upaya meningkatkan hasil belajar siswa skripsi...
TRANSCRIPT
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA
MELALUI METODE PETA KONSEP
PADA MATA PELAJARAN FIKIH BAB MAWARIS KELAS XI
DI MA NU NURUL HUDA MANGKANG KULON TUGU SEMARANG
TAHUN AJARAN 2010/2011
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Melengkapi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam
Ilmu Pendidikan Islam
Oleh:
M. Agus Afifudin
NIM : 073111056
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2011
ii
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : M. Agus Afifudin
NIM : 073111056
Jurusan/ Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian
karya saya sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya.
Semarang, 05 Desember 2011
Saya yang menyatakan,
M. Agus Afifudin
NIM : 073111056
iii
iv
v
vi
ABSTRAK
Nama : M. Agus Afifudin (073111056). Judul: Upaya Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa Melalui Metode Peta Konsep Pada Mata Pelajaran Fikih Bab Mawaris Kelas XI Di MA NU Nurul Huda Mangkang Kulon Tugu Semarang Tahun Ajaran 2010/2011.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas XI di MA NU Nurul Huda Mangkang Kulon Tugu Kota Semarang Dengan Menggunakan Metode Peta Konsep Pada Mata Pelajaran Fikih Bab Mawaris. Subyek penelitian ini adalah kelas XI IPS 1 MA NU Nurul Huda tahun ajaran 2010-2011 yang berjumlah 41 siswa yaitu terdiri dari 16 laki-laki dan 25 perempuan. Penelitian ini menggunakan studi tindakan (action research) pada siswa kelas XI MA NU Nurul Huda Semarang. Dari hasil observasi secara langsung dikelas XI, penelitian tindakan dapat diketahui dengan melihat metode yang digunakan oleh guru bidang studi fikih yang belum secara penuh mengedepankan pembelajaran aktif dan cenderung terjadi komunikasi satu arah, artinya siswa cenderung pasif dalam pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari kesiapan dan keaktifan pada saat pembelajaran berlangsung. Kesiapan dalam pembelajaran dan keaktifan siswa menggambarkan motivasi untuk mengikuti pembelajaran. Motivasi siswa tentunya akan sangat berpengaruh terhadap nilai yang akan didapat oleh masing-masing siswa. Penelitian ini terdiri dari tiga siklus, setiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan tindakan (acting), pengamatan (observing), dan reflesi (reflecting). Dengan tehnik analisis deskriptif kualitaif, penelitian tindakan kelas ini dipilih sebagai upaya meningkatkan hasil belajar siswa. Sebelum dilakukan penelitian tindakan, diawali dengan tahap pra siklus, pada tahap ini peneliti melakukan observasi tentang hasil evaluasi pembelajaran fikih bab mawaris ditahun sebelumnya. Dari data-data observasi yang peneliti dapatkan, dapat diketahui dari kondisi awal bahwasannya dikelas XI, terjadi permasalahan yaitu hasil belajar siswa dalam pembelajaran fikih bab mawaris yang rendah dan jauh dari target KKM; 65 yang ditetapkan oleh pihak madrasah. Pada pelaksanaan pra siklus diperoleh hasil rata-rata nilai siswa adalah 42,03. Kemudian dilaksanakan siklus I, dari data penelitian tindakan kelas yang telah peneliti dapatkan terjadi peningkatan nilai rata-rata pada siklus I, menjadi 60,85, tetapi masih banyak sekali siswa yang belum mencapai KKM. Dilanjutkan ke tindakan siklus II, pada tindakan ini terjadi peningkatan lagi yaitu menjadi 72,07. Kemudian dilanjutkan ke siklus III, terjadi peningkatan lagi, yaitu 75,48. Dan dirasa cukup maka peneliti menghentikan tindakan pada siklus III. Hasil penelitian membuktikan bahwa dengan menggunakan metode peta konsep dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran fikih bab mawaris di MA NU Nurul Huda tahun ajaran 2010-2011. Dan berdasarkan hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi, masukan, dan pengetahuan kepada semua fihak yang membutuhkan.
vii
MOTTO
"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu
dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu;
penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak
mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada
mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan" (Q. S. at-
Tahrim/66: 6)1
1Departemen Agama RI, al-Qur'an dan Terjemahnya, (Bandung: CV Penerbit Jumanatul
'Ali-Art, 2005), hlm. 561.
viii
PERSEMBAHAN
Tiada sesuatupun yang dapat memberikan rasa bahagia melainkan
senyum manis penuh bangga dengan penuh rasa bakti, cinta dan kasih sayang
dan dengan segala kerendahan hati kupersembahkan skripsi ini untuk
� Allah SWT. yang tiada alasan sesuatupun dari NYA untuk tidak kita
syukuri.
� Kanjeng Nabi AGUNG Muhammad SAW.
� Ayahanda Bapak Zarkoni dan Ibunda Sholehah tercinta yang telah
mendidik dan membesarkanku serta mencurahkan kasih sayangnya.serta
selalu memberikan Do'a dan semangat kepada penulis
� adekku Ahmad najihan muzakky dan andik slamet yang telah membuatku
selalu tersenyum
� Kepala MA NU NURUL HUDA bpk. Akhyar S.Pd, bpk H. Muftidin M. Ag,
beserta dewan guru serta segenap jajaran staf, karyawan dan siswa
khususnya siswa kelas XI yang telah memberikan izin, bimbingan dan
bantuan serta meluangkan tenaga dan waktunya sehingga penulis mampu
melaksanakan penelitian demi menyelesaikan skripsi ini.
� Abah yai Hadlor Ihsan beserta keluarga, seluruh dosen, terutama dosen
pembimbing (bpk. Amin farih M. Ag dan bpk Ridwan M. Ag), guru, ustadz-
ustadzah, terimakasih atas segalanya.
� Deni Indiana, yang entah dengan apa penulis membalas seluruh
ketulusan.
ix
� Sesepuh dan sedulur [KPT]beta. (dari semua yang pernah aku jalani,
disini yang berikan damai di hati.)
� Orange juice. Reggae g harus gimbal.
� Adek-adek teater Athena yang semangat belajarnya di luar nalar.
� Sahabat-sahabat PAI 07B senasib seperjuangan yang telah memberikan
motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.
� Sahabat-sahabat, teman-teman, di Ponpes Al-Ishlah, the genix, Tim KKN
Posko 15 desa branjang, Tim PPL di SMP 23. Hemh…hehe
� Dan tak lupa pembaca budiman sekalian
Semoga amal dan kebaikan mereka mendapat balasan yang berlipat
ganda dari Allah Yang Maha Kuasa.
x
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillâhi rabill ‘aalamin. Segenap puja dan puji syukur peneliti
panjatkan ke hadirat Allah SWT., yang telah melimpahkan petunjuk, bimbingan
dan kekuatan lahir batin kepada dir peneliti, sehingga penelitian hasil dari sebuah
usaha ilmiah yang sederhana ini guna menyelesaikan tugas akhir kesarjanaan
terselesaikan dengan sebagaimana mestinya.
Sholawat dan salam semoga dilimpahkan oleh-Nya kepada junjungan kita
Nabi Besar Muhammad SAW, sosok historis yang membawa proses transformasi
dari masa yang gelap gulita ke zaman yang penuh peradaban ini, juga kepada para
keluarga, sahabat serta semua pengikutnya yang setia disepanjang zaman.
Penelitian yang berjudul “ UPAYA MENINGKATKAN HASIL
BELAJAR SISWA MELALUI METODE PETA KONSEP PADA MATA
PELAJARAN FIKIH BAB MAWARIS KELAS XI DI MA NU NURUL HUDA
MANGKANG KULON TUGU SEMARANG TAHUN AJARAN 2010/2011” ini
pada dasarnya disusun untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan Islam pada Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.
Usaha dalam menyelesaikan skripsi ini memang tidak bisa lepas dari
berbagai kendala dan hambatan, tetapi dapat penulis selesaikan juga walaupun
masih banyak kekurangan yang ada. Oleh karena, itu izinkan peneliti ingin
mengucapkan terima kasih kepada hamba-hamba Allah yang membantu peneliti
sehingga karya sederhana ini bisa menjadi kenyataan, bukan hanya angan dan
keinginan semata.
xi
Akhirnya, penulis sadar bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat
banyak kekurangan. Namun, terlepas dari kekurangan yang ada, kritik dan saran
yang konstruktif sangat penulis harapkan untuk perbaikan di masa yang akan
datang. Besar harapan penulis skripsi ini dapat dapat bermanfaat bagi diri sendiri
maupun orang lain.
Semarang, 5 desember 2011
Penulis
M. Agus Afifudin
NIM. 073111056
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL......................................................................................... i
PERNYATAAN KEASLIAN........................................................................... ii
PENGESAHAN................................................................................................. iii
NOTA PEMBIMBING...................................................................................... iv
ABSTRAK......................................................................................................... v
KATA PENGANTAR....................................................................................... vi
DAFTAR ISI..................................................................................................... vii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah............................................................. 1
B. Rumusan Masalah...................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian....................................................................... 4
D. Manfaat Hasil Penelitian……………………………………… 4
BAB II : PENERAPAN PETA KONSEP PADA MATA PELAJARAN
FIKIH BAB MAWARIS
A. Kajian Pustaka........................................................................... 5
B. Mawaris..................................................................................... 6
1. Pengertian Ilmu Mawaris …………………………………
2. Pentingnya Mempelajari Ilmu Mawaris…………………..
3. Sejarah Mawaris Pra Islam Sampai Datangnya Islam…..…
4. Sekilas Materi Tentang Mawaris Untuk MA/Sederajat……
C. Peta Konsep (Concept Mapping)……………………………. 13
1. Concept Map Dapat Digunakan Untuk Tehnik Mengajar…
2. Guna Concept Map Dalam Pembelajaran…………………
3. Keunggulan Concept Map……………………………………..
4. Proses Pembuatan Concept Map……………………………..
D. Peta Konsep Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fikih Mawaris 22
E. Hipotesis Tindakan………………………………………….. 25
xiii
BAB III : METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian.......................................................................... 26
B. Tempat dan Waktu Penelitian................................................... 26
C. Pelaksana Dan Kolaborator....................................................... 27
D. Rancangan Penelitian............................................................... 27
E. Teknik Pengumpulan Data........................................................ 33
F. Teknik Analisis Data................................................................. 34
BAB IV : ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum MA NU Nurul Huda Semarang…………. 37
1. Sejarah..................................................................................
2. Visi dan Misi........................................................................
B. Hasil Penelitian……………………………………………….. 41
1. Pra Siklus..........................................................................
2. Siklus I..............................................................................
3. Siklus II.............................................................................
4. Siklus III...........................................................................
C. Analisis Hasil Penelitian……………………………………... 53
1. Analisis Pra siklus………………………………………..
2. Analisis Siklis I………………………………………….
3. Analisis Siklus II………………………………………...
4. Analisis Siklus III………………………………………..
D. Perbandingan Hasil Evaluasi Mawaris Dengan
Metode Peta Konsep…………………………………………. 58
E. Diagram Hasil Evaluasi Mawaris Dengan Peta Konsep……... 59
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................. 60
B. Saran.......................................................................................... 60
C. Kata Penutup............................................................................. 61
xiv
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.2
Pertumbuhan psikologis yang baik melalui berbagai media dan metode
dapat menolong individu dan menghaluskan perasaannya dan
mengarahkannya ke arah yang diinginkan, dimana ia menjadi kekuatan dan
motivasi ke arah kebaikan kerja yang membina dan berhasil sehingga dapat
mencapai kemaslahatannya dan kemaslahatan masyarakat dimana ia hidup. Ia
juga dapat menumbuhkan perasaan manusia yang mulia, yang menjadikan
manusia yang mencintai kebaikan bagi orang lain, mampu berinteraksi
dengan mereka, turut merasakan penderitaan dan masalah-masalahnya dan
turut berkorban untuk mereka dan juga membantunya untuk menyesuaikan
diri dengan dirinya sendiri dan juga masyarakat.3
��� �� ����� ا� � �� : �� ا�� ���� �� ا���� ��� ا� �� و��� ��ل ��ا�)�- ا��ب ار*� ()�ن �� � &%$ ���# ا�"�ء ا� �ى وا���� ا�
"�ء (�56 ا� � � (4&�# ا�)3ء وا��2/ ا�)�- وآ�&# �� � ا�0&/ ا�.)# ا�ا���س (2-��ا و�%�ا وزر��ا وا���# �� � ;� :6$ ا9-ى ا&"� ه� ���ن 7 B".@ ��ء و��B 7# آA) 3ا�@ ��� �� (% �� د<� ا� و&�6 �� ���� ا� � (��� و��� و��� �� �� <-(A� 5ا�@ راء�� و�� <%�� ه�ى ا� ا�Aي ار��# � �
4)�ا9-0 ا���Fرى (� آ�Eب ا���(Abu Musa meriwayatkan: Nabi saw bersabda perumpamaan petunjuk (huda) dan pengetahuan (ilm) yang dengannya Allah SWT mengutusku adalah bagaikan hujan lebat yang turun ke atas bumi yang sebagian
2Undang-Undang RI No.20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional, (Semarang: Aneka
Ilmu, 1992), hlm. 3. 3Melvin L. Silberrnen, 101 Strategi Pembelajaran Aktif (Active Learning), terj. Sarjuli
dan Azfat Ammar, (Jakarta: Yakpendis, 2001), hlm. 65. 4 Al-Imam Al-Bukhari, Shahih Al-Bukhari, (Beirut: Dar al-Kutub, 2008), Juz I, hlm 34
2
darinya subur yang menyerap air hujan dan tumbuhlah tumbuh-tumbuhan dan rumput yang lebat. Dan bagian yang lainnya adalah keras dan menyimpan air hujan dan Allah SWT memanfaatkan manusia dengannya dan merekapun memanfaatkannya untuk minum, menjadikannya menjadi minuman binatang dan untuk irigasi tanah yang ditanami. Dan sebagian daripadanya adalah tandus yang tidak menyimpan air dan tidak menumbuhkan tumbuh-tumbuhan (sehinnga tanah itu tidak bermanfaat apa-apa). Yang pertama adalah perumpamaan dari orang yang memahami Agama Allah dan memperoleh keuntungan (dari pengetahuan itu) yang telah Allah SWT wahyukan melalui aku (Nabi SAW), dan belajar dan mengajarkan orang lain. Yang terakhir adalah perumpamaan orang yang tidak berusaha untuk memperolehnya dan tidak menerima petunjuk dari Allah SWT yang diwahyukan melalui aku (itu bagian tanah yang tandus). (HR. Bukhori)
Dari hadist di atas dapat disimpulkan bahwa Islam adalah agama yang
menganut faham pendidikan sebagai suatu proses spiritual, akhlak, intelektual
yang berusaha membimbing manusia dan memberinya nilai-nilai, prinsip-
prinsip dan teladan ideal dalam kehidupan, juga bertujuan mempersiapkan
untuk kehidupan di dunia dan akhirat. Ia juga bertujuan mengembangkan
tujuan pribadinya dan memberinya segala pengetahuan, ketrampilan dan
sikap yang berguna disamping mengembangkan ketrampilan diri sendiri yang
berkesinambungan tidak terbatas oleh waktu dan tempat kecuali taqwa.
Dalam praktik kehidupan sehari-hari, persoalan mawaris sering kali
menjadi krusial yang terkadang memicu pertikaian dan menimbulkan
keretakan hubungan keluarga. Penyebab utamanya ternyata keserakahan dan
ketamakan manusia, di samping karena kekurang-tahuan pihak-pihak yang
terkait mengenai hukum pembagian waris. Padahal, Allah SWT di dalam Al-
Qur'an mengatur pembagian waris secara lengkap. Sementara itu, di sisi lain,
banyak dijumpai kenyataan bahwa beberapa kalangan --termasuk para pelajar
di sekolah-sekolah Islam---menganggap faraid (ilmu yang mengatur
pembagian harta pusaka) sebagai momok yang menakutkan.
Dengan latar belakang rumus dan angka-angka yang njlimet, mawaris
adalah salah satu bab yang di anggap sulit dan membingungkan dalam ilmu
fikih. Sehingga untuk mempelajarinya dibutuhkan keseriusan yang maksimal.
3
Walau bagaimanapun kesulitannya, mempelajari mawaris adalah Fardlu
Kifayah.
Setelah peneliti mendatangi MA NU NURUL HUDA di Mangkang
Kulon Tugu Semarang & berkonsultasi dengan guru pengampu mata
pelajaran fikih, Drs H. Muftidin menyimpulkan bahwa selama ini di MA NU
NURUL HUDA hasil belajar siswa dalam bab mawaris dengan hanya
menggunakan metode ceramah sangatlah rendah bila dibandingkan dengan
hasil belajar bab-bab mapel fikih yang lainnya.
Dari masalah yang ada di atas, maka peneliti memberanikan diri untuk
mengajukan judul skripsi tentang mawaris di MA NU NURUL HUDA
dengan menggunakan metode peta konsep. Diharapkan dengan menggunakan
metode peta konsep siswa bisa lebih memahami mawaris secara detail.
Peta konsep mirip peta jalan, namun peta konsep menaruh perhatian
pada hubungan antar ide-ide, bukan hubungan antar tempat. Peta konsep
bukan hanya meggambarkan konsep-konsep yang penting melainkan juga
menghubungkan antara konsep-konsep itu.
Untuk membuat suatu peta konsep, siswa dilatih untuk mengidentifikasi
ide-ide kunci yang berhubungan dengan suatu topik dan menyusun ide-ide
tersebut dalam suatu pola logis. Peta konsep bisa berupa diagram hirarki, bisa
juga memfokus pada hubungan sebab akibat.
Karena dipandang mampu menghubungkan ide awal dengan ide yang
berkembang, dan peta konsep berupa alternatif untuk mengorganisasi materi
dalam bentuk peta (gambar) secara holistik, interelasi, dan komperehensif.
Dan mawaris adalah ilmu yang sangat luas, sehingga dikhawatirkan siswa
akan banyak terpecah konsentrasinya karena karakteristik mawaris yang
sangatlah kompleks. Maka, peta konsep dianggap mampu menanggulangi
kemrosotan hasil belajar siswa dalam materi mawaris.
