tugas 6 metlit

24
SAMPEL MAKALAH Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Metodelogi Penelitian Disusun oleh : Kelompok 2 Agribisnis C Fakhri Rahman 150610110107 Cindy Ghina Lestari 150610110121 Raizatul Isra 150610110116 Fergit Yutaris A. N. 150610110126

Upload: cindy-ghina-lestari

Post on 31-Jul-2015

46 views

Category:

Education


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas 6 metlit

SAMPEL

MAKALAH

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah

Metodelogi Penelitian

Disusun oleh :

Kelompok 2

Agribisnis C

Fakhri Rahman 150610110107

Cindy Ghina Lestari 150610110121

Raizatul Isra 150610110116

Fergit Yutaris A. N. 150610110126

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

JATINANGOR

2014

Page 2: Tugas 6 metlit

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.................................................................................................................2

BAB I.............................................................................................................................3

PENDAHULUAN.........................................................................................................3

1.1 Latar Belakang................................................................................................3

BAB II...........................................................................................................................4

PEMBAHASAN............................................................................................................4

2.1 Syarat Sampel yang baik.................................................................................4

2.2 Teknik Pengambilan Sampel..........................................................................6

2.3 Contoh Kasus................................................................................................14

BAB III........................................................................................................................16

PENUTUP...................................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................17

Page 3: Tugas 6 metlit

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu langkah dalam penelitian ilmiah adalah menentukan populasi dan

sampel. Kesalahan dalam menentukan sampel dapat berakibat fatal, karena sampel

menjadi tidak representative, dan hasil penelitian tidak dapat mencermikan keadaan

yang sebenarnya. Oleh karena itu, memilih teknik penentuan sampel yang tepat

menjadi sangat penting untuk mendapatkan sampel yang representative. Dalam suatu

penelitian ada kalanya peneliti meneliti semua sumber data yang direncanakan, agar

data dan informasi yang diperoleh banyak dan variasi sehingga diharapkan hasilnya

tidak jauh dari kenyataan akan tetapi, dalam kenyataannya semua populasi tidak

dapat diteliti karena suatu sebab yang tidak memungkinkan. Penelitian ilmiah hamper

dikata selalu hanya dilakukan terhadap sebagian saja dari hal- hal yang sebenarnya

hendak diteliti.

Makin tidak sama sampel itu dengan populasinya makin besar kemungkinan

kekeliruan dalam generalisasi. Oleh karena itu, teknik penentuan sampel (Teknik

Sampling) menjadi sangat penting dalam penelitian. Berbagai teknik pentuan sampel

hakikatnya adalah cara- cara untuk memperkecil kekeliruan generalisasi dari sampel

ke populasi sehingga diperoleh sampel yang representative, yaitu sampel yang benar-

benar mencerminkan populasinya. Agar hasil penelitian yang dilakukan terhadap

sampel masih tetap bisa dipercaya dalam artian masih bisa mewakili karakteristik

populasi, maka cara penarikan sampelnya harus dilakukan secara saksama. Cara

pemilihan sampel dikenal dengan nama dengan teknik sampling atau teknik

pengambilan sampel. Digunakannya sampel dalam penelitian adalah untuk mereduksi

objek penelitian dan melakukan generalisasi hasil penelitian, sehingga dapat ditarik

suatu kesimpulan umum.

Page 4: Tugas 6 metlit

BAB II

PEMBAHASAN

Sampel adalah bagian dari populasi yang diharapkan mampu mewakili

populasi dalam penelitian.

2.1 Syarat Sampel yang baik

Secara umum, sampel yang baik adalah yang dapat mewakili sebanyak

mungkin karakteristik populasi. Dalam bahasa pengukuran, artinya sampel harus

valid, yaitu bisa mengukur sesuatu yang seharusnya diukur. Kalau yang ingin diukur

adalah masyarakat Sunda sedangkan yang dijadikan sampel adalah hanya orang

Banten saja, maka sampel tersebut tidak valid, karena tidak mengukur sesuatu yang

seharusnya diukur (orang Sunda). Sampel yang valid ditentukan oleh dua

pertimbangan.

