jurnal nasional 1

33
ISSN 0215 - 8250 PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA SMP NEGERI 2 SINGARAJA (Paradigma baru pembelajaran matematika sekolah berorientasi KBK) oleh Ni Nyoman Parwati Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Pendidikan MIPA, IKIP Negeri Singaraja ABSTRAK Permasalahan yang dipecahkan dalam penelitian ini berasal dari dua sumber, yaitu; dari guru dan siswa. Masalah dari guru adalah dalam melaksanakan pembelajaran mereka masih mendominasi kegiatan, tidak berpusat pada siswa. Masalah dari siswa adalah aktivitas dalam mengikuti pembelajaran masih kurang dan hasil belajar matematikanya rendah. Berdasarkan permasalahan yang ditemukan, tujuan umum yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah memperbaiki kualitas pembelajaran di SMP Negeri 2 Singaraja, sesuai dengan konsep Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Cara yang ditempuh dalam upaya perbaikan tersebut adalah menggunakan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan yang terdiri dari empat ___________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 4 TH. XXXIX Oktober 2006 715

Upload: kelompok10ipm3ehhhhh

Post on 04-Aug-2015

127 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: JURNAL NASIONAL 1

ISSN 0215 - 8250

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA SMP NEGERI 2 SINGARAJA

(Paradigma baru pembelajaran matematika sekolah berorientasi KBK)

olehNi Nyoman Parwati

Jurusan Pendidikan MatematikaFakultas Pendidikan MIPA, IKIP Negeri Singaraja

ABSTRAK

Permasalahan yang dipecahkan dalam penelitian ini berasal dari dua sumber, yaitu; dari guru dan siswa. Masalah dari guru adalah dalam melaksanakan pembelajaran mereka masih mendominasi kegiatan, tidak berpusat pada siswa. Masalah dari siswa adalah aktivitas dalam mengikuti pembelajaran masih kurang dan hasil belajar matematikanya rendah. Berdasarkan permasalahan yang ditemukan, tujuan umum yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah memperbaiki kualitas pembelajaran di SMP Negeri 2 Singaraja, sesuai dengan konsep Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Cara yang ditempuh dalam upaya perbaikan tersebut adalah menggunakan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan yang terdiri dari empat tahapan, yaitu: (1) rencana tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi dan evaluasi, dan (4) refleksi. Subjek penelitian adalah satu orang guru dan 44 orang siswa kelas IF SMP Negeri 2 Singaraja tahun ajaran 2003/2004. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Agustus sampai dengan November 2003. Data penelitian ini dikumpulkan dengan tes, angket, lembar observasi, dan catatan harian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) rencana pembelajaran (RP) yang disusun oleh guru, berkualitas baik, (2) kemampuan guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran semakin meningkat, (3) aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan, (4) prestasi belajar siswa mengalami peningkatan, dan (5) tanggapan guru dan siswa ‘sangat positif’ terhadap pelaksanaan tindakan menggunakan pendekatan kontekstual.

___________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 4 TH. XXXIX Oktober 2006

715

Page 2: JURNAL NASIONAL 1

ISSN 0215 - 8250

Kata kunci : pembelajaran matematika, pendekatan kontekstual

ABSTRACT

There were some problems encountered in the process of teaching and learning mathematics in junior high school (SMP). Those were classified into two different sides, like the teacher and students. In most classroom activity the teachers were found to dominate the process of teaching and learning, while the students were given less opportunities for developing their own learning activities. Consequently these could lead to raise problems on their own achievement. The quality of their learning output was relatively very low. This fact would become the basis of this study to be done. The aim was to improve the quality output of teaching and learning mathematics in the Junior High School (SMP Negeri 2) Singaraja. This was highly likely relevant to the concept of Competence Based Curriculum. This research was designed based on classroom action approach, consisting of four defferent steps, like planning, action, observation and evaluation, as well as reflection. The subjects involved a mathematic teacher and 44 students of Junior High School (SMP Negeri 2) Singaraja in 2003/2004. The study was carried out from August to November 2003. The data were obtained by using different instrument, like testing, questionnaire, as well as observation sheet, and diary. The study concluded that implementation of the contextual approach could improve the quality output of the teaching and learning mathematics in the SMP Negeri 2 Singaraja. Some indicators were found to become evidence, like (1) the improvement of the quality of lesson planning (designed based on the concept of Competence Based Curriculum), (2) the improvement of the quality of classroom teaching management, (3) students learning activity was found to improve, (4) the students’ achievement was also improving, and (5) both sides the teacher and student were providing ‘very positive’ respond towards the implementation contextual approach in the classroom.

Key words: mathematics learning, contextual approach.

