tugas agro fix

17
  MAKALAH PENGANTAR AGROINDUSTRI Potensi dan Prospek Pengembangan Sagu di Indonesia Disusun oleh: Kelompok 4 Alfi syahri ( J3M113007) Algafhiqi SM ( J3M213092) Atina Chaerani ( J3M113009) Wawan Ahmad N. ( J3M113051) Yunida Putri ( J3M113024) TEKNIK DAN MANAJEMEN LINGKUNGAN PROGRAM DIPLOMA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2014

Upload: nadaannisya

Post on 08-Oct-2015

152 views

Category:

Documents


46 download

DESCRIPTION

agroindustri

TRANSCRIPT

MAKALAHPENGANTAR AGROINDUSTRI

Potensi dan Prospek Pengembangan Sagu di Indonesia

Disusun oleh:

Kelompok 4Alfi syahri ( J3M113007)Algafhiqi SM ( J3M213092)Atina Chaerani ( J3M113009)Wawan Ahmad N.( J3M113051)Yunida Putri( J3M113024)

TEKNIK DAN MANAJEMEN LINGKUNGANPROGRAM DIPLOMAINSTITUT PERTANIAN BOGOR2014

Kata PengantarPuji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberi rahmat-Nya karena berkat rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan Makalah Agroindustri mengenai Potensi dan Prospek Pengembangan Sagu di Indonesia. Indonesia merupakan negara yang sebagian besar masyarakatnya masih bergantung dengan beras atau padi sebagai makanan pokok, padahal ketersediaan beras di Indonesia juga semakin sedikit. Apabila diteliti banyak makanan yang dapat dijadikan sebagai makanan pokok pengganti beras, salah satu contohnya adalah sagu. Makalah Agroindustri ini merupakan salah satu cara bagi kami untuk memberikan informasi mengenai pohon sagu yang banyak sekali bagian yang dapat dimanfaatkan dan memiliki banyak nilai tambah jika dapat dikelola dengan baik. Tidak lupa kami sampaikan terimakasih kepada dosen pembimbing yang telah membantu dan membimbing kami dalam mengerjakan makalah ini. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman mahasiswa yang juga sudah memberi kontribusi baik langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan laporan akhir ini.Tentunya ada hal-hal yang ingin kami berikan kepada para pembaca dengan ditulisnya laporan akhir ini. Karena itu kami berharap semoga makalah ini dapat menjadi sesuatu yang berguna bagi kita bersama. Penulis menyadari bahwa dalam menyusun karya tulis ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna sempurnanya makalah ini. Penulis berharap semoga karya tulis ini bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Bogor, 1 Desember 2014

Penulis

Daftar Isi

Kata PengantariDaftar IsiiiDaftar TabeliiiBAB I1Pendahuluan11.1Latar belakang11.2Tujuan21.3Output21.3.1Data Potensi Sagu 5 tahun terakhir21.3.2Karakteristik Sagu21.3.3Sifat fisiko kimia Sagu41.3.4Standar mutu bahan baku untuk Industri5BAB II8Metodologi8BAB III9Hasil dan Pembahasan9BAB IV11Penutup11Rekomendasi12Daftar Pustaka13

Daftar TabelTabel 1 Jumlah Produktivitas Sagu di Papua2Tabel 2 Komposisi Kandungan Sagu dan Beberapa Bahan Pangan Lainnya4Tabel 3 Standar Baku Mutu Tepung Sagu Untuk Industri5

