red camarade - kemitraan strategis sebagai upaya penurunan incidence rate dbd (content)
TRANSCRIPT
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 1/139
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Kesehatan termasuk salah satu faktor yang menentukan kualitas Sumber
Daya Manusia (SDM) serta merupakan hak dasar manusia. Definisi sehat menurut
UU Kesehatan No. 23 Tahun 1992 adalah suatu keadaan sejahtera badan, jiwa dan
sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan
ekonomi. Visi pembangunan bidang kesehatan yaitu Indonesia Sehat 2010,
diharapkan akan menjadikan masyarakat Indonesia untuk dapat hidup dalam
lingkungan sehat dan berperilaku hidup sehat. Indonesia sehat 2010 dimaksudkan
juga untuk mendorong agar masyarakat dapat menjangkau pelayanan kesehatan
yang bermutu, adil dan merata guna mencapai derajat kesehatan yang optimal.
Penyakit DBD merupakan salah satu masalah kesehatan di Indonesia yang
jumlah penderitanya cenderung meningkat dan semakin luas penyebarannya sejak
ditemukan pada tahun 1968. Upaya penanggulangan yang dilaksanakan selama ini
belum berhasil menurunkan belum berhasil menurunkan angka kematian (CFR)
dan angka kesakitan seperti yang diharapkan serta penyebar luasan penyakit ini
belum berhasil dikendalikan (Dinas Kesehatan Kota Surabaya, 2006). Penduduk
yang berisiko terkena DBD terutama yang tinggal di daerah perkotaan di negara
tropis dan subtropis (WHO, 1999). Penyakit DBD disebabkan oleh virus Dengue
dan disebarkan oleh nyamuk (vektor) terutama Aedes aegypti. Aedes aegypti
tersebar luas kecuali pada tempat dengan ketinggian lebih dari 1.000 meter
(Parasitologi Kedokteran, 1988).
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 2/139
Upaya pemberantasan penyakit DBD dilakukan dengan mencegah
( preventive) penularan karena pengobatan penderita terbukti tidak efektif dan
memerlukan biaya mahal. Pencegahan penularan antara lain dengan
pemberantasan nyamuk Aedes aegypti sebagai vektor dari DBD. Manajemen
penanggulangan DBD telah ditetapkan oleh Pemerintah Republik Indonesia
dengan mengeluarkan berbagai bentuk kebijaksanaan paripurna mulai dari
perencanaan, penggerakan lembaga pelaksana, koordinasi maupun evaluasi
(Nurhadi, 1999)
Sejak awal hingga pertengahan tahun 2004, Indonesia menghadapi
Kejadian Luar Biasa (KLB) demam berdarah yang sangat meresahkan
masyarakat. Kejadian tersebut berdampak pada kepanikan petugas kesehatan di
rumah sakit serta sarana pelayanan kesehatan lain, karena terjadi lonjakan pasien
yang dirawat di sejumlah instansi kesehatan baik instansi pemerintah maupun
swasta. Jumlah kasus Demam Berdarah Dengue di Indonesia sejak Januari hingga
Mei 2004 mencapai 64.000 ( Incidence Rate 29,7 per 100.000 penduduk) dengan
angka kematian mencapai 724 orang (Case Fatality Rate 1,1 %) (Departemen
Kesehatan RI, 2005).
Kota Surabaya merupakan kota tempat pertama kali ditemukan penderita DBD di
Indonesia selain kota Jakarta pada tahun 1968. Tabel 1.1. menunjukkan bahwa di
wilayah kota Surabaya selama kurun waktu 5 tahun terakhir (2001-2005) kasus
DBD mengalami fluktuasi. Dimana antara tahun 2001 hingga 2003 angka
penderita DBD yang tercatat mengalami penurunan, namun kemudian mengalami
kenaikan lagi pada tahun 2004 dan 2005 ( Incidence Rate tahun 2005 mencapai
92/100.000 penduduk) (Dinas Kesehatan Kota Surabaya, 2005).
2
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 3/139
Tabel 1.1. Incidence Rate Penyakit Demam Berdarah Dengue di Kota
Surabaya Tahun 2001 s/d 2006
Tahun Kasus KematianKematian
(per 100 Kasus)
Incidence Rate(per 100.000
Penduduk)
Jumlah
Penduduk
(Juta)
2001 2143 5 0,23 83 2,58
2002 1913 13 4,03 77 2,47
2003 892 8 4,04 36 2,50
2004 1233 9 0,73 45 2,74
2005 2568 33 1,29 92 2,78
2006 4195 23 0,55 148,59 2,83
Sumber : Data Sekunder Subdin P2P Dinas Kesehatan Kota Surabaya 2007
Analisis epidemiologi menunjukkan pada skala kecamatan, dari total 31
kecamatan di kota Surabaya, seluruh kecamatan termasuk dalam kategori daerah
endemis, sedangkan menurut skala kelurahan, dari 163 kelurahan terdapat 123
kelurahan endemis, 33 kelurahan sporadis, dan hanya 7 kelurahan yang bebas
DBD. Untuk tahun 2005, kecamatan dengan jumlah penderita terbanyak adalah
Tambaksari dengan jumlah penderita 222, dan yang terendah adalah kecamatan
Pakal, dengan jumlah penderita 23 (Dinas Kesehatan Kota Surabaya, 2005).
Melalui data Dinas Kesehatan Kota Surabaya sejak tahun 1973 sampai
dengan sekarang, jumlah penderita DBD di kota ini menunjukkan angka yang
fluktuatif setiap tahunnya, tetapi dengan trend yang terus meningkat. Upaya
pengasapan atau fogging saja tidak mampu mengendalikan penyakit yang
penularannya membutuhkan vektor Nyamuk Aedes Agepty ini. Fogging hanya
mampu membunuh nyamuk dewasa saja. Peran Masyarakat dalam kegiatan
surveillans penyakit, seperti pengenalan tanda-tanda dini penyakit DBD sangat
penting. Namun langkah utama yang harus dilakukan adalah melibatkan
3
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 4/139
masyarakat dalam menjaga lingkungannya agar tetap bersih, dengan secara
mandiri melakukan pembersihan secara berkala terhadap lokasi-lokasi yang dapat
menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk (republika.com, 2007 online).
Sejak tahun 1940-an bahan kimia (insektisida) telah dipergunakan untuk
memberantas nyamuk Aedes aegypti. Pada saat terjadi resistensi nyamuk terhadap
DDT awal tahun 1960-an, insektisida organofosfat seperti: fenthion ,malathion
dan temephos mulai digunakan untuk pengendalian nyamuk Aedes aegypti.
Insektisida sebenarnya berbahaya bagi manusia dan hewan, selain terjadi
resistensi Ae. aegypti terhadap insektisida yang umum digunakan di beberapa
negara sehingga pemberantasan nyamuk dengan memodifikasi dan memanipulasi
lingkungan sangat penting untuk dilakukan termasuk 3M (menutup, menguras dan
mengubur (WHO, 1997).
Ada anggapan di masyarakat bahwa yang perlu dibasmi adalah nyamuk
dewasanya sedangkan jentiknya dianggap tidak berbahaya. Data menunjukan
Angka Bebas Jentik (ABJ) rata-rata masih rendah, ABJ rata-rata di Surabaya
82,47% (lebih rendah dari standard nasional 95%). Hal ini terjadi karena
masyarakat mengabaikan jentik, padahal jentik dalam waktu seminggu bisa
menjadi nyamuk yang dapat menggigit manusia dan menyebarkan penyakit.
Usaha memberantas nyamuk akan sia-sia bila jentiknya dibiarkan hidup terus.
Masyarakat jarang melaksanakan 3M di sekitar tempat tinggalnya.
Petugas yang menangani DBD di puskesmas di kota Surabaya adalah
petugas sanitasi, begitu juga petugas yang melakukan pemantauan jentik nyamuk
adalah Bumantik (Ibu Pemantau Jentik). Petugas sanitasi baru akan melakukan
pemeriksaan jentik bila ada laporan pasien DBD di wilayahnya dengan melakukan
4
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 5/139
Penyelidikan Epidemiologis. Petugas sanitasi juga memeriksa jentik di sekolah
yang siswanya menderita DBD. Mereka tidak melakukan pemeriksaan jentik rutin
ke rumah-rumah penduduk.
Petugas pemantau jentik di Surabaya adalah Bumantik. Bumantik biasanya
adalah ibu RW, ibu RT, atau kader kesehatan yang bersifat sukarela. Berdasarkan
informasi dari koordinator DBD di Dinas Kesehatan Kota Surabaya belum ada
rencana kerja bumantik. Bumantik melakukan pemeriksaan jentik berkala di
wilayahnya, lalu melaporkan hasil pemeriksaan ke kecamatan. Pihak kecamatan
tidak melaporkan hasil pemeriksaan jentik ke Puskesmas setempat, tetapi
langsung ke Sekda, dari sini laporan diteruskan pada Dinas Kesehatan Kota
Surabaya.
DBD tidak bisa diberantas dengan kegiatan individu saja. Kampanye 3M,
walaupun berskala nasional, tetap merupakan kegiatan individu. Dengan demikian
DBD merupakan tanggung jawab bersama, bukan hanya sektor kesehatan saja dan
perlu melibatkan masyarakat, sehingga penting untuk mengajak masyarakat
bekerja sama (bermitra) mengatasi DBD. Peran serta masyarakat diperlukan untuk
menciptakan lingkungan bersih dan sehat.
Partnership untuk mengatasi DBD salah satu contohnya dilakukan di
Bogor. Koalisi untuk Indonesia Sehat (KuIS), Koalisis untuk Bogor Sehat (KBS)
dan Institut Pertanian Bogor mengembangkan program peran serta masyarakat
yang efektif bagi komunitas Indonesia. Pada kerja sama tersebut IPB menawarkan
suatu model gerakan peduli lingkungan sehat (GELIS) yang dilaksanakan oleh
Pokja PGKM-IPB yang didukung pendanaannya oleh KuIS dan IPB. GELIS
dilaksanakan oleh laboratorium Entomologi Kesehatan FKH IPB, mahasiswa,
5
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 6/139
LSM dan masyarakat RW 6 Desa Babakan, Darmaga, Bogor. Secara mandiri
mereka membentuk kelompok untuk penyuluhan, survei lapangan dan
mengumpulkan jentik nyamuk secara periodik tiap minggu. Jentik itu lalu
diperiksa laboratorium untuk dilihat jenisnya. Setelah beberapa minggu terjadi
penurunan temuan jentik sebanyak 50 % (republika.com, 2007 online)
Masalah penelitian ini adalah masih tingginya Incidence Rate DBD di kota
Surabaya. Sehubungan dengan tingginya Incidence Rate DBD di kota Surabaya
diperlukan upaya-upaya untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhinya.
1.2. Kajian Masalah
Cara efektif pengendalian vektor DBD adalah penatalaksanaan manajemen
lingkungan, yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, serta
pemantauan aktivitas untuk memodifikasi faktor-faktor lingkungan sebagai upaya
mencegah perkembangan vektor DBD dengan kontak manusia, termasuk juga
mengoptimakan pelayanan kesehatan dan perubahan perilaku. Oleh karenanya
kajian masalah penelitian ini menggunakan teori Blum (1972). Blum menjelaskan
bahwa derajat kesehatan dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu genetic, environment ,
health service, dan behavior . Dalam kajian ilmu epidemiologis sosial faktor
genetik bisa digantikan dengan faktor sosial demografi (menkokesra.go.id, 2007
online).
Pengaruh perilaku dan lingkungan terhadap derajat kesehatan sangat
dominan hingga mencapai 75%, sedangkan pengaruh pelayanan kesehatan hanya
sekitar 20%, sementara faktor genetik hanya memiliki pengaruh 5% (tempo
interaktif.com, 2007 online). Berdasarkan teori Blum maka faktor yang mungkin
6
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 7/139
dapat berpengaruh terhadap Incidence Rate DBD dan Angka Bebas Jentik (ABJ)
adalah sebagai berikut :
Gambar 1.1. Determinan Faktor Incidence Rate DBD dan Angka Bebas Jentik (ABJ)
1. Sosial Demografi
a. Pengetahuan spesifik
Pengetahuan masyarakat mengenai pemberantasan nyamuk Aedes aegypti
masih kurang. Masyarakat di Surabaya masih beranggapan bahwa
pemberantasan nyamuk berarti membunuh nyamuk dewasa saja.
7
Lingkungan (Fisik Biologis)
kondisi geografis
tempat penampungan air
tingkat kepadatan penduduk
faktor cuaca dan iklim
populasi vektor (nyamuk)
Pelayanan Kesehatan
faktor kepemimpinan
perencanaan program
pola partnership
sistem kompensasisupervisi dan koordinasi
pembiayaan (anggaran)
pengetahuan petugas kesehatan
faktor motivasi petugas
Sosial Demografi
pengetahuan spesifik
tingkat pendidikan masyarakat
tingkat pendapatan masyarakat
Perilaku (Masyarakat)
perilaku hidup bersih dan sehat
patogenitas virus (dengue)
IncidenceR
ate
DBD
AgkaBeb
as
Jentik
(ABJ)
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 8/139
Masyarakat belum semuanya melaksanakan 3M dan pada beberapa
masyarakat di daerah tertentu bahkan menolak fogging .
b. Tingkat pendidikan masyarakat
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang seharusnya menyebabkan
mereka menjadi semakin menyadari pentingnya hidup sehat termasuk
pemberantasan nyamuk. Ironisnya pada daerah perumahan elit yang tingkat
pendidikannya relatif tinggi justru menolak fogging karena mereka merasa
bukan keluarganya yang sakit DBD.
c. Tingkat pendapatan masyarakat
Semakin tinggi tingkat pendapatan membuat orang lebih leluasa dalam
menggunakan uangnya untuk sektor kesehatan, termasuk dalam usaha
pemberantasan nyamuk sehingga sekarang DBD menyebar ke seluruh
penduduk, bukan hanya yang berpendapatan tinggi saja. Ironisnya penduduk
yang berpendapatan relatif tinggi justru malah menolak fogging dan kurang
berpartisipasi dalam program 3M.
2. Lingkungan (Fisik Biologis)
a. Kondisi geografis
Kota Surabaya adalah tempat ideal bagi penyebaran DBD karena ketinggian
kota kurang dari 1.000 meter, sehingga sesuai dengan habitat nyamuk Aedes
aegypti (Parasitologi Kedokteran, 1988).
b. Tempat penampungan air
Tempat penyimpanan air dan genangan air merupakan tempat bertelurnya
nyamuk Aedes aegypti sehingga perlu dilakukan kegiatan PSN
8
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 9/139
(Pemberantasan Sarang Nyamuk) secara berkala. Kegiatan PSN di daerah
yang banyak masyarakat pendatang tidak selalu dilakukan.
c. Tingkat kepadatan penduduk
Kepadatan penduduk yang tinggi di suatu daerah mempercepat penyebaran
DBD. Umur nyamuk betina Aedes aegypti kira-kira 10 hari dan jarak
terbangnya pendek yaitu kurang dari 40 meter. Rumah-rumah di perkotaan
yang padat sangat memungkinkan nyamuk Aedes aegypti menggigit
penghuni beberapa rumah dalam sehari sehingga mempercepat penyebaran
DBD. Di kota Surabaya ada dugaan bahwa kepadatan penduduk
mempengaruhi prevalensi, terbukti bahwa di Kecamatan Pakal yang
kepadatannya rendah jumlah penderita DBD hanya 23 orang.
d. Faktor cuaca dan iklim
Kasus DBD di kota Surabaya terjadi lebih banyak pada musim hujan. Hal
ini mungkin karena perubahan waktu gigitan nyamuk menjadi sore hari,
masyarakat lebih sering banyak berada di rumah pada saat musim hujan dan
banyaknya nyamuk yang berbiak pada musim hujan.
e. Populasi vektor (nyamuk)
Populasi nyamuk yang banyak akan menyebabkan naiknya peluang
penduduk untuk digigit nyamuk Aedes aegypti sehingga mempercepat
penyebaran penyakit DBD. Oleh karena itu penting untuk selalu
melaksanakan PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk).
f. Patogenitas virus (dengue)
Virus Dengue serotipe 2 paling potensial menimbulkan DBD/DSS
dibandingkan serotipe lain. Infeksi kedua dengan serotipe 2 menyebabkan
9
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 10/139
DBD sebesar 60% dari semua kasus DBD (Harrison, 2005). Akan tetapi
pada KLB DBD tahun 2004, dari hasil penelitian yang dilakukan oleh
Balitbang Depkes terhadap 65 sampel di 10 rumah sakit di Jakarta,
dilakukan pemeriksaan RT-PCR (%) dengan hasil serotipe 3 paling banyak
ditemukan pada pasien DBD sebanyak 37 % dan dari 3 kasus kematian 2
diantaranya penyebabnya adalah serotipe 4 (Anonim, 2005). Penulis tidak
mengetahui serotipe virus yang mana yang banyak didapat di kota Surabaya
dan karena penelitian ini bukan penelitian virologi maka serotipe virus tidak
diteliti.
3. Pelayanan Kesehatan
a. Faktor kepemimpinan
Kepemimpinan adalah proses yang mengarahkan dan mempengaruhi
kegiatan yang berhubungan dengan tugas dari anggota kelompok.
Pemberantasan DBD akan berjalan baik apabila ada koordinasi, supervisi
dan pembinaan dari pimpinan (Kepala Puskesmas) kepada anak buahnya.
Penulis mengamati bahwa pimpinan (Kepala Puskesmas) di Surabaya
melakukan koordinasi, supervisi dan pembinaan dalam program
pemberantasan sarang jentik dan nyamuk di wilayahnya.
b. Perencanaan program
Perencanaan adalah salah satu fungsi manajemen yang berguna untuk
memudahkan pencapaian tujuan dan sasaran organisasi (Koontz, 1984).
Program pemberantasan DBD perlu direncanakan dangan sebaik-baiknya
oleh Dinas Kesehatan dan Puskesmas supaya tercapai penurunan Incidence
Rate DBD dangan menggunakan sumber daya yang tersedia dan dana yang
10
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 11/139
ada. Perencanaan meliputi jadwal penyuluhan 3M, pelaksanaan kerja bakti
3M, memantau jentik, menghitung dan melaporkan angka bebas jentik,
penyelidikan epidemiologis dilakukan dalam waktu 2 x 24 jam dan fogging
dilakukan berdasarkan hasil laporan penyelidikan epidemiologis.
Perencanaan sudah dilaksanakan tetapi pada beberapa daerah masih belum
dilaksanakan dengan baik. Masyarakat pendatang (di daerah yang banyak
pendatang) sering enggan melaksanakan kerja bakti 3M dan memantau
jentik dibandingkan penduduk yang menetap karena mereka berpikir bahwa
mereka tidak menetap di Surabaya sehingga tidak peduli akan lingkungan
tempat tinggalnya. Fogging sering ditolak di daerah pemukiman elit karena
mereka berpendapat bahwa yang sakit DBD bukan keluarganya sehingga
rumahnya tidak perlu difogging. Mereka bahkan berani melakukan apa saja
supaya rumahnya jangan difogging. Fogging juga dianggap berakibat tidak
baik pada binatang peliharaannya. Apabila ada anggota keluarganya yang
terkena demam meskipun belum tentu DBD terkadang masyarakat memaksa
meminta fogging.
c. Pola partnership
Program pemberantasan DBD sebagai suatu sistem terdiri atas beberapa
subsistem yang saling berhubungan, termasuk antara petugas P2P dengan
pihak luar puskesmas. Partnership dilakukan dengan mengajak tokoh
masyarakat untuk melakukan upaya PSN di lingkungannya dan bekerja
sama dengan pihak kelurahan dan kecamatan untuk mendapatkan hasil
pemeriksaan ABJ dari bumantik. Partnership sudah dilaksanakan tetapi di
beberapa daerah tertentu perilaku masyarakat tetap tidak berubah.
11
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 12/139
d. Sistem kompensasi
Menurut Dessler (2005) kompensasi adalah suatu bentuk imbalan atau
pembayaran bagi pekerja yang muncul dari pekerjaannya. Petugas P2P,
promkes dan sanitasi semuanya adalah Pegawai Negri Sipil karena
sehubungan dengan kompensasi berupa gaji sudah ditentukan berdasarkan
jabatan, pangkat dan masa kerjanya bukan berdasarkan kinerjanya.
Kompensasi berupa gaji variabel yang didasarkan pada kinerja dipandang
perlu untuk ditambahkan dangan harapan akan meningkatkan motivasi dan
kinerja petugas. Kompensasi berupa gaji variabel sangat bervariasi di setiap
Puskesmas besarnya tidak sama dan berhubungan dengan pola penyakit
DBD di daerahnya.
e. Supervisi dan koordinasi
Supervisi adalah bentuk proses untuk memacu anggota unit kerja untuk
berkontribusi secara positif agar tujuan organisasi tercapai. Supervisi perlu
dilakukan oleh Kepala Puskesmas supaya program PSN dapat berjalan
optimal. Pengamatan di lapangan menunjukan bahwa supervisi sudah
dilakukan oleh Kepala Puskesmas.
Koordinasi merupakan inti manajemen yang bertujuan untuk menjaga
keharmonisan berbagai individu ke arah tercapainya tujuan kelompok.
Koordinasi yang ada sekarang belum berjalan sempurna terutama koordinasi
internal lintas program di Puskesmas.
f. Pembiayaan (anggaran)
Untuk pemberantasan DBD seharusnya ada dana yang memadai terutama
untuk usaha kesehatan masyarakat. Komitmen dari stake holder diperlukan
12
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 13/139
untuk itu. Anggaran yang disediakan untuk pemberantasan DBD di kota
Surabaya sebesar kira-kira 6 milyar rupiah dan diberikan kepada Dinas
Kesehatan (Sub Dinas P2P). Dana tersebut akan diberikan kepada
Puskesmas sesuai dengan kebutuhannya dan dengan pertimbangan dari
Dinas Kesehatan.
g. Pengetahuan petugas kesehatan
Pengetahuan petugas kesehatan terhadap penyakit DBD dan penyebarannya
baik. Mereka pasti sudah mengetahui mengenai penyakit DBD dan
penularannya, tetapi pengetahuan masyarakat sebagian masih kurang
sehingga masyarakat hanya berusaha memberantas nyamuk dewasa saja.
h. Faktor motifasi petugas
Motivasi (motivation) berasal dari bahasa latin, yaitu “movere” yang berarti
menggerakkan (to move) atau ada yang mengartikan sebagai sebab, alasan
dasar, pikiran dasar, dorongan bagi seseorang untuk berbuat atau ide yang
selalu berpengaruh besar terhadap tingkah laku manusia.
Proses motivasional seperti ditafsirkan oleh kebanyakan teori diarahkan
pada pencapaian tujuan tertentu. Pencapaian tujuan-tujuan yang di inginkan
dapat menyebabkan penyusutan signifikan dalam kekurangan-kekurangan
kebutuhan (need deficiencies). Beberapa komponen penyusun motivasi
adalah kebutuhan, keinginan, dan ekspektasi, komponen perilaku,
komponen tujuan dan harapan, serta komponen umpan balik ( feedback ).
Motivasi petugas kesehatan (petugas sanitasi) di kota Surabaya terhadap
program pemberantasan DBD sebenarnya baik. Mereka mengerjakan tugas-
tugasnya sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Motivasi Bumantik masih
13
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 14/139
kurang, hal ini bisa dilihat dari hasil pemantauan jentik yang belum rutin
diadakan.
4. Perilaku (Masyarakat)
a. Perilaku hidup bersih dan sehat
Masyarakat di kota Surabaya masih belum sepenuhnya melakukan perilaku
bersih dan sehat (PHBS), misalnya sampah masih dibuang sembarangan
yang bila menampung air hujan dapat menjadi sarang nyamuk. Masyarakat
jarang melakukan 3M dan hanya membasmi nyamuk dewasa saja. Padahal
jentik kelak akan menjadi nyamuk dewasa juga dalam jangka waktu
seminggu. Perilaku ini salah dan harus diluruskan, salah satu cara adalah
dengan upaya jejaring (partnership) antara petugas Puskesmas sanitasi
Puskesmas dengan pihak eksternal Puskesmas.
Dari hasil studi pendahuluan yang dilaksanakan selama periode bulan
April 2007 terhadap 5 orang petugas sanitasi pada 5 Puskesmas yang berbeda di
Surabaya, didapatkan informasi bahwa selama ini pihak Puskesmas telah
melakukan upaya kerja sama kemitraan ( partnership) dengan beberapa pihak
terkait program pemberantasan DBD di wilayah kerja mereka. Berikut adalah data
awal yang berhasil dihimpun selama studi pendahuluan dilakukan.
Tabel 1.2. Studi Pendahuluan Penelitian
PuskesmasPemahaman
KemitraanPenerapan
Jumlah
Mitra
Bentuk
Kemitraan
Lontar kurang dilakukan 2 partnership bentuk 1
Asemrowo kurang dilakukan 2 partnership bentuk 1
Dupak kurang dilakukan 1 partnership bentuk 1
Wiyung kurang dilakukan 1 partnership bentuk 1
Rungkut kurang dilakukan 1 partnership bentuk 1
Sumber : Data Primer Studi Pendahuluan 5 Puskesmas di Surabaya 2007
14
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 15/139
Untuk pemahaman konsep kemitraan ( partnership) sendiri masih sangat
kurang, di mana mereka hanya memahami kemitraan sebagai bentuk kerja sama
teknis dengan pihak Puskesmas sebagai penanggung jawab tunggal dari
pelaksanaan program.
“ Kemitraan itu merupakan kerja sama antara pihak Puskesmas
dengan masyarakat, RT, atau RW setempat. Seperti kegiatan
pemberantasan sarang nyamuk di lingkungan warga atau juga
pemeriksaan jentik nyamuk Demam Berdarah. Namun koordinasi
dengan warga masih sangat sulit karena sering kali biaya untuk
melaksanakan pertemuan tidak tersedia” (Petugas Sanitasi Puskesmas
Wiyung, Surabaya).
Selain itu mereka juga berpendapat bahwa program kemitraan bersifat
instruksional, yaitu menunggu adanya program kerja atau instruksi dari pusat
(Dinas Kesehatan), hal ini terkait juga dengan masalah beban pendanaan untuk
pelaksanaan kemitraan.
1.3. Rumusan Masalah
Penelitian ini dibatasi pada identifikasi tingkat pengetahuan petugas
sanitasi Puskesmas mengenai kemitraan ( partnership), serta analisis pengaruh
kemitraan ( partnership) yang telah terbentuk antara pihak internal (sanitarian) dan
eksternal Puskesmas terhadap angka Incidence Rate DBD dan Angka Bebas
Jentik (ABJ) di kota Surabaya.
Hasil identifikasi dan analisis pengaruh digunakan sebagai bahan
pertimbangan perumusan usulan kemitraan strategis dalam upaya untuk
menurunkan Incidence Rate DBD dan meningkatkan Angka Bebas Jentik (ABJ)
di kota Surabaya.
