correlation between stress with incidence of …

79
CORRELATION BETWEEN STRESS WITH INCIDENCE OF DYSMENORRHEA AT SMAN 4 BANTIMURUNG AT MAROS 2014 HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN DISMENORE PADA SISWI SMAN 4 BANTIMURUNG DI KABUPATEN MAROS TAHUN 2014 Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Oleh : NUR AMALIA IDRUS 10542019410 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2014

Upload: others

Post on 21-Mar-2022

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

CORRELATION BETWEEN STRESS WITH INCIDENCE OF

DYSMENORRHEA AT SMAN 4 BANTIMURUNG

AT MAROS 2014

HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN DISMENORE PADA SISWI

SMAN 4 BANTIMURUNG DI KABUPATEN

MAROS TAHUN 2014

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk

Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

Oleh :

NUR AMALIA IDRUS

10542019410

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2014

2

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

TELAH DISETUJUI UNTUK DICETAK DAN DIPERBANYAK

Judul Skripsi :

“HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN DISMENORE

PADA SISWI SMAN 4 BANTIMURUNG DI KABUPATEN

MAROS TAHUN 2014”

MAKASSAR, MARET 2014

Pembimbing,

dr. St. Nurul Resky Wahyuni, M. Kes.

ii

3

PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

MAKASSAR

Skripsi dengan judul “HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN

DISMENORE PADA SISWI SMAN 4 BANTIMURUNG DI KABUPATEN

MAROS TAHUN 2014”, telah diperiksa, disetujui, serta dipertahankan di

hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah

Makassar pada :

Hari/Tanggal : Rabu, 12 Maret 2014

Waktu : 15.00 Wita

Tempat : Ruang Seminar

Ketua Tim Penguji :

(dr. St. Nurul Rezky Wahyuni, M. Kes)

Anggota Tim Penguji :

Anggota I Anggota II

(dr. Suryani Tawali, MPH) (dr. Wiwiek Dewiyanti Habar, Sp. KK., M. Kes)

iii

4

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan Khendaknya

sehinggah penulis bisa menyelesaikan tulisan ini dengan judul Hubungan

Tingkat Stres dengan Kejadian Dismenore di SMAN 4 Bantimurung , salam

dan salawat senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi Besar Muhammad SAW

sebagi Sang Revolusioner sejati yang mampu mengubah peradaban Dunia

menjadi lebih baik, sebagai sang pencerah ummat manusia di bumi ini dan sebagai

sang pembelajar sejati yang setiap saat mampu menciptakan sebuah perubahan

kearah yang lebih baik.

Tulisan ini tercipta dari goresan pena berasal dari sebuah kata demi kata

hingga menjadi sebuah kalimat yang bermanfaat dan akhirnya menjadi sebuah

paragraph demi paragraph dan terbentuk sebuah karya tulis untuk memenuhi salah

satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S. Ked) di program studi

Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar.

Pada kesempatan ini Penulis ingin mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada bunda (Dra. Hj. Atiqah, MM) dan Ayah (Drs. Idrus)

yang selalu menyemangati sepanjang waktu, mendoakan setiap saat, serta

dukungan kepadaku sehingga Penulis mampu menyelesaikan tulisan ini dengan

baik.

Selanjutnya penulis ini mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. Machmud Gasnawi Sp. PA (K) selaku Dekan Program Studi Pendidikan

Dokter Universitas Muhammadiyah Makassar.

iv

5

2. Penasehat Akademik dr. Ummu Kalzum Malik dan Dosen-dosen PSPD

Unismuh Makassar.

3. Kepala SMAN 4 Bantimurung yang telah bersedia membantu saya dalam

pengumpulan data.

4. dr. St. Nurul Resky Wahyuni, M. Kes yang sudah membimbing sampai

penyelesaian skripsi ini.

5. dr. Suryani Tawali. MPH selaku penguji, yang telah memberikan beberapa

arahannya.

6. Ibu Juliani Ibrahim Ph. D selaku dosen metode penelitian yang ikut membantu

memberikan sumbansinya.

7. A. Musyafir B, Drs, MM selaku Kepala sekolah SMAN 4 Bantimurung yang

dengan rendah hati memberi izin untuk memperoleh sampel dari siswi

didiknya.

8. Teman-teman sepembimbingan, Indah Yuliana Sari, Iin Apriani, dan Noni

Mayasari yang saling memberi support.

9. Teman-teman penulis dan semua pihak yang tidak sempat ditulis namanya

satu persatu yang sangat membantu memberikan motivasi kepada penulis

sehingga mampu menyelesaikan skripsi ini.

10. Seluruh Siswi yang bersedia menjadi sampel penelitian SMAN 4 Bantimurung

yang telah menerima penelitian dengan tangan terbuka.

11. Juliany Liambana yang begitu setia menemaniku nyaris setiap malam.

12. Semua pihak yang sudah ikut serta berperan membantu dalam penyelesaian

skripsi ini yang tak bisa saya sebutkan satu persatu. Kiranya Tuhan Yang

v

6

Maha Esa membalas kebaikan mereka.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh

karena itu dengan berbesar hati penulis akan sangat senang menerima kritik dan

saran demi perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini. Harapan penulis semoga

skripsi ini bermanfaat bagi pembaca secara umum dan penulis secara khususnya.

Makassar, Maret 2014

Penulis,

vi

7

SKRIPSI

FACULTY OF MEDICINE

MUHAMMADIYAH MAKASSAR OF UNIVERSITY

FEBRUARY 2014

NUR AMALIA IDRUS / 10542 0194 10

dr. St. Nurul Resky Wahyuni, M. Kes.

(xii + 51 Pages + 2 Attachments)

ABSTRACT CORRELATION BETWEEN STRESS WITH INCIDENCE OF

DYSMENORRHEA AT SMAN 4 BANTIMURUNG AT MAROS IN 2014 Background: Dysmenorrhea is menstrual pain. Dysmenorrhea is caused by one

of the psychological factors and it is psychological factors is stress. stress can

disrupt the endocrine system work so that can cause irregular periods and pain

during menstruation and dysmenorrhea. The incidence of menstrual pain in the

world is very large. On average more than 50% of women in each country

experiencing menstrual pain. The prevalence of dysmenorrhea in Indonesia at

2008 amounted to 64.25% and 54.89% consisted of primary dysmenorrhea and

secondary dysmenorrhea.

Objective : To determine the incidence of stress with dysmenorrhea at SMAN 4

Bantimurung .

Methods: The study was observational analytic with cross sectional, conducted to

determine the correlation of stress with the incidence of dysmenorrhea at SMAN 4

Bantimurung .The population in this study was a class XI student amount 107

people ,taken by purposive sampling. Processing the data using statistical

analysis by SPSS for Windows 16.00 version with chi square test .

Results :The results of the study showed that of the 107 students who experience

stress and disminore as many as 14 people ( 17.5 % ) and the stress but not

dysmenorrhea 66 people ( 82.5 % ) of the variables using a statistical test showed

that the obtained square chis OR = 1.347: 95 % CI = 0.460 to 3.397 ,P = 0.586 (

P < 0.05 ) and there was no relationship between stress and the incidence of

dysmenorrhea.

Conclusion : There is no correlation between stress, but stress is a risk factor for

stress .

Keywords :Stress, Dysmenorrhea, high school student

reference 34 ( 1992-2012 ) . viii

vii

8

SKRIPSI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

FEBRUARI 2014

NUR AMALIA IDRUS / 10542 0194 10

dr. St. Nurul Resky Wahyuni, M. Kes.

HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN DISMENORE PADA SISWI

SMAN 4 BANTIMURUNG DI KABUPATEN MAROS

(xii+ 51 halaman + 2 lampiran)

ABSTRAK

Latar Belakang : Dismenore adalah nyeri pada menstruasi. salah satu penyebab

dismenore adalah faktor psikis dan salah satu faktor psikis adalah stres. Stres

dapat mengganggu kerja sistem endokrin sehingga dapat menyebabkan menstruasi

yang tidak teratur dan rasa sakit saat menstruasi dan dismenore. Angka kejadian

nyeri menstruasi di dunia sangat besar. Rata-rata lebih dari 50% perempuan di

setiap negara mengalami nyeri menstruasi. Prevalensi dismenore di indonesia

tahun 2008 sebesar 64,25% dan terdiri dari 54,89% dismenore primer dan

dismenore sekunder.

Tujuan : Untuk mengetahui hubungan stres dengan kejadian dismenore pada

siswi SMAN 4 Bantimurung.

Metode : Penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional

yang dilakukan untuk mengetahui hubungan stres dengan kejadian dismenore

pada siswi SMAN 4 Bantimurung. Populasi dalam penelitian ini adalah siswi

kelas XI sebanyk 107 orang, diambil secara purposive sampling. analisis dengan

uji statistik Chi Square.

Hasil : Dari hasil penelitian didapatkan bahwa dari 107 siswi yang mengalami

stres dan disminore sebanyak 14 orang (17,5%) dan yang stres tetapi tidak

dismenore 66 orang (82,5%) dari variabel didapatkan bahwa menggunakan uji

statistik chis square didapatkan OR = 1,347 : 95% CI = 0,460 - 3,397, P = 0,586

(P<0,05) dan tidak ada hubungan antara stres dengan kejadian dismenore.

Kesimpulan : Tidak ada hubungan antara stres dengan kejadian dismenore,

namun stres adalah faktor resiko terjadinya stres.

Kata kunci : Dismenore, Stres, siswi SMA

Referensi 34 (1992-2012). ix

viii

9

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................ ii

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ iii

KATA PENGANTAR .................................................................................... iv

ABSTRACT .................................................................................................... vii

ABSTRAK ...................................................................................................... viii

DAFTAR ISI .................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................. 3

C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 3

D. Manfaat Penelitian ............................................................................ 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum tentang Dismenorea ............................................... 5

1. Definisi Dismenorea ................................................................... 5

2. Epidemiologi ............................................................................... 6

3. Etiologi ........................................................................................ 6

4. Patofisiologi ................................................................................ 9

5. Gejala Klinis Dismenorea ........................................................... 12

6. Diagnosis Dismenore .................................................................. 14

7. Penanganan Dismenorea ............................................................. 16

ix

10

B. Tinjauan Umum tentang Stres .......................................................... 17

1. Definisi stres ............................................................................... 17

2. Penggolongan Stres ..................................................................... 19

3. Tingkatan Stres ........................................................................... 20

4. Tahapan Stres .............................................................................. 20

5. Reaksi Terhadap Stres ................................................................. 24

C. Hubungan Stres dengan Dismenore .................................................. 26

D. Kerangka Teori ................................................................................. 28

BAB III KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pemikiran Variabel Penelitian ............................................... 29

B. Kerangka Konsep ............................................................................. 29

C. Variabel Penelitian ........................................................................... 29

D. Hipotesis Penelitian .......................................................................... 29

BAB IV METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian .............................................................................. 30

B. Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................... 30

C. Populasi ............................................................................................ 30

D. Sampel .............................................................................................. 31

E. Besar Sampel .................................................................................... 32

F. Instrumen Penelitian ......................................................................... 32

G. Definisi Operasional ......................................................................... 33

1. Dismenorea ................................................................................ 33

2. Stress .......................................................................................... 33

x

11

H. Managemen Penelitian ..................................................................... 34

1. Metode Pengolahan .................................................................... 34

2. Analisis Data .............................................................................. 35

I. Alur Penelitian Data ......................................................................... 36

J. Etika Penelitian ................................................................................ 36

BAB V HASIL PENELITIAN

A. Hasil Penelitian Data ........................................................................ 37

B. Deskripsi Lokasi Penelitian .............................................................. 37

C. Hasil Analisis Univariat ................................................................... 39

D. Hasil Analisis Bivariat ..................................................................... 43

BAB VI PEMBAHASAN

A. Hubungan Stres dan Kejadian Dismenore ....................................... 44

B. Gejala Menstruasi yang menyebabkan Dismenore .......................... 45

C. Gejala Stres Saat Menstruasi ............................................................ 45

BAB VII KAJIAN ISLAM

A. Pandangan Islam tentang Menstruasi ............................................... 48

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ...................................................................................... 50

B. Saran ................................................................................................. 50

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 51

LAMPIRAN ................................................................................................... 54

xi

12

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 Karakteristik siswi berdasarkan umur .............................................. 36

Tabel 5.2 Karakteristik siswi berdasarkan tingkatan kelas .............................. 36

Tabel 5.3 Karakteristik siswi berdasarkan suku asli ........................................ 37

Tabel 5.4 Karakteristik responden berdasarkan gejala .................................... 37

Tabel 5.5 Karakteristik responden berdasarkan stress ..................................... 38

Tabel 5.6 Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan orang tua ..... 38

Tabel 5.7 Distribusi responden berdasarkan tingkat pekerjaan orang tua ....... 39

Tabel 5.8 Distribusi responden berdasarkan tingkat penghasilan orang tua .... 39

Tabel 5.9 Hubungan stres dengan kejadian dismenore .................................... 40

xii

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke

masa dewasa yang meliputi perubahan biologis, psikologis, dan sosial.

Menurut World Health Organization (WHO) dalam menentukan usia remaja

yaitu antara 12 – 24 tahun.1

Salah satu tanda seorang perempuan telah memasuki masa remaja atau

usia pubertas adalah terjadinya menstruasi. Menstruasi adalah pengeluaran

cairan secara berkala dari vagina selama usia reproduksi.2 Menstruasi biasanya

terjadi pada usia 12 tahun dan berlangsung hingga menopause (pada usia 45 –

55 tahun).3

Gangguan ginekologi pada masa remaja yang sangat sering terjadi

adalah gangguan yang berhubungan dengan siklus menstruasi, pendarahan

uterus disfungsi, yang termasuk di dalamnya adalah dismenore, premenstrual

syndrome, dan hirsutisme. Gangguan yang paling sering terjadi adalah

dismenore.4

Menurut Abidin dalam penelitiannya (2005) bahwa “Angka kejadian

nyeri menstruasi di dunia sangat besar, rata-rata lebih dari 50% perempuan di

setiap negara mengalami nyeri menstruasi”. Pada tahun 2005 sebanyak 75%

remaja wanita di Mesir mengalami dismenore sebanyak 55,3%.5,6 Pada tahun

yang sama di Jepang angka kejadian dismenore primer 46 %, dan 27,3 % dari

penderita absen dari sekolah dan pekerjaannya pada hari pertama menstruasi.7

1

2

Hasil penelitian di China tahun 2010 menunjukkan sekitar 41,9% -

79,4% remaja wanita mengalami dismenore primer. 31,5% -41,9 % terjadi

pada usia 9 – 13 tahun dan57,1% - 79,4% pada usia 14 – 18 tahun.8

Pada tahun 2012 prevalensi dismenore primer di Amerika Serikat pada

wanita umur 12 – 17 tahun adalah 59,7%9. Di Amerika Serikat diperkirakan

hampir 90% wanita mengalami dismenore dan 10-15% diantaranya

mengalami dismenore berat yang menyebabkan mereka tidak mampu

melakukan kegiatan apapun dan ini akan menurunkan kualitas hidup pada

individu masing-masing dan walaupun pada umumnya tidak berbahaya,

namun seringkali dirasa mengganggu bagi wanita mengalaminya. Derajat

nyeri dan kadar gangguan tentu tidak sama untuk setiap wanita.10

Prevalensi dismenore di Indonesia tahun 2008 sebesar 64,25% yang

terdiri dari 54,89% dismenore primer dan 9,36% dismenore sekunder.11

Menurut Hawari pada penelitiannya tahun 2008 mengatakan, “Salah

satu penyebab dismenorea adalah faktor psikis”. Salah satu faktor psikis

tersebut adalah stres.10

Stres merupakan suatu respon individu terhadap

keadaan atau kejadian yang dapat mengancam dan mengganggu kemampuan

seseorang untuk menanganinya.13

Stres dapat mengganggu kerja sistem

endokrin sehingga dapat menyebabkan menstruasi yang tidak teratur dan rasa

sakit saat menstruasi atau dismenorea.14,3

Menurut Wangsa (2010) dalam penelitiannya, “Tingkat insiden

tertinggi dismenorea terjadi pada perempuan yang mempunyai tingkat stres

sedang hingga tinggi dibanding dengan perempuan yang mempunyai tingkat

3

stres rendah. Dismenorea yang terjadi pada perempuan dengan tingkat stres

rendah sebesar 22%, dengan tingkat stres sedang 29% dan perempuan dengan

tingkat stres tinggi sebesar 44%”.15

Levina dan Smolak (2002) menyatakan bahwa 40-70% perempuan yang

mengalami ketidakpuasan dengan kondisi fisiknya, dan hal ini sangat erat

dengan distress emosi.16

dilanjutkan dengan Meayyane pada penelitiannya

pada tahun 2011 mendapatkan 75,7% yang mengalami stres pada siswi SMA

Negeri 1 Padang.

B. Rumusan Masalah

Dari uraian singkat dalam latar belakang masalah di atas memberi dasar

bagi peneliti untuk merumuskan pernyataan penelitian sebagai berikut:

Hubungan antara stress dengan kejadian disminore pada siswi SMAN 4

Bantimurung.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan Umum

Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara stress dengan kejadian

dismenorea pada siswi SMAN 4 Bantinmurung.

Tujuan Khusus

1. Mengetahui kejadian stres yang dialami oleh siswi SMAN 4 Bantimurung.

2. Mengetahui kejadian dismenore yang dialami oleh siswi SMAN 4

Bantimurung.

3. Menganalisa hubungan antara stres dengan kejadian dismenore pada siswi

4

SMAN 4 Bantimurung.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk :

1. Memahami hubungan stres dengan dismenore serta memberikan informasi

kesehatan tentang upaya penanganan dan pencegahan dismenore.

2. Sebagai penambahan wawasan keilmuan serta pengembangan diri peneliti

khususnya dibidang masyarakat.

3. Sebagai informasi pada siswi mengenai stres dan dismenore

4. Sebagai bahan bacaan yang dapat bermanfaat bagi siapa saja terutama bagi

peneliti selanjutnya

5. Sebagai bahan masukan bagi instansi terkait dalam usaha meningkatkan

pengetahuan stres dan dismenore.

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum tentang Dismenore

Gangguan haid ini merupakan suatu gejala yang paling sering

menyebabkan wanita-wanita mudah pergi ke dokter untuk konsultasi dan

pengobatan, dan gangguan ini sifatnya subyektif, berat atau intesitasnya sukar

dinilai. Walaupun frekuensi dismenore cukup tinggi dan penyakit ini sudah

lama dikenal, namun sampai sekarang patogenesisnya belum dapat dipecahkan

dengan memuaskan.15

1. Definisi Dismenore

a. Dismenore adalah sakit di bagian perut yang terjadi sebelum atau

terjadi bersamaan saat menstruasi. Nyeri haid/dismenore merupakan

ketidakseimbangan hormon progesteron dalam darah sehingga

mengakibatkan rasa nyeri timbul, faktor psikologis juga ikut berperan

terjadinya dismenore pada beberapa wanita. Wanita pernah mengalami

dismenore sebanyak 90%. Masalah ini setidaknya mengganggu 50%

wanita masa reproduksi dan 60-85% pada usia remaja, yang

mengakibatkan banyaknya absensi pada sekolah maupun kantor. Pada

umumnya 50-60% wanita diantaranya memerlukan obat-obatan

analgesik untuk mengatasi masalah dismenore ini.10

b. Dismenore merupakan rasa sakit akibat menstruasi yang sangat

menyiksa karena nyerinya luar biasa menyakitkan. Selama dismenore,

terjadi kontraksi otot rahim akibat peningkatan prostaglandin sehingga

5

6

menyebabkan vasospasme dari arteriol uterin yang menyebabkan

terjadinya iskemia dan kram pada abdomen bagian bawah yang akan

merangsang rasa nyeri disaat menstruasi.16

2. Epidemiologi Dismenore

Prevalensi dismenore sulit untuk ditentukan karena terdapat

perbedaan definisi dalam berbagai kondisi dan perbedaan kelompok

studi.Namun, diperkirakan prevelensi dismenore bervariasi dismenore

bervariasi dari 60% hingga 90%.17

3. Etiologi

a. Disminore primer

Dismenore primer adalah nyeri menstruasi yang dijumpai tanpa

kelainan pada alat-alat genital yang nyata. Dismenore primer terjadi

beberapa waktu setelah menarche biasanya setelah 12 bulan atau lebih,

oleh karena siklus-siklus menstruasi pada bulan-bulan pertama setelah

menarche umumnya berjenis anovulatori (tanpa ovulasi, seperti ketika

siklus menstruasi terjadi tanpa pelepasan telur dari ovarium). yang

tidak disertai rasa nyeri. Rasa nyeri timbul sebelumnya atau bersama-

sama dengan permulaan menstruasi dan berlangsung untuk beberapa

jam, walaupun pada beberapa kasus dapat berlangsung beberapa hari.

Sifat rasa nyeri adalah kejang berjangkit-jangkit biasanya terbatas pada

perut bawah, tetapi dapat menyebar ke daerah pinggang dan paha.

Bersamaan dengan rasa nyeri dapat dijumpai rasa mual, muntah, sakit

kepala, diare, iritabilitas, dan sebagainya. Beberapa faktor memegang

7

peranan sebagai penyebab dismenore primer antara lain: faktor

kejiwaan (emosi labil, kelelahan), faktor konstitusi (anemia, penyakit

menahun, TBC), faktor obstruksi kanalis servikalis,faktor endokrin

(peningkatan kadar prosta-glandin, hormon steroid seks, kadar

vasopresin tinggi) dan faktor alergi. Sekitar 10% penderita dismenore

primer tidak dapat mengikuti kegiatan sehari-hari.15,18,19

b. Dismenore Sekunder

Dismenorea Sekunder terjadi pada wanita yang sebelumnya tidak

mengalami dismenore. Hal ini terjadi pada kasus infeksi, mioma

submucosa, polip corpus uteri, endometriosis, retroflexio uteri fixata,

gynatresi, stenosis kanalis servikalis, adanya AKDR, tumor

ovarium.15,18,19

Dismenore sekunder lebih jarang ditemukan dan terjadi pada 25%

wanita yang mengalami dismenore. Dismenore sekunder seringkali

mulai timbul pada usia 20 tahun.

