correlation between stress with incidence of …
TRANSCRIPT
1
CORRELATION BETWEEN STRESS WITH INCIDENCE OF
DYSMENORRHEA AT SMAN 4 BANTIMURUNG
AT MAROS 2014
HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN DISMENORE PADA SISWI
SMAN 4 BANTIMURUNG DI KABUPATEN
MAROS TAHUN 2014
Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk
Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
Oleh :
NUR AMALIA IDRUS
10542019410
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2014
2
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
TELAH DISETUJUI UNTUK DICETAK DAN DIPERBANYAK
Judul Skripsi :
“HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN DISMENORE
PADA SISWI SMAN 4 BANTIMURUNG DI KABUPATEN
MAROS TAHUN 2014”
MAKASSAR, MARET 2014
Pembimbing,
dr. St. Nurul Resky Wahyuni, M. Kes.
ii
3
PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
MAKASSAR
Skripsi dengan judul “HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN
DISMENORE PADA SISWI SMAN 4 BANTIMURUNG DI KABUPATEN
MAROS TAHUN 2014”, telah diperiksa, disetujui, serta dipertahankan di
hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Makassar pada :
Hari/Tanggal : Rabu, 12 Maret 2014
Waktu : 15.00 Wita
Tempat : Ruang Seminar
Ketua Tim Penguji :
(dr. St. Nurul Rezky Wahyuni, M. Kes)
Anggota Tim Penguji :
Anggota I Anggota II
(dr. Suryani Tawali, MPH) (dr. Wiwiek Dewiyanti Habar, Sp. KK., M. Kes)
iii
4
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan Khendaknya
sehinggah penulis bisa menyelesaikan tulisan ini dengan judul Hubungan
Tingkat Stres dengan Kejadian Dismenore di SMAN 4 Bantimurung , salam
dan salawat senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi Besar Muhammad SAW
sebagi Sang Revolusioner sejati yang mampu mengubah peradaban Dunia
menjadi lebih baik, sebagai sang pencerah ummat manusia di bumi ini dan sebagai
sang pembelajar sejati yang setiap saat mampu menciptakan sebuah perubahan
kearah yang lebih baik.
Tulisan ini tercipta dari goresan pena berasal dari sebuah kata demi kata
hingga menjadi sebuah kalimat yang bermanfaat dan akhirnya menjadi sebuah
paragraph demi paragraph dan terbentuk sebuah karya tulis untuk memenuhi salah
satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S. Ked) di program studi
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar.
Pada kesempatan ini Penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada bunda (Dra. Hj. Atiqah, MM) dan Ayah (Drs. Idrus)
yang selalu menyemangati sepanjang waktu, mendoakan setiap saat, serta
dukungan kepadaku sehingga Penulis mampu menyelesaikan tulisan ini dengan
baik.
Selanjutnya penulis ini mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. Machmud Gasnawi Sp. PA (K) selaku Dekan Program Studi Pendidikan
Dokter Universitas Muhammadiyah Makassar.
iv
5
2. Penasehat Akademik dr. Ummu Kalzum Malik dan Dosen-dosen PSPD
Unismuh Makassar.
3. Kepala SMAN 4 Bantimurung yang telah bersedia membantu saya dalam
pengumpulan data.
4. dr. St. Nurul Resky Wahyuni, M. Kes yang sudah membimbing sampai
penyelesaian skripsi ini.
5. dr. Suryani Tawali. MPH selaku penguji, yang telah memberikan beberapa
arahannya.
6. Ibu Juliani Ibrahim Ph. D selaku dosen metode penelitian yang ikut membantu
memberikan sumbansinya.
7. A. Musyafir B, Drs, MM selaku Kepala sekolah SMAN 4 Bantimurung yang
dengan rendah hati memberi izin untuk memperoleh sampel dari siswi
didiknya.
8. Teman-teman sepembimbingan, Indah Yuliana Sari, Iin Apriani, dan Noni
Mayasari yang saling memberi support.
9. Teman-teman penulis dan semua pihak yang tidak sempat ditulis namanya
satu persatu yang sangat membantu memberikan motivasi kepada penulis
sehingga mampu menyelesaikan skripsi ini.
10. Seluruh Siswi yang bersedia menjadi sampel penelitian SMAN 4 Bantimurung
yang telah menerima penelitian dengan tangan terbuka.
11. Juliany Liambana yang begitu setia menemaniku nyaris setiap malam.
12. Semua pihak yang sudah ikut serta berperan membantu dalam penyelesaian
skripsi ini yang tak bisa saya sebutkan satu persatu. Kiranya Tuhan Yang
v
6
Maha Esa membalas kebaikan mereka.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu dengan berbesar hati penulis akan sangat senang menerima kritik dan
saran demi perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini. Harapan penulis semoga
skripsi ini bermanfaat bagi pembaca secara umum dan penulis secara khususnya.
Makassar, Maret 2014
Penulis,
vi
7
SKRIPSI
FACULTY OF MEDICINE
MUHAMMADIYAH MAKASSAR OF UNIVERSITY
FEBRUARY 2014
NUR AMALIA IDRUS / 10542 0194 10
dr. St. Nurul Resky Wahyuni, M. Kes.
(xii + 51 Pages + 2 Attachments)
ABSTRACT CORRELATION BETWEEN STRESS WITH INCIDENCE OF
DYSMENORRHEA AT SMAN 4 BANTIMURUNG AT MAROS IN 2014 Background: Dysmenorrhea is menstrual pain. Dysmenorrhea is caused by one
of the psychological factors and it is psychological factors is stress. stress can
disrupt the endocrine system work so that can cause irregular periods and pain
during menstruation and dysmenorrhea. The incidence of menstrual pain in the
world is very large. On average more than 50% of women in each country
experiencing menstrual pain. The prevalence of dysmenorrhea in Indonesia at
2008 amounted to 64.25% and 54.89% consisted of primary dysmenorrhea and
secondary dysmenorrhea.
Objective : To determine the incidence of stress with dysmenorrhea at SMAN 4
Bantimurung .
Methods: The study was observational analytic with cross sectional, conducted to
determine the correlation of stress with the incidence of dysmenorrhea at SMAN 4
Bantimurung .The population in this study was a class XI student amount 107
people ,taken by purposive sampling. Processing the data using statistical
analysis by SPSS for Windows 16.00 version with chi square test .
Results :The results of the study showed that of the 107 students who experience
stress and disminore as many as 14 people ( 17.5 % ) and the stress but not
dysmenorrhea 66 people ( 82.5 % ) of the variables using a statistical test showed
that the obtained square chis OR = 1.347: 95 % CI = 0.460 to 3.397 ,P = 0.586 (
P < 0.05 ) and there was no relationship between stress and the incidence of
dysmenorrhea.
Conclusion : There is no correlation between stress, but stress is a risk factor for
stress .
Keywords :Stress, Dysmenorrhea, high school student
reference 34 ( 1992-2012 ) . viii
vii
8
SKRIPSI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FEBRUARI 2014
NUR AMALIA IDRUS / 10542 0194 10
dr. St. Nurul Resky Wahyuni, M. Kes.
HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN DISMENORE PADA SISWI
SMAN 4 BANTIMURUNG DI KABUPATEN MAROS
(xii+ 51 halaman + 2 lampiran)
ABSTRAK
Latar Belakang : Dismenore adalah nyeri pada menstruasi. salah satu penyebab
dismenore adalah faktor psikis dan salah satu faktor psikis adalah stres. Stres
dapat mengganggu kerja sistem endokrin sehingga dapat menyebabkan menstruasi
yang tidak teratur dan rasa sakit saat menstruasi dan dismenore. Angka kejadian
nyeri menstruasi di dunia sangat besar. Rata-rata lebih dari 50% perempuan di
setiap negara mengalami nyeri menstruasi. Prevalensi dismenore di indonesia
tahun 2008 sebesar 64,25% dan terdiri dari 54,89% dismenore primer dan
dismenore sekunder.
Tujuan : Untuk mengetahui hubungan stres dengan kejadian dismenore pada
siswi SMAN 4 Bantimurung.
Metode : Penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional
yang dilakukan untuk mengetahui hubungan stres dengan kejadian dismenore
pada siswi SMAN 4 Bantimurung. Populasi dalam penelitian ini adalah siswi
kelas XI sebanyk 107 orang, diambil secara purposive sampling. analisis dengan
uji statistik Chi Square.
Hasil : Dari hasil penelitian didapatkan bahwa dari 107 siswi yang mengalami
stres dan disminore sebanyak 14 orang (17,5%) dan yang stres tetapi tidak
dismenore 66 orang (82,5%) dari variabel didapatkan bahwa menggunakan uji
statistik chis square didapatkan OR = 1,347 : 95% CI = 0,460 - 3,397, P = 0,586
(P<0,05) dan tidak ada hubungan antara stres dengan kejadian dismenore.
Kesimpulan : Tidak ada hubungan antara stres dengan kejadian dismenore,
namun stres adalah faktor resiko terjadinya stres.
Kata kunci : Dismenore, Stres, siswi SMA
Referensi 34 (1992-2012). ix
viii
9
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ iii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iv
ABSTRACT .................................................................................................... vii
ABSTRAK ...................................................................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 3
C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 3
D. Manfaat Penelitian ............................................................................ 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum tentang Dismenorea ............................................... 5
1. Definisi Dismenorea ................................................................... 5
2. Epidemiologi ............................................................................... 6
3. Etiologi ........................................................................................ 6
4. Patofisiologi ................................................................................ 9
5. Gejala Klinis Dismenorea ........................................................... 12
6. Diagnosis Dismenore .................................................................. 14
7. Penanganan Dismenorea ............................................................. 16
ix
10
B. Tinjauan Umum tentang Stres .......................................................... 17
1. Definisi stres ............................................................................... 17
2. Penggolongan Stres ..................................................................... 19
3. Tingkatan Stres ........................................................................... 20
4. Tahapan Stres .............................................................................. 20
5. Reaksi Terhadap Stres ................................................................. 24
C. Hubungan Stres dengan Dismenore .................................................. 26
D. Kerangka Teori ................................................................................. 28
BAB III KERANGKA KONSEP
A. Dasar Pemikiran Variabel Penelitian ............................................... 29
B. Kerangka Konsep ............................................................................. 29
C. Variabel Penelitian ........................................................................... 29
D. Hipotesis Penelitian .......................................................................... 29
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian .............................................................................. 30
B. Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................... 30
C. Populasi ............................................................................................ 30
D. Sampel .............................................................................................. 31
E. Besar Sampel .................................................................................... 32
F. Instrumen Penelitian ......................................................................... 32
G. Definisi Operasional ......................................................................... 33
1. Dismenorea ................................................................................ 33
2. Stress .......................................................................................... 33
x
11
H. Managemen Penelitian ..................................................................... 34
1. Metode Pengolahan .................................................................... 34
2. Analisis Data .............................................................................. 35
I. Alur Penelitian Data ......................................................................... 36
J. Etika Penelitian ................................................................................ 36
BAB V HASIL PENELITIAN
A. Hasil Penelitian Data ........................................................................ 37
B. Deskripsi Lokasi Penelitian .............................................................. 37
C. Hasil Analisis Univariat ................................................................... 39
D. Hasil Analisis Bivariat ..................................................................... 43
BAB VI PEMBAHASAN
A. Hubungan Stres dan Kejadian Dismenore ....................................... 44
B. Gejala Menstruasi yang menyebabkan Dismenore .......................... 45
C. Gejala Stres Saat Menstruasi ............................................................ 45
BAB VII KAJIAN ISLAM
A. Pandangan Islam tentang Menstruasi ............................................... 48
BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ...................................................................................... 50
B. Saran ................................................................................................. 50
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 51
LAMPIRAN ................................................................................................... 54
xi
12
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1 Karakteristik siswi berdasarkan umur .............................................. 36
Tabel 5.2 Karakteristik siswi berdasarkan tingkatan kelas .............................. 36
Tabel 5.3 Karakteristik siswi berdasarkan suku asli ........................................ 37
Tabel 5.4 Karakteristik responden berdasarkan gejala .................................... 37
Tabel 5.5 Karakteristik responden berdasarkan stress ..................................... 38
Tabel 5.6 Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan orang tua ..... 38
Tabel 5.7 Distribusi responden berdasarkan tingkat pekerjaan orang tua ....... 39
Tabel 5.8 Distribusi responden berdasarkan tingkat penghasilan orang tua .... 39
Tabel 5.9 Hubungan stres dengan kejadian dismenore .................................... 40
xii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke
masa dewasa yang meliputi perubahan biologis, psikologis, dan sosial.
