tugas radiologi fix

29
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obstruksi ileus merupakan kegawatan dalam bedah abdominal yang sering dijumpai. Sekitar 20% pasien datang kerumah sakit datang dengan keluhan nyeri abdomen karena obstruksi pada saluran cerna, 80% terjadi pada usus halus.Obstruksi ileus adalah suatu penyumbatan mekanis pada usus dimana menghambat proses pencernaan secara normal. Salah satu pelayanan kesehatan yang di lakukan di rumah sakit adalah pelayanan pembedahan. Sejalan dengan perkembangan teknologi yang semakin maju, prosedur tindakan pembedahan pun mengalami kemajuan pesat. Sejumlah penyakit merupakan indikasi untuk dilakukan pembedahan adalah laparotomi. Tindakan operasi atau laparotomi merupakan peristiwa kompleks sebagai ancaman potensial atau aktual kepada integritas seseorang baik bio, psiko, maupun sosial. Ileus paralitik atau adynamic ileus adalah keadaan dimana usus gagal/ tidak mampu melakukan kontraksi peristaltik untuk menyalurkan isinya. Ileus paralitik ini bukan suatu penyakit primer usus melainkan akibat dari berbagai penyakit primer, tindakan (operasi) yang berhubungan dengan rongga perut, toksin dan obat-obatan yang dapat mempengaruhi kontraksi otot polos usus. Gerakan peristaltik merupakan suatu aktifitas otot polos usus yang terkoordinasi dengan baik, dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti keadaan otot polos usus, hormon-hormon intestinal, sistem saraf simpatik dan parasimpatik, keseimbangan elektrolit dan sebagainya.

Upload: nur-laily-mardiana

Post on 29-Jan-2016

248 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

ileus

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas Radiologi Fix

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Obstruksi ileus merupakan kegawatan dalam bedah abdominal yang sering dijumpai. Sekitar

20% pasien datang kerumah sakit datang dengan keluhan nyeri abdomen karena obstruksi pada

saluran cerna, 80% terjadi pada usus halus.Obstruksi ileus adalah suatu penyumbatan mekanis pada

usus dimana menghambat proses pencernaan secara normal.

Salah satu pelayanan kesehatan yang di lakukan di rumah sakit adalah pelayanan

pembedahan. Sejalan dengan perkembangan teknologi yang semakin maju, prosedur tindakan

pembedahan pun mengalami kemajuan pesat. Sejumlah penyakit merupakan indikasi untuk

dilakukan pembedahan adalah laparotomi. Tindakan operasi atau laparotomi merupakan peristiwa

kompleks sebagai ancaman potensial atau aktual kepada integritas seseorang baik bio, psiko,

maupun sosial.

Ileus paralitik atau adynamic ileus adalah keadaan dimana usus gagal/ tidak mampu

melakukan kontraksi peristaltik untuk menyalurkan isinya. Ileus paralitik ini bukan suatu penyakit

primer usus melainkan akibat dari berbagai penyakit primer, tindakan (operasi) yang berhubungan

dengan rongga perut, toksin dan obat-obatan yang dapat mempengaruhi kontraksi otot polos usus.

Gerakan peristaltik merupakan suatu aktifitas otot polos usus yang terkoordinasi dengan

baik, dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti keadaan otot polos usus, hormon-hormon intestinal,

sistem saraf simpatik dan parasimpatik, keseimbangan elektrolit dan sebagainya.

Ileus paralitik hampir selalu dijumpai pada pasien pasca operasi abdomen. Keadaan ini

biasanya hanya berlangsung antara 24-72 jam. Beratnya ileus pasca operasi bergantung pada

lamanya operasi/ narcosis, seringnya manipulasi usus dan lamanya usus berkontak dengan udara

luar. Pencemaran peritoneum dengan asam lambung, isi kolon, enzim pankreas, darah, dan urin

akan menimbulkan paralisis usus. Kelainan peritoneal seperti hematoma retroperitoneal, terlebih

lagi bila disertai fraktur vertebra sering menimbulkan ileus paralitik yang berat. Demikian pula

kelainan pada rongga dada seperti pneumonia paru bagian bawah, empiema dan infark miokard

dapat disertai paralisis usus. Gangguan elektolit terutama hipokalemia merupakan penyebab yang

cukup sering.

Angka kejadian di Indonesia menunjukan kasus laparotomi meningkat dari 162 kasus pada

tahun 2005 menjadi 983 kasus pada 2006 dan 1281 kasus pada tahun 2007 (Depkes RI, 2007) .

