tugas akhir - beta

Upload: maulanavidi

Post on 09-Apr-2018

229 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/8/2019 Tugas Akhir - Beta

    1/38

    Laporan Tugas Akhir

    Muhammad Amiral

    Institut Teknologi Indonesia

    1. Pendahuluan

    1.1. Latar Belakang

    Perkembangan teknologi semakin pesat dan cepat, khususnya teknologi

    informasi dan komunikasi. Hal ini membuat manusia bagaikan tak terpisah oleh

    jarak ruang dan waktu. Dengan perkembangan teknologi yang kian maju, manusia

    dapat membuat berbagai macam peralatan sebagai alat bantu dalam menjalankan

    berbagai aktivitas untuk mendukung produktifitas.

    Dengan segala aktifitas yang kian padat menjadikan sebagian orang

    memiliki tingkat mobilitas yang tinggi. Terkadang hal yang tidak menjadi

    prioritas namun suatu kewajiban terlalaikan. Salah satunya kewajiban ibadah

    shalat fardhu lima waktu bagi umat Muslim yang kadang terlambat, terabaikan

    bahkan terlupakan. Salah satu faktor penyebabnya adalah terbatasnya informasi

    atau peringatan ketika telah datang waktu shalat. Misalkan ketika seseorang

    berada di suatu tempat atau daerah yang suara azan tidak terjangkau dari masjid

    terdekat atau suatu lokasi yang baru, maka ketika waktu shalat tiba ada

    kemungkinan orang tersebut tidak tahu.

    Seiring dengan tingkat mobilitas yang tinggi, beberapa tahun terakhir tengah

    marak perangkat bergerak atau mobile device. Salah satu perangkat mobile yang

    paling pesat adalah Handphone dimana hampir setiap orang memilikinya.

    Handphone yang sedianya sebagai alat komunikasi, saat ini sudah lebih dari

    fungsi dasarnya. Berbagai macam fitur telah ditanamkan, seperti pengolah gambar

    dan video, pengolah dokumen dan lain sebagainya. Hal ini tak lepas dari

    1

  • 8/8/2019 Tugas Akhir - Beta

    2/38

    Laporan Tugas Akhir

    Muhammad Amiral

    Institut Teknologi Indonesia

    penggunaan Sistem Operasi pada Handphone. Layaknya pada komputer,

    handphone pun dapat di-install berbagai macam aplikasi yang diinginkan.

    Android sebagai Sistem Operasi berbasis linux yang dapat digunakan di berbagai

    perangkat mobile. Android memiliki tujuan utama untuk memajukan inovasi

    piranti telepon bergerak agar pengguna mampu mengeksplorasi kemampuan dan

    menambah pengalaman lebih dibandingkan dengan platform mobile lainnya.

    Hingga saat ini Android terus berkembang, baik secara sistem maupun

    aplikasinya.

    1.2. Rumusan Masalah

    Berdasarkan dari uraian latar belakang di atas maka dapat dirumuskan suatu

    permasalahan. Bagaimana membangun dan merealisasikan suatu aplikasi pada

    paltform Android yang dapat digunakan di berbagai tempat untuk informasi arah

    kiblat dan waktu shalat serta secara otomatis mengingatkan pada saat tiba waktu

    shalat.

    1.3. Tujuan

    Tujuan dari pengerjaan tugas akhir ini adalah membangun sebuah program

    aplikasi pengingat shalat dan arah kiblat pada Sistem Operasi Android yang dapat

    digunakan dimanapun dengan memanfaatkan Global Positioning System (GPS).

    1.4. Manfaat

    Manfaat dari pengembangan Aplikasi Pengingat Shalat ini adalah:

    1. Membantu umat muslim khususnya pengguna Android yang memiliki

    tingkat mobilitas tinggi untuk senantiasa tahu waktu shalat dan arah kiblat.

    2. Membantu umat muslim untuk senantiasa melaksanakan ibadah shalat

    2

  • 8/8/2019 Tugas Akhir - Beta

    3/38

    Laporan Tugas Akhir

    Muhammad Amiral

    Institut Teknologi Indonesia

    tepat waktu dan arah kiblat yang tepat.

    3. Meningkatkan pemahaman tentang struktur dan sistem kerja pada sistem

    operasi Android.

