askep torch fixz
DESCRIPTION
xbxvbvxbvxbxbxvbxbxbxbxbxxbxbxbxbxxbxbxbxbxbxbxbxbxbbxbxbxbxbxbxbxbxbxbxTRANSCRIPT
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan paper ini yang berjudul “ASUHAN
KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PENYAKIT TORCH” Untuk menyelesaikan
tugas dari mata kuliah Sistem Reproduksi.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan paper ini penulis telah mendapatkan
bantuan yang sangat berharga dari berbagai pihak. Melalui kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu untuk
terselesaikannya paper ini.
Penulis menyadari bahwa paper ini masih jauh dari sempurna mengingat
keterbatasan pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karena itu, segala kritik dan saran dari
pembaca sangat diharapkan demi kesempurnaan paper ini lebih lanjut. Semoga paper ini
bermanfaat bagi semua pembaca.
Denpasar, April 2013
Penulis
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................... 1
DAFTAR ISI ........................................................................................................................ 2
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................... 3
A. Latar Belakang ......................................................................................................... 3
B. Rumusan Masalah .................................................................................................. 3
C. Tujuan ..................................................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................... 4
A. KONSEP DASAR TEORI PENYAKIT ............................................................................. 4
1. DEFINISI .................................................................................................................. 4
2. ETIOLOGI................................................................................................................. 4
3. TANDA DAN GEJALA .............................................................................................. 4
4. PATOFISIOLOGI ..................................................................................................... 5
5. PENATALAKSANAAN/TERAPI ............................................................................... 11
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN................................................................ 13
1. PENGKAJIAN .......................................................................................................... 13
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN .................................................................................. 13
3. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN ................................................................ 14
4. EVALUASI................................................................................................................. 16
BAB III PENUTUP ............................................................................................................... 18
A. KESIMPULAN .......................................................................................................... 18
B. SARAN .................................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 19
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit TORCH merupakan kelompok infeksi beberapa jenis virus yaitu parasit
Toxoplasma gondii, virus Rubella, CMV (Cytomegalo Virus), virus Herpes Simplex
(HSV1 – HSV2) dan kemungkinan oleh virus lain yang dampak klinisnya lebih terbatas
(misalnya Measles, Varicella, Echovirus, Mumps, Vassinia, Polio dan Coxsackie-B).
Penyakit TORCH ini dikenal karena menyebabkan kelainan dan berbagai keluhan
yang bisa menyerang siapa saja, mulai anak-anak sampai orang dewasa, baik pria
maupun wanita.Bagi ibu yang terinfeksi saat hamil dapat menyebabkan kelainan
pertumbuhan pada bayinya, yaitu cacat fisik dan mental yang beraneka ragam.
Infeksi TORCH juga dapat menyerang semua jaringan organ tubuh, termasuk sistem
saraf pusat dan perifeir yang mengendalikan fungsi gerak, penglihatan, pendengaran,
sistem kadiovaskuler serta metabolisma tubuh.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari infeksi torch?
2. Apa penyebab dari infeksi torch?
3. Bagaimana tanda dan gejala infeksi torch?
4. Bagaimana patofisiologi dari infeksi torch?
5. Apa pengaruh infeksi terhadap kehamilan?
6. Bagaimana Pemeriksaan Torch Saat Hamil?
7. Bagaimana Penatalaksanaan untuk infeksi torch?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian infeksi torch
2. Mengatahui penyebab infeksi torch
3. Menegtahui tanda dan gejala infeksi torch
4. Mengetahui patofisiology infeksi torch
5. Mengetahui pengaruh infeksi terhadap kehamilan
6. Menegtahui pemeriksaan torch saat hamil
7. Mengetahui penatalaksanaan infeksi torch
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Teori Penyakit
1. Pengertian
TORCH adalah istilah untuk menggambarkan gabungan dari empat jenis penyakit
infeksi yaitu TOxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus dan Herpes.