World Health Organization (WHO) tahun 1998, memperkirakan penyakitpada saluran pencernaan

akan tergolong 10 besar penyakit penyebab kematian di dunia pada tahun 2020 mendatang.4

Page 2: Tugas Radiologi Fix

Diantara negara SEAMIC (Southeast Asia Medical Information Center) tahun 2002, Indonesia

menempati urutan ke-2 negara yang memiliki angka insiden rate akibat penyakit saluran

pencernaanIleus adalah gangguan atau hilangnya pasase isi usus yang menandakan adanya

obstruksi usus akut yang segera memerlukan pertolongan atau tindakan. Dari data diatas kami

tertarik untuk membahas konsep medic dan konsep keperawatan dari penyakit ileus obstruktif

secara mendalam.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Ileus Obstruksi dan Paralitik

Ileus atau obstruksi usus adalah suatu gangguan (apapun penyebabnya) aliran normal isi

usus sepanjang saluran isi usus. Obstruksi usus dapat akut dengan kronik, partial atau total.Intestinal

obstruction terjadi ketika isi usus tidak dapat melewati saluran gastrointestinal.

Ileus paralitik atau adynamic ileus adalah keadaan dimana usus gagal/ tidak mampu

melakukan kontraksi peristaltik untuk menyalurkan isinya.Ileus merupakan kondisi dimana terjadi

kegagalan neurogenik atau hilangnya peristaltic usus tanpa adanya obstruksi mekanik

Obstruksi usus mekanis adalah Suatu penyebab fisik menyumbat usus dan tidak dapat

diatasi oleh peristaltik. Ileus obstruktif ini dapat akut seperti pada hernia stragulata atau kronis

akibat karsinoma yang melingkari. Misalnya intususepsi, tumor polipoid dan neoplasma stenosis,

Page 3: Tugas Radiologi Fix

obstruksi batu empedu, striktura, perlengketan, hernia dan abses.

2.2 Etiologi

Ileus Obstruksi

Penyebab terjadinya ileus obstruksi pada usus halus antara lain

·Hernia inkarserata :

Hernia inkarserata timbul karena usus yang masuk ke dalam kantung hernia terjepit oleh

cincin hernia sehingga timbul gejala obstruksi (penyempitan) dan strangulasi usus

(sumbatan usus menyebabkan terhentinya aliran darah ke usus). Pada anak dapatdikelola

secara konservatif dengan posisi tidur Trendelenburg. Namun, jikapercobaan reduksi gaya

berat ini tidak berhasil dalam waktu 8 jam, harus diadakan herniotomi segera .

2. Non hernia inkarserata, antara lain :

a. Adhesi atau perlekatan usus

Adhesi bisa disebabkan oleh riwayat operasi intraabdominal sebelumnya atau proses

inflamasi intraabdominal. Dapat berupa perlengketan mungkin dalam bentuk tunggal

maupun multiple, bisa setempat atau luas. Umunya berasal dari rangsangan peritoneum

akibat peritonitis setempat atau umum.Ileus karena adhesi biasanya tidak disertai

strangulasi. Obstruksi yang disebabkan oleh adhesi berkembang sekitar 5% dari pasien

yang mengalami operasi abdomen dalam hidupnya. Perlengketan kongenital juga dapat

menimbulkan ileus obstruktif di dalam masa anak-anak.

b. Invaginasi (intususepsi)

Disebut juga intususepsi, sering ditemukan pada anak dan agak jarang pada orang

muda dan dewasa. Invaginasi pada anak sering bersifat idiopatik karena tidak diketahui

penyebabnya. Invaginasi umumnya berupa intususepsi ileosekal yang masuk naik

kekolon ascendens dan mungkin terus sampai keluar dari rektum. Hal ini dapat

mengakibatkan nekrosis iskemik pada bagian usus yang masuk dengankomplikasi

perforasi dan peritonitis. Diagnosis invaginasi dapat diduga atas pemeriksaan fisik, dan

dipastikan dengan pemeriksaan Rontgen dengan pemberian enema barium.

c . Askariasis

Cacing askaris hidup di usus halus bagian yeyunum, biasanya jumlahnya puluhan

hingga ratusan ekor. Obstruksi bisa terjadi di mana-mana di usus halus, tetapi biasanya

di ileum terminal yang merupakan tempat lumen paling sempit. Obstruksi umumnya

disebabkan oleh suatu gumpalan padat terdiri atas sisa makanan dan puluhan ekor cacing

yang mati atau hampir mati akibat pemberian obat cacing. Segmen usus yang penuh

dengan cacing berisiko tinggi untuk mengalami volvulus, strangulasi, dan perforasi.

Page 4: Tugas Radiologi Fix

d. Volvulus

Merupakan suatu keadaan di mana terjadi pemuntiran usus yang abnormal dari

segmen usus sepanjang aksis usus sendiri, maupun pemuntiran terhadap aksis sehingga

pasase (gangguan perjalanan makanan) terganggu. Pada usus halus agak jarang

ditemukan kasusnya. Kebanyakan volvulus didapat di bagian ileum dan mudah

mengalami strangulasi.

e . Tumor

Tumor usus halus agak jarang menyebabkan obstruksi Usus, kecuali jika ia

menimbulkan invaginasi . Hal ini terutama disebabkan oleh kumpulan metastasis

(penyebaran kanker) di peritoneum atau di mesenterium yang menekan usus.

f. Batu empedu yang masuk ke ileus.

