proposal ptk metlit

22
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MENGENAL KOMPONEN ELEKTRONIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING PADA SISWA KELAS X SMKN 4 INFORMATIKA TANJUNG BALAI DISUSUN OLEH : SATRIO IMAN PRATOMO 5215 08 3424 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRONIKA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA 2011

Upload: str-balondero

Post on 05-Jul-2015

4.842 views

Category:

Education


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Proposal ptk metlit

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MENGENAL KOMPONEN

ELEKTRONIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM

TEACHING PADA SISWA KELAS X SMKN 4 INFORMATIKA TANJUNG BALAI

DISUSUN OLEH :

SATRIO IMAN PRATOMO

5215 08 3424

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRONIKA

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

2011

Page 2: Proposal ptk metlit

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-

Nya, sehingga proposal penelitian dapat diselesaikan. Penyusun berharap proposal penelitian ini,

dapat diterima dan bermanfaat bagi semua pihak, khususnya dalam bidang pendidikan.

Proposal penelitian ini disusun untuk menjelaskan tentang UPAYA MENINGKATKAN HASIL

BELAJAR MENGENAL KOMPONEN ELEKTRONIKA DENGAN MENGGUNAKAN

MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING PADA SISWA KELAS X SMKN 4

INFORMATIKA TANJUNG BALAI karena dengan penelitian ini sangat berguna untuk

mengetahui sejauh mana hasil belajar yang dicapai dalam pemberian tugas pekerjaan rumah.

Proposal penelitian ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan

kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kelengkapan proposal penelitian ini. Akhir kata

semoga proposal penelitian ini dapat bermanfaat bagi peneliti khususnya dan pembaca

umumnya.

Jakarta, Desember 2011

Penyusun

Page 3: Proposal ptk metlit

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah lembaga pendidikan formal tingkat

menengah yang bertujuan untuk mewujudkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berakhlak

mulia, terampil dan terlatih untuk memasuki lapangan pekerjaan. Departemen Pendidikan

menjadikan SMK sebagai salah satu lembaga pendidikan kejuruan untuk menyediakan tenaga

kerja nasional yang terampil dan terdidik serta berahklak mulia.

Rupert Evan merumuskan tujuan Pendidikan Kejuruan (SMK) : 1) memenuhi kebutuhan

masyarakat akan tenaga kerja, 2) Meningkatkan pilihan pendidikan bagi setiap individu, dan 3)

Mendorong motivasi untuk terus belajar (dalam Muslim: 2007). Dalam peraturan pemerintah

No. 29 Tahun 1990 juga merumuskan bahwa Pendidikan Menengah Kejuruan (SMK)

mengutamakan kesiapan siswa untuk memasuki lapangan kerja dan mengembangkan sikap

professional. Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan Pendidikan Kejuruan

adalah mempersiapkan peserta didik sebagai calon tenaga kerja dan mengembangkan eksistensi

peserta didik, untuk kepentingan peserta didik, bangsa dan Negara. Apabila ditinjau dari tujuan

dan konsep dasar pelaksanaannya maka Pendidikan Kejuruan Tingkat Menengah (SMK) sangat

berbeda dengan Pendidikan Umum (SMA).

Ada tujuh kriteria Pendidikan Kejuruan yaitu : 1) Orientasi pada kinerja Individu dalam

dunia kerja, 2) justifikasi khusus pada kebutuhan nyata di lapangan, 3) fokus kurikulum pada

aspek-aspek psikomotorik, afektif dan kognitif, 4) tolok ukur keberhasilan tidak hanya di

sekolah, 5) kepekaan terhadap pekembangan dunia kerja, 6) memerlukan sarana dan prasarana

Page 4: Proposal ptk metlit

khusus yang memadai, dan 7) adanya dukungan masyarakat. (Finch dan Crunkilton :1999;14-

16)

Selanjutnya dalam peraturan pemerintah No. 22 Tahun 2006 tentang pengelompokan

mata pelajaran untuk SMK terdiri atas: 1) normatif : kelompok mata pelajaran yang dialokasikan

secara tetap yang meliputi Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, Pendidikan

Jasmani, Olahraga dan Kesehatan, dan Seni Budaya, 2) adaptif : terdiri atas mata pelajaran

