1. perencanaan elemen mesin pemutar torch las
TRANSCRIPT
RABTV
PERENCANAAN ELEMEN MESTN
1. PERENCANAAN ELEMEN MESIN PEMUTAR TORCH LAS
1.1. PERHITUNGAN MASSA DAN INERSIA
Massa dari benda kerja dari elemen yang berputar seperti yang ditunjukkan
pada gambar 2.3 dan 2.4 dapat dihitung dengan rumusan sebagai berikut:
M = p . V
Untuk poros pejal
Mp = 7t d21 .p / 4
M poros 1 = K . \52. 280,5 . 7830 10"9/4 = 0,3881 kg
di mana : d diameter (mm)
t tebal (mm)
p massajenis (kg/mm2).
Perhitungan di atas hanya digunakan sebagai contoh. Sedangkan untuk benda kerja
yang lain caranya sama dan ditampilkan langsung dalam bentuk tabel seperti yang
terdapat pada tabel 4.1.
71
Benda
Poros 1
Poros 2
Poros 3
Gear
Roda Gigi Cacing
Gear 1
Gear 2
Gear 3
Lengan vertikal 1
Lengan vertikal 2
Lengan horisontal 1
Lengan horisontal 2
Pneumatik 1
Pneumatik 1
Torch 1
Torch 2
Pencekam 1
Pencekam 2
Penghubung 1
Penghubung 2
Massa (kg)
0,3881
0,5035
0,5035
4,6437
1,5487
2,5349
2,5349
2,5349
0,727
0,727
0,956
0,956
0,6768
0,6768
3
3
0,53
0,53
1,0421
1,0421
Inersia (kg. mm2)
10,9159
15,2935
15,2935
13481,6827
21973,0973
20571,5818
20571,5818
20571,5818
8400,9682
8400,9682
10441,8302
10441,8302
6897,8803
6897,8803
24107,5756
24107,5756
6232,3340
6232,3340
13157,3434
13157,3434
Tabel 4.1. Perhitungan Massa dan Inersia
Total massa benda yang digunakan untuk memutar torch las adalah 29,506
kg-
Benda yang berputar pada sumbunya mempunyai inersia. Besarnya inersia
tiap benda dapat dihitung dengan rumusan pada lampiran 1. Sebagai contoh
perhitungan diambil poros 1.
I = M. d2/ 8 = 0,3881 . 152/ 8= 10,9159 kg.mm2
di mana d .diameter (mm)
72
M ::massa benda (kg).
Harga-harga inersiajuga ditabelkan pada tabel 4.1. Total Inersia dari benda
kerja yang berputar terhadap sumbu putarnya didapat sebesar 2,3570 . 105 kg.mm2
(0,2357 kg.m2).
Pada perencanaan ini kecepatan putar motor yang dilengkapi dengan
inverters direncanakan adalah 600 rpm dan waktu yang digunakan agar motor
mencapai kecepatan konstan tergantung dari besaraya beban. Dalam perencanaan
diasumsikan waktu untuk mencapai putaran 600 rpm adalah sebesar 1 detik.
Kecepatan keliling merupakan kecepatan pengelasan. Kecepatan yang
dianjurkan oleh mesin las tersebut adalah 40 cm/menit sampai 50 cm/menit untuk
ketebalan plat 1,2 mm (lihat lampiran 2). Dalam perencanaan digunakan kecepatan
50 cm/menit. Diameter pivot yang akan dilas : d = 15 mm.
Kecepatan sudut pengelasan sebesar to = 2 . v /d
= 2 (500 / 60) /15
= 1,11 rad/detik = 10,6 rpm
Dalam perhitungan selanjutnya kecepatan sudut dipakai 10 rpm.
Percepatan sudut yang terjadi sebesar a = © /1 = 1,11 rad/detik2
Sedang torsi yang terjadi dihitung dengan T = I . a
= 0,2357. 1,11
= 0,2617 N.m = 2.3156 lb.in
Kecepatan sudut dan torsi ini akan digunakan dalam perhitungan selanjutnya.
1.2. PERENCANAAN RODA GIGI LURUS
73
1.2.1. Perencanaan Roda Gigi Lurus 1
Roda gigi lurus 1 ini mendapat beban torsi dari torch las yang berputar
sebesar T - 2,3156 lb.in. Putaran torch las sama dengan putaran pada gear roda
gigi. Putaran yang dianjurkan pada mesin las yang digunakan sebesar 10 rpm.
Rasio roda gigi direncanakan sebesar 1 :1 . Jumlah gigi pada gear Nfe, =30
gigi dan pada pinion N ^ = 30 gigi. Sudut tekan <j> = 20° dengan kedalaman penuh,
tebal gigi b = 0,8 in. Diametral pitch p = 12. Material yang digunakan yaitu baja
dengan tegangan material Sst • 19000 psi, jumlah tegangan kontak material S8C =
85000 psi dan kekerasan minimum beban 140 BHN. Data material dapat dilihat
pada tabel 3.1. Berdasarkan data yang ada maka dapat dihitung dimensi, kekuatan
daya, dan interferensi dari pasangan roda gigi lurus 1.
1.2.1.1. Dimensi Roda Gigi Lurus 1
Dimensi-dimensi yang diperlukan dalam perencanaan roda gigi lurus yaitu :
- diameter jarak bagi d tergantung dari jumlah gigi dan diametral pitch
dp = N^ / P = 30 /12 = 2,5 in (63,5 mm)
dg - N% / P = 30 /12 = 2,5 in (63,5 mm)
maka didapatkan diameter pinion 63,5 mm dan diameter gear 63,5 mm, selain itu
dapat dihitung:
- kecepatan linier jarak bagi v yang terjadi pada pinion adalah
74
vp = 7t. dp. Np / 12 = n . 2,5 . 10 /12 = 6,5500 fpm (0,0333 m/detik)
- ketebalan gigi dari roda gigi b seperti yang dianjurkan antara 9 / P sampai 13 / P,
maka:
b = 9 /12 sampai 13 /12 = 0,75 sampai 1,0833 in.
Jadi tebal gigi b =0,8 in (20,32 mm) ini dapat dipakai dalam perencanaan.
Sedangkan gaya-gaya yang bekerja pada roda gigi lurus adalah
- gaya tangensial F, yang timbul akibat torsi sebesar:
Ft = T / (d/2) - 2,3156 / (2,5/2) = 1,8525 lb (8,2430 N).
- gaya radial Fr sebesar:
Fr = F, tg(f» = 1,8525 tg 20° - 0,6743 (3,0003 N).
1.2.1.2. Analisa Kekuatan Daya menurut AGMA
Analisa hanya dilakukan pada pinion, dengan material yang sama kekuatan
daya pada pinion lebih kecil daripada gear sehingga bila pinion kuat maka gear
akan kuat. Dari tabel 3.2, tabel 3.4, tabel 3.5, tabel 3.6, tabel 3.7, berturut-turut
harga J - 0,32, KL= l . K * - 1,3, K„ = 1 dan KR= 1,25.
Harga Ks dan KT masing-masing diambil 1, sedangkan harga K̂ . diambil dari
rumusan 3.3 adalah K,, - 50 / (50 +JV) = 50 / (50 + ^6,5500) = 0,9513 maka :
np.dp.Satb.J.Ky.KL P ~ 126000.P.Km.Ks.Ko.KR.KT
= 10.2,5.19000.0,8.0,32.0,9513.1 P _ 126000.12.1,3.1.1.1,25.1
hp= 0,0471 hp
75
1.2.1.3. Analisa Kekuatan Daya Berdasarkan Daya Tahan menurut AGMA
Daya tahan (ketahanan) roda gigi untuk menanggung keausan yang terjadi
adalah penting karena kerusakan akibat keausan lebih mudah terjadi dibandingkan
dengan kerusakan karena beban lain. Dari tabel 3.9, tabel 3.10, gambar 3.2, tabel
3.5, tabel 3.6, tabel 3.7 dan tabel 3.12 berturut-turut didapatkan harga I = 0,08, CL
= 1, CH = 1, Cm = 1,3, C0 = 1, Cp = 1 dan CR = 1,25. Harga Cs dan CT
masing-masing diambil 1 sedangkan Cv didapatkan dari rumusan tabel 3.3 =
0,9513, maka:
, _ np.b.Cy.I rSttc.dp.CL-CH^ P_126000.Cs.Cm.Cf.Col CP.CT.CR J
10.0,8.0.9513.0,08 f 85000.2,5.1.1 V P ~ 126000.1.1,3.1.1 I 2300.1.1,25 )
hp = 0,0061 hp
Dari hasil perhitungan kemampuan daya, daya terkecil diambil untuk
menghitung gaya tangensial yang dapat diterima material sehingga daya yang
digunakan adalah 0,0061 hp. Maka gaya tangensial maksimum adalah
Ft - 33000 . hp / vp - 33000 . 0,0061 / 6,550 = 30,7328 lb (136,7609 N)
Gaya tangensial yang dapat diterima material sebesar 30,7328 lb sedangkan gaya
tangensial yang bekerja sebesar 1,8525 lb maka material tersebut cukup aman
digunakan.
76
1.2.1.4 . Interferensi
Terjadinya interferensi tidak diijinkan dalam perencanaan roda gigi.
Interferensi dapat dihitung dengan :
r.= ^b+(C-sin<|>)2
rb = r . cos<|> = (2,5/2) . cos 20° = 1,1746 in (29,8349 mm)
C = (dp + dg)/2 = (2,5 + 2,5) / 2 - 2,5 in (63,5 mm)
sehingga
r, = 1/l,17462 + (2,5sin20°)2 = 1,4529 in (36,9026 mm)
Interferensi tidak akan terjadi bila rs dari perhitungan rumus di atas lebih
besar dari jari-jari jarak bagi rg ditambah dengan tinggi kepala h, (r, > rM)
h, = 1 / P = 1 /12 = 0,0833 in (2,1158 mm)
r« = dg / 2 + h, = 2,5 / 2 + 0,0833 = 1,3333 in (33,8658 mm)
Dari hasil perhitungan, ternyata jari-jari lingkaran kepala kenyataannya
lebih kecil dari jari-jari kepala hitungan, maka dikatakan pasangan roda gigi ini
tidak mengalami interferensi.
1.2.2. Perencanaan Roda Gigi Lurus 2
Roda gigi lurus 2 ini mendapat beban torsi dari torch las yang berputar
sebesar T = 2,3156 lb.in. Putaran torch las sama dengan putaran pada gear roda
gigi. Putaran yang dianjurkan pada mesin las yang digunakan sebesar 10 rpm.
Untuk mendapatkan putaran yang bervariasi digunakan motor yang mempunyai
variasi kecepatan.
77
Rasio roda gigi direncanakan sebesar 1 :1 . Jumlah gigi pada gear N^, = 30
gigi dan pada pinion KL, = 30 gigi. Sudut tekan <)) = 20° dengan kedalaman penuh.
Diametral pitch p = 12. Material yang digunakan yaitu baja dengan tegangan
material Sa, = 19000 psi, jumlah tegangan kontak material Sac = 85000 psi dan
kekerasan minimum beban 140 BHN. Data material dapat dilihat pada tabel 3.1.
Berdasarkan data yang ada maka dapat dihitung dimensi, kekuatan daya, dan
interferensi dari pasangan roda gigi lurus 2.
1.2.2.1. Dimensi Roda Gigi Lurus 2
Dimensi-dimensi yang diperlukan dalam perencanaan roda gigi lurus yaitu :
- diameter jarak bagi d yang tergantung dari jumlah gigi dan diametral pitch
dp = Ntp / P = 30 /12 = 2,5 in (63,5 mm)
d 6 " Ntg Ip " 3 0 ' 12 = 2,5 in (63,5 mm)
- kecepatan linier jarak bagi v yang terjadi pada pinion adalah
vp = % . dp. Np /12 = K . 2,5 . 10 /12 = 6,5501 fpm (0,0334 m/detik)
- ketebalan gigi dari roda gigi b seperti yang dianjurkan antara 9 / P sampai 13 / P,
maka:
b = 9 /12 sampai 13 /12 = 0,75 sampai 1,0833 in.
Jadi tebal gigi 0,8 in (20,32 mm) dapat digunakan dalam perencanaan ini.
Sedangkan gaya-gaya yang bekerja pada roda gigi lurus adalah
- gaya tangensial F, yang timbul akibat torsi sebesar :
Ft = T / (cL/2) » 2,3156 / (2,5/2) = 1,8525 lb (8,2430 N).
78
- gaya radial Fr sebesar ;
Fr = F, tg(j) - 1,8525 tg 20° = 0,6743 (3,0003 N).
1.2.2.2. Analisa Kekuatan Daya menurut AGMA
Analisa hanya dilakukan pada pinion, dengan material yang sama kekuatan
daya pada pinion lebih kecil daripada gear sehingga bila pinion kuat maka gear
akan kuat. Dari tabel 3.2, tabel 3.4, tabel 3.5, tabel 3.6, tabel 3.7, berturut-turut
harga J = 0,32, KL = 1, Km = 1,3, K„ = 1 dan KR= 1,25.
