torch

32
INFEKSI TORCH DWIRANISAH RUSMAN – 2009730133 Dr. Baharuddin. Sp.OG STASE OBSTETRI GINEKOLOGI RUMAH SAKIT ISLAM SUKAPURA JAKARTA UTARA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA 2013

Upload: ainun-zamira-habie

Post on 13-Sep-2015

13 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

koas

TRANSCRIPT

INFEKSI TORCH

INFEKSI TORCHDWIRANISAH RUSMAN 2009730133Dr. Baharuddin. Sp.OG

STASE OBSTETRI GINEKOLOGI RUMAH SAKIT ISLAM SUKAPURA JAKARTA UTARA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA2013

PENDAHULUAN TORCH : Infeksi TORCH merupakan penyakit infeksi intrauterin atau yang didapat pada masa perinatal.

Toxoplasma Others (penyakit lain misalnya Sifilis, HIV-1dan 2, dan Sindrom Imunodefisiensi Didapat (Acquired Immune Deficiency Syndrome/AIDS) dan sebagainya). Rubella Cytomegalovirus Herpes simpleks

CITOMEGALOVIRUS Sitomegalovirus (CMV) termasuk golongan virus herpes DNA. Hal ini berdasarkan struktur dan cara virus CMV pada saat melakukan replikasi. Virus ini menyebabkan pembengkakan sel yang karakteristik sehingga terlihat sel membesar (sitomegali). Penularan/transmisi CMV ini berlangsung secara horisontal, vertikal, dan hubungan seksual. Transmisi horisontal terjadi melalui droplet infection dan kontak dengan air ludah dan air seni. Transmisi vertikal adalah penularan proses infeksi maternal ke janin. EPIDEMIOLOGI Dilaporkan pula bahwa 10-15% bayi lahir yang terinfeksi secara kongenital adalah simptomatis yakni dengan manifestasi klinik akibat terserangnya susunan saraf dan berbagai organ lainnya (multiple organ). Sebanyak 10-15% bayi yang terinfeksi bersifat tanpa gejala (asimptomatis) serta tampak normal pada waktu lahir. PATOGENESIS Infeksi CMV yang terjadi karena pemaparan perama kali atas individu disebut infeksi primer. Infeksi primer berlangsung simptomatis ataupun asimptomatis serta virus akan menetap dalam jaringan hospes dalam waktu yang tidak terbatas. Pada keadaan tertentu eksaserbasi terjadi dari infeksi laten disertai multiplikasi virus, keadaan tersebut misalnya terjadi pada individu yang mengalami supresi imun karena infeksi HIV atau obat-obatan yang dikonsumsi penderita transplan-resipien ataupun penderita dengan keganasan. Infeksi rekuren (reaktivasi reinfeksi) yang dimungkinkan karena penyakit tertentu serta keadaan supresi imun yang bersifat iatrogenik. Dapat diterangkan bahwa kedua keadaan tersbut menekan respon sel limfosit T sehingga timbul stimulasi antigenik yang kronis. INFEKSI CMV PADA KEHAMILAN Transmisi CMV dari ibu ke janin dapat terjadi selama kehamilan dan infeksi pada umur kehamilan kurang dari 16 minggu menyebabkan kerusakan yang serius. Infeksi CMV kongenital berasal dari infeksi maternal eksogenus ataupun endogenus. Infeksi eksogenus dapat bersifat primer yaitu terjadi pada ibu hamil dengan pola imunologik seronegatif dan nonprimer bila ibu hamil dalam keadaan seropositif. Infeksi endogenus adalah hasil suatu reaktivasi virus yang sebelumnya dalam keadaan paten. Infeksi maternal primer akan memberikan akibat klinik yang jauh lebih buruk padda janin dibandingkan infeksi rekuren. DIAGNOSIS Infeksi primer pada kehamilan dapat ditegakkan baik dengan metode maupun virologik. Metode serologik, diagnosis infeksi maternal primer dapat ditunjukkan dengan adanya perubahan dari seronegatif menjadi seropositif (tampak adanya IgM atau IgG anti CMV) sebagai hasil pemeriksaan serial dengan interval kira-kira 3 minggu. Dengan metode virologik, viremia maternal dapat ditegakkan dengan menggunakan uji imuno fluoresen.

