total productive maintenance

7
Total Productive Maintenance (TPM), Menuju Budaya Kerja yang Lebih Produktif Jika memabaca judul di atas mungkin bagi sebagian pembaca yang mengenal apa itu TPM akan memiliki konotasi “maintenance”, “pemeliharaan”, “teknisi ” dan hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan pemeliharaan yang membosankan. Padahal makna TPM jauh lebih luas daripada sebuah kegiatan pemeliharaan atau operasional produksi manufacturing. TPM adalah sebuah budaya kerja khususnya di bidang manufacturing dan operasional. TPM adalah sebuah “manufacturing tools” yang tetap aplikatif dalam semua kegiatan operasional sejak era Toyota Way hingga Lean Six Sigma. Dunia Industri Manufaktur di Indonesia Tentunya kita sangat paham kondisi industri manufaktur yang beberapa waktu belakangan ini marak dengan unjuk rasa pekerja yang menuntut kenaikan upah, jaminan social yang lebih baik dan sebagainya. Tentunya hal ini sangat mengganggu kinerja produktifitas perusahaan dan membuat hubungan manajemen dan pekerja menjadi tidak harmonis dan dipenuhi suasana saling curiga. Apa pun kondisinya, sebenarnya kedua belah pihak menerima akibat negative dari situasi ini. Penulis bukan pakar dalam permasalahan Hubungan Industrial, namun di tengah situasi hubungan industrial secara umum yang kurang kondusif kita masih beruntung dengan kenyataan di lapangan yang menunjukkan iklim investasi yang masuk ke tanah air masih menjanjikan.