    1.5. Batasan Masalah

    Agar dalam pengerjaan tugas akhir ini dapat lebih terarah, maka pembahasan

    penulisan ini dibatasi pada ruang lingkup pembahasan sebagai berikut:

    1. Sistem pewaktuan shalat hanya dapat digunakan pada sistem operasi

    Android dengan memanfaatkan Global Positioning System (GPS).

    2. Penunjukkan arah qiblat sesuai dengan lokasi.

    3. User dapat mengatur sistem pengingat waktu shalat. Sehingga sistem dapat

    menampilkan pesan pengingat ketika waktu shalat tiba.

    1.6. Metode Penelitian

    Metode yang digunakan dalam pembuatan Aplikasi Pewaktuan Shalat dan

    menyusun laporan tugas akhir ini adalah:

    1. Metode Pengumpulan Data (Data Gathering)

    Mencari dan mengumpulkan data-data yang dibutuhkan dan berkaitan

    dengan pembuatan Aplikasi Pewaktuan Shalat.

    2. Metode Wawancara

    Dilakukan terhadap ahli pewaktuan shalat dan arah kiblat.

    3. Studi Kepustakaan

    Studi kepustakaan seperti mempelajari buku-buku referensi yang

    berhubungan dengan Android dan pewaktuan shalat untuk membantu

    dalam pembuatan Aplikasi Pewaktuan Shalat. Selain itu juga mempelajari

    3

  • 8/8/2019 Tugas Akhir - Beta

    4/38

    Laporan Tugas Akhir

    Muhammad Amiral

    Institut Teknologi Indonesia

    web-web referensi seputar hal yang sama untuk membantu dalam

    penyajian informasi yang akan ditampilkan.

    4. Merancang dan Mengimplementasi

    Merancang dan mengimplementasi Aplikasi yang akan dikembangkan

    agar sesuai dengan yang diharapkan.

    1.7. Sistematika Penulisan Laporan

    Secara garis besar materi laporan Tugas Akhir ini terbagi dalam beberapa bab

    yang tersusun sebagai berikut:

    BAB I PENDAHULUAN

    Bab ini berisikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan

    manfaat, batasan masalahh, metodologi dan sistematika penulisan

    laporan.

    BAB II LANDASAN TEORI

    Bab ini menguraikan tentang teori yang berhubungan dengan judul

    tugas akhir, seperti penentuan waktu shala berserta

    perhitungannya, penentuan arah kiblat sesuai dengan lokasi berada,

    dan hal-hal terkait mengenai android.

    BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI PENGINGAT

    SHALAT

    Bab ini menjelaskan mengenai analisa aplikasi pengingat shalat

    dan perancangan yang dilakukan untuk membangun aplikasi.

    BAB 4 IMPLEMENTASI APLIKASI PENGINGAT SHALAT

    4

  • 8/8/2019 Tugas Akhir - Beta

    5/38

    Laporan Tugas Akhir

    Muhammad Amiral

    Institut Teknologi Indonesia

    Pada bab ini menjelaskan bentuk implementasi rancang bangun

    aplikasi yang meliputi isi, serta keterangan-keterangan dari aplikasi

    beserta pengujiannya.

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

    Pada bagian ini dijelaskan mengenai kesimpulan dan saran guna

    memperbaiki kelemahan yang terdapat pada aplikasi tersebut.

    2. Landasan Teori

    2.1. Shalat

    2.1.1. Pengertian Shalat

    Shalat menurut bahasa berarti doa. Menurut Istilah ahli fiqih berarti:

    Perbuatan (gerak), dan perkataan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan

    salam dengan syarat-syarat tertentu. Shalat merupakan ibadah yang paling

    fundamental dalam Islam. Khususnya Shalat Fardhu lima kali sehari semalam

    yang tak boleh ditinggalkan. [Tuntunan Shalat lengkap dan benar, Dra. Neni

    Nuraeni, M.Ag, Mutiara Media]

    Menurut syariat Islam, praktik shalat harus sesuai dengan segala petunjuk

    tata cara Rasulullah SAW sebagai figur penyampai perintah Allah. Nabi

    Muhammad telah memberikan peringatan keras kepada orang yang suka

    meninggalkan shalat, diantaranya beliau bersabda: Perjanjian yang memisahkan

    kita dengan mereka adalah Shalat. Barang siapa yang meninggalkan shalat,

    berarti dia telah kafir, Hadist riwayat Imam Ahmad dan Tirmidzi.