Menurut World Health Organization (WHO) dalam menentukan usia remaja
yaitu antara 12 – 24 tahun.1
Salah satu tanda seorang perempuan telah memasuki masa remaja atau
usia pubertas adalah terjadinya menstruasi. Menstruasi adalah pengeluaran
cairan secara berkala dari vagina selama usia reproduksi.2 Menstruasi biasanya
terjadi pada usia 12 tahun dan berlangsung hingga menopause (pada usia 45 –
55 tahun).3
Gangguan ginekologi pada masa remaja yang sangat sering terjadi
adalah gangguan yang berhubungan dengan siklus menstruasi, pendarahan
uterus disfungsi, yang termasuk di dalamnya adalah dismenore, premenstrual
syndrome, dan hirsutisme. Gangguan yang paling sering terjadi adalah
dismenore.4
Menurut Abidin dalam penelitiannya (2005) bahwa “Angka kejadian
nyeri menstruasi di dunia sangat besar, rata-rata lebih dari 50% perempuan di
setiap negara mengalami nyeri menstruasi”. Pada tahun 2005 sebanyak 75%
remaja wanita di Mesir mengalami dismenore sebanyak 55,3%.5,6 Pada tahun
yang sama di Jepang angka kejadian dismenore primer 46 %, dan 27,3 % dari
penderita absen dari sekolah dan pekerjaannya pada hari pertama menstruasi.7
1
2
Hasil penelitian di China tahun 2010 menunjukkan sekitar 41,9% -
79,4% remaja wanita mengalami dismenore primer. 31,5% -41,9 % terjadi
pada usia 9 – 13 tahun dan57,1% - 79,4% pada usia 14 – 18 tahun.8
Pada tahun 2012 prevalensi dismenore primer di Amerika Serikat pada
wanita umur 12 – 17 tahun adalah 59,7%9. Di Amerika Serikat diperkirakan
hampir 90% wanita mengalami dismenore dan 10-15% diantaranya
mengalami dismenore berat yang menyebabkan mereka tidak mampu
melakukan kegiatan apapun dan ini akan menurunkan kualitas hidup pada
individu masing-masing dan walaupun pada umumnya tidak berbahaya,
namun seringkali dirasa mengganggu bagi wanita mengalaminya. Derajat
nyeri dan kadar gangguan tentu tidak sama untuk setiap wanita.10
Prevalensi dismenore di Indonesia tahun 2008 sebesar 64,25% yang
terdiri dari 54,89% dismenore primer dan 9,36% dismenore sekunder.11
Menurut Hawari pada penelitiannya tahun 2008 mengatakan, “Salah
satu penyebab dismenorea adalah faktor psikis”. Salah satu faktor psikis
tersebut adalah stres.10
Stres merupakan suatu respon individu terhadap
keadaan atau kejadian yang dapat mengancam dan mengganggu kemampuan
seseorang untuk menanganinya.13
Stres dapat mengganggu kerja sistem
endokrin sehingga dapat menyebabkan menstruasi yang tidak teratur dan rasa
sakit saat menstruasi atau dismenorea.14,3
Menurut Wangsa (2010) dalam penelitiannya, “Tingkat insiden
tertinggi dismenorea terjadi pada perempuan yang mempunyai tingkat stres
sedang hingga tinggi dibanding dengan perempuan yang mempunyai tingkat
3
stres rendah. Dismenorea yang terjadi pada perempuan dengan tingkat stres
rendah sebesar 22%, dengan tingkat stres sedang 29% dan perempuan dengan
tingkat stres tinggi sebesar 44%”.15
Levina dan Smolak (2002) menyatakan bahwa 40-70% perempuan yang
mengalami ketidakpuasan dengan kondisi fisiknya, dan hal ini sangat erat
dengan distress emosi.16
dilanjutkan dengan Meayyane pada penelitiannya
pada tahun 2011 mendapatkan 75,7% yang mengalami stres pada siswi SMA
Negeri 1 Padang.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian singkat dalam latar belakang masalah di atas memberi dasar
bagi peneliti untuk merumuskan pernyataan penelitian sebagai berikut:
Hubungan antara stress dengan kejadian disminore pada siswi SMAN 4
Bantimurung.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara stress dengan kejadian
dismenorea pada siswi SMAN 4 Bantinmurung.
Tujuan Khusus
1. Mengetahui kejadian stres yang dialami oleh siswi SMAN 4 Bantimurung.
2. Mengetahui kejadian dismenore yang dialami oleh siswi SMAN 4
Bantimurung.
3. Menganalisa hubungan antara stres dengan kejadian dismenore pada siswi
4
SMAN 4 Bantimurung.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk :
1. Memahami hubungan stres dengan dismenore serta memberikan informasi
kesehatan tentang upaya penanganan dan pencegahan dismenore.
2. Sebagai penambahan wawasan keilmuan serta pengembangan diri peneliti
khususnya dibidang masyarakat.
3. Sebagai informasi pada siswi mengenai stres dan dismenore
4. Sebagai bahan bacaan yang dapat bermanfaat bagi siapa saja terutama bagi
peneliti selanjutnya
5. Sebagai bahan masukan bagi instansi terkait dalam usaha meningkatkan
pengetahuan stres dan dismenore.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum tentang Dismenore
Gangguan haid ini merupakan suatu gejala yang paling sering
menyebabkan wanita-wanita mudah pergi ke dokter untuk konsultasi dan
pengobatan, dan gangguan ini sifatnya subyektif, berat atau intesitasnya sukar
dinilai. Walaupun frekuensi dismenore cukup tinggi dan penyakit ini sudah
lama dikenal, namun sampai sekarang patogenesisnya belum dapat dipecahkan
dengan memuaskan.15
1. Definisi Dismenore
a. Dismenore adalah sakit di bagian perut yang terjadi sebelum atau
terjadi bersamaan saat menstruasi. Nyeri haid/dismenore merupakan
ketidakseimbangan hormon progesteron dalam darah sehingga
mengakibatkan rasa nyeri timbul, faktor psikologis juga ikut berperan
terjadinya dismenore pada beberapa wanita. Wanita pernah mengalami
dismenore sebanyak 90%. Masalah ini setidaknya mengganggu 50%
wanita masa reproduksi dan 60-85% pada usia remaja, yang
mengakibatkan banyaknya absensi pada sekolah maupun kantor. Pada
umumnya 50-60% wanita diantaranya memerlukan obat-obatan
analgesik untuk mengatasi masalah dismenore ini.10
b. Dismenore merupakan rasa sakit akibat menstruasi yang sangat
menyiksa karena nyerinya luar biasa menyakitkan. Selama dismenore,
terjadi kontraksi otot rahim akibat peningkatan prostaglandin sehingga
5
6
menyebabkan vasospasme dari arteriol uterin yang menyebabkan
terjadinya iskemia dan kram pada abdomen bagian bawah yang akan
merangsang rasa nyeri disaat menstruasi.16
2. Epidemiologi Dismenore
Prevalensi dismenore sulit untuk ditentukan karena terdapat
perbedaan definisi dalam berbagai kondisi dan perbedaan kelompok
studi.Namun, diperkirakan prevelensi dismenore bervariasi dismenore
bervariasi dari 60% hingga 90%.17
3. Etiologi
a. Disminore primer
Dismenore primer adalah nyeri menstruasi yang dijumpai tanpa
kelainan pada alat-alat genital yang nyata. Dismenore primer terjadi
beberapa waktu setelah menarche biasanya setelah 12 bulan atau lebih,
oleh karena siklus-siklus menstruasi pada bulan-bulan pertama setelah
menarche umumnya berjenis anovulatori (tanpa ovulasi, seperti ketika
siklus menstruasi terjadi tanpa pelepasan telur dari ovarium). yang
tidak disertai rasa nyeri. Rasa nyeri timbul sebelumnya atau bersama-
sama dengan permulaan menstruasi dan berlangsung untuk beberapa
jam, walaupun pada beberapa kasus dapat berlangsung beberapa hari.
Sifat rasa nyeri adalah kejang berjangkit-jangkit biasanya terbatas pada
perut bawah, tetapi dapat menyebar ke daerah pinggang dan paha.
Bersamaan dengan rasa nyeri dapat dijumpai rasa mual, muntah, sakit
kepala, diare, iritabilitas, dan sebagainya. Beberapa faktor memegang
7
peranan sebagai penyebab dismenore primer antara lain: faktor
kejiwaan (emosi labil, kelelahan), faktor konstitusi (anemia, penyakit
menahun, TBC), faktor obstruksi kanalis servikalis,faktor endokrin
(peningkatan kadar prosta-glandin, hormon steroid seks, kadar
vasopresin tinggi) dan faktor alergi. Sekitar 10% penderita dismenore
primer tidak dapat mengikuti kegiatan sehari-hari.15,18,19
b. Dismenore Sekunder
Dismenorea Sekunder terjadi pada wanita yang sebelumnya tidak
mengalami dismenore. Hal ini terjadi pada kasus infeksi, mioma
submucosa, polip corpus uteri, endometriosis, retroflexio uteri fixata,
gynatresi, stenosis kanalis servikalis, adanya AKDR, tumor
ovarium.15,18,19
Dismenore sekunder lebih jarang ditemukan dan terjadi pada 25%
wanita yang mengalami dismenore. Dismenore sekunder seringkali
mulai timbul pada usia 20 tahun.
Penyebab dari dismenore sekunder ini adalah :
Endometriosis
Fibroid
Adenomiosis
Peradangan tuba fallopi
Perlengketan abnormal antara organ didalam perut
Pemakaian IUD
Ovarium cyst (kista ovarium)
8
Ovarium torsion (sel telur terpuntir atau terpelintir)
Pelvic congestion syindrome (gangguan sumbatan dipanggul)
Uterie leiomyoma (tumor jinak otot rahim)
Mittelschmer (nyeri saat pertengahan siklus ovulasi)
Psychogenik pain (nyeri psikogenik)
Endometriosis pelvis (jaringan endometrium yang berada di
panggul)
Penyakit radang Panggul kronis
Tumor ovarium, polipendometrium
Kelainan letak uterus seperti retrofleksi, hiperantefleksi, dan
retofleksi terfiksasi
Faktor psikis, seperti takut tidak punya anak, konflik dengan
pasangan, gangguan libido.