Pertama : Akurasi atau ketepatan , yaitu tingkat ketidakadaan “bias”

(kekeliruan) dalam sample. Dengan kata lain makin sedikit tingkat kekeliruan yang

ada dalam sampel, makin akurat sampel tersebut. Tolok ukur adanya “bias” atau

kekeliruan adalah populasi.

Cooper dan Emory (1995) menyebutkan bahwa “there is no systematic

variance” yang maksudnya adalah tidak ada keragaman pengukuran yang disebabkan

karena pengaruh yang diketahui atau tidak diketahui, yang menyebabkan skor

cenderung mengarah pada satu titik tertentu. Sebagai contoh, jika ingin mengetahui

rata-rata luas tanah suatu perumahan, lalu yang dijadikan sampel adalah rumah yang

terletak di setiap sudut jalan, maka hasil atau skor yang diperoleh akan bias.

Kekeliruan semacam ini bisa terjadi pada sampel yang diambil secara sistematis

Contoh systematic variance yang banyak ditulis dalam buku-buku metode

penelitian adalah jajak-pendapat (polling) yang dilakukan oleh Literary Digest

Page 5: Tugas 6 metlit

(sebuah majalah yang terbit di Amerika tahun 1920-an) pada tahun 1936. (Copper &

Emory, 1995, Nan lin, 1976). Mulai tahun 1920, 1924, 1928, dan tahun 1932 majalah

ini berhasil memprediksi siapa yang akan jadi presiden dari calon-calon presiden

yang ada. Sampel diambil berdasarkan petunjuk dalam buku telepon dan dari daftar

pemilik mobil. Namun pada tahun 1936 prediksinya salah. Berdasarkan jajak

pendapat, di antara dua calon presiden (Alfred M. Landon dan Franklin D.

Roosevelt), yang akan menang adalah Landon, namun meleset karena ternyata

Roosevelt yang terpilih menjadi presiden Amerika.

Setelah diperiksa secara seksama, ternyata Literary Digest membuat kesalahan

dalam menentukan sampel penelitiannya . Karena semua sampel yang diambil adalah

mereka yang memiliki telepon dan mobil, akibatnya pemilih yang sebagian besar

tidak memiliki telepon dan mobil (kelas rendah) tidak terwakili, padahal Rosevelt

lebih banyak dipilih oleh masyarakat kelas rendah tersebut. Dari kejadian tersebut ada

dua pelajaran yang diperoleh : (1), keakuratan prediktibilitas dari suatu sampel tidak

selalu bisa dijamin dengan banyaknya jumlah sampel; (2) agar sampel dapat

memprediksi dengan baik populasi, sampel harus mempunyai selengkap mungkin

karakteristik populasi (Nan Lin, 1976)

Kedua : Presisi. Kriteria kedua sampel yang baik adalah memiliki tingkat

presisi estimasi. Presisi mengacu pada persoalan sedekat mana estimasi kita dengan

karakteristik populasi. Contoh : Dari 300 pegawai produksi, diambil sampel 50 orang.

Setelah diukur ternyata rata-rata perhari, setiap orang menghasilkan 50 potong produk

“X”. Namun berdasarkan laporan harian, pegawai bisa menghasilkan produk “X” per

harinya rata-rata 58 unit. Artinya di antara laporan harian yang dihitung berdasarkan

populasi dengan hasil penelitian yang dihasilkan dari sampel, terdapat perbedaan 8

unit. Makin kecil tingkat perbedaan di antara rata-rata populasi dengan rata-rata

sampel, maka makin tinggi tingkat presisi sampel tersebut.