    5

  • 8/8/2019 Tugas Akhir - Beta

    6/38

    Laporan Tugas Akhir

    Muhammad Amiral

    Institut Teknologi Indonesia

    2.1.2. Waktu Shalat - Shalat Fardhu

    Untuk pelaksanaan ibadah shalat, semuanya diatur dan tertuang dalam Kitab

    Suci Al-Qur'an dan Hadist Nabi Muhammad SAW. Mengenai waktu shalat fardhu

    nabi bersabda dalam sebuah hadist sebagai berikut:

    Dari Jabir bin Abdullah meriwayatkan " Malaikat Jibril datang kepada Nabi

    SAW lalu berkata: "Marilah shalat". Lalu ia melakukan shalat zhuhur di waktu

    matahari telah condong (tergelincir). Kemudian Jibril datang kepada Nabi di

    waktu Asar lalu berkata: "Marilah shalat". Lalu ia shalat Asar di waktu

    bayangan tiap-tiap sesuatu jadi sama panjangnya dengan keadaan dirinya.

    Kemudian Jibril datang kepada Nabi S.A.W di waktu maghrib lalu berkata:

    "Marilah shalat" lalu ia shalat Maghrib di waktu matahari telah masuk

    (terbenam). Kemudian Jibril datang kepada Nabi S.A.W di waktu Isya lalu

    berkata: "Marilah shalat". Lalu ia shalat Isya lalu berkata; "Marilah shalat".

    Lalu ia shalat Isya di waktu telah hilang tanda merah di tempat matahari

    terbenam. Kemudian Jibril datang kepada Nabi S.A.W di waktu fajar lalu

    berkata: "Marilah shalat" Lalu ia shalat Fajar (subuh) di waktu fajar telah terbit.

    Kemudian Jibril datang kepada Nabi S.A.W pada esok harinya lagi di waktuzuhur lalu berkata: "Marilah shalat". Lalu ia shalat zuhur, di waktu bayangan

    tiap-tiap sesuatu itu jadi sama panjangnya dengan keadaan dirinya. Kemudian

    Jibril datang kepada Nabi S.A.W di waktu Asar lalu berkata: "Marilah shalat".

    Lalu ia shalat di waktu Asar, di waktu bayangan tiap-tiap sesuatu itu jadi dua

    kali panjang daripada dirinya. Kemudian Jibril datang kepada Nabi S.A.W di

    6

  • 8/8/2019 Tugas Akhir - Beta

    7/38

    Laporan Tugas Akhir

    Muhammad Amiral

    Institut Teknologi Indonesia

    waktu maghrib yang sama waktunya dengan kemarin, lalu ia shalat maghrib.

    Kemudian jibril datang kepada Nabi S.A.W di waktu Isya, sehabis tengah malam,

    lalu berkata: "marilah shalat". Lalu ia shalat Isya. Kemudian Jibril datang

    kepada Nabi pada waktu telah terang cuaca (sebelum terbit matahari). Lalu

    berkata: "Marilah shalat". Lalu ia shalat fajar. Kemudian Jibril berkata: Antara

    dua waktu itulah waktu bagi tiap-tiap shalat."(Hadist Riwayat: Ahmad, Tirmidzi,

    Nasa'i, Ibnu Hibban dan Hakim)

    Hadits di atas memberikan penjelasan mengenai awal dan akhir waktu

    shalat, yaitu berdasarkan pergerakkan matahari, baik di atas ufuk (horison)

    maupun dampak pergerakkan matahari di bawah ufuk. Efek pergerakkan matahari

    diantaranya adalah berubahnya panjang bayangan benda, terbit dan terbenamnya

    matahari, munculnya mega merah di waktu fajar dan berakhirnya mega merah di

    malam hari. [Dr. Rinto Anugraha, Eramuslim, 21 Oktober 2009.

    http://www.eramuslim.com/syariah/ilmu-hisab/waktu-waktu-shalat.htm]

    Dapat diambil kesimpulan berdasarkan hadits Rasulullah mengenai waktu shalat

    adalah sebagai berikut:

    1. Zhuhur

    Waktu zhuhur dimulai saat pertengahan hari, yaitu ketika matahari

    melewati garis meridian (lingkaran besar langit yang menghubungkan

    utara dan selatan). Saat melewati garis meridian, ada tiga kemungkinan

    azimuth matahari (dihitung dari arah utara). Pertama, azimuth matahari = 0

    derajat, yaitu ketika matahari melewati garis meridian, posisinya di

    7

    http://www.eramuslim.com/syariah/ilmu-hisab/waktu-waktu-shalat.htmhttp://www.eramuslim.com/syariah/ilmu-hisab/waktu-waktu-shalat.htm
  • 8/8/2019 Tugas Akhir - Beta

    8/38

    Laporan Tugas Akhir

    Muhammad Amiral

    Institut Teknologi Indonesia

    belahan langit utara. Kedua, azimuth 180 derajat, ketika posisinya di

    belahan langit selatan. Ketiga, azimuthnya tidak dapat ditentukan, ketika

    posisinya benar-benar tepat di zenith (atas kepala) atau ketinggiannya

    tepat 90 derajat. Waktu zhuhur berakhir saat datangnya waktu shalat ashar.

    2. Ashar

    Berdasarkan hadits di atas, ada dua pendapat mengenai kapan datangnya

    waktu shalat ashar. Ini berkaitan dengan bayangan benda yang ditegakkan

    di atas tanah. Menurut mazhab Hanafi, waktu shalat Ashar adalah ketika

    panjang bayangan sama dengan dua kali tinggi benda (ditambah panjang

    bayangan saat Zhuhur). Panjang bayangan pada waktu Zhuhur yang

    merupakan panjang bayangan minimum ini perlu diperhitungkan, karena

    sangat mungkin panjang bayangan saat Zhuhur itu lebih panjang dari

    tinggi benda itu sendiri seperti tempat yang memiliki lintang tinggi. Jika

    bayangan saat Ashar = Sa, bayangan saat Zhuhur = Sz dan tinggi benda=

    h, maka secara sederhana dapat ditulis Sa = h + Sz menurut mazhab Syafi'i

    dan Sa = 2 * h + Sz menurut mazhab Hanafi. Untuk waktu Ashar berakhir

    saat datangnya waktu shalat maghrib.

    3. Maghrib

    Waktu shalat maghrib dimulai saat matahari terbenam (sunset). Ketika

    matahari terbenam dimana posisinya di bawah ufuk, langit tidak langsung

    gelap. Hal ini disebabkan adanya atmosfer bumi yang membiaskan cahaya

    matahari. Karena itu, matahari harus tenggelam hingga belasan derajat di

    8

  • 8/8/2019 Tugas Akhir - Beta

    9/38

    Laporan Tugas Akhir

    Muhammad Amiral

    Institut Teknologi Indonesia

    bawah ufuk supaya tidak ada lagi cahaya matahari yang dapat dibiaskan

    sehingga langit menjadi gelap. Waktu shalat maghrib berakhir saat

    datangnya waktu shalat Isya'.

    4. Isya'

    Waktu shalat Isya' dimulai saat langit gelap, atau berakhirnya mega merah

    (astronomical twilight) di langit barat. Waktu Isya' berakhir saat datangnya

    waktu shubuh.

    5. Shubuh

    Waktu shubuh dimulai ketika munculnya fajar (shidiq) atau cahaya secara

    merata di langit timur. Meskipun saat itu matahari masih belasan derajat di

    bawah ufuk, namun akibat pembiasan atmosfer cahaya matahari dapat

    dibiaskan sehingga langit tidak lagi gelap. Beberapa catatan mengenai

    penentuan waktu Isya' dan Shubuh disajikan pada catatan di bawah. Waktu

    shubuh berakhir saat matahari terbit.

    Sebelum manusia menemukan ilmu hisab/perhitungan falak/astronomi, pada

    zaman Rasulullah waktu shalat yang telah disebutkan ditentukan berdasarkan

    observasi terhadap gejala alam dengan melihat langsung matahari. Lalu

    berkembang dengan dibuatnya jam Surya atau Jam Matahari serta Jam Istiwa atau

    sering disebut Tongkat Istiwa dengan kaidah bayangan matahari.