Uteri polys (tumor jinak dirahim)
Allen-Marters syndrome (kerusakan lapisan otot di panggul
sehingga pergerakan serviks meningkat abnormal. Sindrom
Masters Allen ditandai dengan: nyeri perut bagian bawah yang
akut, dyspareunia, excessive fatigue, general pelvic pain. Selain itu
dokter juga mempunyai adanya peritoneal inflammation. Semua
penderita memiliki riwayat pernah hamil. Dalam literature,
sindrom ini disebut juga dengan istilah traumatic laceration of
uterine support.20
9
4. Patofisiologi Dismenore
a. Patofisiologi Dismenore Primer
Nyeri menstruasi yang terjadi pada dismenore primer terutama
disebabkan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi hiperkontraktilitas
uterin, kurangnya aliran darah ke uterin, atau terjadi hipersensivitas
saraf tepi.17,9
Terjadi dismenore primer, berhubungan dengan siklus ovulasi
yang normal tanpa disertai kelainan patologi pada panggul yang jelas.
Setelah ovulasi, terjadi penumpukkan asam lemak pada fosfo lipid
membrane sel sebagai respon terhadap progesterone. Kemudian tepat
sebelum menstruasi, terjadi progesterone withdrawal sehingga asam
lemak khususnya asam arakidonat dilepas dan menginisiasi kaskade
prostaglandin dan leukrien dalam uterus. Hal ini kemudian
mencetuskan suatu respon inflamasi yang mediasi oleh prostaglandin
juga menimbulkan gejala sistemik seperti nausea, muntah, perut
kembung dan sakit kepala.17
Diketahui bahwa kebanyakan wanita dengan dismenora primer
melepaskan prostaglandin F2a (PGF2a) yang luar biasa tinggi dalam
cairan menstruasi dan jaringan endometrium. PGF2a yang dilepaskan
ini akan menyebabkan vasokontriksi dan kontraksi miometrium
sehingga terjadi kram. Intesitas kram dan gejala lain yang terjadi saat
menstruasi berbanding lurus dengan kadar progesterone yang
dilepaskan. Perbandingan PGF2a: PGE2 yang abnormal memicu
10
terjadinya dismenore.17
Leukotrien sudah dikenal sebagai faktor yang menyebabkan
hipersensitivitas serabut nyeri pada uterus. Hal ini di kemukakan
ditemukan kadar lekotrien yang meninggi pada wanita dewasa yang
mengalami dismenore. Walaupun peran dan mekanisme leukotrien
dalam peristiwa dismenore masih belum jelas, tetapi substansi ini
merupakan vasokontriktor dan mediator inflamasi yang poten.
Peningkatan produksi leukotrien melalui jalur siklooksigenae (COX)
meningkatkan kemungkinan bahwa tipe dismenore yang tertentu tidak
beresponsi terhadap terapi OAINS.
Vasopresin
Vasopresin merupakan suatu hormon yang dilepaskan oleh
kelenjar pituitary posterior Akan tetapi, peranan vasopressin
menyebabkan dismenore belum diketahui. Dikemukakan bahwa
peningkatan kadar vasopressin saat menstruasi menyebabkan kontraksi
distritmia pada uterus diikuti dengan penurunan aliran darah ke uterus,
dan akhirnya menyebabkan hipoksia pada uterus dan hipersensitivitas
miometrium.20
b. Patofisiologi Dismenore Sekunder
Dismenore sekunder dapat terjadi kapan saja setelah haid
pertama, tetapi yang paling sering muncul di usia 20-30 tahunan, stelah
tahun-tahun normal dengan siklus tanpa nyeri. Peningkatan
prostaglandin dapat berperan pada disminorea sekunder. Namun,
11
terdapat penyakit pelvis yang menyertai. Penyebab yang umum,
diantaranya termasuk endometriosis, adenomyosis, polip endometrium,
chronic pelvic inflammatory disease, dan penggunaan peralatan
kontrasepsi.21
Endometriosis, penyebab umum dismenore sekunder, merupakan
pertumbuhan jaringan endometrium diluar rongga uterus (etopik).
Pertumbuhan jaringan endometrium terutama terjadi pada panggul dan
umumnya pada ovarium. Endometriosis merupakan kelainan yang
estrogen-dependent. Peninggian kadar estrogen mungkin berperan
dalam peningkatan aktivitas COX dan diikuti dengan peningkatan
produksi prostaglandin, Akibat akumulasi estrogen dan prostaglandin,
terjadi suatu proses peradangan yang paten disertai dengan nyeri
panggul. Tingkat rasa nyeri terutama dipengaruhi oleh lokasi dan
kedalaman terjadi implant endometriosis.21
Adenomiosis adalah kondisi lain yang jinak pada uterus dimana
endometrium (membran mukosa yang melapisi bagian dalam uterus)
tumbuh kedalam miometrium (otot uterus yang tepat pada bagian luar
endometrium), sehingga terjadinya dismenore dan menoragia. Etiologi
lain yang seperti dipaparkan diatas yang mengakibatkan suatu distorsi
dan displacement uterus yang normal umumnya juga berhubungan
dengan nyeri panggul kronis, dispareunia dan gangguan dalam
menstruasi.21
12
5. Gejala Klinis Dismenore
a. Gejala Klinis Dismenore Primer
Dismeore primer, timbul sejak haid pertama dan akan pulih
sendiri dengan berjalannya waktu, dengan lebih stabilnya hormon
tubuh atau perubahan posisi rahim setelah menikah atau melahirkan.
Dismenore ini adalah normal, namun dapat berlebihan apabila
dipengaruhi oleh faktor fisik dan psikis seperti stress, shock,
penyempitan pembuluh darah, penyakit yang menahun, kurang darah,
kondisi tubuh yang menurun, atau pengaruh hormon prostaglandine.
Gejala ini tidak membahayakan kesehatan.22
Karakteristik dan faktor yang berkaitan :22
a. Dismenore primer umumnya dimulai 1-3 tahun setelah menstruasi.
b. Kasus ini bertambah berat setelah beberapa tahun sampai usia 23-
27 tahun, lalu mereda.
c. Umumnya terjadi pada wanita yang nulipara; kasus ini kerap
menurun signifikan setelah kelahiran anak.
d. Lebih sering terjadi pada wanita yang obesitas.
e. Dismenore berkaitan dengan aliran menstruasi yang lama.
f. Jarang terjadi pada atlet.
g. Jarang terjadi pada wanita yang memiliki siklus menstruasi yang
tidak teratur.
Faktor resiko dismenorea primer adalah usia saat menarche <12
tahun, nulliparity (belum pernah melahirkan anak), darah menstruasi
13
berjumlah banyak atau masa menstruasi yang panjang, merokok,
adanya riwayat nyeri menstruasi pada keluarga, serta kegemukan.10
Dismenore yang timbul tidak lama sebelum haid atau bersama-sama
dengan permulaan haid dan berlangsung untuk beberapa jam, bahkan
satu hari maupun lebih. Nyeri tersebut terutama dirasakan di daerah
perut bagian bawah, tetapi dapat menjalar ke punggung atau
kepermukaan dalam paha.5
Orang yang mengalami dismenore primer mungkin kelihatan
lemas dan pucat, banyak berkeringat serta merasa sangat tidak enak
badan. Hal lain yang umumnya terjadi adalah mual dan muntah, sakit
kepala, bahkan kadang-kadang bisa pingsan. Selain itu sering timbul
rasa tidak enak ketika buang air kecil dan air besar serta kadang-
kadang disertai diare.5,15
b. Gejala Klinis Dismenore Sekunder
Dismenore sekunder bisa terjadi kapan saja setelah menarke,
umumnya pada wanita setelah usia 25 tahun. Dismenore sekunder
harus dicurigai bila nyeri muncul pada seseorang wanita yang berusia
30-an atau 40-an dan nyeri bersifat unilateral. Sakit yang berhubungan
dengan dismenore sekunder biasanya dimulai beberapa hari 1-2
minggu sebelum timbulnya perdarahan atau menstruasi. Dismenore
sekunder juga disertai dengan gejala ginekologi yang lain seperti
dispareunia, menoragia, perdarahan intermenstrual, infertilitas, dan
perdarahan pasca-koitus, tergantung pada kondisi yang
14
mendasarinya.17
Dismenorea sekunder jarang terjadi sebelum usia 30 tahun dan
lebih sering tampak pada wanita yang berusia lebih dari 35 tahun.
Kadang-kadang rasa nyeri berhubungan dengan penyakit yang
sebenarnya menyerang pinggul yang dikenal dengan endometriosis.
Nyeri kram perut terjadi 2-3 hari sebelum masa haid dimulai. Nyeri
makin hebat di akhir masa perdarahan haid. Pada saat itu, nyerinya
mencapai puncak dan berlangsung selama dua hari atau lebih.5
Dismenore sekunder biasanya baru muncul kemudian, yaitu jika
ada penyakit yang datang kemudian. Penyebabnya adalah kelainan
atau penyakit seperti infeksi rahim, kista atau polip, tumor sekitar
kandungan, atau bisa karena kelainan kedudukan rahim yang menetap.