Penyebab dari dismenore sekunder ini adalah :

Endometriosis

Fibroid

Adenomiosis

Peradangan tuba fallopi

Perlengketan abnormal antara organ didalam perut

Pemakaian IUD

Ovarium cyst (kista ovarium)

8

Ovarium torsion (sel telur terpuntir atau terpelintir)

Pelvic congestion syindrome (gangguan sumbatan dipanggul)

Uterie leiomyoma (tumor jinak otot rahim)

Mittelschmer (nyeri saat pertengahan siklus ovulasi)

Psychogenik pain (nyeri psikogenik)

Endometriosis pelvis (jaringan endometrium yang berada di

panggul)

Penyakit radang Panggul kronis

Tumor ovarium, polipendometrium

Kelainan letak uterus seperti retrofleksi, hiperantefleksi, dan

retofleksi terfiksasi

Faktor psikis, seperti takut tidak punya anak, konflik dengan

pasangan, gangguan libido.

Uteri polys (tumor jinak dirahim)

Allen-Marters syndrome (kerusakan lapisan otot di panggul

sehingga pergerakan serviks meningkat abnormal. Sindrom

Masters Allen ditandai dengan: nyeri perut bagian bawah yang

akut, dyspareunia, excessive fatigue, general pelvic pain. Selain itu

dokter juga mempunyai adanya peritoneal inflammation. Semua

penderita memiliki riwayat pernah hamil. Dalam literature,

sindrom ini disebut juga dengan istilah traumatic laceration of

uterine support.20

9

4. Patofisiologi Dismenore

a. Patofisiologi Dismenore Primer

Nyeri menstruasi yang terjadi pada dismenore primer terutama

disebabkan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi hiperkontraktilitas

uterin, kurangnya aliran darah ke uterin, atau terjadi hipersensivitas

saraf tepi.17,9

Terjadi dismenore primer, berhubungan dengan siklus ovulasi

yang normal tanpa disertai kelainan patologi pada panggul yang jelas.

Setelah ovulasi, terjadi penumpukkan asam lemak pada fosfo lipid

membrane sel sebagai respon terhadap progesterone. Kemudian tepat

sebelum menstruasi, terjadi progesterone withdrawal sehingga asam

lemak khususnya asam arakidonat dilepas dan menginisiasi kaskade

prostaglandin dan leukrien dalam uterus. Hal ini kemudian

mencetuskan suatu respon inflamasi yang mediasi oleh prostaglandin

juga menimbulkan gejala sistemik seperti nausea, muntah, perut

kembung dan sakit kepala.17

Diketahui bahwa kebanyakan wanita dengan dismenora primer

melepaskan prostaglandin F2a (PGF2a) yang luar biasa tinggi dalam

cairan menstruasi dan jaringan endometrium. PGF2a yang dilepaskan

ini akan menyebabkan vasokontriksi dan kontraksi miometrium

sehingga terjadi kram. Intesitas kram dan gejala lain yang terjadi saat

menstruasi berbanding lurus dengan kadar progesterone yang

dilepaskan. Perbandingan PGF2a: PGE2 yang abnormal memicu

10

terjadinya dismenore.17

Leukotrien sudah dikenal sebagai faktor yang menyebabkan

hipersensitivitas serabut nyeri pada uterus. Hal ini di kemukakan

ditemukan kadar lekotrien yang meninggi pada wanita dewasa yang

mengalami dismenore. Walaupun peran dan mekanisme leukotrien

dalam peristiwa dismenore masih belum jelas, tetapi substansi ini

merupakan vasokontriktor dan mediator inflamasi yang poten.

Peningkatan produksi leukotrien melalui jalur siklooksigenae (COX)

meningkatkan kemungkinan bahwa tipe dismenore yang tertentu tidak

beresponsi terhadap terapi OAINS.

Vasopresin

Vasopresin merupakan suatu hormon yang dilepaskan oleh

kelenjar pituitary posterior Akan tetapi, peranan vasopressin

menyebabkan dismenore belum diketahui. Dikemukakan bahwa

peningkatan kadar vasopressin saat menstruasi menyebabkan kontraksi

distritmia pada uterus diikuti dengan penurunan aliran darah ke uterus,

dan akhirnya menyebabkan hipoksia pada uterus dan hipersensitivitas

miometrium.20

b. Patofisiologi Dismenore Sekunder

Dismenore sekunder dapat terjadi kapan saja setelah haid

pertama, tetapi yang paling sering muncul di usia 20-30 tahunan, stelah

tahun-tahun normal dengan siklus tanpa nyeri. Peningkatan

prostaglandin dapat berperan pada disminorea sekunder. Namun,

11

terdapat penyakit pelvis yang menyertai. Penyebab yang umum,

diantaranya termasuk endometriosis, adenomyosis, polip endometrium,

chronic pelvic inflammatory disease, dan penggunaan peralatan

kontrasepsi.21

Endometriosis, penyebab umum dismenore sekunder, merupakan

pertumbuhan jaringan endometrium diluar rongga uterus (etopik).

Pertumbuhan jaringan endometrium terutama terjadi pada panggul dan

umumnya pada ovarium. Endometriosis merupakan kelainan yang

estrogen-dependent. Peninggian kadar estrogen mungkin berperan

dalam peningkatan aktivitas COX dan diikuti dengan peningkatan

produksi prostaglandin, Akibat akumulasi estrogen dan prostaglandin,

terjadi suatu proses peradangan yang paten disertai dengan nyeri

panggul. Tingkat rasa nyeri terutama dipengaruhi oleh lokasi dan

kedalaman terjadi implant endometriosis.21

Adenomiosis adalah kondisi lain yang jinak pada uterus dimana

endometrium (membran mukosa yang melapisi bagian dalam uterus)

tumbuh kedalam miometrium (otot uterus yang tepat pada bagian luar

endometrium), sehingga terjadinya dismenore dan menoragia. Etiologi

lain yang seperti dipaparkan diatas yang mengakibatkan suatu distorsi

dan displacement uterus yang normal umumnya juga berhubungan

dengan nyeri panggul kronis, dispareunia dan gangguan dalam

menstruasi.21

12

5. Gejala Klinis Dismenore

a. Gejala Klinis Dismenore Primer

Dismeore primer, timbul sejak haid pertama dan akan pulih

sendiri dengan berjalannya waktu, dengan lebih stabilnya hormon

tubuh atau perubahan posisi rahim setelah menikah atau melahirkan.

Dismenore ini adalah normal, namun dapat berlebihan apabila

dipengaruhi oleh faktor fisik dan psikis seperti stress, shock,

penyempitan pembuluh darah, penyakit yang menahun, kurang darah,

kondisi tubuh yang menurun, atau pengaruh hormon prostaglandine.

Gejala ini tidak membahayakan kesehatan.22

Karakteristik dan faktor yang berkaitan :22

a. Dismenore primer umumnya dimulai 1-3 tahun setelah menstruasi.

b. Kasus ini bertambah berat setelah beberapa tahun sampai usia 23-

27 tahun, lalu mereda.

c. Umumnya terjadi pada wanita yang nulipara; kasus ini kerap

menurun signifikan setelah kelahiran anak.

d. Lebih sering terjadi pada wanita yang obesitas.

e. Dismenore berkaitan dengan aliran menstruasi yang lama.

f. Jarang terjadi pada atlet.

g. Jarang terjadi pada wanita yang memiliki siklus menstruasi yang

tidak teratur.

Faktor resiko dismenorea primer adalah usia saat menarche <12

tahun, nulliparity (belum pernah melahirkan anak), darah menstruasi

13

berjumlah banyak atau masa menstruasi yang panjang, merokok,

adanya riwayat nyeri menstruasi pada keluarga, serta kegemukan.10

Dismenore yang timbul tidak lama sebelum haid atau bersama-sama

dengan permulaan haid dan berlangsung untuk beberapa jam, bahkan

satu hari maupun lebih. Nyeri tersebut terutama dirasakan di daerah

perut bagian bawah, tetapi dapat menjalar ke punggung atau

kepermukaan dalam paha.5

Orang yang mengalami dismenore primer mungkin kelihatan

lemas dan pucat, banyak berkeringat serta merasa sangat tidak enak

badan. Hal lain yang umumnya terjadi adalah mual dan muntah, sakit

kepala, bahkan kadang-kadang bisa pingsan. Selain itu sering timbul

rasa tidak enak ketika buang air kecil dan air besar serta kadang-

kadang disertai diare.5,15

b. Gejala Klinis Dismenore Sekunder

Dismenore sekunder bisa terjadi kapan saja setelah menarke,

umumnya pada wanita setelah usia 25 tahun. Dismenore sekunder

harus dicurigai bila nyeri muncul pada seseorang wanita yang berusia

30-an atau 40-an dan nyeri bersifat unilateral. Sakit yang berhubungan

dengan dismenore sekunder biasanya dimulai beberapa hari 1-2

minggu sebelum timbulnya perdarahan atau menstruasi. Dismenore

sekunder juga disertai dengan gejala ginekologi yang lain seperti

dispareunia, menoragia, perdarahan intermenstrual, infertilitas, dan

perdarahan pasca-koitus, tergantung pada kondisi yang

14

mendasarinya.17

Dismenorea sekunder jarang terjadi sebelum usia 30 tahun dan

lebih sering tampak pada wanita yang berusia lebih dari 35 tahun.

Kadang-kadang rasa nyeri berhubungan dengan penyakit yang

sebenarnya menyerang pinggul yang dikenal dengan endometriosis.

Nyeri kram perut terjadi 2-3 hari sebelum masa haid dimulai. Nyeri

makin hebat di akhir masa perdarahan haid. Pada saat itu, nyerinya

mencapai puncak dan berlangsung selama dua hari atau lebih.5

Dismenore sekunder biasanya baru muncul kemudian, yaitu jika

ada penyakit yang datang kemudian. Penyebabnya adalah kelainan

atau penyakit seperti infeksi rahim, kista atau polip, tumor sekitar

kandungan, atau bisa karena kelainan kedudukan rahim yang menetap.

