tugas jurnal nasional

22
A. Pengertian Jurnal Nasional Jurnal Nasional adalah Portal Jurnal yang hanya memenuhi beberapa kriteria Jurna Ilmiah. misalnya portal jurnal kampus yang tidak diedarkan secara nasional. Jurnal nasional adalah majalah ilmiah yang memenuhi kriteria sebagai berikut: 1. Karya ilmiah ditulis dengan memenuhi kaidah ilmiah dan etika keilmuan” 2. Memiliki ISSN 3. Memiliki terbitan versi online 4. Dikelola secara profesional: ketepatan keberkalaan, ketersediaan petunjuk penulisan, identitas jurnal, dll. 5. Bertujuan menampung/mengkomunikasikan hasil- hasil penelitian ilmiah dan atau konsep ilmiah dalam disiplin ilmu tertentu

Upload: dewimhyrna

Post on 30-Jan-2016

24 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Mengenai fonologi, sintaksis dan morfologi

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas Jurnal Nasional

A. Pengertian Jurnal Nasional

Jurnal Nasional adalah Portal Jurnal yang hanya memenuhi beberapa

kriteria Jurna Ilmiah. misalnya portal jurnal kampus yang tidak diedarkan

secara nasional.

Jurnal nasional adalah majalah ilmiah yang memenuhi kriteria sebagai

berikut:

1. Karya ilmiah ditulis “dengan memenuhi kaidah ilmiah dan etika

keilmuan”

2. Memiliki ISSN

3. Memiliki terbitan versi online

4. Dikelola secara profesional: ketepatan keberkalaan, ketersediaan

petunjuk penulisan, identitas jurnal, dll.

5. Bertujuan menampung/mengkomunikasikan hasil-hasil penelitian

ilmiah dan atau konsep ilmiah dalam disiplin ilmu tertentu

6. Ditujukan kepada masyarakat ilmiah/peneliti yang mempunyai disiplin-

disiplin keilmuan yang relevan.

7. Diterbitkan oleh Penerbit/badan Ilmiah/Organisasi Profesi/Perguruan

Tinggi dengan unit-unitnya.

8. Bahasa yang digunakan adalah Bahasa Indonesia dan atau Bahasa

Inggris dengan abstrak dalam Bahasa Indonesia.

9. Memuat karya ilmiah dari penulis yang berasal dari minimal dua

institusi yang berbeda

Page 2: Tugas Jurnal Nasional

10. Mempunyai dewan redaksi/editor yang terdiri dari para ahli dalam

bidangnya dan berasal dari minimal dua institusi yang berbeda

11. Jurnal nasional yang memenuhi kriteria a sampai j dan terindek oleh

DOAJ diberi nilai yang lebih tinggi dari jurnal nasional yaitu maksimal

15.

B. Junar Nasional Ditinjau Dari Aspek kebahasaan

Berdasarkan aspek kebahasaan, penulisan jurnal nasional harus

memperhatikan kaedah penulisan serta ejaanyang disempurnakan.

Ejaan merupakan keseluruhan perturan penggambaran lambang-lambang

bunyi suatu bahasa dan hubungan lambing satu dengan lambang lain baik

dalam penggabungan ataupun dalam pemisahannya. Keseluruhan peraturan ini

hanya berlaku dalam bahasa tertentu karena ejaan hanya bersifat konvensi

yang merupakan kesepakatan pemakaian bahasa tertentu. Karena bersifat

konvensional, maka sistem ejaan bahasa satu dengan bahasa lainnya akan

berbeda walaupun kedua bahasa itu menggunakan lambang, huruf, dan

alfabetik yang sama. Ejaan disepakati untuk komunikasi tulis agar lancar dan

mudah dipahami dan bukan untuk sebaliknya, yaitu menghambat komunikasi.

Menurut para ahli pada umumnya berpendapat bahwa, ejaan biasanya

menyangkut tiga tataran kebahasaan, yaitu fonologi, morfologi, dan sintaksis.