Belum pernah ada sampel yang bisa mewakili karakteristik populasi

sepenuhnya. Oleh karena itu dalam setiap penarikan sampel senantiasa melekat

Page 6: Tugas 6 metlit

keasalahan-kesalahan, yang dikenal dengan nama “sampling error” Presisi diukur

oleh simpangan baku (standard error). Makin kecil perbedaan di antara simpangan

baku yang diperoleh dari sampel (S) dengan simpangan baku dari populasi, makin

tinggi pula tingkat presisinya. Walau tidak selamanya, tingkat presisi mungkin bisa

meningkat dengan cara menambahkan jumlah sampel, karena kesalahan mungkin

bisa berkurang kalau jumlah sampelnya ditambah ( Kerlinger, 1973 ). Dengan contoh

di atas tadi, mungkin saja perbedaan rata-rata di antara populasi dengan sampel bisa

lebih sedikit, jika sampel yang ditariknya ditambah. Katakanlah dari 50 menjadi 75.

2.2 Teknik Pengambilan Sampel

A. Teknik Pengambilan Sampel Secara Acak (Random Sampling)

Syarat pertama yang harus dilakukan untuk mengambil sampel secara acak

adalah memperoleh atau membuat kerangka sampel atau dikenal dengan nama

“sampling frame”. Yang dimaksud dengan kerangka sampling adalah daftar yang

berisikan setiap elemen populasi yang bisa diambil sebagai sampel. Elemen populasi

bisa berupa data tentang orang/binatang, tentang kejadian, tentang tempat, atau juga

tentang benda. Jika populasi penelitian adalah mahasiswa perguruan tinggi “A”, maka

peneliti harus bisa memiliki daftar semua mahasiswa yang terdaftar di perguruan

tinggi “A “ tersebut selengkap mungkin. Nama, NRP, jenis kelamin, alamat, usia, dan

informasi lain yang berguna bagi penelitiannya.. Dari daftar ini, peneliti akan bisa

secara pasti mengetahui jumlah populasinya (N). Jika populasinya adalah rumah

tangga dalam sebuah kota, maka peneliti harus mempunyai daftar seluruh rumah

tangga kota tersebut. Jika populasinya adalah wilayah Jawa Barat, maka penelti

harus mepunyai peta wilayah Jawa Barat secara lengkap. Kabupaten, Kecamatan,

Desa, Kampung. Lalu setiap tempat tersebut diberi kode (angka atau simbol) yang

berbeda satu sama lainnya.

Di samping sampling frame, peneliti juga harus mempunyai alat yang bisa

dijadikan penentu sampel. Dari sekian elemen populasi, elemen mana saja yang bisa

dipilih menjadi sampel?. Alat yang umumnya digunakan adalah Tabel Angka

Random, kalkulator, atau undian. Pemilihan sampel secara acak bisa dilakukan

Page 7: Tugas 6 metlit

melalui sistem undian jika elemen populasinya tidak begitu banyak. Tetapi jika sudah

ratusan, cara undian bisa mengganggu konsep “acak” atau “random” itu sendiri.

Secara umum, pengambilan sampel secara acak dilakukan dengan cara :

1. Simple Random Sampling atau Sampel Acak Sederhana

Cara atau teknik ini dapat dilakukan jika analisis penelitiannya cenderung

deskriptif dan bersifat umum.

Keuntungan :

1. Ketetapan yang tinggi dan setiap unit sampel mempunyai probabilitas

yang sama untuk diambil sebagai sampel

2. Sampling error dapat ditentukan secara kuantitatif

Kerugian : Bila tidak terdapat daftar unit dasar (sampling frame) dan populasi

yang tersebar/populasi yang sangat luas dengan prasarana jalan yang tidak

menunjang pengambilan sampel sulit dilaksanakan/ membutuhkan

tenaga,waktu, biaya yang sangat besar.