    9

  • 8/8/2019 Tugas Akhir - Beta

    10/38

    Laporan Tugas Akhir

    Muhammad Amiral

    Institut Teknologi Indonesia

    2.1.3. Menghitung Waktu Shalat

    Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan para ahli astronomi

    berusaha membuat rumus waktu shalat berdasarkan konsep posisi matahari

    disuatu daerah, dengan melihat berdasarkan geografis dan ketinggian suatu tempat

    di permukaan bumi. Sehingga dengan adanya rumusan matematika ini dapat

    ditentukan posisi matahari tanpa harus melihat secara langsung dimana matahari

    berada. Untuk menentukan waktu lima shalat wajib di suatu tempat pada tanggal

    tertentu, ada beberapa parameter yang mesti diketahui:

    1. Koordinat lintang tempat tersebut (L) atau altidude. Daerah yang terletak

    di sebelah utara garis khatulistiwa (ekuator) memiliki lintang positif.

    Sebaliknya, untuk yang disebelah selatan lintangnya negatif.

    2. Koordinat bujur tempat tersebut (B) atau longitude. Daerah yang terletak

    disebelah timur Greenwich memiliki bujur positif.

    3. Zona waktu tempat tersebut (Z). Daerah yang terletak di sebelah timur

    Greenwich memiliki Z positif.

    4. Ketinggian lokasi dari permukaan laut (H). ketinggian lokasi dari

    permukaan laut (H) menentukan waktu kapan terbit dan terbenamnya

    matahari. Tempat yang berada tinggi di atas permukaan laut akan lebih

    awal menyaksikan matahari terbit serta lebih akhir melihat matahari

    terbenam, dibandingkan dengan tempat yang lebih rendah. Satuan H

    adalah meter.

    5. Tanggal (D), Bulan (M) dan Tahun (Y). Merupakan parameter yang

    diperlukan untuk waktu shalat pada tanggal tersebut. Dari tanggal, bulan

    10

  • 8/8/2019 Tugas Akhir - Beta

    11/38

    Laporan Tugas Akhir

    Muhammad Amiral

    Institut Teknologi Indonesia

    dan tahun selanjutnya di hitung nilai Julian Day (JD). Dengan rumus

    sebagai berikut:

    JD = 1720994,5 + INT(365,25 * Y) + INT(30,6001(M + 1)) + B + D +

    12/24

    Ket:

    INT : Lambang nilai integer (bilangan bulat)

    Jika M>2, maka M dan Y tidak berubah.

    Jika M = 1 atau M = 2, maka M +12 dan Y dikurangi 1

    B = 2 + INT (A/4) A; dimana A = INT (Y/100)

    Nilai JD berlaku untuk pukul 12.00 UT atau saat tengah hari di

    Greenwich. Untuk JD yang digunakan dalam perhitungan yaitu JD lokasi

    tempat yang ingin ditentukan waktu shalat. Diperoleh dari JD pukul 12.00

    UT waktu Greenwich dikurangi dengan Z/24, dimana Z adalah zona waktu

    lokal tersebut.

    6. Sudut Deklinasi Matahari (Delta). Deklinasi matahari (Delta) untuk satu

    tanggal tertentu dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut:

    Delta = 0,37877 + 23,264 * sin(57,297 * T 79,547) + 0,3812 * sin(2 *

    57,297 * T 82, 682) + 0,17132 * sin(3 * 57,297 * T 59,722)

    Ket:

    11

  • 8/8/2019 Tugas Akhir - Beta

    12/38

    Laporan Tugas Akhir

    Muhammad Amiral

    Institut Teknologi Indonesia

    T adalah Sudut tanggal, dengan rumus, T = 2 * PI * (JD 2451545) /

    365,25

    7. Equation of Time (ET). Equation of Time untuk satu tanggal dapat

    dihitung, dengan rumus:

    ET = (- (1789 + 237 * U) * sin(L0) (7146 62 * U) * cos(L0) + (9934

    14 * U) * sin(2 * L0) (29 + 5 * U) * cos(2 * L0) + (74 + 10 * U) * sin(3

    * L0) + (320 4 * U) * cos(3 * L0) 212 * sin(4 * L0))/1000

    Ket:

    L0 adalah Bujur rata-rata matahari, L0 = 280,46607 + 36000,7698 * U.

    U = (JD 2451545)/36525.

