah meminimalisir kekerasan baik secara langsung

maupun yang struktural.

Upaya-upaya preventif Uni Eropa dalam meredam konflik di Basque

Country diterapkan dengan kebijakan regional Eropa melalui program

Structural Fund. Fasilitas bantuan dana untuk kemajuan ekonomi dan sosial

adalah salah satu upaya Uni Eropa untuk mengurangi kesenjangan antara

Basque Country dengan wilayah regional lain di Spanyol. Uni Eropa

mengharapkan sudut pandang di masyarakat Basque Country, bahwa

keinginan untuk merdeka bukanlah solusi terbaik dan dukungan terhadap

kelompok-kelompok separatis ETA akan semakin berkurang. Hal ini, dapat

mengurangi eskalasi konflik yang terjadi di Basque Country.

F. Metodologi Penelitian

Tipe penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yakni suatu metode

penelitian status sekelompok manusia, objek, set kondisi, sistem pemikiran

ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian

deskriptif membuat gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai

fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang dimiliki.28

Teknik pengumpulan data dengan menelaah sejumlah literatur yang

berkaitan dengan masalah yang diteliti berupa buku, jurnal, dokumen, artikel

28 Moh Nazir, Metode Penelitian, Ghalia Indonesia: Jakarta, 1988, hlm. 63

14

Page 26: UPAYA UNI EROPA DALAM MEREDAM KONFLIK DI WILAYAH

dalam berbagai media, baik internet maupun surat kabar harian. Adapun bahan-

bahan tersebut diperoleh dari telaah pustaka dan hasil wawancara di beberapa

tempat di antaranya yaitu, Perpustakaan Pusat UI, Freedom Institute dan

Perpustakaan Kompas Gramedia. Data yang dimaksudkan adalah data mengenai

fakta-fakta mengenai upaya Uni Eropa dalam proses perdamaian di wilayah

Basque Country antara ETA dan Pemerintah Spanyol tahun 2007-2013.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

analisis kualitatif dengan menganalisis permasalahan yang digambarkan

berdasarkan fakta-fakta yang ada, kemudian menghubungkan fakta tersebut

dengan fakta lainnya sehingga menghasilkan sebuah argumen yang tepat. Metode

penelitian ini menggunakan metode deduktif, dengan menggambarkan secara

umum masalah yang diteliti, kemudian menarik kesimpulan secara khusus.

Penelitian ini akan menjelaskan secara umum mengenai konflik di Basque

Country, kemudian menjelaskan secara khusus dan menarik kesimpulan mengenai

Upaya Uni Eropa dalam proses perdamaian dalam konflik tersebut.

15

Page 27: UPAYA UNI EROPA DALAM MEREDAM KONFLIK DI WILAYAH

G. Sistematika Penelitian

Bab I – Pendahuluan berisi latar belakang, pertanyaan penelitian, tujuan dan

manfaat penelitian, tinjauan pustaka, kerangka konseptual, metodologi penelitian

dan sistematika penelitian.

Bab II - Pada bab ini menjelaskan sejarah awal wilayah Basque dari masa

Kerajaan Navarra, Republik 1 dan 2 Spanyol, masa diktator hingga masa

demokrasi. Dan menjelaskan pasang surut hubungan Basque Country dan

Pemerintah Spanyol mengenai tarik ulur hak otonomi di Basque. Perbedaan

budaya, bahasa, dan identitas nasional menjadi akar konflik kekerasan oleh

kelompok separatis ETA di Basque dari masa diktator hingga masa demokrasi.

Bab III- Pada bab ini menjelaskan pendekatan dan mekanisme Uni Eropa dalam

menanggapi dan mengatasi masalah dan isu konflik antar negara maupun konflik

negara dengan sub-nasional atau yang disebut juga kelompok separatis. Bab ini

juga menjelaskan bagaimana peran Uni Eropa sebagai mediator, negosiator dalam

sebuah konflik baik secara langsung maupun tidak langsung. Selain itu, bab ini

pula akan menjelaskan instrumen-inetrumen Uni Eropa dalam menyelesaikan

konflik.

Bab IV- Pada bab ini menganalisa upaya Uni Eropa dalam meredam konflik di

wilayah Basque Country-Spanyol. Seperti yang dijelaskan di bab III, Uni Eropa

tidak mampu menyelesaikan konflik di Basque Country melalui mekanisme

mediasi dan dialog. Meskipun demikian, Uni Eropa memfokuskan upayanya

16

Page 28: UPAYA UNI EROPA DALAM MEREDAM KONFLIK DI WILAYAH

melalui conflict prevention di Basque Country dengan pendekatan ekonomi dan

sosial.

Bab V- Penutup berisikan kesimpulan dari keseluruhan analisa yang dilakukan.

17

Page 29: UPAYA UNI EROPA DALAM MEREDAM KONFLIK DI WILAYAH

BAB II

SEJARAH KONFLIK DI WILAYAH BASQUE COUNTRY

Bab ini menjelaskan sejarah awal wilayah Basque dari masa Kerajaan

Navarra, Republik 1 dan 2 Spanyol, masa diktator hingga masa demokrasi.

Basque Country dan Pemerintah Spanyol mengalami pasang surut hubungan

mengenai tarik ulur hak otonomi di Basque. Perbedaan budaya, bahasa, dan

identitas nasional menjadi akar konflik kekerasan oleh kelompok separatis ETA di

Basque dari masa diktator hingga masa demokrasi. Kedua belah pihak beberapa

kali mengupayakan perdamaian, namun upaya mencapai perdamaian selalu

mengalami kegagalan seperti yang akan dibahas di bab ini.

A. Wilayah Etnis Basque

Peta wilayah etnis Basque29

Wilayah etnis Basque berada di sepanjang tepi Pegunungan Pyrenees dan

menghadap ke Laut Cantrabia. Penduduk etnis Basque ribuan tahun menghuni

29 Gambar terdapat di http://www.basque.unr.edu/conferences/2011/languages.html diakses pada 30 Mei 2014

18

Page 30: UPAYA UNI EROPA DALAM MEREDAM KONFLIK DI WILAYAH

wilayah tersebut. Wilayah etnis Basque memiliki luas 20,664 km2 dengan

populasi lebih dari tiga juta jiwa. Wilayah ini terbagi menjadi dua, wilayah

Iparralde di bagian utara masuk ke dalam teritorial Republik Perancis mencakup

15% dari total luas wilayah, serta wilayah selatan Basque Country dan Navarra

yang mencakup 85% dari total luas wilayah. Sebanyak 72% etnis Basque

menghuni di wilayah Basque Country, 19% di Navarra dan tersisa 9% tinggal di

wilayah Ipparalde.30

Basque yang disebut juga Euskal Herria, Vasconia atau Pais Vasco adalah

tanah air etnis Basque dari aspek sejarah, budaya, bahasa dan identitas nasional.

Sejarah Basque berawal dari Kerajaan Navarra di masa kepemimpinan Inigo dari

Dinasti Aritza pada tahun 824-852 Masehi. Pada tahun 905-925 Masehi, Raja

Sancho Garces dari Dinasti Jimeno mengambil alih kerajaan. Kerajaan Navarra

mencapai masa kejayaannya hingga masa Sancho III tahun 1004-1035 Masehi.

Sancho III menguasai wilayah etnis Basque dan sebagian besar wilayah

mayoritas Kristen di Semenanjung Iberia.31

Beberapa abad kemudian, Kerajaan Navarra mengalami kemunduran. Raja

Sancho terakhir tidak memiliki keturunan dan memilih bergabung dengan

Provinsi Champagne di Perancis. Awal kemunduran dan kehancuran Kerajaan

Navarra bemula ketika Raja Ferdinand dari Kerajaan Katolik Castilla-Spanyol

30 Ramon Zallo and Mikel Ayuso, The Basque Country : Insight into Its Culture, History, Society and Institutions, Donastia-San Sebastian, Eusko Jaurlaritzaren Argitalpen Zerbitzu Nagusia Servicio Central de Publicasiones del Gobierno Vasco, 2009, hlm.8

31 Zallo and Ayuso, The Basque Country, hlm.6 31 Pada abad kesebelas hingga keduabelas Kerajaan Navarra menyatukan ketujuh provinsi

berbahasa Basque, empat provinsi masuk teritorial Spanyol saat ini dan tiga provinsi masuk teritorial Perancis saat ini. (baca) Wayne Anderson, ETA : Spain’s Basque Terrorist, dalam Sembiring, dalam Kekerasan dan Kebebasan, hlm.40

19

Page 31: UPAYA UNI EROPA DALAM MEREDAM KONFLIK DI WILAYAH

menginvasi Semenanjung Navarra pada tahun 1512 Masehi dan mengusir

penguasa Perancis di Basque. Pasca invasi Raja Ferdinand, Kerajaan Navarra

hanya menjadi kerajaan kecil di bawah dominasi Kerajaan Castilla-Spanyol.32

Di bawah kekuasaan Kerajaan Castilla-Spanyol, wilayah etnis Basque

mendapatkan hak istimewa khusus fueros. Hak otonomi fuerros memberikan

keistimewaan di Basque untuk memveto undang-undang Spanyol, memiliki

institusi yudikatif, legislatif dan eksekutif sendiri serta terbebas dari pajak dan

dinas militer Spanyol.33

Dalam perubahan sistem politik di Spanyol dari masa monarki, Republik

pertama, Republik kedua hingga masa pemerintahan diktator, wilayah Basque

selalu terlibat konflik dengan Pemerintah Spanyol. Peristiwa Revolusi Perancis

dan invasi Napoleon Bonaparte ke Spanyol pada tahun 1793 yang didukung

rakyat Basque, menjadi pemicu ide pencerahan mengenai demokrasi di Basque.

Rakyat Basque ingin membentuk sistem pemerintahan parlementer dan membuat

pemerintahan sendiri. Melihat fakta tersebut, Spanyol mulai mempertimbangkan

hak istimewa fuerros di Basque.34

Pada tahun 1833, Basque mengalami perpecahan pasca Perang Carlist I.

Kelompok konservatif berusaha mempertahankan sistem fuerros, sementara

kelompok liberal ingin menghapus sistem fuerros dan membentuk sistem

32 Zallo and Ayuso, The Basque Country, hlm.6 33 Urko Aiarta and Julen Zabalo, The Basque Country : The Long Walk to a Democratic Scenario,

Berghof Transitions Series No.7, 2010, hlm.8 34 Wayne Anderson, ETA : Spain’s Basque Terrorist, dalam Sembiring, Kekerasan dan

Kebebasan, hlm.42

20

Page 32: UPAYA UNI EROPA DALAM MEREDAM KONFLIK DI WILAYAH

pemerintahan sentralistik yang kuat. Rakyat Basque terbelah menjadi dua,

masyarakat pedesaan mendukung kelompok konservatif, sedangkan masyarakat

perkotaan mendukung kaum liberal Spanyol.35

Perang Carlsit I dan Perang Carlist II pada tahun 1870 telah memecah

belah rakyat Basque.36 Spanyol menuding rakyat Basque bersekongkol dan

membantu pemberontak Carlist untuk menggulingkan pemerintahan Republik.

Dampaknya, Pemerintah Republik I Spanyol mencabut hak otonomi fuerros di

tiga wilayah Basque, Biscaya, Gipuzkoa dan Araba.37 Akan tetapi, Pemerintah

Republik Spanyol I tetap mempertahankan sistem fuerros di Navarra.38 Pada

tahun 1932, Pemerintahan Republik II Spanyol menawarkan wilayah Basque

membentuk satu provinsi dan akan mengembalikan hak istimewa fuerros, namun

wilayah Navara menolak bergabung dan memilih membentuk provinsi sendiri.

Pada tahun 1936, kudeta militer pecah di Spanyol oleh Jenderal Fransisco

Franco. Wilayah Basque masih dilanda perpecahan dan konflik dengan

pemerintahan diktator Franco. Beberapa wilayah di Basque, seperti Biscaya dan

Gipuzkoa masih loyal kepada pemerintah Republik dan memilih otonom. Sikap

35 Alfonso Peres Agote, The Social Roots of Basque Nationalism, diterjemahkan oleh Cameron Watson dan William A.Douglas, Las Vegas, University of Nevada Press, 2006, hlm.57

36 Perang Carlist diambil dari Dinasti Carlist yang menginginkan agar direstorasikan kembali dinasti mereka menjadi penguasa Spanyol dan mengembalikan kembali sistem monarki absolut, Raja Juan Carlos merupakan keturunan dari dinasti ini.

37 Ketiga wilayah itu saat ini bagian dari wilayah Basque Country di bawah otoritas Basque Autonomous Community, wilayah yang masih terjadi konflik antara ETA dengan Pemerintah Spanyol hingga kini.

38 Andre Lecours, Basque Nationalism and Spanish State, Las Vegas, University of Nevada Press, 2007, hlm.47

21

Page 33: UPAYA UNI EROPA DALAM MEREDAM KONFLIK DI WILAYAH

Biscaya dan Gipuzkoa menyebabkan Pemerintahan Franco mencabut hak

istimewa fuerros pada tahun 1937.39

Pada perkembangannya saat ini, wilayah etnis Basque terbagi menjadi tiga

entitas wilayah otonomi yaitu40 :

1. The Autonomous Community of Euskadi atau Basque Autonomous

Community (BAC) terbagi menjadi tiga provinsi Alava-Araba yang

beriibu di kota Vitoria-Gasteiz, Bizkaia ibu kota di Bilbao dan

Gipuzkoa ibu kota di Donostia-San Sebastian.

2. The Autonomous Comunity of Navarre atau Communidad Foral De

Navarra beribu kota di Pamplona-Iruna.

3. Iparralde terletak di utara Basque atau yang lebih dikenal juga dengan

French Basque Country. Wilayah ini masuk di dalam teritorial

wilayah Republik Perancis dan terbagi menjadi tiga provinsi, Lapurdi

beribu kota di Baiona, Zuberoa beribu kota di Maule dan

Behenafarroa beribu kota di Donibane Garazi.

B. Pembentukan ETA (Euskadia Ta Askatasuna) dan Konflik dengan

Pemerintah Spanyol.

Pada masa Pemerintahan Diktator Jenderal Franco, Basque Country

menghadapi perlakuan diskriminatif dari pemerintah. Franco menganggap rakyat

Basque Country sebagai pengkhianat negara dan dijadikan alasan untuk

39 Cuenca, The Persistance of Nationalist Terrorism, hlm.5

22

Page 34: UPAYA UNI EROPA DALAM MEREDAM KONFLIK DI WILAYAH

melancarkan serangan masif kedua tempat suci di Basque, Durango dan Guernika

dengan bantuan Legiun Condor Jerman. Pada masa pemerintahannya, Franco

mengeksekusi lebih dari 21.780 etnis Basque atas tuduhan pengkhianatan

terhadap negara.41

Basque Country mengalami kesulitan ekonomi dan kelaparan akibat

tindakan represif Franco. Franco melarang segala macam atribut, bahasa, dan

identitas etnis Basque, bahkan pemberian nama Basque terhadap anak pun

dilarang. Franco memandang bahwa otonomi di wilayah Basque akan dijadikan

alat untuk melawan pemerintah demi menuntut kemerdekaan. Franco menolak

upaya kemerdekaan Basque Country, karena wilayah Basque menjadi penyokong

ekonomi untuk Spanyol. 42

Partai terbesar di Basque PNV (Partai Nasionalis Basque) tidak merespon

tindakan-tindakan represif pemerintah. PNV berusaha mempertahankan eksistensi

partai di tengah tindakan represif Franco, namun PNV mulai bergabung dengan

kelompok-kelompok anti-Franco lain dan mencanangkan rencana jangka panjang

untuk kemerdekaan Basque.43 Kelompok pemuda Basque kecewa kepada PNV

yang memilih bergabung dengan partai-partai lain di Spanyol. Menurut kelompok

pemuda, PNV seharusnya bekerja sendiri untuk memperjuangkan kemerdekaan

Basque tanpa ada intervensi dari pihak luar. Sikap PNV membuat hubungan

41 Agote, The Social Roots, hlm.80 42 Clark, The Basque : Franco Years and Beyond dalam Sembiring, Kekerasan dan Kebebasan,

hlm.43 43 William A.Douglas dan Joseba Zulaika, ETA and the Basque Political Process, Vol.32, No.2,

Journal of Comparative Studies in Society and History, Cambridge University Press, hlm.244

23

Page 35: UPAYA UNI EROPA DALAM MEREDAM KONFLIK DI WILAYAH

dengan kelompok pemuda memburuk. Pada tahun 1952, tujuh mahasiswa di

Universitas Jesuit Duesto Bilbao berkumpul dan mengadakan diskusi aktual

mengenai upaya kemerdekaan di Basque secara rahasia. Ketujuh mahasiswa

tersebut mengumpulkan informasi dan pengetahuan mengenai sejarah, bahasa,

budaya, dan nasionalisme Basque sebagai sebuah bangsa.44

Ketujuh mahasiswa tersebut menamakan diri mereka sebagai Ekin yang

berarti tindakan. Tugas Ekin menumbuhkan kembali identitas nasional rakyat

Basque. Pergerakan Ekin berakar dari ide etnhonasionalisme yang berjuang

menyelamatkan Bahasa Euskara bahasa asli orang Basque dan perjuangan anti

kolonialisme.45 Ekin mendefinisikan diri mereka dengan Gerakan Patriotik non-

Konvensional. Pada awalnya Ekin berkerjasama dengan PNV dan kelompok

pemudanya EGI, namun perbedaan ideologi, tujuan perjuangan, ketidaksepakatan

dan kontrol dari PNV yang tidak membiarkan kelompok ini bertransformasi,

membuat Ekin dan beberapa anggota EGI bergabung untuk membentuk kelompok

militan ETA (Euskadia Ta Askatasuna) pada bulan Desember 1958.46

ETA adalah sebuah kelompok insurgensi yang melawan pihak otoritas

Spanyol dengan menggunakan perangkat politik dan propaganda. Namun ETA

pun dapat dikatakan sebagai kelompok teroris, karena cara-cara yang

dilakukannya dengan aksi teror dan kejahatan.