___________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 4 TH. XXXIX Oktober 2006

716

Page 3: JURNAL NASIONAL 1

ISSN 0215 - 8250

1. Pendahuluan

Pembelajaran matematika yang dilaksanakan di sekolah menengah

selama ini, masih dirasakan terlalu teoretis. Manfaat nyata yang bisa

dirasakan oleh peserta didik belum tampak, sehingga banyak nada miring

yang terdengar di masyarakat terkait dengan diberikannya materi

matematika di sekolah. Salah satu isu yang sering terdengar dilontarkan

oleh siswa ataupun masyarakat umum adalah “untuk apa belajar

matematika, toh nanti ke pasar tidak akan berbelanja dengan x rupiah”.

Faktor-faktor yang menjadi penyebab pertanyaan semacam itu perlu

direnungkan.

Ditinjau dari pembelajaran yang diterapkan oleh guru-guru

matematika pada umumnya dan guru matematika SMP di Singaraja

khususnya, tampaknya pembelajaran yang dilaksanakan masih didominasi

oleh guru. Dalam mengajar, guru cenderung untuk menjelaskan materi

terlebih dahulu, diikuti dengan memberikan contoh-contoh soal dan

pembahasannya, kemudian dilanjutkan dengan latihan soal yang tetap

dibimbing oleh guru. Dalam menyampaikan materi pelajaran, guru

cenderung mendominasi dengan metode ceramah. Menurut pengamatan

peneliti, model pembelajaran semacam ini cenderung membuat siswa pasif,

enggan untuk mengemukakan ide-idenya, kreativitas berpikirnya tidak

berkembang, mereka cenderung menerima apa yang diberikan oleh guru

dan melaksanakan apa yang diminta oleh gurunya. Dampak pelaksanaan

pembelajaran semacam ini adalah siswa merasa cepat bosan dalam belajar,

siswa sering merasa cemas setiap kali akan mendapat pelajaran matematika,

karena sudah tertanam dalam benaknya bahwa matematika itu sulit.

Berdasarkan informasi yang berhasil dihimpun pada saat

membimbing siswa PPL di SMP di Singaraja khususnya di SMP Negeri 2

___________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 4 TH. XXXIX Oktober 2006

717

Page 4: JURNAL NASIONAL 1

ISSN 0215 - 8250

dan dari program kemitraan antara guru-guru sekolah menengah dengan

IKIP Negeri Singaraja, diketahui bahwa pola mengajar guru masih

didominasi oleh metode ceramah, karena mengacu pada materi yang ada

pada kurikulum. Dilihat dari pendekatan mengajar matematika yang

digunakan, tampak cara penyampaian materi oleh guru terlalu abstrak.

Dalam menyampaikan materi di kelas, jarang sekali guru mengaitkan

materi yang dibahasnya dengan masalah-masalah atau isu-isu yang terjadi

di sekitar siswa. Dengan demikian, anggapan mereka bahwa matematika

tidak ada manfaatnya seolah-olah benar adanya.

Dampak penyelenggaraan pembelajaran seperti yang tersebut di atas

adalah kualitas hasil belajar siswa masih rendah. Pembelajaran, belum

dikelola dengan baik. Dalam mengikuti pembelajaran, motivasi belajar

siswa masih kurang. Hal ini tampak ketika mereka mengikuti pembelajaran,

cenderung untuk bersikap pasif, dan hanya aktif mencatat penjelasan-

penjelasan guru, tanpa mau bertanya tentang konsep dari materi yang

dicatat. Melihat cara belajar siswa seperti itu, peneliti, begitu juga guru

kelas bersangkutan, merasa kawatir bagaimana mereka bisa mengikuti

perkembangan-perkembangan ilmu yang demikian pesatnya.

Melihat berbagai kenyataan yang terjadi di lapangan, peneliti

mengadakan penelitian yang berbasis kelas, berkolaborasi dengan guru

kelas I SMP Negeri 2 Singaraja untuk mencoba mengubah paradigma

pembelajaran yang selama ini didominasi oleh guru ke pembelajaran yang

berpusatkan pada siswa. Perubahan yang dilakukan melalui penelitian ini

adalah melaksanakan pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual

(contextual approach).

Pendekatan kontekstual merupakan salah satu pendekatan

pembelajaran yang sesuai dengan KBK. Pendekatan kontekstual merupakan

___________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 4 TH. XXXIX Oktober 2006

718

Page 5: JURNAL NASIONAL 1

ISSN 0215 - 8250

konsep belajar yang membantu guru mengaitkan materi yang diajarkannya

dengan situasi nyata dan mendorong siswa membuat hubungan antara

pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dalam kehidupan mereka

(Depdiknas, 2002). Proses pembelajaran dalam pendekatan ini berlangsung

alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan

transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Proses pembelajaran lebih

dipentingkan dari pada hasil akhir. Semua konsep yang terkandung dalam

pendekatan kontekstual ini sangat cocok dengan konsep KBK. Orientasi

dari KBK adalah (1) hasil dan dampak yang diharapkan muncul pada diri

peserta didik melalui serangkaian pengalaman belajar yang bermakna dan

(2) keberagaman dapat dimanifestasikan sesuai dengan kebutuhan peserta

didik (Puskur. 2002).