    8. Altitude matahari waktu Shubuh dan Isya. Shubuh saat fajar menyingsing

    pagi disebut dawn astronomicaltwilightyaitu ketika langit tidak lagi gelap

    dimana atmosfer bumi mampu membiaskan cahaya matahari dari bawah

    ufuk. Sementara Isya' disebut dusk astronomical twilight ketika langit

    tampak gelap karena cahaya matahari di bawah ufuk tidak dapat lagi

    dibiaskan oleh atmosfer. Nilai altitude matahari berasal dari ketika langit

    berubah dari gelap menjadi mulai terang, ketika fajar menyingsing di pagi

    hari dan menyebar secara horisontal dengan seragam. Altitude matahari

    sangat menentukan metode perhitungan waktu shalat, dimana perbedaan 1

    derajat dapat memberikan perbedaan waktu sekitar 4 menit. Terdapat

    12

  • 8/8/2019 Tugas Akhir - Beta

    13/38

    Laporan Tugas Akhir

    Muhammad Amiral

    Institut Teknologi Indonesia

    beberapa pendapat mengenai nilai altitude matahari seperti tampak pada

    tabel 2.1.

    Organisasi Sudut Subuh Sudut Isya Regional

    Indonesia 20 derajat 18 derajat

    Universitas Sience

    Islam, Karaci

    18 derajat 18 derajat Pakistan,

    Bangladessh, India,

    Afghanistan,

    sebaian Eropa

    Amerika Utara 15 derajat 15 derajat Sebagian Amerika

    Serikat, Kanada,

    Sebagian Inggris

    Liga Muslim Dunia 18 derajat 17 derajat Eropa, sebagian

    Amerika

    Komite Umm Al-

    Qura

    18.5 derajat 18 Semenanjung Arab

    Mesir 19.5 derajat 17.5 derajat Afrika, Siria, Iraq,

    Libanon, Malaysia,

    Sebagian Amerika

    9. Tetapan panjang bayangan Ashar, dalam hal ini terdapat dua pendapat

    berbeda. Pendapat madzhab Imam Syafi'i menyatakan panjanga bayangan

    benda saat Ashar adalah tinggi benda ditambah panjang bayangan saat

    Zhuhur. Sementara madzhab Imam Hanafi menyatakan panjang bayangan

    benda saat Ashar sama dengan dua kali tinggi benda ditambah panjang

    bayangan saat Zhuhur.

    Setiap parameter sangat menentukan datangnya waktu shalat, bila salah satu

    parameter kurang akurat maka ketepatan datangnya waktu shalat akan sebanding.

    Waktu shalat dapat ditentukan dengan menggunakan rumus-rumus pergerakkan

    matahari dengan tepat. Berikut adalah rumus waktu shalat.

    13

  • 8/8/2019 Tugas Akhir - Beta

    14/38

    Laporan Tugas Akhir

    Muhammad Amiral

    Institut Teknologi Indonesia

    a. Shubuh = waktu zhuhur (12/PI) * acos((sin(-1 * sudut altitude matahari

    subuh) sin(delta) * sin(L)) / (cos(delta) * cos(L))

    b. Zhuhur = 12 + Z B / 15 ET/60

    c. Ashar = waktu zhuhur + (12/PI) * acos((sin(atan(1/MA + tan(abs(L

    delta))))) sin(delta) * sin(L)) / (cos(delta) * cos(L)))

    Dimana MA merupakan Mazhab yang digunakan, MA sama dengan 1

    untuk mazhab imam Syafi'i dan MA sama dengan 2 untuk Mazhab imam

    Hanafi.

    d. Magrib = waktu zhuhur + (12/PI) * acos((sin((-0,8333 0,0347 * H ^

    0,5)) sin(delta) * sin(L)) / (cos(delta) * cos(L)))

    e. Isya' = waktu zhuhur + (12/PI) * acos((sin(-1 * sudut altitude matahari

    isya') sin(delta) * sin(L)) / (cos(delta) * cos(lintang)))

    2.2. Kiblat

    2.2.1. Pengertian Kiblat

    Kiblat berasal dari bahasa Arab Qiblah adalah arah yang merujuk ke suatu

    tempat dimana bangunan Ka'bah di Masjidil Haram, Makkah, Arab Saudi. Ka'bah

    juga sering disebut dengan Baitullah (Rumah Allah). Menghadap arah kiblat

    merupakan suatu masalah yang penting dalam syariat Islam. Menurut hukum

    syariat, menghadap ke arah kiblat diartikan sebagai seluruh tubuh atau badan

    14

  • 8/8/2019 Tugas Akhir - Beta

    15/38

    Laporan Tugas Akhir

    Muhammad Amiral

    Institut Teknologi Indonesia

    seseorang menghadap ke arah Ka'bah yang terletak di Makkah yang merupakan

    pusat tumpuan umat Islam bagi menyempurnakan ibadah-ibadah tertentu.