1. Fonologi

Bidang linguistik yang mempelajari, menganalisis, dan

membicarakan runtutan bunyi-bunyi bahasa disebut fonologi, yang

Page 3: Tugas Jurnal Nasional

secara etimologi terbentuk dari kata fon yaitu bunyi dan logi yaitu

ilmu. Menurut hierarki satuan bunyi yang menjadi objek studinya,

fonologi dibedakan menjadi fonetik dan fonemik. Secara umum

fonetik biasa dijelaskan sebagai cabang studi fonologi yang

mempelajari bunyi bahasa tanpa memperhatikan apakah bunyi-

bunyi tersebut mempunyai fungsi sebagai pembeda makna atau

tidak. Sedangkan fonemik adalah cabang studi fonologi yang

mempelajari bunyi bahasa dengan memperhatikan fungsi bunyi

tersebut sebagai pembeda makna.

Pada tataran fonologi ejaan berkaitan dengan penentuan fonem, penentuan

lambang fonem, dan penyusunan abjadnya.

2. Morfologi

Morfologi adalah bagian linguistik yang mempelajari morfem. Morfologi

mempelajari dan menganalisis struktur, bentuk, klasifikasi kata-kata. Dalam

linguistic bahasa Arab morfologi ini adalah tashrif yaitu perubahan satu

bentuk (asal) kata menjadi bermacam-macam bentukan untuk mendapatkan

makna yang berbeda, yang tanpa perubahan ini, makna yang berbeda itu

akan terlahirkan

Pada tataran morfologi ejaan berurusan dengan penulisan suatu bentukan,

yaitu penulisan kata dan unsure serapan.

a. Penulisan Kata

Menurut tata bahasa dan EYD, penulisan kata dikelompokkan menjadi 10

yaitu:

Page 4: Tugas Jurnal Nasional

1. Kata Dasar

Umumnya kata dasar dalam bahasa Indonesia, dan juga semua

bahasa yang serumpun dengan bahasa Indonesia, terjadi dari dua suku

kata; misalnya: rumah, lari, nasi, padi, pikul, jalan, tidur dan sebagainya.

Seorang ahli bahasa Jerman, Otto von Dempwolff, dalam penelitiannya

tentang bahasa Indonesia telah menetapkan dua macam pola susunan kata

dasar dalam bahasa Indonesia. Pola itu disebutnya Pola Kanonik atau Pola

Wajib , yaitu:

Pola Kanonik I: K-V-K-V, maksudnya tata susun bunyi yang

membentuk suatu kata dasar terdiri dari: Konsonan-Vokal-Konsonan-

Vokal, misalnya: padi, lari, paku, tiga, dada, dan sebagainya.

Pola Kanonik II: K-V-K-V-K, maksudnya di samping Pola Kanonik I

kata-kata dasar Indonesia dapat juga tersusun dari Konsonan-Vokal-

Konsonan-Vokal-Konsonan, misalnya: rumah, tanah, batang, sayap,

larang, dan lain-lain.

Kata Dasar adalah kata yang belum mengalami proses morfologi

seperti afiksasi, reduplikasi, komposisi, dan sebagainya. Dalam aturan

EYD, kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan

Misalnya :

•  Ibu percaya bahwa engkau tahu.

•  Kantor pajak penuh sesak.

Page 5: Tugas Jurnal Nasional

•  Buku itu sangat tebal.

•  Meja itu besar

•  Ruang kelas bersih

2. Kata Turunan

Kata turunan adalah kata yang merupakan hasil proses morfologis

terhadap kata dasar.

Imbuhan (awalan, sisipan, dan akhiran) ditulis serangkai dengan kata

dasarnya. Misalnya: bergelegar, menengok, dikelola,

mempermainkan

Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan, atau akhiran,

ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau

mendahuluinya. Misalnya: diberi tahu, beri tahukan

bertanda tangan, tanda tangani

Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan

akhiran sekaligus unsur gabungan kata itu ditulis serangkai.

Misalnya: menggarisbawahi, dilipatgandaka, penyebarluasan,

mempertanggungjawabkan

Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi

gabungan kata itu ditulis serangkai.