Teknik Pelaksanaan :

Dilakukan dengan 2 cara, tergantung besarnya populasi.

a. Populasi kecil : dengan undian (lotre)

b. Populasi besar : dengan tabel bilangan random sampling (cara lain dengan

gulungan kertas)

Contoh : Misalnya, dalam populasi ada wanita dan pria, atau ada yang

kaya dan yang miskin, ada manajer dan bukan manajer, dan perbedaan-

perbedaan lainnya. Selama perbedaan gender, status kemakmuran, dan

kedudukan dalam organisasi, serta perbedaan-perbedaan lain tersebut

bukan merupakan sesuatu hal yang penting dan mempunyai pengaruh

yang signifikan terhadap hasil penelitian, maka peneliti dapat mengambil

sampel secara acak sederhana. Dengan demikian setiap unsur populasi

harus mempunyai kesempatan sama untuk bisa dipilih menjadi sampel.

Prosedurnya :

1. Susun “sampling frame”

2. Tetapkan jumlah sampel yang akan diambil

Page 8: Tugas 6 metlit

3. Tentukan alat pemilihan sampel

4. Pilih sampel sampai dengan jumlah terpenuhi

2. Stratified Random Sampling (Acak Stratifikasi)

- Bila populasi dibagi menjadi beberapa strata, dimana setiap strata adalah

homrgen, sedangkan antar strata terdapat sifat yang berbeda

- Bila pengambilan sampel setiap strata dilakukan dengan simple random

sampling, dan dengan proporsi yang sama disebut : Proportionate stratified

simple random sampling

Keuntungan : ketetapan lebih tinggi dengan simpangan baku yang lebih kecil

dibandingkan dengan simple random sampling, terutama bila pengambilan

sampel dilakukan secara proporsional

Kekurangan :

a. Harus mengetahui kondisi populasi, sehingga dapat dilakukan stratifikasi

dengan baik

b. Sulit untuk membuat kelompok yang Homogen

Pengambilan sampel dengan stratifikasi mempunyai ciri – ciri sbb :

1. Deviasi standar lebih kecil dibandingkan dengan pengambilan sampel

acak sederhana

2. Lebih efektif bila dalam distribusi populasi terdapat nilai ekstrem yang

dapat dikelompokkan sendiri

3. Setiap unit punya peluang yang sama untuk diambil sebagai sampel

hingga prakiraan yang dihasilkan tidak bias

Contoh : seorang peneliti ingin mengetahui sikap manajer terhadap satu

kebijakan perusahaan. Dia menduga bahwa manajer tingkat atas

cenderung positif sikapnya terhadap kebijakan perusahaan tadi. Agar

dapat menguji dugaannya tersebut maka sampelnya harus terdiri atas

paling tidak para manajer tingkat atas, menengah, dan bawah. Dengan

teknik pemilihan sampel secara random distratifikasikan, maka dia akan

memperoleh manajer di ketiga tingkatan tersebut, yaitu stratum manajer

Page 9: Tugas 6 metlit

atas, manajer menengah dan manajer bawah. Dari setiap stratum tersebut

dipilih sampel secara acak. Prosedurnya :

1. Siapkan “sampling frame”

2. Bagi sampling frame tersebut berdasarkan strata yang dikehendaki

3. Tentukan jumlah sampel dalam setiap stratum

4. Pilih sampel dari setiap stratum secara acak.

Pada saat menentukan jumlah sampel dalam setiap stratum, peneliti dapat

menentukan secara (a) proposional, (b) tidak proposional. Yang dimaksud

dengan proposional adalah jumlah sampel dalam setiap stratum sebanding

dengan jumlah unsur populasi dalam stratum tersebut. Misalnya, untuk

stratum manajer tingkat atas (I) terdapat 15 manajer, tingkat menengah

ada 45 manajer (II), dan manajer tingkat bawah (III) ada 100 manajer.

Artinya jumlah seluruh manajer adalah 160. Kalau jumlah sampel yang

akan diambil seluruhnya 100 manajer, maka untuk stratum I diambil

(15:160)x100 = 9 manajer, stratum II = 28 manajer, dan stratum 3 = 63

manajer.