    Pada awalnya, kiblat mengarah ke Baitul Maqdis atau Masjidil Aqsa

    Jerusalem di Palestina, namun pada tahun 624 M ketika Nabi Muhammad SAW

    hijrah ke Madinah, arah Kiblat berpindah ke arah Ka'bah di Makkah hingga kini

    atas petunjuk wahyu dari Allah SWT. Menghadap ke arah kiblat menjadi syarat

    sah bagi umat Islam yang hendak menunaikan shalat baik shalat fardhu lima

    waktu sehari semalam atau shalat-shalat sunat yang lain. Kaidah dalam

    menentukan arah kiblat memerlukan suatu ilmu khusus yang harus dipelajari atau

    sekurang-kurangnya meyakini arah yang dibenarkan sesuai dengan syariat.

    [http://rukyatulhilal.org/]

    2.2.2. Menentukan Arah Kiblat

    2.2.2.1. Koordinat Posisi Geografis

    Bola (sphere) adalah benda tiga dimensi yang unik dimana jarak antara

    setiap titik di permukaan bola dengan titik pusatnya selalu sama. Karena bumi

    sangat mirip dengan bola, maka cara menentukan arah dari satu tempat (misalnya

    masjid) ke tempat lain (misalnya Ka'bah) dapat dilakukan dengan mengandaikan

    bumi seperti bola.

    Setiap titik di permukaan bumi dapat dinyatakan dalam duat koordinat, yaitu

    bujur (longitude) dan lintang (latitude). Semua titik yang memiliki bujur nol

    terletak pada garis meridian Greenwich (setengah lingkaran besar yang

    menghubungkan kutub utara dan selatan dan melewati Greenwich). Sementara itu

    15

  • 8/8/2019 Tugas Akhir - Beta

    16/38

    Laporan Tugas Akhir

    Muhammad Amiral

    Institut Teknologi Indonesia

    semua titik yang memiliki lintang nol terletak pada garis ekuator (khatulistiwa).

    Bujur timur terletak di sebelah timur Greenwich, sedangkan bujur barat terletak di

    sebelah barat Greenwich. Sesuai kesepakatan umum, bujur timur bernilai positif,

    sedangkan bujur barat bernilai negatif. Sementara itu semua titik yang terletak di

    sebelah utara ekuator disebut lintang utara, demikian juga untuk titik di selatan

    ekuator disebut lintang selatan. Lintang utara bernilai positif, sedangkan lintang

    selatan bernilai negatif. [Dr. Rinto Anugraha, SEGITIGA BOLA DAN ARAH

    KIBLAT, 13/04/09]

    Gambar 2.1 Pembagian Bumi berdasarkan Bujur dan Lintang

    2.2.2.2. Ilmu Ukur Segitiga Bola

    Ilmu ukur segitiga bola atau disebut juga dengan istilah trigonometri bola

    (spherical trigonometri) adalah ilmu ukur sudut bidang datar yang diaplikasikan

    pada permukaan berbentuk bola yaitu dalam hal ini Bumi. Segitiga bola menjadi

    16

  • 8/8/2019 Tugas Akhir - Beta

    17/38

    Laporan Tugas Akhir

    Muhammad Amiral

    Institut Teknologi Indonesia

    ilmu andalan tidak hanya untuk menghitung arah kiblat bahkan termasuk jarak

    lurus dua buah tempat di permukaan bumi.

    Sebagaimana yang sudah disepakati secara umum bahwa yang disebut arah

    adalah jarak terpendek berupa garis lurus ke suatu tempat, sehingga Kiblat juga

    menunjukkan arah terpendek dari suatu lokasi ke Ka'bah. Karena bentuk bumi

    yang bulat, jarak ini membentuk busur besar sepanjang permukaan bumi. Lokasi

    Ka'bah berdasarkan pengukuran menggunakan Global Positioning System (GPS)

    maupun menggunakan software Google Earth secara astronomi berada di 21 25'

    21.04 Lintang Utara dan 39 50' 34.04.

    Perhitungan dan pengukuran arah qiblat dilakukan dengan derajat sudut dari

    titik kutub Utara, dengan menggunakan alat bantu mesin hitung atau kalkulator.

