toksikologi luminal

53
Toksikologi Semester IV Selasa, 02 Juli 2013 Napza Dan Analisis Forensik Jenis Bahan Logam Dengan Cara Kerja Napza Dan Analisis Forensik Jenis Bahan Logam Dengan Cara Kerja NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Aditif) I. PENDAHULUAN : Narkoba atau NAPZA adalah bahan / zat yang dapat mempengaruhi kondisi kejiwaan / psikologi seseorang ( pikiran, perasaan dan perilaku ) serta dapat menimbulkan ketergantungan fisik dan psikologi. Yang termasuk dalam NAPZA adalah : Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya. NARKOTIKA : Menurut UU RI No 22 / 1997, Narkotika adalah: zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. Narkotika terdiri dari 3 golongan : 1. Golongan I : Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh : Heroin, Kokain, Ganja. 2. Golongan II : Narkotika yang berkhasiat pengobatan, digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan / atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh : Morfin, Petidin. 3. Golongan III : Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan / atau tujuan pengebangan ilmu

Upload: deni-wahyu-chaprizalius

Post on 08-Feb-2016

84 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Toksikologi Luminal

Toksikologi Semester IV Selasa, 02 Juli 2013

Napza Dan Analisis Forensik Jenis Bahan Logam Dengan Cara Kerja

Napza Dan Analisis Forensik Jenis Bahan Logam Dengan Cara Kerja

NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Aditif)I. PENDAHULUAN :

Narkoba atau NAPZA adalah bahan / zat yang dapat mempengaruhi kondisi kejiwaan / psikologi seseorang ( pikiran, perasaan dan perilaku ) serta dapat menimbulkan ketergantungan fisik dan psikologi. Yang termasuk dalam NAPZA adalah : Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya.NARKOTIKA :

Menurut UU RI No 22 / 1997, Narkotika adalah: zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.Narkotika terdiri dari 3 golongan :

1. Golongan I : Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh : Heroin, Kokain, Ganja.

2. Golongan II : Narkotika yang berkhasiat pengobatan, digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan / atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh : Morfin, Petidin.

3. Golongan III : Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan / atau tujuan pengebangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan. Contoh : Codein.PSIKOTROPIKA :

Menurut UU RI No 5 / 1997, Psikotropika adalah : zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku.Psikotropika terdiri dari 4 golongan :

1. Golongan I : Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : Ekstasi.

2. Golongan II : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalan terapi dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : Amphetamine.

3. Golongan III : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : Phenobarbital.

Page 2: Toksikologi Luminal

4. Golongan IV : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : Diazepam, Nitrazepam ( BK, DUM ).ZAT ADIKTIF LAINNYA :Yang termasuk Zat Adiktif lainnya adalah : bahan / zat yang berpengaruh psikoaktif diluar Narkotika dan Psikotropika, meliputi :1. Minuman Alkohol : mengandung etanol etil alkohol, yang berpengaruh menekan susunan saraf pusat, dan sering menjadi bagian dari kehidupan manusia sehari – hari dalam kebudayaan tertentu. Jika digunakan bersamaan dengan Narkotika atau Psikotropika akan memperkuat pengaruh obat / zat itu dalam tubuh manusia. Ada 3 golongan minuman beralkohol :a. Golongan A : kadar etanol 1 – 5 % ( Bir ).b. Golongan B : kadar etanol 5 – 20 % ( Berbagai minuman anggur )c. Golongan C : kadar etanol 20 – 45 % ( Whisky, Vodca, Manson House, Johny Walker ).2. Inhalasi ( gas yang dihirup ) dan solven ( zat pelarut ) mudah menguap berupa senyawa organik, yang terdapat pada berbagai barang keperluan rumah tangga, kantor, dan sebagai pelumas mesin. Yang sering disalahgunakan adalah : Lem, Tiner, Penghapus Cat Kuku, Bensin.3. Tembakau : pemakaian tembakau yang mengandung nikotin sangat luas di masyarakat.Dalam upaya penanggulangan NAPZA di masyarakat, pemakaian rokok dan alkohol terutama pada remaja, harus menjadi bagian dari upaya pencegahan, karena rokok dan alkohol sering menjadi pintu masuk penyalahgunaan NAPZA lain yang berbahaya.Berdasarkan efeknya terhadap perilaku yang ditimbulkan dari NAPZA dapat digolongkan menjadi 3 golongan :

1. Golongan Depresan ( Downer ). Adalah jenis NAPZA yang berfungsi mengurangi aktifitas fungsional tubuh. Jenis ini membuat pemakainya menjadi tenang dan bahkan membuat tertidur bahkan tak sadarkan diri. Contohnya: Opioda ( Morfin, Heroin, Codein ), sedative ( penenang ), Hipnotik (obat tidur) dan Tranquilizer (anti cemas ).

2. Golongan Stimulan ( Upper ). Adalah jenis NAPZA yang merangsang fungsi tubuh dan meningkatkan kegairahan kerja. Jenis ini menbuat pemakainnya menjadi aktif, segar dan bersemangat. Contoh: Amphetamine (Shabu, Ekstasi), Kokain.

3. Golongan Halusinogen. Adalah jenis NAPZA yang dapat menimbulkan efek halusinasi yang bersifat merubah perasaan, pikiran dan seringkali menciptakan daya pandang yang berbeda sehingga seluruh persaan dapat terganggu. Contoh: Kanabis ( ganja ).

II. PENYALAHGUNAAN NAPZA :Di dalam masyarakat NAPZA / NARKOBA yang sering disalahgunakan adalah :1. Opiada, terdapat 3 golonagan besar :

a. Opioda alamiah ( Opiat ) : Morfin, Opium, Codein.b. Opioda semisintetik : Heroin / putauw, Hidromorfin.c. Opioda sintetik : Metadon.

Nama jalanan dari Putauw : ptw, black heroin, brown sugar.Heroin yang murni berbentuk bubuk putih, sedangkan yang tidak murni berwarna putih keabuan.Dihasilkan dari getah Opium poppy diolah menjadi morfin dengan proses tertentu dihasilkan putauw, yang kekuatannya 10 kali melebihi morfin.Sedangkan opioda sintetik mempunyai kekuatan 400 kali lebih kuat dari morfin. Morfin, Codein, Methadon adalah zat yang digunakan oleh dokter sebagai penghilang sakit yang sangat kuat, misalnya pada opreasi, penderita cancer.Reaksi dari pemakaian ini sangat cepat yang kemudian menimbulkan perasaan ingin menyendiri untuk menikmati efek rasanya dan pada taraf kecanduan pemakai akan

Page 3: Toksikologi Luminal

kehilangan percaya diri hingga tak mempunyai keinginan untuk bersosialisasi. Pemakai akan membentuk dunianya sendiri, mereka merasa bahwa lingkungannya menjadi musuh.2. KOKAIN :

Kokain berupa kristal putih, rasanya sedikit pahit dan lebih mudah larutNama jalanan : koka, coke, happy dust, chalie, srepet, snow / salju.Cara pemakainnya : membagi setumpuk kokain menjadi beberapa bagian berbaris lurus diatas permukaan kaca atau alas yang permukaannya datar kemudian dihirup dengan menggunakan penyedot seperti sedotan atau dengan cara dibakar bersama dengan tembakau. Penggunaan dengan cara dihirup akan beresiko kering dan luka pada sekitar lubang hidung bagian dalam.Efek pemakain kokain : pemakai akan merasa segar, kehilangan nafsu makan, menambah percaya diri, dan dapat menghilangkan rasa sakit dan lelah.3. KANABIS :

Nama jalanan : cimeng, ganja, gelek, hasish, marijuana, grass, bhang.Berasal dari tanaman kanabis sativa atau kanabis indica.Cara penggunaan : dihisap dengan cara dipadatkan menyerupai rokok atau dengan menggunakan pipa rokok.Efek rasa dari kanabis tergolong cepat, pemakai cenderung merasa lebih santai, rasa gembira berlebihan ( euphoria ), sering berfantasi / menghayal, aktif berkomunikasi, selera makan tinggi, sensitive, kering pada mulut dan tenggorokan.4. AMPHETAMINE :

Nama jalanan : seed, meth, crystal, whiz.Bentuknya ada yang berbentuk bubuk warna putih dan keabuan dan juga tablet.Cara penggunaan : dengan cara dihirup. Sedangkan yang berbentuk tablet diminum dengan air.Ada 2 jenis Amphetamine :a. MDMA ( methylene dioxy methamphetamine )Nama jalanan : Inex, xtc.Dikemas dalam bentuk tablet dan capsul.b. Metamphetamine iceNama jalanan : SHABU, SS, ice.Cara pengunaan dibakar dengan mengunakan alumunium foil dan asapnya dihisap atau dibakar dengan menggunakan botol kaca yang dirancang khusus ( boong ).5. LSD ( Lysergic Acid ).

Termasuk dalam golongan halusinogen.Nama jalanan : acid, trips, tabs, kertas.Bentuk : biasa didapatkan dalam bentuk kertas berukuran kotak kecil sebesar seperempat perangko dalam banyak warna dan gambar. Ada juga yang berbentuk pil dan kapsul.Cara penggunaan : meletakan LSD pada permukaan lidah, dan bereaksi setelah 30 – 60 menit kemudian, menghilang setelah 8 – 12 jam.Efek rasa : terjadi halusinasi tempat, warna, dan waktu sehingga timbul obsesi yang sangat indah dan bahkan menyeramkan dan lama – lama menjadikan penggunaanya paranoid.6. SEDATIF – HIPNOTIK ( BENZODIAZEPIN ) :

Termasuk golongan zat sedative ( obat penenang ) dan hipnotika ( obat tidur ).Nama jalanan : Benzodiazepin : BK, Dum, Lexo, MG, Rohyp.

Page 4: Toksikologi Luminal

Cara pemakaian : dengan diminum, disuntikan, atau dimasukan lewat anus.Digunakan di bidang medis untuk pengobatan pada pasien yang mengalami kecemasan, kejang, stress, serta sebagai obat tidur.7. SOLVENT / INHALASI :

Adalah uap gas yang digunakan dengan cara dihirup. Contohnya : Aerosol, Lem, Isi korek api gas, Tiner, Cairan untuk dry cleaning, Uap bensin.Biasanya digunakan dengan cara coba – coba oleh anak di bawah umur, pada golongan yang kurang mampu.Efek yang ditimbulkan : pusing, kepala berputar, halusinasi ringan, mual, muntah gangguan fungsi paru, jantung dan hati.8. ALKOHOL :

Merupakan zat psikoaktif yang sering digunakan manusiaDiperoleh dari proses fermentasi madu, gula, sari buah dan umbi – umbian yang mengahasilkan kadar alkohol tidak lebih dari 15 %, setelah itu dilakukan proses penyulingan sehingga dihasilkan kadar alkohol yang lebih tinggi, bahkan 100 %.Nama jalanan : booze, drink.Efek yang ditimbulkan : euphoria, bahkan penurunan kesadaran

III. PENYALAHGUNAAN DAN KETERGANTUNGAN

Penyalahguanaan adalah : penggunaan salah satu atau beberapa jenis NAPZA secara berkala atau teratur diluar indikasi medis, sehingga menimbulkan gangguan kesehatan fisik, psikis dan gangguan fungsi sosial.Ketergatungan adalah : keadaan dimana telah terjadi ketergantungan fisik dan psikis, sehingga tubuh memerlukan jumlah NAPZA yang makin bertambah ( toleransi ), apabila pemakaiannya dikurangi atau diberhentikan akan timbul gejala putus obat ( withdrawal symptom ).# PENYEBAB PENYALAHGUNAAN NAPZA

Penyebabnya sangatlah kompleks akibat interaksi berbagai faktor :1. Faktor individual :

Kebanyakan dimulai pada saat remaja, sebab pada remaja sedang mengalami perubahan biologi, psikologi maupun sosial yang pesat. Ciri – ciri remaja yang mempunyai resiko lebih besar menggunakan NAPZA :

a. Cenderung memberontakb. Memiliki gangguan jiwa lain, misalnya : depresi, cemas.c. Perilaku yang menyimpang dari aturan atau norma yang adad. Kurang percaya dirie. Mudah kecewa, agresif dan destruktiff. Murung, pemalu, pendiamg. Merasa bosan dan jenuhh. Keinginan untuk bersenang – senang yang berlebihani. Keinginan untuk mencaoba yang sedang modej. Identitas diri kaburk. Kemampuan komunikasi yang rendahl. Putus sekolahm. Kurang menghayati iman dan kepercayaan.

2. Faktor Lingkungan :

Page 5: Toksikologi Luminal

Faktor lingkungan meliputi faktor keluarga dan lingkungan pergaulan baik sekitar rumah, sekolah, teman sebaya, maupun masyarakat.Lingkungan Keluarga :

a. Komunikasi orang tua dan anak kurang baikb. Hubungan kurang harmonisc. Orang tua yang bercerai, kawin lagid. Orang tua terlampau sibuk, acuhe. Orang tua otoriterf. Kurangnya orang yang menjadi teladan dalam hidupnyag. Kurangnya kehidupan beragama.

Lingkungan Sekolah :a. Sekolah yang kurang disiplinb. Sekolah terletak dekat tempat hiburanc. Sekolah yang kurang memberi kesempatan pada siswa untuk mengembangkan diri

secara kreatif dan positifd. Adanya murid pengguna NAPZA.

