skripsi metlit
TRANSCRIPT
SKRIPSIPENERAPAN BALANCED SCORECARD SEBAGAI
TOLAK UKUR PENILAIAN KINERJA PADAUSAHA KECIL BERBENTUK WARNET(Studi Kasusu Pada Warnet Omegapas)
Oleh:
Regina Achmad D.
(107084003448)
JURUSAN ILMU EKONOMI STUDI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Untuk memasuki lingkungan bisnis yang kompetitif,
manajemen perusahaan yang baik merupakan faktor penting
yang harus diperhatikan oleh perusahaan. Oleh karena itu
perusahaan memerlukan sistem manajemen yang didesain
sesuai dengan tuntutan lingkungan usahanya, karena dengan
menggunakan sistem manajemen yang sesuai dengan tuntutan
lingkungan usaha maka perusahaan akan mampu bersaing dan
berkembang dengan baik.
Pengukuran kinerja merupakan salah satu faktor yang
amat penting bagi sebuah perusahaan. Pengukuran tersebut,
dapat digunakan untuk menilai keberhasilan perusahaan serta
sebagai dasar penyusunan imbalan dalam perusahaan. Selama
ini pengukuran kinerja secara tradisional hanya
menitikberatkan pada sisi keuangan. Manajer yang berhasil
mencapai tingkat keuntungan yang tinggi akan dinilai berhasil
dan memperoleh imbalan yang baik dari perusahaan.
Akan tetapi, menilai kinerja perusahaan semata-mata dari
sisi keuangan akan dapat menyesatkan, karena kinerja
keuangan yang baik saat ini dapat dicapai dengan
mengorbankan kepentingan-kepentingan jangka panjang
perusahaan. Dan sebaliknya, kinerja keuangan yang kurang baik
dalam jangka pendek dapat terjadi karena perusahaan
melakukan investasi-investasi demi kekepentingan jangka
panjang. Untuk mengatasi kekurangan ini, maka diciptakan
suatu metode pendekatan yang mengukur kinerja perusahaan
dengan mempertimbangkan 4 aspek yaitu aspek keuangan,
pelanggan, proses bisnis internal serta proses belajar dan
berkembang (Ali Mutasowifin, 2002 : 245).
Metode ini berusaha untuk menyeimbangkan pengukuran
aspek keuangan dengan aspek non keuangan yang secara
umum dinamakan Balanced Scorecard. Dengan menerapkan
metode Balanced Scorecard para manajer perusahaan akan
mampu mengukur bagaimana unit bisnis mereka melakukan
penciptaan nilai saat ini dengan tetap mempertimbangkan
kepentingan-kepentingan masa yang akan datang.
Warnet(Warung Internet) adalah bentuk usaha pengelola
jasa penyewaan internet. Di dalamnya terdapat banyak
aktivitas, yang diselenggarakan oleh petugas berbagai jenis
profesi, seperti pemilik, tenaga admin, teknisi, maupun petugas
kebersihan. Untuk dapat menjalankan fungsinya, diperlukan
suatu sistem manajemen menyeluruh yang dimulai dari proses
perencanaan strategik (renstra), baik untuk jangka panjang
maupun jangka pendek. Suatu renstra dapat disebut baik
apabila perencanaan tersebut dapat ditindaklanjuti secara
praktis ke dalam program-program operasional yang
berorientasi kepada economic - equity - quality. Artinya warnet
dikelola secara efektif dan efisien, melayani segala lapisan
masyarakat dan berkualitas.
Maraknya usaha warnet belakangan ini, para pemilik
warnet perlu memfokuskan strategi perencanaan,
pengorganisasian, pengoperasian, dan pengendalian sehingga
betul-betul siap dengan daya saing yang sangat tinggi. Di dalam
era yang penuh kebebasan seperti sekarang ini, para konsumen
bebas memilih warnet mana yang mampu memberikan
pelayanan memuaskan, profesional dengan harga bersaing,
sehingga strategi dan kinerja warnet pun harus berorientasi
pada keinginan pelanggan tersebut. Untuk itu diterapkan
balanced scorecard (BSC) yang diharapkan menjawab tuntutan
dan tantangan zaman.
Warnet Omegapas sebagai warnet rujukan usaha warnet
di daerah sekitar kampus UIN Ciputat dalam era persaingan
bisnis yang bebas ini, disatu pihak diperhadapkan pada
kekuatan-kekuatan dan masalah-masalah interia maya yang
prima bagi masyarakat perlu disusun Visi Misi, Tujuan, Sasaran
serta Indikator keberhasilan yang dirampungkan dalam bentuk
Rencana Stratejik (RENSTRA). Indikator keberhasilan
merupakan alat ukur yang harus dien yang ada, sedangkan di
lain pihak secara, bersamaan juga diperhadapkan pada kondisi
lingkungan dengan berbagai faktor peluang dan tantangan yang
senantiasa berkembang dinamis. Oleh karena itu untuk dapat
memberikan pelayanan berselancar di dalam dunevaluasi secara
periodik berkesinambungan. Indikator bukan saja dalam bentuk
finansial tapi juga dengan indicator yang lain seperti pelangan,
bisnis inernal juga pembelanjaran dan pertumbuhan yang
selanjutnya dijadikan bahan untuk mengendalikan arah dan
mutu pelayanan internet agar visi yang telah ditetapkan benar-
benar dapat diwujudkan.