Bahasa Inggris, Matematika, IPA, IPS, KKPI dan Kewirausahaan, dan 3) produktif : terdiri atas

sejumlah mata pelajaran yang dikelompokkan dalan Dasar Kompetensi Kejuruan dan

Kompetensi Kejuruan. Implementasi ketiga kelompok materi ini dalam bentuk aktivitas

pembelajaran mencakup kegiatan tatap muka, praktik sekolah dan praktik industri. Keseluruhan

aktivitas pembelajaran ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi siswa dalam wilayah

kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Berdasarkan pada pengorganisasian materi pelajaran dan implementasinya maka kriteria

minimal lulusan SMK adalah kompeten dalam pengetahuan dan keterampilan, standar

kompetensi ini akan menjadi modal dasar siswa ketika lepas dari SMK, artinya mereka sudah

memiliki keterampilan dan keahlian sesuai dengan bidangnya dan siap untuk memasuki dunia

usaha dan dunia industri.

Page 5: Proposal ptk metlit

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, terdapat banyak masalah

yang mempengaruhi rendahnya hasil belajar siswa. Hal ini dapat ditinjau dari berbagai

komponen pembelajar seperti siswa, guru, sarana prasarana, media dan masih banyak komponen

yang lainnya. Dari banyaknya permasalahan yang dihadapi maka diperkirakan faktor-faktor yang

menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa diidentifikasi beberapa masalah antara lain :

kemampuan guru dalam mengajar masih minim, alokasi waktu dalam pembelajaran masih

kurang, model pembelajaran yang digunakan belum sesuai dengan karakteristik siswa, guru

kurang mengembangkan teknik penyajian materi dalam pembelajaran elektronika analog dan

digital dasar, pemberian materi oleh guru kurang memperhatikan kemampuan siswa, uji

kemampuan siswa belum memberikan umpan balik, baik kepada siswa maupun guru.

1.3 Pembatasan Masalah

Berdasarkan beberapa masalah yang teridentifikasi di atas, maka oleh karena

keterbatasan peneliti dalam hal waktu, tenaga maupun dana maka permasalahan dalam penelitian

ini di batasi pada penerapan model pembelajraan. Model pembelajaran yang digunakan dalam

penelitian ini adalah model pembelajaran Quantum Teaching untuk meningkatkan hasil belajar

Mengenal Komponen Elektronika Kelas X SMK TIK N 4 Tanjungbalai.

Page 6: Proposal ptk metlit

1.4 Perumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas maka dapat diajukan rumusan masalah sebagai berikut :

“Apakah model pembelajaran Quantum Teaching dapat meningkatkan hasil belajar Mengenal

Komponen Elektronika pada siswa kelas X SMKN TIK 4 Tanjungbalai?”

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut : Untuk mengetahui hasil belajar Mengenal Komponen Elektronika dengan

menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching pada siswa kelas X SMKN TIK 4

Tanjungbalai Tahun ajaran 2011-2012.

1.6 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Manfaat bagi peneliti, yaitu sebagai kekayaan wawasan dan pengalaman dalam

menentukan dan menerapkan model pembelajaran yang dapat menunjang hasil belajar

siswa yang maksimal.

2. Manfaat bagi sekolah, yaitu dapat menjadi gambaran bagi tenaga pendidik untuk

menentukan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan belajar siswa.

3. Manfaat bagi siswa, yaitu sebagai pengalaman belajar dengan menggunakan model

Quantum Teaching.

4. Manfaat bagi mahasiswa, yaitu sebagai gambaran awal dalam penelitian untuk dapat

ditindak lanjuti ke permasalahan yang lebih kompleks.

Page 7: Proposal ptk metlit

BAB II

KERANGKA TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR, DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

2.1 Kerangka Teoritis

A. Pembelajaran berbasis kompetensi

Pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan yang dikelola oleh pendidik untuk

membelajarkan siswa sesuai dengan tujuan dan desain pembelajaran yang telah dirancang. Hal

ini juga mengacu pada teori belajar - mengajar yang menjadi landasannya, belajar tuntas berbasis

kompetensi, penguasaan materi, transformasi budaya, dan lain-lain. Walaupun secara umum

setiap teori pembelajaran ini mempunyai komponen dasar yang harus diperhatikan guru yaitu

karakteristik siswa, sarana dan prasarana, tujuan pembelajaran, bahan ajar, lingkungan sekolah,

kesiapan pendidik dan alokasi waktu.