    Adapun untuk menghitung arah kiblat, ada 3 buah variabel yang diperlukan, yaitu:

    1. Lokasi Ka'bah (Mekah)

    2. Lokasi yang akan ditentukan arah kiblatnya.

    3. Kutub utara

    17

  • 8/8/2019 Tugas Akhir - Beta

    18/38

    Laporan Tugas Akhir

    Muhammad Amiral

    Institut Teknologi Indonesia

    Gambar 2.2 Segitiga Bola ABC yang menghubungkan titik A (Ka'bah), titik B (Lokasi), dantitik C Kutub Utara

    Berdasarkan ketiga variabel ini, lokasi Ka'bah dan Kutub Utara adalah dua

    variabel yang tetap, sedangkan Lokasi yang akan ditentukan arah kiblat senantiasa

    berubah. Bila ketiga variabel tersebut digambarkan pada permukaan bumi, maka

    akan membentuk segitiga bola ABC seperti tampak pada Gambar. Dimana titik A

    merupakan Lokasi Ka'bah, B Lokasi yang ditentukan arah kiblat dan titik C Kutub

    Utara. Titik A (Ka'bah) memiliki koordinat bujur Ba dan lintang La. Titik B

    (Lokasi) memiliki koordinat bujur Bb dan lintang Lb. Titik C memiliki lintang 90

    derajat. Busur a adalah panjang busur yang menghubungkan titk B dan C. Busur b

    adalah panjang busur yang menghubungkan titik A dan C. Busur c adalah panjang

    busur yang menghubungkan titik A dan B. Sudut C tidak lain adalah selisih antara

    bujur Ba dan bujur Bb. Jadi sudut C = Ba Bb. Sementara sudut B adalah arah

    menuju titk A (Ka'bah). Jadi arah kiblat dari titik B dapat diketahui dengan

    menentukan besar sudut B.

    18

  • 8/8/2019 Tugas Akhir - Beta

    19/38

    Laporan Tugas Akhir

    Muhammad Amiral

    Institut Teknologi Indonesia

    Dianggap jari-jari bumi sama dengan 1. Sudut yang menghubungkan titik di

    khatulistiwa, pusat bumi dan kutub utara adalah 90 derajat. Karena lintang titik A

    adalah La, maka busur b sama dengan 90 La. Karena lintang titik B adalah Lb,

    maka busur a sama dengan 90 Lb.

    2.2.2.3. Rumus Segitiga Bola

    Dalam trigonometri bola, terdapat rumus-rumus standar sebagai berikut:

    cos(b) = cos(a) cos(c) + sin(a) sin(c) cos(B)

    cos(c) = cos(a) cos(b) + sin(a) sin(b) cos (C)

    )sin(

    )sin(

    )sin(

    )sin(

    )sin(

    )sin(

    c

    C

    b

    B

    a

    A==

    Dengan menggabungkan ketiga rumus di atas, diperoleh rumus sebagai berikut:

    )cos()cos()cot()sin(

    )sin()tan(

    Caba

    CB

    =

    Sesuai yang telah ditetapkan sebelumnya, C = Ba Bb, a = 90 Lb, b = 90 La,

    serta mengingat cos (90 x) = sin(x), sin (90 x) = cos(x) dan cot (90 x) =

    tan(x), maka rumus diatas menjadi:

    )cos()sin()tan()cos(

    )sin()tan(

    BbBaLbLaLb

    BbBaB

    =

    Sehingga sudut B adalah: ( ))tan(arctan BB =

    19

  • 8/8/2019 Tugas Akhir - Beta

    20/38

    Laporan Tugas Akhir

    Muhammad Amiral

    Institut Teknologi Indonesia

    Azimuth arah kiblat ditujukkan oleh sudut B. Azimuth 0 derajat

    menunjukkan arah utara (true north). Nilai B sangat tergantung dari pembilang

    dan penyebut pada ruas kanan rumus tan(B). Dengan kata lain, nilai B bergantung

    pada nilai sin(Ba Bb) dan nilai cos(Lb)*tan(La) sin(Lb)*cos(Ba Bb). Untuk

    memudahkan, tan(B) dapat ditulis sama dengan y/x. Sehingga nilai sudut B yang

    sesuai bergantung pula dari positif atau negatifnya nilai x dan y, dapat dijelaskan

    sebagai berikut:

    Jika x positif dan y positif, maka tan(B) positif yang menghasilkan 0 < B