terapi perubahan gaya hidup diabetes. kanker dan gerd (tlc)

Upload: widya-aprilani

Post on 15-Oct-2015

69 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Terapi perubahan pola hidup

TRANSCRIPT

TUGAS FARMAKOTERAPI TERAPANTHEPEUTIC LIFE STYLE CHANGES

Disusun Oleh :APOTEKERKelas B1. Uesul Churni (2013001274)2. Usi Hikmah Utami (2013001275)3. Vanny Octovina Pattinaya (2013001276)4. Wa Ode Asrifa (2013001277)5. Widya Aprilani (2013001278)6. Widya Larasaty (2013001279)7. Yuni Mulya Sari (2013001280)

PROGRAM PROFESI APOTEKERFAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS PANCASILAJAKARTA2014

BAB IPENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANGPerubahan pola hidup adalah fakta yang tak terbantahkan bahwa manuasia di era modern sekarang ini justru lebih mudah terserang penyakit dibandingkan manusia dimasa-masa lalu. Juga tidak bisa disanggah bahwa manusia yang hidup dikampung kampung atau pedesaan secara fisik lebih sehat dan memiliki harapan hidup lebih panjang dibandingkan manusia yang hidup di kota-kota besar. Pada masa dua sampai tiga dekade yang lalu, banyak dijumpai manusia yang berusia rata rata berumur 70-80 tahun bahkan lebih. Manusia dimasa lalu hidup berdasarkan keseimbangan alam, serta hidup dengan kesederhanaan. kala itu manusia masih hidup dengan cara-cara yang sangat tradisional. seperti berjalan dengan kaki telanjang atau tanpa alas seperti sandal maupun sepatu serta masih dapat menghirup udara segar tanpa polusi.Tetapi manusia pada masa sekarang sangat rentan terhadap penyakit sering dijumpai manusia masih berusia 40 atau 50 tahun tetapi sudah mengidap bebagai macam penyakit. Hal ini terjadi karena adanya perubahan pola hidup dan perubahan tersebut dilakukan oleh manusia itu sendiri, padahal jika disadari manusia yang hidup wajar dapat menyimpan tenaganya sebagai cadangan sehingga tidak mudah terserang penyakit. Sedangkan manusia yang hidup dengan segala kesenangan membiarkan diri lepas kendali akan menghabiskan dan menguras seluruh tenaga akibatnya manusia tidak memiliki tenaga cadangan yang sebenarnya bisa digunakan untuk memperpanjang harapan hidup. Selain itu manusia sekarang cenderung bertindak ceroboh, ketika teknologi semakin tinggi dan cara berpikir semakin maju tetapi sikap dan tindakan manusia justru mundur kebelakang. Contohnya manusia sekarang ini lebih memilih makanan yang mengandung zat atau unsur kimia dan menghindari makanan yang bebas racun. Manusia dewasa ini mengkonsumsi makanan kaleng yang disimpan dengan bahan pengawet. Saat ini manusia umumnya lebih memilih dan mengkonsumsi sayur dan buah yang secara fisik sangat baik, terbebas dari ulat, lalat atau hama tumbuhan padahal sayur atau buah yang bebas dari hama biasanya dirawat dan dilindungi oleh bahan kimia yang justru membuat tubuh menjadi tercemar oleh racun.Apoteker, terutama bagi yang bekerja di sektor kefarmasian komunitas, memiliki peran yang sangat penting dalam keberhasilan penatalaksanaan terapi farmakologi dan non farmakologi, terutama dalam Therapeutic Life style Changes (TLC) atau Terapi Perubahan Pola Hidup. Mendampingi, memberikan konseling dan bekerja sama erat dengan penderita dalam penatalaksanaan sehari-hari khususnya dalam terapi obat merupakan salah satu tugas profesi kefarmasian. Membantu penderita menyesuaikan pola diet sebagaimana yang disarankan ahli gizi, mencegah dan mengendalikan komplikasi yang mungkin timbul, mencegah dan mengendalikan efek samping obat, memberikan rekomendasi penyesuaian rejimen dan dosis obat yang harus dikonsumsi penderita bersama-sama dengan dokter yang merawat penderita, yang kemungkinan dapat berubah dari waktu ke waktu sesuai dengan kondisi penderita, merupakan peran yang sangat sesuai dengan kompetensi dan tugas seorang apoteker.Demikian pula apoteker dapat juga memberikan tambahan ilmu pengetahuan kepada penderita tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan kondisi dan pengelolaan penyakit, mulai dari pengetahuan tentang etiologi dan patofisiologi penyakit sampai dengan farmakoterapi dan pencegahan komplikasi yang dapat diberikan dengan bahasa yang mudah dipahami, disesuaikan dengan tingkat pendidikan dan kondisi penderita. Pentingnya peran apoteker dalam keberhasilan penatalaksana terapi pola hidup ini menjadi lebih bermakna karena penderita penyakitseperti diabetes, hipertensi, jantung, TBC dll umumnya merupakan pelanggan tetap apotik, sehingga frekuensi pertemuan penderita dengan apoteker di apotik mungkin lebih tinggi daripada frekuensi pertemuannya dengan dokter. Peluang ini seharusnya dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin dalam rangka memberikan pelayanan kefarmasian yang profesional.