Pembelajaran yang dilaksanakan melalui pendekatan kontekstual

diharapkan mampu mengubah cara belajar siswa yang selama ini lebih

banyak bersifat menunggu informasi dari guru ke pembelajaran yang

bermakna. Dengan terbiasanya siswa belajar secara bermakna dan

menemukan sendiri konsep-konsep materi yang dipelajari, diharapkan

kualitas proses dan hasil belajar siswa akan lebih baik. Begitu juga dengan

guru. Kalau dalam mengajar sudah ada komitmen akan melaksanakan

pembelajaran yang berpusat pada siswa, maka mereka akan siap untuk

melaksanakan KBK nantinya.

Tujuan penelitian ini secara umum adalah “memperbaiki kualitas

pembelajaran matematika di SMP Negeri 2 Singaraja, sesuai dengan

konsep Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK).”. Secara khusus tujuan

penelitian ini adalah (1) mengetahui kualitas rencana pembelajaran (RP)

dengan pendekatan kontekstual yang disusun oleh guru, (2)

mendeskripsikan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran, (3)

___________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 4 TH. XXXIX Oktober 2006

719

Page 6: JURNAL NASIONAL 1

ISSN 0215 - 8250

meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran, (4) meningkatkan

kualitas prestasi belajar siswa, dan (5) mendeskripsikan tanggapan guru dan

siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran menggunakan pendekatan

kontekstual.

Manfaat dari pelaksanaan penelitian ini adalah (1) memberi

gambaran kepada guru tentang cara menyusun RP menggunakan

pendekatan kontekstual, sehingga guru mempunyai kesiapan untuk

melaksanakan pendekatan ini dalam pembelajaran selanjutnya, (2)

memberikan pengalaman langsung kepada guru tentang prosedur

pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual, sehingga guru

termotivasi untuk memilih pendekatan ini dalam melaksanakan

pembelajaran selanjutnya, (3) memberikan pengalaman langsung kepada

siswa tentang cara belajar menggunakan pendekatan kontekstual dalam

suasana belajar yang tidak membosankan, sehingga mereka merasa

termotivasi untuk belajar matematika selanjutnya dan (4) memberi masukan

kepada para teoritisi dan praktisi pendidikan dalam upaya mengembangkan

kurikulum matematika SMP.

2. Metode Penelitian

Subjek penelitian ini adalah guru matematika dan siswa kelas VII

SMP N 2 Singaraja. Penelitian ini dilaksanakan pada semester dua tahun

ajaran 2003/2004, dari bulan Agustus sampai dengan November 2003 tiap

siklus dilaksanakan selama tiga bulan. Penelitian ini merupakan penelitian

tindakan kelas, karena ingin memperbaiki kualitas pembelajaran yang

bermuara pada peningkatan kualitas kinerja guru dan peningkatan hasil

belajar siswa. Dalam penelitian ini juga dikembangkan perangkat

pembelajaran meliputi RP yang disusun oleh guru dan LKS. Semua

___________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 4 TH. XXXIX Oktober 2006

720

Page 7: JURNAL NASIONAL 1

ISSN 0215 - 8250

perangkat pembelajaran yang disusun mengacu pada pendekatan

kontekstual. Penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan meliputi (1)

perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) Observasi dan

evaluasi, dan (4) refleksi. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus.

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan

untuk mengumpulkan data, serta teknik analisis data dapat dilihat dalam

Tabel 1.

Tabel 1. Data , Instrumen, dan Teknik Analisis No. Jenis Data Instrumen Teknik Analisis Data

1. Kualitas RP yang disusun guru APKG KBK Deskriptif

2. Kemampuan guru

melaksanakan pembelajaran

APKG KBK Deskriptif

3. Aktivitas belajar siswa Lembar observasi Deskriptif

4. Prestasi belajar siswa Tes Analisis tes hasil belajar

5. Tanggapan siswa dan guru

terhadap pelaksanaan tindakan

Angket Deskriptif

Kriteria keberhasilan penelitian ini adalah  (1) RP yang dirancang

guru minimal berkategori baik ; (2) kemampuan guru dalam melaksanakan

pembelajaran minimal berkategori baik, (3) aktivitas belajar siswa minimal

berkategori aktif; (4) ada peningkatan prestasi belajar siswa dari siklus I ke

siklus II) ; (5) Ada tanggapan yang positif dari guru dan siswa terkait

dengan tindakan yang dilaksanakan, dan (6) permasalahan-permasalahan

pembelajaran yang dijumpai, dapat diatasi.