iii

BAB IPendahuluan1.1 Latar belakangPertanian sebagai bagian integral dari pembangunan nasional memegang peranan penting dalam upaya pencapaian tujuan pembangunan nasional, yaitu menciptakan masyarakat yang sejahtera dan terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan pokok terutama kebutuhan pangan, mengingat pertanian sebagai sektor yang bertanggung jawab terhadap persediaan pangan untuk konsumsi rumah tangga/masyarakat baik perkotaan maupun pedesaan. Dalam konsep social ekonomi yang berorientasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan, berarti terpenuhinya kebutuhan konsumsi secara kuantitatif dan kualitatif. Pemenuhan kebutuhan konsumsi merupakan salah satu masalah yang sangat erat kaitannya dengan kehidupan, sehingga pembangunan pertanian sebagai bagian integral dan memegang peranan penting dalam pembangunan nasional melalui konsep makro dan mikro bertujuan untuk meningkatkan hasil mutu produksi pertanian, menjamin ketersediaan pangan, bahan baku industri, meningkatkan taraf hidup masyarakat serta menjamin kelestarian lingkungan.Indonesia merupakan negara yang terletak di daerah tropika basah, yang kaya akan tanaman penghasil karbohidrat terbesar di dunia. Pada umumnya karbohidrat tersebut diperoleh dari biji-bijian seperti : beras, gandum, jagung, sorgum dan semacamnya, disamping itu juga diperoleh dari umbi-umbian seperti ubi kayu, ubi jalar, talas, garut, ganyong dan semacamnya, selain itu ada juga jenis tanaman lain yang menyimpan karbohidrat atau pati pada bagian batang-batangnya seperti aren (Arenga pinata), sagu (Metroxylon sp.) dan sebagainya (Haryanto dan Pangloli 1992).Tanaman sagu (Metroxylon sp) merupakan salah satu komoditi bahan pangan yang banyak mengandung karbohidrat, sehingga sagu merupakan bahan makanan pokok untuk beberapa daerah di Indonesia seperti Maluku, Irian Jaya dan sebagian Sulawesi. Sagu juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku industri pangan yang antara lain dapat diolah menjadi bahan makanan seperti bagea, mutiara sagu, kue kering, mie, biskuit, kerupuk dan laksa (Harsanto 1986). Luas areal tanaman sagu di Indonesia sampai saat ini belum diketahui secara pasti. Beberapa literatur yang ada memberikan data yang berbeda-beda, tetapi berdasarkan perkiraan M. Yusuf Samad (2002) luas areal sagu di Indonesia sekitar. 10000000 hektar. Peningkatan nilai ekspor harus diimbangi dengan peningkatan nilai mutu kopi. Berdasarkan alasan di atas maka perlu diketahui bagaimana cara pengolahan kopi yang baik agar menghasilkan biji kopi kualitas tinggi. Oleh karena itu pratikum lapang ini dilakukan agar mahasiswa dapat memahami proses pengolahan buah kopi menjadi kopi biji, faktor-faktor prosesnya, pengendalian proses mutu kopi biji yang dihasilkan.TujuanPembuatan makalah ini bertujuan untuk mengetahui potensi dan prospek pengembangan sagu di Indonesia

OutputData Potensi Sagu 5 tahun terakhir

Tabel 1 Jumlah Produktivitas Sagu di PapuaTahunLuas Panen (Ha)Produktivas (Ku/Ha)Produksi (Ton)

