tumor intraabdomen (presus kelompok)
TRANSCRIPT
BAB I
I. Identitas:
Nama : Ny. S
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 38 tahun
Alamat : Danawinangun
Agama : Islam
Tgl Masuk RS : 10 Mei 2011
II. Anamnesa (Autoanamnesa pada pasien pada tgl 10 Mei 2011)
Keluhan utama:
Merasa ada benjolan di perut bagian atas sebelah kanan.
Riwayat Penyakit Sekarang:
Os datang ke RSUD Arjawinangun melalui poli bedah dengan merasa ada benjolan
pada perut bagian atas sebelah kanan sejak 1 tahun SMRS. Benjolan tersebut dirasa
pasien makin membesar. Menurut pasien awalnya benjolan sebesar jeruk biasa lalu
makin lama ukurannya sebesar jeruk bali. Benjolan disertai rasa nyeri. Gangguan
menstruasi disangkal oleh pasien. Lamanya menstruasi tidak pernah melebihi waktu
menstruasi yang biasa pada pasien. Menurut pasien saat menstruasi jumlahnya tidak
terlalu banyak. Pasien hanya memakai 1 pembalut saat menstruasi. BAB dan BAK
normal.
Riwayat Penyakit Dahulu:
1
Riwayat keluhan yang sama sebelumnya disangkal
Riwayat diabetes melitus disangkal
Riwayat hipertensi disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga:
Riwayat penyakit keluarga yang mempunyai penyakit yang sama disangkal
III. Pemeriksaan Fisik:
Status Generalis
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Vital Sign
TD : 120/70 mmHg
P : 84 x/menit
R : 20 x/menit
S : 36,5oC
Kepala: Normocephalus
Mata: Conjunctiva Anemis -/-, sclera ikterik -/-, pupil bulat isokor, refleks
pupil +/+
Thorax:
Cor:
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : ictus cordis teraba
Perkusi : batas jantung normal
Auskulatasi : BJ I-II regular, murmur (-), gallop (-)
2
Paru :
Inspeksi : pergerakan hemithoraks simetris kanan-kiri
Palpasi : fremitus vocal dan taktil hemithoraks kanan-kiri
Perkusi : sonor di seluruh lapang paru
Auskultasi : vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-
Abdomen : st.lokalis
Inpeksi : tampak datar
Palpasi : teraba massa, solid, melekat pada dasarnya, batas tegas
dengan ukuran + 5 x 5 cm, NT/NL : +/-
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus (+)
Ekstremitas atas : edema -/-, sianosis -/-
Ektremitas bawah : edema -/-, sianosis -/-
IV. Pemeriksaan Penunjang:
Hb : 10,3 g/dl
Leukosit : 9,41 x 103/µl
Eritrosit : 3,96 x 106/µl
Trombosit : 312 x 103/ µl
Hematokrit : 32,4%
KGDS : 122 mg/dl
V. Rencana Pemeriksaan
USG Abdomen
3
VI. Diagnosa Kerja:
Tumor Intra Abdomen
VII. Penatalaksanaan:
Medikamentosa : preoperatif
Analgetik
Operatif : laparotomi
VIII. Prognosis:
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad fungsionam : dubia ad bonam
4
BAB II
TUMOR INTRAABDOMEN
Pendahuluan
Tumor ganas pada anak merupakan sekitar 2% dari seluruh penyakit kanker pada
manusia. Seperti dilaporkan dalam kepustakaan, leukemia akut merupakan keganasan
terbanyak yang ditemukan pada anak kemudian berturut–turut ialah tumor otak, limfoma
maligna, neuroblastoma, nefroblastoma, rhabdomiosarkoma, kanker tulang,
retinoblastoma, kanker hati dan lain–lain.
Namun demikian penemuan di Jakarta menunjukkan bahwa retinoblastoma
menduduki urutan ke-3 setelah tumor otak. Hal yang sama juga ditemukan di Afrika dan
India.
Bila dilihat dari lokasi asal tumor, maka tumor abdomen menempati urutan ke-3
setelah leukemia akut dan tumor otak. Dibandingkan dengan tumor lain yang letaknya di
permukaan, maka diagnosis dini tumor abdomen anak pada dasarnya sulit, apalagi bila
tumor masih kecil dan belum memberikan keluhan berarti. Oleh karena itu bila terdapat
kecurigaan kemungkinan adanya tumor abdomen, diperlukan pemantauan yang cermat
untuk dapat secepatnya diketahui.