TORCH adalah istilah yang mengacu kepada infeksi yang disebabkan oleh
(Toksoplasma, Rubella, Cytomegalovirus (CMV) dan Herpes simplex virus II (HSV-II)
dalam wanita hamil.TORCH merupakan singkatan dari Toxoplasma gondii (toxo),
Rubella, Cyto Megalo Virus (CMV), Herpes Simplex Virus (HSV) dan penyakit lainnya.
Infeksi TORCH ini sering menimbulkan berbagai masalah kesuburan (fertilitas) baik
pada wanita maupun pria sehingga menyebabkan sulit terjadinya kehamilan.
2. Etiologi
a) Toxoplasma gondii (toxo) merupakan parasit protozoa
b) Rubella
c) Cyto Megalo Virusinfeksi oportunistik yang menyerang saat system kekebalan
tubuh lemah.
d) Herpes Simplex Virus
3. Tanda dan Gejala
1. Toxoplasmosis
Sakit Kepala
Lemah
Demam
2. Rubella
Demam ringan
Merasa mengantuk
Sakit tenggorok sehingga terjadi penurunan nafsu makan
3. Cyto Megalo Virus
Retardasi pertumbuhan intrauterine.
Diare
Demam.
4
4. Herpes Simplex Virus
a. Rasa panas pada bagian kulit
b. Kadang-kadang disertai demam seperti influenza dan setelah2 – 3 hari bintik
kemerahan tersebut berubah menjadi vesikel disertai rasa nyeri.
4. Patofisiologi
1. Toxoplasmosis
1) Kucing
Organisme tempat toxoplasma gondii hidup adalah kucing.kucing tersebut terinfeksi
karena memakan hewan pengerat dan burung pemakan daging yang terinfeksi. Satu
minggu setelah terinfeksi, kucing mengeluarkan oocyst yang terdapat pada
fesesnya.Pengeluaran oocyst terus menerus sampai sekitar 2 minggu sebelum
kucing itu sembuh atau pulih kembali.Feses kucing sudah sangat infeksius. Oocyst
dalam feses menyebar melalui udara dan ketika dihirup akan dapat menyebabkan
infeksi. Sporulasi organisme ini terjadi setelah 1-5 hari dalam kotoran. Jika oocyst
terkandung dalam tanah sisa-sisa partikel berada di atasnya dan akan terbawa arus
air hujan. Sisa oocyst dapat bertahan hidup sampai lebih dari 1 tahun tetapi tidak
aktif
2. Rubella
Virus sesudah masuk melalui saluran pernafasan akan menyebabkan peradangan
pada mukosa saluran pernafasan untuk kemudian menyebar keseluruh tubuh. dari
saluran pernafasan inilah virus akan menyebrang ke sekelilingnya. Pada infeksi
rubella yang diperoleh post natal virus rubella akan dieksresikan dari faring selama.
pada rubella yang kongenal saluran pernafasan dan urin akan tetap mengeksresikan
virus sampai usia 2 tahun. hal ini perlu diperhatikan dalam perawatan bayi dirumah
sakit dan dirumah untuk mencegah terjadinya penularan. Sesudah sembuh tubuh
akan membentuk kekebalan baik berupa antibody maupun kekebalan seluler yang
akan mencegah terjadinya infeksi ulangan.
3. Cyto Megalo Virus
Sitomegalovirus (CMV) adalah penyebab utama infeksi virus congenital di amerika
utara.CMV agaknya ditularkan dari orang ke orang melalui kontak langsung dengan
cairan atau jaringan tubuh, termasuk urin, darah, liur, secret servikal, semen dan ASI.
Masa inkubasi tidak diketahui; berikut ini adalah perkiraan masa inkubasi: setelah
lahir-3 sampai 12 minggu; setelah tranfusi-3 sampai 12 minggu; dan setelah
transplantasi-4 minggu sampai 4 bulan. Urin sering mengandung CMV dari beberapa
5
bulan sampai beberapa tahun setelah infeksi.Virus tersebut dapat tetap tidak aktif
dalam tubuh seseorang tetapi masih dapat diaktifkan kembali.Hingga kini belum ada
imunisasi untuk mencegah penyakit ini.