44 Aiarta and Zabalo, The Basque Country, hlm.12 45 Aiarta and Zabalo, The Basque Country, hlm.13 46 Ilaria Piccioli, European Integration and Stateless Minorities. The Trajectory of Basque

Nationalism, Roma, Department of History and Political Science, Luiss-Guido Carli, 2010, hlm.123

24

Page 36: UPAYA UNI EROPA DALAM MEREDAM KONFLIK DI WILAYAH

B.I. Masa Diktator Jenderal Franco (1959-1975)

ETA menjadi kelompok militan radikal yang menggunakan cara-cara

kekerasan untuk mengupayakan kemerdekaan Basque. Bentuk perlawanan ETA

awalnya hanya bersifat provokatif seperti, grafiti-grafiti anti-Franco, mengibarkan

bendera Basque dan menghancurkan simbol-simbol pemerintahan Franco. Pada

18 Juli 1961, ETA melakukan serangan bom pertama yang ditujukan pada konvoi

kereta yang membawa pendukung Franco pasca memperingati peristiwa

pemberontakan fasis terhadap Republik. Franco bereaksi keras dengan

menangkap dan menyiksa aktifis Basque atas tuduhan pemberontakan terhadap

negara. Beberapa aktifis melarikan diri ke wilayah Basque di Perancis.47

Strategi serangan ETA menggunakan strategi teori action-repression

action-spiral. Peneliti Perancis Franzt Fanon mengembangkan teori ini dalam

tulisannya yang berjudul Les Damnes de la Terre. Berdasarkan teori tersebut,

ETA akan memprovokasi pemerintah melalui serangan target vital atau dengan

aksi-aksi demonstrasi serta pemogokan masal, sehingga rezim Franco akan

melakukan tindakan represif. Tindakan represif Franco akan membuat marah

warga Basque, sehingga rakyat angkat senjata dan berperang melawan rezim

franco.48

47 Cuenca, The Persistance of Nationalist Terrorism, hlm.6 48 Tipe revolusi peperangan seperti ini meniru dari cara revolusi yang terjadi di China, Vietnam,

Aljazair dan Kuba. Namun demikian teori ini tidak berjalan sesuai harapan, tidak ada timbal balik yang luas dari warga Basque sehingga ETA kembali menggunakan cara propaganda dan model sabotase, baca, Aiarta and Zabalo, The Basque Country, hlm.13

25

Page 37: UPAYA UNI EROPA DALAM MEREDAM KONFLIK DI WILAYAH

Aksi teror berikutnya, Pada hari Jumat 2 Agustus 1968, ETA melakukan

aksi pembunuhan terhadap Kepala Kepolisian Basque-Meliton Manzanas-yang

terkenal kejam terhadap tahanan aktifis nasionalis Basque. Aksi ETA memancing

amarah Franco dengan mencabut hak-hak konstitusional Basque Country untuk

jangka waktu yang tidak ditentukan. Pada tahun 1969, Franco membuka

pengadilan Burgos atau Burgos Trial. Franco menghukum mati enam belas

tersangka pembunuh Meliton.49

Pada tahun 1973, ETA menyusun rencana besar untuk menculik Carrero

Blanco. ETA mendengar kabar bahwa Blanco akan menjadi penerus Franco

sebagai Perdana Menteri Spanyol pada bulan Juni 1973. Rencana penculikan

berubah menjadi pembunuhan. Menurut ETA, aksi penculikan lebih sulit daripada

pembunuhan. Pada 20 Desember 1973, satu komando ETA yang bernama Txikia

berhasil meledakan mobil Blanco dengan 74 kg dinamit. Blanco tewas setelah

beberapa bulan menjadi Perdana Menteri.50

Franco membalas tindakan ETA dengan kekerasan yang brutal. Beberapa

bulan setelah kematian Blanco, Franco menetapkan Basque Country sebagai

wilayah darurat militer. Pada tahun 1975, Franco menahan sekitar 4.625 orang

Basque tanpa alasan yang jelas dalam sebuah operasi polisi besar-besaran. Protes

dan pemogokan massal meluas di wilayah Basque. Rezim Franco justru

49 Melton Manzanas adalah seorang inspektur polisi yang dikenal karena kebrutalannya, memiliki hubungan erat dengan rezim Nazi di Jerman pada masa PD II, kematiannya dikenang sebagai korban terorisme oleh Pemerintah Spanyol (baca) Jose M.Garmendia, Historia de ETA dalam Cuenca, The Persistance of Nationalist Terrorism, hlm.6

50 Carrero Blanco adalah orang dibelakang Franco yang mengepalai badan intelejen Spanyol (SECED) ia mengkondisikan setiap kebijakan represif, hukuman tanpa pengadilan, penyiksaan, tembak mati bagi para aktifis ETA. Cuenca, The Persistance of Nationalist Terrorism, hlm.15

26

Page 38: UPAYA UNI EROPA DALAM MEREDAM KONFLIK DI WILAYAH

meneruskan aksi penumpasan aktifis-aktifis ETA di Basque Country. Pada 27

September 1975, Franco mengeksekusi aktifis ETA-Txiki dan Otaegi. Tindakan

represif Franco menimbulkan protes keras di Basque Country. Beberapa negara

Eropa pun merespon dengan melakukan boikot produk-produk Spanyol. Meksiko

mengusulkan ke PBB agar mengeluarkan Spanyol sebagai negara anggota.51

Sikap Perancis sebagai negara tetangga Spanyol terhadap ETA, pada masa

kepemimpina Franco justru menganggap ETA adalah kelompok pejuang

kemerdekaan dan bukanlah teroris. Perancis menganggap bahwa Pemerintahan

Spanyol di bawah Franco bertolak belakang dengan demokrasi liberal yang

diterapkan di Perancis.52

Pada akhir kepemimpinan Franco, serangan ETA bersifat simbolis dengan

sasaran target-target vital dan tokoh politik. ETA mamandang bahwa tindakannya

akan memengaruhi situasi politik dan memaksa Franco untuk bernegosiasi.

Kematian Franco mengakhiri pemerintahan diktator Spanyol pada 22 November

1975.53

B.II. Masa Demokrasi Parlementer (1975-Sekarang)

Transisi pemerintahan diktator ke demokrasi parlementer menyisakan

perpecahan di dalam internal ETA. Pada tahun 1974, ETA terbagi menjadi dua

organisasi ETApm (Political-Military) memilih berjuang dengan cara-cara politis

51 Aiarta and Zabalo, The Basque Country, hlm.13 52 Clark, The Basque Insurgent, dalam Sembiring, Kekerasan dan Kebebasan, hlm.48 52 Paddy Woodworth, The ETA : Spain’s Basque Terrorist, dalam Sembiring, Kekerasan dan

Kebebasan, hlm.88 53 Ethan Bueno de Mesquita, Conciliation, Counter Terrorism and Patterns of Terrorist, Journal of

Comparative study of Five Cases, 2005, hlm.4

27

Page 39: UPAYA UNI EROPA DALAM MEREDAM KONFLIK DI WILAYAH

dan ETAm (Military) memilih berjuang dengan teror dan kekerasan. Kedua

kelompok ini tetap memiliki ideologi dan tujuan yang sama untuk kemerdekaan

Basque, meski dengan cara yang berbeda.54

Berakhirnya masa Franco dan perpecahan internal ETA tidak

menghentikan perlawanan ETA terhadap Pemerintah Spanyol. ETA tetap

melakukan aksi teror dan penculikan terhadap politisi-politisi di Basque yang

dicurigai pendukung Franco. Pada tahun 1977, ETA telah membunuh sekitar dua

puluh tujuh orang di Basque.

Pada tahun 1978, ETA-m mendirikan partai politik Herri Batasuna untuk

mengakomodir aspirasi politik anggotanya. Di tahun yang sama, ETA-m mulai

melakukan negosiasi politik dengan pemerintah Spanyol. ETA-m bersedia

melakukan gencatan senjata untuk pertama kalinya dengan prasyarat yang

diajukan di antaranya : 55

1. Amnesti kepada seluruh tahanan ETA.

2. Mengijinkan seluruh partai politik di Basque dan mengadvokasi pendirian

negara Basque.

3. Menarik semua pasukan polisi dan Guardian Civil di wilayah Basque.

4. Memperbaiki kehidupan para kelas buruh/pekerja.

5. Di dalam statuta terbaru menambahkan pasal-pasal yang menjamin hak-

hak penuh rakyat Basque termasuk keinginan untuk merdeka.

55 Aiarta and Zabalo, The Basque Country, hlm.18-19

28

Page 40: UPAYA UNI EROPA DALAM MEREDAM KONFLIK DI WILAYAH

Beberapa prasyarat ETA bertentangan dengan konstitusi Spanyol yang

melarang gerakan-gerakan separatis. Spanyol tidak ingin berkompromi dengan

gerakan separatis. Penolakan Spanyol membuat ETA tetap melakukan aksi

kekerasan. Kekecewaan ETA bertambah ketika Raja Juan Carlos I menunjuk

Adolfo Suarez sebagai Perdana Menteri Spanyol. Di awal kepemimpinannya,

Suarez meratifikasi konstitusi dengan pemberian hak-hak otonomi baru di

wilayah regional Spanyol. Secara tidak langsung, Suarez menginginkan agar

Basque Country tetap menjadi bagian dari Spanyol, dan harapan ETA untuk

merdeka kembali tidak terwujud.56

Di tengah konflik ETA dan Pemerintah Spanyol, Kelompok moderat di

Basque Country PNV tetap melakukan negosiasi politik ke Pemerintah Spanyol.

PNV untuk sementara waktu menerima hasil konstitusi yang baru. Pada tahun

1979, PNV terus mengupayakan dan mengkampanyekan proposal Statuta

Guernika. Proposal Statuta Guernika memberikan hak-hak otonomi lebih luas di

Basque, namun ETA-m tidak puas dengan isi proposal Statuta Guernika.57

Pada pemilihan umum tahun 1982, Felipe Gonzales dari PSOE (Partido

Socialista Obrero Espanol) memenangi pemilu dengan suara mayoritas di

Parlemen Spanyol. Pada kampanyenya, Gonzales akan terus mendukung proses

demokrasi di Spanyol. Pada pertemuan Pemerintahan Sosialis Internasional di

56 Aiarta and Zabalo, The Basque Country, hlm.18 57 Dalam proposal Statuta Guenika memberikan banyak kebebaan bagi wilayah Basque, Statuta ini

menjamin pembentukan pemerintahan dan parlemen lokal, kebebasan menentukan sistem sekolah, kebebasan memiliki tenaga kepolisian lokal dan kontrol atas pajak. Paddy Woodworth, “Dirty War Clean Hands : ETA, The GAL and Spanish Democracy”, dalam Sembiring, Kekerasan dan Kebebasan, hlm.49

29

Page 41: UPAYA UNI EROPA DALAM MEREDAM KONFLIK DI WILAYAH

Roma, Gonzales menekankan intensitas kerjasama antar pihak untuk memerangi

terorisme dan pemberontakan.58

Pemerintahan Gonzales tidak hanya menghadapi ETA di dalam negerinya.

Di luar Spanyol, Perancis memberikan suaka politik kepada pelarian dan aktifis-

aktifis ETA. Gonzalez meminta Pemerintah Sosialis Perancis mengekstradisi para

anggota ETA ke Spanyol, namun Perancis menolak dan menyangkal keberadaan

anggota ETA menetap di Perancis.59 Namun seiring perubahan transisi

pemerintahan Spanyol menuju demokrasi, Perancis mulai berubah sikapnya

terhadap ETA. Tekanan-tekanan dari negara Masyarakat Ekonomi Eropa kepada

Perancis untuk membantu Spanyol sebagai calon negara anggota MEE dalam

memerangi ETA. Pada tahu 1984, Perancis secara resmi menandatangani

kerjasama anti-terorisme dengan Spanyol.60

Pemerintahan Gonzalez pun mendapat tekanan internal dari kalangan

militer. Kelompok militer mendesak Gonzales untuk segera menumpas tuntas

ETA. Atas desakan pihak militer, Pemerintah Gonzales membuat badan khusus

anti-terroris- GAL (Grupos Antiterroristas de Liberacion) yang bertugas secara

resmi sebagai badan untuk memerangi pemberontakan. Operasi pertama tahun

1983, GAL menangkap pengungsi Basque di perbatasan Basque-Perancis. Pada

58 Aiarta and Zabalo, The Basque Country, hlm.23 59 Sebastian Balfour (ed), The Politics of Contemporary Spain, dalam Sembiring, Kekerasan dan

Kebebasan, hlm.53 60 Cindy Jebb, The Fight for Legitimacy : Liberal Democracy Versus Terrorism, The Journal of

Conflict Studies, Vol.XXIII, No.1 Spring, 2003, hlm.37

30

Page 42: UPAYA UNI EROPA DALAM MEREDAM KONFLIK DI WILAYAH

tahun 1983, GAL tercatat membunuh dan menculik dua puluh tiga orang anggota

ETA.61

Pada Juli 1984, Pemerintah Spanyol mengirim pesan kepada ETA untuk

negosiasi perdamaian. Selanjutnya, Pada bulan Agustus Menteri Dalam Negeri

Spanyol menawarkan kembali negosiasi perdamaian langsung dengan ETA tanpa

mediasi siapa pun, kapan pun dan di manpun ETA inginkan. ETA menolak

tawaran dari Pemerintah Spanyol, karena tidak adanya jaminan keamanan untuk

utusan ETA dalam proses perundingan.62

Pada tahun 1987, ETA bersedia bernegosiasi dengan Pemerintah Spanyol,

namun proses negosiasi kembali gagal. Pemerintah Spanyol hanya ingin

bernegosiasi untuk membahas masalah-masalah teknis, seperti masalah keamanan

dan kepatuhan publik, sementara untuk upaya kemerdekaan Basque dan hak

otonomi lebih luas, Pemerintah Spanyol hanya ingin bernegosiasi dengan

Pemerintah Regional Basque dengan cara-cara politis. Pada Januari 1988, PNV

dan Pemerintah Spanyol membuat perjanjian yang dinamakan “Perjanjian untuk

Normalisasi dan Pasifikasi untuk Euskadi” salah satu isi dari perjanjian itu berisi

pengutukan terhadap serangan dan teror ETA.63

Pemilihan umum 1996 menandakan berakhirnya masa Perdana Menteri

Felipe Gonzales dan PSOE sebagai partai penguasa. Kepemimpinan Spanyol

61 Jan Malsvelt Beck, “The Continuity of Basque Political Violence : A Geographical Perspective on The Legitimisation of Violence”, GeoJournal, Vol.48, No.2, Territorial Change and National Identities in Eastern and Western Europe, 1999, hlm.109

62 Aiarta and Zabalo, The Basque Country, hlm.23-24 63 Clark, “Negotiating with ETA : Obstacle to Peace in Basque Country 1975-1988”, dalam

Sembiring, Kekerasan dan Kebebasan, hlm.55

31

Page 43: UPAYA UNI EROPA DALAM MEREDAM KONFLIK DI WILAYAH

beralih ke PP (Partido Popular) yang dipimpin oleh Jose Maria Aznar sebagai

Perdana Menteri baru. Kebijakan keras terhadap ETA tetap tidak berubah. Dalam

kampanyenya, Aznar menekankan tidak akan bernegosiasi dengan kelompok

separatis ETA untuk kemerdekaan Basque.64

Pada bulan Mei 1998, Aznar memperluas kebijakan represif terhadap

gerakan sosial, politik dan media yang berafiliasi dengan ETA. Kebijakan Aznar

membuat upaya untuk proses perdamaian dengan ETA kembali terhambat.

Melihat hal ini, PNV dan pihak-pihak moderat lain di Basque merespon dengan

proposal politik agar upaya dialog dan negosiasi kembali terbuka. Pada 31 Januari

sebelumnya, ETA membuat surat terbuka untuk pemerintah Spanyol yang

isinya:65

“ETA akan selalu mendukung setiap hasil perundingan dan negosiasi yang dibuat untuk memperkuat negara. ETA tidak akan pernah malu memulai inisiatif untuk perdamaian dan tidak akan menggunakan cara-cara politik. Asalkan kita mendapat jaminan tanah air kita, Euskal Herria harus dihormati, kita bukanlah orang asing di Basque, dan tidak ada kekerasan dari pihak keamanan. Jika itu terjadi, maka konflik bersenjata akan hilang untuk selamanya.”

Sikap PNV lebih lunak tehadap ETA. PNV membuka kesempatan dialog

kembali dialog dengan ETA, ketika pemerintahan Aznar bersikap lebih keras.

Sikap keras Aznar dimulai dengan membekukan aset-aset sayap partai politik

ETA Herri Batasuna, senilai delapan belas juta euro. Aznar pun melarang Herri

Batasuna melakukan aktifitas politik selama tiga tahun. Aznar mencurigai Herri

64 Emmanuel Pierre Guitet, “Is Consensus a Genuine Democratic Value? The Case of Spain’s Political Pacts Against Terrorism”, Alternative: Global, Local, Political, Vol.33, No.3, 2008, hlm.279

65 Aiarta and Zabalo, The Basque Country, hlm.23-24

32

Page 44: UPAYA UNI EROPA DALAM MEREDAM KONFLIK DI WILAYAH

Batsuna mendanai dan memiliki hubungan dengan ETA dalam setiap aksi

kekerasan. Herri Batasuna mengajukan banding, tetapi Aznar menolaknya, pada

bulan Maret 2003, Mahkamah Agung Spanyol melarang aktifitas politik Herri

Batasuna untuk selamanya.66

Pada tahun 2004, Jose Manuel Rodriguez Zapatero dari PSOE

memenangi pemilu Spanyol yang menandakan kembalinya PSOE sebagai partai

penguasa. Zapatero menunjukan bahwa kebijakannya di Basque Country tidak

sekeras pemerintahan Aznar. Zapatero memberikan kesempatan bagi Basque

Country untuk mengajukan statuta otonomi terbaru. PNV membuat proposal

statuta otonomi terbaru melalui Presiden Pemerintah Regional. Presiden

Pemerintah Regional Basque Juan Jose Ibarretxe mengajukan proposal otonomi

yang bernama Ibarretxe Plan atau Nuevo Statuto de Euskadi ke depan Parlemen

Spanyol, namun hasilnya, 313 suara mayoritas Parlemen Spanyol menolak

proposal Ibarretxe Plan dan hanya 29 suara menyetujuinya.67 Dalam proposal

tersebut isinya antara lain adalah :

1. Masyarakat Basque memiliki identitasnya sendiri serta berhak menentukan sendiri masa depannya dan keputusan ini juga menghormati hak-hak warga Basque di Navarra dan Perancis.