5
Tumor Abdomen
Bagian terbesar tumor abdomen terdiri dari neuroblastoma, tumor Wilms,
teratoma, tumor ovarium, limfoma abdomen, hepatoma dan lain–lain. Pada umumnya
anak dengan tumor abdomen hampir tidak memberikan keluhan apabila masih dini,
bahkan tidak jarang keluhan tidak atau belum timbul walaupun tumor telah dapat diraba.
Hal ini mungkin karena sifat rongga perut yang yang longgar, sehingga bila ada massa di
dalamnya, dapat tumbuh sampai cukup besar tanpa mengganggu organ di sekitarnya.
Gejala-gejala umum yang disebabkan oleh adanya kanker seperti lesu, lemah,
badan makin kurus, keringat berlebih, demam, pucat dan rasa nyeri dalam perut, perlu
mendapatkan perhatian seksama meskipun gejala seperti tersebut di atas dapat dijumpai
pula pada berbagai penyakit infeksi kronis yang masih banyak terdapat di Indonesia.
Biasanya adanya tumor dalam abdomen dapat diketahui setelah perut tampak
membuncit dan keras ataupun pada saat anak dimandikan. Apabila telah diketahui ada
tumor dalam abdomen, selanjutnya dilakukan pemeriksaan fisik dengan hati-hati dan
lembut untuk menghindari trauma berlebihan yang dapat mempermudah terjadinya tumor
pecah ataupun metastasis. Ditentukan apakah letak tumornya intraperitoneal atau
retroperitoneal. Tetapi pada tumor yang terlalu besar sulit menentukan letak tumor secara
pasti. Demikian pula bila tumor yang berasal dari rongga pelvis telah mendesak ke
rongga abdomen.
Berbagai pemeriksaan penunjang perlu pula dilakukan. Pemeriksaan darah tepi
dan laju endap darah masih tetap diperlukan untuk menentukan pakah tumor tersebut
memang ganas dan apakah tumor telah mengganggu sistem hematopoiesis, seperti
perdarahan intra tumor atau metastasis ke sumsum tulang dan lain-lain.
Kemudian dilakukan pemeriksaan foto polos abdomen dan khusus untuk tumor
retroperitoneal diperlukan pemeriksaan pielografi intravena. Selanjutnya pemeriksaan
ultrasonografi dan atau CT-scan dilakukan sesuai sarana dan prasarana. Adakalanya
pemeriksaan ini juga dapat membantu menentukan tumor itu ganas, yaitu bila ditemukan
tidak adanya batas antara tumor dan jaringan sekitarnya yang berarti tumor telah
6
melakukan penyusupan atau mengadakan destruksi jaringan sekitarnya atau adanya
pembesaran kelenjar getah bening dan metastasis di tempat lain.
Untuk tumor yang diketahui menghasilkan produk metabolit tertentu atau marker,
perlu diperiksa kadarnya, sebaiknya sebelum dilakukan pengobatan untuk menunjang
diagnosis. Pemeriksaaan ini diulang secara berkala untuk menilai keberhasilan
pengobatan dan kemungkinan residif.
Selanjutnya penderita dipersiapkan sebaik-baiknya untuk menjalani laparatomi
eksplorasi. Saat itu ditentukan apakah tumor dapat diangkat seluruhnya atau sebagian
atau hanya dapat dilakukan biopsi. Keterangan ini diperlukan untuk tindakan selanjutnya.
Bila tumor dapat diangkat seluruhnya maka stadium tetap, tetapi bila tumor hanya dapat
diangkat sebagian (debulking) atau tumor pecah selama operasi (spill), maka stadium
dinaikkan setingkat. Untuk tumor yang hanya dapat dibiopsi, biasanya dilanjutkan
dengan kemoterapi atau radiasi dahulu dan setelah tumor mengecil dilakukan re-
laparatomi.
Neuroblastoma
Diagnosis dini tumor ini sulit. Sebagian besar datang dalam stadium lanjut
sehingga diagnosis lebih mudah ditegakkan tetapi angka kematiannya tinggi.