3. Hasil Penelitian dan Pembahasan

Hasil Penelitian

Hasil penelitian ditunjukkan dalam Tabel 2 di bawah ini.

___________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 4 TH. XXXIX Oktober 2006

721

Page 8: JURNAL NASIONAL 1

ISSN 0215 - 8250

Tabel 2. Hasil Penelitian

No. Komponen yang DinilaiKategori/Capaian

Siklus I Siklus II

1. Kualitas RP yang disusun oleh

guru

cukup baik baik

2. Kemampuan guru dalam

mengelola pembelajaran

baik Sangat baik

3. Aktivitas siswa dalam

pembelajaran

Skor rata-rata:20,22

(aktif)

Skor rata-rata: 25,43

(sangat aktif)

4. Prestasi belajar siswa -Skor rata-rata: 5,58

-Ketuntasan: 25%

-Skor rata-rata: 6,63

-Ketuntasan: 57%

5. Tanggapan siswa dan guru

terhadap pelaksanaan tindakan

- Sangat positif

Ada beberapa catatan yang perlu diberikan untuk siklus I. (1) Sistem

pengelompokan siswa dilaksanakan secara acak tanpa memperhatikan

kemampuan awal siswa. Sebagai akibatnya, kegiatan belajar kelompok

belum berlangsung secara baik. (2) Situasi kelas sangat ribut terutama

ketika siswa akan mencari kelompoknya masing-masing, dan hal ini

menyita waktu cukup lama di samping itu, Mereka juga belum terbiasa

belajar secara berkelompok. (3) LKS yang dibuat guru belum difungsikan

secara maksimal, sehingga anak-anak lebih banyak melihat sajian materi

yang ada dalam LKS yang telah dimilikinya. (4) Penyajian materi dalam

LKS kurang dikaitkan dengan masalah-masalah nyata, sehingga kurang

memotivasi semangat belajar siswa. (5) Dominasi guru dalam kegiatan

pembelajaran masih tampak, sehingga kadang-kadang masih dilakukan

penyampaian konsep secara langsung oleh guru tanpa melakukan pengaitan

dengan masalah sehari-hari atau masalah yang kontekstual. Hal ini

berimplikasi pada cara belajar siswa tidak jauh berbeda dengan sebelum

___________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 4 TH. XXXIX Oktober 2006

722

Page 9: JURNAL NASIONAL 1

ISSN 0215 - 8250

dilakukan penelitian ini. (6) Masih banyak siswa yang melakukan

kesalahan konsep, terutama konsep yang menjadi pendukung materi yang

akan dipelajari. (7) Jika dibandingkan dengan cara pembelajaran

sebelumnya, cara belajar siswa sudah mengalami perubahan, sudah banyak

siswa yang mau berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan pembelajaran.

Ada beberapa catatan untuk siklus II. (1) Sistem pengelompokan

siswa dilaksanakan secara heterogen, baik dari segi kemampuan maupun

jenis kelamin. Situasi belajar jauh lebih kondusif, siswa sudah terbiasa

belajar secara berkelompok. Hampir semua siswa sudah terlibat secara aktif

dalam diskusi. (2) LKS yang dibuat guru sudah difungsikan secara

maksimal, sehingga anak-anak bisa berkonsentrasi mempelajari sajian

materi yang ada dalam LKS tersebut. (4) Penyajian materi dalam LKS

sudah banyak dikaitkan dengan masalah-masalah nyata, sehingga

memotivasi semangat belajar siswa. (5) Guru sudah bisa mengubah

kebiasaan mengajar yang lama dengan memberikan bantuan pada saat-saat

yang diperlukan saja. Pada setiap awal pembelajaran, guru melakukan

konfrontasi dengan mengaitkan masalah yang akan dibahas dengan masalah

dalam kehidupan sehari-hari. (6) Masih ada siswa yang melakukan

kesalahan konsep, terutama konsep yang menjadi pendukung materi yang

akan dipelajari. (7) Jika dibandingkan dengan cara pembelajaran

sebelumnya, cara belajar siswa sudah jauh berubah. Hampir semua siswa

mau berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan pembelajaran.

