red camarade - kemitraan strategis sebagai upaya penurunan incidence rate dbd (content)

139
8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content) http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 1/139 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kesehatan termasuk salah satu faktor yang menentukan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) serta merupakan hak dasar manusia. Definisi sehat menurut UU Kesehatan No. 23 Tahun 1992 adalah suatu keadaan sejahtera badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Visi pembangunan bidang kesehatan yaitu Indonesia Sehat 2010, diharapkan akan menjadikan masyarakat Indonesia untuk dapat hidup dalam lingkungan sehat dan berperilaku hidup sehat. Indonesia sehat 2010 dimaksudkan  juga untuk mendorong agar masyarakat dapat menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan merata guna mencapai derajat kesehatan yang optimal. Penyakit DBD merupakan salah satu masalah kesehatan di Indonesia yang  jumlah penderitanya cenderung meningkat dan semakin luas penyebarannya sejak ditemukan pada tahun 1968. Upaya penanggulangan yang dilaksanakan selama ini  belum berhasil menurunkan belum berhasil menurunkan angka kematian (CFR) dan angka kesakitan seperti yang diharapkan serta penyebar luasan penyakit ini  belum berhasil dikendalikan (Dinas Kesehatan Kota Surabaya, 2006). Penduduk yang berisiko terkena DBD terutama yang tinggal di daerah perkotaan di negara tropis dan subtropis (WHO, 1999). Penyakit DBD disebabkan oleh virus  Dengue dan disebarkan oleh nyamuk (vektor) terutama  Aedes aegypti .  Aedes aegypti tersebar luas kecuali pada tempat dengan ketinggian lebih dari 1.000 meter (Parasitologi Kedokteran, 1988).

Upload: eko-teguh-pribadi

Post on 07-Apr-2018

241 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 1/139

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Kesehatan termasuk salah satu faktor yang menentukan kualitas Sumber 

Daya Manusia (SDM) serta merupakan hak dasar manusia. Definisi sehat menurut

UU Kesehatan No. 23 Tahun 1992 adalah suatu keadaan sejahtera badan, jiwa dan

sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan

ekonomi. Visi pembangunan bidang kesehatan yaitu Indonesia Sehat 2010,

diharapkan akan menjadikan masyarakat Indonesia untuk dapat hidup dalam

lingkungan sehat dan berperilaku hidup sehat. Indonesia sehat 2010 dimaksudkan

 juga untuk mendorong agar masyarakat dapat menjangkau pelayanan kesehatan

yang bermutu, adil dan merata guna mencapai derajat kesehatan yang optimal.

Penyakit DBD merupakan salah satu masalah kesehatan di Indonesia yang

 jumlah penderitanya cenderung meningkat dan semakin luas penyebarannya sejak 

ditemukan pada tahun 1968. Upaya penanggulangan yang dilaksanakan selama ini

 belum berhasil menurunkan belum berhasil menurunkan angka kematian (CFR)

dan angka kesakitan seperti yang diharapkan serta penyebar luasan penyakit ini

 belum berhasil dikendalikan (Dinas Kesehatan Kota Surabaya, 2006). Penduduk 

yang berisiko terkena DBD terutama yang tinggal di daerah perkotaan di negara

tropis dan subtropis (WHO, 1999). Penyakit DBD disebabkan oleh virus  Dengue

dan disebarkan oleh nyamuk (vektor) terutama   Aedes aegypti.  Aedes aegypti

tersebar luas kecuali pada tempat dengan ketinggian lebih dari 1.000 meter 

(Parasitologi Kedokteran, 1988).

Page 2: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 2/139

Upaya pemberantasan penyakit DBD dilakukan dengan mencegah

( preventive) penularan karena pengobatan penderita terbukti tidak efektif dan

memerlukan biaya mahal. Pencegahan penularan antara lain dengan

 pemberantasan nyamuk   Aedes aegypti sebagai vektor dari DBD. Manajemen

  penanggulangan DBD telah ditetapkan oleh Pemerintah Republik Indonesia

dengan mengeluarkan berbagai bentuk kebijaksanaan paripurna mulai dari

  perencanaan, penggerakan lembaga pelaksana, koordinasi maupun evaluasi

(Nurhadi, 1999)

Sejak awal hingga pertengahan tahun 2004, Indonesia menghadapi

Kejadian Luar Biasa (KLB) demam berdarah yang sangat meresahkan

masyarakat. Kejadian tersebut berdampak pada kepanikan petugas kesehatan di

rumah sakit serta sarana pelayanan kesehatan lain, karena terjadi lonjakan pasien

yang dirawat di sejumlah instansi kesehatan baik instansi pemerintah maupun

swasta. Jumlah kasus Demam Berdarah Dengue di Indonesia sejak Januari hingga

Mei 2004 mencapai 64.000 ( Incidence Rate 29,7 per 100.000 penduduk) dengan

angka kematian mencapai 724 orang (Case Fatality Rate 1,1 %) (Departemen

Kesehatan RI, 2005).

Kota Surabaya merupakan kota tempat pertama kali ditemukan penderita DBD di

Indonesia selain kota Jakarta pada tahun 1968. Tabel 1.1. menunjukkan bahwa di

wilayah kota Surabaya selama kurun waktu 5 tahun terakhir (2001-2005) kasus

DBD mengalami fluktuasi. Dimana antara tahun 2001 hingga 2003 angka

 penderita DBD yang tercatat mengalami penurunan, namun kemudian mengalami

kenaikan lagi pada tahun 2004 dan 2005 ( Incidence Rate tahun 2005 mencapai

92/100.000 penduduk) (Dinas Kesehatan Kota Surabaya, 2005).

2

Page 3: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 3/139

Tabel 1.1.   Incidence Rate Penyakit Demam Berdarah  Dengue di Kota

Surabaya Tahun 2001 s/d 2006

Tahun Kasus KematianKematian

(per 100 Kasus)

 Incidence Rate(per 100.000

Penduduk)

Jumlah

Penduduk 

(Juta)

2001 2143 5 0,23 83 2,58

2002 1913 13 4,03 77 2,47

2003 892 8 4,04 36 2,50

2004 1233 9 0,73 45 2,74

2005 2568 33 1,29 92 2,78

2006 4195 23 0,55 148,59 2,83

Sumber : Data Sekunder Subdin P2P Dinas Kesehatan Kota Surabaya 2007

Analisis epidemiologi menunjukkan pada skala kecamatan, dari total 31

kecamatan di kota Surabaya, seluruh kecamatan termasuk dalam kategori daerah

endemis, sedangkan menurut skala kelurahan, dari 163 kelurahan terdapat 123

kelurahan endemis, 33 kelurahan sporadis, dan hanya 7 kelurahan yang bebas

DBD. Untuk tahun 2005, kecamatan dengan jumlah penderita terbanyak adalah

Tambaksari dengan jumlah penderita 222, dan yang terendah adalah kecamatan

Pakal, dengan jumlah penderita 23 (Dinas Kesehatan Kota Surabaya, 2005).

Melalui data Dinas Kesehatan Kota Surabaya sejak tahun 1973 sampai

dengan sekarang, jumlah penderita DBD di kota ini menunjukkan angka yang

fluktuatif setiap tahunnya, tetapi dengan trend  yang terus meningkat. Upaya

  pengasapan atau  fogging  saja tidak mampu mengendalikan penyakit yang

 penularannya membutuhkan vektor Nyamuk   Aedes Agepty ini.  Fogging  hanya

mampu membunuh nyamuk dewasa saja. Peran Masyarakat dalam kegiatan

 surveillans penyakit, seperti pengenalan tanda-tanda dini penyakit DBD sangat

  penting. Namun langkah utama yang harus dilakukan adalah melibatkan

3

Page 4: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 4/139

masyarakat dalam menjaga lingkungannya agar tetap bersih, dengan secara

mandiri melakukan pembersihan secara berkala terhadap lokasi-lokasi yang dapat

menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk (republika.com, 2007 online).

Sejak tahun 1940-an bahan kimia (insektisida) telah dipergunakan untuk 

memberantas nyamuk  Aedes aegypti. Pada saat terjadi resistensi nyamuk terhadap

DDT awal tahun 1960-an, insektisida organofosfat seperti:  fenthion ,malathion

dan temephos mulai digunakan untuk pengendalian nyamuk   Aedes aegypti.

Insektisida sebenarnya berbahaya bagi manusia dan hewan, selain terjadi

resistensi  Ae. aegypti terhadap insektisida yang umum digunakan di beberapa

negara sehingga pemberantasan nyamuk dengan memodifikasi dan memanipulasi

lingkungan sangat penting untuk dilakukan termasuk 3M (menutup, menguras dan

mengubur (WHO, 1997).

Ada anggapan di masyarakat bahwa yang perlu dibasmi adalah nyamuk 

dewasanya sedangkan jentiknya dianggap tidak berbahaya. Data menunjukan

Angka Bebas Jentik (ABJ) rata-rata masih rendah, ABJ rata-rata di Surabaya

82,47% (lebih rendah dari standard nasional 95%). Hal ini terjadi karena

masyarakat mengabaikan jentik, padahal jentik dalam waktu seminggu bisa

menjadi nyamuk yang dapat menggigit manusia dan menyebarkan penyakit.

Usaha memberantas nyamuk akan sia-sia bila jentiknya dibiarkan hidup terus.

Masyarakat jarang melaksanakan 3M di sekitar tempat tinggalnya.

Petugas yang menangani DBD di puskesmas di kota Surabaya adalah

 petugas sanitasi, begitu juga petugas yang melakukan pemantauan jentik nyamuk 

adalah Bumantik (Ibu Pemantau Jentik). Petugas sanitasi baru akan melakukan

 pemeriksaan jentik bila ada laporan pasien DBD di wilayahnya dengan melakukan

4

Page 5: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 5/139

Penyelidikan Epidemiologis. Petugas sanitasi juga memeriksa jentik di sekolah

yang siswanya menderita DBD. Mereka tidak melakukan pemeriksaan jentik rutin

ke rumah-rumah penduduk.

Petugas pemantau jentik di Surabaya adalah Bumantik. Bumantik biasanya

adalah ibu RW, ibu RT, atau kader kesehatan yang bersifat sukarela. Berdasarkan

informasi dari koordinator DBD di Dinas Kesehatan Kota Surabaya belum ada

rencana kerja bumantik. Bumantik melakukan pemeriksaan jentik berkala di

wilayahnya, lalu melaporkan hasil pemeriksaan ke kecamatan. Pihak kecamatan

tidak melaporkan hasil pemeriksaan jentik ke Puskesmas setempat, tetapi

langsung ke Sekda, dari sini laporan diteruskan pada Dinas Kesehatan Kota

Surabaya.

DBD tidak bisa diberantas dengan kegiatan individu saja. Kampanye 3M,

walaupun berskala nasional, tetap merupakan kegiatan individu. Dengan demikian

DBD merupakan tanggung jawab bersama, bukan hanya sektor kesehatan saja dan

  perlu melibatkan masyarakat, sehingga penting untuk mengajak masyarakat

 bekerja sama (bermitra) mengatasi DBD. Peran serta masyarakat diperlukan untuk 

menciptakan lingkungan bersih dan sehat.

Partnership untuk mengatasi DBD salah satu contohnya dilakukan di

Bogor. Koalisi untuk Indonesia Sehat (KuIS), Koalisis untuk Bogor Sehat (KBS)

dan Institut Pertanian Bogor mengembangkan program peran serta masyarakat

yang efektif bagi komunitas Indonesia. Pada kerja sama tersebut IPB menawarkan

suatu model gerakan peduli lingkungan sehat (GELIS) yang dilaksanakan oleh

Pokja PGKM-IPB yang didukung pendanaannya oleh KuIS dan IPB. GELIS

dilaksanakan oleh laboratorium Entomologi Kesehatan FKH IPB, mahasiswa,

5

Page 6: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 6/139

LSM dan masyarakat RW 6 Desa Babakan, Darmaga, Bogor. Secara mandiri

mereka membentuk kelompok untuk penyuluhan, survei lapangan dan

mengumpulkan jentik nyamuk secara periodik tiap minggu. Jentik itu lalu

diperiksa laboratorium untuk dilihat jenisnya. Setelah beberapa minggu terjadi

 penurunan temuan jentik sebanyak 50 % (republika.com, 2007 online)

Masalah penelitian ini adalah masih tingginya Incidence Rate DBD di kota

Surabaya. Sehubungan dengan tingginya Incidence Rate DBD di kota Surabaya

diperlukan upaya-upaya untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhinya.

1.2. Kajian Masalah

Cara efektif pengendalian vektor DBD adalah penatalaksanaan manajemen

lingkungan, yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, serta

 pemantauan aktivitas untuk memodifikasi faktor-faktor lingkungan sebagai upaya

mencegah perkembangan vektor DBD dengan kontak manusia, termasuk juga

mengoptimakan pelayanan kesehatan dan perubahan perilaku. Oleh karenanya

kajian masalah penelitian ini menggunakan teori Blum (1972). Blum menjelaskan

 bahwa derajat kesehatan dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu  genetic, environment ,

health service, dan behavior . Dalam kajian ilmu epidemiologis sosial faktor 

genetik bisa digantikan dengan faktor sosial demografi (menkokesra.go.id, 2007

online).

Pengaruh perilaku dan lingkungan terhadap derajat kesehatan sangat

dominan hingga mencapai 75%, sedangkan pengaruh pelayanan kesehatan hanya

sekitar 20%, sementara faktor genetik hanya memiliki pengaruh 5% (tempo

interaktif.com, 2007 online). Berdasarkan teori Blum maka faktor yang mungkin

6

Page 7: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 7/139

dapat berpengaruh terhadap Incidence Rate DBD dan Angka Bebas Jentik (ABJ)

adalah sebagai berikut :

 

Gambar 1.1. Determinan Faktor Incidence Rate DBD dan Angka Bebas Jentik (ABJ)

1. Sosial Demografi

a. Pengetahuan spesifik 

Pengetahuan masyarakat mengenai pemberantasan nyamuk  Aedes aegypti

masih kurang. Masyarakat di Surabaya masih beranggapan bahwa

  pemberantasan nyamuk berarti membunuh nyamuk dewasa saja.

7

Lingkungan (Fisik Biologis)

kondisi geografis

tempat penampungan air 

tingkat kepadatan penduduk 

faktor cuaca dan iklim

 populasi vektor (nyamuk)

Pelayanan Kesehatan

faktor kepemimpinan

 perencanaan program

 pola partnership

sistem kompensasisupervisi dan koordinasi

 pembiayaan (anggaran)

 pengetahuan petugas kesehatan

faktor motivasi petugas

Sosial Demografi

 pengetahuan spesifik 

tingkat pendidikan masyarakat

tingkat pendapatan masyarakat

Perilaku (Masyarakat)

 perilaku hidup bersih dan sehat

 patogenitas virus (dengue)

IncidenceR

ate

DBD

AgkaBeb

as

Jentik

(ABJ)

Page 8: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 8/139

Masyarakat belum semuanya melaksanakan 3M dan pada beberapa

masyarakat di daerah tertentu bahkan menolak  fogging .

 b. Tingkat pendidikan masyarakat

Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang seharusnya menyebabkan

mereka menjadi semakin menyadari pentingnya hidup sehat termasuk 

 pemberantasan nyamuk. Ironisnya pada daerah perumahan elit yang tingkat

 pendidikannya relatif tinggi justru menolak fogging karena mereka merasa

 bukan keluarganya yang sakit DBD.

c. Tingkat pendapatan masyarakat

Semakin tinggi tingkat pendapatan membuat orang lebih leluasa dalam

menggunakan uangnya untuk sektor kesehatan, termasuk dalam usaha

  pemberantasan nyamuk sehingga sekarang DBD menyebar ke seluruh

 penduduk, bukan hanya yang berpendapatan tinggi saja. Ironisnya penduduk 

yang berpendapatan relatif tinggi justru malah menolak fogging dan kurang

 berpartisipasi dalam program 3M.

2. Lingkungan (Fisik Biologis)

a. Kondisi geografis

Kota Surabaya adalah tempat ideal bagi penyebaran DBD karena ketinggian

kota kurang dari 1.000 meter, sehingga sesuai dengan habitat nyamuk  Aedes

aegypti (Parasitologi Kedokteran, 1988).

 b. Tempat penampungan air 

Tempat penyimpanan air dan genangan air merupakan tempat bertelurnya

nyamuk    Aedes aegypti sehingga perlu dilakukan kegiatan PSN

8

Page 9: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 9/139

(Pemberantasan Sarang Nyamuk) secara berkala. Kegiatan PSN di daerah

yang banyak masyarakat pendatang tidak selalu dilakukan.

c. Tingkat kepadatan penduduk 

Kepadatan penduduk yang tinggi di suatu daerah mempercepat penyebaran

DBD. Umur nyamuk betina  Aedes aegypti kira-kira 10 hari dan jarak 

terbangnya pendek yaitu kurang dari 40 meter. Rumah-rumah di perkotaan

yang padat sangat memungkinkan nyamuk    Aedes aegypti menggigit

 penghuni beberapa rumah dalam sehari sehingga mempercepat penyebaran

DBD. Di kota Surabaya ada dugaan bahwa kepadatan penduduk 

mempengaruhi prevalensi, terbukti bahwa di Kecamatan Pakal yang

kepadatannya rendah jumlah penderita DBD hanya 23 orang.

d. Faktor cuaca dan iklim

Kasus DBD di kota Surabaya terjadi lebih banyak pada musim hujan. Hal

ini mungkin karena perubahan waktu gigitan nyamuk menjadi sore hari,

masyarakat lebih sering banyak berada di rumah pada saat musim hujan dan

 banyaknya nyamuk yang berbiak pada musim hujan.

e. Populasi vektor (nyamuk)

Populasi nyamuk yang banyak akan menyebabkan naiknya peluang

  penduduk untuk digigit nyamuk   Aedes aegypti sehingga mempercepat

  penyebaran penyakit DBD. Oleh karena itu penting untuk selalu

melaksanakan PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk).

f. Patogenitas virus (dengue)

Virus Dengue serotipe 2 paling potensial menimbulkan DBD/DSS

dibandingkan serotipe lain. Infeksi kedua dengan serotipe 2 menyebabkan

9

Page 10: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 10/139

DBD sebesar 60% dari semua kasus DBD (Harrison, 2005). Akan tetapi

  pada KLB DBD tahun 2004, dari hasil penelitian yang dilakukan oleh

Balitbang Depkes terhadap 65 sampel di 10 rumah sakit di Jakarta,

dilakukan pemeriksaan RT-PCR (%) dengan hasil serotipe 3 paling banyak 

ditemukan pada pasien DBD sebanyak 37 % dan dari 3 kasus kematian 2

diantaranya penyebabnya adalah serotipe 4 (Anonim, 2005). Penulis tidak 

mengetahui serotipe virus yang mana yang banyak didapat di kota Surabaya

dan karena penelitian ini bukan penelitian virologi maka serotipe virus tidak 

diteliti.

3. Pelayanan Kesehatan

a. Faktor kepemimpinan

Kepemimpinan adalah proses yang mengarahkan dan mempengaruhi

kegiatan yang berhubungan dengan tugas dari anggota kelompok.

Pemberantasan DBD akan berjalan baik apabila ada koordinasi, supervisi

dan pembinaan dari pimpinan (Kepala Puskesmas) kepada anak buahnya.

Penulis mengamati bahwa pimpinan (Kepala Puskesmas) di Surabaya

melakukan koordinasi, supervisi dan pembinaan dalam program

 pemberantasan sarang jentik dan nyamuk di wilayahnya.

 b. Perencanaan program

Perencanaan adalah salah satu fungsi manajemen yang berguna untuk 

memudahkan pencapaian tujuan dan sasaran organisasi (Koontz, 1984).

Program pemberantasan DBD perlu direncanakan dangan sebaik-baiknya

oleh Dinas Kesehatan dan Puskesmas supaya tercapai penurunan Incidence

Rate DBD dangan menggunakan sumber daya yang tersedia dan dana yang

10

Page 11: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 11/139

ada. Perencanaan meliputi jadwal penyuluhan 3M, pelaksanaan kerja bakti

3M, memantau jentik, menghitung dan melaporkan angka bebas jentik,

 penyelidikan epidemiologis dilakukan dalam waktu 2 x 24 jam dan fogging

dilakukan berdasarkan hasil laporan penyelidikan epidemiologis.

Perencanaan sudah dilaksanakan tetapi pada beberapa daerah masih belum

dilaksanakan dengan baik. Masyarakat pendatang (di daerah yang banyak 

 pendatang) sering enggan melaksanakan kerja bakti 3M dan memantau

 jentik dibandingkan penduduk yang menetap karena mereka berpikir bahwa

mereka tidak menetap di Surabaya sehingga tidak peduli akan lingkungan

tempat tinggalnya. Fogging sering ditolak di daerah pemukiman elit karena

mereka berpendapat bahwa yang sakit DBD bukan keluarganya sehingga

rumahnya tidak perlu difogging. Mereka bahkan berani melakukan apa saja

supaya rumahnya jangan difogging. Fogging juga dianggap berakibat tidak 

 baik pada binatang peliharaannya. Apabila ada anggota keluarganya yang

terkena demam meskipun belum tentu DBD terkadang masyarakat memaksa

meminta fogging.

c. Pola partnership

Program pemberantasan DBD sebagai suatu sistem terdiri atas beberapa

subsistem yang saling berhubungan, termasuk antara petugas P2P dengan

  pihak luar puskesmas.  Partnership dilakukan dengan mengajak tokoh

masyarakat untuk melakukan upaya PSN di lingkungannya dan bekerja

sama dengan pihak kelurahan dan kecamatan untuk mendapatkan hasil

 pemeriksaan ABJ dari bumantik. Partnership sudah dilaksanakan tetapi di

 beberapa daerah tertentu perilaku masyarakat tetap tidak berubah.

11

Page 12: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 12/139

d. Sistem kompensasi

Menurut Dessler (2005) kompensasi adalah suatu bentuk imbalan atau

 pembayaran bagi pekerja yang muncul dari pekerjaannya. Petugas P2P,

  promkes dan sanitasi semuanya adalah Pegawai Negri Sipil karena

sehubungan dengan kompensasi berupa gaji sudah ditentukan berdasarkan

  jabatan, pangkat dan masa kerjanya bukan berdasarkan kinerjanya.

Kompensasi berupa gaji variabel yang didasarkan pada kinerja dipandang

 perlu untuk ditambahkan dangan harapan akan meningkatkan motivasi dan

kinerja petugas. Kompensasi berupa gaji variabel sangat bervariasi di setiap

Puskesmas besarnya tidak sama dan berhubungan dengan pola penyakit

DBD di daerahnya.

e. Supervisi dan koordinasi

Supervisi adalah bentuk proses untuk memacu anggota unit kerja untuk 

 berkontribusi secara positif agar tujuan organisasi tercapai. Supervisi perlu

dilakukan oleh Kepala Puskesmas supaya program PSN dapat berjalan

optimal. Pengamatan di lapangan menunjukan bahwa supervisi sudah

dilakukan oleh Kepala Puskesmas.

Koordinasi merupakan inti manajemen yang bertujuan untuk menjaga

keharmonisan berbagai individu ke arah tercapainya tujuan kelompok.

Koordinasi yang ada sekarang belum berjalan sempurna terutama koordinasi

internal lintas program di Puskesmas.

f. Pembiayaan (anggaran)

Untuk pemberantasan DBD seharusnya ada dana yang memadai terutama

untuk usaha kesehatan masyarakat. Komitmen dari stake holder diperlukan

12

Page 13: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 13/139

untuk itu. Anggaran yang disediakan untuk pemberantasan DBD di kota

Surabaya sebesar kira-kira 6 milyar rupiah dan diberikan kepada Dinas

Kesehatan (Sub Dinas P2P). Dana tersebut akan diberikan kepada

Puskesmas sesuai dengan kebutuhannya dan dengan pertimbangan dari

Dinas Kesehatan.

g. Pengetahuan petugas kesehatan

Pengetahuan petugas kesehatan terhadap penyakit DBD dan penyebarannya

  baik. Mereka pasti sudah mengetahui mengenai penyakit DBD dan

  penularannya, tetapi pengetahuan masyarakat sebagian masih kurang

sehingga masyarakat hanya berusaha memberantas nyamuk dewasa saja.

h. Faktor motifasi petugas

Motivasi (motivation) berasal dari bahasa latin, yaitu “movere” yang berarti

menggerakkan (to move) atau ada yang mengartikan sebagai sebab, alasan

dasar, pikiran dasar, dorongan bagi seseorang untuk berbuat atau ide yang

selalu berpengaruh besar terhadap tingkah laku manusia.

Proses motivasional seperti ditafsirkan oleh kebanyakan teori diarahkan

 pada pencapaian tujuan tertentu. Pencapaian tujuan-tujuan yang di inginkan

dapat menyebabkan penyusutan signifikan dalam kekurangan-kekurangan

kebutuhan (need deficiencies). Beberapa komponen penyusun motivasi

adalah kebutuhan, keinginan, dan ekspektasi, komponen perilaku,

komponen tujuan dan harapan, serta komponen umpan balik ( feedback ).

Motivasi petugas kesehatan (petugas sanitasi) di kota Surabaya terhadap

 program pemberantasan DBD sebenarnya baik. Mereka mengerjakan tugas-

tugasnya sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Motivasi Bumantik masih

13

Page 14: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 14/139

kurang, hal ini bisa dilihat dari hasil pemantauan jentik yang belum rutin

diadakan.

4. Perilaku (Masyarakat)

a. Perilaku hidup bersih dan sehat

Masyarakat di kota Surabaya masih belum sepenuhnya melakukan perilaku

 bersih dan sehat (PHBS), misalnya sampah masih dibuang sembarangan

yang bila menampung air hujan dapat menjadi sarang nyamuk. Masyarakat

 jarang melakukan 3M dan hanya membasmi nyamuk dewasa saja. Padahal

  jentik kelak akan menjadi nyamuk dewasa juga dalam jangka waktu

seminggu. Perilaku ini salah dan harus diluruskan, salah satu cara adalah

dengan upaya jejaring (partnership) antara petugas Puskesmas sanitasi

Puskesmas dengan pihak eksternal Puskesmas.

Dari hasil studi pendahuluan yang dilaksanakan selama periode bulan

April 2007 terhadap 5 orang petugas sanitasi pada 5 Puskesmas yang berbeda di

Surabaya, didapatkan informasi bahwa selama ini pihak Puskesmas telah

melakukan upaya kerja sama kemitraan ( partnership) dengan beberapa pihak 

terkait program pemberantasan DBD di wilayah kerja mereka. Berikut adalah data

awal yang berhasil dihimpun selama studi pendahuluan dilakukan.

Tabel 1.2. Studi Pendahuluan Penelitian

PuskesmasPemahaman

KemitraanPenerapan

Jumlah

Mitra

Bentuk 

Kemitraan

Lontar kurang dilakukan 2  partnership bentuk 1

Asemrowo kurang dilakukan 2  partnership bentuk 1

Dupak kurang dilakukan 1  partnership bentuk 1

Wiyung kurang dilakukan 1  partnership bentuk 1

Rungkut kurang dilakukan 1  partnership bentuk 1

Sumber : Data Primer Studi Pendahuluan 5 Puskesmas di Surabaya 2007

14

Page 15: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 15/139

Untuk pemahaman konsep kemitraan ( partnership) sendiri masih sangat

kurang, di mana mereka hanya memahami kemitraan sebagai bentuk kerja sama

teknis dengan pihak Puskesmas sebagai penanggung jawab tunggal dari

 pelaksanaan program.

“  Kemitraan itu merupakan kerja sama antara pihak Puskesmas

dengan masyarakat, RT, atau RW setempat. Seperti kegiatan

  pemberantasan sarang nyamuk di lingkungan warga atau juga

  pemeriksaan jentik nyamuk Demam Berdarah. Namun koordinasi

dengan warga masih sangat sulit karena sering kali biaya untuk 

melaksanakan pertemuan tidak tersedia” (Petugas Sanitasi Puskesmas

Wiyung, Surabaya).