B. Perumusan Masalah
4
Berdasarkan konteks penelitian di atas, maka fokus penelitian yang
dapat diambil adalah “Metode pembelajaran peta konsep dapat meningkatkan
hasil belajar siswa pada mata pelajaran fikih bab mawaris kelas XI di MA NU
Nurul Huda Mangkang Kulon Tugu Semarang tahun ajaran 2010/2011.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut: Bagaimanakah penerapan metode
pembelajaran pembelajaran peta konsep dapat meningkatkan hasil belajar
siswa pada mata pelajaran fikih bab mawaris kelas XI di MA NU Nurul Huda
Mangkang Kulon Tugu Semarang tahun ajaran 2010/2011?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan peneliti dari penelitian ini adalah meningkatkan hasil belajar siswa
pada mata pelajaran fikih bab mawaris. Untuk mengetahui apakah melalui
metode peta konsep dapat meningkatkan prestasi belajar aqidah siswa pada
mata pelajaran fikih bab mawaris kelas XI di MA NU Nurul Huda
Mangkang Kulon Tugu Semarang tahun ajaran 2010/2011”.
D. Manfaat Hasil Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
1. Guru Mapel
Sebagai bahan masukan guru dalam meningkatkan mutu pendidikan di
kelasnya, khususnya guru materi pelajaran fikih pada bab mawaris.
2. Siswa
Siswa bisa meningkatkan hasil belajarnya, khususnya pada materi
pelajaran fikih bab mawaris.
3. Peneliti
Untuk mendapatkan pengetahuan dan pengalaman dalam menggunakan
metode pembelajaran peta konsep pada mata pelajaran fikih bab mawaris
yang diterapkan langsung pada ruang kelas.
5
BAB II
PENERAPAN PETA KONSEP
PADA MATA PELAJARAN FIKIH BAB MAWARIS
A. Kajian Pustaka
Dalam kajian pustaka ini terdiri atas penelitian terdahulu yang relevan
dengan penulisan skripsi sebagai bahan perbandingan, penulis akan mengkaji
beberapa penelitian terdahulu untuk menghindari kesamaan obyek dalam
penelitian.
1. Penelitian Muhammad Subakir (63111074) Fakultas Tarbiyah, yang
berjudul: “Implementasi Model Pembelajaran Concept Mapping Berbasis
Paikem Untuk Meningkatkan Minat Belajar Siswa Pada Materi Pokok
Cahaya (Penelitian Tindakan Kelas) Di Kelas VII A Semester II MTs
Fatahillah Bringin Kecamatan Ngaliyan Semarang”, membahas mengenai
Concept Mapp (Peta Konsep) dalam peningkatan prestasi belajar siswa di
Kelas VII A Semester II MTs Fatahillah Bringin Kecamatan Ngaliyan
Semarang. Yang penulis bidik dari penelitian Muhammad Subakir ini
adalah Concept Mapp (Peta Konsep) yang sudah di usung oleh
Muhammad Subakir dalam penelitiannya.
2. Penelitian Eka Mahfiyatun Khoirisah NIM. 2101034 Fak. Syariah yang
berjudul “Pendapat Syahrur Tentang Tidak Adanya Mekanisme ‘Aul Dan
Radd Dalam Hukum Kewarisan Islam”, hasil penelitian yang dilakukan
oleh Eka Mahfiyatun Khoirisah ini adalah penelitian yang bersifat
kwantitatif, tetapi bukan itu yang menjadi sorotan penulis, tetapi ilmu
waris yang diangkat bisa menjadi acuan dalam penelitian yang penulis
susun ini.
3. Penelitian Ali Imron (53111123) Fak. Tarbiyah, “Implikasi Ujian
Nasional Terhadap Proses Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di MA
NU Nurul Huda Mangkang Kulon Semarang”, tempat penelitian yang
sama, penulis mengharapkan mengetahui lebih banyak data dari yang
6
dilakukan oleh Ali Imron yang juga melaksanakan penelitian di MA NU
Nurul Huda Mangkang Kulon Semarang.
Dengan berdasarkan pustaka di atas terdapat persamaan dengan
penelitian yang sedang peneliti kaji yaitu tentang peta konsep, dan mawaris.
akan tetapi terdapat perbedaan yang jelas yaitu variabel penelitian dan
populasi, sehingga nantinya akan hasil penelitian yang dilakukan peneliti
berbeda dengan penelitian diatas. Maka diharapkan penelitian-penelitian yang
sudah dilakukan sebelumnya dan mempunyai kesamaan dengan penelitian
yang sedang di kaji oleh penulis bisa memberikan semacam acuan demi
berhasilnya penelitian ini.
B. Mawaris
1. Pengertian Ilmu Mawaris
Menurut bahasa: harta peninggalan orang yang meninggal dunia.
Menurut istilah: ilmu tentang bagaimana membagi harta peninggalan
seseorang setelah ia meninggal dunia.
2. Pentingnya Mempelajari Ilmu Mawaris
Para ulama berpendapat bahwa mempelajari dan mengajarkan Fiqh
Mawaris adalah wajib kifayah. Ini sejalan dengan perintah Rasulullah
SAW. agar umatnya mempelajari dan mengajarkan ilmu faraid
sebagaimana mempelajari dan mengajarkan al-Quran:
$ ا�)�Hد ��اا6�-�"K��B و��� :M ا�� ��ل ��ل ر��ل ا� ��� ا� ��و��U�"V ا���Kس (�& &ST ا���� وه� <�.� وه� أ ول O�> PQع �� ا�$
)��Wار��وا��.�:� وا� �"Hا ٥)ا9-0
“Dari Dihyatul Kunbi berkata: Rasulullah bersabda: Pelajarilah ilmu faraid dan ajarkanlah kepada orang lain. Karena faraid adalah setengah dari ilmu, dan faraid akan terlupakan, faraid adalah sesuatu yang pertama kali akan hilang dari ummatku” (HR. Ahmad, al- Nasa’I, dan al-Daruqutny).
5 Imam Ibnu Hambal. Musnad Imam Ibnu Hanbal, (Darul Fikri, t.th) Hlm. 205
7
3. Sejarah Mawaris Pra Islam Sampai Datangnya Islam
Pada zaman Jahiliyah, aturan pusaka orang arab didasarkan atas nasab
dan qorobah (hubungan darah dan kekeluargaan). Namun terbatas kepada
anak laki-laki yang sudah dapat memanggul senjata untuk membela
kehormatan keluarga dan dapat memperoleh harta rampasan perang. Mereka
tidak memberikan pusaka, kepada para wanita dan anak-anak yang masih
kecil.
Sistem warisan pada masa jahiliyah juga didasarkan atas sumpah setia
atau perjanjian. Bila seseorang lelaki berkata kepada temannya, “darahku,
darahmu, tertumpahnya darahmu, berarti tertumpahnya darahku. Engkau
menerima pusaka dari padaku, dan aku menerima pusaka dari padamu,
engkau menuntut belaku dan aku menuntut belamu.” Dengan ucapan ini
mereka kelak menerima seperenam harta dari masing-masing. Yang
selebihnya diterima oleh ahli waris.
Sebelum Islam datang, bagian warisan bagi kaum wanita dikalangan
masyarakat arab jahiliyyah tidak ada sama sekali. Alasan mereka karena
kaum wanita tidak terlibat dalam peperangan dan tidak menanggung biaya
sedikitpun untuk kepentingan keluarga.
“Bagaimana mungkin kami akan memberikan warisan kepada orang
yang tidak pernah menunggang kuda, tidak pernah memnggul senjata dan
tidak pernah berperang melawan musuh?” demikian alas an mereka. Hal yang
sama juga diperlakukan kepada anak-anak kecil.6
Cara warisan lain dimasa jahiliyah yang terus berlaku sampai
permulaan Islam, ialah adopsi (mengangkat anak). Lazim di zaman jahiliyah,
seseorang mengangkat anak orang lain sebagai anaknya dan dibangsakan
kepadanya, tidak lagi kepada ayahnya sendiri, dan anak itu menerima pusaka
dari orang tua angkat.7
6 Syaikh Muhammad Ali Ash-Shabuni, Al-Mawarist, terj. Abdul Hamid Zahwan, Hukum
Waris, (Jakarta, CV. Pustaka Mantiq, 1994) Hlm. 18-19, cet. 1 7 Teungku Muhammad Hasbi Ash Shidieqy, Fiqh Mawaris, (Semarang, PT. Pustaka
Rizki Putra, 2010) hlm. 2-4, Cet 3.
8
Dalam perkembangannya masalah pengangkatan anak tidak lagi
berjalan, karena Islam menghapuskannya. Terkecuali apabila yang diinginkan
mengangkat anak hanya bermotivasi sosial atau semacam orang tua asuh,
justru sangat dianjurkan. Penghapusan pengangkatan anak sebagai dasar
pewarisan, ditegaskan dalam Firman Allah:
���� �� �0-� Kه-ون �� 0�� ا���[B �:�Kو�� 0�� أزوا0)� ا�� 0�( �)�� �K أB� K�)� و�� 0�� أد��ءآ� أ���ءآ� ذ�)� ���)� 4�(�اه)� وا��K <%�ل
�� اد��ه� �[��: � ه� أ�K.ي ا��وه� < K .a ��� ا��K (ن �� B��"�ا ا�_ �( )٤- ٥:اOH7ب(b��ءه� (9�ا&)� (� ا��V<� و��ا�
“Allah sekali-kali tidak menjadikan bagi seseorang dua buah hati dalam rongganya; dan Dia tidak menjadikan istri-istrimu yang kamu zhihar itu sebagai ibumu, dan Dia tidak menjadikan anak-anak angkatmu sebagai anak kandungmu (sendiri). Yang demikian itu hanyalah perkataanmu dimulutmu saja. Dan Allah mengatakan yang sebenarnya dan Dia menunjukkan jalan (yang benar). Panggilah mereka (anak-anak angkat itu) dengan (memakai) nama bapak-bapak mereka; itulah yang lebih adil pada sisi Allah, dan jika kamu tidak mengetahui bapak-bapak mereka, maka (panggilah mereka sebagai) saudara-saudaramu seagama dan maula-maulamu”.(Al- Ahzab 4-5)
Akan halnya tentang hijrah dan ikatan persaudaraan antara golongan
muhajirin dan ansor dijadikan dasar pewarisan adalah karena pertimbangan
“politis”. Dakwah Rasulullah SAW. di Mekah selama kurun waktu 11 tahun
nyaris tidak membuahkan hasil yang memuaskan. Tercatat kurang lebih 200
orang yang bergabung dengan Rasul untuk hijrah ke madinah. Karena
sebagian besar masyarakat Quraisy waktu itu memusuhi Rasulullah, karena
menerima ajaran islam, berarti mengancam eksistensi agama nenek moyang
mereka. Ajakan hijrah Rasulullah SAW. kepada orang-orang Mekah agaknya
kurang mendapat sambutan positif dari warga Mekah, sehingga perlu
memberi rangsangan bahwa keluarga yang ikut hijrah yang nantinya berhak
mewarisi, apabila saudaranya meninggal dunia.
9
Ketentuan hukum hijrah dan ikatan persaudaraan antara muhajirin dan
ansor ini tidak berlangsung lama. Karena setelah penaklukan (fath) Mekah,
ketentuan tersebut tidak lagi berlaku.
6�ن ��ل H��T�� ��eر � ��e�H ��� �� �_> ��e�H �ا ��� �� ��� ��e�H �� ��fه� �� ا�� ���س ر*� � �� "� ��ل ��ل ر��ل ا� ��� ا� ��
(و��� �� هf-ة ��� اgE6� و�)� 0 �د و&$ واذا ا��B-6�E (�&6-وا ��6^ E�(٨
“Dari Ali bin Abdullah dari Yahya bin Sa’id dari Sufyan dari Mansur dari Mujahid dari Ibnu Abbas R.A.: Rasullah SAW. Bersabda: Tidak ada kewajiban berhijrah lagi setelah penaklukan kota Mekah, akan tetapi jihad dan niat, dan jika kamu diperintahkan untuk berperang maka pergilah berperanglah.”(Muttafaq Alaih).
Penghapusan ketentuan hijrah dan muakhah sebagai dasar pewarisan
didasarkan pertimbangan bahwa kekuatan kaum muslimin tidak diragukan.
Jumlah pemeluknya semakin bertambah banyak, terutama sejak Fath Mekah.
Orang-orang dengan sukarela berbondong-bondong menyatakan diri masuk
Islam. 9
Hukum waris Islam yang dibawa Nabi Muhammad SAW. telah
mengubah hukum waris Arab pra-Islam dan sekaligus merombak struktur
hubungan kekerabatannya, bahkan merombak sistem pemilikan masyarakat
tersebut atas harta benda, khususnya harta pusaka. Sebelumnya, dalam
masyarakat Arab ketika itu, wanita tidak diperkenankan memiliki harta benda
--kecuali wanita dari kalangan elite-- bahkan wanita menjadi sesuatu yang
diwariskan.
Adapun bagian laki-laki dua kali bagian perempuan adalah karena
kewajiban laki-laki lebih berat dari perempuan, seperti kewajiban membayar
mas kawin dan memberi nafkah.10 Seperti yang tertera dalam surat an-Nisa
ayat 34:
8Al-Imam Al-Bukhari, Shahih Al-Bukhari, (Darul Hadist, 2004) hlm. 424 9 Ahmad Rofiq, Fiqh Mawaris, cet 3 (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1998). Hal 12 10 Tim Pelaksana Pentashihan Mushaf Al-Quran, Al-Quran Tajwid Warna Dan
Terjemahnya, (Jakarta, AMZAH Quran, 2009), hlm 78
10
�"� (Kj� ا��K � j���M�� �� و�"� أ&6%�ا �� ا�-�0Vل K��ا��ن ��� ا��V.�ء/ �"� k6H ا��K وا���FB �B�K(�ن �أ��ا� � (���KT�_�ت ��&�Eت �H(]�ت ��
) K�50 وا*-��ه�j"�ا �) K�وه-fواه K�ه�[�) K�ن أ;��)� (�� &�2زه���� إنK ا��K آ�ن ���o آ�-ا K� ��ا ���B.) ٥−٤:ا��.�ء(
“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.” (an-Nisa ayat 34)
Pertanyaan lainya yang sering dianjurkan oleh sebagian orang adalah
mengapa bagian warisan seorang laki-laki dua kali lipat dibandingkan seorang
wanita? Bukanlah wanita kedudukanya lebih lemah dari laki laki sehingga
lebih membutuhkan biaya dalam kehidupanya?
Beberapa alasan yang melandasi ketentuan hukum warisan itu adalah :
a. Bagi seorang perenpuan semua biaya hidup dan kebutuhan sudah di
tanggung oleh anaknya, bapaknya, saudaranya lelakinya atau orang lain
diantara kerabatnya.
b. Seorang prempuan tidak mempunyai kewajiban untuk membiayai kaum
kerabatnya. Hal ini berbeda dengan seorang laki laki yang mempunyai
kewajiban untuk memberi nafkah kepada orang orang yang mejadi
tanggung jawabnya.
c. Biaya seorang laki laki lebih banyak dibandingkan seorang wanita.
d. Seorang laki laki diwajibkan memberi mas kawin kepada seorang wanita
jika menikah. Demikian juga ia mempunyai tanggung jawab untuk
mencukupi semua kebutuhan keluarganya, baik sandang, pangan maupun
papan.
11
e. Seorang laki laki juga harus menanggung semua kebutuhan hidup
keluarganya, misalnya biaya kesehatan, biaya pendidikan dan sebagainya.
Kewajiban seorang lelaki untuk memberi nafkah kepada orang orang
yang menjadi tanggung jawabnya akan terus berlanjut. Syariat islam telah
menegaskan mengenai hal itu, sebagaimana terdapat dalam firman Allah
SWT didalam Al-Qur’an:
Kا�� U�Bb �K"� 6� ذو ��$ �� E�� و�� ��ر �� رز� (� 6�ا�3Wق ( . �:٧(
“Hendaklah orang yang mampu member nafkah menurut kemampuannya. Dan orangyang disempitkan rezkinya hendaklah member nafkah dari harta yang diberikan allah kepadanya.’’(Ath-Thalaaq:7)
Sistem pembagian warisan yang menetapkan bagian laki laki dua kali
lebih besar dibandingkan bagian wanita ini merupakan suatu wujud keadilan
dari Allah SWT. Karena system pembagian seperti ini di sesuaikan dengan
besarnya tanggung jawab yang harus di pikul antara seorang laki laki dan
wanita.
Dengan memberikan bagian warisan kepada seorang lelaki dua kali
lipat bagian seorang perempuan, berarti islam telah melindungi harta dan
martabat kaum wanita. Islam telah memikirkan kebahagiaan hiddup seorang
wanita dengan memberinya hak untuk menerima pembagian warisan tanpa
disertai tanggung jawab yang berat sebagaimana yang harus dilakukan oleh
seorang lelaki.11
Islam merinci dan menjelaskan --melalui Al-Qur'an Al-Karim-- bagian
tiap-tiap ahli waris dengan tujuan mewujudkan keadilan didalam masyarakat.
Meskipun demikian, sampai kini persoalan pembagian harta waris masih
menjadi penyebab timbulnya keretakan hubungan keluarga. Ternyata,
disamping karena keserakahan dan ketamakan manusianya, kericuhan itu
11 Syaikh Muhammad Ali Ash-Shabuni, Al-Mawarist, terj. Abdul Hamid Zahwan,
Hukum Waris, (Jakarta, CV. Pustaka Mantiq, 1994) Hlm. 17, cet. 1
12
sering disebabkan oleh kekurangtahuan ahli waris akan hakikat waris dan
cara pembagiannya.
4. Sekilas Materi Tentang Mawaris Untuk MA/Sederajat
a. Sebab-Sebab Terjadinya Mawaris
1) Keluarga.
2) Perkawinan yang Sah.