Misalnya: adipati, adibusana, antarkota, biokimia, dasawarsa,

mahasiswa, multilateral, mancanegara, purnawirawan, pascasarjana

Page 6: Tugas Jurnal Nasional

3. Bentuk Ulang

Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda

hubung. Misalnya: Anak-anak, buku-buku, berjalan-jalan, dibesar-

besarkan, gerak-gerik, huru-hara, lauk-pauk, mondar-mandir, porak-

poranda, biri-biri, kupu-kupu, laba-laba.

4. Gabungan Kata

Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda

hubung. Misalnya: Anak-anak, buku-buku, berjalan-jalan, dibesar-

besarkan, gerak-gerik, huru-hara, lauk-pauk, mondar-mandir, porak-

poranda, biri-biri, kupu-kupu, laba-laba.

5. Kata Ganti

Kata ganti ku dan kau sebagai bentuk singkat kata aku dan engkau,

ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya. Misalnya:

Bolehkah kuambil jeruk ini?

Kalau mau, boleh kaubaca buku itu?

6. Kata Depan

Kata Depan atau preposisi adalah kata tugas yang selalu berada di

depan kata benda, kata sifat, atau kata kerja untuk membentuk gabungan

kata depan (frasa preposional). Misalnya: di kantor, di kota, dengan

memburuh, tentang peristiwa itu, pada hari Minggu, buat orang tuamu,

bagi almamater tercinta, sejak kecil.

Page 7: Tugas Jurnal Nasional

7. Kata Sandang (Artikel)

Kata sandang atau artikel adalah kata tugas yang membatasi makna

jumlah orang atau benda. Ada tiga macam artikel, yaitu (1) artikel yang

menyatakan makna tunggal; (2) artikel yang menyatakan makna jamak;

dan (3) artikel yang menyatakan makna netral.

Misalnya:

Yang bermakna tunggal :

sang guru

sang suami

sang putrid

sang juara

Yang bermakna jamak :

para petani

para hakim

para pemimpin

para ilmuwan

Yang bermakna netral :

si hitam manis

si dia

si terhukum

si cantik

Page 8: Tugas Jurnal Nasional

8. Partikel

Partikel –lah dan –kah ditulis dengan serangkai dengan kata yang

mendahuluinya.

Misalnya:

Bacalah peraturan ini sampai tuntas.

Apalah dayaku tanpa engkau.

Pergilahseger, sebelum jalan macet!

Apakah Bapak Wahyudi sudah pulang?

Bagaimanakah rasanya naik pesawat ruang angkasa?

Ke manakah akan kucari pengganti dirimu?

Pertikel –pun ditulis trpisah dari kata yang mendahuluinya.

Misalnya:

Apa pun yang terjadi, saya tetap harus pergi.

Karena dosen berhalangan, kuliah pun dibatalkan.

Apa pun yang dikatakannya, aku tetap tidak percaya.

Catatan:

Kelompok yang dianggap pada berikut ini ditulis serangkai,

misalnya adapun, bagaimanapun, biarpun, kalaupun, kendatipun,

maupun, meskipun, sekalipun, sungguhpun, walaupun.

Misalnya:

Adapun sebab-musababnya sampai sekarang belum diketahui.

Baik para dosen maupun mahasiswa ikut menjadi anggota

Page 9: Tugas Jurnal Nasional

koperasi.

Walaupun hari hujan, ia datangg juga.

Partikel per yang berarti ‘demi’, dan ‘tiap’ ditulis terpisah dari

bagian kalimat yang mendahului atau mengikutinya.

Misalnya:

Mereka masuk ruang satu per satu. (satu demi satu)

Harga kain itu Rp 2.000,00 per meter. (tiap meter)

9. Singkatan dan Akronim

a. Singkatan

Singkatan adalah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu

huruf atau lebih. Adapun aturan penulisannya adalah sebagai

berikut :

- Setiap menyingkat satu kata dipakai satu tanda titik

- Bila menyingkat dua kata dipakai dua titik

- Bila menyingkat tiga kata atau lebih pada akhir singkatan

dipaki satu tanda titik

- Penulisan lambing kimia, singkatan satuan takaran, dan

mata uang tidak diikuti

b. Akronim

Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari

deret kata yang disingkat, ditulis seluruhnya dengan huruf

capital.