Tumor ini paling banyak berasal dari kelenjar adrenal dan gejala yang
ditimbulkan merupakan akibat dilepaskannya metabolit katekolamin secara berlebihan
yaitu berupa hipertensi, kemerahan (flushing), keringat yang berlebihan dan demam. Bila
tumor telah membesar menyebabkan perasaan tidak nyaman dan penuh dalam perut
disertai penurunan berat badan sampai failure to thrive. Ditemukannya benjolan-benjolan
subkutis terutama di daerah kepala atau proptosis dan ekimosis periorbita, merupakan
gambaran penyakit yang lanjut atau metastasis.
Kadar vanillyl mandelic acid (VMA) ialah suatu derivat katekolamin biasanya
meningkat dan dapat ditemukan dalam urin penderita.
Pemeriksaan foto polos abdomen tidak jarang dapat ditemukan tanda-tanda
perkapuran dalam massa tumor dan pada pielografi intravena biasanya sistem
7
pelviokalises masih baik hanya letaknya berubah. Pemeriksaan USG dan CT scan dapat
lebih mengetahui perluasan tumor dan metastasis.
Diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan histopatologis tumor, kadang-
kadang diperlukan pemeriksaan imunohistokimia seperti neurofilament, synaptophysin
dan neuron specific enolase (NSE)
Pada stadium lanjut dapat ditemukan kelompok-kelompok metastasis
neuroblastoma dalam sumsum tulang.
Nefroblastoma (Tumor Wilms’)
Tumor ini berasal dari parenkim ginjal, oleh karena itu bila telah menyebar dapat
menimbulkan hematuria. Disamping itu dapat disertai hipertensi karena tumor ini dapat
merangsang aktifitas renin. Gejala tersebut dapat disertai nyeri, demam ataupun kadang-
kadang anemia atau gejala tumor abdomen umumnya.
Tumor Wilms’ disebut dalam kepustakaan dapat disertai aniridia dan
hemihipertrofi, walaupun keadaan tersebut sangat jarang. Pada pielografi intravena
biasanya ditemukan gambaran sistem pelviokalises yang rusak atau gambar hidronefrosis
dan tidak jarang gambaran sekresi ginjal tidak tampak.
Pada stadium lanjut dapat ditemukan gambaran metastasis dalam paru.
Ultrasonografi dan CT scan walaupun tidak mutlak tetapi sangat membantu menegakkan
diagnosis dan juga mencari metastasis.
Diagnosis pasti ditentukan dengan pemeriksaan histopatologi dari ginjal yang
berisi tumor yang telah diangkat pada laparatomi eksplorasi.
Limfoma Abdomen
Limfoma abdomen dapat timbul dari kelenjar getah bening di hati, limpa dan
usus. Apabila timbul di hati atau limpa akan menyebabkan hepatomegali atau
splenomegali atau keduanya. Tetapi bila timbulnya di usus, maka massa tumor dapat
menyebabkan obstruksi usus atau sebagai leading point untuk terjadinya intususepsi.
Gejala yang dapat timbul ialah nyeri disertai pembengkakan perut dan perubahan
8
kebiasaan buang air besar serta gejala obstruksi usus serta mual dan muntah. Perdarahan
saluran cerna jarang terjadi apalagi perforasi usus. Biasanya pasien dengan gejala seperti
tersebut di atas datang pada ahli bedah. Pemeriksaan radiologik yang diperlukan ialah
barium meal terutama bila obstruksinya parsial. Dapat pula dilakukan pemeriksaan USG
usus.
Teratoma
Tumor yang berasal dari sel germinativum ini dapat timbul di mana–mana. Tumor
yang asalnya dari rongga abdomen hanya sekitar 1-2% dan biasanya letaknya
retroperitoneal. Kira-kira 29% teratoma berasal dari ovarium. Teratoma retroperitoneal
harus dibedakan dengan tumor Wilms, neuroblastoma atau rhabdomiosarkoma.
Selain ditemukan massa tumor dalam abdomen yang biasanya cukup besar, untuk
teratoma matur, pada pemeriksaan foto polos abdomen dapat ditemukan gambaran gigi,
tulang dan lain-lain.