Selain itu mereka juga berpendapat bahwa program kemitraan bersifat

instruksional, yaitu menunggu adanya program kerja atau instruksi dari pusat

(Dinas Kesehatan), hal ini terkait juga dengan masalah beban pendanaan untuk 

 pelaksanaan kemitraan.

1.3. Rumusan Masalah

Penelitian ini dibatasi pada identifikasi tingkat pengetahuan petugas

sanitasi Puskesmas mengenai kemitraan ( partnership), serta analisis pengaruh

kemitraan ( partnership) yang telah terbentuk antara pihak internal (sanitarian) dan

eksternal Puskesmas terhadap angka   Incidence Rate DBD dan Angka Bebas

Jentik (ABJ) di kota Surabaya.

Hasil identifikasi dan analisis pengaruh digunakan sebagai bahan

  pertimbangan perumusan usulan kemitraan strategis dalam upaya untuk 

menurunkan  Incidence Rate DBD dan meningkatkan Angka Bebas Jentik (ABJ)

di kota Surabaya.

15

Page 16: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 16/139

Masalah penelitian dirumuskan dengan memperhatikan latar belakang

masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana tingkat pengetahuan petugas sanitasi Puskesmas di kota

Surabaya mengenai partnership?

2. Bagaimana pola  partnership yang selama ini telah dilaksanakan antara

  pihak internal (sanitarian) dan eksternal Puskesmas terhadap penurunan

  Incidence Rate DBD dan peningkatan Angka Bebas Jentik (ABJ) di kota

Surabaya?

3. Bagaimana kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan  partnership antara

  pihak internal (sanitarian) dan eksternal Puskesmas dalam penurunan

  Incidence Rate DBD dan peningkatan Angka Bebas Jentik (ABJ) di kota

Surabaya?

4. Bagaimana bentuk   partnership yang sesuai dan dapat dilaksanakan secara

 berkesinambungan oleh pihak internal (sanitarian) dan eksternal Puskesmas

dalam upaya penurunan  Incidence Rate DBD dan peningkatan Angka Bebas

Jentik (ABJ) di kota Surabaya?

Program kemitraan strategis ( partnership) dipandang penting karena

 pemberantasan DBD idealnya merupakan program lintas sektoral yang melibatkan

 berbagai pihak, baik kesehatan maupun non kesehatan.

1.4. Tujuan penelitian

1.4.1. Tujuan Umum

Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk merumuskan bentuk 

kemitraan strategis ( partnership) antara pihak internal Puskesmas dengan pihak 

16

Page 17: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 17/139

eksternal Puskesmas sebagai upaya untuk menurunkan  Incidence Rate DBD dan

meningkatkan Angka Bebas Jentik (ABJ) di kota Surabaya.

1.4.2. Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan petugas sanitasi Puskesmas mengenai

kemitraan ( partnership).

2. Menganalisis pola  partnership yang telah terbentuk antara pihak internal

(sanitarian) dan eksternal Puskesmas selama ini, meliputi unsur, bentuk, dan

 pelaksanaan partnership.

3. Menganalisis kendala yang ada dalam pelaksanaan kemitraan antara pihak 

internal (sanitarian) dan eksternal Puskesmas.

4. Menganalisis pengaruh pola  partnership yang meliputi unsur, bentuk, dan

 pelaksanaan partnership terhadap nilai Incidence Rate DBD dan Angka Bebas

Jentik (ABJ).

5. Memberikan usulan mengenai bentuk kemitraan strategis antara pihak internal

(sanitarian) dan eksternal Puskesmas berdasarkan pada hasil identifikasi

 pengetahuan petugas sanitasi, analisis pola partnership yang telah ada selama

ini, analisis pengaruh pola partnership terhadap nilai Incidence Rate DBD dan

Angka Bebas Jentik (ABJ), serta analisis kendala yang muncul dalam program

kemitraan yang telah dilakukan sebelumnya.

1.5. Manfaat Penelitian

Diharapkan dengan dilaksanakannya penelitian yang berjudul “Usulan

 Bentuk Kemitraan Strategis (Partnership) antara Pihak Internal dan Eksternal 

 Puskesmas sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD dan Peningkatan

17

Page 18: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 18/139

 Angka Bebas Jentik (ABJ) di Kota Surabaya” ini dapat memberikan manfaat yang

 berarti bagi berbagai pihak.

1. Bagi Dinas Kesehatan Kota Surabaya dan Puskesmas

Mendapat masukan mengenai perumusan bentuk   partnership yang ideal

sebagai upaya penurunan  Incidence Rate DBD dan peningkatan Angka Bebas

Jentik (ABJ) di kota Surabaya.

2. Bagi Masyarakat

Dengan adanya  partnership antara pihak internal dan eksternal Puskesmas

diharapkan timbul kesadaran masyarakat untuk berperan serta secara aktif 

dalam penurunan  Incidence Rate DBD dan peningkatan Angka Bebas Jentik 

(ABJ) di kota Surabaya.

3. Bagi Peneliti

Memberi wawasan dan menambah pengalaman peneliti terutama dalam

 perumusan usulan partnership antara pihak internal dan eksternal Puskesmas

guna menurunkan Incidence Rate DBD dan meningkatkan Angka Bebas Jentik 

(ABJ) di kota Surabaya, dalam kaitannya dengan penerapan ilmu manajemen

 pelayanan kesehatan.

18

Page 19: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 19/139

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Demam Berdarah Dengue

Virus  Dengue yang menyebabkan penyakit DBD termasuk famili

 Flavivirus dan ditemukan empat serotipe:  Dengue 1, Dengue 2, Dengue 3 dan

 Dengue 4. Serotipe 2 paling potensial menyebabkan DBD dan  DSS (Dengue

Shock Syndrome) (Harrison, 2004).

Ada 4 macam manifestasi infeksi Virus  Dengue pada manusia, yaitu

asimptomatik, Demam Dengue, Demam Berdarah Dengue dan Sindrom Renjatan

 Dengue (DSS). Demam  Dengue adalah penyakit yang terutama menyerang anak 

remaja atau dewasa dengan gejala demam bifasik, nyeri otot dan sendi, dengan

atau tanpa ruam dan limfadenopati, sakit kepala hebat, trombositopeni ringan dan

 bintik-bintik perdarahan spontan. Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah sejenis

 penyakit yang terdapat pada anak dan dewasa dengan gejala utama adalah demam,

nyeri otot dan sendi yang disertai dengan gejala perdarahan. Sementara DSS

(Sindrome Renjatan Dengue) ialah penyakit DBD yang disertai renjatan (PAPDI,

2001).

Epidemiologi demam Dengue dilaporkan pertama kali di Batavia (Jakarta)

oleh David Bylon pada tahun 1779, sedangkan DBD mula-mula ditemukan oleh

Quintos di Manila pada tahun 1954. DBD di Indonesia pertama kali ditemukan di

19

Page 20: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 20/139

Surabaya pada tahun 1968. Penyakit DBD adalah penyakit endemik di Indonesia

tetapi dalam jarak 5 sampai 20 tahun dapat terjadi letusan epidemi.

Diagnosis infeksi  Dengue menggunakan kriteria WHO. Kriteria klinis

demam Dengue :

1. Suhu badan tiba-tiba meninggi

2. Demam yang berlangsung hanya beberapa hari

3. Kurva demam yng menyerupai pelana kuda (bifasik )

4. Nyeri tekan terutama di daerah otot-otot dan persendian

5. Adanya ruam-ruam pada kulit

6. Leukopenia

Sementar menurut WHO (1986), kriteria klinis demam berdarah  Dengue

adalah sebagai berikut :

1. Demam akut yang tetap tinggi selama 2-7 hari kemudian tiba-tiba turun secara

drastis

2. Manifestasi perdarahan, uji tourniquet    positif ,  ptekia,  purpura, ekimosis,

epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis, dan melena

3. Pembesaran hati yang nyeri tekan tanpa ikterus

4. Dengan atau tanpa renjatan

5.  Hemokonsentrasi

6. Thrombositopenia

Penatalaksanaan DBD dengan istirahat tirah baring, diet lunak, terapi

simptomatis, pemberian cairan yang cukup, serta transfusi darah bila dirasakan

 perlu. Belum ada obat khusus dan imunisasi untuk DBD oleh karena itu perlu

20

Page 21: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 21/139

untuk memutus rantai penularan penyakit dengan memberantas vektor nyamuk 

 Aedes aegypti.

2.2. Penyakit DBD dan Pencegahannya

Vektor utama  Dengue di Indonesia adalah nyamuk    Aedes aegypti.

 Nyamuk  Aedes aegypti betina menghisap darah manusia pada siang hari baik di

dalam rumah maupun di luar rumah. Pengisapan darah dilakukan dari pagi sampai

 petang dengan dua puncak waktu yaitusetelah matahari terbit (8.00-12.00) dan

sebelum matahari terbenam (15.00-17.00). Nyamuk beristirahat di semak-semak,

tanaman rendah seperti rerumputan dan juga di benda-benda tergantung di dalam

rumah seperti pakaian.

Jentik nyamuk  Aedes aegypti bersarang di bejana-bejana yang berisi air 

 jernih dan tawar seperti bak mandi, drum penampung air, kaleng bekas, dan lain-

lain. Adanya vektor berhubungan erat dengan berbagai faktor antara

lain:kebiasaan masyarakat yang menampung air bersih untuk keperluan sehari-

hari, sanitasi lingkungan yang kurang baik dan penyediaan air bersih yang

langkah.

Kasus DBD cenderung meningkat pada musim hujan, kemungkinan hal ini

disebabkan karena :

1. Perubahan musim mempengaruhi frekuensi gigitan nyamuk, karena pengaruh

musim hujan, puncak gigitan terjadi pada siang dan sore hari.

2. Perubahan musim mempengaruhi sikap manusia terhadap gigitan nyamuk 

dengan lebih banyak berdiam di dalam rumah selama musim hujan.

21

Page 22: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 22/139

Cara paling efektif dalam pengendalian vektor adalah penatalaksanaan

lingkungan, yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan

  pemantauan aktivitas untuk memodifikasi faktor-faktor lingkungan untuk 

mencegah perkembangan vektor dan kontak manusia - vektor - patogen. Pada

tahun 1980, The WHO Expert   Committee on Vector Biology and Control 

mendefinisikan tiga tipe penatalaksanaan lingkungan :

1. Modifikasi lingkungan, melakukan transformasi fisik jangka panjang dari

habitat vektor.

2. Manipulasi lingkungan, perubahan temporer dari habitat vektor sebagai hasil

dari aktivitas yang direncanakan untuk menghasilkan kondisi yang tidak 

disukai dalam perkembangbiakan vektor.

3. Perubahan habitat atau perilaku manusia sebagai upaya untuk mengurangi

kontak manusia - vektor - patogen.

2.2.1. Metode Penatalaksanaan Lingkungan

Metode penatalaksanaan lingkungan untuk mengontrol  Ae. aegypti dan

mengurangi interaksi manusia - vektor - patogen termasuk perbaikan suplai dan

 penyimpanan air, penanganan sampah padat dan modifikasi habitat larva yang

dibuat manusia.

1. Perbaikan suplai dan penyimpanan air 

Rumah tangga yang sering menyimpan air karena suplai air tidak dapat

diandalkan dalam wadah penyimpanan memainkan peranan penting dalam

 perkembangan   Aedes aegypti terutama di daerah perkotaan. Bila wadah

digunakan untuk menyimpan air maka wadah harus ditutup rapat atau

menggunakan penyaring.

22

Page 23: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 23/139

2. Penanganan sampah padat

Pendekatan yang paling umum harus digunakan untuk mengurangi potensi

  perkembangbiakan nyamuk  Aedes aegypti di dalam dan di sekitar habitat

manusia

3. Modifikasi habitat larva yang dibuat manusia

Segala sesuatu yang berpotensi menampung air harus dihindari. Kolam atau

akuarium dapat diberikan klorin atau dikembangbiakkan ikan pemangsa larva.

Jika memungkinkan rumah rumah harus didesain atau dimodifikasi untuk 

mengurangi kemungkinan nyamuk masuk.

2.2.2. Pengendalian Secara Kimiawi

Penyemprotan ruangan adalah penyebaran droplet mikroskopik insektisida

di udara untuk membunuh nyamuk dewasa dan digunakan pada situasi darurat ada

kasus Demam Dengue. Dua bentuk penyemprot ruangan yang umum digunakan

untuk pengendalian  Aedes aegypti:  fogging thermal dan aerosol volume rendah

ultra (ULV = fogging dingin) dan embun. Fogging  thermal dihasilkan dengan alat

dimana insektisida yang dicampur dalam minyak dengan titik nyala tinggi,

disebarkan dengan diinjeksikan ke dalam aliran gas panas berkecepatan tinggi.

Aerosol ULV dan embun mencakup pemakaian kuantiatas kecil konsentrat

insektisida cair. Penyemprotan dari udara sering digunakan bila harus menangani

area yang luas dalam waktu singkat.

Larvasida biasanya terbatas digunakan untuk keprluan rumah tangga pada

wadah yang airnya tidak boleh dibuang. Ada 3 macam larvasida: bubuk granul

temephos 1%, balok  methoprene dan  BTI (Bacillus thuringiensis H-14). Ketiga

23

Page 24: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 24/139

larvasida ini mempunyai toksisitas mamalia yang sangat rendah dan aman untuk 

air minum manusia.

Sejak tahun 1940-an bahan kimia (insektisida) telah dipergunakan untuk 

memberantas nyamuk  Aedes aegypti. Pada saat terjadi resistensi nyamuk terhadap

 DDT awal tahun 1960-an, insektisida organofosfat seperti fenthion ,malathion dan

temephos mulai digunakan untuk pengendalian nyamuk  Aedes aegypti. Insektisida

sebenarnya berbahaya bagi manusia dan hewan, selain terjadi resistensi  Aedes

aegypti terhadap insektisida yang umum digunakan di beberapa negara sehingga

  pemberantasan nyamuk dengan memodifikasi dan memanipulasi lingkungan

(memusnahkan habitat vektor) penting untuk dilakukan termasuk 3M (menutup,

menguras dan mengubur) (WHO, 1997).

Pengendalian secara terpadu di Singapura terdiri atas pembersihan daerah

kumuh, penempatan kembali individu yang berpindah tempat, pemberantasan

nyamuk oleh petugas kesehatan yang diseragamkan, pembersihan saluran air,

  pemberian tangki air anti nyamuk, pendidikan kesehatan dan tindakan

 pengendalian yang ketat termsuk denda. Indeks rumah yang ada jentik nyamuk 

 Aedes di daerah kumuh turun dari 27,2% selama 1966-1968 sampai 5,4% pada

tahun 1969 dan sampai 1,61% luas kota pada tahun 1981.

2.2.3. Kelompok Kerja Operasional Pemberantasan DBD

 Partnership dalam pemberantasan DBD dibentuk dalam Kelompok Kerja

Operasional Pemberantasan Demam Berdarah Dengue, yang selanjutnya disingkat

POKJANAL DBD. Kelompok ini bertugas untuk membantu Tim Pembina LKMD

dalam berbagai kegiatan yang berkaitan dengan upaya pencegahan dan

 pemberantasan penyakit DBD Departemen Kesehatan RI (2006).

24

Page 25: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 25/139

POKJANAL DBD dibentuk dengan tujuan melakukan pembinaan

operasional terhadap pelaksanaan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan upaya

  pencegahan dan pemberantasan penyakit DBD diwilayah kerjanya secara

  berjenjang dan berkesinambungan. Disebutkan secara berjenjang dan

 berkesinambungan, karena prinsip kerja POKJANAL DBD adalah membina dan

mengendalikan aktivitas POKJANAL DBD setingkat dibawahnya secara

  berjenjang dan berkesinambungan, mulai dari tingkat Pusat, tingkat Propinsi,

tingkat Kabupaten dan Kotamadya, sampai tingkat Kecamatan dan akhirnya

sampai pada tingkat pelaksanaan operasional oleh POKJA DBD yang dibentuk di

tingkat Desa, Kelurahan, Dusun, Lingkungan RW-RT.

POKJANAL DBD sebagai unsur pelaksanan teknis yang melakukan

 pembinaan operasional terhadap berbagai kegiatan yang berkaitan dengan upaya

  pencegahan dan pemberantasan penyakit Demam Berdarah  Dengue, secara

organisasi kedudukannya berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Tim

Pembina LKMD. Dengan demikian POKJANAL DBD dibentuk di setiap

tingkatan pemerintahan, sebagaimana keberadaan Tim Pembina LKMD.

Tugas dan fungsi dasar dari Kelompok Kerja Operasional Pemberantasan

Demam Berdarah Dengue adalah sebagai berikut :

1. Menyiapkan data dan informasi keadaan dan perkembangan berbagai kegiatan

POKJANAL DBD di wilayah kerjanya (aktivitas pokok POKJA DBD).

2. Menganalisis masalah dan kebutuhan pembinaan operasional serta menetapkan

alternatif pemecahan masalah yang dihadapi sehubungan dengan cakupan

 program dan pencapaian hasil kegiatan POKJANAL DBD di wilayah kerjanya

(aktivitas pokok POKJA DBD).

25

Page 26: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 26/139

3. Menyusun rencana tindak lanjut terhadap pilihan alternatif pemecahan masalah

yang dihadapi berdasarkan hasil pemantauan dan dan evaluasi pelaksanaan

  berbagai kegiatan yang berkaitan dengan pencegahan dan pemberantasan

 penyakit DBD di wilayah kerjanya yang dilakukan sekurang-kurangnya setiap

3 bulan.

4. Melakukan pemantauan dan bimbingan teknis pengelolahan program

  pemberantasan DBD kepada POKJANAL DBD setingkat dibawahnya,

termasuk terhadap aktivitas POKJANAL DBD di wilayah kerjanya.

5. Menginformasikan masalah yang dihadapi kepada dinas, instansi, atau lembaga

terkait untuk pemecahan masalahnya.

6. Melaporkan hasil pelaksanaan semua kegiatan POKJANAL DBD (aktivitas

 pokok POKJANAL DBD) di wilayah kerjanya kepada kepala pemerintahan

daerah dan tembusannya disampaikan kepada POKJANAL DBD pada tingkat

 pemerintahan yang setingkat lebih tinggi, sekurang-kurangnya setiap 3 bulan.

Pembinaan operasional oleh POKJANAL DBD menganut prinsip-prinsip

sebagai berikut :

1. Bersifat pembinaan teknis asilitatif, bukan direktif instruksional yang kaku.

2. Uupaya pemecahan masalah atas dasar kebutuhan yang muncul dari bawah.

3.  Integrating  kewilayahan, artinya wilayah kerja pembinaannya menyeluruh

dalam area administrasi pemerintahan tetapi dengan urutan prioritas garapan

secara berlanjut menurut kebutuhan.

4. Menganut azas keterpaduan dan koordinasi, artinya pembinaan yang dilakukan

atas nama kesatuan tim kerja, bukan hanya instansional tertentu saja.

26

Page 27: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 27/139

POKJANAL DBD di setiap tingkatan pemerintahan terdiri dari unsur 

dinas, instansi, dan lembaga yang terkait langsung dalam pembinaan operasional

 pencegahan dan pemberantasan penyakit DBD, yaitu unsur kesehatan, Diknas,

Penerangan, Agama, Sosial, Bapeda (Bidang Sosial Budaya), Kantor PMD, Unsur 

Sekwilda (Bidang Kejahteraan Sosial), Tim Penggerak PKK, Tim Pembina UKS,

dan lain-lain (Departemen Kesehatan RI, 2006).

2.3. Partnership (Jaringan Kemitraan Kerja)

 Partnership dari perspektif etimologis diadaptasi dari kata partnership dan

  berasal dari akar kata partner.  Partner  diterjemahkan sebagai pasangan atau

kompanion, sedangkan  partnership diterjemahkan menjadi persekutuan atau

 perkongsian. Bertolak dari sini maka  partnership dapat dimaknai sebagai suatu

 bentuk persekutuan antara dua pihak atau lebih yang membentuk suatu ikatan

kerja sama atas dasar kesepakatan dan rasa saling membutuhkan dalam rangka

meningkatkan kapasitas dan kapabilitas di suatu bidang atau tujuan tertentu

sehingga dapat dicapai hasil yang lebih baik (Sulistiyani, 2004).

 Partnership sendiri dapat terbentuk apabila memenuhi persyaratan

sebagai berikut :

1. Yang terlibat dalam partnership ada dua pihak atau lebih

2. Memiliki kesamaan visi dalam mencapai tujuan

3. Ada kesepakatan

4. Saling membutuhkan

Tujuan suatu partnership adalah tercapainya hasil yang lebih baik dengan

saling memberikan manfaat pihak-pihak yang bernitra. Partnership hendaknya

memberikan manfaat kepada semua pihak yang bermitra.

27

Page 28: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 28/139

 Partnership dapat dilakukan oleh pihak baik perseorangan, badan hukum

atau kelompok. Adapun pihak-pihak yang bermitra tersebut dapat memiliki status

yang setara atau subordinate, memiliki kesamaan misi atau misi berbeda tetapi

saling mengisi dan melengkapi secara fungsional (Sulistiyani, 2004).

Menurut Walukow (2000)  partnership adalah kebersamaan dari sejumlah

 pelaku untuk mencapai tujuan yang sama, yang didasarkan atas kesepakatan

tentang peranan dan prinsip masing-masing pihak. Di dalam  partnership setiap

 pihak yang bermitra harus saling seimbang dalam daya dan pengaruh (balance of 

 power and  influence, dengan kata lain harus selalu mengupayakan kesetaraan.

 Nilai hakiki (core values) dan jati diri dari masing-masing pihak tetap

harus dijaga dan dipertahankan (Walukow, 2000). Sementara untuk membangun

 partnership harus didasarkan pada 5 prinsip :

1. Kesamaan perhatian

2. Saling menghormati

3. Tujuan jelas dan terukur 

4. Bersedia untuk memberi waktu, sumber daya, dan tenaga

5. Kepercayaan

 Partnership adalah hubungan antara dua pihak atau lebih berdasarkan

kesetaraan, keterbukaan, dan saling menguntungkan (manfaat).  Partnership di

  bidang kesehatan adalah  partnership yang dikembangkan dalam rangka

 pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. (Depkes RI, 2006).

Menurut Robert Davis dalam Notoatmojo (2003), partnership adalah suatu

kerja sama formal antara individu, kelompok atau organisasi untuk mencapai

tujuan tertentu. Dalam kerja sama tersebut ada kesepakatan tentang komitmen dan

28

Page 29: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 29/139

 peninjauan kembali terhadap kesepakatan yang telah dibuat, serta saling berbagi

  baik dalam resiko maupun keuntungan yang diperoleh. Dari batasan di atas

terdapat 3 kata kunci dalam partnership yaitu:

1. Kerja sama formal antar kelompok, organisasi, individu

2. Bersama mencapai tujuan tertentu

3. Saling menanggung resiko dan keuntungan

Menurut Notoatmojo (2003), dalam membangun  partnership ada 3 prinsip

kunci yang perlu dipahami oleh masing-masing anggota unit yaitu persamaan

(equity), keterbukaan (transparancy) dan saling menguntungkan (mutual benefit ).

Contoh empiris pendekatan partnership dalam negri adalah Pekan

Imunisasi Nasional (PIN) untuk polio. Pekan Imunisasi Nasional berhasil baik dan

memperoleh penghargaan dari WHO berkat pendekatan  partnership antara

 pemerintah, dunia usaha, LSM kesehatan dan organisasi profesi.

Adapun tujuan dari kerja sama kemitraan ( partnership) di bidang

kesehatan adalah meningkatnya percepatan, efektivitas dan efisiensiupaya

kesehatan dan pembangunan pada umumnya. Sektor yang terkait dalam

 partnership dalam bidang kesehatan meliputi seluruh komponen masyarakat,

unsur pemerintah, lembaga perwakilan rakyat, perguruan tinggi, media masa,

 penyandang dana dan lain-lain.

Depkes RI (2006), menyebutkan setidaknya terdapat 6 pilar utama sebagai

 pondasi awal dalam partnership di bidang kesehatan :

1. Kesehatan adalah hak asasi setiap manusia, merupkan investasi

sekaligus merupakan kewajiban bagi semua pihak.

29

Page 30: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 30/139

2. Masalah kesehatan saling terkait dan saling mempengaruhi dengan

masalah lain seperti masalah ekonomi, sosial, agama, politik, keamanan,

ketenagakerjaan, pemerintah, dll.

3. Masalah kesehatan tidak bisa diatasi oleh sektor kesehatan sendiri,

tetapi semua pihak harus juga terlibat terhadap masalah kesehatan tersebut.

4. Beberapa pihak khususnya pihak swasta diharapkan dapat

memperoleh manfaat karena kesehatan meningkatkan kualitas dan

 produktivitas SDM.

5. Mengenai bagaimana pentingnya kemitraan ( partnership) ini mulai

gencar dipropagandakan oleh WHO pada Konfrensi Internasional Promosi

Kesehatan di Jakarta pada tahun 1997.

6. Perlu dikembangkan upaya kerjasama yang saling memberi manfaat.

Hubungan kerjasama tersebut akan lebih efektif dan efisien apabila juga

didasari oleh kesetaraan.

Selain itu Depkes RI (2006), juga menyebutkan terdapat 7 landasan

 pengembangan partnership yaitu:

1. Saling memahami kedudukan, tugas dan fungsi berkaitan dengan

struktur 

2. Saling memahami kemampuan setiap anggota (capacity)

3. Saling berhubungan secara proaktif (linkage)

4. Saling mendekati bukan hanya fisik tetapi juga pikiran dan

 perasaan (empathy, proximity)

5. Saling terbuka dalam arti kesediaan membantu dan dibantu

(openess)

30

Page 31: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 31/139

6. Saling menghargai dan mendukung ( synergy)

7. Saling menghargai (reward )

Istilah partnership terus digunakan secara luas untuk pengaturan hubungan

antar organisasi yang berbeda. Termasuk persekutuan strategis perusahaan,

hubungan serikat buruh dan para pemberi kerja, serta hubungan antara pembeli

dan para pedagang, termasuk keterlibatan sektor swasta di dalam penyerahan dari

  jabatan dalam pemerintahan. Partnership adalah juga suatu alat untuk mencapai

 perubahan sosial, termasuk peneliti sosial dan praktisi, pengusaha, pemerintah dan

organisasi-organisasi non pemerintahan untuk pencapaian lingkungan sensitif dan

 perkembangan berkelanjutan (Tomlison, 2005).

Bagaimanapun, keaneka ragaman kontek menyebabkan hal ini sulit untuk 

diidentifikasi secara tepat apa yang dimaksud dengan “ partnership” dan ketika

semakin banyak organisasi-organisasi terlibat dalam  partnership, arti partnership

menjadi semakin sukar dipahami.  Partnership dapat merupakan suatu alternatif 

kerjasama terhadap hubungan tradiosional antara pelaku yang terlibat secara

 bersaing, lawan atau hirarkis. Implementasi partnership tidak mudah seperti Das

dan Teng yang menyatakan persekutuan strategi ( partnership) mempunyai tingkat

kegagalan yang lebih tinggi dibanding dengan “perusahaan tunggal” sedangkan

menurut Eden dan Huxham banyak proyek kolaborasi mengalami kegagalan

dalam mencapai tujuan yang diharapkan (Tomlison, 2005).

Penggunaan istilah “ partnership” menyiratkan bagaimana para pelaku

yang terlibat diharapkan untuk bertindak dalam hubungannya dengan pihak lain.