Ada juga yang disebut dengan endometriosis, yaitu kelainan letak
lapisan dinding rahim yang menyebar keluar rahim, sehingga apabila
menjelang menstruasi, pada saat lapisan dinding rahim menebal, akan
dirasakan sakit yang luar biasa. Selain itu, endometriosis ini juga bisa
mengganggu kesuburan.22
6. Diagnosis Dismenore
a. Diagnosa Dismenore Primer
Dalam mendiagnosis dismenore primer, anamnesa yang cermat
dan pemeriksaan fisik (termasuk pemeriksaan panggul palpasi
rektovaginal) diperlukan untuk menyikirkan keadaan patologi pada
panggul. Tidak ada tes laboratorium yang khusus diperlukan. Tidak
15
adanya pertemuan positif dalam pemeriksaan fisik adalah kunci
diagnosis pada dismenore primer.17
Terapi dengan inhibitor prostaglandin sintetase, kontrasepsi oral,
atau keduanya dapat digunakan untuk tujuan diagnostik apabila
pemeriksa mencurigai suatu kelainan yang merupakan dismenore
primer. Pemeriksaan klinis ini biasanya dilakukan selama tiga sampai
empat bulan; apabila tidak ada perbaikan, evaluasi yang lebih lanjut
diperlukan untuk membedakan dismenore primer dari dismenore
sekunder.17
b. Diagnosa Dismenore Sekunder
Penderita dismenore sekunder tidak mempunyai riwayat nyeri
sebelumnya; riwayat nyeri pertama kali terjadi setelah usia 25 tahun;
perdarahan menstruasi yang berat atau pola haid yang tidak teratur;
sedikit merespon atau langsung tidak berespon terhadap obat anti-
inflamasi non steroid (OAINS), kontraseptif oral, atau keduanya. Di
samping itu, hasil pemeriksaan fisik menunjukkan suatu kelainan
organik.17,15
Permeriksaan radiografi yang paling sering digunakan adalah
ultrasonografi panggul disertai dengan transabdominal dan
transvaginal sebagai pemeriksaan penunjang untuk diagnosis
dismenore sekunder. Histeroskopi dan laparaskopi biasanya dilakukan
sebagai prosedur diagnostik untuk menggolongkan dan mengobati
kelainan yang mendasari dismenore sekunder.17
16
7. Penanganan dismenore
a. Penerangan dan nasehat
Perlu dijelaskan kepada penderita bahwa dismenorea adalah
gangguan yang tidak berbahaya untuk kesehatan. Hendaknya diadakan
penjelasan dan diskusi mengenai cara hidup, pekerjaan, kegiatan, dan
lingkungan penderita. Kemungkinan salah informasi mengenai hal atau
adanya tabu atau takhayul mengenai haid perlu dibicarakan. Nasihat-
nasihat mengenai makanan sehat, istirahat yang cukup, dan olahraga
mungkin berguna. Kadang-kadang diperlukan psikoterapi.17
b. Pemberian obat analgesic
Dewasa ini beredar obat-obat analgesik yang dapat diberikan
sebagai terapi simptomatik. Jika rasa nyerinya berat, diperlukan
istirahat ditempat tidur dan kompres panas pada perut bawah untuk
mengurangi penderitaan.17
Obat analgesik yang sering diberikan adalah preparat kombinasi
aspirin, fenasetin, dan kafein. Obat-obat yang beredar di pasaran ialah
antara lain novalgia, Postan, acet- aminopen dan sebagainya.17,16
c. Terapi hormonal
Pil kontrasepsi efektif untuk mengurangi dismenore. Hormon-
hormon yang ada dalam pil tersebut efektif menghalangi terjadinya
ovulasi sehingga menghalangi terbentuknya progesteron dan
menghentikan pembuatan prostaglandin.15
Pengobatan dismenore sekunder harus disesuaikan dengan
17
penyebabnya misalnya dengan laparoskopi, cyctectomi, miomektomi,
histeroskopi polipektomi, histerektomi, dan presakral neurektomi.15
B. Tinjauan Umum tentang Stres
1. Definisi Stres
Stress adalah keadaan internal yang dapat diakibatkan oleh tuntutan
fisik dari tubuh (Kondisi penyakit, latihan dan lain-lain sebagainya) atau
kondisi lingkungan dan sosial yang dinilai potensial membahayakan, tidak
terkendali atau melebihi kemampuan individu untuk melakukan
coping.23,24,25
Menurut Hawari dalam Sriati mengatakan bahwa stres menurut Hans
Selye merupakan respon tubuh yang sifatnya nonspesifik terhadap setiap
tuntutan beban atasnya. Stresor psikososial adalah setiap
keadaan/peristiwa yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan
seseorang, sehingga seseorang itu terpaksa mengadakan
adaptasi/penyesuaian diri untuk menanggulanginya. Namun, tidak semua
orang mampu melakukan adaptasi dan mengatasi stressor tersebut,
sehingga timbulah keluhan-keluhan antara lain stres.26
Stresor diketahui merupakan faktor etiologi dari banyak penyakit.
Salah satunya menyebabkan stres fisiologis yaitu gangguan pada
menstruasi.17
Kebanyakan wanita mengalami sejumlah perubahan dalam pola
menstruasi selama masa reproduksi. Dalam pengaruhnya terhadap pola
menstruasi, stres melibatkan sistem neuroendokrinologi sebagai sistem
18
yang besar peranannya dalam reproduksi wanita.26
Stres diawali dengan reaksi waspada (alarm reaction) terhadap
adanya ancaman, yang ditandai oleh proses tubuh secara otomatis, seperti :
meningkatnya denyut jantung, yang kemudian di ikuti dengan reaksi
penolakan terhadap stressor dan akan mencapai tahap kehabisan tenaga
(exhaustion) jika individu merasa tidak mampu untuk terus bertahan.25
Stres juga adalah suatu kejadian atau stimulus lingkungan yang
menyebabkan individu merasa tegang. Dikatakan bahwa stres mengacu
pada peristiwa yang dirasakan membahayakan kesejahteraan fisik dan
psikologis seseorang. Situasi ini disebut sebagai penyebab stres dan reaksi
individu terhadap situasi stres ini disebut respon stres.25
Stres diartikan atas beberapa pengertian sebagai berikut:
1. Stimulus, yaitu stres merupakan kondisi atau kejadian tertentu yang
menimbulkan stres atau di sebut juga dengan stressor.
2. Respon, yaitu stress merupakan suatu respon atau reaksi individu yang
muncul karena adanya situasi tertentu yang menimbulkan stres.
Respon yang muncul karena adanya situasi tertentu yang menimbulkan
stress. Respon yang muncul dapat secara fisiologis seperti : jantung
berdebar, gemetar dan pusing serta psikologis, seperti : takut, cemas,
sulit berkonsentrasi dan mudah tersinggung.
3. Proses, yaitu stres di gambarkan sebagai suatu proses dimana individu
secara aktif dapat mempengaruhi dampak stres melalui strategis
tingkah laku.25,26
19
Berdasarkan berbagai definisi di atas, maka dapat di ambil
kesimpulan bahwa stres adalah yang disebabkan oleh adanya tuntutan
internal maupun eksternal (stimulus) yang dapat membahayakan, tidak
terkendali atau melebihi kemampuan individu akan bereaksi baik secara
fisiologis maupun secara psikologis (respon) dan melakukan usaha-usaha
penyusaian diri terhadap situasi tersebut (proses).26
2. Penggolongan Stres
Stres di golongkan menjadi dua golongan. Penggolongan ini di
dasarkan atas persepsi individu terhadap stres yang dilaminya :25
a. Distres (stres negative)
Distres merupakan stres yang merusak atau bersifat tidak
menyenangkan. Stres dirasakan sebagai suatu keadaan dimana individu
mengalami rasa cemas. Ketakutan, khawatir, atau gelisah, sehingga
individu mengalami keadaan psikolgis yang negatif, menyakitkan, dan
timbul keinginan untuk menghindarinya.25
b. Eustres (stres positif)
Eustres bersifat menyenangkan dan merupakan pengalaman yang
memuaskan. Eustres dapat meningkatkan kesiagaan mental,
kewaspadaan, kognisi, dan performasi individu. Eustres juga dapat
meningkatkan motivasi individu untuk menciptakan sesuatu, misalnya
menciptakan karya seni.25,19
20
3. Tingkatan Stres
Tingkatan stres adalah:
1. Stres ringan yaitu stressor yang dihadapi secara teratur dan umumnya
dirasakan oleh setiap orang misalnya lupa dan kecemasan.
2. Stres sedang yaitu stres yang terjadi lebih lama, dari beberapa jam
sampai beberapa hari misalnya permasalahan keluarga.
3. Stres berat yaitu stress kronik yang terjadi beberapa minggu sampai
beberapa tahun misalnya kesulitan financial dan penyakit fisik yang
lama.27
4. Tahapan Stres
Hawari dan Sriati mengatakan bahwa Dr. Robert J.an Amberg dalam
penelitiannya membagi tahapan-tahapan stres sebagai berikut :
1. Stres tahap I
Tahapan ini merupakan tahapan stres yang paling ringan dan
biasanya disertai dengan perasaan-perasaan sebagai berikut:
a. Semangat bekerja besar, berlebihan (over acting).
b. Penglihatan “tajam” tidak sebagaimana biasanya.
c. Merasa mampu menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya,
namun tanpa disadari cadangan energi semakin menipis.26
2. Stres tahap II
Dalam tahapan ini dampak/respon terhadap stresor yang semula
menyenangkan sebagaimana diuraikan pada tahap I di atas mulai
menghilang dan timbul keluhan-keluhan yang disebabkan karena
21
cadangan energi yang tidak lagi cukup sepanjang hari, karena tidak
cukup waktu untuk beristirahat. Istirahat yang dimaksud antara lain
dengan tidur yang cukup, bermanfaat untuk mengisi atau memulihkan
cadangan energi yang mengalami defisit.26
Keluhan-keluhan yang
sering dikemukakan oleh seseorang yang berada pada stres tahap II
adalah sebagai berikut:
a. Merasa letih sewaktu bangun pagi yang seharusnya merasa segar.
b. Merasa mudah lelah sesudah makan siang.
c. Lekas merasa lelah menjelang sore hari.
d. Sering mengeluh lambung/perut tidak nyaman (bowel discomfort).
e. Detakan jantung lebih keras dari biasanya (berdebar-debar).
f. Otot-otot punggung dan tengkuk terasa tegang
g. Tidak bisa santai.26
3. Stres Tahap III
Apabila seseorang tetap memaksakan diri dalam pekerjaannya
tanpa menghiraukan keluhan-keluhan pada stres tahap II, maka akan
menunjukkan keluhan-keluhan yang semakin nyata dan mengganggu,
yaitu:
a. Gangguan lambung dan usus semakin nyata; misalnya keluhan
maag, buang air besar tidak teratur (diare).
b. Ketegangan otot-otot semakin terasa.
c. Perasaan ketidaktenangan dan ketegangan emosional semakin
meningkat.
22
d. Gangguan pola tidur (insomnia), misalnya sukar untuk mulai
masuk tidur (early insomnia) atau terbangun tengah malam dan
sukar kembali tidur (middle insomnia) atau bangun terlalu pagi
atau dini hari dan tidak dapat kembali tidur (late insomnia).
e. Koordinasi tubuh terganggu (badan terasa akan jatuh dan serasa
mau pingsan).26
Pada tahapan ini seseorang sudah harus berkonsultasi pada dokter
untuk memperoleh terapi, atau bisa juga beban stres hendaknya
dikurangi dan tubuh memperoleh kesempatan untuk beristirahat guna
menambah suplai energi yang mengalami defisit.26
4. Stres Tahap IV
Gejala stres tahap IV, akan muncul:
a. Untuk bertahan sepanjang hari saja sudah terasa amat sulit.
b. Aktivitas pekerjaan yang semula menyenangkan dan mudah
diselesaikan menjadi membosankan dan terasa lebih sulit.
c. Yang semula tanggap terhadap situasi menjadi kehilangan
kemampuan untuk merespons secara memadai (adequate).
d. Ketidakmampuan untuk melaksanakan kegiatan rutin sehari-hari
e. Gangguan pola tidur disertai dengan mimpi-mimpi yang
menegangkan. Seringkali menolak ajakan (negativism) karena tiada
semangat dan kegairahan.
f. Daya konsentrasi daya ingat menurun.
g. Timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang tidak dapat
23
dijelaskan apa penyebabnya.26
5. Stres Tahap V
Bila keadaan berlanjut, maka seseorang itu akan jatuh dalam stres
tahap V, yang ditandai dengan hal-hal sebagai berikut:
a. Kelelahan fisik dan mental yang semakin mendalam (physical dan
psychological exhaustion).
b. Ketidakmampuan untuk menyelesaikan pekerjaan sehari-hari yang
ringan dan sederhana.
c. Gangguan sistem pencernaan semakin berat (gastrointestinal
disorder).
d. Timbul perasaan ketakutan, kecemasan yang semakin meningkat,
mudah bingung dan panik.26
6. Stres Tahap VI
Tahapan ini merupakan tahapan klimaks, seseorang mengalami
serangan panik (panic attack) dan perasaan takut mati. Tidak jarang
orang yang mengalami stres tahap VI ini berulang dibawa ke Unit
Gawat Darurat bahkan ICCU, meskipun pada akhirnya dipulangkan
karena tidak ditemukan kelainan fisik organ tubuh. Gambaran stres
tahap VI ini adalah sebagai berikut:
a. Debaran jantung teramat keras.
b. Susah bernapas (sesak dan megap-megap).
c. Sekujur badan terasa gemetar, dingin dan keringat bercucuran.
d. Ketiadaan tenaga untuk hal-hal yang ringan.