Rhabdomiosarkoma
Umumnya sebagian tumor ini berasal dari rongga pelvis, tetapi bila sudah besar
dapat mendesak ke rongga abdomen sehingga secara klinis sukar dibedakan asalnya.
Tumor ini dapat memberikan gejala hematuria, sekret berdarah ataupun obstruksi
saluran kemih. Pada anak perempuan tumor dapat keluar melalui vagina khususnya jenis
botryoid, sehingga diagnosis menjadi lebih mudah.
Pemeriksaan penunjang lain untuk tumor ini tidak banyak memberikan bantuan
kecuali pemeriksaan histopatologis dan imunohistokimia seperti vimentin, actin, myosin
dan desmin.
Tumor ovarium
Kebanyakan wanita dengan tumor ovarium tidak menimbulkan gejala dalam
waktu yang lama. Gejala umumnya sangat bervariasi dan tidak spesifik. Sebagian gejala
dan tanda adalah akibat dari pertumbuhan, aktivitas endokrin, atau komplikasi tumor
9
tersebut. Pada stadium awal dapat berupa gangguan haid. Jika tumor sudah menekan
rektum atau kandung kemih mungkin terjadi konstipasi atau sering berkemih. Dapat juga
terjadi peregangan atau penekanan daerah panggul yang menyebabkan nyeri spontan atau
nyeri pada saat bersenggama.
Pada stadium lanjut gejala yang terjadi berhubungan dengan adanya asites (penimbunan
cairan dalam rongga perut), penyebaran ke omentum (lemak perut), dan organ-organ di
dalam rongga perut lainnya seperti usus-usus dan hati. Perut membuncit, kembung, mual,
gangguan nafsu makan, gangguan buang air besar dan buang air kecil. Penumpukan
cairan bisa juga terjadi pada rongga dada akibat penyebaran penyakit ke rongga dada
yang mengakibatkan penderita sangat merasa sesak napas.
Diagnosa
Apabila pada pemeriksaan ditemukan tumor di rongga perut bagian bawah dan atau di
rongga panggul, maka setelah diteliti sifat-sifatnya (besarnya, lokalisasi, permukaan,
konsistensi, apakah dapat digerakkan atau tidak), perlulah ditentukan jenis tumor
tersebut. Pada tumor ovarium biasanya uterus dapat diraba tersendiri, terpisah dari tumor.
Jika tumor ovarium terletak di garis tengah dalam rongga perut bagian bawah dan tumor
itu konsistensinya kistik, perlu dipikirkan adanya adanya kehamilan atau kandung kemih
penuh, sehingga pada anamnesis perlulah lebih cermat dan disertai pemeriksaan
tambahan.
Di negara-negara berkembang, karena tidak segera dioperasi tumor ovarium bisa menjadi
besar, sehingga mengisi seluruh rongga perut. Dalam hal ini kadang-kadang sukar untuk
menentukan apakah pembesaran perut disebabkan oleh tumor atau ascites, akan tetapi
dengan pemeriksaan yang dilakukan dengan teliti, kesukaran ini biasanya dapat diatasi.
Apabila sudah ditentukan bahwa tumor yang ditemukan ialah tumor ovarium, maka perlu
diketahui apakah tumor itu bersifat neoplastik atau nonneoplastik. Tumor nonneoplastik
akibat peradangan umumnya dalam anamnesis menunjukkan gejala-gejala ke arah
peradangan genital, dan pada pemeriksaan tumor-tumor akibat peradangan tidak dapat
digerakkan karena perlengketan. Kista nonneoplastik umumnya tidak menjadi besar, dan
diantaranya pada suatu waktu biasanya menghilang sendiri.
10
F. Pemeriksaan Penunjang
Tidak jarang tentang penegakkan diagnosis tidak dapat diperoleh kepastian sebelum
dilakukan operasi, akan tetapi pemeriksaan yang cermat dan analisis yang tajam dari
gejala-gejala yang ditemukan dapat membantu dalam pembuatan differensial diagnosis.
Beberapa cara yang dapat digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis adalah
1.Laparaskopi
Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuah tumor berasal dari
ovarium atau tidak, serta untuk menentukan sifat-sifat tumor itu.
2.Ultrasonografi
Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor, apakah tumor berasal
dari uterus, ovarium, atau kandung kencing, apakah tumor kistik atau solid, dan dapat
pula dibedakan antara cairan dalam rongga perut yang bebas dan yang tidak.