Inflamasi yang berat dari kantong empedu menyebabkan fistul (koneksi abnormal

antara pembuluh darah, usus, organ, atau struktur lainnya) dari saluran empedu

keduodenum atau usus halus yang menyebabkan batu empedu masuk ke raktus

gastrointestinal. Batu empedu yang besar dapat terjepit di usus halus, umumnya pada

bagian ileum terminal atau katup ileocaecal yang menyebabkan obstruksi. Penyebab

obstruksi kolon yang paling sering ialah karsinoma (anker yang dimulai di kulit atau

jaringan yang melapisi atau menutupi organ-organ tubuh) , terutama pada daerah

rektosigmoid dan kolon kiri distal.

Ileus Paralitik

Ileus pada pasien rawat inap ditemukan pada: (1) proses intraabdominal seperti pembedahan

perut dan saluran cerna atau iritasi dari peritoneal (peritonitis, pankreatitis, perdarahan); (2) sakit

berat seperti pneumonia, gangguan pernafasan yang memerlukan intubasi, sepsis atau infeksi berat,

uremia, dibetes ketoasidosis, dan ketidakseimbangan elektrolit (hipokalemia, hiperkalsemia,

hipomagnesemia, hipofosfatemia); dan (3) obat-obatan yang mempengaruhi motilitas usus (opioid,

antikolinergik, fenotiazine). Setelah pembedahan, usus halus biasanya pertama kali yang kembali

normal (beberapa jam), diikuti lambung (24-48 jam) dan kolon (48-72 jam).(2)

Ileus terjadi karena hipomotilitas dari saluran pencernaan tanpa adanya obstruksi usus

mekanik. Diduga, otot dinding usus terganggu dan gagal untuk mengangkut isi usus. Kurangnya

tindakan pendorong terkoordinasi menyebabkan akumulasi gas dan cairan dalam usus.

2.3 Prognosis

Mortalitas ileus obstruktif dan paralitik ini dipengaruhi banyak faktor seperti umur,

etiologi,tempatdan lamanya obstruksi. Jika umur penderita sangat muda ataupun tua maka

toleransinya terhadap penyakit maupun tindakan operatif yang dilakukan sangat rendah sehingga

Page 5: Tugas Radiologi Fix

meningkatkan mortalitas. Pada obstruksi kolon mortalitasnya lebih tinggi dibandingkan obstruksi

usus halus.

2.4 Manifestasi Klinis

Ileus Obstruksi

·Mekanik sederhana – usus halus atas

Kolik (kram) pada abdomen pertengahan sampai ke atas, distensi, muntah, peningkatan

bising usus, nyeri tekan abdomen.

·Mekanik sederhana – usus halus bawah

Kolik (kram) signifikan midabdomen, distensi berat, bising usus meningkat, nyeri tekan

abdomen.

·Mekanik sederhana – kolon

Kram (abdomen tengah sampai bawah), distensi yang muncul terakhir, kemudian terjadi

muntah (fekulen), peningkatan bising usus, nyeri tekan abdomen.

·Obstruksi mekanik parsial

Dapat terjadi bersama granulomatosa usus pada penyakit Crohn. Gejalanya kram nyeri

abdomen, distensi ringan.

·Strangulasi

Gejala berkembang dengan cepat: nyeri hebat, terus menerus dan terlokalisir, distensi

sedang, muntah persisten, biasanya bising usus menurun dan nyeri tekan terlokalisir hebat.

Feses atau vomitus menjadi berwarna gelap atau berdarah atau mengandung darah samar.

Ileus Paralitik

Pasien ileus paralitik akan mengeluh perutnya kembung ( abdominal distention), anoreksia,

mual dan obstipasi. Muntah mungkin ada, mungkin pula tidak ada. Keluhan perut kembung pada

ileus paralitik ini perlu dibedakan dengan keluhan perut kembung pada ileus obstruksi. Pasien ileus

paralitik mempunyai keluhan perut kembung, tidak disertai nyeri kolik abdomen yang paroksismal.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya distensi abdomen, perkusi timpani dengan bising

usus yang lemah dan jarang bahkan dapat tidak terdengar sama sekali. Pada palpasi, pasien hanya

menyatakan perasaan tidak enak pada perutnya. Tidak ditemukan adanya reaksi peritoneal (nyeri

tekan dan nyeri lepas negatif). Apabila penyakit primernya peritonitis, manifestasi klinis yang

ditemukan adalah gambaran peritonitis.(1)

2.5 Klasifikasi

Ileus Obstruksi

Page 6: Tugas Radiologi Fix

Menurut sifat sumbatannya

Menurut sifat sumbatannya, ileus obstruktif dibagi atas 2 tingkatan :

a) Obstruksi biasa (simple obstruction) yaitu penyumbatan mekanis di dalam lumen usus tanpa

gangguan pembuluh darah, antara lain karena atresia usus dan neoplasma

b) Obstruksi strangulasi yaitu penyumbatan di dalam lumen usus disertai oklusi pembuluh darah

seperti hernia strangulasi, intususepsi, adhesi, dan volvulus.