Harga Ks dan KT masing-masing diambil 1, sedangkan harga K̂ . diambil dari
rumusan 3.3 adalah K, = 50 /(50 ^ v ) = 50 / (50 J6,5500 ) - 0,9513 maka :
hp.dp.Sat.b.J.Kv.KL hp =
126000.P.Km.Ks.Ko.KR.KT
IQ.2,5.19000.0,8.0,32.0,9513.1 . h p " 126000.12.1,3.1.1.1,25.1 ~ ° ' ° 4 7 1 h p
1.2.2.3. Analisa Kekuatan Daya Berdasarkan Daya Tahan menurut AGMA
Daya tahan (ketahanan) roda gigi untuk menanggung keausan yang terjadi
adalah penting karena kerusakan akibat keausan lebih mudah terjadi dibandingkan
dengan kerusakan karena beban lain. Dari tabel 3.9, tabel 3.10, gambar 3.2, tabel
3.5, tabel 3.6, tabel 3.7 dan tabel 3.12 berturut-turut didapatkan harga I = 0,08, Q
= 1, CH = 1, Cm = 1,3, C0 = 1, Cp = 1 dan Ca = 1,25. Harga Cs dan CT
masing-masing diambil 1 sedangkan Cv didapatkan dari rumusan tabel 3.3 =
0,9513, maka:
np.b.Cy.I rSac-dp.CL-Cn P " 126000.Cs.Cm.Cf.Col CP.CT.CR
10.0,8.0,9513.0,08f85000.2,5.1.O2 _ „__.-ho = -— ' i =0,0061 hp P 126000.1.1,3.1.1 V 2300.1.1,25 ) ' V
Dari hasil perhitungan kemampuan daya, daya terkecil diambil untuk
menghitung gaya tangensial yang dapat diterima material sehingga daya yang
digunakan adalah 0,0061 hp. Maka gaya tangensial maksimum adalah
Ft = 33000 . hp / vp = 33000 . 0,0061 / 6,5500 - 30,7328 lb (135,7609 N)
Gaya tangensial yang dapat diterima material sebesar 30,7328 lb sedangkan gaya
tangensial yang bekerja sebesar 1,8525 lb maka material tersebut cukup aman
digunakan.
1.2.2.4. Interferensi
Terjadinya interferensi tidak diijinkan dalam perencanaan roda gigi.
Interferensi dapat dihitung dengan :
r.= ^rJ + (C.sin<|>)2
rb = r . cos<t> - (2,5/2). cos 20° = 1,1746 in (29,8349 mm)
C = (dp + dg)/2 - (2,5 + 2,5) / 2 = 2,5 in (63,5 mm)
sehingga
r, = A/l,17462+(2,5sin200)2 - 1,4529 in (36,9026 mm)
Interferensi tidak akan terjadi bila r4 dari perhitungan rumus di atas lebih
besar dari jari-jari jarak bagi rg ditambah dengan tinggi kepala \ (r4 > rM)
h, = 1 / P = 1 / 12 - 0,0833 in (2,1158 mm)
r» = dg 12 + h . " Z$ 12 + ° 3 ° 8 3 3 = U333 in (33,8658 mm)
80
Dari hasil perhitungan, ternyata jari-jari lingkaran kepala kenyataannya
lebih kecil dari jari-jari kepala hitungan, maka dikatakan pasangan roda gigi ini
tidak mengalami interferensi.
1.3. PERENCANAAN RODA GIGI CACING
Putaran pada gear roda gigi sebesar 10 rpm. Roda gigi yang direncanakan
merupakan jenis ulir tunggal dengan rasio 60 : 1. Jumlah gigi batang roda gigi
cacing (worm) Nnv = 1 gigi dan jumlah gigi gear Ntg = 60 gigi. Jarak sumbu poros
C diasumsikan » 4 in (101,6 mm). Dengan data yang ada akan digunakan untuk
menghitung dimensi, beban, dan kekuatan serta pengecekan mengenai pendinginan
yang terjadi pada roda gigi cacing.
1.3.1. Dimensi Roda Gigi Cacing
Untuk perencanaan roda gigi cacing dihitung :
- diameter jarak bagi cacing dw
dw - C0'875 / 2,2 - 40'"5 / 2,2 = 1,5289 in (39,56 mm)
-jarak bagi lingkar gear pg
pg - dw / 3 - pm - 1,5289 / 3 = 0,52986 in (13,5458 mm)
-leadl
dengan mencoba pft, = 0,3125 (harga pwi dipilih menurut standar AGMA)
l=Nm..pw,=l . 0,3125 - 0,3125 in (7,9375 mm)
- diametral pitch gear Pg
81
P„ = 7c/pw„= 10,0531
- diameter jarak bagi gear dg
ds = Nfg / Pg = 60 / 10,0531 - 5,9683 in (152,4 mm)
- jarak aktual sumbu poros C
C - (dw + dg) / 2 = (1,5289 + 5,9683)/2 = 3,7628 in (95,7836 mm)
Kemudian diameter pitch batang roda gigi cacing dicek berdasarkan jarak aktual
sumbu poros.
dw - C0,875 / 2,2 - 3,76280-875 / 2,2 = 1,4618 in (37,1297 mm)
maka d̂ , sebesar 1,5 in dinyatakan memenuhi syarat.
Dalam perhitungan selanjutnya diameter jarak bagi cacing d̂ , diambil • 1,5 in
sedang diameter jarak bagi gear dg diambil 6 in.
- sudut lead batang roda gigi cacing A,w = *Fg (sudut helix gear)
tg^v = l/7c.dw = 0,3125/7c.l,5
\ , - 3,7940°
- diametral pitch normal gear Png
P^ = Pg / cos¥g = 10,0531 / cos 3,7940° - 10,0752
- kecepatan linier jarak bagi gear Vpg
Vre = 7C. n . dg /12 - K . 10 . 6 / 12 = 15,7080 fpm (0,0798 m/detik)
Pada roda gigi ini mendapat beban torsi T = F,. dw / 2
= 1,8525. 1,5/2
- 1,3894 lb.in
82
1.3.2. Analisa Beban dan Kekuatan Roda Gigi Cacing
- gaya tangensial gear F,s yang terjadi
F% = T / (d/2) «= 1,3894 / (6/2) = 4,1681 lb (18,547 N)
- beban dinamik Fd
Fd = ((1200 + Vpg) / 1200). F^ » ((1200 + 15,7080) / 1200) . 4,1681 = 4,2227 lb
(18,7897 N)
- lebar gigi gear b diambil sebesar:
b = 0,8 . dw = 0,8 . 1,5 = 1,2 in (30,48 mm)
- kekuatan roda gigi dipengaruhi harga Y = 0,392 yang diambil dari tabel 3.13.
Fb^Fd
F„ = S .Y.b/P n g = Fd
S = Fd . P„2 / Y . b = 4,2227 . 10,0752 / 0,392 . 1,2 = 90,4433 psi (623584,85
N/m2)
Dari hasil perhitungan kekuatan roda gigi diketahui tegangan material yang
dibutuhkan roda gigi yang merupakan tegangan minimum sebesar 90,4433 psi.
Maka material yang digunakan dipilih baja dengan kekerasan 250 BHN untuk
worm sedang gear terbuat dari perunggu.
- dari tabel 3.15 didapatkan konstanta keausan K' = 60 sehingga untuk cek beban
keausan Fw digunakan:
Fw = dg. b . K' = 6 . 1,2 . 60 = 432 lb (1922,29 N)
Bila beban keausan lebih besar dari beban dinamik maka pasangan roda gigi cacing
memenuhi syarat penggunaan.
83
- panjang permukaan aksial batang roda gigi cacing Lw yang direkomendasikan
AGMA adalah :
Lw = pw, (4,5 + Ntg/50) = 0,3125 (4,5 + 60/5u) = 1,7813 in (45,2450 mm)
1.3.3. Cek Pendinginan
Untuk pengecekan pendinginan dilakukan beberapa tahap, hal ini
disebabkan adanya keterkaitan antara gaya-gaya yang terjadi dengan kecepatannya.
- kecepatan linier jarak bagi batang roda gigi cacing V
Vpw - 7i. dw . nw / 12 = K . 1,5 . 600 / 12 = 235,6195 fpm (1,1969 m/detik)
- kecepatan sliding Vs
Vs - Vpw / cosXw - 235,6195 / cos 3,7940° = 236,1370 fpm (1,1996 m/detik)
- koefisien gesek f antar pasangan roda gigi
f untuk kecepatan sliding 70 < Vs < 3000 fpm
f = 0,32 / V/'36 = 0,32 / 236,13700-36 = 0,0448
- gaya normal Ftt
Fa = F tg/ cos (f>u . cos XK = 4,1681 /cos 20°. cos 3,7940° = 4,4452 lb (19,7801 N)
- efisiensi roda gigi cacing dalam perencanaan ini adalah
^ cos<|)n-f.tgXw cos20o-0,0448.tg3,7940° = n cos*n + f.ctgXw cos20° + 0,0448.ctg3,7940° '
- daya input dari roda gigi cacing pada perencanaan ini :
Powerf - (Fn. cos^ . sin^w + f. F n . cosXJVpw
- (4,4452 . cos20° .sin3,7940° + 0,0448 . 4,4452 . cos3,7940o).235,6195
= 111,9443 Ib.ft/min
84
= 3,3972. 10"3HP
- energi yang hams dikeluarkan Hd dari roda gigi cacing :
Hd = Power,. (1 - r |) . 33000)
= 3,3972. 10"3.(1 -0,58). 33000
« 47,0232 Ib.ft/min
= 1,4249.10'3HP
- luas daerah yang mengalami pendinginan Ac menurut AGMA
Ac - 43,2 . C u = 43,2 . 3,7628u = 427,9419 in2 (268739,3642 mm2)
- koefisien perpindahan panas dapat dilihat pada gambar 3.4 dan didapatkan
Ca = 0,45 lb.ft/min.in2.F
Kemampuan mengeluarkan energi panas H harus lebih besar daripada
energi panas yang dikeluarkan akibat operasi pasangan roda gigi. Sedang
kemampuan mengeluarkan panas dihitung dengan
H - CCT . Ac. At - 0,45 . 427,9419 . 100 - 19207,3855 lb.ft/min (0,5769 HP)
dan ternyata kemampuan mengeluarkan energi panas masih lebih besar sehingga
energi panas yang dihasilkan dari operasi roda gigi cacing tidak menghambat sistem
roda gigi cacing ini.
Daya output pada roda gigi cacing dapat dihitung dengan :
Power0 = TI . Power, = 0,50 . 1,4249.10. J = 8,2646 . 10"4 HP
1.4. PERENCANAAN POROS
85
Poros merupakan elemen yang sangat penting dalam suatu perencanaan
elemen mesin. Poros yang direncanakan untuk transmisi roda gigi ada tiga buah.
Poros direncanakan terbuat dari baja karbon S30C. Data material dapat dilihat
pada tabel 3.15a. Baja ini mempunyai kekuatan tarik ob = 48 kg/mm2. Hubungan
antar poros dapat dilihat pada gambar 2.3 dan gambar 2.4 dan keterangan gambar
2.5.
1.4.1 Poros Pemutar Torch 1
Dari gaya-gaya pada roda gigi yang terjadi pada poros beserta perletakan
dari bantalan-bantalan yang digunakan (gambar 4.1), maka dengan analisa gaya
akan didapatkan hasil seperti dibawah ini:
- Jumlah momen di titik A dalam arah tangensial
£MA = 0
-F,,, . 10,5 + 1,8525 .5 = 0
FtB = 0,8824 lb (3,9262 N)
- Jumlah momen di titik A dalam arah radial
IMA = 0
-FrB. 10,5 + 0,6743.5 = 0
86
ft
Gambar 4.1 Gaya pada poros
87
0.8824ifo; !A
B 0,9701\b
N
^5,506(b
M
AA
\ 183161b
! ... I i -
\ I
D
0,321Hfo A
C
/ i
B a353£ib £5,5G6lb
M
/
/
0,78621*3 m/ _ C
Gambar 4.2 Diagram bidang gaya D, N, dan bidang momen M
88
FrB = 0,321 l ib (1,4290 N)
- Jumlah gaya dalam arah tangensial
ZFt = 0
FtA + F t B-1,8525=0
FtA= 0,9701 lb (4,3162 N)
- Jumlah gaya dalam arah radial
£Fr = 0
FrA + FrB " 0,6743 = 0
F r t = 0,3532 lb (1,5715 N)
Dari analisa gaya didapatkan gaya tangensial dan gaya radial di titik A
sebesar 4,3162 N dan 1,5715 N, sedangkan di titik B sebesar 3,9262 N dan 1,4290
N. Diagram bidang gaya dan bidang momen dapat dilihat pada gambar 4.2.
Poros ini berhubungan langsung dengan sistim penggerak torch yang dalam
pemasangannya dihubungkan dengan pasak. Beban yang terjadi berupa beban
puntir atau torsi sebesar T = 2,3156 Ib.in (26,1628 kg.mm) sedang momen bending
yang terjadi dapat dilihat pada gambar 4.2 sebesar M = 1,9932 Ib.in (22,9654
kg.mm).
Besar tegangan geser as dipengaruhi kekuatan tarik, faktor koreksi Sf, • 6
dan faktor koreksi karena dimensi poros yang tidak sama dan atau berpasak Sf2 =
2,5 sehingga:
89
Untuk perhiungan diameter poros ds, diambil faktor koreksi Km = 1,5 untuk
beban lentur dan K, = 1,5 untuk beban puntir sehingga :
d s >
d s >
^(j(KmM)2+(Kt.r)2 -il/3
| 4 ( ^ 5 - 2 2 - 9 6 5 4 ) 2 + Q > 5 - 2 6 > 1 6 2 8>2 3,2
ds > 5,9570 mm
Jadi poros dengan diameter 15 mm. Seperti yang telah direncanakan dapat dipakai
karena lebih besar dari diameter poros minimum yang dianjurkan berdasarkan
perhitungan.