Ada juga yang disebut dengan endometriosis, yaitu kelainan letak

lapisan dinding rahim yang menyebar keluar rahim, sehingga apabila

menjelang menstruasi, pada saat lapisan dinding rahim menebal, akan

dirasakan sakit yang luar biasa. Selain itu, endometriosis ini juga bisa

mengganggu kesuburan.22

6. Diagnosis Dismenore

a. Diagnosa Dismenore Primer

Dalam mendiagnosis dismenore primer, anamnesa yang cermat

dan pemeriksaan fisik (termasuk pemeriksaan panggul palpasi

rektovaginal) diperlukan untuk menyikirkan keadaan patologi pada

panggul. Tidak ada tes laboratorium yang khusus diperlukan. Tidak

15

adanya pertemuan positif dalam pemeriksaan fisik adalah kunci

diagnosis pada dismenore primer.17

Terapi dengan inhibitor prostaglandin sintetase, kontrasepsi oral,

atau keduanya dapat digunakan untuk tujuan diagnostik apabila

pemeriksa mencurigai suatu kelainan yang merupakan dismenore

primer. Pemeriksaan klinis ini biasanya dilakukan selama tiga sampai

empat bulan; apabila tidak ada perbaikan, evaluasi yang lebih lanjut

diperlukan untuk membedakan dismenore primer dari dismenore

sekunder.17

b. Diagnosa Dismenore Sekunder

Penderita dismenore sekunder tidak mempunyai riwayat nyeri

sebelumnya; riwayat nyeri pertama kali terjadi setelah usia 25 tahun;

perdarahan menstruasi yang berat atau pola haid yang tidak teratur;

sedikit merespon atau langsung tidak berespon terhadap obat anti-

inflamasi non steroid (OAINS), kontraseptif oral, atau keduanya. Di

samping itu, hasil pemeriksaan fisik menunjukkan suatu kelainan

organik.17,15

Permeriksaan radiografi yang paling sering digunakan adalah

ultrasonografi panggul disertai dengan transabdominal dan

transvaginal sebagai pemeriksaan penunjang untuk diagnosis

dismenore sekunder. Histeroskopi dan laparaskopi biasanya dilakukan

sebagai prosedur diagnostik untuk menggolongkan dan mengobati

kelainan yang mendasari dismenore sekunder.17

16

7. Penanganan dismenore

a. Penerangan dan nasehat

Perlu dijelaskan kepada penderita bahwa dismenorea adalah

gangguan yang tidak berbahaya untuk kesehatan. Hendaknya diadakan

penjelasan dan diskusi mengenai cara hidup, pekerjaan, kegiatan, dan

lingkungan penderita. Kemungkinan salah informasi mengenai hal atau

adanya tabu atau takhayul mengenai haid perlu dibicarakan. Nasihat-

nasihat mengenai makanan sehat, istirahat yang cukup, dan olahraga

mungkin berguna. Kadang-kadang diperlukan psikoterapi.17

b. Pemberian obat analgesic

Dewasa ini beredar obat-obat analgesik yang dapat diberikan

sebagai terapi simptomatik. Jika rasa nyerinya berat, diperlukan

istirahat ditempat tidur dan kompres panas pada perut bawah untuk

mengurangi penderitaan.17

Obat analgesik yang sering diberikan adalah preparat kombinasi

aspirin, fenasetin, dan kafein. Obat-obat yang beredar di pasaran ialah

antara lain novalgia, Postan, acet- aminopen dan sebagainya.17,16

c. Terapi hormonal

Pil kontrasepsi efektif untuk mengurangi dismenore. Hormon-

hormon yang ada dalam pil tersebut efektif menghalangi terjadinya

ovulasi sehingga menghalangi terbentuknya progesteron dan

menghentikan pembuatan prostaglandin.15

Pengobatan dismenore sekunder harus disesuaikan dengan

17

penyebabnya misalnya dengan laparoskopi, cyctectomi, miomektomi,

histeroskopi polipektomi, histerektomi, dan presakral neurektomi.15

B. Tinjauan Umum tentang Stres

1. Definisi Stres

Stress adalah keadaan internal yang dapat diakibatkan oleh tuntutan

fisik dari tubuh (Kondisi penyakit, latihan dan lain-lain sebagainya) atau

kondisi lingkungan dan sosial yang dinilai potensial membahayakan, tidak

terkendali atau melebihi kemampuan individu untuk melakukan

coping.23,24,25

Menurut Hawari dalam Sriati mengatakan bahwa stres menurut Hans

Selye merupakan respon tubuh yang sifatnya nonspesifik terhadap setiap

tuntutan beban atasnya. Stresor psikososial adalah setiap

keadaan/peristiwa yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan

seseorang, sehingga seseorang itu terpaksa mengadakan

adaptasi/penyesuaian diri untuk menanggulanginya. Namun, tidak semua

orang mampu melakukan adaptasi dan mengatasi stressor tersebut,

sehingga timbulah keluhan-keluhan antara lain stres.26

Stresor diketahui merupakan faktor etiologi dari banyak penyakit.

Salah satunya menyebabkan stres fisiologis yaitu gangguan pada

menstruasi.17

Kebanyakan wanita mengalami sejumlah perubahan dalam pola

menstruasi selama masa reproduksi. Dalam pengaruhnya terhadap pola

menstruasi, stres melibatkan sistem neuroendokrinologi sebagai sistem

18

yang besar peranannya dalam reproduksi wanita.26

Stres diawali dengan reaksi waspada (alarm reaction) terhadap

adanya ancaman, yang ditandai oleh proses tubuh secara otomatis, seperti :

meningkatnya denyut jantung, yang kemudian di ikuti dengan reaksi

penolakan terhadap stressor dan akan mencapai tahap kehabisan tenaga

(exhaustion) jika individu merasa tidak mampu untuk terus bertahan.25

Stres juga adalah suatu kejadian atau stimulus lingkungan yang

menyebabkan individu merasa tegang. Dikatakan bahwa stres mengacu

pada peristiwa yang dirasakan membahayakan kesejahteraan fisik dan

psikologis seseorang. Situasi ini disebut sebagai penyebab stres dan reaksi

individu terhadap situasi stres ini disebut respon stres.25

Stres diartikan atas beberapa pengertian sebagai berikut:

1. Stimulus, yaitu stres merupakan kondisi atau kejadian tertentu yang

menimbulkan stres atau di sebut juga dengan stressor.

2. Respon, yaitu stress merupakan suatu respon atau reaksi individu yang

muncul karena adanya situasi tertentu yang menimbulkan stres.

Respon yang muncul karena adanya situasi tertentu yang menimbulkan

stress. Respon yang muncul dapat secara fisiologis seperti : jantung

berdebar, gemetar dan pusing serta psikologis, seperti : takut, cemas,

sulit berkonsentrasi dan mudah tersinggung.

3. Proses, yaitu stres di gambarkan sebagai suatu proses dimana individu

secara aktif dapat mempengaruhi dampak stres melalui strategis

tingkah laku.25,26

19

Berdasarkan berbagai definisi di atas, maka dapat di ambil

kesimpulan bahwa stres adalah yang disebabkan oleh adanya tuntutan

internal maupun eksternal (stimulus) yang dapat membahayakan, tidak

terkendali atau melebihi kemampuan individu akan bereaksi baik secara

fisiologis maupun secara psikologis (respon) dan melakukan usaha-usaha

penyusaian diri terhadap situasi tersebut (proses).26

2. Penggolongan Stres

Stres di golongkan menjadi dua golongan. Penggolongan ini di

dasarkan atas persepsi individu terhadap stres yang dilaminya :25

a. Distres (stres negative)

Distres merupakan stres yang merusak atau bersifat tidak

menyenangkan. Stres dirasakan sebagai suatu keadaan dimana individu

mengalami rasa cemas. Ketakutan, khawatir, atau gelisah, sehingga

individu mengalami keadaan psikolgis yang negatif, menyakitkan, dan

timbul keinginan untuk menghindarinya.25

b. Eustres (stres positif)

Eustres bersifat menyenangkan dan merupakan pengalaman yang

memuaskan. Eustres dapat meningkatkan kesiagaan mental,

kewaspadaan, kognisi, dan performasi individu. Eustres juga dapat

meningkatkan motivasi individu untuk menciptakan sesuatu, misalnya

menciptakan karya seni.25,19

20

3. Tingkatan Stres

Tingkatan stres adalah:

1. Stres ringan yaitu stressor yang dihadapi secara teratur dan umumnya

dirasakan oleh setiap orang misalnya lupa dan kecemasan.

2. Stres sedang yaitu stres yang terjadi lebih lama, dari beberapa jam

sampai beberapa hari misalnya permasalahan keluarga.

3. Stres berat yaitu stress kronik yang terjadi beberapa minggu sampai

beberapa tahun misalnya kesulitan financial dan penyakit fisik yang

lama.27

4. Tahapan Stres

Hawari dan Sriati mengatakan bahwa Dr. Robert J.an Amberg dalam

penelitiannya membagi tahapan-tahapan stres sebagai berikut :

1. Stres tahap I

Tahapan ini merupakan tahapan stres yang paling ringan dan

biasanya disertai dengan perasaan-perasaan sebagai berikut:

a. Semangat bekerja besar, berlebihan (over acting).

b. Penglihatan “tajam” tidak sebagaimana biasanya.

c. Merasa mampu menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya,

namun tanpa disadari cadangan energi semakin menipis.26

2. Stres tahap II

Dalam tahapan ini dampak/respon terhadap stresor yang semula

menyenangkan sebagaimana diuraikan pada tahap I di atas mulai

menghilang dan timbul keluhan-keluhan yang disebabkan karena

21

cadangan energi yang tidak lagi cukup sepanjang hari, karena tidak

cukup waktu untuk beristirahat. Istirahat yang dimaksud antara lain

dengan tidur yang cukup, bermanfaat untuk mengisi atau memulihkan

cadangan energi yang mengalami defisit.26

Keluhan-keluhan yang

sering dikemukakan oleh seseorang yang berada pada stres tahap II

adalah sebagai berikut:

a. Merasa letih sewaktu bangun pagi yang seharusnya merasa segar.

b. Merasa mudah lelah sesudah makan siang.

c. Lekas merasa lelah menjelang sore hari.

d. Sering mengeluh lambung/perut tidak nyaman (bowel discomfort).

e. Detakan jantung lebih keras dari biasanya (berdebar-debar).

f. Otot-otot punggung dan tengkuk terasa tegang

g. Tidak bisa santai.26

3. Stres Tahap III

Apabila seseorang tetap memaksakan diri dalam pekerjaannya

tanpa menghiraukan keluhan-keluhan pada stres tahap II, maka akan

menunjukkan keluhan-keluhan yang semakin nyata dan mengganggu,

yaitu:

a. Gangguan lambung dan usus semakin nyata; misalnya keluhan

maag, buang air besar tidak teratur (diare).

b. Ketegangan otot-otot semakin terasa.

c. Perasaan ketidaktenangan dan ketegangan emosional semakin

meningkat.

22

d. Gangguan pola tidur (insomnia), misalnya sukar untuk mulai

masuk tidur (early insomnia) atau terbangun tengah malam dan

sukar kembali tidur (middle insomnia) atau bangun terlalu pagi

atau dini hari dan tidak dapat kembali tidur (late insomnia).

e. Koordinasi tubuh terganggu (badan terasa akan jatuh dan serasa

mau pingsan).26

Pada tahapan ini seseorang sudah harus berkonsultasi pada dokter

untuk memperoleh terapi, atau bisa juga beban stres hendaknya

dikurangi dan tubuh memperoleh kesempatan untuk beristirahat guna

menambah suplai energi yang mengalami defisit.26

4. Stres Tahap IV

Gejala stres tahap IV, akan muncul:

a. Untuk bertahan sepanjang hari saja sudah terasa amat sulit.

b. Aktivitas pekerjaan yang semula menyenangkan dan mudah

diselesaikan menjadi membosankan dan terasa lebih sulit.

c. Yang semula tanggap terhadap situasi menjadi kehilangan

kemampuan untuk merespons secara memadai (adequate).

d. Ketidakmampuan untuk melaksanakan kegiatan rutin sehari-hari

e. Gangguan pola tidur disertai dengan mimpi-mimpi yang

menegangkan. Seringkali menolak ajakan (negativism) karena tiada

semangat dan kegairahan.

f. Daya konsentrasi daya ingat menurun.

g. Timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang tidak dapat

23

dijelaskan apa penyebabnya.26

5. Stres Tahap V

Bila keadaan berlanjut, maka seseorang itu akan jatuh dalam stres

tahap V, yang ditandai dengan hal-hal sebagai berikut:

a. Kelelahan fisik dan mental yang semakin mendalam (physical dan

psychological exhaustion).

b. Ketidakmampuan untuk menyelesaikan pekerjaan sehari-hari yang

ringan dan sederhana.

c. Gangguan sistem pencernaan semakin berat (gastrointestinal

disorder).

d. Timbul perasaan ketakutan, kecemasan yang semakin meningkat,

mudah bingung dan panik.26

6. Stres Tahap VI

Tahapan ini merupakan tahapan klimaks, seseorang mengalami

serangan panik (panic attack) dan perasaan takut mati. Tidak jarang

orang yang mengalami stres tahap VI ini berulang dibawa ke Unit

Gawat Darurat bahkan ICCU, meskipun pada akhirnya dipulangkan

karena tidak ditemukan kelainan fisik organ tubuh. Gambaran stres

tahap VI ini adalah sebagai berikut:

a. Debaran jantung teramat keras.

b. Susah bernapas (sesak dan megap-megap).

c. Sekujur badan terasa gemetar, dingin dan keringat bercucuran.

d. Ketiadaan tenaga untuk hal-hal yang ringan.