Warnet Omegapas merupakan salah satu warnet di daerah
sekitar kampus UIN Ciputat yang berusaha memberikan
pelayanan internet secara profesional dan meningkatkan mutu
terus-menerus, sehingga memaksa pihak warnet untuk selalu
memperbaiki kinerjanya, agar dapat menambah kepercayaan
masyarakat atas warnet Omegapas. Kepercayaan ini sangatlah
penting, mengingat masyarakat merupakan pengguna jasanya.
Diharapkan dengan peningkatan kepercayaan masyarakat
terhadap warnet mempunyai dampak pada pendapatan warnet.
Melihat fenomena tersebut di atas, maka perlu digunakan
alternative penilaian warnet Omegapas dengan menggunakan
Balanced Scorecard yang lebih komprehensif, akurat, terukur
karena dalam menilai kinerja suatu organisasi tidak hanya
dinilai dari aspek keuangan saja, tetapi juga dinilai dari aspek
nonkeuangan.
Dari latar belakang dan uraian di atas, maka dalam
penelitian ini mengambil judul “PENERAPAN BALANCED
SCORECARD SEBAGAI TOLOK UKUR PENILAIAN KINERJA
PADA USAHA KECIL BERBENTUK WARNET(Studi Kasus Pada
Warnet Omegapas)”.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang yang telah diuraikan di
atas, maka masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini
adalah bagaimana kinerja manajemen warnet Omegapas diukur
dengan menggunakan Balanced Scorecard ?
1.3. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah oleh peneliti dengan maksud agar
pembahasan dapat lebih terfokus. Adapun penelitian ini hanya
akan membahas mengenai penerapan Balanced Scorecard
dalam mengukur kinerja manajemen warnet Omegapas ditinjau
dari 3 aspek yaitu aspek keuangan (ROI dan Profit Margin),
Aspek Pelanggan (kepuasan pelanggan), serta pembelajaran dan
Pertumbuhan (Produktivitas karyawan, Rentensi karyawan,
Kepuasan karyawan) tahun 2009-2010.
1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.4.1 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Memberikan gambaran penggunaan Balanced
Scorecard terhadap penilaian kinerja warnet.
2. Untuk mengetahui sampai sejauh mana penerapan
Balanced Scorecard sebagai alat analisis yang
komprehensif dan koheren pada suatu
perusahaan.
3. Memberikan suatu alternatif pengukuran kinerja
perusahaan yang memperhatikan aspek finasial
dan aspek nonfinasial.
1.4.2 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan
kepada pihak-pihak yang membutuhkan sebagai
berikut : a) Sebagai alternatif pengukuran kinerja
yang lebih komprehensif dalam menilai kinerja
manajemen Warnet Omegapas. b) Menambah
wawasan bagi manajemen dan pengurus mengenai
pentingnya faktor-faktor nonfinancial yang
mempengaruhi kinerja manajemen Warnet Omegapas.
c) Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya
khasanah kepustakaan dan bahan pertimbangan bagi
pihak-pihak yang mengadakan penelitian yang
menyangkut kinerja manajemen suatu usaha
berbentuk Warnet.
1.4. Kerangka Pemikiran
Dalam skripsi ini akan dilakukan pengukuran kinerja
dengan menggunakan system pengukuran kinerja yang di sebut
BALANCED SCORECARD kepada sebuah perusahaan atau
organisasi public yang belum mengenal sistem pengukapan
kinerja tersebut. BALANCED SCORECARD di kembangkan
untuk melengkapi pengukuran kinerja finasial dan sebagai alat
yang cukup penting bagi organisasi atau perusahaan untuk
merefleksikan pemikiran baru dalam era kompetitif dan
efektifitas organisasi. BALANCED SCORECARD merupakan
solusi terbaik dalam pengukuran kinerja bisnis. Tiga perspekif
utama di sorot melalui BALANCED SCORECARD yaitu:
1. Perpektif keuangan
2. Perpektif konsumen atau pelanggan
3. Perpektif pembelajan dan pertumbuhan
Dalam BALANCED SCORECARD keempat perspektif
tersebut menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan,
juga merupakan indikator pengukuran kinerja yang saling
melengkapi dan memiliki hubungan sebab akibat. Seperti yang
telah di jelaskan bahwa pengukuran kinerja bagi perusahan jasa
yang mempunyai kontak tinggi sangat dibutuhkan. Penelitian ini
bertujuan untuk menerapkan konsep BALANCED SCORECARD
pada warnet Omegapas.
1.5. Definisi dan Pengukuran Variabel
Pada bab ini akan dijelaskan tentang variabel-variabel
yang akan digunakan dalam mengukur kinerja masing-masing
perspektif. Variabel-variabel yang digunakan :
1.5.1. Kinerja Perspektif Keuangan
Dalam perspektif keuangan, kinerja untuk mengukur
apakah suatu strategi perusahaan, implementasi dan
pelaksanaan akan membawa perbaikan perusahaan (Mun’im
Azka. 2001). Terdiri dari rasio-rasio keuangan yang sesuai dari
Laporan Keuangan yaitu :
1. ROI (Return On Investment), Yaitu rasio yang
digunakan untuk mengukur kemampuan dari modal yang
diinvestasikan dalam keseluruhan akvita untuk
menghasilkan laba bersih.