Beberapa komentar yang diberikan oleh guru terkait dengan

tindakan yang dilakukan adalah berikut ini. (1) Pendekatan pembelajaran

ini sangat bagus untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa, karena

disamping siswa bisa belajar sesuai kemampuannya sendiri, mereka juga

bisa belajar dari temannya melalui kerja kelompok. (2) Dalam

___________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 4 TH. XXXIX Oktober 2006

723

Page 10: JURNAL NASIONAL 1

ISSN 0215 - 8250

melaksanakan pendekatan pembelajaran ini, guru harus membuat

persiapan-persiapan khusus, seperti menyiapkan RP yang relevan, LKS dan

soal-soal yang sesuai.(3) Pembelajaran seperti ini dapat membantu siswa

untuk lebih kreatif dalam mengikuti pelajaran. Hal ini dapat dilihat dari

adanya perubahan sikap siswa terhadap hakikat matematika dan terhadap

prilaku siswa sendiri, yaitu tidak adanya perasaan takut atau tertekan,

meningkatnya keberanian siswa untuk bertanya, mengemukakan pendapat

dan tumbuh rasa saling membantu dalam memahami materi yang diberikan.

(4) Pembelajaran seperti ini mendorong siswa untuk belajar lebih mandiri.

Namun, beberapa kendala juga dialami guru dalam melaksanakan

pembelajaran ini, yaitu jumlah siswa yang terlalu banyak agak menyulitkan

dalam melakukan pemantauan dan perlu melakukan sosialisasi beberapa

kali kepada siswa sampai akhirnya mereka terbiasa belajar dengan cara

pembelajaran ini.

Beberapa kendala yang dihadapi oleh guru dalam melaksanakan

pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual adalah berikut ini. (a)

Mengubah kebiasaan mengajar lama (pembelajaran yang berpusat pada

guru) ke pembelajaran yang berpusat pada siswa agak sulit karena guru

mempunyai anggapan, sebelum dapat menyampaikan materi secara

langsung di depan kelas, merasa belum mengajar. (2) Dalam mengelola

pembelajaran dengan menerapkan sistem belajar berkelompok, agak sulit

diamati aktivitas belajar siswa secara keseluruhan, karena siswa terlalu

banyak. (3) Pada materi-materi matematika tertentu, agak sulit dibuat kaitan

dengan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Kendala yang dihadapi

oleh siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran ini adalah pembentukan

kelompok belajar secara acak menyulitkan mereka untuk bisa berdiskusi

___________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 4 TH. XXXIX Oktober 2006

724

Page 11: JURNAL NASIONAL 1

ISSN 0215 - 8250

karena dalam beberapa kelompok terdapat anak-anak yang kemampuannya,

rata-rata kurang.

Upaya-upaya yang dilakukan untuk menangani masalah-masalah

yang dihadapi dalam kegiatan pembelajaran adalah berikut ini. (a)

Melatihkan kebiasaan mengajar guru yang berpusatkan pada siswa. Hal ini

dilakukan antara lain dengan jalan melakukan diskusi bersama peneliti

tentang pelaksanaan pendekatan kontektual secara benar, melihat contoh-

contoh pembelajaran yang berbasis kontektual melalui rekaman vidio,

membangkitkan komitmen guru untuk melaksanakan pendekatan

pembelajaran ini secara sungguh-sungguh. (b) Melaksanakan pembentukan

kelompok siswa secara heterogen, baik dari segi kemampuan akademik

maupun jenis kelamin. (c) Mencari contoh-contoh penggunaan matematika

dalam kehidupan sehari-hari dengan memberikan contoh-contoh kejadian

yang nyata maupun melalui cerita-cerita yang dikarang oleh guru.

3.2 Pembahasan

Sebelum pelaksanaan tindakan dimulai, dilakukan sosialisasi kepada

guru tentang pendekatan kontekstual dalam pembelajaran. Sosialisasi ini

dilakukan dengan jalan memberikan kesempatan kepada guru untuk

mempelajari pendekatan pembelajaran ini secara teoretis terlebih dahulu.

Setelah guru paham secara teoretis, peneliti memberikan contoh-contoh

pembelajaran matematika SMP yang berbasis kontekstual melalui rekaman

video. Kegiatan sosialisasi ini dilanjutkan dengan mengadakan diskusi

antara guru dan peneliti terkait dengan contoh-contoh rekaman

pembelajaran tersebut dan rencana tindakan yang akan dilaksanakan. Pada

saat itu timbul permasalahan dari guru, bahwa guru merasa agak pesimis

untuk bisa melaksanakan pendekatan pembelajaran ini. Namun, dengan

___________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 4 TH. XXXIX Oktober 2006

725

Page 12: JURNAL NASIONAL 1

ISSN 0215 - 8250

komitmen yang sungguh-sungguh dari guru disertai dengan kolaborasi

bersama peneliti, kemudian disepakati untuk menyusun perangkat

pembelajaran yang mendukung pelaksanaan tindakan ini.