Bagaimanapun, penamaan tidak bisa menentukan bagaimana hubungan-hubungan

ini akan ditetapkan. Keberadaan  partnership seharusnya “baik”, tetapi ketidak 

31

Page 32: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 32/139

  jelasan arti, menyebabkan timbul pertanyaan “baik dalam hal apa” dan “untuk 

siapa”. Penggunaan istilah ini merujuk pada analisis arti dan membahas akibat

dari pengertian mengenai hubungan antara anggota  partnership. Hal ini telah

digunakan sebagai sumber suatu studi kasus dari suatu proyek pengungsi yang

telah mencapai suatu titik krisis dalam sejarahnya. Proyek para anggota

menghasilkan  partnership yang konsisten sebagai suatu ‘hal baik', tetapi

representasi  partnership tidak mudah, lebih kritis, dan versi  partnership lebih

 banyak menunjukkan hubungan yang tidak seimbang.

 Partnership secara sukarela membuat beberapa organisasi yang berbeda

mempunya satu tujuan yang sama. Keanggotaannya mempresentasikan beberapa

organisasi yang memiliki ukuran, misi, sumber daya dan kultur yang berbeda

(Gazley, 2007).

Perlu dicatat makna operasional dari 2 kata kunci sukarela dan kolaboratif.

Sukarela berarti dilakukan atas keinginan sendiri sementara kolaboratif berarti

  bekerja sama dengan bekerja sama dengan agen-agen atau pihak lain dalam

sebuah proyek atau usaha. Kolaborasi adalah suatu proses untuk mecapai tujuan

yang tidak bisa dicapai sendirian (minimal tidak bisa dicapai secara efisien).

Kolaborasi sebagai suatu proses adalah sebuah jalan menuju akhir, bukan akhir itu

sendiri. Meski demikian proses tersebut harus efektif untuk mencapai hasil akhir 

yang sukses.  Partnership memungkinkan individu berbeda dari organisasi yang

 berbeda untuk bekerja sama dengan mengkapitalisasi bakat-bakat dan kekuatan-

kekuatan komplementernya (Gazley , 2007).

Meskipun masyarakat yang lebih luas mendapatkan manfaat dari

 partnership, tidak selalu berarti individu atau organisasi yang berpartisipasi dalam

32

Page 33: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 33/139

 partnership akan mendapatkan akan mendapatkan manfaat langsung dari

 partnership ini. Mungkin saja koalisi dalam komunitas menghasilkan keuntungan

tetapi menghasilkan kerugian bagi setiap partner meskipun hal yang sebaliknya

  juga bisa terjadi. Jika  partnership bertujuan untuk kebaikan bersama maka

 partner-partner yang terlibat bisa saja menganggap kerja sama mereka efektif dan

menguntungkan. Partnership mengandalkan pada kesepakatan yang bagus tentang

kesediaan, kemampuan dan keterlibatan rekan-rekan individu dalam pembuatan

keputusan, memberikan kepemimpinan dan petunjuk yang berfungsi penyalur dari

dan untuk masyarakat beserta implementasi inisiatif (Hasnain et al ., 2003).

Bagaimana kemitraan ( partnership) itu bekerja dan bagaimana cara untuk 

mengukur keberhasilannya :

1. Pertama, sebuah  partnership berusaha menarik organisasi dan individu secara

 bersama-sama.

2. Kedua, para anggota  partnership harus mampu mengembangkan dan

menjelaskan tujuan bersama.

 Namun bagaimana sebuah partnership mengatur dirinya tergantung pada

konsep komunitas, kebutuhan komunitas, tujuan komunitas, isu yang berlaku dan

  partner yang terlibat. Karena kolaborasi memerlukan hubungan, prosedur dan

struktur yang berbeda dari cara kerja organisasi sebelumnya maka membangun

 partnership yang efektif sangat sulit, memakan waktu dan sumber daya intensif.

  Namun timbul pertanyaan mengapa beberapa usaha kolaborasi bisa

 berhasil sementara yang lain gagal. Keberhasilan menutut partner berkomitmen

 pada proses-proses yang seringkali panjang yang pada akhirnya mencapai hasil.

Meskipun para donatur siap memberikan bantuan kepada  partnership, insentif ini

33

Page 34: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 34/139

kurang mendesak bagi agen-agen yang tidak menerima sumber daya langsung

atau yang misi organisasi keseluruhan tidak saling melengkapi dengan

 partnership tersebut. Organisasi umumnya mau berkolaborasi dengan organisasi

lain jika aktivitas kolaborasi secara keseluruhan tidak mengganggu kekuasaan dan

kontrol (pengawasan yang ada) organisasi yang bersangkutan.

2.3.1. Model Partnership

Menurut Siagian (1997) istilah jaringan kemitraan kerja (partnership)

adalah kerjasama antara organisasi dalam bentuk penggabungan sumber,

 penyatuan gerak langkah dan kesamaan tindakan, untuk mencapai tujuan yang

telah disepakati bersama.  Partnership di sektor kesehatan yang ada menurut

 Notoatmojo (2003) secara umum dibagi dikelompokkan menjadi 2 yaitu :

1.  Partnership Model 1, merupakan model paling sederhana

  berupa jaring kemitraan kerja yang sering disebut building linkages.

 Partnership semacam ini hanya dalam bentuk jaringan kerja (networking ) saja.

Masing-masing mitra atau institusi telah mempunyai program sendiri mulai

merencanakannya, melaksanakannya, mengevaluasinya. Oleh karena adanya

  persamaan pelayanan atau sasaran pelayanan atau karakteristik yang lain

diantara mereka, maka dibentuklah jaringan kerja. Sifat partnership ini sering

  juga disebut koalisis, seperti Koalisis Indonesia Sehat, Forum Promosi

Kesehatan Indonesia.

2.  Partnership Model 2,  partnership model ini lebih baik dan

solid, masing masing anggota (mitra) mempunyai tanggung jawab yang lebih

 besar terhadap program atau kegiatan bersama. Oleh sebab itu visi, misi, dan

kegiatan dalam mencapai tujuan  partnership tersebut harus direncanakan dan

34

Page 35: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 35/139

dievaluasi bersama. Contoh  partnership model ini adalah Gerakan Terpadu

 Nasional (GERDUNAS) TB. Paru, dan Gebrak Malaria ( Rollback Malaria).

Gerdunas dan Gebrak Malaria adalah suatu program pemberantasan TB. Paru

dan malaria yang dirancang dan dilaksanakan bersama lintas program dan

sektor.

Langkah-langkah penggalangan  partnership menurut Notoatmojo (2003)

adalah sebagi berikut :

1. Melakukan identifikasi   stake holder  (mitra dan pelaku

 potensial).

2. Membangun jaringan kerja sama antara mita dalam upaya

mencapai tujuan.

3. Memadukan sumber daya yang tersedia di masing-masing

mitra kerja.

4. Melaksanakan kegiatan terpadu.

5. Menyelenggarakan pertemuan berkala untuk perencanaan,

 pemantauan, penilaian, dan pertukaran informasi.

2.3.2. Tujuan Partnership dan Hasil yang Diharapkan

Dari  partnership yang dibentuk, tentu saja mempunyai tujuan tersendiri,

dan tujuan itu dikategorikan menjadi 2, yaitu :

1. Tujuan Umum

Meningkatkan percepatan, efektivitas dan efisiensi upaya kesehatan dan upaya

 pembangunan pada umumnya.

2. Tujuan Khusus

a. Meningkatkan saling pengertian

35

Page 36: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 36/139

 b. Meningkatkan saling percaya

c. Meningkatkan saling memerlukan

d. Meningkatkan rasa kedekatan

e. Membuka peluang untuk saling membantu

f. Meningkatkan daya, kemampuan, dan kekuatan

g. Meningkatkan rasa saling menghargai

Sedangkan pada dasarnya, hasil  partnership yang diharapkan adalah

adanya percepatan, efektivitas dan efisiensi berbagai upaya kesehatan.

2.3.3. Prinsip, Landasan, dan Pengembangan Partnership

Dalam  partnership ada prinsip, landasan, dan langkah tersendiri dalam

 pengembangannya, adapun pengembangan tersebut adalah sebagai berikut :

1. Tiga Prinsip Partnership :

a. Kesetaraan, dalam arti tidak ada atas bawah (hubungan vertikal), tetapi

sama tingkatnya (horisontal)

 b. Keterbukaan

c. Saling menguntungkan

2. Tujuh Landasan Partnership :

a. Saling memahami kedudukan, tugas dan fungsi (kaitan dengan struktur)

 b. Saling memahami kemampuan masing-masing (kapasitas unit organisasi)

c. Saling menghubungi secara proaktif (linkage)

d. Saling mendekati, bukan hanya secara fisik tetapi juga pikiran dan perasaan

(empati, proximity)

e. Saling terbuka, dalam arti kesediaan untuk dibantu dan membantu (opennes)

f. Saling mendorong dan mendukung kegiatan ( synergy)

36

Page 37: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 37/139

g. Saling menghargai kenyataan masing-masing (reward)

3. Enam Langkah Penunjang Partnership :

a. Penjajagan dan persiapan

 b. Penyamaan persepsi

c. Pengaturan peran

d. Komunikasi intensif 

e. Melakukan kegiatan

f. Melakukan pemantauan dan penilaian

2.3.4. Indikator Keberhasilan Partnership

Keberhasilan suatu  partnership dapat dilihat dari ukuran indikator 

keberhasilannya, yaitu :

1. Indikator Input, meliputi jumlah mitra yang menjadi anggota dalam hubungan

kerja sama.

2. Indikator Proses, yaitu kontribusi mitra dalam jaringan  partnership, jumlah

 pertemuan yang diselenggarakan, jumlah dan jenis kegiatan bersama yang

dilakukan, keberlangsungan partnership yang dijalankan.

3. Indikator Output, yaitu jumlah produk yang dihasilkan, percepatan upaya yang

dilakukan, efektivitas dan efisiensi upaya yang diselenggarakan.

2.3.5. Dimensi Partnership

Dalam  partnership secara global terdapat 7 dimensi yang harus diterima

sebelum melakukan partnership, yaitu :

1. Mengenal dan menerima kebutuhan partnership

2. Memberikan kejelasan dan realisme tujuan

4. Menjamin komitmen dan kepemilikan

37

Page 38: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 38/139

5. Mengembangkan dan memelihara kepercayaan

6. Membuat rancangan partnership yang kuat dan jelas

7. Mengawasi, mengukur, dan mempelajari

 Namun untuk partnership secara lokal, dimensi ini meluas menjadi lebih

terfokus pada kelompoknya. Dimensi tambahan evaluasi  partnership lokal

dinyatakan sebagai berikut :

1. Memelihara budaya Partnership pada organisasi dan kelompok 

2. Melibatkan secara berarti semua stakeholder yang terlibat

3. Mengembangkan komunikasi efektif 

Pada penelitian terdahulu (Halliday et al ., 2004), yang merupakan studi

  banding evaluasi Partnership di bidang kesehatan, penelitian ini mendapatkan

  bahwa keunggulan partnership ada pada 4 dimensi pertama. Ada kesepakatan

 bahwa keunggulan tersebut dapat dicapai tanpa penerapan sanksi dan reward yang

tepat. Pada proses penilaian menunjukkan bahwa para responden merasa

organisasi mereka saat ini harus bekerja dengan partnership dengan organisasi lain

untuk mencapai tujuan utama dan hal ini berlaku timbal balik. Responden merasa

 bahwa mitra mereka dapat menjamin komitmen yang jelas dari level yang paling

senior di organisasi dan menarik individu baru kedalam jaringan partnership

tersebut. Namun ditemukan pula kelemahan  Partnership (partnership). Hal ini

terjadi karena melibatkan semua   stake holder yang terkait dalam partnership

secara bermakna. Di mana pada proses penilaian mengungkapkan bahwa individu

dari semua kelompok yang secara relevan terlibat dan  stake holder tidak memiliki

akses yang sama terhadap informasi. Banyak kelompok merasa bahwa

keanggotaan formal mereka adekuat tetapi tidak selalu dilibatkan secara nyata

38

Page 39: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 39/139

atau dalam persebaran informasi di luar orang yang terlibat langsung. Hal ini

dapat di atasi dengan komunikasi efektif. Pengembangan ini berupa pembagian

system informasi dan transfer data, misalnya adanya arus informasi dua arah

antara manajer senior dengan tingkat paling bawah dan adanya strategi

komunikasi yang mencerminkan kebutuhan informasi dari semua stake holder .

2.3.6. Partnership Pemerintah dengan Swasta

Suatu hasil yang penting dari pengembangan model pemerintahan dari

Pelayanan publik yang baru adalah adanya penekanan di kerja sama (kolaborasi)

dibanding kompetisi antara publik dan sektor swasta. Meski banyak ilmuwan

telah menyampaikan banyak definisi-definisi kerja sama (kolaborasi), masing-

masing yang menekankan prasyarat-prasyarat, proses, atau hasil-hasil dari

hubungan, penggunaan komponen sama dapat ditemukan di dalam berbagai

 pendekatan (Gazley, 2007).

Kerja sama (kolaborasi) dengan singkat dapat digambarkan sebagai proses

dimana organisasi-organisasi yang menghadapi suatu masalah kemudian mencari

suatu solusi dimana satu sama lain menentukan sasaran hasil mereka yang tidak 

  bisa dicapai sendirian (Gazley, 2007). Kolaborasi memerlukan keanggotaan

sukarela dan otonomi (para mitra tetap menetapkan keputusan sendiri bahkan

ketika mereka setuju kepada beberapa aturan bersama), dan mereka

melakukannya dengan mengubah tujuan atau keinginan untuk meningkatkan

kapasitasnya dengan berbagi sumber daya. Berdasarkan definisi umum tersebut,

kolaborasi antara pemerintah dengan organisasi nirlaba akan mengecualikan

hubungan kontrak murni, di mana kewenangan tidak dibagi bersama,

 penggabungan organisasi-organisasi tadinya mandiri, dan komisi atau panel yang

39

Page 40: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 40/139

 bertemu secara teratur tetapi tidak memiliki sasaran spesifik. Pembedaan seperti

ini adalah sesuai dengan unsur-unsur partnership privat publik seperti yang

digambarkan oleh Fosler dan Peters (Gazley, 2007).

Menurut Fosler, kerja sama (kolaborasi) secara umum melibatkan suatu

derajat tingkat yang lebih tinggi dari perencanaan timbal balik dan manajemen

antar panutan-panutan; kelurusan sasaran, strategi, agenda-agenda, sumber daya

dan aktivitas; satu komitmen yang patut dari investasi dan kapasitas; dan

 pembagian resiko-resiko, kewajiban dan bermanfaat bagi organisasi-organisasi

yang berkolaborasi. Oleh karena itu, Fosler menyarankan sesuatu yang kurang

dari wewenang dan koordinasi, dan sesuatu yang lebih dari (sekedar) kooperasi

yang diam-diam (Gazley, 2007).

Kerjasama Pelayanan Publik menguraikan suatu privatisasi bentuk negara,

meski istilah itu sering digunakan tanpa satu definisi yang eksplisit. Becker juga

mencatat kebingungan atas definisi dan menyatakan ketiadakjelasan itu sendiri

sudah mencegah  Partnerships Pelayanan Publik mendapatkan lebih banyak 

keuntungan dari suatu strategi privatisasi. Peters menetapkan 5 kondisi untuk 

 Partnerships yang menyertakan pemerintah (Grenwood, 2003) yaitu :

1. Mereka melibatkan dua atau lebih para pelaku (organisasi), dimana sedikitnya

satu dari organisasi tersebut adalah publik.

2. Masing-masing dari para pelaku itu dapat menawar atas nama dirinya sendiri

(tidak mengatas namakan organisasi lain).

3.  Partnership melibatkan suatu hubungan yang jangka panjang dan kronis (poin

ini akan meniadakan hubungan-hubungan tergantung dari bantuan dana atau

nilai kompetitif dari kontrak-kontrak yang ditanda-tangani).

40

Page 41: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 41/139

4. Masing-masing pelaku membuat sumbangan-sumbangan kepada  partnership,

yang dapat berupa material (misalnya sumber daya) atau simbolis (misalnya

 pembagian otoritas).

5. Semua para pelaku berbagi tanggung jawab untuk hasil yang didapat.

Peters juga mencatat bahwa meskipun formalitas kekuatan partnership ada

 pada sasaran (adanya pengaruh dan hasil-hasil, kerjasama pribadi dan publik 

dapat memiliki kedua-duanya), dengan dan tanpa manfaat dari suatu persetujuan

atau kontrak yang formal. Peters tidak menyatakan bahwa  partnerships selalu

membawa manfaat-manfaat yang sama kepada kedua belah pihak atau bahwa

mereka dapat menghindari permasalahan di dalam kerja sama.  Partnerships

tergantung secara kronis pada tingkat prasyarat-prasyarat, termasuk minat dan

  peluang untuk kedua belah pihak untuk mendapatkan oleh  partnership

(Grenwood, 2003).

2.3.7. Manfaat dan Biaya Kerja Sama Interorganisasional

Sebagian besar literatur yang ada menyatakan bawah kerja sama antar 

organisasi mempunyai arti normatif, kooperasi menetapkan sebagai suatu tujuan

dengan sendirinya dan mendiskusikan bagaimana kolaborasi lebih efektif dapat

dicapai (Gazley, 2007). Apa yang diabaikan di dalam diskusi ini adalah adanya

  biaya potensi lembaga yang bermitra, biaya-biaya persekutuan-persekutuan

antarorganisasi, yang mungkin menyebabkan ketidak stabilan keuangan,

kesukaran lebih besar dalam mengevaluasi hasil-hasil, dan penggunaan waktu dan

sumber daya lembaga yang mendukung aktivitas kolaboratif (Gazley, 2007).

Singkatnya, kerja sama (kolaborasi) menghasilkan bermacam resiko dan

 peluang dan riset komprehensif pada motivasi kolaborasi harus melibatkan kedua

41

Page 42: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 42/139

faktor yang memaksa dan mendorong untuk berkerja sama. Para pembangkit

adanya kolaborasi menetapkan satu daftar potensi manfaat kooperasi antar 

organisasi, termasuk kemampuannya untuk membagi masalah bersama secara

efektif, potensi untuk menghemat biaya belanja organisasi, pelayanan bermutu

dan hasil akhir yang bias menghasilkan keuntungan kompetitif, akses terhadap

ketrampilan atau pasar yang baru dan penyebaran resiko. Kolaborasi dapat juga

 berguna untuk menyelesaikan atau menghindari perselisihan (Gazley, 2007).

Pada sektor nirlaba, kerja sama (kolaborasi) antar organisasi dapat

memperbaiki pelayanan dan membangun citra yang lebih kuat di masyarakat

(Gazley, 2007). Lebih dari itu, terhadap manajer yang publik terkait dengan

tantangan tanggung jawab lebih besar yang terjadi oleh privatisasi dan wujud lain

dari kebijakan pemerintah yang tidak langsung, kerja sama mendukung

argumentasi bahwa aliansiantar sektor dapat mempertanggung jawabkan lebih

  baik kepada publik. Tanggung jawab ini dicapai oleh potensi lebih besar 

 pemerintah yang dilibatkan di dalam persekutuan-persekutuan yang strategis

untuk mencapai sasaran.

Berbagai perspektif pengamatan yang bervariasi terhadap kolaborasi

membantu mengatasi ketidak pastian keuangan dari luar. Pendekatan pada

keuntungan kooperasi antarorganisasi, dengan menekankan kolaborasi atau

menurunkan ketidakpastian, mempunyai kemungkinan ekstensif untuk dijelajahi

di dalam literatur yang tidak mencari keuntungan dan juga dicerminkan di dalam

kerangka-kerangka teoritis yang dibahas sebelumnya (Hasnain at al ., 2003).

Beberapa kerangka-kerangka teoritis dalam pengambilan keputusan

strategis pada organisasi membantu menjelaskan daya dorong untuk membentuk 

42

Page 43: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 43/139

 persekutuan antar organisasi. Kerja sama (kolaborasi) dipandang sebagai suatu

 perilaku yang diinginkan dan boleh bahkan diperlukan atau yang diharapkan

 berpengaruh oleh para pelaku (Hasnain et al ., 2003). Bagaimanapun, penelitian

teori  Partnership terakhir secara umum menekankan pada cara-cara bagaimana

kolaborasi antar organisasi dapat meningkatkan sumber daya dan menurunkan

 biaya (beban) daripada bagaimana kebutuhan aliansi dan persekutuan terhadap

sumber daya, waktu dan tenaga dari mitranya.

2.3.8. Kompleksitas Penerapan Partnership

Permasalahan kesehatan muncul karena terganggunya determinan

kesehatan sehingga perlu dilakukan identifikasi faktor determinan apa saja yang

terkait dengan permasalahan kesehatan tersebut. Dari hasil analisis ini diharapkan

dapat dipetakan hubungan antara masalah kesehatan dengan faktor (determinan)

kesehatan, sehingga penyebab permasalahan kesehatan pada kelompok sasaran di

wilayah masing-masing dapat lebih teridentifikasi. Beberapa faktor determinan

yang langsung mempengaruhi status kesehatan tersebut adalah   genes, disease

experience, health and well being of populations, health system influences, global 

and ecological perspective, social, cultural and environmental determinants,

 gender perspective dan public health perspective (Bealeghole, 2002)

Memperhatikan kompleksnya permasalahan kesehatan serta faktor 

determinan kesehatan, tidak mungkin masalah kesehatan dapat diatasi oleh sektor 

kesehatan sendiri tanpa melibatkan  stakeholder. Untuk mengatasi berbagai

 permasalahan kesehatan tersebut perlunya koordinasi baik lintas program maupun

dengan  stakeholder  terkait melalui mekanisme tertentu sehingga dalam

  pelaksanaan kegiatan dapat terpadu. Keterpaduan yang diharapkan meliputi

43

Page 44: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 44/139

 berbagai aspek mulai dari aspek kegiatan, aspek ketenagaan, aspek pendanaan,

maupun aspek sarana dan prasarana Chu (1994).

Dalam koordinasi tersebut perlu ditetapkan hubungan antara  stakeholder 

terkait apakah bersifat hubungan vertikal, hubungan horizontal, atau bentuk 

komando koordinasi. Adapun alternatif peran yang dapat diambil oleh setiap

 stakeholder dalam posisi hubungan partnership adalah peran sebagai :

1. Inisiator, yaitu pemrakarsa  partnership dalam rangka sosialisasi dan

operasionalisasi program-program kesehatan

2. Motor atau dinamisator, yaitu penggerak  partnership, melalui pertemuan,

kegiatan bersama, dll

3. Fasilitator, yaitu pihak yang memfasiltasi, memberi kemudahan sehingga

kegiatan partnership dapat berjalan lancar 

4. Anggota aktif, yaitu anggota yang akan berperan dan terlibat dalam

 pelaksanaan kemitraan secara aktif 

5. Peserta kreatif, yaitu sebagai peserta kegiatan partnership yang mampu

 bertidak secara kreatif 

6. Pemasok input teknis, yaitu pemberi masukan teknis (program kesehatan)

7. Pemberi dukungan sumber daya, yaitu pemberi dukungan sumber daya sesuai

dengan kondisi, masalah, dan potensi yang ada

Bila penanganan permasalahan kesehatan yang disertai dengan perbaikan

terhadap faktor determinan kesehatan dilakukan secara sinergis antar  stakeholder 

terkait maka diharapkan dapat tercapai percepatan efektivitas dan efisiensi kerja

demi terciptanya 11 poin utama Chu (1994).

a. a clean, safe physical environment of high quality (including housing quality)

44

Page 45: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 45/139

 b. an ecosystem that is stable now and sustainable in the long term

c. a strong mutually supportive and non-exploitive community

d. a high degree of participation and control by the public over the decision

affecting their lives, health and wellbeing 

e. the meeting of basic needs for all the city’s people, for food, water, shelter,

income, safety, and work 

f. access to a wide variety of experiences and resources, with the chance for wide

variety of contact, interaction and communication

g. a diverse, vital and innovative city economy

h. the encouragement of connectedness with the past, with the cultural, with other 

 groups and individual 

i. a form that is compatible with and enhances the preceding characteristics

 j. an optimum level of appropriate public health and sick care services

accessible to all 

k. high health status, high levels of positive health and low levels of disease

Menurut Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur (2007), sinergitas program

 partnership sangat diperlukan untuk merealisasikan Visi dan Misi Jawa Timur 

Sehat 2008, dan tidak mungkin hanya dibebankan pada sektor kesehatan saja

karena masalah kesehatan adalah muara dari semua sektor pembangunan.

Dengan adanya  partnership antar mitra kerja ( stakeholder ) terkait maka

diharapkan dapat terjadi :

1. Peningkatan koordinasi dan komunikasi untuk memenuhi kewajiban peran

masing-masing stakeholder terkait dalam pembangunan kesehatan

45

Page 46: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 46/139

2. Peningkatan kemampuan bersama dalam menanggulangi masalah yang

 berhubungan dengan kesehatan untuk kemashlahatan bersama

Untuk mengetahui peran masing-masing stakeholder  dalam pembangunan

 bidang kesehatan, perlu disusun suatu perencanaan yang akan mengidentifikasi

 beberapa alternatif peran yang dapat dilakukan, yang disesuaikan dengan :

7. Permasalahan kesehatan pada kelompok sasaran yang terkait dengan komitmen

global maupun komitmen nasional

8. Permasalahan kesehatan pada kelompok sasaran yang bersifat lokal spesifik 

9. Permasalahan kesehatan yang terkait dengan lingkungan fisik dan lingkungan

sosial, ekonomi, dan budaya

10. Masalah kesehatan yang terkait dengan perilaku yang tidak sehat

11. Masalah kesehatan kelompok tertentu

2.3.9. Contoh Partnership dalam Kesehatan

1. Paguyuban Penderita Tuberkulosis Kec. Sumber Jambe

Salah satu pendekatan  partnership yang berbasis komunitas adalah program

 penanggulangan tuberkulosis telah dilaksanakan di Propinsi Jawa Timur yaitu

dengan adanya peran serta masyarakat melalui Paguyuban Penderita

Tubekulosis Kec. Sumber Jambe.

Kecamatan Sumber Jambe adalah salah satu kecamatan di Kab. Jember dan

terletak di sebelah utara Kota Jember dengan jarak tempuh + 35 km yang

 berada di dataran tinggi di kaki Gunung Raung. Jumlah penduduknya sekitar 

53.806 jiwa, dengan sebagian bekerja sebagai petani maupun buruh

 perkebunan.

46

Page 47: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 47/139

Untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan, penduduk lebih banyak 

 berobat ke Puskesmas Sumber Jambe. Penyakit menular yang sering ditemukan

adalah diantaranya penyakit Campak dan tuberkulosis (TB). Untuk pelayanan

  pengobatan tuberkulosis, Puskesmas Sumber Jambe secara khusus

mengumpulkan hari pemberian obat anti tuberkulosisi (OAT) pada hari yang

sama sehingga sesama penderita sering bertemu dan saling bertukar informasi

terutama tentang penyakit yang diderita dan pengalaman mengenai bagaimana

cara penanganannya.

Adanya pemahaman bahwa penyakit tuberkulosis yang dideritanya merupakan

 penyakit menular sehingga dapat menularkan kepada orang lain dan dulunya

dirinya sendiri secara tidak sengaja tertulari. Selain itu adanya rasa senasib

diantara sesama penderita TB yang berobat secara teratur di Puskesmas

Sumber Jambe.

Setelah dinyatakan sembuh, para mantan penderita ini merasa ikut bertanggung

  jawab karena sebagai sumber penularan sehingga ikut membantu mencari

 penderita yang dicurigai tertular TB dan ikut membantu sebagai pengawas

minum obat (Fahrudda, Ansarul, dkk., 2005).

2. Tujuan Pembentukan Paguyuban

Tujuan dari paguyuban penderita tubekulosis ini adalah membantu menurunan

angka kesakitan TB sehingga TB tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat

di Kec. Sumber Jambe Kab. Jember (Fahrudda, Ansarul, dkk., 2005).