II. TUJUAN MAKALAHA. Menjelaskan tentang patologi Diabetes Melitus dan bagaimana terapi perubahan gaya hidup pasien Diabetes MelitusB. Menjelaskan tentang patologi Kanker dan bagaimana terapi perubahan gaya hidup pasien KankerC. Menjelaskan tentang patologi Gastroesophageal Reflux dan bagaiamana terapi perubahan gaya hidup pasien Gastroesophageal Reflux

BAB IITINJUAN PUSTAKA

I. Patologi Diabetes Melitus

A. Definisi Diabetes MelitusIstilah diabetes melitus berasal dari bahasa Yunani. Diabetes artinya mengalir terus. Diabetes mellitus (DM) didefinisikan sebagai suatu penyakit atau gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid dan protein sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat disebabkan oleh gangguan atau defisiensi produksi insulin oleh sel-sel beta Langerhans kelenjar pankreas, atau disebabkan oleh kurang responsifnya sel-sel tubuh terhadap insulin (WHO, 1999).Diabetes mellitus (DM) adalah suatu penyakit atau gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid dan protein sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin (Ditjen Bina Farmasi dan Alkes, 2005). Walaupun Diabetes mellitus merupakan penyakit kronik yang tidak menyebabkan kematian secara langsung, tetapi dapat berakibat fatal bila pengelolaannya tidak tepat. Pengelolaan DM memerlukan penanganan secara multidisiplin yang mencakup terapi non-obat dan terapi obat.

B. Patogenesis Diabetes (Mekanisme Terjadinya Peningkatan Kadar Gula Darah)Glukosa yang masuk ke dalam aliran darah merupakan sumber energi dan cadangan makanan bagi tubuh. Namunguna mendapatkan energi dan cadangan makanan dari glukosa, maka glukosa perlu melalui proses metabolisme terlebih dahulu. Proses metabolisme ini nantinya akan melibatkan sel bea pankreas sebagai penghasil insulin dan insulin yang dihasilkan itu sendiri. Insulin dalam proses metabolisme glukos berperan sebagai pembuka gerbang sel. Ibaratnya kunci, insulinlah yang nantinya akan membantu glukosa agar dapat menembus membran sel. Jika kadar insulin yang diperlukan dalam proses metabolisme glukosa tidak mencukupi jumlah yang seharusnya diperlukan, maka proses metabolisme nantinya tidak akan dapat berjalan dengan lancar.Hal ini tentu saja karena untuk dapat menembus membran sel, glukosa memerlukan insulin. Karenanya ketika produksi insulin berkurang, maka gula tidak akan terserap masuk ke dalam sel. Akibatnya gula pun tetap berada dalam aliran darah. Inilah yang menyebabkan tingginya kadar gula darah penderita.

C. Etiologi Diabetes Melitus dan Faktor Pencetus

Etiologi tipe Diabetes Melitus ada 2, yaitu :1. Diabetes Melitus type 1 (diabetes yang tergantung insulin / IDDM- Insulin Dependent Diabetes Melitus)Yaitu dimana diabetes tipe ini disebabkan kerusakan sel-sel pulau Langerhans yang disebabkan oleh reaksi otoimun. Pada pulau Langerhans kelenjar pankreas terdapat beberapa tipe sel, yaitu sel , sel dan sel . Sel-sel memproduksi insulin, sel-sel memproduksi glukagon, sedangkan sel-sel memproduksi hormon somastatin. Serangan autoimun ini secara selektif menghancurkan sel-sel yang mengakibatkan defisiensi sekresi insulin. Defisiensi insulin inilah yang menyebabkan gangguan metabolisme yang menyertai DM tipe 1.