Perhitungan defleksi puntiran berdasarkan diameter poros yang digunakan
tidak boleh melelihi 0,25° atau 0,3° . Dengan mengambil G sebagai modulus geser
untuk bahan baja sebesar 8,3.103 kg/mm2, maka defleksi puntiran yang terjadi:
584 .7 / . / 584.26,1628.266,7 0 m = = 0,0094°
G.d 8,6 . 103 . 154
Selain itu juga dilakukan perhitungan kekakuan terhadap lenturan yang
terjadi pada poros dan tidak boleh melebihi 0,3 - 0,35 mm. Dengan mengambil
gaya F, yang merupakan gaya resultan pada poros 1, yaitu 1,5896 lb (7,0739 kg)
dengan jarak dari bantalan (A) terhadap roda gigi 1, sebesar 127 mm dan jarak
bantalan (B) ke roda gigi \ sebesar 139,7 mm, maka besarnya lenturan yang terjadi
90
Dari perhitungan defleksi puntiran dan lenturan didapatkan hasilnya masih
lebih kecil dari harga batas sehingga dapat dikatakan poros 1 yang digunakan ini
y-3.23.lcK *M--2ja.W<. 7>°™f72W2 = o , 0 3 6 8
d|.l 154.266,7
aman terhadap bahaya lentur maupun defleksi puntiran.
1.4.2 Poros Pemutar Torch 2
Dari gaya-gaya pada roda gigi yang terjadi pada poros beserta perletakan
dari bantalan-bantalan yang digunakan (gambar 4.3), maka dengan analisa gaya
akan didapatkan hasil seperti dibawah ini:
- Jumlah momen di titik A dalam arah tangensial
IMA - 0
-F tB. 10,5 + 1,8525.5=0
Fffl - 0,8824 lb (3,9262 N)
- Jumlah momen di titik A dalam arah radial
2MA = 0
-F^ . 10,5 + 0,6743 .5 = 0
FtB = 0,321 l ib (1,4290 N)
- Jumlah gaya dalam arah tangensial
SFt = 0
FL, + FtB-1,8525 = 0
FtA = 0,9701 lb (4,3162 N)
- Jumlah gaya dalam arah radial
91
Gambar 4.3 Gaya pada poros
92
N l
0,8824(fc 1 A
r o-
0,9701lb 25,5061 b
M
/
/
C \ l83 i6 tM m m
B S
D
A
C
B 0,35321b
N
25,5064b A
£5,5061 b B
M
/
0,7862(b i n / _
B
Gambar 4.4 Diagram bidang gaya D, N, dan bidang momen M
£F, = 0
FrA + FrB - 0,6743 - 0
FrA = 0,3532 lb (1,5715 N)
Dari analisa gaya didapatkan gaya tangensial dan gaya radial di titik A
sebesar 4,3162 N dan 1,5715 N, sedangkan di titik B sebesar 3,9262 N dan 1,4290
N. Diagram bidang gaya dan bidang momen dapat dilihat pada gambar 4.4.
Poros ini berhubungan langsung dengan sistim penggerak torch yang dalam
pemasangannya dihubungkan dengan pasak. Beban yang terjadi berupa beban
puntir atau torsi sebesar T = 2,3156 Ib.in (26,1628 kg.mm) sedang momen bending
yang terjadi dapat dilihat pada gambar 4.2 sebesar M • 1,9932 Ib.in (22,9654
kg.mm)
Besar tegangan geser os dipengaruhi kekuatan tarik, faktor koreksi Sf, = 6
dan faktor koreksi karena dimensi poros yang tidak sama dan atau berpasak Sf2 =
2,5 sehingga :
Ob 48 = 3,2 kg/mm2
Sfi.Sf2 6.2,5
Untuk perhiungan diameter poros dB, diambil faktor koreksi Km = 1,5 untuk
beban lentur dan K, = 1,5 untuk beban puntir sehingga:
d s > ^-(V(Km.M)2+(Kt.ir
i(1/(l,5.22,9654)2+(1,5.8,26,1628)2) 5 3,2
d s >
ds > 5,9570 mm
1/3
94
Jadi poros dengan diameter 15 mm, seperti yang telah direncanakan dapat dipakai
karena lebih besar dari diameter poros minimum yang dianjurkan.
Perhitungan defleksi puntiran berdasarkan diameter poros yang digunakan
tidak boleh melelihi 0,25° atau 0,3° . Dengan mengambil G sebagai modulus geser
untuk bahan baja sebesar 8,3.103 kg/mm2, maka defleksi puntiran yang terjadi:
584. r . / 584.26,1628.266,7 0 = = = 0,0094°
G.d* 8,6.103.154
Selain itu juga dilakukan perhitungan kekakuan terhadap lenturan yang
terjadi pada poros dan tidak boleh melebihi 0,3 - 0,35 mm. Dengan mengambil
gaya F, yang merupakan gaya resultan pada poros 1, yaitu 1,5896 lb (7,0739 kg)
dengan jarak dari bantalan (A) terhadap roda gigi 1, sebesar 127 mm dan jarak
bantalan (B) ke roda gigi 12 sebesar 139,7 mm, maka besarnya lenturan yang terjadi
y = 3 ? 2 3 . 1 0 ^ 4 j i = 2,23.10^7-0739f72l39-72
=0,0368mr df.l 154.266,7
Dari perhitungan defleksi puntiran dan lenturan didapatkan hasilnya masih
lebih kecil dari harga batas sehingga dapat dikatakan poros 2 yang digunakan ini
aman terhadap bahaya lentur maupun defleksi puntiran.
1.4.3 Poros Penghubung Gear Roda Gigi Cacing Dan Worm Roda Gigi Cacing
Dari gaya-gaya roda gigi yang terjadi pada poros beserta perletakan dari
bantalan-bantalan yang digunakan (gambar 4.5), maka dengan analisa gaya akan
didapatkan:
95
'*s,
- - • > "
- . •
>
0- 1Z>
Gambar 4.5 Gaya pada poros
96
2,16121b
a6743lta|
+
J
3,8594
9
lb '
\
\
/ ) 10,8061b in
+ /
/ y9M2Bih In
/
V
160531b n E
0,76251b U F
9
185251b 6,5312lb ifV -
g ? 1,90621b in 7
Gambar 4.6 Diagram bidang gaya D, N, dan bidang momen M
97
Gambar 4.7 Gaya pada poros
98
- Jumlah momen di titik E dalam arah tangensial
IME - 0
1,8525 . 5 + 4,1681 . 7,5 - FtF . 10,5 - 0
FfF = 3,8594 lb (17,2104 N)
- Jumlah momen di titik E dalam arah radial
IM^O
- 0,6743 . 5 + 1,5171 . 7,5 + F,.F. 10,5 - 0
F r F = 0,7625 lb (3,3919 N)
- Jumlah gaya dalam arah tangensial
SFt = 0
F tE-1,8525-4,1681+ FtF = 0
Fffi = 2,1612 lb (9,6187 N)
- Jumlah gaya dalam arah radial
IF r = 0
FrE +0,6743-1,5171 -F r F = 0
FlE= 1,6053 lb (7,1394 N)
Berdasarkan analisa gaya didapatkan gaya tangensial dan gaya radial di titik
E sebesar 9,6187 N dan 7,1394 N, sedangkan di titik F sebesar 17,2104 dan
3,3919 N. Untuk diagram bidang gaya dan bidang momen dapat dilihat pada
gambar 4.6.
Proses ini menghubungkan pinion pada roda 2 dan gear pada roda gigi
cacing. Torsi yang bekerja sebesar 1,3894 Ib.in (16,0075 kg.mm) dan momen
99
lentur sebesar 12,6264 lb.in (165,0122 kg.mm). Besar tegangan geser adalah
3,8594 kg/mm2.
Diameter poros 3 dari hasil perhitungan didapatkan sebesar 3,2846 mm.
Dengan diameter 15 mm, maka defleksi puntiran 0 = 0,0001°. Untuk pengecekan
terhadap lenturan, harga F - 3,8594 lb (1,7505 kg), 1 = 266,7 mm, 1, = 127 mm,
dan 12 = 139,7 mm, sehingga didapatkan lenturan y - 0,0162 mm sehingga poros 3
dikatakan aman terhadap kemungkinan terjadinya defleksi puntiran maupun
lenturan.
1.5. PERENCANAAN BEARING
1.5.1. Bearing Pada Poros Penghubung Roda Gigi Lurus 1 dan Roda Gigi Lurus 3
Pada poros 1 digunakan 2 macam bearing. Pada ujung poros bawah
digunakan taper hearing. Sedang pada bagian atas digunakan ball bearing. Pada
semua perhitungan poros yang vertikal beban aksial akan diperhitungkan.
Seperti pada gambar 4.l.di titik B digunakan taper bearing. Perencanaan
bearing meliputi beban ekivalen, umur bearing dan kapasitas bearing. Diameter
poros sebesar 15 mm. Untuk itu penulis memilih taper bearing tipe 30302.
Data-data mengenai bearing dapat dilihat pada lampiran 3, harga d = 15 mm, D =
42 mm, T = 14,25 mm, Y = 2,1, Y0 = 1,1, C - 22400 n, C0 - 20000 n dan P untuk
rol= 10/3.
Gaya-gaya yang terjadi pada bearing A adalah
- gaya tangensial F, = 0,9701 lb (4,3162 N)
- gaya radial Fr = 0,3532 lb (1,5715 N)
Fr = / F F + 7 F = V0,97012+0,35322 =1,0324 lb (4,5934 N)
- gaya aksial F, = ( 100+ 0,25 . n . dy2 .1. p ) . 9,81
- (100 + 0,25 . 7C. 152. 180. lO"9. 7830) . 9,81 - 983,4433 N
Beban ekivalen dinamik
P - 0,4 . FK + Y.F, - 0,4 . 4,5934 + 2,1 . 983,4433 = 2067,0683 N
Beban ekivalen statis
P0 = 0,5 . FR + Y0 . F, = 0,5 . 4,5934 + 1,1 . 983,4433 - 1084,0843 N
Umur bearing
L ,° = LpJ = 12067,0683 J = 7 4 4 4 ' 0 7 J u t a P u t a r a n " 9>95 t a h u n
Kapasitas beban statik pada bearing harus lebih kecil daripada yang
diijinkan oleh bearing atau dapat dikatakan angka keamanan harus lebih besar atau
sama dengan yang ditentukan seperti pada tabel 9 pada lampiran 3.
S0 = C0 / P0 = 20000/1082,2716 - 18,4796
Maka umur bearing dapat mencapai 7444,07 juta putaran (9,95 tahun) dengan
angka keamanan yang cukup tinggi.
Untuk bearing di titik B digunakan deep grove ball bearing single row
type 61802. Data-datanya dapat dilihat pada lampiran 3, harga d = 15mm,D =
24mm,B = 8mm,C - 1560 N dan C0 = 800 N. Harga P untuk ball - 3.
Gaya-gaya yang terjadi pada bearing B adalah
101
-gaya tangensial F, = 0,8824 lb (3,9262 N)
- gaya radial F = 0,3211 lb (1,4290 N)
- gaya FR - Jo,U2A2 +0,32112 = 0,9390 lb (4,1781 N)
- gaya aksial F. - 0,25 . n . d,2. 1 p . 9,81
= 0 , 2 5 . T T . 152. 330,2.10"'. 7830. 9,81 =4,4821 N
Untuk mendapatkan bcban ekivalen dinamik, perlu dihitung terlebih dahulu F, /C0
yang bcsarnya adalah F, / C0 = 4,4821 / 800 = 0,0056. Dari lampiran 3 ditcntukan
harga X = 0,56 dan Y = 2 serta c = 0,22. Bcban ekivalen dinamiknya adalah P = FR
, karcna F, / F, = 4,4821 / 417,81 = 1,0728, sehingga
P = FR = 4,1781
Beban ekivalen statik
P0 = 0,6 . 4,1781 + 0,5 . 4,4821 = 4,7478 N
Umur bearing
LI0 - \JTffi) = 46,274 juta putaran - 8,78 tahun
Angka kcamanan yang didapat sebesar
S0 = 800 / 4,7478 - 168,4973
1.5.2 Bearing pada Poros Penghubung Roda Gigi Lurus 2 dan Roda Gigi Lurus 3
Bearing pada poros pcnghubung roda gigi lurus 2 dan roda gigi lurus 3
digunakan 2 macam bearing. Pada ujung poros bawah digunakan taper bearing
sedang pada bagian atas poros digunakan ball bearing dan dcngan cara yang sama
dcngan pcrhitungan bearing pada poros pcnghubung roda gigi lurus 1 dan roda
102
gigi lurus 3 didapatkan hasil yang sama pula dangan perhitungan pada poros
penghubung roda gigi lurus 1 dan roda gigi lurus 3.
1.5.3 Bearing pada Poros Penghubung Roda Gigi Lurus 2 dan Roda Gigi Cacing
Pada poros 3 ini digunakan 2 deep grove ball bearing single row type
61802 dengan data-data yang sama pada poros 1. Sedangkan gaya-gaya yang
terjadi pada poros 3 berupa Ft = 2,1612 lb (9,6187 N), Fr = 1,6053 lb (7,1394 N),
FR = 9,7517 N, F , - 3,8769 N. Dari data yang ada maka F, / C0 = 0,0048.