Lingkungan Teman Sebaya :

a. Berteman dengan penyalahgunab. Tekanan atau ancaman dari teman.Lingkungan Masyrakat / Sosial :a. Lemahnya penegak hukumb. Situasi politik, sosial dan ekonomi yang kurang mendukung.Faktor – faktor tersebut diatas memang tidak selalu membuat seseorang kelak menjadi penyalahguna NAPZA. Akan tetapi makin banyak faktor – faktor diatas, semakin besar kemungkinan seseorang menjadi penyalahguna NAPZA.# GEJALA KLINIS PENYALAHGUNAAN NAPZA :1. Perubahan Fisik :

- Pada saat menggunakan NAPZA : jalan sempoyongan, bicara pelo ( cadel ), apatis ( acuh tak acuh ), mengantuk, agresif.– Bila terjadi kelebihan dosis ( Overdosis ) : nafas sesak, denyut jantung dan nadi lambat, kulit teraba dingin, bahkan meninggal.– Saat sedang ketagihan ( Sakau ) : mata merah, hidung berair, menguap terus, diare, rasa sakit seluruh tubuh, malas mandi, kejang, kesadaran menurun.– Pengaruh jangka panjang : penampilan tidak sehat, tidak perduli terhadap kesehatan dan kebersihan, gigi keropos, bekas suntikan pada lengan.2. Perubahan sikap dan perilaku :

- Prestasi di sekolah menurun, tidak mengerjakan tugas sekolah, sering membolos, pemalas, kurang bertanggung jawab.– Pola tidur berubah, begadang, sulit dibangunkan pagi hari, mengantuk di kelas atau tempat kerja.– Sering berpergian sampai larut malam, terkadang tidak pulang tanpa ijin.– Sering mengurung diri, berlama – lama di kamar mandi, menghidar bertemu dengan anggota keluarga yang lain.– Sering mendapat telpon dan didatangi orang yang tidak dikenal oleh anggota keluarga yang lain.

Page 6: Toksikologi Luminal

– Sering berbohong, minta banyak uang dengan berbagai alasan tapi tidak jelas penggunaannya, mengambil dan menjual barang berharga milik sendiri atau keluarga, mencuri, terlibat kekerasan dan sering berurusan dengan polisi.– Sering bersikap emosional, mudah tersinggung, pemarah, kasar, bermusuhan pencurigaan,

tertutup dan penuh rahasia.# PENGARUH PENYALAHGUNAAN NAPZANAPZA berpengaruh pada tubuh manusia dan lingkungannya :1. Komplikasi Medik : biasanya digunakan dalam jumlah yang banyak dan cukup lama. Pengaruhnya pada :a. Otak dan susunan saraf pusat :- gangguan daya ingat- gangguan perhatian / konsentrasi- gangguan bertindak rasional- gagguan perserpsi sehingga menimbulkan halusinasi- gangguan motivasi, sehingga malas sekolah atau bekerja- gangguan pengendalian diri, sehingga sulit membedakan baik / buruk.b. Pada saluran napas : dapat terjadi radang paru ( Bronchopnemonia ). pembengkakan paru ( Oedema Paru )c. Jantung : peradangan otot jantung, penyempitan pembuluh darah jantung.d. Hati : terjadi Hepatitis B dan C yang menular melalui jarum suntik, hubungan seksual.e. Penyakit Menular Seksual ( PMS ) dan HIV / AIDS.Para pengguna NAPZA dikenal dengan perilaku seks resiko tinggi, mereka mau melakukan hubungan seksual demi mendapatkan zat atau uang untuk membeli zat. Penyakit Menular Seksual yang terjadi adalah : kencing nanah ( GO ), raja singa ( Siphilis ) dll. Dan juga pengguna NAPZA yang mengunakan jarum suntik secara bersama – sama membuat angka penularan HIV / AIDS semakin meningkat. Penyakit HIV / AIDS menular melalui jarum suntik dan hubungan seksual, selain melalui tranfusi darah dan penularan dari ibu ke janin.f. Sistem Reproduksi : sering terjadi kemandulan.g. Kulit : terdapat bekas suntikan bagi pengguna yang menggunakan jarum suntik, sehingga mereka sering menggunakan baju lengan panjang.h. Komplikasi pada kehamilan :- Ibu : anemia, infeksi vagina, hepatitis, AIDS.- Kandungan : abortus, keracunan kehamilan, bayi lahir mati- Janin : pertumbuhan terhambat, premature, berat bayi rendah.2. Dampak Sosial :a. Di Lingkungan Keluarga :

Suasana nyaman dan tentram dalam keluarga terganggu, sering terjadi pertengkaran, mudah tersinggung.

Orang tua resah karena barang berharga sering hilang. Perilaku menyimpang / asosial anak ( berbohong, mencuri, tidak tertib, hidup bebas) dan

menjadi aib keluarga. Putus sekolah atau menganggur, karena dikeluarkan dari sekolah atau pekerjaan, sehingga

merusak kehidupan keluarga, kesulitan keuangan. Orang tua menjadi putus asa karena pengeluaran uang meningkat untuk biaya pengobatan dan

rehabilitasi.b. Di Lingkungan Sekolah :

Merusak disiplin dan motivasi belajar. Meningkatnya tindak kenakalan, membolos, tawuran pelajar. Mempengaruhi peningkatan penyalahguanaan diantara sesama teman sebaya.

c. Di Lingkungan Masyarakat :

Page 7: Toksikologi Luminal

Tercipta pasar gelap antara pengedar dan bandar yang mencari pengguna / mangsanya. Pengedar atau bandar menggunakan perantara remaja atau siswa yang telah menjadi

ketergantungan. Meningkatnya kejahatan di masyarakat : perampokan, pencurian, pembunuhan sehingga

masyarkat menjadi resah. Meningkatnya kecelakaan.

# UPAYA PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NAPZA :Upaya pencegahan meliputi 3 hal :

1. Pencegahan primer : mengenali remaja resiko tinggi penyalahgunaan NAPZA dan melakukan intervensi.Upaya ini terutama dilakukan untuk mengenali remaja yang mempunyai resiko tinggi untuk menyalahgunakan NAPZA, setelah itu melakukan intervensi terhadap mereka agar tidak menggunakan NAPZA.Upaya pencegahan ini dilakukan sejak anak berusia dini, agar faktor yang dapat menghabat proses tumbuh kembang anak dapat diatasi dengan baik.

2. Pencegahan Sekunder : mengobati dan intervensi agar tidak lagi menggunakan NAPZA.3. Pencegahan Tersier : merehabilitasi penyalahgunaan NAPZA.Yang dapat dilakukan di lingkungan keluarga untuk mencegah penyalahgunaan NAPZA :1. Mengasuh anak dengan baik.- penuh kasih sayang- penanaman disiplin yang baik- ajarkan membedakan yang baik dan buruk- mengembangkan kemandirian, memberi kebebasan bertanggung jawab- mengembangkan harga diri anak, menghargai jika berbuat baik atau mencapai prestasi tertentu.2. Ciptakan suasana yang hangat dan bersahabatHal ini membuat anak rindu untuk pulang ke rumah.3. Meluangkan waktu untuk kebersamaan.4. Orang tua menjadi contoh yang baik.Orang tua yang merokok akan menjadi contoh yang tidak baik bagi anak.5. Kembangkan komunikasi yang baikKomunikasi dua arah, bersikap terbuka dan jujur, mendengarkan dan menghormati pendapat anak.6. Memperkuat kehidupan beragama.Yang diutamakan bukan hanya ritual keagamaan, melainkan memperkuat nilai moral yang terkandung dalam agama dan menerapkannya dalam kehidupan sehari – hari.7. Orang tua memahami masalah penyalahgunaan NAPZA agar dapat berdiskusi dengan anakYang dilakukan di lingkungan sekolah untuk pencegahan penyalahgunaan NAPZA :1. Upaya terhadap siswa :

Memberikan pendidikan kepada siswa tentang bahaya dan akibat penyalahgunaan NAPZA. Melibatkan siswa dalam perencanaan pencegahan dan penanggulangan penyalahgunaan

NAPZA di sekolah. Membentuk citra diri yang positif dan mengembangkan ketrampilan yang positif untuk tetap

menghidari dari pemakaian NAPZA dan merokok. Menyediakan pilihan kegiatan yang bermakna bagi siswa ( ekstrakurikuler ). Meningkatkan kegiatan bimbingan konseling.Membantu siswa yang telah menyalahgunakan

NAPZA untuk bisa menghentikannya. Penerapan kehidupan beragama dalam kegiatan sehari – hari.

2. Upaya untuk mencegah peredaran NAPZA di sekolah : Razia dengan cara sidak

Page 8: Toksikologi Luminal

Melarang orang yang tidak berkepentingan untuk masuk lingkungan sekolah Melarang siswa ke luar sekolah pada jam pelajaran tanpa ijin guru Membina kerjasama yang baik dengan berbagai pihak. Meningkatkan pengawasan sejak anak itu datang sampai dengan pulang sekolah.

3. Upaya untuk membina lingkungan sekolah : Menciptakan suasana lingkungan sekolah yang sehat dengan membina huibungan yang

harmonis antara pendidik dan anak didik. Mengupayakan kehadiran guru secara teratur di sekolah Sikap keteladanan guru amat penting Meningkatkan pengawasan anak sejak masuk sampai pulang sekolah.

Yang dilakukan di lingkungan masyarakat untuk mencegah penyalahguanaan NAPZA:1. Menumbuhkan perasaan kebersamaan di daerah tempat tinggal, sehingga masalah yang terjadi

di lingkungan dapat diselesaikan secara bersama- sama.2. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang penyalahguanaan NAPZA sehingga

masyarakat dapat menyadarinya.3. Memberikan penyuluhan tentang hukum yang berkaitan dengan NAPZA.4. Melibatkan semua unsur dalam masyarakat dalam melaksanakan pencegahan dan

penanggulangan penyalahguanaan NAPZA.IV. KESIMPULAN

Masalah penyalahguanaan NARKOBA / NAPZA khususnya pada remaja adalah ancaman yang sangat mencemaskan bagi keluarga khususnya dan suatu bangsa pada umumnya. Pengaruh NAPZA sangatlah buruk, baik dari segi kesehatan pribadinya, maupun dampak sosial yang ditimbulkannya.Masalah pencegahan penyalahgunaan NAPZA bukanlah menjadi tugas dari sekelompok orang saja, melainkan menjadi tugas kita bersama. Upaya pencegahan penyalahgunaan NAPZA yang dilakukan sejak dini sangatlah baik, tentunya dengan pengetahuan yang cukup tentang penanggulangan tersebut.Peran orang tua dalam keluarga dan juga peran pendidik di sekolah sangatlah besar bagi pencegahan penaggulangan terhadap NAPZA.

V. SUMBERSumber kami dalam menyusun makalah ini adalah :

1.  1. Survey di Internet. (www.anti.or.id).

TOKSIKOLOGI FORENSIK

I.              PENDAHULUAN

Istilah forensik belakang ini sering mampir di telinga kita melalui berbagai berita kriminal. Biasanya menyangkut penyidikan tindak pidana seperti mencari sebab-sebab kematian korban, dan usaha pencarian pelaku kejahatan. Secara garis besar yang dimaksud dengan forensik sains adalah aplikasi atau pemanfatan ilmu pengetahuan untuk penegakan hukum dan peradilan.

Page 9: Toksikologi Luminal

Tosikologi forensik adalah salah satu cabang forensik sain, yang menekunkan diri pada aplikasi atau pemanfaatan ilmu toksikologi dan kimia analisis untuk kepentingan peradilan. Kerja utama dari toksikologi forensik adalah melakukan analisis kualitatif maupun kuantitatif dari racun dari bukti fisik dan menerjemahkan temuan analisisnya ke dalam ungkapan apakah ada atau tidaknya racun yang terlibat dalam tindak kriminal, yang dituduhkan, sebagai bukti dalam tindak kriminal (forensik) di pengadilan. Hasil analisis dan interpretasi temuan analisisnya ini akan dimuat ke dalam suatu laporan yang sesuai dengan hukum dan perundangan-undangan. Menurut Hukum Acara Pidana (KUHAP), laporan ini dapat disebut dengan ”Surat Keterangan Ahli” atau ”Surat Keterangan”.

Secara umum tugas toksikolog forensik adalah membantu pebegak hukum khususnya dalam melakukan analisis racun baik kualitatif maupun kuantitatif dan kemudian menerjemahkan hasil analisis ke dalam suatu laporan (surat, surat keterangan ahli atau saksi ahli), sebagai bukti dalam tindak kriminal (forensik) di pengadilan. Lebih jelasnya toksikologi forensik mencangkup terapan ilmu alam dalam analisis racun sebagai bukti dalam tindak kriminal, dengan tujuan mendeteksi dan mengidentifikasi konsentrasi dari zat racun dan metabolitnya dari cairan biologis dan akhirnya menginterpretasikan temuan analisis dalam suatu argumentasi tentang penyebab keracunan dari suatu kasus. Menurut masyarakat toksikologi forensik amerika “society of forensic toxicologist, inc. SOFT” bidang kerja toksikologi forensik meliputi:

-     analisis dan mengevaluasi racun penyebab kematian-     analisis ada/tidaknya alkohol, obat terlarang di dalam cairan tubuh atau napas, yang

dapat mengakibatkan perubahan perilaku (menurunnya kemampuan mengendarai kendaraan bermotor dijalan raya, tindak kekerasan dan kejahatan, penggunaan dopping).