15
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 16/139
Masalah penelitian dirumuskan dengan memperhatikan latar belakang
masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana tingkat pengetahuan petugas sanitasi Puskesmas di kota
Surabaya mengenai partnership?
2. Bagaimana pola partnership yang selama ini telah dilaksanakan antara
pihak internal (sanitarian) dan eksternal Puskesmas terhadap penurunan
Incidence Rate DBD dan peningkatan Angka Bebas Jentik (ABJ) di kota
Surabaya?
3. Bagaimana kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan partnership antara
pihak internal (sanitarian) dan eksternal Puskesmas dalam penurunan
Incidence Rate DBD dan peningkatan Angka Bebas Jentik (ABJ) di kota
Surabaya?
4. Bagaimana bentuk partnership yang sesuai dan dapat dilaksanakan secara
berkesinambungan oleh pihak internal (sanitarian) dan eksternal Puskesmas
dalam upaya penurunan Incidence Rate DBD dan peningkatan Angka Bebas
Jentik (ABJ) di kota Surabaya?
Program kemitraan strategis ( partnership) dipandang penting karena
pemberantasan DBD idealnya merupakan program lintas sektoral yang melibatkan
berbagai pihak, baik kesehatan maupun non kesehatan.
1.4. Tujuan penelitian
1.4.1. Tujuan Umum
Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk merumuskan bentuk
kemitraan strategis ( partnership) antara pihak internal Puskesmas dengan pihak
16
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 17/139
eksternal Puskesmas sebagai upaya untuk menurunkan Incidence Rate DBD dan
meningkatkan Angka Bebas Jentik (ABJ) di kota Surabaya.
1.4.2. Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan petugas sanitasi Puskesmas mengenai
kemitraan ( partnership).
2. Menganalisis pola partnership yang telah terbentuk antara pihak internal
(sanitarian) dan eksternal Puskesmas selama ini, meliputi unsur, bentuk, dan
pelaksanaan partnership.
3. Menganalisis kendala yang ada dalam pelaksanaan kemitraan antara pihak
internal (sanitarian) dan eksternal Puskesmas.
4. Menganalisis pengaruh pola partnership yang meliputi unsur, bentuk, dan
pelaksanaan partnership terhadap nilai Incidence Rate DBD dan Angka Bebas
Jentik (ABJ).
5. Memberikan usulan mengenai bentuk kemitraan strategis antara pihak internal
(sanitarian) dan eksternal Puskesmas berdasarkan pada hasil identifikasi
pengetahuan petugas sanitasi, analisis pola partnership yang telah ada selama
ini, analisis pengaruh pola partnership terhadap nilai Incidence Rate DBD dan
Angka Bebas Jentik (ABJ), serta analisis kendala yang muncul dalam program
kemitraan yang telah dilakukan sebelumnya.
1.5. Manfaat Penelitian
Diharapkan dengan dilaksanakannya penelitian yang berjudul “Usulan
Bentuk Kemitraan Strategis (Partnership) antara Pihak Internal dan Eksternal
Puskesmas sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD dan Peningkatan
17
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 18/139
Angka Bebas Jentik (ABJ) di Kota Surabaya” ini dapat memberikan manfaat yang
berarti bagi berbagai pihak.
1. Bagi Dinas Kesehatan Kota Surabaya dan Puskesmas
Mendapat masukan mengenai perumusan bentuk partnership yang ideal
sebagai upaya penurunan Incidence Rate DBD dan peningkatan Angka Bebas
Jentik (ABJ) di kota Surabaya.
2. Bagi Masyarakat
Dengan adanya partnership antara pihak internal dan eksternal Puskesmas
diharapkan timbul kesadaran masyarakat untuk berperan serta secara aktif
dalam penurunan Incidence Rate DBD dan peningkatan Angka Bebas Jentik
(ABJ) di kota Surabaya.
3. Bagi Peneliti
Memberi wawasan dan menambah pengalaman peneliti terutama dalam
perumusan usulan partnership antara pihak internal dan eksternal Puskesmas
guna menurunkan Incidence Rate DBD dan meningkatkan Angka Bebas Jentik
(ABJ) di kota Surabaya, dalam kaitannya dengan penerapan ilmu manajemen
pelayanan kesehatan.
18
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 19/139
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Demam Berdarah Dengue
Virus Dengue yang menyebabkan penyakit DBD termasuk famili
Flavivirus dan ditemukan empat serotipe: Dengue 1, Dengue 2, Dengue 3 dan
Dengue 4. Serotipe 2 paling potensial menyebabkan DBD dan DSS (Dengue
Shock Syndrome) (Harrison, 2004).
Ada 4 macam manifestasi infeksi Virus Dengue pada manusia, yaitu
asimptomatik, Demam Dengue, Demam Berdarah Dengue dan Sindrom Renjatan
Dengue (DSS). Demam Dengue adalah penyakit yang terutama menyerang anak
remaja atau dewasa dengan gejala demam bifasik, nyeri otot dan sendi, dengan
atau tanpa ruam dan limfadenopati, sakit kepala hebat, trombositopeni ringan dan
bintik-bintik perdarahan spontan. Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah sejenis
penyakit yang terdapat pada anak dan dewasa dengan gejala utama adalah demam,
nyeri otot dan sendi yang disertai dengan gejala perdarahan. Sementara DSS
(Sindrome Renjatan Dengue) ialah penyakit DBD yang disertai renjatan (PAPDI,
2001).
Epidemiologi demam Dengue dilaporkan pertama kali di Batavia (Jakarta)
oleh David Bylon pada tahun 1779, sedangkan DBD mula-mula ditemukan oleh
Quintos di Manila pada tahun 1954. DBD di Indonesia pertama kali ditemukan di
19
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 20/139
Surabaya pada tahun 1968. Penyakit DBD adalah penyakit endemik di Indonesia
tetapi dalam jarak 5 sampai 20 tahun dapat terjadi letusan epidemi.
Diagnosis infeksi Dengue menggunakan kriteria WHO. Kriteria klinis
demam Dengue :
1. Suhu badan tiba-tiba meninggi
2. Demam yang berlangsung hanya beberapa hari
3. Kurva demam yng menyerupai pelana kuda (bifasik )
4. Nyeri tekan terutama di daerah otot-otot dan persendian
5. Adanya ruam-ruam pada kulit
6. Leukopenia
Sementar menurut WHO (1986), kriteria klinis demam berdarah Dengue
adalah sebagai berikut :
1. Demam akut yang tetap tinggi selama 2-7 hari kemudian tiba-tiba turun secara
drastis
2. Manifestasi perdarahan, uji tourniquet positif , ptekia, purpura, ekimosis,
epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis, dan melena
3. Pembesaran hati yang nyeri tekan tanpa ikterus
4. Dengan atau tanpa renjatan
5. Hemokonsentrasi
6. Thrombositopenia
Penatalaksanaan DBD dengan istirahat tirah baring, diet lunak, terapi
simptomatis, pemberian cairan yang cukup, serta transfusi darah bila dirasakan
perlu. Belum ada obat khusus dan imunisasi untuk DBD oleh karena itu perlu
20
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 21/139
untuk memutus rantai penularan penyakit dengan memberantas vektor nyamuk
Aedes aegypti.
2.2. Penyakit DBD dan Pencegahannya
Vektor utama Dengue di Indonesia adalah nyamuk Aedes aegypti.
Nyamuk Aedes aegypti betina menghisap darah manusia pada siang hari baik di
dalam rumah maupun di luar rumah. Pengisapan darah dilakukan dari pagi sampai
petang dengan dua puncak waktu yaitusetelah matahari terbit (8.00-12.00) dan
sebelum matahari terbenam (15.00-17.00). Nyamuk beristirahat di semak-semak,
tanaman rendah seperti rerumputan dan juga di benda-benda tergantung di dalam
rumah seperti pakaian.
Jentik nyamuk Aedes aegypti bersarang di bejana-bejana yang berisi air
jernih dan tawar seperti bak mandi, drum penampung air, kaleng bekas, dan lain-
lain. Adanya vektor berhubungan erat dengan berbagai faktor antara
lain:kebiasaan masyarakat yang menampung air bersih untuk keperluan sehari-
hari, sanitasi lingkungan yang kurang baik dan penyediaan air bersih yang
langkah.
Kasus DBD cenderung meningkat pada musim hujan, kemungkinan hal ini
disebabkan karena :
1. Perubahan musim mempengaruhi frekuensi gigitan nyamuk, karena pengaruh
musim hujan, puncak gigitan terjadi pada siang dan sore hari.
2. Perubahan musim mempengaruhi sikap manusia terhadap gigitan nyamuk
dengan lebih banyak berdiam di dalam rumah selama musim hujan.
21
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 22/139
Cara paling efektif dalam pengendalian vektor adalah penatalaksanaan
lingkungan, yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan
pemantauan aktivitas untuk memodifikasi faktor-faktor lingkungan untuk
mencegah perkembangan vektor dan kontak manusia - vektor - patogen. Pada
tahun 1980, The WHO Expert Committee on Vector Biology and Control
mendefinisikan tiga tipe penatalaksanaan lingkungan :
1. Modifikasi lingkungan, melakukan transformasi fisik jangka panjang dari
habitat vektor.
2. Manipulasi lingkungan, perubahan temporer dari habitat vektor sebagai hasil
dari aktivitas yang direncanakan untuk menghasilkan kondisi yang tidak
disukai dalam perkembangbiakan vektor.
3. Perubahan habitat atau perilaku manusia sebagai upaya untuk mengurangi
kontak manusia - vektor - patogen.
2.2.1. Metode Penatalaksanaan Lingkungan
Metode penatalaksanaan lingkungan untuk mengontrol Ae. aegypti dan
mengurangi interaksi manusia - vektor - patogen termasuk perbaikan suplai dan
penyimpanan air, penanganan sampah padat dan modifikasi habitat larva yang
dibuat manusia.
1. Perbaikan suplai dan penyimpanan air
Rumah tangga yang sering menyimpan air karena suplai air tidak dapat
diandalkan dalam wadah penyimpanan memainkan peranan penting dalam
perkembangan Aedes aegypti terutama di daerah perkotaan. Bila wadah
digunakan untuk menyimpan air maka wadah harus ditutup rapat atau
menggunakan penyaring.
22
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 23/139
2. Penanganan sampah padat
Pendekatan yang paling umum harus digunakan untuk mengurangi potensi
perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti di dalam dan di sekitar habitat
manusia
3. Modifikasi habitat larva yang dibuat manusia
Segala sesuatu yang berpotensi menampung air harus dihindari. Kolam atau
akuarium dapat diberikan klorin atau dikembangbiakkan ikan pemangsa larva.
Jika memungkinkan rumah rumah harus didesain atau dimodifikasi untuk
mengurangi kemungkinan nyamuk masuk.
2.2.2. Pengendalian Secara Kimiawi
Penyemprotan ruangan adalah penyebaran droplet mikroskopik insektisida
di udara untuk membunuh nyamuk dewasa dan digunakan pada situasi darurat ada
kasus Demam Dengue. Dua bentuk penyemprot ruangan yang umum digunakan
untuk pengendalian Aedes aegypti: fogging thermal dan aerosol volume rendah
ultra (ULV = fogging dingin) dan embun. Fogging thermal dihasilkan dengan alat
dimana insektisida yang dicampur dalam minyak dengan titik nyala tinggi,
disebarkan dengan diinjeksikan ke dalam aliran gas panas berkecepatan tinggi.
Aerosol ULV dan embun mencakup pemakaian kuantiatas kecil konsentrat
insektisida cair. Penyemprotan dari udara sering digunakan bila harus menangani
area yang luas dalam waktu singkat.
Larvasida biasanya terbatas digunakan untuk keprluan rumah tangga pada
wadah yang airnya tidak boleh dibuang. Ada 3 macam larvasida: bubuk granul
temephos 1%, balok methoprene dan BTI (Bacillus thuringiensis H-14). Ketiga
23
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 24/139
larvasida ini mempunyai toksisitas mamalia yang sangat rendah dan aman untuk
air minum manusia.
Sejak tahun 1940-an bahan kimia (insektisida) telah dipergunakan untuk
memberantas nyamuk Aedes aegypti. Pada saat terjadi resistensi nyamuk terhadap
DDT awal tahun 1960-an, insektisida organofosfat seperti fenthion ,malathion dan
temephos mulai digunakan untuk pengendalian nyamuk Aedes aegypti. Insektisida
sebenarnya berbahaya bagi manusia dan hewan, selain terjadi resistensi Aedes
aegypti terhadap insektisida yang umum digunakan di beberapa negara sehingga
pemberantasan nyamuk dengan memodifikasi dan memanipulasi lingkungan
(memusnahkan habitat vektor) penting untuk dilakukan termasuk 3M (menutup,
menguras dan mengubur) (WHO, 1997).
Pengendalian secara terpadu di Singapura terdiri atas pembersihan daerah
kumuh, penempatan kembali individu yang berpindah tempat, pemberantasan
nyamuk oleh petugas kesehatan yang diseragamkan, pembersihan saluran air,
pemberian tangki air anti nyamuk, pendidikan kesehatan dan tindakan
pengendalian yang ketat termsuk denda. Indeks rumah yang ada jentik nyamuk
Aedes di daerah kumuh turun dari 27,2% selama 1966-1968 sampai 5,4% pada
tahun 1969 dan sampai 1,61% luas kota pada tahun 1981.
2.2.3. Kelompok Kerja Operasional Pemberantasan DBD
Partnership dalam pemberantasan DBD dibentuk dalam Kelompok Kerja
Operasional Pemberantasan Demam Berdarah Dengue, yang selanjutnya disingkat
POKJANAL DBD. Kelompok ini bertugas untuk membantu Tim Pembina LKMD
dalam berbagai kegiatan yang berkaitan dengan upaya pencegahan dan
pemberantasan penyakit DBD Departemen Kesehatan RI (2006).
24
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 25/139
POKJANAL DBD dibentuk dengan tujuan melakukan pembinaan
operasional terhadap pelaksanaan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan upaya
pencegahan dan pemberantasan penyakit DBD diwilayah kerjanya secara
berjenjang dan berkesinambungan. Disebutkan secara berjenjang dan
berkesinambungan, karena prinsip kerja POKJANAL DBD adalah membina dan
mengendalikan aktivitas POKJANAL DBD setingkat dibawahnya secara
berjenjang dan berkesinambungan, mulai dari tingkat Pusat, tingkat Propinsi,
tingkat Kabupaten dan Kotamadya, sampai tingkat Kecamatan dan akhirnya
sampai pada tingkat pelaksanaan operasional oleh POKJA DBD yang dibentuk di
tingkat Desa, Kelurahan, Dusun, Lingkungan RW-RT.
POKJANAL DBD sebagai unsur pelaksanan teknis yang melakukan
pembinaan operasional terhadap berbagai kegiatan yang berkaitan dengan upaya
pencegahan dan pemberantasan penyakit Demam Berdarah Dengue, secara
organisasi kedudukannya berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Tim
Pembina LKMD. Dengan demikian POKJANAL DBD dibentuk di setiap
tingkatan pemerintahan, sebagaimana keberadaan Tim Pembina LKMD.
Tugas dan fungsi dasar dari Kelompok Kerja Operasional Pemberantasan
Demam Berdarah Dengue adalah sebagai berikut :
1. Menyiapkan data dan informasi keadaan dan perkembangan berbagai kegiatan
POKJANAL DBD di wilayah kerjanya (aktivitas pokok POKJA DBD).
2. Menganalisis masalah dan kebutuhan pembinaan operasional serta menetapkan
alternatif pemecahan masalah yang dihadapi sehubungan dengan cakupan
program dan pencapaian hasil kegiatan POKJANAL DBD di wilayah kerjanya
(aktivitas pokok POKJA DBD).
25
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 26/139
3. Menyusun rencana tindak lanjut terhadap pilihan alternatif pemecahan masalah
yang dihadapi berdasarkan hasil pemantauan dan dan evaluasi pelaksanaan
berbagai kegiatan yang berkaitan dengan pencegahan dan pemberantasan
penyakit DBD di wilayah kerjanya yang dilakukan sekurang-kurangnya setiap
3 bulan.
4. Melakukan pemantauan dan bimbingan teknis pengelolahan program
pemberantasan DBD kepada POKJANAL DBD setingkat dibawahnya,
termasuk terhadap aktivitas POKJANAL DBD di wilayah kerjanya.
5. Menginformasikan masalah yang dihadapi kepada dinas, instansi, atau lembaga
terkait untuk pemecahan masalahnya.
6. Melaporkan hasil pelaksanaan semua kegiatan POKJANAL DBD (aktivitas
pokok POKJANAL DBD) di wilayah kerjanya kepada kepala pemerintahan
daerah dan tembusannya disampaikan kepada POKJANAL DBD pada tingkat
pemerintahan yang setingkat lebih tinggi, sekurang-kurangnya setiap 3 bulan.
Pembinaan operasional oleh POKJANAL DBD menganut prinsip-prinsip
sebagai berikut :
1. Bersifat pembinaan teknis asilitatif, bukan direktif instruksional yang kaku.
2. Uupaya pemecahan masalah atas dasar kebutuhan yang muncul dari bawah.
3. Integrating kewilayahan, artinya wilayah kerja pembinaannya menyeluruh
dalam area administrasi pemerintahan tetapi dengan urutan prioritas garapan
secara berlanjut menurut kebutuhan.
4. Menganut azas keterpaduan dan koordinasi, artinya pembinaan yang dilakukan
atas nama kesatuan tim kerja, bukan hanya instansional tertentu saja.
26
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 27/139
POKJANAL DBD di setiap tingkatan pemerintahan terdiri dari unsur
dinas, instansi, dan lembaga yang terkait langsung dalam pembinaan operasional
pencegahan dan pemberantasan penyakit DBD, yaitu unsur kesehatan, Diknas,
Penerangan, Agama, Sosial, Bapeda (Bidang Sosial Budaya), Kantor PMD, Unsur
Sekwilda (Bidang Kejahteraan Sosial), Tim Penggerak PKK, Tim Pembina UKS,
dan lain-lain (Departemen Kesehatan RI, 2006).
2.3. Partnership (Jaringan Kemitraan Kerja)
Partnership dari perspektif etimologis diadaptasi dari kata partnership dan
berasal dari akar kata partner. Partner diterjemahkan sebagai pasangan atau
kompanion, sedangkan partnership diterjemahkan menjadi persekutuan atau
perkongsian. Bertolak dari sini maka partnership dapat dimaknai sebagai suatu
bentuk persekutuan antara dua pihak atau lebih yang membentuk suatu ikatan
kerja sama atas dasar kesepakatan dan rasa saling membutuhkan dalam rangka
meningkatkan kapasitas dan kapabilitas di suatu bidang atau tujuan tertentu
sehingga dapat dicapai hasil yang lebih baik (Sulistiyani, 2004).
Partnership sendiri dapat terbentuk apabila memenuhi persyaratan
sebagai berikut :
1. Yang terlibat dalam partnership ada dua pihak atau lebih
2. Memiliki kesamaan visi dalam mencapai tujuan
3. Ada kesepakatan
4. Saling membutuhkan
Tujuan suatu partnership adalah tercapainya hasil yang lebih baik dengan
saling memberikan manfaat pihak-pihak yang bernitra. Partnership hendaknya
memberikan manfaat kepada semua pihak yang bermitra.
27
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 28/139
Partnership dapat dilakukan oleh pihak baik perseorangan, badan hukum
atau kelompok. Adapun pihak-pihak yang bermitra tersebut dapat memiliki status
yang setara atau subordinate, memiliki kesamaan misi atau misi berbeda tetapi
saling mengisi dan melengkapi secara fungsional (Sulistiyani, 2004).
Menurut Walukow (2000) partnership adalah kebersamaan dari sejumlah
pelaku untuk mencapai tujuan yang sama, yang didasarkan atas kesepakatan
tentang peranan dan prinsip masing-masing pihak. Di dalam partnership setiap
pihak yang bermitra harus saling seimbang dalam daya dan pengaruh (balance of
power and influence, dengan kata lain harus selalu mengupayakan kesetaraan.
Nilai hakiki (core values) dan jati diri dari masing-masing pihak tetap
harus dijaga dan dipertahankan (Walukow, 2000). Sementara untuk membangun
partnership harus didasarkan pada 5 prinsip :
1. Kesamaan perhatian
2. Saling menghormati
3. Tujuan jelas dan terukur
4. Bersedia untuk memberi waktu, sumber daya, dan tenaga
5. Kepercayaan
Partnership adalah hubungan antara dua pihak atau lebih berdasarkan
kesetaraan, keterbukaan, dan saling menguntungkan (manfaat). Partnership di
bidang kesehatan adalah partnership yang dikembangkan dalam rangka
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. (Depkes RI, 2006).
Menurut Robert Davis dalam Notoatmojo (2003), partnership adalah suatu
kerja sama formal antara individu, kelompok atau organisasi untuk mencapai
tujuan tertentu. Dalam kerja sama tersebut ada kesepakatan tentang komitmen dan
28
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 29/139
peninjauan kembali terhadap kesepakatan yang telah dibuat, serta saling berbagi
baik dalam resiko maupun keuntungan yang diperoleh. Dari batasan di atas
terdapat 3 kata kunci dalam partnership yaitu:
1. Kerja sama formal antar kelompok, organisasi, individu
2. Bersama mencapai tujuan tertentu
3. Saling menanggung resiko dan keuntungan
Menurut Notoatmojo (2003), dalam membangun partnership ada 3 prinsip
kunci yang perlu dipahami oleh masing-masing anggota unit yaitu persamaan
(equity), keterbukaan (transparancy) dan saling menguntungkan (mutual benefit ).
Contoh empiris pendekatan partnership dalam negri adalah Pekan
Imunisasi Nasional (PIN) untuk polio. Pekan Imunisasi Nasional berhasil baik dan
memperoleh penghargaan dari WHO berkat pendekatan partnership antara
pemerintah, dunia usaha, LSM kesehatan dan organisasi profesi.
Adapun tujuan dari kerja sama kemitraan ( partnership) di bidang
kesehatan adalah meningkatnya percepatan, efektivitas dan efisiensiupaya
kesehatan dan pembangunan pada umumnya. Sektor yang terkait dalam
partnership dalam bidang kesehatan meliputi seluruh komponen masyarakat,
unsur pemerintah, lembaga perwakilan rakyat, perguruan tinggi, media masa,
penyandang dana dan lain-lain.
Depkes RI (2006), menyebutkan setidaknya terdapat 6 pilar utama sebagai
pondasi awal dalam partnership di bidang kesehatan :
1. Kesehatan adalah hak asasi setiap manusia, merupkan investasi
sekaligus merupakan kewajiban bagi semua pihak.
29
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 30/139
2. Masalah kesehatan saling terkait dan saling mempengaruhi dengan
masalah lain seperti masalah ekonomi, sosial, agama, politik, keamanan,
ketenagakerjaan, pemerintah, dll.
3. Masalah kesehatan tidak bisa diatasi oleh sektor kesehatan sendiri,
tetapi semua pihak harus juga terlibat terhadap masalah kesehatan tersebut.
4. Beberapa pihak khususnya pihak swasta diharapkan dapat
memperoleh manfaat karena kesehatan meningkatkan kualitas dan
produktivitas SDM.
5. Mengenai bagaimana pentingnya kemitraan ( partnership) ini mulai
gencar dipropagandakan oleh WHO pada Konfrensi Internasional Promosi
Kesehatan di Jakarta pada tahun 1997.
6. Perlu dikembangkan upaya kerjasama yang saling memberi manfaat.
Hubungan kerjasama tersebut akan lebih efektif dan efisien apabila juga
didasari oleh kesetaraan.
Selain itu Depkes RI (2006), juga menyebutkan terdapat 7 landasan
pengembangan partnership yaitu:
1. Saling memahami kedudukan, tugas dan fungsi berkaitan dengan
struktur
2. Saling memahami kemampuan setiap anggota (capacity)
3. Saling berhubungan secara proaktif (linkage)
4. Saling mendekati bukan hanya fisik tetapi juga pikiran dan
perasaan (empathy, proximity)
5. Saling terbuka dalam arti kesediaan membantu dan dibantu
(openess)
30
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 31/139
6. Saling menghargai dan mendukung ( synergy)
7. Saling menghargai (reward )
Istilah partnership terus digunakan secara luas untuk pengaturan hubungan
antar organisasi yang berbeda. Termasuk persekutuan strategis perusahaan,
hubungan serikat buruh dan para pemberi kerja, serta hubungan antara pembeli
dan para pedagang, termasuk keterlibatan sektor swasta di dalam penyerahan dari
jabatan dalam pemerintahan. Partnership adalah juga suatu alat untuk mencapai
perubahan sosial, termasuk peneliti sosial dan praktisi, pengusaha, pemerintah dan
organisasi-organisasi non pemerintahan untuk pencapaian lingkungan sensitif dan
perkembangan berkelanjutan (Tomlison, 2005).
Bagaimanapun, keaneka ragaman kontek menyebabkan hal ini sulit untuk
diidentifikasi secara tepat apa yang dimaksud dengan “ partnership” dan ketika
semakin banyak organisasi-organisasi terlibat dalam partnership, arti partnership
menjadi semakin sukar dipahami. Partnership dapat merupakan suatu alternatif
kerjasama terhadap hubungan tradiosional antara pelaku yang terlibat secara
bersaing, lawan atau hirarkis. Implementasi partnership tidak mudah seperti Das
dan Teng yang menyatakan persekutuan strategi ( partnership) mempunyai tingkat
kegagalan yang lebih tinggi dibanding dengan “perusahaan tunggal” sedangkan
menurut Eden dan Huxham banyak proyek kolaborasi mengalami kegagalan
dalam mencapai tujuan yang diharapkan (Tomlison, 2005).
Penggunaan istilah “ partnership” menyiratkan bagaimana para pelaku
yang terlibat diharapkan untuk bertindak dalam hubungannya dengan pihak lain.
Bagaimanapun, penamaan tidak bisa menentukan bagaimana hubungan-hubungan
ini akan ditetapkan. Keberadaan partnership seharusnya “baik”, tetapi ketidak
31
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 32/139
jelasan arti, menyebabkan timbul pertanyaan “baik dalam hal apa” dan “untuk
siapa”. Penggunaan istilah ini merujuk pada analisis arti dan membahas akibat
dari pengertian mengenai hubungan antara anggota partnership. Hal ini telah
digunakan sebagai sumber suatu studi kasus dari suatu proyek pengungsi yang
telah mencapai suatu titik krisis dalam sejarahnya. Proyek para anggota
menghasilkan partnership yang konsisten sebagai suatu ‘hal baik', tetapi
representasi partnership tidak mudah, lebih kritis, dan versi partnership lebih
banyak menunjukkan hubungan yang tidak seimbang.