24
e. Pingsan atau kolaps (collapse).26
Bila dikaji maka keluhan atau gejala sebagaimana digambarkan di
atas lebih didominasi oleh keluhan-keluhan fisik yang disebabkan oleh
gangguan faal (fungsional) organ tubuh, sebagai akibat stresor
psikososial yang melebihi kemampuan seseorang untuk
mengatasinya.26
5. Reaksi terhadap Stres
a. Aspek Biologi
Deskripsi mengenai bagaimana reaksi tubuh terhadap suatu
peristiwa yang mengancam. Reaksi tersebut di sebut sebagai fight-or-
flight response karena respon fisiologi mepersiapkan individu untuk
menghadapi atau menghindari situasi yang mengancam tersebut.
Fight-or-flight response menyebabkan individu dapat berespon dengan
cepat terhadap situasi yang tinggi terus menerus muncul dapat
membahayakan kesehatan individu. Adapun reaksi fisiologi terhadap
stressor antara lain:28
1. Alarm Reaction
Tahapan pertama ini mirip dengan fight-or-flight response.
Pada tahap ini arousal yang terjadi pada tubuh organisme berada
dibawah normal yang untuk selanjutnya meningkat diatas normal.
Pada akhir tahapan ini. Tubuh melindungi organisme terhadap
stressor. Tapi tubuh tidak dapat mempertahankan intesitas aurosal
dari alarm reation dalam waktu yang sangat lama.28,24
25
2. Stage of resistance
Arousal masih tinggi, masih terus bertahan untuk melawan
dan beradaptasi dengan stresor. Respon fisiologi menurun, tetapi
masih tetap lebih tinggi dibandingkan dengan kondisi normal.28
3. Stage of Exhoustion
Respon fisiologi berlangsung. Hai ini dapat melemahkan
sistem kekebalan tubuh dan menguras energi tubuh. Sehingga
terjadi kelelahan pada tubuh. Stresor yang terus terjadi kelelahan
terhadap tubuh. Stresor yang terus terjadi akan mengakibatkan
penyakit dan kerusakan fisiologis dan dapat menyebabkan
kematian.28
b. Aspek Psikologi
Reaksi psikologi terhadap stres dapat meliputi :
1. Kognisi
Stres dapat melemahkan ingatan dan perhatian dalam
aktivitas kognitif. Stresor berupa kebisingan dapat menyebabkan
deficit kognitf pada anak-anak. Kognisi juga dapat berpengaruh
dalam stres. Individu yang terus menerus memikirkan stressor
dapat menimbulkan stres yang lebih parah terhadap stressor.28
2. Emosi
Emosi cenderung terkait dengan stres, Individu sering
menggunakan keadaan emosional untuk mengevaluasi stress.
Proses penilaian kognitif dapat mempengaruhi stres dan
26
pengalaman emosinal. Reaksi emosional terhadap stres yaitu rasa
takut, depresi, perasaan sedih, dan rasa marah.28,25
3. Perilaku Sosial
Stres dapat mengubah perilaku individu terhadap orang
lain. Individu dapat berprilaku positif maupun negatif. Bencana
alam dapat membuat individu berperilaku lebih kooperatif, dalam
situasi lain, individu dapat mengembangkan sikap bermusuhan.
Stress yang diikuti dengan rasa marah menyebabkan prilaku sosial
negatif cenderung meningkat sehingga dapat menimbulkan
perilaku agresif. Stres juga dapat mempengaruhi perilaku
membantu pada individu.28
C. Hubungan Stress dengan Dismenore
Stres merupakan suatu respon alami dari tubuh kita ketika mengalami
tekanan dari lingkungan. Dampak dari stres beraneka ragam, dapat
mempengaruhi kesehatan mental maupun fisik. Salah satu dampak dari stres
terhadap kesehatan adalah dismenore.14
Stresor diketahui merupakan faktor etiologi dari banyak penyakit. Salah
satunya menyebabkan stres fisiologis yaitu gangguan pada menstruasi.
Kebanyakan wanita mengalami sejumlah perubahan dalam pola menstruasi
selama masa reproduksi. Dalam pengaruhnya terhadap pola menstruasi, stress
melibatkan sistem neuroendokrinologi sebagai sistem yang besar peranannya
dalam reproduksi wanita.26
Istilah stres berasal dari istilah latin stingere yang mempunyai arti
27
ketegangan dan tekanan. Stres merupakan suatu tekanan yang muncul karena
tingginya tuntutan lingkungan kepada seseorang sehingga orang tersebut perlu
beradaptasi atau menyesuaikan diri.14,26
Saat seseorang mengalami stres terjadi respon neuroendokrin sehingga
menyebabkan Corticotrophin Releasing Hormone (CRH) yang merupakan
regulator hipotalamus utama menstimulasi sekresi Adrenocorticotrophic
Hormone (ACTH). ACTH akan meningkatkan sekresi kortisol adrenal.
Hormon-hormon tersebut menyebabkan sekresi Follicle Stimulating Hormone
(FSH) dan Luteinizing Hormone (LH) terhambat sehingga perkembangan
folikel terganggu. Hal ini menyebabkan sintesis dan pelepasan progesteron
terganggu. Kadar progesteron yang rendah meningkatkan sintesis
prostaglandin F2ά dan E2.Ketidakseimbangan antara prostaglandin F2ά dan
E2dengan prostasiklin (PGI2) menyebabkan peningkatan aktivasi PGF2ά.
Peningkatan aktivasi menyebabkan iskemia pada sel-sel miometrium dan
peningkatan kontraksi uterus. Peningkatan kontraksi yang berlebihan
menyebabkan dismenore.14,32
28
D. Kerangka Pikir
Sumber : Wangsa, T. 2010. Menghadapi stres dan depresi(14,),, Sriati Aat. 2008.
Tinjauan tentang stres(26), Hendrik, H. 2006 problema haid.(32) 28
Stres yang paling ringan
Cadangan energi
Suplai energi mengalami
defisit
Kehilangan kemampuan
merespon
Kelalahan fisik
Tahapan klimaks
Stres
Respon neuroendokrin
CRH
ACT
Sekresi Kortisol adrena
Progesteron terngganggu
Prostaglandin F2a & E2 tersintesis
Peningkatan Aktivitas PGF@a
Kotraksi uterus Dismenore
29
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Dasar Pemikiran Variable Penelitian
Pada penelitian ini akan dikaji tentang hubungan stres dengan dismenore
pada siswi SMAN 4 Bantimurung. Variabel independen adalah stres
sedangkan variabel dependennya pada penelitian ini adalah dismenore.
B. Kerangka Konsep
Variabel Independen Variabel Dependen
C. Variabel Penelitian
1. Variabel Independen
Variabel Independen dalam penelitian ini adalah Stress.
2. Variabel Dependen
Variabel Dependen dalam penelitian ini adalah Dismenorea.
D. Hipotesis Penelitian
1. Hipotesis Nol (H0)
Tidak ada hubungan stres dengan kejadian dismenore pada siswi SMAN 4
Bantinmurung.
2. Hipotesis Alternative (H1)
Ada hubungan antara stres dengan kejadian dismenore pada siswi SMAN
4 Bantinmurung.
STRES DISMENORE
29
30
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan
pendekatan potong-lintang (cross-sectional) untuk mengetahui hubungan stres
dengan kejadian dismenore pada siswi SMAN 4 Bantimurunng. Sampel
penelitian ini disajikan beberapa pertanyaan dengan menggunakan koesioner
untuk mengetahui banyak hal dari beberapa data yang diperoleh.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di SMAN 4 Bantinmurung Maros.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dalam pengambilan data dilaksanakan pada bulan Januari-
Februari 2014.
C. Populasi
1. Populasi Target
Seluruh siswi sekolah Menengah Atas di Maros.
2. Populasi terjangkau
Siswi kelas XI IPA 1 dan 4 serta siswi IPS 1, 2, 3 dan 4 SMAN 4
Bantimurung.
30
31
D. Sampel
1. Cara pengambilan sampel
Sampel penelitian ini adalah murid SMA kelas XI dari sekolah
yang sudah dipilih. Sampel yang diambil sebagai subjek adalah yang
memenuhi kriteria diatas, dalam hal ini sampel dipilih dengan cara non
propability sampling yakni purposive sampling, dimana setiap yang
memenuhi kriteria penelitian dimasukkan dalam penelitian sampai kurun
waktu tertentu.
2. Kriteria Inklusi
Kriteria Inklusi merupakan persyaratan umum yang harus dipenuhi
oleh subyek penelitian/populasi agar dapat diikutsertakan dalam
penelitian:
a. Siswi kelas XI yang berada di SMAN 4 Bantimurung
b. Siswi yang sedang atau sudah pernah mengalami menstruasi
c. Usia 15-20 tahun
3. Kriteria Ekslusi
a. Siswi belum mengalami menarke atau sedang hamil
b. Tidak bersedia mengisi kuesioner secara lengkap
c. Tidak bersedia menjadi responden
d. Dibawah usia 15 atau di atas usia 20 tahun
e. Responden yang mengalami dismenore sekunder
f. Responden X dan XII
32
E. Besar Sampel
Perhitungan besar sampel dengan jumlah populasi sebanyak siswi
dihitung menggunakan rumus menurut Notoadmodjo:32 31
n = 𝑍 𝛼2 𝑃𝑄
𝑑2
α= tingkat kemaknaan (ditetapkan)
d= tingkat ketepatan absolut yang dikehendaki (ditetapkan)
p= proporsi penyakit atau keadaan yang akan dicari , p > 0,10 atau < 0,90.33
P = 0,50; Zα = 1,96 ; d = 0,10
Dengan memakai rumus diatas maka diperoleh jumlah sampel minimal
adalah sebanyak 97 orang.
F. Instrumen Penelitian
1. Data Primer
a. Wawancara: Wawancara menggunakan kuesioner, dilakukan untuk
menggali berbagai informasi terkait dengan variabel stres. Daftar
pertanyaan dirancang untuk menggali informasi sebelum pengambilan
data survei mengenai dismenore.
b. Metode Observasi: Observasi dilakukan oleh peneliti secara formal
dan informal untuk mengamati keadaan lingkungan fisik dan sosial
siswi, lokasi penelitian, serta mengamati perilaku siswi yang terkait
dengan gejala-gejala kejadian dismenore guna mendapatkan informasi.
2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh melalui catatan administrator SMAN 4
Bantinmurung.
33
G. Definisi Operasional
1. Dismenore
Definisi : Dismenore adalah nyeri bagian perut bawah menyebar
ke pinggang dan paha pada sebelum, atau pada saat
menstruasi pada siswi SMAN 4 Bantimurung.