-     Analisis obat terlarang di darah dan urin pada kasus penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan obat terlarang lainnya.

Tujuan lain dari analisis toksikologi forensik adalah membuat suatu rekaan rekonstruksi suatu peristiwa yang terjadi, sampai sejauh mana obat atau racun tersebut dapat mengakibatkan perubahan perilaku (menurunnya kemampuan mengendarai, yang dapat mengakibatkan kecelakaan fatal, atau tindak kekerasan dan kejahatan). (Wirasuta, 2009).

Page 10: Toksikologi Luminal

II.            TINJAUAN PUSTAKA2.1   Definisi

Toksikologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang mekanisme kerja dan efek yang tidak diinginkan dari bahan kimia yang bersifat racun serta dosis yang berbahaya terhadap tubuh manusia (Prasetya Putri, 2011).       Macam-macam toksikologi:

-     Toksikologi klinis adalah bidang ilmu kedokteran yang memberikan perhatian terhadap penyakit yang disebabkan oleh bahan toksik atau hubungan yang unik dan spesifik dari bahan toksik tersebut.  Efek merugikan/toksik pada sistem biologis dapat disebabkan oleh bahan kimia yang mengalami biotransformasi dan dosis serta suasananya cocok untuk menimbulkan keadaan toksik (UnSU, 2011).Efek toksisitas yang ditimbulkan oleh keracunanmakanan/minuman dapat bersifat akut atau kronis. Keracunan akut ditimbulkan oleh bahan-bahan beracun yang memiliki toksisitas yang tinggi, dimana dengan kuantitas yang kecil sudah dapat menimbulkan efek fisiologis yang berat. Jenis keracunan ini umumnya mudah diidentifikasi danmenjadi perhatian masyarakat. Sebaliknya keracunan yang bersifat kronis efek toksisitasnya baru dapat terlihat atau teridentifikasi dalam waktu yang lama, umumnya tidak disadari dan tidak mendapat perhatian. Peningkatan yang berarti terhadap jumlah penderita penyakit yang dapat dipicu oleh pengaruh bahan beracun seperti tumor (kanker), gangguan enzimatik, gangguan metabolisme, gangguan sistem syaraf, mungkin saja merupakan akibat dari penggunaan berbagai jenis bahan kimia yang bersifat toksis dalam makanan yang dikonsumsi masyarakat (Wirasuta, 2007).

-     Toksikologi lingkungan: mempelajari efek dari bahan polutan terhadap kehidupan dan pengaruhnnya pada ekosistem, yang digunakan untuk mengevaluasi kaitan antara manusia dengan polutan yang ada di lingkungan.

-     Toksikologi forensik: mempelajari aspek medikolegal dari bahan kimia yang mempunyai efek membahayakan manusia/hewan sehingga dapat dipakai untuk membantu mencari/menjelaskan penyebab kematian pada penyelidikan seperti kasus pembunuhan (Buchari, 2010).

Menurut Taylor, racun adalah suatu zat yang dalam jumlah relatif kecil (bukan minimal), yang jika masuk atau mengenai tubuh seseorang akan menyebabkan timbulnya reaksi kimiawi (efek kimia) yang besar yang dapat menyebabkan sakit, bahkan kematian. Menurut Gradwohl racun adalah substansi yang tanpa kekuatan mekanis, yang bila mengenai tubuh seorang (atau masuk), akan menyebabkan gangguan fungsi tubuh, kerugian, bahkan kematian. Sehingga jika dua definisi di atas digabungkan, racun adalah substansi kimia, yang dalam jumlah relatif kecil, tetapi dengan dosis toksis, bila masuk atau mengenai tubuh, tanpa kekuatan mekanis, tetapi hanya dengan kekuatan daya kimianya, akan menimbulkan efek yang besar, yang dapat menyebabkan sakit, bahkan kematian (Santoso, 2005).

2.2   Macam-macam dosis-     Dosis pemakaian: dosis normal yang dipakai seseorang tetapi tujuannya bukan

untuk pengobatan. Misalnya untuk menjaga kesehatan tubuh.-     Dosis terapi: dosis yang cukup memberikan daya penyembuhan yang optimal-     Dosis minimal: dosis terkecil yang masih dapat memberikan efek terapi

Page 11: Toksikologi Luminal

-     Dosis maksimal: dosis terbesar untuk sekali pemakaian atau untuk 24 jam tanpa memperlihatkan efek toksik

-     Dosis toksik: dosis yang sedemikian besarnya dapat menunjukkan efek toksik-     Dosis letal: dosis yang sedemikian besarnya dapat menyebabkan kematian pada

hewan percobaan (Aria, 2008).2.3   Cara masuk racun ke dalam tubuh

Keracunan paling cepat terjadi jika masuknya racun secara inhalasi. Cara masuk lain, berturut-turut ialah intravena, intramuskular, intraperitoneal, subkutan, peroral dan paling lambat ialah bila melalui kulit yang sehat (Kedokteran Forensik, 1997).

2.4   Cara kerja racun di dalam tubuh-     Racun yang bekerja lokalMisalnya: Racun bersifat korosif: lisol, asam dan basa kuat Racun bersifat iritan: arsen, HgCl2 Racun bersifat anastetik: kokain, asam karbol

Racun-racun yang bekerja secara setempat ini, biasanya akan menimbulkan sensasi nyeri yang hebat, disertai dengan peradangan, bahkan kematian yang dapat disebabkan oleh syok akibat nyerinya tersebut atau karena peradangan sebagai kelanjutan dari perforasi yang terjadi pada saluran pencernaan.

-     Racun yang bekerja sistemikWalaupum kerjanya secara sistemik, racun-racun dalam golongan ini biasanya memiliki akibat/afinitas pada salah satu sistem atau organ tubuh yang lebih besar bila dibandingkan dengan sistem atau organ tubuh lainnya.

Misalnya: Narkotik, barbiturate, dan alkohol terutama berpengaruh pada susunan syaraf pusat Digitalis, asam oksalat terutama berpengaruh terhadap jantung Strychine terutama berpengaruh terhadap sumsum tulang belakang CO, dan HCN terutama berpengaruh terhadap darah dan enzim pernafasan Cantharides dan HgCl2  terutama berpengaruh terhadap ginjal Insektisida golongan hidrokarbon yang di-chlor-kan dan phosphorus terutama

berpengaruh terhadap hati-     Racun yang bekerja lokal dan sistemik

Misalnya: Asam oksalat Asam karbol

Selain menimbulkan rasa nyeri (efek lokal) juga akan menimbulkan depresi pada susunan syaraf pusat (efek sistemik). Hal ini dimungkinkan karena sebagian dari asam karbol tersebut akan diserap dan berpengaruh terhadap otak

Arsen Garam Pb (Emo, 2010).

Page 12: Toksikologi Luminal

2.5   Faktor yang mempengaruhi kerja racun-       Cara pemberian

Setiap racun baru akan menimbulkan efek yang maksimal pada tubuh jika cara pemberiannya tepat. Misalnya jika racun-racun yang berbentuk gas tertentu akan memberikan efek maksimal bila masuknya ke dalam tubuh secara inhalasi. Jika racun tersebut masuk ke dalam tubuh secara ingesti tentu tidak akan menimbulkan akibat yang sama hebatnya walaupun dosis yang masuk ke dalam tubuh sama besarnya.

Berdasarkan cara pemberian, maka umumnya racun akan paling cepat bekerja pada tubuh jika masuk secara inhalasi, kemudian secara injeksi (i.v, i.m, dan s.c), ingesti, absorbsi melalui mukosa, dan yang paling lambat jika racun tersebut masuk ke dalam tubuh melalui kulit yang sehat.

-       Keadaan tubuh Umur

Pada umumnya anak-anak dan rang tua lebih sensitif terhadap racun bila dibandingkan dengan orang dewasa. Tetapi pada beberapa jenis racun seperti barbiturate dan belladonna, justru anak-anak akan lebih tahan.

KesehatanPada orang-orang yang menderita penyakit hati atau penyakit ginjal, biasanya akan lebih mudah keracunan bila dibandingkan dengan orang sehat, walaupun racun yang masuk ke dalam tubuhnya belum mencapai dosis toksis. Hal ini dapat dimengerti karena pada orang-orang tersebut, proses detoksikasi tidak berjalan dengan baik, demikian halnya dengan ekskresinya. Pada mereka yang menderita penyakit yang disertai dengan peningkatan suhu atau penyakit pada saluran pencernaan, maka penyerapan racun pada umumnya jelek, sehingga jika pada penderita tersebut terjadi kematian, kita tidak boleh terburu-buru mengambil kesimpulan bahwa kematian seseorang karena penyakit tanpa penelitian yang teliti, misalnya pada kasus keracunan arsen (tipe gastrointestinal) dimana disini gejala keracunannya mirip dengan gejala gastrointeritis yang lumrah dijumpai.

KebiasaanFaktor ini berpengaruh dalam hal besarnya dosis racun yang dapat menimbulkan gejala-gejala keracunan atau kematian, yaitu karena terjadinya toleransi. Tetapi perlu diingat bahwa toleransi itu tidak selamanya menetap. Menurunnya toleransi sering terjadi misalnya pada pecandu narkotik, yang dalam beberapa waktu tidak menggunakan narkotik lagi. Menurunnya toleransi inilah yang dapat menerangkan mengapa pada para pecandu tersebut bisa terjadi kematian, walaupun dosis yang digunakan sama besarnya.

Hipersensitif (alergi idiosinkrasi)Banyak preparat seperti vitamin B1, penisilin, streptomisin dan preparat-preparat yang mengandung yodium menyebabkan kematian, karena si korban sangat rentan terhadap preparat-preparat tersebut. Dari segi ilmu kehakiman, keadaan tersebut tidak boleh dilupakan, kita harus menentukan apakah kematian korban memang benar disebabkan oleh karena hipersinsitif dan harus ditentukan pula apakah pemberian preparat-preparat mempunyai indikasi. Ada tidaknya indikasi pemberi preparat tersebut dapat mempengaruhi berat-ringannya hukuman yang akan dikenakan pada pemberi preparat tersebut.

Page 13: Toksikologi Luminal

-       Racunnya sendiri Dosis

Besar kecilnya dosis racun akan menentukan berat-ringannya akibat yang ditimbulkan. Dalam hal ini tidak boleh dilupakan akan adanya faktor toleransi, dan intoleransi individual. Pada toleransi, gejala keracunan akan tampak walaupun racun yang masuk ke dalam tubuh belum mencapai level toksik. Keadaan intoleransi tersebut dapat bersifat bawaan/kongenital atau toleransi yang didapat setelah seseorang menderita penyakit yang mengakibatkan gangguan pada organ yang berfungsi melakukan detoksifikasi dan ekskresi.

KonsentrasiUntuk racun-racun yang kerjanya dalam tubuh secara lokal misalnya zat-zat korosif, konsentrasi lebih penting bila dibandingkan dengan dosis total. Keadaan tersebut berbeda dengan racun yang bekerja secara sistemik, dimana dalam hal ini dosislah yang berperan dalam menentukan berat-ringannya akibat yang ditimbulkan oleh racun tersebut.

Bentuk dan kombinasi fisikRacun yang berbentuk cair tentunya akan lebih cepat menimbulkan efek bila dibandingkan dengan yang berbentuk padat. Seseorang yang menelan racun dalam keadaan lambung kosong tentu akan lebih cepat keracunan bila dibandingkan dengan orang yang menelan racun dalam keadaan lambungnya berisi makanan.

Adiksi dan sinergismeBarbiturate, misalnya jika diberikan bersama-sama dengan alkohol, morfin, atau CO, dapat menyebabkan kematian, walaupun dosis letal. Dari segi hukum kedokteran kehakiman, kemungkinan-kemungkinan terjadinya hal seperti itu tidak boleh dilupakan, terutama jika menghadapi kasus dimana kadar racun yang ditemukan rendah sekali, dan dalam hal demikian harus dicari kemungkinan adanya racun lain yang mempunyai sifat aditif (sinergitik dengan racun yang ditemukan), sebelum kita tiba pada kesimpulan bahwa kematian korban disebabkan karena anafilaksi yang fatal atau karena adanya toleransi.

Susunan kimiaAda beberap zat yang jika diberikan dalam susunan kimia tertentu tidak akan menimbulkan gejala keracunan, tetapi bila diberikan secara tersendiri terjadi hal yang sebaliknya.

Antagonisme Kadang-kadang dijumpai kasus dimana seseorang memakan lebih dari satu macam racun, tetapi tidak mengakibatkan apa-apa, oleh karena reaksi-reaksi tersebut saling menetralisir satu sama lain. Dalam klinik adanya sifat antagonis ini dimanfaatkan untuk pengobatan, misalnya nalorfin dan kaloxone yang dipakai untuk mengatasi depresi pernafasan dan oedema paru-paru yang terjadi pada keracunan akut obat-obatan golongan narkotik (Santoso, 2005).