Partnership secara sukarela membuat beberapa organisasi yang berbeda
mempunya satu tujuan yang sama. Keanggotaannya mempresentasikan beberapa
organisasi yang memiliki ukuran, misi, sumber daya dan kultur yang berbeda
(Gazley, 2007).
Perlu dicatat makna operasional dari 2 kata kunci sukarela dan kolaboratif.
Sukarela berarti dilakukan atas keinginan sendiri sementara kolaboratif berarti
bekerja sama dengan bekerja sama dengan agen-agen atau pihak lain dalam
sebuah proyek atau usaha. Kolaborasi adalah suatu proses untuk mecapai tujuan
yang tidak bisa dicapai sendirian (minimal tidak bisa dicapai secara efisien).
Kolaborasi sebagai suatu proses adalah sebuah jalan menuju akhir, bukan akhir itu
sendiri. Meski demikian proses tersebut harus efektif untuk mencapai hasil akhir
yang sukses. Partnership memungkinkan individu berbeda dari organisasi yang
berbeda untuk bekerja sama dengan mengkapitalisasi bakat-bakat dan kekuatan-
kekuatan komplementernya (Gazley , 2007).
Meskipun masyarakat yang lebih luas mendapatkan manfaat dari
partnership, tidak selalu berarti individu atau organisasi yang berpartisipasi dalam
32
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 33/139
partnership akan mendapatkan akan mendapatkan manfaat langsung dari
partnership ini. Mungkin saja koalisi dalam komunitas menghasilkan keuntungan
tetapi menghasilkan kerugian bagi setiap partner meskipun hal yang sebaliknya
juga bisa terjadi. Jika partnership bertujuan untuk kebaikan bersama maka
partner-partner yang terlibat bisa saja menganggap kerja sama mereka efektif dan
menguntungkan. Partnership mengandalkan pada kesepakatan yang bagus tentang
kesediaan, kemampuan dan keterlibatan rekan-rekan individu dalam pembuatan
keputusan, memberikan kepemimpinan dan petunjuk yang berfungsi penyalur dari
dan untuk masyarakat beserta implementasi inisiatif (Hasnain et al ., 2003).
Bagaimana kemitraan ( partnership) itu bekerja dan bagaimana cara untuk
mengukur keberhasilannya :
1. Pertama, sebuah partnership berusaha menarik organisasi dan individu secara
bersama-sama.
2. Kedua, para anggota partnership harus mampu mengembangkan dan
menjelaskan tujuan bersama.
Namun bagaimana sebuah partnership mengatur dirinya tergantung pada
konsep komunitas, kebutuhan komunitas, tujuan komunitas, isu yang berlaku dan
partner yang terlibat. Karena kolaborasi memerlukan hubungan, prosedur dan
struktur yang berbeda dari cara kerja organisasi sebelumnya maka membangun
partnership yang efektif sangat sulit, memakan waktu dan sumber daya intensif.
Namun timbul pertanyaan mengapa beberapa usaha kolaborasi bisa
berhasil sementara yang lain gagal. Keberhasilan menutut partner berkomitmen
pada proses-proses yang seringkali panjang yang pada akhirnya mencapai hasil.
Meskipun para donatur siap memberikan bantuan kepada partnership, insentif ini
33
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 34/139
kurang mendesak bagi agen-agen yang tidak menerima sumber daya langsung
atau yang misi organisasi keseluruhan tidak saling melengkapi dengan
partnership tersebut. Organisasi umumnya mau berkolaborasi dengan organisasi
lain jika aktivitas kolaborasi secara keseluruhan tidak mengganggu kekuasaan dan
kontrol (pengawasan yang ada) organisasi yang bersangkutan.
2.3.1. Model Partnership
Menurut Siagian (1997) istilah jaringan kemitraan kerja (partnership)
adalah kerjasama antara organisasi dalam bentuk penggabungan sumber,
penyatuan gerak langkah dan kesamaan tindakan, untuk mencapai tujuan yang
telah disepakati bersama. Partnership di sektor kesehatan yang ada menurut
Notoatmojo (2003) secara umum dibagi dikelompokkan menjadi 2 yaitu :
1. Partnership Model 1, merupakan model paling sederhana
berupa jaring kemitraan kerja yang sering disebut building linkages.
Partnership semacam ini hanya dalam bentuk jaringan kerja (networking ) saja.
Masing-masing mitra atau institusi telah mempunyai program sendiri mulai
merencanakannya, melaksanakannya, mengevaluasinya. Oleh karena adanya
persamaan pelayanan atau sasaran pelayanan atau karakteristik yang lain
diantara mereka, maka dibentuklah jaringan kerja. Sifat partnership ini sering
juga disebut koalisis, seperti Koalisis Indonesia Sehat, Forum Promosi
Kesehatan Indonesia.
2. Partnership Model 2, partnership model ini lebih baik dan
solid, masing masing anggota (mitra) mempunyai tanggung jawab yang lebih
besar terhadap program atau kegiatan bersama. Oleh sebab itu visi, misi, dan
kegiatan dalam mencapai tujuan partnership tersebut harus direncanakan dan
34
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 35/139
dievaluasi bersama. Contoh partnership model ini adalah Gerakan Terpadu
Nasional (GERDUNAS) TB. Paru, dan Gebrak Malaria ( Rollback Malaria).
Gerdunas dan Gebrak Malaria adalah suatu program pemberantasan TB. Paru
dan malaria yang dirancang dan dilaksanakan bersama lintas program dan
sektor.
Langkah-langkah penggalangan partnership menurut Notoatmojo (2003)
adalah sebagi berikut :
1. Melakukan identifikasi stake holder (mitra dan pelaku
potensial).
2. Membangun jaringan kerja sama antara mita dalam upaya
mencapai tujuan.
3. Memadukan sumber daya yang tersedia di masing-masing
mitra kerja.
4. Melaksanakan kegiatan terpadu.
5. Menyelenggarakan pertemuan berkala untuk perencanaan,
pemantauan, penilaian, dan pertukaran informasi.
2.3.2. Tujuan Partnership dan Hasil yang Diharapkan
Dari partnership yang dibentuk, tentu saja mempunyai tujuan tersendiri,
dan tujuan itu dikategorikan menjadi 2, yaitu :
1. Tujuan Umum
Meningkatkan percepatan, efektivitas dan efisiensi upaya kesehatan dan upaya
pembangunan pada umumnya.
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan saling pengertian
35
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 36/139
b. Meningkatkan saling percaya
c. Meningkatkan saling memerlukan
d. Meningkatkan rasa kedekatan
e. Membuka peluang untuk saling membantu
f. Meningkatkan daya, kemampuan, dan kekuatan
g. Meningkatkan rasa saling menghargai
Sedangkan pada dasarnya, hasil partnership yang diharapkan adalah
adanya percepatan, efektivitas dan efisiensi berbagai upaya kesehatan.
2.3.3. Prinsip, Landasan, dan Pengembangan Partnership
Dalam partnership ada prinsip, landasan, dan langkah tersendiri dalam
pengembangannya, adapun pengembangan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Tiga Prinsip Partnership :
a. Kesetaraan, dalam arti tidak ada atas bawah (hubungan vertikal), tetapi
sama tingkatnya (horisontal)
b. Keterbukaan
c. Saling menguntungkan
2. Tujuh Landasan Partnership :
a. Saling memahami kedudukan, tugas dan fungsi (kaitan dengan struktur)
b. Saling memahami kemampuan masing-masing (kapasitas unit organisasi)
c. Saling menghubungi secara proaktif (linkage)
d. Saling mendekati, bukan hanya secara fisik tetapi juga pikiran dan perasaan
(empati, proximity)
e. Saling terbuka, dalam arti kesediaan untuk dibantu dan membantu (opennes)
f. Saling mendorong dan mendukung kegiatan ( synergy)
36
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 37/139
g. Saling menghargai kenyataan masing-masing (reward)
3. Enam Langkah Penunjang Partnership :
a. Penjajagan dan persiapan
b. Penyamaan persepsi
c. Pengaturan peran
d. Komunikasi intensif
e. Melakukan kegiatan
f. Melakukan pemantauan dan penilaian
2.3.4. Indikator Keberhasilan Partnership
Keberhasilan suatu partnership dapat dilihat dari ukuran indikator
keberhasilannya, yaitu :
1. Indikator Input, meliputi jumlah mitra yang menjadi anggota dalam hubungan
kerja sama.
2. Indikator Proses, yaitu kontribusi mitra dalam jaringan partnership, jumlah
pertemuan yang diselenggarakan, jumlah dan jenis kegiatan bersama yang
dilakukan, keberlangsungan partnership yang dijalankan.
3. Indikator Output, yaitu jumlah produk yang dihasilkan, percepatan upaya yang
dilakukan, efektivitas dan efisiensi upaya yang diselenggarakan.
2.3.5. Dimensi Partnership
Dalam partnership secara global terdapat 7 dimensi yang harus diterima
sebelum melakukan partnership, yaitu :
1. Mengenal dan menerima kebutuhan partnership
2. Memberikan kejelasan dan realisme tujuan
4. Menjamin komitmen dan kepemilikan
37
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 38/139
5. Mengembangkan dan memelihara kepercayaan
6. Membuat rancangan partnership yang kuat dan jelas
7. Mengawasi, mengukur, dan mempelajari
Namun untuk partnership secara lokal, dimensi ini meluas menjadi lebih
terfokus pada kelompoknya. Dimensi tambahan evaluasi partnership lokal
dinyatakan sebagai berikut :
1. Memelihara budaya Partnership pada organisasi dan kelompok
2. Melibatkan secara berarti semua stakeholder yang terlibat
3. Mengembangkan komunikasi efektif
Pada penelitian terdahulu (Halliday et al ., 2004), yang merupakan studi
banding evaluasi Partnership di bidang kesehatan, penelitian ini mendapatkan
bahwa keunggulan partnership ada pada 4 dimensi pertama. Ada kesepakatan
bahwa keunggulan tersebut dapat dicapai tanpa penerapan sanksi dan reward yang
tepat. Pada proses penilaian menunjukkan bahwa para responden merasa
organisasi mereka saat ini harus bekerja dengan partnership dengan organisasi lain
untuk mencapai tujuan utama dan hal ini berlaku timbal balik. Responden merasa
bahwa mitra mereka dapat menjamin komitmen yang jelas dari level yang paling
senior di organisasi dan menarik individu baru kedalam jaringan partnership
tersebut. Namun ditemukan pula kelemahan Partnership (partnership). Hal ini
terjadi karena melibatkan semua stake holder yang terkait dalam partnership
secara bermakna. Di mana pada proses penilaian mengungkapkan bahwa individu
dari semua kelompok yang secara relevan terlibat dan stake holder tidak memiliki
akses yang sama terhadap informasi. Banyak kelompok merasa bahwa
keanggotaan formal mereka adekuat tetapi tidak selalu dilibatkan secara nyata
38
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 39/139
atau dalam persebaran informasi di luar orang yang terlibat langsung. Hal ini
dapat di atasi dengan komunikasi efektif. Pengembangan ini berupa pembagian
system informasi dan transfer data, misalnya adanya arus informasi dua arah
antara manajer senior dengan tingkat paling bawah dan adanya strategi
komunikasi yang mencerminkan kebutuhan informasi dari semua stake holder .
2.3.6. Partnership Pemerintah dengan Swasta
Suatu hasil yang penting dari pengembangan model pemerintahan dari
Pelayanan publik yang baru adalah adanya penekanan di kerja sama (kolaborasi)
dibanding kompetisi antara publik dan sektor swasta. Meski banyak ilmuwan
telah menyampaikan banyak definisi-definisi kerja sama (kolaborasi), masing-
masing yang menekankan prasyarat-prasyarat, proses, atau hasil-hasil dari
hubungan, penggunaan komponen sama dapat ditemukan di dalam berbagai
pendekatan (Gazley, 2007).
Kerja sama (kolaborasi) dengan singkat dapat digambarkan sebagai proses
dimana organisasi-organisasi yang menghadapi suatu masalah kemudian mencari
suatu solusi dimana satu sama lain menentukan sasaran hasil mereka yang tidak
bisa dicapai sendirian (Gazley, 2007). Kolaborasi memerlukan keanggotaan
sukarela dan otonomi (para mitra tetap menetapkan keputusan sendiri bahkan
ketika mereka setuju kepada beberapa aturan bersama), dan mereka
melakukannya dengan mengubah tujuan atau keinginan untuk meningkatkan
kapasitasnya dengan berbagi sumber daya. Berdasarkan definisi umum tersebut,
kolaborasi antara pemerintah dengan organisasi nirlaba akan mengecualikan
hubungan kontrak murni, di mana kewenangan tidak dibagi bersama,
penggabungan organisasi-organisasi tadinya mandiri, dan komisi atau panel yang
39
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 40/139
bertemu secara teratur tetapi tidak memiliki sasaran spesifik. Pembedaan seperti
ini adalah sesuai dengan unsur-unsur partnership privat publik seperti yang
digambarkan oleh Fosler dan Peters (Gazley, 2007).
Menurut Fosler, kerja sama (kolaborasi) secara umum melibatkan suatu
derajat tingkat yang lebih tinggi dari perencanaan timbal balik dan manajemen
antar panutan-panutan; kelurusan sasaran, strategi, agenda-agenda, sumber daya
dan aktivitas; satu komitmen yang patut dari investasi dan kapasitas; dan
pembagian resiko-resiko, kewajiban dan bermanfaat bagi organisasi-organisasi
yang berkolaborasi. Oleh karena itu, Fosler menyarankan sesuatu yang kurang
dari wewenang dan koordinasi, dan sesuatu yang lebih dari (sekedar) kooperasi
yang diam-diam (Gazley, 2007).
Kerjasama Pelayanan Publik menguraikan suatu privatisasi bentuk negara,
meski istilah itu sering digunakan tanpa satu definisi yang eksplisit. Becker juga
mencatat kebingungan atas definisi dan menyatakan ketiadakjelasan itu sendiri
sudah mencegah Partnerships Pelayanan Publik mendapatkan lebih banyak
keuntungan dari suatu strategi privatisasi. Peters menetapkan 5 kondisi untuk
Partnerships yang menyertakan pemerintah (Grenwood, 2003) yaitu :
1. Mereka melibatkan dua atau lebih para pelaku (organisasi), dimana sedikitnya
satu dari organisasi tersebut adalah publik.
2. Masing-masing dari para pelaku itu dapat menawar atas nama dirinya sendiri
(tidak mengatas namakan organisasi lain).
3. Partnership melibatkan suatu hubungan yang jangka panjang dan kronis (poin
ini akan meniadakan hubungan-hubungan tergantung dari bantuan dana atau
nilai kompetitif dari kontrak-kontrak yang ditanda-tangani).
40
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 41/139
4. Masing-masing pelaku membuat sumbangan-sumbangan kepada partnership,
yang dapat berupa material (misalnya sumber daya) atau simbolis (misalnya
pembagian otoritas).
5. Semua para pelaku berbagi tanggung jawab untuk hasil yang didapat.
Peters juga mencatat bahwa meskipun formalitas kekuatan partnership ada
pada sasaran (adanya pengaruh dan hasil-hasil, kerjasama pribadi dan publik
dapat memiliki kedua-duanya), dengan dan tanpa manfaat dari suatu persetujuan
atau kontrak yang formal. Peters tidak menyatakan bahwa partnerships selalu
membawa manfaat-manfaat yang sama kepada kedua belah pihak atau bahwa
mereka dapat menghindari permasalahan di dalam kerja sama. Partnerships
tergantung secara kronis pada tingkat prasyarat-prasyarat, termasuk minat dan
peluang untuk kedua belah pihak untuk mendapatkan oleh partnership
(Grenwood, 2003).
2.3.7. Manfaat dan Biaya Kerja Sama Interorganisasional
Sebagian besar literatur yang ada menyatakan bawah kerja sama antar
organisasi mempunyai arti normatif, kooperasi menetapkan sebagai suatu tujuan
dengan sendirinya dan mendiskusikan bagaimana kolaborasi lebih efektif dapat
dicapai (Gazley, 2007). Apa yang diabaikan di dalam diskusi ini adalah adanya
biaya potensi lembaga yang bermitra, biaya-biaya persekutuan-persekutuan
antarorganisasi, yang mungkin menyebabkan ketidak stabilan keuangan,
kesukaran lebih besar dalam mengevaluasi hasil-hasil, dan penggunaan waktu dan
sumber daya lembaga yang mendukung aktivitas kolaboratif (Gazley, 2007).
Singkatnya, kerja sama (kolaborasi) menghasilkan bermacam resiko dan
peluang dan riset komprehensif pada motivasi kolaborasi harus melibatkan kedua
41
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 42/139
faktor yang memaksa dan mendorong untuk berkerja sama. Para pembangkit
adanya kolaborasi menetapkan satu daftar potensi manfaat kooperasi antar
organisasi, termasuk kemampuannya untuk membagi masalah bersama secara
efektif, potensi untuk menghemat biaya belanja organisasi, pelayanan bermutu
dan hasil akhir yang bias menghasilkan keuntungan kompetitif, akses terhadap
ketrampilan atau pasar yang baru dan penyebaran resiko. Kolaborasi dapat juga
berguna untuk menyelesaikan atau menghindari perselisihan (Gazley, 2007).
Pada sektor nirlaba, kerja sama (kolaborasi) antar organisasi dapat
memperbaiki pelayanan dan membangun citra yang lebih kuat di masyarakat
(Gazley, 2007). Lebih dari itu, terhadap manajer yang publik terkait dengan
tantangan tanggung jawab lebih besar yang terjadi oleh privatisasi dan wujud lain
dari kebijakan pemerintah yang tidak langsung, kerja sama mendukung
argumentasi bahwa aliansiantar sektor dapat mempertanggung jawabkan lebih
baik kepada publik. Tanggung jawab ini dicapai oleh potensi lebih besar
pemerintah yang dilibatkan di dalam persekutuan-persekutuan yang strategis
untuk mencapai sasaran.
Berbagai perspektif pengamatan yang bervariasi terhadap kolaborasi
membantu mengatasi ketidak pastian keuangan dari luar. Pendekatan pada
keuntungan kooperasi antarorganisasi, dengan menekankan kolaborasi atau
menurunkan ketidakpastian, mempunyai kemungkinan ekstensif untuk dijelajahi
di dalam literatur yang tidak mencari keuntungan dan juga dicerminkan di dalam
kerangka-kerangka teoritis yang dibahas sebelumnya (Hasnain at al ., 2003).
Beberapa kerangka-kerangka teoritis dalam pengambilan keputusan
strategis pada organisasi membantu menjelaskan daya dorong untuk membentuk
42
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 43/139
persekutuan antar organisasi. Kerja sama (kolaborasi) dipandang sebagai suatu
perilaku yang diinginkan dan boleh bahkan diperlukan atau yang diharapkan
berpengaruh oleh para pelaku (Hasnain et al ., 2003). Bagaimanapun, penelitian
teori Partnership terakhir secara umum menekankan pada cara-cara bagaimana
kolaborasi antar organisasi dapat meningkatkan sumber daya dan menurunkan
biaya (beban) daripada bagaimana kebutuhan aliansi dan persekutuan terhadap
sumber daya, waktu dan tenaga dari mitranya.
2.3.8. Kompleksitas Penerapan Partnership
Permasalahan kesehatan muncul karena terganggunya determinan
kesehatan sehingga perlu dilakukan identifikasi faktor determinan apa saja yang
terkait dengan permasalahan kesehatan tersebut. Dari hasil analisis ini diharapkan
dapat dipetakan hubungan antara masalah kesehatan dengan faktor (determinan)
kesehatan, sehingga penyebab permasalahan kesehatan pada kelompok sasaran di
wilayah masing-masing dapat lebih teridentifikasi. Beberapa faktor determinan
yang langsung mempengaruhi status kesehatan tersebut adalah genes, disease
experience, health and well being of populations, health system influences, global
and ecological perspective, social, cultural and environmental determinants,
gender perspective dan public health perspective (Bealeghole, 2002)
Memperhatikan kompleksnya permasalahan kesehatan serta faktor
determinan kesehatan, tidak mungkin masalah kesehatan dapat diatasi oleh sektor
kesehatan sendiri tanpa melibatkan stakeholder. Untuk mengatasi berbagai
permasalahan kesehatan tersebut perlunya koordinasi baik lintas program maupun
dengan stakeholder terkait melalui mekanisme tertentu sehingga dalam
pelaksanaan kegiatan dapat terpadu. Keterpaduan yang diharapkan meliputi
43
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 44/139
berbagai aspek mulai dari aspek kegiatan, aspek ketenagaan, aspek pendanaan,
maupun aspek sarana dan prasarana Chu (1994).
Dalam koordinasi tersebut perlu ditetapkan hubungan antara stakeholder
terkait apakah bersifat hubungan vertikal, hubungan horizontal, atau bentuk
komando koordinasi. Adapun alternatif peran yang dapat diambil oleh setiap
stakeholder dalam posisi hubungan partnership adalah peran sebagai :
1. Inisiator, yaitu pemrakarsa partnership dalam rangka sosialisasi dan
operasionalisasi program-program kesehatan
2. Motor atau dinamisator, yaitu penggerak partnership, melalui pertemuan,
kegiatan bersama, dll
3. Fasilitator, yaitu pihak yang memfasiltasi, memberi kemudahan sehingga
kegiatan partnership dapat berjalan lancar
4. Anggota aktif, yaitu anggota yang akan berperan dan terlibat dalam
pelaksanaan kemitraan secara aktif
5. Peserta kreatif, yaitu sebagai peserta kegiatan partnership yang mampu
bertidak secara kreatif
6. Pemasok input teknis, yaitu pemberi masukan teknis (program kesehatan)
7. Pemberi dukungan sumber daya, yaitu pemberi dukungan sumber daya sesuai
dengan kondisi, masalah, dan potensi yang ada
Bila penanganan permasalahan kesehatan yang disertai dengan perbaikan
terhadap faktor determinan kesehatan dilakukan secara sinergis antar stakeholder
terkait maka diharapkan dapat tercapai percepatan efektivitas dan efisiensi kerja
demi terciptanya 11 poin utama Chu (1994).
a. a clean, safe physical environment of high quality (including housing quality)
44
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 45/139
b. an ecosystem that is stable now and sustainable in the long term
c. a strong mutually supportive and non-exploitive community
d. a high degree of participation and control by the public over the decision
affecting their lives, health and wellbeing
e. the meeting of basic needs for all the city’s people, for food, water, shelter,
income, safety, and work
f. access to a wide variety of experiences and resources, with the chance for wide
variety of contact, interaction and communication
g. a diverse, vital and innovative city economy
h. the encouragement of connectedness with the past, with the cultural, with other
groups and individual
i. a form that is compatible with and enhances the preceding characteristics
j. an optimum level of appropriate public health and sick care services
accessible to all
k. high health status, high levels of positive health and low levels of disease
Menurut Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur (2007), sinergitas program
partnership sangat diperlukan untuk merealisasikan Visi dan Misi Jawa Timur
Sehat 2008, dan tidak mungkin hanya dibebankan pada sektor kesehatan saja
karena masalah kesehatan adalah muara dari semua sektor pembangunan.
Dengan adanya partnership antar mitra kerja ( stakeholder ) terkait maka
diharapkan dapat terjadi :
1. Peningkatan koordinasi dan komunikasi untuk memenuhi kewajiban peran
masing-masing stakeholder terkait dalam pembangunan kesehatan
45
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 46/139
2. Peningkatan kemampuan bersama dalam menanggulangi masalah yang
berhubungan dengan kesehatan untuk kemashlahatan bersama
Untuk mengetahui peran masing-masing stakeholder dalam pembangunan
bidang kesehatan, perlu disusun suatu perencanaan yang akan mengidentifikasi
beberapa alternatif peran yang dapat dilakukan, yang disesuaikan dengan :
7. Permasalahan kesehatan pada kelompok sasaran yang terkait dengan komitmen
global maupun komitmen nasional
8. Permasalahan kesehatan pada kelompok sasaran yang bersifat lokal spesifik
9. Permasalahan kesehatan yang terkait dengan lingkungan fisik dan lingkungan
sosial, ekonomi, dan budaya
10. Masalah kesehatan yang terkait dengan perilaku yang tidak sehat
11. Masalah kesehatan kelompok tertentu
2.3.9. Contoh Partnership dalam Kesehatan
1. Paguyuban Penderita Tuberkulosis Kec. Sumber Jambe
Salah satu pendekatan partnership yang berbasis komunitas adalah program
penanggulangan tuberkulosis telah dilaksanakan di Propinsi Jawa Timur yaitu
dengan adanya peran serta masyarakat melalui Paguyuban Penderita
Tubekulosis Kec. Sumber Jambe.
Kecamatan Sumber Jambe adalah salah satu kecamatan di Kab. Jember dan
terletak di sebelah utara Kota Jember dengan jarak tempuh + 35 km yang
berada di dataran tinggi di kaki Gunung Raung. Jumlah penduduknya sekitar
53.806 jiwa, dengan sebagian bekerja sebagai petani maupun buruh
perkebunan.
46
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 47/139
Untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan, penduduk lebih banyak
berobat ke Puskesmas Sumber Jambe. Penyakit menular yang sering ditemukan
adalah diantaranya penyakit Campak dan tuberkulosis (TB). Untuk pelayanan
pengobatan tuberkulosis, Puskesmas Sumber Jambe secara khusus
mengumpulkan hari pemberian obat anti tuberkulosisi (OAT) pada hari yang
sama sehingga sesama penderita sering bertemu dan saling bertukar informasi
terutama tentang penyakit yang diderita dan pengalaman mengenai bagaimana
cara penanganannya.
Adanya pemahaman bahwa penyakit tuberkulosis yang dideritanya merupakan
penyakit menular sehingga dapat menularkan kepada orang lain dan dulunya
dirinya sendiri secara tidak sengaja tertulari. Selain itu adanya rasa senasib
diantara sesama penderita TB yang berobat secara teratur di Puskesmas
Sumber Jambe.
Setelah dinyatakan sembuh, para mantan penderita ini merasa ikut bertanggung
jawab karena sebagai sumber penularan sehingga ikut membantu mencari
penderita yang dicurigai tertular TB dan ikut membantu sebagai pengawas
minum obat (Fahrudda, Ansarul, dkk., 2005).
2. Tujuan Pembentukan Paguyuban
Tujuan dari paguyuban penderita tubekulosis ini adalah membantu menurunan
angka kesakitan TB sehingga TB tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat
di Kec. Sumber Jambe Kab. Jember (Fahrudda, Ansarul, dkk., 2005).
Adapun tujuan secara khusus, yaitu :
a. Sebagai wadah komunikasi antara mantan penderita maupun penderita TB.
b. Untuk tetap berobat sampai sembuh.
47
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 48/139
c. Secara perorangan membantu penemuan suspek penderita TB.
d. Secara perorangan membantu sebagai pengawas minum obat.
e. Sebagai wadah pengembangan usaha peningkatan penghasilan penderita
atau mantan penderita TB yang berasal dari tingkat sosial ekonomi rendah.