Beban ekivalen yang terjadi adalah P = 9,7517 N dan P0 - 3,7285 N. Sehingga
didapatkan umur bearing sebesar 52,06 juta putaran (10,64 tahun) dengan angka
keamanan sebesar S0 = 214,5635.
1.5.4 Bearing pada Poros Batang Roda Gigi Cacing
Pada warm R6 Cacing digunakan 2 macam deep grove ball bearing single
row type 61804. Untuk poros 4, bearing bekerja di ujung poros worm dan yang
satunya di antara kopling dengan poros worm. Data-data mengenai bearing
didapatkan d = 20 mm, D=32mm, B= 7mm, C=2700 N dan C0« 1500 N.
Gaya-gaya yang terjadi pada bearing G sama dengan bearing H, berupa Ft
- 1,6037 lb (7,1429 N), Fr - 2,7614 lb (10,3621 N) dan gaya FR - 3,7531 N.
Karena hanya gaya radial maka
P = Fr = 3,7531 N dan
P0 = 0,6. 3,7531 =2,2519 N
103
maka umur bearing didapatkan sebesar 3,1602 juta putaran (0,6 tahun) dengan
angka keamanan S0 • 2386,2634
1.6. PERENCANAAN PASAK BUJUR SANGKAR
1.6.1 Pasak pada Poros Pemutar Torch 1
Pada poros 1 ini bekerja torsi T sebesar 2,3156 lb.in dan diameter poros ds
= 15 mm, kemudian dari tabel 3.17, didapatkan W = H = 1/8 in (3,1750 mm).
Material yang digunakan untuk pasak digunakan AISI 1010 dengan tegangan yield
S^ = 42000 psi. Dari torsi tersebut menghasilkan gaya Ft yang bekerja pada
diameter luar poros dan bekerja pada pasak sebesar:
F - = d S r o S = 7 - 8 4 I 5 l b ( 3 4 - 8 9 8 8 N )
Gaya F, ini menimbulkan tegangan geser pada pasak
= F t _ F t 1 A W. 1
agar pasak aman terhadap tegangan geser maka harus memenuhi syarat:
Ft 0,58.Syp x = ——< «-
W.l N
7,8415 <0,58.S y p
0,125 ~ 2,5
maka panjang minimum 1 = 0,0062" (0,1575 mm)
Selain menimbulkan tegangan geser gaya tersebut juga menimbulkan tegangan
kompresi
- = Ft = F t c A 0.5.H.1
104
agar pasak aman terhadap tegangan kompresi maka harus memenuhi syarat:
c=0,5.H.l ~ N
7,8415 < 42000 0,5.0,125.1" 2,5
maka panjang minimum 1 = 0,0071" (0,1721 mm)
Panjang pasak seharusnya 125% . ds = 125% . 15 = 18,75 mm
1.6.2 Pasak pada Poros Pemutar Torch 2
Untuk pasak pada poros pemutar torch 2 dengan cara perhitungan yang
sama dengan perhitungan yang sama pada perhitungan pasak pada poros pemutar
torch 1 maka didapatkan hasil perhitungan dan dimensi yang sama dengan
perhitungan pasak pada poros pemutar torch 1.
1.6.3 Pasak pada Poros Penghubung Gear Roda Gigi Cacing dan Worm Roda Gigi
Cacing
Untuk pasak pada poros 3, torsi yang terjadi sebesar 1,3894 dan diameter
poros 15 mm maka gaya Ft = 1,8525 lb. Panjang minimum karena tegangan geser
dan tegangan kompresi adalah 0,0042 in (0,1067 mm), sedangkan panjang
seharusnya adalah 18,75 mm.
1.6.4 Pasak pada Poros Batang Worm Roda Gigi Cacing
105
Untuk pasak pada poros 4, torsi yang terjadi sebesar 0,0306 Ib.in dan
diameter poros 20 mm maka gaya F, = 3,7531 lb. Panjang minimum karena
tegangan geser dan tegangan kompresi adalah 0,0002 in (0,0051 mm), sedang
panjang seharusnya adalah 25 mm.
1.7.PERENCANAAN DAYA MOTOR
Untuk menentukan daya motor yang akan digunakan, diperiukan data
mengenai efisien dari komponen elemen mesin pada kotak tranmisi yang
digunakan, karena daya yang dihasilkan oleh motor harus lebih besar daripada daya
yang diperiukan. Motor yang digunakan direncanakan motor AC dengan
menggunakan inverters yang dilengkapi dengan variasi kecepatan (variable speed
control). Hal ini disebabkan oleh adanya keperluan pengaturan kecepatan
pengelasan sehingga akan didapatkan hasil pengelasan yang maksimum. Pada
perencanaan alat ini, efisiensi yang diperhitungkan yaitu:
- roda gigi lurus (eff„,) 0,96
- roda gigi cacing (eff^gc) 0,63
- ball bearing (effbb) 0,99
- taper bearing (efl^) 0,99
- motor (effmof01) 0,85
Sedangkan pada perencanaan sistem tranmisi ini digunakan:
106
- 2 pasang roda gigi lurus
- sepasang roda gigi cacing
- 6 buah ball bearing
- 2 buah taper bearing
-1 buah motor dengan variasi kecepatan
Sehingga untuk menghitung effisiensi total dihitung dengan rumus :
eff = eff 2 eff ' eff 6 eff2 eff ' eI1total e l l i g l • e r I i g c • e r l b b • C , i t b • C11motoi
= 0,962. 0,63 l . 0,996. 0,992. 0,85' = 0,4554
Daya motor teoritis yang diperlukan sebesar :
P = T . co = 0,2617 . 1,11 - 0,2905 Watt
sehingga daya motor minimum yang harus diberikan sebesar :
HPmotor = HP/eflF^ - 0,2905/0,4554 = 0,6379 W (8,3931.10"4 hp)
Dari hasil perhitungan yang didapat, maka motor yang dipilih yaitu motor dengan
daya 0,25 hp dengan putaran 1500 rpm. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
lampiran 4.
1.8.PERENCANAAN KOPLING
Kopling ini digunakan untuk menghubungkan antara poros penggerak
(motor) dengan poros yang digerakkan(roda gigi cacing). Maka dipilih kopling
107
flens kaku yang merupakan kopling tetap dan banyak dipakai pada poros dan
transmisi umum.
Dari daya yang akan ditransmisikan P = 0,2 Hp dan putaran poros n = 600
rpm serta faktor fc = 1,2 yang didapat dari tabel 3.16, maka daya rencana Pd dan
momen rencana T dapat dihitung dengan :
Pd = fe. P = 1,2 . 0,2 . 0,735 = 0,221 KW
T - 9,74.105 ^4 - 9,74.105^^-=178,9725 Kg.mm
1.8.1 Perencanaan Dimensi Kopling
Bahan poros yang akan digunakan S45C-D dengan kekuatan tarik ab = 71
Kg/mm2 yang dapat dilihat pada tabel 3.41 sedang faktor Sf, = 6 dan Sf, = 2,5
maka besar tegangan geser yang diijinkan pada poros xsi adalah:
t - - - * • 71 4,7333 Kg/mm2
"« Sfj.Sf2 6.2,5
Dengan faktor K, = 1,5 dan K,,, = 1,5 maka diameter poros ds dapat dihitung
dengan:
d >
d >
^fk^MfH^Tf I/'
5,1 14,7333
d >6,5008 mm
Tt/(1,5.12,6264)2 + (178,9725)2 l/?
Diameter standar dari kolpling flens dapat dilihat dari lampiran 5. Diameter
poros disesuaikan dengan diameter lubang menurut standar D yaitu 20 mm,
108
sehingga diameter luar flens tanpa bingkai G = 100 mm. L = 40 mm, C = 45 mm, B
= 75 mm, db = d = 10 mm dan n = 4 buah.
1.8.2 Analisa Perhitungan Kekuatan Baut
Distribusi tegangan geser pada baut, dianggap hanya 50% dari seluruh baut
yang berjumlah 4 menerima beban secara merata. Dengan nilai efektif baut 0,5
maka jumlah baut efektif nc.
nc = e . n = 0,5 . 4 = 2 buah
sehingga tegangan geser yang terjadi pada baut xb
xb= ! - T • 1 7 8 ; 9 7 2 5 =0,0304 Kg/mm2
K.dJ.nc.B 7i.l02.2.75
Bahan baut yang digunakan adalah SS41 dengan tegangan tarik 41 Kg/mm2 dari
lampiran 5 dan dengan faktor koreksi Sfb • 6 dan K,, = 1,5, maka
dengan demikian tegangan geser yang terjadi pada baut dapat dikatakan aman
karena masih lebih kecil dari tegangan ijin materialnya.
1.8.3 Analisa Perhitungan Kekuatan Flens
Flens yang akan digunakan dibuat dengan bahan SC42 dengan kekuatan
tarik 42 Kg/mm2 yang dilihat dari tabel 3.15 a dan faktor koreksi SfF = 6 dan KF =
2,5 ,maka:
sedang tegangan geser yang terjadi
109
2T 178,9725 . „ , „ . . 2
TFi = ' = *-z = 0,0032 kg/mmz
7t.C2.F 7t.452.18
kemudian dibandingkan dengan
XFi — T F . * F
2,8 > 0,0032
2,8 kg/mm2 > 0,0474 setelah dibandingkan terayata tegangan geser yang terjadi pada flens lebih
kecil daripada tegangan geser ijin, maka material flens aman untuk digunakan.
2. PERENCANAAN SISTEM PENGERAK TORCH
2.1. ANALISA GAYA PADA SAAT LENGAN MEMBENTUK SUDUT 135°
DARI KOLOM
Pada perencanaan ini sistem lengan yang menggerakkan torch las minimum
harus membentuk 135° dari kolom. Panjang lengan horisontal dibuat 200 mm dan
tinggi lengan vertikal/kolom 350 mm. Kesemuanya direncanakan terbuat dari pipa
kotak 40mm x40mm dengan tebal 1,5 mm. Hal ini disesuaikan dengan peralatan
penunjang yang lain dan disesuaikan dengan data-data yang ada di pasaran. Analisa
gaya yang dilakukan pada tiap-tiap bagian , seperti berikut ini.
kv
Hi
; sfifc I SSS\
B
n
/ > > '
/ A/ Vc
*w, x - - { : * -
110
Gambar 4.8 Torch las
\z • V p l
Vc
Gambar4.9 Platpenoekam
\
0 ^
fe
V V
Gambar 4.10 Diagram bidang motnen plat pencekam
I l l
nff?/ A \
V \ .••
_....--£'v „.'.'"
,rr-: ' • • • • • • • • • ' X
Vp£
Gambar 4.11 Lengan horisontal
y
' v v /
/
\\s'
^ /
*
vv
Gambar 4.12 Diagram bidang momen lengan horisontal
112
/ • • - •
AM
/ V '• > i
~ fa
fin r PS
Gambar 4.13 Sket silinder pneumatik
«3h
R'7"v,-
7 •X
Gambar 4.14 Silinder pneumatik
113
J « W - ^ l 4
E3
«aA> r̂ Vfc\
,<<\ v r 'E3V
Gambar 4.15 Engsel
h ftt\
V,
•Ji J J L — N
' i l lK
Gambar 4.16 Kolom
114
o
o5
CO
cd
fd' en
Gambar 4.17 Diagram bidang normal N, geser D, dan momen M
115
2.1.1. Analisa Gaya Saat Lengan Horisontal Membentuk Sudut 13 5" dari Kolom
2.1.1.1. Torch Las
Torch las yang digunakan adalah torch type YT-201 CC yang mempunyai
bentuk dan ukuran tertentu. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 4.8.
Berat dari torch ± 2.9 kg namun dalam perhitungan diambil 3 kg . Untuk
perhitungan torch diasumsikan sebagai batang sehingga titik berat didapat sebesar
68,62 mm dari pusat dan gaya-gaya dapat dihitung dengan:
-Jumlah momen di titik C
SMc =0
-WT Xrc+Mc»0
-3 .(141,42- 47,14) + M^O
Mp - 282,84 kg mm
-Jumlah gaya dalam arah vertikal
EV = 0
-WT + Vc » 0
-3 + Vc = 0
Vc = 3kg
Dari perhitungan pada torch gaya yang terjadi pada titik C adalah gaya vertikal ke
atas sebesar 3 kg dan momen sebesar 282,84 kg.mm searah jarum jam.
116
2.1.1.2. Plat Pencekam
Untuk selanjutnya analisa pada bagian yang memegang torch yang terbuat
dari plat strip. Pada bagian ini terdiri dari 2 plat dengan panjang 150 mm (gambar
4.9). Plat strip yang digunakan dengan ukuran 4,5 mm x 100 mm dengan demikian
total beratnya 0,53 kg.
Untuk titik beratnya terhadap x adalah 75,00 mm.