2.6   Motif keracunan-     Kecelakaan-     Bunuh diri-     Pembunuhan

Page 14: Toksikologi Luminal

2.7   Prinsip pengobatan pada keracunan1.   Resusitasi (ABC)2.   Eliminasi-     Tujuan menghambat penyerapan, kalau dapat menghilangkan bahan racun/hasil

metabolisme tubuh-     Dapat dikerjakan dengan cara: Emesis       Menggunakan sirup ipecac mengeluarkan sebagian isi lambung jika diberikan

dengan segera setelah keracunan, tapi menghambat kerja karbon aktif, sekarang tidak dipakai lagi.

       Indikasi: jarang.       Kontrindikasi: pasien pusing, tidak sadar, atau kejang atau pada pasien keracunan

kerosin atau hidrokarbon yang lain, racun korosif, konfulsan kerja cepat (tricyclic anti depresan, stricnin, kamper).

       Tehnik: berikan 30 ml sirup diikuti dengan 8 gelas kecil air/800cc, jika diperlukan ulani setiap 20 menit.

Katarsis (intestinal lavage)       Diberi laksans       Cara pemberian: magnesium sulfat 10% 2-3 ml/kg atau sorbitol 70% 1-2 ml/kg Kumbah lambung       Efektif pada racun yang berbentuk cair/pil yang kecil dan sangat efektif jika

dilakukan <1 jam setelah keracunan       Indikasi: pada keracunan yang dalam jumlah banyak untuk mengidentifikasi jenis

racun dan untuk pemberian carcoal dan antidotum.       Kontraindikasi: tidak digunakan pada pasien dengan penurunan kesadaran dan

tidak ada reflek gag.       Cara melakukan: pada pasien dengan penurunan kesadaran resiko pneumonia

aspirasi dapat dikurangi dengan membaringkan pasien dengan kepala dibawah, posisi lateral kiri dikubitus, dan jika diperlukan dapat dilakukan intubasi endotracheal untuk melindungi jalan nafas measukkan selang yang sudah diberi anestesi lokal melalui mulut atau hidung ke dalam lambung. Lakukan aspirasi kemudian lakukan lavage berulang dengan 50-100 cc cairang hingga cairan yang kembali jernih (gunakan air hangat/salin)

Karbon aktif       Dapat mengabsorbsi hampir semua jenis obat dan racun, kecuali besi, lithium, Na,

K, sianida, mineral asam dan alkohol.       Indikasi: sebagai pilihan utama pada keracunan lewat lambung dan usus       Kotraindikasi: pada pasien dengan penurunan kesadaran/kejang kecuali jika

diberikan melalui NGT dan jalan nafas harus dilindungi dengan ETT. Pada pasien dengan obstruksi ileus atau intestinal

       Cara pemberian: berikan 60-100 mg oral. Pengulangan dosis dapat dilakukan untuk meningkatkan absorbsi racun.

Page 15: Toksikologi Luminal

Diuresis paksaPada dugaan racun berada dalam darah dan dapat dikeluarkan melalui ginjal

Dialisis (Dialisis Peritoneal)Pada keracunan bahan yang dapat didialisis

Mandi dan keramasPada keracunan bahan yang dapat lewat kulit

3.   Terapi penyangga (suportif)-     Mempertahankan fungsi alat vital tubuh-     Memperhitungkan keseimbangan cairan, elektrolit, asam-basa, kalori setiap hari4.   Antidotum-     Hanya kurang dari 10% bahan kimia yang mempunyai antidotumnya-     Beberapa contoh antidotum: Nallorphine untuk keracunan morphine Atrophine sulfat untuk keracunan fosfoat organik Na-thiosulfate untuk keracunan sianida (Sya’roni, 2012).

2.8   Cara diagnosa keracunanKriteria diagnostik pada keracunan adalah

-       Anamnesa kontak antara korban dengan racun-       Adanya tanda-tanda serta gejala yang sesuai dengan tanda dan gejala dari

keracunan racun yang diduga-       Dari sisa benda bukti, harus dapat dibuktikan bahwa benda bukti tersebut, memang

racun yang dimaksud-       Dari bedah mayat dapat ditemukan adanya perubahan atau kelainan yang sesuai

dengan keracunan dari racun yang diduga; serta dari bedah mayat tidak dapat ditemukan adanya penyebab kematian lain

-       Analisa kimia atau pemeriksaan toksikologi, harus dapat dibuktikan adanya racun serta metabolitnya, dalam tubuh atau cairan tubuh korban, secara sistemik

2.9   Bilamana dibutuhkan pemeriksaan toksikologiBila dibandingkan dengan kelainan atau penyakit yang ditimbulkan oleh bakteri, kuman, virus, atau pun trauma; maka keracunan kasusnya relatif sedikit, sehingga tidak jarang terjadi kekeliruan dalam penanganan pasien; untuk itu perlu diketahui pada keadaan apa saja pemeriksaan toksikologi perlu dilakukan.

Tabel 1. Kasus-kasus toksikologi forensik yang melibatkan

Jenis Kasus Pertanyaan yang muncul LitigasiKematian yang tidak wajar (mendadak)

Apakah ada keterlibatan obat atau racun sebagai penyebab kematiannya?

Kriminal: PembunuhanSipil: klaim tanggungan asuransi, tuntunan kepada pabrik farmasi atau kimia

Kematian di penjara Kecelakaan, pembunuhan yang melibatkan racun atau obat terlarang?

Kriminal: pembunuhanSipil: gugatan tanggungan dan konpensasi terhadap

Page 16: Toksikologi Luminal

pemerintahKematian pada kebakaran

Apakah ada unsur penghilangan jejak pembunuhan?Apa penyebab kematian: CO, racun, kecelakaan, atau pembunuhan?

Kriminal: pembunuhanSipil: klaim tanggungan asuransi

Kematian atau timbulnya efek samping obat berbahaya akibat salah pengobatan

Berapa konsentrasi dari obat dan metabolitnya?Apakah ada interaksi obat?

Malpraktek kedokteran, gugatan terhadap fabrik farmasi

Kematian yang tidak wajar di rumah sakit

Apakah pengobatannya tepat?Kesalahan terapi?

Klaim malpraktek, tindak kriminal, pemeriksaan oleh komite ikatan profesi kedokteran (”IDI”)

Kecelakaan yang fatal di tempat kerja, sakit akibat tempat kerja, pemecatan

Apakah ada keterlibatan racun, alkohol, atau obat-obatan?Apakah kematian akibat ”human eror”?Apakah sakit tersebut diakibatkan oleh senyawa kimia di tempat kerja? Pemecatan akibat terlibat penyalahgunaan Narkoba?

Gugatan terhadap ”employer”, Memperkerjakan kembali

Kecelakan fatal dalam menyemudi

Meyebabkan kematian?Adakah keterlibatan alkohol, obat-obatan atau Narkoba?Kecelakaan, atau pembunuhan?

Kriminal: Pembunuhan, kecelakaan bermotorSipil: klaim gugatan asuransi

Kecelakaan tidak fatal atau mengemudi dibawah pengaruh obat-obatan

Apakah kesalahan pengemudi? Mengemudi dibawah pengaruh obat-obatan atau Narkoba?

Kriminal: Larangan Mengemudi dibawah pengaruh Obat-obatan atau NarkonaSipil: gugatan pencabutan atau pengangguhan SIM

Penyalahgunaan Narkoba

Penyalahgunaan atau pasient yang sedang mengalami terapi rehabilitasi narkoba

Kriminal:Sipil: rehabilitasi

Farmaseutikal dan Obat palsu, atau tidak memenuhi syarat standar ”Forensik Farmasi”

Identifikasi bentuk sediaan, kandungan sediaan obat, penggunaan obat palsu.

Kriminal: pengedaran obat ilegal.Sipil: tuntutan penggunan obat palsu terhadap dokter atau yang terkait

(IGD RSUD BUOL, 2009).2.10    Pemeriksaan toksikologi

Page 17: Toksikologi Luminal

Dari pemeriksaan pada kasus-kasus yang mati akibat racun umumnya tidak akan di jumpai kelainan-kelainan yang khas yang dapat dijadikan pegangan untuk menegakan diagnose atau menentukan sebab kematian karena racun suatu zat. Jadi pemeriksaan toksikologi mutlak harus dilakukan untuk menentukan adanya racun pada setian kasus keracunan atau yang diduga mati akibat racun. Setelah mayat si korban dibedah oleh dokter kemudian diambil dan dikumpulkan jaringan-jaringan atau organ-organ tubuh si korban untuk dijadikan barang bukti dan bahan pemeriksaan toksikologi. Prinsip pengambilan sampel pada keracunan adalah diambil sebanyak-banyaknya setelah disishkan untuk cadangan dan untuk pemeriksaan histopatologis. Secara umum sampel yang harus diambil adalah :

1. Lambung dengan isinya. 2. Seluruh usus dengan isinya dengan membuat sekat dengan ikatan-ikatan pada usus

setiap jarak sekitar 60cm.3. Darah yang berasal dari sentral (jantung), dan yang berasal dari perifer (v.jugularis,

a. femoralis dan sebagainya) masing-masing 50ml dan dibagi 2 yang satu diberi bahan pengawet (NaF 1%), yang lain tidak diberi bahan pengawet.

4. Hati sebagai tempat detoksifikasi, tidak boleh dilupakan, hati yang diambil sebanyak 500gram.

5. Ginjal, diambil keduanya, yaitu pada kasus keracunan dengan logam berat khususnya, dan bila urin tidak tersedia.

6. Otak diambil 500 gram, khusus untuk keracunan khloroform dan keracunan sianida,  hal tersebut dimungkinkan karena otak terdiri dari jaringan lipoid yang mempunyai kemampuan untuk meretensi racun walaupun telah mengalami pembusukan.

7. Urin diambil seluruhnya, penting oleh karena pada umumnya racun akan dieksresikan melalui urin, khususnya untuk tes penyaring pada keracunan narkotika, alcohol, dan stimulan.

8. Empedu sama halnya dengan urin diambil oleh karena tempat ekskesi berbagai racun terutama narkotika.

9. Pada kasus khusus dapat diambil :a. Jaringan sekitar suntikan dalam radius 5-10 sentimeter.b.  Jaringan otot, yaitu, dari tempat yang terhindar dari kontaminasi, misalnya muskulus

psoas sebanyak 200 gram.c. Lemak di bawah kulit dinding perut sebanyak 200 gram.d. Rambut yang dicabut sebanyak 10 gram.e. Kuku yang dipotong sebanyak 10 gram,  dan.f. Cairan otak sebanyak-banyaknya.

Jumlah bahan pengawet untuk sampel padat minimal 2x volume sampel tersebut, bahan pengawet yang dianjurkan :

a. Alcohol absolute.b. Larutan garam jenuh (untuk Indonesia paling ideal).

Kedua bahan di atas untuk sampel padat atau organ.

Page 18: Toksikologi Luminal

a. Natrium fluoride 1%b. Natrium fluoride + Natrium sitrat (75mg + 50mg, untuk setiap 10ml sampel)Kedua bahan diatas untuk sampel cair adalah Natrium Benzoat dan phenyl mercury nitrate khusus urin.Cairan tubuh sebaiknya diperiksa dengan jarum suntik yang bersih/baru.

1. Darah seharusnya selalu diperiksa pada gelas kaca, jka pada gelas plastic darah yang bersifat aak asam dapat melumerkan polimer plastic dari plastic itu sendiri, karena dapat membuat keliru pada analisa gas kromatografi.

2. Pada pemeriksaan spesimen darah, selalu diberi label pada tabung sampel darah: a. Pembuluh darah femoral.b. Jantung.

Pada kasus mayat yang tidak diotopsi :1. Darah diambil dari vena femoral. Jika vena ini tidak berisi, dapat diambil dari

subclavia.2. Pengambilan darah dengan cara jarum ditdarusuk pada trans-thoracic secara acak,

secara umum tidak bisa diterima, karena bila tidak berhatihati darah bisa terkontaminasi dengan cairan dari esophagus, kantung pericardial, perut/cavitas pleura.

3. Urine diambil dengan menggunakan jarum panjang yang dimasukan pada bagian bawah dinding perut terus sampai pada tulang pubis.Pada mayat yang diotopsi :

1. Darah diambil dari vena femoral.2.  Jika darah  tidak dapat diambil dari vena femoral, dapat diambil dari: Vena

subklavia, Aorta, Arteri pulmonalis, Vena cava superior dan Jantung.3. Darah seharusnya diberi label sesuai dengan tempat pengambilan.4. Pada kejadian yang jarang terjadi biasanya berhubungan dengan trauma massif,

darah tidak dapat diambil dari pembuluh darah tetapi terdapat darah bebas pada rongga badan.

a. Darah diambil dan diberi label sesuai dengan tempat pengambilan.b. Jika dilakkukan tes untuk obat tersebut tidak dibawah efek obat pada saat kematian.c. Jika tes positif harus diperhitungkan kemungkinan kontaminsai.d. Pada beberapa kasus bahan lain seperti vitreus/ otot dapat dianalisa untuk

mengevaluasi akurasi dari hasil tes dalam kavitas darah.Prinsip pengambilan sample pada kasus keracunan adalah diambil sebanyak-banyaknya setelah kita sisihkan untuk cadangan dan untuk pemeriksaan histopatologik. Pengambilan sample untuk pemeriksaan toksikologi adalah sebagai berikut :

1. Lambung dengan isinya.2. Seluruh usus dengan isinya3. Darah, yang berasal dari sentral (jantung), dan yang berasal dari perifer (v. jugularis.