Menurut letak sumbatannya

Menurut letak sumbatannya, maka ileus obstruktif dibagi menjadi 2 :

a) Obstruksi tinggi, bila mengenai usus halus

b) Obstruksi rendah, bila mengenai usus besar.

Menurut etiologinya

Menurut etiologinya, maka ileus obstruktif dibagi menjadi 3:

a) Lesi ekstrinsik (ekstraluminal) yaitu yang disebabkan oleh adhesi (postoperative), hernia

(inguinal, femoral, umbilical), neoplasma (karsinoma), dan abses intraabdominal.

b) Lesi intrinsik yaitu di dalam dinding usus, biasanya terjadi karena kelainan kongenital

(malrotasi), inflamasi (Chron’s disease, diverticulitis), neoplasma, traumatik, dan intususepsi.

c) Obstruksi menutup (intaluminal) yaitu penyebabnya dapat berada di dalam usus, misalnya benda

asing, batu empedu.

Menurut stadiumnya

ileus obstruktif dapat dibedakan menjadi 3 berdasarkan stadiumnya, antaralain :

·Obstruksi sebagian (partial obstruction) : obstruksi terjadi sebagian sehingga makanan masih

bisa sedikit lewat, dapat flatus dan defekasi sedikit.

·Obstruksi sederhana (simple obstruction) : obstruksi / sumbatan yang tidak disertai terjepitnya

pembuluh darah (tidak disertai gangguan aliran darah).

·Obstruksi strangulasi (strangulated obstruction) : obstruksi disertai dengan terjepitnya

pembuluh darah sehingga terjadi iskemia yang akan berakhir dengan nekrosis atau gangren.

2.6 Patofisiologi

Ileus Paralitik

Patofisiologi dari ileus paralitik merupakan manifestasi dari terangsangnya sistem saraf

simpatis dimana dapat menghambat aktivitas dalam traktus gastrointestinal, menimbulkan banyak

efek yang berlawanan dengan yang ditimbulkan oleh sistem parasimpatis. Sistem simpatis

menghasilkan pengaruhnya melalui dua cara: (1) pada tahap yang kecil melalui pengaruh langsung

norepineprin pada otot polos (kecuali muskularis mukosa, dimana ia merangsangnya), dan (2) pada

Page 7: Tugas Radiologi Fix

tahap yang besar melalui pengaruh inhibitorik dari noreepineprin pada neuron-neuron sistem saraf

enterik. Jadi, perangsangan yang kuat pada sistem simpatis dapat menghambat pergerakan makanan

melalui traktus gastrointestinal.

Hambatan pada sistem saraf parasimpatis di dalam sistem saraf enterik akan menyebabkan

terhambatnya pergerakan makanan pada traktus gastrointestinal, namun tidak semua pleksus

mienterikus yang dipersarafi serat saraf parasimpatis bersifat eksitatorik, beberapa neuron bersifat

inhibitorik, ujung seratnya mensekresikan suatu transmitter inhibitor, kemungkinan peptide

intestinal vasoaktif dan beberapa peptide lainnya.

Ileus Obstruksi

Pada obstruksi mekanik, usus bagian proksimal mengalami distensi akibat adanya gas/udara

dan air yang berasal dari lambung, usus halus, pankreas, dan sekresi biliary. Cairan yang

terperangkap di dalam usus halus ditarik oleh sirkulasi darah dan sebagian ke interstisial, dan

banyak yang dimuntahkan keluar sehingga akan memperburuk keadaan pasien akibat kehilangan

cairan dan kekurangan elektrolit. Jika terjadi hipovolemia mungkin akan berakibat fatal.

Obstruksi yang berlangsung lama mungkin akan mempengaruhi pembuluh darah vena, dan

segmen usus yang terpengaruh akan menjadi edema, anoksia dan iskemia pada jaringan yang

terlokalisir, nekrosis, perforasi yang akan mengarah ke peritonitis, dan kematian. Septikemia

mungkin dapat terjadi pada pasien sebagai akibat dari perkembangbiakan kuman anaerob dan aerob

di dalam lumen. Usus yang terletak di bawah obstruksi mungkin akan mengalami kolaps dan

kosong.

Secara umum, pada obstruksi tingkat tinggi (obstruksi letak tinggi/obstruksi usus halus),

semakin sedikit distensi dan semakin cepat munculnya muntah. Dan sebaliknya, pada pasien dengan

obstruksi letak rendah (obstruksi usus besar), distensi setinggi pusat abdomen mungkin dapat

dijumpai, dan muntah pada umumnya muncul terakhir sebab diperlukan banyak waktu untuk

mengisi semua lumen usus. Kolik abdomen mungkin merupakan tanda khas dari obstruksi distal.