3) Wala’
4) Hubungan Agama
b. Ahli Waris Laki-Laki
Anak lelaki, cucu lelaki dari anak lelaki, bapak, kakek dari bapak
sampai ke atas, saudara sekandung, saudara seayah, saudara seibu, anak
lelaki dari saudara kandung, anak laki-laki dari saudara seayah, paman
yang sekandung dengan ayah si mayit, paman yang seayah dengan ayah
si mati, anak lelaki dari paman yang sekandung, anak lelaki dari paman
seayah, suami.
c. Ahli Waris Perempuan
Anak perempuan, cucu perempuan dari anak lelaki dan terus ke
bawah, ibu, nenek dari bapak sampai ke atas, nenek dari ibu sampai ke
atas, saudara perempuan sekandung, saudara perempuan sebapak,
saudara perempuan seibu, isteri
Apabila semua ahli waris berkumpul semua, maka yang berhak
menerima harta pusaka adalah suami atau isteri, ibu, bapak, anak lelaki
dan anak perempuan.
d. Dzawil Furud
Ahli waris yang jatah pembagiannya telah disebutkan dalam al-
Quran maupun hadis Rasulullah saw. Adapun jumlah pembagiannya
adalah: ½,1/3,1/4,1/6,1/8,2/3.
e. Ashabah
Ahli waris yang mendapatkan seluruh sisa harta pusaka dan dapat
memperoleh seluruh harta jika tidak ada ahli waris dzawil furud.
13
Ashabah dibagi menjadi 3:
1) Ashabah bin nafs
2) Ashabah bi ghoir
3) Ashabah ma’al ghoir.
f. Hajib Mahjub
Hajib adalah Ahli waris yang dapat menghalangi ahli waris lain
untuk tidak mendapatkan harta pusaka. Mahjub adalah ahli waris yang
terhalang oleh ahli waris lain untuk mendapatkan harta pusaka. Hajib &
mahjub ada 2: hirman & nuqshan. Ahli waris yang tidak bisa terhalangi
oleh siapapun adalah, anak, suami, istri, bapak, ibu.
C. Peta Konsep (Concept Mapping)
Suatu konsep adalah suatu kelas atau kategori stimuli yang memiliki
ciri-ciri umum. Stimuli adalah objek-objek atau orang (person). Kita
menyatakan suatu konsep dengan menyebut “nama” misalnya buku, perang,
siswa, wanita cantik, guru-guru yang berdedikasi, dan sebagainya. Semua
konsep tersebut menunjuk ke kelas/kategori stimuli.12
Adapun yang dimaksud peta konsep adalah ilustrasi grafis konkret yang
mengindikasikan bagaimana sebuah konsep tunggal dihubungkan dengan
konsep-konsep lain pada kategori yang sama. Agar pemahaman terhadap peta
konsep lebih jelas, maka ciri-ciri peta konsep adalah sebagai berikut:
a. Peta konsep atau pemetaan konsep adalah suatu cara untuk
memperlihatkan konsep-konsep atau proposisi-proposisi suatu bidang
studi, apakah itu bidang studi fisika, kimia, biologi, matematika.
Dengan menggunakan peta konsep, siswa dapat melihat bidang studi itu
lebih jelas dan mempelajari bidang studi itu lebih bermakna.
b. Suatu peta konsep merupakan gambar dua dimensi dari suatu bidang
studi, atau suatu bagian dari bidang studi. Cirri inilah yang dapat
12 Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan System, (Jakarta:
PT. Bumi Aksara, 2003), hlm. 162
14
memperlihatkan hubungan-hubungan proporsional antara konsep-
konsep.
c. Tidak semua konsep mempunyai bobot yang sama. Ini berarti ada
konsep yang lebih inklusif daripada konsep-konsep yang lain.
d. Bila dua atau lebih konsep digambarkan dibawah suatu konsep yang
lebih inklusif, terbentuklah suatu hierarki pada peta konsep tersebut.13
Untuk mengatasi kelemahan-kelamahan teknik narasi dalam mendesain
materi mata kuliah dan untuk mengembangkan proses pembelajaran yang
berdasar expertise based-theacing, tehnik concept map atau peta konsep
adalah alternatif untuk mengorganisasi materi dalam bentuk peta (gambar)
secara holistic, interelasi, dan komperehensif. Konsep itu akan meletakkan
dosen sebagai seorang yang ahli dalam disiplinnya (expertise based-teacer)
dan meletakkan seorang dosen lebih naturalistik pada tabiatnya, yaitu seorang
“raja” pada wilayah kajiannya; dan dia bukan seorang “prajurit”.
Dalam konteks pengorganisasian materi perkuliahan guna persiapan
mengajar satu semester, concept map dapat digunakan sebagai cara untuk
membangun struktur pengetahuan para dosen dalam merencanakan materi
perkuliahan. Desain content berdasarkan concept map memiliki karakteristik
khas. Pertama, hanya memiliki konsep-konsep atau ide-ide pokok (central,
mayor, utama), kedua, memiliki hubungan yang mengaitkan antara satu
konsep dengan konsep yang lain. Ketiga, memiliki label yang membunyikan
arti hubungan yang mengaitkan antara konsep-konsep. Keempat, desain itu
berwujud sebuah diagram atau peta yang merupakan satu bentuk representasi
konsep-konsep atau materi perkuliahan yang penting.
Concept map sebagai satu tehnik telah digunakan secara ekstensif
dalam pendidikan tinggi lebih dari tiga puluh tahun. Tehnik concept map
diilhami oleh teori belajar asimilasi kognitif (subsumpition) dari david P.
Ausubel, yang menyatakan bahwa belajar bermakna (meaningful learning)
13 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep Landasan, Dan Implementasinya Pada Kurikulum Tinkat Satuan Pendidikan ( KTSP), (Jakarta: Prenada Media Group, 2010), hlm. 158-159, cet.2
15
terjadi dengan mudah apabila konsep-konsep baru dimasukkan kedalam
konsep-konsep yang lebih inklusif. Dengan kata lain, proses belajar terjadi
bila mahasiswa mampu mengasimilasikan pengetahuan yang dimiliki dengan
pengetahuan yang baru.
Dengan mengambil ide dari teiri Ausebel, Novak mengembangkan teori
ini dalam penelitiannya tentang mahasiswa pada tahun 1974. Ia berhasil
merumuskan concept map sebagai satu diagram yang berdimensi dua, yaitu
analog dengan sebuah peta jalan yang tidak hanya mengidentifikasi butir-
butir utama kepentingan (konsep-konsep), tetapi juga menggambarkan
hubungan-hubungan antara konsep-konsep utama (mayor), sebagai mana
banyak kesamaan garis-garis yang menghubungkan antara kota-kota besar
yang tergambarkan dengan jalan-jalan utama dan jalan bebas hambatan atau
highways.14
Pada awalnya concept map diterapkan untuk pengorganisasian materi
perkuliahan guna persiapan mengajar satu semester, karena dipandang
mampu menghubungkan ide awal dengan ide yang berkembang, karena peta
konsep berupa alternatif untuk mengorganisasi materi dalam bentuk peta
(gambar) secara holistic, interelasi, dan komperehensif. Dan mawaris adalah
ilmu yang sangat luas, sehingga dikhawatirkan siswa akan banyak terpecah
konsentrasinya karena karakteristik mawaris yang sangatlah kompleks. Maka,
peta konsep dianggap mampu menanggulangi kemrosotan belajar siswa dalm
materi mawaris.
Ada beberapa urgensi concept map ditinjau dari berbagai kepentingan
pembelajaran. Pertama, concept map merupakan representasi secara visual
dari ide-ide kunci yang berhubungan. Artinya, concept map merupakan satu
bentuk diagram atau gambar visualisasi konsep-konsep yang saling
berhubungan, kedua, concept map mampu menunjukkan arti hubungan-
hubungan tersebut kedalam bentuk label.
a. Concept map dapat digunakan untuk tehnik mengajar,
14 Hisyam Zaini, dkk., Desain Pembelajaran Diperguruan Tinggi, (Yogyakarta; CTSD
IAIN Sunan Kalijogo, 2002), Hlm 19-20
16
Ada beberapa kegunaan concept map sebagai tehnik mengajar, yaitu:
1) Ia dapat digunakan oleh guru untuk untuk memperkenalkan
kesuluruhan materi dari mata pelajarannya secara utuh dalam satu
lembar kertas, dalam bentuk gambar, dan dalam satu waktu yang
sama.
2) Ia dapat digunakan sebagai dasar untuk mencanakan pemilihan
urutan materi perkuliahan. Seorang guru dapat dengan leluasa
merencanakan pemilihan secara berurutan atas konsep-konsep yang
akan disampaikan didalam proses pembelajaran.
3) Ia dapat berperan sebagai suatu satu paduan proses pembelajaran
materi-materi perkuliahan, sehingga terhindar dari keseatan
penyampaian bahan ajar. Dengan kata lain, tidak keluar dari peta
perjalanan materi pelajaran.
4) Ia dapat menjaga konsistensi pengontrolan penyampaian materi dan
menjaga batas-batas informasi luar yang akan masuk kedalam materi
bahan ajar.
5) Ia dapat menjaga transisi antarunit bahan ajar, karena ia dengan
mudah dapat menunjukkan letak konsep-konsep. Dengan begitu,
seorang guru dapat dengan mudah membuat skala prioritas
penyampaian bahan ajar.
6) Daya ingat otak akan gambar jauh lebih kuat bertahan dalam otak
dibandingkan daya ingat otak akan susunan kalimat.
7) Ia dapat juga berperan untuk meringkas bahan ajar, karena ia hanya
menunjukkan butir-butir penting tentang materi bahan ajar.
8) Ia juga dapat digunakan sebagai alat pertimbangan dalam pemilihan
strategi pembelajaran yang tepat. Sebab, konsep-konsep yang tertera
dalam concept map dapat juga menunjukkan bobot informasi yang
dikandungnya.15
15 Bermawy Munthe, Desain Pembelajaran, (Yogyakarta: Pusaka Insan Madani, 2009),
hlm. 19-23
17
b. Concept map dapat digunakan untuk strategi belajar bermakna,
Ada beberapa kegunaan concept map sebagai strategi belajar siswa, yaitu:
1) Ia dapat digunakan sebagai sarana belajar dengan membandingkan
concept map siswa dengan guru. Seorang guru dapat melakukan
evaluasi terhadap penguasaan siswa atas materi-materi perkuliahan
yang akan atau telah disampaikan. Sebab, peta-peta yang telah
dihasilkan dapat menunjukkan tingkat penguasaan siswa, apalagi
jika dibandingkan concept map yang dibuat guru.
2) Ia dapat digunakan sebagai cara lain dalam mencatat pelajaran
sewaktu belajar. Siswa dapat menggunakannya sebagai alternative
cara membuat catatan kelas yang biasanya bersifat naratif, agak
panjang, dan linier. Ini cara belajar aktif individual.
3) Ia dapat juga digunakan siswa sebagai alat belajar dengan
membandingkan peta konsep yang dibuat diawal dengan dia akhir
sebuah kelas. Siswa melakukan penilaian mandiri terhadap
penguasaan bahan ajar dengan mencoba melihat perbedaan antara
dua peta konsep yang dibuat diawal perkuliahan dengan diakhir
perkuliahan.
4) concept map membantu meningkatkan daya ingat siswa dalam
belajar. Siswa dapat belajar semakin efektif dan efisien, karena ia
belajar berpikir reduktif, dengan merangkum informasi yang banyak
kedalam konsep-konsep utama yang saling berhubungan ke dalam
sebuah diagram atau gambar yang mencakup keseluruhan konsep-
konsep yang dipelajari.
c. Guna concept map dalam pembelajaran
Disamping urgensi di atas, concept map dapat juga digunakan
dalam pembelajaran bila dilihat dari sebelum dan sesudah siswa
mengetahui teknik pembuatannya. Seorang guru mungkin menggunakan
18
concept map sebagai teknik untuk beberapa kesempatan (sebelum siswa
mengetahui langkah-langkah membuat concept map), yaitu:
1) Persiapan desain materi untuk satu semester. Anda akan menemukan
concept map dapat memetakan konsep-konsep utama yang akan
diajarkan selama satu semester, dengan menunjukkan organisasi
konseptual mata pelajaran. Hanya, concept map ini tidak
mencantumkan konsep-konsep kecil atau minor.
2) Pesiapan mengajar per sesi. Memetakan konsep-konsep informasi
yang akan diajarkan didalam pertemuan-pertemuan dapat membantu
guru menghubungkan rincian bahan ajar kedalam bingkai konsep
utama.
3) Persiapan mengajar per topik bahasan. Pembuatan peta konsep
pertopik bahasan mata pelajaran dapat membantu guru menunjukkan
kepada siswa letak hubungan konsep-konsep per topic dengan
bingkai konsep utama, khususnya dalam pertemuan per sesi kelas.
4) Menghubungkan sesi kelas dengan tutorial, laboratorium, atau studi
tour, misalnya, atau seminar. Kegiatan tutorial, laboratorium dan
seminar adalah kegiatan yang menjabarkan atau memperluas atau
memperdalam materi-materi yang didapatkan siswa sewaktu dikelas.
concept map akan membantu siswa memahami hubungan penting
antara kegiatan didalam kelas dengan kegiatan tutorial, laboratorium,
atau seminar. Contoh: concept map akan menjelaskan posisi antara
belajar teori didalam kelas dengan praktek dilaboratorium.
5) Menghubungkan kelas sebelumnya dengan kelas yang akan dihadapi.
concept map dapat digunakan untuk menunjukkan urgensi dan posisi
hubungan konsep-konsep yang akan diajarkan sebelumnya dengan
konsep-konsep yang akan diajarkan. Dengan begitu, siswa lebih
mudah mengikuti materi pelajaran, karena mereka mencoba
memahami hubungan antar konsep yang berhubungan.
19
Apabila siswa telah mengetahui cara membuat concept map, maka
guru dapat memanfaatkannya untuk beberapa kesempatan aktivitas
pembelajaran:
1) Membuat rangkuman teks bacaan sebagi alternatif cara belajar.
Seorang guru dapat menerima siswanya untuk membuat satu
rangkuman dalam bentun concept map sebagai hasil bacaan mereka
dari sejumlah buku yang telah ditentukan untuk dibaca. Bahkan, guru
dapat menerima concept map siswa sebelum memulai kelas. Hal ini
akan mendorong siswa untuk membaca sebelum masuk kelas.
2) Menentukan pemahaman sebelumnya. Sebelum guru mengajarkan
sebuah topik. Ia dapat meminta siswa membuat sebuah concept map
tentang sejumlah konsep untuk memastikan sejauh mana siswa
mengetahui topik itu. Kepedulian guru terhadap prior knowledge
siswa dapat menjadikan guru terdorong untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan yang telah dimiliki siswa.
3) Melokasi kesalahpahaman. Dengan meminta siswa membuat satu
concept map sebelum atau sesudah diajarkan materi bahan ajar dapat
memberikan perhatian guru tentang kesalahpahaman yang terjadi
dikalangan siswa. Kesalahpahaman ini dapat juga digunakan untuk
memberikan informasi kepada sesi kelas berikutnya.
4) Mengembangkan rangkuman tugas-tugas atu semester. Setelah siswa
memahami mata pelajaran yang dikembangkan, pengetahuan mereka
semakin berkembang dan mereka akan dapat membuat koneksi-
koneksi antar konsep. concept map mereka akan memantulkan
perkembangan pemahaman mereka.
5) Merangkum catatan ceramah kelas. Teknik concept map ini dapat
mendorong siswa memetakan catatan-catatan kelas mereka. Dengan
demikian, siswa merasa bertanggung jawab terhadap beklajar mereka.
6) Membuat kertas kerja. Kadang kala siswa menemukan kesulitan
dalam merencanakan dan mengurutkan informasi yang akan mereka
20
sajikan dalam sebuah tugas kelas. Dengan memetakan tugas tersebut,
mereka dapat mengurutkan materi dan melahirkan satu makalah yang
utuh dan koheren.
7) Evaluasi dan penilaian. Seorang guru dapat meminta mahasiswa
memetakan sejumlah konsep sebagai bagian dari ujian, kuis atau
ujian (dibawa pulang). Membuat concept map adalah salah satu
teknik diagnostik yang excellent.
d. Keunggulan Concept Map
Keunggulan concept map terletak pada pemahaman yang terwakili
didalam concept map yang dihasilkan, proses pembuatan concept map,
dan potensi proses memfasilitasi satu hubungan yang lebih wajar antara
guru dan siswa.
1) Berbagi pemahaman
Concept Map adalah satu tehnik pendidikan yang penuh
kekuatan, karena baik siswa maupun guru dapat membuat dan berbagi
Concept Map, sehingga tercipta berbagi pemahaman tentang suatu
topik. Dalam realitas, sesorang mungkin berusaha menjelaskan
struktur kognisinya dengan banyak cara, termasuk narasi bicara,
ringkasan tertulis, dan pembicaraan formal dan informal. Keterbatasan
format-format itu terletak pada liniaritas (berfikir secara garis lurus)
yang membatasi kapasitas untuk menggambarkan secara utuh
hubungan-hubungan yang dibuat seseorang diantara dan antara
konsep-konsep. Dengan sebuah concept map, hubungan di antara dan
antara yang secara eksplisit dinyatakan di dalam peta konsep dapat
dilihat secara sekaligus.
2) Proses pembuatan Concept Map
21
Pembuatan peta konsep dilakukan dengan membuat suatu sajian
visual atau suatu diagram tentang bagaimana ide-ide penting atau
suatu topic tertentu dihubungkan satu sama lain. 16
Proses aktualitas pemetaan konsep-konsep menuntut individu
untuk menentukan hierarki konsep-konsep, memilih konsep-konsep
untuk diintrokoneksikan, dan melukiskan tabiat yang tepat hubungan
diantara konsep-konsep tersebut. Proses aktualitas pengonstruksian
peta dapat mendorong siswa mengonstruksi arti-arti.17
D. Peta Konsep Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fikih Mawaris
Dengan menguasai konsep, ia dapat menggolongkan dunia sekitarnya
menurut konsep itu, misalnya menurut warna, bentuk, besar jumlah, dan
sebagainya. Ia dapat menggolongkan manusia menurut hubungan keluarga,
seperti bapak, ibu, paman, saudara dan sebagainya.18
Mawaris adalah ilmu yang bersifat kasuistik, yaitu diantara keilmuan
yang dipelajari bisa jadi hanya segelintirnya saja yang terjadi secara nyata di
lapangan. Dan yang digunakan saat itu adalah yang segelintir itu. Tetapi yang
segelintir itu tidak bisa dipastikan yang mana yang akan digunakan. Mawaris
bersifat luas dan komperehensif, sesuai dengan kasus-kasus kekeluargaan
yang terjadi dikehidupan nyata. Keluarga atau sanak famili adalah hal yang
sangat berhubungan antara satu dengan yang lainnya.