Pengukurannya dilakukan dengan membandingkan laba
usaha dengan total aktiva.
2. Rasio Efesiensi, Yaitu rasio yang digunakan untuk
mengukur seberapa efisien rumah sakit mempergunakan
aktivannya. Pengukurannya dengan membandingkan
penjualan dengan aktiva lancar.
1.5.2. Kinerja Perspektif Pelaggan
Kinerja ini untuk mengetahui keinginan konsumen atau
pelanggan agar konsumen atau pelanggan tidak beralih ke
pihak pesaing. Perhitungan kinerja berdasarkan yang dipakai
dalam perspektif konsumen ini menggunakan : Kepuasan
pelanggan (Customer Satisfaction), Yaitu mengukur seberapa
jauh kepuasan konsumen atas pelayanan yang diberikan warnet.
Pengukurannya dari hasil survai terhadap kepuasan konsumen
yang dilakukan oleh perusahaan.
1.5.4. Kinerja Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Dalam perspektif ini komponen pengukuran yang
digunakan yaitu :
a. Produktivitas karyawan
untuk mengetahui produktivitas karyawan dalam bekerja
untuk periode tertentu. Pengukurannya dengan
membandingkan antara laba operasi dengan jumlah
karyawan.
b. Retensi karyawan
Untuk mengetahui perbandingan antara jumlah
karyawan keluar dengan total karyawan tahun
berjalan.
c. Kepuasan karyawan
Penentu dari kedua pengukuran sebelumnya.
Pengukurannya dilakukan dengan survei kepuasan
karyawan melalui kuesioner.
1.6. Sistematika Penulisan
BAB I : Pendahuluan
Dalam bab ini penulis akan menguraikan
tentang latar belakang masalah,
perumusan masalah dan pembatasan
masalah, tujuan dan kegunaan penelitian,
kerangka pemikiran, definisi operasional
serta sistematika penulisan.
BAB II : Landasan Teori
Dalam bab ini penulis menguraikan tentang
teori-teori yang digunakan yang sesuai
dengan permasalahan.
BAB III : Metode Penelitian
Dalam bab ini menguraikan tentang objek
penelitian, definisi
operasional, populasi dan sampel, jenis
data, metode pengumpulan data, pengujian
data, dan metode analisis.
BAB IV : Pembahasan
Dalam bab ini menguraikan tentang objek
penelitian, dan
pembahasan serta analisis yang dilakukan
dengan menggunakan teknik analisis pada
bab sebelumnya.
BAB V : Penutup
Dalam bab ini akan disebutkan kesimpulan dan
saran yang
diambil setelah dilakukan pembahasan pada
bab sebelumnya.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Penilaian Kinerja
Kinerja merupakan suatu istilah umum yang digunakan
untuk sebagian atau seluruh tindakan atau aktivitas dari suatu
organisasi pada suatu periode, seiring dengan referensi pada
sejumlah standar seperti biaya-biaya masa lalu atau yang
diproyeksikan, suatu dasar efisiensi, pertanggung jawaban atau
akuntabilitas manajemen dan semacamnya (Fauzi, 1995 : 207).
Penilaian kinerja pada dasarnya merupakan kegiatan
manusia dalam mencapai tujuan organisasi. Mulyadi (1997 :
419) mendefinisikan penilaian kinerja sebagai penentu secara
periodik efektivitas operasional suatu organisasi, bagian
organisasi, dan karyawan berdasarkan sasaran, standar dan
kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Karena organisasi
pada dasarnya dioperasikan oleh sumber daya manusia maka
penilaian kinerja sesungguhnya merupakan penilaian atas
perilaku manusia dalam melaksanakan peran yang mereka
mainkan dalam organisasi.
Setiap organisasi mengharapkan kinerja yang memberikan
kontribusi untuk menjadikan organisasi sebagai suatu institusi
yang unggul di kelasnya. Jika keberhasilan organisasi untuk
mengadakan institusi yang unggul ditentukan oleh berbagai
faktor maka berbagai faktor yang menentukan keberhasilan
perusahaan (succes factor) untuk menjadikan organisasi suatu
institusi yang unggul tersebut digunakan sebagai pengukur
keberhasilan personal. Dengan demikian, dibutuhkan suatu
penilaian kinerja yang dapat digunakan menjadi landasan untuk
mendesain sistem penghargaan agar personel menghasilkan
kinerjanya yang sejalan dengan kinerja yang diharapkan oleh
organisasi.
2.2. Penilaian Kinerja dengan Sistim Tradisional
Dalam masyarakat tradisional, ukuran kinerja yang biasa
digunakan adalah ukuran kinerja keuangan. Pengukuran kinerja
ini mudah dilakukan sehingga kinerja personel yang diukur
hanyalah yang berkaitan dengan keuangan. Namun ukuran
keuangan tidak dapat menggambarkan penyebab yang
menjadikan perubahan kekayaan yang diciptakan oleh
organisasi dan lebih memfokuskan pada pengerahan sumber
daya organisasi untuk tujuan-tujuan jangka pendek. Ukuran
keuangan yang biasa digunakan adalah rasio-rasio keuangan
yang meliputi :
Rasio likuiditas yang mengukur kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajiban jangka pendek bila jatuh tempo.