Faktor Pencetus pada Diabetes Melitus (DM) tipe 1 biasanya menyerang pada :Faktor genetik, menyerang pada anak-anak dikarenakan yang dapat menurun menurut silsilah keluarga yang mengidap diabetes. Ini terjadi karena DNA pada orang diabetes melitus akan ikut diinformasikan pada gen berikutnya terkait dengan penurunan produksi insulin.

2. Diabetes Melitus type 2 (diabetes yang tidak tergantung kepada insulin NIDDM- Non Insulin Dependent Diabetes Melitus)Patofisiologis DM Tipe 2 bukan disebabkan oleh kurangnya sekresi insulin, tetapi insulin tetap dihasilkan oleh sel-sel Pangkreas namun sel-sel sasaran insulin gagal atau tak mampu merespon insulin secara normal akibat berlebihnya kadar gula dalam darah (hiperglikemia). Keadaan ini lazim disebut sebagai Resistensi Insulin. Resistensi insulin banyak terjadi di negara-negara maju seperti Amerika Serikat, antara lain sebagai akibat pola hidup dari obesitas, gaya hidup kurang gerak (sedentary), dan penuaan.Berbeda dari tipe 1 yang muncul tiba-tiba, diabetes tipe 2 memiliki perkembangan yang sangat lambat sampai bertahun-tahun. Oleh karena itulah sering-seringlah Anda memeriksakan kadar gula Anda untuk bisa mendeteksi sedari dini.

Faktor Pencetus pada Diabetes Melitus (DM) tipe 2, yaitu :a. Faktor ObesitasUmumnya pada orang dewasa, namun anak-anak dan remaja juga dapat mengalami penyakit diabtese. Obesitas mengakibatkan sel-sel beta pankreas mengalami hipertropi (pembesaran komponen sel) yang akan berpengaruh pada penurunan hormon insulin.b. Pola Makan yang Salah (Rendah Serat)Kurang gizi atau kelebihan berat badan sama-sama meningkatkan resiko diabetes. Malnutrisi dapat merusak pankreas sedangkan obesitas meningkatkan gangguan kerja atau resistensi insulin. Pola makan yang tidak teratur dan cenderung terlambat juga akan berperanan pada ketidakstabilan kerja pankreas.c. Gaya Hidup Stres Stres kronis cenderung membuat seseorang mencari makanan yang cepat saji yang kaya pengawet, lemak serta gula. Makanan ini berpengaruh besar terhadap kerja pankreas. Stres juga akan meningkatkan kerja metabolisme dan meningkatkan kebutuhan akan sumber energi yang berakibat pada kenaikan pada kerja pankreas. Beban pangkreas yang berat akan berdampak pada penurunan insulin.d. UsiaManusia mengalami penurunan fisiologis yang secara dramatis menurun dengan cepat pada usia 40 tahun. Penurunan ini yang akan beresiko pada penurunan fungsi endokrin pankreas untuk memproduksi insulin.e. Kurangnya Olahraga