Alat Ukur : Dengan menggunakan Kuesioner
Cara Ukur : Dengan menanyakan kepada responden 14 pertanyaan
yang berkaitan dengan gejala menstruasi yang
menyebabkan dismenore dan menilai apakah responden
dismenore atau tidak dismenore, dengan memberi skor
maksimal 2 dan minimal 1.
Kriteria Objektif :
a. Disminore (jika responden dengan skor > 14)
b. Tidak disminore jika responden dengan skor < 14
Skala Pengukuran : skala ordinal
2. Stres
Definisi : Perubahan fisik maupun mental yang
mempengaruhi kondisi menjadi sensitif.
Alat Ukur : Dengan menggunakan kuesioner
Cara Ukur : Dengan menanyakan kepada responden 10
pertanyaan yang berkaitan dengan gejala-gejala
stres dan menilai apakah responden mengalami
34
stres atau tidak stres, dengan memberi skor
maksimal 2, dan skor minimal 1.
Skala Pengukuran : Skala ordinal
Kriteria Objektif :
a. Stres (mengalami gejala-gejala yang terdapat
dalam pertanyaan kuesioner dan responden
dengan skor > 10).
b. Tidak stres (Jik respoden dengan skor < 10)
H. Managemen Penelitian
1. Metode Pengolahan
Dalam proses pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan
beberapa langkah yang harus ditempuh, diantaranya:
a. Editing
Memeriksa kembali data-data yang telah dikumpulkan apakah ada
kesalahan atau tidak.
b. Coding
Pemberian nomor-nomor kode atau bobot pada jawaban yang bersifat
kategori.
c. Tabulating
Kegiatan tabulating dalam penelitian meliputi pengelompokkan data
sesuai dengan tujuan penelitian kemudian di masukkan ke dalam tabel-
tabel yang telah ditentukan berdasarkan kuesioner yang telah
ditentukan skornya.
35
d. Transfering
Pemindahan data menurut jenisnya kedalam master tabel.
e. Cleaning
Cleaning dilakukan agar tidak terjadi kesalahan dalam memasukkan
data yang dapat mengakibatkan data tersebut menjadi ganda atau salah
dalam interpretasi.
f. Entry
Memasukkan data yang telah didapat kedalam program yang
digunakan untuk mengolah data menggunakan computer atau
perangkat lunak yang sesuai.
Penyusunan / perhitungan data berdasarkan variabel yang diteliti.
2. Analisa Data
a. Analisa Univariat
Analisa univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian.
Dengan menggunakan distribusi frekuensi untuk mengetahui gambaran
terhadap variabel yang diteliti.
b. Analisa Bivariat
Menggunakan analisa bivariat yaitu untuk mengetahui hubungan
antara stress dengan kejadian dismenore, data yang diperoleh diolah
dengan menggunakan SPSS for Windows version 16.0 selanjutnya
dianalisa dengan uji statistik Chi square .
36
I. Alur Penelitian
Alur Penelitian
J. Etika Penelitian
1. Sebelum melaksanakan penelitian ini, disertakan surat izin penelitian yang
diketahui oleh Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Makassar dan disetujui oleh pihak atau kepala sekolah tempat mengambil
data.
2. Setiap subyek akan dijamin kerahasiaan atas identitas yang diberikan.
Pengisian Kuesioner
Populasi : siswi kelas XI SMAN
4
Purposive
Sampling
sampel : siswi
kelas XI SMAN 4
Bantimurung yang
memenuhi kriteria
inklusi sebanyak
107 siswi
Pengolahan
data dan
analisis data “
uji Chi Squre”
Hasil
37
BAB V
HASIL PENELITIAN
A. Hasil Penelitian
Telah dilakukan penelitian tentang Hubungan Stres dengan Kejadian
Dismenore pada siswi SMAN 4 Bantimurung Periode Januari-Februari 2014.
Sampel yang diambil yaitu siswi kelas XI, yaitu XI IPA 1 dan 4 serta XI IPS
1, 2, 3, dan 4 yang memenuhi kriteria inklusi, dimana didapatkan 107 sampel
siswa.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara turun ke sekolah yang
bersangkutan dan melakukan pembagian kuesioner untuk mengetahui data
demografi responden yang terdiri dari nama, umur, kelas dan data sosio-
ekonomi responden yang kelak akan digunakan untuk kelanjutan penelitian
nantinya.
Setiap siswa diberikan kuesioner untuk diisi dan dikumpul pada hari itu
juga. Setelah data terkumpul, selanjutnya disusun dalam tabel induk (master
tabel) dengan program komputer. Dari tabel induk kemudian dipindahkan ke
dalam program analisis dan selanjutnya diolah lalu disajikan dalam bentuk
tabel. Adapun hasil yang didapatkan adalah sebagai berikut:
B. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Identitas Sekolah
Nama Sekolah : SMA Negeri 4 Bantimurung
a. Kepala Sekolah : A. MUSYAFIR B, Drs, MM
37
38
b. Alamat Sekolah : Pakalu – Bantimurung
Provinsi : Sulawesi Selatan 37
Kabupaten/Kota : Maros
Kecamatan : Bantimurung
Kelurahan : Kalabbirang
Jalan : Pakalu Poros Bantimurung
Kode Pos : 90561
Telepon / Fax : (0411) 388 4070, 388 0057
E-Mail / : [email protected]
SMAN 4 Batimurung adalah sekolah yang disebut sekolah kupu-kupu
yang berada di Jl. poros Bantimurung kabupaten Maros yang terdiri dari 24
kelas, setiap tingkatan ada 8 kelas, khusus kelas XI dan XII masing-masing
terdiri atas 4 kelas IPA dan IPS dengan statistik :
1. Kelas X berjumlah 112 orang perempuan dan 159 orang laki-laki.
2. Kelas XI berjumlah 191 orang perempuan dan 81 orang laki-laki.
3. Kelas XII berjumlah 159 orang perempuan dan 78 orang laki-laki.
SMA Negeri 4 Bantimurung Maros adalah sekolah menengah yang
didirikan pada tahun 1989 yang saat ini terdiri dari 24 rombongan belajar,
serta SMAN 4 Bantimurung ini adalah Sekolah Adiwiyata yang memiliki
pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. sedangkan sarana
dan prasarana yang dimiliki SMA ini diantaranya laboratorium IPA, Bahasa
dan peralatan TIK.
39
C. Hasil Analisis Univariat
Karakteristik Responden
Tabel 5.1 Karakteristik siswi berdasarkan Umur
Umur n = 107 Persentase (%)
15 tahun 10 9,3
16 tahun 78 72,9
17 tahun 19 17,8
TOTAL 107 100,0
Sumber: Data Primer tahun 2014
Berdasarkan tabel di atas, dapat kita lihat distribusi umur pada 107 siswi,
dimana suku asli terbanyak adalah dari bugis, Makassar sebanyak 73 siswi
(68,2%), kemudian diikuti dari Makassar sebanyak 22 siswi (20,6%), dan dari
china/bugis, duri, Jawa, dan Toraja sebanyak 1 siswi (9%).
Tabel 5.2 Karakteristik siswi berdasarkan tingkatan kelas
Kelas n = 35 Persentase (%)
XI IPA 1
XI IPA 4
XI IPS 1
XI IPS 2
XI IPS 3
XI IPS 4
17
24
13
18
14
21
15,9
22,4
12,1
16.8
13,1
19,6
TOTAL 107 100,0
Sumber: Data Primer tahun 2014
Berdasarkan tabel di atas, dapat lihat distribusi kelas pada 107 siswi,
dimana kelas terbanyak adalah kelas XI IPA 4 sebanyak 24 siswi (22,4%),
kemudian diikuti dengan kelas XI IPS 4 sebanyak 21 siswi (19,6%), setelah
itu dari kelas XI IPS 2 sebanyak 18 siswi (16,8%), kelas XI IPA 1 sebanyak
17 siswi (15,9%), dan kelas XI IPS 1 sebanyak 13 siswi (12,1%).
40
Tabel 5.3 Karakteristik siswi berdasarkan suku asli
Suku Asli n = 107 Persentase (%)
Bugis
Bugis, Makassar
China/Bugis
Duri
Jawa
Makassar
Toraja
8
73
1
1
1
22
1
7,5
68,2
9
9
9
20,6
9
TOTAL 107 100,0
Sumber: Data Primer tahun 2014
Berdasarkan tabel di atas, dapat kita lihat distribusi umur pada 107 siswi,
dimana suku asli terbanyak adalah dari Bugis, Makassar sebanyak 73 siswi
(68,2%), kemudian diikuti dari Makassar sebanyak 22 siswi (20,6%), dan dari
china/bugis, duri, Jawa, dan Toraja sebanyak 1 siswi (9%).
1. Dismenore
Tabel 5.4. Karakteristik responden berdasarkan Gejala
Gejala Dismenore n = 107 Persentase (%)
Dismenore
Tidak dismenore
20
87
18,7
81,3
TOTAL 107 100,0
Sumber: Data Primer tahun 2014
Dari tabel di atas, dapat kita lihat karakteristik gejala dismenore pada
107 siswi yang terbanyak adalah tidak mengalami gejala dismenore
sebanyak 87 siswi (81,3%), kemudian yang mengalami gejala dismenore
sebanyak 20 siswi (18,7%).
41
2. Stress
Tabel 5.5 Karakteristik Responden berdasarkan stres
Tingkat Stres n = 107 Persentase (%)
Stres
Tidak stres
80
27
74,8
25,2
TOTAL 107 100
Sumber: Data Primer tahun 2014
Dari tabel di atas, dapat kita lihat karakteristik tingkat stres pada 107
siswi yang terbanyak adalah mengalami stres sebanyak 80 siswi (74,8%),
kemudian yang tidak mengalami disminore sebanyak 27 siswi (25,2%).
Karakteristik Responden berdasarkan Sosial Ekonomi Orang tua
Tabel 5.6 Distribusi Tingkat Pendidikan Terakhir Orang Tua
Pendidikan Orang Tua n=107 Persentase (%)
Pendidikan Ayah Sekolah (Tamat SD, tamat SMP, tamat
SMA, dan S1 sederajat)
Tidak sekolah
104
3
96,3
2,8
Pendidikan Ibu Tamat SD, tamat SMP, tamat SMA, dan
S1 sederajat
103
4
96,3
3,7
Sumber: Data Primer tahun 2014
Berdasarkan tabel di atas, dapat kita lihat distribusi tingkat pendidikan
terakhir ayah yang terbanyak pada 107 siswi, yaitu “Tamat SD, tamat
SMP, tamat SMA, dan S1 sederajat” sebanyak 104 siswi (96,3%), dan
“tidak sekolah” sebanyak 3 siswi (2,8%).
Dan pada pendidikan terakhir ibu yang terbanyak yaitu “Tamat SD,
tamat SMP, tamat SMA, dan S1 sederajat” sebanyak 103 siswi (96,3%),
dan “tidak sekolah” sebanyak 4 siswi (3,7%).