2. Rasio leverage yang mengukur hingga sejauh mana
perusahaan dibiayai oleh hutang.
3. Rasio aktivitas yang mengukur seberapa efektif
manajemen yang ditujukan oleh laba yang dihasilkan
dari penjualan dan investasi perusahaan.
4. Rasio pertumbuhan yang mengukur kemampuan
perusahaan mempertahankan posisi ekonominya di
dalam pertumbuhan ekonomi dan industri.
5. Rasio penilaian yang mengukur kemampuan
manajemen dalam menciptakan nilai pasar yang
melampaui pengeluaran biaya investasi.
Menurut Weston dan Copeland (1989) pengukuran kinerja
dengan menggunakan rasio-rasio seperti diatas mempunyai
keterbatasan-keterbatasan yaitu :
1. Rasio ini disusun berdasarkan data akuntansi dan data
ini dipengaruhi oleh cara penafsiran yang berbeda dan
bahkan bisa merupakan hasil manipulasi.
2. Jika perusahaan menggunakan tahun fiskal yang
berbeda atau jika faktor musiman merupakan
pengaruh yang penting maka akan mempunyai
pengaruh pada rasio-rasio perbandingannya.
3. Analisis harus sangat hati-hati dalam menentukan baik
buruknya suatu rasio dalam membentuk suatu
penilaian menyeluruh dari perusahaan berdasarkan
serangkaian rasio keuangan.
4. Rasio yang sesuai dengan rata-rata industri tidak
memberikankepastian
bahwa perusahaan berjalan normal dan memiliki
manajemen yang baik.
Sedangkan menurut Robert S. Kaplan dan David P. Norton
kelemahan kelemahan pengukuran kinerja yang menitik
beratkan pada kinerja keuangan yaitu :
1. Ketidakmampuan mengukur kinerja harta-harta tidak
tampak (intangible Assets) dan harta-harta intelektual
(sumber daya manusia) perusahaan.
2. Kinerja keuangan hanya mampu bercerita mengenai
sedikit masa lalu perusahaan dan tidak mampu
sepenuhnya menuntun perusahaan ke arah yang lebih
baik.
2.3. Balanced Scorecard
Scorecard merupakan kumpulan ukuran kinerja yang
terintegrasi yang diturunkan dari strategi perusahaan yang
mendukung strategi perusahaan secara keseluruhan. Balanced
Scorecard memberikan suatu cara untuk mengkomunikasikan
strategi suatu perusahaan pada manajer-manajer di seluruh
organisasi. Balanced Scorecard juga menunjukkan bagaimana
perusahaan menyempurnakan prestasi keuangannya (Amin
Widjaja Tunggal, 2002 : 1).
Balanced Scorecard menurut Robert S. Kaplan dan David P.
Norton (1997 : 7) merupakan suatu metode penilaian yang
mencakup empat perspektif untuk mengukur kinerja
perusahaan, yaitu perspektif keuangan, perspektif pelanggan,
perspektif proses bisnis internal dan perspektif pembelajaran
dan pertumbuhan. Balanced Scorecard menekankan bahwa
pengukuran keuangan dan non keuangan harus merupakan
bagian dari informasi bagi seluruh pegawai dari semua
tingkatan bagi organisasi. Tujuan dan pengukuran dalam
Balanced Scorecard bukan hanya penggabungan dari ukuran-
ukuran keuangan dan non keuangan yang ada, melainkan
merupakan hasil dari suatu proses atas bawah (top-down)
berdasarkan misi dan strategi dari suatu unit usaha, misi dan
strategi tersebut harus diterjemahkan dalam tujuan dan
pengukuran yang lebih nyata (Teuku Mirza, 1997 : 14).
1. Komunikasi & hubungan
Balanced Scorecard memperlihatkan kepada setiap
karyawan apa yang dilakukan perusahaan untuk
mencapai apa yang menjadi keinginan para pemegang
saham konsumen karena untuk tujuan tersebut
dibutuhkan kinerja karyawan yang baik. Untuk itu
Scorecard menunjukkan strategi yang menyeluruh
yang terdiri dari 3 kegiatan :
a. Communicating dan education
b. Setting goal
c. Linking reward to performance measure
2. Rencana Bisnis
Rencana bisnis memungkinkan organisasi
mengintegrasikan antara bisnis dan rencana keuangan
mereka. Hampir semua organisasi pada saat ini
mengimplementasikan berbagai macam program yang
mempunyai keunggulan masing-masing yang saling
bersaing antara satu dengan yang lain, sehingga akan
menyulitkan manajer untuk mengintegrasikan ide-ide
yang muncul dan berbeda di setiap departemen.
Dengan menggunakan Balanced Scorecard sebagai
dasar untuk mengalokasikan sumber daya dan
mengatur mana yang lebih penting untuk
diprioritaskan akan menggerakkan mereka ke arah
tujuan jangka panjang perusahaan menyeluruh.