3. Kegiatan dan Peran dalam Program Penanggulangan Tuberkulosis
Kegiatan utama dari paguyuban ini adalah :
1. Pertemuan rutin 3 bulanan
2. Penemuan suspek di masyarakat
3. Sebagai pengawas minum obat
Setelah melalui pertemuan telah diadakan pemilihan yang secara sepakat
dipilih Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris dan Wakil Sekretaris. Jumlah
seluruhnya pengurus dan anggota yang terdaftar sebanyak 80 orang dimana
semuanya adalah penderita yang masih berobat dan yang sudah sembuh setelah
menjalani pengobatan tuberkuloisis. Pengurus dan anggota paguyuban relatif
berasal dari tingkat sosial ekonomi rendah. Pada awalnya dana kegiatan
pertemuan dibantu sepenuhnya oleh Puskesmas Sumber Jambe yang berasal
dari dana PKM dan dana operasional dinas terkait, yang kemudian meningkat
pada pemenuhan dana mandiri melalui kontribusi secara sukarela anggota.
Sebelum secara resmi terwadahi dalam paguyuban ini yaitu tahun 2004, para
anggota sudah banyak membantu pelaksanaan program penanggulangan
Tuberkulosis. Peran aktifnya terutama dalam sosialisasi program, pengawasan
pengobatan dan penemuan suspek. Pada tahun 2005 dilaporkan paguyuban ini
membawa 5 orang yang dicurigai sebagai penderita TB ke Puskesmas Sumber
Jambe, setelah dilakukan pemeriksaan 5 orang tersebut menderita TB BTA
48
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 49/139
positif. Paguyuban ini telah membantu UPT Puskesmas setempat dalam
program penanggulangan Tuberkulosis, dimana pencapaian program sangat
baik. Penemuan penderita baru TB BTA (+) pada tahun 2004 telah mencapai
80% dan angka kesembuhan pada tahun 2003 > 85%. Hasil ini jauh lebih baik
dibandingkan pada tahun sebelumnya (tahun 2003) dimana penemuan
penderita baru TB BTA positif mencapai 28%. Pencapaian memberikan
dampak pada penurunan angka kesakitan TB di Kec. Sumber Jambe.
Model partnership berbasis masyarakat atau paguyuban penderita penyakit
tuberkulosis ini perlu dikembangkan ke daerah lainnya terutama di daerah
beresiko tinggi, dengan mempertimbangkan budaya dan tingkat sosial yang
ada. Untuk kelanggengan paguyuban diperlukan komitmen dari para anggota,
yaitu kesepakatan melaksanakan kegiatan utama membantu penemuan suspek
TB dan sebagai pengawas minum obat. Selanjutnya dibuat kesepakatan usaha
peningkatan penghasilan pengurus dan anggota melalui usaha kecil dan
menengah (UKM) disamping mengajak pihak swasta atau donator yang tidak
terikat (Fahrudda, Ansarul, dkk., 2005).
2.4. Teori Blum ( Determinant Factors of Health)
Blum (1972), menjelaskan bahwa determinan derajat kesehatan meliputi 4
faktor yaitu genetic, environment , health service, dan behavior . Kualitas dan
kuantitas tiap faktor bisa muncul secara berbeda-beda dalam mempengaruhi status
kesehatan, selain itu tiap faktor juga tidak selalu muncul secara bersamaan dalam
mempengaruhi kondisi kesehatan tertentu.
49
Health Service
Environment
Genetic
Behavior Health
Status
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 50/139
Gambar 2.1. Teori Blum ( Determinant Factors of Health)
Selain berpengaruh terhadap status kesehatan, ke-empat faktor determinan
tersebut ( genetic, environment , health service, dan behavior ) juga saling
berinteraksi dan saling mempengaruhi satu sama lainnya. Dalam kajian ilmu
epidemiologis sosial, sering kali faktor genetic disetarakan dengan faktor socio
demographic terutama untuk studi penelitian kesehatan yang lebih berkosentrasi
pada dimensi sosial kemasyarakatan (menkokesra.go.id, 2007 online).
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL
3.1. Kerangka Konseptual Penelitian
50
IncidenceRate
DBD
AgkaBebas
Jent
ik
(ABJ)
Lingkungan (Fisik Biologis)
kondisi geografistempat penampungan air
tingkat kepadatan penduduk
faktor cuaca dan iklim
populasi vektor (nyamuk)
Sosial Demografi
pengetahuan spesifik
tingkat pendidikan masyarakat
tingkat pendapatan masyarakat
Perilaku (Masyarakat)
perilaku hidup bersih dan sehat
patogenitas virus (dengue)
Pelayanan Kesehatan
faktor kepemimpinan perencanaan program
pola partnershipunsur
bentuk
pelaksanaan
kendala partnership
sistem kompensasi
supervisi dan koordinasi
pembiayaan (anggaran)
pengetahuan petugas ( partnership)
faktor motivasi petugas
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 51/139
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 52/139
6. Lingkungan (Fisik Biologis)
g. Kondisi geografis
h. Tempat penampungan air
i. Tingkat kepadatan penduduk
j. Faktor cuaca dan iklim
k. Populasi vektor (nyamuk)
l. Patogenitas virus (dengue) (terkait dengan Incidence Rate DBD namun
tidak memiliki keterkaitan dengan Angka Bebas Jentik)
7. Pelayanan Kesehatan
a. Keorganisasian yang meliputi perencanaan program, pola dan kendala
partnership, sistem kompensasi, supervisi dan koordinasi, serta pembiayaan
b. Internal individu (petugas) yang meliputi kepemimpinan, pengetahuan, dan
motifasi petugas kesehatan
8. Perilaku (Masyarakat)
b. Perilaku hidup bersih dan sehat, baik sebagai individu maupun dalam
kapasitasnya sebagai anggota masyarakat
Tidak semua variabel yang terdapat dalam kerangka konseptual penelitian
ikut diteliti, namun dibatasi pada pada identifikasi tingkat pengetahuan petugas
sanitasi Puskesmas mengenai kemitraan ( partnership), serta analisis pengaruh
kemitraan ( partnership) yang telah terbentuk antara pihak internal (sanitarian) dan
eksternal Puskesmas terhadap angka Incidence Rate DBD dan Angka Bebas
Jentik (ABJ) di kota Surabaya.
1. Identifikasi pengetahuan petugas sanitasi mengenai partnership, meliputi :
a. Pengertian partnership
52
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 53/139
b. Tujuan partnership
c. Prinsip partnership
d. Pengembangan partnership
e. Pihak yang terkait partnership
2. Aspek atau pola kemitraan ( partnership) yang telah dilakukan, meliputi :
a. Unsur partnership (jumlah dan komponen)
b. Bentuk partnership
c. Pelaksanaan partnership
3. Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan partnership selama ini
Hasil analisis ini digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam perumusan
usulan kemitraan strategis sebagai upaya untuk menurunkan Incidence Rate DBD
dan meningkatkan Angka Bebas Jentik (ABJ) di kota Surabaya ke depan.
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1. Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan studi observational analityc dengan rancang
bangun cross sectional , karena pada penelitian tidak diberikan perlakuan terhadap
responden dan pengamatan hanya dilakukan dalam satu kurun waktu tertentu.
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian :
53 Puskesmas pada seluruh kecamatan di wilayah kota Surabaya
53
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 54/139
2. Waktu Penelitian :
Periode bulan September 2007 s/d Pebruari 2008
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian
4.3.1. Populasi Penelitian
Populasi penelitian ini adalah petugas sanitasi Puskesmas pada seluruh
kecamatan di wilayah kerja kota Surabaya.
4.3.2. Sampel Penelitian
Untuk sampel penelitian diambil 1 petugas sanitasi sebagai responden
yang mewakili masing-masing Puskesmas pada seluruh kecamatan di wilayah
kerja kota Surabaya, sehingga didapatkan 53 responden pada 53 Puskesmas dari
31 kecamatan di seluruh kota Surabaya (total population). Untuk Puskesmas
dengan lebih dari satu petugas sanitasi hanya akan diambil satu petugas saja
sebagai responden (petugas senior), jadi pada setiap kecamatan di kota Surabaya
terwakilili oleh satu petugas sanitasi Puskesmas sebagai sampel penelitian.
4.4. Kerangka Operasional
54
Studi Pendahuluan
Penetapan Sampel
pengetahuan petugas
sanitasi Puskesmas
mengenai partnership
Identifikasi Pengetahuan
unsur partnership
bentuk partnership pelaksanaan partnership
Analisis Pola Partnership Analisis Kendala
Partnership
analisisdeskriptif
(eksplorasi)
kendala yang
muncul pada
penerapan dan
pelaksanaan
partnership
analisis kuantitatif (uji
statistik) mengenai
pengaruh partnership
terhadap Incidence Rate
DBD dan Angka BebasJentik (ABJ)
Incidence Rate DBD
dan
Angka Bebas Jentik
Perumusan
Usulan Partnership
PenyusunanStrategic Issue
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 55/139
Gambar 4.1. Kerangka Operasional Penelitian
4.5. Variabel Penelitian
Dalam studi observasional analityc ini terdapat dua variabel yang terbagi
sebagai dependent variable dan independent variable.
1. Variabel Bebas : Pola Partnership (unsur, bentuk, dan pelaksanaan)
2. Variabel Terikat : Incidence Rate DBD dan Angka Bebas Jentik (ABJ)
Selain itu sebagai bahan penunjang perumusan usulan partnership juga
ditetapkan variabel lain, yaitu pengetahuan petugas dan kendala kemitraan.
4.6. Instrumen Penelitian
Instrumen yang dipakai dalam penelitian ini adalah kuesioner tertutup dan
kuesioner terbuka.
55
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 56/139
4.7. Uji Validitas dan Reliabilitas
Untuk mengetahui validitas dan reliabilitas kuesioner penelitian (closed
questioner ), baik untuk variabel pengetahuan maupun pola partnership dilakukan
uji coba kuesioner terhadap 10 petugas sanitasi (selain responden).
1. Pengetahuan Petugas
a. Nilai Cronbach’s Alpha 0,953 lebih besar dari koefisien korelasi r table
0,632 (α = 0,05 dan n = 10), sehingga dinyatakan reliabel secara internal.
b. Masing-masing nilai ρ Exact Sig. (2 tailed ) lebih besar dari nilai α (0,05),
sehingga dinyatakan reliabel secara eksternal.
c. Masing-masing nilai r Corrected Item (total correlation) lebih besar dari
koefisien korelasi r Pearson 0,632 (α = 0,05 dan n = 10), sehingga
dinyatakan valid.
2. Pola Partnership
a. Nilai Cronbach’s Alpha 0,936 (bentuk kemitraan) dan 0,944 (pelaksanaan
kemitraan) masing-masing lebih besar dari koefisien korelasi r table 0,632
(α = 0,05 dan n = 10), sehingga dinyatakan reliabel secara internal.
b. Masing-masing nilai ρ Exact Sig. (2 tailed ) baik untuk bentuk kemitraan dan
pelaksanaan kemitraan lebih besar dari nilai α (0,05), sehingga dinyatakan
reliabel secara eksternal.
c. Masing-masing nilai r Corrected Item (total correlation) baik untuk bentuk
kemitraan dan pelaksanaan kemitraan lebih besar dari koefisien korelasi r
Pearson 0,632 (α = 0,05 dan n = 10), sehingga dinyatakan valid.
56
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 57/139
Hasil uji di atas menunjukkan bahwa kuesioner ini telah valid dan reliabel
untuk digunakan sebagai instrumen pengumpulan data penelitian. Hasil lengkap
uji validitas dan reliabilitas kuesioner penelitian dapat dilihat pada lembar
lampiran 6.
4.8. Definisi Operasional
Tabel 4.1. Definisi Operasional Penelitian
No Variabel Definisi Pengukuran Skala Kriteria
1. Pengetahuan
Partnership
Pengetahuan atau
pemahaman
petugas sanitasi
Puskesmas
terhadap konsep
kemitraan
( partnership)
Closed Questioner
Ratio 10 pertanyaan
dengan nilai 4
untuk jawaban
benar dan nilai 0
untuk jawaban
salah :
- Baik
nilai ≥ 32
- Kurang
nilai ≤ 31
No Variabel Definisi Pengukuran Skala Kriteria
2. Pola
Partnership
Pola penerapan
kemitraan
( partnership)
khususnya
mengenai program
pemberantasan
DBD yang telah
dilaksanakan oleh pihak internal dan
eksternal
Puskesmas, dengan
kategorisasi :
- Unsur
Partnership(jumlah mitra
dalam kerja
sama)
Closed
Questioner
Ratio 1 pertanyaan
dengan bentuk
jawaban
nominal antara
0 s/d ∞ (tak
terhingga)
57
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 58/139
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 59/139
4.9. Teknik Pengumpulan, Pengolahan, dan Analisis Data
4.9.1. Teknik Pengumpulan Data
Data primer diperoleh dari petugas sanitasi Puskesmas selaku responden
penelitian, melalui instrumen kuesioner dengan kriteria sebagai berikut :
1. Kuesioner Tertutup : Pengetahuan dan Pola Partnership (Unsur, Bentuk,
dan Pelaksanaan)
2. Kuesioner Terbuka : Kendala Partnership
4.9.2. Teknik Pengolahan Data
Data hasil penelitian diolah secara bertahap dengan teknik editing , coding ,
dan tabulasi.
1. Editing
Dilakukan pemeriksaan pada data yang masuk, meliputi pemeriksaan
kelengkapan kuesioner, kejelasan makna jawaban, dan relevansi jawaban.
2. Coding
Data penelitian yang masuk diklarifikasikan sesuai dengan kategorinya
masing-masing.
3. Tabulasi
Setelah coding dilakukan, kemudian data disusun ke dalam bentuk tabel untuk
memudahkan analisis.
4.9.3. Teknik Analisis Data
1. Variabel Pengetahuan
Analisis data dilakukan dengan mencari nilai rata-rata (mean) variabel
pengetahuan responden tentang konsep partnership. Klasifikasi pengetahuan
59
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 60/139
partnership, dengan kategori pengetahuan partnership baik dan pengetahuan
partnership kurang.
a. Pengetahuan dalam kategori baik bila total score kuesioner untuk nomor 1
sampai 10 bernilai ≥ 32, dengan asumsi bahwa distribusi pilihan jawaban
benar sama atau lebih dari delapan item pertanyaan.
b. Pengetahuan dalam kategori kurang bila total score kuesioner untuk nomor
1 sampai 10 bernilai ≤ 31, dengan asumsi bahwa distribusi pilihan jawaban
benar kurang dari delapan item pertanyaan.
2. Variabel Pola Partnership (Unsur, Bentuk, dan Pelaksanaan)
Analisis data dilakukan menggunakan uji regresi linier berganda (multiple
linear regression) dengan nilai α = 5% (0,05) antara nilai mean hasil tes
responden untuk variabel unsur, bentuk, dan pelaksanaan partnership terhadap
nilai Incidence Rate DBD dan Angka Bebas Jentik (ABJ) kota Surabaya tahun
2006 (data sekunder).
Dengan asumsi uji regresi :
a. Terdapat multiple independent variable
b. Data kuantitatif berdistribusi normal dan berskala ratio
c. Tidak terjadi multikolinearitas dan heteroskesdasitas
d. Tidak terjadi autokorelasi
Uji ini untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh antara unsur, bentuk, dan
pelaksanaan partnership terhadap nilai Incidence Rate DBD dan Angka Bebas
Jentik (ABJ).
Klasifikasi bentuk partnership, dengan kategori partnership bentuk 2 dan
partnership bentuk 1.
60
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 61/139
a. Kategori partnership bentuk 2 bila total score kuesioner untuk nomor 12
sampai 17 bernilai ≥ 18, dengan asumsi bahwa distribusi pilihan jawaban a
dan b ( score 4 dan 3) lebih mendekati partnership bentuk ke dua.
b. Kategori partnership bentuk 1 bila total score kuesioner untuk nomor 12
sampai 17 bernilai ≤ 17, dengan asumsi bahwa distribusi pilihan jawaban c
dan d ( score 2 dan 1) lebih mendekati partnership bentuk pertama.
Klasifikasi pelaksanaan partnership, dengan kategori pelaksanaan partnership
baik dan pelaksanaan partnership buruk.
a. Pelaksanaan partnership dalam kategori baik bila total score kuesioner
untuk nomor 18 sampai 22 bernilai ≥ 12, dengan asumsi bahwa distribusi
pilihan jawaban a ( score 3) sama atau lebih dari empat item pertanyaan.
b. Pelaksanaan partnership dalam kategori buruk bila total score kuesioner
untuk nomor 18 sampai 22 bernilai ≤ 11, dengan asumsi bahwa distribusi
pilihan jawaban a ( score 3) kurang dari empat item pertanyaan.
3. Variabel Kendala Partnership
Analisis data dilakukan secara deskriprif berdasarkan hasil eksplorasi jawaban
dan pendapat responden terhadap kendala-kendala yang ditemui dalam
penerapan program kemitraan ( partnership), di mana hasilnya akan disajikan
dalam bentuk narasi.
Hasil analisis data ini kemudian akan digunakan sebagai bahan
pertimbangan untuk merumuskan usulan kemitaraan strategis ( partnership) antara
pihak internal dan eksternal Puskesmas, khususnya dalam program pemberantasan
DBD.
61
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 62/139
BAB 5
HASIL PENELITIAN
Penyakit DBD disebabkan oleh karena virus Dengue yang ditularkan
melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Penularan penyakit ini relatif cepat
dibandingkan dengan penyakit lainnya. Kota Surabaya seperti kota besar lainnya
memiliki penderita DBD cukup tinggi meskipun belum termasuk Kejadian Luar
Biasa (KLB). Pada tahun 2007 ditemukan 3.213 orang penderita DBD dengan
angka Incidence Rate sebesar 113,19 per 100.000 penduduk, ini lebih rendah
dibandingkan angka Incidence Rate tahun 2006 sebesar 149,11 per 100.000
62
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 63/139
penduduk. Penurunan Incidence Rate DBD ini menunjukan bahwa upaya yang
dilakukan Pemerintah Kota Surabaya sudah cukup optimal, tetapi tidak tertutup
kemungkinan penurunan Incidence Rate karena trend fluktuasi tahunan, di mana
pada tahun 2000 - 2003 Incidence Rate mengalami penurunan lalu naik lagi pada
tahun 2004 - 2005, dan mencapai puncaknya tahun 2006 yang kemudian kembali
turun pada tahun 2007 (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, 2007).
5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
5.1.1. Kondisi Geografis
Kota Surabaya secara geografis terletak antara 7°21¨ Lintang Selatan dan
112°36¨ - 112°54¨ Bujur Timur, dengan luas wilayah 326,26 km yang terdiri dari
31 kecamatan dan 163 kelurahan. Kota Surabaya terletak dengan ketinggian 3 - 6
meter dari permukaan laut, kecuali daerah selatan yang ketinggiannya mencapai
25 - 50 meter di atas permukaan laut, dengan batas-batas sebagai berikut.
1. Sebelah Utara : Selat Madura
2. Sebelah Selatan : Kabupaten Sidoarjo
3. Sebelah Timur : Selat Madura
4. Sebelah Barat : Kabupaten Gresik
5.1.2. Kondisi Demografis
Data kependudukan sangat penting dan mempunyai arti strategis dalam
pembangunan bidang kesehatan, sebab hampir semua kegiatan pembangunan
kesehatan obyek sasarannya adalah masyarakat atau penduduk. Adapun jumlah
penduduk kota Surabaya tahun 2006 adalah 2.780.490 jiwa meliputi jumlah
penduduk laki-laki 1.377.951 jiwa dan jumlah penduduk perempuan 1.362.539
63
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 64/139
jiwa dengan rasio jenis kelamin 101,13 dan rasio tanggungan 38,59. Rata-rata
jumlah anggota keluarga di setiap rumah tangga sekitar 4 jiwa, dengan tingkat
kepadatan penduduk mencapai 8.519 jiwa/km2
.
Berdasarkan data proyeksi BPS 2007, penduduk kelompok usia 31 - 40
tahun adalah kelompok penduduk dengan jumlah tertinggi yang mencapai
328.186 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk terendah ada pada kelompok usia < 1
tahun, yaitu 48.374 jiwa. Distribusi penduduk usia > 10 tahun berdasarkan tingkat
pendidikannya, tertinggi adalah tamatan Sekolah Dasar atau setingkat Madrasah
Ibtidaiyah sekitar 756.612 jiwa. Jumlah penduduk dengan tingkat pendidikan
tamatan Universitas sebanyak 229.194 jiwa, dan jumlah penduduk yang tidak atau
belum pernah sekolah sebanyak 569.260 jiwa (bps.go.id, 2007 online).
5.1.3. Sarana Pelayanan Kesehatan
Jenis dan jumlah sarana pelayanan kesehatan di Kota Surabaya pada tahun
2006 dapat dilihat pada tabel 5.1.
Tabel 5.1. Sarana Pelayanan Kesehatan di Kota Surabaya Tahun 2006
No Jenis sarana kesehatan Jumlah
1. Rumah Sakit Umum 29
2. Rumah Sakit Jiwa 1
3. Rumah Sakit Bersalin 14
4. Rumah Sakit Khusus Lain 3
5. Puskesmas Perawatan 6
6. Puskesmas Non Perawatan 47
7. Rumah Bersalin 54
8. Praktek Dokter Bersama 27
9. Praktek Dokter Perorangan 1.552
10. Pengobatan Tradisional dan Alternatif 55
11. Posyandu 2.835
12. Apotik 123
13. Toko Obat 3
14. GFK 1
Total 4.750
Sumber : Data Sekunder Dinas Kesehatan Kota Surabaya 2007
64
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 65/139
Sarana pelayanan terbanyak jumlahnya adalah Posyandu, yaitu 2.835
sedangkan sarana pelayanan kesehatan paling sedikit adalah Rumah Sakit Jiwa
dan Gudang Farmasi Kota (GFK) yaitu masing-masing hanya berjumlah 1.
5.1.4. Tenaga Kesehatan
Gambaran jumlah dan jenis tenaga kesehatan yang tercatat di Dinas
Kesehatan Kota Surabaya tahun 2006 terbagi dalam 8 kategori, dapat dilihat pada
tabel 5.2. berikut ini.
Tabel 5.2. Tenaga Kesehatan di Kota Surabaya Tahun 2006
No Tenaga Kesehatan Jumlah
1. Tenaga Medis 2.483
2. Apoteker 459
3. Sarjana Kesehatan Masyarakat 172
4. Perawat 4.071
5. Bidan 747
6. Gizi 173
7. Sanitasi 89
8. Teknisi Medis 733
Total 8.927
Sumber : Data Sekunder Profil Kesehatan Surabaya 2007
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa jenis tenaga kesehatan
tertinggi adalah perawat sebanyak 4.071 orang, dan jumlah tenaga kesehatan
terendah adalah tenaga sanitasi sebanyak 89 orang.
5.1.5. Kegiatan Petugas Sanitasi Puskesmas
Kegiatan petugas sanitasi di Puskesmas di Kota Surabaya dijadwalkan
dalam jangka waktu 1 bulan mulai tanggal 1 sampai dengan tanggal 31. Kegiatan
yang telah dilaksanakan selama 1 bulan dilaporkan hasilnya paling lambat tanggal
25 setiap bulannya. Kegiatan petugas sanitasi diatur sesuai dengan buku panduan
petugas sanitasi oleh Depkes RI.
65
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 66/139
Dalam menjalankan tugasnya untuk pelayanan kepada masyarakat petugas
sanitarian selalu bekerja sama dan berkoordinasi dengan perangkat kelurahan,
instansi pemerintah selain kesehatan dan dengan pihak yang terkait seperti PKK,
kader kesehatan, tokoh masyarakat, dll. Jadwal kegiatan sanitarian disusun dengan
mempertimbangkan berbagai aspek, antara lain :
a. Maksud dan tujuan dari setiap kegiatan
b. Disesuaikan dengan situasi dan kondisi masyarakat setempat
c. Keterkaitan dengan kalender kegiatan dan hari libur umum
d. Kegiatan yang berhubungan dengan program instansi lain
5.2. Gambaran Umum Karakteristik Responden
Karakteristik petugas sanitasi Puskesmas sebagai responden dalam
penelitian ini dicermati melalui dua aspek, yaitu karakteristik berdasarkan
kelompok usia serta karakteistik berdasarkan tingkat pendidikan. Data penelitian
menunjukkan bahwa sebagian besar petugas sanitasi Puskesmas berada pada
kelompok usia 40 hingga 50 tahun (41,51%) dengan jumlah terendah ada pada
kelompok usia di atas 50 tahun (9,43%).
Data responden berdasarkan kelompok usia dapat dilihat pada tabel 5.3.
berikut ini.
Tabel 5.3. Distribusi Responden berdasarkan Kelompok Usia
Kelompok Usia Jumlah Persentase (%)
20 - 30 11 20,75
30 - 40 15 28,30
40 - 50 22 41,51
> 50 5 9,43
Total 53 100
Sumber : Data Primer Penelitian 53 Puskesmas di Surabaya 2007
66
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 67/139
Petugas sanitasi Puskesmas sebagai responden penelitian memiliki latar
belakang tingkat pendidikan yang bervariasi, mulai dari tingkat SMA sederajat
(16,98%), tingkat Ahli Madya (58,49%), sampai dengan tingkat pendidikan
Sarjana (24,53%).
Data responden berdasarkan tingkat pendidikan terakhir dapat dilihat pada
tabel 5.4. berikut ini.
Tabel 5.4. Distribusi Responden berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase (%)
SMA Sederajat 9 16,98Ahli Madya (D3) 31 58,49
Sarjana (S1) 13 24,53
Total 53 100
Sumber : Data Primer Penelitian 53 Puskesmas di Surabaya 2007
Pengumpulan data primer dilakukan selama periode Oktober 2007 sampai
Januari 2008 dengan teknik wawancara langsung menggunakan kuesioner
terhadap responden (sanitarian). Dari kuesioner ini diperoleh gambaran mengenai
pengetahuan petugas sanitasi mengenai partnership, pola partnership yang telah
dilaksanakan, serta kendala yang muncul selama pelaksanaan partnership.
5.3. Pengetahuan Partnership
Dari 53 petugas sanitasi didapatkan hanya 12 responden (22,64%) yang
memiliki tingkat pengetahuan kategori baik (nilai ≥ 32), sementara 41 resonden
(77,36%) memiliki tingkat pengetahuan kategori kurang (nilai ≤ 31). Nilai
tertinggi yang dicapai responden adalah 40 sedangkan nilai terendah adalah 4.
Data tingkat pengetahuan responden mengenai konsep partnership dapat
dilihat pada tabel 5.5.