20002915327.9781534

20012439230.7675031

20022440329.9673123

20031902930.4257889

20041995431.7663367

20051848331.5860810

20061989834.3368319

20072295735.5881678

20082446135.0385699

20092633637.4198511

20102668638.45102610

20112926239.45115437

20123714937.16138032

Sumber : Badan Ketahanan Pangan, 2013

Karakteristik Sagu Sagu (Metroxylon sp) termasuk tumbuhan monokotil dari famili Palmae, marga Metroxylon dan ordo Spadiciflorae (Ruddie et al. 1976) dalam Haryanto dan Pangloli (1992). Metroxylon berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua suku kata, yaitu Metra berarti isi batang atau empelur dan xylon yang berarti xylem (Flach 1977). Secara garis besar sagu digolongkan dalam dua golongan, yaitu yang berbunga atau berbuah sekali (Hapaxanthic) dan yang berbunga atau berbuah lebih dari sekali ( Djumadi 1989). Golongan pertama mempunyai nilai ekonomi yang penting karena kandungan acinya tinggi. Golongan ini terdiri dari lima jenis yaitu metroxylon sagus Rottb, Metroxylon rumphii Mart, Metroylon micracanthum Mart, Metroxylon Longispinum Mart, Metroxylon sylvestre Mart. Sedangkan golongan kedua terdiri dari spesies Metroxylon filarae dan Metroxylon elatum yang banyak tumbuh di dataran yang relatif tinggi. Golongan ini nilai ekonominya rendah karena kandungan acinya kurang.Sagu tumbuh dalam bentuk rumpun. Setiap rumpun terdiri dari 1-8 batang sagu, pada setiap pangkal tumbuh 5 sampai 7 batang anakan. Pada kondisi liar rumpun sagu akan melebar dengan jumlah anakan yang banyak dalam berbagai tingkat pertumbuhan (Harsanto 1986). Lebih lanjut Flach (1983) dalam Djumadi (1989) menyatakan bahwa sagu tumbuh berkelompok membentuk rumpun mulai dari anakan sampai tingkat pohon. Tajuk pohon terbentuk dari pelepah yang berdaun sirip dengan tinggi pohon dewasa berkisar antara 8 sampai 17 meter tergantung dari jenis dan tempat tumbuhnya.Batang sagu merupakan bagian terpenting karena merupakan gudang penyimpanan aci atau karbohidrat yang lingkup penggunaannya dalam industri sangat luas, seperti industri pangan, pakan, alkohol dan bermacam-macam industri lainnya (Haryanto dan Pangloli 1992). Batang sagu berbentuk silinder yang tingginya dari permukaaan tanah sampai pangkal bunga berkisar 10-15 meter, dengan diameter batang pada bagian bawah dapat mencapai 35 samapi 50 cm (Harsanto 1986), bahkan dapat mencapai 80 sampai 90 cm (Haryanto dan Pangloli 1992). Umumnya diameter batang bagian bawah agak lebih besar daripada bagian atas, dan batang bagian bawah umumnya menagndung pati lebih tinggi daripada bagian atas (Manuputty 1954). Pada waktu panen berat batang sagu dapat mencapai lebih dari dari 1 ton, kandungan acinya berkisar antara 15 sampai 30 persen (berat basah), sehingga satu pohon sagu mampu menghasilkan 150 sampai 300 kg aci basah (Harsanto 1986; Haryanto dan Pangloli 1992). Daun sagu berbentuk memanjang (lanceolatus), agak lebar dan berinduk tulang daun di tengah, bertangkai daun dimana antara tangkai daun dengan lebar daun terdapat ruas yang mudah dipatahkan (Harsanto 1986). Daun sagu mirip dengan daun kelapa mempunyai pelepah yang menyerupai daun pinang. Pada waktu muda, pelepah tersusun secara berlapism tetapi setelah dewasa terlepas dan melekat sendiri-sendiri pada ruas batang (Harsanto, 1986; Haryanto dan Pangloli, 1992). Menurut Flach (1983) dalam Haryanto dan Pangloli (1992) menyatakan bahwa sagu yang tumbuh pada tanah liat dengan penyinaran yang baik, pada umur dewasa memiliki 18 tangkai daun yang panjangnya sekitar 5 sampai 7 meter. Dalam setiap tangkai sekitar 50 pasang daun yang panjangnya bervariasi antara 60 cm sampai 180 cm dan lebarnya sekitar 5 cm.Pada waktu muda daun sagu berwarna hijau muda yang berangsur-angsur berubah menjadi hijau tua, kemudian berubah lagi menjadi coklat kemerah-merahan apabila sudah tua dan matang. Tangkai daun yang sudah tua akan lepas dari batang (Harsanto, 1986). Tanaman sagu berbunga dan berbuah pada umur sekitar 10 sampai 15 tahun, tergantung jenis dan kondisi pertumbuhannya dan sesudah itu pohon akan mati (Brautlecht, 1953 dalam Haryanto dan Pangloli, 1992). Flach (1977) menyatakan bahwa awal fase berbunga ditandai dengan keluarnya daun bendera yang ukurannya lebih pendek daripada daun-daun sebelumnya.Bunga sagu merupakan bunga majemuk yang keluar dari ujung atau pucuk batang sagu, berwarna merah kecoklatan seperti karat (Manuputty 1954). Sedangkan menurut Harsanto (1986), bunga sagu tersusun dalam manggar secara rapat, berkuran secara kecil-kecil, waranya putih berbentuk seperti bunga kelapa jantan dan tidak berbau. Bunga sagu bercabang banyak yang terdiri dari cabang primer, sekunder dan tersier (Flach 1977). Selanjutnya dijelaskan bahwa pada cabang tersier terdapat sepasang bunga jantan dan betina, namun bunga jantan mengeluarkan tepung sari sebelum bunga betina terbuka atau mekar. Oleh karena itu diduga bahwa tanaman sagu adalah tanaman yang menyerbuk silang, sehingga bilamana tanaman ini tumbuh soliter jarang sekali membentuk buah.Bilamana sagu tidak segera ditebang pada saat berbunga maka bunga akan membentuk buah. Buah bulat kecil, bersisik dan berwarna coklat kekuningan, tersusun pada tandan mirip buah kelapa (Harsanto 1986). Waktu antara bunga mulai muncul sampai fase pembentukan buah diduga berlangsung sekitar dua tahun (Haryanto dan Pangloli 1992).