3. Umpan balik dan pembelajaran
Dengan Balanced Scorecard sebagai pusat system
manajemen perusahaan maka perusahaan tersebut
akan dapat melakukan monitor terhadap apa yang
dihasilkan perusahaan dalam jangka pendek dari tiga
perspektif yang ada dalam Balanced Scorecard yaitu
konsumen, proses bisnis internal, dan pembelajaran
dan pertumbuhan akan dijadikan sebagai umpan balik
dalam mengevaluasi strategi dalam kinerja.
2.4. Kinerja Perspektif Keuangan
Dalam Balanced Scorecard kinerja keuangan tetap menjadi
perhatian, karena ukuran keuangan merupakan suatu ikhtisar
dan konsekuensi ekonomi yang terjadi yang disebabkan oleh
keputusan dan ekonomi yang diambil (Teuku Mirza, 1997 : 15).
Ukuran kinerja keuangan menunjukkan apakah strategi, sasaran
strategic, inisiatif strategic dan implementasinya mampu
memberikan kontribusi dalam menghasilkan laba bagi
perusahaan, Kaplan & Norton (1996 : 48) mengidentifikasikan
tiga tahapan dari siklus kehidupan bisnis yaitu :
a. Pertumbuhan (growth)
Growth adalah tahap pertama dan tahap awal dari
siklus kehidupan bisnis. Pada tahap ini suatu perusahaan
memiliki produk atau jasa yang secara signifikan memiliki
tingkat pertumbuhan yang baik sekali atau paling tidak
memiliki potensi untuk berkembang biak. Perusahaan dalam
tahap ini mungkin secara actual beroperasi dalam arus kas
yang negatif dari tingkat pengembalian atas modal investasi
yang rendah. Sasaran keuangan dari bisnis yang berada pada
tahap ini seharusnya menekankan pengukuran pada tingkat
pertumbuhan penerimaan atau penjualan dalam pasar yang
ditargetkan.
b. Bertahan (Sustain Stage)
Sustain stage merupakan suatu tahap dimana perusahaan
masih melakukan investasi dengan mempersyaratkan tingkat
pengembalian yang terbaik. Dalam hal ini perusahaan berusaha
mempertahankan pangsa pasar yang ada dan
mengembangkannya apabila mungkin. Secara konsisten pada
tahap ini perusahaan tidak lagi bertumpuk pada strategi-strategi
jangka panjang. Sasaran keuntungan pada tahap ini diarahkan
pada besarnya tingkat pengembalian atas investasi yang
dilakukan.
c. Menuai (Harvest)
Tahap ini merupakan tahap kematangan (mature), suatu
tahap dimana perusahaan melakukan panen terhadap investasi
yang dibuat pada dua tahap sebelumnya. Perusahaan tidak lagi
melakukan investasi lebih jauh kecuali hanya untuk
pemeliharaan peralatan dan perbaikan fasilitas, tidak untuk
melakukan ekspansi/membangun suatu kemampuan baru.
Tujuan utama dalam tahap ini adalah memaksimumkan kas yang
masuk ke perusahaan.
Untuk menjadikan organisasi suatu institusi yang mampu
berkreasi diperlukan keunggulan di bidang keuangan. Melalui
keunggulan di bidang ini, organisasi menguasai sumber daya
yang sangat diperlukan untuk mewujudkan tiga perspektif
strategi lain yaitu perspektif pelanggan, perspektif proses
bisnis internal dan perspektif proses pertumbuhan dan
pembelajaran.
2.5. Kinerja Perspektif Konsumen
Suatu produk atau jasa dikatakan mempunyai nilai bagi
konsumennyajika manfaat yang diterimanya relatif lebih tinggi
dari pada pengorbanan yang dikeluarkan oleh konsumen
tersebut untuk mendapat produk dan jasa itu. Produk atau jasa
tersebut akan semakin mempunyai nilai apabila manfaatnya
mendekati ataupun melebihi dari apa yang diharapkan oleh
konsumen.
Menurut Kaplan dan Norton (1956) perusahaan
diharapkan mampu membuat suatu segmentasi pasar dan
ditentukan target pasarnya yang paling mungkin untuk
dijadikan sasaran sesuai dengan kamampuan sumber daya dan
rencana jangka panjang perusahaan. Dalam perspektif
konsumen terdapat 2 kelompok perusahaan yaitu :
1. Kelompok perusahaan inti konsumen (customer core
measurement group)
a) Pangsa pasar (market share) Menggambarkan
seberapa besar penjualan yang dikuasai oleh
perusahaan dalam suatu segmen tertentu.
b) Kemampuan mempertahankan konsumen (customer
retention) Tingkat kemampuan perusahaan untuk
mempertahankan hubungan dengan konsumennya
yang mungkin seberapa besar perusahaan berhasil
mempertahankan pelanggan lama.
c) Kemampuan meraih konsumen baru (customer
acquisition) Tingkat kemampuan perusahaan demi
memperoleh dan menarik konsumen baru dalam pasar.
d) Tingkat kepuasan konsumen (customer satiffation)
Merupakan suatu tingkat kepuasan konsumen terhadap
kriteria kinerja/nilai tertentu yang diberikan oleh
perusahaan.
e) Tingkat protabilitas konsumen (customer
profitability) Mengukur seberapa besar keuntungan
yang berhasil diperoleh perusahaan dari penjualan
kepada konsumen/segmen pasar.