2. Pengakuan yudisial, politik dan administratif atas nasionalitas Basque dan sebuah hubungan dengan Navarra dan Basque di Perancis.

3. Diberikannya hak penuh Basque untuk mengatur dirinya sendiri di bidang keamanan publik, hukum lokal dan provinsi, bahasa, budaya, olahraga (termasuk didalamnya pembentukan tim nasional sendiri), insfratruktur, sumber daya alam, manajemen politik ekonomi, pajak dan fiskal, sistem keamanan sosial, perwakilan langsung di semua institusi dan organisasi

66 Aiarta and Zabalo, The Basque Country, hlm.34-35 67 Spain Politics : A Constitusioanl Crisis, dalam Sembiring, Kekerasan dan Kebebasan, hlm.59

33

Page 45: UPAYA UNI EROPA DALAM MEREDAM KONFLIK DI WILAYAH

internasional terutama di Eropa dan hak untuk menandatangani perjanjian internasional.68

Kepemimpinan PSOE di Pemerintahan Spanyol membuka harapan baru

bagi perdamaian di Basque. Pada bulan Agustus 2004, ETA menawarkan dialog

dengan Zapatero. bulan November di tahun yang sama, sayap politik ETA Herri

Batasuna mengajukan proposal perdamaian yang berjudul “Now the People, Now

the Peace” atau yang disebut juga Anoeta Proposal. ETA menunjukan komitmen

keinginannya untuk untuk mendukung proses perdamaian yang tercantum dalam

Anoeta Proposal.69

Di dalam internal Pemerintahan Spanyol terjadi perpecahan antara

oposisi yang dipimpin PP dan PSOE sebagai partai penguasa dalam menyikapi

masalah di Basque Country. Pada Mei 2005, Zapatero memperoleh dukungan dari

Deputi Dewan untuk mendukung proses dialog dengan ETA. Dengan catatan,

dialog tersebut menghormati prinsip-prinsip demokrasi, dan isu-isu politik harus

diselesaikan melalui perwakilan-perwakilan yang terlegitimasi, meskipun

dukungan ini ditolak oleh oposisi PP.70

Pada 22 Maret 2006, ETA mendeklarasikan gencatan senjata secara

permanen. PNV, dan komunitas internasional menyambut dan mendukung

pernyataan ETA. ETA mengungkapkan tujuan gencatan senjata adalah untuk

membantu proses demokrasi di Basque Country melalui dialog, negosiasi dan

68 Sebaastian Balfour (ed), “The Politics of Contemporary Spain”, dalam Sembiring, Kekerasan dan Kebebasan, hlm.59

69 Aiarta and Zabalo, The Basque Country, hlm.34-35 70 Aiarta and Zabalo, The Basque Country, hlm.36-37

34

Page 46: UPAYA UNI EROPA DALAM MEREDAM KONFLIK DI WILAYAH

kesepakatan.71 Pemerintah Spanyol tidak merespon pernyataan ETA, sehingga

ETA mengakhiri gencatan senjata pada tahun 2007 ditandai pada serangan ETA

di Bandara Madrid. Atas aksi ETA, Pemerintah Spanyol mengadakan operasi

keamanan bersama dengan pemerintah Perancis dan berhasil menangkap

komandan-komandan ETA dalam operasi tersebut.72

Pada akhir 2011, Menteri Mariano Rajoy dari PP memenangi pemilu

menjadi partai penguasa kembali di Spanyol. Seperti Aznar, Rajoy kembali

menerapkan cara-cara represif terhadap ETA. Rajoy mengatakan bahwa

perdamaian di Spanyol akan terjadi jika ETA benar-benar dibubarkan tanpa

syarat. Pemerintah Spanyol di masa Rajoy tidak ingin lagi membuka dialog

dengan ETA, dengan pengecualian ETA ingin membubarkan diri dan

menyerahkan senjata tanpa prasyarat.

Pada 2010, eks-anggota ETA di penjara membuat kesepakatan gencatan

senjata secara sepihak yang bernama Guernika Agreement. 73Sejak tahun 2010

hingga 2013 tidak tercatat serangan-serangan yang dilakukan oleh ETA. ETA

berkomitmen untuk gencatan senjata dan menciptakan perdamaian di Basque. hal

ini diakibatkan karena ETA telah kehilangan kapasitas operasional dan hilangnya

legitimasi dari rakyat Basque dalam setiap aksinya. Melalui lembaga internasioal

IVC (International Verification Committee), ETA membuat video penyerahan

71 Cuenca, The Persistance of Nationalist Terrorism, hlm.22 72 Dalam operasi bersama tahun 2009-2011 berhasil menangkap para komandan militer ETA

Javier Lopez Pena, Garikoitz Aspiazu Rubina, Jurdan Martitegi, Ibon Gogeascoechea, Alejandro Zobaran Arriola (baca). Saha, Euskal Herria, hlm.2

73 Annabel Martin, And When Time Stood Still: Building a Road for Peace, Reconciliation, and Forgiveness in Euskadi (The End of ETA Armed Conflict),Hispanic Journal of Theory and Criticism, Vol.4, Iss 8, Art. 16, 2012, hlm.12

35

Page 47: UPAYA UNI EROPA DALAM MEREDAM KONFLIK DI WILAYAH

senjata-senjata kepada perwakilan IVC. Sikap keras yang ditunjukan oleh

Pemerintah Spanyol terhadap ETA menjadi penghalang dalam setiap upaya dialog

dan negosiasi. Pemerintah Spanyol tidak mempercayainya dan menganggap itu

hanyalah sebuah retorika yang dilakukan ETA untuk mendapat simpati dari rakyat

Basque kembali.74

74 “Basque Peace Process: ETA begin to put arms out of use, Spanish government dismiss as “theatrical” terdapat di http://www.e-f-a.org/services/news-single-view/?tx_ttnews%5Btt_news%5D=719&cHash=f670492e6730198c15d1536fa11ef0cd diakses pada 20 Mei 2014

36

Page 48: UPAYA UNI EROPA DALAM MEREDAM KONFLIK DI WILAYAH

BAB III

UNI EROPA DAN KONFLIK SUB-NASIONAL

Bab ini menjelaskan pendekatan dan mekanisme Uni Eropa dalam

menanggapi dan mengatasi masalah dan isu konflik antar negara maupun konflik

negara dengan sub-nasional atau yang disebut juga kelompok separatis. Bab ini

juga menjelaskan bagaimana peran Uni Eropa sebagai mediator, negosiator dalam

sebuah konflik baik secara langsung maupun tidak langsung. Selain itu, bab ini

pula akan menjelaskan instrumen-inetrumen Uni Eropa dalam menyelesaikan

konflik.

Wilayah Eropa terdiri dari berbagai macam multi etnis dan bangsa.

Beberapa wilayah regional di Eropa memiliki perbedaan sejarah, agama, budaya

dan bahasa dari negara induknya. Wilayah-wilayah seperti Basque di Spanyol,

Irlandia Utara di Britania Raya, Flander di Belgia memiliki identitas nasional

sendiri dan terus berjuang untuk mendapatkan pengakuan khususnya di wilayah

Eropa.

Regionalisme dan sub-nasionalisme menjadi masalah yang dihadapi

negara-negara Eropa Barat. Uni Eropa pun sebagai lembaga multinasional di

Eropa dapat mengakomodasi masalah regionalisme dan sub-nasional dengan cara

diplomatis dan politis, tetapi beberapa menimbulkan konflik bersenjata dengan

negara induknya. Uni Eropa menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi bagi negara-

negara anggotanya. Negara masih menjadi aktor penting di Uni Eropa, sementara

wilayah sub-nasional tidak memiliki kapasitas lebih untuk mengontrol setiap

37

Page 49: UPAYA UNI EROPA DALAM MEREDAM KONFLIK DI WILAYAH

kebijakan dalam lingkup Uni Eropa. Upaya wilayah regional dan sub-nasional

untuk memisahkan diri dari negara induknya terkadang menimbulkan konflik

bersenjata. Uni Eropa memiliki mekanisme sebagai mediator, negosiator dan

fasilitator konflik dalam upaya penyelesaian menuju proses perdamaian. Seperti

yang akan dijelaskan dalam sub-bab dibawah ini.

A. Peran Uni Eropa dalam Konflik Negara dan Sub-Nasional

Sebagai lembaga multinasional, Uni Eropa berkomitmen dalam

perdamaian, hak asasi manusia dan demokrasi. Uni Eropa banyak memainkan

peran penting dalam setiap konflik sub-nasional di dunia. Peran Uni Eropa

sebagai Peace Mediation75 di berbagai konflik sub-nasional di dunia seperti di

Mali, Serbia-Kosovo membuktikan bahwa organisasi multinasional ini telah

memberikan andil besar dalam setiap konflik internasional yang terjadi.

Sebelum diberlakukannya Traktat Lisbon 2009, Uni Eropa memiliki

mekanisme penanganan konflik melalui Goteburg Programme for the Prevention

of Violent Conflict, Uni Eropa mengadopsi konsep ini untuk memperkuat

kapasitas Uni Eropa sebagai tempat mediasi dan dialog. Pendekatan melalui

Goteburg Programme dalam pencegahan konflik dilakukan melalui perjanjian.

Pendekatan yang dilakukan Uni Eropa lebih luas dan melibatkan beberapa pihak

dari pemerintah sampai komunitas lokal.76 Uni Eropa dapat berperan secara

langsung maupun tidak langsung dalam proses mediasi melalui dukungan kepada

75 Antje Herrberg with Canan Gunduz and Laura Davis, Engaging the EU in Mediation and Dialogue, Initiative for Peacebuilding Mediation Cluster, 2009.hlm.16

76 Presidency Conclusions, Goteborg European Council 15-16 Juni 2001

38

Page 50: UPAYA UNI EROPA DALAM MEREDAM KONFLIK DI WILAYAH

aktor lain dengan memberikan pengaruh diplomatik, menyediakan dana resmi

maupun tak resmi serta memediasi dari akar konflik.77

Setelah diberlakukannya Traktat Lisbon, Uni Eropa memiliki beberapa

instrumen atau lembaga khusus yang relevan dalam proses mediasi dan dialog.

Uni Eropa memiliki CFSP (Common Foreign and Security Policy) dan ESDP

(European Security and Defense Policy). Kedua lembaga tersebut memberi

legitimasi kepada Uni Eropa untuk mengeluarkan kebijakan eksternal dalam

merespon pelanggaran hukum internasional, hak asasi manusia, dan prinsip-

prinsip demokrasi. Peran Uni Eropa menyangkut pencegahan konflik dan

manajemen krisis melalui kemampuan militer dan pembangunan masayrakat

sipil.78

Pada 10 Desember 2010, CFSP/ESDP membentuk EEAS (European

External Action Service). Atas mandat dari Dewan Uni Eropa, Salah satu tujuan

dan tugas EEAS adalah upaya pencegahan konflik, upaya peacebuilding dan

instrumen mediasi. Aspek pencegahan konflik tetap menjadi tujuan utama dari

EEAS,79 namun tidak hanya CFSP/ESDP yang dapat upaya menyelesaikan

penyelesaian konflik, Uni Eropa memliki instrumen dan mekanisme lain yang

dapat diterapkan sebagai upaya penyelesaian atau pencegahan konflik seperti yang

akan dijelaskan pada tabel dibawah ini.

77 EU Support to Peace Mediation : Developments and Challanges, EPLO, hlm.2 78 Common Foreign and Security Policy terdapat di http://eeas.europa.eu/cfsp/index_en.htm

diakses pada 13 September 2014. 79 EU Support to Peace Mediation, hlm.4

39

Page 51: UPAYA UNI EROPA DALAM MEREDAM KONFLIK DI WILAYAH

TABEL 3.1

Instrumen dan Mekanisme Uni Eropa dalam Penyelesaian Konflik 80

Badan Uni Eropa Mekanisme Contoh Kasus

Dewan Uni Eropa

• Mengadopsi kesimpulan dari Dewan Eropa

• Menstimulasi upaya mediasi melalui pendekatan kebijakan luar negeri dan membantu negara-negara anggota Uni Eropa lainnya yang mempunyai tujuan sama.

• Membatasi posisi negara-negara anggota yang terkena dampak konflik dalam kebijakan luar negeri Uni Eropa.

Kesimpulan Dewan Uni Eropa dalam proses perdamaian di Timur Tengah.

Perwakilan Tinggi Uni Eropa / Wakil Presiden Komisi Eropa untuk Urusan luar negeri dan kebijakan keamanan (CFSP)

• Upaya diplomasi melalui CFSP.

• Memfasilitasi proses dialog khusus.

• Mendukung upaya dan keputusan Dewan Eropa dalam pelaksanaan Urusan Luar Negeri dan Kebijakan Keamanan (CFSP).

• Berpartisipasi dalam Misi Troika.

• Memimpin upaya dialog politik dengan negara ketiga.

Memfasilitasi dialog dalam konflik Serbia-Kosovo.

Duta, Mediator dan Perwakilan Khusus

• Perwakilan khusus Uni Eropa ditunjuk oleh dewan

• Penunjukan

Robert Cooper

80 Data diolah dari berbagai sumber seperti : International Alert and Saferworld, Developing an EU strategy to address fragile states: Priorities for theUK Presidency,2005. Dan Saferworld and the Conflict Prevention Network with Africa Peace Forum and InterAfrica Group, Understanding the EU: A civil society guide to development and conflict prevention policies.

40

Page 52: UPAYA UNI EROPA DALAM MEREDAM KONFLIK DI WILAYAH

Uni Eropa Eropa untuk wilayah dan negara tertentu untuk membantu, memfasilitasi dan berkontribusi dalam proses perdamaian yang masih berlangsung.

• Memimpin misi Uni Eropa dan merekomendasikan tindakan yang harus diambil Uni Eropa dan mendukung proses perdamaian secara finansial maupun teknis.

• Dimungkinkan atau tidak diberi wewenang sebagai mediator.

• Meyakinkan komunikasi terbuka antara pihak-pihak terkait konflik dengan Brusels/negara-negara anggota Uni Eropa.

• Memainkan peran sebagai pemantau dan diberi mandat untuk bekerjasama dengan Mahkamah Kriminal Internasional.

fasilitator dialog teknis dalam konflik Serbia-Kosovo hingga Agustus 2012.

• Perwakilan khusus Uni Eropa di konflik Kaukasus Selatan dan krisis di Georgia sebagai Ketua pembicaraan di Jenewa.

• Perwakilan khusus Uni Eropa sebagai pemantau dalam negosiasi 5+2 konflik Moldove-Transnistria dengan membentuk EUBAM (EU Border Mission to Moldova and Ukraine)

Delegasi Uni Eropa • Kepala Delegasi terlibat dalam dialog tingkat tinggi dengan negara-negara yang terkena dampak konflik.

• Menyediakan analisis dan laporan kepada pihak negara ketiga secara politik dan perkembangan konflik.

• Melaksanakan bantuan luar negeri.

• Menyediakan dukungan logistik misi Uni Eropa dalam kunjungan tingkat tinggi.

• Menjaga jaringan dan kontak dengan negara-negara terkait. Politik, ekonomi dan aktor masyarakat.

Delegasi Uni Eropa di Filipina yang mewakili IMT (International Monitoring Team). Memonitoring pelaksanaan kesepakatan perdamaian antara Pemerintah Filipina dengan MILF (Moro Islamic Liberation Front.

41

Page 53: UPAYA UNI EROPA DALAM MEREDAM KONFLIK DI WILAYAH

Divisi EEAS (European External Action Service) untuk urusan pencegahan konflik, peacebuilding, dan instrumen mediasi.

• Menyediakan dukungan dalam upaya dialog dan mediasi. Seperti memberi pelatihan dialog dan mediasi oleh para pakar/ahli dengan materi-materi panduan dan penelitian.

• Melaksanakan Program strategis jangka panjang (pasal 4.3) dalam IfS (Instrument of Stability) atau yang disebut juga PbP (Peace-building Partnership) yang mendukung upaya pihak-pihak lain seperti PBB, NGOs, negara-negara anggota Uni Eropa.

• Mekanisme dan

saran Uni Eropa terhadap proses perdamaian di Myanmar.

• Mengutus para pakar/ahli mediasi dan dialog dalam proses perdamaian di Madagaskar.

ESDP (European Security and Defense Policy) Mission

Mendukung kesepakatan perdamaian, gencatan senjata, dan kesepakatan isu perbatasan.

• Misi pemantauan kesepakatan damai di Aceh.

• Misi pemantauan di Georgia dalam kesepakatan enam poin antara Georgia dan Ruisa.

• Misi pemantauan kesepakatan IBM (Integrated Borders Management) antara Serbia dan Kosovo.

Komisi Eropa melalui instrumen pembiayaan dari berbagai badan dan lembaga di Uni Eropa.

Menyediakan bantuan finansial kepada Organisasi Internasional maupun Regional, negara atau aktor non-negara. Termasuk upaya mediasi, negosiasi, pelaksanaan pemantauan gencatan senjata dan kesepakatan perdamaian dengan memberi saran kebijakan dan

• Resolusi konflik di Georgia melalui rehabilitasi, pembangunan area konflik, dan program Confidence-Building.