Sifat fisiko kimia SaguTepung sagu kaya dengan karbohidrat ( pati ) namun sangat miskin gizi lainnya, ini terjadi akibat kandungan tinggi pati di dalam teras batang maupun proses pemanenannya. Kandungan kalori sagu teryata tidak kalah dengan kandungan kalori bahan pangan lainnya. Setiap seratus gram sagu maka kandungan kalorinya setara dengan 357 kalori relative hamper sama dengan kalori jagung kering (349 kalori) dan beras giling (366 kalori),bahkan jauh lebih tinggi dibandingkan kalori ubi kayu (98 kalori) serta kentang (71 kalori) (Tabel 1). Mencermati hal ini maka sagu sebagai salah satu komoditas pangan diharapkan dapat menanggulangi masalah rawan pangan di masa yang akan datang.Pati/tepung sagu merupakan butiran berwarna putih mengkilat,tidak berbau dan tidak mempunyai rasa. Mengandung sekitar 27% amilosa dan 73% amilopektin dan pada konsentrasi yang sama pati sagu mempunyai viscositas tinggi disbanding dengan larutan pati serelia lain. Pati sagu akan berubah warna menjadi kemerah-merahan apabila terlambat dilakukan ekstraksi. Salah satu sifat pati sagu yang tidak terdapat pada pati lainnya yaitu daya tahannya lebih lama pada saat penyimpanan dalam kondisi basah ( dapat tahan sampai dua bulan).

Tabel 2 Komposisi Kandungan Sagu dan Beberapa Bahan Pangan LainnyaJenis bahanKaloriProtein(g)Lemak(g)Karbohidrat(g)Air(g)Fe(mg)

Beras3660.40.880.4241.9

Jagung3499.14.271.7142.8

Ubi kayu980.70.123.7190.6

Kentang711.70.123.780.7

Sagu3571.40.285.9151.4

Garut3550.70.285.281.5

Sumber: Novarianto dan Zainal 1989.Ditinjau dari aspek nilai gizi,tepung sagu mempunyai beberapa kelebihan disbanding tepung dari tanaman umbi atau serelia karena mengandung pati yang tidak bisa dicerna yang berguna bagi kesehatan. Untuk itu,sagu baik dikembangkan sebagai bahan baku mie. Karena mie berbahan tepung sagu lebih sehat daripada mie dari terigu.