Mawaris dipastikan tidak bisa dilepaskan dengan masalah-masalah
kekeluargaan, dan keluarga sangatlah bersifat krusial, tidak bisa mengabaikan
orang lain. Untuk menjembatani hal tersebut dibutuhkan metode dan cara
yang pas untuk mengantisipasi kekeliruan dan kesalahan.
16 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep Landasan, Dan
Implementasinya Pada Kurikulum Tinkat Satuan Pendidikan ( KTSP), (Jakarta: Prenada Media Group, 2010), hlm.159, cet.2
17 Bermawy Munthe, Desain Pembelajaran, (Yogyakarta: Pusaka Insan Madani, 2009),
hlm. 19-23 18 S. Nasution, Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT.
Bumi Aksara), hlm. 138
22
Diatas telah disebutkan bahwa peta konsep adalah metode yang bisa
berbentuk gambar, bagan ataupun rantai kesinambungan. Dalam bab
mawaris, untuk menjelaskan kepada siswa tentang bagan keluarga, siapa si
mayit, mana saja keluarga yang mendapat hak waris, siapa saja anggota
keluarga yang termahjub, dan lain sebagainya, guru sangat membutuhkan
media gambar, bagan ataupun rantai kesinambungan tersebut.
23
Contoh: Dzawil Furudh suami Istri Anak pr IBU bapak Pembagian waris
Dzawil Arham
sababiyah bi nafsi Ashabah
Bi nasabiyah Bi ghoir
Maalghoir
½ Tidak ada anak
1/4 Ada anak
¼ Tidak ada anak
1/8 Ada anak
½ Anak tunggal
2/3 Lebih dari seorang
dan tidak ada anak
lelaki
Ash Dengan anak lelaki
1/3 Jika yang tersisa
hanya bapak dan ibu
saja
1/6 Jika tidak ada anak
dan cucu
Ahli waris yang mempunyai tali kekerabatan
dengan pewaris, namun mereka tidak
mewarisinya secara ashabul furudh ataupun
ashabah. Contoh, bibi, paman, keponakan lk,
dll.
Seluruh AW LK kecuali
suami dan sdr lk Se-AP dikarenakan AL
CP dikarenakan CL
Cicit pr dikarenakan cicit
lk seterusnya ke bawah
Sdr pr SI SB dikrenakan
Sdr lk SI SB
Sdr pr SB dikarenakan sdr
lk SB
Sdr pr SI karena mewaris
bersama dengan AP/ CP
24
MAHMUD istri
(meninggal 1948)
Menikah 1950
AP AP AP AL AL ALI Siti (Meninggal
1994) Menikah 1970
Budi AP AP AP AL(mnnggl ‘98)
(Menikah 1993)
S AL AL AP
AL AP19
19
Suhrawardi K. Lubis, SH. Dan Komis Simanjuntak, SH., Hukum Waris Islam, (Jakarta:
Sinar Grafika, 2008) hlm 122, cet.2
25
Peta konsep dipandang mampu menghubungkan ide awal dengan ide
yang berkembang, dan peta konsep berupa alternatif untuk mengorganisasi
materi dalam bentuk peta (gambar) secara holistic, interelasi, dan
komperehensif. Maka, peta konsep dianggap mampu menjembatani kasus dan
masalah kekeluargaan yang ada. Maka hemat peneliti, peta konsep dan
mawaris adalah hal yang sama dalam penerapan. Peneliti berharap peta
konsep mampu menanggulangi kemrosotan hasil belajar siswa dalam materi
mawaris.
Peneliti menganggap ada kecocokan diantara peta konsep dengan
mawaris. Maka, peneliti berharap metode peta konsep akan cocok jika
diterapkan dalam mapel fikih bab mawaris.
E. Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
“Penerapan metode pembelajaran peta konsep dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa pada mata pelajaran fikih bab mawaris kelas XI di MA NU
Nurul Huda Mangkang Kulon Tugu Semarang tahun ajaran 2010/2011”.
26
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti adalah penelitian
tindakan. Penelitian tindakan menekankan kepada kegiatan (tindakan) dengan
mengujicobakan suatu ide ke dalam praktik atau situasi nyata dalam skala
mikro, yang diharapkan kegiatan tersebut mampu memperbaiki dan
meningkatkan kualitas proses belajar mengajar.20 Penelitian ini merupakan
penelitian tindakan kelas, yaitu kajian sistematik dari upaya perbaikan
pelaksanaan praktek pendidikan oleh sekelompok guru dengan melakukan
tindakan-tindakan dalam pembelajaran, berdasarkan refleksi mereka
mengenai hasil dari tindakan-tindakan tersebut.
B. Tempat Dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Dalam penilitian ini peneliti mengambil lokasi di MA NU Nurul Huda
Mangkang Kulon Tugu Kota Semarang. Peneliti mengambil lokasi atau
tempat ini dengan pertimbangan bahwa MA NU Nurul Huda Mangkang
Kulon Tugu Kota Semarang adalah satuan sekolah yang berbasik Agama
Islam dan berdasarkan informasi yang ada bahwa di MA NU Nurul Huda
juga diajarkan ilmu mawaris, akan tetapi dibandingkan dengan bab-bab
yang lain, nilai mawaris dari siswa selalu lebih rendah. Sehingga membuat
peneliti penasaran dan ingin tahu lebih jauh tentang kebenaran informasi
tersebut. Dan dengan kemantapan hati, peneliti mengambil lokasi
penelitian di MA NU Nurul Huda Mangkang Kulon Tugu Kota Semarang.
2. Waktu Penelitian
Dengan beberapa pertimbangan dan alasan peneliti menentukan waktu
penelitian selama 1 bulan, yaitu 30 Maret 2011 – 30 April 2011 . Peneliti
20 Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, (Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 2006), hlm. 70
27
menentukan tanggal tersebut dikarenakan berdasarkan informasi dari guru
mapel pelajaran Fiqih, bab Mawaris dimulai pada tanggal itu. Waktu dari
perencanaan sampai penulisan laporan hasil penelitian tersebut adalah
selama semester II Tahun pelajaran 2010/2011.
C. Pelaksana Dan Kolaborator
1. Pelaksana
Pelaksana yang melaksanakan skenario pembelajaran di kelas adalah
guru asli dari mapel fikih kelas XI di MA NU Nurul Huda Mangkang
Kulon Tugu Kota Semarang, sedangkan peneliti hanya mengamati,
mempersiapkan, membantu mensukseskan skenario pembelajaran yang
telah disusun bersama. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan agar siswa
tidak kaget dan tidak merasa bahwa sedang dilakukan penelitian. Peneliti
mempunyai asumsi bahwa jika skenario pembelajaran dilaksanakan oleh
peneliti sendiri maka akan terjadi perbedaan keadaan dan situasi dalam
penyampaian skenario pembelajaran, sehingga dikhawatirkan siswa akan
terganggu konsentrasinya dan tentunya akan menggangu hasil belajar
siswa nantinya. Harapan peneliti adalah agar penelitian ini murni
penelitian.
2. Kolaborator
Kolaborator adalah suatu kerja sama dengan pihak-pihak terkait
seperti atasan, sejawat, atau kolega. Kolaborator ini di harapkan dapat di
jadikan sumber data, karena pada hakikatnya kedudukan peneliti pada
penelitian tindakan kelas ini merupakan bagian dari situasi dan kondisi
dari suatu latar yang ditelitinya. Peneliti tidak hanya sebagai pengamat,
tetapi juga terlibat langsung dalam proses situasi dan kondisi.21 Kerjasama
ini diharapkan dapat memberikan informasi dan kontribusi yang baik
sehingga dapat tercapai tujuan dari penelitian ini. Yang menjadi
kolaborator di sini adalah peneliti sendiri, dikarenakan peneliti juga
memahami skenario pembelajaran yang akan diterapkan didalam kelas.
21 Departemen Pendidikan Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah,
Penelitian Tindakan Kelas, (Direktorat Tenaga Kependidikan, 2003), hlm ; 13
28
D. Rancangan Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dipilih dengan menggunakan model spiral
dari Kemmis dan Taggart yang dikutip oleh Suharsimi Arikunto dalam
bukunya Penelitian Tindakan Kelas yang terdiri dari beberapa siklus tindakan
dalam pembelajaran, berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil dari
tindakan-tindakan pada siklus sebelumnya. Dalam setiap siklusnya terdiri dari
empat elemen penting, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan
refleksi.
Prosedur penelitian yang akan diterapkan dalam hal ini antara lain :
1. Perencanaan
Meliputi penyampaian materi pelajaran, latian soal, pembahasan latian
soal, tugas pekerjaan rumah ( kegiatan penelitian utama ) pembahasan
PR, ulangan harian.
2. Tindakan ( Action )/ Kegiatan, mencakup:
a. Siklus I, meliputi : Pendahuluan, kegiatan pokok dan penutup.
b. Siklus II ( sama dengan I )
c. Siklus III ( sama dengan I dan II )
3. Observasi
Kegiatan observasi ini dilakukan di dalam kelas XI MA NU NURUL
HUDA ketika kegiatan pembelajaran fikih mawaris berlangsung.
4. Refleksi
Dimana perlu adanya pembahasan antara siklus – siklus tersebut untuk
dapat menentukan kesimpulan atau hasil dari penelitian.
29
Model Penelitian Tindakan22
Langkah-langkah dalam penelitian tindakan ini adalah sebagai berikut
:
1. Siklus I
a. Perencanaan
1) Merencanakan model pembelajaran yang akan diterapkan
dalam pembelajaran fikih Materi Pokok Mawaris dengan
metode peta konsep pada siswa kelas XI MA Nurul Huda
Mangkang Kulon Tugu Semarang.
2) Menyiapkan media pembelajaran yang dibutuhkan dalam
pembelajaran fikih Materi Pokok Mawaris dengan metode
peta konsep.
3) Menyusun LOS (Lembar Observasi Siswa).
4) Menyiapkan format evaluasi pembelajaran fikih Materi Pokok
Mawaris.
b. Pelaksanaan
Bersama guru mapel:
1) Guru menerapkan tindakan yang mengacu pada skenario
pembelajaran yang sudah direncanakan. Yaitu menggunakan
metode peta konsep.
2) Kolaborator mengisi LOS didalam kelas.
22 Suharsimi Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta, Bumi Aksara, 2006), hlm; 16
Perencanaan
Pelaksanaan SIKLUS I
Perencanaan
?
Pelaksanaan Refleksi
Pengamatan
SIKLUS II
Refleksi
Pengamatan
30
3) Peneliti mencatat semua proses yang terjadi dalam tindakan
yang menggunakan metode peta konsep.
4) Peneliti mencatat semua kelemahan dan ketidaksesuaian antara
skenario dengan tindakan di dalam kelas.
5) Mengamati respon dari peserta didik yang mungkin tidak
diharapkan.
c. Pengamatan
1) Melakukan pertemuan dengan guru mapel untuk membahas
hasil evaluasi tentang proses pembelajaran mawaris
menggunakan metode peta konsep yang telah dilaksanakan.
2) Menilai hasil tindakan dengan menggunakan format LOS.
3) Mendiskusikan dengan guru mapel tentang tindakan I yang
telah dilakukan
d. Refleksi
1) Mengidentifikasi permasalahan dalam pelaksanaan metode
peta konsep dalam pembelajaran mawaris dan mencari solusi.
2) Menganalisis hasil pengamatan untuk memperoleh gambaran
bagaimana dampak dari tindakan I yang telah dilakukan, hal
apa saja yang perlu diperbaiki sehingga diperoleh hasil refleksi
kegiatan yang telah dilakukan.
3) Mempersiapkan siklus II untuk memperbaiki tindakan I.
2. Siklus II
Setelah melakukan evaluasi tindakan I, maka dilakukan tindakan
II. Peneliti dan guru bersama-sama mengamati proses kegiatan yang
berlangsung di dalam kelas. Langkah-langkah siklus II adalah sebagai
berikut:
a. Perencanaan
1) Mengidentifikasi ulang permasalahan dalam pelaksanaan
tindakan I.
2) Mempersiapkan media pembelajaran untuk memperbaiki
tindakan I.
31
3) Mengembangkan skenario pembelajaran dari tindakan I dan
masih menggunakan metode peta konsep.
4) Menyusun LOS (Lembar Observasi Siswa).
5) Menyiapkan format evaluasi.
b. Pelaksanaan
Bersama guru mapel:
1) Guru menerapkan tindakan II yang mengacu pada skenario
pembelajaran yang sudah direncanakan dan dikembangkan dari
tindakan I.
2) Kolaborator mengisi LOS didalam kelas.
3) Peneliti mencatat semua proses yang terjadi dalam tindakan
pembelajaran mawaris yang menggunakan metode peta
konsep.
4) Peneliti mencatat semua kelemahan dan ketidaksesuaian antara
skenario yang sudah direncanakan dengan tindakan yang
terjadi didalam kelas yang menggunakan metode peta konsep
yang telah dikembangkan.
5) Mengamati respon dari peserta didik yang mungkin tidak
diharapkan.
Kegiatan yang dilaksanakan tahap ini yaitu pengembangan
tindakan I dengan melaksanakan tindakan upaya lebih
meningkatkan semangat belajar peserta didik dalam kegiatan
pembelajaran fikih Materi Pokok Mawaris dengan menggunakan
metode peta konsep pada siswa kelas XI MA Nurul Huda
Mangkang Kulon Tugu Semarang yang telah direncanakan.
Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi siklus
sebelumnya.
c. Pengamatan
1) Melakukan pertemuan dengan guru mapel untuk membahas
hasil evaluasi tentang proses pembelajaran mawaris
menggunakan metode peta konsep yang telah dilaksanakan.
32
2) Menilai hasil tindakan dengan menggunakan format LOS.
3) Mendiskusikan dengan guru mapel tentang tindakan II yang
telah dilakukan
d. Refleksi
1) Menganalisis hasil pengamatan untuk memperoleh gambaran
bagaimana dampak dari tindakan II yang telah dilakukan, hal
apa saja yang perlu diperbaiki sehingga diperoleh hasil
refleksi kegiatan yang telah dilakukan.
2) Identifikasi masalah dan penerapan alternatif pemecahan
masalah yang terjadi pada tindakan II.
3) Hasil pengamatan dianalisis untuk memperoleh gambaran
bagaimana dampak dari tindakan yang dilakukan hal apa saja
yang perlu diperbaiki dan apa saja yang perlu menjadi
perhatian untuk tindakan III.
4) Mempersiapkan siklus III.
3. Siklus III
Setelah melakukan evaluasi tindakan II, maka dilakukan tindakan
II. Peneliti dan guru bersama-sama mengamati proses kegiatan yang
berlangsung di dalam kelas. Langkah-langkah siklus III adalah sebagai
berikut:
e. Perencanaan
1) Mengidentifikasi ulang permasalahan dalam pelaksanaan
tindakan II.
2) Mempersiapkan media pembelajaran untuk memperbaiki
tindakan II.
3) Mengembangkan skenario pembelajaran dari tindakan II dan
masih menggunakan metode peta konsep.
4) Menyusun LOS (Lembar Observasi Siswa).
5) Menyiapkan format evaluasi.
f. Pelaksanaan
33
Bersama guru mapel:
1) Guru menerapkan tindakan III yang mengacu pada skenario
pembelajaran yang sudah direncanakan dan dikembangkan dari
tindakan II.
2) Kolaborator mengisi LOS didalam kelas.
3) Peneliti mencatat semua proses yang terjadi dalam tindakan
pembelajaran mawaris yang menggunakan metode peta
konsep.
4) Peneliti mencatat semua kelemahan dan ketidaksesuaian antara
skenario yang sudah direncanakan dengan tindakan yang
terjadi didalam kelas yang menggunakan metode peta konsep
yang telah dikembangkan.
5) Mengamati respon dari peserta didik yang mungkin tidak
diharapkan.
Kegiatan yang dilaksanakan tahap ini yaitu pengembangan
tindakan II dengan melaksanakan tindakan upaya lebih
meningkatkan semangat belajar peserta didik dalam kegiatan
pembelajaran fikih Materi Pokok Mawaris dengan menggunakan
metode peta konsep pada siswa kelas XI MA Nurul Huda
Mangkang Kulon Tugu Semarang yang telah direncanakan.
Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi siklus
sebelumnya.
g. Pengamatan
1) Melakukan pertemuan dengan guru mapel untuk membahas
hasil evaluasi tentang proses pembelajaran mawaris
menggunakan metode peta konsep yang telah dilaksanakan.
2) Menilai hasil tindakan dengan menggunakan format LOS.
3) Mendiskusikan dengan guru mapel tentang tindakan III yang
telah dilakukan
h. Refleksi
34
1) Menganalisis hasil pengamatan untuk memperoleh gambaran
bagaimana dampak dari tindakan III yang telah dilakukan, hal
apa saja yang perlu diperbaiki sehingga diperoleh hasil refleksi
kegiatan yang telah dilakukan.
2) Identifikasi masalah dan penerapan alternatif pemecahan
masalah yang terjadi pada tindakan III.
3) Hasil pengamatan dianalisis untuk memperoleh gambaran
bagaimana dampak dari tindakan yang dilakukan.
