the increasing incidence of initial steroid resistance-translated
DESCRIPTION
bbTRANSCRIPT
PENINGKATAN INSIDENSI RESISTENSI STEROID
INISIAL PADA ANAK-ANAK DENGAN SINDROMA
NEFROTIK
Abstrak
Latar belakang
Belakangan ini, beberapa penelitian menyoroti adanya perubahan histopatologi dan perubahan respon
terhadap pengobatan kortikosteroid pada anak-anak dengan sindroma nefrotik; Namun, penelitian
tersebut melibatkan populasi etnis campuran. Sebagai perbandingan, tujuan penelitian ini adalah untuk
mencari perubahan karakteristik sindroma nefrotik pada populasi homogen anak Kaukasia, selama lebih
dua dekade berturut-turut.
Metode
Analisis grafik dilakukan untuk mengidentifikasi karakteristik anak-anak dengan onset baru sindromaa
nefrotik. Anak-anak yang dijadikan subjek peneltian merupakan mereka yang dirawat di Divisi Pediatrik
Nefrologi, Zabrze, selama dua periode berturut-turut: 1986-1995 (76 pasien) dan 1996- 2005 (102
pasien). Studi perbandingan karakteristik klinis dan morfologi sindroma nefrotik antara kedua kelompok
dilakukan secara khusus. Resistensi steroid didefinisikan sebagai tidak adanya remisi setelah dilakukan
pengobatan kortikosteroid selama 8 minggu. Histopatologi tersedia pada masing-masing dekade yaitu
36,8% dan 43,1% dari total pasien.
Hasil
Ditemukan adanya peningkatan yang signifikan dalam hal resistensi steroid primer dalam dekade
terakhir: 15,8% vs 31,4% (P=0.017). Perubahan histopatologi ditemukan namun tidak mencapai tingkat
signifikan secara statistik: perubahan minimal sindromaa nefrotik 25% vs 9% (P=0.095), mesangial
glomerulonefritis proliferatif 46,4% vs 61,3% (P=0.21), focal segmental glomerulosklerosis 17,9% vs
20,4% (P=0.78), membranoproliferativ glomerulonefritis 7,1% vs 6,8% (P=1.0), glomerulonefritis
membranosa 3,6% vs 0% (P=0.39).
Kesimpulan Hasil penelitian kami menunjukkan adanya peningkatan insidensi resistensi steroid primer
pada anak-anak dengan sindromaa nefrotik.
Kata kunci : sindroma nefrotik pada anak, Resistensi steroid, Sensitivitas steroid. Perubahan minimal
sindroma nefrotik. Glomerulosklerosis fokal segmental
Pendahuluan
Sindroma nefrotik (SN), yang disebabkan oleh proteinuria masif, yang kemudian akan berkembang
menjadi hipoalbuminemia dan edema, tampaknya menjadi kondisi patologis glomerulus yang paling
umum yang terjadi pada anak-anak [1]. Kebanyakan dari anak-anak yang memiliki SN, mereka menderita
SN tipe idiopatik dengan histopatologi berupa perubahan minimal glomerulonephritis/minimal change
glomerulonephritis (MCN), mesangial glomerulonefritis proliferatif (MesPGN) atau focal segmental
glomerulosklerosis (FSGS) [2-4]. Sindroma nefrotik yang terkait dengan keberadaan kompleks imun pada
jaringan ginjal termasuk glomerulonefritis membranoproliferative (MPGN), glomerulonefritis
membranosa (MGN), dan lain-lain, jarang ditemukan pada anak-anak [3, 4]. Pada akhir 1970-an,
International Study of Kidney Disease in Children (ISKDC) dan studi single-center lainnya, melaporkan
beberapa studi mengenai biopsi ginjal, di mana ditemukan bahwa kebanyakan anak-anak dengan SN
primer memiliki gambaran MCNS; lesi histopatologi lainnya yang termasuk FSGS, hanya ditemukan pada
kurang dari 10% dari biopsi [2, 4-7]. Selain itu, sensitivitas steroid ditemukan pada 93-98% dari populasi
dengan MCNS dan 17-30% pasien dengan FSGS, yang kemudian dapat diambil kesimpulan bahwa respon
rata-rata kortikosteroid adalah 80% pada anak-anak dengan SN primer [2, 5-7]. Resistensi steroid
ditemukan pada sekitar 20% dari populasi yang diuji, dan resistensi steroid terlambat terjadi sekitar 3%
pada pasien ISKDC [5-7]. Atas dasar laporan ISKDC tersebut, kortikosteroid kemudian diperkenalkan
sebagai pengobatan standar SN pada anak-anak [2, 6, 7].