42
Tabel 5.7 Distribusi Responden berdasarkan tingkat pekerjaan
orang tua
Pekerjaan Orang Tua n = 107 Persentase (%)
Pekerjaan Ayah Bekerja 100 93,5
Tidak bekerja 7 6,5
Pekerjaan Ibu Bekerja 20 18,7
Tidak bekerja 87 81,3
Sumber: Data Primer tahun 2014
Berdasarkan tabel di atas, dapat kita lihat distribusi tingkat pekerjaan
ayah yang terbanyak pada 107 siswi, yaitu “bekerja” sebanyak 100 siswi
(93,5%), dan “tidak bekerja” sebanyak 7 siswi (6,5%).
Dan pada tingkat pekerjaan ibu yang terbanyak yaitu “ tidak bekerja”
sebanyak 87 siswi (81,3%), dan “ bekerja” sebanyak 20 siswi (18,7%).
Tabel 5.8 Distribusi Responden berdasarkan tingkat penghasilan
orang tua
Tingkat Penghasilan n = 107 Persen (%)
Penghasilan Ayah < Rp.600.000,00 – 1.200.000,00 50 46,7
> Rp. 1.200.000,00 57 53,3
Penghasilan Ibu < Rp 600.000,00 – 1.200.000.00 88 82,2
> 1.200.000,00 19 17,8
Sumber: Data Primer tahun 2014
Berdasarkan tabel di atas, dapat kita lihat distribusi tingkat penghasilan
ayah yang terbanyak pada 107 siswi, yaitu “> 600.000” sebanyak 57 orang
(53,3%) dan “< 600.000” sebanyak 50 orang (46,7%).
Dan pada tingkat penghasilan ibu yang terbanyak yaitu “< 600.000”
sebanyak 88 orang (82,2%) dan “> 600.000” sebanyak 19 orang (17,8%).
43
D. Hasil Analisis Bivariat
Hubungan antara Stress dengan Kejadian Disminore
Tabel 5.9. hubungan antara stress dengan kejadian disminore
Tingkat
Stres
Status Dismenore
OR 95%
CL
P-
Value Dismenore
Tidak
dismenore Total
n % n % n %
Stress 14 17,5 66 82,5 80 74,8
1,3
47
0,46
0-
3,94
7
0,586 Tidak
stress 6 22,2 21 77,8 27 25,2
Total 20 81,3 87 18,7 107 100
Pada tabel di atas, dapat dilihat distribusi status disminore menurut
tingkatan stres dimana persentase tingkatan stres terbanyak yang
mengalami disminore terbanyak adalah “yang mengalami stres” (17,5%)
dan tidak disminore adalah “yang mengalami stres” (82,5%). Total siswi
yang mengalami tingkat stes berdasarkan status disminore adalah
sebanyak 80 siswi (74,8%) dan yang tidak mengalami disminore sebanyak
27 siswi (25,2%). Dari hasil uji statistic dengan menggunakan uji chi-
square didapatkan odd ratio 1.347 dengan 95% Confidence Interval
(0,460-3,947), dapat disimpulkan bahwa tingkat stress merupakan faktor
resiko dari kejadian dismenore karena odd ratio > 1. Untuk pvalue
didapatkan 0.586 (p>0.05), dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan
antara tingkat stres dengan kejadian dismenore. Berarti pada penelitian ini
H0 diterima dan Ha ditolak.
44
BAB VI
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pengolahan data yang dilakukan dengan menggunakan
software statistik serta disesuaikan dengan tujuan penelitian, maka pembahasan
hasil penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut:
A. Hubungan antara Stres dan Kejadian Dismenore
Dari hasil penelitian didapatakan 107 responden SMAN 4 Bantimurung
dismenore menurut stres dimana persentase tingkatan stres terbanyak yang
mengalami dismenore adalah “yang mengalami stres” (17,5%) dan tidak
disminore adalah “yang mengalami stres” (82,5%). Total siswi yang
mengalami tingkat stes berdasarkan status disminore adalah sebanyak 80 siswi
(74,8%) dan yang tidak mengalami disminore sebanyak 27 siswi (25,2%).
Dari hasil uji statistic dengan menggunakan uji chi-square didapatkan odd
ratio 1.347 dengan 95% Confidence Interval (0,460-3,947), dapat diartikan
bahwa tingkat stress merupakan faktor resiko dari kejadian dismenore karena
odd ratio > 1. Untuk pvalue didapatkan 0.586 (p>0.05), dapat disimpulkan
bahwa tidak ada hubungan antara tingkat stres dengan kejadian dismenore.
Berarti pada penelitian ini H0 diterima dan Ha ditolak.
Dari hasil penelitian siswi yang mengalami stres saat dismenore yang
diperoleh 17,5% dikarenakan oleh beberapa faktor yang berkaitan dengan
gejala-gejala yang responden alami saat menstruasi serta gejala-gejala stres
yang responden alami saat dismenore. Gangguan itu antara lain:
44
45
B. Gejala Mensruasi yang Menyebabkan Dismenore
1. Sensasi kram disertai rasa nyeri pada bagian bawah perut
Gejala ini adalah gejala yang terbanyak dirasakan oleh responde saat
mengalami menstruasi. Hal ini dipengaruhi oleh faktor-faktor yang
mempengaruhi hiperkontraktilitas uterin, kurangnya aliran darah ke uterin,
atau hipersensitivitas saraf tepi.17
2. Sakit punggung
Gejala ini banyak juga dialami oleh responden, dan nyeri punggung
ini terjadi karena disebabkan kurangnya aliran darah.
3. Pening pusing , mual/muntah, sakit kepala, gelisah/gemetar, dan rasa lelah
Gejala tersebut terjadi dipengaruhi oleh peran neuroendokrin yang
akhirnya menyebabkan dismenore. Tetapi gejala ini adalah hal yang jarang
dialami pada responden di SMAN 4 Bantimurung.
4. Jantung berdebar-debar, Berkeringat banyak, Perut kembung, Diare, Nyeri
pada payu darah serta Perubahan suasana hati
Beberapa gejala ini sangat jarang dirasakan oleh responden siswi
SMAN 4 Bantimurung. Gejala-gejala tersebut berkaitan dengan hormon
yang ada disetiap organ seperti peran hormon FSH dan LT yang ada di
otak.
C. Gejala Stres Saat Menstruasi
1. Cemas seperti : berperasaan buruk dan mudah tersinggung
2. Gangguan tidur
3. Gangguan mood
46
4. Berpikiran negatif kepada orang lain
5. Gangguan kecerdasan
6. Gangguan gastrointestinal
7. Gangguan Kardiovaskuler
8. Gangguan pernafasan
9. Sering merasakan nyeri badan
10. Penghelihatan kabur
Semua gejala-gejala stres diatas adalah tahapan-tahapan yang dialami oleh
seseorang. Pada responden SMAN 4 Bantimurung yang diawali dengan
kekurangan cadangan energi yang mengalami defisit sampai pada saat seseorang
berada pada tahap klimaks yang didominasi olek keluhan-keluhan fisik yang
disebabkan oleh gangguan faal organ tubuh sebagai akibat stressor psikososial
yang melebihi kemampuan seseorang untuk mengatasinya.
Menurut Meilina Intan Dewi Saputri (2011) Ada hubungan positif yang
kuat dan signifikan antara stres dengan kejadian dismenorea, efektif stres
terhadap kejadian dismenorea adalah 39,9%.
Hasil penelitian tersebut tidak sesuai dengan pernyataan Hendrik (2006)
bahwa saat seseorang mengalami stres terjadi respon neuroendokrin sehingga
CRH menstimulasi sekresi ACTH yang akan meningkatkan sekresi kortisol
adrenal. Hormon-hormon tersebut menyebabkan sekresi FSH dan LH terhambat
sehingga sintesis dan pelepasan progesteron terganggu. Kadar progesteron yang
rendah meningkatkan sintesis prostaglandin sehingga terjadi peningkatan aktivasi
PGF2ά yang menyebabkan dismenore. Sedangkan hasil penelitian yang
didapatkan dari responden SMAN 4 Bantimurung terdapat perbedaan bahwa tidak
47
terdapat hubungan antara tingkat stres dan kejadian dismenore, namun, stres
merupakan salah satu faktor risiko dari dismenore. Dikatakan Wangsa dalam
bukunya Menghadapi stres dan depresi tahun 2010 bahwa :“Dampak dari stres
beraneka ragam, dapat mempengaruhi kesehatan mental maupun fisik dan salah
satu dampak dari stres terhadap kesehatan adalah dismenore. Salah satu penyebab
perbedaan hasil ini adalah Sampel yang terbatas. Jadi, Peneliti beranggapan
bahwa kesehatan mental dan fisik siswi SMAN 4 Bantimurung cukup baik dari
beberapa sampel yang mewakili.
48
BAB VII
TINJAUAN ISLAM
A. Pandangan Islam tentang Menstruasi
Pandangan Islam tentang haid sebagaimana dinyatakan oleh al-Qur’ân
mengandung sebuah pemikiran baru yang berbeda dengan tradisi Yahudi
sebelumnya. Dalam tradisi Yahudi, perempuan yang sedang menstruasi
dianggap sebagai perempuan kotor yang bisa mendatangkan bencana sehingga
harus diasingkan dari masyarakat. Selama menstruasi ia harus tinggal dalam
gubuk khusus (menstrual huts), tidak boleh diajak makan bersama, dan
bahkan tidak boleh menyentuh makanan. Tatapan mata perempuan yang
sedang haid disebut mata Iblis (evil eye) yang harus diwaspadai karena
mengandung bencana. Oleh karena itu perempuan yang sedang haid harus
menggunakan tanda tertentu seperti gelang, kalung, giwang, celak mata, cadar,
riasan wajah yang khusus dan sebagainya agar segera dapat dikenali kalau ia
sedang haid. Semua itu diberlakukan untuk mencegah “si mata Iblis.33
Pandangan teologis yang demikain negatif ini kemudian ditentang oleh
al-Qur’ân dan dipertegas dalam hadits. Hal ini tampak ketika kita melihat
sebab turunnya (asbabun nuzûl) ayat haid (QS. Al-Baqarah/2:222).
Diriwayatkan oleh Imam Muslim bahwa sekelompok sahabat Nabi bertanya
kepada Nabi tentang perilaku orang Yahudi yang tidak mau makan bersama
dan bergaul dengan istrinya di rumah ketika si istri haid. Maka turunlah ayat
ini :
48
49
Artinya:
Mereka bertanya kepadamu tentang haid. Katakanlah (darah) haid adalah
kotoran, maka menjauhlah kalian dari istri kalian di tempat keluarnya haid.
Dan janganlah kalian mendekati mereka sampai mereka suci. Jika mereka
telah bersuci maka datangilah (campurilah) mereka sesuai dengan cara yang
diperintahkan Allah kepada kalian. Sesungguhnya Allah menyukai orang-
orang yang taubat dan orang-orang yang menyucikan diri.”
Selanjutnya Rasulullah SAW berkata :
Mendengar ucapan Rasulullah itu kaum Yahudi berkomentar, “Laki-laki ini
selalu ingin berbeda dengan kita”. Komentar itu didengar oleh dua orang
sahabat Nabi, sehingga mereka menyampaikan hal itu kepada Nabi sambil
mempertanyakan kembali apakah boleh bergaul dengan istri yang sedang haid.