• PEACE

42

Page 54: UPAYA UNI EROPA DALAM MEREDAM KONFLIK DI WILAYAH

mediasi. Programme di Irlandia Utara pasca kesepakatan The Good Friday Agreement.

Meskipun instrumen dan mekanisme Uni Eropa dalam penanganan konflik

telah diatur, masih terjadi perdebatan dan permasalahan dalam pengambilan

kebijakan terkait masalah konflik di internal Uni Eropa. Masing-masing negara

anggota Uni Eropa memiliki kepentingan berbeda di setiap wilayah, sehingga

perbedaan kepentingan antar negara masih menjadi penghambat dalam upaya

mediasi dan proses perdamaian.81

Uni Eropa fokus dalam memainkan peran mediasi dan proses perdamaian

di luar negara-negara anggotanya, namun berbanding terbalik dengan konflik

yang terjadi di negara anggotanya sendiri. Uni Eropa tidak banyak berperan aktif

dalam proses mediasi di konflik sub-nasional negara anggotanya. Seperti yang

akan dijelaskan pada sub-bab berikutnya, Uni Eropa menghadapi dilema dalam

mengatasi konflik sub-nasional di Basque Country yang telah berlangsung hampir

empat puluh tahun. Pemerintah Spanyol dan kelompok separatis Basque ETA

belum menemui kesepakatan damai atau gencatan senjata.

B. Uni Eropa dan Konflik di Wilayah Basque Country

Pada konflik internal yang terjadi di negara anggotanya, Uni Eropa lebih

memprioritaskan kepentingan negara-negara anggotanya dan kepentingan Uni

81 EU Support to Peace Mediation, hlm.3

43

Page 55: UPAYA UNI EROPA DALAM MEREDAM KONFLIK DI WILAYAH

Eropa sendiri. Di sisi lain Uni Eropa memiliki ketetapan mengenai resolusi

konflik dan pencegahannya seperti yang tertuang dalam kesimpulan Dewan Eropa

untuk resolusi konflik pada tahun 2011. Salah satu kesimpulannya adalah :

The aim of preserving peace, preventing conflicts from erupting into violence and strengthening international security is an important element of the external action of the European Union as laid down in the Lisbon Treaty. Violent conflicts cost lives, cause human rights abuses, displace people, disrupt livelihoods, set back economic development, exacerbate state fragility, weaken governance and undermine national and regional security. Preventing conflicts and relapses into conflict, in accordance with international law, is therefore a primary objective of the EU’s external action, in which it could take a leading role acting in conjunction with its global, regional, national and local partners.82

“Tujuan memelihara perdamaian, pencegahan konflik yang menimbulkan kekerasan dan memperkuat keamanan internasional merupakan elemen penting dari kebijakan eksternal Uni Eropa sebagaimana tercantum dalam Traktat Lisbon. Konflik mengakibatkan korban jiwa, pelanggaran hak asasi manusia, pengusiran orang, mengganggu mata pencaharian, menghalangi pembangunan ekonomi, memperburuk kerapuhan negara, melemahkan pemerintahan dan merusak keamanan nasional dan regional. Pencegahan konflik yang sesuai dengan hukum internasional, adalah tujuan utama dari tindakan eksternal Uni Eropa, di mana Uni Eropa dapat berperan, bertindak dengan aktor regional, nasional dan lokal.”

Dari poin di atas dapat disimpulkan, Uni Eropa memiliki legitimasi

sebagai institusi atau lembaga fasilitator dan mediator konflik. Meskipun Dewan

Eropa menerapkan resolusi konflik untuk kebijakan eksternal di luar anggota Uni

Eropa, namun tidak menutup kemungkinan bahwa konflik yang terjadi di negara-

negara anggota, Uni Eropa berperan dan mengeluarkan kebijakan terkait konflik

tersebut. Konflik di Irlandia Utara menjadi contoh, dukungan untuk Peace

82 Council Conclusions on Conflict Prevention, 3101st Foreign Affairs Council Meeting, Luxemburg, 20 Juni 2011

44

Page 56: UPAYA UNI EROPA DALAM MEREDAM KONFLIK DI WILAYAH

Programme di Irlandia Utara83 (saat ini memasuki tahap ketiga) dapat terlaksana

tanpa hambatan. Kasus Irlandia Utara dapat menjadi komponen penting dan

kemajuan dalam sebuah konflik yang kompleks terjadi di negara anggota Uni

Eropa sendiri.

Uni Eropa memberikan dukungan diplomasi pada konflik di Irlandia Utara

melalui proses dialog trek II dan trek III.84 Uni Eropa menyediakan dana dan

mengeluarkan kebijakan yang independen dari Pemerintah Britania Raya dan

Republik Irlandia.85 Kasus Irlandia Utara menciptakan prospek politik internal

Uni Eropa dalam menanggapi konflik yang menyangkut kedaulatan, otonomi,

dan identitas. Uni Eropa dapat menerapkan kebijakannya yang independen.

Uni Eropa menghadapi situasi dan posisi sulit untuk mengakomodasi isu

sub-nasional dan etnis minoritas di Basque Country. Uni Eropa memiliki banyak

pertimbangan dalam menanggapi isu konflik sub-nasionalisme di Basque

Country. Kekerasan dan teror ETA dalam memperjuangkan kemerdekaan menjadi

salah satu pertimbangan Uni Eropa sulit merealisasikan proses perdamaian di

Basque Country. Sikap ETA justru membuat Uni Eropa menetapkan kelompok ini

sebagai organisasi teroris, diputuskan sepuluh hari pasca kejadian 9/11 melalui

83 SEUBP Peace Programme III terdapat di http://www.seupb.eu/programmes2007-2013/peaceiiiprogramme/overview.aspx diakses pada 15 September 2014

84 Diplomasi Trek II : dialog informal dengan aktifitas pemecahan masalah bertujuan untuk membangun hubungan dan memberi saran atas ide-ide baru yang dapat dijadikan rujukan pada dialog formal, melibatkan akademisi, tokoh agama, NGO, dan masyarakat sipil yang saling berinteraksi secara independen. Diplomasi Trek III : diplomasi People-to-people oleh individu maupun kelompok swasta dengan menyarankan interaksi dan kesepahaman antara kelompok yang berkonflik dan memberdayakan komunitas tersebut. Biasanya fokus pada akar dari konflik. Ciri dari diplomasi ini sering mengadakan pertemuan dan konferensi, media, dan advokasi politik resmi. Data diolah dari USIP (United States Institute for Peace).

85 N.Fitzduff dan S.Williams, How did Northern Ireland moved towards Peace?, Cumulative Impact study, 2007 hlm.12

45

Page 57: UPAYA UNI EROPA DALAM MEREDAM KONFLIK DI WILAYAH

Kerangka Kerja dalam Menghadapi Terorisme.86 Spanyol menjadi inisiator

bersama Jerman dan Italia dalam kerjasama ini. Usaha perdamaian dengan

melibatkan ETA sulit terwujud selama kelompok ini masih ditetapkan sebagai

organisasi teroris.

Sikap dari Pemerintah Spanyol pun menjadi penghalang dalam upaya

penyelesaian konflik oleh Uni Eropa di Basque Country. Spanyol tidak ingin isu

mengenai kemerdekaan Basque dibahas di level Uni Eropa. Diplomat-diplomat

Spanyol di Uni Eropa pun menghindari pembahasan mengenai kemerdekaan

Basque. Seperti, pada Mei 2001, diplomat Spanyol Javier Solana dari CFSP,

dalam lawatannya ke Makedonia menolak membicarakan isu kemerdekaan

Basque. Ia berpendapat bahwa isu kemerdekaan dan konflik Basque sebaiknya

diselesaikan oleh Pemerintah Spanyol sendiri. Uni Eropa tidak ingin mencampuri

masalah internal negara anggotanya.87

Pada 14 Februari 2002, Spanyol yang memegang kursi Presiden Dewan

Uni Eropa mendesak Parlemen Eropa untuk menolak usulan Juan Jose Ibarretxe

Presiden BAC (Basque Autonomous Community) agar Basque diberikan satu kursi

di Parlemen Eropa. Ketua Komisi Eropa, Romano Prodi pun menyerahkan

menyerahkan isu Basque kepada internal Spanyol.88 Penolakan usulan Ibarretxe

membuat adanya himbauan dari juru bicara Herri Batasuna-Jose Alvarez terhadap

86 Stefanie Pleschinger, Allied Against Terror: Transatlantic Intelligence Cooperation, Journal of Yale University, 2006,hlm.55

87 EU Chief Solana Avoids Basque Issues terdapat di http://www.realitymacedonia.org.mk/web/news_page.asp?nid+2440 diakses pada 10 September 2014

88 Basque Tax Madrid on EU Representation dalam Sembiring, Kekerasan dan Kebebasan, hlm.93

46

Page 58: UPAYA UNI EROPA DALAM MEREDAM KONFLIK DI WILAYAH

warga Basque untuk menolak segala hal yang berbau Uni Eropa, termasuk

memboikot Referendum Konstitusi Eropa. Uni Eropa dipandang mengabaikan

realita yang terjadi di Basque dan di dalam konstitusi tersebut hanya

mementingkan kepentingan Eropa dan negara-negara anggotanya, tetapi Uni

Eropa tidak membebaskan wilayah regional untuk menentukan nasib sendiri.89

Uni Eropa tidak mudah mengatasi konflik di Basque Country seperti

halnya di Irlandia Utara. Menurut anggota Parlemen Eropa dari Partai Aralar yang

tergabung dalam European Free Alliance-Inaki Irazabalbeitia90, penyelesaian

konflik di Basque Country bukanlah kompetensi Uni Eropa. Uni Eropa akan

mengambil langkah tergantung pada sikap Pemerintah Spanyol.91 Uni Eropa

memilih berkompromi dengan kelompok moderat Basque seperti PNV dan BAC

(Basque Nationalist Party), sedangkan dengan ETA, Spanyol dan Uni Eropa

masih melarang segala macam aktifitas politik.

Uni Eropa memercayai Spanyol sebagai negara yang demokratis dan dapat

mengatasi masalah di Basque Country. Upaya penyelesaian konflik di Basque

Country dapat terselesaikan dengan cara-cara politis. Faktanya saat ini, di Basque

Country tidak hanya dihuni oleh etnis Basque. Dalam beberapa dekade terakhir,

warga Basque Country mengalami peningkatan signifikan dari orang-orang non-

89 Situs berita eubusiness.com EU Vote Has Regional Powerhouses Devided in Spain terdapat di http://www.eubusiness.com/Institutions/050215024125.ktzvwj5 diakses pada 14 September 2014

90 European Free Alliance dibentuk di Brusel tahun 1981 da resmi menjadi kelompok parlemen resmi thun 1999 adalah kelompok yang dibentuk oleh beberapa anggota Parlemen Eropa yang mewakili region, minoritas, stateless-nations dari Catalunya, Corsica, Galicia,Flanders, Latvia, Skotlandia, Wales dan Basque Country. The European Free Alliance Group in the European Parliament

91 Balasan email interview penelitian ini via [email protected] pada tanggal 4 September 2014

47

Page 59: UPAYA UNI EROPA DALAM MEREDAM KONFLIK DI WILAYAH

etnis Basque yang justru menolak memisahkan diri dari Spanyol.92 Akan tetapi,

rakyat Basque saat ini menginginkan otonomi yang lebih luas dibandingkan upaya

untuk merdeka.93

Bagi Uni Eropa sendiri, kemerdekaan Basque Country bukanlah hal

merugikan bagi Uni Eropa. Basque Country akan secara otomatis menjadi

anggota Uni Eropa jika merdeka dari Spanyol. Wilayah regional dan sub-nasional

di Eropa seperti Basque Country tidak anti-Uni Eropa. Basque Country hanya

menolak pengendalian oleh pemerintah pusat. Spanyol sangat menghindari

kemerdekaan Basque Country yang selama ini menjadi penyokong ekonomi

Spanyol. Tetapi kehadiran kelompok radikal ETA yang menjadi bahan

pertimbangan Uni Eropa dalam mendukung kemerdekaan Basque Country.

Uni Eropa akan menghadapi konsekuensi jika Basque Country

memisahkan diri dari Spanyol, maka warga non-etnis Basque yang tinggal dan

bekerja di Basque Country selama beberapa generasi akan menghadapi resiko

diskriminasi dari kelompok radikal ETA yang selama ini memperjuangkan

kemerdekaan Basque.94 Diskriminasi akan menimbulkan potensi pelanggaran

pasal 27 Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik yang menyatakan :95

“In those States in which ethnic, religious or linguistic minorities exist, persons belonging to such minorities shall not be denied the right, in community

92 Lindsay Murphy, EU Membership and an Independence Basque State, Peace International Law Review, Vol.19, Iss.2, Art.7, 2007, hlm.345

93 Balasan email interview penelitian ini via [email protected] pada tanggal 4 September 2014

94 Murphy, EU Membership, hlm.345 95 International Covenant on Civil and Political Rights file pdf terdapat di

http://ec.europa.eu/justice/policies/privacy/docs/16-12-1996_en.pdf

48

Page 60: UPAYA UNI EROPA DALAM MEREDAM KONFLIK DI WILAYAH

with the other members of their group, to enjoy their own culture, to profess and practise their own religion, or to use their own language”

“Negara-negara dengan etnis, agama atau bahasa minoritas, kelompok

minoritas tersebut tidak boleh diingkari haknya , di masyarakat, dengan anggota lain dari kelompok mereka, menikmati budaya mereka sendiri, menganut dan menjalankan agama mereka sendiri, atau menggunakan bahasa mereka sendiri.”

Alasan tersebut disimpulkan dari Uni Eropa yang menilai bahwa ETA

telah melakukan pelanggaran HAM dalam konflik di Basque Country.

Pelanggaran HAM tersebut seperti, aksi penculikan, serangan, pembunuhan,

pemerasan dan ancaman terhadap warga sipil yang tidak mendukung penuh

kemerdekaan Basque.96 Uni Eropa mendukung penuh Spanyol untuk memerangi

dan menumpas kelompok separatis ETA.

Terdapat dua faktor ketidakhadiran Uni Eropa dalam proses mediasi dan

dialog konflik di Basque Country. Pertama, sejak runtuhnya rezim diktator

Franco, Spanyol telah memenuhi syarat mutlak menjadi anggota Uni Eropa

menjadi negara demokrasi yang stabil, modernisasi sistem sosial dan perlindungan

kaum minoritas.97 Uni Eropa memandang Spanyol mampu mengakomodasi

wilayah-wilayah regionalnya dengan memberikan otonomi yang begitu luas

terutama di wilayah Basque sejak diberlakukannya Statuta Guernika tahun 1979.

Hal tersebut98

96 Murphy, EU Membership, hlm.344 97 Sekilas Uni Eropa terdapat di http://eeas.europe.eu/delegations/indonesia diakses pada 15

September 2014 98 Gaurko Gaiak, Basque Participation in Decision-Making by the European Union Council of

Ministers Would Be Possible if There Was Political Will on the Part of Madrid,

49

Page 61: UPAYA UNI EROPA DALAM MEREDAM KONFLIK DI WILAYAH

Kedua, pada tahun 1986, Spanyol bergabung dengan EEC (European

Economic Community) atau Masyarakat Ekonomi Eropa. Lawrence Wilde

mengemukakan bahwa Uni Eropa adalah sebuah kelompok kapitalis yang

membawa agenda-agenda neo-liberal,99 setelah diberlakukannya Single European

Act pada tahun 1986, bertepatan dengan aksesi Uni Eropa di Spanyol. 100 Sebagai

sebuah kelompok kapitalis, Uni Eropa berkepentingan melindungi aset modal

investasinya di Spanyol. Konflik akan menjadi batu sandungan bagi kepentingan

Uni Eropa di negara-negara anggotanya, sehingga Uni Eropa lebih mendukung

kelas atau kelompok yang lebih dominan dan berideologi sejalan. Uni Eropa

memandang konflik antara Pemerintah Spanyol dan ETA yang berhaluan kiri

akan mengganggu proses integrasi ekonomi Uni Eropa di Spanyol, sehingga Uni

Eropa lebih memilih mendukung Spanyol, karena besarnya investasi mereka di

Spanyol.

Meskipun demikian, Uni Eropa mencoba bersikap demokratis dalam

menyikapi isu separatisme di Basque Country. Uni Eropa mengijinkan BAC

(Basque Autonomous Community) memiliki perwakilan di Brussel markas Uni

Eropa sesuai dengan keputusan Mahkamah Konstitusi Spanyol pada tahun 1988,

dua tahun pasca keanggotaan Spanyol di Uni Eropa tahun 1986.101

99 Common Agriculture Policy dalam Sembiring, Kekerasan dan kebebasan, hlm.91 100 Sejarah Pembentukan Uni Eropa terdapat di http://www.indonesianmission-

eu.org/website/page943418664200310095958555.asp diakses pada tanggal 15 September 2014

101 Pemerintah Spanyol mempertanyakan legitimasi perwakilan Basque di Uni Eropa dinilai akan mengancam persatuan Spanyol dalam urusan luar negeri. Pemerintah lokal Basque beralasan bahwa dalam konteks Uni Eropa entitas sub-nasional memiliki hak mempertahankan kepentingan mereka. Hingga pada tahun 1994 Mahkamah Konstitusi Spanyol hanya mengijinkan aktifitas tertentu terhadap perwakilan Basque di Brussel dan melarang membuat sebuah kebijakan yang berseberangan dengan kebijakan luar negeri

50

Page 62: UPAYA UNI EROPA DALAM MEREDAM KONFLIK DI WILAYAH

Uni Eropa tidak mengabaikan isu-isu sub-nasional yang terjadi di negara

anggotanya. Pada tahun 1988, Komisi Eropa membentuk CCRLA (the

Consultative Council of Regional and Local Authorities). Badan khusus tersebut

ditujukan untuk mengasosiasikan otoritas sub-nasional dan mengimplementasikan

kebijakan Uni Eropa di wilayah-wilayah regional. CCRLA tidak memiliki fungsi

perwakilan yang jelas, CCRLA hanya diberi fungsi sebagai penasihat tidak

memiliki efek yang mengikat.102

Pada Traktat Maastricht tahun 1994, Presiden Komisi Eropa Jacques

Delors membentuk lembaga yang merepresentasikan daerah-daerah regional, sub-

nasional dan etnis minoritas yang bernama CoR (Commite of Region).103 Atas

desakan dari Wilayah-wilayah regional yang meminta Uni Eropa memberikan

tempat khusus kepada pemerintah regional, karena melihat kecenderungan

desentralisasi di negara-negara anggota Uni Eropa.