Pada siklus I, banyak kendala yang dialami guru dalam

melaksanakan pendekatan kontekstual ini. Guru selalu saja merasa ‘belum

mengajar’ kalau belum sempat menyampaikan materi pelajaran secara

langsung kepada siswa. Hal ini mengakibatkan keterlibatan anak dalam

mengikuti kegiatan pembelajaran masih kurang. Anak-anak dilibatkan

dalam kegiatan diskusi hanya pada saat mengerjakan soal-soal saja. Upaya

penggalian konsep materi secara mandiri masih sangat kurang, karena

konsep yang dipelajari siswa sudah disampaikan secara langsung oleh guru.

Siswa belum berani/belum mau mengungkapkan gagasan-gagasannya

karena situasi untuk itu belum diciptakan oleh guru. Materi pembelajaran

yang dirancang belum banyak dikaitkan dengan masalah dalam kehidupan

sehari-hari.

Pada siklus I, siswa belum terbiasa belajar secara berkelompok.

Setiap akan mencari kelompoknya, para siswa sangat ribut sehingga situasi

kelas sangat gaduh. Waktu yang diperlukan untuk mencari kelompok

masing-masing cukup banyak. Siswa belum bisa berdiskusi dalam

kelompok masing-masing, di samping karena dalam satu kelompok ada

siswa yang kemampuan akademiknya sama-sama kurang, juga karena

mereka belum bissa menyadari hakikat dari belajar secara berkelompok,

sehingga masih banyak tampak dalam satu kelompok hanya beberapa siswa

saja yang aktif bekerja, sementara siswa yang lainnya bermain-main dengan

temannya. Dengan demikian, pelaksanaan pendekatan kontekstual pada

siklus I, belum berlangsung secara efektif.

___________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 4 TH. XXXIX Oktober 2006

726

Page 13: JURNAL NASIONAL 1

ISSN 0215 - 8250

Akibat dari belum efektifnya pelaksanaan pendekatan pembelajaran

yang direncanakan, pada siklus I hasil yang dicapai belum sesuai dengan

yang diharapkan. Tetapi, keterlibatan siswa dalam kegiatan pembalajaran

sudah menunjukkan kemajuan yang cukup berarti walaupun prestasi belajar

yang dicapai masih jauh dari harapan.

Dengan memperhatikan kekurangan-kekurangan serta beberapa

keberhasilan yang dicapai pada siklus I, guru bersama peneliti sepakat

untuk melaksanakan siklus II dengan melakukan beberapa perbaikan,

yaitu : (1) mengulang pembentukan kelompok dengan memperhatikan

kemampuan akademik yang diperoleh dari prestasi belajar yang dicapai

pada siklus I, (2) mengaitkan materi yang dipelajari siswa dengan masalah-

masalah dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh, dalam membahas

materi tentang perbandingan dua pecahan, guru meminta siswa untuk

menyimak cerita yang telah disiapkan seperti berikut ini. Anak-anak,

kemarin Bapak pergi ke air panas. Di sana, Bapak mendengar percakapan

dua orang anak yang bernama Rudi dan Indra seperti ini,

Rudi : Indra, kakekku punya rumah antik, katanya sudah berumur 1

½ abad.

Indra : Nenekku juga, punya villa peninggalan kakekku malah umur

villanya katanya sudah ¾ abad.

Rudi : Wah, kalau begitu rumah siapa yang umurnya lebih tua ya?

Kemudian guru melanjutkan dengan meminta anak-anak untuk membantu

Rudi dan Indra untuk menentukan umur rumah yang lebih tua.

Cerita yang disampaikan oleh guru tersebut mampu mengalihkan

perhatian anak untuk mempelajari materi tentang membandingkan dua

pecahan. Mereka bisa memahami bahwa untuk menyelesaikan

___________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 4 TH. XXXIX Oktober 2006

727

Page 14: JURNAL NASIONAL 1

ISSN 0215 - 8250

permasalahan tersebut, mereka harus membandingkan kedua pecahan, yaitu

1 ½ dengan ¾ .

Contoh yang lain adalah pada waktu membahas materi tentang

penjumlahan pecahan, guru menyajikan permasalahan berikut ini. Anak-

anak, kemarin nenek anak saya pergi ke pasar. Sebelum berangkat, cucunya

berpesan, « Nek, nanti belikan oleh-oleh ya! » Kemudian nenek berangkat

ke pasar dengan membeli barang-barang antara lain : beras 2 ½ kg,

daging ¼ kg, gula ¾ kg, jeruk 1 ½ kg. Sesampai di rumah, nenek disambut

oleh cucunya dengan gembira, sambil berkata :

Cucu : Hore nenek datang, mana oleh-olehnya nek ?

Nenek : Ini dalam tas, bantu nenek dulu mengangkatnya !

Cucu : Waduh nek, kok belanjaan nenek berat sekali, berapa kilo

ini nek ?

Nenek : Nenek tidak tahu.

Kemudian guru melanjutkan dengan meminta anak-anak untuk membantu

nenek tersebut agar bisa menjawab pertanyaan cucunya.