4. Herpes Simplex Virus
Pada saat virus masuk kedalam tubuh belum memiliki antibody maka infeksinya bisa
bersifat luas dengan gejala-gejala konstitusionil berat.Ini disebut infeksi primer. Virus
kemudian akan menjalar melalui serabut saraf sensoris ke ganglian saraf regional
(ganglian sakralis) dan berdiam disana secara laten. kalau pada saat virus masuk
pertama kali tidak terjadi gejala-gejala primer, maka tubuh akan membuat antibody
sehingga pada serangan berikutnya gejala tidaklah seberat infeksi primer. Bila
sewaktu-waktu ada faktor pencetus, virus akan mengalami aktifasi dan multiplikasi
kembali sehingga terjadi infeksi reklien. karena pada saat ini tubuh sudah
mempunyai antibody maka gejalanya tidak seberat infeksi primer. Faktor-faktor
pencetus, virus akan mengalami aktivasi dan multiplikasi kembali sehiangga terajadi
infeksi neklien. karena pada saat ini tubuh sudah mempunyai antibody maka
gejalanya tidak seberat infeksi primer.
Dampak pada kehamilan dan persalinan
a. Penularan pada janin dapat terjadi hematogen melalui plasenta
b. Penularan pada janin dapat terjadi akibat perjalanan dari vagina ke janin apabila
ketuban pecah. c. Penularan pada bayi dapat terjadi melalui kontak langsung pada
waktu bayi lahir.
Pengaruh Terhadap Kehamilan
1. Toxoplasmosis
Janin yang terinfeksi penyakit ini dapat menyebabkan keguguran atau bayi lahir
mati.Bisa pula menyebabkan kelainan pada bayi saat dewasa.
Infeksi ditularkan dari hewan bertubuh panas kepada manusia.parasit ini masuk ke
dalam tubuh manusia melalui makanan.Sumbernya terutama adalah daging yang
tidak dimasak matang atau sayuran mentah. Tangan yang tercemar toksoplasma
juga bisa menjadi media penularan jika kita tidak mencuci tangan sebelum makan
Pada kasus infeksi maternal primer yang terjadi pada kehamilan, parasit bisa
ditularkan dari plasenta dan menyebabkan cacat pada janin berupa gangguan
penglihatan atau keguguran spontan, meski prosentasenya kecil.Infeksi Toxoplasma
disebabkan oleh parasit yang disebut Toxoplasma gondi. Pada umumnya, infeksi
Toxoplasma terjadi tanpa disertai gejala yang spesipik. Kira-kira hanya 10-20%
kasus infeksiToxoplasma yang disertai gejala ringan, mirip gejala influenza, bisa
6
timbul rasa lelah, malaise, demam, dan umumnya tidak menimbulkan
masalah.Infeksi Toxoplasma berbahaya bila terjadi saat ibu sedang hamil atau pada
orang dengan sistem kekebalan tubuh terganggu (misalnya penderita AIDS, pasien
transpalasi organ yang mendapatkan obat penekan respon imun). Jika wanita hamil
terinfeksi Toxoplasma maka akibat yang dapat terjadi adalah abortus spontan atau
keguguran (4%), lahir mati (3%) atau bayi menderita Toxoplasmosis bawaan. pada
Toxoplasmosis bawaan, gejala dapat muncul setelah dewasa, misalnya kelinan mata
dan atelinga, retardasi mental, kejang-kejang dn ensefalitis.Diagnosis Toxoplasmosis
secara klinis sukar ditentukan karena gejala-gejalanya tidak spesifik atau bahkan
tidak menunjukkan gejala (sub klinik). Oleh karena itu, pemeriksaan laboratorium
mutlak diperlukan untuk mendapatkan diagnosis yang tepat.Pemeriksaan yang lazim
dilakukan adalah Anti-Toxoplasma IgG, IgM dan IgA, serta Aviditas Anti-Toxoplasma
IgG.Pemeriksaan tersebut perlu dilakukan pada orang yang diduga terinfeksi
Toxoplasma, ibu-ibu sebelum atau selama masa hamil (bila hasilnya negatif pelu
diulang sebulan sekali khususnya pada trimester pertma, selanjutnya tiap trimeter),
serta bayi baru lahir dari ibu yang terinfeksi Toxoplasma.