Adapun tujuan secara khusus, yaitu :

a. Sebagai wadah komunikasi antara mantan penderita maupun penderita TB.

 b. Untuk tetap berobat sampai sembuh.

47

Page 48: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 48/139

c. Secara perorangan membantu penemuan suspek penderita TB.

d. Secara perorangan membantu sebagai pengawas minum obat.

e. Sebagai wadah pengembangan usaha peningkatan penghasilan penderita

atau mantan penderita TB yang berasal dari tingkat sosial ekonomi rendah.

3. Kegiatan dan Peran dalam Program Penanggulangan Tuberkulosis

Kegiatan utama dari paguyuban ini adalah :

1. Pertemuan rutin 3 bulanan

2. Penemuan suspek di masyarakat

3. Sebagai pengawas minum obat

Setelah melalui pertemuan telah diadakan pemilihan yang secara sepakat

dipilih Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris dan Wakil Sekretaris. Jumlah

seluruhnya pengurus dan anggota yang terdaftar sebanyak 80 orang dimana

semuanya adalah penderita yang masih berobat dan yang sudah sembuh setelah

menjalani pengobatan tuberkuloisis. Pengurus dan anggota paguyuban relatif 

  berasal dari tingkat sosial ekonomi rendah. Pada awalnya dana kegiatan

 pertemuan dibantu sepenuhnya oleh Puskesmas Sumber Jambe yang berasal

dari dana PKM dan dana operasional dinas terkait, yang kemudian meningkat

 pada pemenuhan dana mandiri melalui kontribusi secara sukarela anggota.

Sebelum secara resmi terwadahi dalam paguyuban ini yaitu tahun 2004, para

anggota sudah banyak membantu pelaksanaan program penanggulangan

Tuberkulosis. Peran aktifnya terutama dalam sosialisasi program, pengawasan

 pengobatan dan penemuan suspek. Pada tahun 2005 dilaporkan paguyuban ini

membawa 5 orang yang dicurigai sebagai penderita TB ke Puskesmas Sumber 

Jambe, setelah dilakukan pemeriksaan 5 orang tersebut menderita TB BTA

48

Page 49: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 49/139

  positif. Paguyuban ini telah membantu UPT Puskesmas setempat dalam

 program penanggulangan Tuberkulosis, dimana pencapaian program sangat

 baik. Penemuan penderita baru TB BTA (+) pada tahun 2004 telah mencapai

80% dan angka kesembuhan pada tahun 2003 > 85%. Hasil ini jauh lebih baik 

dibandingkan pada tahun sebelumnya (tahun 2003) dimana penemuan

  penderita baru TB BTA positif mencapai 28%. Pencapaian memberikan

dampak pada penurunan angka kesakitan TB di Kec. Sumber Jambe.

Model partnership berbasis masyarakat atau paguyuban penderita penyakit

tuberkulosis ini perlu dikembangkan ke daerah lainnya terutama di daerah

 beresiko tinggi, dengan mempertimbangkan budaya dan tingkat sosial yang

ada. Untuk kelanggengan paguyuban diperlukan komitmen dari para anggota,

yaitu kesepakatan melaksanakan kegiatan utama membantu penemuan suspek 

TB dan sebagai pengawas minum obat. Selanjutnya dibuat kesepakatan usaha

  peningkatan penghasilan pengurus dan anggota melalui usaha kecil dan

menengah (UKM) disamping mengajak pihak swasta atau donator yang tidak 

terikat (Fahrudda, Ansarul, dkk., 2005).

2.4. Teori Blum ( Determinant Factors of Health)

Blum (1972), menjelaskan bahwa determinan derajat kesehatan meliputi 4

faktor yaitu  genetic, environment , health service, dan behavior . Kualitas dan

kuantitas tiap faktor bisa muncul secara berbeda-beda dalam mempengaruhi status

kesehatan, selain itu tiap faktor juga tidak selalu muncul secara bersamaan dalam

mempengaruhi kondisi kesehatan tertentu.

49

 Health Service

 Environment 

Genetic

 Behavior  Health

 Status

Page 50: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 50/139

Gambar 2.1. Teori Blum ( Determinant Factors of Health)

Selain berpengaruh terhadap status kesehatan, ke-empat faktor determinan

tersebut ( genetic, environment , health service, dan behavior ) juga saling

 berinteraksi dan saling mempengaruhi satu sama lainnya. Dalam kajian ilmu

epidemiologis sosial, sering kali faktor  genetic disetarakan dengan faktor  socio

demographic terutama untuk studi penelitian kesehatan yang lebih berkosentrasi

 pada dimensi sosial kemasyarakatan (menkokesra.go.id, 2007 online).

BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL

3.1. Kerangka Konseptual Penelitian

50

IncidenceRate

DBD

AgkaBebas

Jent

ik

(ABJ)

Lingkungan (Fisik Biologis)

kondisi geografistempat penampungan air 

tingkat kepadatan penduduk 

faktor cuaca dan iklim

 populasi vektor (nyamuk)

Sosial Demografi

 pengetahuan spesifik 

tingkat pendidikan masyarakat

tingkat pendapatan masyarakat

Perilaku (Masyarakat)

 perilaku hidup bersih dan sehat

 patogenitas virus (dengue)

Pelayanan Kesehatan

faktor kepemimpinan perencanaan program

 pola partnershipunsur 

 bentuk 

 pelaksanaan

kendala partnership

sistem kompensasi

supervisi dan koordinasi

 pembiayaan (anggaran)

 pengetahuan petugas ( partnership)

faktor motivasi petugas

Page 51: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 51/139

Page 52: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 52/139

6. Lingkungan (Fisik Biologis)

g. Kondisi geografis

h. Tempat penampungan air 

i. Tingkat kepadatan penduduk 

 j. Faktor cuaca dan iklim

k. Populasi vektor (nyamuk)

l. Patogenitas virus (dengue) (terkait dengan   Incidence Rate DBD namun

tidak memiliki keterkaitan dengan Angka Bebas Jentik)

7. Pelayanan Kesehatan

a. Keorganisasian yang meliputi perencanaan program, pola dan kendala

 partnership, sistem kompensasi, supervisi dan koordinasi, serta pembiayaan

 b. Internal individu (petugas) yang meliputi kepemimpinan, pengetahuan, dan

motifasi petugas kesehatan

8. Perilaku (Masyarakat)

  b. Perilaku hidup bersih dan sehat, baik sebagai individu maupun dalam

kapasitasnya sebagai anggota masyarakat

Tidak semua variabel yang terdapat dalam kerangka konseptual penelitian

ikut diteliti, namun dibatasi pada pada identifikasi tingkat pengetahuan petugas

sanitasi Puskesmas mengenai kemitraan ( partnership), serta analisis pengaruh

kemitraan ( partnership) yang telah terbentuk antara pihak internal (sanitarian) dan

eksternal Puskesmas terhadap angka   Incidence Rate DBD dan Angka Bebas

Jentik (ABJ) di kota Surabaya.

1. Identifikasi pengetahuan petugas sanitasi mengenai partnership, meliputi :

a. Pengertian partnership

52

Page 53: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 53/139

 b. Tujuan partnership

c. Prinsip partnership

d. Pengembangan partnership

e. Pihak yang terkait partnership

2. Aspek atau pola kemitraan ( partnership) yang telah dilakukan, meliputi :

a. Unsur  partnership (jumlah dan komponen)

 b. Bentuk  partnership

c. Pelaksanaan partnership

3. Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan partnership selama ini

Hasil analisis ini digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam perumusan

usulan kemitraan strategis sebagai upaya untuk menurunkan  Incidence Rate DBD

dan meningkatkan Angka Bebas Jentik (ABJ) di kota Surabaya ke depan.

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan studi observational analityc dengan rancang

 bangun cross sectional , karena pada penelitian tidak diberikan perlakuan terhadap

responden dan pengamatan hanya dilakukan dalam satu kurun waktu tertentu.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian :

53 Puskesmas pada seluruh kecamatan di wilayah kota Surabaya

53

Page 54: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 54/139

2. Waktu Penelitian :

Periode bulan September 2007 s/d Pebruari 2008

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian

4.3.1. Populasi Penelitian

Populasi penelitian ini adalah petugas sanitasi Puskesmas pada seluruh

kecamatan di wilayah kerja kota Surabaya.

4.3.2. Sampel Penelitian

Untuk sampel penelitian diambil 1 petugas sanitasi sebagai responden

yang mewakili masing-masing Puskesmas pada seluruh kecamatan di wilayah

kerja kota Surabaya, sehingga didapatkan 53 responden pada 53 Puskesmas dari

31 kecamatan di seluruh kota Surabaya (total population). Untuk Puskesmas

dengan lebih dari satu petugas sanitasi hanya akan diambil satu petugas saja

sebagai responden (petugas senior), jadi pada setiap kecamatan di kota Surabaya

terwakilili oleh satu petugas sanitasi Puskesmas sebagai sampel penelitian.

4.4. Kerangka Operasional

54

Studi Pendahuluan

Penetapan Sampel

 pengetahuan petugas

sanitasi Puskesmas

mengenai partnership

Identifikasi Pengetahuan

unsur  partnership

 bentuk  partnership pelaksanaan partnership

Analisis Pola Partnership Analisis Kendala

 Partnership

analisisdeskriptif 

(eksplorasi)

kendala yang

muncul pada

 penerapan dan

 pelaksanaan

 partnership

analisis kuantitatif (uji

statistik) mengenai

 pengaruh partnership 

terhadap Incidence Rate 

DBD dan Angka BebasJentik (ABJ)

 Incidence Rate DBD

dan

Angka Bebas Jentik 

Perumusan

Usulan Partnership

PenyusunanStrategic Issue

Page 55: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 55/139

Gambar 4.1. Kerangka Operasional Penelitian

4.5. Variabel Penelitian

Dalam studi observasional analityc ini terdapat dua variabel yang terbagi

sebagai dependent variable dan independent variable.

1. Variabel Bebas : Pola Partnership (unsur, bentuk, dan pelaksanaan)

2. Variabel Terikat :  Incidence Rate DBD dan Angka Bebas Jentik (ABJ)

Selain itu sebagai bahan penunjang perumusan usulan  partnership juga

ditetapkan variabel lain, yaitu pengetahuan petugas dan kendala kemitraan.

4.6. Instrumen Penelitian

Instrumen yang dipakai dalam penelitian ini adalah kuesioner tertutup dan

kuesioner terbuka.

55

Page 56: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 56/139

4.7. Uji Validitas dan Reliabilitas

Untuk mengetahui validitas dan reliabilitas kuesioner penelitian (closed 

questioner ), baik untuk variabel pengetahuan maupun pola  partnership dilakukan

uji coba kuesioner terhadap 10 petugas sanitasi (selain responden).

1. Pengetahuan Petugas

a. Nilai Cronbach’s Alpha 0,953 lebih besar dari koefisien korelasi r table

0,632 (α = 0,05 dan n = 10), sehingga dinyatakan reliabel secara internal.

 b. Masing-masing nilai ρ  Exact Sig. (2 tailed ) lebih besar dari nilai α (0,05),

sehingga dinyatakan reliabel secara eksternal.

c. Masing-masing nilai r Corrected Item (total correlation) lebih besar dari

koefisien korelasi r Pearson 0,632 (α = 0,05 dan n = 10), sehingga

dinyatakan valid.

2. Pola Partnership

a. Nilai Cronbach’s Alpha 0,936 (bentuk kemitraan) dan 0,944 (pelaksanaan

kemitraan) masing-masing lebih besar dari koefisien korelasi r table 0,632

(α = 0,05 dan n = 10), sehingga dinyatakan reliabel secara internal.

 b. Masing-masing nilai ρ Exact Sig. (2 tailed ) baik untuk bentuk kemitraan dan

 pelaksanaan kemitraan lebih besar dari nilai α (0,05), sehingga dinyatakan

reliabel secara eksternal.

c. Masing-masing nilai r Corrected Item (total correlation) baik untuk bentuk 

kemitraan dan pelaksanaan kemitraan lebih besar dari koefisien korelasi r 

 Pearson 0,632 (α = 0,05 dan n = 10), sehingga dinyatakan valid.

56

Page 57: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 57/139

Hasil uji di atas menunjukkan bahwa kuesioner ini telah valid dan reliabel

untuk digunakan sebagai instrumen pengumpulan data penelitian. Hasil lengkap

uji validitas dan reliabilitas kuesioner penelitian dapat dilihat pada lembar 

lampiran 6.

4.8. Definisi Operasional

Tabel 4.1. Definisi Operasional Penelitian

 No Variabel Definisi Pengukuran Skala Kriteria

1. Pengetahuan

 Partnership

Pengetahuan atau

 pemahaman

 petugas sanitasi

Puskesmas

terhadap konsep

kemitraan

( partnership)

Closed Questioner 

 Ratio 10 pertanyaan

dengan nilai 4

untuk jawaban

 benar dan nilai 0

untuk jawaban

salah :

- Baik 

nilai ≥ 32

- Kurang

nilai ≤ 31

 No Variabel Definisi Pengukuran Skala Kriteria

2. Pola

 Partnership 

Pola penerapan

kemitraan

( partnership)

khususnya

mengenai program

 pemberantasan

DBD yang telah

dilaksanakan oleh pihak internal dan

eksternal

Puskesmas, dengan

kategorisasi :

- Unsur 

 Partnership(jumlah mitra

dalam kerja

sama)

Closed 

Questioner 

 Ratio 1 pertanyaan

dengan bentuk 

 jawaban

nominal antara

0 s/d ∞ (tak 

terhingga)

57

Page 58: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 58/139

Page 59: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 59/139

4.9. Teknik Pengumpulan, Pengolahan, dan Analisis Data

4.9.1. Teknik Pengumpulan Data

Data primer diperoleh dari petugas sanitasi Puskesmas selaku responden

 penelitian, melalui instrumen kuesioner dengan kriteria sebagai berikut :

1. Kuesioner Tertutup : Pengetahuan dan Pola Partnership (Unsur, Bentuk,

dan Pelaksanaan)

2. Kuesioner Terbuka : Kendala Partnership

4.9.2. Teknik Pengolahan Data

Data hasil penelitian diolah secara bertahap dengan teknik editing , coding ,

dan tabulasi.

1.  Editing 

Dilakukan pemeriksaan pada data yang masuk, meliputi pemeriksaan

kelengkapan kuesioner, kejelasan makna jawaban, dan relevansi jawaban.

2. Coding 

Data penelitian yang masuk diklarifikasikan sesuai dengan kategorinya

masing-masing.

3. Tabulasi

Setelah coding dilakukan, kemudian data disusun ke dalam bentuk tabel untuk 

memudahkan analisis.

4.9.3. Teknik Analisis Data

1. Variabel Pengetahuan

Analisis data dilakukan dengan mencari nilai rata-rata (mean) variabel

 pengetahuan responden tentang konsep  partnership. Klasifikasi pengetahuan

59

Page 60: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 60/139

 partnership, dengan kategori pengetahuan  partnership baik dan pengetahuan

 partnership kurang.

a. Pengetahuan dalam kategori baik bila total score kuesioner untuk nomor 1

sampai 10 bernilai ≥ 32, dengan asumsi bahwa distribusi pilihan jawaban

 benar sama atau lebih dari delapan item pertanyaan.

 b. Pengetahuan dalam kategori kurang bila total score kuesioner untuk nomor 

1 sampai 10 bernilai ≤ 31, dengan asumsi bahwa distribusi pilihan jawaban

 benar kurang dari delapan item pertanyaan.

2. Variabel Pola Partnership (Unsur, Bentuk, dan Pelaksanaan)

Analisis data dilakukan menggunakan uji regresi linier berganda (multiple

linear regression) dengan nilai α = 5% (0,05) antara nilai mean hasil tes

responden untuk variabel unsur, bentuk, dan pelaksanaan partnership terhadap

nilai Incidence Rate DBD dan Angka Bebas Jentik (ABJ) kota Surabaya tahun

2006 (data sekunder).

Dengan asumsi uji regresi :

a. Terdapat multiple independent variable

 b. Data kuantitatif berdistribusi normal dan berskala ratio

c. Tidak terjadi multikolinearitas dan heteroskesdasitas

d. Tidak terjadi autokorelasi

Uji ini untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh antara unsur, bentuk, dan

 pelaksanaan partnership terhadap nilai Incidence Rate DBD dan Angka Bebas

Jentik (ABJ).

Klasifikasi bentuk  partnership, dengan kategori  partnership bentuk 2 dan

 partnership bentuk 1.

60

Page 61: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 61/139

a. Kategori  partnership bentuk 2 bila total score kuesioner untuk nomor 12

sampai 17 bernilai ≥ 18, dengan asumsi bahwa distribusi pilihan jawaban a

dan b ( score 4 dan 3) lebih mendekati partnership bentuk ke dua.

 b. Kategori  partnership bentuk 1 bila total score kuesioner untuk nomor 12

sampai 17 bernilai ≤ 17, dengan asumsi bahwa distribusi pilihan jawaban c

dan d ( score 2 dan 1) lebih mendekati partnership bentuk pertama.

Klasifikasi pelaksanaan  partnership, dengan kategori pelaksanaan  partnership

 baik dan pelaksanaan partnership buruk.

a. Pelaksanaan  partnership dalam kategori baik bila total score kuesioner 

untuk nomor 18 sampai 22 bernilai ≥ 12, dengan asumsi bahwa distribusi

 pilihan jawaban a ( score 3) sama atau lebih dari empat item pertanyaan.

 b. Pelaksanaan  partnership dalam kategori buruk bila total score kuesioner 

untuk nomor 18 sampai 22 bernilai ≤ 11, dengan asumsi bahwa distribusi

 pilihan jawaban a ( score 3) kurang dari empat item pertanyaan.

3. Variabel Kendala Partnership

Analisis data dilakukan secara deskriprif berdasarkan hasil eksplorasi jawaban

dan pendapat responden terhadap kendala-kendala yang ditemui dalam

 penerapan program kemitraan ( partnership), di mana hasilnya akan disajikan

dalam bentuk narasi.

Hasil analisis data ini kemudian akan digunakan sebagai bahan

 pertimbangan untuk merumuskan usulan kemitaraan strategis ( partnership) antara

 pihak internal dan eksternal Puskesmas, khususnya dalam program pemberantasan

DBD.

61

Page 62: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 62/139

BAB 5

HASIL PENELITIAN

Penyakit DBD disebabkan oleh karena virus  Dengue yang ditularkan

melalui gigitan nyamuk   Aedes aegypti. Penularan penyakit ini relatif cepat

dibandingkan dengan penyakit lainnya. Kota Surabaya seperti kota besar lainnya

memiliki penderita DBD cukup tinggi meskipun belum termasuk Kejadian Luar 

Biasa (KLB). Pada tahun 2007 ditemukan 3.213 orang penderita DBD dengan

angka   Incidence Rate sebesar 113,19 per 100.000 penduduk, ini lebih rendah

dibandingkan angka   Incidence Rate tahun 2006 sebesar 149,11 per 100.000

62

Page 63: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 63/139

  penduduk. Penurunan  Incidence Rate DBD ini menunjukan bahwa upaya yang

dilakukan Pemerintah Kota Surabaya sudah cukup optimal, tetapi tidak tertutup

kemungkinan penurunan  Incidence Rate karena trend fluktuasi tahunan, di mana

 pada tahun 2000 - 2003 Incidence Rate mengalami penurunan lalu naik lagi pada

tahun 2004 - 2005, dan mencapai puncaknya tahun 2006 yang kemudian kembali

turun pada tahun 2007 (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, 2007).

5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

5.1.1. Kondisi Geografis

Kota Surabaya secara geografis terletak antara 7°21¨ Lintang Selatan dan

112°36¨ - 112°54¨ Bujur Timur, dengan luas wilayah 326,26 km yang terdiri dari

31 kecamatan dan 163 kelurahan. Kota Surabaya terletak dengan ketinggian 3 - 6

meter dari permukaan laut, kecuali daerah selatan yang ketinggiannya mencapai

25 - 50 meter di atas permukaan laut, dengan batas-batas sebagai berikut.

1. Sebelah Utara : Selat Madura

2. Sebelah Selatan : Kabupaten Sidoarjo

3. Sebelah Timur : Selat Madura

4. Sebelah Barat : Kabupaten Gresik  

5.1.2. Kondisi Demografis

Data kependudukan sangat penting dan mempunyai arti strategis dalam

  pembangunan bidang kesehatan, sebab hampir semua kegiatan pembangunan

kesehatan obyek sasarannya adalah masyarakat atau penduduk. Adapun jumlah

  penduduk kota Surabaya tahun 2006 adalah 2.780.490 jiwa meliputi jumlah

 penduduk laki-laki 1.377.951 jiwa dan jumlah penduduk perempuan 1.362.539

63

Page 64: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 64/139

  jiwa dengan rasio jenis kelamin 101,13 dan rasio tanggungan 38,59. Rata-rata

  jumlah anggota keluarga di setiap rumah tangga sekitar 4 jiwa, dengan tingkat

kepadatan penduduk mencapai 8.519 jiwa/km2

.

Berdasarkan data proyeksi BPS 2007, penduduk kelompok usia 31 - 40

tahun adalah kelompok penduduk dengan jumlah tertinggi yang mencapai

328.186 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk terendah ada pada kelompok usia < 1

tahun, yaitu 48.374 jiwa. Distribusi penduduk usia > 10 tahun berdasarkan tingkat

 pendidikannya, tertinggi adalah tamatan Sekolah Dasar atau setingkat Madrasah

Ibtidaiyah sekitar 756.612 jiwa. Jumlah penduduk dengan tingkat pendidikan

tamatan Universitas sebanyak 229.194 jiwa, dan jumlah penduduk yang tidak atau

 belum pernah sekolah sebanyak 569.260 jiwa (bps.go.id, 2007 online).

5.1.3. Sarana Pelayanan Kesehatan

Jenis dan jumlah sarana pelayanan kesehatan di Kota Surabaya pada tahun

2006 dapat dilihat pada tabel 5.1.

Tabel 5.1. Sarana Pelayanan Kesehatan di Kota Surabaya Tahun 2006

 No Jenis sarana kesehatan Jumlah

1. Rumah Sakit Umum 29

2. Rumah Sakit Jiwa 1

3. Rumah Sakit Bersalin 14

4. Rumah Sakit Khusus Lain 3

5. Puskesmas Perawatan 6

6. Puskesmas Non Perawatan 47

7. Rumah Bersalin 54

8. Praktek Dokter Bersama 27

9. Praktek Dokter Perorangan 1.552

10. Pengobatan Tradisional dan Alternatif 55

11. Posyandu 2.835

12. Apotik 123

13. Toko Obat 3

14. GFK 1

Total 4.750

Sumber : Data Sekunder Dinas Kesehatan Kota Surabaya 2007

64

Page 65: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 65/139

Sarana pelayanan terbanyak jumlahnya adalah Posyandu, yaitu 2.835

sedangkan sarana pelayanan kesehatan paling sedikit adalah Rumah Sakit Jiwa

dan Gudang Farmasi Kota (GFK) yaitu masing-masing hanya berjumlah 1.

5.1.4. Tenaga Kesehatan

Gambaran jumlah dan jenis tenaga kesehatan yang tercatat di Dinas

Kesehatan Kota Surabaya tahun 2006 terbagi dalam 8 kategori, dapat dilihat pada

tabel 5.2. berikut ini.

Tabel 5.2. Tenaga Kesehatan di Kota Surabaya Tahun 2006

 No Tenaga Kesehatan Jumlah

1. Tenaga Medis 2.483

2. Apoteker 459

3. Sarjana Kesehatan Masyarakat 172

4. Perawat 4.071

5. Bidan 747

6. Gizi 173

7. Sanitasi 89

8. Teknisi Medis 733

Total 8.927

Sumber : Data Sekunder Profil Kesehatan Surabaya 2007

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa jenis tenaga kesehatan

tertinggi adalah perawat sebanyak 4.071 orang, dan jumlah tenaga kesehatan

terendah adalah tenaga sanitasi sebanyak 89 orang.

5.1.5. Kegiatan Petugas Sanitasi Puskesmas

Kegiatan petugas sanitasi di Puskesmas di Kota Surabaya dijadwalkan

dalam jangka waktu 1 bulan mulai tanggal 1 sampai dengan tanggal 31. Kegiatan

yang telah dilaksanakan selama 1 bulan dilaporkan hasilnya paling lambat tanggal

25 setiap bulannya. Kegiatan petugas sanitasi diatur sesuai dengan buku panduan

 petugas sanitasi oleh Depkes RI.

65

Page 66: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 66/139

Dalam menjalankan tugasnya untuk pelayanan kepada masyarakat petugas

sanitarian selalu bekerja sama dan berkoordinasi dengan perangkat kelurahan,

instansi pemerintah selain kesehatan dan dengan pihak yang terkait seperti PKK,

kader kesehatan, tokoh masyarakat, dll. Jadwal kegiatan sanitarian disusun dengan

mempertimbangkan berbagai aspek, antara lain :

a. Maksud dan tujuan dari setiap kegiatan

 b. Disesuaikan dengan situasi dan kondisi masyarakat setempat

c. Keterkaitan dengan kalender kegiatan dan hari libur umum

d. Kegiatan yang berhubungan dengan program instansi lain

5.2. Gambaran Umum Karakteristik Responden

Karakteristik petugas sanitasi Puskesmas sebagai responden dalam

  penelitian ini dicermati melalui dua aspek, yaitu karakteristik berdasarkan

kelompok usia serta karakteistik berdasarkan tingkat pendidikan. Data penelitian

menunjukkan bahwa sebagian besar petugas sanitasi Puskesmas berada pada

kelompok usia 40 hingga 50 tahun (41,51%) dengan jumlah terendah ada pada

kelompok usia di atas 50 tahun (9,43%).

Data responden berdasarkan kelompok usia dapat dilihat pada tabel 5.3.

 berikut ini.

Tabel 5.3. Distribusi Responden berdasarkan Kelompok Usia

Kelompok Usia Jumlah Persentase (%)

20 - 30 11 20,75

30 - 40 15 28,30

40 - 50 22 41,51

> 50 5 9,43

Total 53 100

Sumber : Data Primer Penelitian 53 Puskesmas di Surabaya 2007

66

Page 67: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 67/139

Petugas sanitasi Puskesmas sebagai responden penelitian memiliki latar 

 belakang tingkat pendidikan yang bervariasi, mulai dari tingkat SMA sederajat

(16,98%), tingkat Ahli Madya (58,49%), sampai dengan tingkat pendidikan

Sarjana (24,53%).

Data responden berdasarkan tingkat pendidikan terakhir dapat dilihat pada

tabel 5.4. berikut ini.

Tabel 5.4. Distribusi Responden berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase (%)

SMA Sederajat 9 16,98Ahli Madya (D3) 31 58,49

Sarjana (S1) 13 24,53

Total 53 100

Sumber : Data Primer Penelitian 53 Puskesmas di Surabaya 2007

Pengumpulan data primer dilakukan selama periode Oktober 2007 sampai

Januari 2008 dengan teknik wawancara langsung menggunakan kuesioner 

terhadap responden (sanitarian). Dari kuesioner ini diperoleh gambaran mengenai

 pengetahuan petugas sanitasi mengenai partnership, pola  partnership yang telah

dilaksanakan, serta kendala yang muncul selama pelaksanaan partnership.

5.3. Pengetahuan Partnership

Dari 53 petugas sanitasi didapatkan hanya 12 responden (22,64%) yang

memiliki tingkat pengetahuan kategori baik (nilai ≥ 32), sementara 41 resonden

(77,36%) memiliki tingkat pengetahuan kategori kurang (nilai ≤ 31). Nilai

tertinggi yang dicapai responden adalah 40 sedangkan nilai terendah adalah 4.