2. Kelompok pengukur nilai konsumen (customer value
measement) Merupakan kelompok penunjang yang
merupakan konsep kunci untuk memahami pemicu-
pemicu (driver). Dari kelompok-kelompok pengukuran inti
konsumen kelompok pengukuran nilai konsumen terdiri
dari :
a. Atribut-atribut produk dan jasa (product/service)
Atribut-atribut produk-produk jasa harga dan fasilitasnya.
b. Hubungan dengan konsumen (customer relationship)
Meliputi hubungan dengan konsumen yang meliputi
melalui pengisian produk/jasa kepada konsumen,
termasuk dimensi respon dan waktu pengirimannya dan
bagaimana pula kesan yang timbul dari konsumen setelah
membeli produk atau jasa perusahaan tersebut.
c. Citra dan reputasi (image & reputation) Dalam dimensi
ini termuat faktor-faktor yang membuat konsumen merasa
tertarik pada perusahaan seperti hasil promosi baik secara
personal (melalui pameran-pameran, door to door)
maupun lewat media masa atau elektronik ataupun
ungkapan-ungkapan yang mudah diingat oleh konsumen.
2.6. Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran
Tujuan dimasukkannya kinerja ini adalah untuk
mendorong perusahaan
menjadi organisasi belajar (learning organization) sekaligus
mendorong pertumbuhannya (Teuku Mirza, Usahawan,
1997).
Kaplan dan Norton membagi tolak ukur perspektif ini
dalam tiga prinsip yaitu :
People
Tenaga kerja pada perusahaan dewasa ini lebih lanjut
dituntut untuk dapat berpikir kritis dan melakukan
evaluasi terhadap proses dan lingkungan untuk dapat
memberikan usulan perbaikan. Oleh sebab itu, dalam
pengukuran strategi perusahaan, salah satunya harus
berkaitan secara spesifik dengan kemampuan pegawai,
yaitu apakah perusahaan telah mencanangkan
peningkatan kemampuan sumber daya manusia yang
dimiliki. Dalam kaitannya dengan sumber daya manusia
ada tiga hal yang perlu ditinjau dalam menerapkan
Balanced Scorecard :
a. Tingkat kepuasan karyawan.
Kepuasan karyawan merupakan suatu para kondisi
untuk meningkatkan produktivitas, kualitas, pelayanan
kepada konsumen dan kecepatan bereaksi. Kepuasan
karyawan menjadi hal yang penting khususnya bagi
perusahaan jasa.
b. Tingkat perputaran karyawan (retensi karyawan)
Retensi karyawan adalah kemampuan perusahaan
untuk mempertahankan pekerja-pekerja terbaiknya
untuk terus berada dalam organisasinya. Perusahaan
yang telah melakukan investasi dalam sumber daya
manusia akan sia-sia apabila tidak mempertahankan
karyawannya untuk terus berada dalam perusahaan.
c. Produktivitas karyawan Produktivitas merupakan
hasil dari pengaruh rata-rata dari peningkatan
keahlian dan semangat inovasi, perbaikan proses
internal, dan tingkat kepuasan pelanggan. Tujuannya
adalah menghubungkan output yang dilakukan para
pekerja terhadap jumlah keseluruhan pekerja.
System
Motivasi dan ketrampilan karyawan saja tidak cukup
untuk menunjang pencapaian tujuan proses
pembelajaran dan pertumbuhan apabila mereka tidak
memiliki informasi yang memadai. Pegawai di bidang
operasional memerlukan informasi yang memadai.
Pegawai di bidang operasional memerlukan informasi
yang cepat, tepat waktu dan akurat sebagai umpan
balik, oleh sebab itu karyawan membutuhkan suatu
system informasi yang mempunyai kualitas dan
kuantitas yang memadai untuk memenuhi kebutuhan
tersebut.
Organizational Procedure
Prosedur yang dilakukan suatu organisasi perlu
diperhatikan untuk mencapai suatu kinerja yang
handal. Prosedur dan perbaikan rutinitas harus
diteruskan karena karyawan yang sempurna dengan
informasi yang berlimpah tidak akan memberikan
kontribusi pada keberhasilan usaha apabila mereka
tidak dimotivasi untuk bertindak selaras dengan tujuan
perusahaan atau apabila mereka tidak diberikan
kebebasan untuk mengambil keputusan atau
bertindak.
2.8. Pengertian Warnet ( Warung Internet )
2.8.1. Definisi Warnet
Warnet adalah tempat dimana orang bias mengakses
internet dengan biaya tertentu.
2.8.2. Sejarah Warnet
Sejarah warnet mengacu pada istilah internet café.
Fenomena ini bermulai pada µbulan§ Juli 1991 oleh Wayne
Gregori di San Francisco ketika dia mulai membuka SFnet
Coffeehouse Network. Gregori mendesain, membangun dan
melakukan instalasi sendiri sebanyak 25 komputer yang
dioperasikan lewat koin di kedai-kedai kopi di area San
Francisco Bay. Terminal (komputer) yang disediakan tersebut
terhubung dengan 32 Bulletin Board System yang menyediakan
jasa elektronik semacam FIDOnet mail (yang pada tahun 1992
disebut juga dengan Internet mail). Konsep dan nama Cybercafé
ditemukan pada awal 1994 oleh Ivan Pope. Saat ia ditugaskan
untuk mengembangkan event internet untuk pekan seni di
Institute of Contemporary Arts (ICA) di London, ia terinspirasi
oleh SFnet cafe. Kemudian Pope menulis proposal yang berisi
tentang konsep sebuah café dengan akses Internet dari meja-
meja. Event tersebut berlangsung pada akhir pekan pada
tanggal 12-13 Maret 1994 bertepatan dengan event ‘Towards
the Aesthetics of the Future’.