5. Tehnik Pengumpulan Data
Data diperoleh dari proses pembelajaran Fikih Materi Pokok Mawaris
yang dilakukan pada siswa kelas XI MA Nurul Huda Mangkang Kulon
Tugu Semarang dan data dari sekolah.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa metode
pengumpulan data, antara lain:
a. Metode Observasi
Metode observasi merupakan suatu proses yang kompleks,
suatu proses yang tersusun dari pelbagai proses biologis dan
psikologis. Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan
bila penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja,
gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu
besar.23 Metode observasi diartikan sebagai pengamatan dan
pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada
obyek penelitian.24
Dalam kegiatan ini yang di observasi secara langsung adalah
kegiatan penerapan pembelajaran fikih Materi Pokok Mawaris
dengan metode peta konsep pada siswa kelas XI MA Nurul Huda
Mangkang Kulon Tugu Semarang. Metode observasi ini memuat
tiga fase esensial yaitu pertemuan perencanaan, observasi di dalam
23 Sugiyono, Metodelogi Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan
R&D (Bandung : Alfabeta, 2007), hlm. 203 24 S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), Cet. 4,
hlm. 158
35
kelas, dan diskusi balikan. Penelitian ini dilakukan selama 4
minggu, rincian bagan jadwal terdapat pada halaman sebelumnya.
b. Metode Tes
Adalah seperangkat rangsangan (stimuli) yang mendapat
jawaban yang dapat dijadikan dasar bagi penetapan skor angka.25
Metode tes ini digunakan untuk mengetahui skor nilai
melalui angka yang diberikan kepada siswa dengan kriteria-kriteria
penskoran sebagaimana telah tertulis. Dan untuk mengetahui
kemampuan siswa dalam proses pembelajaran Fikih materi pokok
Mawaris dengan menggunakan Metode peta konsep.
c. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal
atau variabel yang berupa catatan, buku, transkip, surat kabar
majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya.26
Metode ini digunakan untuk memperoleh data mengenai
seluk beluk MA Nurul Huda Mangkang Kulon Tugu Semarang,
antara lain tentang sejarah singkat, letak geografis, visi misi,
fasilitas sekolah, keadaan guru, karyawan, dan siswa. Dan data
yang terkait dengan proses pembelajaran fikih materi pokok
mawaris dengan menggunakan metode peta konsep.
6. Tehnik Analisis Data
a. Fokus Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti lebih memfokuskan pada ruang
lingkup masalah penelitian yang bertumpu pada Upaya meningkatkan
prestasi belajar Mata pelajaran fikih Materi Pokok Mawaris dengan
metode peta konsep pada siswa kelas XI MA Nurul Huda Mangkang
25 S. Margono, op. cit., hlm. 170 26 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta : Rineka
Cipta, 2006), Cet. 13, hlm : 206
36
Kulon Tugu Semarang. Dikarenakan siswa kelas XI di MA NU
NURUL HUDA dibagi menjadi 3 lokal, yaitu; XI IPA, XI IPS1, dan XI
IPS2. Dan berdasarkan random, peneliti cuma melaksanakan penelitian
di kelas XI IPS1. Maka semua siswa yang berada dalam kelas XI IPS1
adalah subyek penelitian.
b. Instrumen Penelitian
1) Data Keaktifan Peserta didik
Untuk mengetahui seberapa besar keaktifan peserta didik
dalam mengikuti proses belajar mengajar, analisis ini dilakukan
pada instrumen lembar observasi dengan menggunakan tehnik
deskriptif melalui prosentase.
Dalam penelitian ini ada beberapa aspek yang menjadi bahan
pengamatan peneliti diantaranya:
A. Proses siswa memperhatikan keterangan guru.
B. Proses siswa bertanya kepada guru tentang apa yang tidak
difahaminya.
C. Proses siswa aktif mengerjakan tugas dari guru.
D. Proses siswa menjawab pertanyaan guru.
E. Proses siswa membantu temannya untuk memahami penjelasan
guru.
Tabel 2. Tabel Lembar Observasi
No Nama Aspek Pengamatan Jumlah Aktifitas
A B C D E
JUMLAH
Adapun perhitungan prosentase keaktifan peserta didik
adalah setiap aspek pengamatan yang dilakukan oleh peserta
37
didik bernilai 2 poin, jadi jika peserta didik melaksanakan
semua aspek yang ada dia akan mendapatkan nilai maksimal
10 poin.
Kriteria penafsiran variabel keaktifan peserta didik dalam
penelitian ini ditentukan dengan:
a. > 7 poin = keaktifan peserta didik baik
b. 5 poin - 7 poin = keaktifan peserta didik cukup
c. < 5 poin = keaktifan peserta didik kurang
2) Data Prestasi Siswa Dalam Pembelajaran Mawaris
Untuk mengetahui kemampuan kognitif peserta didik dalam
menyelesaikan soal-soal, dianalisis dengan cara menghitung rata-
rata nilai ketuntasan belajar secara klasikal.
Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis.
Tes ini berisi 10 soal pilihan ganda: Jawaban benar dengan skor 1
dan jawaban salah dengan skor 0.
Tabel 3. Model Penilaian Ulangan
No Nama Nilai Keterangan
Data yang diperoleh dari hasil belajar peserta didik ditentukan
ketuntasan belajar individu menggunakan analisis deskriptif
prosentase, dengan perhitungan:
Ketuntasan belajar =nilaiseluruhjumlah
siswadiperolehyangnilaiJumlah x 100%
Keberhasilan dapat dilihat dari jumlah sekurang-kurangnya
ketuntasan belajar 70 % dari keseluruhan peserta didik yang ada di
kelas tersebut memperoleh nilai 70 (nilai ketuntasan).
38
BAB IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum MA NU Nurul Huda Semarang
Madrasah Aliyah NU Nurul Huda Kota Semarang berlokasi di jalan
Kyai Gilang Nomor 36b Kauman Mangkangkulon Telpon (024)8663945
Kota Semarang Kode Pos 50155. Lokasi Madrasah berada di tengah-tengah
daerah industri, jarak madrasah dengan Kota Semarang + 16 KM, dengan
kota Kecamatan Tugu hanya 5 KM, dan hanya 150 meter dari jalan raya trans
Semarang – Jakarta.
Kelurahan Mangkangkulon, dimana madrasah ini berada adalah
merupakan wilayah Kota Semarang yang paling barat yang berbatasan
langsung dengan Kabupaten Dati II Kendal, sebagai pintu masuk dari arah
barat tentunya sangat rawan kriminalitas dan suatu tantangan yang berat bagi
dunia pendidikan dimana madrasah kami berada, mengingat di sekitar
lingkungan madrasah selain Pondok Pesantren juga ada Pangkalan Truk,
Lokalisasi Gambilangu, dan Sub Terminal Mangkang, apalagi sekarang
sedang dibangun terminal terpadu, yang jaraknya kurang dari 1 KM dari MA
NU Nurul Huda.
Jumlah penduduk di Kecamatan Tugu yang kurang dari 20.000 jiwa,
yang sebagian besar penduduknya bermatapencaharian di bidang industri,
pertanian dan wiraswasta, terdapat 27 buah MI/SD, MTs/SLTP ada 9 buah
dan SLTA/SMK/MA ada 3 buah serta ada 11 buah Pondok Pesantren.
Sebagian dari siswa MA NU Nurul Huda adalah santri Pondok Pesantren.
1. Sejarah
Madrasah Aliyah NU Nurul Huda, sama halnya dengan MTs NU
Nurul Huda, juga lembaga pendidikan yang dikelola oleh sebuah
kepengurusan dan secara teknis admiunistratif di bawah naungan Lembaga
Pendidikan Ma’arif Cabang Kota Semarang yang didirikan pada tanggal
39
24 Januari 1987, yang kemudian pada tahun 1993 secara struktural
disatukan.
Ide Pendirian Madrasah Aliyah ini bermula ketika SMU 2 Hasanuddin
pada 1985 ditutup, karena kekurangan siswa dan tidak dikelola dengan
baik. Atas usul dari beberapa walisantri yang putra-putrinya belajar di
Pondok Pesantren Al Ishlah dan bersekolah di MTs NU Nurul Huda
mengharakan ada kelanjutan belajar setelah putra-putrinya lulus dari MTs
NU Nurul Huda, mereka berharap putra-putrinya minimal berada di
Pondok Pesantren selama enam tahun.
Nama Nurul Huda adalah nama yang pada dasarnya diambil dari nama
Madrasah Tsanawiyah yang telah berdiri lebih dahulu, dengan memakai nama
tersebut diharapkan Madrasah Aliyah NU Nurul Huda tidak lepas sama sekali
dengan Madrasah Tsanawiyah, baik secara historis maupun moral edukatif.
Untuk merealisasikan ide pendirian madrasah ini, dalam suatu
musyawa-rah diputuskan, bahwa untuk sementara waktu kegiatan belajar
mengajar dilaksanakan menumpang di gedung MTs NU Nurul Huda, dengan
waktu belajar sore hari. Dan untuk sementara waktu pula, Kepala Madrasah,
Staf, Guru dan Karyawan tidak mendapatkan honorarium sampai dengan
madrasah mampu membiayai dirinya sendiri.
Diantara orang-orang yang ikut andil dalam penggagasan dan pendirian
MA NU Nurul Huda Kota Semarang, yang mayoritas adalah guru-guru MTs,
antara lain : Mudjito S., A. Hadlor Ihsan, M. Thohir Abd., Lukman Hakim,
Muhyiddin S., Khaerun, Achirin Bachr, Shobirin, Ajma’in, Hasan Fauzi dan
Agus Nahtadi.
Adapun susunan personalia pertama MA NU Nurul Huda Kota
Semarang adalah sebagai berikut : Drs. A. Hadlor Ihsan (Ka Madrasah), M.
Thohir Abd. (Wakabid Kurikulum), Lukman Hakim, BA. (Wakabid
Kesiswaan), Hasan Fauzi (Wakabid Humas) Muhyiddin S (TU Administrasi),
Agus Nahtadi (TU Keuangan).
Sedang guru bidang studinya antara lain : A. Hadlor (Quran Hadits), A.
Choiruddin (Aqidah Akhlaq), Ali Hasan (Fiqih), M. Thohir (Bhs, Arab),
40
Shobirin (PMP/PPKn), Hasan Fauzi (Bhs. Indonesia), Isriyah (Bhs. Inggris),
Jami’an (Ekonomi), Achirin B. (Geografi), Sri Lesmonowati (Kimia/Biologi),
Ajma’in (Penjaskes), Lilik Raharjo (Pend. Seni), Lukman Hakim (SNU),
Mudjito S. (Fisika), Khaerun (Matematika).
Perkembangan MA NU Nurul Huda dari awal sampai kini tidak lepas
dari jasa dan upaya dari para penggagas ide, pendiri, dan pengelolanya.
Sehingga pada tahun 1995 MTs dan MA bisa masuk pagi semua dan pada
tahun 1997 MTs mendapatkan status DIAKUI, setahun kemuadian pada
tahun 1998 MA NU Nurul Huda juga bisa terakreditasi dengan status
DIAKUI.
Pengurus MA senantiasa sangat mendambakan adanya sebuah gedung
madrasah yang representatip, yakni sebuah madrasah memenuhi persyaratan
untuk proses kegiatan mengajar yang sesuai dengan tuntutan zaman. Salah
satu usaha yang dilakukan pengurus, antara lain : atas nama pribadi. H.
Ahmad Choiruddin, BA, bersama-sama pengurus TK Muslimat mengajukan
permohonan ijin pemakaian tanah Pengairan Propinsi Jawa Tengah,
tertanggal 25 Juli 1998.
Alhamdulillah, permohonan ijin tersebut dikabulkan dengan bukti
dikeluarkannya Surat Kepala Cabang Dinas Pekerjaan Umum Pengaiaran
Propinsi Jawa Tengah Tuntang Hilir di Kendal Nomor :
503.593.1/825/III/1999, tertanggal 26 Maret 1999. Ijin Pakai ini diberlakukan
atas lahan seluas + 1490 M2 .
Dengan dikeluarkannya UU No. 22 Tahun 1999, tentang Otonomi
Daerah, maka, berhubung tanah tersebut berlokasi di wilayah Kota Semarang,
pemilik ijin diwajibkan melakukan registrasi ulang, ijin regestrasi diajukan
pada tanggal 12 Oktober 2001 dan mengingat adanya peraturan baru dan
ketentuan bahwa seseorang tidak boleh memiliki lahan lebih dari 500 M2,
maka untuk mengantisipasi lepasnya ijin maka disiasati dengan memecahnya
menjadi 3 bagian, yakni H. A. Choiruddin, H. Masykur Ridlwan dan H.
Muhyiddin. (ketiganya personalia Pengurus MTs-MA).
41
Akhirnya keluar surat keputusan dari Kepala Dinas Pengelolaan
Sumber Daya Air Propinsi Jawa Tengah, Nomor : 503/728, 503/729 dan
503/730 tertanggal 25 Oktober 2001, yang peruntukannya bukan lagi tanah
garapan/sawah, tetapi untuk bangunan madrasah.
Untuk lebih memantapkan status tanah tersebut, maka terhitung tahun
2002, ijin pakai dari tanah tersebut bukan lagi pada perseorangan, namun
sudah dilembagakan, yakni Yayasan LP. Maarif Cabang Kota Semarang,
dengan nomor : 593.1/001/2002, tertanggal 28 Oktober 2002.
Dan pada awal tahun 2003 Madrasah Aliyah NU Nurul Huda,
mendapatkan bantuan ASFI dari Departemen Agama RI, melalui proyek
DMAP sebesar Rp 62.410.000,00, dengan bantuan tersebut Pengurus mulai
membangun 6 lokal (2 Lantai) di tanah ex pengairan sebagaimana yang
dimintakan ijin Hak Pakai. Sampai sekarang telah menghabiskan dana
sebesar Rp 109.500.000,00.
Demikian sejarah singkat MA NU Nurul Huda Mangkangkulon Kota
Semarang. Untuk perkembangan dan kemajuan madrasah ini selanjutnya
tergantung pada para pengurus dan pengelolanya.
2. Visi Dan Misi
Setiap lembaga yang ingin berkembang dengan lebih baik sudah
semestinya mempunyai visi dan misi yang jelas, sesuai dengan apa yang
diidealkan oleh para pendiri dan pengelola lembaga dalam rangka
mencapai tujuan yang dikehendaki. Visi sebagai apa yang ingin kita raih di
masa yang akan datang merupakan gambaran ideal yang ingin kita capai.
Sementara misi yang kita emban adalah apa saja yang ingin kita lakukan
untuk memenuhi visi.
Sebagai lembaga pendidikan yang berbasis agama , Madrasah Aliyah
NU Nurul Huda mengidealkan visi ke depan yakni : Ikut berpartisipasi
mengisi pembangunan bangsa dan negara yang baldatun toyibatun wa
robbun ghofur dengan memberikan bekal ilmu agama ala ahlu sunnah wal
42
jamaah yang dintegrasikan dengan ilmu-ilmu umum/pengetahuan modern
serta ketrampilan dasar yang bisa memberi nilai lebih kepada peserta
didik. Sehingga tercipta anak didik yang cerdas, terampil dan berakhlaqul
karimah
Adapun misi MA NU Nurul Huda adalah :
a. Meningkatkan sikap pengabdian/dedikasi yang tinggi kepada madrasah.
b. Meningkatkan sikap loyalitas yang tinggi kepada madrasah.
c. Mendorong dan membantu kepada masing-masing Kepala Madrasah
untuk mencapai target maksimal atas apa yang sudah digariskan
Pengurus.
d. Menumbuhkan penghayatan terhadap nilai-nilai religi yang dapat
mejadi sumber inspirasi untuk berperilaku arif kepada semua elemen
lembaga dan civitas akademika.
e. Menerapkan dan mengembangkan manajemen partisipatif dengan
melibatkan seluruh potensi elemen-elemen lembaga dan masyarakat
umum sebagai stake-holder.
3. Tujuan
Adapun tujuan pendirian Madrasah adalah :
a. Membina manusia agar bertaqwa kepada Allah SWT, berbudi luhur,
cerdas, berpengetahuan luas, cakap, terampil dan bertanggung jawab
agar berman-faat bagi agama, nusa dan bangsa.
b. Memberikan kesempatan kepada anak-anak bangsa, khususnya anak-
anak warga Nahdlatul Ulama untuk mengenyam pendidikan dasar dan
menengah yang terjangkau namun berkualitas baik.
c. Berpartisipasi memajukan dan mengembangkan semua cabang ilmu
penge-tahuan dan teknologi yang diperlukan bagi kemajuan bangsa dan
negara.
d. Memajukan dan mengembangkan budaya islami dan mengantisipasi
serta membendung dan menolak budaya non islam yang merusak.
e. Sebagai ladang pengabdian bagi warga NU dalam rangka izzul Islam
wal muslimin di bidang pendidikan.
43
B. HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di kelas XI IPS1 MA NU Nurul Huda
Mangkang Kulon Tugu Kota Semarang tahun ajaran 2010/2011. Penelitian
ini dilaksanakan dalam 3 siklus dan di setiap siklus dilaksanakan tes evaluasi.
Pada masing-masing siklus terdiri dari: perencanaan, pelaksanaan, observasi,
dan refleksi.
1. Pra Siklus
Sebelum dilaksanakan penelitian penulis mendatangi guru PAI MA
NU Nurul Huda untuk berkonsultasi dan peneliti meminta data hasil
evaluasi pembelajaran mawaris di tahun sebelumnya. Guru mengaku
masih mencari-cari metode pembelajaran yang tepat untuk bab mawaris
ini, dikarenakan dalam tahun ke tahun masih banyak sekali siswa yang
belum memenuhi KKM. KKM yang ditentukan oleh guru dalam pelajaran
fikih ini adalah 65.