Data tingkat pengetahuan responden mengenai konsep  partnership dapat

dilihat pada tabel 5.5.

Tabel 5.5. Distribusi Responden berdasarkan Tingkat Pengetahuan tentang

 Partnership

Tingkat Pengetahuan Jumlah Persentase (%)

67

Page 68: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 68/139

Baik 12 22,64

Kurang 41 77,36

Total 53 100

Sumber : Data Primer Penelitian 53 Puskesmas di Surabaya 2007

Melalui data tersebut dapat dikatakan bahwa rata-rata tingkat pengetahuan

 petugas sanitasi Puskesmas mengenai konsep kerja sama kemitraan ( partnership)

 berada pada kategori “kurang” dengan nilai rata-rata hasil tes pengetahuan pada

kisaran 21,66.

5.4. Pola Partnership

Pola partnership di sini merupakan gambaran penerapan dan pelaksanaan

kemitraan antara pihak internal Puskesmas (petugas sanitasi) dengan pihak 

eksternal Puskesmas dalam program pemberantasan DBD di wilayah kerja

masing-masing Puskesmas. Gambaran mengenai pola kemitraan ini sendiri

dianalisis melalui 3 aspek mendasar, yaitu unsur atau jumlah pihak yang terlibat

dalam program kemitraan, bentuk kemitraaan, serta pelaksanaan program

kemitraan itu sendiri.

5.4.1. Unsur Kemitraan

Melalui data hasil penelitian diketahui bahwa seluruh Puskesmas (53

Puskesmas) telah melakukan upaya  partnership dalam program pemberantasan

DBD di wilayah kerja mereka masing-masing. Jumlah dan pihak mana saja yang

ikut dilibatkan dalam kegiatan partnership bervariasi untuk setiap Puskesmas.

Distribusi jumlah pihak yang dilibatkan dalam program kemitraan untuk 

 pemberantasan DBD ini dapat melalui tabel 5.6. berikut.

Tabel 5.6. Distribusi Jumlah Unsur Partnership

Jumlah Mitra Kerja Puskesmas Persentase (%)

68

Page 69: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 69/139

1 Mitra Kerja 8 15,09

2 Mitra Kerja 10 18,87

3 Mitra Kerja 13 24,53

4 Mitra Kerja 13 24,535 Mitra Kerja 9 16,98

Total 53 100

Sumber : Data Primer Penelitian 53 Puskesmas di Surabaya 2007

Tercatat total 164 mitra eksternal telah dilibatkan dalam program

kemitraan pemberantasan DBD oleh 53 Puskesmas di Surabaya. Dalam hal ini

 pihak Puskesmas (petugas sanitasi) rata-rata telah melakukan upaya kemitraan

dengan melibatkan 3 mitra kerja.

Tabel 5.7. Distribusi Sektor Mitra Kerja dalam Partnership

Sektor Kemitraan

Puskesmas

Ya Tidak Total

(n) (%) (n) (%) (N) (%)

Sektor Pemerintah 53 100 0 0 53 100

Sektor Swasta Profit 2 3,77 51 96,23 53 100

Sektor Swasta Non Profit 4 7,55 49 92,45 53 100

Komponen Masyarakat 12 22,64 41 77,36 53 100

Sumber : Data Primer Penelitian 53 Puskesmas di Surabaya 2007

Variasi sektor yang terlibat dalam kemitraan ini dikategorikan menjadi

empat sektor, yaitu Pemerintah, Swasta Profit, Swasta Non Profit, serta

Komponen Masyarakat. Sektor Pemerintah merupakan pihak yang paling banyak 

dilibatkan dalam program kemitraan pemberantasan DBD, di mana keseluruhan

53 Puskesmas (100%) ikut melibatkannya. Sementara untuk Sektor Swasta Profit

menjadi pihak dengan keterlibatan terendah, dengan hanya 2 Puskesmas (3,77%)

yang melibatkan sektor ini dalam program kemitraan.

5.4.2. Bentuk Kemitraan

Hubungan kerja sama yang dilaksanakan antara petugas sanitasi

Puskesmas dengan pihak eksternal Puskesmas dibagi dalam 2 kategori, yaitu :

69

Page 70: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 70/139

a. Jaringan kerja sama teknis, setiap anggota telah mempunyai program

kerja sendiri baik perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi ( partnership bentuk 

1).

 b. Kerja sama solid dan terpadu, semua anggota mempunyai tanggung

 jawab terhadap keberhasilan program ( partnership bentuk 2).

Bentuk  partnership yang paling banyak dilakukan adalah  partnership

 bentuk 1, setidaknya terdapat 40 Puskesmas (75,47%) dari 53 Puskesmas di

Surabaya yang masih berada dalam kategori kemitraan bentuk 1 ini, sementara

sisanya 13 Puskesmas (24,53%) telah mengadopsi partnership bentuk 2.

Tabel 5.8. Distribusi Responden berdasarkan Bentuk  Partnership

Bentuk  Partnership Puskesmas Persentase (%)

Bentuk 1 40 75,47

Bentuk 2 13 24,53

Total 53 100

Sumber : Data Primer Penelitian 53 Puskesmas di Surabaya 2007

5.4.3. Pelaksanaan Kemitraan

Derajat kualitas pelaksanaan kerja sama kemitraan ( partnership) antara

 pihak internal Puskesmas (petugas sanitasi) dengan pihak eksternal Puskesmas

diklasifikasikan menjadi 2 kategori, yaitu kategori pelaksanaan kemitraan baik 

dan kategori pelaksanaan kemitraan buruk. Indikator yang digunakan dalam

klasifikasi pelaksanaan program kemitraan ini meliputi faktor keterlibatan

komponen kemitraan dalam proses perencanaan, faktor pelaksanaan, faktor 

monitoring dan evaluasi program, serta fungsi koordinasi selama program

kemitraan berjalan.

Tabel 5.9. Distribusi Responden berdasarkan Pelaksanaan Partnership

Pelaksanaan Partnership Puskesmas Persentase (%)

Baik  15 28,30

Buruk  38 71,70

70

Page 71: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 71/139

Total 53 100

Sumber : Data Primer Penelitian 53 Puskesmas di Surabaya 2007

Data menunjukkan bahwa selama ini pelaksanaan kerja sama kemitraan

yang dilakukan oleh responden dalam program pemberantasan DBD di wilayah

kerja mereka, sebagian besar berada pada kategori buruk (71,70%) sementara

sisanya (28,30%) telah berada pada kategori baik.

5.5. Kendala Partnership

Berbagai alasan dikemukakan oleh resonden terkait dengan kendala

  penerapan dan pelaksanaan  partnership antara pihak internal Puskesmas dan

  pihak ekstenal Puskesmas dalam program pemberantasan DBD. Kendala

 pelaksanaan  partnership ini dapat berasal pihak Puskesmas sendiri, dari pihak 

yang dilibatkan dalam kemitraan (mitra kerja), atau juga kendala yang muncul

dari masyarakat selaku sasaran program.

Minimnya ketersediaan dana dan distribusi pendanaan yang sering

terlambat untuk pelaksanaan program kemitraan menjadi kendala yang paling

sering dikemukakan responden. Kurangnya jumlah petugas sanitarian, minimnya

  penguasaan teknik  partnership, serta keterbatasan waktu karena banyaknya

 program kerja lain dari Puskesmas juga dirasakan menjadi kendala yang cukup

 berpengaruh dalam pelaksanaan kemitraan selama ini.

“ Dana operasional yang disediakan pusat kurang dan pelaksanaan

 program yang sudah direncanakan sering menunggu cairnya dana

 program” (Petugas Sanitasi Puskesmas Banyu Urip, Surabaya).

“ Petugas sanitasi sebagai tenaga teknik lapangan sudah banyak 

terbebani dan banyak pekerjaan, jadi tidak bisa fokus pada masalah

 DBD saja” (Petugas Sanitasi Puskesmas Mojo, Surabaya).

71

Page 72: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 72/139

Sementara untuk kendala dari pihak eksternal Puskesmas adalah

kurangnya partisipasi pihak-pihak lain terhadap pemberantasan DBD dengan

menganggap bahwa DBD adalah tanggung jawab sektor kesehatan saja. Selain itu

untuk pihak eksternal yang telah tergabung dalam kemitraan juga terkesan kurang

serius untuk terlibat secara total dalam pelaksanaan program.

“  Banyak pihak yang menganggap bahwa masalah DBB adalah

masalah kesehatan yang menjadi tanggungan Dinkes saja, jadi

  sangat sulit mengajak pihak lain bekerja sama” (Petugas Sanitasi

Puskesmas Gundih, Surabaya).

Kendala lain yang muncul adalah masyarakat sasaran yang kurang

kooperatif terhadap program pemberantasan DBD, sehingga fungsi koordinasi dan

teknis pelaksanaan program menjadi terhambat.

“  Ada warga yang tidak koperatif, perumahan mewah tidak boleh

masuk tapi ada yang minta di fogging, jadi sering hanya di luar 

  pagar karena tidak diijinkan masuk rumah” (Petugas Sanitasi

Puskesmas Sidosermo, Surabaya).

Disrtibusi kendala yang dihadapi oleh petugas sanitasi Puskesmas dalam

 program kemitraan untuk pemberantasan DBD di wilayah kerja mereka, secara

garis besar dapat diklasifikasikan menjadi lima kategori utama.

Tabel 5.10. Distribusi Responden berdasarkan Kendala Partnership

Kendala Partnership

Puskesmas

Ya Tidak Total

(n) (%) (n) (%) (N) (%)

Kendala Pendanaan 53 100 0 0 53 100

Kendala Partisipasi Mitra Kerja 23 43,40 30 56,60 53 100

Kendala Kooperatifisme Masyarakat 7 13,21 46 86,79 53 100

Kendala Teknis Pelaksanaan 40 75,47 13 24,53 53 100

Kendala Lain 14 26,42 39 73,58 53 100

Sumber : Data Primer Penelitian 53 Puskesmas di Surabaya 2007

72

Page 73: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 73/139

Keseluruhan 53 Puskesmas (100%) menyatakan mengalami masalah

 pendanaan dalam penerapan  partnership untuk pemberantasan DBD di wilayah

kerja mereka. Sementara unuk rendahnya tingkat kooperatif masyarakat menjadi

kendala dengan frekwensi terendah yang hanya dinyatakan oleh 7 dari 53

Puskesmas (13,21%).

5.6. Pengaruh Pola Partnership terhadap IR DBD dan ABJ

Pengaruh pola  partnership terhadap IR DBD dan ABJ didiskusikan

melalui dua sudut pandang. Pertama adalah dengan penggunaan uji regresi linier 

 berganda (multiple linear regression) sebagai instrument analisis pengaruh, dan

 berikutnya adalah penggunaan tabulasi silang untuk membandingkan derajat

 perbedaan tiap variabel (variabel bebas terhadap variabel tergantung).

5.6.1. Analisis Pengaruh Pola Partnership terhadap IR DBD dan ABJ

Analisis pengaruh pola partnership sebagai independent variable terhadap

 Incidence Rate DBD dan Angka Bebas Jentik (ABJ) sebagai dependent variable

dilakukan menggunakan uji regresi linier berganda (multiple linear regression)

dengan nilai α = 5% (0,05).

Beberapa asumsi dasar yang merupakan prasyarat uji regresi linier meliputi

normalitas distribusi data, ada tidaknya multikolinearitas, autokorelasi, dan juga

heteroskedastisitas telah terpenuhi sebagai berikut.

1. Data berdistribusi normal

Asumsi normalitas merupakan prasyarat dilakukannya berbagai teknik statistik 

inferensial, khususnya statistik parametris termasuk juga analisis multiple

regression. Uji normalitas digunakan untuk membuktikan bahwa sampel yang

73

Page 74: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 74/139

akan digunakan sebagai unit analisis (dependent  dan independent variable)

 berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Apabila hasil uji normalitas

menunjukkan data berdistribusi normal, maka hasil perhitungan statistik 

 penelitian dinyatakan dapat digeneralisasikan pada populasinya.

Uji normalitas ini dilakukan dengan menggunakan One Sample Kolmogorof 

Smirnof Test dengan α = 5% (0,05) pada semua variabel.

a.  ρ Asymp. Sig. (2 tailed ) Pengetahuan Petugas 0,507

 b.  ρ Asymp. Sig. (2 tailed ) Unsur  Partnership 0,097

c.  ρ Asymp. Sig. (2 tailed ) Bentuk  Partnership 0,100

d.  ρ Asymp. Sig. (2 tailed ) Pelaksanaan Partnership 0,109

e.  ρ Asymp. Sig. (2 tailed ) Incidence Rate DBD 0,956

f.  ρ Asymp. Sig. (2 tailed ) Angka Bebas Jentik (ABJ) 0,791

Didapatkan masing-masing nilai ρ Asymp. Sig. (2 tailed ) all variables > α = 5%

(0,05), jadi seluruh data dinyatakan berdistribusi normal.

Hasil uji ini diperkuat dengan grafik pola distribusi data P-Plot Model , di mana

 pada semua variabel terdapat pola sebaran titik merata sepanjang garis diagonal

 X axis dan Y axis yang mengindikasikan bahwa data berdistribusi normal.

Hasil lengkap uji normalitas One Sample Kolmogorof Smirnof Test dan grafik 

distribusi data  P-Plot Model untuk semua variabel dapat dilihat pada lembar 

lampiran 7.

2. Tidak terjadi multikolinearitas

Multikolinearitas adalah adanya korelasi yang sangat tinggi antar variabel

  bebas yang mengacu pada derajat tinggi korelasi, sama halnya dengan

 singularity yang terjadi ketika dicapai korelasi sempurna antar variabel.

74

Page 75: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 75/139

Multilkolinearitas adalah salah satu pelanggaran dari asumsi klasik karena

menyebabkan OLS (Ordinary Least Square) tidak dapat ditentukan dengan

variance serta standard error tak hingga. Uji multikolinearitas digunakan untuk 

menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi yang kuat antar 

variabel  bebasnya.

Multikolinearitas dapat dilihat dari besarnya VIF (Variance Inflation Factor )

dan tingkat toleransi  (tolerance = 1/VIF). Jika nilai VIF lebih dari 10 maka

diindikasikan adanya multikolinearitas.

Gambar 5.1. SPSS Output Multikolinearitas Variabel Bebas

Hasil output SPSS menunjukkan bahwa nilai VIF untuk setiap variabel bebas

tidak lebih dari 10, baik untuk   Incidence Rate DBD maupun Angka Bebas

Jentik (ABJ), sehingga dinyatakan tidak terjadi multilkolinearitas.

3. Tidak terjadi autokorelasi

Autokorelasi bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya variabel pengganggu

  pada periode tertentu dengan periode sebelumnya, jika terdapat korelasi

residual maka terjadi gejala autokorelasi.

75

Page 76: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 76/139

Autokorelasi dideteksi dengan menggunakan Durbin Watson Test , jika nilai uji

yang didapatkan antara 1 - 3 berarti tidak terjadi gejala autokorelasi, jika nilai

uji semakin mendekati 2 maka semakin baik.

Gambar 5.2. SPSS Output Autokorelasi Durbin Watson Test 

Dari output  analisis SPSS diperoleh nilai  Durbin Watson Test sebesar 1,738

untuk variabel tergantung   Incidence Rate DBD, dan sebesar 2,274 untuk 

variabel tergantung Angka Bebas Jentik (ABJ). Karena ke dua nilai hasil uji

tersebut terletak antara 1 - 3 (mendekati nilai 2) maka gejala autokorelasi

dinyatakan tidak terjadi.

4. Tidak terjadi heteroskedastisitas

Heteroskesdasitas merupakan perbedaan variance residual  suatu periode

 pengamatan ke periode pengamatan yang lain. Model regresi yang baik harus

memenuhi persyaratan homokedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas

untuk setiap variabel data.

Ada tidaknya heteroskedastisitas dapat diketahui dengan memperhatikan

 scatterplot  model tersebut atau dengan cara menghitung korelasi  Rank 

Spearman antar residual pada seluruh variabel bebas. Bila didapatkan Sig.

value > α value maka dikatakan tidak terjadi heteroskedastisitas.

76

Page 77: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 77/139

  Nilai signifikansi variabel pola  partnership dengan   Incidence Rate DBD

sebagai independent variable :

a. Sig. value Unsur  Partnership 0,686 > α (0,05)

 b. Sig. value Bentuk  Partnership 0,538 > α (0,05)

c. Sig. value Pelaksanaan Partnership 0,815 > α (0,05)

 Nilai signifikansi variabel pola partnership dengan Angka Bebas Jentik (ABJ)

sebagai independent variable :

a. Sig. value Unsur  Partnership 0,371 > α (0,05)

 b. Sig. value Bentuk  Partnership 0,298 > α (0,05)

c. Sig. value Pelaksanaan Partnership 0,681 > α (0,05)

Didapatkan bahwa nilai signifikansi ( sig. value) masing-masing variabel bebas

lebih besar dari nilai α = 5% (0,05), baik untuk  Incidence Rate DBD maupun

Angka Bebas Jentik (ABJ) sebagai dependent variable. Sehingga dinyatakan

terjadi tidak terjadi heteroskedastisitas.

Untuk mengetahui pengaruh antara variabel bebas pola partnership (unsur,

 bentuk, dan pelaksanaan) terhadap variabel tergantung  Incidence Rate DBD dan

variabel tergantung Angka Bebas Jentik (ABJ), dilakukan uji regresi linear 

 berganda (all independent variable for each dependent variable) dengan melihat

 perbandingan hasil nilai  F Test dan nilai  F Table. Bila nilai  F Test <  F Table

maka persamaan regresi bergandanya tidak signifikan, artinya tidak ada pengaruh

antara independent variable terhadap dependent variable, dengan demikian

 persamaan tersebut tidak bisa dijadikan sebagai alat prediksi atau estimasi.

77

Page 78: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 78/139

Gambar 5.3. SPSS Output   Multiple Linear Regression

Pola Partnership dengan Incidence Rate DBD

Hasil uji SPSS antara variabel bebas pola partnership (unsur, bentuk, dan

 pelaksanaan) terhadap variabel tergantung Incidence Rate DBD memperlihatkan

 bahwa nilai F Test (0,590) < F Table (2,76) untuk α = 0,05. Jadi dinyatakan tidak 

ada pengaruh bermakna antara pola partnership terhadap Incidence Rate DBD.

Gambar 5.4. SPSS Output Multiple Linear Regression

Pola Partnership dengan Angka Bebas Jentik (ABJ)

Hasil uji SPSS antara variabel bebas pola partnership (unsur, bentuk, dan

  pelaksanaan) terhadap variabel tergantung Angka Bebas Jentik (ABJ) di atas

memperlihatkan bahwa nilai F Test (0,619) < F Table (2,76) untuk α = 0,05. Jadi

dinyatakan tidak ada pengaruh bermakna antara pola  partnership terhadap Angka

Bebas Jentik (ABJ).

5.6.2. Tabel Silang antara Pola Partnership dengan IR DBD dan ABJ

Tabulasi silang dilakukan pada setiap komponen variabel bebas (pola

 partnership) terhadap masing-masing komponen variabel tergantung ( Incidence

 Rate DBD dan Angka Bebas Jentik). Distribusi derajat cakupan Incidence Rate

78

Page 79: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 79/139

DBD Angka Bebas Jentik (ABJ) pada 53 Puskesmas di Kota Surabaya tahun 2006

yang dikelompokan dalam dua kategori cakupan, yaitu tinggi dan rendah.

Tabel 5.11. Cakupan   Incidence Rate DBD Angka Bebas Jentik (ABJ)Puskesmas di Kota Surabaya Tahun 2006

Indikator 

Cakupan

Tinggi Rendah Total

(n) (%) (n) (%) (N) (%)

IR DBD 45 84,91 8 15,09 53 100

ABJ 4 7,55 49 92,45 53 100

Sumber : Data Primer Penelitian 53 Puskesmas di Surabaya 2007

Distribusi lengkap nilai  Incidence Rate DBD Angka Bebas Jentik (ABJ)

untuk setiap Puskesmas di Kota Surabaya tahun 2006 dapat dilihat pada lembar 

lampiran 5.

1. Tabel Silang antara Unsur  Partnership dengan IR DBD dan ABJ

Unsur  partnership dikelompokkan dalam lima kategori berdasarkan jumlah

mitra kerja yang dilibatkan oleh setiap Puskesmas pada program kemitraan

untuk pemberantasan DBD pada wilayah kerja mereka masing-masing.

Tabel 5.12.Tabel Silang antara Unsur Partnership dengan IR DBD

Unsur 

 Partnership

 Incidence Rate DBD

Tinggi Rendah Total

(n) (%) (n) (%) (N) (%)

1 Mitra Kerja 8 100 0 0 8 100

2 Mitra Kerja 9 90 1 10 10 100

3 Mitra Kerja 12 92,31 1 7,69 13 100

4 Mitra Kerja 9 69,23 4 30,77 13 100

5 Mitra Kerja 7 77,78 2 22,22 9 100

Chi Square Test : Nilai X 2 Test (0,284) < X 2 Table (9,49)

Data di atas menunjukkan bahwa setidaknya terdapat 30,77% Puskesmas

dengan keterlibatan 4 mitra kerja dalam program kemitraan untuk 

  pemberantasan DBD di wilayah kerja mereka, memiliki cakupan nilai

 Incidence Rate DBD pada kategori rendah, sementara 100% Puskesmas yang

79

Page 80: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 80/139

hanya melibatkan 1 mitra kerja memiliki cakupan nilai  Incidence Rate DBD

 pada kategori tinggi.

Tabel 5.13.Tabel Silang antara Unsur Partnership dengan ABJ

Unsur 

 Partnership

Angka Bebas Jentik (ABJ)

Tinggi Rendah Total

(n) (%) (n) (%) (N) (%)

1 Mitra Kerja 0 0 8 100 8 100

2 Mitra Kerja 1 10 9 90 10 100

3 Mitra Kerja 1 7,69 12 92,31 13 100

4 Mitra Kerja 2 15,38 11 84,62 13 100

5 Mitra Kerja 0 0 9 100 9 100

Chi Square Test : Nilai X 2 Test (0,623) < X 2 Table (9,49)

Tercatat sekitar 15,38% Puskesmas yang melibatkan 4 mitra kerja dalam

  program kemitraan untuk pemberantasan DBD di wilayah kerja mereka,

memiliki cakupan nilai Angka Bebas Jentik (ABJ) yang berada pada kategori

tinggi.

2. Tabel Silang antara Bentuk  Partnership dengan IR DBD dan ABJ

Bentuk  partnership dikelompokkan dalam dua kategori, yaitu  partnership

 bentuk 1 dan partnership bentuk 2.

Tabel 5.14.Tabel Silang antara Bentuk  Partnership dengan IR DBD

Bentuk 

 Partnership

 Incidence Rate DBD

Tinggi Rendah Total

(n) (%) (n) (%) (N) (%)

Bentuk 1 34 85 6 15 40 100

Bentuk 2 11 84,62 2 15,38 13 100

Chi Square Test : Nilai X 2 Test (1,000) < X 2 Table (3,84)

Terdapat distribusi merata baik pada Puskesmas yang mengadopsi kemitraan

 bentuk 1 maupun kemitraan bentuk 2, di mana masing-masing Puskesmas

(untuk tiap bentuk kemitraan) memiliki cakupan nilai IR DBD kategori rendah

yang setara, yaitu pada kisaran 15% dan 15,38%.

80

Page 81: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 81/139

Tabel 5.15.Tabel Silang antara Bentuk  Partnership dengan ABJ

Bentuk 

 Partnership

Angka Bebas Jentik (ABJ)

Tinggi Rendah Total

(n) (%) (n) (%) (N) (%)Bentuk 1 2 5 38 95 40 100

Bentuk 2 2 15,38 11 84,62 13 100

Chi Square Test : Nilai X 2 Test (0,249) < X 2 Table (3,84)

Tabel di atas menunjukkan bahwa hanya Puskesmas yang melaksanakan

kemitraan bentuk 2 yang memiliki cakupan 15,38% nilai Angka Bebas Jentik 

(ABJ) pada kategori tinggi.

3. Tabel Silang antara Pelaksanaan Partnership dengan IR DBD dan ABJ

Pelaksanaan partnership dikelompokkan dalam dua kategori, yaitu pelaksanaan

 partnership baik dan pelaksanaan partnership buruk.

Tabel 5.16.Tabel Silang antara Pelaksanaan Partnership dengan IR DBD

Pelaksanaan

 Partnership

 Incidence Rate DBD

Tinggi Rendah Total

(n) (%) (n) (%) (N) (%)

Baik 12 80 3 20 15 100

Buruk 33 86,84 5 13,16 38 100

Chi Square Test : Nilai X 2 Test (0,673) < X 2 Table (3,84)

Data di atas menunjukkan terdapat distribusi yang tidak terlalu berbeda baik 

 pada Puskesmas yang melaksanakan kemitraan dalam kategori baik maupun

kategori buruk, di mana pada masing-masing kategori pelaksanaan kemitraan

memiliki cakupan nilai   Incidence Rate DBD 13,33% hingga 15,79% untuk 

kategori rendah, dan 84,21% hingga 86,67% untuk kategori tinggi.

Tabel 5.17.Tabel Silang antara Pelaksanaan Partnership dengan ABJ

Pelaksanaan

 Partnership

Angka Bebas Jentik (ABJ)

Tinggi Rendah Total

(n) (%) (n) (%) (N) (%)

Baik 2 13,33 13 86,67 15 100

Buruk 2 5,26 36 94,74 38 100

Chi Square Test : Nilai X 2 Test (0,568) < X 2 Table (3,84)

81

Page 82: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 82/139

Untuk Angka Bebas Jentik (ABJ) pada Puskesmas dengan pelaksanaan

kemitraan kategori baik memiliki cakupan ABJ pada kategori tinggi yaitu

13,33%, dan tercatat 94,74% Puskesmas dengan pelaksanaan kemitraan

kategori buruk memiliki cakupan ABJ pada kategori rendah.

Melalui hasil uji Chi Square diketahui bahwa nilai  X 2 hitung berbanding

 X 2 tabel dengan tingkat kemaknaan α = 5% (0,05) untuk masing-masing variabel

adalah sebagai berikut.

a. Unsur  Partnership terhadap Incidence Rate DBD dan ABJ dengan df = 4

Unsur terhadap IR DBD ( X 2 Test 0,284 < X 2 Table 9,49)

Unsur terhadap ABJ ( X 2 Test 0,623 < X 2 Table 9,49)

 b. Bentuk  Partnership terhadap Incidence Rate DBD dan ABJ dengan df = 1

Bentuk terhadap IR DBD ( X 2 Test 1,000 < X 2 Table 3,84)

Bentuk terhadap ABJ ( X 2 Test 0,249 < X 2 Table 3,84)

c. Pelaksanaan Partnership terhadap Incidence Rate DBD dan ABJ dengan df = 1

Pelaksanaan terhadap IR DBD ( X 2 Test 0,673 < X 2 Table 3,84)

Pelaksanaan terhadap ABJ ( X 2 Test 0,568 < X 2 Table 3,84)

 Nilai  X 2 Test  untuk setiap kategori variabel bebas (unsur, bentuk, dan

 pelaksanaan) terhadap cakupan variabel tergantung (IR DBD dan ABJ) lebih kecil

dari nilai  X 

2

Table, berarti tidak terdapat perbedaan bermakna antara variabel

 bebas untuk semua kategori terhadap variabel tergantung pada semua cakupan.

5.7. Isu Strategis dan Telaah Peneliti

Isu strategis adalah masalah krusial yang ditemukan dalam penerapan dan

  pelaksanan kerja sama kemitraan antara pihak internal Puskesmas (petugas

sanitasi) dengan pihak eksternal Puskesmas dalam pemberantasan DBD.