Batang Panjang x
AB 150 75
BC 200 100
CD 150 75
- Jumlah momen di titik D
ZM D =0
-Mc - Vc.XCD.cos 0- WP1.XP1D. cos9 + MD = 0
-282,84 - 3 . 100 . cos 45° - 0,53 . (150 - 75 - 25) . cos 45° + MD = 0
MD= 521,47 kg.mm
- Jumlah gaya dalam arah vertikal
S V = 0
-vc-wP1 + vD = o
-3 - 0,53 + VD = 0
VD = 3,53kg
Dari perhitungan pada bagian ini maka gaya yang dihasilkan merupakan
gaya vertical yang ke atas sebesar 3,53 kg dan momen sebesar 521,47 kg.mm
117
searah jarum jam . Kemudian dari hasil yang didapatkan digambarkan diagram
bidang momen(gambar 4.10)
2.1.1.3. Lengan Horisontal
Selanjutnya dilakukan analisa gaya pada pipa kotak 40 mm x 40 mm
dengan tebal 1,5 mm yang meaipakan lengan horisontal. Panjang pipa kotak adalah
350 mm dengan berat 0,77 kg. Di ujung pipa kotak diberi lubang-lubang untuk
penyetelan posisi torch sedang ujung lainnya terdapat engsel. Pada jarak 150 mm
dari engsel dipasang sistem pneumatik untuk mengangkat dan menurunkan lengan.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 4.11. Analisa dilakukan pada titik E
danS.
- Jumlah momen di titik E
I ME = 0
-MD - VD cosG . XDE - WP2. cosG . XP2E + V s . X,E = 0
-521,47 - 3,53.cos45°.(305) - 0,77. cos45° (175-20)+ Vs.150 = 0
Vs = 9 , l lkg
- Jumlah momen di titik S
SM s = 0
-MD - VD cos 6. XDS - WP2. cose . X m + VE . XSE - 0
-521,47 -3,53.cos45°.(305 - 150) -0,77(155 - 150).cos45°+VF.150 = 0
VE = 6,07 kg
- Gaya resultan dan gaya horisontal di titik S
Rs = Vs/sin p,= 9,11 /sin 21,1° = 25,31 kg
118
Hg = 1^. cos p,= 25,31 . oos21,l0 = 23,61 kg
- Jumlah gaya dalam arah horisontal
£ H = 0
VD sinG + WP2.sin9 - Hs + HE = 0
-3,53 . sin 45° + 0,77 . sin 45 ° - 23,61 + HE - 0
HE = 25,57 kg
Dari hasil perhitungan didapatkan gaya-gaya pada titik S dan E
berturut-turut Hs - 23,61 kg, Vs = 9,11 kg, He = 25,57 kg dan Ve = 6,07 kg
Dengan demikian gaya yang harus dihasilkan oleh pneumatik Rs • 25,31 kg . Dari
gaya serta momen hasil perhitungan maka dapat digambarkan diagram momen
(gambar4.12).
Agar lengan horisontal dapat membentuk sudut 135° dari kolom, maka
panjang total dari silinder pneumatik saat langkah penuh adalah 275 mm. Panjng
langkah silinder pneumatik diambil sebesar 25 mm. Hal ini disesuaikan dengan
panjang silinder pneumatik.
Berat silinder pada saat tanpa langkah Ws adalah 0,54 kg. Silnder
pneumatik pada posisi awal tanpa langkah panjangnya 250 mm, digambarkan
secara sket (gambar 4.13).
Dengan metode gratis maka panjang b didapatkan = 126,97 mm dan
sudut-sudutnya dapat digunakan metode grafis sehingga didapat cti = 23,9°.
Karena yang digunakan sebagai contoh adalah harga-harga pada a maka
harga tersebut merupakan harga dari a„ dengan cara yang sama didapatkan P, =
21,1°, y, = 135°, a2 = 2,7°, p2 = 2,3°, y2 = 175°.
119
Dengan demikian dapat dicari gaya silinder pneumatik terhadap kolom yang
dapat dilihat pada gambar 4.14.
- Gaya berat silinder terhadap titik S dalam arah horisontal
WSH = Wg/ cos a, = 0,54 / cos23,9° = 0,59 kg
- Jumlah gaya dalam arah horisontal
S H = 0
R s +W S H -R s ' = 0
25,31 + 0 , 5 9 - ^ ' = 0
Rs'=25,9kg
- Gaya dalam arah vertikal dan horisontal dititik S'
Rj.,, = Vg' - Rs' . sin a, - 25,9 . sin 23,9° = 10,4 kg
RSH= H s ' - i y . cos a, = 25,9 . cos 23,9° - 23,68 kg
2.1.1.4. Engsel
Gaya yang terjadi diterima oleh poros engsel. Besar gaya dan momen yang
terjadi pada poros engsel dapat dilihat pada gambar 4.15.
- Gaya yang terjadi pada poros engsel
VE '=6,07kg
i y = 25,57 kg
untuk mendapatkan besarnya momen dan gaya pada titik 3 dan 4 sama dengan cara
pada plat pencekam sehingga didapatkan:
ME3V - ME4V = 6,07 . 50 / 8 = 37,94 kg.mm
120
MK,V = ME4V = 25,57 . 50 / 8 = 159,81 kg.mm
MER= 164,25 kg.mm
VE3 = VE4 = 3,04 kg
HE3 = HW =12,76 kg
RE = 13,12 kg
Dari hasil yang didapatkan perhitungan didapatkan gaya vertikal ke bawah
sebesar 3,04 kg, gaya horisontal sebesar 12,76 kg, gaya resultan 13,12 kg, momen
vertikal 37,94 kg.mm, momen horisontal 159,81 kg.mm dan momen resultan
164,25 kg.
2.1.1.5. Kolom
Kemudian dilakukan analisa gaya pada kolom yang terbuat dari pipa kotak
dengan tinggi total 200 mm. Pada ujung kolom bagian atas diberi engsel. Pada
ujung bawah dilakukan pengelasan pada sekelilimg kakinya. Maka dari gambar
seperti dibawah (4.16) dilakukan analisa gaya dan momen.
Dari analisa pada engsel maka didapat gaya VE3 • VE4 = 3,04 kg dan H^ =
Hp̂ = 12,76 kg. Dari momen didapatkan
VE' = M w / 18 = 37,94 / 18 = 2,11 kg sedangkan
HE' = M^ / 18 = 159,81 / 18 = 8,88 kg
Berat dari pipa kotak sebesar 1,00 kg. Sedang pada titik S' juga terdapat
gaya Vs' = 10,49 kg dan H .̂' = 23,68 kg. Kemudian analisa gaya dan momen
dilakukan pada titik L dan E.
- Jumlah momen di titik L
I M T =0
-HET . YEI + HST'. YSI + Mr = 0
-32,46 . 180 + 23,68 . (180 - 126,97) + ML = 0
ML = 4587,05 kg.mm
- Jumlah momen di titik E
I ME = 0
-HS T ' .YE S-HL .YE L + ML=0
-23,68 . 126,97 -H^. 180 + 4587,05 = 0
H L = 8 , 7 8 kg
- Jumlah gaya dalam arah vertikal
I V = 0
vE T-w-vS T '-vL = o
8,19-1,00-1,10-VL = 0
v^e^kg
Dari hasil perhitungan didapatkan gaya pada titik L pada arah horisontal HL
= 8,78 kg, vertikal VL = 6,09 kg dan momen ML • 4587,05 kg.mm, sehingga dapat
digambarkan diagram bidang gaya normal, geser dan momennya. (gambar 4.17).
Gaya beserta momen inilah yang akan digunakan untuk menentukan besar
kaki las-lasan dan juga ukuran dari baut yang digunakan untuk meletakkan sistem
lengan ini pada meja yang diam .
122
2.1.2. Analisa Gaya Pada Saat Lengan Horisontal Membentuk Sudut 175° Dari
Kolom
Dengan cara perhitungan yang sama pada analisa gaya saat naik atau
membuat sudut 135° dari kolom, maka perhitungan pada saat lengan horisontal
membentuk sudut 175° dari kolom.
2.1.2.1 Torch Las
Pada saat lengan horisontal membentuk 175° dari kolom, titik berat torch
berjarak Xr = 21,88 mm dari titik asal. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
gambar4.18.
-Jumlah momen di titik C
ZMc = 0
Wr.Xrc - Mc = 0
3 ( 17,44- 8,72 ) - Mc = 0 Mc= 26,16 Kg mm
-Jumlah gaya dalam arah vertikal
£V = 0
-Wt + Vc = -3 + Vc = 0
Vc = 3kg
Untuk perhitungan saat lengan mendatar, gaya Vc yang terjadi adalah sama
dengan lengan pembentuk sudut, namun momen yang terjadi lebih kecil yaitu
sebesar 26,16 Kg.mm yang arahnya berlawanan dengan arah jarum jam.
I fk /f /•Ti i
'•/wii
B«
'%A i \
123
A_*
Gambar 4.18 Torch las
7\
I y / i i
yLAr fvc
Gambar 4.19 Plat pencekam
A "\
\
c ,-• y 0 \
Gambar 4.20 Diagram bidang momen plat pencekam
7f
Gambar 4.21 Lengan horisontal
125
< . • , . . • • • • ' •
i
/
-v-V"' -J ^ 0 -M . •'
Vi-Gambar 4.22 Diagram bidang momen lengan horisontal
H*'
Gambar 4.23 Silinder pneumatik
126
1 *4&A
" * / & * 'CI
Vtf VZ> X
' E 3 \ •?-'•--
V
^
• J K ^ fs> (^
/ .••-'
x' , - - • •
Mcaiv
Gambar 4.24 Engsel
r x
D OJ c
c V C
_
o C'J
H L
HS ' i
is
U co
1
1
s
h ,i
r
t ' 4
1
D \ *
!,
V
\ ,
*
1
K1
f
r
K.
Gambar 4.25 Kolom
127
N
* 4
LD ID
nj
CO
. I
CO 00
Gambar 4.26 Diagram bidang normal N, geser D, dan momen M
128
2.1.2.2 Plat Pencekam
Untuk memudahkan analisa maka gaya-gaya yang terjadi pada plat
digambarkan pada gambar 4.19
-Jumlah momen di titik D
-M,, - VC.XCD .cosG- W , , . ^ .cos9 + MD = 0
-25,16 - 3 . 100 cos 85 - 0,6007 ( 150 - 25 - 75 ) cos85 + M„ = 0
MD - 54,93 Kg.mm
-Jumlah momen di titik C
SMc = 0
Mc + Wpl.Xplc-VD.Xcn + MD = 0
-26,16 + 0,6007 ( 75 - 25 ) cos85 - VD ( 150 - 50 ) + 54,93 = 0
360,07 = VD ( 1 5 0 - 5 0 )
VD = 3,6Kg
Dari hasil perhitungan maka didapat besar gaya vertikal ke atas VD = 3,6 Kg dan
momen MD sebesar 54,93 Kg.mm searah jarum jam. Dengan demikian dapat
digambarkan diagram bidang M sehingga dapat diketahui momen maksimumnya
(gambar 4.20).
2.1.2.3 Lengan
Untuk memudahkan analisa maka gaya-gaya yang terjadi pada lengan
digambarkan pada gambar 4.21
-Jumlah momen di titik E
2ME = 0 -MD - VD.XDE .cose - Wp2.Xp2E .cose + V..X,, = 0
-34,93 - 3,6.305. cos85 - 0.777.155.cos85 + Vs.150 - 0
Vs = l,07Kg
-Jumlah momen di titik S
I M s = 0 -Mn - Vn.XD .cosG - Wp2.Xp2S .cos9+ VE.XSF = 0
-54,93 - 3,6 .155. cos85 - 0,777 .5 . COS 85 + VF.150 = 0
VE - 0,69 Kg
-Gaya di titik S
R=VS / sin p i
= 1,07/sin 21,1°
= 2,98 Kg
H^Rs.cos p i
= 2,98. cos 21,1°
= 2,78 Kg
-Jumlah gaya dalam arah horisontal
ZH = 0
-Hs + HE = 0
-2,78 + HF = 0
HE = 2,78Kg
Dari hasil perhitungan maka didapatkan gaya-gaya yang lebih kecil dari pada saat
lengan membentuk sudut. Gaya-gaya yang terjadi yaitu pada titik S, Vs = 1,07 Kg,
Hs = 2,78 Kg, Rs = 2,98 Kg, pada titik E, VE = 0,69 Kg dan HE = 2,78 Kg.
Dengan demikian dapat digambar diagram bidang M untuk memdapatkan momen
maksimum yang terjadi pada lengan.(gambar 4.22)
130
Selanjutnya analisa gaya pada silinder pneumatik, dimana saat silinder
pneumatik langkah penuh mempunyai berat 0,67 Kg.(gambar 4.23)
Ws = 0,67 Kg
WSE • 0,67 / cos a j = 0,67/cos 27,9°
= 0,76 Kg.
-Jumlah gaya dalam arah horisontal
ZH = 0
R8 + W g E - R g - 0
2,98 + 0,76 - Rs'=0
^ ' = 3,74 Kg
-Gaya yang terjadi pada titik S'
Hs' = Rs' .sin al - 3,74 sin 23,9° = 1,52 Kg
Vs' - Rs*.cos al = 3,74 cos 23,9° = 3,42 Kg
Maka hasil perhitungan didapatkan besar gaya vertikal Vs' yang diterima oleh plat
penyangga adalah 3,42 Kg dan gaya horisontal Hs' sebesar 1,52 Kg.