Dalam teori belajar tuntas siswa sebagai subjek pembelajaran memiliki perbedaan

karakteristik. Konsep utama dalam teori belajar tuntas adalah “semua siswa dapat menuntaskan

materi belajarnya asal diberi waktu yang cukup kepadanya‖ (Hernawan, 2008). Artinya setiap

siswa memerlukan waktu yang berbeda untuk menguasai materi pembelajaran. Hal ini juga

ditopang oleh konsep psikologi tentang perbedaan individual (individual diffrencies) khususnya

tentang kecerdasan intelektual.

Page 8: Proposal ptk metlit

Brown dan Saks (1980) mengatakan bahwa usaha belajar siswa memiliki dua dimensi,

yakni (1) jumlah waktu yang dihabiskan siswa dalam suatu kegiatan belajar, dan (2) intensitas

keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar (dalam Hernawan, 2008). Bloom (1998) juga

mengemukakan bahwa kualitas pembelajaran yang optimal dan waktu belajar yang cukup

diharapkan dapat mencapai ketuntasan belajar (dalam Hernawan, 2008).

Berdasarkan teori belajar tuntas yang telah diuraikan di atas maka dapat disimpulkan

bahwa kunci keberhasilan siswa dalam menguasai materi pembelajaran adalah adanya kerja

keras pendidik untuk memperhatikan karakteristik setiap siswa, seperti tingkat kecerdasan

intelektual, gaya belajar, dan alokasi yang dibutuhkan untuk menguasai materi belajar. Oleh

karena itu perlu adanya program pendidikan yang sistematis, terarah, dan program pembelajaran

yang dirancang, diawasi dan disesuaikan dengan tujuan dan hasil.

Competency base adalah pendekatan pendidikan yang sangat sistematis, dimana setiap

komponen dalam program pembelajaran dirancang dan disesuaikan dengan satu hal dalam tujuan

dan hasil‖ (John Wiley & Sons, 2001). Karakteristik dasar dari program pendidikan berbasis

kompetensi (competency based) ada empat

Page 9: Proposal ptk metlit

Pertama yaitu pembelajaran didasarkan hanya pada satu hasil pendidikan dan pelatihan

yang spesifik, diungkapkan dengan jelas dalam bentuk kompetensi yang telah dimodifikasi dari

pekerjaan tertentu dan dilatihkan kepada siswa. Kedua, Program Pendidikan Berbasis

Kompetensi menyediakan kegiatan belajar, materi dan pendidikan yang berkualitas tinggi,

dirancang dengan cermat, pengajaran berpusat pada siswa yang dirancang untuk membantu para

siswa untuk menguasai setiap unit pengajaran.

Ketiga adalah menyediakan waktu yang cukup bagi siswa untuk sepenuhnya menguasai suatu

unit pelajaran, sebelum diizinkan untuk melanjutkan ke unit pelajaran berikutnya. Keempat, adalah

menuntut siswa untuk mempraktikkan penguasaan materi atau kemampuannya untuk setiap unit

pelajaran di dalam situasi lingkungan kerja, sebelum mendapatkan nilai atas pencapaian itu dan

unjuk kerjanya dibandingkan dengan standar tertentu yang telah ditetapkan (U.S Departement of

Education, 2001).

Page 10: Proposal ptk metlit

Selain berdasarkan peraturan perundang-undangan, kompetensi lulusan SMK juga dapat

dirumuskan berdasarkan persyaratan yang ditentukan oleh pengguna lulusan atau dunia kerja

(workplace/stakeholder). Usaha dimaksud dengan melalui pengintegrasian SK yang ditentukan

oleh industri ke dalam kurikulum sekolah. "Dunia industri menentukan standar kompetensi

lulusan berupa pengetahuan dan keterampilan yang harus dikuasai seseorang agar memiliki

kompetensi untuk memasuki dunia kerja" (Adams, 1995; Widiarni: 2008).

Kecakapan hidup (life skill) merupakan kecakapan untuk menciptakan atau menemukan

pemecahan masalah-masalah baru (inovasi) dengan menggunakan fakta, konsep, prinsip, atau

prosedur yang telah dipelajari. Penemuan pemecahan masalah baru itu dapat berupa proses

maupun produk yang bermanfaat untuk mempertahankan, meningkatkan, atau memperbarui

hidup dan kehidupan peserta didik.