Saat ini, terdapat bukti bahwa karakteristik SN pada anak-anak, seperti yang dijelaskan di atas, berubah
menjadi invalid. Sejumlah penelitian yang diterbitkan menunjukan adanya perubahan tren dalam hal
histopatologi dari SN yang berupa meningkatnya insidensi FSGS, yang tidak hanya terjadi pada orang
dewasa, namun juga pada anak-anak [8-16]. Perubahan-perubahan tersebut disertai dengan
peningkatan resistensi steroid, seperti yang diketahui untuk jenis FSGS yang sangat merespon buruk
terhadap terapi kortikosteroid. Bahkan, beberapa studi menunjukkan adanya peningkatan resistensi
yang signifikan pada kedua steroid, baik primer maupun sekunder dibandingkan dengan data dari ISKDC,
pada anak-anak dengan SN [17]. Namun, hasil ini bisa saja berubah karena pengaruh komposisi rasial
dari populasi, seperti yang secara luas diketahui bahwa etnis juga berperan dalam hal epidemiologi dan
histopatologi dari NS [18-22].
Oleh karena itu, tujuan utama dari studi kami adalah untuk mencari perubahan karakteristik saat onset,
respon pasien terhadap pengobatan, dan pola histopatologi pada anak-anak dengan SN dalam populasi
homogen yaitu Kaukasia dengan SN onset baru di Divisi Pediatrik Nefrologi di Zabrze (Polandia selatan)
selama periode 20 tahun (1986-2005).
Bahan dan metode
Pasien
Penelitian kami merupakan analisis grafik retrospektif, dengan mengidentifikasi semua anak dengan SN
onset baru yang terdapat di Divisi Pediatrik Nefrologi, Department Pediatrik di Zabrze, Silesian Medical
University, antara tahun 1986 dan 2005. Institusi kami ini merupakan pusat rujukan untuk kasus
nefrologi pada pediatric di wilayah Silesia (selatan Polandia) yang memiliki jumlah penduduk sekitar
3.900.000 sebelum tahun 1999, dan sekitar 4.700.000 penduduk setelah reorganisasi wilayah Polandia
pada tahun 1999. Kriteria inklusi terdiri atas:
1. Memenuhi definisi NS
2. Anak-anak yang usianya lebih dari 3 bulan (untuk menghilangkan SN kongenital) dan di bawah
16 tahun
3. SN dengan onset baru (dan tidak diobati) atau pada tahap awal dari proses pengobatan standar
4. Primary NS
5. Minimal 6 bulan follow-up
Kriteria eksklusi terdiri atas:
1. proteinuria non-nefrotik
2. kongenital SN
3. SN sekunder karena metabolik, infeksi, pembuluh darah, keganasan, dan penyakit jantung
4. Kasus rujukan yang terlambat atau kasus SN yang sudah diobati (untuk menghindari referral bias
dan bias seleksi)
Definisi dan pengobatan
Menurut definisi, SN terdiri dari proteinuria berat yang melebihi 50 mg/kg/hari, hipoalbuminemia
<2,5g/dL, hiperkolesterolemia, dan edema. Pengobatan awal dari SN yang digunakan sesuai dengan
rekomendasi Polandia dari Wyszyńska et al. [23, 24]. Semua pasien diberikan terapi prednison dengan
dosis 60 mg / m2 / hari (maksimal 80 mg / hari) setiap hari selama 4 minggu pertama. Dalam kasus yang
memiliki respon baik terhadap terapi tersebut, administrasi prednison berubah menjadi 60 mg / m2 /
setiap hari kedua, dan secara bertahap dikurangi [23]. Pada semua kasus yang tidak menunjukan respon
terhadap pengobatan, diberikan terapi prednisone lanjutan (pada periode pertama: 1986-1995) atau