2.1.2.4 Engsel
Untuk memudahkan analisa gaya-gaya yang terjadi pada poros engsel, maka
didapatkan gaya-gaya seperti pada gambar 4.24
-Gaya yang terjadi pada titik E
VE = 0,69Kg
HE = 2,78Kg
RF = 2,86Kg
131
-Momen yang terjadi di titik E3 dan E4
ME3v " &W = 4>3! Kg.mm
Mnm " M R « - 17,375 Kg.mm
MER= 17,91 Kg.mm
-Gaya reaksi yang terjadi pada titik E3 dan E4
VE3 - V w = 0,345 Kg
HE3 = 1^=1,39 Kg
R E =l ,43Kg
Dari hasil perhitungan didapatkan gaya vertikal ke bawah sebesar 0,345 Kg, gaya
horisontal sebesar 1,39 Kg, gaya resultan 1,43 Kg, momen vertikal 4,31 Kg.mm,
momen horisontal 17,38 Kg.mm, dan momen resultan 17,91 Kg.
2.1.2.5 Kolom
Untuk memudahkan analisa maka gaya-gaya yang terjadi pada plat
digambarkan seperti pada gambar 4.25
-Jumlah momen di titik L
EM, = 0
-HET.YFX + HST.YSL + ML = 0
-2,86.180 + 1,52( 180-126,97 ) + ML = 0
M, = 434,19 Kg.mm
-Jumlah momen di titik E
IM F = 0
- H ^ Y ^ - H ^ + M^O _
132
-1,52. 126,97 -H,.180 + 434,19 = 0
H, = l,34Kg
- Jumlah gaya dalam arah vertikal
EV = 0
vET - w - vST - v,. = o
0,71 - 1,00- 3,42 + V, =0
VL = 3,71kg
Dari hasil perhitungan didapat gaya pada titik L dalam arah horisontal H, =
1,34 kg, vertikal VL = 3,71 kg dan momen ML = 434,19 kg.mm, sehingga dapat
digambarkan diagram bidang gaya normal, geser, dan momennya.(gambar 4.26).
Gaya beserta momen inilah yang akan digunakan untuk menentukan besar
kaki las-lasan dan juga ukuran dari baut yang digunakan untuk meletakkan sistem
lengan ini pada plat yang berputar.
2.1.3. ANALISA TEGANGAN
Analisa ini dilakukan untuk melihat apakah bahan-bahan yang digunakan
cukup aman bila mendapat atau dikenai beban luar yang bekerja pada
bagian-bagian tersebut. Dalam analisa ini diperhatikan jenis material dan macam
beban yang bekerja.
133
2.1.3.1. Plat Pencekam
Dengan melihat gaya-gaya yang terjadi, maka pada plat pencekam
dilakukan analisa terhadap bending. Dari hasil perhitungan pada dua posisi lengan,
maka momen maksimum didapatkan sebesar 647,74 kg mm yang terjadi saat
lengan horisontal membentuk sudut 135° dari kolom.
Besar tegangan bending yang terjadi dapat dihitung dengan :
Mb.c 647,74 . A11 . j Ob - — 7 s N = — 7 — l r = 0, Olkg/mnr
4(b.h3) 4(4,5.50-M dari tegangan bending yang terjadi, kemudian dibandingkan dengan tegangan ijin
material. Material yang digunakan adalah SS41 yang mempunyai tegangan yield
Syp = 25 kg/mm2, maka tegangan ijinnya sebesar :
cfj = Sy_E = 25 = 8,3333 kg/mm2
N 3
karena tegangan yang terjadi lebih kecil dari tegangan ijin material yang berarti
material tersebut aman untuk digunakan.
2.1.3.2. Lengan Horisontal
Dengan melihat gaya-gaya yang terjadi, maka pada lengan horisontal
dilakukan analisa terhadap bending. Dari hasil perhitungan pada dua posisi lengan,
didapatkan momen maksimum sebesar 806,2741 kg mm yang terjadi saat lengan
horisontal membentuk sudut 135" dari kolom. Material yang digunakan berupa pipa
kotak, tegangan bending yang terjadi dapat dicari dengan persaniaan seperti
dibawah:
Mb.c 806,2741 n . c l , 2
o b = — T N- = — 7 ! v = 0,2£kg/mnr £.(bo.h2-bi.hf J ^|40.403 -37.373j
134
Material yang digunakan adalah sama yaitu SS 41, tegangan ijinnya sebesar
8,3333 kg/mm2, yang berarti material ini aman untuk digunakan.
2.1.3.3. Engsel
Dari gaya-gaya yang bekerja pada poros engsel, maka dapat diketahui
bahwa pada poros engsel ini terjadi tegangan bending dan tegangan geser. Melalui
analisa gaya dari kedua posisi seperti pada perhitungan sebelumnya, didapatkan
momen terbesar yang terjadi pada saat analisa lengan horisontal membentuk sudut
135° dari kolom. Besar momen dan gaya tersebut adalah 164,25 kg mm dan
26,6186 kg. Material yang digunakan sebagai poros engsel berupa poros pejal
dengan penampang lingkaran. Tegangan bending yang terjadi:
Mb.c 164,25 . , .n_1 . 2 a b = ; - = : = 0,6097kg/mm2
i.Ti.r4 i.Tt.74
sedangkan untuk menghitung tegangan geser yang terjadi pada poros :
is = ,R E , = ! 3 ' 1 2 , , = 0,0426kg/mm2
2.j.7t.d2 2.J.7C.142
Untuk penampang lingkaran, tegangan geser maksimum yang terjadi perlu dicari.
Nilai maksimumnya: Tm« = 4 . TS = 4 . 0,0426 = 0,0568 kg/mm2
3 3
Karena pada satu poros bekerja dua macam tegangan yang berbeda, yaitu
tegangan bending dan tegangan geser, maka perlu dicari tegangan kombinasinya.
Besar tegangan kombinasinya :
o-v - J0 J + 3.TS = 70,60972+3.0,056822 = 0,6123kg/mm2
135
Kemudian dengan cara yang sama seperti diatas, tegangan yang terjadi
dibandingkan dengan tegangan ijin material. Material yang digunakan adalah sama
yaitu S30C dengan tegangan ijinnya sebesar 8,3333 kg/mm2. Sehingga dengan
tegangan yang terjadi yaitu 0,6123 kg/mm2, material ini aman untuk digunakan.
2.1.3.4. Kolom
Dari gaya-gaya yang bekerja pada kolom, maka dapat diketahui bahwa
pada kolom ini terjadi tegangan tekan pada keseluruhan panjang kolom dan
tegangan geser pada daerah sekitar lubang poros engsel. Material yang digunakan
sebagai kolom berupa pipa kotak dengan ukuran maupun kekuatan yang sama
dengan material pada lengan horisontal.
Melalui analisa gaya dari kedua posisi seperti pada perhitungan sebelumnya,
momen terbesar didapatkan pada saat lengan horisontal dalam keadaan membentuk
sudut 135° dari kolom. Gaya vertikal terbesar pada saat posisi lengan horisontal
membentuk sudut 135° dari kolom. Perhitungan dilakukan pada kedua posisi dan
hasilnya dipilih yang terbesar.
Pada saat posisi lengan horisontal membentuk sudut 135° dari kolom,
momen terbesar adalah 4587,05 kg mm dan gaya vertikal terbesar yang terjadi
adalah 54,10 kg.
p Mb.c _ 54,10 4587,05 t y ~ b 0 . h o - b i . h i
+ I ~ 4 0 2 - 3 7 2 + x ( 4 0 4 0 2 _ 3 7 3 7 2 )
= 0,8070 kg/mm2
136
Kemudian tegangan yang terjadi pada kolom dibandingkan dengan
tegangan yang diijinkan pada material dan ternyata tegangan yang terjadi masih
lebih kecil dari tegangan ijin material sehingga material tersebut aman digunakan.
Namun material ini perlu dicek pula terhadap tegangan geser yang dapat merusak
pada daerah sekitar lubang. Bila ternyata pada pengecekan ini tegangan yang
terjadi juga lebih kecil dari tegangan ijin, maka material ini aman digunakan.
Analisa kerusakan sekitar lubang pada plat dari pipa kotak akibat tegangan
tekan, yaitu dengan:
a, = R£ = 13.12 - 0,1562 kg/mm2
4 . d . t 4 . 1 4 . 1 , 5
ternyata tegangan yang terjadi lebih kecil dari tegangan ijin, maka material ini aman
untuk digunakan.
2.1.4. Analisa Sambungan Las
Sambungan las hanya digunakan pada plat penyangga dan pada kaki kolom.
Pada daerah ini sambungan las dianggap penting sebab pada alat penyangga ini
merupakan tempat dudukan dari silinder pneumatik melakukan kerja. Sedangkan
pada kaki kolom, las-lasan merupakan tempat bertumpunya semua sistem lengan.
2.1.4.1. Plat Penyangga
Pada plat penyangga pengelasan dilakukan pada sisi yang berhubungan
dengan kolom. Pengelasan dilakukan pada bagian bawah plat strip sehingga kaki
137
las mendapat gaya tekan sebesar 54,10 kg. Material las yang digunakan mempunyai
yield 25 kg/mm2.
Untuk menentukan tinggi kaki las-lasan minimum, dilakukan analisa
tegangan-tegangan yang terjadi, yaitu :
1 Analisa terhadap tegangan tekan
a, - vs 2.1. 0,708 . a
, Svp o t<a t s = —
Vs
(Syp/N) .2.1. 0,707
54.10.
(25/3) . 2 . 40 . 0,707 = 0,1148 mm
Dari hasil analisa tegangan tekan, tinggi kaki las-lasan minimum adalah 0,1148 mm.
2 Analisa terhadap tegangan geser
Pada plat penyangga ini juga terjadi tegangan geser akibat gaya horisontal
yang besarnya 8,19 kg, sehingga tinggi kaki las-lasan yang didapat nantinya
dibandingkan dengan tinggi kaki las-lasan akibat gaya tekan.
%
Is <
2
Tsi
Hs . / . 0,707 . a
- 0.58 . Svp N
Hs 8,19 a = 0.58 . Svp - 0.58 . 25 =0,0300mm
N .2.7.0,707 3 .2.1.0,101
karena dari hasil analisa terhadap tegangan geser tinggi kaki las-lasan hanya 0,0300
mm, maka tinggi kaki las-lasan minimum yang digunakan adalah 0,1148 mm.
138
2.1.4.2. Kolom
Pengelasan dilakukan pada keliling dari kaki kolom. Kaki las-lasan harus
dapat menerima gaya tekan, geser maupun bending. Analisa dilakukan pada ketiga
macam gaya untuk mendapatkan dimensi kaki las yang terbesar.
1 Analisa terhadap tegangan tekan.
Gaya tekan yang bekerja pada kaki kolom sebesar 54,10 kg, untuk
perhitungan digunakan cara seperti analisa las-lasan pada plat penyangga. Dengan
F = 4 . 0,707 . a , maka didapatkan tinggi kaki las-lasan minimum.
a = V / ( Syp .4.1. 0,707 / N ) - 54,10 / ( 25 . 4 . 40 . 0,707/3)
a = 0,0574 mm
2 Analisa terhadap tegangan geser
Tegangan geser ini timbul akibat adanya gaya horisontal pada kaki kolom,
besarnya gaya yang bekerja 8,19 kg. Untuk analisa ini dengan
F = 4 . / . 0,707 . a, sehingga dari hasil perhitungan didapat tinggi kaki las-lasan
minimum.
a = H / ( 0,58 . Syp . 4 . / . 0,707 / N )
a = 8,19 / ( 0,58 . 25 . 4 . 40 . 0,707 / 3 )
a = 0,0150 mm
3 Analisa terhadap tegangan bending
Tegangan ini timbul akibat adanya momen bending pada kaki kolom yang
besarnya adalah 4587,0 kg mm. Untuk analisanya digunakan persamaan .
oh = Mb = Mb . 6 . / ._ Wb 0 , 7 0 7 . / 3 . a - ( 0 , 7 0 7 . a - t ) . ( / - t ) 3
139
25 = 4587,05 3 0,707 . 403. a - ( 0,707 . a - 1,5 ) . ( 40 - 1,5 )3
a = 2,0716 mm
sehingga dari ketiga macam analisa tinggi kaki las-lasan disimpulkan tinggi kaki
las-lasan minimum 2,0716 mm.
2.1.5. Analisa Sambungan Baut Dan Mur
Pembahasan ini dibatasi hanya pada kaki kolom dimana mur-baut
digunakan untuk melekatkan plat kaki dari kolom terhadap plat penghubung.
Mur-baut ini harus dapat menerima tegangan geser maupun momen bending.
2.1.5.1. Analisa Terhadap Tegangan Geser
Tegangan geser ini timbul karena adanya gaya horisontal sebesar 8,19 kg
pada kaki kolom, seperti pada gambar dibawah ini maka baut dikatakan mengalami
tegangan geser langsung dan tegangan geser karena momen. Besar tegangan geser
langsung didapatkan dengan persamaan :
H, = 2 . HL / 2 = 2 . 8,19 / 2 - 8,19 kg
sedangkan tegangan geser karena moman didapatkan dengan persamaan :
M - HL . 45 - 8,19 . 45 - 368,55 kg mm
2 . r . H , = M
H2 = 368,55 / ( 2 . 90 ) = 2,0475 kg
140
\1 2 H = ( H,2 + H22 + 2 . H, . H2. Cos a )'
- ( 8,192 + 2,04752 + 2 . 8,19 . 2,0475 . Cos 27,9 ) ,/2
- 5,0057 kg
d b >
d b >
/ 4.H 0.58.S™
r- N
(4.5,0057 0.58.24
d b > 1,1720mm
2.1.5.2. Analisa Tegangan Karena Momen
Seperti tampak pada gambar 4.27, maka pada baut terjadi tegangan tarik
akibat moman yang bekerja pada kaki kolom. Besar momen yang terjadi adalah
4587,05 kg mm, kemudian dari momen yang terjadi dicari gaya tarik terbesar yang
bekerja pada baut untuk perhitungan selanjutnya.