Selain kecakapan yang bersifat teknis (vokasional), kecakapan hidup mencakup juga

kecakapan sosial (social skills), misalnya kecakapan mengadakan negosiasi, kecakapan memilih

dan mengambil posisi diri, kecakapan mengelola konflik, kecakapan mengadakan hubungan

antar pribadi, kecakapan memecahkan masalah, kecakapan mengambil keputusan secara

sistematis, kecakapan bekerja dalam sebuah tim, kecakapan berorganisasi, dan lain sebagainya.

B. Model Pembelajaran

Joyce & Weil (1980) mendefinisikan model pembelajaran sebagai kerangka konseptual

yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan pembelajaran. Dengan demikian, model

pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam

mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Jadi model pembelajaran

cenderung preskriptif, yang relatif sulit dibedakan dengan strategi pembelajaran.

Page 11: Proposal ptk metlit

Selain memperhatikan rasional teoretik, tujuan, dan hasil yang ingin dicapai, model

pembelajaran memiliki lima unsur dasar (Joyce & Weil (1980)), yaitu :

1. Syntax, yaitu langkah-langkah operasional pembelajaran.

2. Social system, adalah suasana dan norma yang berlaku dalam pembelajaran.

3. Principles of reaction, menggambarkan bagaimana seharusnya guru memandang,

memperlakukan, dan merespon siswa,

4. Support system, segala sarana, bahan, alat, atau lingkungan belajar yang mendukung

pembelajaran, dan;

5. Instructional dan nurturant effects—hasil belajar yang diperoleh langsung berdasarkan

tujuan yang disasar (instructional effects) dan hasil belajar di luar yang disasar (nurturant

effects).

a. Pengertian model Quantum teaching

Quantum teaching adalah badan ilmu pengetahuan dan metodologi yang digunakan

dalam perancangan, dan penyajian dan fasilitas dalam pembelajaran. Diciptakan berdasarkan

teori-teori pendidikan seperti Acselerated Learining (Lozanov), Multiple Intelligence (Gardner),

Neuro-Linguistiq Programming (Grinder dan Bandler), Experiential Learning (Hahn), Socratic

Inquiry, Cooperatif Learning (Johnson dan Johnson),dan Element of Effective Instruction

(Hunter). Quantum Teaching adalah sebuah pendekatan yang segar, mengalir, praktis, dan

mudah diterapkan. Quantum Teaching mencakup spesifik untuk menciptakan lingkungan belajar

yang efektif, merancang kurikulum, menyampaikan isi, dan memudahkan proses belajar. Apa

pun mata pelajaran, tingkat kelas, atau pendengar, Quantum Teaching menjamin siswa tertarik

dan berminat pada setiap pelajaran. (DePorter Dkk:2010).

Page 12: Proposal ptk metlit

b. Asas Utama Quantum Teaching

Quantum Teaching bersandar pada konsep ―Bawalah Dunia Mereka ke Dunia Kita dan

Antarkan Dunia Kita ke Dunia Mereka ‖ . inilah Asas Utama di balik segala strategi, dan

keyakinan Quantum Teaching. Segala hal yang dilakukan dalam kerangka Quantum Teaching,

setiap interaksi dengan siswa, setiap rancangan kurikulum, dan setiap metode instruksional

dibangun di atas prinsip ―Bawalah Dunia Mereka ke Dunia Kita dan Antarkan Dunia Kita ke

Dunia Mereka.

C. Belajar Mengenal Komponen Elektronika

Mengenal Komponen Elektronika adalah salah satu Kompetensi Dasar (KD) produktif di

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) pada Bidang Studi Keahlian Teknik Komputer dan

Informatika. Dalam penelitian ini materi yang akan di bahas adalah Jenis, Fungsi dan cara

mengidentifikasi, dan menentukan nilai komponen elektronika. Komponen yang akan dibahas

dalam penelitian ini adalah Resistor dan Kapasitor. Karena materi ini masing-masing

membutuhkan dua kali pertemuan dimana pertemuan ketiga adalah pemberian tes hasil belajar.