82

Page 83: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 83/139

Tabel 5.18. Isu Strategis dan Telaah Peneliti

Faktor Pengetahuan Kemitran ( Partnership)

 No Kondisi Faktual Nilai Normatif Isu Strategis Telaah Peneliti

1. Tingkat

 pengetahuan

 petugas sanitasi

mengenai

konsep

 partnershiprata-rata masih

sangat rendah

Petugas sanitasi

seharusnya

memahami

konsep

 partnership

Petugas sanitasi

kurang atau tidak 

mendapatkan materi

 partnership, baik 

dalam kurikulum

 pendidikan

sebelumnya maupun

dalam keseharian

kerja profesionalnya

Diperlukan suatu

 bentuk program

 pendidikan dan

 perlatihan khusus

mengenai

 partnership untuk 

meningkatkan

 pengetahuan petugas

sanitasi

2. Banyak petugassanitasi tidak 

mengerti

tentang tujuan

 partnership

Petugas sanitasiseharusnya

mengerti tujuan

 partnership

Petugas sanitasitidak mengerti

tujuan dasar dari

 partnership

Diperlukan pembinaan kepada

 petugas sanitasi

mengenai tujuan

 partnership

3. Banyak petugas

sanitasi tidak 

mengerti

langkah

 pengembangan

 partnership

Petugas sanitasi

seharusnya

memahami

langkah dalam

 pengembangan

 partnership

Petugas sanitasi

tidak mengerti atau

memahami cara

 pengembangan

 partnership

Diperlukan

 pembinaan kepada

 petugas sanitasi

mengenai langkah

 pengembangan

 partnership

Faktor Pola Partnership (Unsur, Bentuk, dan Pelaksanaan)

 No Kondisi Faktual Nilai Normatif Isu Strategis Telaah Peneliti

4. Jumlah sektor  

yang terlibat

dalam

kemitraan

selama ini

sangat terbatassecara

kuantitatif 

Sektor yang

terlibat dalam

kemitraan,

secara ideal

mencakup 10

mitra potensial(POKJANAL

DBD)

Minimnya

koordinasi lintas

sektoral (kesehatan

dan non kesehatan)

sebagai upaya

 penerapan programkemitraan

Peningkatan

koordinasi lintas

sektoral (kesehatan

dan non kesehatan)

sebagai upaya

 penerapan programkemitraan

 No Kondisi Faktual Nilai Normatif Isu Strategis Telaah Peneliti

5. Bentuk  

 partnershipyang selama ini

dilakukan

sebagian besar 

merupakan

Bentuk 

 partnershipideal yang

harus dilakukan

adalah

 partnership

 Partnership bentuk 

1 lebih mudah untuk 

dilakukan dan juga

lebih sederhana dari

 pada Partnership

 bentuk 2

Bentuk kemitraan

yang dijalankan

secara ideal adalah

 partnership bentuk 

2, tetapi kenyataan

di lapangan

83

Page 84: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 84/139

 partnership bentuk 1 (kerja

sama teknis)

 bentuk 2 (kerja

sama strategis)

menunjukkan bahwa

semua mitra kerja

telah memiliki dan

menjalankan

 program kerjanyasendiri secara

terpisah

 Partnership bentuk 

1 dianggap lebih

realistis dan

memungkinkan

untuk dilaksanakan

saat ini, terutama

 pada program

 penanganan masalah

DBD dalam jangka pendek 

6. Pelaksanaan

 partnershipoleh Puskesmas

secara kualitas

masih

dikategorikan

 buruk 

Pelaksanaan

 partnershipdikategorikan

 baik bila setiap

 pihak yang

 bermitra

memiliki

keterlibatan dan

terkoordinasidengan baik 

dalam setiap

aktifitas

 program kerja

kemitraan,

yang meliputi

 perencanaan,

 pelaksanaan,

monitoring, dan

evaluasi

Pelaksanaan

 partnership lebih

seperti jaringan

kerja sama teknis,

setiap elemen

kemitraan hanya

terlibat secara

 parsial dengan

fungsi koordinasiyang masih lemah

Tanggung jawab

 pelaksanaan dan

 pencapaian

keberhasilan

 program hanya

melekat pada pihak 

kesehatan

(Puskesmas) sebagai

leading sector 

Pelaksanaan

 partnership harus

ditekankan pada

kerja sama strategis,

di mana fungsi

koordinasi dan peran

serta elemen

kemitraan lebih

dioptimalkan sesuaidengan proporsinya

Pelaksanaan dan

 pencapaian

keberhasilan

 program harus

menjadi tanggung

 jawab semua sektor 

yang terlibat dalam

kemitraan, termasuk 

 juga seluruh

komponen

masyarakat sebagai

sasaran program

Faktor Kendala Partnership

 No Kondisi Faktual Nilai Normatif Isu Strategis Telaah Peneliti

7. Alokasi dana

 program

 partnership

sangat terbatas

Dana program

 partnershipharus tersedia

 pada awal

Alokasi anggaran

 pogram partnershipmasih sangat

terbatas dengan

Perlu dialokasikan

dana cadangan

untuk pelaksanaan

 program

84

Page 85: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 85/139

dan distribusi

dari pusat

sering

terlambat

tahun anggaran,

dengan jumlah

yang rasional

dan

 proporsionaluntuk 

memenuhi

anggaran

kebutuhan

 pelaksanaan

kemitraan

distribusi yang

sering tidak tepat

waktu

Dana turun padaakhir tahun

anggaran, padahal

 pelaksanaan

 program dilakukan

 pada awal tahun

anggaran

Dana yang turun

tepat waktu hanya

dana yang

disalurkan melalui

 pihak Puskesmasuntuk honor 

 bumantik 

 partnership dari

donatur yang tidak 

mengikat, seperti

 pemanfaatan CSR 

dari sektor swastadan kerjasama

 pendanaan dengan

 NGO

Peningkatan dan

 pengelolahan dana

swadaya masyarakat

sebagai dana

mandiri dari, oleh,

dan untuk 

masyarakat

8. Partisipasi

mitra kerja

eksternal

Puskesmas

masih kurang,

dan seringkali

hanya sebatas

hal-hal yang bersifat teknis

Pihak eksternal

 puskesmas

seharusnya ikut

 bekerja sama

secara aktif 

dalam program

 partnership,

dan tidak terbatas pada

keterlibatan

secara teknis

saja

Pihak eksternal

Puskesmas merasa

 bahwa

 pemberantasan

DBD adalah

tanggung jawab

sektor kesehatan

saja (DinasKesehatan atau

Puskesmas)

sehingga mereka

merasa tidak perlu

terlibat terlalu jauh

dalam program

kemitraan

Perlu ada koordinasi

antar pimpinan

instansi (sektor)

yang terkait,

sehingga diharapkan

 pada level di

 bawahnya juga akan

terjalin hubungankerja sama yang

 baik 

Perlu adanya upaya

advokasi untuk 

mendapatkan

dukungan baik 

secara politis

maupun normatif 

terhadap program

kemitraan terutama

dalam hal

 pemberantasan DBD

 No Kondisi Faktual Nilai Normatif Isu Strategis Telaah Peneliti

9. Masyarakat

sasaran kurang

kooperatif 

dalam

 pelaksanaan

 program

Masyarakat

seharusnya

lebih kooperatif 

dan ikut

 berpartisipasi

dalam

Kurangnya kerja

sama dan partisipasi

masyarakat terjadi

karena kesadaran

masyarakat rendah

Upaya promosi

kesehatan sebagai

langkah peningkatan

kesadaran

masyarakat

85

Page 86: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 86/139

 partnershipuntuk 

 pemberantasan

DBD

 pelaksanaan

 program

 partnershipuntuk 

 pemberantasanDBD

Kurangnya kerja

sama dan partisipasi

masyarakat juga

muncul karena

masyarakatcenderung merasa

tidak puas dengan

hasil pelaksanaan

 program

 pemberantasan

DBD yang sudah

 berjalan selama ini

Perlu adanya

sosialisasi kepada

masyarakat bahwa

 pemberantasan DBD

hanya bisa berhasilsecara optimal bila

ada kerja sama yang

 baik dengan seluruh

masyarakat

Perlu dipikirkan

model program

 pemberantasan DBD

yang lebih menarik 

dan bisa diterima

oleh seluruh lapisan

masyarakat

10. Keterbatasan

 jumlah petugas

sanitasi

Puskesmas

Jumlah petugas

sanitasi

Puskesmas

harus memadai

sesuai dengan

 beban kerja dan

tanggung jawab

 profesionalnya

Banyak petugas

sanitasi Puskesmas

merasa beban kerja

mereka terlalu

tinggi, jumlah

 program kerja

terlalu banyak, serta

cakupan wilayah

kerja yang terlalu

luas

Penambahan jumlah

 petugas sanitasi

untuk Puskesmas

dengan wilayah

kerja yang luas,

 pemukiman padat

 penduduk (middlelow), serta daerah

 beresiko KLB

Dipertimbangkan

 penggunaan tenaga

outsourching khususnya untuk 

 pelaksanaan kerja di

lapangan ( fogging )

Kerja sama dengan

institusi pendidikan

dengan pengiriman

siswa kerja magang

ke Puskesmas untuk 

mengurangi beban

kerja petugas

 No Kondisi Faktual Nilai Normatif Isu Strategis Telaah Peneliti

11. Teknik  

 partnershipkurang dikuasai

oleh pihak 

Puskesmas

Penguasaan

teknik dan

ketrampilan

kemitraan

( partnership)

harus dimiliki

Penguasaan teknik 

 partnership yang

kurang memadai

oleh pihak 

Puskesmas menjadi

kendala dalam

Perlu dilakukan

 pembinaan secara

 berkala dalam

 penguasaan teknik 

 partnership

86

Page 87: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 87/139

setiap petugas

Puskesmas

 pembangunan dan

 pengembangan

 jaringan kemitraan

12. Alokasi waktu

 pelaksanaan

 program

 partnershipseringkali

 berbenturan

antar pihak 

yang bermitra

Seluruh

komponen

 partnershipharus mampu

menjadwalkan

waktu untuk 

 pelaksanaan

aktifitas

kemitraan

Kendala alokasi

waktu pelaksanaan

 program

 partnership bisa

terjadi karena fungsi

koordnasi antara

 pihak internal dan

eksternal Puskesmas

tidak berjalan

Meningkatkan

koordinasi antar 

 pihak  partnership(mitra kerja)

terutama dalam

 penyusunan jadwal

 pelaksanaan

 program

BAB 6

PEMBAHASAN

87

Page 88: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 88/139

Permasalahan kesehatan muncul karena terganggunya determinan

kesehatan sehingga perlu dilakukan identifikasi faktor determinan apa saja yang

terkait dengan permasalahan kesehatan tersebut. Begitu juga dengan

 permasalahan Demam Berdarah Dengue di kota Surabaya tahun 2006 yang dalam

  penelitian ini di analisis dari sisi (program) pelayanan kesehatan, yaitu

 pelaksanaan program kerjasama kemitraan ( partnership) antara pihak internal dan

eksteral Puskesmas dalam pemberantasan DBD.

Dari hasil analisis ini diharapkan dapat dipetakan hubungan antara

masalah kesehatan dengan faktor (determinan) kesehatan, sehingga penyebab

 permasalahan kesehatan pada kelompok sasaran di wilayah masing-masing dapat

lebih teridentifikasi. Beberapa faktor determinan yang langsung mempengaruhi

status kesehatan tersebut adalah genes, disease experience, health and well being 

of populations, health system influences, global and ecological perspective,

 social, cultural and environmental determinants, gender perspective dan public

health perspective (Bealeghole, 2002).

6.1. Pengetahuan Partnership

Penelitian menunjukkan bahwa rata-rata tingkat pemahaman petugas

sanitasi Puskesmas mengenai konsep  partnership masih sangat kurang. Hanya

22,64% dari keseluruhan responden memiliki pengetahuan dalam kategori baik,

sedangkan sisanya 77,36% memiliki pengetahuan dalam kategori kurang. Hal ini

sedikit berbeda bila dibandingkan dengan tingkat pendidikan responden yang

sebagian besar adalah lulusan Diploma (D3) yang mencapai 58,49%, dan hanya

16,98% yang merupakan tamatan SMA sederajat.

88

Page 89: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 89/139

Pengetahuan adalah hasil dari proses tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Sebagian besar 

 pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga. Suatu perilaku covert 

behavior  terbentuk terutama pada orang dewasa dimulai pada suatu domain

kognitif dalam arti subyek tahu lebih dulu terhadap stimulus di luarnya. Setelah

 pengetahuan baru muncul pada subyek tersebut selanjutnya menimbulkan respon

 batin dalam bentuk sikap si subyek terhadap obyek yang diketahui. Pengetahuan

merupakan domain kognitif yang sangat penting dalam membentuk tindakan

seseorang. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng (long 

lasting) daripada perilaku yang tidak didasari pengetahuan Notoatmojo (2003).

Selaras dengan yang diungkapkan Notoatmojo (2003), maka rendahnya

tingkat pengetahuan petugas sanitasi puskesmas terhadap konsep partnership bisa

terjadi karena paparan pengetahuan partnership yang diterima oleh mereka baik 

dari masa pendidikan formal ataupun saat bekerja secara profesional dalam

instansi (Puskesmas) selama ini masih sangat kurang. Hal ini menyebabkan

 petugas sanitasi kurang mampu mengembangkan suatu bentuk kerjasama yang

 baik dan sinergis dengan sektor terkait dalam rangka meningkatkan percepatan,

efektifitas dan efisiensi upaya kesehatan yang diberikan kepada masyarakat dalam

  program pemberantasan DBD. Rendahnya jumlah petugas sanitasi Puskesmas

dengan tingkat pengetahuan yang baik mengenai  partnership tentu saja akan

mempengaruhi pelaksanaan partnership itu sendiri.

6.2. Pola Partnership

6.2.1. Unsur Kemitraan

89

Page 90: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 90/139

Dalam pelaksanaan program kemitraan untuk pemberantasan DBD, setiap

Puskesmas melibatkan mitra kerja dengan jumlah yang bervariasi antara 1 sampai

5 mitra dari berbagai sektor. Dengan rata-rata keterlibatan 3 mitra kerja untuk 

setiap Puskesmas dalam program  partnership. Variasi sektor yang terlibat dalam

kemitraan ini dikategorikan menjadi 4 sektor (Pemerintah, Swasta Profit, Swasta

 Non Profit, dan Masyarakat). Sektor Pemerintah merupakan pihak yang paling

sering dilibatkan dalam kemitraan, di mana keseluruhan 53 Puskesmas atau 100%

Puskesmas ikut melibatkannya. Sementara sektor Swasta Profit menjadi pihak 

dengan tingkat keterlibatan paling rendah, dengan hanya 2 dari 53 Puskesmas atau

sekitar 3,77% Puskesmas yang melibatkan sektor ini dalam kemitraan.

Keterlibatan Sektor Pemerintahan dalam program pemberantasan DBD ini

didominasi oleh peranan Bumantik. Bumantik sendiri pada dasarnya adalah

anggota PKK yang merupakan bagian dari masyarakat setempat, namun karena

 beberapa hal mendasar yang membedakannya dengan komponen masyarakat lain

maka Bumantik lebih dikategorikan sebagai bagian dari sektor Pemerintah.

1. Bumantik berasal dari PKK yang pengawasan dan pembinaannya dibawah

tanggung jawab Departemen Dalam Negeri.

2. Pembentukan Bumantik lebih teroganisir, dengan fungsi dan tanggung jawab

yang secara normatif lebih mengikat dalam program pemberantasan DBD.

3. Fungsi pelaporan hasil kerja Bumantik langsung kepada pihak Kelurahan, dan

 baru mulai tahun 2007 pelaporan kerja Bumantik terlebih dahulu masuk ke

 petugas Sanitasi Puskesmas sebelum diteruskan ke Kelurahan.

90

Page 91: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 91/139

4. Terdapat sistem kompensasi terhadap kerja Bumantik yang disalurkan secara

terpisah dengan anggaran dana program pemberantasan DBD melalui pihak 

Puskesmas.

Jumlah dan unsur keterlibatan ini masih jauh di bawah standar yang

ditetapkan oleh Kelompok Kerja Operasional Pemberantasan Penyakit Demam

Berdarah  Dengue (POKJANAL DBD), yang menyebutkan setidaknya terdapat

sepuluh pihak kemitraan dari berbagai sektor yang harus dilibatkan dalam

 pemberantasan DBD. Pihak kemitraan ini secara operasional harus dibentuk pada

setiap tingkatan pemerintahan terdiri dari unsur kesehatan yang terkait langsung

dalam pembinaan operasional pencegahan dan pemberantasan penyakit DBD,

Diknas, Penerangan, Agama, Sosial, Bapeda (Bidang Sosial Budaya), Kantor 

PMD, Unsur Sekwilda (Bidang Kejahteraan Sosial), Tim Penggerak PKK, Tim

Pembina UKS, dan lain-lain (Departemen Kesehatan RI, 2006).

6.2.2. Bentuk Kemitraan

Mengacu pada kalsifikasi bentuk partnership oleh Notoatmojo (2003),

 bentuk hubungan kerja sama yang dilaksanakan antara petugas sanitasi Puskesmas

dengan pihak eksternal Puskesmas dalam program pemberanstasan DBD dapat

dibagi dalam 2 kategori, yaitu :

1. Jaringan kerja sama teknis, setiap anggota telah mempunyai program

kerja sendiri baik perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi ( partnership bentuk 

1).

2. Kerja sama solid dan terpadu, semua anggota mempunyai tanggung

 jawab terhadap keberhasilan program ( partnership bentuk 2).

91

Page 92: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 92/139

Bentuk  partnership yang paling banyak diadopsi dalam program kemitraan

  pemberantasan DBD adalah  partnership bentuk 1, setidaknya sekitar 84,91%

 petugas Puskesmas di Surabaya yang masih melasanakan kemitraan bentuk 1 ini,

sementara sisanya 15,09% telah melakukan bentuk  partnership bentuk 2.

Dalam suatu kerjasama kemitraan antara pihak internal Puskesmas dengan

 pihak eksternal Puskesmas dalam program pemberanstasan DBD idealnya semua

mitra kerja terlibat secara kolektif dalam perencanaan, pelaksanaan, monitoring,

dan evaluasi program. Namun pada kenyataanya hanya sedikit pihak yang

melakukan bentuk pelaksanaan kemitraan secara ideal.

Untuk kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) misalnya, pihak 

sanitasi Puskesmas hanya menemui pihak eksternal bila akan ada kegiatan

lapangan, seperti fogging. Sementara untuk bentuk monitoring pelaksanaan

 program kerjasama, pihak Puskesmas hanya meminta tembusan hasil kegiatan

  pemeriksaan Angka Bebas Jentik (ABJ) oleh bumantik   yang diserahkan  ke

kelurahan setempat tanpa ada pengawasan langsung di lapangan, hal ini terjadi

sampai tahun 2006. Mulai tahun 2007 mulai diberlakukan peraturan monitoring

kegiatan, di mana laporan pemeriksaan ABJ dari bumantik diserahkan ke petugas

sanitasi Puskesmas terlebih dulu sebelum ke pihak kelurahan.

 Namun tetap saja bentuk monitoring seperti ini masih lemah karena hanya

  berdasarkan laporan tanpa ada pengawasan langsung oleh pihak-pihak yang

 bermitra. Bumantik sendiri pada dasarnya merupakan bagian dari PKK (eksternal

Puskesmas) yang memiliki program kerja sendiri dari PKK Kota Surabaya

sehingga pelaporan kegiatan langsung ke PKK setempat dan disetorkan ke

kelurahan. Mulai tahun 2007 honor bumantik disalurkan melalui Puskesmas

92

Page 93: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 93/139

sehingga berpengaruh terhadap pelaporan laporan hasil kegiatan yang akhirnya

diserahkan langsung ke Puskesmas.

Merujuk pada bentuk   partnership Notoatmojo (2003), maka dapat

dikatakan bahwa rata-rata bentuk kerja sama yang dilakukan oleh pihak internal

dan eksternal Puskesmas dalam program pemberantasan DBD di Surabaya selama

ini adalah partnership bentuk 1, yang hanya merupakan jaringan kerja sama teknis

dengan program kerja yang terpisah. Klasifikasi ini juga didasarkan bahwa selama

ini dalam program kemitraan pemberantasan DBD tidak terdapat kerja sama yang

solid dan terpadu, di mana anggota kemitraan tidak memiliki keterlibatan yang

aktif baik dalam perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan pengawasan, maupun

evaluasi program.

6.2.3. Pelaksanaan Kemitraan

Derajat kualitas pelaksanaan kerja sama kemitraan ( partnership) antara

 pihak internal Puskesmas (petugas sanitasi) dengan pihak eksternal Puskesmas

diklasifikasikan menjadi 2 kategori, yaitu kategori pelaksanaan kemitraan baik 

dan kategori pelaksanaan kemitraan buruk. Indikator yang digunakan dalam

klasifikasi pelaksanaan program kemitraan ini meliputi keterlibatan komponen

kemitraan dalam proses perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan pengawasan,

evaluasi program, serta fungsi koordinasi antar mitra kerja selama program

kemitraan berjalan.

Selama ini pelaksanaan kerja sama kemitraan antara pihak internal dan

eksternal Puskesmas dalam program pemberanstasan DBD di wilayah kerja

mereka, sebagian besar berada pada kategori buruk 71,70% sementara sisanya

28,30% telah berada pada kategori baik. Hal ini tentu saja terkait dengan bentuk 

93

Page 94: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 94/139

 partnership yang dijalankan oleh petugas sanitasi Puskesmas yang sebagian besar 

masih berada pada bentuk 1.

Bentuk pelaksanaan program kemitraan yang rata-rata masih dalam

kategori buruk ini sangat berseberangan dengan tujuan sinergitas program dan

 partnership untuk merealisasikan visi dan misi Jawa Timur Sehat 2008 yang tidak 

mungkin hanya dibebankan pada sektor kesehatan saja karena masalah kesehatan

adalah muara dari semua sektor pembangunan (Dinas Kesehatan Propinsi Jawa

Timur, 2007).

Dengan adanya  partnership antar mitra kerja ( stakeholder ) terkait, maka

diharapkan dapat terjadi :

3. Peningkatan koordinasi dan komunikasi untuk memenuhi kewajiban peran

masing-masing stakeholder terkait dalam pembangunan kesehatan

4. Peningkatan kemampuan bersama dalam menanggulangi masalah yang

 berhubungan dengan kesehatan untuk kemashlahatan bersama

Dalam pelaksanaan program kemitraan ( partnership) untuk pemberantasan

DBD tentu saja dibutuhkan kerja sama yang baik dan terkoordinasi antar setiap

 pihak atau sektor yang terlibat. Namun dari penelitian ini menunjukkan bahwa

rata-rata kualitas pelaksanaan kerja sama (perencanaan, pelaksanaan, monitoring,

dan evaluasi) yang dilakukan oleh pihak internal dan eksternal Puskesmas masih

dalam kategori buruk.

Hal ini tentu saja tidak sesuai dengan konsep kemitraan terpadu yang

diutarakan oleh Chu (1994), bahwa untuk mengatasi berbagai permasalahan

kesehatan diperlukan koordinasi lintas program atau antar  stakeholder  yang

terkait, melalui mekanisme tertentu sehingga pelaksanaan kegiatan dapat berjalan

94

Page 95: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 95/139

secara sinergis terpadu. Keterpaduan yang diharapkan adalah meliputi berbagai

aspek mulai dari aspek kegiatan, aspek ketenagaan, aspek pendanaan maupun

aspek sarana dan prasarana.

6.3. Kendala Partnership

Berdasarkan sumbernya, kendala yang muncul dalam pelaksanaan

 partnership antara pihak internal dan eksternal Puskesmas dalam program

 pemberantasan DBD dapat berasal pihak Puskesmas sendiri, dari pihak yang

dilibatkan dalam kemitraan (mitra kerja), atau juga kendala yang muncul dari

masyarakat selaku sasaran program.

Menurut jenis dan besaran kuantitas dari kendala yang dihadapi oleh

  petugas sanitasi dalam program kemitraan untuk pemberantasan DBD ini di

klasifikasikan menjadi 5 kategori berikut ini :

1. Kendala Pendanaan

2. Kendala Partisipasi Mitra Kerja

3. Kendala Tingkat Kooperatif Masyarakat

4. Kendala Teknis Pelaksanaan

5. Kendala Lain

Kendala utama yang muncul adalah masalah pendanaan, di mana hal ini

dirasakan oleh keseluruhan petugas sanitasi dari 53 Puskesmas atau mencapai

100% total Puskesmas. Masalah pendanaan menjadi kendala karena dana yang

turun jumlahnya tidak mencukupi untuk pembiayaan seluruh pelaksanaan

 program kemitraan. Selain itu turunnya dana juga sering terlambat karena tidak 

tersedia pada awal tahun anggaran. Dana untuk pemberantasan DBD misalnya,

95

Page 96: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 96/139

untuk anggaran kerja tahun 2007 baru diturunkan akhir tahun 2007. Bahkan

terdapat keluhan, karena tidak ada dana yang tersedia maka setiap 20 bumantik 

hanya mendapatkan jatah sebuah lampu senter yang digunakan secara bergantian,

hal ini berakibat pemeriksaan jentik nyamuk tidak berjalan sesuai jadwal. Masalah

 pendanaan baik alokasi maupun distribusi berakibat program kerja tidak bisa

 berjalan optimal.

Tingginya masalah pendanaan yang muncul ini lebih dikarenakan adanya

ketergantungan anggaran dari pemerintah untuk pembiayaan semua program

kemitraan. Justru masalah pendanaan ini pada sisi lain juga menunjukkan bahwa

kerja sama kemitraan yang dilakukan Puskesmas dalam program pemberantasan

DBD selama ini masih sangat buruk. Karena menurut Grenwood (2003),

 bagaimanapun juga upaya  partnership yang dilakukan dengan baik, setidaknya

akan mampu mengurangi masalah pendanaan karena melibatkan bentuk hubungan

 jangka panjang dan kronis ( point ini akan meniadakan hubungan ketergantungan

akan bantuan dana dan nilai kompetitif dari kontrak yang telah disepakati).

Kurangnya partisipasi pihak eksternal Puskesmas dalam program

 pemberantasan DBD juga menjadi kendala yang cukup berarti. Selain itu mitra

kerja eksternal Puskesmas yang telah bergabung dalam kemitraan juga tidak 

sepenuhnya kooperatif dalam pelaksanaan program kemitraan. Hal ini tentu saja

sangat terkait dengan adanya paradigma yang telah mengakar, bahwa masalah

kesehatan dalam hal ini adalah Demam Berdarah  Dengue, merupakan tanggung

  jawab tunggal dari pihak-pihak yang bergerak pada sektor kesehatan (Dinas

Kesehatan dan Puskesmas). Paradigma ini muncul karena kesadaran akan nilai

96

Page 97: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 97/139

kesehatan dari seluruh komponen kemitraan termasuk juga kesadaran masyarakat

masih sangat kurang.

Hal tersebut sangat kontradiktif dengan apa yang menjadi prinsip utama

 pembangunan kesehatan, yang menyebutkan bahwa kesehatan merupakan bagian

integral dari pembangunan nasional, serta merupakan sebuah proses komprehensif 

 bidang sosial, politik, ekonomi, dan budaya. Tidak hanya mencakup upaya

  peningkatan kemampuan dan kesadaran masyarakat di bidang kesehatan saja,

tetapi juga upaya yang bertujuan merubah dan mengkondisikan lingkungan

menjadi tempat tinggal ideal sebagai penopang kehidupan dalam perspektif 

kesehatan, meningkatkan peran serta masyarakat dalam hal kesehatan, reorientasi

sistem pelayanan dan pembiayaan kesehatan, memperluas kemitraan (networking )

lintas sektor program kesehatan, serta peran strategis untuk ikut mempengaruhi

arah kebijakan pusat, daerah, maupun kelembagaan (healthy public policy).