Sejak didirikannya CoR, wilayah-wilayah regional mendapat pengakuan di

lingkup Uni Eropa. CoR diberi mandat untuk mengakomodasi isu ekonomi,

sosial, kerjasama transnasional, kesehatan publik, pendidikan dan budaya. CoR

dapat menyampaikan pendapat yang relevan dalam level regional, tetapi CoR

tidak memiliki efek yang mengikat. Setelah diberlakukannya Traktat Lisbon pada

1 Desember 2009, Uni Eropa memberikan hak bagi CoR untuk mengajukan

Spanyol. Ibrahim Saylan, Sub-State Nationalism within European Integration Process : a Comparative Study of Scottish, Basque and Kurdiss Cases, Phd.Dissertation Department of Political Science Ihsan Dogramaci Bilkent University, Ankara, 2011,hlm.274

102 Piccioli, European Integration and Stateless Minorities, hlm.24 103 Christopher K. Connolly, Independence in Europe : Secession, Sovereignty, and the European

Union, Duke Journal of Comparative & International Law Vol.24:51, 2013, hlm.79

51

Page 63: UPAYA UNI EROPA DALAM MEREDAM KONFLIK DI WILAYAH

permohonan kepada the European Court and justice untuk membatalkan proposal

legislatif .104

Pada pemilu Parlemen Eropa tahun 2009, PNV ambil bagian dalam

Coalition for Europe yang terdiri partai-partai dari regional lain di Spanyol

seperti, Democratic Convergence of Catalonia, the Democratic Union of

Catalonia, the Valaencian Nationalist Bloc, the Majorcan Union, the Canarian

Coalition, and the Andalusian Party. PNV pun memiliki perwakilan di CoR

melalui kelompok Aliansi Demokrat dan Liberal untuk Eropa.105

Dalam Traktat Maastricht pasal 146, Uni Eropa memberikan kesempatan

kepada negara-negara anggota untuk memberikan hak kepada perwakilan regional

menjadi delegasi dalam Council of Ministers (badan utama pengambil keputusan

di Uni Eropa). Basque Country tidak memiliki peran nyata dalam pengambilan

keputusan di Brussels. Pemerintah Spanyol hanya mengijinkan pemerintah pusat

memiliki kursi di meja pengambil keputusan Council of Ministers. Pemerintah

Spanyol tidak memberikan tempat untuk institusi Basque Country dan menurut

pihak Spanyol tidak ada kepentingan di Basque Country yang perlu

diperjuangkan.106

104 Art.8 Protocol on the Application of the Principles of Subsidiarity and Proportionality, Lisbon Treaty, 2009 dikutip oleh Ilaria Piccioli, European Integration and Stateless Minorities : the Trajectory of Basque Nationalism, Phd Thesis of Department of History and Political Science LUISS-GUIDO CARLI, Rome, 2010, hlm.25

105 Ibrahim Saylan, Sub-State Nationalism within European Integration Process : a Comparative Study of Scotish, Basque and Kurdish Cases, Phd.Dissertation Departement of Political Science Ihsan Dogramaci Bilkent University, Ankara, 2011, hlm.275

106 Gaiak, Basque Participation in Decision-Making, hlm.10

52

Page 64: UPAYA UNI EROPA DALAM MEREDAM KONFLIK DI WILAYAH

Upaya-upaya dengan cara-cara politis melalui CoR dalam menanggapi isu

sub-nasional di Basque Country masih belum cukup mengakomodasi kepentingan

Basque. Uni Eropa pun menggunakan mekanisme lain dalam upaya meredam

konflik. Uni Eropa memiliki kebijakan regional Eropa melalui program

pemberdayaan wilayah-wilayah regional dan sub-nasional dengan instrumen

bantuan ekonomi melalui program Structural Funds.107

Program kebijakan regional Eropa periode 2007-2013 melalui Structural

Funds ditujukan langsung ke wilayah-wilayah regional termasuk Basque Coutry.

Dengan upaya Uni Eropa tersebut, Uni Eropa memandang bahwa instrumen

bantuan ekonomi akan membuka peluang terciptanya perdamaian di wilayah

Basque Country. Skema dan mekanisme kebijakan regional Eropa di Basque

Country serupa dalam penanganan konflik di Irlandia Utara. Perbedaan mendasar

hanya pada proses perdamaian. Konflik di Irlandia Utara telah selesai dengan

terciptanya perjanjian perdamaian melalui Good Friday Agreement, sementara di

Basque Country masih belum mencapai kesepakatan perdamaian antara ETA dan

Pemerintah Spanyol.

107 Piccioli, European Integration and Stateless Minorities, hlm.32

53

Page 65: UPAYA UNI EROPA DALAM MEREDAM KONFLIK DI WILAYAH

BAB IV

UPAYA UNI EROPA DALAM MEREDAM KONFLIK DI WILAYAH

BASQUE COUNTRY, SPANYOL TAHUN 2007-2013

Bab ini menganalisa upaya Uni Eropa dalam meredam konflik di wilayah

Basque Country-Spanyol. Seperti yang dijelaskan di bab III, Uni Eropa tidak

mampu menyelesaikan konflik di Basque Country melalui mekanisme mediasi

dan dialog. Meskipun demikian, Uni Eropa memfokuskan upayanya melalui

conflict prevention di Basque Country dengan pendekatan ekonomi dan sosial.

Seperti tujuan dari pendekatan perdamaian positif, Uni Eropa menerapkan

kebijakan regional Eropa untuk mengatasi konflik di Basque Country.

Kebijakan regional Eropa di Basque Country diterapkan berkala per enam

tahun. Terhitung sejak tahun 1994 hingga 2013, Uni Eropa telah mengeluarkan

kebijakan regional dalam tiga periode, 1994-1999, 2000-2006 dan 2007-2013.

Penelitian ini menganalisa kebijakan regional Eropa di Basque Country periode

ketiga tahun 2007-2013. Pada periode ketiga kebijakan regional Eropa di Basque

Country, Jumlah eskalasi konflik dan teror ETA menurun drastis pasca ETA

menyatakan gencatan senjata permanen pada tahun 2010. Penelitian ini

menganalisa efektifitas kebijakan regional Eropa dalam mengurangi jumlah

eskalasi konflik periode 2007-2013 serta faktor penghalang dan pendukung

kebijakan regional Eropa periode 2007-2013.

54

Page 66: UPAYA UNI EROPA DALAM MEREDAM KONFLIK DI WILAYAH

A. Kebijakan Regional Eropa / Structural Fund

Kesenjangan ekonomi antar wilayah regional menjadi isu penting dan

masalah serius di beberapa negara anggota Eropa. Selain faktor perbedaan sejarah,

etnis, bahasa, dan budaya, kesenjangan ekonomi pun menjadi salah satu faktor

gerakan separatisme muncul di Eropa. Masalah separatisme dapat mengancam

stabilitas ekonomi, politik dan proses integrasi Eropa.

Untuk mengatasi masalah kesenjangan ekonomi, Uni Eropa menerapkan

program bantuan dan stimulus ke wilayah regional dan sub-nasional. Sebagai

upaya menciptakan pembangunan ekonomi berkelanjutan di wilayah regional dan

sub-nasional, Uni Eropa menerapkan program kebijakan regional Eropa yang

membantu wilayah regional dan sub-nasional yang tertinggal dalam pembangunan

dan ekonomi. 108 Dampaknya, Upaya wilayah regional dan sub-nasional untuk

memisahkan diri tidak lagi muncul, ketika kebutuhan ekonomi dan pembangunan

telah terpenuhi.

Keseimbangan ekonomi dan pembangunan ekonomi berkelanjutan

menjadi salah satu tujuan integrasi Eropa di wilayah regional dan sub-nasional,

seperti yang tertuang dalam pasal 158 Traktat Komunitas Eropa tahun 2002.109

“In order to promote its overall harmonious development, the Community shall develop and pursue its actions leading to the strengthening of its economic and social cohesion. In particular, the Community shall aim at reducing

108 Nicholas Moussis, Handbook of European Union, Institutions and Policies, EDIT-EUR, 1994, hlm.99

109 Caitlin Daw, Cohesion Policy of the European Union : Facilitated by Supranational Institutions and Regional Autonomy or Hindered by Nationl Sovereignty?, Claremont-UC Undergraduate Research Conference on the European Union, Vol.2, Art .7, 2012, hlm.58

55

Page 67: UPAYA UNI EROPA DALAM MEREDAM KONFLIK DI WILAYAH

disparities between the levels of development of the various regions and the backwardness of the least favoured regions or islands, including rural areas”

Dalam rangka mempromosikan pembangunan yang selaras dan merata,

Komunitas akan membangun dan bertindak untuk memperkuat kohesi ekonomi dan sosial. Secara khusus, Komunitas akan mengurangi kesenjangan tingkat pembangunan antar regional tertinggal, pulau-pulau termasuk daerah pedesaan.

Dalam merealisasikan kebijakan regionalnya, Uni Eropa menggunakan

instrumen bantuan finansial Structural Funds untuk pembangunan wilayah

regional dan sub-nasional.110 Program Structural Funds mempromosikan

pembangunan ekonomi, insfratuktur dan meningkatkan lapangan kerja yang

didesain untuk membuat wilayah regional dan sub-nasional lebih kompetitif

dalam bidang ekonomi, dan meningkatkan legitimasi pemerintah regional dan

sub-nasional di Uni Eropa.111

Terdapat tiga prioritas utama dalam Structural Funds112

1. Objective 1 : Convergence Objective, Uni Eropa menyediakan dana ke

wilayah miskin dan tertinggal di negara-negara anggotanya, dan hampir

80% anggaran Structural Fund dianggarkan untuk Convergence Objective.

2. Objective 2 : Regional Competitiveness and Employment, Uni Eropa

menyediakan dana untuk meningkatkan angka tenaga kerja, dan

menciptakan tenaga kerja berskill tinggi melaui ERDF (European

Regional Development Fund) dan dan ESF (European Social Fund).

110 Moussis, Handbook of European Union, hlm.99 111 Daw, Cohesion Policy of the European Union, hlm.57 112 Moussis, Handbook of European Union, hlm.110

56

Page 68: UPAYA UNI EROPA DALAM MEREDAM KONFLIK DI WILAYAH

3. Objective 3 : Territorial Cooperation, Uni Eropa membantu proyek

pembangunan antar dua wilayah regional yang berbatasan melalui

program EGTC (European Grouping Territorial Cooperation).

Basque Country menjadi wilayah dengan otonomi terbesar di Spanyol.

Dalam beberapa dekade terakhir, Basque Country berupaya mendapatkan otonomi

yang lebih luas lagi, bahkan terus berupaya untuk memisahkan diri dari

Pemerintah Spanyol. Kehadiran kelompok separatis ETA menambah

kompleksitas konflik di Basque Country. Pendekatan melalui mediasi dan dialog

oleh kedua pihak ETA dan Pemerintah Spanyol belum mencapai titik temu,

sementara Uni Eropa tidak ingin terlibat jauh dalam konflik internal di Basque

Country antara kelompok separatis ETA dan Pemerintah Spanyol.

Meskipun demikian, Uni Eropa berusaha meredam konflik dengan

memberikan fasilitas-fasilitas program bantuan ekonomi dan finansial. Uni Eropa

mengalokasikan sepertiga anggaran yang diberikan kepada wilayah regional dan

sub-nasional melalui Structural Fund.113 Basque Country menjadi wilayah

regional yang menerima program Structural Fund sejak tahun 1994. Program

Structural Fund di Basque Country bertujuan untuk memfasilitasi terbukanya

lapangan kerja, riset dan pembangunan termasuk meningkatkan persentasi GDP

per kapita Basque Country agar di atas 75% dari rata-rata GDP Uni Eropa.114

113 Situs resmi Uni Eropa http://europe.eu.int/comm/regional_policy/debate/docuent/futur/member/vasco_0703_en.pdf

114 Daw, Cohesion policy of the European Union, hlm.57

57

Page 69: UPAYA UNI EROPA DALAM MEREDAM KONFLIK DI WILAYAH

Program Structural Fund di Basque Country terdapat di poin 2 dan poin 3.

Pada poin 2 terdapat dua Program yaitu, ERDF (European Regional Development

Fund) dan ESF (European Social Fund). ERDF berfungsi membiayai investasi

dalam bidang insfratuktur, ketenagakerjaan, dan usaha kecil.115 Sementara ESF

berfungsi untuk meningkatkan skil tenaga kerja, prospek ketenagakerjaan dan

mengurangi angka pengangguran.116 Sebagai tambahan dari program Structural

Fund poin 2, Uni Eropa pun menerapkan program Cohesion Fund. Program

Cohesion Fund termasuk salah satu kebijakan regional Eropa di bawah Structural

Fund. Program tersebut berfungsi untuk menstabilisasi ekonomi regional dan sub-

nasional di negara anggota Uni Eropa yang dialokasikan langsung ke wilayah

regional dan sub-nasional.117

Pada tahun 2007-2013, total anggaran Structural Funds mencapai 35,6 %

dari total anggaran Uni Eropa sebesar 347.410.000.000 Euro.118 Periode 2007-

2013, Basque Country menerima dana Structural Fund, sebesar 590.660.000

Euro. Dana tersebut dialokasikan untuk program ERDF, ESF dan Cohesion Fund.

Total anggaran Structural Fund di Basque Country periode 2007-2013 mengalami

penurunan dari dua periode sebelumnya. Berikut tabel perbandingan anggaran

Structural Fund di Basque Country dalam tiga periode.

115 Raja Shankar and Anwar Shah, Lessons from European Union Policies for Regional development, Policy Research Working Paper the World Bank Institute, No.4977, 2009, hlm.12

116 European Commission. European Social Fund: Spain - programas beneficiarios 2007-2013, terdapat di http://ec.europa.eu/employment_social/esf/docs/beneficiarios_2007-_fse-espana1.pdf

117 European Commission. (2008). The Cohesion Fund at a glance.terdapat di http://ec.europa.eu/regional_policy/funds/procf/cf_en.htm diakses pada 15 Oktober 2014

118 Daw, Cohesion policy of the European Union, hlm.61

58

Page 70: UPAYA UNI EROPA DALAM MEREDAM KONFLIK DI WILAYAH

Tabel 4.2 : Anggaran dana Structural Funds Uni Eropa di Basque Country dalam juta euro119

Program Periode 1994-1999 2000-2006 2007-2013

ERDF 566 588 241

ESF 27,88 25,49 24,66

CF 925 1230 325

Total 1518,88 1843,49 590,66

Terdapat dua faktor yang membuat alokasi anggaran Structural Fund di

Basque Country mengalami penurunan pada periode 2007-2013. Pertama, pada

period 2007-2013, Uni Eropa mulai menerapkan program Structural Fund poin 3.

Program tersebut bernama EGTC (European Grouping for Territorial

Cooperation) kerangka resminya dibentuk tahun 2007. Program EGTC membantu

proyek pembangunan di dua wilayah regional Basque antara wilayah Basque

Country dan Aquitaine di Perancis.120 Kedua, tingkat GDP per kapita Basque

Country mengalami peningkatan di atas rata-rata GDP Spanyol dan Uni Eropa.

Pada tahun 2007, GDP per kapita Basque Country merupakan yang tertinggi di

Spanyol sebesar 30.599 euro, sedangkan GDP Spanyol hanya 23.396 euro dan

GDP Uni Eropa 24.700.121Meskipun demikian, hal tersebut tidak mengurangi

komitmen Uni Eropa untuk tetap mengalokasikan bantuan dan program-

programnya di Basque Country di tengah konflik yang belum usai.

119 Data diolah dari berbagai sumber 120 Zabalo dan Imaz, the EU and Basque Conflict, hlm.27 121 Press Release of Instituto Nacional de Estadistica, Spanish Regional Accounts : Gross

Domestic Product Per Region Year 2007, 2008, hlm.5

59

Page 71: UPAYA UNI EROPA DALAM MEREDAM KONFLIK DI WILAYAH

Menurut Julen Zabalo dan Oier Imaz dari University of Basque Country,

skema kerjasama perbatasan melalui EGTC tepat untuk diterapkan di Basque

Country melihat dari skema kerjasama perbatasan di Irlandia Utara. Secara

historis, komunitas etnis Basque tinggal di daerah yang terpisah di antara dua

wilayah teritori, Spanyol dan Perancis. Etnis Basque di Spanyol menempati

menempati wilayah Basque Country dan etnis Basque di Perancis menempati

wilayah Aquitane. Kesamaan etnis, budaya dan bahasa komunitas Basque di dua

negara ini yang menginisiasi Uni Eropa untuk membentuk program EGTC yang

bernama EGTC Euroregion Aquitaine-Euskadi.122

Pembentukan konvensi dan statuta program EGTC di perbatasan Basque

Country dan Aquitane dibentuk pada tahun 2009 dan secara resmi berlaku pada 12

Desember 2011. Program EGTC bertujuan untuk memperkuat pembangunan

ekonomi, sosial dan budaya di dua komunitas etnis Basque untuk mewakili

kepentingan , regional, nasional dan internasional komunitas etnis Basque yang

mendiami wilayah Spanyol dan Perancis dengan populasi sekitar 5,5 juta jiwa.123

Implementasi Program EGTC di Basque Country melingkupi proyek di

bidang inovasi riset dan pendidikan, pembangunan ekonomi berkelanjutan,

perubahan iklim, pariwisata, lingkungan, budaya dan olahraga. Terdapat empat

puluh dua proyek dengan total anggaran 900.000.000 euro. Program EGTC

secara resmi ditandatangani pada hari Senin 12 Desember 2011 oleh Patxi Lopez

122 Commite of the Regions, EGTC Monitoring Report 2013 Towards the New Cohesion Policy, Europan Union, 2013, hlm.57

123 Commite of the Regions, EGTC Monitoring, hlm.57

60

Page 72: UPAYA UNI EROPA DALAM MEREDAM KONFLIK DI WILAYAH

Presiden Basque Autonomous Community dan Alain Russet Presiden Dewan

Regional Aquitaine.124

Total anggaran Structural Fund di Basque Country dan diakumulasikan

dengan program EGTC periode 2007-2013 mencapai sebesar 1.490.660.000 euro,

berikut perincianya:

Tabel 4.3 : Total Anggaran Uni Eropa di Basque Country tahun 2007-

2013 dalam juta euro 125

Program Total Anggaran

ERDF 241.000.000

ESF 24.660.000

CF 325.000.000

EGTC 900.000.000

Total 1.490.660.000

B. Efektifitas Kebijakan Regional Eropa/Structural Fund terhadap Eskalasi

Konflik di Basque Country

Upaya Uni Eropa melalui pendekatan ekonomi dan sosial tidak berdampak

secara langsung terhadap eskalasi konflik yang terjadi di Basque Country,

namun, upaya preventif dan pendekatan terhadap warga Basque dengan

memberikan banyak fasilitas-fasilitas bantuan dana, dapat mengurangi dukungan

warga Basque terhadap kelompok separatis ETA. Dampaknya, kelompok

124 Birth of Aquitaine-Euskadi Region : A New European Cooperation Territory, No.75, 2012, hlm.1

125 Data dari berbagai sumber

61

Page 73: UPAYA UNI EROPA DALAM MEREDAM KONFLIK DI WILAYAH

separatis ETA akan kehilangan legitimasi dan kepercayan dari publik Basque.