24

e. Pingsan atau kolaps (collapse).26

Bila dikaji maka keluhan atau gejala sebagaimana digambarkan di

atas lebih didominasi oleh keluhan-keluhan fisik yang disebabkan oleh

gangguan faal (fungsional) organ tubuh, sebagai akibat stresor

psikososial yang melebihi kemampuan seseorang untuk

mengatasinya.26

5. Reaksi terhadap Stres

a. Aspek Biologi

Deskripsi mengenai bagaimana reaksi tubuh terhadap suatu

peristiwa yang mengancam. Reaksi tersebut di sebut sebagai fight-or-

flight response karena respon fisiologi mepersiapkan individu untuk

menghadapi atau menghindari situasi yang mengancam tersebut.

Fight-or-flight response menyebabkan individu dapat berespon dengan

cepat terhadap situasi yang tinggi terus menerus muncul dapat

membahayakan kesehatan individu. Adapun reaksi fisiologi terhadap

stressor antara lain:28

1. Alarm Reaction

Tahapan pertama ini mirip dengan fight-or-flight response.

Pada tahap ini arousal yang terjadi pada tubuh organisme berada

dibawah normal yang untuk selanjutnya meningkat diatas normal.

Pada akhir tahapan ini. Tubuh melindungi organisme terhadap

stressor. Tapi tubuh tidak dapat mempertahankan intesitas aurosal

dari alarm reation dalam waktu yang sangat lama.28,24

25

2. Stage of resistance

Arousal masih tinggi, masih terus bertahan untuk melawan

dan beradaptasi dengan stresor. Respon fisiologi menurun, tetapi

masih tetap lebih tinggi dibandingkan dengan kondisi normal.28

3. Stage of Exhoustion

Respon fisiologi berlangsung. Hai ini dapat melemahkan

sistem kekebalan tubuh dan menguras energi tubuh. Sehingga

terjadi kelelahan pada tubuh. Stresor yang terus terjadi kelelahan

terhadap tubuh. Stresor yang terus terjadi akan mengakibatkan

penyakit dan kerusakan fisiologis dan dapat menyebabkan

kematian.28

b. Aspek Psikologi

Reaksi psikologi terhadap stres dapat meliputi :

1. Kognisi

Stres dapat melemahkan ingatan dan perhatian dalam

aktivitas kognitif. Stresor berupa kebisingan dapat menyebabkan

deficit kognitf pada anak-anak. Kognisi juga dapat berpengaruh

dalam stres. Individu yang terus menerus memikirkan stressor

dapat menimbulkan stres yang lebih parah terhadap stressor.28

2. Emosi

Emosi cenderung terkait dengan stres, Individu sering

menggunakan keadaan emosional untuk mengevaluasi stress.

Proses penilaian kognitif dapat mempengaruhi stres dan

26

pengalaman emosinal. Reaksi emosional terhadap stres yaitu rasa

takut, depresi, perasaan sedih, dan rasa marah.28,25

3. Perilaku Sosial

Stres dapat mengubah perilaku individu terhadap orang

lain. Individu dapat berprilaku positif maupun negatif. Bencana

alam dapat membuat individu berperilaku lebih kooperatif, dalam

situasi lain, individu dapat mengembangkan sikap bermusuhan.

Stress yang diikuti dengan rasa marah menyebabkan prilaku sosial

negatif cenderung meningkat sehingga dapat menimbulkan

perilaku agresif. Stres juga dapat mempengaruhi perilaku

membantu pada individu.28

C. Hubungan Stress dengan Dismenore

Stres merupakan suatu respon alami dari tubuh kita ketika mengalami

tekanan dari lingkungan. Dampak dari stres beraneka ragam, dapat

mempengaruhi kesehatan mental maupun fisik. Salah satu dampak dari stres

terhadap kesehatan adalah dismenore.14

Stresor diketahui merupakan faktor etiologi dari banyak penyakit. Salah

satunya menyebabkan stres fisiologis yaitu gangguan pada menstruasi.

Kebanyakan wanita mengalami sejumlah perubahan dalam pola menstruasi

selama masa reproduksi. Dalam pengaruhnya terhadap pola menstruasi, stress

melibatkan sistem neuroendokrinologi sebagai sistem yang besar peranannya

dalam reproduksi wanita.26

Istilah stres berasal dari istilah latin stingere yang mempunyai arti

27

ketegangan dan tekanan. Stres merupakan suatu tekanan yang muncul karena

tingginya tuntutan lingkungan kepada seseorang sehingga orang tersebut perlu

beradaptasi atau menyesuaikan diri.14,26

Saat seseorang mengalami stres terjadi respon neuroendokrin sehingga

menyebabkan Corticotrophin Releasing Hormone (CRH) yang merupakan

regulator hipotalamus utama menstimulasi sekresi Adrenocorticotrophic

Hormone (ACTH). ACTH akan meningkatkan sekresi kortisol adrenal.

Hormon-hormon tersebut menyebabkan sekresi Follicle Stimulating Hormone

(FSH) dan Luteinizing Hormone (LH) terhambat sehingga perkembangan

folikel terganggu. Hal ini menyebabkan sintesis dan pelepasan progesteron

terganggu. Kadar progesteron yang rendah meningkatkan sintesis

prostaglandin F2ά dan E2.Ketidakseimbangan antara prostaglandin F2ά dan

E2dengan prostasiklin (PGI2) menyebabkan peningkatan aktivasi PGF2ά.

Peningkatan aktivasi menyebabkan iskemia pada sel-sel miometrium dan

peningkatan kontraksi uterus. Peningkatan kontraksi yang berlebihan

menyebabkan dismenore.14,32

28

D. Kerangka Pikir

Sumber : Wangsa, T. 2010. Menghadapi stres dan depresi(14,),, Sriati Aat. 2008.

Tinjauan tentang stres(26), Hendrik, H. 2006 problema haid.(32) 28

Stres yang paling ringan

Cadangan energi

Suplai energi mengalami

defisit

Kehilangan kemampuan

merespon

Kelalahan fisik

Tahapan klimaks

Stres

Respon neuroendokrin

CRH

ACT

Sekresi Kortisol adrena

Progesteron terngganggu

Prostaglandin F2a & E2 tersintesis

Peningkatan Aktivitas PGF@a

Kotraksi uterus Dismenore

29

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pemikiran Variable Penelitian

Pada penelitian ini akan dikaji tentang hubungan stres dengan dismenore

pada siswi SMAN 4 Bantimurung. Variabel independen adalah stres

sedangkan variabel dependennya pada penelitian ini adalah dismenore.

B. Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

C. Variabel Penelitian

1. Variabel Independen

Variabel Independen dalam penelitian ini adalah Stress.

2. Variabel Dependen

Variabel Dependen dalam penelitian ini adalah Dismenorea.

D. Hipotesis Penelitian

1. Hipotesis Nol (H0)

Tidak ada hubungan stres dengan kejadian dismenore pada siswi SMAN 4

Bantinmurung.

2. Hipotesis Alternative (H1)

Ada hubungan antara stres dengan kejadian dismenore pada siswi SMAN

4 Bantinmurung.

STRES DISMENORE

29

30

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan

pendekatan potong-lintang (cross-sectional) untuk mengetahui hubungan stres

dengan kejadian dismenore pada siswi SMAN 4 Bantimurunng. Sampel

penelitian ini disajikan beberapa pertanyaan dengan menggunakan koesioner

untuk mengetahui banyak hal dari beberapa data yang diperoleh.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di SMAN 4 Bantinmurung Maros.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dalam pengambilan data dilaksanakan pada bulan Januari-

Februari 2014.

C. Populasi

1. Populasi Target

Seluruh siswi sekolah Menengah Atas di Maros.

2. Populasi terjangkau

Siswi kelas XI IPA 1 dan 4 serta siswi IPS 1, 2, 3 dan 4 SMAN 4

Bantimurung.

30

31

D. Sampel

1. Cara pengambilan sampel

Sampel penelitian ini adalah murid SMA kelas XI dari sekolah

yang sudah dipilih. Sampel yang diambil sebagai subjek adalah yang

memenuhi kriteria diatas, dalam hal ini sampel dipilih dengan cara non

propability sampling yakni purposive sampling, dimana setiap yang

memenuhi kriteria penelitian dimasukkan dalam penelitian sampai kurun

waktu tertentu.

2. Kriteria Inklusi

Kriteria Inklusi merupakan persyaratan umum yang harus dipenuhi

oleh subyek penelitian/populasi agar dapat diikutsertakan dalam

penelitian:

a. Siswi kelas XI yang berada di SMAN 4 Bantimurung

b. Siswi yang sedang atau sudah pernah mengalami menstruasi

c. Usia 15-20 tahun

3. Kriteria Ekslusi

a. Siswi belum mengalami menarke atau sedang hamil

b. Tidak bersedia mengisi kuesioner secara lengkap

c. Tidak bersedia menjadi responden

d. Dibawah usia 15 atau di atas usia 20 tahun

e. Responden yang mengalami dismenore sekunder

f. Responden X dan XII

32

E. Besar Sampel

Perhitungan besar sampel dengan jumlah populasi sebanyak siswi

dihitung menggunakan rumus menurut Notoadmodjo:32 31

n = 𝑍 𝛼2 𝑃𝑄

𝑑2

α= tingkat kemaknaan (ditetapkan)

d= tingkat ketepatan absolut yang dikehendaki (ditetapkan)

p= proporsi penyakit atau keadaan yang akan dicari , p > 0,10 atau < 0,90.33

P = 0,50; Zα = 1,96 ; d = 0,10

Dengan memakai rumus diatas maka diperoleh jumlah sampel minimal

adalah sebanyak 97 orang.

F. Instrumen Penelitian

1. Data Primer

a. Wawancara: Wawancara menggunakan kuesioner, dilakukan untuk

menggali berbagai informasi terkait dengan variabel stres. Daftar

pertanyaan dirancang untuk menggali informasi sebelum pengambilan

data survei mengenai dismenore.

b. Metode Observasi: Observasi dilakukan oleh peneliti secara formal

dan informal untuk mengamati keadaan lingkungan fisik dan sosial

siswi, lokasi penelitian, serta mengamati perilaku siswi yang terkait

dengan gejala-gejala kejadian dismenore guna mendapatkan informasi.

2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh melalui catatan administrator SMAN 4

Bantinmurung.