2. Rubella
Rubela yang dialami pada tri semester pertama kehamilan 90 persennya
menyebabkan kebutaan, tuli, kelainan jantung, keterbelakangan mental, bahkan
keguguran.Ibu hamil disarankan untuk tidak berdekatan dengan orang yang sedang
sakit campak Jerman.Untuk mencegahnya, kaum wanita disarankan untuk
melakukan vaksinasi rubela.Perlindungannya mencapai 100 persen.Infeksi Rubella
ditandai dengan demam akut, ruam pada kulit dan pembesaran kelenjar getah
bening.Infeksi ini disebabkan oleh virus Rubella, dapat menyerang anak-anak dan
dewasa muda.Infeksi Rubella berbahaya bila tejadi pada wanita hamil muda, karena
dapat menyebabkan kelainan pada bayinya.Jika infeksi terjadi pada bulan pertama
kehamilan maka risiko terjadinya kelainan adalah 50%, sedangkan jika infeksi tejadi
trimester pertama maka risikonya menjadi 25%.Tanda tanda dan gejala infeksi
Rubella sangat bervariasi untuk tiap individu, bahkan pada beberapa pasien tidak
dikenali, terutama apabila ruam merah tidak tampak. Oleh Karena itu, diagnosis
infeksi Rubella yang tepat perlu ditegakkan dengan bantuan pemeriksaan
laboratorium.Pemeriksaan Laboratorium yang dilakukan meliputi pemeriksaan Anti-
Rubella IgG dana IgM. Pemeriksaan Anti-rubella IgG dapat digunakan untuk
mendeteksi adanya kekebalan pada saat sebelum hamil.Jika ternyata belum memiliki
kekebalan, dianjurkan untuk divaksinasi.Pemeriksaan Anti-rubella IgG dan IgM
7
terutama sangat berguna untuk diagnosis infeksi akut pada kehamilan < 18 minggu
dan risiko infeksi rubella bawaan.
Infeksi rubella berbahaya bila terjadi pada wanita hamil muda, karena dapat
menyebabkan kelainan pada bayinya. Jika infeksi terjadi pada bulan pertama
kehamilan, maka resiko terjadinya kelaianan adalah 50%, sedanggkan jika infeksi
terjadi trimester pertama maka resikonya menjadi 25% Rubella dapat menimbulkan
abortfus, anomaly congenital dan infeksi pada neonates (Konjungtivitis, engefalibis,
vesikulutis, kutis, ikterus dan konvuisi)
Pengaruh rubella pada janin
Rubella dapat meningkatkan angka kematian perinatal dan sering
menyebabkan cacat bawaan pada janin.
3. Cyto Megalo Virus
Infeksi CMV disebabkan oleh virus Cytomegalo, dan virus ini temasuk golongan virus
keluarga Herpes. Seperti halnya keluarga herpes lainnya, virus CMV dapat tinggal
secara laten dalam tubuh dan CMV merupakan salah satu penyebab infeksi yang
berbahaya bagi janin bila infeksi yang berbahaya bagi janin bila infeksi terjadi saat
ibu sedang hamil. Jika ibu hamil terinfeksi.maka janin yang dikandung mempunyai
risiko tertular sehingga mengalami gangguan misalnya pembesaran hati, kuning,
ekapuran otak, ketulian, retardasi mental, dan lain-lain. Pemeriksaan laboratorium
sangat bermanfaat untuk mengetahui infeksi akut atau infeski berulang, dimana
infeksi akut mempunyai risiko yang lebih tinggi.Pemeriksaan laboratorium yang
silakukan meliputi Anti CMV IgG dan IgM, serta Aviditas Anti-CMV IgG.Virus ini
ditularkan melalui kontak seksual atau selama kehamilan.Akibat infeksi ini bisa fatal
karena menyebabkan cacat bawaan pada janin.Belum ada pengobatan yang bisa
mencegah infeksi virus ini.