Jumlah dalam setiap stratum tidak proposional. Hal ini terjadi jika jumlah

unsur atau elemen di salah satu atau beberapa stratum sangat sedikit.

Misalnya saja, kalau dalam stratum manajer kelas atas (I) hanya ada 4

manajer, maka peneliti bisa mengambil semua manajer dalam stratum

tersebut , dan untuk manajer tingkat menengah (II) ditambah 5, sedangkan

manajer tingat bawah (III), tetap 63 orang.

3. Multistage random sampling (Acak Bertahap )

- Pelaksanaannya dilakukan dengan membagi populasi menjadi beberapa fraksi

kemudian diambil sampelnya

- Fraksi ynag dihasilkan kemudian dibagi lagi menjadi fraksi-fraksi yang lebih

kecil, kemudian diambil sampelnya.

- Pembagian fraksi terus dilakukan sampai unit sampel yang diinginkan. Unit

sampel pertama disebut : Primary Sample Unit (PSU)

Page 10: Tugas 6 metlit

- PSU dapat berupa fraksi besar / fraksi kecil

Keuntungan :

a. Varians yang relatif kecil untuk biaya setiap unit

b. Kontrol terhadap kesalahan tak sampling menjadi lebih baik

c. Penelitian ulang membutuhkan biaya yang relatif kecil

d. Kontrol terhadap liputan penelitian lebih mudah dilakukan

Kerugian :

a. Pada PSU besar, penggambaran terhadap populasi kurang baik

b. Pada PSU kecil, hanya dapat dilakukan bila individu dalam populasi tidak

tersebar dan transportasi mudah.

4. Systematic Random Sampling (Acak Sistematik )

- Pengambilan sampel acak dilakukan secara berurutan dengan interval tertentu

- Besarnya interval (i) dapat ditentukan dengan membagi populasi (N)

dengan jumlah yang diinginkan : I = N/n

Keuntungan :

a. Sampling frame tidak mutlak dibutuhkan

b. Cara ini relatif mudah dan dapat dilakukan oleh petugas lapangan

c. Cara ini sangat praktis bila populasi dalam bentuk kartu

d. Membutuhkan waktu, biaya yang relatif lebih rendah dibandingkan

dengan simple random sampling

Kerugian :

a. Setiap unit sampel tidak mempunyai peluang yang sama untuk diambil

sebagai sampel

Page 11: Tugas 6 metlit

b. Bila terdapat kecenderungan tertentu maka cara pengambilan sampel acak

sistematik menjadi kurang sesuai

5. Cluster Random Sampling (Acak Kelompok )

- Bila akan mengadakan penelitian dengan mengambila kelompok unit dasar

sebagai sampel

Dapat juga dilakukan dengan membagi :

- Populasi studi menjadi beberapa bagian (blok) sebagai cluster dan dilakukan

pengambilan sampel kelompok (cluster) tsb

Keuntungan : Bila pengambilan sampel acak kelompok dilakukan dengan

baik, akan menghasilkan ketepatan yang lebih baik dari pada pengambilan

sampel acak sederhana

Kerugian :

Sama dengan pengambilan acak stratifikasi, tetapi mempunyai ciri yang

berbeda :

a. Pada sampel acak dengan strafikasi, individu dalam satu kelompok

homogen tetapi mungkin antar kelompok berbeda

b. Pada cluster sampling, individu dalam satu kelompok bersifat heterogen,

tetapi antar kelompok tidak banyak berbeda.

6. Probability Proportionate to Size (PPS)

Merupakan variasi dari pengambilan sampel bertingkat dengan pemilihan

PSU yang dilakukan secara proporsional.