33

G. Definisi Operasional

1. Dismenore

Definisi : Dismenore adalah nyeri bagian perut bawah menyebar

ke pinggang dan paha pada sebelum, atau pada saat

menstruasi pada siswi SMAN 4 Bantimurung.

Alat Ukur : Dengan menggunakan Kuesioner

Cara Ukur : Dengan menanyakan kepada responden 14 pertanyaan

yang berkaitan dengan gejala menstruasi yang

menyebabkan dismenore dan menilai apakah responden

dismenore atau tidak dismenore, dengan memberi skor

maksimal 2 dan minimal 1.

Kriteria Objektif :

a. Disminore (jika responden dengan skor > 14)

b. Tidak disminore jika responden dengan skor < 14

Skala Pengukuran : skala ordinal

2. Stres

Definisi : Perubahan fisik maupun mental yang

mempengaruhi kondisi menjadi sensitif.

Alat Ukur : Dengan menggunakan kuesioner

Cara Ukur : Dengan menanyakan kepada responden 10

pertanyaan yang berkaitan dengan gejala-gejala

stres dan menilai apakah responden mengalami

34

stres atau tidak stres, dengan memberi skor

maksimal 2, dan skor minimal 1.

Skala Pengukuran : Skala ordinal

Kriteria Objektif :

a. Stres (mengalami gejala-gejala yang terdapat

dalam pertanyaan kuesioner dan responden

dengan skor > 10).

b. Tidak stres (Jik respoden dengan skor < 10)

H. Managemen Penelitian

1. Metode Pengolahan

Dalam proses pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan

beberapa langkah yang harus ditempuh, diantaranya:

a. Editing

Memeriksa kembali data-data yang telah dikumpulkan apakah ada

kesalahan atau tidak.

b. Coding

Pemberian nomor-nomor kode atau bobot pada jawaban yang bersifat

kategori.

c. Tabulating

Kegiatan tabulating dalam penelitian meliputi pengelompokkan data

sesuai dengan tujuan penelitian kemudian di masukkan ke dalam tabel-

tabel yang telah ditentukan berdasarkan kuesioner yang telah

ditentukan skornya.

35

d. Transfering

Pemindahan data menurut jenisnya kedalam master tabel.

e. Cleaning

Cleaning dilakukan agar tidak terjadi kesalahan dalam memasukkan

data yang dapat mengakibatkan data tersebut menjadi ganda atau salah

dalam interpretasi.

f. Entry

Memasukkan data yang telah didapat kedalam program yang

digunakan untuk mengolah data menggunakan computer atau

perangkat lunak yang sesuai.

Penyusunan / perhitungan data berdasarkan variabel yang diteliti.

2. Analisa Data

a. Analisa Univariat

Analisa univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian.

Dengan menggunakan distribusi frekuensi untuk mengetahui gambaran

terhadap variabel yang diteliti.

b. Analisa Bivariat

Menggunakan analisa bivariat yaitu untuk mengetahui hubungan

antara stress dengan kejadian dismenore, data yang diperoleh diolah

dengan menggunakan SPSS for Windows version 16.0 selanjutnya

dianalisa dengan uji statistik Chi square .

36

I. Alur Penelitian

Alur Penelitian

J. Etika Penelitian

1. Sebelum melaksanakan penelitian ini, disertakan surat izin penelitian yang

diketahui oleh Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah

Makassar dan disetujui oleh pihak atau kepala sekolah tempat mengambil

data.

2. Setiap subyek akan dijamin kerahasiaan atas identitas yang diberikan.

Pengisian Kuesioner

Populasi : siswi kelas XI SMAN

4

Purposive

Sampling

sampel : siswi

kelas XI SMAN 4

Bantimurung yang

memenuhi kriteria

inklusi sebanyak

107 siswi

Pengolahan

data dan

analisis data “

uji Chi Squre”

Hasil

37

BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Hasil Penelitian

Telah dilakukan penelitian tentang Hubungan Stres dengan Kejadian

Dismenore pada siswi SMAN 4 Bantimurung Periode Januari-Februari 2014.

Sampel yang diambil yaitu siswi kelas XI, yaitu XI IPA 1 dan 4 serta XI IPS

1, 2, 3, dan 4 yang memenuhi kriteria inklusi, dimana didapatkan 107 sampel

siswa.

Pengumpulan data dilakukan dengan cara turun ke sekolah yang

bersangkutan dan melakukan pembagian kuesioner untuk mengetahui data

demografi responden yang terdiri dari nama, umur, kelas dan data sosio-

ekonomi responden yang kelak akan digunakan untuk kelanjutan penelitian

nantinya.

Setiap siswa diberikan kuesioner untuk diisi dan dikumpul pada hari itu

juga. Setelah data terkumpul, selanjutnya disusun dalam tabel induk (master

tabel) dengan program komputer. Dari tabel induk kemudian dipindahkan ke

dalam program analisis dan selanjutnya diolah lalu disajikan dalam bentuk

tabel. Adapun hasil yang didapatkan adalah sebagai berikut:

B. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Identitas Sekolah

Nama Sekolah : SMA Negeri 4 Bantimurung

a. Kepala Sekolah : A. MUSYAFIR B, Drs, MM

37

38

b. Alamat Sekolah : Pakalu – Bantimurung

Provinsi : Sulawesi Selatan 37

Kabupaten/Kota : Maros

Kecamatan : Bantimurung

Kelurahan : Kalabbirang

Jalan : Pakalu Poros Bantimurung

Kode Pos : 90561

Telepon / Fax : (0411) 388 4070, 388 0057

E-Mail / : [email protected]

SMAN 4 Batimurung adalah sekolah yang disebut sekolah kupu-kupu

yang berada di Jl. poros Bantimurung kabupaten Maros yang terdiri dari 24

kelas, setiap tingkatan ada 8 kelas, khusus kelas XI dan XII masing-masing

terdiri atas 4 kelas IPA dan IPS dengan statistik :

1. Kelas X berjumlah 112 orang perempuan dan 159 orang laki-laki.

2. Kelas XI berjumlah 191 orang perempuan dan 81 orang laki-laki.

3. Kelas XII berjumlah 159 orang perempuan dan 78 orang laki-laki.

SMA Negeri 4 Bantimurung Maros adalah sekolah menengah yang

didirikan pada tahun 1989 yang saat ini terdiri dari 24 rombongan belajar,

serta SMAN 4 Bantimurung ini adalah Sekolah Adiwiyata yang memiliki

pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. sedangkan sarana

dan prasarana yang dimiliki SMA ini diantaranya laboratorium IPA, Bahasa

dan peralatan TIK.

39

C. Hasil Analisis Univariat

Karakteristik Responden

Tabel 5.1 Karakteristik siswi berdasarkan Umur

Umur n = 107 Persentase (%)

15 tahun 10 9,3

16 tahun 78 72,9

17 tahun 19 17,8

TOTAL 107 100,0

Sumber: Data Primer tahun 2014

Berdasarkan tabel di atas, dapat kita lihat distribusi umur pada 107 siswi,

dimana suku asli terbanyak adalah dari bugis, Makassar sebanyak 73 siswi

(68,2%), kemudian diikuti dari Makassar sebanyak 22 siswi (20,6%), dan dari

china/bugis, duri, Jawa, dan Toraja sebanyak 1 siswi (9%).

Tabel 5.2 Karakteristik siswi berdasarkan tingkatan kelas

Kelas n = 35 Persentase (%)

XI IPA 1

XI IPA 4

XI IPS 1

XI IPS 2

XI IPS 3

XI IPS 4

17

24

13

18

14

21

15,9

22,4

12,1

16.8

13,1

19,6

TOTAL 107 100,0

Sumber: Data Primer tahun 2014

Berdasarkan tabel di atas, dapat lihat distribusi kelas pada 107 siswi,

dimana kelas terbanyak adalah kelas XI IPA 4 sebanyak 24 siswi (22,4%),

kemudian diikuti dengan kelas XI IPS 4 sebanyak 21 siswi (19,6%), setelah

itu dari kelas XI IPS 2 sebanyak 18 siswi (16,8%), kelas XI IPA 1 sebanyak

17 siswi (15,9%), dan kelas XI IPS 1 sebanyak 13 siswi (12,1%).

40

Tabel 5.3 Karakteristik siswi berdasarkan suku asli

Suku Asli n = 107 Persentase (%)

Bugis

Bugis, Makassar

China/Bugis

Duri

Jawa

Makassar

Toraja

8

73

1

1

1

22

1

7,5

68,2

9

9

9

20,6

9

TOTAL 107 100,0

Sumber: Data Primer tahun 2014

Berdasarkan tabel di atas, dapat kita lihat distribusi umur pada 107 siswi,

dimana suku asli terbanyak adalah dari Bugis, Makassar sebanyak 73 siswi

(68,2%), kemudian diikuti dari Makassar sebanyak 22 siswi (20,6%), dan dari

china/bugis, duri, Jawa, dan Toraja sebanyak 1 siswi (9%).

1. Dismenore

Tabel 5.4. Karakteristik responden berdasarkan Gejala

Gejala Dismenore n = 107 Persentase (%)

Dismenore

Tidak dismenore

20

87

18,7

81,3

TOTAL 107 100,0

Sumber: Data Primer tahun 2014

Dari tabel di atas, dapat kita lihat karakteristik gejala dismenore pada

107 siswi yang terbanyak adalah tidak mengalami gejala dismenore

sebanyak 87 siswi (81,3%), kemudian yang mengalami gejala dismenore

sebanyak 20 siswi (18,7%).

41

2. Stress

Tabel 5.5 Karakteristik Responden berdasarkan stres

Tingkat Stres n = 107 Persentase (%)

Stres

Tidak stres

80

27

74,8

25,2

TOTAL 107 100

Sumber: Data Primer tahun 2014

Dari tabel di atas, dapat kita lihat karakteristik tingkat stres pada 107

siswi yang terbanyak adalah mengalami stres sebanyak 80 siswi (74,8%),

kemudian yang tidak mengalami disminore sebanyak 27 siswi (25,2%).

Karakteristik Responden berdasarkan Sosial Ekonomi Orang tua

Tabel 5.6 Distribusi Tingkat Pendidikan Terakhir Orang Tua

Pendidikan Orang Tua n=107 Persentase (%)

Pendidikan Ayah Sekolah (Tamat SD, tamat SMP, tamat

SMA, dan S1 sederajat)

Tidak sekolah

104

3

96,3

2,8

Pendidikan Ibu Tamat SD, tamat SMP, tamat SMA, dan

S1 sederajat

103

4

96,3

3,7

Sumber: Data Primer tahun 2014

Berdasarkan tabel di atas, dapat kita lihat distribusi tingkat pendidikan

terakhir ayah yang terbanyak pada 107 siswi, yaitu “Tamat SD, tamat

SMP, tamat SMA, dan S1 sederajat” sebanyak 104 siswi (96,3%), dan

“tidak sekolah” sebanyak 3 siswi (2,8%).

Dan pada pendidikan terakhir ibu yang terbanyak yaitu “Tamat SD,

tamat SMP, tamat SMA, dan S1 sederajat” sebanyak 103 siswi (96,3%),

dan “tidak sekolah” sebanyak 4 siswi (3,7%).