Peneliti ingin memeberikan sedikit data tentang hasil evaluasi bab
mawaris tahun sebelumnya yaitu tahun 2009 yang diberikan oleh guru PAI
MA NU Nurul Huda, sebagai berikut:
No Nama Nilai Keterangan
1 Ahmad thohirin 45 TT
2 Abdur Rohim 55 TT
3 Ahmad Busro 40 TT
4 Ali Mahfudz 65 T
5 Akhmad sofi irwanto 50 TT
6 Anam 40 TT
7 Ana nur ziyadah 50 TT
8 Anisa nur aini 30 TT
9 Agus turmudli 40 TT
10 Athik maghfiroh 50 TT
11 Aunurrofiq 45 TT
12 Danu atmaja 55 TT
44
13 Faizin 55 TT
14 Fitriatul khoiriyah 50 TT
15 Hamam abdi 45 TT
16 Inarotussa’adah 55 TT
17 Irfan sodikin 50 TT
18 Jamalludin 60 TT
19 Khairul umam 50 TT
20 Kurnia sandi 40 TT
21 Laili masfufah 45 TT
22 M. rifa’i 35 TT
23 Mumtaniah 65 T
24 Mutamimah 40 TT
25 Muhamad Abdul Salam 50 TT
26 Muhammad Roziqin 40 TT
27 Muhammad Zaenuri 40 TT
28 Mundhofar 50 TT
29 Muflihah 45 TT
30 Zarkoni 40 TT
31 Zubaidah 45 TT
32 Zulkifli 60 TT
Jumlah 1345 TT : Tidak Tuntas = 30
Nilai rata-rata 42.03 T : Tuntas = 2
Dari data yang didapat hanya ada 2 siswa yang tuntas dari KKM.
Berangkat dari data yang diperoleh, peneliti mencoba menawarkan metode
peta konsep sebagai terobosan dalam pembelajaran dengan harapan dapat
meningkatkan hasil belajar siswa dalam mempelajari bab mawaris.
2. Siklus I
a. Perencanaan
Pada perencanaan di siklus I ini guru dan peneliti mencoba untuk
menerapkan metode peta konsep dalam pembelajaran. Tidak ada
45
kendala yang berarti. Hanya saja di desain sebaik mungkin agar
pertemuan itu anak-anak tidak merasa bosan.
b. Pelaksanaan
Hari/tanggal Kegiatan Tempat
Rabu/ 30 Maret 2011 Siklus I Ruang kelas XI
IPS1
1) Hasil Lembar Observasi Pertemuan I
Aspek yang menjadi bahan pengamatan peneliti:
A. Proses siswa memperhatikan keterangan guru.
B. Proses siswa bertanya kepada guru tentang apa yang tidak
difahaminya.
C. Proses siswa aktif mengerjakan tugas dari guru.
D. Proses siswa menjawab pertanyaan guru.
E. Proses siswa membantu temannya untuk memahami penjelasan
guru.
No Nama Aspek Pengamatan Jumlah
Nilai A B C D E
1 Abdul Mubasir � 2
2 Ahmad Burhan � � � 6
3 Aisyah � � � � 8
4 Akhmad sofa � � 4
5 Anas Syairul Alim � � 4
6 Anis Chayati � � 4
7 Anisa Istianah � � 4
8 Asrul Muntahiyah � � 4
9 Athik Kaifa Tanjua � � 4
10 Atsna Dinannasiha � � 4
11 Danang Diska Atmaja � � � 6
12 Fahru Laili � � 4
13 Fitriyatul Mukaromah � � 4
14 Ham Ro’Ul � � 4
46
15 Inayatul Kumala � � 4
16 Iwan Faisyal Tanjung � � � � 8
17 Jamil Ghofurul Khalim � 2
18 Khamidah � � 4
19 Kumi Lailani Rofiah � � 4
20 Lailatul Muna � � 4
21 M. Sabiq Kamalulhaq � � � � 8
22 Muaziroh � 2
23 Muhamad Fadil � 2
24 Muhamad Ali Mudhofar � 2
25 Muhammad Rifqon � � 4
26 Muhammad Zaenuddin � � 4
27 Municha Lutfa � � � 6
28 Musfirotul Fidia � � 4
29 Ngabdul Kamid � � 4
30 Nihayatul Mutiah � � 4
31 Nur Said � 2
32 Nurul Musta’ani � � � 6
33 Siti Khoirotul Ibah � � 4
34 Siti Maslikhatun � � 4
35 Siti Nuriyati Hidayah � � � 6
36 Sugiarti � � 4
37 Umi Khasanah � � 4
38 Umi Rohmatul Ummah � � 4
39 Umi Septiani � � � � 8
40 Wadhifatul Aliah � � � � � 10
41 Wiwi Handayani � � 4
Keterangan:
- Setiap aspek pengamatan yang dilakukan oleh peserta didik bernilai
2 poin, jadi jika peserta didik melaksanakan semua aspek yang ada
dia akan mendapatkan nilai maksimal 10 poin.
47
- Kriteria penafsiran variabel keaktifan peserta didik dalam
penelitian ini ditentukan dengan:
a. > 7 poin = keaktifan peserta didik baik
b. 5 poin - 7 poin = keaktifan peserta didik cukup
c. < 5 poin = keaktifan peserta didik kurang
2) Hasil Tes Evaluasi
No Nama Nilai Katerangan
1 Abdul Mubasir 55 TT
2 Ahmad Burhan 65 T
3 Aisyah 65 T
4 Akhmad sofa 55 TT
5 Anas Syairul Alim 50 TT
6 Anis Chayati 65 T
7 Anisa Istianah 60 TT
8 Asrul Muntahiyah 65 T
9 Athik Kaifa Tanjua 65 T
10 Atsna Dinannasiha 45 TT
11 Danang Diska Atmaja 65 T
12 Fahru Laili 55 TT
13 Fitriyatul Mukaromah 65 T
14 Ham Ro’Ul 65 T
15 Inayatul Kumala 55 TT
16 Iwan Faisyal Tanjung 60 TT
17 Jamil Ghofurul Khalim 60 TT
18 Khamidah 60 TT
19 Kumi Lailani Rofiah 60 TT
20 Lailatul Muna 65 T
21 M. Sabiq Kamalulhaq 75 T
22 Muaziroh 55 TT
23 Muhamad Fadil 50 TT
48
24 Muhamad Ali Mudhofar 50 TT
25 Muhammad Rifqon 50 TT
26 Muhammad Zaenuddin 50 TT
27 Municha Lutfa 65 T
28 Musfirotul Fidia 45 TT
29 Ngabdul Kamid 65 T
30 Nihayatul Mutiah 45 TT
31 Nur Said 60 TT
32 Nurul Musta’ani 60 TT
33 Siti Khoirotul Ibah 45 TT
34 Siti Maslikhatun 50 TT
35 Siti Nuriyati Hidayah 60 TT
36 Sugiarti 50 TT
37 Umi Khasanah 45 TT
38 Umi Rohmatul Ummah 75 T
39 Umi Septiani 65 T
40 Wadhifatul Aliah 85 T
41 Wiwi Handayani 75 T
Jumlah 2495 TT: Tidak Tuntas = 25
Nilai rata-rata 60,85 T : Tuntas = 16
c. Observasi
Bahwa pembelajaran belum berjalan dengan baik,
dikarenakan hanya 50% siswa saja yang memperhatikan
penjelasan dari guru. Hingga hanya sebagian siswa yang bisa
menjawab pertanyaan dari guru.
d. Refleksi
Pada tahap perencanaan setelah peneliti simpulkan tidak ada
sesuatu yang berarti dalam hal persiapan pembelajaran. Namun
pada tahap pelaksanaan yang masih perlu penimgkatan pada
siklus berikutnya agar semua kekurangan dari indikator
49
pencapaian bisa dikurangi. Sehingga diperlukan target setiap
siklus dengan strategi atau metode yang sesuai. Maka peneliti
bekerja sama dengan guru kelas untuk mengembangkan RPP
yang ada.
Refleksi untuk Siswa:
1) Sebagian siswa belum sepenuhnya mengikuti pembelajaran
dengan baik.
2) Siswa yang memperhatikan penjelasan guru secara antusias
hanya 50%.
3) Siswa yang aktif bertanya Cuma 5 anak.
4) Sebagian siswa hanya mengantuk didalam kelas.
5) Hanya sebagian siswa yang mampu menjawab pertanyaan dari
guru.
6) Sebagian siswa masih bekerjasama dalam mengerjakan soal.
Refleksi untuk Guru:
1) Nilai tertinggi siswa dalam siklus I ini adalah 85. Dan terendah
adalah 45.
2) Guru belum sepenuhnya melaksanakan rencana pembelajaran.
3) Materi tidak tersampaiakan seluruhnya dikarenakan waktu
yang terbatas.
4) Menjadi tugas guru dan peneliti untuk meningkatkan hasil
belajar siswa karena di siklus I ini hanya ada 16 siswa yang
nilainya tuntas dan memenuhi KKM.
3. Siklus II
a. Perencanaan
Pada perencanaan di siklus II guru dan peneliti mencoba untuk
memperbaiki dan mengembangkan metode peta konsep. Agar hasil
evaluasi siswa bisa ditingkatkan.
50
b. pelaksanaan
Hari/tanggal Kegiatan Tempat
Rabu/ 6 April 2011 Siklus II Ruang kelas XI
IPS1
1). Hasil Lembar Observasi Pertemuan II (siklus II)
Aspek yang menjadi bahan pengamatan peneliti:
A. Proses siswa memperhatikan keterangan guru.
B. Proses siswa bertanya kepada guru tentang apa yang tidak
difahaminya.
C. Proses siswa aktif mengerjakan tugas dari guru.
D. Proses siswa menjawab pertanyaan guru.
E. Proses siswa membantu temannya untuk memahami
penjelasan guru.
No Nama Aspek Pengamatan Jumlah
Nilai A B C D E
1 Abdul Mubasir � � 4
2 Ahmad Burhan � � � 6
3 Aisyah � � � � � 10
4 Akhmad sofa � 2
5 Anas Syairul Alim � � 4
6 Anis Chayati � � � 6
7 Anisa Istianah � � 4
8 Asrul Muntahiyah � � 4
9 Athik Kaifa Tanjua � � 4
10 Atsna Dinannasiha � � 4
11 Danang Diska Atmaja � � � 6
12 Fahru Laili � 2
13 Fitriyatul Mukaromah � � � 6
14 Ham Ro’Ul � � 4
15 Inayatul Kumala � � 4
16 Iwan Faisyal Tanjung � � � � 8
51
17 Jamil Ghofurul Khalim � � 2
18 Khamidah � � � 6
19 Kumi Lailani Rofiah � � 4
20 Lailatul Muna � 2
21 M. Sabiq Kamalulhaq � � � 6
22 Muaziroh � � 4
23 Muhamad Fadil � � 4
24 Muhamad Ali Mudhofar � � � 6
25 Muhammad Rifqon � � � 6
26 Muhammad Zaenuddin � � 4
27 Municha Lutfa � � � � 8
28 Musfirotul Fidia � � 4
29 Ngabdul Kamid � � 4
30 Nihayatul Mutiah � � 4
31 Nur Said � � 4
32 Nurul Musta’ani � � � 6
33 Siti Khoirotul Ibah � � 4
34 Siti Maslikhatun � � 4
35 Siti Nuriyati Hidayah � � � 6
36 Sugiarti � � 4
37 Umi Khasanah � � 4
38 Umi Rohmatul Ummah � � 4
39 Umi Septiani � � � � 8
40 Wadhifatul Aliah � � � � 8
41 Wiwi Handayani � � 4
Keterangan:
− Setiap aspek pengamatan yang dilakukan oleh peserta didik
bernilai 2 poin, jadi jika peserta didik melaksanakan semua aspek
yang ada dia akan mendapatkan nilai maksimal 10 poin.
52
− Kriteria penafsiran variabel keaktifan peserta didik dalam
penelitian ini ditentukan dengan:
a. > 7 poin = keaktifan peserta didik baik
b. 5 poin - 7 poin = keaktifan peserta didik cukup
c. < 5 poin = keaktifan peserta didik kurang
2) Hasil Tes Evaluasi
No Nama Nilai Keterangan
1 Abdul Mubasir 60 TT
2 Ahmad Burhan 70 T
3 Aisyah 65 T
4 Akhmad sofa 55 TT
5 Anas Syairul Alim 65 T
6 Anis Chayati 70 T
7 Anisa Istianah 70 T
8 Asrul Muntahiyah 65 T
9 Athik Kaifa Tanjua 70 T
10 Atsna Dinannasiha 45 TT
11 Danang Diska Atmaja 65 T
12 Fahru Laili 55 TT
13 Fitriyatul Mukaromah 75 T
14 Ham Ro’Ul 65 T
15 Inayatul Kumala 75 TT
16 Iwan Faisyal Tanjung 70 T
17 Jamil Ghofurul Khalim 60 TT
18 Khamidah 65 T
19 Kumi Lailani Rofiah 70 T
20 Lailatul Muna 65 T
21 M. Sabiq Kamalulhaq 70 T
22 Muaziroh 55 TT
23 Muhamad Fadil 75 T
53
24 Muhamad Ali Mudhofar 60 TT
25 Muhammad Rifqon 70 T
26 Muhammad Zaenuddin 50 TT
27 Municha Lutfa 70 T
28 Musfirotul Fidia 55 TT
29 Ngabdul Kamid 70 T
30 Nihayatul Mutiah 55 TT
31 Nur Said 70 T
32 Nurul Musta’ani 70 T
33 Siti Khoirotul Ibah 65 T
34 Siti Maslikhatun 50 TT
35 Siti Nuriyati Hidayah 65 T
36 Sugiarti 50 TT
37 Umi Khasanah 65 T
38 Umi Rohmatul Ummah 65 T
39 Umi Septiani 70 T
40 Wadhifatul Aliah 85 T
41 Wiwi Handayani 70 T
Jumlah 2955 TT: Tidak Tuntas = 13
Nilai rata-rata 72,07 T: Tuntas =28
c. Observasi
Proses pembelajaran sudah cukup berjalan dengan baik,
dikarenakan siswa yang memperhatikan bertambah menjadi 70%
dan siswa yang bertanya pun bertambah menjadi 7 anak.
Sehingga hasil LOS siswa sudah meningkat dari pada siklus
sebelumnya.
d. Refleksi
Pada siklus II ini peneliti melihat sudah ada peningkatan
daripada siklus sebelumnya, tetapi belum maksimal. Maka pada
pelaksanaan siklus selanjutnya harus ada peningkatan. Maka
54
peneliti bekerja sama dengan guru kelas untuk lebih mencari
variasi pembelajaran yang menarik.
Refleksi untuk siswa:
1) Siswa telah mengikuti pembelajaran dengan baik dan aktif
2) Siswa yang memperhatikan penjelasan guru secara antusias
bertambah menjadi 70%.
3) Siswa yang aktif bertanya sebanyak 7 anak.
4) Hanya 7 siswa yang mengantuk didalam kelas.
5) Hanya sebagian siswa yang mampu menjawab pertanyaan dari
guru.
6) Sebagian siswa masih bekerjasama dalam mengerjakan soal.
Refleksi untuk guru:
1) Nilai tertinggi siswa pada siklus II ini adalah 85 dan terendah
adalah 45.
2) Waktu yang ada sudah dimanfaatkan dengan baik, sehingga
semua materi terselesaikan di siklus II ini.
3) Perencanaan sudah dillaksanakan dengan baik.
4) Masih harus dilaksanakan siklus III karena pada siklus II ini
hanya 28 siswa dari 41 siswa yang nilainya tuntas dan
memenuhi KKM.
4. Siklus III
a. Perencanaan
Pada perencanaan di siklus III ini guru dan peneliti mencoba
mengembangkan scenario pembelajaran yang ada, dengan harapan
jumlah siswa yang memenuhi KKM dapat meningkat jumlahnya.
b. Pelaksanaan
Hari/tanggal Kegiatan Tempat
Rabu/ 12 April 2011 Siklus III Ruang kelas XI
IPS1
55
1). Hasil Lembar Observasi Pertemuan III (siklus III)
Aspek yang menjadi bahan pengamatan peneliti:
A. Proses siswa memperhatikan keterangan guru.
B. Proses siswa bertanya kepada guru tentang apa yang tidak
difahaminya.
C. Proses siswa aktif mengerjakan tugas dari guru.
D. Proses siswa menjawab pertanyaan guru.
E. Proses siswa membantu temannya untuk memahami
penjelasan guru.
No Nama Aspek Pengamatan Jumlah
Nilai A B C D E
1 Abdul Mubasir � � � 6
2 Ahmad Burhan � � � 6
3 Aisyah � � � � 8
4 Akhmad sofa � � 4
5 Anas Syairul Alim � � 4
6 Anis Chayati � � 4
7 Anisa Istianah � � 4
8 Asrul Muntahiyah � � 4
9 Athik Kaifa Tanjua � � 4
10 Atsna Dinannasiha � � 4
11 Danang Diska Atmaja � � � 6
12 Fahru Laili � � 4
13 Fitriyatul Mukaromah � � � 6
14 Ham Ro’Ul � � 4
15 Inayatul Kumala � � 4
16 Iwan Faisyal Tanjung � � � � 8
17 Jamil Ghofurul Khalim � � 2
18 Khamidah � � � 6
19 Kumi Lailani Rofiah � � 4
20 Lailatul Muna � � 4
56
21 M. Sabiq Kamalulhaq � � � � 8
22 Muaziroh � � 4
23 Muhamad Fadil � � 4
24 Muhamad Ali
Mudhofar
� � � 6
25 Muhammad Rifqon � � � 6
26 Muhammad Zaenuddin � � 4
27 Municha Lutfa � � � � � 10
28 Musfirotul Fidia � � 4
29 Ngabdul Kamid � � 4
30 Nihayatul Mutiah � � 4
31 Nur Said � � 4
32 Nurul Musta’ani � � � 6
33 Siti Khoirotul Ibah � � 4
34 Siti Maslikhatun � � 4
35 Siti Nuriyati Hidayah � � � 6
36 Sugiarti � � 4
37 Umi Khasanah � � 4
38 Umi Rohmatul Ummah � � 4
39 Umi Septiani � � � � 8
40 Wadhifatul Aliah � � � � � 10
41 Wiwi Handayani � � � 6
Keterangan:
− Setiap aspek pengamatan yang dilakukan oleh peserta didik
bernilai 2 poin, jadi jika peserta didik melaksanakan semua aspek
yang ada dia akan mendapatkan nilai maksimal 10 poin.