DIAGNOSIS PRANATAL Dilakukan dengan mengerjakan metode PCR dan isolasi virus pada cairan ketuban yang diperoleh setelah amniosentesis. Amniosentesis dalam hubungan ini paling baik dikerjakan pada umur kehamilan 21-23 minggu karena : Mencegah hasil negatif palsu sebab diuresis janin belum sempurna sebelum umur kehamilan 20 minggu sehingga janin belum optimal mengekskresikan virus sitomegalo melalui urin ke dalam cairan ketuban. Dibutuhkan waktu 6-9 minggu setelah terjadinya infeksi maternal agar virus dapat ditemukan dalam cairan ketuban. Infeksi janin yang berat transmisi CMV pada umumnya bila infeksi maternal terjadi pada umur kehamilan 12 minggu. TOXOPLASMOSIS 70-90% anak dengan toksoplasmosis bawaan tidak menunjukkan gejala saat lahir.

Gejala sequelae : chorioretinitis, keterbelakangan mental, kejang, kehilangan pendengaran sensorineural terjadi pada > 50% bayi yang tidak diobati saat lahir Penyakit ini merupakan penyakit protozoa sistemik yang disebabkan oleh Toxoplasma gondii.

Pola transmisinya ialah transplasenta pada wanita hamil, mempunyai masa inkubasi 10-23 hari bila penularan melalui makanan dan 5-20 hari bila penularannya melalui kucing.

Bila menginfeksi ibu hamil trimester pertama akan menyebabkan 20% janin terinfeksi toksoplasma atau kematian janin, sedangkan bila ibu terinfeksi pada trimester ketiga 65% janin akan terinfeksi. Manifestasi klinis yang mungkin terjadi ialah: hepatosplenomegali, ikterus, petekie, meningoensefalitis, khorioretinitis, mikrosefali, hidrosefalus, kalsifikasi intra-kranial, miokarditis, lesi tulang, pnemonia, dan rash makulopapular.

Pemeriksaan laboratorium mutlak diperlukan.Pemeriksaan yang lazim dilakukan adalah Anti-Toxoplasma IgG, IgM dan IgA, serta Aviditas Anti-Toxoplasma IgG. Pemeriksaan tersebut perlu dilakukan pada orang yang diduga terinfeksi Toxoplasma, ibu-ibu sebelum atau selama masa hamil (bila hasilnya negatif perlu diulang sebulan sekali khususnya pada trimester pertama, selanjutnya tiap trimeter), serta bayi baru lahir dari ibu yang terinfeksi Toxoplasma.

Toksoplasmosis Terapi diberikan terhadap 3 kelompok penderita berikut :

Kehamilan dengan infeksi akut

SpiramisinSpiramisin pada orang dewasa diberikan 2-4 g/hari per oral dibagi dalam 4 dosis untuk 3 minggu, diulangi setelah 2 minggu sampai kehamilan aterm.

PiremitaminDosis piremitamin : 1 mg/kg/hari secara oral untuk 3 sampai 4 hariSulfadiazin 50-100 mg/kg/hari/oral dibagi 2 dosisAsam folinik 2 kali 5 mg injeksi intramuskular tiap minggu selama pemakaian piremitaminToksoplasma congenitalSulfadiazine dengan dosis 50-100 mg/kg/hari Piremitamin 0,5-1 mg/hari diberikan tiap 2-4 hari selama 20 hari. injeksi asam folinik 5 mg setiap 2-4 hari untuk menngatasi efek sitotoksik piremitamin terhadap multiplikasi sel.

Penderita imunodefisiensiPengobatan sama halnya dengan toksoplasmosis kongenital : piremitamin, sulfadiazin dan asam folinik.SIFILISDisebabkan infeksi Treponema pallidum. Penularan biasanya terjadi karena adanya kontak dengan eksudat infeksius yang berasal dari kulit, membran mukosa, cairan dan sekret tubuh (darah, ludah, cairan vagina).Penyakit ini dapat ditularkan melalui plasenta sepanjang masa kehamilan.