Peran serta masyarakat yang masih rendah dan cenderung kurang

kooperatif dalam pelaksanaan program kemitraan pemberantasan DBD juga

menjadi kendala yang cukup serius. Kurangnya peran dan partisipasi masyarakat

ini terjadi karena rendahnya kesadaran masyarakat akan kesehatan terkait masalah

DBD, selain juga karena adanya ketidakpuasan terhadap program pemberantasan

DBD yang sudah dilaksanakan selama ini oleh pihak Puskesmas.

Sementara untuk kendala teknis yang muncul antara lain adalah kurangnya

tenaga pelaksana kemitraan dari pihak Puskesmas (sanitarian). Petugas sanitasi

merasa bahwa beban kerja mereka terlalu berat dan sering kali waktu

  pelaksanaannya tumpang tindih dengan tanggung jawab terhadap pelaksanaan

 program lain (di luar DBD). Kendala teknis lain adalah masalah alokasi waktu,

97

Page 98: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 98/139

dimana sering kali pelaksanaan program kemitraan hanya dilakukan oleh pihak 

Puskesmas saja karena ketidak hadiran pihak eksternal puskesmas, dengan alasan

tidak memiliki waktu. Kendala alokasi waktu ini terutama menghalangi

  pelaksanaan kegiatan yang terjadwal, sehingga penyelesaian program kerja

kemitraan pemberantasan DBD sering kali mundur dari jadwal yang sudah

disusun sebelumnya.

Selain itu beberapa kendala lain juga muncul dalam penerapan program

 partnership untuk pemberantasan DBD ini. Kendala tersebut diantaranya adalah

  banyak petugas sanitasi yang merasa tidak menguasai teknik  partnership,

sehingga mereka merasa tidak mampu dan kurang percaya diri dalam bekerja

sama dengan pihak eksternal Puskesmas.

Kompleksitas permasalahan pemberantasan DBD di Surabaya memerlukan

 penanganan yang terpadu dengan mengusung konsep kemitraan strategis. Seluruh

 stakeholder  yang terkait harus bekerja secara bersama-sama, saling membantu,

saling berkomunikasi, saling bersinergi dan saling mengisi sesuai dengan tugas

dan fungsinya masing-masing guna tercapainya percepatan, efektivitas dan

efisiensi upaya kesehatan dan upaya pembangunan lainnya yang mendukung

kesehatan individu, keluarga dan masyarakat. Program  partnership

  pemberantasan DBD bisa dibentuk dalam Kelompok Kerja Operasional

Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah  Dengue, yang selanjutnya disingkat

POKJANAL DBD. Kelompok ini bertugas untuk membantu Tim Pembina LKMD

dalam berbagai kegiatan yang berkaitan dengan upaya pencegahan dan

 pemberantasan penyakit DBD (Departemen Kesehatan RI, 2006).

98

Page 99: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 99/139

POKJANAL DBD dibentuk dengan tujuan melakukan pembinaan

operasional terhadap pelaksanaan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan upaya

 pencegahan dan pemberantasan penyakit Demam Berdarah  Dengue di wilayah

kerjanya secara berjenjang dan berkesinambungan. Disebutkan secara berjenjang

dan berkesinambungan, karena prinsip kerja POKJANAL DBD adalah membina

dan mengendalikan aktivitas POKJANAL DBD setingkat dibawahnya secara

 berjenjang dan berkesinambungan mulai dari tingkat Pusat, Propinsi, Kabupaten

dan Kotamadya, sampai tingkat Kecamatan dan akhirnya ke tingkat pelaksanaan

operasional oleh POKJA DBD yang dapat dibentuk di tingkat Desa, Kelurahan,

Dusun, serta Lingkungan RT-RW (Departemen Kesehatan RI, 2006).

6.4. Pengaruh Pola Partnership terhadap IR DBD dan ABJ

Dari hasil uji ststistik didapatkan kesimpulan bahwa pola  partnership

(unsur, bentuk, dan pelaksanaan) yang selama ini dilakukan oleh pihak internal

dan eksernal Puskesmas dalam pemberantasan DBD tidak memiliki pengaruh

secara berarti terhadap angka Incidence Rate DBD maupun Angka Bebas Jentik 

(ABJ) di kota Surabaya tahun 2006.

 Namun bagaimanapun juga uji statistik ini hanya melihat ada tidaknya

 pengaruh secara langsung (direct influance) antara variabel. Sementara kemitraan

sendiri pada dasarnya memiliki pengaruh yang tidak langsung serta memiliki

dampak jangka panjang terhadap penurunan   Incidence Rate DBD maupun

  peningkatan Angka Bebas Jentik (ABJ), sehingga dirasakan bahwa program

kemitraan pihak internal dan eksernal Puskesmas dalam pemberantasan DBD

masih harus dilaksanakan dan dikembangkan.

99

Page 100: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 100/139

Kemitraan merupakan pondasi fundametal dalam penanganan berbagai

masalah kesehatan masyarakat, tanpa terkecuali program pemberantasan DBD di

kota Surabaya. Hal ini senada dengan yang diutarakan oleh Chu (1994), bahwa

untuk mengatasi berbagai permasalahan kesehatan diperlukan koordinasi lintas

 program yang baik antar  stakeholder terkait melalui mekanisme tertentu, sehingga

 pelaksanaan kegiatan dapat berjalan secara sinergis terpadu. Keterpaduan yang

diharapkan adalah meliputi berbagai aspek mulai dari aspek pelaksanaan kegiatan,

ketenagaan (Sumber Daya Manusia), aspek pendanaan, aspek sarana dan

 prasarana, serta aspek pendukung lainnya.

Dalam mengupayakan bentuk koordinasi yang terpadu, perlu ditetapkan

 bagaimana sifat hubungan antar  stakeholder , apakah bersifat vertikal, horizontal,

atau hubungan yang bersifat rantai komando (Chu, 1994). Alternatif peran yang

dapat diambil oleh setiap anggota kemitraan berkaitan dengan upaya  partnership

adalah :

8. Inisiator, yaitu pemrakarsa  partnership dalam rangka sosialisasi dan

operasionalisasi program-program kesehatan

9. Motor atau dinamisator, yaitu penggerak  partnership, melalui pertemuan,

kegiatan bersama, dll

10. Fasilitator, yaitu pihak yang memfasiltasi, memberi kemudahan sehingga

kegiatan partnership dapat berjalan lancar 

11. Anggota aktif, yaitu anggota yang akan berperan dan terlibat dalam

 pelaksanaan kemitraan secara aktif 

12. Peserta kreatif, yaitu sebagai peserta kegiatan partnership yang mampu

 bertidak secara kreatif 

100

Page 101: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 101/139

13. Pemasok input teknis, yaitu pemberi masukan teknis (program kesehatan)

14. Pemberi dukungan sumber daya, yaitu pemberi dukungan sumber daya

sesuai dengan kondisi, masalah, dan potensi yang ada

Chu (1994) juga menyatakan, bila penanganan permasalahan kesehatan

yang disertai dengan perbaikan terhadap faktor determinan kesehatan dilakukan

secara sinergis antar   stakeholder  terkait maka diharapkan dapat tercapai

 percepatan efektivitas dan efisiensi kerja demi terciptanya :

l. a clean, safe physical environment of high quality (including housing quality)

m. an ecosystem that is stable now and sustainable in the long term

n. a strong mutually supportive and non-exploitive community

o. a high degree of participation and control by the public over the decision

affecting their lives, health and wellbeing 

 p. the meeting of basic needs for all the city’s people, for food, water, shelter,

income, safety, and work 

q. access to a wide variety of experiences and resources, with the chance for wide

variety of contact, interaction and communication

r. a diverse, vital and innovative city economy

s. the encouragement of connectedness with the past, with the cultural, with other 

 groups and individual 

t. a form that is compatible with and enhances the preceding characteristics

u. an optimum level of appropriate public health and sick care services

accessible to all 

v. high health status, high levels of positive health and low levels of disease

101

Page 102: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 102/139

6.5. Usulan Bentuk Kemitraan Strategis

Masalah kesehatan merupakan tanggung jawab bersama setiap individu,

masyarakat, pemerintah dan swasta. Walaupun bidang kesehatan menjadi leading 

 sector  dalam pembangunan kesehatan namun dalam mengimplementasikan

kebijakan dan program intervensi harus bermitra dan bersinergi dengan

 stakeholder terkait lainnya. Semua stakeholder baik secara langsung maupun yang

tidak langsung terkait dengan peningkatan status kesehatan individu, keluarga dan

masyarakat harus memasukkan pertimbangan kesehatan dalam semua kebijakan

  pembangunannya (healthy public policy). Hal ini berarti semua kegiatan yang

dilakukan  stakeholder  masing-masing dapat memberikan kontribusi positif 

terhadap pembentukan lingkungan dan perilaku sehat.

Berdasarkan hasil analisis mengenai tingkat pengetahuan petugas, pola

 partenership, juga analisis kendala pelaksanan kemitraan antara pihak internal dan

eksternal Puskesmas sebagai upaya pemberantasan DBD di Kota Surabaya, maka

usulan kerja sama strategis ( partnership) dirumuskan sebagai berikut :

1. Pembinaan mengenai  partnership untuk petugas sanitasi Puskesmas

dalam bentuk pembekalan pra tugas (Orientasi CPNS), serta pembinaan secara

 berkala (PNS) yang dikoordinasi oleh Dinas Kesehatan Kota setempat.

2. Bentuk   partnership yang ideal dilaksanakan adalah bentuk 2 karena

setiap elemen partnership saling terkoordinasi dengan baik dalam perencanaan

kerja, pelaksanaan kegiatan, monitoring dan evaluasi program. Akan tetapi

karena setiap elemen partnership sudah mempunyai program kerja terpisah dan

fungsi koordinasi sulit dilakukan maka  partnership yang paling

memungkinkan untuk dilaksanakan adalah bentuk 1.  Partnership   bentuk 1

102

Page 103: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 103/139

dianggap masih efektif dilaksanakan selama semua elemen kemitraan mampu

melaksanakan perannya secara optimal, berkala, dan berkesinambungan.

 Partnership  bentuk 1 ini hanya diproyeksikan untuk kerja sama jangka pendek 

saja.

3. Harus dipertimbangkan untuk mencari mitra pendanan dari sektor lain

di luar struktur, misalnya NGO atau pihak swasta melalui pemanfaatan CSR 

(Corporate Social Responbility). Karena bila pendanaan program kemitraan

hanya bergantung pada anggaran kerja pusat (struktural) sebagai sumber dana

utama, dikawatirkan akan menghambat kinerja program itu sendiri.

4. Koordinasi antar pimpinan instansi yang terkait di luar sektor  

kesehatan perlu dilakukan, sehingga pada level di bawahnya akan tetap bekerja

sama dengan baik. Koordinasi disertai advokasi pada unsur pimpinan sehingga

timbul dukungan politis terhadap program kemitraan.

5. Perlu adanya sosialisasi kepada masyarakat bahwa program

 pemberantasan DBD hanya bisa berhasil secara optimal bila ada kerja sama

yang baik dengan seluruh komponen masyarakat, terutama masyarakat sasaran.

Ini dilakukan juga dengan upaya promosi kesehatan sebagai langkah awal

  peningkatan kesadaran masyarakat akan kesehatan. Selain itu juga perlu

diupayakan sebuah model pelaksanaan program pemberantasan DBD yang

lebih menarik dan bisa diterima oleh seluruh lapisan masyarakat.

6. Secara khusus apabila terjadi KLB DBD di suatu daerah sehingga

 beban petugas sanitasi meningkat perlu dilakukan kerja sama lintas program

antar Puskesmas, misalnya dengan mempekerjakan petugas Puskesmas lainnya

untuk membantu pelaksaan survei epidemologi. Bila kerja sama lintas program

103

Page 104: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 104/139

masih dianggap belum optimal barulah dipertimbangkan sistem outsourching 

untuk pelaksanaan kegiatan teknis di lapangan.

7. Regulasi dan kebijakan tentang kemitraan dan networking  yang

dikeluarkan oleh pemerintah sebagai dasar hukum bagi implentasi pelaksanaan

kerja sama lintas sektoral guna pencapaian derajat kesehatan secara optimal

(termasuk penanganan masalah DBD). Pertimbangan ini didasarkan pada

asumsi bahwa selama ini kontribusi organisasi komersial hanya sebatas

  penyumbang pendapatan negara. Ke depan nanti pemerintah harus mampu

memanfaatkan kontribusi organisasi komersial ini lebih dari sekedar kontribusi

terhadap pendapatan negara dalam bentuk pajak, melainkan juga pemanfaatan

layanan mereka untuk kepentingan kesehatan publik.

Bentuk jaringan kemitraan strategis ( partnership) untuk pemberantasan

Demam Berdarah  Dengue dengan tujuan mencapai Surabaya bebas DBD dapat

digambarkan sebagai berikut.

104

LegalFormal

Organization

(PrivateandPublic)

partnership

networking 

healthp

olicy

healthypublicpolicy

Sektor Kesehatan

Lain

Puskesmas

(Dinas Kesehatan)

Sektor Industri dan

Teknologi

Sektor Sosial Budaya

Sektor Lingkungan

Sektor Pendidikan

Sektor Komunikasi

dan Informasi

Sektor Hukum

Sektor Lain

Masyarakat

Bebas DBD

Page 105: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 105/139

Gambar 6.1. Jaringan Kemitraan Strategis Pemberantasan DBD

1. Bebas DBD

Tujuan ideal dari pelaksanaan kerjasama kemitraan strategis dalam

 pemberansan DBD di kota Surabaya.

2.  Legal Formal Organization ( Private and Public)

Upaya pencapaian derajat kesehatan rakyat yang optimal difasilitasi oleh dua

kutub kelembagaan (organizational ) baik itu  public ataupun  private, yaitu

lembaga organisasi kesehatan dan lembaga organisasi non kesehatan. Kedua

  bidang kelembagaan ini harus memiliki kemampuan untuk melakukan

networking secara solid dan berkesinambungan.

3. Masyarakat

Masyarakat tidak hanya diposisikan sebagai sasaran program kesehatan

(pemberatasan DBD), namun juga dipandang sebagi mitra strategis dalam

 pelaksanaan program, dengan partisipasi seluruh komponen masyarakat.

4. Dalam pencapaian derajat kesehatan masyarakat yang optimal (Surabaya Bebas

DBD), pemerintah setempat dapat mengeluarkan regulasi dan kebijakan

kesehatan (  Health Policy dan   Healthy Public Policy), serta melakukan

intervensi pada semua sektor baik kelembagaan maupun non kelembagaan

( public dan private).

105

Page 106: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 106/139

a. Kebijakan kesehatan ( Health Policy), untuk semua hal yang terkait langsung

dengan bidang kesehatan termasuk didalamnya manajemen pelayanan

kesehatan.

  b. Kebijakan berorientasi kesehatan ( Healthy Public Policy), untuk hal-hal

yang terkait secara tidak langsung terhadap bidang kesehatan, namun

memiliki relevansi dan pengaruh cukup besar terhadap aspek kesehatan.

BAB 7

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil penelitian berjudul “Usulan Bentuk Kemitraan Strategis

(Partnership) antara Pihak Internal dan Eksternal Puskesmas sebagai Upaya

 Penurunan Incidence Rate DBD dan Peningkatan Angka Bebas Jentik (ABJ) di

  Kota Surabaya” ini, terdapat beberapa kesimpulan dan saran yang dapat

diberikan.

7.1 Kesimpulan

1. Pengetahuan dan pemahaman petugas sanitasi Puskesmas mengenai konsep

 partnership masih sangat rendah.

2. Pola Kemitraan ( partnership) antara pihak internal Puskesmas (petugas

sanitasi) dan pihak eksternal Puskesmas yang meliputi unsur, bentuk, dan

 pelaksanaan kemitraan, tidak berpengaruh terhadap Incidence Rate DBD dan

Angka Bebas Jentik (ABJ) di kota Surabaya.

3. Kendala pelaksanaan  partnership antara pihak internal Puskesmas (petugas

sanitasi) dan pihak eksternal Puskesmas, meliputi :

106

Page 107: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 107/139

a. Kendala alokasi dana yang terbatas dan distribusi dana yang sering

terlambat.

 b. Kendala kurangnya partisipasi mitra kerja eksternal Puskesmas terhadap

 program kemitraan.

c. Kendala masyarakat (terutama sasaran) yang kurang kooeperatif terhadap

 pelaksanaan program.

d. Kendala teknis pelaksanaan program (tenaga pelaksana lapangan yang

terbatas, beban kerja petugas sanitasi terlalu tinggi, program kerja tumpang

tindih, dan masalah alokasi waktu kegiatan).

e. Kendala lain yaitu penguasaan teknik  partnership yang kurang memadahi,

sehingga petugas merasa tidak mampu dan kurang percaya diri dalam

 penerapan kemitraan.

4. Bentuk ideal dari kerja sama kemitraan  partnership dalam program

 pemberantasan DBD di kota Surabaya yang menjadi usulan penelitian untuk 

dilaksanakan ke depan adalah  partnership bentuk 2. Bentuk ini merupakan

  bentuk kemitraan strategis jangka panjang dengan keterlibatan secara aktif 

(perencanaan, pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi) dari berbagai sektor, di

mana setiap pihak kemitraan memiliki tanggung jawab terhadap keberhasilan

 program.

5.  Partnership bentuk 1 yang selama ini dijalankan hanya merupakan jaringan

kerja sama teknis, di mana setiap anggota yang terlibat mempunyai program

kerja terpisah. Bentuk ini dianggap lebih realistis untuk diterapkan selama ini,

mengingat adanya keterbatasan pihak-pihak yang bermitra dan juga

107

Page 108: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 108/139

diasumsikan bahwa pemberantasan DBD hanya merupakan program jangka

 pendek yang pelaksanaannya bersifat temporer (kondisional).

7.2 Saran

1. Perlu dilakukan upaya peningkatan pengetahuan dan pemahaman petugas

sanitasi mengenai konsep dan teknik  partnership, melalui pelatihan secara

 berkala yang terkoordinasi dengan baik oleh Dinas Kesehatan setempat.

2. Peningkatan kualitas hubungan dan koordinasi lintas sektoral yang lebih baik 

dalam membina kerja sama kemitraan strategis sebagai upaya penanganan

 berbagai masalah kesehatan yang ada, khususnya pemberatasan DBD.

3. Alokasi anggaran kesehatan terutama untuk program kemitraan dalam

 pemberantasan DBD harus ditinjau ulang, dan diharapkan nilai anggaran yang

diturunkan dapat lebih proporsional. Distribusi dana kesehatan hendaknya

dikucurkan pada awal tahun anggaran sehingga tidak menghambat pelaksanaan

 program kerja yang sudah direncanakan.

4. Dipertimbangkan adanya insentif bagi petugas sanitasi yang berhasil dalam

membangun kemitraan.

5. Peningkatan kesadaran semua sektor termasuk juga masyarakat untuk terlibat

dalam program pemberantasan DBD, melalui upaya-upaya penyadaran dan

 promosi kesehatan secara berkesinambungan.

6. Dukungan pemerintah daerah setempat terhadap program kemitraan berbasis

kesehatan, khususnya untuk pemberantasan DBD dengan mengeluarkan

kebijakan dan regulasi mengenai partnership.

108

Page 109: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 109/139

7. Dirasakan perlu adanya kajian khusus sejenis mengenai  partnership, dengan

kuantitas variabel yang lebih luas dan kualitas eksplorasi yang lebih dalam

dengan melibakan berbagai disiplin ilmu lain. Hal ini ditujukan agar didapakan

suatu bentuk rumusan kemitraan strategis yang lebih ideal, serta mampu

menjadi standar acuan pelaksanaan program kemitraan khususnya dalam

 pemberantasan DBD baik ditingkat lokal maupun nasional.

DAFTAR PUSTAKA

Anonym (2007). http://www.tempo.co.id. Gerakan Mengubah Perilaku dan Penajaman Program . tanggal sitasi 20 April 2007

Anonym (2007). http://www.tempointeraktif.com. Gerakan 3M untuk Demam

 Berdarah. tanggal sitasi 02 September 2007

Badan Pusat Statistik (2007). http://www.bps.go.id. Perilaku Hidup Sehat Masyarakat . tanggal sitasi 20 April 2007

Chordia, Chu (1994). The Ecological of Public Health. Griffith University Press.

Griffith

Departemen Kesehatan RI (2002).  Konsep Kesehatan Perkotaan. Depkes RI.

Jakarta

Departemen Kesehatan RI (2006). Manajemen Tatalaksana DBD : Pokjanal 

 DBD. Depkes RI. Jakarta

Departemen Kesehatan RI (2005). Pedoman Tatalaksana Klinis Infeksi Dengue diSarana Pelayanan  Kesehatan. Depkes RI. Jakarta

Departemen Kesehatan RI (2006).  Penemuan dan Tatalaksana Penderita DBD.

Depkes RI. Jakarta

109

Page 110: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 110/139

Departemen Kesehatan RI (2006). http://www.promosikesehatan.com.  Peran Kemitraan Bidang Kesehatan . tanggal sitasi 13 Maret 2007

Departemen Kesehatan RI (2006). http://[email protected].

 Kemitraan dan Peran Serta. tanggal sitasi 26 Desember 2006

Dessler (2005). Manajemen Sumber Daya Manusia. Penerbit Binarupa Aksara.

Jakarta

Detels, Bealeghole (2002). Text of Public Health. Oxford University Press.

Oxford

Dinas Kesehatan Kota Surabaya (2007).   Profil Kesehatan Surabaya. DKK 

Surabaya. Surabaya

Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur (2007).   Profil Kesehatan. DKP Jawa

Timur. Surabaya

Direktorat Jenderal Departemen Dalam Negeri (1998).   Petunjuk Teknik   Penyusunan ASIA dalam Rangka Pembangunan Sumber Daya Manusia

 Dini di Daerah. UNICEF. Jakarta

Fahrudda, Ansarul, dkk. (2005).  Paguyuban Penderita TB Paru di Kecamatan

Sumber Jambe Kabupaten Jember (Suatu Model Peningkatan Penemuan Penderita TB dan Pengawas Minum Obat Berbasis Masyarakat). Laporan

Supervisi PTO East Java. Surabaya

Gandahusada (1988).   Parasitologi Kedokteran. Penerbit Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia. Jakarta

Gazley, B. Brudney, J.L. (2007). The Purpose (and Perils) of Government  Nonprofit Partnership. Non Profit and Voluntary Sector Quarterly

Greenwood, R. Thompson, E. (2003). The Professional Partnership : Relic or 

 Exemplary Form of Governance. Organization Studies

Halliday et al. (2004).  Evaluating partnership : The Role of Formal Assessment Tools. Evaluation Research

Hasnain et al. (2003). Sustainbility of Collaborative Capacity in Community

 Health Partnerships. Medical Care Research and Review

110

Page 111: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 111/139

Isselbacher (2004).  Harrison   Principles of Internal Medicine. Sixth Edition.

Mc.Graw Hill Publisher. Singapore

Kementrian Koordinator Bidang Kesejahteraan (2005). http://menkokesra.go.id.

 RAKORNAS Penanggulangan Gizi Buruk dan Penyakit Menular . tanggalsitasi 26 Desember 2006

 Notoatmojo, Soekidjo (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Cetakan Dua.

Penerbit PT. Rineka Cipta. Jakarta

 Nurhadi, M. (1999). Pengaruh Tenaga Pemasaran Sosial Bidang PemberantasanSarang Nyamuk terhadap Pengendalian Demam Berdarah Dengue di

  Kabupaten Trenggalek . Tesis. Program Pasca Sarjana Universitas

Gajahmada. Yogyakarta

PAPDI (2001).  Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Penerbit Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia. Jakarta

Siagian, S.P. (1997). Teori Pengembangan Organisasi. Penerbit Bumi Aksara.

Jakarta

Soemirat (1994).   Kesehatan Lingkungan. Gajahmada University Press.

Yogyakarta

Tomlison, F. (2005).   Idealistic and Pragmatic Versions of the Discourse of  Partnership. Organization Studies

Walukow, A. (2000). Dasar Kemitraan Dalam Upaya Kesehatan. Interaksi Media

Promkes. Volume XVII/X. Pusat PKMD Depkes RI. Jakarta

Wardhana (1995).   Dampak Pencemaran Lingkungan. Gajahmada University

Press. Yogyakarta

WHO (1997).  Demam Berdarah Dengue : Diagnosis, Pengobatan, Pencegahan

dan Pengendalian. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta

WHO (2000). Chalenges and Opportunities for Partnership in Health

 Development . Geneva

111

Page 112: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 112/139

Lampiran 1

PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini

 Nama : ………………………………………………………...…

Umur : ………………………………………………………...…

Pendidikan : ………………………………………………………...…

Pekerjaan : ………………………………………………………...…

Instansi : ………………………………………………………...…

Jabatan :

………………………………………………………...…

Alamat : ………………………………………………………...…

Dengan ini menyatakan “ BERSEDIA / TIDAK BERSEDIA ” menjadiresponden dalam penelitian yang berjudul :

“Usulan Bentuk Kemitraan Strategis (Partnership) antara Pihak Internal 

dan Eksternal Puskesmas sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate

 DBD dan Peningkatan Angka Bebas Jentik (ABJ) di Kota Surabaya” 

Identitas responden akan dijaga kerahasiaannya

112

Page 113: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 113/139

Demikian pernyataan ini kami buat dengan sesungguhnya untuk dipergunakan

semestinya

 

(*) Coret yang tidak perlu...!

Lampiran 2

KUESIONER PENELITIAN

Petunjuk Pengisian Kuesioner

• Kuesioner ini bukan merupakan suatu ujian dan sama sekali tidak berhubungan

dengan penilaian jabatan atau kedudukan anda, oleh karena itu tidak ada

 jawaban benar atau salah

• Tujuan kuesioner adalah untuk mendapatkan gambaran pengetahuan Petugas

P2 Puskesmas tentang konsep kemitran dan bentuk kemitraan yang dibangun

oleh petugas P2 dalam upaya pemberantasan DBD di wilayah kerjanya. Hasil

 penelitian ini diharapkan bisa dijadikan masukan untuk memperbaiki program

 pemberantasan DBD di kota Surabaya

• Jawaban yang dipilih oleh responden akan dijaga kerahasiaannya

• Setiap pertanyaan atau pernyataan diberi jawaban dengan membubuhkan tanda

silang (X) dalam isian sesuai dengan pilihan anda

• Apabila anda ingin mengubah pilihan jawaban, maka jawaban pertama diberi

tanda (=), selanjutnya beri tanda silang (X) pada jawaban yang anda anggap

 benar 

• Khusus untuk lembar kuesioner 2 nomor 11 dan lembar kuesioner 3 nomor 23,

harap dikosongi terlebih dahulu

113

Surabaya, ........................... 2007

Responden

....................................