D. Gejala Penyakit Diabetes Minimalnya ada tiga (3) gelala awal untuk seseorang bisa dicurigai lagi terkena penyakit diabetes. Diantaranya:1. PoliuriYaitu penderita sering buang air kecil dalam jumlah banyak. Kejadiaanya biasanya terjadi pada malam hari. Hal ini terjadi karena kadar gula dalam darah sangat tinggi dan tidak bisa ditoleransi oleh organ ginjal. Akhirnya kadar gula dalam air seni pun jadi pekat dan untuk selanjutnya memaksa ginjal untuk menarik air dalam jumlah banyak dari tubuh agar air seni atau air kencing tidak terlalu pekat.2. PolidipsiYaitu penderita sering merasa haus yang hebat. Hal ini terjadi karena sedang berlangsung penarikan cairang yang banyak oleh ginjal. Maka penderita cepat merasa haus dan ingin minum terus.3. PolifagiYaitu penderita sering merasa cepat lelah dan lemas. Hal ini terjadi karena sel-sel tubuh kekurangan energi akibat tidak bisa masuknya gula ke dalam sel. Akhirnya sel tubuh kekurangan energi dan tubuh pun merasa lemas dan lelah. Disaat yang sama, otak akan merespon bahwa penderita ini kurang makan sehingga akan terasa sering lapar dan merangsang untuk terus makan. Inilah akhirnya yang semakin memperparah keadaan jika rasa laparnya dituruti dengan banyak makan. Di dalam darah semakin terjadi penumpukan kadar gula.Namun yang perlu dan penting untuk Anda ketahui adalah bahwa seseorang dikatakan menderita diabetes melitus apabila kadar gula darahnya di atas 126 mg/dl (puasa) atau 200 mg/dl (tidak puasa). Namun seringnya gejala penyakit diabetes di atas baru muncul atau terlihat setelah gula darah di atas 270 mg/dl.Untuk mengatasi gejala awal ini maka langkah yang paling baik adalah diet karbohidrat dan lakukan olah raga teratur.E. Komplikasia. Akut 1) Hipoglikemia 2) Koma Ketoasidosis 3) Koma hiperosmolar nonketotikb. Kronik 1) Makroangiopati, mengenai pembuluh darah besar ; pembuluh darah jantung, pembuluh darah tepi, dan pembuluh darah otak. 2) Mikroangiopati, mengenai pembuluh darah kecil; retinopati diabetik, nefropati diabetik. 3) Neuropati diabetik. 4) Rentan infeksi, seperti tuberkulosis paru, gingivitis, 5) dan infeksi saluran kemih. 6) Kaki diabetik

II. Patologi KankerA. Definisi KankerKanker adalah sel yang telah kehilangan pengendalian dan mekanisme normalnya, pertumbuhan dan perkembangan sel-sel tubuh abnormal, tidak terkontrol dan tidak berbentuk, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak teratur. Dalam perkembangannya, sel-sel kanker membentuk suatu massa dari jaringan ganas yang menyusup ke jaringan di dekatnya dan bisa menyebar (metastasis) ke seluruh tubuh sehingga dapat menyebabkan kematian.B. Patogenesis (Mekanisme Terjadinya) KankerPembentukan sel menjadi ganas juga melibatkan gen-gen yang mengatur pembentukan sel akibatnya sel berkembang tidak terkendali. Perkembangan ini memiliki tahapan sebagai berikut :1. Tahap InsisiTahap pertama dari proses ini disebut inisiasi, yang memerlukan pemaparan sel normal oleh senyawa yang bersifat karsinogen. Karsinogen ini menyebabkan kerusakan genetik yang jika tidak diperbaiki, akan menghasilkan mutasi sel yang irreversibel. Mutasi sel ini memiliki perubaha respon terhadap lingkungan dan keuntungan perkembanga yang selektif, memberikan potensi untuk berkembang menjadi klon populasi dari sel-se neoplastik2. Tahap PromosiDalam tahap promosi perubahan ke arah prakanker terjadi akibat bahan-bahan promoter. Perubahan yang terjadi mempengaruhi promoter yang berulang-ulang dalam jangka waktu yang lama. Tahap ini reversible, artinya resiko timbulnya kanker akan hilang bila promoter dihilangkan.3. Tahap ProgresifPada tahap progresif terjadinya pertumbuhan kanker sudah meluas (invasive) dan menyebar ke seluruh tubuh (metastase).

C. Etiologi KankerPenyebab kanker yang sesungguhnya sebenarnya tidak diketahui penyebab pastinya. Karena antara satu dan lain halnya faktor penyebab kanker ini saling berkaitan. Namun dari hasil beberapa analisa penyebab penyakit kanker ini adalah maerupakan kumpulan dari berbagai faktor misalnya adalah faktor genetik (keturunan), faktor lingkungan, serta faktor pola makanBeberapa faktor resiko kanker dan juga bisa menyebabkan terjadinya penyakit kanker bisa berupa :1. Faktor Genetik (faktor Keturunan).Bila dalam sebuah lingkup keluarga mempunyai riwayat menderita kanker, maka anggota keluarga lainnya akan mempunyai faktor resiko penyakit kanker akan mudah terjadi dibandingkan dengan keluarga yang tanpa riwayat tumor ganas ini. 2. Faktor Lingkungan.a) Pemaparan sinar ultraviolet matahari serta radiasi ionisasi (yang merupakan karsinogenik). Digunakan dalam sinar rontgen dihasilkan dari pembangkit listrik tenaga nuklir dan ledakan bom atom hingga menjangkau jarak sangat jauh. Contoh : Pemaparan oleh uranium pada pekerja tambang telah dihubungkan dengan terjadinya kanker paru-paru 10-20 tahun kemudian, resiko semakin tinggi jika para penambang juga merokok. Pemaparan yang berlebihan dari sinar ultraviolet, terutama dari sinar matahari, menyebabkan kanker kulit. (Pencegahan : penggunaan sunblock)

b) Bahan kimia.Tar pada rokok dan bahan kimia industry, berhubungan dengan saluran pernafasan. Seperti halnya kanker paru-paru, kanker mulut. Itu semua karena bahan racun yang terkandung dalam sebuah rokok amat buruk untuk kesehatan seseorang.