diberikan methylprednisolone intravena pulsasi (pada periode kedua: 1996-2005) [24, 25]. Respon
pasien terhadap pengobatan dinilai dengan cara berikut: remisi - 3 hari berturut-turut hilangnya
proteinuria pada spesimen urine pagi kedua; sensitive terhadap steroid - remisi yang diperoleh dalam
waktu 8 minggu terapi steroid; with a subgroup of late responders - remisi yang diperoleh selama
minggu ke-4 dan ke-8 dari pengobatan kortikosteroid; resisten terhadap steroid -tidak merespon selama
pemberian awal 8 minggu pengobatan steroid; with a subgroup of partial responders - resolusi edema
dan penurunan proteinuria. Dilakukan juga minimal follow-up selama 6 bulan dan respon steroid
selanjutnya dievaluasi dengan cara berikut: relapse- tiga hari kemudian dengan proteinuria; steroid
sekunder resistance- tidak merespon terhadap steroid pada pasien yang sensitif terhadap primer;
frequent relapse- episode nephrosis sebanyak dua atau lebih dalam kurun waktu 6 bulan dari respon
inisial .
Tekanan darah pada saat presentasi juga dianalisis. Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah
sistolik (SBP) atau tekanan darah diastolik (DBP) yang melebihi 95th persentil yang dibandingkan dengan
level presentil seks, usia, dan tinggi badan yang relevan, sesuai dengan report dari National High Blood
Pressure Education Program (NHBPEP) yang keempat [26].
Hematuria mikroskopik didefinisikan sebagai adanya lima atau lebih sel darah merah per high-power
field dalam sedimen urin. Perkiraan laju filtrasi glomerulus (GFR) dihitung pada saat presentasi sesuai
dengan rumus Schwartz: GFR=k × tinggi (cm) / plasma kreatinin (mg / dL), di mana k adalah sama dengan
0,45 untuk bayi, 0,55 untuk anak-anak dan gadis remaja, 0,7 untuk remaja laki-laki lebih dari 13 tahun
[27]. Penurunan filtrasi glomerulus didefinisikan sebagai GFR <90 mL / menit / 1,73 m2 (definisi yang
diadopsi dari pedoman Kidney Disease Outcomes Quality Initiative (K / DOQI) untuk penyakit ginjal
kronis) [28].
Kondisi patologis
Bila memungkinkan, biopsi ginjal akan dilakukan setalah mendapatkan izin dari orang tua, terutama
pada anak-anak yang resisten steroid. Pada anak dengan steroid-sensitif, SN kambuh sebelum
pemberian pengobatan alternatif (alternatif kortikosteroid), adalah indikasi utama untuk dilakukan
biopsi ginjal. Jaringan ginjal diperiksa dengan menggunakan cahaya, imunofluoresensi, dan mikroskop
elektron. Sampel bergantung pada interpretasi oleh ahli patologi kami dengan minimal kehadiran
setidaknya lima glomeruli. MCNS digambarkan sebagai tidak adanya kelainan atau ekspansi matriks
mesangial yang sangat terbatas pada mikroskop cahaya. MesPGN didefinisikan sebagai adanya ekspansi
matriks mesangial dan proliferasi sel mesangial. FSGS ditandai dengan kehadiran setidaknya satu
glomerulus dengan segmental lesi sklerotik, dan MPGN digambarkan sebagai adanya proliferasi sel
mesangial disertai dengan deposit imun sepanjang membran basal. Terakhir, MGN didefinisikan sebagai
adanya deposit imun sepanjang membran basal.