Standar mutu bahan baku untuk Industri

Tabel 3 Standar Baku Mutu Tepung Sagu Untuk IndustriNoJenis ujiSatuanPersyaratan

11.11.21.31.4KeadaanBentukBauWarnaRasa-----Serbuk halusNormal (bebas dari bau asing)Putih, khas saguNormal

2Benda Asing-Tidak ada

3Serangga dalam semua bentuk, stadia dan potongan-potongannya yang tampak-Tidak ada

4Jenis pati lain selain pati sagu-Tidak ada

5Kehalusan, lolos ayakan 100 mesh (b/b)%Min. 95

6Kadar Air (b/b)%Maks. 13

7Kadar abu (b/b)%Maks. 0.5

8Kadar Pati %Min. 6.5

9Kadar serat kasar (b/b)%Maks 0.5

10Derajat asamMl NaOH 1N/100 gramMaks 4

11Derajat SO2Mg/kgMaks. 30

1212.112.212.3Cemaran logamTimbal (Pb)Tembaga (Cu)Raksa (Hg)Mg/kgMg/kgMg/kgMaks. 1.00Maks. 10.0Maks. 0.05

13Cemaran arsen (As)Mg/kgMaks. 0.50

1414.114.214.3Cemaran mikrobaAngka lempeng totalE. coliKapang Koloni/gAPM/gKoloni/gMaks. 106Maks. 10Maks. 104

Sumber: Badan standarisasi nasional

1.3.5 Pohon Industri Sagu

Obat Tradisional

Alap

DindingDaun

Tumang/tmpt sagu

Kerajinan

Sagu

Kertas

Salat DressingPartikel BoardKulit Batang

RotiBatang Sagu

Lantai

MieBahan Bakar

Makanan

FarmasiBiofuelBahan KimiaBiotanolAsam LaktatSiklodestrinSirup GlukosaAsam NitratTekstilPolywoodBioplastikLem

Pati Sagu

BAB IIMetodologi

Makalah ini dibuat dengan metode penelitian kepustakaan(library research). Penulis akan mendapatkan data dari literatur berupa buku-buku, makalah, artikel dan tulisan-tulisan lainnya yang membahas mengenai potensi dan prospek pengembangan sagu di Indonesia yang berupa data potensi bahan baku sagu dalam 5 tahun terakhir, karakteristik sagu, sifat fisiko dan kimia sagu, standar mutu sagu untuk industry, dan pohon industry sagu yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini.