Cerita yang disajikan oleh guru tersebut mampu menarik perhatian

anak untuk belajar lebih serius. Anak-anak mampu memahami bahwa yang

harus dilakukan oleh nenek adalah menjumlahkan berat semua barang yang

dibeli. Akhirnya, mereka tertarik untuk mempelajari cara menjumlahkan

pecahan.

Cara-cara yang dilakukan oleh guru, yaitu dengan lebih banyak

mengaitkan materi matematika yang dipelajari dengan kegunaan dalam

kehidupan sehari-hari, mampu menarik perhatian siswa untuk belajar

matematika selanjutnya. Di samping itu, pembentukan kelompok secara

heterogen mampu menciptakan suasana belajar yang lebih kondusif.

Hampir semua siswa terlibat secara aktif dalam kegiatan diskusi. Terkait

___________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 4 TH. XXXIX Oktober 2006

728

Page 15: JURNAL NASIONAL 1

ISSN 0215 - 8250

dengan belajar berkelompok, dalam penelitian ini dilakukan juga

pengumpulan pekerjaan masing-masing anggota kelompok untuk

memperoleh skor kelompok sehingga kalau ada salah satu anggota

kelompok yang hasil pekerjaannya salah, akan dipengaruhi nilai

kelompoknya. Cara seperti itu bisa memotivasi siswa untuk mau saling

bantu, yang kemampuannya ‘lebih’ mau membantu yang ‘kurang’ begitu

juga yang kemampuannya ‘kurang’ tidak segan-segan bertanya kepada

temannya yang ‘lebih mampu’.

Pada siklus II, peneliti dan guru merasa sama-sama puas dengan

situasi belajar yang tercipta. Anak-anak sudah mulai bisa belajar dalam

kelompok-kelompok kecil. Situasi kelas pada saat pembentukan kelompok

tidak lagi ribut karena mereka sudah terlatih. Dari sini peneliti dan guru

berkesimpulan bahwa mengubah cara belajar siswa memerlukan latihan

yang cukup lama. Melihat perubahan cara belajar siswa dari cara-cara

belajar sebelumnya, peneliti dan guru merasa sangat puas. Hal ini juga

tampat dari angket yang disebarkan untuk siswa. Hampir semua siswa

memberikan tanggapan yang positif terhadap tindakan yang dilakukan.

Beberapa komentar yang mereka sampaikan adalah cara belajar seperti ini

agar terus dilakukan karena mereka bisa saling berdiskusi dengan

temannya. Mereka merasa tidak tegang lagi kalau belajar matematika

karena situasinya sangat akrab. Mereka tidak malu-malu lagi untuk

bertanya baik kepada guru maupun kepada temannya. Diberikannya cerita-

cerita yang menarik membuat mereka semakin sadar bahwa materi

matematika yang dipelajari ternyata sangat berguna untuk kehidupan

sehari-harinya.

Melihat terjadinya perubahan cara belajar siswa seperti yang

tersebut di atas, peneliti dan guru menganggap pelaksanaan penelitian ini

___________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 4 TH. XXXIX Oktober 2006

729

Page 16: JURNAL NASIONAL 1

ISSN 0215 - 8250

sudah banyak memberikan hasil, walaupun prestasi belajar siswa masih

jauh dari yang diharapkan. Belum tercapainya prestasi belajar seperti yang

ditargetkan tentunya dipengaruhi oleh banyak faktor. Beberapa faktor

tersebut adalah berikut ini. (a) Ada miskonsepsi dari siswa yang sangat sulit

untuk diubah. Sebagai contoh, dalam mengubah pecahan menjadi pecahan

senilai.

menjadi dikerjakan dengan proses seperti berikut.

x 5 =

Contoh lain, dalam membandingkan dua pecahan dengan , diperoleh

< , karena 15 lebih kecil dari 16.

Dilihat dari kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh siswa tersebut,

tampak kesalahan terjadi pada konsep-konsep dasar yang seharusnya sudah

mereka pahami sebelum mempelajari materi pecahan selanjutnya.

Kesalahan ini sifatnya konsisten, walaupun sudah dijelaskan sebelumnya

tentang konsep yang benar oleh guru, tetapi pada saat-saat tertentu

kesalahan yang sama dilakukan lagi oleh siswa. (b) Materi pecahan,

memang merupakan materi pelajaran yang selalu dianggap paling sulit oleh

siswa. Hal ini terjadi karena makna pecahan sendiri belum dikuasai dengan

baik. Banyak hal yang dilakukan oleh siswa hanya berdasarkan hafalan dari

cara-cara yang telah diperkenalkan oleh guru ketika berada di sekolah

dasar.