42

Tabel 5.7 Distribusi Responden berdasarkan tingkat pekerjaan

orang tua

Pekerjaan Orang Tua n = 107 Persentase (%)

Pekerjaan Ayah Bekerja 100 93,5

Tidak bekerja 7 6,5

Pekerjaan Ibu Bekerja 20 18,7

Tidak bekerja 87 81,3

Sumber: Data Primer tahun 2014

Berdasarkan tabel di atas, dapat kita lihat distribusi tingkat pekerjaan

ayah yang terbanyak pada 107 siswi, yaitu “bekerja” sebanyak 100 siswi

(93,5%), dan “tidak bekerja” sebanyak 7 siswi (6,5%).

Dan pada tingkat pekerjaan ibu yang terbanyak yaitu “ tidak bekerja”

sebanyak 87 siswi (81,3%), dan “ bekerja” sebanyak 20 siswi (18,7%).

Tabel 5.8 Distribusi Responden berdasarkan tingkat penghasilan

orang tua

Tingkat Penghasilan n = 107 Persen (%)

Penghasilan Ayah < Rp.600.000,00 – 1.200.000,00 50 46,7

> Rp. 1.200.000,00 57 53,3

Penghasilan Ibu < Rp 600.000,00 – 1.200.000.00 88 82,2

> 1.200.000,00 19 17,8

Sumber: Data Primer tahun 2014

Berdasarkan tabel di atas, dapat kita lihat distribusi tingkat penghasilan

ayah yang terbanyak pada 107 siswi, yaitu “> 600.000” sebanyak 57 orang

(53,3%) dan “< 600.000” sebanyak 50 orang (46,7%).

Dan pada tingkat penghasilan ibu yang terbanyak yaitu “< 600.000”

sebanyak 88 orang (82,2%) dan “> 600.000” sebanyak 19 orang (17,8%).

43

D. Hasil Analisis Bivariat

Hubungan antara Stress dengan Kejadian Disminore

Tabel 5.9. hubungan antara stress dengan kejadian disminore

Tingkat

Stres

Status Dismenore

OR 95%

CL

P-

Value Dismenore

Tidak

dismenore Total

n % n % n %

Stress 14 17,5 66 82,5 80 74,8

1,3

47

0,46

0-

3,94

7

0,586 Tidak

stress 6 22,2 21 77,8 27 25,2

Total 20 81,3 87 18,7 107 100

Pada tabel di atas, dapat dilihat distribusi status disminore menurut

tingkatan stres dimana persentase tingkatan stres terbanyak yang

mengalami disminore terbanyak adalah “yang mengalami stres” (17,5%)

dan tidak disminore adalah “yang mengalami stres” (82,5%). Total siswi

yang mengalami tingkat stes berdasarkan status disminore adalah

sebanyak 80 siswi (74,8%) dan yang tidak mengalami disminore sebanyak

27 siswi (25,2%). Dari hasil uji statistic dengan menggunakan uji chi-

square didapatkan odd ratio 1.347 dengan 95% Confidence Interval

(0,460-3,947), dapat disimpulkan bahwa tingkat stress merupakan faktor

resiko dari kejadian dismenore karena odd ratio > 1. Untuk pvalue

didapatkan 0.586 (p>0.05), dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan

antara tingkat stres dengan kejadian dismenore. Berarti pada penelitian ini

H0 diterima dan Ha ditolak.

44

BAB VI

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil pengolahan data yang dilakukan dengan menggunakan

software statistik serta disesuaikan dengan tujuan penelitian, maka pembahasan

hasil penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut:

A. Hubungan antara Stres dan Kejadian Dismenore

Dari hasil penelitian didapatakan 107 responden SMAN 4 Bantimurung

dismenore menurut stres dimana persentase tingkatan stres terbanyak yang

mengalami dismenore adalah “yang mengalami stres” (17,5%) dan tidak

disminore adalah “yang mengalami stres” (82,5%). Total siswi yang

mengalami tingkat stes berdasarkan status disminore adalah sebanyak 80 siswi

(74,8%) dan yang tidak mengalami disminore sebanyak 27 siswi (25,2%).

Dari hasil uji statistic dengan menggunakan uji chi-square didapatkan odd

ratio 1.347 dengan 95% Confidence Interval (0,460-3,947), dapat diartikan

bahwa tingkat stress merupakan faktor resiko dari kejadian dismenore karena

odd ratio > 1. Untuk pvalue didapatkan 0.586 (p>0.05), dapat disimpulkan

bahwa tidak ada hubungan antara tingkat stres dengan kejadian dismenore.

Berarti pada penelitian ini H0 diterima dan Ha ditolak.

Dari hasil penelitian siswi yang mengalami stres saat dismenore yang

diperoleh 17,5% dikarenakan oleh beberapa faktor yang berkaitan dengan

gejala-gejala yang responden alami saat menstruasi serta gejala-gejala stres

yang responden alami saat dismenore. Gangguan itu antara lain:

44

45

B. Gejala Mensruasi yang Menyebabkan Dismenore

1. Sensasi kram disertai rasa nyeri pada bagian bawah perut

Gejala ini adalah gejala yang terbanyak dirasakan oleh responde saat

mengalami menstruasi. Hal ini dipengaruhi oleh faktor-faktor yang

mempengaruhi hiperkontraktilitas uterin, kurangnya aliran darah ke uterin,

atau hipersensitivitas saraf tepi.17

2. Sakit punggung

Gejala ini banyak juga dialami oleh responden, dan nyeri punggung

ini terjadi karena disebabkan kurangnya aliran darah.

3. Pening pusing , mual/muntah, sakit kepala, gelisah/gemetar, dan rasa lelah

Gejala tersebut terjadi dipengaruhi oleh peran neuroendokrin yang

akhirnya menyebabkan dismenore. Tetapi gejala ini adalah hal yang jarang

dialami pada responden di SMAN 4 Bantimurung.

4. Jantung berdebar-debar, Berkeringat banyak, Perut kembung, Diare, Nyeri

pada payu darah serta Perubahan suasana hati

Beberapa gejala ini sangat jarang dirasakan oleh responden siswi

SMAN 4 Bantimurung. Gejala-gejala tersebut berkaitan dengan hormon

yang ada disetiap organ seperti peran hormon FSH dan LT yang ada di

otak.

C. Gejala Stres Saat Menstruasi

1. Cemas seperti : berperasaan buruk dan mudah tersinggung

2. Gangguan tidur

3. Gangguan mood

46

4. Berpikiran negatif kepada orang lain

5. Gangguan kecerdasan

6. Gangguan gastrointestinal

7. Gangguan Kardiovaskuler

8. Gangguan pernafasan

9. Sering merasakan nyeri badan

10. Penghelihatan kabur

Semua gejala-gejala stres diatas adalah tahapan-tahapan yang dialami oleh

seseorang. Pada responden SMAN 4 Bantimurung yang diawali dengan

kekurangan cadangan energi yang mengalami defisit sampai pada saat seseorang

berada pada tahap klimaks yang didominasi olek keluhan-keluhan fisik yang

disebabkan oleh gangguan faal organ tubuh sebagai akibat stressor psikososial

yang melebihi kemampuan seseorang untuk mengatasinya.

Menurut Meilina Intan Dewi Saputri (2011) Ada hubungan positif yang

kuat dan signifikan antara stres dengan kejadian dismenorea, efektif stres

terhadap kejadian dismenorea adalah 39,9%.

Hasil penelitian tersebut tidak sesuai dengan pernyataan Hendrik (2006)

bahwa saat seseorang mengalami stres terjadi respon neuroendokrin sehingga

CRH menstimulasi sekresi ACTH yang akan meningkatkan sekresi kortisol

adrenal. Hormon-hormon tersebut menyebabkan sekresi FSH dan LH terhambat

sehingga sintesis dan pelepasan progesteron terganggu. Kadar progesteron yang

rendah meningkatkan sintesis prostaglandin sehingga terjadi peningkatan aktivasi

PGF2ά yang menyebabkan dismenore. Sedangkan hasil penelitian yang

didapatkan dari responden SMAN 4 Bantimurung terdapat perbedaan bahwa tidak

47

terdapat hubungan antara tingkat stres dan kejadian dismenore, namun, stres

merupakan salah satu faktor risiko dari dismenore. Dikatakan Wangsa dalam

bukunya Menghadapi stres dan depresi tahun 2010 bahwa :“Dampak dari stres

beraneka ragam, dapat mempengaruhi kesehatan mental maupun fisik dan salah

satu dampak dari stres terhadap kesehatan adalah dismenore. Salah satu penyebab

perbedaan hasil ini adalah Sampel yang terbatas. Jadi, Peneliti beranggapan

bahwa kesehatan mental dan fisik siswi SMAN 4 Bantimurung cukup baik dari

beberapa sampel yang mewakili.

48

BAB VII

TINJAUAN ISLAM

A. Pandangan Islam tentang Menstruasi

Pandangan Islam tentang haid sebagaimana dinyatakan oleh al-Qur’ân

mengandung sebuah pemikiran baru yang berbeda dengan tradisi Yahudi

sebelumnya. Dalam tradisi Yahudi, perempuan yang sedang menstruasi

dianggap sebagai perempuan kotor yang bisa mendatangkan bencana sehingga

harus diasingkan dari masyarakat. Selama menstruasi ia harus tinggal dalam

gubuk khusus (menstrual huts), tidak boleh diajak makan bersama, dan

bahkan tidak boleh menyentuh makanan. Tatapan mata perempuan yang

sedang haid disebut mata Iblis (evil eye) yang harus diwaspadai karena

mengandung bencana. Oleh karena itu perempuan yang sedang haid harus

menggunakan tanda tertentu seperti gelang, kalung, giwang, celak mata, cadar,

riasan wajah yang khusus dan sebagainya agar segera dapat dikenali kalau ia

sedang haid. Semua itu diberlakukan untuk mencegah “si mata Iblis.33

Pandangan teologis yang demikain negatif ini kemudian ditentang oleh

al-Qur’ân dan dipertegas dalam hadits. Hal ini tampak ketika kita melihat

sebab turunnya (asbabun nuzûl) ayat haid (QS. Al-Baqarah/2:222).

Diriwayatkan oleh Imam Muslim bahwa sekelompok sahabat Nabi bertanya

kepada Nabi tentang perilaku orang Yahudi yang tidak mau makan bersama

dan bergaul dengan istrinya di rumah ketika si istri haid. Maka turunlah ayat

ini :

48

49

Artinya:

Mereka bertanya kepadamu tentang haid. Katakanlah (darah) haid adalah

kotoran, maka menjauhlah kalian dari istri kalian di tempat keluarnya haid.

Dan janganlah kalian mendekati mereka sampai mereka suci. Jika mereka

telah bersuci maka datangilah (campurilah) mereka sesuai dengan cara yang

diperintahkan Allah kepada kalian. Sesungguhnya Allah menyukai orang-

orang yang taubat dan orang-orang yang menyucikan diri.”

Selanjutnya Rasulullah SAW berkata :

Mendengar ucapan Rasulullah itu kaum Yahudi berkomentar, “Laki-laki ini

selalu ingin berbeda dengan kita”. Komentar itu didengar oleh dua orang

sahabat Nabi, sehingga mereka menyampaikan hal itu kepada Nabi sambil

mempertanyakan kembali apakah boleh bergaul dengan istri yang sedang haid.