c) Makan dan minuman.Khususnya adalah makanan yang menggunakan berbabagi macam bahan-bahan kimia yang seharusnya tidak perlu, bukan untuk bahan makanan, makanan berlemak. Contoh : Diet tinggi serat mengurangi kemungkinan terjadinya kanker usus besar. Diet yang banyak mengandung makanan yang diasap dan diasamkan (dalam bentuk acar) meningkatkan resiko terjadinya kanker lambung. Mengurangi lemak sampai kurang dari 30% dari kalori total, akan mengurangi resiko terjadinya kanker usus besar, payudara dan protat Peminum alkohol memiliki resiko yang lebih tinggi terhadap terjadinya kanker kerongkongan. Makanan siap saji, terlalu banyak minum kopi, pemanis buatan disukai oleh kanker Coklat dan teh yang memiliki kandungan kafein tinggi. Minuman berkadar kafein tinggi tersebut dapat diganti dengan minum teh hijau yang memerangi kanker atau minum air putih / air mineral saja Mengandung zat berbahaya yang bukan untuk dimakan (formalin, bahan desinfektan yang masih menempel pada sayur dan buah-buahan)d) Radikal bebasFaktor eksternal yang mampu menyebabkan kanker berupa gugusan atom atau molekul yang mempunyai electron bebas yang tidak berpasangan. Radikal bebas masuk ke dalam tubuh dalam bentuk racun kimiawi dari makanan, minuman, udara yang terpolusi dan sianr ultraviolet yang berlebihan.3. Life Style Gaya hidup yang tidak sehat, sama dengan adanya perilaku hidup yang tidak sehat seperti halnya merokok, mengkonsumsi minum-minuman keras (beralkohol). Perilaku seks bebas juga bisa menjadi salah satu penyebab timbulnya kanker serviks4. Faktor Mental Seseorang. Faktor kejiwaan seseorang. Stressor dalam hal ini terutama stress yang berat akan bisa menyebabkan adanya ganggguan keseimbangan seluler tubuh. Keadaan tegang terus menerus dapat mempengaruhi sel, dimana sel akan menjadi lebih hiperaktif dan pada akhirnya akan bisa berubah sifat menjadi ganas sehingga menyebabkan kanker. Untuk itulah kita juga perlu mengetahui akan tips menghilangkan stress.5. Gangguan Keseimbangan Hormon Tubuh. Hormon tubuh di sini adalah lebih banyak pada hormon estrogen dan progesteron. Hormon estrogen berfungsi merangsang pertumbuhan sel yang cenderung mendorong terjadinya kanker, sedangkan progesteron melindungi terjadinya pertumbuhan sel yang berlebihan. Ada kecenderungan bahwa kelebihan hormon estrogen dan kekurangan progesteron akan bisa menyebabkan meningkatnya risiko kanker payudara, kanker leher rahim, kanker rahim (pada kaum wanita) dan ini juga merupakan jenis kanker yang banyak menyerang wanita perempuan dan kanker prostat dan buah zakar pada kaum pria.6. Beberapa virus tertentu

Seperti virus papiloma, yakni virus penyebab tumor di jaringan epitel (sel pembentuk lapisan penutup permukaan yang terbuka, contohnya epitel lendir saluran pencernaan)

D. Gejala Umum Kanker1. Benjolan yang tumbuhTanda umum kanker adalah benjolan daging yang tumbuh. Benjolan biasa ditemukan di payudara, leher, ketiak dan bagian lain. Benjolan biasanya tidak terasa sakit saat ditekan rasa sakit akan timbul jika benjolan telah membesar.Memang tidak semua benjolan adalah kanker. Karena itu perlu pengamatan sekitar sampai 3 bulan untuk mengetahuinya. Benjolan dimungkinkan sebagai kanker jika ukurannya semakin besar dan disertai dengan gejala yang memburuk.