Hipotensi dan takikardi merupakan tanda dari kekurangan cairan. Dan lemah serta leukositosis

merupakan tanda adanya strangulasi. Pada permulaan, bunyi usus pada umumnya keras, dan

frekuensinya meningkat, sebagai usaha untuk mengalahkan obstruksi yang terjadi. Jika abdomen

menjadi diam, mungkin menandakan suatu perforasi atau peritonitis dan ini merupakan tanda akhir

suatu obstruksi.

2.7 Komplikasi

·Peritonitis septicemia adalah suatu keadaan dimana terjadi peradangan pada selaput

rongga perut (peritonium) yang disebabkan oleh terdapatnya bakteri dalam dalah

Page 8: Tugas Radiologi Fix

(bakteremia).

·Syok hypovolemia terjadi abikat terjadi dehidrasi dan kekurangan volume cairan.

·Perforasiusus adalah suatu kondisi yang ditandai dengan terbentuknya suatu lubang usus

yang menyebabkan kebocoran isi usus ke dalam rongga perut. Kebocoran ini dapat

menyebabkan peritonitis

·Nekrosisusus adalah adanya kematian jaringan pada usus

·Sepsis adalah infeksi berat di dalam darah karena adanya bakteri.

·Abses adalah kondisi medis dimana terkumpulnya nanah didaerah anus oleh bakteri atau

kelenjar yang tersumbat pada anus.

·Sindrom usus pendek dengan malabsorpsi dan malnutrisi adalah suatu keadaan dimana

tubuh sudah tidak bisa mengabsorpsi nutrisi karena pembedahan.

·Gangguan elektrolit ; terjadi karena hipovolemik

2.8 Pemeriksa Diagnostic

Ileus Obstruksi

·HB (hemoglobin), PCV (volume sel yang ditempati sel darah merah) : meningkat akibat

dehidrasi

·Leukosit : normal atau sedikit meningkat ureum + elektrolit, ureum meningkat, Na+ dan Cl-

rendah.

·Rontgen toraks : diafragma meninggi akibat distensi abdomen

a. Usus halus (lengkung sentral, distribusi nonanatomis, bayangan valvula connives

melintasi seluruh lebar usus) atau obstruksi besar (distribusi perifer/bayangan haustra

tidak terlihat di seluruh lebar usus)

b. Mencari penyebab (pola khas dari volvulus, hernia, dll)

·Enema kontras tunggal (pemeriksaan radiografi menggunakan suspensi barium sulfat sebagai

media kontras pada usus besar) : untuk melihat tempat dan penyebab.

·CT Scan pada usus halus : mencari tempat dan penyebab, sigmoidoskopi untuk menunjukkan

tempat obstruksi.

Ileus Paralitik

Anamnesa

Pada anamnesa ileus paralitik sering ditemukan keluhan distensi dari usus, rasa mual dan

Page 9: Tugas Radiologi Fix

dapat disertai muntah. Pasien kadang juga mengeluhkan tidak bisa BAB ataupun flatus, rasa

tidak nyaman diperut tanpa disertai nyeri.

Pemeriksaan fisik

·Inspeksi

Dapat ditemukan tanda-tanda generalisata dehidrasi, yang mencakup kehilangan

turgor kulit maupun mulut dan lidah kering. Pada abdomen harus dilihat adanya

distensi, parut abdomen, hernia dan massa abdomen. Pada pasien yang kurus tidak

terlihat gerakan peristaltik.

·Palpasi

Pada palpasi bertujuan mencari adanya tanda iritasi peritoneum apapun atau nyeri

tekan, yang mencakup ‘defence muscular’ involunter atau rebound dan

pembengkakan atau massa yang abnormal untuk mengetahui penyebab ileus.

·Perkusi

Hipertimpani

·Auskultasi

Bising usus lemah atau tidak ada sama sekali (silent abdomen) dan borborigmi

Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan laboratorium mungkin dapat membantu mencari kausa penyakit. Pemeriksaan

yang penting untuk dimintakan adalah leukosit darah, kadar elektrolit, ureum, glukosa darah dan

amylase. Foto polos abdomen sangat membantu untuk menegakkan diagnosis. Pada ileus paralitik

akan ditemukan distensi lambung, usus halus dan usus besar. Air fluid level ditemukan berupa suatu

gambaran line up (segaris). Hal ini berbeda dengan air fluid level pada ileus obstruktif yang

memberikan gambaran stepladder (seperti anak tangga). Apabila dengan pemeriksaan foto polos

abdomen masih meragukan, dapat dilakukan foto abdomen dengan mempergunakan kontras.

2.9 Penatalaksanaan

Page 10: Tugas Radiologi Fix

Ileus Obstruksi

Tujuan utama penatalaksanaan adalah dekompresi bagian yang mengalami obstruksi untuk

mencegah perforasi. Tindakan operasi biasanya selalu diperlukan. Menghilangkan penyebab

obstruksi adalah tujuan kedua. Kadang-kadang suatu penyumbatan sembuh dengan sendirinya

tanpa pengobatan, terutama jika disebabkan oleh perlengketan. Penderita penyumbatan usus

harus di rawat dirumah sakit.