Analisis statistik
Data kontinyu disajikan sebagai median dan kisaran interkuartil, dan signifikansi statistik dianalisis
menggunakan uji Mann-Whitney U. Untuk perbandingan kontingensi tabel, digunakan uji Chi-squared,
dan pada kasus dengan angka kurang dari lima, maka digunakan tes Fisher exact. Tingkat signifikansi
statistik didefinisikan sebagai P <0,05 (bilateral). Semua analisa statistik dilakukan dengan menggunakan
platform perangkat lunak Statistica versi 7.1 PL (StatSoft, College Station, TX, USA).
Hasil
Kami mengidentifikasi 215 anak-anak dengan SN onset baru yang dirawat di rumah sakit kami pada
periode tahun 1986 dan 2005. Sekitar 178 pasien dengan SN primer memiliki kriteria yang sesuai kriteria
inklusi. Untuk membandingkan model SN pada dua dekade berturut-turut, pasien dalam penelitian ini
dibagi menjadi dua kelompok terpisah: Grup A-anak yang dirawat pada periode 10 tahun pertama
(1986-1995, n=76); Grup B-anak yang dirawat pada periode kedua (1996-2005, n=102).
Karakteristik Presentasi Anak-anak dengan SN
Profil demografi pasien yang termasuk dalam penelitian ini ditunjukkan pada Tabel 1. Ternyata, tidak
ada perbedaan secara statistik pada usia dan distribusi jenis kelamin untuk onset SN pada kedua
kelompok. Tabel 2 menunjukkan gejala-gejala yang ditemukan, nonspesifik pada SN. Kami tidak
menemukan perbedaan yang signifikan dalam hal frekuensi hipertensi dan penurunan GFR pada
presentasi diantara kedua kelompok. Namun, kami mengamati adanya peningkatan frekuensi pasien
dengan kehadiran hematuria mikroskopik pada pemeriksaan dekade kedua.
Respon pengobatan inisial kortikosteroid pada anak-anak dengan SN
Respon awal terhadap pemberian terapi kortikosteroid dinilai setelah 8 minggu pertama pengobatan.
Berdasarkan data, kami menemukan penurunan yang signifikan secara statistik pada frekuensi
sensitivitas steroid pada dekade kedua (Gbr. 1). Enam puluh dua dari 64 (96,9%) pasien dengan steroid-
sensitif pada Grup A, dan 62 dari 70 (88,6%) pasien steroid-sensitif pada Grup B menanggapi
pengobatan kortikosteroid dalam 4 minggu pertama (P=0.1). Hanya 2 dari 64 anak yang diberikan terapi
prednisone dari Grup A (3,1%), dan 8 dari 70 anak-anak yang diberikan pulsasi methylprednisolone dari
Grup B (11,4%) yang memenuhi definisi responden terlambat (P00.1). Tiga dari 12 pasien yang resiten
steroid dari Grup A (25%) dan 6 dari 32 pasien yang resisten steroid dari Grup B (18,7%)yang
menunjukkan gejala remisi parsial (P=0.69). Dalam kasus relapse, dosis awal prednison diberikan pada
pasien yang steroid-sensitif. Tidak ada perbedaan statistik dalam hal frekuensi resisten steroid sekunder
yang ditemukan pada populasi yang dianalisis. Pada Grup A terdapat 5 anak yang resisten steroid
sekunder (6,57%), dan pada Grup B terdapat 4 anak yang resisten steroid sekunder (P00.5). Tak satu pun
dari Grup A yang merupakan late responder steroid, dan 1 anak (12,5%) dari Grup B yang kemudian
menjadi pasien resisten steroid sekunder (P=1.0).