4. Herpes Simplek Virus
Penularan biasanya terjadi pada kontak seksual pada orang dewasa.HSV 1 juga bisa
ditularkan melalui kontak sosial pada masa anak-anak.Prevelansi HSV 2 lebih tinggi
pada kelompok HIV positif dan mereka yang melakukan hubungan seks tanpa
kondom.Infeksi herpes pada alat genital (kelamin) disebabkan oleh Virus Herpes
Simpleks tipe II (HSV II). Virus ini dapat berada dalam bentuk laten, menjalar melalui
serabut syaraf sensorik dan berdiam diganglion sistem syaraf otonom.Bayi yang
dilahirkan dari ibu yang terinfeksi HSV II biasanya memperlihatkan lepuh pada kuli,
tetapi hal ini tidak selalu muncul sehingga mungkin tidak diketahui. Infeksi HSV II
pada bayi yang baru lahir dapat berakibat fatal (Pada lebih dari 50 kasus)
8
Pemeriksaan laboratorium, yaitu Anti-HSV II IgG dan Igm sangat penting untuk
mendeteksi secara dini terhadap kemungkinan terjadinya infeksi oleh HSV II dan
mencaegah bahaya lebih lanjut pada bayi bila infeksi terjadi pada saat kehamilan.
Tabel I : Kelainan Bawaan Pada Bayi Akibat Infeksi TORCH Kongenital (Menurut Sardjono
TW, Hidayat 1998;48 : 431-435)
Infeksi KeKelainan Utama Kelainan Lain
TOXO
Hidro / Microsefalus,
Khorio-retinitis,
Klasifikasi intracranial
Hepato-spenomagali,
Ikterus Limfadenopati, Retardasi
psikhomotor
RubellaKatarak, tuli, kelainan jantung,
strabimus
Hepato-spenomagali,
Trombositopeni, Retardasi
psikhomotor
CMV Microsefalus, tuli
Klasifikasi intrakranial, Hepato-
spenomagali, Trombositopeni,
Khorioretinitis Retardasi psikhomotor
HSV MicrosefalusKhorioretinitis, Hepatitis intrapartum,
Retardasi psikhomotor
Tabel II : Pemilihan Lab Diagnostik Pada Infeksi TORCH
Infeksi Pilihan I Pilihan II
TOXO
Demonstrasi Antibody IgM terhadap Toxo
Hydrosefalus chorioretinitis, klasifikasi cerebral
yang terbesar
Demonstrasi titer
Antibody, anti Toxo
(I&II) pengamatan
IgM - IgG
Rubella
Isolasi virus Rubella dari urin, usapan tenggorok,
darah atau demostrasi IgM ati Rubella Katarak,
Penyakit Jantung Kongenital, mikrophthalmis,
lesi - lesi tulang panjang
Demonstrasi titer
Antibody Anti
Rubella (I&II)
pengamatan IgM
spesifik kalau perlu
IgG spesifik.
CMV Isolasi CMV dari urin, usapan tenggorok, darah.
Cara Biakan jaringan FAT.
Demonstrasi titer
Antibody, anti CMV
9
Pewarnaan secara FAG pada sel - sel urin. Klinik
adanya mikrosefali Pneumonitis, klasifikasi
serebral periventrikuler
dan pelacakan
Antibody IgM
spesifik CMV, kalau
perlu spesifik
HSV
Amati dan bedakan gejala klinis HSV 1, HSV 2
atau sindroma neurologik pada anak baru lahir
s.d balita kalau perlu sampai remaja.
Adanya mikrosefali, retardasi psikhomotor,
cephalgia berat intermiten, gen keseimbangan
Demonstrasi titer
Antibody anti HSV
tanpa
memperhatikan
Antibody IgM
spesifik anti HSV.