BAB IIIHasil dan PembahasanSagu (Metroxylon sagu Rottb.) merupakan tanaman asli Asia Tenggara. Penyebarannya meliputi Melanesia Barat sampai India Timur dan dari Mindanao Utara sampai Pulau Jawa dan Nusa Tenggara bagian selatan. Tanaman sagu tumbuh secara alami terutama di daerah dataran atau rawa dengan sumber air yang melimpah. Menurut Oates dan Hicks (2002), tanaman sagu masih dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian 1.250 m dpl dengan curah hujan 4.500 mm/tahun. Sekitar 50% tanaman sagu dunia atau 1.128 juta ha tumbuh di Indonesia (Flach 1983), dan 90% dari jumlah tersebut atau 1.015 juta ha berkembang di Provinsi Papua dan Maluku (Lakuy dan Limbongan 2003). Menurut statistik perkebunan tahun 2000, potensi produksi tepung sagu yang dapat dihasilkan dari luasan tersebut adalah 6,50 juta ton. Sekitar 40% dari jumlah tegakan sagu di Papua (seluas 300.000 ha) merupakan tanaman produktif yang siap panen sehingga potensi ini dapat dimanfaatkan sebagai sumber cadangan pangan pada masa yang akan datang (Tenda 2004). Areal sagu tersebut tersebar di Merauke, Timika, Fakfak, Manokwari, Biak Numfor, Sorong, Yapen, Waropen, dan Jayapura. Dari jumlah tersebut baru dimanfaatkan sekitar 0,34% (Kertopermono 1996).Tanaman sagu sangat potensial untuk dikembangkan sebagai bahan pangan alternative bagi masyarakat Indonesia. Keadaan ini disebabkan karena sagu mampu menghasilkan pati kering hingga 25 ton per hectare (ha), jauh melebihi beras ataupun jagung. Namun demikian sebagian masyarakat beranggapan bahwa sebagai bahan pokok,sagu berada pada posisi yang lebih rendah dibandingkan beras atau bahan pangan lain terutama terigu (Endang 2006). Hal ini merupakan tantangan agar produk-produk olahan dari sagu perlu dikembangkan sedemikian rupa sehingga sesuai dengan selera. Tanaman sagu sangat potensial untuk dikembangkan sebagai bahan pangan alternative bagi masyarakat Indonesia.Bagian utama sagu yang banyak dikonsumsi adalah pati sagu yang kemudian akan dimanfaatkan menjadi aci. Sebelum menjadi aci, pati sagu harus diekstraksi terlebih dahulu, pati sagu diperoleh dari pohon sagu yang sudah tua mulai dari umur 8 sampai 16 tahun dengan ciri-ciri daun pada bagian pucuk mulai mengecil, duri pada pelepah daun sudah hilang, keluarnya serangkaian bunga pada bagian pucuknya, dan adanya buah seperti salak. Untuk mendapatkan pati sagu, maka dilakukan ekstraksi dengan bantuan air sebagai perantara. Empulur batang dihancurkan terlebih dahulu dengan cara diparut. Cara ekstraksi tersebut dapat dibagi atas ekstraksi tradisional, ekstraksi semi mekanis, dan ekstraksi secara mekanis.Ekstraksi pati sagu secara tradisional diperoleh dengan cara membelah batang pohon sagu secara vertikal memanjang (setengah lingkaran batang) kemudian pati sagu diekstraksi dari bagian tengah batang (empulur) dengan air. Tahapan prosesnya meliputi penebangan pohon, pemotongan dan pembelahan, penokokan atau pemarutan, pemerasan, penyaringan, pengendapan, dan pengemasan. Penebangan pohon sagu dilakukan dengan menggunakan peralatan sederhana seperti parang atau kampak, selanjutnya batang sagu dibersihkan dan dipotong-potong. Empulur batang yang mengandung pati dihancurkan dengan alat yang disebut nanni. Proses menghancurkan empulur sagu memerlukan waktu 1 sampai 3 minggu. Pati yang diperoleh dari cara ekstraksi tradisional ini merupakan pati sagu basah dan disimpan dalam anyaman daun sagu. Ekstraksi sagu dengan cara tradisional rentan terhadap cendawan dan khamir yang tumbuh diatasnya, oleh sebab itu maka pada saat penyimpan harus dalam keadaan kering.Ekstraksi pati sagu secara semi mekanis prinsipnya sama dengan proses ekstraksi secara tradisional tetapi dalam ekstraksi semi mekanis sebagian prosesnya menggunakan mesin. Misalnya pada tahap penghancuran empulur digunakan mesin pemarut dan pada saat pemisahan pati digerakkan oleh mesin. Untuk ekstraksi pati sagu secara mekanis prinsipnya yaitu pengambilan ekstrak pati seluruhnya menggunakan mesin untuk pengolahannya dan prosesnya merupakan sistem yang kontinyu. Hasil olahan sagu umumnya masih terbatas sebagai makanan tradisonal, walaupun sekarang pati sagu telah dapat dimanfaatkan untuk pembuatan roti, biskuit, mie dan makanan bayi telah dilakukan namun secara komersial belum banyak dipergunakan, untuk memperluas penggunaan sagu dikalangan masyarakat maka diperlukan suatu cara yang tepat. Salah satu caranya yaitu dengan memperkenalkan berbagai produk olahan yang berasal dari sagu baik sebagai pangan tradisional maupun sebagai bahan baru. Sagu selain menjadi bahan pokok juga dapat diolah dan dikonsumsi sebagai makanan pendamping yang umumnya makanan tersebut diproduksi dalam skala industri kecil. Sesuai dengan komposisi kimianya, pati sagu sebagian besar terdiri dari karbohidrat sama halnya dengan tapioka terigu, tepung beras, dan maizena. Keadaan ini menunjukkan bahwa pati sagu dapat digunakan sebagai bahan untuk membuat produk tertentu saperti roti, mie sagu, kerupuk, dan olahan lainnya. Sagu juga dapat dijadikan sebagai bahan dasar untuk industri gula cair. Gula dalam bentuk glukosa atau fruktosa dapat digunakan dalam industri kembang gula, pengalengan buah, atau sebagi pengganti gula tebu. Fruktosa memiliki tingkat kemanisan yang lebih tinggi dibandingkan dengan sukrosa. Saat ini industri gula yang berasal dari pati sagu memiliki daya tarik tersendiri bagi para pengusaha di Indonesia seiring dengan meningkatnya kebutuhan gula bagi masyarakat. Sagu juga dapat dijadikan sebagai bahan pencampur makanan ternak seperti makanan ayam, babi, dan hewan ruminansia lainnya atau sebagai bahan pengganti tepung jagung. Tepung sagu dapat diolah menjadi protein sel tunggal yang kaya akan protein dan vitamin untuk makan ternak. Dengan terknologi fermentasi pati sagu dapat diubah dalam bentuk protein. Protein sel tunggal mengandung asam nukleat yang merupakan toksik pada ginjal dan tulang sehingga protein sel tunggal ini tidak dapat dikonsumsi langsung oleh manusia. Di bidang industri lain sagu dapat juga digunakan di industri tekstil, industri farmasi, industri perekat, dan industri kesehatan.