Adapun cakupan materi yang akan disampaikan adalah Pengertian, Fungsi, Jenis dan cara

membaca nilai resistor dan kapasitor.

D. Kerangka Berpikir

Belajar Mengenal Komponen Elektronika merupakan pemahaman dasar siswa untuk

mengetahui konsep prinsip kerja komputer. Karena seluruh kompenen yang terdapat pada

komputer adalah komponen elektronika dimana komponen tersebut dapat bekerja dengan adanya

energy listrik. Salah satu upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran tersebut

adalah melakukan penelitian yang sifatnya lebih inovatif, inspiratif, menantang dan sesuai

dengan kebutuhan siswa agar pembelajaran Elektronika dinikmati siswa dengan penuh semangat

Page 13: Proposal ptk metlit

dan gairah, agar siswa lebih memeiliki motivasi untuk giat belajar. Model pembelajaran yang

sesuai dengan tuntutan lingkungan dan kondisi siswa adalah model pembelajaran Quantum

Teaching.

Sebelum memulai pembelajaran terdapat beberapa hal yang harus dipersiapkan oleh

peneliti untuk membantu untuk membantu pelaksanaan pembelajaran Beberapa hal yang harus

dipersiapkan yaitu :

1) Lingkungan Sekeliling : yaitu lingkungan belajar yang penuh dengan keindahan

seperti adanya poster tentang pembelajaran, poster afirmasi dengan menggunakan warna yang

bervariasi,

2) Alat Bantu : Guru harus mempersiapkan alat bantu dalam pembelajaran seperti benda

yang digunakan untuk demontrasi dan media pembelajaran lainnya,

3) Pengaturan bangku : posisi duduk merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

suasana pembelajaran,

4 ) tumbuhkan, aroma, hewan dan unsur organic lainnya,

5) musik: musik sangat membantu suasana hati dalam belajar. Quantum Teaching dapat

mencakup seluruh kecerdasan jamak (multiple intelligences) siswa yang berbeda-beda, selain itu

modalitas siswa juga dapat menjangkau secara keseluruhan yaitu modalitas belajar Visual, Auditorial

dan Kinestetik.

E. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis tindakan penelitian yang akan diajukan adalah

“Model Pembelajaran Quantum Teaching Dapat Meningkatkan Hasil Belajar Mengenal

Komponen Elektronika Siswa Kelas X SMKN TIK 4 Tanjungbalai Tahun Ajaran 2011-2012.”

Page 14: Proposal ptk metlit

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

1. Lokasi, Waktu dan Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas X SMKN 4 TIK Tanjungbalai semester I Tahun

ajaran 2011/2012 yang beralamatkan di JL. M.T Haryono Ujung, Kelurahan Selat Tanjung

Medan, Kec. Datuk Bandar Timur Kota Tanjungbalai. Untuk kelas X SMK N 4 TIK

Tanjungbalai terdiri dari tiga kelas yaitu X1, X2 dan X3. Kelas yang digunakan dalam penelitian

ini adalah kelas X1 dengan jumlah siswa 38 orang. Kelas ini digunakan sebagai subjek penelitian

setelah dipilih secara acak.

2. Populasi dan sampel penelitian.

a. Populasi penelitian

Silitonga (2011) mengemukakan bahwa populasi adalah sekumpulan objek yang akan dijadikan

sebagai bahan penelitian dengan ciri mempunyai karakteristik tertentu dalam penelitian. Adapun

populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X di SMK Negeri 4 Tanjungbalai Tahun

Ajaran 2011/2012 yang terdiri dari 3 kelas yaitu :

Kelas X SMK Negeri 4 Tanjungbalai

Kelas Jumlah Siswa

X-1 38 siswa

X-2 38 siswa

X-3 38 siswa

Page 15: Proposal ptk metlit

b. Sampel penelitian

Sampel adalah bagian dari populasi yang digunakan untuk mewakili seluruh objek

penelitian yang diteliti. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Random Sampling.

Silitonga (2011) menyatakan bahwa pengambilan unit sampel dapat menggunakan pertolongan

undian atau angka random. Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah 1 kelas dari 3

kelas dengan jumlah 38 orang.