Page 10: Tugas Jurnal Nasional

Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau

gabungan huruf dan suku kata dari deret kata, huruf awalnya

ditulis dengan huruf kapital dan tidak diakhiri oleh tanda

titik.

Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf,

suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret

kata yang disingkat, seluruhnya ditulis dengan huruf kecil

dan tidak diakhiri oleh tanda titik.

10. Angka dan Lambang Bilangan

a. Angka

Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan

nomor. Dalam tulisan lazim digunakan angka Arab atau

angka Romawi.

Angka digunakan untuk menyatakan (i) ukuran panjang,

berat, luas, dan isi, (ii) satuan waktu, (iii) nilai uang, dan

(iv) kuantitas.

Angka dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah,

apartemen, atau kamar pada alamat.

Angka digunakan untuk menomori bagian karangan dan

ayat kitab suci.

Page 11: Tugas Jurnal Nasional

b. Bilangan

Penulisan lambing bilangan dengan huruf dilakukan

sebagai berikut.

- Bilangan Utuh

- Bilangan Pecahan

3. Sintaksis

Pada tataran sintaksis ejaan berurusan dengan pemberian tanda batas

ujaran dalam kalimat, termasuk di dalamnya adalah pemakaian huruf

kapital, huruf miring, dan penggunaan tanda baca.

Contoh :

c. Penulisan Huruf Kapital

Huruf besar dan huruf kapital dipergunakan sebagai huruf pertama

kata pada awal kalimat.

d. Penulisan Huruf Miring

Huruf miring dipergunakan untuk menuliskan buku, majalah, dan

surat kabar yang dikutip didalam keterangan, dan untuk nama

ilmiah atau ungkapan asing.

e. Penggunaan Tanda Baca

1. Tanda Titik (.)

Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan

atau seruan.

Page 12: Tugas Jurnal Nasional

Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau huruf dalam

suatu bagan atau ikhtisar jika angka atau huruf itu merupakan

yang terakhir dalam deretan angka atau huruf.

2. Tanda Koma (,)

Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu

perincian atau pembilangan.

3. Tanda Titik Koma (;)

Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-

bagian kalimat yang sejenis dan setara. Tanda titik koma dapat

dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan

kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk.

4. Tanda Titik Dua (:)

Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang

memerlukan pemerian.

Tanda titik dua dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan

halaman, (ii) diantara surah dan ayat dalam kitab suci, (iii) di

antara judul dan anak judul suatu karangan, serta (iv) nama

kota dan penerbit buku acuan dalam karangan.

5. Tanda Hubung (-)

Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar atau kata

berimbuhan yang terpisah oleh pergantian baris. Dan tanda

hubung menyambung unsur-unsur kata ulang.

Page 13: Tugas Jurnal Nasional

6. Tanda Pisah

Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang

member penjelasan di luar bangun kalimat.

Tanda pisah menegaskan adanya keterangan aposisi atau

keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas.

7. Tanda Tanya

Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya. Dan Tanda tanya

dipakai di dalam kurung untuk menyatakan bagian kalimat

yang disangsikan kebenarannya.

8. Tanda Seru (!)

Tanda seru dipakai pada akhir kalimat perintah. Dan Tanda

seru dipakai pada akhir ungkapan atau pernyataan yang

menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ketakjuban,

ataupun rasa emosi yang kuat.

9. Tanda Kurung ((…))

Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.

Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan

bagian integral pokok pembicaraan.

10. Tanda Kurung Siku ([…])

Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata

sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian

kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa

Page 14: Tugas Jurnal Nasional

kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam

naskah asli. Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam

kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung.

11. Tanda Petik Tunggal (‘…’)

Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam

petikan lain. Tanda petik tunggal mengapit makna, terjemahan,

atau penjelasan kata atau ungkapan asing.

12. Tanda Garis Miring (/)

Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat dan nomor

pada alamat dan penandaan masa satu tahun yang terbagi

dalam dua tahun takwim. Tanda garis miring dipakai sebagai

pengganti kata atau, tiap.

13. Tanda Penyingkat atau Apostrof (‘)

Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata atau

bagian angka tahun.

Page 15: Tugas Jurnal Nasional

1. Fonologo, Sintaksis, dan Morfologi )