Dalam beberapa tahun terakhir, aksi penolakan penduduk Basque terhadap cara-

cara kekerasan dan teror ETA semakin meluas.

Uni Eropa memandang fasilitas-fasilitas bantuan dana melalui Structural

Fund akan mengubah sudut pandang masyarakat Basque Country, bahwa

bergabung dan berintegrasi dengan Uni Eropa merupakan langkah tepat untuk

pembangunan ekonomi Basque Country yang lebih maju dibandingkan dengan

upaya untuk merdeka. Pembangunan di Basque Country dapat terealisasi, jika

Basque Country tetap menjadi bagian dari Spanyol yang merupakan anggota Uni

Eropa.

Uni Eropa lebih mengedepankan Conflict Containment, ketika upaya

Conflict Settlemen sulit terwujud. Menurut penelitian ini, total anggaran Uni

Eropa dengan jumlah esakalasi konflik tidak berdampak langsung, namun jumlah

eskalasi konflik sejak tahun 1994 pertama kali program Structural Fund

dilaksanakan hingga tahun 2013, jumlah eskalasi konflik semakin menurun dari

tahun ke tahun seperti pada grafik dibawah ini.

62

Page 74: UPAYA UNI EROPA DALAM MEREDAM KONFLIK DI WILAYAH

Grafik 4.1 : Anggaran Uni Eropa di Basque Country 126

Grafik 4.2 : Jumlah serangan dan gencatan senjata oleh ETA127

Pada kedua grafik di atas menunjukan jumlah eskalasi konflik semakin

menurun dari tahun ke tahun. Pada periode pertama, alokasi anggaran tahun 1994-

1999 dengan total anggaran mencapai 1.518.880.000 euro. Pada periode ini,

jumlah eskalasi konflik mengalami penurunan dibandingkan sebelum Uni Eropa

126 Tessa Mannee, Conflict Management in Northern Ireland and Spanish Basque Country : the Effectiveness of Consociational Conflict Management, International Public Management and Policy Master Thesis of Erasmus University Rotterdam, 2011, hlm.59

127 Situs Global Terrorism Database, Background Report : ETA Ceasefire by Numbers terdapat di www.start.umd.edu/gtd diakses pada 25 Oktober 2014

63

1300

1400

1500

1600

1700

1800

1900

1994

1995

1995

1996

1997

1998

1999

2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

Total EU Funding in Basque Country EU…

0

5

10

15

20

25

1994

1995

1996

1997

1998

1999

2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

Total Attacks and Ceasefire by ETA Total…

Page 75: UPAYA UNI EROPA DALAM MEREDAM KONFLIK DI WILAYAH

mengeluarkan kebijakan regional Eropa di Basque Country tahun 1994. Pada

tahun 1986-1993, terjadi 428 serangan dan teror ETA di Basque Country yang

mengakibatkan 246 korban jiwa. Hal sebaliknya, Jumlah konflik menurun drastis

dari tahun 1994-1999 hanya terjadi 131 serangan ETA yang menyebabkan 74

korban jiwa.128

Pada periode 1994-1999 terdapat indikasi kaitan antara besarnya jumlah

bantuan dana Uni Eropa dengan jumlah eskalasi konflik yang menurun. Indikasi

tersebut adalah sejak pertama kali program Structural Fund di Basque Country

dan dibentuknya CoR (Committee of Region) tahun 1994 bertepatan dengan

pemilu Parlemen Eropa. Hasilnya, pertama kali partai sayap politik ETA Herri

Batasuna tidak masuk tiga partai besar di Basque Country, tergantikan oleh PNV

dan partai pemerintah PSOE-PSE dan PP.129 Fakta tersebut membuktikan

legitimasi dan dukungan rakyat Basque terhadap kelompok yang berafiliasi

dengan separatis ETA semakin berkurang sejak awal program bantuan dana di

Basque Country.

Pada periode kedua tahun 2000-2006, total alokasi anggaran sebesar

1.843.490.000 euro. Jumlah eskalasi konflik kembali menurun pada periode ini.

Pada periode 1999-2006, terjadi 127 serangan dan teror ETA yang mengakibatkan

28 korban jiwa jauh lebih sedikit dari periode sebelumnya.130 Kebijakan kontra

128 Situs Global Terrorism Database ETA and Basque separatism: data over the years. Terdapat di www.start.umd.edu/gtd diakes pada 25 Oktober 2014

129 Mannee, Conflict Management in Northern Ireland and Spanish Basque Country, hlm.43 130 ETA and Basque separatism: data over the years. Diakses dari Global Terrorism

Database, 2011 www.start.umd.edu/gtd tanggal 25 Oktober 2014

64

Page 76: UPAYA UNI EROPA DALAM MEREDAM KONFLIK DI WILAYAH

terorisme Spanyol Pacto de las Libertades Contra el Terrorism131 menjadi

penyebab utama menurunnya serangan ETA, serta pelarangan aktifitas politik

sayap partai politik ETA Herri Batasuna oleh Mahkamah Agung Spanyol pada

tahun 2003 yang dicurigai turut mendanai aksi kekerasan dan teror ETA.132

Dampak bantuan dana Uni Eropa pada periode 1999-2000 untuk meredam

konflik terlihat pada survei Euskobarometro dari tahun 2000-2003. Tahun 2000-

2003 dukungan rakyat Basque terhadap upaya untuk merdeka semakin menurun

dan hanya berkisar 30% rakyat Basque Country yang ingin merdeka.133

Sebaliknya PNV, PSE-PSOE dan PP masih menjadi tiga partai besar di Basque

Country pada pemilu Parlemen Eropa 2004.

Dampak dukungan rakyat Basque Country yang semakin menurun, pada

25 Nopember 2005, ETA mengajukan proposal kepada Uni Eropa untuk

memediasi perdamaian dengan Pemerintah Spanyol, namun Uni Eropa

menolaknya, karena di dalam proposal tersebut tidak ada persetujuan dari pihak

Pemerintah Spanyol.134 Upaya ETA untuk memulai perdamaian terus berlanjut,

pada tahun 2006, ETA mengumumkan gencatan senjata permanen atas saran dari

Partai Sinn Fein dan IRA eks-kelompok separatis Irlandia Utara.135

131 Spanish Government Discusses Extending Scope of Anti Terror Pact terdapat http://www.wsws.org/articles/2004/aug2004/spai-a24.shtml diakses pada 10 Mei 2014

132 Aiarta and Zabalo, The Basque Country, hlm.34-35 133 Sebaastian Balfour (ed), The Politics of Contemporary Spain, dalam Sembiring, Kekerasan dan

Kebebasan, hlm.84 134 European Union Will Not Negotiate with ETA dalam Sembiring, Kekerasan dan Kebebasan,

hlm.96 Tesis Universitas Indonesia 135 Background Report : ETA Ceasefire by Numbers diakses dari situs Global Terrorism Database

www.start.umd.edu/gtd tanggal 25 Oktober 2014

65

Page 77: UPAYA UNI EROPA DALAM MEREDAM KONFLIK DI WILAYAH

Pada periode ketiga program Structural Fund tahun 2007-2013,

merupakan jumlah anggaran terminim sebesar 1.490.660.000 euro, menurun dari

dua periode sebelumnya. Meskipun demikian, pada periode ketiga program

Structural Fund, jumlah eskalasi konflik menurun drastis dari dua periode

sebelumnya. Jumlah serangan ETA tercatat hanya 38 serangan dan

mengakibatkan 10 korban jiwa. Serangan dan teror terakhir ETA tercatat pada

tahun 2009, setelah tahun 2009 hingga 2013 tidak tercatat aksi serangan dan teror

ETA.136

Menurut penelitian ini, menurunnya serangan ETA pada periode 2007-

2013 faktor utamanya adalah, ETA kehilangan kapasitas operasional untuk

melakukan serangan-serangan, hilangnya kepercayaan dan legitimasi dari

masyarakat Basque serta kerjasama keamanan Europol kepolisian Spanyol dan

Perancis menangkap pimpinan ETA. Semakin melemahnya ETA, kelompok ini

berkomitmen untuk mengakhiri segala bentuk kekerasan dan serangan. Pada

September 2010, ETA menyatakan gencatan senjata permanen yang terakhir

dibuktikan oleh komunitas internasional pada Januari 2011.137

Pada periode 2007-2013, program Structural Fund di Basque Country

merupakan periode paling efektif dalam meredam konflik dan upaya pencegahan

konflik dari dua periode sebelumnya. Selain jumlah eskalasi konflik yang

menurun drastis, program Structural Fund berdampak pada pendapatan per kapita

136 ETA and Basque separatism: data over the years. Diakses dari Global Terrorism Database, 2011 www.start.umd.edu/gtd tanggal 25 Oktober 2014

137 Background Report : ETA Ceasefire by Numbers diakses dari situs Global Terrorism Database www.start.umd.edu/gtd tanggal 25 Oktober 2014

66

Page 78: UPAYA UNI EROPA DALAM MEREDAM KONFLIK DI WILAYAH

Basque Country. Untuk pertama kali, pendapatan per kapita masyarakat Basque

tertinggi di Spanyol, bahkan diatas pendapatan per kapita nasional Spanyol dan

pendapatan per kapita Uni Eropa seperti pada tabel berikut :

Tabel 4.4 : GDP Per Kapita Basque Country tahun 2007-2013

Dalam ribu Euro138

Tahun GDP Per kapita Basque Country

GDP Per kapita Spanyol

GDP per kapita Uni Eropa-27

2007 30.599 23.396 24.700 2008 32.133 24.020 25.100 2009 30.703 22.886 23.600 2010 31.314 23.063 24.486 2011 31.058 23.054 25.200 2012 30.043 22.291 25.600 2013 29.959 22.279 26.234

Tabel tersebut membuktikan dalam periode 2007-2013, Basque Country

terus mempertahankan sebagai wilayah dengan pendapatan per kapita tertinggi di

Spanyol. Program Structural Fund melalui program ERDF, ESF, EGTC berjalan

efektif. Dampaknya, dukungan terhadap proses integrasi Eropa di Basque Country

meningkat, dibuktikan dengan kemenangan partai-partai pro-Eropa seperti, PNV,

PSE-PSOE dan PP yang kembali menang dalam pemilu parlemen Eropa tahun

2009.

Program kebijakan regional Eropa untuk meredam konflik di Basque

Country dengan memberikan banyak fasilitas dana dan program pembangunan

cukup efektif membuat rakyat Basque menolak dan mendukung ETA meraih

138 Press Release Spanish Regional Accounts. Base 2000 (SRA-2000) Gross Domestic Product per capita per Region 2007-2013, Nacional Instituto de Estadistica

67

Page 79: UPAYA UNI EROPA DALAM MEREDAM KONFLIK DI WILAYAH

kemerdekan Basque Country dengan cara-cara kekerasan dan teror. Survei yang

dilakukan pada 2006 menunjukan 73% rakyat Basque menginginkan adanya

kesepakatan perdamaian antara ETA dengan Pemerintah Spanyol. 139 kekerasan

dan teror bukanlah solusi yang tepat untuk kemajuan Basque Country.

Dukungan rakyat Basque terhadap ETA yang terus berkurang dan

menurun, mempengaruhi internal ETA. Di internal ETA terdapat dua faksi yang

berbeda pandangan, ETA-Pm dan ETA-m. faksi yang pertama, ETA-Pm-

anggotanya adalah kelas pekerja yang memperjuangkan kelas sosial lebih penting

dari pada perjuangan etnis, sehingga di saat permasalahan ekonomi dan sosial

telah diakomodasi oleh Uni Eropa, kelompok ETA-Pm menganggap bahwa cara-

cara kekerasan tidak lagi dibutuhkan. Faksi yang kedua, ETA-m anggotanya

adalah para militan yang memperjuangkan etnis Basque merdeka

sepenuhnya,sehingga demi mencapai tujuannya kelompok ini lebih memilih

menggunakan cara-cara kekerasan dan teror.140

ETA-Pm mengubah strategi perjuangan dengan teror dan memilih strategi

mobilisasi politik tanpa kekerasan. Kelompok ETA-Pm selama ini mendukung

proses negosiasi untuk mengakhiri kekerasan di Basque Country. Perpecahan

internal ETA membuat eskalasi serangan semakin menurun dan hilang dalam dua

tahun terakhir. Upaya pencegahan konflik Uni Eropa melalui kebijakan regional

139 Idoiaga, The Basque Conflict, hlm.7 140 Adithiya Batari Puteri, Nasionalisme Basque dalam Eksistensi Kelompok Euskadia Ta

Askatasuna (ETA) setelah Pemberian Status Otonomi Tahun 1979, Skripsi Program Studi Ilmu Politik, Universitas Indonesia, 2012, hlm.38

68

Page 80: UPAYA UNI EROPA DALAM MEREDAM KONFLIK DI WILAYAH

cukup efektif membuat rakyat Basque mengurangi dukungan dan legitimasi

terhadap ETA.

Dari keseluruhan jumlah serangan dan korban jiwa mengalami penurunan

pasca Spanyol menjadi anggota Uni Eropa dan terlebih pasca diterapkannya

kebijakan regional Eropa di Basque Country seperti pada tabel berikut,

TABEL.4.5 Jumlah Serangan dan Korban Jiwa Teror ETA

Periode Eskalasi Konflik Serangan dan Teror Korban Jiwa

1968-1985 (non-UE) 451 474 1986-1993 (UE) 428 246 1993-2013 (UE+ERP) 296 112

Jumlah 1175 832

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa hampir 80% jumlah serangan

ETA terjadi sebelum Uni Eropa menerapkan kebijakan regionalnya di Basque

Country. Dalam hal ini, terdapat indikasi yang menunjukan bahwa kebijakan

regional Eropa di Basque Country efektif dalam mengurangi jumlah eskalasi

serangan dan teror ETA, meskipun Uni Eropa tidak secara langsung terlibat dalam

upaya penyelesaian konflik.

C. Faktor Pendukung : Integrasi Eropa di Basque Countrty

Spanyol bergabung dengan Uni Eropa pada tahun 1986, periode ini

dimulainya era integrasi Eropa di Spanyol. Spanyol banyak menerima bantuan-

bantuan dana dan alokasi anggaran dari Uni Eropa. Integrasi ekonomi menjadi

prioritas utama Uni Eropa di Spanyol, tidak terkecuali wilayah regional di

69

Page 81: UPAYA UNI EROPA DALAM MEREDAM KONFLIK DI WILAYAH

Spanyol termasuk Basque Country. Basque Country menilai aksesi Uni Eropa di

Spanyol dapat menjadi kesempatan untuk memfasilitasi masalah-masalah yang

terjadi di Basque Country, beberapa di antaranya mengenai penyelesaian masalah

otonomi dan kemerdekaan Basque dengan cara-cara diplomatis.

Integrasi Eropa menjadi salah satu faktor pendukung dalam setiap program

kebijakan regional Eropa di Basque Country. Integrasi Eropa dapat mengatasi isu

dan permasalahan wilayah regional dengan meligitimasi perwakilan regional di

Uni Eropa. Proses integrasi Eropa akan membantu dalam pembangunan

demokrasi, ekonomi, dan modernisasi sosial di Basque Country.

Sejak tahun 1988, Basque Country memiliki perwakilan dan kantor khusus

di Brussel melalui Basque Autonomous Community. Delegasi Basque Country di

Brussel memiliki beberapa agenda di antaranya,mempromosikan kepentingan

Basque Country di Uni Eropa, mengawasi pengambilan keputusan tentang statuta

Basque Country di Uni Eropa, serta menawarkan bantuan teknis untuk proyek dan

program Uni Eropa di Basque Country.141

Traktat Maastricht tahun 1994 memberikan legitimasi yang luas bagi

wilayah regional. Salah satunya pembentukan Committee of Regions menjadi

dimensi baru dalam upaya integrasi Eropa terhadap wilayah regional dan sub-

nasional. Integrasi ekonomi Eropa membuat Basque Country masuk dalam

wilayah zona euroregion. Zona ekonomi euroregion di perbatasan dua wilayah

141 Mannee, Conflict Management in Northern Ireland and Spanish Basque Country, hlm.42

70

Page 82: UPAYA UNI EROPA DALAM MEREDAM KONFLIK DI WILAYAH

regional dan sub-nasional, memudahkan Basque Country dalam menjalankan

aktifitas ekonomi.