Tabel 5.5. Distribusi Responden berdasarkan Tingkat Pengetahuan tentang
Partnership
Tingkat Pengetahuan Jumlah Persentase (%)
67
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 68/139
Baik 12 22,64
Kurang 41 77,36
Total 53 100
Sumber : Data Primer Penelitian 53 Puskesmas di Surabaya 2007
Melalui data tersebut dapat dikatakan bahwa rata-rata tingkat pengetahuan
petugas sanitasi Puskesmas mengenai konsep kerja sama kemitraan ( partnership)
berada pada kategori “kurang” dengan nilai rata-rata hasil tes pengetahuan pada
kisaran 21,66.
5.4. Pola Partnership
Pola partnership di sini merupakan gambaran penerapan dan pelaksanaan
kemitraan antara pihak internal Puskesmas (petugas sanitasi) dengan pihak
eksternal Puskesmas dalam program pemberantasan DBD di wilayah kerja
masing-masing Puskesmas. Gambaran mengenai pola kemitraan ini sendiri
dianalisis melalui 3 aspek mendasar, yaitu unsur atau jumlah pihak yang terlibat
dalam program kemitraan, bentuk kemitraaan, serta pelaksanaan program
kemitraan itu sendiri.
5.4.1. Unsur Kemitraan
Melalui data hasil penelitian diketahui bahwa seluruh Puskesmas (53
Puskesmas) telah melakukan upaya partnership dalam program pemberantasan
DBD di wilayah kerja mereka masing-masing. Jumlah dan pihak mana saja yang
ikut dilibatkan dalam kegiatan partnership bervariasi untuk setiap Puskesmas.
Distribusi jumlah pihak yang dilibatkan dalam program kemitraan untuk
pemberantasan DBD ini dapat melalui tabel 5.6. berikut.
Tabel 5.6. Distribusi Jumlah Unsur Partnership
Jumlah Mitra Kerja Puskesmas Persentase (%)
68
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 69/139
1 Mitra Kerja 8 15,09
2 Mitra Kerja 10 18,87
3 Mitra Kerja 13 24,53
4 Mitra Kerja 13 24,535 Mitra Kerja 9 16,98
Total 53 100
Sumber : Data Primer Penelitian 53 Puskesmas di Surabaya 2007
Tercatat total 164 mitra eksternal telah dilibatkan dalam program
kemitraan pemberantasan DBD oleh 53 Puskesmas di Surabaya. Dalam hal ini
pihak Puskesmas (petugas sanitasi) rata-rata telah melakukan upaya kemitraan
dengan melibatkan 3 mitra kerja.
Tabel 5.7. Distribusi Sektor Mitra Kerja dalam Partnership
Sektor Kemitraan
Puskesmas
Ya Tidak Total
(n) (%) (n) (%) (N) (%)
Sektor Pemerintah 53 100 0 0 53 100
Sektor Swasta Profit 2 3,77 51 96,23 53 100
Sektor Swasta Non Profit 4 7,55 49 92,45 53 100
Komponen Masyarakat 12 22,64 41 77,36 53 100
Sumber : Data Primer Penelitian 53 Puskesmas di Surabaya 2007
Variasi sektor yang terlibat dalam kemitraan ini dikategorikan menjadi
empat sektor, yaitu Pemerintah, Swasta Profit, Swasta Non Profit, serta
Komponen Masyarakat. Sektor Pemerintah merupakan pihak yang paling banyak
dilibatkan dalam program kemitraan pemberantasan DBD, di mana keseluruhan
53 Puskesmas (100%) ikut melibatkannya. Sementara untuk Sektor Swasta Profit
menjadi pihak dengan keterlibatan terendah, dengan hanya 2 Puskesmas (3,77%)
yang melibatkan sektor ini dalam program kemitraan.
5.4.2. Bentuk Kemitraan
Hubungan kerja sama yang dilaksanakan antara petugas sanitasi
Puskesmas dengan pihak eksternal Puskesmas dibagi dalam 2 kategori, yaitu :
69
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 70/139
a. Jaringan kerja sama teknis, setiap anggota telah mempunyai program
kerja sendiri baik perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi ( partnership bentuk
1).
b. Kerja sama solid dan terpadu, semua anggota mempunyai tanggung
jawab terhadap keberhasilan program ( partnership bentuk 2).
Bentuk partnership yang paling banyak dilakukan adalah partnership
bentuk 1, setidaknya terdapat 40 Puskesmas (75,47%) dari 53 Puskesmas di
Surabaya yang masih berada dalam kategori kemitraan bentuk 1 ini, sementara
sisanya 13 Puskesmas (24,53%) telah mengadopsi partnership bentuk 2.
Tabel 5.8. Distribusi Responden berdasarkan Bentuk Partnership
Bentuk Partnership Puskesmas Persentase (%)
Bentuk 1 40 75,47
Bentuk 2 13 24,53
Total 53 100
Sumber : Data Primer Penelitian 53 Puskesmas di Surabaya 2007
5.4.3. Pelaksanaan Kemitraan
Derajat kualitas pelaksanaan kerja sama kemitraan ( partnership) antara
pihak internal Puskesmas (petugas sanitasi) dengan pihak eksternal Puskesmas
diklasifikasikan menjadi 2 kategori, yaitu kategori pelaksanaan kemitraan baik
dan kategori pelaksanaan kemitraan buruk. Indikator yang digunakan dalam
klasifikasi pelaksanaan program kemitraan ini meliputi faktor keterlibatan
komponen kemitraan dalam proses perencanaan, faktor pelaksanaan, faktor
monitoring dan evaluasi program, serta fungsi koordinasi selama program
kemitraan berjalan.
Tabel 5.9. Distribusi Responden berdasarkan Pelaksanaan Partnership
Pelaksanaan Partnership Puskesmas Persentase (%)
Baik 15 28,30
Buruk 38 71,70
70
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 71/139
Total 53 100
Sumber : Data Primer Penelitian 53 Puskesmas di Surabaya 2007
Data menunjukkan bahwa selama ini pelaksanaan kerja sama kemitraan
yang dilakukan oleh responden dalam program pemberantasan DBD di wilayah
kerja mereka, sebagian besar berada pada kategori buruk (71,70%) sementara
sisanya (28,30%) telah berada pada kategori baik.
5.5. Kendala Partnership
Berbagai alasan dikemukakan oleh resonden terkait dengan kendala
penerapan dan pelaksanaan partnership antara pihak internal Puskesmas dan
pihak ekstenal Puskesmas dalam program pemberantasan DBD. Kendala
pelaksanaan partnership ini dapat berasal pihak Puskesmas sendiri, dari pihak
yang dilibatkan dalam kemitraan (mitra kerja), atau juga kendala yang muncul
dari masyarakat selaku sasaran program.
Minimnya ketersediaan dana dan distribusi pendanaan yang sering
terlambat untuk pelaksanaan program kemitraan menjadi kendala yang paling
sering dikemukakan responden. Kurangnya jumlah petugas sanitarian, minimnya
penguasaan teknik partnership, serta keterbatasan waktu karena banyaknya
program kerja lain dari Puskesmas juga dirasakan menjadi kendala yang cukup
berpengaruh dalam pelaksanaan kemitraan selama ini.
“ Dana operasional yang disediakan pusat kurang dan pelaksanaan
program yang sudah direncanakan sering menunggu cairnya dana
program” (Petugas Sanitasi Puskesmas Banyu Urip, Surabaya).
“ Petugas sanitasi sebagai tenaga teknik lapangan sudah banyak
terbebani dan banyak pekerjaan, jadi tidak bisa fokus pada masalah
DBD saja” (Petugas Sanitasi Puskesmas Mojo, Surabaya).
71
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 72/139
Sementara untuk kendala dari pihak eksternal Puskesmas adalah
kurangnya partisipasi pihak-pihak lain terhadap pemberantasan DBD dengan
menganggap bahwa DBD adalah tanggung jawab sektor kesehatan saja. Selain itu
untuk pihak eksternal yang telah tergabung dalam kemitraan juga terkesan kurang
serius untuk terlibat secara total dalam pelaksanaan program.
“ Banyak pihak yang menganggap bahwa masalah DBB adalah
masalah kesehatan yang menjadi tanggungan Dinkes saja, jadi
sangat sulit mengajak pihak lain bekerja sama” (Petugas Sanitasi
Puskesmas Gundih, Surabaya).
Kendala lain yang muncul adalah masyarakat sasaran yang kurang
kooperatif terhadap program pemberantasan DBD, sehingga fungsi koordinasi dan
teknis pelaksanaan program menjadi terhambat.
“ Ada warga yang tidak koperatif, perumahan mewah tidak boleh
masuk tapi ada yang minta di fogging, jadi sering hanya di luar
pagar karena tidak diijinkan masuk rumah” (Petugas Sanitasi
Puskesmas Sidosermo, Surabaya).
Disrtibusi kendala yang dihadapi oleh petugas sanitasi Puskesmas dalam
program kemitraan untuk pemberantasan DBD di wilayah kerja mereka, secara
garis besar dapat diklasifikasikan menjadi lima kategori utama.
Tabel 5.10. Distribusi Responden berdasarkan Kendala Partnership
Kendala Partnership
Puskesmas
Ya Tidak Total
(n) (%) (n) (%) (N) (%)
Kendala Pendanaan 53 100 0 0 53 100
Kendala Partisipasi Mitra Kerja 23 43,40 30 56,60 53 100
Kendala Kooperatifisme Masyarakat 7 13,21 46 86,79 53 100
Kendala Teknis Pelaksanaan 40 75,47 13 24,53 53 100
Kendala Lain 14 26,42 39 73,58 53 100
Sumber : Data Primer Penelitian 53 Puskesmas di Surabaya 2007
72
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 73/139
Keseluruhan 53 Puskesmas (100%) menyatakan mengalami masalah
pendanaan dalam penerapan partnership untuk pemberantasan DBD di wilayah
kerja mereka. Sementara unuk rendahnya tingkat kooperatif masyarakat menjadi
kendala dengan frekwensi terendah yang hanya dinyatakan oleh 7 dari 53
Puskesmas (13,21%).
5.6. Pengaruh Pola Partnership terhadap IR DBD dan ABJ
Pengaruh pola partnership terhadap IR DBD dan ABJ didiskusikan
melalui dua sudut pandang. Pertama adalah dengan penggunaan uji regresi linier
berganda (multiple linear regression) sebagai instrument analisis pengaruh, dan
berikutnya adalah penggunaan tabulasi silang untuk membandingkan derajat
perbedaan tiap variabel (variabel bebas terhadap variabel tergantung).
5.6.1. Analisis Pengaruh Pola Partnership terhadap IR DBD dan ABJ
Analisis pengaruh pola partnership sebagai independent variable terhadap
Incidence Rate DBD dan Angka Bebas Jentik (ABJ) sebagai dependent variable
dilakukan menggunakan uji regresi linier berganda (multiple linear regression)
dengan nilai α = 5% (0,05).
Beberapa asumsi dasar yang merupakan prasyarat uji regresi linier meliputi
normalitas distribusi data, ada tidaknya multikolinearitas, autokorelasi, dan juga
heteroskedastisitas telah terpenuhi sebagai berikut.
1. Data berdistribusi normal
Asumsi normalitas merupakan prasyarat dilakukannya berbagai teknik statistik
inferensial, khususnya statistik parametris termasuk juga analisis multiple
regression. Uji normalitas digunakan untuk membuktikan bahwa sampel yang
73
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 74/139
akan digunakan sebagai unit analisis (dependent dan independent variable)
berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Apabila hasil uji normalitas
menunjukkan data berdistribusi normal, maka hasil perhitungan statistik
penelitian dinyatakan dapat digeneralisasikan pada populasinya.
Uji normalitas ini dilakukan dengan menggunakan One Sample Kolmogorof
Smirnof Test dengan α = 5% (0,05) pada semua variabel.
a. ρ Asymp. Sig. (2 tailed ) Pengetahuan Petugas 0,507
b. ρ Asymp. Sig. (2 tailed ) Unsur Partnership 0,097
c. ρ Asymp. Sig. (2 tailed ) Bentuk Partnership 0,100
d. ρ Asymp. Sig. (2 tailed ) Pelaksanaan Partnership 0,109
e. ρ Asymp. Sig. (2 tailed ) Incidence Rate DBD 0,956
f. ρ Asymp. Sig. (2 tailed ) Angka Bebas Jentik (ABJ) 0,791
Didapatkan masing-masing nilai ρ Asymp. Sig. (2 tailed ) all variables > α = 5%
(0,05), jadi seluruh data dinyatakan berdistribusi normal.
Hasil uji ini diperkuat dengan grafik pola distribusi data P-Plot Model , di mana
pada semua variabel terdapat pola sebaran titik merata sepanjang garis diagonal
X axis dan Y axis yang mengindikasikan bahwa data berdistribusi normal.
Hasil lengkap uji normalitas One Sample Kolmogorof Smirnof Test dan grafik
distribusi data P-Plot Model untuk semua variabel dapat dilihat pada lembar
lampiran 7.
2. Tidak terjadi multikolinearitas
Multikolinearitas adalah adanya korelasi yang sangat tinggi antar variabel
bebas yang mengacu pada derajat tinggi korelasi, sama halnya dengan
singularity yang terjadi ketika dicapai korelasi sempurna antar variabel.
74
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 75/139
Multilkolinearitas adalah salah satu pelanggaran dari asumsi klasik karena
menyebabkan OLS (Ordinary Least Square) tidak dapat ditentukan dengan
variance serta standard error tak hingga. Uji multikolinearitas digunakan untuk
menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi yang kuat antar
variabel bebasnya.
Multikolinearitas dapat dilihat dari besarnya VIF (Variance Inflation Factor )
dan tingkat toleransi (tolerance = 1/VIF). Jika nilai VIF lebih dari 10 maka
diindikasikan adanya multikolinearitas.
Gambar 5.1. SPSS Output Multikolinearitas Variabel Bebas
Hasil output SPSS menunjukkan bahwa nilai VIF untuk setiap variabel bebas
tidak lebih dari 10, baik untuk Incidence Rate DBD maupun Angka Bebas
Jentik (ABJ), sehingga dinyatakan tidak terjadi multilkolinearitas.
3. Tidak terjadi autokorelasi
Autokorelasi bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya variabel pengganggu
pada periode tertentu dengan periode sebelumnya, jika terdapat korelasi
residual maka terjadi gejala autokorelasi.
75
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 76/139
Autokorelasi dideteksi dengan menggunakan Durbin Watson Test , jika nilai uji
yang didapatkan antara 1 - 3 berarti tidak terjadi gejala autokorelasi, jika nilai
uji semakin mendekati 2 maka semakin baik.
Gambar 5.2. SPSS Output Autokorelasi Durbin Watson Test
Dari output analisis SPSS diperoleh nilai Durbin Watson Test sebesar 1,738
untuk variabel tergantung Incidence Rate DBD, dan sebesar 2,274 untuk
variabel tergantung Angka Bebas Jentik (ABJ). Karena ke dua nilai hasil uji
tersebut terletak antara 1 - 3 (mendekati nilai 2) maka gejala autokorelasi
dinyatakan tidak terjadi.
4. Tidak terjadi heteroskedastisitas
Heteroskesdasitas merupakan perbedaan variance residual suatu periode
pengamatan ke periode pengamatan yang lain. Model regresi yang baik harus
memenuhi persyaratan homokedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas
untuk setiap variabel data.
Ada tidaknya heteroskedastisitas dapat diketahui dengan memperhatikan
scatterplot model tersebut atau dengan cara menghitung korelasi Rank
Spearman antar residual pada seluruh variabel bebas. Bila didapatkan Sig.
value > α value maka dikatakan tidak terjadi heteroskedastisitas.
76
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 77/139
Nilai signifikansi variabel pola partnership dengan Incidence Rate DBD
sebagai independent variable :
a. Sig. value Unsur Partnership 0,686 > α (0,05)
b. Sig. value Bentuk Partnership 0,538 > α (0,05)
c. Sig. value Pelaksanaan Partnership 0,815 > α (0,05)
Nilai signifikansi variabel pola partnership dengan Angka Bebas Jentik (ABJ)
sebagai independent variable :
a. Sig. value Unsur Partnership 0,371 > α (0,05)
b. Sig. value Bentuk Partnership 0,298 > α (0,05)
c. Sig. value Pelaksanaan Partnership 0,681 > α (0,05)
Didapatkan bahwa nilai signifikansi ( sig. value) masing-masing variabel bebas
lebih besar dari nilai α = 5% (0,05), baik untuk Incidence Rate DBD maupun
Angka Bebas Jentik (ABJ) sebagai dependent variable. Sehingga dinyatakan
terjadi tidak terjadi heteroskedastisitas.
Untuk mengetahui pengaruh antara variabel bebas pola partnership (unsur,
bentuk, dan pelaksanaan) terhadap variabel tergantung Incidence Rate DBD dan
variabel tergantung Angka Bebas Jentik (ABJ), dilakukan uji regresi linear
berganda (all independent variable for each dependent variable) dengan melihat
perbandingan hasil nilai F Test dan nilai F Table. Bila nilai F Test < F Table
maka persamaan regresi bergandanya tidak signifikan, artinya tidak ada pengaruh
antara independent variable terhadap dependent variable, dengan demikian
persamaan tersebut tidak bisa dijadikan sebagai alat prediksi atau estimasi.
77
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 78/139
Gambar 5.3. SPSS Output Multiple Linear Regression
Pola Partnership dengan Incidence Rate DBD
Hasil uji SPSS antara variabel bebas pola partnership (unsur, bentuk, dan
pelaksanaan) terhadap variabel tergantung Incidence Rate DBD memperlihatkan
bahwa nilai F Test (0,590) < F Table (2,76) untuk α = 0,05. Jadi dinyatakan tidak
ada pengaruh bermakna antara pola partnership terhadap Incidence Rate DBD.
Gambar 5.4. SPSS Output Multiple Linear Regression
Pola Partnership dengan Angka Bebas Jentik (ABJ)
Hasil uji SPSS antara variabel bebas pola partnership (unsur, bentuk, dan
pelaksanaan) terhadap variabel tergantung Angka Bebas Jentik (ABJ) di atas
memperlihatkan bahwa nilai F Test (0,619) < F Table (2,76) untuk α = 0,05. Jadi
dinyatakan tidak ada pengaruh bermakna antara pola partnership terhadap Angka
Bebas Jentik (ABJ).
5.6.2. Tabel Silang antara Pola Partnership dengan IR DBD dan ABJ
Tabulasi silang dilakukan pada setiap komponen variabel bebas (pola
partnership) terhadap masing-masing komponen variabel tergantung ( Incidence
Rate DBD dan Angka Bebas Jentik). Distribusi derajat cakupan Incidence Rate
78
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 79/139
DBD Angka Bebas Jentik (ABJ) pada 53 Puskesmas di Kota Surabaya tahun 2006
yang dikelompokan dalam dua kategori cakupan, yaitu tinggi dan rendah.
Tabel 5.11. Cakupan Incidence Rate DBD Angka Bebas Jentik (ABJ)Puskesmas di Kota Surabaya Tahun 2006
Indikator
Cakupan
Tinggi Rendah Total
(n) (%) (n) (%) (N) (%)
IR DBD 45 84,91 8 15,09 53 100
ABJ 4 7,55 49 92,45 53 100
Sumber : Data Primer Penelitian 53 Puskesmas di Surabaya 2007
Distribusi lengkap nilai Incidence Rate DBD Angka Bebas Jentik (ABJ)
untuk setiap Puskesmas di Kota Surabaya tahun 2006 dapat dilihat pada lembar
lampiran 5.
1. Tabel Silang antara Unsur Partnership dengan IR DBD dan ABJ
Unsur partnership dikelompokkan dalam lima kategori berdasarkan jumlah
mitra kerja yang dilibatkan oleh setiap Puskesmas pada program kemitraan
untuk pemberantasan DBD pada wilayah kerja mereka masing-masing.
Tabel 5.12.Tabel Silang antara Unsur Partnership dengan IR DBD
Unsur
Partnership
Incidence Rate DBD
Tinggi Rendah Total
(n) (%) (n) (%) (N) (%)
1 Mitra Kerja 8 100 0 0 8 100
2 Mitra Kerja 9 90 1 10 10 100
3 Mitra Kerja 12 92,31 1 7,69 13 100
4 Mitra Kerja 9 69,23 4 30,77 13 100
5 Mitra Kerja 7 77,78 2 22,22 9 100
Chi Square Test : Nilai X 2 Test (0,284) < X 2 Table (9,49)
Data di atas menunjukkan bahwa setidaknya terdapat 30,77% Puskesmas
dengan keterlibatan 4 mitra kerja dalam program kemitraan untuk
pemberantasan DBD di wilayah kerja mereka, memiliki cakupan nilai
Incidence Rate DBD pada kategori rendah, sementara 100% Puskesmas yang
79
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 80/139
hanya melibatkan 1 mitra kerja memiliki cakupan nilai Incidence Rate DBD
pada kategori tinggi.
Tabel 5.13.Tabel Silang antara Unsur Partnership dengan ABJ
Unsur
Partnership
Angka Bebas Jentik (ABJ)
Tinggi Rendah Total
(n) (%) (n) (%) (N) (%)
1 Mitra Kerja 0 0 8 100 8 100
2 Mitra Kerja 1 10 9 90 10 100
3 Mitra Kerja 1 7,69 12 92,31 13 100
4 Mitra Kerja 2 15,38 11 84,62 13 100
5 Mitra Kerja 0 0 9 100 9 100
Chi Square Test : Nilai X 2 Test (0,623) < X 2 Table (9,49)
Tercatat sekitar 15,38% Puskesmas yang melibatkan 4 mitra kerja dalam
program kemitraan untuk pemberantasan DBD di wilayah kerja mereka,
memiliki cakupan nilai Angka Bebas Jentik (ABJ) yang berada pada kategori
tinggi.
2. Tabel Silang antara Bentuk Partnership dengan IR DBD dan ABJ
Bentuk partnership dikelompokkan dalam dua kategori, yaitu partnership
bentuk 1 dan partnership bentuk 2.
Tabel 5.14.Tabel Silang antara Bentuk Partnership dengan IR DBD
Bentuk
Partnership
Incidence Rate DBD
Tinggi Rendah Total
(n) (%) (n) (%) (N) (%)
Bentuk 1 34 85 6 15 40 100
Bentuk 2 11 84,62 2 15,38 13 100
Chi Square Test : Nilai X 2 Test (1,000) < X 2 Table (3,84)
Terdapat distribusi merata baik pada Puskesmas yang mengadopsi kemitraan
bentuk 1 maupun kemitraan bentuk 2, di mana masing-masing Puskesmas
(untuk tiap bentuk kemitraan) memiliki cakupan nilai IR DBD kategori rendah
yang setara, yaitu pada kisaran 15% dan 15,38%.
80
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 81/139
Tabel 5.15.Tabel Silang antara Bentuk Partnership dengan ABJ
Bentuk
Partnership
Angka Bebas Jentik (ABJ)
Tinggi Rendah Total
(n) (%) (n) (%) (N) (%)Bentuk 1 2 5 38 95 40 100
Bentuk 2 2 15,38 11 84,62 13 100
Chi Square Test : Nilai X 2 Test (0,249) < X 2 Table (3,84)
Tabel di atas menunjukkan bahwa hanya Puskesmas yang melaksanakan
kemitraan bentuk 2 yang memiliki cakupan 15,38% nilai Angka Bebas Jentik
(ABJ) pada kategori tinggi.
3. Tabel Silang antara Pelaksanaan Partnership dengan IR DBD dan ABJ
Pelaksanaan partnership dikelompokkan dalam dua kategori, yaitu pelaksanaan
partnership baik dan pelaksanaan partnership buruk.
Tabel 5.16.Tabel Silang antara Pelaksanaan Partnership dengan IR DBD
Pelaksanaan
Partnership
Incidence Rate DBD
Tinggi Rendah Total
(n) (%) (n) (%) (N) (%)
Baik 12 80 3 20 15 100
Buruk 33 86,84 5 13,16 38 100
Chi Square Test : Nilai X 2 Test (0,673) < X 2 Table (3,84)
Data di atas menunjukkan terdapat distribusi yang tidak terlalu berbeda baik
pada Puskesmas yang melaksanakan kemitraan dalam kategori baik maupun
kategori buruk, di mana pada masing-masing kategori pelaksanaan kemitraan
memiliki cakupan nilai Incidence Rate DBD 13,33% hingga 15,79% untuk
kategori rendah, dan 84,21% hingga 86,67% untuk kategori tinggi.
Tabel 5.17.Tabel Silang antara Pelaksanaan Partnership dengan ABJ
Pelaksanaan
Partnership
Angka Bebas Jentik (ABJ)
Tinggi Rendah Total
(n) (%) (n) (%) (N) (%)
Baik 2 13,33 13 86,67 15 100
Buruk 2 5,26 36 94,74 38 100
Chi Square Test : Nilai X 2 Test (0,568) < X 2 Table (3,84)
81
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 82/139
Untuk Angka Bebas Jentik (ABJ) pada Puskesmas dengan pelaksanaan
kemitraan kategori baik memiliki cakupan ABJ pada kategori tinggi yaitu
13,33%, dan tercatat 94,74% Puskesmas dengan pelaksanaan kemitraan
kategori buruk memiliki cakupan ABJ pada kategori rendah.
Melalui hasil uji Chi Square diketahui bahwa nilai X 2 hitung berbanding
X 2 tabel dengan tingkat kemaknaan α = 5% (0,05) untuk masing-masing variabel
adalah sebagai berikut.
a. Unsur Partnership terhadap Incidence Rate DBD dan ABJ dengan df = 4
Unsur terhadap IR DBD ( X 2 Test 0,284 < X 2 Table 9,49)
Unsur terhadap ABJ ( X 2 Test 0,623 < X 2 Table 9,49)
b. Bentuk Partnership terhadap Incidence Rate DBD dan ABJ dengan df = 1
Bentuk terhadap IR DBD ( X 2 Test 1,000 < X 2 Table 3,84)
Bentuk terhadap ABJ ( X 2 Test 0,249 < X 2 Table 3,84)
c. Pelaksanaan Partnership terhadap Incidence Rate DBD dan ABJ dengan df = 1
Pelaksanaan terhadap IR DBD ( X 2 Test 0,673 < X 2 Table 3,84)
Pelaksanaan terhadap ABJ ( X 2 Test 0,568 < X 2 Table 3,84)
Nilai X 2 Test untuk setiap kategori variabel bebas (unsur, bentuk, dan
pelaksanaan) terhadap cakupan variabel tergantung (IR DBD dan ABJ) lebih kecil
dari nilai X
2
Table, berarti tidak terdapat perbedaan bermakna antara variabel
bebas untuk semua kategori terhadap variabel tergantung pada semua cakupan.
5.7. Isu Strategis dan Telaah Peneliti
Isu strategis adalah masalah krusial yang ditemukan dalam penerapan dan
pelaksanan kerja sama kemitraan antara pihak internal Puskesmas (petugas
sanitasi) dengan pihak eksternal Puskesmas dalam pemberantasan DBD.