3. Jenis Penelitian

Jenis Penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian tindakan kelas yaitu suatu bentuk

kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan, untuk meningkatkan kemantapan rasional dari

tindakan-tindakan dalam melaksanakan pembelajaran, memperdalam pemahaman terhadap

tindakan-tindakan yang dilakukan, serta memperbaiki praktik-praktik pembelajaran yang

dilaksanakan. Penelitian Tindakan Kelas yang akan dilakukan dalam penelitian ini direncanakan

dalam dua siklus.

Dari kedua siklus, masing-masing siklus terdiri dari empat tahapan yaitu sebagai berikut:

a. Tahap perencanaan

b. Tahap implementasi tindakan

c. Tahap pengamatan / observasi

d. Tahap refleksi

Page 16: Proposal ptk metlit

4. Rancangan penelitian

a. Perencanaan

1. Guru menyusun dan menyiapkan rencana pembelajaran tentang Teori Dasar Kelistrikan

dan Perbedaan Tegangan, Hambatan dan Arus Listrik.

2. Menentukan alat peraga sebagai media dalam melaksanakan pembelajaran Quantum

Teaching.

3. Mempersiapkan alat peraga dan bahan serta perlengkapan pembelajaran seperti music,

dan slide show.

4. Melakukan kolaborasi dengan guru kelas.

5. Merancang tes siklus I dan kunci jawabannya.

6. Merancang lembar pengamatan :

a) Lembar pengamatan aktvitas siswa

b) Lembar pengamatan aktivitas guru

c) Angket

b. Pelaksanaan

1. Guru mengadakan presensi terhadap siswa

2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

3. Guru mengadakan Tanya jawab yang mengarah pada materi pembelajaran

4. Guru menyampaikan garis besar materi pokok teori dasar kelistrikan yang akan dibahas

dengan menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching. Dengan langkah-langkah

sebagai berikut :

Page 17: Proposal ptk metlit

a. Tumbuhkan, Menumbuhkan minat siswa terhadap materi pelajaran dengan

menjelaskan apa manfaat materi pelajaran tersebut bagi mereka dan mengapa

materi tersebut harus dipelajari serta seperti apa materi tersebut dalam kehidupan

sehari-hari.

b. Alami, dengan kerja kelompok atau individual siswa dimbimbing untuk mengalami

sendiri bagaimana terjadinya energi lsitrik serta bagaimana membedakan tegangan,

hambatan dan arus listrik dengan menganalogikan air mengalir pada sebuah pipa

dimana kran adalah hambatan dan jumlah air mengalir adalah besarnya arus listrik.

c. Namai, pada tahap ini siswa merangkum pemahamannya tentang analogi yang

diberikan oleh guru tentang air dalam pipa. Sehingga siswa memperoleh konsep

dan prinsip terjadinya energi listrik serta dapat membedakan tegangan, hambatan

dan arus listrik.

d. Demontrasikan, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjelaskan

pemahaman yang telah ia rangkum kepada siswa lainnya di depan kelas.

e. Ulangi, pada tahap ini guru mengulangi penjelasan siswa untuk menguatkan

pemahaman siswa dan mengarahkan konsep atau penjelasan yang masih perlu

perbaikan.

f. Rayakan, setalah siswa berhasil dalam menyimpulkan serta menjawab berbagai

pernyataan yang diberikan oleh guru maupun siswa, maka sebelum menutup

pemblajaran perlu dirayakan dengan memberikan pujian dan penghargaan baik

berupa verbal maupun non verbal.

Page 18: Proposal ptk metlit

5. Guru memberikan angket kepada siswa untuk di isi sebagai bahan refleksi.

6. Secara individu siswa diberi tugas rumah.

7. Guru memberikan tes siklus I pada pertemuan berikutnya.

c. Pengamatan

Dalam penelitian tindakan kelas, pengamatan dilaksanakan dengan beberapa aspek yang diamati

sebagai berikut :

1. Pengamatan terhadap siswa

a. Kehadiran siswa

b. Perhatian terhadap cara guru menjelaskan pelajaran serta kektifan dalam pembelajaran.

c. Banyaknya siswa yang bertanya dan menanggapi

d. Kerja sama siswa dalam kelompok

2. Pengamatan terhadap guru

a. Penampilan guru di depan kelas

b. Gaya dalam menyampaikan materi pelajaran

c. Cara pengelolaan kelas

d. Cara menggunakan media pembelajaran

e. Suara guru dalam berbicara di depan kelas/ kepada siswa selama proses pembelajaran.

f. Cara guru membimbing kelompok belajar siswa

g. Pemanfaatan waktu yang efektif.