Histopatologi Anak-nak dengan SN
Biopsi ginjal dilakukan pada frekuensi statistik yang sebanding: 28 pasien dari Grup A (36,8%) dan 44
pasien dari Grup B (43,1%; P=0.4). Setelah membandingkan Grup A dan Grup B, kami menemukan
adanya sedikit perubahan yang tidak signifikan secara statistic dalam histopatologi dari SN primer
dengan penurunan MCNS dan peningkatan baik pada MesPGN dan FSGS pada dekade yang kedua (Tabel
3). Biopsi ginjal pada pasien steroid-sensitif biasanya dilakukan setelah pasien resisten steroid. Oleh
karena itu, sebagai tambahan kami membandingkan morfologi biopsy dari anak dengan resisten steroid
primer dibiopsi dalam tahap awal SN yang sebanding. Pada populasi anak dengan resisten steroid, biopsi
ginjal dilakukan pada 9 anak-anak dari Grup A (75%) dan 25 anak pada Grup B (78,1%; P=1.0).
Histopatologi dari SN yang resisten steroid sedikit berubah terhadap peningkatan kejadian FSGS pada
dekade kedua; Namun, hal tersebut tidak mencapai tingkat signifikan secara statistik (Tabel 4).
Diskusi
SN pada anak-anak dulu dianggap sebagai penyakit jinak yang responsif terhadap terapi kortikosteroid,
yang sebagian besar memiliki morfologi perubahan minimal glomerulonephritis (minimal change
glomerulonephritis) dan memiliki prognosis jangka panjang yang baik [2, 4, 6, 7]. Namun, dalam
beberapa tahun terakhir, penemuan baru menunjukkan bahwa histopatologi dan respon terhadap
terapi untuk SN pada anak-anak telah berubah [8, 10-14, 16, 17]. Oleh karena itu, tujuan penelitian kami
adalah untuk mengeksplorasi tren dalam karakteristik klinis dan histopatologi dari SN primer pada anak-
anak Kaukasia yang terdapat di pusat nefrologi anak di Polandia selatan selama dua dekade berturut-
turut (1986-1995, 76 anak-anak; 1996-2005, 102 anak-anak). Peningkatan jumlah anak dengan SN onset
baru, yang dirawat pada periode kedua pemeriksaan (1996-2005) dapat dijelaskan oleh peningkatan dari
jumlah penduduk di daerah rujukan. Perubahan meningkat dari 3.900.000 sebelum tahun 1999 menjadi
4.700.000 setelah tahun 1999 karena reorganisasi dari wilayah Polandia. Untuk menghindari referral
bias (karena klinik ini merupakan pusat rujukan nefrologi anak untuk wilayah Silesia), hanya anak-anak
dengan onset baru SN yang belum diobati atau anak-anak pada tahap sangat awal dari proses
pengobatan dimasukkan dalam analisis. Karakteristik klinis pada presentasi tidak berbeda secara
signifikan. Tingginya angka kejadian hipertensi dan penurunan fungsi ginjal dapat dijelaskan oleh adanya
gangguan sementara pada keseimbangan cairan.
Untuk meringkas, salah satu temuan besar dari studi kami adalah penemuan tingkat penurunan
sensitivitas steroid antara pasien dengan SN primer pada kedua periode. Sensitivitas steroid ditemukan
pada 84,2% dari pasien di Grup A (1986- 1995). Hasil ini sebanding dengan hasil dari laporan ISKDC (78%)
[2, 7]. Namun, pada Grup B (1996-2005) efek sensitivitas steroid hanya ditemukan pada 68,6% pasien
dengan SN primer, yang menunjukan hasil yang jauh lebih rendah. Mayoritas pasien yang sensitive
terhadap steroid memasuki tahapan remisi dalam 4 minggu pertama terapi prednison harian. Kelanjutan
terapi prednison selama 4 minggu menyebabkan remisi pada 2 pasien dari dekade pertama
pemeriksaan, sedangkan pemberian intravena methylprednisolone mengakibatkan remisi pada 8 pasien
anak-anak dari dekade kedua pemeriksaan. Untuk mengevaluasi efek dari terapi steroid pada anak-anak
dengan SN, menjadi sangat ketat karena bisa saja mereka tergolong steroid-sensitif atau steroid-
resisten. Namun, beberapa penulis sudah mengusulkan definisi respon parsial terhadap pengobatan.