− Kriteria penafsiran variabel keaktifan peserta didik dalam
penelitian ini ditentukan dengan:
a. > 7 poin = keaktifan peserta didik baik
b. 5 poin - 7 poin = keaktifan peserta didik cukup
c. < 5 poin = keaktifan peserta didik kurang
57
2) Hasil Tes Evaluasi
No Nama Nilai Keterangan
1 Abdul Mubasir 60 TT
2 Ahmad Burhan 70 T
3 Aisyah 65 T
4 Akhmad sofa 65 T
5 Anas Syairul Alim 70 T
6 Anis Chayati 65 T
7 Anisa Istianah 65 T
8 Asrul Muntahiyah 70 T
9 Athik Kaifa Tanjua 65 T
10 Atsna Dinannasiha 65 T
11 Danang Diska Atmaja 65 T
12 Fahru Laili 65 T
13 Fitriyatul Mukaromah 65 T
14 Ham Ro’Ul 75 T
15 Inayatul Kumala 75 T
16 Iwan Faisyal Tanjung 70 T
17 Jamil Ghofurul Khalim 70 T
18 Khamidah 70 T
19 Kumi Lailani Rofiah 65 T
20 Lailatul Muna 65 T
21 M. Sabiq Kamalulhaq 75 T
22 Muaziroh 65 T
23 Muhamad Fadil 50 TT
24 Muhamad Ali Mudhofar 65 T
25 Muhammad Rifqon 60 TT
26 Muhammad Zaenuddin 70 T
27 Municha Lutfa 75 T
28 Musfirotul Fidia 65 T
58
29 Ngabdul Kamid 65 T
30 Nihayatul Mutiah 75 T
31 Nur Said 60 TT
32 Nurul Musta’ani 70 T
33 Siti Khoirotul Ibah 65 T
34 Siti Maslikhatun 75 T
35 Siti Nuriyati Hidayah 65 T
36 Sugiarti 65 T
37 Umi Khasanah 75 T
38 Umi Rohmatul Ummah 70 T
39 Umi Septiani 70 T
40 Wadhifatul Aliah 85 T
41 Wiwi Handayani 80 T
Jumlah 3095 TT: Tidak Tuntas = 4
Nilai rata-rata 75,48 T: Tuntas = 37
c. Observasi
Proses pembelajaran sudah berjalan dengan baik dan
bervariasi dan mulai hidup dengan antusias siswa dalam
memperhatikan guru, dan siswa yang memperhatikan guru
hampir seluruh siswa yang ada. Walaupun siswa yang bertanya
masih saja sedikit.
d. Refleksi
Pelaksanaan pada SIKLUS III telah berjalan sesuai dengan
harapan yang peneliti dan guru targetkan. Sehingga dengan
menggunakan peta konsep dapat meningkatkan hasil belajar
siswa.
Refleksi untuk siswa:
1) Siswa telah mengikuti pembelajaran dengan baik dan aktif
2) Siswa yang memperhatikan penjelasan guru secara antusias
bertambah menjadi 90%.
59
3) Siswa yang aktif bertanya sebanyak 6 anak.
4) hanya 2 siswa yang mengantuk didalam kelas.
5) Hanya sebagian siswa yang mampu menjawab pertanyaan
dari guru.
6) Sudah tidak ada siswa yang bekerjasama dalam mengerjakan
soal.
Refleksi untuk guru:
1) Niali tertinggi siswa pada siklus III ini adalah 85 dan
terendah adalah 50
2) Di siklus III ini guru sudah melaksanakan strategi
pembelajaran dengan baik.
3) Metode peta konsep benar-benar sudah dilaksanakan
dilaksanakan.
C. ANALISIS HASIL PENELITIAN
1. Analisis Pra Siklus
Berdasarkan data dari hasil observasi pada proses pembelajaran pra
siklus,27 ternyata benar sebagaimana yang telah dipaparkan oleh guru
PAI di MA NU Nurul Huda Semarang, bahwa dalam pembelajaran
siswa banyak yang nilainya masih kurang atau belum mencapai KKM
yang telah ditentukan yaitu 65 (enam puluh lima). Terbukti saat diberi
tes setelah materi selesai hanya 2 siswa yang tuntas dari 32 siswa.
Meliihat kenyataan diatas peenliti beserta guru PAI berkolaborasi
merencanakan skenario pembelajaran dengan menggunakan metode
Peta Konsep, sebagai inovasi baru dalam pembelajaran PAI bab
mawaris di MA NU Nurul Huda Semarang dan diharapkan dengan
menggunakan metode Peta Konsep hasil belajar siswa kelas XI dalam
bab mawaris bisa ditingkatkan.
2. Analisis Pembelajaran Pelaksanaan Siklus I
a. Tahap Perencanaan
27 Observasi awal dilaksanakan pada tanggal 3 november 2010
60
Dalam perencanaan secara kolaborator guru dan penliti
merencanakan hal-hal apa saja yang dilakukan dalam penelitian.
Guru menjelaskan permasalahan yang terjadi di kelas XI. Yakni
tentang hasil belajar siswa yang masih banyak dibawah ketuntasan
minimum yaitu 65 (enam puluh lima) dalam pembelajaran PAI bab
mawaris. Dari fakta inilah peneliti mencoba menawarkan suasana
belajar yang aktif dan kreatif dengan menggunakan metode Peta
Konsep. Guru menyetujui tawaran dari peneliti tersebut, dan
mulailah peneliti bersama guru merancang skenario pembelajaran
dengan menggunakan metode tersebut, serta membuat lembar
observasi dan membuat tes atau soal yang digunakan disetiap
siklusnya.
b. Tahap Pelaksanaan
Dalam pelaksanaan pada tahap siklus I guru bersama peneliti
memasuki kelas XI IPS 1 MA NU Nurul Huda pada hari rabu
tanggal 30 maret 2011 pada pukul 08.30-10.00 WIB, dalam kelas
tersebut berjumlah 41 siswa yaitu terdiri dari 16 laki-laki dan 25
perempuan. Sebelum pembelajaran dimulai guru mengkondisikan
siswa agar siap menerima pelajaran dan memperkenalkan peneliti
kepada siswa XI IPS 1.
Pembelajaran dimulai, guru mulai menenrangkan bab mawaris
dengan menggunakan peta konsep. Selama kurang lebih 60 menit
guru menjelaskan tentang:
1) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar pada bab mawaris.
2) Hukum mempelajari mawaris.
3) Pengertian mawaris.
4) Sebab-sebab terjadinya mawaris.
5) Menyebutkan ahli waris laki-laki.
6) Menyebutkan ahli waris perempuan.
Dengan dibantu dengan media power poin guru menjelaskan
materi dengan seksama, dan murid juga antusias untuk
61
mendengarkan. Di dalam penjelasan materi guru sedikit membumbui
penjelasan dengan sedikit gurauan agar siswa tidak bisan dan jenuh.
Pada kesempatan terakhir di siklus I ini, guru mengadakan tes
yang dibuat untuk mengukur ingatan siswa dan mengevaluasi
keberhasilan metode peta konsep yang telah dilaksanakan. Dan guru
membagikan lembar soal berbentuk 10 soal pilihan ganda. Dan siswa
di beri waktu 20 menit untuk mengerjakan 10 soal pilihan ganda
tersebut.
c. Tahap Observasi
Dalam tahap observasi pada siklus I, kondisi siswa belum sesuai
harapan peneliti baik dari segi waktu, guru maupun siswanya. Guru
melakukan komunikasi dan Tanya jawab kepada murid hanya
bebrapa kali saja. Selain itu penerapan metode peta konsep juga
belum berhasil secara maksimal.
d. Tahap Refleksi
Diakhir pelaksanaan siklus I guru dan peneliti merefleksikan
yang terjadi dalam kelas XI IPS 1, dari hasil evaluasi yang telah
diberikan masih banyak siswa yang belum memenuhi KKM yang
telah ditentukan. Yaitu sebanyak 25 siswa yang belum tuntas dari 41
siswa.
3. Analisis Pembelajaran Pelaksanaan Siklus II
a. Tahap Perencanaan
Dalam siklus II ini guru dan peneliti bertemu kembali untuk
membahas kekurangan dalam siklus I yang ternyata dalam proses
pembelajaran dengan metode peta konsep hasilnya belum bisa
maksimal. Terlihat pada hasil belajar siswa setelah dilaksanakannya
metode tersebut, siswa yang mencapai ketuntasan hanya 16 siswa
dari jumlah siswa 41. Dengan hasil yang demikian itu peneliti
bersama guru merencang kembali scenario pembelajaran siklus II.
62
b. Tahap Pelaksanaan.
Dalam pelaksanaan pada tahap siklus II guru bersama peneliti
memasuki kelas XI IPS 1 MA NU Nurul Huda pada hari rabu
tanggal 6 april 2011 pada pukul 08.30-10.00 WIB, dalam kelas
tersebut berjumlah 41 siswa yaitu terdiri dari 16 laki-laki dan 25
perempuan. Sebelum pembelajaran dimulai guru mengkondisikan
siswa agar siap menerima pelajaran dan memperkenalkan peneliti
kepada siswa XI IPS 1.
Pembelajaran dimulai, guru mulai menenrangkan bab mawaris
dengan menggunakan peta konsep. Selama kurang lebih 60 menit
guru menjelaskan tentang:
1) Sejarah mawaris pra Islam sampai Islam datang.
2) Dzawil furudh
3) Dzawil arham
Dengan dibantu dengan media power poin guru menjelaskan
materi dengan seksama, dan murid juga antusias untuk
mendengarkan. Di dalam penjelasan materi guru sedikit membumbui
penjelasan dengan sedikit gurauan agar siswa tidak bisan dan jenuh.
Pada kesempatan terakhir di siklus II ini, guru mengadakan tes
yang dibuat untuk mengukur ingatan siswa dan mengevaluasi
keberhasilan metode peta konsep yang telah dilaksanakan. Dan guru
membagikan lembar soal berbentuk 10 soal pilihan ganda. Dan siswa
di beri waktu 20 menit untuk mengerjakan 10 soal pilihan ganda
tersebut.
c. Tahap Observasi
Dalam tahap observasi pada siklus II, kondisi kelas sudah sudah
sesuai dengan harapan peneliti baik dari segi guru maupun siswanya.
Pembelajaran diselingi dengan metode Tanya jawab sehingga
suasana tidak lagi terlihat pasif karena dalam siklus II ini keaktifan
siswa juga dimaksimalkan.
63
d. Tahap Refleksi
Diakhir pelaksanaan siklus II guru dan peneliti merefleksikan
yang terjadi dalam kelas XI IPS 1, dari hasil evaluasi yang telah
diberikan masih banyak siswa yang belum memenuhi KKM yang
telah ditentukan walaupun sudah ada peningkatan dari siklus I. pada
siklus II ini sebanyak 13 siswa yang belum tuntas dari 41 siswa.
4. Analisis Pembelajaran Pelaksanaan Siklus III
a. Tahap Perencanaan
dalam siklus III ini guru dan peneliti bertemu kembali untuk
membahas kekurangan dalam siklus II yang ternyata dalam proses
pembelajaran dengan metode peta konsep hasilnya belum juga bisa
maksimal. Terlihat pada hasil belajar siswa setelah dilaksanakannya
metode tersebut, siswa yang mencapai ketuntasan hanya 28 siswa
dari jumlah siswa 41. Dengan hasil yang demikian itu peneliti
bersama guru merencang kembali skenario pembelajaran siklus III.
b. Tahap Pelaksanaan.
Dalam pelaksanaan pada tahap siklus III guru bersama peneliti
memasuki kelas XI IPS 1 MA NU Nurul Huda pada hari rabu
tanggal 12 april 2011 pada pukul 08.30-10.00 WIB, dalam kelas
tersebut berjumlah 41 siswa yaitu terdiri dari 16 laki-laki dan 25
perempuan. Sebelum pembelajaran dimulai guru mengkondisikan
siswa agar siap menerima pelajaran dan memperkenalkan peneliti
kepada siswa XI IPS 1.
Pembelajaran dimulai, guru mulai menenrangkan bab mawaris
dengan menggunakan peta konsep. Selama kurang lebih 50 menit
guru menjelaskan tentang:
1) Ashabah.
2) Hajib Mahjub
3) Memberi beberapa contoh perhitungan dalam kasus mawaris.
4) Mengulas kembali materi-materi yang sudah diajarkan pada
siklus-siklus sebalumnya.
64
Dengan dibantu dengan media power poin guru menjelaskan
materi dengan seksama, dan murid juga antusias untuk
mendengarkan. Di dalam penjelasan materi guru sedikit membumbui
penjelasan dengan sedikit gurauan agar siswa tidak bosan dan jenuh.
Pada kesempatan terakhir di siklus III ini, guru mengadakan tes
yang dibuat untuk mengukur ingatan siswa dan mengevaluasi
keberhasilan metode peta konsep yang telah dilaksanakan. Dan guru
membagikan lembar soal berbentuk 10 soal pilihan ganda dan 3 soal
isian. Dan siswa di beri waktu 40 menit untuk mengerjakan 10 soal
pilihan ganda dan 3 isian tersebut.
c. Tahap Observasi
Dalam tahap observasi pada siklus III, kondisi kelas sudah
sesuai dengan harapan peneliti baik dari segi guru maupun siswanya.
Pembelajaran diselingi dengan metode Tanya jawab sehingga
suasana tidak lagi terlihat pasif karena dalam siklus III ini keaktifan
siswa juga dimaksimalkan.
d. Tahap Refleksi
Diakhir pelaksanaan siklus III guru dan peneliti merefleksikan
yang terjadi dalam kelas XI IPS 1, dari hasil evaluasi yang telah
diberikan masih banyak siswa yang belum memenuhi KKM yang
telah ditentukan walaupun sudah ada peningkatan dari siklus II. pada
siklus III ini sebanyak 4 siswa yang belum tuntas dari 41 siswa. Dan
yang tuntas adalah sebanyak 37 siswa.
D. Perbandingan Hasil Evaluasi Mawaris Dengan Metode Peta Konsep
No Kegiatan Jml
siswa
Jml Siswa
Yg Tuntas
Jml Siswa
Yg Tidak
Tuntas
Nilai Rata-Rata
1 Pra siklus 32 2 30 42,03
2 Siklus I 41 16 25 60,85
3 Siklus II 41 28 13 72,07
4 Siklus III
Keterangan
E. Diagram Hasil Evaluasi Mawaris Dengan Peta Konsep
0
10
20
30
40
50
60
70
80
Jml siswa
65
Siklus III 41 37 4
Meningkat Menurun
Hasil Evaluasi Mawaris Dengan Peta Konsep
Jml siswa Jml Siswa Yg
Tuntas
Jml Siswa Yg
Tidak Tuntas
Nilai Rata
75,48
Meningkat
Nilai Rata-Rata
Pra siklus
Siklus I
Siklus II
Siklus III
66
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik simpulan
sebagai berikut. Terjadi peningkatan nilai dan keaktifan siswa pada setiap
siklus;
No Tahap Siklus Jumlah Nilai Nilai Rata-Rata
1 Pra siklus 1345 42,03
2 Siklus I 2495 60,85
3 Siklus II 2955 72,07
4 Siklus III 3095 75,48
Maka dapat disimpulkan hasil belajar fiqih peserta didik pada materi
pokok mawaris bisa ditingkatkan dengan penggunaan peta konsep, nilai akhir
rata-rata kelas eksperimen sebesar 75,48. Penggunaan peta konsep efektif
dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik pada materi pokok mawaris
kelas XI IPS 1 MA NU Nurul Huda Semarang, di mana sebelum eksperimen
nilai rata-ratanya sebesar 42,03 sedangkan nilai rata-rata kelas eksperimen
setelah eksperimen sebesar 75,48. Nilai rata-rata ini lebih dari KKM yang
sudah ditetapkan Madrasah sebesar 65.
B. Saran
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan sedikit sumbangan
pemikiran sebagai usaha meningkatkan kemampuan dalam bidang pendidikan
dan khususnya bidang mawaris. Saran yang dapat penulis sumbangkan
sehubungan dengan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Disarankan guru dapat mempersiapkan desain pembelajaran ke dalam
bentuk peta konsep untuk memudahkan peserta didik memahami dan
mengingat materi pembelajaran.
2. Peta konsep dapat diterapkan dalam pembelajaran fiqih pada materi
pokok mawaris.
67
3. Penggunaan peta konsep dapat diterapkan di madrasah/sekolah yang lain.
4. Peta konsep dapat dijadikan salah satu alternatif merangkum pelajaran,
sehingga peserta didik akan lebih mudah mengingat materi pembelajaran.
5. Perlu adanya penelitian lebih lanjut sebagai pengembangan dari
penelitian ini, terutama dengan melengkapi penggunaan peta konsep
dengan media pembelajaran yang lain.
C. Penutup
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu
wa ta’ala yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini. La haula wa la
quwwata illa billah. Berkat kekuatan dari-Nya lah penulis mampu melewati
hambatan-hambatan dalam penelitian dan penyusunan karya ini.
Penulis menyadari dalam karya ini masih ada kekurangan. Untuk itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari pembaca guna
perbaikan karya selanjutnya. Semoga skripsi ini dapat memberi sumbangsih
pada perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam dunia pendidikan
matematika. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan
pembaca. Amin.
1
DAFTAR KEPUSTAKAAN Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional,
(Semarang: Aneka Ilmu, 1992) Melvin L. Silberrnen, 101 Strategi Pembelajaran Aktif (Active Learning), terj.
Sarjuli dan Azfat Ammar, (Jakarta: Yakpendis, 2001) Al-Imam Al-Bukhari, Shahih Al-Bukhari, (Beirut: Dar al-Kutub, 2008) Imam Ibnu Hambal. Musnad Imam Ibnu Hanbal, (Darul Fikri, t.th) Syaikh Muhammad Ali Ash-Shabuni, Al-Mawarist, terj. Abdul Hamid Zahwan,
Hukum Waris, (Jakarta, CV. Pustaka Mantiq, 1994) Teungku Muhammad Hasbi Ash Shidieqy, Fiqh Mawaris, (Semarang, PT.