Page 114: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 114/139

Lembar Kuesioner 1

Pengetahuan Konsep Kemitraan ( Partnership)

1. Kemitraan, menurut pendapat anda adalah :

a. hubungan kerja sama antara dua pihak atau lebih berdasarkankesetaraan, keterbukaan dan saling menguntungkan (memberi manfaat)

 b. hubungan kerja sama antara dua pihak atau lebih di mana salah

satu pihak bertindak sebagai pembina dan pihak yang lain sebagai terbina

atau pihak yang mendapatkan binaan

c. hubungan kerja sama antara dua pihak atau lebih di mana salah

satu pihak lebih dominan karena pihak tersebut merupakan “leading 

 sector ” dalam kerja sama

d. hubungan kerja sama di mana salah satu pihak memperoleh

keuntungan maksimal dengan adanya keterlibatan dari pihak lain yang

terkait

2. Berdasarkan tipenya, ada berapa bentuk kemitraan menurut pendapat

anda :

a. satu bentuk kemitraan

 b. dua bentuk kemitraan

c. tiga bentuk kemitraan

d. empat bentuk kemitraan

114

Page 115: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 115/139

3. Tujuan kemitraan atau kerja sama lintas sektor dalam bidang kesehatan,

menurut pendapat anda adalah :

a. menjalin hubungan baik antara sektor kesehatan dan sektor-sektor 

lain sehingga tercapai hubungan yang harmonis

 b. meningkatkan percepatan, efektfitas, dan efisiensi upaya kesehatan

c. meningkatkan peran serta masyarakat serta semua sektor  

(kesehatan dan non kesehatan) dalam meningkatkan derajat kesehatan

d. agar kesehatan dapat menjadi sektor utama pembangunan nasional

4. Menurut anda prinsip-prinsip kemitraan antara lain, kecuali :

a. adanya pihak pembina dan pihak yang dibina

 b. persamaan kedudukan masing-masing pihak dalam kemitraan

c. keterbukaan masing-masing pihak dalam kemitraan

d. saling menguntungkan semua pihak  

5. Pihak yang sebaiknya terkait dalam kemitraan (kerja sama lintas sektor)

dalam bidang kesehatan khususnya dalam pemberantasan DBD, antara lain :

a. seluruh komponen masyarakat seperti tokoh masyarakat,

 pemerintah pusat maupun daerah, lembaga sosial kemasyarakatan, pihak 

swasta, dan instansi publik pelayanan kesehatan maupun non kesehatan

 b. instasi pemerintah (pusat dan daerah) baik itu kesehatan maupun

non kesehatan

c. pihak swasta yang concern terhadap kesehatand. pemuka masyarakat setempat

6. Pihak yang sebaiknya dilibatkan dalam perencanaan program kerja bidang

kesehatan khususnya dalam pemberantasan DBD, antara lain :

a. seluruh komponen masyarakat seperti tokoh masyarakat,

 pemerintah pusat maupun daerah, lembaga sosial kemasyarakatan, pihak 

swasta, dan instansi publik pelayanan kesehatan maupun non kesehatan

 b. instasi pemerintah (pusat dan daerah) baik kesehatan maupun non

kesehatan

c. pihak swasta yang concern terhadap kesehatan

d. pemuka masyarakat setempat

7. Pihak yang sebaiknya dilibatkan dalam pelaksanaan program kerja bidang

kesehatan khususnya dalam pemberantasan DBD, antara lain :

a. seluruh komponen masyarakat seperti tokoh masyarakat,

 pemerintah pusat maupun daerah, lembaga sosial kemasyarakatan, pihak 

swasta, dan instansi publik pelayanan kesehatan maupun non kesehatan

 b. instasi pemerintah (pusat dan daerah) baik kesehatan maupun non

kesehatan

115

Page 116: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 116/139

c. pihak swasta yang concern terhadap kesehatan

d. pemuka masyarakat setempat

8. Pihak yang sebaiknya terkait dalam monitoring dan evaluasi program kerja

 bidang kesehatan khususnya dalam pemberantasan DBD antara lain :

a. seluruh komponen masyarakat seperti tokoh masyarakat,

 pemerintah pusat maupun daerah, lembaga sosial kemasyarakatan, pihak 

swasta, dan instansi publik pelayanan kesehatan maupun non kesehatan

 b. instasi pemerintah (pusat dan daerah) baik kesehatan maupun non

kesehatan

c. pihak swasta yang concern terhadap kesehatan

d. pemuka masyarakat setempat

9. Menurut anda langkah-langkah dalam pengembangan kemitraan antaralain, kecuali :

a. melakukan identifikasi mitra potensial

 b. mengadakan pembinaan secara intensif dan berkelanjutan terhadap

setiap mitra kerja yang terkait

c. membangun jaringan kerja sama antar mitra dalam upaya mencapai

tujuan, serta memadukan sumber daya yang tersedia pada masing-masing

mitra kerja

d. mengadakan pertemuan secara berkala untuk perencanaan,

 pamantauan, penilaian, dan pertukaran informasi

10. Menurut anda, bagaimana bentuk kemitraan atau kerja sama lintas sektor 

yang seharusnya dilakukan :

a. kerja sama yang solid (kompak) dan terpadu, yang berarti setiap

anggota mempunyai tanggung jawab terhadap keberhasilan program,

dimana visi, misi, serta kegiatan-kegiatan dalam mencapai tujuan

kemitraan harus direncanakan, dilaksanakan, dan dievaluasi secara

 bersama

 b. bentuk ikatan kerja sama temporal, di mana setiap anggotanya

telah mempunyai program kerja sendiri baik dalam perencanaan,

 pelaksanaan, maupun evaluasi

c. kerja sama dalam batas-batas tertentu dengan keterlibatan sebatas

 pada hal-hal teknis

d. bentuk kerja sama dengan pertanggung jawaban hanya dari salah

satu pihak yang merupakan leading sector 

116

Page 117: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 117/139

Lembar Kuesioner 2

Penerapan Kemitraan ( Partnership)

11. Apakah anda atau instansi anda pernah mengadakan kerja sama kemitraandengan sektor-sektor lain dalam program pemberantasan DBD…?

a. ya

 b. tidak 

Bila ya, berapa pihak yang diajak kerja sama, serta sebutkan pihak-pihak 

tersebut : ……………………..………………………………………………...

…………………………………………………………………….……………

………………………………………………………………….………………

………………………………………………………………….………………

…………………………………………………………………….……………

………………………………………………………………….………………

…………………………………………………………………….……………

………………………………………………………………….………………

………………………………………………………………….………………

…………………………………………………………………….……………

………………………………………………………………….………………

…………………………………………………………………….……………

………………………………………………………………….………………

………………………………………………………………….………………

…………………………………………………………………….……………

117

Page 118: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 118/139

………………………………………………………………….………………

…………………………………………………………………….……………

………………………………………………………………….………………

12. Selama ini bentuk kerja sama kemitraan yang sering kali dilakukan oleh

anda atau instansi anda dalam program pemberantasan DBD adalah…?

a. kerja sama yang solid (kompak) dan terpadu, di mana setiap anggota

mempunyai tanggung jawab terhadap keberhasilan program, dan visi, misi,

serta kegiatan-kegiatan dalam mencapai tujuan kemitraan direncanakan,

dilaksanakan, dan dievaluasi secara bersama

 b. bentuk ikatan kerja sama dengan pertanggung jawaban atas perencanaan,

  pelaksanaan, dan evaluasi kerja hanya dari salah satu pihak yang

merupakan leading sector 

c. bentuk kemitraan temporal di mana setiap pihak telah mempunyai programkerja sendiri baik dalam perencanaan, pelaksanaan, maupun evaluasi

d. kerja sama dalam batas-batas tertentu dengan keterlibatan sebatas pada

hal-hal teknis pelaksanaan

13. Selama ini dalam hal perencanaan program kemitraan untuk 

  pemberantasan DBD di instansi anda, pihak mana saja yang selalu

dilibatkan…?

a. seluruh komponen kemitraaan yang terlibat di dalamnya, seperti tokoh

  pemuka masyarakat (masyarakat sasaran), pemerintah pusat maupundaerah, lembaga sosial kemasyarakatan, pihak swasta, serta instansi publik 

 pelayanan kesehatan maupun non kesehatan

 b. keterlibatan pihak Puskesmas dan sektor kesehatan lain sebagai provider 

serta masyarakat sebagai sasaran program

c. tidak semua komponen kemitraan dilibatkan dalam perencanaan, hanya

sebatas pada mitra-mitra yang bergerak dalam bidang kesehatan

d. hanya sebatas pihak internal Puskesmas

14. Selama ini pihak (sektor) mana saja yang ikut dilibatkan dalam

  pelaksanaan program kemitraan untuk pemberantasan DBD di instansi

anda…?

a. seluruh komponen kemitraaan yang terlibat di dalamnya, seperti tokoh

  pemuka masyarakat (masyarakat sasaran), pemerintah pusat maupun

daerah, lembaga sosial kemasyarakatan, pihak swasta, serta instansi publik 

 pelayanan kesehatan maupun non kesehatan

 b. keterlibatan pihak Puskesmas dan sektor kesehatan lain sebagai provider 

serta masyarakat sebagai sasaran program

c. hanya melibatkan mitra-mitra yang bergerak dalam bidang kesehatan

sebagai leading sector 

118

Page 119: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 119/139

d. pelaksanaan hanya dilakukan oleh pihak internal Puskesmas

15. Dalam hal monitoring dan pengawasan program kemitraan untuk 

 pemberantasan DBD, pihak (sektor) mana saja yang ikut dilibatkan…?

a. fungsi pengawasan (monitoring) merupakan tugas dan tanggung jawab

seluruh komponen kemitraaan yang terlibat di dalamnya, termasuk juga

komponen masyarakat sebagai sasaran program

  b. pengawasan dilakukan sebatas oleh pihak-pihak yang bergerak dalam

 bidang kesehatan sebagai leading sector serta pihak lain sebagai  funding 

 program kemitraan

c. fungsi monitoring dan pengawasan hanya dilakukan secara esklusif oleh

 pihak internal Puskesmas

d. tidak ada fungsi monitoring dan pengawasan khusus terhadap pelaksanaan

 program kemitraan

16. Bagaimana fungsi evaluasi program kemitraan untuk pemberantasan DBD,

selama ini dilaksanakan…?

a. kegiatan evaluasi dilaksanakan secara berkala baik selama pelaksanaan

  program kemitraan maupun pada saat akhir pelaksanaan program

kemitraan, serta dilakukan dengan keterlibatan penuh dari seluruh

komponen kemitraaan termasuk juga komponen masyarakat sebagai

sasaran program

  b. kegiatan evaluasi hanya dilakukan pada akhir pelaksanaan programkemitraan, dengan melibatkan seluruh komponen kemitraaan yang ikut

 berpartisipasi

c. fungsi evaluasi hanya dilaksanakan secara internal dan terpisah oleh

masing-masing pihak yang bermitra, di mana bentuk pertanggung jawaban

akhir hanya ditujukan untuk instansi atau organisasi yang membawahi

 pihak-pihak yang terlibat

d. evaluasi tidak pernah dilakukan, bentuk pertanggung jawaban hanya

sebatas pembuatan laporan akhir pelaksanaan program kemitraan oleh

 pihak Puskesmas

17. Selama pelaksanaan program kemitraan untuk pemberantasan DBD di

instansi anda, bagaimana fungsi koordinasi dijalankan…?

a. koordinasi secara terencana dan berkala, dimana seluruh komponen

kemitraan ikut dilibatkan untuk membahas hal-hal strategis dan teknis dari

 program kemitraan itu sendiri

  b. fungsi koordinsi dilaksanakan dengan melibatkan seluruh komponen

kemitraan, namun hanya dilakukan di saat awal pembentukan program dan

akhir pelaksanaan program

119

Page 120: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 120/139

c. fungsi koordinasi hanya dilakukan oleh pihak Puskesmas sebagai

 pelaksana program

d. koordinasi tidak berjalan, di mana pelaksanaan program hanya dilakukan

  berdasarkan jadwal yang telah disusun pada saat perencanaan awal

kegiatan

18. Selama pelaksanaan kerja sama kemitraan yang dilakukan oleh anda atau

instansi anda dalam program pemberantasan DBD, apakah dilakukan

 pertemuan secara berkala yang selalu diikuti oleh setiap mitra kerja sama

yang terlibat…?

a. ya

 b. tidak 

c. jarang

19. Selama pelaksanaan kerja sama kemitraan yang dilakukan oleh anda atau

instansi anda dalam program pemberantasan DBD, apakah seluruh pihak 

(mitra kerja) selalu terlibat dan berpartisipasi dalam proses perencanaan

kegiatan…?

a. ya

 b. tidak 

c. jarang

20. Selama pelaksanaan kerja sama kemitraan yang dilakukan oleh anda atau

instansi anda dalam program pemberantasan DBD, apakah seluruh pihak (mitra kerja) selalu terlibat dan berpartisipasi dalam pelaksanaan setiap

kegiatan…?

a. ya

 b. tidak 

c. jarang

21. Selama pelaksanaan kerja sama kemitraan yang dilakukan oleh anda atau

instansi anda dalam program pemberantasan DBD, apakah pada setiap

kegiatan selalu dilakukan pengawasan (monitoring) oleh seluruh komponen

kemitraan yang terlibat…?

a. ya

 b. tidak 

c. jarang

22. Selama pelaksanaan kerja sama kemitraan yang dilakukan oleh anda atau

instansi anda dalam program pemberantasan DBD, apakah seluruh komponen

kemitraan yang terlibat ikut serta dalam pelaksanaan evaluasi program

kerja…?

a. ya

120

Page 121: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 121/139

 b. tidak 

c. jarang

Lembar Kuesioner 3

Kendala Penerapan dan Pelaksanaan Kemitraan ( Partnership)

23. Apa dan bagaimana kendala penerapan atau pelaksanaan program

kemitraan ( partnership) yang selama ini terjadi menurut anda, mohon

dijelaskan :

……………………………………………..……………………….…………

……………………………………………..…………………….……………

…………………………………………..……………………….……………

…………………………………………………..………………….…………

………………………………………………..………………….……………

……………………………………………..…………………….……………

…………………………………………..………………………….…………

……………………………………………..……………………….…………

……………………………………………..…………………….……………

…………………………………………..……………………….……………

…………………………………………………..………………….…………

………………………………………………..………………….……………

……………………………………………..…………………….……………

…………………………………………..………………………….…………

……………………………………………..……………………….…………

121

Page 122: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 122/139

……………………………………………..…………………….……………

…………………………………………..……………………….……………

…………………………………………………..………………….…………

………………………………………………..………………….……………

……………………………………………..…………………….……………

…………………………………………..………………………….…………

……………………………………………..……………………….…………

……………………………………………..…………………….……………

…………………………………………..……………………….……………

…………………………………………………..………………….…………

………………………………………………..………………….……………

……………………………………………..…………………….……………

…………………………………………..………………………….…………

……………………………………………..……………………….………………………………………………………..…………………….……………

…………………………………………..……………………….……………

…………………………………………………..………………….…………

………………………………………………..………………….……………

……………………………………………..…………………….……………

…………………………………………..………………………….…………

……………………………………………..……………………….…………

Lampiran 3

FORM STUDI PENDAHULUAN

Identitas Informan

 Nama : ………………………………………………………...…

Pendidikan : ………………………………………………………...…

Instansi : ………………………………………………………...…

Jabatan :

………………………………………………………...…

Alamat : ………………………………………………………...…

Data Awal Studi Pendahuluan

Jawablah pertanyaan di bawah ini sesuai dengan pengalaman anda (bisa lebih dari

satu jawaban)

122

Page 123: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 123/139

1. Apakah anda pernah mendengar informasi tentang kemitraan

( partnership)...?

.............................................................................................................................

.............................................................................................................................

.............................................................................................................................

.............................................................................................................................

2. Menurut pendapat anda apakah kemitraan ( partnership) itu...?

............................................................................................................................

............................................................................................................................

............................................................................................................................

............................................................................................................................

3. Apakah anda (instansi) pernah melakukan program kemitraan ( partnership),khususnya dalam pemberantasan DBD...?

............................................................................................................................

............................................................................................................................

4. Bila pernah, pihak mana saja yang terlibat dalam pelaksanaan program

kemitraan ( partnership) tersebut…?

............................................................................................................................

............................................................................................................................

............................................................................................................................

............................................................................................................................

5. Bagaimana atau sejauh apa bentuk keterlibatan pihak-pihak yang ikut

 bergabung dalam program kemitraan ( partnership) tersebut…?

............................................................................................................................

............................................................................................................................

............................................................................................................................

............................................................................................................................

Catatan lain yan ingin anda tambahkan mengenai penerapan dan pelaksanaan

 program kemitraan ( partnership), khususnya dalam pemberantasan DBD di

wilayah kerja anda…?

.............................................................................................................................

.............................................................................................................................

.............................................................................................................................

.............................................................................................................................

.............................................................................................................................

.............................................................................................................................

.............................................................................................................................

123

Page 124: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 124/139

.............................................................................................................................

.............................................................................................................................

.............................................................................................................................

.............................................................................................................................

.............................................................................................................................

.............................................................................................................................

.............................................................................................................................

.............................................................................................................................

.............................................................................................................................

.............................................................................................................................

.............................................................................................................................

.............................................................................................................................

.............................................................................................................................

.............................................................................................................................

.............................................................................................................................

.............................................................................................................................

.............................................................................................................................

.............................................................................................................................

.............................................................................................................................

.............................................................................................................................

.............................................................................................................................

.............................................................................................................................

.............................................................................................................................

Lampiran 4

KUNCI JAWABAN KUESIONER 

Kunci Jawaban Tes Pengetahuan

1. A 3. C 5. A 8. A 9. A

2. B 4. A 6. A 7. A 10. A

• Bobot nilai untuk setiap soal benar adalah 4 (empat)

• Bobot nilai untuk setiap soal salah atau tidak dijawab adalah 0 (nol)

Kunci Jawaban Tes Pola Partnership (Bentuk dan Pelaksanaan)

No Jenis Pertanyaan Skor

124

Page 125: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 125/139

A B C D

12. Bentuk Kemitraan 4 3 2 1

13. Bentuk Kemitraan 4 3 2 1

14. Bentuk Kemitraan 4 3 2 115. Bentuk Kemitraan 4 3 2 1

16. Bentuk Kemitraan 4 3 2 1

17. Bentuk Kemitraan 4 3 2 1

18. Pelaksanaan Kemitraan 3 1 2 -

19. Pelaksanaan Kemitraan 3 1 2 -

20. Pelaksanaan Kemitraan 3 1 2 -

21. Pelaksanaan Kemitraan 3 1 2 -

22. Pelaksanaan Kemitraan 3 1 2 -

• Untuk pertanyaan tentang bentuk kemitraaan terdapat 6 soal dengan 4 pilihan

 jawaban (a, b, c, d) bernilai 1 s/d 4

• Untuk pertanyaan tentang pelaksanaan kemitraan terdapat 5 soal dengan 3

 pilihan jawaban (a, b, c) bernilai 1 s/d 3

(*) Lembar kuesioner berisikan 23 butir pertanyaan, dengan pertanyaan no. 1 s/d 10 tentang

 pengetahuan kemitraan, no. 11 tentang jumlah unsur kemitraan no. 12 s/ 17 tentang bentuk 

kemitraan, no. 18 s/d 22 tentang pelaksanaan kemitran, dan no. 23 mengenai kendala

kemitraan.

Lampiran 5

DATA PENELITIAN

 No Puskesmas PengetahuanPola Partnership

ABJ (%) IR DBDU B P

1. Tanjungsari 12 2 8 7 82.90 141.55

2. Simomulyo 32 3 10 8 74.20 192.15

3. Manukan Kulon 36 3 9 6 87.20 195.30

4. Balongsari 12 1 6 6 74.80 175.98

5. Asemrowo 12 2 22 13 69.00 190.27

6. Sememi 24 4 21 13 80.60 136.84

7. Benowo 28 4 14 11 74.60 81.86

8. Jeruk   28 4 14 9 64.00 111.18

9. Lontar   4 2 7 6 71.70 153.58

125

Page 126: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 126/139

10. Lidah Kulon 16 4 16 11 80.50 91.40

11. Peneleh 16 3 8 8 90.50 171.58

12. Ketabang 20 3 12 10 88.00 210.75

13. Kedungdoro 32 4 10 8 85.40 131.7414. Dr. Soetomo 40 5 19 14 58.00 97.41

15. Tembok Dukuh 20 1 7 5 74.40 165.61

16. Gundih 24 2 8 6 94.20 91.30

17. Tambakrejo 28 5 14 10 82.00 133.67

18. Simolawang 8 5 9 10 78.40 91.70

19. Perak Timur  4 3 14 7 72.00 133.61

20. Pegirikan 16 4 17 12 71.60 95.81

21. Sidotopo 16 3 9 7 78.80 130.41

22. Wonokusumo 8 3 21 12 83.00 77.67

23. Krembangan Sel. 28 3 9 9 75.10 291.65

24. Dupak   20 1 8 8 57.40 136.92

25. T. Kali Kedinding 28 2 7 8 76.00 105.85

26. Kenjeran 20 3 8 8 76.80 216.70

27. Sidotopo Wetan 36 3 22 15 70.10 120.08

28. Rangkah 36 4 13 8 87.00 211.81

29. Pacar Keling 32 2 13 5 81.60 183.60

30. Gading 20 4 11 10 75.00 145.37

31. Pucang sewu 8 4 20 12 82.00 183.18

 No Puskesmas PengetahuanPola Partnership

ABJ IR DBDU B P

32. Mojo 32 1 20 15 80.40 108.20

33. Rungkut 16 1 10 6 64.30 168.17

34. Medokan Ayu 20 5 18 13 71.80 206.60

35. Tenggilis 28 4 18 14 94.80 236.15

36. Gunung Anyar  20 5 15 10 71.90 217.30

37. Menur   16 1 6 9 85.50 144.09

38. Klampis Ngasem 36 2 16 6 70.40 182.09

39. Mulyorejo 8 3 11 10 84.20 119.17

40. Sawahan 32 4 22 14 72.20 167.38

41. Putat Jaya 24 3 9 8 73.70 150.95

42. Pakis 24 5 17 12 82.30 152.43

43. Banyu Urip 12 2 18 12 55.10 131.07

44. Jagir   28 4 15 6 82.60 65.39

45. Wonokromo 16 5 19 15 87.80 151.93

126

Page 127: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 127/139

46. Ngagel Rejo 40 5 8 7 70.40 186.79

47. Kedurus 40 4 20 14 91.10 130.63

48. Dukuh Kupang 24 1 7 5 76.20 126.73

49. Wiyung 8 1 6 5 89.00 220.5150. Gayung Sari 8 2 9 7 69.60 254.67

51. Jemur Sari 28 2 10 8 89.70 148.88

52. Sidosermo 12 3 8 8 86.00 187.68

53. Kebonsari 12 5 15 10 77.90 238.86

(*) Keterangan Tabel

U : Unsur (Jumlah Mitra) Partnership

B : Bentuk   Partnership

P : Pelaksanaan Partnership

ABJ : Angka Bebas Jentik)

IR DBD :  Incidence Rate Demam Berdarah Dengue

ABJ dan IR DBD merupakan data sekunder 53 Puskesmas kota Surabaya tahun 2006

Lampiran 6

UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS KUESIONER 

Validitas dan Reliabilitas Instrument Pengukuran Pengetahuan

127

Page 128: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 128/139

ten questions of single test (pengetahuan) untuk nilai α = 5% (0,05) dan n = 10

dengan derajat kebebasan df  = n - 2

nilai Cronbach’s Alpha 0,953 > koefisien korelasi r table 0,632

instrument pengukuran pengetahuan dinyatakan reliabel secara internal

masing-masing nilai r Corrected Item (total correlation) > koefisien korelasi r Pearson 0,632 instrument pengukuran pengetahuan dinyatakan valid

128

tenquestion

softestandretest(pengetahuan)un

tuknilaiα=5%

(0,05)dann=10

masing-ma

sing

nilaiρExactSig.(2tailed)>α5

%

(0,05)

instrumentpengukuranpengetahuandinyatakan

reli

abelsecaraeksternal

Page 129: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 129/139

Validitas dan Reliabilitas  Instrument  Pengukuran Pola  Partnership untuk 

Kategori Bentuk dan Pelaksanaan Kemitraan

129

Page 130: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 130/139

 six questions of single test (bentuk kemitraan) untuk nilai α = 5% (0,05) dan n = 10

dengan derajat kebebasan df  = n - 2

nilai Cronbach’s Alpha 0,936 > koefisien korelasi r table 0,632

instrument pengukuran pola partnership (bentuk) dinyatakan reliabel secara internal

masing-masing nilai r Corrected Item (total correlation) > koefisien korelasi r Pearson 0,632 instrument pengukuran pola partnership (bentuk) dinyatakan valid

130

Page 131: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 131/139

 five questions of single test (pelaksanaan kemitraan) untuk nilai α = 5% (0,05) dan n = 10

dengan derajat kebebasan df  = n - 2

nilai Cronbach’s Alpha 0,944 > koefisien korelasi r table 0,632

instrument pengukuran pola partnership (pelaksanaan) dinyatakan reliabel secara internal

masing-masing nilai r Corrected Item (total correlation) > koefisien korelasi r Pearson 0,632 instrument pengukuran pola partnership (pelaksanaan) dinyatakan valid

131

elevenques

tionsoftestandretest(polapartners

hip)untuknilaiα=5%

(0,05)dann=10

padakategoribentukkemitra

anmaupunpe

laksa

naankem

itraan,masing-masingn

ilaiρExactSig.(2tailed)>α5%

(0,05)

instrumentpengukuranpolapartnershipdinyata

kanreliabelsecaraek

sternal

Page 132: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 132/139

Lampiran 7

UJI NORMALITAS

Distribusi Data Penelitian

132

Page 133: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 133/139

all data variables untuk nilai α = 5% (0,05) dan n = 53

masing-masing nilai ρ Asymp. Sig. (2 tailed ) all variables > α = 5% (0,05)

seluruh data dinyatakan berdistribusi normal

Estimasi Distribusi Data dengan P-Plot Model 

133

Page 134: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 134/139

 P-Plot Model for All Data

134

Page 135: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 135/139

all data variables untuk nilai α = 5% (0,05) dan n = 53

 pada setiap model terdapat sebaran data yang merata sepanjang garis diagonal X axis dan Y axis

seluruh data dinyatakan berdistribusi normal

Lampiran 8

UJI REGRESI LINIER BERGANDA

Regresi Pola Partnership dengan Incidence Rate DBD

135

Page 136: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 136/139

independent variable Pola Partnership (jumlah, bentuk, dan pelaksanaan)

dependent variable Incidence Rate DBD

nilai α = 5% (0,05)

nilai n = 53 dan explanatory variable (k ) = 3

nilai F Table (k , n - k - 1) = 2,76

nilai F Test  0,590 < F Table = 2,76

 persamaan multiple regression tidak signifikan, jadi tidak ada pengaruh bermakna antara

independent variable terhadap dependent variable

Regresi Pola Partnership dengan Angka Bebas Jentik (ABJ)

136

Page 137: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 137/139

independent variable Pola Partnership (jumlah, bentuk, dan pelaksanaan)

dependent variable Angka Bebas Jentik (ABJ)

nilai α = 5% (0,05)

nilai n = 53 dan explanatory variable (k ) = 3

nilai F Table (k , n - k - 1) = 2,76

nilai F Test  0,619 < F Table = 2,76

 persamaan multiple regression tidak signifikan, jadi tidak ada pengaruh bermakna antara

independent variable terhadap dependent variable

Lampiran 9

UJI CHI SQUARE 

Unsur Partnership dengan Incidence Rate DBD dan ABJ

137

Page 138: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 138/139

Bentuk  Partnership dengan Incidence Rate DBD dan ABJ

Pelaksanaan Partnership dengan Incidence Rate DBD dan ABJ

138

Page 139: Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

8/4/2019 Red Camarade - Kemitraan Strategis Sebagai Upaya Penurunan Incidence Rate DBD (Content)

http://slidepdf.com/reader/full/red-camarade-kemitraan-strategis-sebagai-upaya-penurunan-incidence-rate-dbd 139/139

nilai α = 5% (0,05) dan nilai n = 53

df (r -1).(c-1) variabel unsur terhadap Incidence Rate DBD dan ABJ = 4   X 2 Table = 9,49

df (r -1).(c-1) variabel bentuk dan pelaksanaan terhadap IR DBD dan ABJ = 1   X 2 Table = 3,84

nilai X 2 Test untuk masing-masing kategori < X 2 Table (df = 4 dan df = 1)

hasil uji beda tidak signifikan, berarti tidak terdapat perbedaan bermakna antara independent variable untuk semua kategori terhadap dependent variable pada semua cakupan

My 2nd Thesis

139