A. femoralis dsb).

Page 19: Toksikologi Luminal

4. Hati.5. Ginjal, diambil keduanya.6. Otak.7. Urin.8. Empedu bersama-sama dengan kantung empedu.9. Limpa.10. Paru-paru11. Lemak badan.

Bahan pengawet yang dipergunakan adalah :1. Alcohol absolute.2. Larutan garam jenuh.3. Natrium fluoride 1%.4. Natrium fuorida + natrium sitrat.5. Natrium benzoate dan phenyl mercuric nitrate.Alcohol dan larutan garan jenuh untuk sampel padat atau organ, sedangkan NaF 1% dan campuran NaF dengan Na sitrat untuk sample cair, sedangkan natrium benzoate dan mercuric nitrat khusus untuk pengawetan urin.1. Wadah Bahan Pemeriksaan Toksikologi.  Untuk wadah pemeriksaan toksikologi idealnya diperllukan minimal 9 wadah, karena masing-masing bahan pemeriksaan ditempatkan secara tersendiri, tidak boleh dicampur, yaitu :a. 2 buah toples masing-masing 2 liter untuk hati dan usus.b. 3 buah toples masing-masing 1 liter untuk lambung beserta isinya, otak dan ginjal.c. 4 buah botol masing-masing 25 ml untuk darah (2 buah) urine dan empedu.

Wadah harus dibersihkan terlebih dahulu dengan mencuci dengan asam Kromat hangat lalu dibilas dengan Aquades dan dikkeringkan. Pemeriksaan toksikologi yang dapat dilakukan selain penentuan kadar AchE dalam darah dan plasma dapat juga dilakukan pemeriksaan.a. Kristalografi.

Bahan yang dicurigai berupa sisa makanan/ minuman, muntahan, isi lambung dimasukan ke dalam  gelas beker, dipanasakan dalam pemanas air sampai kering, kerimudian dilarutkan dalam aceton dan disaring dengan kertas saring. Filtrate yang didapat, diteteskan di bawah mikroskop. Bila bentuk Kristal-kristal seperti sapu, ini adalah golongan hidrokarbon terklorisasi.b. Kromatografi lapisan tipis (TLC).

Kaca berukuran 20cmx20cm, dilapisi dengan absorben gel silikat atau dengan alumunium oksida, lalu dipanaskan dalam oven 110° C selama 1 jam. Filtrate yang akan diperiksa (hasil ekstraksi dari darah atau jaringan korban) diteteskan dengan mikropipet pada kaca, disertai dengan tetesan lain yang telah diketahui golongan dan jenis serta konsentrasinya sebagai pembanding. Ujung kaca TLC dicelupkan ke dalam pelarut, biasanya n-Hexan. Celupan tidak boleh mengenai tetesan tersebut

Page 20: Toksikologi Luminal

diatas. Dengan daya kapilaritas maka pelarut akan ditarik keatas sambil melarutkan filitrat-filitrat tadi. Setelah itu kaca TLC dikeringkan lalu disemprot dengan reagensia Paladum klorida 0,5% dalam HCL pekat, kemudian dengan Difenilamin 0,5% dalam alcohol. Interprestasi : warna hitam (gelap) berarti golongan hidrokarbon terklorinasi sedangkan bila berwarna hijau dengan dasar dadu berarti golongan organofosfat.Untuk menentukan jenis dalam golongannya dapat dilakukan dengan menentukan Rf masing-masing bercak. Angka yang didapat dicocokan dengan standar, maka jenisnya dapat ditentukan dengan membandingkan besar bercak dan intensitas warnanya dengan pembandingan, dapat diketahui konsentrasinya secara semikuantatif.2. Cara pengiriman

   Apabila pemeriksaan toksikologi dilakukan di institusi lain, maka pengiriman bahan pemeriksaan harus memenuhi kriteria :

a. Satu tempat hanya berisi satu contoh bahan pemeriksaan.b. Contoh bahan pengawet harus disertakan untuk control.c. Tiap tempat yang telah terisi disegel dan diberi label yang memuat keterangan

mengenai tempat pengambilan bahan, nama korban, bahan pengawet dan isinya.d. Disertakan hasil pemeriksaan otopsi secara singkat jika mungkin disertakan

anamnesis dan gejala klinis.e. Surat permintaan pemeriksaan dari penyidik harus disertakan dan memuat identitas

korban dengan lengkap dan dugaa racun apa yang menyebabkan intoksikasi.f. Hasil otopsi dikemas dalam kotak dan harus dijaga agar botol tertutup rapat sehingga

tidak ada kemungkinan tumpah atau pecah pada saat pengiriman. Kotak diikat dengan tali yang setiap persilangannya diikat mati serta diberi lak pengaman.

g. Penyegelan dilakukan oleh Polisi yang mana juga harus dabuat berita acara penyegelan dan berita acara ini harus disertakan dalam pengiriman. Demikian pula berita acara penyegelan barang bukti lain seperti barang bukti atau obat. Dalam berita acara tersebut harus terdapat contoh kertas pembungkus, segel, atau materi yang digunakan.

h. Pada pengambilan contoh bahan dari korban hidup, alcohol tidak dapat dipakai untuk desinfektan local saat pengambilan darah, hal ini untuk menghilangkan kesulitan dalam penarikan kesimpulan bila kasus menyangkut alcohol. Sebagai gantinya dapat digunakan sublimate 1% atau mercuri klorida 1%.

Setelah semua proses pemeriksaan diatas dilakukan oleh ahli kedokteran kehakiman maka hasil pemeriksaan tersebut dituangkan ke dalam sebuah surat yaitu surat visum et repertum. Setelah dibuat berdasarkan aturan yang berlaku maka surat tersebut sudah dapat digunakan sebagai alat bukti di dalam proses peradilan (Sinaga, 2010).

2.11    Dasar hukum-   KUHPidana pasal 202 – 205

Pasal 202(1) Barangsiapa memasukkan barang sesuatu ke dalam sumur, pompa, sumber atau ke dalam perlengkapan air minum untuk umum atau untuk dipakai oleh atau

Page 21: Toksikologi Luminal

bersama-sama dengan orang lain, padahal diketahuinya bahwa karena perbuatan itu air lalu berbahaya bagi nyawa atau kesehatan orang, diancam dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.(2) Jika perbuatan itu mengakibatkan orang mati, yang ber- salah diancam dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara selama waktu tertentu paling lama dua puluh tahun.

Pasal 203(1) Barangsiapa karena kesalahannya (kealpaannya) menyebabkan bahwa barang sesuatu dimasukkan ke dalam sumur, pompa, sumber atau ke dalam perlengkapan air minum untuk umum atau untuk dipakai oleh, atau bersama-sama dengan orang lain, sehingga karena perbuatan itu air lalu berbahaya bagi nyawa atau kesehatan orang, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau pidana kurungan paling lama enam bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.(2) Jika perbuatan itu mengakibatkan orang mati, yang bersalah diancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan atau pidana kurungan paling lama satu tahun.

Pasal 204(1) Barangsiapa menjual, menawarkan, menyerahkan atau membagi-bagikan barang yang diketahuinya membahayakan nyawa atau kesehatan orang, padahal sifat; berhahaya itu tidak diberi tahu, diancam dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.(2) Jika perbuatan itu mengakihatkan orang mati, yang bersalah diancam dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara selama waktu tertentu paling lama dua puluh tahun.

Pasal 205(1) Barang siapa karena kesalahannya (kealpaannya) menyebabkan barang-barang yang berbahaya bagi nyawa atau kesehatan orang, dijual, diserahkan atau di bagi-bagikan tanpa diketahui sifat berbahayanya oleh yang membeli atau yang memperoleh, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau pidana kurungan paling lama enam bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.(2) Jika perbuatan itu mengakibatkan orang mati, yang bersalah diancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan atau pidana kurungan paling lama satu tahun.(3) Barang-barang itu dapat disita (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, 2010).

-       Undang-undang RI No.5 Tahun 1997 tentang psikotropikaPenyalahgunaan (pasal 59 ayat 1a)Pengedar (pasal 59 ayat 1c)Produsen (pasal 59 ayat 1 dan 2)

-       Undang-undang RI No.35 Tahun 2009 tentang narkotika-       Keppres RI No. 3 tahun 1997 tentang pengawasan dan pengendalian minuma

beralkohol-       Pasal 133 ayat 1 KUHAP

Page 22: Toksikologi Luminal

Pasal 133(1) dalam hal ini penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang koraban baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter atau ahli lainnya.2.12 Toksikologi Khusus2.12.1 Keracunan GasSIANIDADefinisi

Sianida (CN) merupakan racun yang sangat toksik, cara masuk ke dalam tubuh dapat melalui :

-          inhalasi, misalnya gas HCN (gas penerangan, sisa pembakaran seluloid, penyemprotan / fumigasi kapal)

-          oral, yaitu garam CN yang dipakai pada peyepuhan emas, pengelasan besi dan baja, serta fotografi dan amigdalin yang didapat dari singkong, ubi dan biji apel

Setelah diabsorbsi, CN masuk ke dalam sirkulasi sebagai CN bebas dan tidak dapat berikatan dengan Hb kecuali dalam bentuk methemoglobin akan terbentuk sianmethemoglobin. CN akan menginaktifkan enzim oksidatif beberapa jaringan secara radikal, terutama sitokrom oksidase juga merangsang pernapasan bekerja pada ujung sensorik sinus (kemoreseptor) sehingga pernapasan cepat. Dengan demikian proses oksidasi-reduksi dalam sel tidak berlangsung dan oksihemoglobin tidak dapat berdisosiasi melepaskan O2 ke sel jaringan sehingga timbul anoksia jaringan. Hal ini merupakan keadaan paradoksal karena korban meninggal akibat hipoksia tetapi darahnya kaya akan O2.

Takaran  toksik per oral untuk HCN adalah 60-90 mg, sedangkan KCN atau NaCN adalah 200 mg. Gas CN 200-400 ppm akan menyebabkan kematian dalam 30 menit sedangkan gas CN 20000 ppm akan menyebabkan meninggal seketika.Tanda dan Gejala Keracunan

Tanda dan gejala keracunan akut CN yang ditelan dapat dengan cepat menyebabkan kegagalan pernafasan dan kematian dapat timbul dalam beberapa menit. Dalam interval yang pendek antara menelan racun sampai kematian, korban mengeluh merasa terbakar pada kerongkongan dan lidah, hipersalivasi, mual, muntah, sakit kepala, vertigo, photophobia, tinitus, pusing, kelelahan dan sesak napas. Dapat pula ditemukan sianosis pada muka, keluar busa dari mulut, nadi cepat dan lemah, napas cepat dan kadang-kadang tidak teratur, refleks melambat, udara pernapasan berbau amandel. Menjelang kematian, sianosis tampak nyata dan timbul kedutan otot-otot yang berlanjut dengan kejang disertai inkontinensia urin dan alvi. Racun yang diinhalasi menimbulkan palpitasi, kesukaran bernapas, mual muntah sakit kepala, salivasi, lakrimasi, iritasi mulut dan kerongkongan, pusing, kelemahan ekstremitas, kolaps, kejang, koma, dan meninggal.Pemeriksaan Forensik

Pemeriksaan luar jenazah dapat tercium bau amandel yang merupakan tanda patognomonik untuk keracunan CN, dengan cara menekan dada mayat sehingga akan keluar gas dari mulut dan hidung. Selain itu didapatkan sianosis pada wajah dan bibir, busa keluar dari mulut, dan lebam jenazah berwarna merah terang, karena

Page 23: Toksikologi Luminal

darah kaya akan oksi hemoglobin (karena jaringan dicegah dari penggunaan oksigen) dan ditemukannya cyanmethemoglobin. Pemeriksaan selanjutnya biasanya tidak memberikan gambaran yang khas.

Pada korban yang menelan garam alkali sianida, dapat ditemukan kelainan pada mukosa lambung berupa korosi dan berwarna merah kecoklatan karena terbentuk hematin alkali dan pada perabaan mukosa licin seperti sabun. Korosi dapat mengakibatkan perforasi lambung yang dapat terjadi antemortal dan postmortal.Pemeriksaan Laboratorium

Darah, isi perut, urin dan muntahan harus diserahkan ke laboratorium, membutuhkan perhatian khusus bahwa sampel terhindar dari resiko dalam pengemasannya, transportasinya atau tidak dikemasnya sampel tersebut. Pemeriksaan laboratorium harus dilakukan dan diperhatikan jika ada kemungkinan terjadinya keracunan sianida.