Upload: tristanisme-empatsatoe

Post on 18-Nov-2015

6 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

tpm

TRANSCRIPT

Total Productive Maintenance (TPM), Menuju Budaya Kerja yang Lebih ProduktifJika memabaca judul di atas mungkin bagi sebagian pembaca yang mengenal apa itu TPM akan memiliki konotasimaintenance, pemeliharaan, teknisi dan hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan pemeliharaan yang membosankan. Padahal makna TPM jauh lebih luas daripada sebuah kegiatan pemeliharaan atau operasional produksi manufacturing. TPM adalah sebuah budaya kerja khususnya di bidang manufacturing dan operasional. TPM adalah sebuahmanufacturing toolsyang tetap aplikatif dalam semua kegiatan operasional sejak eraToyota WayhinggaLean Six Sigma.Dunia Industri Manufaktur di IndonesiaTentunya kita sangat paham kondisi industri manufaktur yang beberapa waktu belakangan ini marak dengan unjuk rasa pekerja yang menuntut kenaikan upah, jaminan social yang lebih baik dan sebagainya. Tentunya hal ini sangat mengganggu kinerja produktifitas perusahaan dan membuat hubungan manajemen dan pekerja menjadi tidak harmonis dan dipenuhi suasana saling curiga. Apa pun kondisinya, sebenarnya kedua belah pihak menerima akibat negative dari situasi ini.Penulis bukan pakar dalam permasalahan Hubungan Industrial, namun di tengah situasi hubungan industrial secara umum yang kurang kondusif kita masih beruntung dengan kenyataan di lapangan yang menunjukkan iklim investasi yang masuk ke tanah air masih menjanjikan. Komplek-komplek Industri (Industrial Estate) terus berkembang, bahkan sebagian mengeluh kekurangan lahan untuk memenuhi permintaan investor. Tentunya kondisi ini menyebabkan kenaikan harga lahan mecapai 200% dalam kurun waktu kurang dari 12 bulan.Salah satu investor pernah mengungkapkan kepada penulis alasan Indonesia masih menarik bagi investor asing adalah tersedianya tenaga kerja terampil-skilled worker dalam jumlah yang cukup. Hal ini yang membedakan dengan salah satu Negara tetangga yang dalam dasa warsa terakhir menjadi pesaing kuat Indonesia dalam menarik investor dalam sector industri, Vietnam. Tentunya modal ini menjadi tidak berarti ketika iklim dan budaya kerja tidak memberikan dorongan lebih besar bagi tercapainya produktivitas kerja yang optimal. Sebaliknya modal yang sangat baik ini dapat menjadicompetitive edgebagi dunia Industri di Indonesia untuk menuju persaingan global.Menciptakan Budaya Kerja Positif dan MencapaiWorld Class Manufacturing StandardDalam sebuah industri manufaktur ataupun industri yang lain, pihak manajemen dan karyawan memiliki saling ketergantungan dalam arti yang positif. Jika situasi saling ketergantungan ini dipahami dengan baik dan benar oleh kedua belah pihak tentunya yang akan terjadi adalah sinergi yang positif dan bukan yang sebaliknya.TPM dapat menjadipath waymenuju sinergi positif tersebut. Pertanyaannya adalah, kenapa harus TPM? Kenapa bukan TQM? Atau Lean Manufacturing yang digadang-gadang sebagai alat canggih yang dapat menyulap sebuah kegiatan manufaktur menjadi sangat efisien dan efektif.Apa pun inisiatif yang dipilih tentunya akan ada sesuatu yang positif yang akan dihasilkan dari aktifitas tersebut, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Jangka panjang? Mungkin menarik untuk ditelaah bersama pengalaman hands ondari penulis selama bergulat dalam dunia industri manufaktur 15 tahun terakhir.Pada saat kita membicarakan Lean Manufacturing kita akan melihat sebuah usaha untuk mencapai kegiatan manufaktur yang smooth dan slim mulai dari supplier incoming hingga pada pendistribusian barang jadi. Sebuah kondisi yang ideal. Jika kita membicarakan Six Sigma, kita akan melihat sebuah kualitas produk yang koinsisten dalam hal kualitas yang hanya memiliki satu per sejuta kemungkinan mengalami cacat. Apakah itu semua mungkin? Jawabannya, adalah YA. Namun apakah Lean Manufacturing dan Six Sigma dapat tercapai jika kondisi production shoop floor masih carut marut dengan jam break down yang tinggi, waktu ganti produk yang lebih dari 1 shift, dan kondisi saling menyalahkan antara tim produksi dan tim teknik atau engineering. Semua akan menjadi tidak mungkin untuk tercapainya sebuah manufaktur yang Lean atau produk dengan kualitas Six Sigma.Penulis meyakini dan mengalami bahwa TPM akan memberikan dasar yang kuat bagi sebuah manufaktur untuk bergerak sesuai strategy perusahaan.Industri manufaktur mencakup sinergi antara pihak manajemen karyawan asset (mesin dan fasilitas penunjang). Atau dengan kata lain