Pustaka Rizki Putra, 2010) Al-Imam Al-Bukhari, Shahih Al-Bukhari, (Darul Hadist, 2004) Ahmad Rofiq, Fiqh Mawaris, cet 3 (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1998) Tim Pelaksana Pentashihan Mushaf Al-Quran, Al-Quran Tajwid Warna Dan
Terjemahnya, (Jakarta, AMZAH Quran, 2009) Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan System,
(Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2003) Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep Landasan,
Dan Implementasinya Pada Kurikulum Tinkat Satuan Pendidikan ( KTSP), (Jakarta: Prenada Media Group, 2010)
Hisyam Zaini, dkk., Desain Pembelajaran Diperguruan Tinggi, (Yogyakarta;
CTSD IAIN Sunan Kalijogo, 2002) Bermawy Munthe, Desain Pembelajaran, (Yogyakarta: Pusaka Insan Madani,
2009) S. Nasution, Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT.
Bumi Aksara) Suhrawardi K. Lubis, SH. Dan Komis Simanjuntak, SH., Hukum Waris Islam,
(Jakarta: Sinar Grafika, 2008) Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, (Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 2006)
2
Departemen Pendidikan Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah, Penelitian Tindakan Kelas, (Direktorat Tenaga Kependidikan, 2003)
Suharsimi Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta, Bumi Aksara, 2006) Sugiyono, Metodelogi Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif
dan R&D (Bandung : Alfabeta, 2007) S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004) Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta :
Rineka Cipta, 2006)
1
Instrument siklus I
Pilihlah salah satu dari pilihan a, b, c, atau d dari soal dibawah ini dengan tepat!
1. Ilmu tentang bagaimana membagi harta peninggalan seseorang setelah ia
meninggal dunia adalah ilmu:
a. Muwaris c. Mawaris
b. Waris d. Warisan
2. Secara bahasa arti kata mawaris adalah:
a. Orang yang meninggal yang meninggalkan harta
b. Harta peninggalan orang yang sudah meninggal
c. Meninggalnya orang yang meninggalkan harta
d. Harta peninggalan orang yang pergi jauh.
3. Hukum mempelajari ilmu mawaris adalah:
a. Fardlu ‘Ain c. Mubah
b. Sunnah d. Fardlu
Kifayah
4. Kewajiban yang tidak berkaitan dengan harta peninggalan sebelum mawaris
dilaksanakan adalah:
a. Permintaan maaf c. Hutang
Piutang
b. Wasiat d. Pemakaman
5. Yang bukan menjadi rukun waris adalah:
a. Pewaris c. Harta
warisan
b. Ahli waris d. Wasiat
6. Yang bukan sebab terjadinya mawaris adalah:
a. Pertemanan c. Perkawinan
Yang Sah
b. Keluarga d. Wala’
7. Sebab seseorang menjadi suami istri adalah:
2
c. Pertemanan c. Perkawinan
Yang Sah
d. Keluarga d. Wala’
8. Terjadinya hubungan kekerabatan karena memerdekakan budak adalah:
a. Qarabat c. Wala’
b. Shohib d. Shobir
9. Yang bukan menjadi sebab terhalanginya seseorang mendapatkan warisan
adalah:
a. Membunuh c. Kafir
b. Murtad d. Bermusuhan
10. Apabila seseorang yang meninggal tidak mempunyai ahli waris ataupun
kerabat, maka harta warisannya diserahkan kepada:
a. Baitul Mal c. Ketua RT
b. Tetangga Terdekat d. Perangkat
Desa
3
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Satuan Pendidikan : MA NU NURUL HUDA SEMARANG
Mata pelajaran : FIQIH
Kelas/Semester : XI/ GENAP
Alokasi waktu : 2x45 Menit (1 kali pertemuan)
Standar Kompetensi : Memahami hukum Islam tentang waris.
Kompetensi Dasar : 1. Menjelaskan ketentuan hukum waris dalam Islam
2. Menjelaskan ketertkaitan waris dengan wasiat
3. Menunjukkan contoh cara pelaksanaan waris dan wasiat
Indikator : 1. Siswa mampu menjelaskan pengertian Waris dan wasiat dalam
Islam
2. Siswa mampu menyebutkan syarat dan rukun waris
3. Siswa mampu menyebutkan macam-macam pembagian Waris.
4. Siswa mampu mempraktekan penghitungan waris.
I. Tujuan Pembelajaran
Siswa dapat memahami mawaris dan penghitungannya secara benar.
II. Materi Ajar
Mawaris dan penghitungannya.
III. Metode Pembelajaran
1. PETA KONSEP
2. CERAMAH PLUS
IV. Langkah-Langkah Pembelajaran
Tahapan
Kegiatan
Kegiatan Alokasi
Waktu Guru Siswa
Pendahuluan
1. Salam dan membaca
basmalah
2. Pengaturan kelas &
1. Salam dan membaca
basmalah bersama.
2.Mengikuti intruksi
10
menit
4
mempersiapkan media
(proyektor).
guru.
Kegiatan
inti
1. Menjelaskan tentang
Standar Kompetensi
dan Kompetensi Dasar,
pengertian, hukum,
sebab-sebab, & hal-hal
yang menghalangi
terjadinya mawaris
dengan menggunakan
proyektor.
2. Menyebutkan ahli waris
laki-laki dan ahli waris
perempuan, dan
menyebutkan
pengertian istilah-istilah
dalam mawaris dengan
menggunakan
proyektor.
3. Memberikan
kesempatan kepada
murid untuk bertanya.
1. Memperhatikan guru
dan ikut serta aktif
berpendapat.
2. Memperhatikan guru
dan ikut serta aktif
berpendapat.
3. Memberikan
pertanyaan secara
individu.
60
menit
Penutup
1. Guru menguatkan
pemahaman siswa dan
memberikan
kesimpulan, klarifikasi
dan tindak lanjut.
2. Guru membagikan soal
yang sudah
1. Murid
memperhatikan guru.
2. Murid mengerjakan
soal.
3. Mengikuti membaca
20
menit
5
dipersiapkan.
3. Penutup, membaca
hamdalah dan salam.
hamdalah dan
menjawab salam.
V. Alat/Bahan/Sumber Belajar
� Buku panduan PAI fikih dari DEPAG.
� LKS
� Proyektor & laptop
� Kertas yang sudah dipersiapkan.
VI. Penilaian & tindak lanjut
1. Jenis tes
a. Tes proses : Pengamatan (aspek afektif)
b. Tes akhir : Tertulis
2. Alat tes
a. Tes proses : Keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran active
learning
b. Tes akhir : mengerjakan soal yang sudah disiapkan.
Semarang,30 Maret 2010
Peneliti Guru
M. Agus Afifudin H. Muftidin
Mengetahui, Kepala Madrasah
H. Sudarno
Instrument siklus II
Pilihlah salah satu dari pilihan a, b, c, atau d dari soal dibawah ini dengan tepat!
1. Ahli waris yang bagiannya sudah ditentukan oleh Al- Quran disebut juga dengan:
a. Dzawil arham c. Ashabah bin nafsi
b. Dzawil furudl d. Ashabah ma’al ghoir
6
2. Suami bisa mendapatkan bagian warisan ½ apabila:
a. Ada bapak c. Ada istri
b. Tidak ada anak d. Ada saudara laki-laki.
3. Istri mendapatkan 1/8 apabila:
a. Ada bapak c. Ada suami
b. Ada anak d. Ada saudara laki-laki.
4. Bagian anak perempuan jika hanya seorang dan tidak ada anak laki-laki adalah:
a. 2/3 c. 1/3
b. 1/6 d. ½
5. Bagian ibu jika yang tersisa hanya bapak dan ibu saja adalah:
a. 2/3 c. 1/3
b. 1/6 d. ½
6. Bagian bapak jika ada anak dan atau cucu adalah:
a. 2/3 c. 1/3
b. 1/6 d. ½
7. Ahli waris yang tidak bisa mendapatkan ½ adalah:
a. Anak perempuan tunggal
b. Cucu perempuan tunggal dari anak laki-laki
c. Saudara perempuan tunggal sekandung jika tidak ada anak
d. Suami jika ada anak
8. Ahli waris yang tidak bisa mendapatkan jatah ¼ adalah:
a. Suami jika ada anak atau cucu
b. Istri jika tidak ada anak atau cucu
c. Dua anak perempuan atau lebih jika tidak ada anak laki-laki
d. Dua saudara perempuan atau lebih sekandung jika ada anak dan saudara
laki-laki
9. Ahli waris yang tidak bisa mendapatkan jatah 1/6 adalah:
a. Bapak jika tidak ada anak atau cucu
b. Kakek jika ada anak atau cucu dan tidak ada bapak
c. Ibu jika ada anak dan cucu
d. Nenek jika ada anak atau cucu dan tidak ada ibu
10. Ahli waris yang tidak bisa mendapatkan jatah 2/3 adalah:
a. Dua anak perempuan atau lebih jika ada anak lelaki
7
b. Dua cucu perempuan atau lebih dari anak lelaki jika ada anak.
c. Dua saudara perempuan atau lebih sekandung jika tidak ada anak dan
saudara lelaki
d. Dua saudara perempuan atau lebih sebapak jika tidak ada anak atau saudara lelaki
8
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Satuan Pendidikan : MA NU NURUL HUDA SEMARANG Mata pelajaran : FIKIH Kelas/Semester : XI/ GENAP Alokasi waktu : 2x45 Menit (1 kali Pertemuan) Standar Kompetensi : Memahami hukum Islam tentang waris. Kompetensi Dasar : 1. Menjelaskan ketentuan hukum waris dalam Islam 2. Menjelaskan ketertkaitan waris dengan wasiat 3. Menunjukkan contoh cara pelaksanaan waris dan wasiat Indikator : 1. Siswa mampu menjelaskan pengertian Waris dan wasiat dalam
Islam 2. Siswa mampu menyebutkan syarat dan rukun waris
3. Siswa mampu menyebutkan macam-macam pembagian Waris. 4. Siswa mampu mempraktekan penghitungan waris. I. Tujuan Pembelajaran
Siswa dapat memahami mawaris dan penghitungannya secara benar. II. Materi Ajar
Mawaris dan penghitungannya. III. Metode Pembelajaran
3. PETA KONSEP 4. CERAMAH PLUS
IV. Langkah-Langkah Pembelajaran Tahapan Kegiatan
Kegiatan Alokasi Waktu Guru Siswa
Pendahuluan
1. Salam dan membaca basmalah
2. Pengaturan kelas & mempersiapkan media (proyektor).
1. Salam dan membaca basmalah bersama.
2.Mengikuti intruksi guru.
10 menit
Kegiatan inti
4. Menjelaskan tentang Sejarah mawaris pra Islam sampai Islam datang. Dzawil furudh, dzawil arham dengan menggunakan proyektor.
5. Memberikan kesempatan kepada murid untuk bertanya.
4. Memperhatikan guru dan ikut serta aktif berpendapat.
5. Memberikan
pertanyaan secara individu.
60 menit
Penutup
4. Guru menguatkan pemahaman siswa dan memberikan kesimpulan, klarifikasi dan tindak lanjut.
4. Murid memperhatikan guru.
5. Murid mengerjakan
soal.
20 menit
9
5. Guru membagikan soal yang sudah dipersiapkan.
6. Penutup, membaca hamdalah dan salam.
6. Mengikuti membaca hamdalah dan menjawab salam.
V. Alat/Bahan/Sumber Belajar � Buku panduan PAI fikih dari DEPAG. � LKS � Proyektor & laptop � Kertas yang sudah dipersiapkan.
VI. Penilaian & tindak lanjut 3. Jenis tes
c. Tes proses : Pengamatan (aspek afektif) d. Tes akhir : Tertulis
4. Alat tes c. Tes proses : Keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran active
learning d. Tes akhir : mengerjakan soal yang sudah disiapkan.
Semarang,6 April 2010
Peneliti Guru
M. Agus Afifudin H. Muftidin
Mengetahui, Kepala Madrasah
I. Sudarno
10
Instrument siklus III
A. Pilihlah salah satu dari pilihan a, b, c, atau d dari soal dibawah ini dengan
tepat!
1. Yang tidak termasuk dalam hal-hal yang berkaitan dengan harta
peninggalan sebelum mawaris adalah:
a. Utang piutang c. Hibah
b. Wasiat d. Perawatan jenazah
2. Harta peninggalan orang yang meninggal dunia yang akan dibagikan
disebut:
a. Fara’idh c. Mirats
b. Mawaris d. Muwarits
3. Yang tidak termasuk dalam sebab-sebab seseorang mendapatkan warisan
adalah:
a. Hubungan keluarga c. Hubungan wala’
b. Perkawinan d. Pertemanan
4. Dilihat dari segi pembagiannya, ada 3 macam kelompok ahli waris,
dibawah ini urutan yang benar adalah:
a. Dzawil furudl, ashabah, dzawil arham c. Ashabah, dzawil arham,
dzawil furudl
b. Dzawil furudl, dzawil arham, ashabah d. Dzawil arham, ashabah,
dzawil furudl
5. Berapa sajakah bagian dzawil furudl:
a. ½, ¼, 1/6, 1/8, 2/3 c. ½, 1/3, ¼, 1/5, 1/6, 1/8, 2/3
b. ½, 1/3, ¼, 1/6, 1/8, 2/3 d. ½, 1/3, ¼, 1/6, 1/8, 1/9, 2/3
6. Jika ada suami meninggal dunia dan tidak meninggalkan seorang anak,
maka istri akan mendapatkan bagian:
a. ¼ c. ½
b. 1/8 d. 1/6
7. Berikut ini adalah ahli waris yang mendapatkan ½ kecuali:
a. Suami jika tidak ada anak c. Istri jika tidak ada anak
11
b. Anan perempuan tunggal d. Cucu perempuan tunggal dari anak lelaki jika
tidak ada anak.
8. Ahli waris yang menjadi ashabah bersama dengan ahli waris yang lainnya
adalah:
a. Ashabah bi nafsi c. ashabah bi ghoir
b. Ashabah ma’al ghoir d. ahabah ila ghoir
9. Dua anak perempuan tanpa anak lelaki adalah mendapatkan bagian:
a. ½ c. 1/6
b. 2/3 d. ¼
10. Ahli waris yang menghalangi ahli waris lainnya untuk mendapatkan harta
warisan adalah:
a. Hajib c. hijab
b. Hujub d. mahjub
B. Hitunglah kasusu-kasus dibawah ini dengan benar!
1. Seorang muslim meninggal dunia dengan meninggalkan seorang isteri,
ibu, saudara laki-laki sekandung, saudara laki-laki sebapak dan seorang
anak lelaki non muslim, dan harta warisannya adalah 1. 200.000, maka
berapakah bagian masing-masing?
2. Seorang wafat dengan meninggalkan seorang istri, seorang anak lelaki,
ibu, paman dan nenek, harta warisan yang ditinggalkan adalah 24.000.000.
maka berapakah bagian masing-masing ahli waris?
3. Seorang meninggal dunia dengan meninggalkan harta 2.000.000.000,
namun setelah dikurangi biaya perawatan jenazah, hutang piutang, wasiat
dan zakat, harta warisannya hanya sisa 1. 800.000, dan si mayat
meninggalkan suami, 2 anak perempuan bapak, ibu dan kakek. Berapakah
harta yang diterima oleh masing-masing ahli waris?
12
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Satuan Pendidikan : MA NU NURUL HUDA SEMARANG Mata pelajaran : FIKIH Kelas/Semester : XI/ GENAP Alokasi waktu : 2x45 Menit (1 kali Pertemuan) Standar Kompetensi : Memahami hukum Islam tentang waris. Kompetensi Dasar : 1. Menjelaskan ketentuan hukum waris dalam Islam 2. Menjelaskan ketertkaitan waris dengan wasiat 3. Menunjukkan contoh cara pelaksanaan waris dan wasiat Indikator : 1. Siswa mampu menjelaskan pengertian Waris dan wasiat dalam
Islam 2. Siswa mampu menyebutkan syarat dan rukun waris
3. Siswa mampu menyebutkan macam-macam pembagian Waris. 4. Siswa mampu mempraktekan penghitungan waris. I. Tujuan Pembelajaran
Siswa dapat memahami mawaris dan penghitungannya secara benar. II. Materi Ajar
Mawaris dan penghitungannya. III. Metode Pembelajaran
5. PETA KONSEP 6. CERAMAH PLUS
IV. Langkah-Langkah Pembelajaran Tahapan Kegiatan
Kegiatan Alokasi Waktu Guru Siswa
Pendahuluan
1. Salam dan membaca basmalah
2. Pengaturan kelas & mempersiapkan media (proyektor).
1. Salam dan membaca basmalah bersama.
2.Mengikuti intruksi guru.
10 menit
Kegiatan inti
6. Menjelaskan tentang Ashabah, hajib mahjub, memberi beberapa contoh perhitungan dalam kasus mawaris, mengulas kembali materi-materi yang sudah diajarkan pada siklus-siklus sebalumnya dengan menggunakan proyektor.
7. Memberikan kesempatan kepada murid untuk bertanya.
6. Memperhatikan guru dan ikut serta aktif berpendapat.
7. Memberikan
pertanyaan secara individu.
60 menit
Penutup 7. Guru menguatkan
pemahaman siswa dan memberikan
7. Murid memperhatikan guru.
20 menit
13
kesimpulan, klarifikasi dan tindak lanjut.
8. Guru membagikan soal yang sudah dipersiapkan.
9. Penutup, membaca hamdalah dan salam.
8. Murid mengerjakan soal.
9. Mengikuti membaca hamdalah dan menjawab salam.
V. Alat/Bahan/Sumber Belajar � Buku panduan PAI fikih dari DEPAG. � LKS � Proyektor & laptop � Kertas yang sudah dipersiapkan.
VI. Penilaian & tindak lanjut 5. Jenis tes
e. Tes proses : Pengamatan (aspek afektif) f. Tes akhir : Tertulis
6. Alat tes e. Tes proses : Keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran active
learning. f. Tes akhir : mengerjakan soal yang sudah disiapkan.
Semarang,12 April 2010
Peneliti Guru
M. Agus Afifudin H. Muftidin Mengetahui, Kepala Madrasah
J. Sudarno