82
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 83/139
Tabel 5.18. Isu Strategis dan Telaah Peneliti
Faktor Pengetahuan Kemitran ( Partnership)
No Kondisi Faktual Nilai Normatif Isu Strategis Telaah Peneliti
1. Tingkat
pengetahuan
petugas sanitasi
mengenai
konsep
partnershiprata-rata masih
sangat rendah
Petugas sanitasi
seharusnya
memahami
konsep
partnership
Petugas sanitasi
kurang atau tidak
mendapatkan materi
partnership, baik
dalam kurikulum
pendidikan
sebelumnya maupun
dalam keseharian
kerja profesionalnya
Diperlukan suatu
bentuk program
pendidikan dan
perlatihan khusus
mengenai
partnership untuk
meningkatkan
pengetahuan petugas
sanitasi
2. Banyak petugassanitasi tidak
mengerti
tentang tujuan
partnership
Petugas sanitasiseharusnya
mengerti tujuan
partnership
Petugas sanitasitidak mengerti
tujuan dasar dari
partnership
Diperlukan pembinaan kepada
petugas sanitasi
mengenai tujuan
partnership
3. Banyak petugas
sanitasi tidak
mengerti
langkah
pengembangan
partnership
Petugas sanitasi
seharusnya
memahami
langkah dalam
pengembangan
partnership
Petugas sanitasi
tidak mengerti atau
memahami cara
pengembangan
partnership
Diperlukan
pembinaan kepada
petugas sanitasi
mengenai langkah
pengembangan
partnership
Faktor Pola Partnership (Unsur, Bentuk, dan Pelaksanaan)
No Kondisi Faktual Nilai Normatif Isu Strategis Telaah Peneliti
4. Jumlah sektor
yang terlibat
dalam
kemitraan
selama ini
sangat terbatassecara
kuantitatif
Sektor yang
terlibat dalam
kemitraan,
secara ideal
mencakup 10
mitra potensial(POKJANAL
DBD)
Minimnya
koordinasi lintas
sektoral (kesehatan
dan non kesehatan)
sebagai upaya
penerapan programkemitraan
Peningkatan
koordinasi lintas
sektoral (kesehatan
dan non kesehatan)
sebagai upaya
penerapan programkemitraan
No Kondisi Faktual Nilai Normatif Isu Strategis Telaah Peneliti
5. Bentuk
partnershipyang selama ini
dilakukan
sebagian besar
merupakan
Bentuk
partnershipideal yang
harus dilakukan
adalah
partnership
Partnership bentuk
1 lebih mudah untuk
dilakukan dan juga
lebih sederhana dari
pada Partnership
bentuk 2
Bentuk kemitraan
yang dijalankan
secara ideal adalah
partnership bentuk
2, tetapi kenyataan
di lapangan
83
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 84/139
partnership bentuk 1 (kerja
sama teknis)
bentuk 2 (kerja
sama strategis)
menunjukkan bahwa
semua mitra kerja
telah memiliki dan
menjalankan
program kerjanyasendiri secara
terpisah
Partnership bentuk
1 dianggap lebih
realistis dan
memungkinkan
untuk dilaksanakan
saat ini, terutama
pada program
penanganan masalah
DBD dalam jangka pendek
6. Pelaksanaan
partnershipoleh Puskesmas
secara kualitas
masih
dikategorikan
buruk
Pelaksanaan
partnershipdikategorikan
baik bila setiap
pihak yang
bermitra
memiliki
keterlibatan dan
terkoordinasidengan baik
dalam setiap
aktifitas
program kerja
kemitraan,
yang meliputi
perencanaan,
pelaksanaan,
monitoring, dan
evaluasi
Pelaksanaan
partnership lebih
seperti jaringan
kerja sama teknis,
setiap elemen
kemitraan hanya
terlibat secara
parsial dengan
fungsi koordinasiyang masih lemah
Tanggung jawab
pelaksanaan dan
pencapaian
keberhasilan
program hanya
melekat pada pihak
kesehatan
(Puskesmas) sebagai
leading sector
Pelaksanaan
partnership harus
ditekankan pada
kerja sama strategis,
di mana fungsi
koordinasi dan peran
serta elemen
kemitraan lebih
dioptimalkan sesuaidengan proporsinya
Pelaksanaan dan
pencapaian
keberhasilan
program harus
menjadi tanggung
jawab semua sektor
yang terlibat dalam
kemitraan, termasuk
juga seluruh
komponen
masyarakat sebagai
sasaran program
Faktor Kendala Partnership
No Kondisi Faktual Nilai Normatif Isu Strategis Telaah Peneliti
7. Alokasi dana
program
partnership
sangat terbatas
Dana program
partnershipharus tersedia
pada awal
Alokasi anggaran
pogram partnershipmasih sangat
terbatas dengan
Perlu dialokasikan
dana cadangan
untuk pelaksanaan
program
84
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 85/139
dan distribusi
dari pusat
sering
terlambat
tahun anggaran,
dengan jumlah
yang rasional
dan
proporsionaluntuk
memenuhi
anggaran
kebutuhan
pelaksanaan
kemitraan
distribusi yang
sering tidak tepat
waktu
Dana turun padaakhir tahun
anggaran, padahal
pelaksanaan
program dilakukan
pada awal tahun
anggaran
Dana yang turun
tepat waktu hanya
dana yang
disalurkan melalui
pihak Puskesmasuntuk honor
bumantik
partnership dari
donatur yang tidak
mengikat, seperti
pemanfaatan CSR
dari sektor swastadan kerjasama
pendanaan dengan
NGO
Peningkatan dan
pengelolahan dana
swadaya masyarakat
sebagai dana
mandiri dari, oleh,
dan untuk
masyarakat
8. Partisipasi
mitra kerja
eksternal
Puskesmas
masih kurang,
dan seringkali
hanya sebatas
hal-hal yang bersifat teknis
Pihak eksternal
puskesmas
seharusnya ikut
bekerja sama
secara aktif
dalam program
partnership,
dan tidak terbatas pada
keterlibatan
secara teknis
saja
Pihak eksternal
Puskesmas merasa
bahwa
pemberantasan
DBD adalah
tanggung jawab
sektor kesehatan
saja (DinasKesehatan atau
Puskesmas)
sehingga mereka
merasa tidak perlu
terlibat terlalu jauh
dalam program
kemitraan
Perlu ada koordinasi
antar pimpinan
instansi (sektor)
yang terkait,
sehingga diharapkan
pada level di
bawahnya juga akan
terjalin hubungankerja sama yang
baik
Perlu adanya upaya
advokasi untuk
mendapatkan
dukungan baik
secara politis
maupun normatif
terhadap program
kemitraan terutama
dalam hal
pemberantasan DBD
No Kondisi Faktual Nilai Normatif Isu Strategis Telaah Peneliti
9. Masyarakat
sasaran kurang
kooperatif
dalam
pelaksanaan
program
Masyarakat
seharusnya
lebih kooperatif
dan ikut
berpartisipasi
dalam
Kurangnya kerja
sama dan partisipasi
masyarakat terjadi
karena kesadaran
masyarakat rendah
Upaya promosi
kesehatan sebagai
langkah peningkatan
kesadaran
masyarakat
85
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 86/139
partnershipuntuk
pemberantasan
DBD
pelaksanaan
program
partnershipuntuk
pemberantasanDBD
Kurangnya kerja
sama dan partisipasi
masyarakat juga
muncul karena
masyarakatcenderung merasa
tidak puas dengan
hasil pelaksanaan
program
pemberantasan
DBD yang sudah
berjalan selama ini
Perlu adanya
sosialisasi kepada
masyarakat bahwa
pemberantasan DBD
hanya bisa berhasilsecara optimal bila
ada kerja sama yang
baik dengan seluruh
masyarakat
Perlu dipikirkan
model program
pemberantasan DBD
yang lebih menarik
dan bisa diterima
oleh seluruh lapisan
masyarakat
10. Keterbatasan
jumlah petugas
sanitasi
Puskesmas
Jumlah petugas
sanitasi
Puskesmas
harus memadai
sesuai dengan
beban kerja dan
tanggung jawab
profesionalnya
Banyak petugas
sanitasi Puskesmas
merasa beban kerja
mereka terlalu
tinggi, jumlah
program kerja
terlalu banyak, serta
cakupan wilayah
kerja yang terlalu
luas
Penambahan jumlah
petugas sanitasi
untuk Puskesmas
dengan wilayah
kerja yang luas,
pemukiman padat
penduduk (middlelow), serta daerah
beresiko KLB
Dipertimbangkan
penggunaan tenaga
outsourching khususnya untuk
pelaksanaan kerja di
lapangan ( fogging )
Kerja sama dengan
institusi pendidikan
dengan pengiriman
siswa kerja magang
ke Puskesmas untuk
mengurangi beban
kerja petugas
No Kondisi Faktual Nilai Normatif Isu Strategis Telaah Peneliti
11. Teknik
partnershipkurang dikuasai
oleh pihak
Puskesmas
Penguasaan
teknik dan
ketrampilan
kemitraan
( partnership)
harus dimiliki
Penguasaan teknik
partnership yang
kurang memadai
oleh pihak
Puskesmas menjadi
kendala dalam
Perlu dilakukan
pembinaan secara
berkala dalam
penguasaan teknik
partnership
86
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 87/139
setiap petugas
Puskesmas
pembangunan dan
pengembangan
jaringan kemitraan
12. Alokasi waktu
pelaksanaan
program
partnershipseringkali
berbenturan
antar pihak
yang bermitra
Seluruh
komponen
partnershipharus mampu
menjadwalkan
waktu untuk
pelaksanaan
aktifitas
kemitraan
Kendala alokasi
waktu pelaksanaan
program
partnership bisa
terjadi karena fungsi
koordnasi antara
pihak internal dan
eksternal Puskesmas
tidak berjalan
Meningkatkan
koordinasi antar
pihak partnership(mitra kerja)
terutama dalam
penyusunan jadwal
pelaksanaan
program
BAB 6
PEMBAHASAN
87
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 88/139
Permasalahan kesehatan muncul karena terganggunya determinan
kesehatan sehingga perlu dilakukan identifikasi faktor determinan apa saja yang
terkait dengan permasalahan kesehatan tersebut. Begitu juga dengan
permasalahan Demam Berdarah Dengue di kota Surabaya tahun 2006 yang dalam
penelitian ini di analisis dari sisi (program) pelayanan kesehatan, yaitu
pelaksanaan program kerjasama kemitraan ( partnership) antara pihak internal dan
eksteral Puskesmas dalam pemberantasan DBD.
Dari hasil analisis ini diharapkan dapat dipetakan hubungan antara
masalah kesehatan dengan faktor (determinan) kesehatan, sehingga penyebab
permasalahan kesehatan pada kelompok sasaran di wilayah masing-masing dapat
lebih teridentifikasi. Beberapa faktor determinan yang langsung mempengaruhi
status kesehatan tersebut adalah genes, disease experience, health and well being
of populations, health system influences, global and ecological perspective,
social, cultural and environmental determinants, gender perspective dan public
health perspective (Bealeghole, 2002).
6.1. Pengetahuan Partnership
Penelitian menunjukkan bahwa rata-rata tingkat pemahaman petugas
sanitasi Puskesmas mengenai konsep partnership masih sangat kurang. Hanya
22,64% dari keseluruhan responden memiliki pengetahuan dalam kategori baik,
sedangkan sisanya 77,36% memiliki pengetahuan dalam kategori kurang. Hal ini
sedikit berbeda bila dibandingkan dengan tingkat pendidikan responden yang
sebagian besar adalah lulusan Diploma (D3) yang mencapai 58,49%, dan hanya
16,98% yang merupakan tamatan SMA sederajat.
88
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 89/139
Pengetahuan adalah hasil dari proses tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga. Suatu perilaku covert
behavior terbentuk terutama pada orang dewasa dimulai pada suatu domain
kognitif dalam arti subyek tahu lebih dulu terhadap stimulus di luarnya. Setelah
pengetahuan baru muncul pada subyek tersebut selanjutnya menimbulkan respon
batin dalam bentuk sikap si subyek terhadap obyek yang diketahui. Pengetahuan
merupakan domain kognitif yang sangat penting dalam membentuk tindakan
seseorang. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng (long
lasting) daripada perilaku yang tidak didasari pengetahuan Notoatmojo (2003).
Selaras dengan yang diungkapkan Notoatmojo (2003), maka rendahnya
tingkat pengetahuan petugas sanitasi puskesmas terhadap konsep partnership bisa
terjadi karena paparan pengetahuan partnership yang diterima oleh mereka baik
dari masa pendidikan formal ataupun saat bekerja secara profesional dalam
instansi (Puskesmas) selama ini masih sangat kurang. Hal ini menyebabkan
petugas sanitasi kurang mampu mengembangkan suatu bentuk kerjasama yang
baik dan sinergis dengan sektor terkait dalam rangka meningkatkan percepatan,
efektifitas dan efisiensi upaya kesehatan yang diberikan kepada masyarakat dalam
program pemberantasan DBD. Rendahnya jumlah petugas sanitasi Puskesmas
dengan tingkat pengetahuan yang baik mengenai partnership tentu saja akan
mempengaruhi pelaksanaan partnership itu sendiri.
6.2. Pola Partnership
6.2.1. Unsur Kemitraan
89
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 90/139
Dalam pelaksanaan program kemitraan untuk pemberantasan DBD, setiap
Puskesmas melibatkan mitra kerja dengan jumlah yang bervariasi antara 1 sampai
5 mitra dari berbagai sektor. Dengan rata-rata keterlibatan 3 mitra kerja untuk
setiap Puskesmas dalam program partnership. Variasi sektor yang terlibat dalam
kemitraan ini dikategorikan menjadi 4 sektor (Pemerintah, Swasta Profit, Swasta
Non Profit, dan Masyarakat). Sektor Pemerintah merupakan pihak yang paling
sering dilibatkan dalam kemitraan, di mana keseluruhan 53 Puskesmas atau 100%
Puskesmas ikut melibatkannya. Sementara sektor Swasta Profit menjadi pihak
dengan tingkat keterlibatan paling rendah, dengan hanya 2 dari 53 Puskesmas atau
sekitar 3,77% Puskesmas yang melibatkan sektor ini dalam kemitraan.
Keterlibatan Sektor Pemerintahan dalam program pemberantasan DBD ini
didominasi oleh peranan Bumantik. Bumantik sendiri pada dasarnya adalah
anggota PKK yang merupakan bagian dari masyarakat setempat, namun karena
beberapa hal mendasar yang membedakannya dengan komponen masyarakat lain
maka Bumantik lebih dikategorikan sebagai bagian dari sektor Pemerintah.
1. Bumantik berasal dari PKK yang pengawasan dan pembinaannya dibawah
tanggung jawab Departemen Dalam Negeri.
2. Pembentukan Bumantik lebih teroganisir, dengan fungsi dan tanggung jawab
yang secara normatif lebih mengikat dalam program pemberantasan DBD.
3. Fungsi pelaporan hasil kerja Bumantik langsung kepada pihak Kelurahan, dan
baru mulai tahun 2007 pelaporan kerja Bumantik terlebih dahulu masuk ke
petugas Sanitasi Puskesmas sebelum diteruskan ke Kelurahan.
90
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 91/139
4. Terdapat sistem kompensasi terhadap kerja Bumantik yang disalurkan secara
terpisah dengan anggaran dana program pemberantasan DBD melalui pihak
Puskesmas.
Jumlah dan unsur keterlibatan ini masih jauh di bawah standar yang
ditetapkan oleh Kelompok Kerja Operasional Pemberantasan Penyakit Demam
Berdarah Dengue (POKJANAL DBD), yang menyebutkan setidaknya terdapat
sepuluh pihak kemitraan dari berbagai sektor yang harus dilibatkan dalam
pemberantasan DBD. Pihak kemitraan ini secara operasional harus dibentuk pada
setiap tingkatan pemerintahan terdiri dari unsur kesehatan yang terkait langsung
dalam pembinaan operasional pencegahan dan pemberantasan penyakit DBD,
Diknas, Penerangan, Agama, Sosial, Bapeda (Bidang Sosial Budaya), Kantor
PMD, Unsur Sekwilda (Bidang Kejahteraan Sosial), Tim Penggerak PKK, Tim
Pembina UKS, dan lain-lain (Departemen Kesehatan RI, 2006).
6.2.2. Bentuk Kemitraan
Mengacu pada kalsifikasi bentuk partnership oleh Notoatmojo (2003),
bentuk hubungan kerja sama yang dilaksanakan antara petugas sanitasi Puskesmas
dengan pihak eksternal Puskesmas dalam program pemberanstasan DBD dapat
dibagi dalam 2 kategori, yaitu :
1. Jaringan kerja sama teknis, setiap anggota telah mempunyai program
kerja sendiri baik perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi ( partnership bentuk
1).
2. Kerja sama solid dan terpadu, semua anggota mempunyai tanggung
jawab terhadap keberhasilan program ( partnership bentuk 2).
91
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 92/139
Bentuk partnership yang paling banyak diadopsi dalam program kemitraan
pemberantasan DBD adalah partnership bentuk 1, setidaknya sekitar 84,91%
petugas Puskesmas di Surabaya yang masih melasanakan kemitraan bentuk 1 ini,
sementara sisanya 15,09% telah melakukan bentuk partnership bentuk 2.
Dalam suatu kerjasama kemitraan antara pihak internal Puskesmas dengan
pihak eksternal Puskesmas dalam program pemberanstasan DBD idealnya semua
mitra kerja terlibat secara kolektif dalam perencanaan, pelaksanaan, monitoring,
dan evaluasi program. Namun pada kenyataanya hanya sedikit pihak yang
melakukan bentuk pelaksanaan kemitraan secara ideal.
Untuk kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) misalnya, pihak
sanitasi Puskesmas hanya menemui pihak eksternal bila akan ada kegiatan
lapangan, seperti fogging. Sementara untuk bentuk monitoring pelaksanaan
program kerjasama, pihak Puskesmas hanya meminta tembusan hasil kegiatan
pemeriksaan Angka Bebas Jentik (ABJ) oleh bumantik yang diserahkan ke
kelurahan setempat tanpa ada pengawasan langsung di lapangan, hal ini terjadi
sampai tahun 2006. Mulai tahun 2007 mulai diberlakukan peraturan monitoring
kegiatan, di mana laporan pemeriksaan ABJ dari bumantik diserahkan ke petugas
sanitasi Puskesmas terlebih dulu sebelum ke pihak kelurahan.
Namun tetap saja bentuk monitoring seperti ini masih lemah karena hanya
berdasarkan laporan tanpa ada pengawasan langsung oleh pihak-pihak yang
bermitra. Bumantik sendiri pada dasarnya merupakan bagian dari PKK (eksternal
Puskesmas) yang memiliki program kerja sendiri dari PKK Kota Surabaya
sehingga pelaporan kegiatan langsung ke PKK setempat dan disetorkan ke
kelurahan. Mulai tahun 2007 honor bumantik disalurkan melalui Puskesmas
92
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 93/139
sehingga berpengaruh terhadap pelaporan laporan hasil kegiatan yang akhirnya
diserahkan langsung ke Puskesmas.
Merujuk pada bentuk partnership Notoatmojo (2003), maka dapat
dikatakan bahwa rata-rata bentuk kerja sama yang dilakukan oleh pihak internal
dan eksternal Puskesmas dalam program pemberantasan DBD di Surabaya selama
ini adalah partnership bentuk 1, yang hanya merupakan jaringan kerja sama teknis
dengan program kerja yang terpisah. Klasifikasi ini juga didasarkan bahwa selama
ini dalam program kemitraan pemberantasan DBD tidak terdapat kerja sama yang
solid dan terpadu, di mana anggota kemitraan tidak memiliki keterlibatan yang
aktif baik dalam perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan pengawasan, maupun
evaluasi program.
6.2.3. Pelaksanaan Kemitraan
Derajat kualitas pelaksanaan kerja sama kemitraan ( partnership) antara
pihak internal Puskesmas (petugas sanitasi) dengan pihak eksternal Puskesmas
diklasifikasikan menjadi 2 kategori, yaitu kategori pelaksanaan kemitraan baik
dan kategori pelaksanaan kemitraan buruk. Indikator yang digunakan dalam
klasifikasi pelaksanaan program kemitraan ini meliputi keterlibatan komponen
kemitraan dalam proses perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan pengawasan,
evaluasi program, serta fungsi koordinasi antar mitra kerja selama program
kemitraan berjalan.
Selama ini pelaksanaan kerja sama kemitraan antara pihak internal dan
eksternal Puskesmas dalam program pemberanstasan DBD di wilayah kerja
mereka, sebagian besar berada pada kategori buruk 71,70% sementara sisanya
28,30% telah berada pada kategori baik. Hal ini tentu saja terkait dengan bentuk
93
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 94/139
partnership yang dijalankan oleh petugas sanitasi Puskesmas yang sebagian besar
masih berada pada bentuk 1.
Bentuk pelaksanaan program kemitraan yang rata-rata masih dalam
kategori buruk ini sangat berseberangan dengan tujuan sinergitas program dan
partnership untuk merealisasikan visi dan misi Jawa Timur Sehat 2008 yang tidak
mungkin hanya dibebankan pada sektor kesehatan saja karena masalah kesehatan
adalah muara dari semua sektor pembangunan (Dinas Kesehatan Propinsi Jawa
Timur, 2007).
Dengan adanya partnership antar mitra kerja ( stakeholder ) terkait, maka
diharapkan dapat terjadi :
3. Peningkatan koordinasi dan komunikasi untuk memenuhi kewajiban peran
masing-masing stakeholder terkait dalam pembangunan kesehatan
4. Peningkatan kemampuan bersama dalam menanggulangi masalah yang
berhubungan dengan kesehatan untuk kemashlahatan bersama
Dalam pelaksanaan program kemitraan ( partnership) untuk pemberantasan
DBD tentu saja dibutuhkan kerja sama yang baik dan terkoordinasi antar setiap
pihak atau sektor yang terlibat. Namun dari penelitian ini menunjukkan bahwa
rata-rata kualitas pelaksanaan kerja sama (perencanaan, pelaksanaan, monitoring,
dan evaluasi) yang dilakukan oleh pihak internal dan eksternal Puskesmas masih
dalam kategori buruk.
Hal ini tentu saja tidak sesuai dengan konsep kemitraan terpadu yang
diutarakan oleh Chu (1994), bahwa untuk mengatasi berbagai permasalahan
kesehatan diperlukan koordinasi lintas program atau antar stakeholder yang
terkait, melalui mekanisme tertentu sehingga pelaksanaan kegiatan dapat berjalan
94
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 95/139
secara sinergis terpadu. Keterpaduan yang diharapkan adalah meliputi berbagai
aspek mulai dari aspek kegiatan, aspek ketenagaan, aspek pendanaan maupun
aspek sarana dan prasarana.
6.3. Kendala Partnership
Berdasarkan sumbernya, kendala yang muncul dalam pelaksanaan
partnership antara pihak internal dan eksternal Puskesmas dalam program
pemberantasan DBD dapat berasal pihak Puskesmas sendiri, dari pihak yang
dilibatkan dalam kemitraan (mitra kerja), atau juga kendala yang muncul dari
masyarakat selaku sasaran program.
Menurut jenis dan besaran kuantitas dari kendala yang dihadapi oleh
petugas sanitasi dalam program kemitraan untuk pemberantasan DBD ini di
klasifikasikan menjadi 5 kategori berikut ini :
1. Kendala Pendanaan
2. Kendala Partisipasi Mitra Kerja
3. Kendala Tingkat Kooperatif Masyarakat
4. Kendala Teknis Pelaksanaan
5. Kendala Lain
Kendala utama yang muncul adalah masalah pendanaan, di mana hal ini
dirasakan oleh keseluruhan petugas sanitasi dari 53 Puskesmas atau mencapai
100% total Puskesmas. Masalah pendanaan menjadi kendala karena dana yang
turun jumlahnya tidak mencukupi untuk pembiayaan seluruh pelaksanaan
program kemitraan. Selain itu turunnya dana juga sering terlambat karena tidak
tersedia pada awal tahun anggaran. Dana untuk pemberantasan DBD misalnya,
95
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 96/139
untuk anggaran kerja tahun 2007 baru diturunkan akhir tahun 2007. Bahkan
terdapat keluhan, karena tidak ada dana yang tersedia maka setiap 20 bumantik
hanya mendapatkan jatah sebuah lampu senter yang digunakan secara bergantian,
hal ini berakibat pemeriksaan jentik nyamuk tidak berjalan sesuai jadwal. Masalah
pendanaan baik alokasi maupun distribusi berakibat program kerja tidak bisa
berjalan optimal.
Tingginya masalah pendanaan yang muncul ini lebih dikarenakan adanya
ketergantungan anggaran dari pemerintah untuk pembiayaan semua program
kemitraan. Justru masalah pendanaan ini pada sisi lain juga menunjukkan bahwa
kerja sama kemitraan yang dilakukan Puskesmas dalam program pemberantasan
DBD selama ini masih sangat buruk. Karena menurut Grenwood (2003),
bagaimanapun juga upaya partnership yang dilakukan dengan baik, setidaknya
akan mampu mengurangi masalah pendanaan karena melibatkan bentuk hubungan
jangka panjang dan kronis ( point ini akan meniadakan hubungan ketergantungan
akan bantuan dana dan nilai kompetitif dari kontrak yang telah disepakati).
Kurangnya partisipasi pihak eksternal Puskesmas dalam program
pemberantasan DBD juga menjadi kendala yang cukup berarti. Selain itu mitra
kerja eksternal Puskesmas yang telah bergabung dalam kemitraan juga tidak
sepenuhnya kooperatif dalam pelaksanaan program kemitraan. Hal ini tentu saja
sangat terkait dengan adanya paradigma yang telah mengakar, bahwa masalah
kesehatan dalam hal ini adalah Demam Berdarah Dengue, merupakan tanggung
jawab tunggal dari pihak-pihak yang bergerak pada sektor kesehatan (Dinas
Kesehatan dan Puskesmas). Paradigma ini muncul karena kesadaran akan nilai
96
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 97/139
kesehatan dari seluruh komponen kemitraan termasuk juga kesadaran masyarakat
masih sangat kurang.
Hal tersebut sangat kontradiktif dengan apa yang menjadi prinsip utama
pembangunan kesehatan, yang menyebutkan bahwa kesehatan merupakan bagian
integral dari pembangunan nasional, serta merupakan sebuah proses komprehensif
bidang sosial, politik, ekonomi, dan budaya. Tidak hanya mencakup upaya
peningkatan kemampuan dan kesadaran masyarakat di bidang kesehatan saja,
tetapi juga upaya yang bertujuan merubah dan mengkondisikan lingkungan
menjadi tempat tinggal ideal sebagai penopang kehidupan dalam perspektif
kesehatan, meningkatkan peran serta masyarakat dalam hal kesehatan, reorientasi
sistem pelayanan dan pembiayaan kesehatan, memperluas kemitraan (networking )
lintas sektor program kesehatan, serta peran strategis untuk ikut mempengaruhi
arah kebijakan pusat, daerah, maupun kelembagaan (healthy public policy).