Selanjutnya, integrasi politik melalui Committee of Regions akan

memudahkan pemerintah regional Basque untuk mengajukan kepentingan-

kepentingan Basque di level Eropa. Namun demikian, Spanyol masih membatasi

keterlibatan Basque Country di beberapa bidang seperti, kebijakan luar negeri.

Pemerintah Regional Basque dilarang membuat kebijakan luar negeri di luar

otoritas Spanyol sebagai negara induknya.

Partai-partai regional di Basque menganggap bahwa integrasi Eropa

adalah proyek kapitalis, namun PNV sebagai partai regional terbesar di Basque

Country konsisten mendukung proses integrasi Eropa. Sebagai hasilnya, sejak

tahun 1994 PNV selalu menang dalam Pemilu Parlemen Eropa di Basque

Country. fakta tersebut membuktikan bahwa masyarakat Basque menerima proses

integrasi Eropa di Basque Country. Integrasi Eropa akan lebih banyak membantu

memberdayakan wilayah-wilayah regional dan sub-nasional seperti Basque

Country. Integrasi Eropa selain akan membantu setiap program-program

kebijakan regional Eropa di Basque Country, hal ini juga akan merubah sudut

pandang masyarakat Basque, bahwa desakan untuk merdeka bukan lagi keinginan

utama di masyarakat.

71

Page 83: UPAYA UNI EROPA DALAM MEREDAM KONFLIK DI WILAYAH

D. Faktor Penghambat : Penolakan Spanyol untuk Gencatan Senjata dengan

ETA

Salah satu faktor penghambat dalam proses perdamaian di Basque Country

adalah sikap dari Pemerintah Spanyol yang terus menolak proposal gencatan

senjata yang dilakukan ETA. Pada Januari 2011, Pemerintahan Presiden Zapatero

menolak proposal gencatan senjata permanen oleh ETA. Zapatero mengingikan

adanya pembubaran ETA secara permanen dan Pemerintah Spanyol menganggap

bahwa gencatan senjata ETA hanyalah retorika ETA untuk mendapat simpati dan

dukungan kembali dari masyarakat Basque.142

Pada Oktober 2011, komunitas internasional mendesak terciptanya

perdamaian di Basque Country pada seminar internasional “Donostia-San

Sebastian International Peace Conference” sebagai respon atas gencatan senjata

permanen oleh ETA.143 Menurut ETA, Pemerintah Spanyol tidak memiliki itikad

baik untuk berdialog. Pemerintah Spanyol masih melakukan tindakan represif dan

penindasan terhadap ETA, bentuk penindasan antara lain ratifikasi atas hukuman

seumur hidup bagi para tahanan Basque. Selama Pemerintah Spanyol masih

lemah komitmennya untuk perdamaian, menurut penelitian ini, hal tersebut

menjadi penyebab mengapa serangan-serangan ETA masih tetap ada dan berjuang

untuk memperjuangkan kemerdekaannya. Pemerintah Spanyol beranggapan

negosiasi dengan ETA berarti pemerintah dianggap berkompromi dengan

142 “Spanyol Inginkan Pembubaran ETA”, Harian Media Indonesia 22 Januari 2011 143 ETA’s Statement to the Basque Country terdapat di

http://www.basquepeaceprocess.info/p=4974 diakses pada 1 November 2014

72

Page 84: UPAYA UNI EROPA DALAM MEREDAM KONFLIK DI WILAYAH

kelompok teroris. Hal tersebut bertolak belakang dengan kebijakan Spanyol yang

sangat represif untuk mengkounter terorisme.

Sikap Spanyol yang terus menolak untuk gencatan senjata dapat

menggangu program-program regional Uni Eropa di Basque Country. Program-

program Uni Eropa membutuhkan kestabilan keamanan. belum adanya

kesepakatan gencatan senjata dan kesepakatan perdamaian, ETA dapat sewaktu-

waktu melakukan serangan kembali. Uni Eropa akan sangat sulit mengontrol

kelompok garis keras seperti ETA. Hal tersebut akan merugikan Basque Country

dan kepentingan Uni Eropa di Basque Country. Upaya-upaya program kebijakan

regional Eropa akan mengalami hambatan dan gangguan berupa aksi teror ETA.

Spanyol harus mengakomodasi keinginan rakyat Basque Country yang faktanya

73% penduduk Basque Country saat ini menginginkan adanya kesepakatan

perdamaian.144

Spanyol memiliki banyak pertimbangan dan konsekuensi, apabila

menerima kesepakatan perdamaian dengan ETA. Salah satu prasyarat yang

diajukan ETA adalah, Pemerintah Spanyol harus mengijinkan rakyat Basque

untuk menentukan nasibnya sendiri sebagai bangsa yang merdeka. Bagi Spanyol

wilayah Basque Country adalah wilayah yang sangat strategis dan penting,

terutama bagi perekonomian Spanyol di bidang industri yang menjadi roda

perekonomian utama di Basque Country.

144 Idoiaga, The Basque Conflict, hlm.7

73

Page 85: UPAYA UNI EROPA DALAM MEREDAM KONFLIK DI WILAYAH

Krisis zona euro yang melanda Spanyol pada tahun 2008 membuat hutang

Spanyol mencapai 176 Miliar dolar pada September 2011. Pemerintah Spanyol

melakukan langkah penghematan untuk mengurangi defisit.145 Pemerintahan

Spanyol yang baru dipimpin oleh partai konservatif Partido Popular menghadapi

tantangan akan kembalinya tren dari beberapa wilayah regional di Spanyol yang

ingin merdeka dan meminta otonomi yang lebih luas termasuk wilayah Basque

Country, akibat imbas dari krisis yang melanda Spanyol. Kemerdekaan Basque

Country akan sangat berpengaruh terhadap perekonomian Spanyol.

Pada periode 2007-2013 kontribusi GDP Basque Country untuk

perekonomian Spanyol ada di kisaran 6%. Basque Country adalah wilayah pusat

industri otomotif, perkapalan, telekomunikasi, pertambangan, dan elektronik yang

sejumlah besar menjadi penyumbang GDP bagi Spanyol. Di Basque terdapat 700

perusahaan asing yang mayoritas perusahaan tersebut dimiliki oleh Jerman,

Perancis, Amerika Serikat dan Jepang.146

Tabel 4.6 : Kontribusi GDP Basque Country ke Spanyol tahun 2007-2013

dalam juta euro147

Tahun GDP Basque

Country GDP Spanyol Prosentasi

2007 65.152.344 1.053.537.000 6,2%

2008 66.178.518 1.087.788.000 6,1%

2009 63.298.292 1.046.894.000 6,0%

145 Daw, Cohesion policy of the European Union,hlm.66 146 Foreign Companies in Basque Country terdapat di http://www.spri.eus/en/invest-in-the-basque-

country/foreign-investment# diakses pada 24 Desember 2014 147 Press Release Spanish Regional Accounts, Base 2000 (SRA-2000) Gross Domestic Product per

Region 1995-2013, Nacional Instituto de Estadistica

74

Page 86: UPAYA UNI EROPA DALAM MEREDAM KONFLIK DI WILAYAH

2010 64.535.323 1.045.620.000 6,2%

2011 64.856.828 1.046.327.000 6,2%

2012 63.614.484 1.029.279.000 6,2%

2013 62.780.008 1.022.988.000 6,1%

Basque Country merupakan lima besar penyokong ekonomi Spanyol

setelah wilayah Catalunya 18%, Madrid 17%, Andalusia 13% dan Valencia

9%.148 Dari lima besar penyokong ekonomi Spanyol, terdapat dua wilayah yang

berjuang untuk merdeka yaitu Catalunya dan Basque Country. Spanyol

mengantisipasi dengan menolak bernegosiasi dengan ETA, karena apabila proses

negosiasi dengan ETA mencapai kesepakatan, ETA memiliki legitimasi untuk

mengupayakan kembali kemerdekaan bagi rakyat Basque. Secara ekonomi

Basque Country mampu mandiri tanpa bergantung kepada Spanyol. Hal

sebaliknya Spanyol justru sangat mengandalkan perekonomian Basque untuk

mendukung roda perekonomian dalam negerinya.

Faktor selanjutnya, terkait dengan alokasi anggaran Uni Eropa ke Spanyol.

Selama menjadi anggota Uni Eropa, Spanyol banyak menerima anggaran dana

dan proyek Uni Eropa. Selama periode 2007-2013, Spanyol mendapat alokasi

anggaran sebesar 19.481.699.906 euro. berikut perinciannya pada tebel di bawah

ini.

148 Press Release Spanish Regional Accounts, Base 2000 (SRA-2000) Gross Domestic Product per Region 1995-2013, Nacional Instituto de Estadistica

75

Page 87: UPAYA UNI EROPA DALAM MEREDAM KONFLIK DI WILAYAH

Tabel 4.7 : Alokasi anggaran Uni Eropa di Spanyol tahun 2007-2013

dalam juta Euro 149

Tahun Anggaran 2007 486.225.277 2008 1.109.143.148 2009 2.504.936.625 2010 3.651.761.403 2011 3.655.240.080 2012 4.561.637.761 2013 3.812.755.512 Total 19.481.699.906

Apabila upaya kemerdekaan Basque Country tercapai, hal tersebut akan

turut mempengaruhi berkurangnya jumlah alokasi anggaran Uni Eropa di

Spanyol. Program-program pembangunan wilayah regional Spanyol banyak

dibantu oleh alokasi anggaran dari Uni Eropa. Dana alokasi anggaran Uni Eropa

pun sangat membantu Spanyol sebagai negara Eropa Barat yang sedang berjuang

mengatasi dampak krisis zona euro.

149 Financial Transparational System, terdapat di ec.europa.eu/budget/fts/index_en.htm

76

Page 88: UPAYA UNI EROPA DALAM MEREDAM KONFLIK DI WILAYAH

BAB V

KESIMPULAN

Konflik separatisme di Basque Country telah berlangsung sejak tahun

1959. Konflik ini menimbulkan sekitar delapan ratus korban jiwa lebih. Konflik di

Basque Country merupakan konflik etnhonasonalis klasik. Periode konflik

terbagi menjadi dua fase, fase yang pertama, pada masa pemerintahan diktator

Jenderal Fransisco Franco dan fase yang kedua pada masa pemerintahan

demokrasi.

Pada fase yang pertama, awal terbentuknya ETA tahun 1959 dan menjadi

awal konflik bersenjata antara kelompok separatis ETA dengan Pemerintahan

Diktator Spanyol yang dipimpin Jenderal Frasisco Franco, hingga wafatnya

Franco pada tahun 1975. Aksi ETA terbesar adalah aksi pembunuhan terhadap

Perdana Menteri Carrero Blanco dengan meledakan mobilnya pada 20 Desember

1973.

Pada fase yang kedua, masa Pemerintahan Spanyol beralih ke masa

demokrasi parlementer. ETA memutuskan tetap melakukan aksi kekerasan

dikarenakan pemerintah demokrasi Raja Juan Carlos I menunjuk Adolfo Suarez

sebagai Perdana Menteri Spanyol. Kebijakan di awal kepemimpinannya

meratifikasi konstitusi baru dengan memberi hak-hak otonomi lebih di daerah-

daerah Spanyol. Pada tahun 1979, Pemerintah Spanyol memberikan Statuta

Guernika yang berisi hak kepada Basque Country untuk memiliki parlemen lokal,

tenaga kepolisian, mengontrol pajak dan diizinkan mengibarkan bendera Basque

77

Page 89: UPAYA UNI EROPA DALAM MEREDAM KONFLIK DI WILAYAH

Ukurinna. Namun demikian, Statuta ini masih belum mengakomodasi

kepentingan rakyat Basque dan kekerasan dari kelompok ETA masih terus

berlanjut, hingga penelitian ini dibuat belum ada kesepakatan perdamaian antara

pihak separatis Basque ETA dan Pemerintah Spanyol

Masuknya Spanyol sebagai anggota Uni Eropa pada tahun 1986 membuka

kesempatan bagi terciptanya perdamaian di wilayah Basque Country. Uni Eropa

memiliki mekanisme untuk memediasi dan meresolusi sebuah konflik di

antaranya melalui CFSP dan ESDP. Akan tetapi,Uni Eropa menghadapi situasi

dan posisi yang sulit untuk mengakomodasi isu sub-nasional dan etnis minoritas

di Basque.

Uni Eropa memiliki banyak pertimbangan dalam menanggapi isu konflik

sub-nasionalisme di Basque Country. Kekerasan oleh kelompok separatisme

Basque ETA dalam memperjuangkan kemerdekaan menjadi salah satu

pertimbangan Uni Eropa sulit merealisasikan proses perdamaian di Basque. Hal

ini justru membuat Uni Eropa menetapkan ETA sebagai organisasi teroris yang

diputuskan sepuluh hari pasca kejadian 9/11 melalui Kerangka Kerja dalam

Menghadapi Terorisme.

Uni Eropa lebih memilih berkompromi dengan kelompok moderat di

Basque melalui PNV dan BAC dari pada berkompromi dengan kelompok teroris

ETA. Uni Eropa menanggapi isu regional dengan dibentuknya Komite Regional

pada tahun 1994 dan Uni Eropa pun mengizinkan BAC memiliki perwakilan di

78

Page 90: UPAYA UNI EROPA DALAM MEREDAM KONFLIK DI WILAYAH

markas Uni Eropa di Brussel, Belgia untuk mengakomodasi kepentingan-

kepentingan Basque di lingkup Eropa.

Untuk meredam konflik di Basque Country, Uni Eropa melakukan

pendekatan pencegahan konflik dengan pendekatan ekonomi dan sosial. Melalui

mekanisme kebijakan regional, Uni Eropa memiliki program pemberdayaan

wilayah regional dan sub-nasional dengan program Structural Fund yang

ditujukan langsung ke wilayah-wilayah regional termasuk wilayah Basque

Coutry. Pada periode 2007-2013, wilayah Basque Country menerima bantuan

dari Uni Eropa melalui program ERDF, CF, ESF dan EGTC. Dari keseluruhan

program total anggaran Uni Eropa yang dikeluarkan mencapai 1.490.660.000 juta

euro. Upaya pencegahan yang dilakukan Uni Eropa dengan pendekatan ke

masyarakat Basque dapat mengubah sudut pandang masyarakat Basque yang

menolak keras cara-cara kekerasan dan teror yang dilakukan ETA.

Terbukti dari tahun 2007-2013 jumlah teror dan kekerasan yang dilakukan

ETA semakin menurun. Pasca gencatan senjata terakhir yang diumumkan ETA

pada tahun 2011, tidak tercatakekerasan dan teror ETA sampai tahun 2013.

Survey yang dilakukan pada 2006 menunjukan 73% rakyat Basque Country

menginginkan adanya kesepakatan perdamaian antara ETA dengan Pemerintah

Spanyol dan keinginan untuk merdeka dari Spanyol semakin berkurang dan

kelompok separatis ETA semakin kehilangan legitimasi di Basque.

Integrasi Eropa salah satu pendukung dalam setiap kebijakan regional

Eropa di Basque Country. Rakyat Basque Country menikmati berbagai fasilitas-

79

Page 91: UPAYA UNI EROPA DALAM MEREDAM KONFLIK DI WILAYAH

fasilitas program dari Uni Eropa. Integrasi Eropa dapat mengatasi isu dan

permasalahan wilayah regional dengan meligitimasi perwakilan regional Basque

Country di Uni Eropa. Proses integrasi Eropa di Basque Country akan membantu

dalam pembangunan demokrasi, ekonomi, dan modernisasi sosial.

Namun penolakan Spanyol untuk menerima gencatan senjata dengan ETA

dapat menjadi penghambat di setiap kebijakan regional Eropa di Basque Country.

Program dan proyek Uni Eropa di Basque Country membutuhkan kestabilan

keamanan. belum adanya kesepakatan gencatan senjata dan kesepakatan

perdamaian, ETA dapat sewaktu-waktu melakukan serangan kembali. Uni Eropa

akan sangat sulit mengontrol kelompok garis keras seperti ETA. Hal tersebut

justru akan merugikan Basque Country dan kepentingan Uni Eropa di Basque

Country. Upaya-upaya program kebijakan regional Eropa akan mengalami

hambatan dan gangguan berupa aksi teror ETA.

Dibutuhkan komitmen yang kuat di antara kedua belah pihak untuk

memulai proses perdamaian. Menurut penelitian ini, aksi ETA yang telah berhenti

sejak empat tahun terakhir adalah pesan yang kuat bagi Pemerintah Spanyol untuk

membuka dialog kembali dengan ETA. Keterlibatan masyarakat dan organisasi

sipil sangat penting dalam proses perdamaian di Basque Country. Kedua belah

pihak antara Pemerintah Spanyol dan ETA harus membangun trust-building demi

kelancaran proses perdamaian.

80

Page 92: UPAYA UNI EROPA DALAM MEREDAM KONFLIK DI WILAYAH

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Agote, Alfonso Peresz, The Social Roots of Basque Nationalism, diterjemahkan oleh Cameron Watson dan William A.Douglas, University of Nevada Press, Las Vegas, 2006.

Barash, David P, (ed). Approaches to Peace: A Reader in Peace Studies, Oxford University Press, New York, 2009.

Baylis, John and Steven Smith, The Globalization of World Politics; An Introduction to International Relations, Oxford University Press, New York 2001.

Bennet,A. Leroy, International Organization, Prentice hall, New Jersey, 1977.

Burchill, Scott and Andrew Linklater, Theories of International Relations, ST.Martin’s Press, New York , 2009.

Galtung, Johan 50 years : 100 Peace and Conflict Perspective, Transcend University Press, Transcend , 2008.

Lecours, Andre, Basque Nationlism and Spanish State, University of Nevada Press, Las Vegas, 2007.

Lowe, Peter, ETA, Terrorism and Basque Conflict, Peter Lowe Publisher, 2014.