Page 19: Proposal ptk metlit

3. Sarana dan prasarana

a. Situasi kelas yang menyenangkan

b. Penataan tempat duduk siswa

c. Buku pelajaran yang menunjang

d. Alat peraga yang diperlukan.

e. Refleksi

Refleksi adalah menganalisis hasil kerja siswa dan aktifitas guru. Analisis dilakukan untuk

mengukur baik kelebihan maupun kekurangan yang terdapat pada siklus I, kemudian

mendiskusikan hasil analisis secara kolaborasi untuk perbaikan pada pelaksanaan siklus II.

5. Instrumen penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitan ini adalah Angket, observasi, dan tes.

Angket

Angket atau kuesioner adalah ―sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh

informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui‖

(Arikunto, 2008).

Observasi

Arikunto (2008) menyatakan ―…observasi atau yang disebut pengamatan, meliputi kegiatan

pemuatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera‖ . Observasi

dimaksudkan untuk mengetahui adanya kesesuaian antara perencanaan dan pelaksanaan tindakan

yang dilakukan peneliti. Observasi dilaksanakan pada saat pembelajaran berlangsung.

Page 20: Proposal ptk metlit

Lembar observasi yang akan diisi oleh observer adalah lembar observasi aktivitas guru,

lembar observasi aktivitas siswa dan lembar observasi sarana dan prasarana. Lembar observasi guru

diisi ketika melaksakan pembelajaran menggunakan model Quantum Teaching. Lembar observasi

yang kedua adalah lembar observasi aktivitas siswa bertujuan untuk mengamati keaktifan siswa

dalam mengikuti pembelajaran menggunakan model Quantum Teaching.

Tes

Arikunto (2002:127) menyatakan tes merupakan ―serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain

yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat

yang dimiliki individu atau kelompok‖ . Tes yang akan dilakukan dalam penelitian ini berupa pre test

(tes awal) dan post test (tes akhir). Pre test dilakukan untuk mengetahui pengetahuan awal mengenai

bahasan yang akan diajarkan, sedangkan post test dilakukan dengan tujuan untuk melihat hasil

belajar siswa setelah pemberian tindakan pembelajaran, setelah soal selesai dikerjakan, semua lembar

jawaban dikumpulkan dan dikoreksi, dan selanjutnya dianalisis oleh peneliti.

6. Teknik analisis data

Data yang diperoleh dari hasil angket, observasi dan tes yang diberikan dianalisis dengan

melakukan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Menganalisis Lembar observasi

a. Lembar observasi aktivitas guru

Data aktivitas guru dianalisis secara deskriptif ditunjang dengan data respon siswa yang

diberikan pada setiap akhir siklus.

Page 21: Proposal ptk metlit

b. Lembar Observasi aktivitas siswa

Dari hasil observasi aktivitas siswa yang diperoleh, dilakukan penganalisasian untuk menghitung

persentase tingkat keaktifan siswa dengan menggunakan rumus :

%100% xN

BTA

Dimana :

%TA = presentase tingkat keaktifan siswa

B = skor lembar observasi keaktifan siswa

N = skor total

Dengan criteria tingkat keaktifan sebagai berikut :

90% ≤ TA ≤ 100% = Sangat Tinggi (ST)

80% ≤ TA ≤ 89% = Tinggi (T)

65% ≤ TA ≤ 79% = Cukup (C)

55% ≤ TA ≤ 64 = Rendah (R)

0 % ≤ TA ≤ 54 = Sangat Rendah (SR)

Page 22: Proposal ptk metlit

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto. S. 2008. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Deporter, Bobbi dkk. 2010. Quantum Teaching. Bandung: Kaifa

Eka. 2010. Definis Model Pembelajaran. http://ekagurunesama.blogspot.com. Diakses tanggal 5

oktober 2011.

Finch, Crunkilton. 1999. Curriculum Development in Vocational and Technichal Education.

London: Virginia Fulytechnic Institute and State University.

Fitri.2010. Laporan Program Pendampingan SMK N 4 Tanjungbalai. UPPL Universitas Negeri

Medan.