Pemeriksaan titer
Antibody IgG - anti
HSV
2.1 Pemeriksaan Torch Saat Hamil
Pemeriksaan TORCH adalah pemeriksaan yang bertujuan untuk mendeteksi infeksi
TORCH, yang disebabkan oleh parasit TOxoplasma, virus Rubella, Cytomegalovirus
(CMV) dan virus Herpes. Cara mengetahui infeksi TORCH adalah dengan mendeteksi
adanya antibodi dalam darah pasien, yaitu dengan pemeriksaan :
Anti-Toxoplasma IgM dan Anti-Toxoplasma IgG (untuk mendeteksi infeksi
Toxoplasma)
Anti-Rubella IgM dan Anti-Rubella IgG (Untuk mendeteksi infeksi Rubella)
Anti-CMV IgM dan Anti-CMV IgG (untuk mendeteksi infeksi Cytomegalovirus)
Anti-HSV2 IgM dan Anti-HSV2 IgG (untuk mendeteksi infeksi virus Herpes)
Infeksi toksoplasma dan CMV dapat dapat bersifat laten tetapi yang berbahaya adalah
infeksi primer (infeksi yang baru pertama terjadi di saat kehamilan, terutama pada
trimester pertama). Jadi, bila hasil pemeriksaan (yang dilakukan saat hamil) positif maka
perlu dilihat lebih lanjut apakah infeksi baru terjadi atau telah lama berlangsung. Untuk
itu perlu dilakukan pemeriksaan :
Aviditas Anti-Toxoplasma IgG
Aviditas Anti-CMV IgG
10
Indikasi pemeriksaan TORCH :
Wanita yang akan hamil atau merencanakan segera hamil
Wanita yang baru/sedang hamil bila hasil sebelumnya negatif atau belum
diperiksa, idealnya dipantau setiap 3 bulan sekali
Bayi baru lahir yang ibunya terinfeksi pada saat hamil
PANEL TORCH
Anti-Toxoplasma IgM
Anti-Toxoplasma IgG
Anti-Rubella IgM
Anti-Rubella IgG
Anti-CMV IgM
Anti-CMV IgG
Anti HSV2 IgM
Anti HSV2 IgG
5. Penatalaksanaan
1. Toxoplasmosis
Obat-obat yang dipakai sampai saat ini hanya membunuh bentuk takizoid T. gondii
dan tidak membasmi bentuk kistanya. Pirimetamin dan sulfonamide. Spiramisin
adalah antibiotic makrolid, Klindamisin, azitromisin.
2. Rubella
Penanggulangan infeksi rubella adalah dengan pencegahan infeksi salah satunya
dengan cara pemberian vaksinasi.
Vaksin rubella dapat diberikan bagi orang dewasa terutama wanita yang tidak hamil.
Vaksin rubella tidak boleh diberikan pada wanita hamil atau akan hamil dalam 3
bulan setelah pemberian vaksin. hal ini karena vaksin berupa virus rubella hidup
yang dilemahkan dapat beresiko menyebabkan kecacatan meskipun sangat jarang .
3. Cyto Megalo Virus
Sampai saat ini hanya terdapat penatalaksanaan mengatasi gejala(misalnya:
penatalaksanaan demam, tranfusi untuk anemia, dukungan pernapasan).
11
4. Herpes Simpleks Virus
Wanita hamil
Kalau wanita hamil menderita herpes genetalis primer dalam 6 minggu terakhir dari
kehamilannya dianjurkan Sc sebelum atau dalam 4 jam sesudah pecah ketuban.