Mauna, Boer, Hukum Internasional : Kerangka Analisa, Pedoman Ilmu, Jakarta, 1987.

Moussis, Nicholas, Handbook of European Union, Institutions and Policies, EDIT-EUR, 1994.

Nazir, Moh, Metode Penelitian, Ghalia Indonesi, Jakarta, 1988.

Suherman, Ade Maman, Organisasi Internasional & Integrasi Ekonomi Regional dalam Perspektif Hukum dan Globalisasi, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2003.

Webel, Charles and Johan Galtung , Handbook Peace and Conflict Studies, Routledge, New York, 2007.

Zallo, Ramon and Mikel Ayuso, The Basque Country : Insight into its culture, history, society and institutions, Eusko Jaurlaritzaren Argitalpen Zerbitzu Nagusia Servicio Central de Publicasiones del Gobierno Vasco, Donastia-San Sebastian, 2009.

Page 93: UPAYA UNI EROPA DALAM MEREDAM KONFLIK DI WILAYAH

Jurnal Ilmiah :

Aiarta, Urko and Julen Zabalo, The Basque Country : The Long Walk to a Democratic Scenario, Berghof Transitions Series No.7, 2010.

Beck, Jan Malsvelt, The Continuity of Basque Political Violence : A Geographical Perspective on The Legitimisation of Violence, GeoJournal, Vol.48, No.2, Territorial Change and National Identities in Eastern and Western Europe, 1999.

Connolly, Christopher K., Independence in Europe : Secession, Sovereignty, and the European Union, Duke Journal of Comparative & International Law Vol.24:51, 2013.

Cuenca, Ignacio Sánchez, The persistence of nationalist terrorism: the case of ETA, Journal of Centre for Advanced Study in Social Science Juan March Institute.

Daw, Caitlin, Cohesion policy of the European Union : Facilitated by Supranational Institutions and Regional Autonomy or Hindered by Nationl Sovereignty?, Claremont-UC Undergraduate Research Conference on the European Union, Vol.2, Art .7, 2012.

Douglas, William A. and Joseba Zulaika, ETA and the Basque Political Process, Vol.32, No.2, Journal of Comparative Studies in Society and History, Cambridge University Press.

Fitzduff, N. and S.Williams, How did Northern Ireland moved towards Peace?, Cumulative Impact study, 2007.

Galtung, Johan, Violence, Peace and Peace Research, Journal of Peace Research, Vol.6, No.3, 1969.

Gokcek, Gulriz Gigi, Cooperation of EU Member States in Limitinf Etnhic Conflict, Department of Political Science Ellison Hall, University of California, 2008.

Guitet, Emmanuel Pierre, Is Consensus a Genuine Democratic Value? The Case of Spain’s Political Pacts Against Terrorism, Alternative: Global, Local, Political, Vol.33, No.3, 2008.

Herrberg, Antje with Canan Gunduz and Laura Davis, Engaging the EU in Mediation and Dialogue, Initiative for Peacebuilding Mediation Cluster, 2009.

Page 94: UPAYA UNI EROPA DALAM MEREDAM KONFLIK DI WILAYAH

Idoiaga, Gorka Espiou, The Basque Conflict New Ideas and Prospect for Peace, Journal of United States Institute for Peace Special Report No.161, 2006.

Idoiaga, Gorka Espiau, The Peace Processes in The Basque Country and Northern Ireland (1994-2006) : a Comparative Approach, Jurnal Institut Catala Internacional Per La Pau Working Papers, Barcelona, 2010.

Jebb, Cindy, The Fight for Legitimacy : Liberal Democracy Versus Terrorism, The Journal of Conflict Studies, Vol.XXIII, No.1 Spring, 2003.

Johansson,Emma, A New Start for EU Peacemaking : Post Record and Future Potential, Journal of UCDP No.7, Upsalla, Departement of Research and Conflict Resolution.

Martin, Annabel, And When Time Stood Still: Building a Road for Peace, Reconciliation, and Forgiveness in Euskadi (The End of ETA Armed Conflict),Hispanic Journal of Theory and Criticism, Vol.4, Iss 8, Art. 16, 2012.

Mesquita, Ethan Bueno de, Conciliation, Counter Terrorism and Patterns of Terrorist, Journal of Comparative study of Five Cases, 2005.

Murphy, Lindsay, EU Membership and an Independence Basque State, Peace International Law Review, Vol.19, Iss.2, Art.7, 2007.

Pablo, Julen dan Oier Imaz, The EU and the Basque conflict opportunities for engagement, Journal of Concilitaion Resource No.22, 2011.

Pleschinger, Stefanie, Allied Against Terror: Transatlantic Intelligence Cooperation, Journal of Yale University, 2006.

Saha, Dwiya, Euskal Herria - 194 th , Journal of Institute of Foreign Policy Studies, Calcutta University, 2012.

Shankar, Raja and Anwar Shah, Lessons from European Union Policies for Regional development, Policy Research Working Paper the World Bank Institute, No.4977, 2009.

Skripsi/Tesis/Disertasi :

Mannee,Tessa, Conflict Management in Northern Ireland and Spanish Basque Country : the Effectiveness of Consociational Conflict Management, International Public Management and Policy Master Thesis of Erasmus University Rotterdam, 2011.

Page 95: UPAYA UNI EROPA DALAM MEREDAM KONFLIK DI WILAYAH

Piccioli, Ilaria, European Integration and Stateless Minorities. The Trajectory of Basque Nationalism, Roma, Department of History and Political Science, Luiss-Guido Carli, 2010.

Puteri, Adithiya Batari, Nasionalisme Basque dalam Eksistensi Kelompok Euskadia Ta Askatasuna (ETA) setelah Pemberian Status Otonomi Tahun 1979, Skripsi Program Studi Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012.

Saylan, Ibrahim, Sub-State Nationalism within European Integration Process : a Comparative Study of Scotish, Basque and Kurdish Cases, Phd.Dissertation Departement of Political Science Ihsan Dogramaci Bilkent University, Ankara, 2011.

Sembiring, Roy Sidharta, Kekerasan dan Kebebasan : Perspektif Kritis terhadap Penggunaan kembali Pola-pola Terorisme oleh ETA dalam Mencapai Kemerdekaan Pasca Insiden Pemboman Madrid 2004, Tesis Universitas Indonesia, 2007.

Surayani, Desak Putu Sinta, Faktor Internal dan Eksternal dalam Proses De-eskalasi Konflik ETA-Pemerintah Spanyol tahun 2006-2012, Skripsi Hubungan Internasional Universitas Airlangga, 2012.

Situs Internet :

Basque Peace Process: ETA begin to put arms out of use, Spanish government dismiss as “theatrical terdapat di http://www.e-f-a.org/services/news-single view/?tx_ttnews%5Btt_news%5D=719&cHash=f670492e6730198c15d1536fa11ef0cd diakses diakses pada 20 Mei 2014

Basque Plan Independent Plan Rejected terdapat di http://news.bbc.co.uk/2/hi/europe/4228297.stm diakses pada 5 Mei 2014.

Common Foreign and Security Policy terdapat di http://eeas.europa.eu/cfsp/index_en.htm diakses pada 13 September 2014.

EU Chief Solana Avoids Basque Issues terdapat di http://www.realitymacedonia.org.mk/web/news_page.asp?nid+2440 diakses pada 10 September 2014

EU Vote Has Regional Powerhouses Devided in Spain terdapat di http://www.eubusiness.com/Institutions/050215024125.ktzvwj5 diakses pada 14 September 2014.

Page 96: UPAYA UNI EROPA DALAM MEREDAM KONFLIK DI WILAYAH

ETA’s Statement to the Basque Country terdapat di http://www.basquepeaceprocess.info/p=4974 diakses pada 1 November 2014

Government Discusses Extending Scope of Anti Terror Pact terdapat http://www.wsws.org/articles/2004/aug2004/spai-a24.shtml diakses pada 10 Mei 2014

Peta wilayah Etnis Basque terdapat di http://www.basque.unr.edu/conferences/2011/languages.html diakses pada 30 Mei 2014.

Sekilas Uni Eropa terdapat di http://eeas.europe.eu/delegations/indonesia diakses pada 15 September 2014.

Sejarah Pembentukan Uni Eropa terdapat di http://www.indonesianmission-eu.org/website/page943418664200310095958555.asp diakses pada tanggal 15 September 2014

SEUBP Peace Programme III terdapat di http://www.seupb.eu/programmes2007-2013/peaceiiiprogramme/overview.aspx diakses pada 15 September 2014.

Situs Global Terrorism Database, ETA and Basque separatism: data over the years. Terdapat di www.start.umd.edu/gtd diakses pada 25 Oktober 2014.

Situs Global Terrorism Database, Background Report : ETA Ceasefire by Numbers terdapat di www.start.umd.edu/gtd diakses pada tanggal 25 Oktober 2014.

Terrorist Act 1968-2006 Fatalities terdapat di http://www.nationmaster.com/country-info/stats/Terrorism/Terrorist-Acts/1968--2006/Fatalities diakses pada 30 April 2014.

The Cohesion Fund at a glance, terdapat di http://ec.europa.eu/regional_policy/funds/procf/cf_en.htm diakses pada 15 Oktober 2014.

Surat Kabar : Spanyol Inginkan Pembubaran ETA, Harian Media Indonesia 22 Januari 2011. Dokumen Resmi :

Commite of the Regions, EGTC Monitoring Report 2013 Towards the New Cohesion Policy, Europan Union, 2013.

Page 97: UPAYA UNI EROPA DALAM MEREDAM KONFLIK DI WILAYAH

Council Conclusions on Conflict Prevention, Foreign Affairs Council Meeting, Luxemburg, 20 June 2011.

European Commission, European Social Fund: Spain - programas beneficiarios 2007-2013.

International Covenant on Civil and Political Rights file pdf terdapat di http://ec.europa.eu/justice/policies/privacy/docs/16-12-1996_en.pdf

Pidato Koffi Anan pada saat menghadiri Konferensi Internasional dalam Konflik Basque di San Sebastian, Spanyol terdapat di http://kofiannanfoundation.org/newsroom/speeches/2011/10/kofi-annan-promotes-resolution-conflict-basque-country diakses pada 15 Mei 2014.

Presidency Conclusions, Goteborg European Council 15-16 June 2001.

Press Release of Instituto Nacional de Estadistica, Spanish Regional Accounts : Gross Domestic Product Per Region Year 2007, 2008.

Press Release Spanish Regional Accounts. Base 2000 (SRA-2000) Gross Domestic Product per Region 1995-2013, Nacional Instituto de Estadistica

Press Release Spanish Regional Accounts. Base 2000 (SRA-2000) Gross Domestic Product per capita per Region 2007-2013, Nacional Instituto de Estadistica.

Page 98: UPAYA UNI EROPA DALAM MEREDAM KONFLIK DI WILAYAH

Balasan Email dari Inaki Irazabalbeitia, Anggota Parlemen Eropa dari

Partai Aralar Basque Country, Spanyol yang tergabung dalam EFA

(European Free Alliance)

From : [email protected]

To : [email protected]

1. How is the lastest developments of the conflict between the ETA and the

Spanish government?

I wouldn't say that the conflict is between ETA and Spanish government. The

violence actions of ETA are one of the expressions of the conflict; a regrettable

one by the way. The real conflict is the definition of the framework of the political

relationships between the Basque Country and Spain. It is a conflict on the right to

self-determination of the Basque country

Since ETA declared the end on violence almost 3 years ago we are in a peace

process in which unilaterality is the main characteristic. ETA and its political

movements are doing steps ahead to achieve peace and political normalisation, but

the Spanish government does not acknowledge them. The last one done by ETA

has been the starting of arm decommission.

2. What is the reason of Spanish’s Government rejects ceasefire with ETA and

considers this conflict remains a domestic problem that does not require an

outside party to mediate the conflict?

There are several reasons, The fight against terrorism has been one of the most

important policies for Spanish government. An exception legislation that limits

democracy has been set up. Part of which has been condemn by the Court of

Human Rights of Strasbourg. Governments built up their political action on the

antiterrorist police. Spanish government used the fight against terrorism to cover

issues like corruption, economical crisis, and so on. Why should they give up to

use such a powerful tool to divert public opinion? In the other hand, the violent

actions of ETA were of very low level in the last years, among other reasons,

Page 99: UPAYA UNI EROPA DALAM MEREDAM KONFLIK DI WILAYAH

because ETA lacked the operational means to perform qualitatively and

quantitatively high profile armed actions; those kind of actions that can impact in

political decisions. Any government can assume the killing 2 to 4 people a year.

3. How important of Basque Country for Spain so Spain tried to maintain the

Basque Country remains as a part of Spain?

For Spain is not an economical issue. It is more an issue of arrogance or vanity.

The last remains of the former empire where the sun never hid disappear in the

last century. So for Spanish nationalism keeping inside the borders of the country

all peninsular territories is crucial. As you probably know, in the coat of arms of

Spain during Franco's dictatorship this motto was written: Spain, one (united),

free and big!

4. What are the obstacles to peace between ETA and the Spanish government?

I think that the main obstacle is the attitude of the Spanish government that doesn't

want to recognise ETA as an interlocutor ever only for technical issues of the

process like arm decommission.

5. What is the difference between ETA and IRA in Northern Ireland, it is

actually the same but the ETA conflict more difficult to resolve?

Although the conflicts of Northern Ireland and Basque country share some

common elements like violent actions or the aim to exercise the right to self-

determination, the social and economical circumstances are rather different. For

instance, in the Basque Country there isn't a physical and social separation

between two communities as in NI: catholics and protestants. In the BC those who

feel only Basque and those who feel Spanish life in the same neighbourhood,

same apartment bloc, go to drink to same pubs and share the same social class.

6. How Basque people today, whether the desire for independence from Spain

was still there?

Page 100: UPAYA UNI EROPA DALAM MEREDAM KONFLIK DI WILAYAH

Basque society clearly wants to have the biggest level of autonomy possible even

independence. The last polls show that about two thirds of the Basque would like

to improve the current autonomy statute and more or less 40 % of the people says

that the improvement process should finish in an independent Basque Country

7. The European Union has a mediating role in every conflict, in the Basque

conflict why the EU does not play a role in mediating the conflict?

The Union never even it has the so called PEACE program to help the NI peace

process. However in 2006 the European Parliament approved a resolution

demanding a democratic and peaceful resolution of the Basque conflict.

8. What should the EU deal with conflict in the Basque?

I think that the EU should be a facilitator of the process. It should make

diplomatic pressure on the Spanish government in order to encourage it to take

part in the process and to do positive steps towards its resolution. Furthermore,

the Union could establish an program similar to NI Peace program to help dealing

with the consequences of the conflict.

9. As an institution that upholds the principles of democracy, why the EU does

not facilitate the process of independence for the Basque people, as well as

the European Union to facilitate the process of independence of Bosnia

Herzegovina from Yugoslavia?

I think that the situation in former Yugoslavia in the early 90s is not comparable

with the current purpose of independence of nations that are part of a bigger state

like BC, Catalonia or Scotland. Yugoslavia was in a war situation and it wasn't

member of the Union. The BC, Catalonia and Scotland are part of democratic

states of the EU.

As I told you before the inner structure of a member state is not a competence of

the EU, but of the states. The exercise of the right of self-determination depends

on the will of the state. Therefore, Scots will vote on their independence and

Spain forbids Catalans to do so.

Page 101: UPAYA UNI EROPA DALAM MEREDAM KONFLIK DI WILAYAH

Anyway if Scots, Catalans of both of them vote for independence the EU will

forced to take an official position on the demand of those nations to continue

being members of the Union.

10. How important is the position of Spain in the European Union, so that the

EU can not intervene directly in the Basque conflict?

It is not a particular position. EU policy is not to intervene in inner issues of

member states unless there is an specific petition from the state. This is the case.

11. EU imposes ETA as a terrorist group, whereas the independence separatist

group of ETA is just like IRA and the European Union could revoke the

status of ETA as a terrorist group? how do you respond?

Currently ETA is an organisation which is in the way of arriving to its end. The

fight for the independence of the BC is now being carried out by political forces

and social movements like 'Gure esku dago' (http://gureeskudago.net/en/)

12. How is the support of the European Parliament against Basque

independence?

Parliamentary groups and political parties has different position on the issue of the

right to self-determination. Even inside the same group there are different

positions. Two examples. Greens-EFA group support the right of self-

determination for all European nations. In the GNU group some parties are

against and other for.

13. Does The EU give seat in the European Parliament for the representatives

of the Basque Country and how they can represent the aspirations of the

people of the Basque?

Representatives in the European Parliament are elected on the bases of member

states. So there is no specific seat for the BC. Each member state has its own

electoral law to elect representatives in the EP. In Spain there is a unique electoral

constituency that's make very difficult for the parties of the different nation of

Page 102: UPAYA UNI EROPA DALAM MEREDAM KONFLIK DI WILAYAH

Spain (Catalans, Basques, Galicians) to achieve representation by their own.

Therefore, they usually set up coalitions between parties of the different nations. I

was elected in list formed by parties from the BC, Catalonia, Galicia and Aragon

and Spanish Greens. We share the seat between the 3 biggest parties.

In France, they are several constituencies. Anyway, taking into account that the

Northern Basque Country has only 250.000 inhabitants, it impossible for a

nationalist party of NBC to be achieve representation by its own and even in

coalition with other.

14. how about basque people opinion toward european integration, whether

they prefer to european integration or self-independence?

Independence isn't against European integration. In fact most of the pro-

independence parties of state-less nations in Europe, as Aralar or the Scottish

National Party, are very strong pro-European. One of the differences between

current situation of state-less nations and an independent one is that the latter have

a direct influence in decission taking in the EU and the former no. Take into

account that the EU is an union between states not citizens.

15. what is the causes for previous years ETA attacks reduce ? is EU play role

also within?

Lack of operational capacity, the distrust of the majority of Basque society and

the police pression in both France and Spain .

16. do you think that EU effort with Structural Funds, EGTC, one of EU

Conflict prevention?

It could help, of course.