BAB IVPenutupSagu sebagai sumber karbohidrat yang baik, kedudukannya dapat disejajarkan dengan tepung beras dan terigu sehingga dapat digunakan dalam diversifikasi pangan sumber kalori serta dapat dimanfaatkan untuk campuran pembuatan berbagai macam produk olahan pangan lainnya. Prospek pengembanagn pengoalahan sagu cukup baik karena didukung dengan ketersediaan yang masih melimpah, proses pembuatannya sederhana, dan dapat menggunakan peralatan yang sederhana.

RekomendasiTantangan yang terbesar dalam mengembangkan tanaman sagu adalah teknologi budidaya dan produktivitasnya. Untuk itu disarankan agar pelepasan varietas sagu ini diarahkan dan didasarkan pada pemuliaan baik konvensional maupun inkonvensional serta inovasi teknologi yang sudah dimiliki perlu segera dilakukan desiminasinya. Apabila tanaman sagu ini dapat diperluas dengan varietas unggul selain produktivitas dapat dinaikkan, fungsinya sebagai pengaman lingkungan melalui absorbsi emisi CO2 yang dikeluarkan pada lahan rawa dan gambut juga dapat ditingkatkan. Apabila jumlah emisi gas CO2 yang diserap tanaman sagu sebesar 240 ton CO2/ha/tahun. Indonesia dapat memperoleh kompensasi carbon trade dari luas lahan sagu lebih dari 1.3 juta ha. Diharapkan pula pemerintah, petani, pihak pengelola sagu, serta pihak yang berkepentingan dalam pengembangan tanaman sagu terhadap jenis molat secara intensif maupun ekstensif guna memnuhi cadangan pangan serta untuk komersialisasi sagu di masa mendatang.

Daftar PustakaAlfons. 2004. Identifikasi Potensi, Kendala, dan Peluang Pengembangan Sagu di Maluku. Laporan Akhir Kajian Sistem Usaha Tani Sagu di Maluku tahun anggaran 2003. Ambon: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku.Djumadi A. 1989. Sistem Pertanian Sagu di Daerah Luwu Sulsel. Thesis Pasca Sarjana IPB. Bogor.Harsanto PB. 1986.Budidaya dan Pengolahan Sagu.Yogyakarta: Kanisius.Haryanto B dan P Pangloli. 1992. Potensi dan Pemanfaatan Sagu. Yogyakarta: Kanisus.Notohadiprawiro T dan Louhenapessy J. Potensi Sagu dalam Penganekaragaman Bahan Pangan Pokok Ditinjau dari Persyaratan Lahan. Jurnal Ilmu Tanah Universitas Gadjah Mada. 2006.Swasta. 2004. Beberapa Teknik Analisis Dalam Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian. Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Vol 7(1):90-103.Timisela NR. 2006. Diversifikasi Produk Sagu dan Pemasarannya. Fakultas Pertanian Unpatti Ambon. Hal 191-199.Widodo. 2001. Kelayakan Usaha Sagu di Papua. Tesis Program Sarjana UGM. Yogyakarta.

5