sedang untuk herpes genitalis sekunder SC tidak dikerjakan secara rutin, hanya yang
masih menularkan saat persalinan dianjurkan untuk SC
Bayi baru lahir Dilakukan untuk pemeriksaan adanya herpes konginetal dan kalau
perlu kultus virus.kalau ibu aktif menderita herpes genitalis maka bayinya diberi
acyclovir 3 dd 10 mg/kg B selama 5 – 7 hari
12
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Infeksi Torch
1. PENGKAJIAN
Identitas klien:
a. Keluhan utama: Demam
b. Riwayat kesehatan:
Suhu tubuh meningkat
Malaise
Sakit tenggorokan
Mual dan muntah
Nyeri otot
c. Riwayat kesehatan dahulu:
Klien sering berkontak langsung dengan binatang
Klien sering mengkonsumsi daging setengah matang
Klien pernah mendapatkan tranfusi darah
d. data psikologis
e. data spiritual
f. data social dan ekonomi
g. Pemeriksaan fisik
a) mata :
nyeri
b) Perut :
diare
mual dan muntah
c) Integument:
suka berkeringat malam
suhu tubuh meningkat
timbulnya rash pada kulit
d) Muskuloskletal:
nyeri
kelemahan
e) hepar
-hepatomegali
-ikterus
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIC
13
a) Anti-Toxoplasma IgM dan Anti-Toxoplasma IgG (untuk mendeteksi infeksi
Toxoplasma)
b) Anti-Rubella IgM dan Anti-Rubella IgG (Untuk mendeteksi infeksi Rubella)
Anti-CMV IgM dan Anti-CMV IgG (untuk mendeteksi infeksi Cytomegalovirus)
c) Anti-HSV2 IgM dan Anti-HSV2 IgG (untuk mendeteksi infeksi virus Herpes)
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri b.d adanya proses infeksi / inflamasi.
2. Hipertemia b. d peningkatan tingkat metabolisme penyakit ditandai dengan suhu390c
tubuh menggigil
3. Kekurangan volume cairan b.d tidak adekuatnya masukan makanan dan cairan
ditandai dengan diare
4. Kurangnya pengetahuan tentang penyakit b.d terbatasnya informasi
3. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Nyeri b.d adanya proses infeksi / inflamasi
a) Tujuan :
-mengurangi nyeri
b) Kriterian hasil :
- Klien melaporkan nyeri hilang dan terkontrol
- Klien tampak rileks
- Klien mampu tidur/istirahat dengan tepat.
Intervensi Rasional
1. Observasi adanya nyeri dan tingkat
nyeri.
Memudahkan tindakan keperawatan
2. Ajarkan dan catat tipe nyeri serta
tindakah untuk mengatasi nyeri
Meningkatkan persepsi klien terhadap
nyeri yang dialaminya.
3. Ajarkan teknik relaksasi Meningkatkan kenyamanan klien
4. Anjurkan untuk menggunakan kompres
hangat
Membantu mengurangi nyeri dan
meningkatkan kenyamanan klien
5. Kolaborasi pemberian analgesik Mengurangi nyeri
2. Hipertemia b. d peningkatan tingkat metabolisme penyakit ditandai dengan
suhu390C, tubuh menggigil.
a) Tujuan:
14
- Mendemonstrasikan suhu dalam batas normal
b) Kriteria hasil:
- Terjadi peningkatan suhu
- Kulit kemerahan dan hangat waktu disentuh
- Peningkatan tingkat pernapasan
Intervensi Rasional
1. Observasi dan catat hasil pemeriksaan
suhu tubuh klien
Menentukan intervensi selanjutnya
2. Berikan kompres hangat kompres dapat menurun suhu tubuh yang
non farmakologis
3. Anjurkan klien banyak minum minimal
1,5 liter/hari
hidrasi yang adekuat dapat menurunkan
suhu tubuh dan mencegah kekurangan
cairan dan elektrolit.
4. Pertahankan kebersihan kulit kulit yang kotor dapat menghalangi
penguapan tubuh terhadap panas.
5. Kolaborasi pemberian analgesik penurun panas
3. Kekurangan volume cairan b.d tidak adekuatnya masukan makanan dan cairan
ditandai dengan diare
a) Tujuan:
- memenuhi kebutuhan cairan tubuh
b) Kriteria hasil:
- Mempertahankan volume sirkulasi adekuaT
- Tanda – tanda vital dalam batas normal
- Nadi ferifer teraba
- Haluaran urine adekuat
- Membrane mukosa lembab
- Turgor kulit baik
Intervensi Rasional
1. Observasi tanda-tanda vital perubahan tanda vital yang signifikan
menandakan adanya kegawatan.