Dalam penelitian ini, kami mengamati adanya sedikit, peningkatan jumlah responden dengan respon
parsial, tapi tidak signifikan secara statistik. Meskipun perbaikan klinis dan biokimia terjadi secara
parsial, semua dari mereka diklasifikasikan dan selanjutnya ditangani sebagai pasien yang resisten
steroid. Merujuk pada peningkatan resistensi steroid pada anak-anak dengan SN, temuan utama dari
penelitian kami konsisten dengan hasil peneliti lainnya. Misalnya, Kim et al. [17] menjelaskan sensitivitas
steroid pada SN primer hanya ditemukan pada 71% dari anak-anak yang masuk ke rumah sakit selama
periode 1994-2003 di dua senter utama di New Orleans, yang dimana hasil ini lebih rendah dari studi
ISKDC. Selain itu, Kim et al. melaporkan angka kejadian yang tinggi (16,5%) dari resistensi steroid yang
terlambat dibandingkan dengan studi ISKDC (3,3%) dan penelitian kami sendiri (6,57% dan 3,93%). Baik
penetian Kim et al. dan analisis kami, keduanya menunjukkan kecenderungan adanya peningkatan angka
resistensi steroid pada anak-anak dengan SN. Namun, pada studi oleh Kim et al. bila dibandingkan
dengan ISKDC, keduanya membandingkan dua populasi yang berbeda. Salah satu manfaat utama dari
studi kami adalah penemuan ini didasarkan pada perbandingan pada populasi yang sama. Satu
pertanyaan yang muncul adalah alas an meningkatnya insiden resistensi steroid pada anak-anak dengan
SN. Kim et al. menyatakan bahwa hal ini mungkin disebabkan karena tingginya proporsi etnis Afrika-
Amerika dalam studi mereka; Namun, penelitian kami menunjukkan perkembangan yang sama dalam
populasi homogen anak Kaukasia. Hipotesis lain adalah bahwa meningkatnya insiden resistensi steroid
pada anak-anak dengan SN timbul dari perubahan histopatologi SN dimana insiden FSGS yang menjadi
lebih tinggi. FSGS adalah diagnosis histopatologi yang secara luas diidentifikasi sebagai model yang
resisten terhadap steroid pada SN.
Pada penelitian kami, ditemukan juga beberapa kecenderungan dinamis dalam hasil patologi anak-anak
dengan SN. Dari biopsi respon didapatkan penurunan signifikan pada MCN (dari 25% menjadi 9%) dan
peningkatan MesPGN (dari 46,4% menjadi 61,3%) dan FSGS (dari 17,8% menjadi 20,4%) yang dtemukan
pada dekade yang lebih baru. Sayangnya, tidak semua pasien yang resisten steroid dilakukan biopsi,
terutama karena kurangnya izin dari orang tua. Sebagai perbandingan, pada periode kedua, sejumlah
angka yang sebanding dari hasil biopsi anak yang resiten terhadap steroid menunjukkan adanya sedikit
penurunan untuk MCN (dari 11% menjadi 4%) dan peningkatan FSGS (dari 22,2% menjadi 36%) dan
dengan angka kejadian tidak berubah untuk MesPGN (56%). Namun demikian, tidak ada hasil yang
menggambarkan tren pada histopatologi yang dianalisis dalam penelitian kami yang mencapai tingkat
signifikan secara statistik. Hasil kami tidak bertentangan dengan penelitian yang diterbitkan pada
beberapa tahun terakhir, yang dimana menunjukkan adanya peningkatan insidensi FSGS pada SN, baik
yang terjadi pada anak-anak maupun orang dewasa [8-15, 22].