- Biasanya digunakan bersama dengan cara pengambilan sampel yang lain

Page 12: Tugas 6 metlit

Keuntungan :

a. Sangat bermanfaat bila besarnya PSU sangat bervariasi

b. Akan menghasilkan varian yang lebih kecil dibandingkan dengan

pengambilan sampel acak sederhana serta mengurangi biaya pengumpulan

data

Kerugian : Memiliki keterwakilan terhadap populasi yang kurang baik bila

besarnya PSU kurang bervariasi

B. Teknik Pengambilan Sampel Secara Tidak Acak (Non Random

Sampling)

Seperti telah diuraikan sebelumnya, jenis sampel ini tidak dipilih secara

acak. Tidak semua unsur atau elemen populasi mempunyai kesempatan sama untuk

bisa dipilih menjadi sampel. Unsur populasi yang terpilih menjadi sampel bisa

disebabkan karena kebetulan atau karena faktor lain yang sebelumnya sudah

direncanakan oleh peneliti.

1. Quota Sampling

Teknik sampel ini adalah bentuk dari sampel distratifikasikan secara proposional,

namun tidak dipilih secara acak melainkan secara kebetulan saja. Misalnya, di sebuah

kantor terdapat pegawai laki-laki 60% dan perempuan 40% . Jika seorang peneliti

ingin mewawancari 30 orang pegawai dari kedua jenis kelamin tadi maka dia harus

mengambil sampel pegawai laki-laki sebanyak 18 orang sedangkan pegawai

perempuan 12 orang. Sekali lagi, teknik pengambilan ketiga puluh sampel tadi tidak

dilakukan secara acak, melainkan secara kebetulan saja.

2. Accedental Sampling

Dilakukan secara subyektif oleh peneliti ditinjau dari sudut kemudahan tempat

pengambilan sampel dan jumlah sampel yang akan diambil. Cara ini sudah tidak

Page 13: Tugas 6 metlit

dipergunakan lagi dalam bidang kedokteran, tetapi masih dipergunakan dalam bidang

sosial ekonomi dan politik untuk mengetahui opini masyarakat terhadap suatu hal .

3. Purposive Sampling

Pengambilan sampel dilakukan sedemikian rupa, sehingga keterwakilannya

ditentukan oleh peneliti berdasarkanpertimbangan orang-orang yang telah

berpengalaman. Cara ini lebih baik dari accidental sampling dan quota sampling

karena dilakukan berdasarkan pengalaman berbagai pihak .

4. Snowball Sampling

Cara ini banyak dipakai ketika peneliti tidak banyak tahu tentang populasi

penelitiannya. Dia hanya tahu satu atau dua orang yang berdasarkan penilaiannya bisa

dijadikan sampel. Karena peneliti menginginkan lebih banyak lagi, lalu dia minta

kepada sampel pertama untuk menunjukan orang lain yang kira-kira bisa dijadikan

sampel. Misalnya, seorang peneliti ingin mengetahui pandangan kaum lesbian

terhadap lembaga perkawinan. Peneliti cukup mencari satu orang wanita lesbian dan

kemudian melakukan wawancara. Setelah selesai, peneliti tadi minta kepada wanita

lesbian tersebut untuk bisa mewawancarai teman lesbian lainnya. Setelah jumlah

wanita lesbian yang berhasil diwawancarainya dirasa cukup, peneliti bisa

mengentikan pencarian wanita lesbian lainnya. . Hal ini bisa juga dilakukan pada

pencandu narkotik, para gay, atau kelompok-kelompok sosial lain yang eksklusif

(tertutup).

Page 14: Tugas 6 metlit

2.3 Contoh Kasus

STUDI TENTANG KECENDERUNGAN PEMILIHAN JENIS PENELITIAN SKRIPSI MAHASISWA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPAJURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FKIP UNS SURAKARTA

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:1) Kecenderungan mahasiswa angkatan 2000 s/d 2002 Program Studi

Pendidikan Seni Rupa FKIP UNS Surakarta dalam memilihjenis penelitian skripsi.

2) Alasan mahasiswa angkatan 2000 s/d 2002 Program Studi Pendidikan Seni Rupa FKIP UNS Surakarta lebih memilih jenis penelitian tersebut.