1. Persiapan

Pipa lambung harus dipasang untuk mengurangi muntah, mencegah aspirasi

danmengurangi distensi abdomen (dekompresi). Pasien dipuasakan, kemudian dilakukan juga

resusitasi cairan dan elektrolit untuk perbaikan keadaan umum.Setelah keadaanoptimum

tercapai barulah dilakukan laparatomi. Pada obstruksi parsial atau karsinomatosis abdomen

dengan pemantauan dan konservatif.

2. Operasi

Operasi dapat dilakukan bila sudah tercapai rehidrasi dan organ-organ vital berfungsi

secara memuaskan. Tetapi yang paling sering dilakukan adalahpembedahan sesegera

mungkin. Tindakan bedah dilakukan bila :-Strangulasi-Obstruksi lengkap-Hernia inkarserata-

Tidak ada perbaikan dengan pengobatankonservatif (dengan pemasangan NGT, infus,oksigen

dan kateter).

3. Pasca Bedah

Pengobatan pasca bedah sangat penting terutama dalam hal cairan dan elektrolit. Kita harus

mencegah terjadinya gagal ginjal dan harus memberikan kalori yang cukup. Perlu diingat bahwa

pasca bedah usus pasien masih dalam keadaan paralitik.

Ileus Paralitik

Pengelolaan ileus paralitik bersifat konservatif dan suportif. Tindakannya berupa

dekompresi, menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit, mengobati kausa dan penyakit primer dan

pemberiaan nutrisi yang adekuat. Prognosis biasanya baik, keberhasilan dekompresi kolon dari ileus

telah dicapai oleh kolonoskopi berulang. Beberapa obat-obatan jenis penyekat simpatik

(simpatolitik) atau parasimpatomimetik pernah dicoba, ternyata hasilnya tidak konsisten. Untuk

dekompresi dilakukan pemasangan pipa nasogastrik (bila perlu dipasang juga rectal tube).

Pemberian cairan, koreksi gangguan elektrolit dan nutrisi parenteral hendaknya diberikan sesuai

dengan kebutuhan dan prinsip-prinsip pemberian nutrisi parenteral. Beberapa obat yang dapat

dicoba yaitu metoklopramid bermanfaat untuk gastroparesis, sisaprid bermanfaat untuk ileus

paralitik pascaoperasi, dan klonidin dilaporkan bermanfaat untuk mengatasi ileus paralitik karena

obat-obatan. Neostigmin juga efektif dalam kasus ileus kolon yang tidak berespon setelah

pengobatan konservatif.

Page 11: Tugas Radiologi Fix

1. Konservatif

§ Penderita dirawat di rumah sakit.

§ Penderita dipuasakan

§ Kontrol status airway, breathing and circulation.

§ Dekompresi dengan nasogastric tube.

§ Intravenous fluids and electrolyte

§ Dipasang kateter urin untuk menghitung balance cairan.

2. Farmakologis

§ Antibiotik broadspectrum untuk bakteri anaerob dan aerob.

§ Analgesik apabila nyeri.

§ Prokinetik: Metaklopromide, cisapride

§ Parasimpatis stimulasi: bethanecol, neostigmin

§ Simpatis blokade: alpha 2 adrenergik antagonis

3. Operatif

§ Ileus paralitik tidak dilakukan intervensi bedah kecuali disertai dengan peritonitis.

§ Operasi dilakukan setelah rehidrasi dan dekompresi nasogastric untuk mencegah sepsis sekunder

atau rupture usus.

§ Operasi diawali dengan laparotomi kemudian disusul dengan teknik bedah yang disesuaikan

dengan hasil explorasi melalui laparotomi.

o Pintas usus : ileostomi, kolostomi.

o Reseksi usus dengan anastomosis

o Diversi stoma dengan atau tanpa reseksi.

PEMERIKSAAN RADIOLOGI

1. Foto Polos Abdomen

Page 12: Tugas Radiologi Fix

Ileus merupakan penyakit abdomen akut yang dapat muncul secara mendadak yang

memerlukan tindakan sesegera mungkin. Maka dari itu pemeriksaan abdomen harus

dilakukan secara segera tanpa perlu persiapan. Pada kasus abdomen akut diperlukan

pemeriksaan 3 posisi, yaitu :

1. Posisi terlentang (supine): sinar dari arah vertical, dengan proyeksi antero-posterior (AP)

2. Duduk atau setengah duduk atau berdiri (erect), bila memungkinkan, dengan sinar

horizontal proyeksi AP

3. Tiduran miring ke kiri ( left lateral decubitus ), dengan arah horizontal, proyeksi AP.

Sebaiknya pemotretan dibuat dengan memakai kaset film yang dapat mencakup seluruh

abdomen beserta dindingnya. Perlu dipersiapkan ukuran kaset dan film ukuran 35x 45cm.