Jumlah momen di titik 1
ZM, = 0
M - V2. 2 . r = 0
4587,05 - Va . 2 . 90 =
V2 = 25,4836 kg
Jumlah momen di titik 2
SM2 = 0
M + V, . 2 . r = 0
= 0
4587,05 + V, . 2 . 90 = 0
HI
(Ss
HL *
/
HI
a
HI
^ 3
/ H £
Gambar 4.27 Gaya pada baut
/
141
T^
2. "_i 5 Zfvw Gambar 4.28 Diagram rangkaian Pneumatik
142
V, - - 25,4836 kg
Untuk mendapatkan diameter baut digunakan persamaan tegangan tarik
dengan gaya tank sebesar 25,4836 kg, yang dapat dihitung dengan :
< • „ * • - « * s y p _
. ^ 4.25,4836
db> 2,0139mm
Jadi diameter baut yang digunakan dipilih sebesar 12 mm dapat digunakan dalam
perencanaan ini karena lebih besar dari diameter yang diijinkan.
2.2. PERENCANAAN PNEUMATIK
Pneumatik ini digunakan untuk menaikkan dan menurunkan lengan agar
posisi torch dapat diatur sesuai dengan kebutuhan proses pengelasan. Pneumatik
yang digunakan adalah jenis kerja ganda ( double acting). Dari analisa gaya pada
sistem lengan didapatkan gaya terbesar yang harus diberikan oleh silinder
pneumatik sebesar 25,9 kg ( 254,079 N ), yaitu pada saat lengan membentuk sudut
135 dari kolom. Tekanan udara yang telah tersedia sebesar 6 bar.
2.2.1. Perencanaan Dimensi Silinder Pneumatik
Setelah gaya dan tekanan diketahui maka diameter silinder piston dapat
ditentukan dengan cara langsung melihat pada tabel 3.18 dan didapatkan diameter
143
silinder piston sebesar 25 mm. Untuk panjang langkah standar dari siJinder
berdiameter 25 mm dapat dilihat pada lampiran 6.
Silinder pneumatik yang digunakan adalah type DSNU 25 P - A dengan
panjang langkah 25 mm dan berat total 0,6768 kg. Agar silinder pneumatik dapat
berfungsi dengan baik maka digunakan engsel pada kedua ujungnya. Bentuk
beserta ukuran engselnya dapat dilihat pula pada lampiran 6. Gambar pneumatiknya
dapat dilihat pada gambar 4.28. Engsel yang digunakan yaitu rod clevis type SG.
2.2.2. Kebutuhan Udara
Kebutuhan udara dari silinder piston dapat dilihat pada gambar 3.11 dan
didapatkan sebesar 0,025 1 / cm. Stroke untuk diameter 25 mm pada tekanan 6 bar.
Sedangkan ukuran dari katup yang akan digunakan dapat dilihat dari tabel 3.19 dan
didapatkan ukuran katup (valve) yaitu M5.
3. PERENCANAAN SISTEM PENGGERAK JIG PENCEKAM PIVOT
Pivot pada proses pengelasan berlangsung supaya berada pada posisi yang
diinginkan haruslah dilakukan pemegangan dan pemegangan ini dilakukan olehyVg
pencekam pivot yang dilekatkan pada lengan penggerak pivot dan lengan dihubungkan
144
dengan silinder pneumatik supaya gerak lengan dapat digerakkan sesuai dengan yang
kita inginkan.
Analisa yang dilakukan adalah seperti berikut.
3.1. ANALISA GAYA SAAT LENGAN MEMBENTUK SUDUT
Sistem lengan yang menggerakkan pivot harus membentuk sudut 30° dari arah
horisontal. Panjang lengan horisontal dibuat 500 mm dan direncanakan dengan pipa
kotak ukuran 40 mm x 40 mm dengan tebal 1,5 mm. Hal ini disesuaikan dengan
peralatan penunjang yang lain. Analisa gaya dilakukan pada tiap-tiap bagian seperti
berikut ini.
3.1.1. JigPencekam Pivot
Jig pencekam pivot yang digunakan mempunyai bentuk dan ukuran
tertentu. Jig pencekam yang dipergunakan ini adalah Air Chuck jenis SMC type
MHQ 2-16D yang mempunyai berat 0,3 kg. Pada saat lengan membentuk sudut 30
dari arah horisontal titik berat chuck berjarak X, = 12,35 mm dari titik A untuk lebih
jelas dapat dilihat pada gambar 4.29.
* Jumlah momen di titik A
IMA = 0
-WT.XTC+MA = 0
X
••'•'•
> •
A'
ft MA
^
i£,3!
v H>
145
Gambar 4.29 Air Chuck
^ 4
Gambar 4.30 Plat pemegang Jig
V
146
Gambar 4.31 Lengan Horisontal
y
X
W7 ,f
7 /
t y
Gambar 4.32 Diagram bidang motnen lengan horisontal
H S &
-A.
, \ \
1
•^ p \ / \
V50 2
Gambar 4.33 Silinder pneumatik
147
s--
\ 4> H«'
\ A vsF \
>
Gambar 4.34 Gaya pada silinder pneumatik
Gambar 4.35 Engsei
148
-0,3 . 12,35 - MA - 0
MA = 3,71 kgmm
*. Jumlah momen di titik U
S M A - 0
-WT + V A = 0
- 0,3 + VA = 0
VA= 0,3
3.1.1.2. Plat Pemegang Jig
Plat pemegang jig ini digunakan untuk menghubungkan jig dengan
lengan horisontal jig. Tebal dari plat pemrgang jig = 1,5 mm ,berat dari plat
pemegang jig = 0.4972 kg. Untuk lebih jelasnya kita lihat gambar 4.30.
*. Jumlah momen di titik C
ZMc = 0
-MA - MB - VA x X ^ cos - VB x XCB cos - Wp x Xpp cos + M,., = 0
-3,716-3,716-0,3 x 25 cos 30 - 0,3 x 25 cos 30 - 0.4972x25 cos 30+ Mc = 0
Mc = 31,18 kgmm
*. Jumlah gaya dalam arah vertikal
I V = 0 •
-vA-vB-wp + vc=o
149
-0,3 - 0 , 3 - 0.4972+ V c =0
Vc - 0,4972 kg
3.1.1.3. Lengan
Selanjutnya dilakukan analisa gaya pada pipa kotak 40 mm x 40 mm
dengan tebal 1,5 mm yang merupakan lengan horisontal. Panjang pipa kotak adalah
480 mm. Dengan berat 1,36 kg. Di ujung pipa kotak diberi lubang untuk penempatan
engsel dan diujung lain dilakukan pengelasan dengan plat pemegang jig. Pada jarak
150 mm dari engsel dipasang sistem pneumatik untuk mengangkat dan menurunkan
lengan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 4.31. Analisa dilakukan pada
titik E dan S.
*. Jumlah momen di titik E
Mc + Vc cos30 x Xpp - Vs a XSE + WP2 cos x XP2E = 0
31,18+0,4972cos 30 x 480 - Vs a 150 + l,36cos30 x 240 = 0
Vs = 3,47kg
*. Jumlah momen di titik S
Mc+Vccos30 x Xcs+W]>2cos 30 x (XP2= Xm )-VE x XES= 0
31,18+0,4972 cos 30 x (480-150)+1.36cos30 x (240-150)-VF x 150=0
V E =l ,86kg
150
*. Gaya resultan dan gaya horisontal di titik S
Rs = V s/ sin a2 = 3,47 / sin 37,8 = 5,66 kg
Hj = Rj. x cos a, = 5,66 x cos 37,8 = 4,47 kg
*. Jumlah gaya dalam arah horisontal
I H = 0
-Vcsin 30 -WP2sin 30 +HE-HS = 0
-0,4972sin30 - l,36sin30 + HE - 4,47 - 0
HE - 5,40 kg
Dari hasil perhitungan gaya-gaya pada titik S dan E berturut-turut H,. = 4,77 kg, Vs =
3,47 kg, HE = 5,40 kg dan VE = 1,86 kg.
Dengan demikian gaya yang harus dihasilkan oleh pneumatis Rs = 5,66 kg =
33,36 N pada tekanan 6 bar. Dari gaya serta momen hasil perhitungan maka dapat
digambarkan diagram momen (gambar 4.32). Untuk dapat menghasilkan gaya
tersebut pada tekanan 6 bar dilihat dari tabel 3.18 maka diameter silinder minimal
harus 25 mm agar lengan horisontal dapat membuka 30°, maka panjang total dari
silinder pneumatik saat langkah penuh adalah 275 mm, panjang langkah silinder
pneumatik diambil sebesar 25 mm. Hal ini disesuaikan dengan panjang silinder
pneumatik. Untuk penjelasan lebih lanjut mengenai sistem pneumatik akan dijelaskan
pada sub bab IV.3..2
151
Berat silinder pada saat tanpa langkah Ws adalah 0,54 kg. Silinder pneumatik
pada posisi awal tanpa langkah, panjangnya 250 mm. Digambarkan secara sket
(gambar 4.33)
Dengan mempergunakan bantuan Autocad maka dengan cara gratis didapatkan
harga b = 230,48 dan a, = 27,9, p, = 62.1, y, = 90, a2 = 37,2, P2 = 82,2, y, = 60.
Dengan demikian dapat dicari gaya silinder pneumatik terhadap kolom yang
dapat dilihat pada gambar 4.34
* Gaya berat silinder dalam arah horisontal
WSH - Ws / cos a, - 0,54 / cos 37,2 « 0,68 kg
* Jumlah gaya dalam arah horisontal
IH = 0
R*+WSH + Rs' = 0
5,66 + 0,68 - Rs1 = 0
R ^ 6,34 kg
* Gaya dalam arah vertikal dan horisontal di titik S1
RsV = Vs! = RS
J sin a2 = 6,34 sin 37,2 = 3,83 kg
RSH = Hs = Rs1 c o s a2 = 6,34cos 37,2 = 5,05 kg
152
3.1.1.4. Engsel
Gaya yang terjadi oleh poros engsel, besar gaya dan momen yang terjadi
pada poros engsel dapat dilihat pada gambar 4.35
Gaya yang terjadi pada poros engsel
VEr= 1,86 kg
HEr = 5,40kg
Untuk mendapatkan besarnya momen dan gaya pada titik 3 dan 4 sama
dengan cara pada plat pemegang jig sehingga didapatkan :
ME3V = ME4V = 1,86 x 50/8 = 11,63 kgmm
ME3H = M E 4 H
= 5 > 4 0 x 5 0 / 8 = 3 3 > 7 5 k 8 m m
^ = 35,69 kg
VE3 = VE4 = 0,93kg
HE3 = H^ = 2,70 kg
RE = 2,86 kg
Dari hasil perhitungan gaya vertikal ke bawah sebesar 0,93 kg, gaya
horisontal sebesar 2,70 kg, gaya resultan 2,86 kg, momen vertikal 11,63 kgmm,
momen horisontal 33,75 kg dan momen resultan 35,69 kg.
153
3.1.2. Analisa Gaya Saat Lengan Mendatar
Dengan cara penghitungan yang sama pada analisa gaya saat naik atau membuat
sudut, maka perhitungan pada saat lengan mendatar tidak memperhitungkan sudut
kenaikan lengan.
3.1.2.1. Jig Pencekam Pivot
Pada saat lengan mendatar, titik berat Air Chuck berjarak Xj. = 14,26 dari titik
pusat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 4.36.
* Jumlah Momen di titik A
IMA = 0
WT . XTA - MA = 0
0,3 . 14,26 - MA - 0 MA = 4,278
* Jumlah Gaya Dalam Arah Vertikal
£V = 0
_WT + VA = 0
-0,3 +VA = 0
VA= 0,3 Kg
154
-£=-
Gambar 4.36 Air chuck
^ >
v^V" ̂
Gambar 4.37 Plat pemegang Jig
• ••Y
X
480
V/p2
155
Gambar 4.38 Lengan horisontal
ir
- t>
nm X
V 167,73
Gambar 4.39 Diagram bidang momea lengan Horisontal
S'
Vs'V
- t>H s '
,RB'
VS
Gambar 4.40 Silinder Pneumatik
156 Vf-4
Gambar 4.41 Engsel
VW
Gambar 4.42 Diagram rangkaian Pneumatik
HA
157
3.1.2.2. Plat Pemegang Jig
Untuk memudahkan analisa maka gaya-gaya yang terjadi pada plat digambarkan
sepertigambar4.37
* Jumlah Momen dititik C
IM c = 0
MA - MB - VA x XCA - VB x XCR - WPx Xpe, + Mp = 0
4,278 - 4,278 - 0,3 x 25 - 0,3 x 25 - 0,4972 x 25 + M^ = 0
Mp = 35,99 Kg mm
* Jumlah Gaya Dalam Arah Vertikal
I V = 0
-V A -V B -W P + Vc = 0
-0,3 - 0,3 - 0,4972 + Vc = 0
V c = 1,0972 Kg
Untuk perhitungan saat lengan mendatar gaya Vc yang terjadi adalah sama dengan saat
lengan membentuk. Namun momen yang terjadi lebih besarl yaitu sebesar 35,99
Kgmm yang arahnya berlawanan arah jarum jam.