Peran serta masyarakat yang masih rendah dan cenderung kurang
kooperatif dalam pelaksanaan program kemitraan pemberantasan DBD juga
menjadi kendala yang cukup serius. Kurangnya peran dan partisipasi masyarakat
ini terjadi karena rendahnya kesadaran masyarakat akan kesehatan terkait masalah
DBD, selain juga karena adanya ketidakpuasan terhadap program pemberantasan
DBD yang sudah dilaksanakan selama ini oleh pihak Puskesmas.
Sementara untuk kendala teknis yang muncul antara lain adalah kurangnya
tenaga pelaksana kemitraan dari pihak Puskesmas (sanitarian). Petugas sanitasi
merasa bahwa beban kerja mereka terlalu berat dan sering kali waktu
pelaksanaannya tumpang tindih dengan tanggung jawab terhadap pelaksanaan
program lain (di luar DBD). Kendala teknis lain adalah masalah alokasi waktu,
97
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 98/139
dimana sering kali pelaksanaan program kemitraan hanya dilakukan oleh pihak
Puskesmas saja karena ketidak hadiran pihak eksternal puskesmas, dengan alasan
tidak memiliki waktu. Kendala alokasi waktu ini terutama menghalangi
pelaksanaan kegiatan yang terjadwal, sehingga penyelesaian program kerja
kemitraan pemberantasan DBD sering kali mundur dari jadwal yang sudah
disusun sebelumnya.
Selain itu beberapa kendala lain juga muncul dalam penerapan program
partnership untuk pemberantasan DBD ini. Kendala tersebut diantaranya adalah
banyak petugas sanitasi yang merasa tidak menguasai teknik partnership,
sehingga mereka merasa tidak mampu dan kurang percaya diri dalam bekerja
sama dengan pihak eksternal Puskesmas.
Kompleksitas permasalahan pemberantasan DBD di Surabaya memerlukan
penanganan yang terpadu dengan mengusung konsep kemitraan strategis. Seluruh
stakeholder yang terkait harus bekerja secara bersama-sama, saling membantu,
saling berkomunikasi, saling bersinergi dan saling mengisi sesuai dengan tugas
dan fungsinya masing-masing guna tercapainya percepatan, efektivitas dan
efisiensi upaya kesehatan dan upaya pembangunan lainnya yang mendukung
kesehatan individu, keluarga dan masyarakat. Program partnership
pemberantasan DBD bisa dibentuk dalam Kelompok Kerja Operasional
Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue, yang selanjutnya disingkat
POKJANAL DBD. Kelompok ini bertugas untuk membantu Tim Pembina LKMD
dalam berbagai kegiatan yang berkaitan dengan upaya pencegahan dan
pemberantasan penyakit DBD (Departemen Kesehatan RI, 2006).
98
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 99/139
POKJANAL DBD dibentuk dengan tujuan melakukan pembinaan
operasional terhadap pelaksanaan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan upaya
pencegahan dan pemberantasan penyakit Demam Berdarah Dengue di wilayah
kerjanya secara berjenjang dan berkesinambungan. Disebutkan secara berjenjang
dan berkesinambungan, karena prinsip kerja POKJANAL DBD adalah membina
dan mengendalikan aktivitas POKJANAL DBD setingkat dibawahnya secara
berjenjang dan berkesinambungan mulai dari tingkat Pusat, Propinsi, Kabupaten
dan Kotamadya, sampai tingkat Kecamatan dan akhirnya ke tingkat pelaksanaan
operasional oleh POKJA DBD yang dapat dibentuk di tingkat Desa, Kelurahan,
Dusun, serta Lingkungan RT-RW (Departemen Kesehatan RI, 2006).
6.4. Pengaruh Pola Partnership terhadap IR DBD dan ABJ
Dari hasil uji ststistik didapatkan kesimpulan bahwa pola partnership
(unsur, bentuk, dan pelaksanaan) yang selama ini dilakukan oleh pihak internal
dan eksernal Puskesmas dalam pemberantasan DBD tidak memiliki pengaruh
secara berarti terhadap angka Incidence Rate DBD maupun Angka Bebas Jentik
(ABJ) di kota Surabaya tahun 2006.
Namun bagaimanapun juga uji statistik ini hanya melihat ada tidaknya
pengaruh secara langsung (direct influance) antara variabel. Sementara kemitraan
sendiri pada dasarnya memiliki pengaruh yang tidak langsung serta memiliki
dampak jangka panjang terhadap penurunan Incidence Rate DBD maupun
peningkatan Angka Bebas Jentik (ABJ), sehingga dirasakan bahwa program
kemitraan pihak internal dan eksernal Puskesmas dalam pemberantasan DBD
masih harus dilaksanakan dan dikembangkan.
99
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 100/139
Kemitraan merupakan pondasi fundametal dalam penanganan berbagai
masalah kesehatan masyarakat, tanpa terkecuali program pemberantasan DBD di
kota Surabaya. Hal ini senada dengan yang diutarakan oleh Chu (1994), bahwa
untuk mengatasi berbagai permasalahan kesehatan diperlukan koordinasi lintas
program yang baik antar stakeholder terkait melalui mekanisme tertentu, sehingga
pelaksanaan kegiatan dapat berjalan secara sinergis terpadu. Keterpaduan yang
diharapkan adalah meliputi berbagai aspek mulai dari aspek pelaksanaan kegiatan,
ketenagaan (Sumber Daya Manusia), aspek pendanaan, aspek sarana dan
prasarana, serta aspek pendukung lainnya.
Dalam mengupayakan bentuk koordinasi yang terpadu, perlu ditetapkan
bagaimana sifat hubungan antar stakeholder , apakah bersifat vertikal, horizontal,
atau hubungan yang bersifat rantai komando (Chu, 1994). Alternatif peran yang
dapat diambil oleh setiap anggota kemitraan berkaitan dengan upaya partnership
adalah :
8. Inisiator, yaitu pemrakarsa partnership dalam rangka sosialisasi dan
operasionalisasi program-program kesehatan
9. Motor atau dinamisator, yaitu penggerak partnership, melalui pertemuan,
kegiatan bersama, dll
10. Fasilitator, yaitu pihak yang memfasiltasi, memberi kemudahan sehingga
kegiatan partnership dapat berjalan lancar
11. Anggota aktif, yaitu anggota yang akan berperan dan terlibat dalam
pelaksanaan kemitraan secara aktif
12. Peserta kreatif, yaitu sebagai peserta kegiatan partnership yang mampu
bertidak secara kreatif
100
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 101/139
13. Pemasok input teknis, yaitu pemberi masukan teknis (program kesehatan)
14. Pemberi dukungan sumber daya, yaitu pemberi dukungan sumber daya
sesuai dengan kondisi, masalah, dan potensi yang ada
Chu (1994) juga menyatakan, bila penanganan permasalahan kesehatan
yang disertai dengan perbaikan terhadap faktor determinan kesehatan dilakukan
secara sinergis antar stakeholder terkait maka diharapkan dapat tercapai
percepatan efektivitas dan efisiensi kerja demi terciptanya :
l. a clean, safe physical environment of high quality (including housing quality)
m. an ecosystem that is stable now and sustainable in the long term
n. a strong mutually supportive and non-exploitive community
o. a high degree of participation and control by the public over the decision
affecting their lives, health and wellbeing
p. the meeting of basic needs for all the city’s people, for food, water, shelter,
income, safety, and work
q. access to a wide variety of experiences and resources, with the chance for wide
variety of contact, interaction and communication
r. a diverse, vital and innovative city economy
s. the encouragement of connectedness with the past, with the cultural, with other
groups and individual
t. a form that is compatible with and enhances the preceding characteristics
u. an optimum level of appropriate public health and sick care services
accessible to all
v. high health status, high levels of positive health and low levels of disease
101
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 102/139
6.5. Usulan Bentuk Kemitraan Strategis
Masalah kesehatan merupakan tanggung jawab bersama setiap individu,
masyarakat, pemerintah dan swasta. Walaupun bidang kesehatan menjadi leading
sector dalam pembangunan kesehatan namun dalam mengimplementasikan
kebijakan dan program intervensi harus bermitra dan bersinergi dengan
stakeholder terkait lainnya. Semua stakeholder baik secara langsung maupun yang
tidak langsung terkait dengan peningkatan status kesehatan individu, keluarga dan
masyarakat harus memasukkan pertimbangan kesehatan dalam semua kebijakan
pembangunannya (healthy public policy). Hal ini berarti semua kegiatan yang
dilakukan stakeholder masing-masing dapat memberikan kontribusi positif
terhadap pembentukan lingkungan dan perilaku sehat.
Berdasarkan hasil analisis mengenai tingkat pengetahuan petugas, pola
partenership, juga analisis kendala pelaksanan kemitraan antara pihak internal dan
eksternal Puskesmas sebagai upaya pemberantasan DBD di Kota Surabaya, maka
usulan kerja sama strategis ( partnership) dirumuskan sebagai berikut :
1. Pembinaan mengenai partnership untuk petugas sanitasi Puskesmas
dalam bentuk pembekalan pra tugas (Orientasi CPNS), serta pembinaan secara
berkala (PNS) yang dikoordinasi oleh Dinas Kesehatan Kota setempat.
2. Bentuk partnership yang ideal dilaksanakan adalah bentuk 2 karena
setiap elemen partnership saling terkoordinasi dengan baik dalam perencanaan
kerja, pelaksanaan kegiatan, monitoring dan evaluasi program. Akan tetapi
karena setiap elemen partnership sudah mempunyai program kerja terpisah dan
fungsi koordinasi sulit dilakukan maka partnership yang paling
memungkinkan untuk dilaksanakan adalah bentuk 1. Partnership bentuk 1
102
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 103/139
dianggap masih efektif dilaksanakan selama semua elemen kemitraan mampu
melaksanakan perannya secara optimal, berkala, dan berkesinambungan.
Partnership bentuk 1 ini hanya diproyeksikan untuk kerja sama jangka pendek
saja.
3. Harus dipertimbangkan untuk mencari mitra pendanan dari sektor lain
di luar struktur, misalnya NGO atau pihak swasta melalui pemanfaatan CSR
(Corporate Social Responbility). Karena bila pendanaan program kemitraan
hanya bergantung pada anggaran kerja pusat (struktural) sebagai sumber dana
utama, dikawatirkan akan menghambat kinerja program itu sendiri.
4. Koordinasi antar pimpinan instansi yang terkait di luar sektor
kesehatan perlu dilakukan, sehingga pada level di bawahnya akan tetap bekerja
sama dengan baik. Koordinasi disertai advokasi pada unsur pimpinan sehingga
timbul dukungan politis terhadap program kemitraan.
5. Perlu adanya sosialisasi kepada masyarakat bahwa program
pemberantasan DBD hanya bisa berhasil secara optimal bila ada kerja sama
yang baik dengan seluruh komponen masyarakat, terutama masyarakat sasaran.
Ini dilakukan juga dengan upaya promosi kesehatan sebagai langkah awal
peningkatan kesadaran masyarakat akan kesehatan. Selain itu juga perlu
diupayakan sebuah model pelaksanaan program pemberantasan DBD yang
lebih menarik dan bisa diterima oleh seluruh lapisan masyarakat.
6. Secara khusus apabila terjadi KLB DBD di suatu daerah sehingga
beban petugas sanitasi meningkat perlu dilakukan kerja sama lintas program
antar Puskesmas, misalnya dengan mempekerjakan petugas Puskesmas lainnya
untuk membantu pelaksaan survei epidemologi. Bila kerja sama lintas program
103
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 104/139
masih dianggap belum optimal barulah dipertimbangkan sistem outsourching
untuk pelaksanaan kegiatan teknis di lapangan.
7. Regulasi dan kebijakan tentang kemitraan dan networking yang
dikeluarkan oleh pemerintah sebagai dasar hukum bagi implentasi pelaksanaan
kerja sama lintas sektoral guna pencapaian derajat kesehatan secara optimal
(termasuk penanganan masalah DBD). Pertimbangan ini didasarkan pada
asumsi bahwa selama ini kontribusi organisasi komersial hanya sebatas
penyumbang pendapatan negara. Ke depan nanti pemerintah harus mampu
memanfaatkan kontribusi organisasi komersial ini lebih dari sekedar kontribusi
terhadap pendapatan negara dalam bentuk pajak, melainkan juga pemanfaatan
layanan mereka untuk kepentingan kesehatan publik.
Bentuk jaringan kemitraan strategis ( partnership) untuk pemberantasan
Demam Berdarah Dengue dengan tujuan mencapai Surabaya bebas DBD dapat
digambarkan sebagai berikut.
104
LegalFormal
Organization
(PrivateandPublic)
partnership
networking
healthp
olicy
healthypublicpolicy
Sektor Kesehatan
Lain
Puskesmas
(Dinas Kesehatan)
Sektor Industri dan
Teknologi
Sektor Sosial Budaya
Sektor Lingkungan
Sektor Pendidikan
Sektor Komunikasi
dan Informasi
Sektor Hukum
Sektor Lain
Masyarakat
Bebas DBD
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 105/139
Gambar 6.1. Jaringan Kemitraan Strategis Pemberantasan DBD
1. Bebas DBD
Tujuan ideal dari pelaksanaan kerjasama kemitraan strategis dalam
pemberansan DBD di kota Surabaya.
2. Legal Formal Organization ( Private and Public)
Upaya pencapaian derajat kesehatan rakyat yang optimal difasilitasi oleh dua
kutub kelembagaan (organizational ) baik itu public ataupun private, yaitu
lembaga organisasi kesehatan dan lembaga organisasi non kesehatan. Kedua
bidang kelembagaan ini harus memiliki kemampuan untuk melakukan
networking secara solid dan berkesinambungan.
3. Masyarakat
Masyarakat tidak hanya diposisikan sebagai sasaran program kesehatan
(pemberatasan DBD), namun juga dipandang sebagi mitra strategis dalam
pelaksanaan program, dengan partisipasi seluruh komponen masyarakat.
4. Dalam pencapaian derajat kesehatan masyarakat yang optimal (Surabaya Bebas
DBD), pemerintah setempat dapat mengeluarkan regulasi dan kebijakan
kesehatan ( Health Policy dan Healthy Public Policy), serta melakukan
intervensi pada semua sektor baik kelembagaan maupun non kelembagaan
( public dan private).
105
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 106/139
a. Kebijakan kesehatan ( Health Policy), untuk semua hal yang terkait langsung
dengan bidang kesehatan termasuk didalamnya manajemen pelayanan
kesehatan.
b. Kebijakan berorientasi kesehatan ( Healthy Public Policy), untuk hal-hal
yang terkait secara tidak langsung terhadap bidang kesehatan, namun
memiliki relevansi dan pengaruh cukup besar terhadap aspek kesehatan.
BAB 7
KESIMPULAN DAN SARAN
Dari hasil penelitian berjudul “Usulan Bentuk Kemitraan Strategis
(Partnership) antara Pihak Internal dan Eksternal Puskesmas sebagai Upaya
Penurunan Incidence Rate DBD dan Peningkatan Angka Bebas Jentik (ABJ) di
Kota Surabaya” ini, terdapat beberapa kesimpulan dan saran yang dapat
diberikan.
7.1 Kesimpulan
1. Pengetahuan dan pemahaman petugas sanitasi Puskesmas mengenai konsep
partnership masih sangat rendah.
2. Pola Kemitraan ( partnership) antara pihak internal Puskesmas (petugas
sanitasi) dan pihak eksternal Puskesmas yang meliputi unsur, bentuk, dan
pelaksanaan kemitraan, tidak berpengaruh terhadap Incidence Rate DBD dan
Angka Bebas Jentik (ABJ) di kota Surabaya.
3. Kendala pelaksanaan partnership antara pihak internal Puskesmas (petugas
sanitasi) dan pihak eksternal Puskesmas, meliputi :
106
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 107/139
a. Kendala alokasi dana yang terbatas dan distribusi dana yang sering
terlambat.
b. Kendala kurangnya partisipasi mitra kerja eksternal Puskesmas terhadap
program kemitraan.
c. Kendala masyarakat (terutama sasaran) yang kurang kooeperatif terhadap
pelaksanaan program.
d. Kendala teknis pelaksanaan program (tenaga pelaksana lapangan yang
terbatas, beban kerja petugas sanitasi terlalu tinggi, program kerja tumpang
tindih, dan masalah alokasi waktu kegiatan).
e. Kendala lain yaitu penguasaan teknik partnership yang kurang memadahi,
sehingga petugas merasa tidak mampu dan kurang percaya diri dalam
penerapan kemitraan.
4. Bentuk ideal dari kerja sama kemitraan partnership dalam program
pemberantasan DBD di kota Surabaya yang menjadi usulan penelitian untuk
dilaksanakan ke depan adalah partnership bentuk 2. Bentuk ini merupakan
bentuk kemitraan strategis jangka panjang dengan keterlibatan secara aktif
(perencanaan, pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi) dari berbagai sektor, di
mana setiap pihak kemitraan memiliki tanggung jawab terhadap keberhasilan
program.
5. Partnership bentuk 1 yang selama ini dijalankan hanya merupakan jaringan
kerja sama teknis, di mana setiap anggota yang terlibat mempunyai program
kerja terpisah. Bentuk ini dianggap lebih realistis untuk diterapkan selama ini,
mengingat adanya keterbatasan pihak-pihak yang bermitra dan juga
107
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 108/139
diasumsikan bahwa pemberantasan DBD hanya merupakan program jangka
pendek yang pelaksanaannya bersifat temporer (kondisional).
7.2 Saran
1. Perlu dilakukan upaya peningkatan pengetahuan dan pemahaman petugas
sanitasi mengenai konsep dan teknik partnership, melalui pelatihan secara
berkala yang terkoordinasi dengan baik oleh Dinas Kesehatan setempat.
2. Peningkatan kualitas hubungan dan koordinasi lintas sektoral yang lebih baik
dalam membina kerja sama kemitraan strategis sebagai upaya penanganan
berbagai masalah kesehatan yang ada, khususnya pemberatasan DBD.
3. Alokasi anggaran kesehatan terutama untuk program kemitraan dalam
pemberantasan DBD harus ditinjau ulang, dan diharapkan nilai anggaran yang
diturunkan dapat lebih proporsional. Distribusi dana kesehatan hendaknya
dikucurkan pada awal tahun anggaran sehingga tidak menghambat pelaksanaan
program kerja yang sudah direncanakan.
4. Dipertimbangkan adanya insentif bagi petugas sanitasi yang berhasil dalam
membangun kemitraan.
5. Peningkatan kesadaran semua sektor termasuk juga masyarakat untuk terlibat
dalam program pemberantasan DBD, melalui upaya-upaya penyadaran dan
promosi kesehatan secara berkesinambungan.
6. Dukungan pemerintah daerah setempat terhadap program kemitraan berbasis
kesehatan, khususnya untuk pemberantasan DBD dengan mengeluarkan
kebijakan dan regulasi mengenai partnership.
108
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 109/139
7. Dirasakan perlu adanya kajian khusus sejenis mengenai partnership, dengan
kuantitas variabel yang lebih luas dan kualitas eksplorasi yang lebih dalam
dengan melibakan berbagai disiplin ilmu lain. Hal ini ditujukan agar didapakan
suatu bentuk rumusan kemitraan strategis yang lebih ideal, serta mampu
menjadi standar acuan pelaksanaan program kemitraan khususnya dalam
pemberantasan DBD baik ditingkat lokal maupun nasional.
DAFTAR PUSTAKA
Anonym (2007). http://www.tempo.co.id. Gerakan Mengubah Perilaku dan Penajaman Program . tanggal sitasi 20 April 2007
Anonym (2007). http://www.tempointeraktif.com. Gerakan 3M untuk Demam
Berdarah. tanggal sitasi 02 September 2007
Badan Pusat Statistik (2007). http://www.bps.go.id. Perilaku Hidup Sehat Masyarakat . tanggal sitasi 20 April 2007
Chordia, Chu (1994). The Ecological of Public Health. Griffith University Press.
Griffith
Departemen Kesehatan RI (2002). Konsep Kesehatan Perkotaan. Depkes RI.
Jakarta
Departemen Kesehatan RI (2006). Manajemen Tatalaksana DBD : Pokjanal
DBD. Depkes RI. Jakarta
Departemen Kesehatan RI (2005). Pedoman Tatalaksana Klinis Infeksi Dengue diSarana Pelayanan Kesehatan. Depkes RI. Jakarta
Departemen Kesehatan RI (2006). Penemuan dan Tatalaksana Penderita DBD.
Depkes RI. Jakarta
109
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 110/139
Departemen Kesehatan RI (2006). http://www.promosikesehatan.com. Peran Kemitraan Bidang Kesehatan . tanggal sitasi 13 Maret 2007
Departemen Kesehatan RI (2006). http://[email protected].
Kemitraan dan Peran Serta. tanggal sitasi 26 Desember 2006
Dessler (2005). Manajemen Sumber Daya Manusia. Penerbit Binarupa Aksara.
Jakarta
Detels, Bealeghole (2002). Text of Public Health. Oxford University Press.
Oxford
Dinas Kesehatan Kota Surabaya (2007). Profil Kesehatan Surabaya. DKK
Surabaya. Surabaya
Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur (2007). Profil Kesehatan. DKP Jawa
Timur. Surabaya
Direktorat Jenderal Departemen Dalam Negeri (1998). Petunjuk Teknik Penyusunan ASIA dalam Rangka Pembangunan Sumber Daya Manusia
Dini di Daerah. UNICEF. Jakarta
Fahrudda, Ansarul, dkk. (2005). Paguyuban Penderita TB Paru di Kecamatan
Sumber Jambe Kabupaten Jember (Suatu Model Peningkatan Penemuan Penderita TB dan Pengawas Minum Obat Berbasis Masyarakat). Laporan
Supervisi PTO East Java. Surabaya
Gandahusada (1988). Parasitologi Kedokteran. Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta
Gazley, B. Brudney, J.L. (2007). The Purpose (and Perils) of Government Nonprofit Partnership. Non Profit and Voluntary Sector Quarterly
Greenwood, R. Thompson, E. (2003). The Professional Partnership : Relic or
Exemplary Form of Governance. Organization Studies
Halliday et al. (2004). Evaluating partnership : The Role of Formal Assessment Tools. Evaluation Research
Hasnain et al. (2003). Sustainbility of Collaborative Capacity in Community
Health Partnerships. Medical Care Research and Review
110
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 111/139
Isselbacher (2004). Harrison Principles of Internal Medicine. Sixth Edition.
Mc.Graw Hill Publisher. Singapore
Kementrian Koordinator Bidang Kesejahteraan (2005). http://menkokesra.go.id.
RAKORNAS Penanggulangan Gizi Buruk dan Penyakit Menular . tanggalsitasi 26 Desember 2006
Notoatmojo, Soekidjo (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Cetakan Dua.
Penerbit PT. Rineka Cipta. Jakarta
Nurhadi, M. (1999). Pengaruh Tenaga Pemasaran Sosial Bidang PemberantasanSarang Nyamuk terhadap Pengendalian Demam Berdarah Dengue di
Kabupaten Trenggalek . Tesis. Program Pasca Sarjana Universitas
Gajahmada. Yogyakarta
PAPDI (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta
Siagian, S.P. (1997). Teori Pengembangan Organisasi. Penerbit Bumi Aksara.
Jakarta
Soemirat (1994). Kesehatan Lingkungan. Gajahmada University Press.
Yogyakarta
Tomlison, F. (2005). Idealistic and Pragmatic Versions of the Discourse of Partnership. Organization Studies
Walukow, A. (2000). Dasar Kemitraan Dalam Upaya Kesehatan. Interaksi Media
Promkes. Volume XVII/X. Pusat PKMD Depkes RI. Jakarta
Wardhana (1995). Dampak Pencemaran Lingkungan. Gajahmada University
Press. Yogyakarta
WHO (1997). Demam Berdarah Dengue : Diagnosis, Pengobatan, Pencegahan
dan Pengendalian. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta
WHO (2000). Chalenges and Opportunities for Partnership in Health
Development . Geneva
111
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 112/139
Lampiran 1
PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini
Nama : ………………………………………………………...…
Umur : ………………………………………………………...…
Pendidikan : ………………………………………………………...…
Pekerjaan : ………………………………………………………...…
Instansi : ………………………………………………………...…
Jabatan :
………………………………………………………...…
Alamat : ………………………………………………………...…
Dengan ini menyatakan “ BERSEDIA / TIDAK BERSEDIA ” menjadiresponden dalam penelitian yang berjudul :
“Usulan Bentuk Kemitraan Strategis (Partnership) antara Pihak Internal
dan Eksternal Puskesmas sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate
DBD dan Peningkatan Angka Bebas Jentik (ABJ) di Kota Surabaya”
Identitas responden akan dijaga kerahasiaannya
112
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 113/139
Demikian pernyataan ini kami buat dengan sesungguhnya untuk dipergunakan
semestinya
(*) Coret yang tidak perlu...!
Lampiran 2
KUESIONER PENELITIAN
Petunjuk Pengisian Kuesioner
• Kuesioner ini bukan merupakan suatu ujian dan sama sekali tidak berhubungan
dengan penilaian jabatan atau kedudukan anda, oleh karena itu tidak ada
jawaban benar atau salah
• Tujuan kuesioner adalah untuk mendapatkan gambaran pengetahuan Petugas
P2 Puskesmas tentang konsep kemitran dan bentuk kemitraan yang dibangun
oleh petugas P2 dalam upaya pemberantasan DBD di wilayah kerjanya. Hasil
penelitian ini diharapkan bisa dijadikan masukan untuk memperbaiki program
pemberantasan DBD di kota Surabaya
• Jawaban yang dipilih oleh responden akan dijaga kerahasiaannya
• Setiap pertanyaan atau pernyataan diberi jawaban dengan membubuhkan tanda
silang (X) dalam isian sesuai dengan pilihan anda
• Apabila anda ingin mengubah pilihan jawaban, maka jawaban pertama diberi
tanda (=), selanjutnya beri tanda silang (X) pada jawaban yang anda anggap
benar
• Khusus untuk lembar kuesioner 2 nomor 11 dan lembar kuesioner 3 nomor 23,
harap dikosongi terlebih dahulu
113
Surabaya, ........................... 2007
Responden
....................................