Hal – hal yang dapat dinilai pada foto – foto di atas ialah:

1. Posisi terlentang (supine)

- Dinding abdomen, yang penting yaitu: lemak preperitoneal kanan dan kiri baik atau

menghilang.

- Garis psoas kanan dan kiri: baik, menghilang atau adanya pelembungan (bulging).

- Batu yang radioopak, kalsifikasi atau benda asing yang radioopak.

- Kontur ginjal kanan dan kiri.

- Gambaran udara usus :

· Normal

· Pelebaran lambung, usus halus, kolon

· Penyebaran dari usus – usus yang melebar

· Keadaan dinding usus

· Jarak antara dua dinding usus yang berdampingan

2. Posisi duduk atau setengah duduk atau tegak ( Erect)

- Gambaran udara bebas di bawah diafragma

3. Posisi tiduran miring ke kiri ( left lateral dekubitus)

Hampir sama seperti posisi duduk, hanya udara bebas letaknya antara hati

dengan dinding abdomen

2. Barium Enema

Barium enema adalah sebuah pemeriksaan radiologi dengan menggunakan kontras

positif. Kontras positif yang biasanya digunakan dalam pemeriksaan radiologi alat cerna

adalah barium sulfat (BaSO4). Bahan ini adalah suatu garam berwarna putih, berat dan tidak

mudah larut dalam air. Garam tersebut diaduk dengan air dalam perbandingan tertentu

sehingga menjadi suspensi. Suspensi tersebut diminum oleh pasien pada pemeriksaan

esophagus, lambung dan usus halus atau dimasukkan lewat kliasma pada pemeriksaan kolon

Page 13: Tugas Radiologi Fix

(lazim disebut enema).

Sinar rontgen tidak dapat menembus barium sulfat tersebut, sehingga menimbulkan

bayangan dalam foto rontgen. Setelah pasien meminum suspensi barium dan air, dengan

fluroskopi diikuti kontrasnya sampai masuk ke dalam lambung, kemudian dibuat foto – foto

dalam posisi yang di perlukan. Pemeriksaan radiologi dengan Barium Enema mempunyai

suatu peran terbatas pada pasien dengan obstruksi usus halus. Pengujian Enema Barium

terutama sekali bermanfaat jika suatu obstruksi letak rendah yang tidak dapat pada

pemeriksaan foto polos abdomen.

3. CT-Scan Abdomen

CT ( Computed Tomograhy) merupakan metode body imaging dimana sinar X yang

sangat tipis mengitari pasien. Detektor kecil akan mengatur jumlah sinar x yang diteruskan

kepada pasien untuk menyinari targetnya. Komputer akan segera menganalisa data dan

mengumpulkan dalam bentuk potongan cross sectional. Foto ini juga dapat disimpan,

diperbesar maupun di cetak dalam bentuk film. Pemeriksaan ini dikerjakan jika secara klinis

dan foto polos abdomen dicurigai adanya strangulasi. CT–Scan akan mempertunjukkan

secara lebih teliti adanya kelainan-kelainan dinding usus, mesenterikus, dan peritoneum.

CT–Scan harus dilakukan dengan memasukkan zat kontras kedalam pembuluh darah. Pada

pemeriksaan ini dapat diketahui derajat dan lokasi dari obstruksi.

BAB III

PEMBAHASAN

Page 14: Tugas Radiologi Fix

1. Penilaian Gambaran Radiologi

a. Ileus Paralitik

Keterangan gambar :

Pada ileus paralitik .· Preperitoneal fat tidak tampak jelas.· Distribusi udara diseluruh bagian usus· Distensi diseluruh bagian usus· Air fluid level sejajar dan panjang-panjang

Page 15: Tugas Radiologi Fix

Keterangan gambar :

Terjadi peningkatan gas pada usus kecil dan kolon, terdapat dilatasi usus kecil di tengah, terlihat gambaran “bent finger”.

Keterangan gambar :

Pada ileus paralitik terdapat dilatasi usus secara menyeluruh dari gaster sampai rektum.

Penebalan dinding usus halus yang mengalami dilatasi memberikan gambaran herring bone

appearance, karena dua dinding usus halus yang menebal dan menempel membentuk gambaran

vertebra dan muskulus yang sirkuler menyerupai kosta dan gambaran penebalan usus besar yang

juga distensi tampak pada tepi abdomen. Tampak gambaran air fluid level yang pendek-pendek

yang berbentuk seperti tangga atau disebut juga step ladder appearance di usus halus dan air fluid

level yang panjang-panjang di kolon.

b. Ileus Obstruksi

Page 16: Tugas Radiologi Fix

Keterangan gambar :

Gambaran khas :

· Ada gambaran air fluid level dengan pola step leader (bertingkat).dinilai pada foto LLD. Jika masi terlihat distribusi udara dalm rektum disebut sebagai ileus obstuktif parsial. Dan jika tidak  tampak udara sampai ke rektum berarti ileus obstruktif total.

· Pre peritonial fat line jelas.