Jika kematian mungkin disebabkan oleh inhalasi gas hidrogen sianida, paru-parunya harus dikirim utuh, dibungkus dalam kantong yang terbuat dari nilon (bukan polivinil klorida).KARBONMONOKSIDADefinisi

Karbonmonoksida (CO) adalah gas yang tidak berwarna, tidak berbau dan tidak merangsang selaput lendir. GasCO dapat ditemukan pada hasil pembakaran tidak sempurna dari karbon. Sumber terpenting adalah motor yang menggunakan bahan bakar bensin. Sumber lain CO adalah gas arang batu yang mengandung kira-kira 5% CO, alat pemanas berbahan bakar gas, lemari es gas dan cerobong asap yang bekerja tidak baik. CO hanya diserap melalui paru dan sebagian besar diikat oleh Hb secara reversibel, membentuk karboksi-hemoglobin. Afinitas COHb 208-245 kali afinitas O2. Bila korban dipindahkan ke udara bersih, kadar COHb berkurang 50% dalam waktu 4,5 jam dan setelah 6-8 jam darah tidak mengandung COHb lagi. Gejala keracunan CO berkaitan dengan kadar COHb dalam darah

Tanda dan Gejala KeracunanTabel Gejala yang ditimbulkan akibat keracunan CO

Saturasi COHb

Gejala

10 % Tidak ada10% - 20% Rasa berat pada kening, sakit kepala ringan20% - 30% Sakit kepala, berdenyut pada pelipis30% - 40% Sakit kepala keras, lemah, pusing,penglihatan buram, mual dan

muntah, kolaps40% - 50% Sama dengan gejala di atas tetapi dengan kemungkinan besar

kolaps atau sinkop. Pernapasan dan nadi cepat, ataksia.50% - 60% Sinkop, pernapasan dan nadi bertambah cepat, koma dengan

kejang intermitten, pernapasan Cheyne-Stokes60% - 70% Koma dengan kejang, depresi jantung dan pernapasan, mungkin

meninggal70% - 80% Nadi lemah, pernapasan lambat, gagal napas dan meninggal.

Pemeriksaan Forensik

Page 24: Toksikologi Luminal

Diagnosis keracunan CO pada korban hidup biasanya berdasarkan anamnesis adanya kontak dan ditemukannya gejala keracunan CO.

Pada jenazah, dapat ditemukan warna lebam mayat yang berupa Cherry Red pada kulit, otot, darah dan organ-organ interna, yang tampak jelas bila kadar COHb mencapai 30% atau lebih. Akan tetapi pada orang yang anemik atau mempunyai kelainan darah warna cherry red ini menjadi sulit dikenali.

Pemeriksaan LaboratoriumUji Kualitatif            Menggunakan 2 cara:            Uji Dilusi Alkali             Ambil dua tabung reaksi, masukkan ke dalam tabung pertama 1-2 tetes darah     korban. Tabung kedua 1-2 tetes darah control. Encerkan masing-masing darah            dengan menambahkan 10ml air. Tambahkan masing-masing tabung 5 tetes             NaOH 10-20% lalu dikocok.            Uji Formalin             Darah yang diperiksa ditambahkan dengan larutan formalin 40% sama banyak.    Bila darah mengandung COHb dengan saturasi 25%, maka akan terbentuk    koagulat berwarna merah yang mengendap pada dasar tabung reaksi. Pada             darah normal. Terbentuk koagulat warna coklat.Uji Kuantitatif            Menggunakan cara Gettler-Freimuth dengan prinsip:            Darah + Kalium Ferisianida CO dibebaskan dari COHb            CO + PdCl2 + H2O Pd + CO2 + HCl            Paladium (Pd) ion akan diendapkan pada kertas saring berupa endapan    berwarna hitam.INSEKTISIDA

Insektisida merupakan bahan yang digunakan untuk membunuh serangga dalam pertanian, perkebunan dan rumah tangga.  Kasus kematian akibat insektisida seringkali terjadi karena kecelakaan dan percobaan bunuh diri. Insektisida yang sering digunakan, antara lain :

1.    golongan fosfat organik : malation, paration, paraxon, diazinon2.    golongan karbamat : carbaryl, baygon3.    golongan hidrokarbon yang diklorkan : DDT, lindane

1. GOLONGAN INHIBITOR KOLINESTERASEBerdasarkan cara kerjanya, golongan organofosfat dan karbamat dikategorikan ke dalam antikolinesterase. Pada golongan organofosfat inhibisinya bersifat irreversibel, sedangkan golongan karbamat bersifat reversibel. Inhibisi mengakibatkan terjadinya akumulasi asetilkolin, rangsangan pada saraf kolinergik diperpanjang. Kematian terjadi karena gagal napas dan henti jantung. Tanda dan Gejala Keracunan            Gejala klinis berupa gangguan penglihatan, sukar bernapas, saluran pencernaan hiperaktif. Tanda dan gejala lain yang sering terjadi antara lain sakit

Page 25: Toksikologi Luminal

kepala, kelemahan otot, hiperhidrosis, lakrimasi, salivasi, miosis, sekresi saluran napas, sianosis, papil edem, konvulsi, koma, dan hilangnya kontrol terhadap sfingter.

Pemeriksaan Forensik            Pada pemeriksaan dalam ditemukan tanda pembendungan pada alat dalam. Di dalam lambung ditemukan cairan yang terdiri dari dua lapisan yaitu lapisan cairan lambung dan lapisan larutan insektisida. Mukosa lambung dan usus bagian atas tampak hiperemis dan mengalami perdarahan submukosa. Juga dapat tercium bau pelarut insektisida. Limpa, otak dan paru tampak edem dan kongesti. Kerusakan jaringan hati biasanya merupakan penyebab kematian pada keracunan kronis2. GOLONGAN HIDROKARBON TERKHLORINASIHidrokarbon terkhlorinasi adalah zat kimia sintetik yang stabil beberapa minggu sampai beberapa bulan setelah penggunaannya. Termasuk golongan ini adalah DDT, ALdrin, Dieldrin, Endrin, Chlordane, Lindane. DDT lambat diabsorbsi melalui saluran cerna. Insektisida dalam bentuk bubuk tidak diabsropsi melalui kulit, tetapi bila dilarutkan dalam solven organik mungkin dapat diabsorbsi melalui kulit. DDT merupakan stimulator SSP yang kuat dengan efek eksitasi langsung pada neuron, yang mengakibatkan kejang-kejang dengan mekanisme yang belum jelas. Kematian terjadi akibat depresi pernafasan atau akibat fibrilasi ventrikel.Tanda dan Gejala Keracunan            Gejala keracunan ringan adalah merasa lelah, berat dan sakit pada tungkai, sakit kepala, parestesia pada lidah, bibir, dan muka, gelisah, dan lesu mental           Gejala keracunan berat adalah pusing, gangguan keseimbangan, bingung, rasa tebal pada jari-jari, tremoe, mual, muntah, fasikulasi, midriasis, kejang tonik dan klonik, kemudian koma.Pemeriksaan Forensik            Pada keracunan kronik, dilakukan biopsy lemak tubuh yang diambil pada perut setinggi garis pinggang minimal 50 gram dan dimasukkan ke dalam botol bermulut lebar dengan penutuo dari gelas dan ditimbang dengan ketelitian sampai 0,1 mg. pada keadaan normal, insektisida golongan ini dalam lemak tubuh terdapat kurang dari 15 ppm.            Tanda-tanda congested/asfiksia tampak pada pemeriksaan luar. Hssil pemeriksaan dalam  memperlihatkan adanya hiperemi pada mukosa lambung dan usus disertai perdarahan. Apabila keracunan kronik, dapat tercium bau zat pelarut (minyak tanah) dan terdapat adanya organ-organ dalam yang congested, nekrosis hati, serta edema paru.            LOGAM1. ARSENDefinisi            As2O3 atau arsen trioksida atau disebut juga acidum arsenicosum merupakan senyawa yang sering dan penting artinya dalam hubungannya dengan keracunan. As2O3 ini berupa serbuk putih atau kadang kristal halus dengan sedikit rasa (lemah) bahkan dapat dikatakan tidak berasa sama sekali dan tidak berbau. Mudah larut dalam asam lambung, dalam bentuk gas biasanya berbau bawang putih. Senyawa

Page 26: Toksikologi Luminal

arsenik ini banyak ditemukan dalam bidang pertanian (rodenticide), industri (sebagai pengotoran dari zat warna, mordant) maupun dalam bidang pengobatan (sedian-sedian yang mengandung arsenikum baik sebagai senyawa anorganik maupun organik). Bentuk lain dari arsenikum ini adalah Arsine dan Ethylarsine dimana berada dalam bentuk gas.Tanda dan Gejala KeracunanAda 4 tipe gejala keracunan:

1.    Acute Paralytic Timbul mendadak setelah korban keracunan dengan dosis besar serta absorbsinya berjalan sangat cepat. Gejala yang menonjol adalah akibat depresi susunan saraf pusat yang hebat khususnya pusat-pusat vital dimedulla, antara lain:

-          Circulatory collapse dengan tekanan darah turun/rendah-          Denyut nadi cepat dan lemah-          Pernafasan sukar dan dalam-          Stupor atau semicomatous-          Kadang-kadang kejang dan adakalanya tampak/ tidak tampak gejala iritasi

gastrointestinalKematian terjadi dalam waktu kurang dari 24 jam.

2.    Gastrointestinal TypeMerupakan gejala yang paling utama dijumpai dan khas, akibat lesi-lesi pada lambung, usus maupun organ-organ parenchym segera setelah keracunan, timbul muntah dan diikuti diarrhea setelah 1-2 jam kemudian.

-          Rasa sakit dan cramp pada perut-          Rasa haus yang hebat, sakit tenggorokan-          Mulut terasa kering-          Muntah berkepanjangan, kadang-kadang bercampur darah-          Profuse diarrhea dengan faeces bercampur darah.

Gejala klinis diatas sangat inddividual, dimana satu penderita condong menunjukkan gejala profuse diarrhea sebagai gejala utama, yang lain lebih condong menunjukkan gejala muntah atau kombinasi dari gejala-gejala tersebut pada penderita lainnya.Bila kasus keracunan lebih hebat maka timbul gejala seperti muka kebiruan dan cemas, kulit pucat dan dingin, cramp pada kaki bagian atas, delirium, albuminuria, retensi urin, serta dehidrasi akibat hilangnya cairan tubuh.     Kematian terjadi dalam beberapa jam sampai beberapa hari dan apabila penderita dapat melewati serangan pertama, masih ada kemungkinan untuk bertahan hidup.

3.    Subacute TypeTimbul apabila senyawa arsenikum diberikan dalam dosis kecil berulang kali dalam interval waktu tertentu, atau akibat pemberian dalam dosis besar tetapi tidak segera menimbulkan kematian dan menimbulkan efek keracunan selama dieksresikan (slow excretion).Gejalanya:

Page 27: Toksikologi Luminal

-          Degenerasi toksik pada hepar yang kemudian berkembang menjadi acute/subacuteyellow atrophy disertai toxic jaundice hebat.

-          Perdarahan multiple pada lapisan sub serosa jaringan-          Traktus Gastrointestinal mengalami inflamasi dan kronis serta diarhea

berkepanjangan -          Cramp dan dehidrasi-          Ginjal mengalami nephrosis dengan albuminuria dan hematuria-          Skin eruption, bengkak seluruh tubuh, beberapa kasus tampak penderita

mengalami keratosis kulit, berat badan menurun serta keadaan umum korban makin buruk.Kematian dapat terjadi beberapa hari kemudian.

4.    Chronic TypeType ini dapat berkembang/ terjadi setelah gejala akut mereda. Tampak gejala-gejala:

-          Paralyse dan atrofi otot-otot tangan dan kaki sebagai akibat neuritis kronis disertai dengan degenerasi saraf  yang dimulai dari bagian perifer dan berjalan ke arah sentral.

-          Anaesthesia-          Rambut dan kuku rontok-          Kadang tampak gastroentritis kronis disertai anoreksia, nausea, dan diare-          Kulit mengalami hiperkeratosis dan hiperpigmentasi-          Mata mengalami hiperkeratosis, kelopak mata bengkak-          Garis melintang  pada kuku berwarna putih.-          Hiperkeratosis terutama tampak jelas pada telapak tangan dan telapak kaki

Pemeriksaan ForensikKeracunan Akut :-   Pemeriksaan luar ditemukan tanda-tanda dehidrasi-   Pemeriksaan dalam ditemukan tanda iritasi lambung, mukosa berwarna

merah,    kadang-kadang dengan perdarahan (fleas bitten appearance)Keracunan Kronik :-   Pemeriksaan luar tampak keadaan gizi buruk. Pada kulit terdapat pigmentasi

coklat (melanosis arsenic), keratosis telapak tangan dan kaki (keratosis arsenic).       Kuku memperlihatkan garis-garis putih (Mee’s lines) pada bagian kuku yang             tumbuh dan dasar kuku.