Mendengar kekurangyakinan sahabat itu wajah Nabi sempat berubah sehingga
para sahabat mengira beliau marah. Tapi ternyata tidak. Demikianlah, Nabi
betul-betul serius menolak tradisi kaum Yahudi yang mengisolasi perempuan
haid.33
50
BAB VIII
KESIMPULAN DAN DARAN
A. Kesimpulan
Tidak ada hubungan stres dengan kejadian dismenore. Hasil penelitian
saya stres merupakan faktor risiko terhadap kejadian dismenore.
B. Saran
Dari hasil penelitian yang dilakukan yang terdapat faktor risiko
tingkatan stres dengan kejadian dismenore, direkomendasikan saran bagi
remaja, mahasiswa/i dan masyarakat :
1. Menghindari gejala Stres dengan mengurangi atau menghilangkan pikiran-
pikiran negatif.
2. Diharapkan bagi peneliti selanjutnya untuk menggali efek lain yang bisa
menyebabkan dismenore dengan memasukkan variabel misalnya, pola
makan dan diet, durasi menstruasi, kebiasaan olahraga serta variabel lain.
3. Peneliti sebaiknya memaksimalkan sampel atau mengambil beberapa
tempat untuk mewakili populasi yang diteliti
4. Diharapkan bagi remaja agar tidak terlalu memeras otak dalam berfikir
agar keadaan psikologinya tidak terganggu.
50
51
DAFTAR PUSTAKA
1. Kusmiran, E, 2011. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Salemba
Medika : Jakarta.
2. Ramaiah. 2006. Gangguan Menstruasi.Yogyakarta : Digiosa Media.
3. Benson, R, 2009. Obstetri Ginekologi.Edisi 9. Jakarta :Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
4. Edmonds, K, 2007. Gynaecological Disorders of Childhood and Adolescense :
Dewhurst’s Textbook of Obstetrics and Gynaecological 7 thEdition. Blackwell
Publishing :London.
5. Hendrik, H. 2006. Problema Haid (Tinjauan Syariat Islam dan Medis). Solo:
Tiga Serangkai.
6. Badawi, K. 2005. Epidemiologi of Dysmenorrhoea among Adolescent
Students in Mansoura, Egypt. Eastern Mediterranean Health Journal,Volume
11.
7. Osuga, Y. 2005. Dysmenorrhoea in Japanese Women. International Journal
of Gynecology and Obstetrics.
8. Gui-zhou, H, 2010. Prevalence of Dysmenorrhoea in Female Students in a
Chinese University : A Prospective Study. Health Journal.
9. Omidvar, S, 2012. Characteristics and Determinants of Primary
Dysmenorrhea in Young Adults. American Medical Journal.
10. Proverawati, A dan Misaroh, S. 2009. Menarche Menstruasi pertama penuh
makna. Yogyakarta: Nuha Medika.
11. Santoso, 2008. Angka Kejadian Nyeri Haid pada Remaja Indonesia. Journal of
Obstretics & Gynecology.
12. Santrock, J.W. (2004). Human development. Edisi ke-9. New York :
McGraw-Hill.
13. Hawari, Dadang. 2008. Manajemen Stres Cemas dan Depresi. Jakarta :Balai
Penerbit FKUI.
14. Wangsa, T (2010). Menghadapi Stress dan Depresi, Seni Menikmati Hidup
Agar Selalu Bahagia. Jakarta: ORYZA.
52
15. Wiknjosatro H,Saifuddin AB, Rachimahdi T. 2008. Ilmu Kandungan sarwono.
Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawiroharrdjo.
16. Psikologi anak. www.e-psikologi.com diakses pada 12 Februari 2014
17. Robert dan David. 2004. Apa yang ingin diketahui remaja tentang seks.Jakarta
: Bumi Aksara.
18. Kurnia A, Hubungan kebiasaan olahraga dengan Dismenore pada SMA Islam
Athirah dan Siswi SMAN 1 Parangloe. Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Makassar. 2013 Desember.
19. Andaners. 2010. Dismenore (Nyeri Haid). http://www.live
pdf.com/download/pengertian-dismenore-2.html. Diunduh pada tanggal 29
Januari 2014.
20. Astika Nina. 2010. Dismenorea.
http://masalahkesehatanwanita.blogspot.com/2010 /02/dismenorea.html.
Diunduh pada tanggal 29 Januari 2014.
21. Anurogo D, Wulandari A. 2001. Cara Jitu Mengatasi Nyeri Haid. Yogyakarta:
Penerbit ANDI Yogyakarta.
22. Manuaba IBG. 2007. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obsebtri
Ginekologi dan KB; Cetakan I. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran. EGC.
23. Morgan G, Hamilton C. Obsetri & Ginekologi Panduan praktik: Edisi 2;
Cetakan I.Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2009. 180-186
24. Lazarus, Richard S; Folkman, Susan (1984). Stress, appraisal and coping.
New York-springer publishing company.
25. Berry, L.M (1998). Psychology at work: An Introduction to Organization
Psychology. (2nd ed). New York : Mc-Graw Hill.
26. Rice, Philip L. (1992). Stress & Health (2nd ed). California: Brooks/Cole
Publishing company.
27. Sriati Aat. 2008. Tinjauan tentang stress.
http://www.akademik.unsri.ac.id/.../TINJAUAN%20TENTANG%20STRES.p
df ... Di unduh pada tanggal 29 januari 2014
53
28. Rasmun.2004. Stress, koping Dan Adaptasi (Edisi pertama). Jakarta:
SAGUBG SETO.
29. Sarafino, E.P (1994). Health Psychology (2nd ed). New York : Jhon Wiley
and Sons.
30. Tan, G. Melly. 1997.Masalah Perencanaan Penelitian. Jakarta: Gramedia.
31. Paavola, Meri; Vartiainen, Erkki and Haukkala, Ari. 2004. Smoking From
Adolescence to Adulthood, the Effects of Parental and Own Socioeconomic
Status. European Journal of Public Health,14(4): 417-420.
32. Mangkunegara ,A. A. Anwar Prabu,2004. Manajemen Sumber Daya
Perusahaa, Bandung : Remaja Rosda Karya.
33. Hendrik, H. 2006. Problema Haid (Tinjauan Syariat Islam dan Medis). Solo:
Tiga Serangkai.
34. Sudigdo sastroasmoro, Sofyan ismail. Dasar-dasar metodologi penelitian
klinik. Jakarta: universitas Indonesia.
55
CONTOH KUESIONER
INFORMED CONSENT
Bersama ini perkenankanlah saya mohon kesediaan Bapak/Ibu/Saudara
untuk bersedia mengisi daftar pertanyaan penelitian kami sebagaimana terlampir
sesuai dengan keadaan yang sebenarnya atau secara jujur apa adanya. Saya akan
menjamin kerahasiaan identitas dan pendapat /tanggapan dari jawaban Saudari.
Kuesioner ini murni saya gunakan sebagai bahan penelitian tanpa bermaksud
untuk hal-hal yang merugikan.
Adapun tujuan kuesioner saya adalah untuk mengumpulkan data sebagai
bahan penelitian kami selaku karya mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar yaitu untuk
mengetahui hubungan stress dengan kejadian dismenore Pada siswi SMAN 4
Bantimurung.
Tanpa bantuan dan partisipasi Saudari sekalian, penelitian ini tidak akan
sesuai dengan yang diharapkan. Atas bantuan dan kerjasamanya dengan tulus saya
sampaikan terima kasih.
Makassar, 28 Januari 2014
Peneliti
NUR AMALIA IDRUS
56
KUESIONER
A. Data Demografi
No. Responden/ Nama :
Umur :
Alamat :
Kelas :
Nim :
Pendidikan Orang Tua
Ayah :
Ibu :
Pekerjaan Orang Tua
Ayah :
Ibu :
Penghasilan Orang Tua
Ayah :
Ibu :
57
Petunjuk Pengisian:
Berilah tanda bulatan bada jawaban yang anda anggap paling benar.
Pertanyaan tentang dismenorea
GEJALA YANG ANDA ALAMI SEBELUM ATAU SAAT MENSTRUASI
1 Apakah anda merasakan sensasi kram di sertai
kram dengan rasa nyeri pada bagian bawah perut?
Tidak ya
2 Apakah anda mengalami sakit punggung? Tidak Ya
3 Apakah anda rasa pening/pusing ? Tidak Ya
4 Apakah anda rasa mual/muntah ? Tidak Ya
5 Apakah anda rasa sakit kepala? Tidak Ya
6 Apakah anda rasa gelisah/ gemetar? Tidak Ya
7 Apakah anda rasa lelah? Tidak Ya
8 Apakah anda rasa jantung berdebar-debar? Tidak Ya
9 Apakah anda berkeringat banyak? Tidak Ya
10 Apakah anda mengalami perut kembung? Tidak Ya
11 Apakah anda mengalami diare? Tidak Ya
12 Apakah anda rasa nyeri pada payudara ? Tidak Ya
13 Apakah anda mengalami perubahan suasana hati? Tidak Ya
14 Apakah anda mempunyai gejala-gejala yang lain
selain yang di sebutkan di atas
Tidak Ya,
Sebutkan
58
PERTANYAAN TENTANG: GEJALA STRES SAAT MENSTRUASI
1. Apakah anda sering merasakan cemas: seperti
berperasaan buruk dan mudah tersinggung?
Tidak Ya
2. Apakah anda mengalami gangguan tidur? Tidak Ya
3. Apakah mengalami ganggu mood seperti: awalnya
nada menyukai aktivitas yang anda lakukan dan
tiba-tiba menjadi bosan mengerjakannya?
Tidak Ya
4. Apakah anda selalu berpikiran negatif kepada orang
lain?
Tidak Ya
5. Apakah anda sukar bekosentrasi dan daya ingat
anda menurun (gangguan kecerdasan).
Tidak Ya
6. Apakah anda mengalami gangguan Gastrointestinal:
nyeri perut sebelum/sesudah makan, perut kembung,
mual, muntah, BAB lembek, atau susah BAB?
Tidak Ya
7. Apakah jantung anda sering berdebar-debar, dan
merasa nyeri dada(gangguan kardiovaskuler(?
Tidak Ya
8. Apakah Anda mengalami gangguan pernafasan
seperti: sesak nafas atau terasa tercekik?
Tidak Ya
9. Apakah anda serin meraskan nyeri badan Tidak Ya
10. Apakah anda mengalami pengelihatan kabur sampai
tidak sadarakan diri (pingasan).
Tidak Ya
67
RIWAYAT HIDUP
Nama : Nur Amalia Idrus
NIM : 10542019410
Tempat/Tgl lahir : Maros, 14 Maret 1992
Suku/Bangsa : Bugis/Indonesia
Jurusan/Fakultas : Pendidikan Dokter/Kedokteran
Universitas : Universitas Muhammadiyah Makassar
Nama orang Tua
Ayah : Drs. Idrus
Ibu : Dra. Hj. Atiqah
Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan
a. Tahun 1997 - 2003 : SD No. 5 Panjalingan
b. Tahun 2003 - 2006 : SMP Negeri 1 Mandai
c. Tahun 2006 – 2009 : SMA Negeri 1 Mandai
d. Tahun 2010 – sekarang : Universitas Muhammadiyah Makassar
Pengalaman Organisasi
Tim siaga bencana alam TBM (Tim Bantuan Medis) periode 2013 – sampai
sekarang