Dalam studi tahun 1994 yang dilakukan oleh D'Agati, yang diikuti dengan analisis oleh Haas et al. 1 tahun
kemudian, para peneliti menduga bahwa kejadian FSGS muncul dan FSGS telah menjadi diagnosis yang
paling populer dari biopsi ginjal pada orang dewasa dengan SN [9, 22]. Terinspirasi oleh temuan ini, pada
tahun 1999 Bonilla-Felix et al. [10] kemudian mempublikasikan hasil mereka sendiri yang menunjukkan
adanya peningkatan yang signifikan (dari 22% menjadi 47%) pada kejadian FSGS dari biopsi ginjal yang
dilakukan pada anak-anak dengan SN idiopatik selama kurun waktu 20 tahun. Para penulis menyebutkan
bahwa proporsi yang tinggi dari etnik Afrika-Amerika dalam penelitian ini bisa saja mempengaruhi hasil
mereka. Gulati et al. dan Kari et al. menjelaskan tren yang serupa yang berhubungan dengan kehadiran
FSGS pada anak-anak dengan SN yang tinggal di Asia [11, 13, 15]. Pada tahun 2003, Filler et al. [12]
menerbitkan sebuah penemuan berupa peningkatan dua kali lipat (selama periode 17 tahun) dalam hal
kejadian FSGS pada anak-anak, yang dimana 89% nya adalah etnis Kaukasia. Di sisi lain, pada tahun
2002, Orta-Sibu et al. [29] melaporkan bahwa pada anak-anak Hispanik dengan SN hanya 6,5% dengan
tipe FSGS. Hal ini jelas bahwa hasil penelitian yang disebutkan di atas menunjukan hasil yang tidak
konsisten. Komposisi etnis dari suatu populasi menghadirkan pola tertentu yang mungkin memainkan
peran kunci pada hasil akhir. Misalnya, secara luas diketahui bahwa etnis Afrika-Amerika cenderung
untuk memiliki hipertensi dan FSGS [18-21]. Faktor lain yang mungkin mempengaruhi hasil adalah
subjektivitas penilaian ahli patologi dan kurangnya representasi dari biopsi ginjal.
Seperti namanya, FSGS adalah jenis lesi fokal. Seperti lesi fokal lainnya, temuan seperti ini dapat dengan
mudah diabaikan dalam sampel kecil, terutama jika mereka tidak mengandung glomeruli juxtamedullary
[30]. Terlepas dari faktor-faktor yang disebutkan diatas tersebut yang dapat mempengaruhi hasil,
menunjukkan peningkatan FSGS pada anak-anak dengan SN, tidak ada studi yang membuktikan bahwa
pola perubahan dari histopatologi dari SN adalah satu-satunya alasan untuk peningkatan resistensi
steroid pada SN di anak-anak. Penjelasan untuk fenomena meningkatnya frekuensi pasien yang resisten
terhadap steroid pada anak-anak dengan SN mungkin lebih kompleks, dan mungkin pengaruh faktor
lingkungan dan genetik juga berpengaruh sepanjang perjalanan penyakit. Beberapa sindroma nefrotik
pada anak-anak yang resisten terhadap steroid mungkin disebabkan karena sindroma genetik yang
muncul pada onset yang terlambat, dan hanya skrining molekul yang mungkin dapat membedakan dan
mencegah pemberian terapi yang tidak efektif [31, 32]. Mungkin hasil penelitian kami menunjukkan tren
lokal; Namun, mereka menunjukkan bahwa SN pada anak-anak yang resisten terhadap steroid menjadi
tantangan yang terus berkembang untuk dokter dan juga pasien.
Ucapan Terima Kasih
Penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan dari Iwona dan Janusz Goldasz dalam hal
penterjemahan artikel ini.