3.1.2.3. Lengan
Untuk memudahkan analisa maka gaya-gaya yang terjadi pada lengan
digambarkan seperti gambar 4.38
* Jumlah momen dititik E
IME = 0
Mc + Vc x XCE + WP2 x Xm - Vs x Xgg = 0
35,99 + 1,0972 x 480 + 0,4972 x 240 - Vsx 150 - 0
Vs = 4,55Kg
* Jumlah momen dititik S
LMs = 0
Mc + Vcx X,.s+ WP2x Xras - VE x XES = 0
35,99 + l,0972x(480-150) + 0,4972x(240-150) -VE.150 - 0
VE = 2,95Kg
* Gaya resultan dan gaya horisontal dititik S
Rg-Vg/sinBl =4,55/sin62,1 =5,15 Kg
1^=1^ .008 131 = 5,15x008 62,1=2,41 Kg
* Jumlah gaya dalam arah horisontal
I H = 0
HE-HS = 0
HE-2,41 = 0
HK=2,41Kg
Dari hasil - hasil perhitungan gaya-gaya dititik S dan E berturut-turut
R = 2,41 Kg HE = 2,41 Kg
159
Vs - 4,55 Kg VR = 2,95 Kg
Dengan demikian dapat digambarkan diagram bidang M untuk mendapatkan momen
maksimum yang terjadi pada lengan (gambar 4.39)
Selanjutnya analisa gaya pada silinder pneumatik, dimana pada saat silinder pneumatik
langkah penuh mempunyai berat 0,67 Kg (gambar 4.40)
Ws = 0,67 Kg
WSH= 0,67 / cos a, = 0,67 / cos 27,9 =0,75811
* Jumlah gaya dalam arah horisontal
ZH = 0
R. ' + W . - R , = 0
V +0,75811-5,15 = 0
Rs' = 5,91Kg
* Gaya yang terjadi dititik S'
Hs* = Rs'. sin a, = 5,15 x sin27,9 = 2,41 Kg
Vs' = Rs\ cos a, - 5,15 x cos27,9 - 4,55 Kg
3.1.2.4. Engsel
Untuk memudahkan analisa gaya-gaya yang terjadi pada poros engsel (gambar
4.41)
160
* Gaya yang terjadi pada poros engsel
VE« - 2,95 Kg
HE' = 2,41 Kg
Untuk mendapatkan besaraya momen dan gaya dititik 3 dan 4 sama dengan cara pada
plat pemegang Jig, sehingga didapatkan:
ME3v = MF4v " 2 > 9 5 x 5 0 / 8 = 18,44 Kgmm
ME3H " ME4H = 2,32327 x 50/8 = 14,52 Kgmm
MER = 23,47 Kgmm
VE3 = VE4 = 1,48 Kg
HE3 = HE4 = 1,21 Kg
RE = 1,91 Kg
Dari hasil perhitungan gaya vertikal kebawah sebesar 1,48 Kg, gaya horisontal sebesar
1,21 Kg, gaya resultan 1,91 Kg, momen vertikal 18,44 Kgmm, momen horisontal
14,52 Kgmm, dan momen resultan 23,47 Kgmm.
3.1.3. ANALISA TEGANGAN
Analisa ini dilakukan untuk melihat apakah bahan-bahan yang digunakan cukup
aman bila mendapat atau dikenai beban luar yang bekerja pada bagian-bagian tersebut.
Dalam analisa ini diperhatikan jenis material dan macam beban yang bekerja.
161
3.1.3.1. Plat Pemegang Jig
Dengan melihat gaya-gaya yang terjadi pada plat pemegang jig, maka pada
plat pemegang jig dilakukan analisa terhadap bending. Dari hasil perhitungan pada
dua posisi lengan, maka momen maksimum didapatkan sebesar 31,18 kg mm yang
terjadi saat lengan horisontal mendatar.
Besar tegangan bending yang terjadi dapat dihitung dengan :
Mb.c 31,18.25 . nn__ „ , 2 o b = — " N = — f r- = 1,9955.1kg/mm2
i f b . h 3 ) i [ l . 5 . 5 0 3 ]
dari tegangan bending yang terjadi, kemudian dibandingkan dengan tegangan ijin
material. Material yang digunakan adalah SS41 yang mempunyai tegangan yield Syp =
25 kg/mm2, maka tegangan ijinnya sebesar :
Oj = Syp = 25 = 8,3333 kg/mm2
N 3
karena tegangan yang terjadi lebih kecil dari tegangan ijin material yang berarti
material tersebut aman untuk digunakan.
3.1.3.2. Lengan Horisontal
Dengan melihat gaya-gaya yang terjadi, maka pada lengan horisontal dilakukan
analisa terhadap bending. Dari hasil perhitungan pada dua posisi lengan, didapatkan
momen maksimum sebesar 167,73 kg mm yang terjadi saat lengan horisontal
mendatar. Material yang digunakan berupa pipa kotak, tegangan bending yang terjadi
dapat dicari dengan persamaan seperti dibawah :
162
Mb.c 167,73.20 „ _. -n . 2
a b = —7 s N - = — T ! e = 2,94. lCkg/mm i ( b o . h | - b i . h ? ) ^ . (40 .40 3 -37 .37^
Material yang digunakan adalah sama yaitu SS 41, tegangan ijinnya sebesar
8,3333 kg/mm2, yang berarti material ini aman untuk digunakan.
3.1.3.3. Engsel
Dari gaya-gaya yang bekerja pada poros engsel, maka dapat diketahui bahwa
pada poros engsel ini terjadi tegangan bending dan tegangan geser. Melalui analisa
gaya dari kedua posisi seperti pada perhitungan sebelumnya, didapatkan momen
terbesar yang terjadi pada saat analisa lengan horisontal mendatar. Besar momen dan
gaya tersebut adalah 71,22 kg mm dan 1,91 kg (gambar 4.41). Material yang
digunakan sebagai poros engsel berupa poros pejal dengan penampang lingkaran.
Tegangan bending yang terjadi:
Mb.c 71,22 . .A , 2
j.Tl.d4 J.7C.74
sedangkan untuk menghitung tegangan geser yang terjadi pada poros :
xs = , R E = } ' 9 1 , = 6,20. lO^g/mm2
l.^.K.d2 2.\.K.\A2
Untuk penampang lingkaran, tegangan geser maksimum yang terjadi perlu dicari. Nilai
maksimumnya:
Tm« = 4 . T S « 4 . 6,20.103 = 8,27.103 kg/mm2
3 3
163
Karena pada satu poros bekerja dua macam tegangan yang berbeda, yaitu
tegangan bending dan tegangan geser, maka perlu dicari tegangan kombinasinya.
Besar tegangan kombinasinya :
o-v = JcjJ + 3.ti = 1/o,2622 + 3.0,008272 = 0,26kg/mnr
Kemudian dengan cara yang sama seperti diatas, tegangan yang terjadi
dibandingkan dengan tegangan ijin material. Material yang digunakan adalah sama
yaitu S30C dengan tegangan ijinnya sebesar 8,3333 kg/mm2. Sehingga dengan
tegangan yang terjadi yaitu 0,26 kg/mm2, material ini aman untuk digunakan.
3.1.4. Analisa Sambungan Las
Sambungan las hanya digunakan pada plat penyangga dan pada kaki kolom.
Pada daerah ini sambungan las dianggap penting sebab pada alat penyangga ini
merupakan tempat dudukan dari silinder pneumatik melakukan kerja. Sedangkan pada
kaki kolom, las-lasan merupakan tempat bertumpunya semua sistem lengan.
3.1.4.1. Plat Pemegang
Pada plat penyangga pengelasan dilakukan pada sisi yang berhubungan dengan
kolom. Pengelasan dilakukan pada bagian bawah plat strip sehingga kaki las mendapat
gaya tekan sebesar 0,4972 kg. Material las yang digunakan mempunyai yield 25
kg/mm2.
164
Untuk menentukan tinggi kaki las-lasan minimum, dilakukan analisa
tegangan-tegangan yang terjadi, yaitu :
1 Analisa terhadap tegangan tekan
<yt - Vs 2.1. 0,708 . a
c t<a t s = —
Vs ._ 1.0972 a = = = 2.3279.103 mm
(Syp/N) . 2 . / . 0,707 (25/3) . 2 . 40 . 0,707
Dari hasil analisa tegangan tekan, tinggi kaki las-lasan minimum adalah 2,3279.103
mm.
2 Analisa terhadap tegangan geser
Pada plat penyangga ini juga terjadi tegangan geser akibat gaya horisontal yang
besarnya 0,3 kg, sehingga tinggi kaki las-lasan yang didapat nantinya dibandingkan
dengan tinggi kaki las-lasan akibat gaya tekan.
r,
Xs <
2
^si
Hs . / . 0,707 . a
= 0.58 . Svp N
Vc 1.0927 a = 0.58 . Svp = 0.58 . 25 =4,01.103mm
N .2 .7 .0 ,707 3 .2.40.0,707
karena dari hasil analisa terhadap tegangan geser tinggi kaki las-lasan hanya 4,01.103
mm, maka tinggi kaki las-lasan minimum yang digunakan adalah 4,01.103 mm.
165
3.2. PERENCANAAN PNEUMATIK
Pneumatik ini digunakan untuk menaikkan dan menurunkan lengan agar posisi
torch dapat diatur sesuai dengan kebutuhan proses pengelasan. Pneumatik yang
digunakan adalah jenis kerja ganda ( double acting ). Dari analisa gaya pada sistem
lengan didapatkan gaya terbesar yang harus diberikan oleh silinder pneumatik sebesar
5,15 kg ( 50,5215 N ), yaitu pada saat lengan horisontal dalam keadaan mendatar.
Tekanan udara yang telah tersedia sebesar 6 bar.
3.2.1. Perencanaan Dimensi Silinder Pneumatik
Setelah gaya dan tekanan diketahui maka diameter silinder piston dapat
ditentukan dengan cara langsung melihat pada tabel 3.18 dan didapatkan diameter
silinder piston sebesar 12 mm. Untuk panjang langkah standar dari silinder berdiameter
12 mm dapat dilihat pada lampiran 6.
Silinder pneumatik yang digunakan adalah type DSNU 25 P - A dengan
panjang langkah 25 mm dan berat total 0,6768 kg. Agar silinder pneumatik dapat
berfiingsi dengan baik maka digunakan engsel pada kedua ujungnya. Bentuk beserta
ukuran engselnya dapat dilihat pula pada lampiran 6. Gambar pneumatiknya dapat
dilihat pada gambar 4.42. Engsel yang digunakan yaitu rod clevis type SG.
166
3.2.2. Kebutuhan Udara
Kebutuhan udara dari silinder piston dapat dilihat pada gambar 3.11 dan
didapatkan sebesar 0,02 / / cm. Stroke untuk diameter 12 mm pada tekanan 6 bar.
Sedangkan ukuran dari katup yang akan digunakan dapat dilihat dari tabel 3.19 dan
didapatkan ukuran katup ( valve ) yaitu M5.
4. PERENCANAAN AIR CHUCK
4.1. ANALISA TEGANGAN PADA PIVOT
Pivot yang dicekam oleh air chuck dapat diketahui bahwa pada pivot tersebut
terjadi tegangan geser. Material yang digunakan sebagai pivot berupa silinder
berongga dengan penampang lingkaran. Tegangan geser yang terjadi pada pivot:
RE RE I / 2 ts = rz r- = — — 7 N kg/mm
2 . i « . ( d § - 4 ) 2 .1 .7 , (82-6^
untuk penampang lingkaran, tegangan geser maksimum yang terjadi perlu dicari nilai maksimumnya:
Tmax = \u = f j ^ v = °»0303cg/mm2
kemudian tegangan yang terjadi dibandingkan dengan tegangan ijin material. Material
yang digunakan adalah SS41 dengan tegangan ijinnya 8,3333 kg/mm2. Sehingga
dengan demikian didapatkan harga RE yang merupakan gaya geser maksimum yang
diijinkan bekerja pada pivot sebesar : 274,7385 kg.
167
4.2. PERENCANAAN PNEUMATIK
Pneumatik ini digunakan untuk mencekam pivot agar posisi pivot dapat sesuai
dengan kebutuhan proses pengelasan. Pneumatik yang digunakan adalah jenis kerja
ganda (double acting). Tekanan udara yang telah tersedia sebesar 6 bar. Diameter
silinder piston ditentukan dengan cara langsung melihat pada lampiran 6 dan
didapatkan diameter piston sebesar 16 mm begitu pula untuk panjang langkah standar
dari silinder berdiameter 16 mm dapat dilihat pada lampiran 6.
Air chuck yang digunakan adalah type MHQ 2-16 D dengan panjang langkah 6
mm dan berat total 0,3 kg. Gambar rangkaian pneumatiknya dapat dilihat pada gambar
4.43.
Kebutuhan udara dari silinder piston dapat dilihat pada gambar 3.11 dan
didapat sebesar 0,015 1/cm. Stroke untuk diameter silinder 16 mm pada tekanan 6 bar.
Sedangkan ukuran dari katup yang akan digunakan dapat dilihat dari tabel 3.19 dan
didapatkan ukuran katup (valve) yaitu M5.
£v<r 5 TfVW
Gambar 4.43 Diagram rangkaian Pneumatik