2. Observasi tanda-tanda dehidrasi menentukan intervensi selanjutnya
3. Anjurkan klien banyak minum minimal
1,5 liter/hari
mempertahankan intake cairan peroral
15
4. Anjurkan dan jelaskan untuk diet lunak
rendah serat
serat dapat meningkatkan frekuensi
buang air besar
5. Berikan cairan sesuai batas diet untuk mempertahankan keseimbangan
cairan dan elektrolit
6. Monitor intake-out put/24 jam mengetahui keseimbangan cairan dan
elektrolit
7. Kolaborasi pemberian obat obat untuk pencegahan diare
4. Kurangnya pengetahuan tentang penyakit b.d terbatasnya informasi
a) Tujuan :
- Klien dan keluarga memahami definisi, tanda dan gejala, serta cara
penanganan penyakit TORCH.
- Keluarga dapat berperan dalam melakukan perawatan terhadap anggota
keluarga yang menderita TORCH
b) Kriteria hasil:
- Klien dan keluarga dapat menjelaskan kembali definisi, tanda dan gejala, serta
cara penanganan penyakit TORCH
- Keluarga dapat berperan aktif dalam melakukan perawatan terhadap anggota
keluarga yang menderiat TORCH.
Intervensi Rasional
1. Jelaskan tentang penyakit,tanda,gejala
tentang penyakit TORCH
pengetahuan dapat meningkatkan
kedisplinan terhadap terapi
2. Jelaskan cara-cara pencegahan
penyakit TORCH
meningkatkan pengetahuan klien dan
keluarga dalam
3. Berikan kesempatan bertanya kepada
keluarga dan klien
memperjelas pengetahuan terhadap
penyakit
4. Anjurkan upaya berobat rutin terapi yang berkelanjutan dapat
memulihkan keadaan klien
4. EVALUASI KEPERAWATAN
1. Dx 1 Nyeri b.d adanya proses infeksi / inflamasi
Nyeri hilang atau dengan skala ringan
2. Dx 2 Hipertemia b. d peningkatan tingkat metabolisme penyakit ditandai dengan
suhu390c tubuh menggigil :
16
Suhu tubuh pasien normal menjadi 370c
Tubuh pasien tidak menggigil
3. Dx 3 Kekurangan volume cairan b.d tidak adekuatnya masukan makanan dan
cairan ditandai dengan diare:
Asupan dan keluaran cairan seimbang
Feses dengan konsistensi lembek, frekuensi bab satu kali sehari
4. Dx 4 Kurangnya pengetahuan tentang penyakit b.d terbatasnya informasi:
Pasien mengetahui tentang penyakitnya
Pasien mampu menjelaskan pengertian, penyebab, tanda dan gejala serta
pengobatan penyakitnya.
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
TORCH adalah singkatan dari Toxoplasma gondii (Toxo), Rubella, Cyto Megalo
Virus (CMV), Herpes Simplex Virus (HSV) yang terdiri dari HSV1 dan HSV2 serta
kemungkinan oleh virus lain yang dampak klinisnya lebih terbatas (Misalnya Measles,
Varicella, Echovirus, Mumps, virus Vaccinia, virus Polio, dan virus Coxsackie-B).
B. Saran
Untuk selalu waspada terhadap penyakit TORCH dengan cara mengetahui media
dan cara penyebaran penyakit ini kita dapat menghindari kemungkinan tertular. Hidup
bersih dan makan makanan yang dimasak dengan matang. Upayakan vaksinasi untuk
bayi secara dini agar bayi kita menjadi sehat,
18
DAFTAR PUSTAKA
Prawirohardjo, Sarwono 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Bina Prawirohardjo
Mary Hamilton. 1995. Dasar-Dasar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC
Sarwono Prawirohardjo. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka,
Muliyati, 2005. Buku Panduan Kuliah Keperawatan Maternitas, Makassar: EGC
Harry Oxord. 1990. Ilmu Kebidanan Patofisiologi dan Persalinan, Edisi Human Labor and
Birth. Jakarta: Yayasan Essentia Medica
Jurnalbidandiahhttp://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/artikel-lengkap-atonia-
uteri_25.html#ixzz2QD7f7k3L diakses tanggal 23 april 2013
19