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 114/139
Lembar Kuesioner 1
Pengetahuan Konsep Kemitraan ( Partnership)
1. Kemitraan, menurut pendapat anda adalah :
a. hubungan kerja sama antara dua pihak atau lebih berdasarkankesetaraan, keterbukaan dan saling menguntungkan (memberi manfaat)
b. hubungan kerja sama antara dua pihak atau lebih di mana salah
satu pihak bertindak sebagai pembina dan pihak yang lain sebagai terbina
atau pihak yang mendapatkan binaan
c. hubungan kerja sama antara dua pihak atau lebih di mana salah
satu pihak lebih dominan karena pihak tersebut merupakan “leading
sector ” dalam kerja sama
d. hubungan kerja sama di mana salah satu pihak memperoleh
keuntungan maksimal dengan adanya keterlibatan dari pihak lain yang
terkait
2. Berdasarkan tipenya, ada berapa bentuk kemitraan menurut pendapat
anda :
a. satu bentuk kemitraan
b. dua bentuk kemitraan
c. tiga bentuk kemitraan
d. empat bentuk kemitraan
114
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 115/139
3. Tujuan kemitraan atau kerja sama lintas sektor dalam bidang kesehatan,
menurut pendapat anda adalah :
a. menjalin hubungan baik antara sektor kesehatan dan sektor-sektor
lain sehingga tercapai hubungan yang harmonis
b. meningkatkan percepatan, efektfitas, dan efisiensi upaya kesehatan
c. meningkatkan peran serta masyarakat serta semua sektor
(kesehatan dan non kesehatan) dalam meningkatkan derajat kesehatan
d. agar kesehatan dapat menjadi sektor utama pembangunan nasional
4. Menurut anda prinsip-prinsip kemitraan antara lain, kecuali :
a. adanya pihak pembina dan pihak yang dibina
b. persamaan kedudukan masing-masing pihak dalam kemitraan
c. keterbukaan masing-masing pihak dalam kemitraan
d. saling menguntungkan semua pihak
5. Pihak yang sebaiknya terkait dalam kemitraan (kerja sama lintas sektor)
dalam bidang kesehatan khususnya dalam pemberantasan DBD, antara lain :
a. seluruh komponen masyarakat seperti tokoh masyarakat,
pemerintah pusat maupun daerah, lembaga sosial kemasyarakatan, pihak
swasta, dan instansi publik pelayanan kesehatan maupun non kesehatan
b. instasi pemerintah (pusat dan daerah) baik itu kesehatan maupun
non kesehatan
c. pihak swasta yang concern terhadap kesehatand. pemuka masyarakat setempat
6. Pihak yang sebaiknya dilibatkan dalam perencanaan program kerja bidang
kesehatan khususnya dalam pemberantasan DBD, antara lain :
a. seluruh komponen masyarakat seperti tokoh masyarakat,
pemerintah pusat maupun daerah, lembaga sosial kemasyarakatan, pihak
swasta, dan instansi publik pelayanan kesehatan maupun non kesehatan
b. instasi pemerintah (pusat dan daerah) baik kesehatan maupun non
kesehatan
c. pihak swasta yang concern terhadap kesehatan
d. pemuka masyarakat setempat
7. Pihak yang sebaiknya dilibatkan dalam pelaksanaan program kerja bidang
kesehatan khususnya dalam pemberantasan DBD, antara lain :
a. seluruh komponen masyarakat seperti tokoh masyarakat,
pemerintah pusat maupun daerah, lembaga sosial kemasyarakatan, pihak
swasta, dan instansi publik pelayanan kesehatan maupun non kesehatan
b. instasi pemerintah (pusat dan daerah) baik kesehatan maupun non
kesehatan
115
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 116/139
c. pihak swasta yang concern terhadap kesehatan
d. pemuka masyarakat setempat
8. Pihak yang sebaiknya terkait dalam monitoring dan evaluasi program kerja
bidang kesehatan khususnya dalam pemberantasan DBD antara lain :
a. seluruh komponen masyarakat seperti tokoh masyarakat,
pemerintah pusat maupun daerah, lembaga sosial kemasyarakatan, pihak
swasta, dan instansi publik pelayanan kesehatan maupun non kesehatan
b. instasi pemerintah (pusat dan daerah) baik kesehatan maupun non
kesehatan
c. pihak swasta yang concern terhadap kesehatan
d. pemuka masyarakat setempat
9. Menurut anda langkah-langkah dalam pengembangan kemitraan antaralain, kecuali :
a. melakukan identifikasi mitra potensial
b. mengadakan pembinaan secara intensif dan berkelanjutan terhadap
setiap mitra kerja yang terkait
c. membangun jaringan kerja sama antar mitra dalam upaya mencapai
tujuan, serta memadukan sumber daya yang tersedia pada masing-masing
mitra kerja
d. mengadakan pertemuan secara berkala untuk perencanaan,
pamantauan, penilaian, dan pertukaran informasi
10. Menurut anda, bagaimana bentuk kemitraan atau kerja sama lintas sektor
yang seharusnya dilakukan :
a. kerja sama yang solid (kompak) dan terpadu, yang berarti setiap
anggota mempunyai tanggung jawab terhadap keberhasilan program,
dimana visi, misi, serta kegiatan-kegiatan dalam mencapai tujuan
kemitraan harus direncanakan, dilaksanakan, dan dievaluasi secara
bersama
b. bentuk ikatan kerja sama temporal, di mana setiap anggotanya
telah mempunyai program kerja sendiri baik dalam perencanaan,
pelaksanaan, maupun evaluasi
c. kerja sama dalam batas-batas tertentu dengan keterlibatan sebatas
pada hal-hal teknis
d. bentuk kerja sama dengan pertanggung jawaban hanya dari salah
satu pihak yang merupakan leading sector
116
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 117/139
Lembar Kuesioner 2
Penerapan Kemitraan ( Partnership)
11. Apakah anda atau instansi anda pernah mengadakan kerja sama kemitraandengan sektor-sektor lain dalam program pemberantasan DBD…?
a. ya
b. tidak
Bila ya, berapa pihak yang diajak kerja sama, serta sebutkan pihak-pihak
tersebut : ……………………..………………………………………………...
…………………………………………………………………….……………
………………………………………………………………….………………
………………………………………………………………….………………
…………………………………………………………………….……………
………………………………………………………………….………………
…………………………………………………………………….……………
………………………………………………………………….………………
………………………………………………………………….………………
…………………………………………………………………….……………
………………………………………………………………….………………
…………………………………………………………………….……………
………………………………………………………………….………………
………………………………………………………………….………………
…………………………………………………………………….……………
117
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 118/139
………………………………………………………………….………………
…………………………………………………………………….……………
………………………………………………………………….………………
12. Selama ini bentuk kerja sama kemitraan yang sering kali dilakukan oleh
anda atau instansi anda dalam program pemberantasan DBD adalah…?
a. kerja sama yang solid (kompak) dan terpadu, di mana setiap anggota
mempunyai tanggung jawab terhadap keberhasilan program, dan visi, misi,
serta kegiatan-kegiatan dalam mencapai tujuan kemitraan direncanakan,
dilaksanakan, dan dievaluasi secara bersama
b. bentuk ikatan kerja sama dengan pertanggung jawaban atas perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi kerja hanya dari salah satu pihak yang
merupakan leading sector
c. bentuk kemitraan temporal di mana setiap pihak telah mempunyai programkerja sendiri baik dalam perencanaan, pelaksanaan, maupun evaluasi
d. kerja sama dalam batas-batas tertentu dengan keterlibatan sebatas pada
hal-hal teknis pelaksanaan
13. Selama ini dalam hal perencanaan program kemitraan untuk
pemberantasan DBD di instansi anda, pihak mana saja yang selalu
dilibatkan…?
a. seluruh komponen kemitraaan yang terlibat di dalamnya, seperti tokoh
pemuka masyarakat (masyarakat sasaran), pemerintah pusat maupundaerah, lembaga sosial kemasyarakatan, pihak swasta, serta instansi publik
pelayanan kesehatan maupun non kesehatan
b. keterlibatan pihak Puskesmas dan sektor kesehatan lain sebagai provider
serta masyarakat sebagai sasaran program
c. tidak semua komponen kemitraan dilibatkan dalam perencanaan, hanya
sebatas pada mitra-mitra yang bergerak dalam bidang kesehatan
d. hanya sebatas pihak internal Puskesmas
14. Selama ini pihak (sektor) mana saja yang ikut dilibatkan dalam
pelaksanaan program kemitraan untuk pemberantasan DBD di instansi
anda…?
a. seluruh komponen kemitraaan yang terlibat di dalamnya, seperti tokoh
pemuka masyarakat (masyarakat sasaran), pemerintah pusat maupun
daerah, lembaga sosial kemasyarakatan, pihak swasta, serta instansi publik
pelayanan kesehatan maupun non kesehatan
b. keterlibatan pihak Puskesmas dan sektor kesehatan lain sebagai provider
serta masyarakat sebagai sasaran program
c. hanya melibatkan mitra-mitra yang bergerak dalam bidang kesehatan
sebagai leading sector
118
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 119/139
d. pelaksanaan hanya dilakukan oleh pihak internal Puskesmas
15. Dalam hal monitoring dan pengawasan program kemitraan untuk
pemberantasan DBD, pihak (sektor) mana saja yang ikut dilibatkan…?
a. fungsi pengawasan (monitoring) merupakan tugas dan tanggung jawab
seluruh komponen kemitraaan yang terlibat di dalamnya, termasuk juga
komponen masyarakat sebagai sasaran program
b. pengawasan dilakukan sebatas oleh pihak-pihak yang bergerak dalam
bidang kesehatan sebagai leading sector serta pihak lain sebagai funding
program kemitraan
c. fungsi monitoring dan pengawasan hanya dilakukan secara esklusif oleh
pihak internal Puskesmas
d. tidak ada fungsi monitoring dan pengawasan khusus terhadap pelaksanaan
program kemitraan
16. Bagaimana fungsi evaluasi program kemitraan untuk pemberantasan DBD,
selama ini dilaksanakan…?
a. kegiatan evaluasi dilaksanakan secara berkala baik selama pelaksanaan
program kemitraan maupun pada saat akhir pelaksanaan program
kemitraan, serta dilakukan dengan keterlibatan penuh dari seluruh
komponen kemitraaan termasuk juga komponen masyarakat sebagai
sasaran program
b. kegiatan evaluasi hanya dilakukan pada akhir pelaksanaan programkemitraan, dengan melibatkan seluruh komponen kemitraaan yang ikut
berpartisipasi
c. fungsi evaluasi hanya dilaksanakan secara internal dan terpisah oleh
masing-masing pihak yang bermitra, di mana bentuk pertanggung jawaban
akhir hanya ditujukan untuk instansi atau organisasi yang membawahi
pihak-pihak yang terlibat
d. evaluasi tidak pernah dilakukan, bentuk pertanggung jawaban hanya
sebatas pembuatan laporan akhir pelaksanaan program kemitraan oleh
pihak Puskesmas
17. Selama pelaksanaan program kemitraan untuk pemberantasan DBD di
instansi anda, bagaimana fungsi koordinasi dijalankan…?
a. koordinasi secara terencana dan berkala, dimana seluruh komponen
kemitraan ikut dilibatkan untuk membahas hal-hal strategis dan teknis dari
program kemitraan itu sendiri
b. fungsi koordinsi dilaksanakan dengan melibatkan seluruh komponen
kemitraan, namun hanya dilakukan di saat awal pembentukan program dan
akhir pelaksanaan program
119
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 120/139
c. fungsi koordinasi hanya dilakukan oleh pihak Puskesmas sebagai
pelaksana program
d. koordinasi tidak berjalan, di mana pelaksanaan program hanya dilakukan
berdasarkan jadwal yang telah disusun pada saat perencanaan awal
kegiatan
18. Selama pelaksanaan kerja sama kemitraan yang dilakukan oleh anda atau
instansi anda dalam program pemberantasan DBD, apakah dilakukan
pertemuan secara berkala yang selalu diikuti oleh setiap mitra kerja sama
yang terlibat…?
a. ya
b. tidak
c. jarang
19. Selama pelaksanaan kerja sama kemitraan yang dilakukan oleh anda atau
instansi anda dalam program pemberantasan DBD, apakah seluruh pihak
(mitra kerja) selalu terlibat dan berpartisipasi dalam proses perencanaan
kegiatan…?
a. ya
b. tidak
c. jarang
20. Selama pelaksanaan kerja sama kemitraan yang dilakukan oleh anda atau
instansi anda dalam program pemberantasan DBD, apakah seluruh pihak (mitra kerja) selalu terlibat dan berpartisipasi dalam pelaksanaan setiap
kegiatan…?
a. ya
b. tidak
c. jarang
21. Selama pelaksanaan kerja sama kemitraan yang dilakukan oleh anda atau
instansi anda dalam program pemberantasan DBD, apakah pada setiap
kegiatan selalu dilakukan pengawasan (monitoring) oleh seluruh komponen
kemitraan yang terlibat…?
a. ya
b. tidak
c. jarang
22. Selama pelaksanaan kerja sama kemitraan yang dilakukan oleh anda atau
instansi anda dalam program pemberantasan DBD, apakah seluruh komponen
kemitraan yang terlibat ikut serta dalam pelaksanaan evaluasi program
kerja…?
a. ya
120
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 121/139
b. tidak
c. jarang
Lembar Kuesioner 3
Kendala Penerapan dan Pelaksanaan Kemitraan ( Partnership)
23. Apa dan bagaimana kendala penerapan atau pelaksanaan program
kemitraan ( partnership) yang selama ini terjadi menurut anda, mohon
dijelaskan :
……………………………………………..……………………….…………
……………………………………………..…………………….……………
…………………………………………..……………………….……………
…………………………………………………..………………….…………
………………………………………………..………………….……………
……………………………………………..…………………….……………
…………………………………………..………………………….…………
……………………………………………..……………………….…………
……………………………………………..…………………….……………
…………………………………………..……………………….……………
…………………………………………………..………………….…………
………………………………………………..………………….……………
……………………………………………..…………………….……………
…………………………………………..………………………….…………
……………………………………………..……………………….…………
121
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 122/139
……………………………………………..…………………….……………
…………………………………………..……………………….……………
…………………………………………………..………………….…………
………………………………………………..………………….……………
……………………………………………..…………………….……………
…………………………………………..………………………….…………
……………………………………………..……………………….…………
……………………………………………..…………………….……………
…………………………………………..……………………….……………
…………………………………………………..………………….…………
………………………………………………..………………….……………
……………………………………………..…………………….……………
…………………………………………..………………………….…………
……………………………………………..……………………….………………………………………………………..…………………….……………
…………………………………………..……………………….……………
…………………………………………………..………………….…………
………………………………………………..………………….……………
……………………………………………..…………………….……………
…………………………………………..………………………….…………
……………………………………………..……………………….…………
Lampiran 3
FORM STUDI PENDAHULUAN
Identitas Informan
Nama : ………………………………………………………...…
Pendidikan : ………………………………………………………...…
Instansi : ………………………………………………………...…
Jabatan :
………………………………………………………...…
Alamat : ………………………………………………………...…
Data Awal Studi Pendahuluan
Jawablah pertanyaan di bawah ini sesuai dengan pengalaman anda (bisa lebih dari
satu jawaban)
122
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 123/139
1. Apakah anda pernah mendengar informasi tentang kemitraan
( partnership)...?
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
2. Menurut pendapat anda apakah kemitraan ( partnership) itu...?
............................................................................................................................
............................................................................................................................
............................................................................................................................
............................................................................................................................
3. Apakah anda (instansi) pernah melakukan program kemitraan ( partnership),khususnya dalam pemberantasan DBD...?
............................................................................................................................
............................................................................................................................
4. Bila pernah, pihak mana saja yang terlibat dalam pelaksanaan program
kemitraan ( partnership) tersebut…?
............................................................................................................................
............................................................................................................................
............................................................................................................................
............................................................................................................................
5. Bagaimana atau sejauh apa bentuk keterlibatan pihak-pihak yang ikut
bergabung dalam program kemitraan ( partnership) tersebut…?
............................................................................................................................
............................................................................................................................
............................................................................................................................
............................................................................................................................
Catatan lain yan ingin anda tambahkan mengenai penerapan dan pelaksanaan
program kemitraan ( partnership), khususnya dalam pemberantasan DBD di
wilayah kerja anda…?
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
123
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 124/139
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
Lampiran 4
KUNCI JAWABAN KUESIONER
Kunci Jawaban Tes Pengetahuan
1. A 3. C 5. A 8. A 9. A
2. B 4. A 6. A 7. A 10. A
• Bobot nilai untuk setiap soal benar adalah 4 (empat)
• Bobot nilai untuk setiap soal salah atau tidak dijawab adalah 0 (nol)
Kunci Jawaban Tes Pola Partnership (Bentuk dan Pelaksanaan)
No Jenis Pertanyaan Skor
124
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 125/139
A B C D
12. Bentuk Kemitraan 4 3 2 1
13. Bentuk Kemitraan 4 3 2 1
14. Bentuk Kemitraan 4 3 2 115. Bentuk Kemitraan 4 3 2 1
16. Bentuk Kemitraan 4 3 2 1
17. Bentuk Kemitraan 4 3 2 1
18. Pelaksanaan Kemitraan 3 1 2 -
19. Pelaksanaan Kemitraan 3 1 2 -
20. Pelaksanaan Kemitraan 3 1 2 -
21. Pelaksanaan Kemitraan 3 1 2 -
22. Pelaksanaan Kemitraan 3 1 2 -
• Untuk pertanyaan tentang bentuk kemitraaan terdapat 6 soal dengan 4 pilihan
jawaban (a, b, c, d) bernilai 1 s/d 4
• Untuk pertanyaan tentang pelaksanaan kemitraan terdapat 5 soal dengan 3
pilihan jawaban (a, b, c) bernilai 1 s/d 3
(*) Lembar kuesioner berisikan 23 butir pertanyaan, dengan pertanyaan no. 1 s/d 10 tentang
pengetahuan kemitraan, no. 11 tentang jumlah unsur kemitraan no. 12 s/ 17 tentang bentuk
kemitraan, no. 18 s/d 22 tentang pelaksanaan kemitran, dan no. 23 mengenai kendala
kemitraan.
Lampiran 5
DATA PENELITIAN
No Puskesmas PengetahuanPola Partnership
ABJ (%) IR DBDU B P
1. Tanjungsari 12 2 8 7 82.90 141.55
2. Simomulyo 32 3 10 8 74.20 192.15
3. Manukan Kulon 36 3 9 6 87.20 195.30
4. Balongsari 12 1 6 6 74.80 175.98
5. Asemrowo 12 2 22 13 69.00 190.27
6. Sememi 24 4 21 13 80.60 136.84
7. Benowo 28 4 14 11 74.60 81.86
8. Jeruk 28 4 14 9 64.00 111.18
9. Lontar 4 2 7 6 71.70 153.58
125
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 126/139
10. Lidah Kulon 16 4 16 11 80.50 91.40
11. Peneleh 16 3 8 8 90.50 171.58
12. Ketabang 20 3 12 10 88.00 210.75
13. Kedungdoro 32 4 10 8 85.40 131.7414. Dr. Soetomo 40 5 19 14 58.00 97.41
15. Tembok Dukuh 20 1 7 5 74.40 165.61
16. Gundih 24 2 8 6 94.20 91.30
17. Tambakrejo 28 5 14 10 82.00 133.67
18. Simolawang 8 5 9 10 78.40 91.70
19. Perak Timur 4 3 14 7 72.00 133.61
20. Pegirikan 16 4 17 12 71.60 95.81
21. Sidotopo 16 3 9 7 78.80 130.41
22. Wonokusumo 8 3 21 12 83.00 77.67
23. Krembangan Sel. 28 3 9 9 75.10 291.65
24. Dupak 20 1 8 8 57.40 136.92
25. T. Kali Kedinding 28 2 7 8 76.00 105.85
26. Kenjeran 20 3 8 8 76.80 216.70
27. Sidotopo Wetan 36 3 22 15 70.10 120.08
28. Rangkah 36 4 13 8 87.00 211.81
29. Pacar Keling 32 2 13 5 81.60 183.60
30. Gading 20 4 11 10 75.00 145.37
31. Pucang sewu 8 4 20 12 82.00 183.18
No Puskesmas PengetahuanPola Partnership
ABJ IR DBDU B P
32. Mojo 32 1 20 15 80.40 108.20
33. Rungkut 16 1 10 6 64.30 168.17
34. Medokan Ayu 20 5 18 13 71.80 206.60
35. Tenggilis 28 4 18 14 94.80 236.15
36. Gunung Anyar 20 5 15 10 71.90 217.30
37. Menur 16 1 6 9 85.50 144.09
38. Klampis Ngasem 36 2 16 6 70.40 182.09
39. Mulyorejo 8 3 11 10 84.20 119.17
40. Sawahan 32 4 22 14 72.20 167.38
41. Putat Jaya 24 3 9 8 73.70 150.95
42. Pakis 24 5 17 12 82.30 152.43
43. Banyu Urip 12 2 18 12 55.10 131.07
44. Jagir 28 4 15 6 82.60 65.39
45. Wonokromo 16 5 19 15 87.80 151.93
126
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 127/139
46. Ngagel Rejo 40 5 8 7 70.40 186.79
47. Kedurus 40 4 20 14 91.10 130.63
48. Dukuh Kupang 24 1 7 5 76.20 126.73
49. Wiyung 8 1 6 5 89.00 220.5150. Gayung Sari 8 2 9 7 69.60 254.67
51. Jemur Sari 28 2 10 8 89.70 148.88
52. Sidosermo 12 3 8 8 86.00 187.68
53. Kebonsari 12 5 15 10 77.90 238.86
(*) Keterangan Tabel
U : Unsur (Jumlah Mitra) Partnership
B : Bentuk Partnership
P : Pelaksanaan Partnership
ABJ : Angka Bebas Jentik)
IR DBD : Incidence Rate Demam Berdarah Dengue
ABJ dan IR DBD merupakan data sekunder 53 Puskesmas kota Surabaya tahun 2006
Lampiran 6
UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS KUESIONER
Validitas dan Reliabilitas Instrument Pengukuran Pengetahuan
127
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 128/139
ten questions of single test (pengetahuan) untuk nilai α = 5% (0,05) dan n = 10
dengan derajat kebebasan df = n - 2
nilai Cronbach’s Alpha 0,953 > koefisien korelasi r table 0,632
instrument pengukuran pengetahuan dinyatakan reliabel secara internal
masing-masing nilai r Corrected Item (total correlation) > koefisien korelasi r Pearson 0,632 instrument pengukuran pengetahuan dinyatakan valid
128
tenquestion
softestandretest(pengetahuan)un
tuknilaiα=5%
(0,05)dann=10
masing-ma
sing
nilaiρExactSig.(2tailed)>α5
%
(0,05)
instrumentpengukuranpengetahuandinyatakan
reli
abelsecaraeksternal
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 129/139
Validitas dan Reliabilitas Instrument Pengukuran Pola Partnership untuk
Kategori Bentuk dan Pelaksanaan Kemitraan
129
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 130/139
six questions of single test (bentuk kemitraan) untuk nilai α = 5% (0,05) dan n = 10
dengan derajat kebebasan df = n - 2
nilai Cronbach’s Alpha 0,936 > koefisien korelasi r table 0,632
instrument pengukuran pola partnership (bentuk) dinyatakan reliabel secara internal
masing-masing nilai r Corrected Item (total correlation) > koefisien korelasi r Pearson 0,632 instrument pengukuran pola partnership (bentuk) dinyatakan valid
130
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 131/139
five questions of single test (pelaksanaan kemitraan) untuk nilai α = 5% (0,05) dan n = 10
dengan derajat kebebasan df = n - 2
nilai Cronbach’s Alpha 0,944 > koefisien korelasi r table 0,632
instrument pengukuran pola partnership (pelaksanaan) dinyatakan reliabel secara internal
masing-masing nilai r Corrected Item (total correlation) > koefisien korelasi r Pearson 0,632 instrument pengukuran pola partnership (pelaksanaan) dinyatakan valid
131
elevenques
tionsoftestandretest(polapartners
hip)untuknilaiα=5%
(0,05)dann=10
padakategoribentukkemitra
anmaupunpe
laksa
naankem
itraan,masing-masingn
ilaiρExactSig.(2tailed)>α5%
(0,05)
instrumentpengukuranpolapartnershipdinyata
kanreliabelsecaraek
sternal
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 132/139
Lampiran 7
UJI NORMALITAS
Distribusi Data Penelitian
132
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 133/139
all data variables untuk nilai α = 5% (0,05) dan n = 53
masing-masing nilai ρ Asymp. Sig. (2 tailed ) all variables > α = 5% (0,05)
seluruh data dinyatakan berdistribusi normal
Estimasi Distribusi Data dengan P-Plot Model
133
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 134/139
P-Plot Model for All Data
134
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 135/139
all data variables untuk nilai α = 5% (0,05) dan n = 53
pada setiap model terdapat sebaran data yang merata sepanjang garis diagonal X axis dan Y axis
seluruh data dinyatakan berdistribusi normal
Lampiran 8
UJI REGRESI LINIER BERGANDA
Regresi Pola Partnership dengan Incidence Rate DBD
135
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 136/139
independent variable Pola Partnership (jumlah, bentuk, dan pelaksanaan)
dependent variable Incidence Rate DBD
nilai α = 5% (0,05)
nilai n = 53 dan explanatory variable (k ) = 3
nilai F Table (k , n - k - 1) = 2,76
nilai F Test 0,590 < F Table = 2,76
persamaan multiple regression tidak signifikan, jadi tidak ada pengaruh bermakna antara
independent variable terhadap dependent variable
Regresi Pola Partnership dengan Angka Bebas Jentik (ABJ)
136
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 137/139
independent variable Pola Partnership (jumlah, bentuk, dan pelaksanaan)
dependent variable Angka Bebas Jentik (ABJ)
nilai α = 5% (0,05)
nilai n = 53 dan explanatory variable (k ) = 3
nilai F Table (k , n - k - 1) = 2,76
nilai F Test 0,619 < F Table = 2,76
persamaan multiple regression tidak signifikan, jadi tidak ada pengaruh bermakna antara
independent variable terhadap dependent variable
Lampiran 9
UJI CHI SQUARE
Unsur Partnership dengan Incidence Rate DBD dan ABJ
137
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 138/139
Bentuk Partnership dengan Incidence Rate DBD dan ABJ
Pelaksanaan Partnership dengan Incidence Rate DBD dan ABJ
138
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)
http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 139/139
nilai α = 5% (0,05) dan nilai n = 53
df (r -1).(c-1) variabel unsur terhadap Incidence Rate DBD dan ABJ = 4 X 2 Table = 9,49
df (r -1).(c-1) variabel bentuk dan pelaksanaan terhadap IR DBD dan ABJ = 1 X 2 Table = 3,84
nilai X 2 Test untuk masing-masing kategori < X 2 Table (df = 4 dan df = 1)
hasil uji beda tidak signifikan, berarti tidak terdapat perbedaan bermakna antara independent variable untuk semua kategori terhadap dependent variable pada semua cakupan
My 2nd Thesis
139