· Distribusi udara usus tidak merata.

· Tampak pelebaran usus dengan hearing bone appearance.

· Tampak air fluid level bertingkat(step leader)

· Tidak tampak gambaran udara bebas di intra peritoneal

Page 17: Tugas Radiologi Fix

Keterangan gambar :

Tampak 'hearing bone appearance', coil springTampak air-fluid level *Tanda panah

Keterangan gambar :Ileus Obstruktif Letak tinggi : (hanya distended pada illeus *garis hitam* + AirFluid level *garis merah*)

Page 18: Tugas Radiologi Fix

Keterangan gambar :

Untuk melihat adakah perforasi usus, yang menyebabkan udara usus keluar dan mengumpul di atas hepar. *tanda panahperforasi merupakan emergency medice / kegawatan.

Keterangan Gambar :

Pada gambar kiri terjadi dilatasi pada usus kecil, dan tidak terdapat gas di kolon.Pada gambar kanan terdapat banyak air fluid levels, dan tidak terdapat gas di kolon.

Page 19: Tugas Radiologi Fix

Keterangan gambar : Pada ileus obstruktif letak tinggi tampak dilatasi usus di proksimal sumbatan (sumbatan

paling distal di iliocecal junction) dan kolaps usus dibagian distal sumbatan. Penebalan dinding

usus halus yang terdilatasi memberikan gambaran herring bone appearance, karena dua dinding

usus halus yang menebal dan menempel membentuk gambaran vertebra (dari ikan), dan muskulus

yang sirkular menyerupai kostanya. Tampak gambaran air fluid level yang pendek-pendek yang

berbentuk seperti tangga disebut juga step ladder appearance karena cairan transudasi berada

dalam usus halus yang mengalami distensi.

Keterangan gambar :

Pada ileus obstruktif letak rendah tampak dilatasi usus di proksimal sumbatan (sumbatan di

Page 20: Tugas Radiologi Fix

kolon) dan kolaps usus di bagian distal sumbatan. Penebalan dinding usus halus yang mengalami

dilatasi memberikan gambaran herring bone appearance, karena dua dinding usus halus yang

menebal dan menempel membentuk gambaran vertebra dan muskulus yang sirkuler menyerupai

kosta dan gambaran penebalan usus besar yang juga distensi tampak pada tepi abdomen. Tampak

gambaran air fluid level yang pendek-pendek yang berbentuk seperti tangga disebut juga step ladder

appearance karena cairan transudasi berada dalam usus halus yang terdistensi dan air fluid level

yang panjang-panjang di kolon.

Bab IV

PENUTUP

Ileus obstruksi merupakan penyumbatan intestinal mekanik yang terjadi karena adanya daya

mekanik yang bekerja atau mempengaruhi dinding usus sehingga menyebabkan penyumbatan

lumen usus. Pemeriksaan radiologi pada ileus obstruktif akan tampak dilatasi usus di proksimal

sumbatan dan kolaps usus di bagian distal sumbatan.

Ileus paralitik merupakan suatu keadaan dimana usus gagal atau tidak mampu melakukan

kontraksi peristaltik untuk menyalurkan isinya. Pemeriksaan radiologi pada ileus paralititk akan

menunjukkan adanya dilatasi usus secara menyeluruh dari gaster sampai rektum.

Jika ileus obstruktif berlangsung lama maka bisa terjadi ileus paralitik.

Mengingat penanganan ileus dibedakan menjadi operatif dan konservatif, maka hal ini sangat

berpengaruh pada mortalitas ileus. Operasi juga sangat ditentukan oleh ketersediaan sarana dan

prasarana yang sesuai, keterampilan dokter, dan kemampuan ekonomi pasien. Hal-hal yang dapat

berpengaruh pada faktor-faktor tersebut juga akan mempengaruhi pola manajemen pasien ileus

yang akhirnya berpengaruh pada mortalitas ileus. Faktor-faktor tersebut juga berpengaruh dengan

sangat berbeda dari satu daerah terhadap daerah lainnya.

Page 21: Tugas Radiologi Fix

DAFTAR PUSTAKA

David A lisle. Imagining for student : Gastrointestinal System. 2nd edition, New York : Oxford

University press inc. 2005.

Davin Sutton. A textbook of Radiology & Imagng. Fifth edition. Volume 2. Churcill Livingston

1992.

Djumhana, Ali. Buku Ajaran Penyakit Dalam, jilid II. Edisi III. Depaertemen Ilmu Penyakit Dalam

FK UKI. Jakarta 2001

Fred. Amttler Jr. Essential of Radology: gastrointestinal system. 2nd. Edition. Departermen of

Radiology, New Mexic Federal Regional center. 2005.

Meschan, M.D Isodare, synopsis of Analystis of roetgan sign in general radiology, international

Eddition: sign in general radiologi: International Eddition

Samsuhidajat R. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi II. Jakarta: EGC. 2004

http://dokmud.wordpress.comhttp://medscape.com