Tindakan operasi pada tumor ovarium neoplastik yang tidak ganas ialah
pengangkatan tumor dengan mengadakan reseksi pada bagian ovarium yang mengandung
tumor, akan tetapi jika tumornya besar atau ada komplikasi perlu dilakukan pengangkatan
ovarium, biasanya disertai dengan pengangkatan tuba (salphyngoooforektomi). Jika
terdapat keganasan operasi yang lebih tepat ialah histerektomi dan salphyngoooforektomi
bilateral. Akan tetapi pada wanita muda yang masih ingin mendapat keturunan dan
dengan tingkat keganasan tumor yang rendah, dapat dipertanggungjawabkan untuk
mengambil resiko dengan melakukan operasi yang tidak seberapa radikal.
Mioma Uteri
Definisi
Mioma uteri atau juga dikenal dengan leiomioma uteri atau fibroid adalah tumor
jinak rahim yang paling sering didapatkan pada wanita. Leiomioma berasal dari sel otot
polos rahim dan pada beberapa kasus berasal dari otot polos pembuluh darah rahim.
11
Mioma tersebut muncul pada 20% wanita usia reproduksi (usia subur) dan
biasanya ditemukan secara tidak sengaja pada pemeriksaaan rutin. Leiomioma yang
tidak bergejala terjadi sebanyak 40-50% pada wanita usia > 35 tahun. Pada umumnya
unilateral (satu) atau kadang-kadang multipel (> 1). Mioma bervariasi di dalam ukuran
dan jumlah. Mioma sendiri juga dikatakan sebagai penyebab infertilitas (gangguan
kesuburan) sebesar 27% pada wanita. Keguguran atau komplikasi dapat terjadi pada
wanita dengan mioma dan salah satu penyebab histerektomi (operasi pengambilan rahim)
terbesar. Leiomioma uteri dapat berlokasi di dinding rahim, menonjol melalui rongga
endometrium atau permukaan rahim, dan dikenal sebagai subserosa, intramukosa, dan
submukosa.
Penyebab
Penyebab dari mioma pada rahim masih belum diketahui. Beberapa penelitian
mengatakan bahwa masing-masing mioma muncul dari 1 sel neoplasma soliter (satu sel
ganas) yang berada diantara otot polos miometrium (otot polos di dalam rahim). Selain
itu didapatkan juga adanya faktor keturunan sebagai penyebab mioma uteri. Pertumbuhan
dari leiomioma berkaitan dengan adanya hormon estrogen. Tumor ini menunjukkan
pertumbuhan maksimal selama masa reproduksi, ketika pengeluaran estrogen maksimal.
Mioma uteri memiliki kecenderungan untuk membesar ketika hamil dan mengecil ketika
menopause berkaitan dengan produksi dari hormon estrogen. Apabila pertumbuhan
mioma semakin membesar setelah menopause maka pertumbuhan mioma ke arah
keganasan harus dipikirkan. Pertumbuhan mioma tidak membesar dengan pemakaian pil
kontrasepsi kombinasi karena preparat progestin pada pil kombinasi memiliki efek
antiestrogen pada pertumbuhannya. Perubahan yang harus diawasi pada leiomioma
adalah perubahan ke arah keganasan yang berkisar sebesar 0,04%.
Tanda dan gejala
Pada umumnya wanita dengan leiomioma tidak mengalamai gejala. Gejala yang terjadi
berdasarkan ukuran dan lokasi dari leiomioma yaitu :
1. Menoragia (menstruasi dalam jumlah banyak)
2. Perut terasa penuh dan membesar
3. Nyeri panggul kronik (berkepanjangan)
12
Nyeri bisa terjadi saat menstruasi, setelah berhubungan seksual, atau ketika terjadi
penekanan pada panggul. Nyeri terjadi karena terpuntirnya mioma yang bertangkai,
pelebaran leher rahim akibat desakan mioma atau degenerasi (kematian sel) dari mioma
1. Gejala gangguan berkemih akibat mioma yang besar dan menekan
saluran kemih menyebabkan gejala frekuensi (sering berkemih) dan hidronefrosis
(pembesaran ginjal)
2. Penekanan rektosigmoid (bagian terbawah usus besar) yang
mengakibatkan konstipasi (sulit BAB) atau sumbatan usus
3. Prolaps atau keluarnya mioma melalui leher rahim dengan gejala
nyeri hebat, luka, dan infeksi
4. Bendungan pembuluh darah vena daerah tungkai serta
kemungkinan tromboflebitis sekunder karena penekanan pelvis (rongga panggul)
5. Poilisitemia (salah satu penyakit kelainan darah)
6. Asites (penimbunan cairan di rongga perut)
Pemeriksaan penunjang
Dapat dilakukan pemeriksaan ultrasonografi (USG) untuk mengetahui ukuran dan
lokasi mioma uteri (rahim).