Mendengar kekurangyakinan sahabat itu wajah Nabi sempat berubah sehingga

para sahabat mengira beliau marah. Tapi ternyata tidak. Demikianlah, Nabi

betul-betul serius menolak tradisi kaum Yahudi yang mengisolasi perempuan

haid.33

50

BAB VIII

KESIMPULAN DAN DARAN

A. Kesimpulan

Tidak ada hubungan stres dengan kejadian dismenore. Hasil penelitian

saya stres merupakan faktor risiko terhadap kejadian dismenore.

B. Saran

Dari hasil penelitian yang dilakukan yang terdapat faktor risiko

tingkatan stres dengan kejadian dismenore, direkomendasikan saran bagi

remaja, mahasiswa/i dan masyarakat :

1. Menghindari gejala Stres dengan mengurangi atau menghilangkan pikiran-

pikiran negatif.

2. Diharapkan bagi peneliti selanjutnya untuk menggali efek lain yang bisa

menyebabkan dismenore dengan memasukkan variabel misalnya, pola

makan dan diet, durasi menstruasi, kebiasaan olahraga serta variabel lain.

3. Peneliti sebaiknya memaksimalkan sampel atau mengambil beberapa

tempat untuk mewakili populasi yang diteliti

4. Diharapkan bagi remaja agar tidak terlalu memeras otak dalam berfikir

agar keadaan psikologinya tidak terganggu.

50

51

DAFTAR PUSTAKA

1. Kusmiran, E, 2011. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Salemba

Medika : Jakarta.

2. Ramaiah. 2006. Gangguan Menstruasi.Yogyakarta : Digiosa Media.

3. Benson, R, 2009. Obstetri Ginekologi.Edisi 9. Jakarta :Penerbit Buku

Kedokteran EGC.

4. Edmonds, K, 2007. Gynaecological Disorders of Childhood and Adolescense :

Dewhurst’s Textbook of Obstetrics and Gynaecological 7 thEdition. Blackwell

Publishing :London.

5. Hendrik, H. 2006. Problema Haid (Tinjauan Syariat Islam dan Medis). Solo:

Tiga Serangkai.

6. Badawi, K. 2005. Epidemiologi of Dysmenorrhoea among Adolescent

Students in Mansoura, Egypt. Eastern Mediterranean Health Journal,Volume

11.

7. Osuga, Y. 2005. Dysmenorrhoea in Japanese Women. International Journal

of Gynecology and Obstetrics.

8. Gui-zhou, H, 2010. Prevalence of Dysmenorrhoea in Female Students in a

Chinese University : A Prospective Study. Health Journal.

9. Omidvar, S, 2012. Characteristics and Determinants of Primary

Dysmenorrhea in Young Adults. American Medical Journal.

10. Proverawati, A dan Misaroh, S. 2009. Menarche Menstruasi pertama penuh

makna. Yogyakarta: Nuha Medika.

11. Santoso, 2008. Angka Kejadian Nyeri Haid pada Remaja Indonesia. Journal of

Obstretics & Gynecology.

12. Santrock, J.W. (2004). Human development. Edisi ke-9. New York :

McGraw-Hill.

13. Hawari, Dadang. 2008. Manajemen Stres Cemas dan Depresi. Jakarta :Balai

Penerbit FKUI.

14. Wangsa, T (2010). Menghadapi Stress dan Depresi, Seni Menikmati Hidup

Agar Selalu Bahagia. Jakarta: ORYZA.

52

15. Wiknjosatro H,Saifuddin AB, Rachimahdi T. 2008. Ilmu Kandungan sarwono.

Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawiroharrdjo.

16. Psikologi anak. www.e-psikologi.com diakses pada 12 Februari 2014

17. Robert dan David. 2004. Apa yang ingin diketahui remaja tentang seks.Jakarta

: Bumi Aksara.

18. Kurnia A, Hubungan kebiasaan olahraga dengan Dismenore pada SMA Islam

Athirah dan Siswi SMAN 1 Parangloe. Fakultas Kedokteran Universitas

Muhammadiyah Makassar. 2013 Desember.

19. Andaners. 2010. Dismenore (Nyeri Haid). http://www.live

pdf.com/download/pengertian-dismenore-2.html. Diunduh pada tanggal 29

Januari 2014.

20. Astika Nina. 2010. Dismenorea.

http://masalahkesehatanwanita.blogspot.com/2010 /02/dismenorea.html.

Diunduh pada tanggal 29 Januari 2014.

21. Anurogo D, Wulandari A. 2001. Cara Jitu Mengatasi Nyeri Haid. Yogyakarta:

Penerbit ANDI Yogyakarta.

22. Manuaba IBG. 2007. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obsebtri

Ginekologi dan KB; Cetakan I. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran. EGC.

23. Morgan G, Hamilton C. Obsetri & Ginekologi Panduan praktik: Edisi 2;

Cetakan I.Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2009. 180-186

24. Lazarus, Richard S; Folkman, Susan (1984). Stress, appraisal and coping.

New York-springer publishing company.

25. Berry, L.M (1998). Psychology at work: An Introduction to Organization

Psychology. (2nd ed). New York : Mc-Graw Hill.

26. Rice, Philip L. (1992). Stress & Health (2nd ed). California: Brooks/Cole

Publishing company.

27. Sriati Aat. 2008. Tinjauan tentang stress.

http://www.akademik.unsri.ac.id/.../TINJAUAN%20TENTANG%20STRES.p

df ... Di unduh pada tanggal 29 januari 2014

53

28. Rasmun.2004. Stress, koping Dan Adaptasi (Edisi pertama). Jakarta:

SAGUBG SETO.

29. Sarafino, E.P (1994). Health Psychology (2nd ed). New York : Jhon Wiley

and Sons.

30. Tan, G. Melly. 1997.Masalah Perencanaan Penelitian. Jakarta: Gramedia.

31. Paavola, Meri; Vartiainen, Erkki and Haukkala, Ari. 2004. Smoking From

Adolescence to Adulthood, the Effects of Parental and Own Socioeconomic

Status. European Journal of Public Health,14(4): 417-420.

32. Mangkunegara ,A. A. Anwar Prabu,2004. Manajemen Sumber Daya

Perusahaa, Bandung : Remaja Rosda Karya.

33. Hendrik, H. 2006. Problema Haid (Tinjauan Syariat Islam dan Medis). Solo:

Tiga Serangkai.

34. Sudigdo sastroasmoro, Sofyan ismail. Dasar-dasar metodologi penelitian

klinik. Jakarta: universitas Indonesia.

54

55

CONTOH KUESIONER

INFORMED CONSENT

Bersama ini perkenankanlah saya mohon kesediaan Bapak/Ibu/Saudara

untuk bersedia mengisi daftar pertanyaan penelitian kami sebagaimana terlampir

sesuai dengan keadaan yang sebenarnya atau secara jujur apa adanya. Saya akan

menjamin kerahasiaan identitas dan pendapat /tanggapan dari jawaban Saudari.

Kuesioner ini murni saya gunakan sebagai bahan penelitian tanpa bermaksud

untuk hal-hal yang merugikan.

Adapun tujuan kuesioner saya adalah untuk mengumpulkan data sebagai

bahan penelitian kami selaku karya mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter

Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar yaitu untuk

mengetahui hubungan stress dengan kejadian dismenore Pada siswi SMAN 4

Bantimurung.

Tanpa bantuan dan partisipasi Saudari sekalian, penelitian ini tidak akan

sesuai dengan yang diharapkan. Atas bantuan dan kerjasamanya dengan tulus saya

sampaikan terima kasih.

Makassar, 28 Januari 2014

Peneliti

NUR AMALIA IDRUS

56

KUESIONER

A. Data Demografi

No. Responden/ Nama :

Umur :

Alamat :

Kelas :

Nim :

Pendidikan Orang Tua

Ayah :

Ibu :

Pekerjaan Orang Tua

Ayah :

Ibu :

Penghasilan Orang Tua

Ayah :

Ibu :

57

Petunjuk Pengisian:

Berilah tanda bulatan bada jawaban yang anda anggap paling benar.

Pertanyaan tentang dismenorea

GEJALA YANG ANDA ALAMI SEBELUM ATAU SAAT MENSTRUASI

1 Apakah anda merasakan sensasi kram di sertai

kram dengan rasa nyeri pada bagian bawah perut?

Tidak ya

2 Apakah anda mengalami sakit punggung? Tidak Ya

3 Apakah anda rasa pening/pusing ? Tidak Ya

4 Apakah anda rasa mual/muntah ? Tidak Ya

5 Apakah anda rasa sakit kepala? Tidak Ya

6 Apakah anda rasa gelisah/ gemetar? Tidak Ya

7 Apakah anda rasa lelah? Tidak Ya

8 Apakah anda rasa jantung berdebar-debar? Tidak Ya

9 Apakah anda berkeringat banyak? Tidak Ya

10 Apakah anda mengalami perut kembung? Tidak Ya

11 Apakah anda mengalami diare? Tidak Ya

12 Apakah anda rasa nyeri pada payudara ? Tidak Ya

13 Apakah anda mengalami perubahan suasana hati? Tidak Ya

14 Apakah anda mempunyai gejala-gejala yang lain

selain yang di sebutkan di atas

Tidak Ya,

Sebutkan

58

PERTANYAAN TENTANG: GEJALA STRES SAAT MENSTRUASI

1. Apakah anda sering merasakan cemas: seperti

berperasaan buruk dan mudah tersinggung?

Tidak Ya

2. Apakah anda mengalami gangguan tidur? Tidak Ya

3. Apakah mengalami ganggu mood seperti: awalnya

nada menyukai aktivitas yang anda lakukan dan

tiba-tiba menjadi bosan mengerjakannya?

Tidak Ya

4. Apakah anda selalu berpikiran negatif kepada orang

lain?

Tidak Ya

5. Apakah anda sukar bekosentrasi dan daya ingat

anda menurun (gangguan kecerdasan).

Tidak Ya

6. Apakah anda mengalami gangguan Gastrointestinal:

nyeri perut sebelum/sesudah makan, perut kembung,

mual, muntah, BAB lembek, atau susah BAB?

Tidak Ya

7. Apakah jantung anda sering berdebar-debar, dan

merasa nyeri dada(gangguan kardiovaskuler(?

Tidak Ya

8. Apakah Anda mengalami gangguan pernafasan

seperti: sesak nafas atau terasa tercekik?

Tidak Ya

9. Apakah anda serin meraskan nyeri badan Tidak Ya

10. Apakah anda mengalami pengelihatan kabur sampai

tidak sadarakan diri (pingasan).

Tidak Ya

59

60

61

62

63

64

65

66

67

RIWAYAT HIDUP

Nama : Nur Amalia Idrus

NIM : 10542019410

Tempat/Tgl lahir : Maros, 14 Maret 1992

Suku/Bangsa : Bugis/Indonesia

Jurusan/Fakultas : Pendidikan Dokter/Kedokteran

Universitas : Universitas Muhammadiyah Makassar

Nama orang Tua

Ayah : Drs. Idrus

Ibu : Dra. Hj. Atiqah

Email : [email protected]

Riwayat Pendidikan

a. Tahun 1997 - 2003 : SD No. 5 Panjalingan

b. Tahun 2003 - 2006 : SMP Negeri 1 Mandai

c. Tahun 2006 – 2009 : SMA Negeri 1 Mandai

d. Tahun 2010 – sekarang : Universitas Muhammadiyah Makassar

Pengalaman Organisasi

Tim siaga bencana alam TBM (Tim Bantuan Medis) periode 2013 – sampai

sekarang