- Temuan pada pemeriksaan dalam tidak khas.2. TIMAHDefinisi        Plumbum atau timbel (timah hitam) terdapat dimana-mana, dalam jumlah besar dalam badan accu / baterai. Pb terdapat pula pada pipa air zaman dahulu, timah solder, bahan dasar cat, dempul meni, dan glasier dari benda-benda keramik dan gelas (crystal lead). Pb juga terdapat pada bahan kosmetik mata orang Indian yang

Page 28: Toksikologi Luminal

disebut surma, demikian juga dapat ditemukan pada eye-shadow, lipstick, dan blush-on.        Timbel di dalam tubuh terikat dalam gugus sulfhidril (-SH) dalam molekul protein yang menyebabkan hambatan pada system kerja enzim. Dalam darah enzim yang dihambat adalah enzim delta- aminolevulinik asid (delta-ALA) yang berperan dalam sintesi hemoglobin.Tanda dan Gejala Keracunan

Keracunan Akut :-   Korban merasa sepat (rasa logam), muntah-muntah berwarna putih karena

adanya Pb Klorida, dan juga diare dengan feses hitam akibat adanya PbS.   Kedua hal ini dapat menyebabkan dehidrasi.

Keracunan Kronik :-   korban tampak pucat yang tak sesuai dengan derajat anemi, karena pucat

timbul             sebagai akibat spasme arteriol di bawah kulit. Rasa logam pada mulut, anoreksia, obstipasi, kadang diare.Pemeriksaan Forensik

Diagnosis pada orang hidup ditegakkan dengan melihat adanya gejala keracunan dan pemeriksaan kadar Pb darah dan urin, Pada jenazah, dapat ditemukan,

Keracunan Akut :-   Tanda-tanda dehidrasi, lambung mengerut (spastic), hiperemi, isi lambung

warna putih. Usus spastic dan feses berwarna hitam.Keracunan Kronik :-   Tubuh sangat kurus, pucatm terdapat garis Pb, ikterik, gastritis kronikm dan

pada             usus nampak bercak-bercak hitamKadar tertinggi Pb terdapat dalam tulang, ginjal, jati dan otak, sehingga bahan

pemeriksaan diambil dari organ-organ tersebut.Pemeriksaan Laboratorium            Diagnosis toksisitas Pb dilakukan berdasarkan gejala dan uji lab seperti kadar Pb dalam darah, ulas darah untuk melihat sel stipel yang merupakan keracunan khas pada Pb, dan protoporfirin eritrosir. Uji kadar Pd dalam urin, enzim delta ALA dan koproporfirin III juga dapat dilakukan untuk diagnosis toksisitas Pb (Darmono, 2009)

 KERACUNAN ALKOHOLAlkohol ada 2 jenis:

         Etil alkohol / Etanol (C2H5OH)         Metil alkohol / Metanol (CH3OH)

Alkohol bersifat racun bagi otak. Alkohol murni berupa cairan yang bening, mudah menguap dan mempunyai aroma yang khas.

Absorpsi terutama dari usus halus (80%) dan lambung (20%). Konsentrasi alkohol dalam darah sudah bias ditemukan dalam waktu 5-10 menit setelah

Page 29: Toksikologi Luminal

meminum alkohol. Kadar puncak dalam darah adalah 30 menit setelah meminum alkohol. Dibutuhkan waktu yang lama agar kadar puncak alkohol dalam darah ini bisa menyebabkan habituasi (ketergantungan) dan keadaan lainnya seperti gastritis dan anemia.

Proses absorpsi semakin cepat jika terdapat air dalam saluran usus atau lambung dalam keadaan kosong. Wine (anggur) merupakan jenis minuman yang paling cepat penyerapannya.

Metabolisme alkohol terutama terjadi di hati (90%) dan mengalami oksidasi. Sisa yang 10% diekslresikan melalui kulit, paru-paru, kelenjar liur dan ginjal. Alkohol bisa menjadi sumber energy yang baik, dimana setiap 1 gram dapat menghasilkan 7 kalori.KERACUNAN ALKOHOL AKUTTanda dan gejala keracunanTerdiri atas 3 tahap:

1.    Tahap merasa dalam keadaan senangPasien sadar dan merasa senang karena penekanan pada pusat-pusat hambatan di otak, keadaan ini disebut fenomena pelepasan (release phenomenon). Tahap ini bisa berlangsung lama dan dapat terlihat pada semua kasus. Tanda-tandanya:

         Muka merah         Pasien sangat banyak bicara         Pasien kehilangan pengendalian diri         Gangguan pada pengendalian gerakan-gerakan halus, misalnya meminum air,

memasukkan benang ke dalam jarum. Ada kalanya pasien menjadi:         Berperilaku kasar         Bersifat sentimental         Inkoordinasi         Pupil sedikit mengalami dilatasi dan bereaksi terhadap cahaya         Pernafasan berbau alkohol

Perlahan-lahan pasien akan memasuki tahap kebingungan2.    Tahap kebingungan

Keadaan ini adalah akibat penekanan pada pusat-pusat lainnya pada otak sehingga berkaitan dengan:

         Inkoordinasi-ataksia atau gerakan yang lambat         Pasien tidak dapat berjalan lurus         Percakapan tidak jelas, inkoheren dan sengau         Penglihatan kabur

Kemudian pasien akan memasuki fase setengah sadar dan akhirnya menjadi tidak sadarkan diri. Pada tahap ini pasien masih bisa dibangunkan dengan suara yang kuat atau cubitan.

3.    Tahap koma

Page 30: Toksikologi Luminal

Sebelum memasuki tahap ini pasien masih bisa sembuh dan kembali pada tahap pertama. Tetapi perlahan-lahan pasien akan memasuki tahap koma.

         Pernafasan lambat dan mendengkur         Denyut nadi cepat dan halus         Pasien tidak dapat dibangunkan walaupun dengan guncangan keras         Suhu tubuh di bawah normal (hipotermia)         Pupil sedikit mengalami konstriksi         Kematian terjadi karena;

- Penekanan pada pusat otak yang lebih tinggi- Anoksia  otak akut- Pneumonia atau edema paru

         Sebelum kematian mungkin mengalami kejang-kejangDosis fatal

Dosis bukan hanya tergantung dari jumlah yang diminum, tetapi juga bergantung pada kebiasaan seseorang dan jenis minumannya. Misalnya alkohol absolut sebanyak 5 oz dapat berakibat fatal. Untuk anak-anak berusia dibawah 12 tahun, alkohol absolut sebanyak 2 oz juga sudah dapat berakibat fatal.

A= C x P x R

            Pada buku lain juga mengatakan takaran alkohol untuk menimbulkan keracunan bervariasi tergantung dari kebiasaan minum dan sensitivitas genetik perorangan. Umumnya 35 gram alkohol menyebabkan penurunan kemampuan untuk menduga jarak dan kecepatan serta menimbulkan euforia. Alkohol sebanyak 75-80 gr akan menimbulkan keracunan akut dan 250-500 gram alkohol takaran fatal. Kadar alkohol darah dari konsumsi 35 gram alkohol dengan menggunakan rumus:

A : jumlah alkohol yang diminumC : kadar alkool darah(mg%)P : berat badan(kg)R : konstanta (0,0007)

Bagi orang dewasa, dosis sebanyak 150-200 mL alkohol absolut sudah dianggap bisa berakibat fatal.Periode fatal     Jika alkohol diminum dalam jumlah yang banyak oleh seseorang yang tidak mempunyai kebiasaan minum alkohol bisa menyebabkan kematian dalam beberapa menit. Periode fatal bisanya antara 12-24 jam, pada beberapa kasus bisa agak panjang yaitu antara 5-6 hariPenatalaksanaanJika pengobatan diberikan pada saat yang tepat sebelum pasien masuk dalam tahap koma, yaitu ketika refleks tubuh sudah tidak ada dan mata mengalami konstriksi dan tidak bereaksi terhadap cahaya, maka kemungkinan besar dapat sembuh.

Page 31: Toksikologi Luminal

         Untuk mengeluarkan racun bisa diupayakan agar pasien muntah secara mekanis yaitu dengan menekan orofaring. Zat kimia perangsang muntah hanya digunakan jika keadaan umum pasien cukup baik.

         Bilas lambung harus dilakukan walaupun pasien dalam keadaan tidak dapat dikendalikan. Bahan yang dperoleh dari bilasan lambung yang pertama diambil untuk bilasan kimia, kemudian bilas lambung dilanjutkan sampai hasil bilasan lambung tidak mengandung bau alkohol.

         Berikan minuman hangat seperti teh atau kopi         Penafasan buatan serta oksigen diberikan jika ditemukan adanya tanda-tanda

penekanan pernafasan         Obat stimulansia sepert coramine, nikethamide diberikan dalam bentuk suntikan         Upayakan agar suhu tubuh pasien selalu hangat         Untuk mengatasi asidosis, diberikan soda bikarbonat melalui oral         Jika pasien gelisah diberikan mephenisine dengan dosis 1-3 gram         Jika perlu diberikan 1000 cc glukosa 10% serta garam fisiologis secara intravena,

kedalam larutan tersebut ditambahkan insulin 15 unit, vitamin B1 200 mg. niasinamida 200 mg dan vitamin C 1000 mg

         Antibiotik diberikan sebagai tindakan profilaksis terhadap infeksi paru-paruPasien diawasi dan diperhatikan tanda-tanda penyembuhan, yaitu;

         Pasien kembali memasuki tahap kebingungan         Ukuran pupil kembali normal         Mulai timbul gejala mual dan muntah

Pemeriksaan Forensik1.      Pemeriksaan luar         Kaku mayat dan pembusukan lebih lambat terjadi. Mayat penderita bisa  bertahan

lebih lama.         Kongesti pada konjungtiva sangat jelas2.      Pemeriksaan dalam         Bau alkohol bisa tercium dari isi lambung dan organ tubuh lainnya         Dinding lambung hiperemis, berwarna merah dan isi lambung berwarna coklat         Organ tubuh lainnya mengalami kongesti         Edema otak sangat jelas terlihat dari jarak antara gyrus otak yang semakin sempit

Bagian tubuh yang diperlukan untuk pemeriksaan kimia:         Darah         Paru-paru         Otak

Pada bahan yang diambil tidak boleh ditambahkan zat pengawet dan pemeriksaan dilakukan sesegera mungkin.KERACUNAN ALKOHOL KRONIS

Page 32: Toksikologi Luminal

Keadaan ini terjadi karena meminum alkohol dalam jangka waktu yang lama. Korban biasanya adalah penderita psikosis atau neurosis, sehingga alkohol digunakan sebagai pelarian dari kenyataan hidup.Tanda dan gejala keracunan

         Nafsu makan menurun, mual, muntah dan diare         Tremor pada tangan dan lidah         Gangguan daya ingat dan kemampuan menilai         Jika telah berlangsung lama bisa menyebabkan hipoproteinemia yang

mengakibatkan edema anasarka         Selain mengalami stres psikologis, pasien juga mengalami neuritis perifer dan

demensia yang akan semakin nyata pada tahap akhir         Pasien kemudian secara tiba-tiba mengalami koma dan pingsan

Kelainan pada keracunan kronis alkohol:1.    Pada saluran pencernaan : alkohol dalam takaran tinggi dalam waktu lama akan

menimbulkan kelainan pada selaput lendir mulut, kerongkongan dan lambung  berupa gastritis kronis.

2.    Pada hati akan terjadi penimbunan lemak dalam sel hati, SGOT dan SGPT, trigliserida dan asam urat meningkat.

3.    Pada jantung dapat terjadi kardiomiopati alkoholik dengan payah jantung kiri dan kanan dengan distensi pembuluh balik leher, nadi lemah dan edema perifer. Pada jantung akan terlihat hipertrofi kedua ventrikel, fibrosis endokardial dengan tanda trombi mural pada otot jantung.

4.    Pada otot akan ditemukan miopati alkoholik dan histologis di jumpai atrofi serat dan perlemakan jaringan otot.Sebab dan mekanisme kematian

Mekanisme kematian terutama akibat gagal hati dan ruptur varises esofagus akibat hipertensi portal. Pada autopsi bisa ditemukan memar pada cortex cerebri, hematom sub-dural akut dan kronis. Depresi pernafasan terjadi pada kadar alkohol otak lebih besar dari 450 mg%. pada 500-600 mg% dalam darah, penderita biasanya meninggal dalam 1-4 jam setelah koma selama 10-16 jam.Pemeriksaan Forensik

1.    Pada orang yang masih hidup dapat diientifikasi dari bau alkohol yang keluar dari udara pernafasan.

2.    Pemeriksaan kadar alkohol darah: baik pemeriksaan udara pernafasan atau urin atau dari darah vena

3.    Kelainan pada orang yang sudah meninggal tidak khas. Mungkin ditemukan gejala yang sesuai dengan asfiksia. Seluruh organ menunjukkan tanda perbendungan, darah lebih encer, berwarna merah gelap.

4.    Mukosa lambung tanda perbendungan, kemerahan dan tanda inflamasi tapi kadang-kadang juga tak tampak kelainan.

5.    Otak dan darah berbau alkohol.

Page 33: Toksikologi Luminal

6.    Pada pemeriksan histologis dapat dijumpai edema dan pelebaran pembuluh darah dan selaput otak, degenerasi bengkak keruh, pada bagian parenkim organ inflamasi mukosa saluran cerna.

7.    Pada jantung, gambaran serat lintang otot jantung menghilang, hialinisasi, edema dan vakuolisasi serabut otot jantung.Pemeriksaan Laboratorium

Untuk korban meninggal dapat diperiksa kadar alkohol dalam otak, hati atau cairan tubuh seperti cairan serebrospinal. Penentuan kadar alkohol dalam daram lambung saja tanpa menentukan kadar alkohol dalam darah hanya menunjukkan orang tersebut telah minum alkohol. Pada mayat, alkohol dapat berdifusi dari lambung ke jaringan sekitarnya termasuk ke dalam jantung sehingga bisa diambil darah dari pemeriksaan darah vena perifer seperti di daerah cubiti dan femoralis.