Terapi
Pilihan terapi untuk leiomioma adalah konservatif meliputi pemeriksaan berkala
dengan menggunakan USG, terapi hormonal, operasi, dan intervensi radiologi.
1. Pemeriksaan berkala
Tidak ada ukuran standar kapan mioma harus diterapi. Mioma besar tanpa gejala
dan tidak mengarah ke keganasan tidak perlu diterapi. Pemeriksaan fisik dan USG harus
diulangi setiap 6-8 minggu untuk mengawasi pertumbuhan baik ukuran maupun jumlah.
Apabila pertumbuhan stabil maka pasien diobservasi setiap 3-4 bulan
13
2. Terapi hormonal
Dapat menggunakan preparat progestin atau Gonadotropin Releasing Hormone
(GnRH). Preparat tersebut memproduksi efek hipoestogen yang memiliki hasil
memuaskan untuk terapi mioma
1. Terapi operasi
2. Miomektomi (operasi pengambilan mioma uteri)
Dipertimbangkan apabila seorang wanita masih berusia muda atau masih ingin
memiliki anak lagi. Setelah miomektomi, pasien disarankan untuk menunda kehamilan
selama 4-6 bulan karena rahim masih dalam keadaan rapuh setelah dioperasi. Komplikasi
dari miomektomi berupa risiko perdarahan harus dipertimbangkan. Kemungkinan untuk
pertumbuhan mioma lagi setelah miomektomi berkisar 20-25% pasien
3. Histerektomi
Pengangkatan rahim keseluruhan yang dipertimbangkan pada wanita yang sudah
tidak menginginkan anak lagi, pertumbuhan mioma yang berulang setelah miomektomi,
dan nyeri hebat yang tidak sembuh dengan terapi konvensional
4. Miolisis
Koagulasi laparaskopik mioma dilakukan menggunakan neodymium
5. Embolisasi arteri uteri
Sumbatan pada pembuluh darah arteri di rahim untuk menangani komplikasi
perdarahan pada operasi kebidanan dan kandungan
14
BAB III
KESIMPULAN
Tumor abdomen merupakan sepertiga dari seluruh tumor ganas pada anak. Gejala
dini biasanya sulit dan umumnya hanya sebagian kecil saja yang dapat diketahui lebih
cepat sedangkan sebagian besar tumor sudah mudah diraba dengan gejala desak jaringan
atau organ lain disekitarnya dan bahkan dengan gejala metastasis di tempat lain. Hal ini
karena sifat rongga abdomen yang longgar dan sangat fleksibel.
Adanya gejala yang cukup awal pada masing-masing tumor abdomen perlu
mendapat perhatian khusus dan bila perlu dilakukan pemantauan yang cermat dan terus
menerus disertai dukungan pemeriksaan penunjang yang diperlukan, sehingga diagnosis
dapat ditegakkan sedini mungkin.
15
DAFTAR PUSTAKA
1. Umbas Rainy. 1995. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta : Binarupa Aksara. Hal
173-176
2. Lineham Marston w.1994. Sabiston Buku Ajar Bedah Bagian 2. Jakarta : EGC. Hal
460-462, 470
3. R Theodor, Schrock, MD1991. Ilmu Bedah Edisi 7. Jakarta : EGC
4. Sjamsuhudin R,Wim de jong,2005,Buku Ajar Ilmu bedah,Edisi 2, Jakarta,EGC
5. Schwartz,Shires,Spencer. Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah, Edisi 6,EGC,
Jakarta,1995
6. www.blogdokter.net/2008/05/30/
7. http://www.klikdokter.com
16