4. Penutup

___________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 4 TH. XXXIX Oktober 2006

730

Page 17: JURNAL NASIONAL 1

ISSN 0215 - 8250

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, beberapa hal dapat

disimpulkan dari pelaksanaan penelitian yang dilakukan pada kelas IF SMP

Negeri 2 Singaraja. (a) Rencana pembelajaran (RP) yang disusun oleh guru

berkualitas baik. Hal ini bisa dilihat dari RP yang disusun sudah sesuai

dengan konsep KBK. (b) Kemampuan guru dalam mengelola kegiatan

pembelajaran semakin meningkat. Hal ini bisa dilihat dari kualitas

kemampuan mengajar guru pada siklus I berkategori ‘baik’ dan pada siklus

II menjadi ‘sangat baik’. (c) Aktivitas belajar siswa mengalami

peningkatan, yaitu dari katagori ‘aktif’ pada siklus I, menjadi ‘sangat aktif’

pada siklus II. (d) Prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dari

kriteria ‘cukup’ pada siklus I, menjadi ‘baik’ pada siklus II. (e) Guru dan

siswa sama-sama memberikan tanggapan yang ‘sangat positif’ terhadap

pelaksanaan tindakan menggunakan pendekatan kontekstual. (f) Kendala-

kendala yang dijumpai dalam melaksanakan pembelajaran menggunakan

pendekatan kontekstual adalah berikut ini. (i) Mengubah kebiasaan

mengajar lama (pembelajaran yang berpusat pada guru) ke pembelajaran

yang berpusat pada siswa ternyata tidak gampang; (ii) Dalam mengelola

pembelajaran dengan menerapkan sistem belajar berkelompok, peneliti

agak sulit mengamati aktivitas belajar siswa secara keseluruhan karena

siswa terlalu banyak ; (iii) Pada materi-materi matematika tertentu, agak

sulit membuat kaitan antara penerapan matematika dan permasalahan

dalam kehidupan sehari-hari ; (iv) Pembentukan kelompok belajar secara

acak menyulitkan siswa untuk bisa berdiskusi karena dalam beberapa

kelompok terdapat anak-anak yang kemampuannya, rata-rata kurang. (g)

Upaya-upaya yang dilakukan untuk menangani masalah-masalah yang

dihadapi dalam kegiatan pembelajaran, adalah berikut ini. (i) Peneliti

melatihkan kebiasaan mengajar guru, yang berpusatkan pada siswa. Hal ini

___________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 4 TH. XXXIX Oktober 2006

731

Page 18: JURNAL NASIONAL 1

ISSN 0215 - 8250

dilakukan antara lain dengan jalan melakukan diskusi bersama peneliti

tentang pelaksanaan pendekatan kontektual secara benar, melihat contoh-

contoh pembelajaran yang berbasis kontektual melalui rekaman vidio,

membangkitkan komitmen guru untuk melaksanakan pendekatan

pembelajaran ini secara sungguh-sungguh ; (ii) dilaksanakan pembentukan

kelompok siswa secara heterogen, baik dari segi kemampuan akademik

maupun jenis kelamin ; (iii) Dicari contoh-contoh penggunaan matematika

dalam kehidupan sehari-hari, dengan memberikan contoh-contoh kejadian

yang nyata maupun melalui cerita-cerita yang dikarang oleh guru.

Beberapa saran yang perlu dipertimbangkan terkait dengan

pelaksanaan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran matematika

adalah berikut ini. (a) Pendekatan kontektual dalam pembelajaran

hendaknya dilaksanakan dalam setting belajar koperatif agar siswa bisa

saling berdiskusi dan masing-masing anggota kelompok bertanggung jawab

terhadap keberhasilan kelompoknya. (b) Pengaitan materi yang akan

dibahas dengan permasalahan sehari-hari atau yang sesuai dengan dunia

nyata siswa hendaknya dirancang lebih awal dan dipersiapkan dengan baik

(bila perlu dirancang dalam LKS). (c) LKS hendaknya diberikan pada

masing-masing siswa agar mereka dapat berdiskusi lebih baik dan tidak

terjadi saling tarik menarik LKS. (d) Guru dalam kegiatan pembelajaran

hendaknya mengontrol kegiatan diskusi masing-masing kelompok dan

memberi bantuan pada saat-saat yang diperlukan saja. (e) Waktu untuk

mendiskusikan LKS hendaknya dibatasi, disesuaikan dengan waktu yang

tersedia dan banyaknya materi yang dibahas.

DAFTAR PUSTAKA

___________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 4 TH. XXXIX Oktober 2006

732

Page 19: JURNAL NASIONAL 1

ISSN 0215 - 8250

Depdiknas. 2002. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning). Jakarta: Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama.

Puskur. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi (Kurikulum Hasil Belajar). Jakarta: Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas.

___________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 4 TH. XXXIX Oktober 2006

733