Pada tahun 1994, The Binary Cafe, Internet café pertama
di Kanada dibuka di Toronto, Ontario. Setelah itu, mulai banyak
variasi cafe yang berdasarkan Cybercafé yang ditemukan oleh
Ivan Pope, seperti CompuCafe di Helsinki, Finland yang
menggunakan robot sebagai penjual bir. Sebuah varian lain dari
Internet café dinamakan PC bang (mirip dengan multiplayer
game online) yang menjadi populer di Korea Selatan ketika
StarCraft dirilis tahun 1997. Walaupun harga komputer dan
akses internet saat itu mahal, namun banyak anak muda yang
pergi ke PC bang untuk memainkan game multiplayer.
2.8.3. Kelebihan Warnet
Kita bisa bertemu dengan banyak orang
Kita juga bisa menikmati makanan dan minuman layaknya saat
kita pergi ke kafe atau resto, dengan pasangan atau dengan
teman.
Kita juga bisa menikmati koneksi internet yang murah
dibandingkan kita memasang sendiri di rumah, belum biaya
listrik, koneksi internet, abonemen, komputer, dan juga
modem untuk terhubung ke dunia maya tersebut.
2.8.4. Kelemahan Warnet
warnet dapat dijadikan salah satu sarang µprostitusi§
terselubung. Ini juga yang menjadikan banyak µvideo seks§ yang
beredar yang berpusat di warnet-warnet, dari persebarannya
sampai dengan download video mesum tersebut oleh pengguna
warnet.
Selain itu, warnet game online juga banyak menyita waktu
pelajar untuk menunaikan kewajibannya sebagai pelajar.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Objek dan Lokasi Penelitian
Objek yang dipilih dalam penelitian ini adalah Warnet
Omegapas Ciputat dengan alasan bahwa penerapan Balanced
Scorecard dalam mengukur kinerja warnet Omegapas
merupakan langkah strategik yang berdampak besar terhadap
kemampuan manajemen warnet Omegapas dalam
melipatgandakan kinerjanya, baik ditinjau dari aspek Keuangan
maupun aspek Non-Keuangan dan diharapkan warnet
Omegapas akan mampu bersaing serta berkembang dengan
baik.
3.2. Populasi dan Sampel
3.2.1 Populasi
Populasi adalah sejumlah individu yang mempunyai
sifat atau kepentingan yang sama (Sutrisno Hadi,
1997 : 220). Dalam penelitian ini populasi adalah
para konsumen warnet Omegapas yang akan
digunakan untuk menilai kepuasan pada aspek
konsumen dan karyawan warnet Omegapas yang
berjumlah 100 orang yang akan digunakan untuk
menilai kepuasan konsumen.
3.2.2 Sampel
Penentuan sempel yaitu yang menjadi responden
adalah konsumen yang terkait dengan penilaian
yang akan dilaksanakan untuk mengetahui tingkat
kepuasan konsumen melalui penyebaran kuesioner.
Sampel yang baik adalah sampel yang mewakili
populasi secara keseluruhan. Sampel dalam
penelitian ini adalah para responden yang akan
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam
kuesioner. Sementara itu, metode pengambilan
sampel untuk konsumen warnet Omegapas adalah
metode Non Random Sampling yaitu Convenience
Sampling dimana penentuan jumlah sampel dari
elemen populasi yang datanya mudah diperoleh
peneliti. Elemen populasi yang dipilih sebagai subjek
adalah tidak terbatas sehingga peneliti memiliki
kebebasan untuk memilih sampel yang paling cepat
dan murah (Nur Indriantoro & Bambang, 1999 :
130). Penentuan besarnya sampel menggunakan
rumus Slovin yaitu :
3.3. Metode Pengumpulan Data
3.3.1. Jenis dan Sumber Data
1. Data Primer
Data primer adalah data yang didapat langsung
dari sumbernya (Sutrisno Hadi,1997 : 134).
Data primer ini berupa hasil jawaban responden
mengenai kepuasan karyawan tentang semagat kerja,
motivasi, kondisi fisik tempat kerja dan tentang
rumah sakit secata umum.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh secara
tidak langsung, berupa keterangan yang ada
hubungannya dengan penelitian yang sifatnya
melengkapi atau mendukung data primer (Sutrisno
Hadi, 1997 : 134). Dalam penelitian ini data sekunder
tersebut berupa data mengenai pelangan atau
komsumen, rasio-rasio kinerja Rumah Sakit dan
gambaram umum Rumah Sakit Kristen Tayu selama
tiga tahun.
3.4. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah:
1. Wawancara yaitu dengan mengadakan Tanya jawab
langsung dengan pihak warnet.
2. Kuesoner yaitu melalui pengajuan kuessioner yang
mengetahui seberapa besar tingkat kepuasan
konsumen warnet.