TIME-QUALITY dan EFFORT. Dengan implementasi TPM secara benar dan menyeluruh karyawan akan mendapat apresiasi yang layak dan luas untuk mengembangkan kemampuan/skill nya, menyampaikan gagasan, dan sekaligus berusaha mewujudkannya di lapangan. Dalam suatu siklus PDCA (Plan-Do-Check-Again;not CancelAgain) yang sudah lama kita kenal akan banyak muncul ide-ide Keizen / Continuous Improvement dari lingkungan kerja. Cara kerja makin efektif, biaya makin efisien, dan secara menyeluruh Perusahaan dan Karyawan makinsehat.Total Productive Maintenance (TPM) @GlanceDalam bahasa yang sangat sederhana adalah suatu usaha terus menerus (seumur hidup) melawan rugi-rugi (losses) melalui perbaikan terus menerus (Continuous Improvement).Kenapa harus dimulai dari TPM sebelum melangkah ke Lean Manufacturing, Six Sigma dan sebagainya? Karena:1. Dimulai dari hubungan antara manusia (operator) dengan mesin2. Berorientasi pada hasil; Target ditetapkan pada menghilangkan sumber masalah dan aktifitas NON Value Added yang akan menghasilkan unjuk kerja yang semakin meningkat3. Program yang bertahap dan berkesinambungan4. Overlapping small group activities(Circle)5. Terbukti pada banyak perusahaan di Indonesia maupun seluruh duniaTPM pada dasarnya mempunyai ultimate goal : Zero Breakdown, Zero Defect, Zero Accident, dengan penakanan pada filosofi dan budaya perbaikan secara terus menurus. TPM memiliki fondasi 5S (atau 5 R dalam terjemahan Indonesia), diatas Pondasi 5 S terdapat 8 Pillar TPM, yaitu:Autonomous Maintenance, Plant Maintenance, Focused Improvement, Quality Maintenance, Early Product & Machine Management, TrainingdanHealth Safety Environment, TPM in Office (Administration).Ke delapan pillar ini harus dilaksanakan secara menyeluruh agar tercipta perubahan budaya. Dengan komitmen yang kuat dari Top Management terutama sebagai Change Management Agent, dalam kurun waktu 2-3 tahun kita akan melihat suatu kegiatan manufacturing yang sangat berbeda dan jauh lebih produktif.Secara singkat ke delapan pillar tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:1. Autonomous MaintenanceTujuan dari kegiatan AM adalah tercapainya kondisi mesin yang stabil sesuai dengan standardnya (standard performance), yang kedua, meningkatkan kemampuan operator untuk melakukan pemeliharaan secara rutin dengan cleaning, inspeksi dan mendeteksi keadaan abnormal.1. Plant Maintenance (Effective Maintenance)Kegiatan PM bertujuan untuk mengurangi variability umur pakai dari mesin dan part-partnya, sekaligus menerapkan upaya-upaya untuk memperpanjang umur dari mesin-mesin tersebut.1. Focused ImprovementSemua kegiatan dengan memaksimalkan/menigkatkan efisiensi mesin melalui kegiatan-kegiatan menghilangkan rugi-rugi dan meningkatkan kinerja.1. Quality MaintenanceKegiatan yang berkaitan untuk menetapkan standard mesin sehingga tidak menghasilkan produk yang cacat. Mencegah cacat quality yang terjadi secara bersamaan. Quality Maintenance didasarkan pada 2 aspek kegiatan: Kaizen dan AM.1. Early Product and Machine ManagementKegiatan yang menitik beratkan pada penurunan waktu yang dibutuhkan untuk pengembangan produk dari ide hingga produksi penuh (Vertical start up free of bugs and right first time).1. TrainingKegiatan pelatihan yang bertujuan menghasilkan kompetensi tentang peralatan dan mesin yang digunakan pada karyawan. Kegiatan training ini bersifat di dalam kelas maupun praktek langsung di lapangan. Pillar ini merupakan kunci sukses proses pengembangan TPM.1. Health Safety EnvironmentRangkaian kegiatan yang bertumpu pada perilaku manusia terhadap keselamatan kerja, keamanan mesin dan kepemimpinan. Pillar ini didasarkan pada seluruh pillar yang lain.1. TPM in Office (Administration)Kegiatan-kegiatan yang akan mengidentifikasikan dan mengurangi tugi-rugi waktu yang berakibat pada panjangnya waktu untuk keperluan administrasi. Diharapkan pillar ini akan mempercepat speed dari kegiatan administrasi.Penelitian empiris yang pernah dilakukan menyebutkan kegiatan TPM yang dilakukan secara benar akan menghasilkan:}30% Labour productivity improvement}85% Operational Efficiency}90% Reduction in product defects}50% Reduction in product inventories}30% Reduction in maintenance costs}ZeroSafety, Environmental problemsFinal Aim:}Non-stop or no-touch operation of production linesTPM bukan pekerjaan semudah teori dan membalikkan tangan, namun dengan dukungan penuh Top Management hasil nyata akan terlihat di lini produksi dan pada akhirnya akan meningkatkan produktifitas dan keuntungan perusahaan.SELAMAT BER-TPM !!