Respon janin yang hebat yang akan terjadi setelah pertengahan kedua kehamilan : hepatosplenomegali, ikterus, petekie, meningoensefalitis, khorioretinitis, dan lesi tulang Infeksi yang didapat di akhir kehamilan biasanya tidak menyebabkan gejala pada bayi baru lahir, baru setelah beberapa minggu/bulan kemudian akan ditemukan gejala-gejala: snuffles, ruam makuler besar berwarna tembaga, plak sekitar mulut dan anus, hepatosplenomegali.

RUBELLA Disebabkan oleh virus Rubella yang termasuk famili Togaviridae dan genus Rubivirus. Masa inkubasinya rata-rata 16 sampai dengan 18 hari.

Pemeriksaan Anti-rubella IgG dapat digunakan untuk mendeteksi adanya kekebalan pada saat sebelum hamil. Jika ternyata belum memiliki kekebalan, dianjurkan untuk divaksinasi

Karena ruam rubela adalah self limiting disease dan hanya sedikit pruritic, tidak memerlukan pengobatan topikal atau sistemik. Pengobatan terdiri dari aspirin untuk demam dan nyeri sendi. Imunisasi dengan vaksin virus hidup RA27 / 3, vaksin rubella hanya tersedia di Amerika Serikat, diperlukan untuk pencegahan dan tampaknya lebih imunogenik daripada vaksin sebelumnya. Vaksin rubella harus diberikan dengan vaksin campak dan gondok pada usia 15 bulan untuk mengurangi biaya dan jumlah suntikan.

Pencegahan antara lain dengan cara isolasi penderita guna mencegah penularan, pemberian vaksin rubela, dan semua kasus rubela harus dilaporkan ke institusi yang berwenang.HERPES SIMPLEKSPenyakit ini disebabkan infeksi Herpes simplex virus (HSV).Tipe 1 biasanya mempunyai gejala ringan dan hanya terjadi pada bayi karena adanya kontak dengan lesi genital yang infektif.HSV tipe 2 merupakan herpes genitalis yang menular lewat hubungan seksual. Masa inkubasi antara 2 hingga 12 hari.

Anti-HSV II IgG dan IgM sangat penting untuk mendeteksi secara dini terhadap kemungkinan terjadinya infeksi oleh HSV II dan mencaegah bahaya lebih lanjut pada bayi bila infeksi terjadi pada saat kehamilan.

Acyclovir Acyclovir, suatu analog nukleosida, adalah terapi antivirus pertama yang disetujui untuk pengobatan dan pencegahan infeksi HSV. Acyclovir selektif menghambat replikasi DNA virus HSV, sementara memiliki sedikit efek pada sel normal.

Valacyclovir dan famciclovir Valacyclovir memungkinkan untuk tingkat serum lebih tinggi dengan jadwal dosis yang lebih sedikit.Famciclovir adalah analog nukleotida yang memiliki setengah intraseluler-hidup.

Baik valacyclovir dan famciclovir telah diberi label obat kategori B.

Pencegahan dengan cara menjaga kebersihan perseorangan dan pendidikan kesehatan terutama kontak dengan bahan infeksius, menggunakan kondom dalam aktifitas seksual, dan penggunaan sarung tangan dalam menangani lesi infeksius.HIV-AIDSPenyakit ini terjadi karena infeksi retrovirus.Pada janin penularan terjadi secara transplasenta, tetapi dapat juga akibat pemaparan darah dan sekret serviks selama persalinan.

Sebagian anak akan menunjukkan gejala pada umur 12 bulan pertama dan sebagian lainnya pada umur yang lebih tua.

Gejala antara lain: gejala non spesifik, penyakit neurologis progresif , pneumonitis interstisial limfoid, infeksi sekunder (infeksi oportunis yaitu Pneumocystis carinii pneumonia, chronic enteric cryptosporidiosis, disseminated strongyloidiasis) dan dapat terjadi infeksi bakteri.

Pencegahan antara lain dengan cara: menghindari kontak seksual dengan banyak pasangan terutama hubungan seks anal, skrining donor darah lebih ketat, dan pengolahan darah dan produknya dengan lebih hati-hati.