3. Studi pustaka yaitu dengan cara mempelajari literatur-
literatur yang relevan dengan penelitian guna
memperoleh gambaran teoritis mengenai aplikasi
Balanced Scorecard pada suatu perusahaan.
Metode ini di perlukan untuk menujang kelengkapan
dan ketajaman analisis.
3.5. Pengujian Instrumen Penelitian
Sebelum dilakukan perhitungan dan pengolahan dengan
menggunakan alat analisis, maka semua instrumen penelitian
diuji terlebih dahulu untuk mengetahui apakah instrumen
tersebut valid dan reliabel. Pengujian instrumen dilakukan
dengan menggunakan :
a. Uji Validitas
Uji validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat
ukur benar-benar cocok atau sesuai sebagai alat ukur
yang diinginkan. Pengujian validitas dilakukan untuk
menguji apakah hasil jawaban dari kuesioner oleh
responden benar-benar cocok untuk digunakan dalam
penelitian ini. Untuk menguji validitasnya
menggunakan statistic factor analysis significancy, nilai
Loading Factor yang dipakai adalah 0,4. Pengambilan
Keputusan: (Augusty Ferdinand, 2002 : 133) - Apabila
nilai loading factor menunjukkan nilai lebih besar atau
sama dengan 0,4, maka butir pernyataan tersebut valid.
- Apabila nilai loading factor menunjukkan nilai lebih
kecil atau sama dengan 0,4, maka butir pernyataan
tersebut tidak valid.
b. Uji Reliabilitas
k . r
k
) r
Uji reliabilitas adalah tingkat kestabilan suatu alat
pengukur dalam mengukur suatu gejala atau kejadian.
Pengujian reliabilitas dilakukan untuk mengetahui
apakah hasil jawaban dari kuesioner oleh responden
benar-benar stabil dalam mengukur suatu gejala atau
kejadian. Semakin tinggi reliabilitas suatu alat
pengukur, semakin stabil pula alat pengukur tersebut
dan sebaliknya jika reliabilitas pengukur tersebut
rendah maka alat tersebut tidak stabil dalam mengukur
suatu gejala. Teknik pengujian reliabilitas dalam
penelitian ini menggunakan teknik analisis yang
dikembangkan oleh Cronbach Alpha (), dengan rumus sebagai berikut
: (Imam Ghozali, 2001;129)
Keterangan :
a = Koefisien reliabilitas
r = rata-rata korelasi antar butir
k = jumlah butir
Pengambilan Keputusan :
- Jika koefisien Cronbach Alpha () < 0,6 maka butir pertanyaan dinyatakan
tidak reliabel.
- Jika koefisien Cronbach Alpha () = 0,6 maka butir pertanyaan dinyatakan
reliabel.
3.6. Metode Analisis
1. Analisis kualitatif meliputi klarifikasi visi, misi dan tujuan
ke dalam rencana strategi perusahaan.
2. Analisis kuantitatif
Pengukuran kinerja masing-masing perspektif.
Rumusnya :
a. Mengukur kinerja perspektif keuangan
Perspektif ini menggunakan perhitungan :
b. Mengukur kinerja perspektif konsumen
Perspektif ini menggunakan perhitungan :
- Kepuasan pelanggan
Kepuasan pelanggan ini diketahui dari data sekunder yaitu survey yang
dilakukan oleh pihak manajemen warnet. Mengukur seberapa jauh kepuasan
pelanggan atas pelayanan yang diberikan oleh warnet. Kepuasan konsumen
mengukur rata- rata kepuasan pelanggan dengan meberikan nilai pada jawaban
kuesinoer sesuai dengan tingkat kepuasan yang dirasakan. Nilai yang diberikan
adalah:
1. sangat tidak puas.
2. tidak puas.
3. ragu-ragu.
4. puas.
5. sangat puas.
Untuk mengetahui rata-rata kepuasan konsumen maka jumlah skor
jawaban kuesioner dibagi dengan jumlah konsumen yang menjadi responden.
Penentuan kreteria rata-rata kepusan pelanggan.
c. Mengukur kinerja perspektif pembelajaran dan pertumbuhan
perspektif ini menggunakan perhitungan :
- Kepuasan karyawan
Dianggap sebagai penentu dari kedua pengukuran sebelumnya.
Pengukurannya dilakukan dengan survey kepuasan karyawan melalui kuesioner.
Kepuasan karyawan mengukur rata-rata kepuasan karyawan dengan meberikan
nilai pada jawaban kuesinoer sesuai dengan tingkB* CJ$34OJ3434QJ3434U
mH34nH34ph34343434u 34-h‚1ž345B*
CJ$34OJ3434QJ3434ph3434343434$§h§cË34h‚1ž345B*
CJ$34OJ3434QJ3434ph3434343434 h§cË345CJ 34OJ3434PJ34QJ3434\aJ 3434
h§*Û345CJ 34OJ3434PJ34QJ3434\aJ 3434&§h§cË34h§cË345CJ
34OJ3434jawaban kuesioner dibagi dengan jumlah karyawan yang menjadi
responden.
k . r
k
) r
k . r
k
) r
k . r
k
) r
k . r
k
) r
k . r
k
) r
k . r
k
) r
k . r
k
) r
k . r
k
) r
k . r
k
) r