Metode sederhana untuk menentukan kadar alkohol dalam darah disebut teknik modifikasi mikrodifusi (CONWAY) yaitu

1.    Masukkan 2 mL reagen Anti ke dalam ruang tengah. Reagen anti dibuat dengan melarutkan 7,7 mg kalium dikromat ke dalam 150 mL air + 280 mL asam sulfat dan terus diaduk. Encerkan dengan 500 mL aquadest.

2.    Sebarkan 1 mL darah/urin dalam ruang sebelah luar dan masukkan 1 mL kalium karbonat dalam ruang yang berlawanan.

3.    Tutup sel mikrodifusi dan goyangkan dengan hati-hati. Biarkan terjadi difusi selama 1 jam pada suhu ruang. Angkat tutup dan amati perubahan warna pada reagen

4.    Apabila reagen berwarna kuning kenari menunjukkan hasil negatif. Tetapi apabila warna kuning kehijauan menunjukkan kadar etanol sekitar 80 mg%, sedangkan warna kekuningan sekitar 300 mg%.Penatalaksanaan

         Keadaan ini bisasanya adalah masalah psikiatri karena berbagai masalah yang melatarbelakangi kebiasaan minum alkohol tersebut

         Kebiasaan minum alkohol harus dikurangi dengan memberikan tablet antabuse (Tetra erthylthiuram disulphide) dengan dosis 0,25 sampai 0,75 gram per hari. Tablet antabuse hanya diberikan dengan persetujuan pasien karena keadaan pasien akan sangat memburuk jika setelah mendapat tablet Antabuse pasien kembali meminum alkohol. Untuk tujuan yang sama bisa juga diberikan tablet Temposil (Citrated calcium carbimide) dengan dosis 50 mg per hari.

         Makanan dengan gizi yang seimbang         Pemberian multivitamin untuk mengatasi adanya defisiensi. Pemberian vitamin ini

harus tetap diberikan untuk jangka waktu yang cukup lamaKERACUNAN NARKOBA            Narkoba adalah zat kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi seperti perasaan, pikiran, suasana hati serta perilaku jika masuk ke dalam tubuh manusia baik dengan cara dimakan, diminum, dihirup, suntik, intravena, dan lain sebagainya (Kurniawan, 2008)Narkoba dibagi dalam 3 jenis :1. Narkotika2. Psikotropika

Page 34: Toksikologi Luminal

3. Zat adiktif lainnya1. NARKOTIKA

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintesis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan ( Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 tahun 2009).Jenis narkotika di bagi atas 3 golongan :

a.    Narkotika golongan I : adalah narkotika yang paling berbahaya, daya adiktif sangat tinggi menyebabkan ketergantunggan. Tidak dapat digunakan untuk kepentingan apapun, kecuali untuk penelitian atau ilmu pengetahuan. Contoh : ganja, morphine, putauw adalah heroin tidak murni berupa bubuk.

b.     Narkotika golongan II : adalah narkotika yang memilki daya adiktif kuat, tetapi bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Contoh : petidin dan turunannya, benzetidin, betametadol.

c.    Narkotika golongan III : adalah narkotika yang memiliki daya adiktif ringan, tetapi dapat bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Contoh : codein dan turunannya (Martono, 2006)Prekursor narkotikaUU 35/2009 PASAL 1 AYAT 2: “Adalah zat atau bahan pemula atau bahan kimia yang dapat digunakan dalam pembuatan narkotika.”Tujuan pengaturan prekusor Narkotik:

•          PASAL 48             a. melindungi masyarakat dari bahaya penyalahgunaan prekursor narkotika             b. mencegah dan memberantas peredaran gelap prekursor narkotika             c. mencegah terjadinya kebocoran dan penyimpangan prekursor narkotika Golongan dan jenis prekusor narkotika:

TABEL I TABEL II

Acetic anhydrideN-Acetylanthranilic AcidEphedrineErgometrine ErgotamineIsosafrole Lysergic acid3,4-Methylenedioxyphenyl-2-propanoneNorephedrine 1-Phenyl-2-PropanonePiperonal Potassium permananat Pseudoephedrinesafrole

AcetoneAnthranilic acidEthyl etherHydrochloric acidMethyl ethyl ketone Phenylacetic acidPiperidine Sulphuric acidToluene

Tanda dan Gejala Keracunan

Page 35: Toksikologi Luminal

            Keracunan dapat terjadi secara akut maupun kronik. Keracunan akut biasanya terjadi akibat percobaan bunuh diri, tetapi dapat pula terjadi pada kecelakaan dan pembunuhan.            Gejala keracunan diawali dengan eksitasi susuan saraf yang kemudian disusul oleh narkosis. Penderita merasa ngantuk, yang makin lama makin dalam dan berakhir dengan keadaan koma, terdapat relaksasi otot-otot sehingga lidah dapat menutupi saluran nafas, nadi kecil dan lemah, pernafasan sukar, irregular, pernafasan dangkal – lambat, suhu badan turun, muka pucat, pupil miosis (pin-head size) yang akan melebar kenbali setelah terjadi anoksia, tekanan darah menurun hingga syok.Pemeriksaan Forensik            Pada korban hidup perlu dilakukan pengambilan darah dan urin untuk pemeriksaan laboratorium.            Pada pemeriksaan luar jenazah, dapat ditemukan adanya bekas suntikan, pembesaran kelenjar getah bening setempat, lepuh kulit (skin blister), tanda asfiksia (busa halus dari lubang hidung dan mulut), sianosis pada ujung jari dan biir, perdarahan petekial pada konjungtiva dan pada pemakaian narkotika dengan cara sniffing (menghirup), kadang dijumpai perforasi septum nasi.            Hasil pemeriksaan dalam menunjukkan darah berwarna gelap dan cair, terdapat gumpalan masa coklat kehitaman pada lambung, trakea dan bronkus kongesti dan berbusa, paru kongesti dan edema.Pemeriksaan Laboratorium            Bahan terpenting yang harus diambil adalah urin, cairan empedu dan jaringan sekitar suntikan. Untuk pemeriksaan toksikologi dilakukan dengan :

-          Uji Marquis : 40 tetes formaldehyde 40% dalam 60 ml asam sulfat pekat. Tes ini cukup sensitive dengan sensitifitas berkisar antara 0,05 mikrogram – 1 mikrogram. Hasil positif unutk opium, morfin, heroin, kodein adalah warna merah-ungu.

-          Uji MIkrokristal : lebih sensitif dan lebih khas. Caranya 1 tetes larutan narkotika ditambah dengan reagen dan dengan mikroskop dilihat kristal apa yang terbentuk. Untuk morfin berupa plates, heroin berupa fine dendrites atau rosettes, kodein berupa gelatinous rosettes dan pethidin berupa feathery rosettes

-           (Mun’im Idries, 2008)2. PSIKOTROPIKA            Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis, bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan prilaku, digunakan untuk mengobati gangguan jiwa (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 tahun 1997)Jenis psikotropika dibagi atas 4 golongan :a. Golongan I : adalah psikotropika dengan daya adiktif yang sangat kuat untuk menyebabkan ketergantungan, belum diketahui manfaatnya untuk pengobatan, dan sedang diteliti khasiatnya seperti esktasi (menthylendioxy menthaphetamine dalam bentuk tablet atau kapsul), sabu-sabu (berbentuk kristal berisi zat menthaphetamin).

Page 36: Toksikologi Luminal

b. Golongan II : adalah psikotropika dengan daya aktif yang kuat untuk menyebabkan Sindroma ketergantungan serta berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contoh : ampetamin dan metapetamin.c. Golongan III : adalah psikotropika dengan daya adiktif yang sedang berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contoh: lumubal, fleenitrazepam.d. Golongan IV : adalah psikotropika dengan daya adiktif ringan berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contoh: nitra zepam, diazepam (Martono, 2006)Tanda dan Gejala Keracunan            Untuk barbiturat, gejala akutnya adalah ataksia, vertigo, pembicaraan kacau, nyeri kepala, parestesi, halusinasi, gelisan dan delirium. Bila sudah kronis (adiksi), dapat berupa kelainan psikiatrik seperti depresi melankolik, regresi psikik, wajah kusut, emosi tidak stabil.Pemeriksaan Forensik            Gambaran tidak khas. Pada pemeriksaan luar hanya tampak gambaran asfiksia, berupa sianosis, keluarnya busa halus dari mulut, tardieau spoy, dapat ditemukan vesikel atau bula pada kulit daerah yang tidak tertekan.Pada pembedahan jenazah, mukosa saluran cerna dna seluruh organ dalam menunjukkan tanda perbendungan. Esophagus menebal , berwarna merah coklat gelap dan kongestif.3. ZAT ADIKTIF LAINNYAZat adiktif lainnya adalah zat – zat selain narkotika dan psikotropika yang dapat menimbulkan ketergantungan pada pemakainya, diantaranya adalah :a) Rokokb) Kelompok alkohol dan minuman lain yang memabukkan dan menimbulkan ketagihan.c) Thiner dan zat lainnya, seperti lem kayu, penghapus cair dan aseton, cat, bensin yang bila dihirup akan dapat memabukkan (Alifia, 2008).        

Page 37: Toksikologi Luminal

DAFTAR PUSTAKAAlifia, U, 2008. Apa Itu Narkotika dan Napza. Semarang: PT Bengawan Ilmu.Aria, Muti. 2008. Bahan Perkuliahan: Perapotekan. http://bakulprofesiaptuh.blogspot.com/2008/10/kuliah-perapotekan.html. Diakses tanggal 20 Juni 2012.Buchari. 2010. Toksikologi Industri. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1438/1/07002745.pdf, diakses tanggal 20 Juni 2012.Darmono, 2009. Farmasi Forensik dan Toksikologi. Jakarta: UI Press.Emo. 2010. Mekanisme Racun Dalam Tubuh Manusia. http://eemoo.wordpress.com/2010/10/05/mekanisme-racun-dalam-tubuh-manusia/. Diakses tanggal 20 Juni 2012.IGD RSUD BUOL. 2009. Toksikologi. http://igdrsudbuol.blogspot.com/2009/03/toksikologi.html. Diakses tanggal 16 Juni 2012.Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (Wetboek Van Strafrecht). http://hukum.unsrat.ac.id/uu/kuhpidana.htm#b1_2. Diakses tanggal 21 Juni 2012.Kurniawan, J, 2008. Arti Definisi & Pengertian Narkoba Dan Golongan/Jenis Narkoba Sebagai Zat Terlarang. http://juliuskurnia.wordpress.com/2008/04/07/arti-definisi-pengertian-narkoba-dan-golonganjenis-narkoba-sebagai-zat-terlarang. Diakses tanggal 20 Juni 2012.Martono, dkk, 2006. Pencegahan dan Penanggulangan Penyalahgunaan Narkoba Berbasis Sekolah. Jakarta: Balai Pustaka.Mun’im Idries, Abdul. 2008. Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik dalam Proses Penyidikan. Jakarta: Sagung Seto.Mun’im Idries. 1997. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Bina Rupa AksaraPrasetya Putri, Indah. 2011. Toksikologi. http://imindah.blogspot.com/2011/06/toksikologi.html. Diakses tanggal 20 Juni 2012.Santoso, Jihad. 2005. Forensic Paper. http://forpapjs.blogspot.com/. Diakses tanggal 20 Juni 2012.Sinaga, Edward J. 2010. Peranan Toksikologi Dalam Pembuatan Visum Et Repertum Terhadap Pembuktian Tindak Pidana Pembunuhan Dengan Menggunakan Racun. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20996/3/Chapter%20II.pdf. Diakses tanggal 21 Juni 2012.Sya’roni, Akmal. 2012. Keracunan Akut Bahan Kimia. http://www.scribd.com/doc/24225307/Keracunan-Bahan-Kimia-Ektasi-Opiat-Makanan2. diakses tanggal 21 Juni 2012.Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika.Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 tahun 1997 tentang Psikotropika.Universitas Sumatera Utara. 2011. Toksikologi. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23334/4/Chapter%20II.pdf. Diakses tanggal 20 Juni 2012.

Page 38: Toksikologi Luminal

Wirasuta, IMAG. 2007. Toksikologi Umum. http://www.scribd.com/doc/27116301/Toksikologi-Umum. Diakses tanggal 20 Juni 2012.Wirasuta, IMAG. 2009. Analisis Toksikologi Forensik. http://gelgel-wirasuta.blogspot.com/2009/12/analisis-toksikologi-forensik.html#!. Diakses tanggal 16 Juni 2012.

Diposkan oleh Gusti Utang di 10.10 Tidak ada komentar: Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Label: anakessandikarsa011-01 Beranda Langganan: Entri (Atom)

Arsip Blog 2013 (1)

o Juli (1)

Napza Dan Analisis Forensik Jenis Bahan Logam Deng...

Mengenai Saya

Gusti Utang Lihat profil lengkapku

Template Simple. Diberdayakan oleh Blogger.