3) Sejauh mana mahasiswa angkatan 2000 s/d 2002 memahami materi tentang penelitian yang diberikan dalam perkuliahan.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif kualitatif. Strategi penelitian yang digunakan adalah studi kasus tunggal terpancang. Sumber data yang digunakan adalah informan, dokumen, tempat dan peristiwa. Teknik sampling yang digunakan adalah snowball sampling untuk informan dan dokumen dan sebagian yang lain menggunakan purposive sampling.Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara mendalam, observasi langsung berperan pasif, dan analisis isi dokumen. Validitas data yang digunakan adalah trianggulasi sumber dan reviu informan. Teknik analisis datanya menggunakan model analisis mengalir atau flow model of analysis. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan:

1) Mahasiswa cenderung memilih jenis penelitian kualitatif dalam menyusun skripsi. Dari 87 mahasiswa angkatan 2000-2002 Program Studi Pendidikan Seni Rupa FKIP UNS Surakarta, 71 mahasiswa (81, 6%) menggunakan jenis penelitian kualitatif, 3 mahasiswa (3,5 %) mengggunakan jenis penelitian kuantitatif dan 13 mahasiswa (14,9%) belum menyusun skripsi;

2) Kecenderungan dipengaruhi oleh faktor sumber daya manusia (dosen pengampu mata kuliah penelitian serta kemampuan dan minat mahasiswa), faktor kurikulum (bahan ajar yang diberikan dalam mata kuliah penelitian, strategi mengajar mata kuliah penelitian, dan media mengajar mata kuliah penelitian), faktor sarana dan prasarana (buku dan perpustakaan), faktor proses belajar mahasiswa dan yang terakhir karena pengaruh teman;

Page 15: Tugas 6 metlit

3) Mahasiswa lebih memahai materi penelitian kualitatif dibandingkan materi mata kuliah penelitian kuantitatif.

Page 16: Tugas 6 metlit

BAB III

PENUTUP

Dalam riset deskriptif, teknik sampling yang umumnya digunakan adalah

purposive sampling dan snowball sampling. Pertimbangan tertentu ini, misalnya

orang tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau

mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan penliti menjelajahi objek/

situasi social yang diteliti. Snowball sampling adalah teknik pengambilan sampel

sumber data, yang pada awalnya jumlahnya sedikit, lama-lama menjadi besar. Hal ini

dilakukan karena jumlah sumber data yang sedikit itu tersebut belum mampu

memberikan data yang memuaskan, maka mencari orang lain lagi yang dapat

digunakan sebagai sumber data. Dengan demikian jumlah sampel sumber data akan

semakin besar, seperti bola salju yang menggelinding, lama-lama menjadi besar.

Jadi dalam penentuan sampel dalam riset deskriptif dilakukan saat peneliti

mulai memasuki lapangan dan selama peniliti berlangsung (emergent sampling

design). Caranya yaitu, peneliti memilih orang tertentu yang dipertimbangkan akan

memberikan data yang diperlukan dari sampel sebelumnya itu, peneliti dapat

menetapkan sampel lainnya yang dipertimbangkan akan memberikan data lebih

lengkap. Praktek seperti inilah yang disebut sebagai “serial technique of sample

units” (Lincoln dan Guba, 1985), atau dalam kata-kata Bogdan dan Biklen (1982)

dinamakan “snowball sampling technique”. Unit sample yang dipilih makin lama

makin terarah sejalan dengan makin terarahnya focus penelitian. Proses ini

dinamakan Bodan dan Biklen (1982) sebagai “continuous adjustment of `focusing’ of

the sample.

Dalam proposal riset deskriptif, sampel sumber data yang dikemukakan masih

bersifat sementara. Namun demikian pembuat proposal perlu menyebutkan siapa-

siapa yang kemungkinan akan digunakan sebagai sumber data.

Page 17: Tugas 6 metlit

DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/6635482/

TEKNIK_PENGAMBILAN_SAMPEL_docx_punyaku

http://eprints.uns.ac.id/5572/1/69772506200911151.pdf