2. Sakit yang tidak kunjung membaikBeberapa jenis kanker seperti kanker paru dan kanker rahim tidak memperilhatkan benjolan yang kasat mata. Hal inilah yang menyulitkan pada proses pemeriksaan deteksi awal. Pasien biasanya merasa kesakitan sata benjolan telah mulai membesar.3. Penurunan bobot badan secara drastisPasien kanker biasanya mengalami penurunan berat badan secara drastis dalam waktu singkat tanpa sebab yang pasti. Misalnya, penurunnan bobot badan sebesar 10kg dalam waktu singkat (1-3 bulan) tanpa upaya diet dari pasien. Hal tersebut patut dicurigai sebagai kanker.Ketika sel kanker berkembang biak tidak terkendali, maka aliran darah dan aliran udara akan terhambat. Akibatnya, sel-sel sehat menderita kelaparan secara massal.

E. Komplikasi Akibat KankerAda beberapa komplikasi yang dapat terjadi akibat kanker :1. Tamponade JantungCairan bisa terakumulasi pada struktur seperti kantung yang meliputi jantung (perkardium). Akumulasi cairan bisa terjadi jika kanker menginvasi perikardium dan menyebabkan gangguan. Penyebab paling sering adalah kanker paru-paru, kanker payudara dan limfoma. Cairan yang terkumpul pada perikardium ini akan menekan jantung sehingga mengganggu kemampuan jantung untuk memompa darah.Tamponade jantung terjadi secara mendadak ketika banyak cairan yang terkumpul pada perikardium sehingga jantung tidak dapat memompa darah secara normal. Sebelum timbul tamponade, penderita biasanya merasakan nyeri yang samar-samar atau tekanan di dada, yang akan bertambah berat jika berbaring dan membaik jika duduk tegak. Penderita dapat merasa pusing atau pingsan, bahkan gangguan pernafasan yang berat.Untuk mengurangi penekanan, cairan dikeluarkan dengan bantuan jarum suntik khusus yang dimasukkan ke dalam kantung perikardium. Tindakan ini dinamakanperikardiosintesis.Contoh cairan yang dikeluarkan kemudian diperiksa dibawah mikroskop untuk melihat apakah cairan tersebut mengandung sel-sel kanker. Selanjutnya dibuat sayatan pada perikardium untuk mencegah kambuhnya tamponade. Pengobatan lainnya tergantung kepada jenis kanker yang terjadi.2. Efusi PleuraEfusi pleura merupakan pengumpulan cairan di dalam struktur seperti kantung yang meliputi paru-paru (kantong pleura). Pengumpulan cairan di kantong pleura bisa disebabkan oleh berbagai hal, salah satunya adalah kanker. Adanya akumulasi cairan di sekitar paru-paru menyebabkan terjadinya sesak nafas.Untuk mengeluarkan cairan, dimasukkan jarum suntik diantara tulang iga menuju ke kantong pleura. Jika setelah prosedur ini cairan dengan cepat mulai terkumpul kembali, maka akan dimasukkan selang melalui dinding dada menuju ke kantong pleura, yang akan tetap dipasang sampai keadaan penderita membaik.Zat kimia khusus bisa dimasukkan ke dalam kantong pleura untuk mengiritasi dindingnya dan menyebabkan lapisan kantong pleura melekat satu sama lain. Hal ini akan menghilangkan rongga dimana cairan dapat terkumpul dan mengurangi kemungkinan kambuhnya efusi pleura.3. Sindroma Penekanan Medula SpinalisSindroma penekanan medula spinalis dapat terjadi jika kanker menyebar ke tulang belakang dan menyebabkan penekanan pada tulang belakang atau saraf-saraf tulang belakang. Penekanan ini menyebabkan timbulnya nyeri punggung, rasa kesemutan di kedua tungkai, serta gangguan fungsi pencernaan dan kandung kemih. Diagnosis dapat dikonfirmasi dengan pemeriksaan CT scan atau MRI.4. Sindroma Vena Kava SuperiorKanker seringkali menyebabkan terbentuknya bekuan pada pembuluh darah vena, terutama pada vena di tungkai. Tumor menghasilkan prokoagulan (zat untuk pembekuan) yang menyebabkan terbentuknya bekuan darah.Sindroma vena kava superior terjadi jika kanker menyebabkan sumbatan pada sebagian atau seluruh vena kava superior, yaitu pembuluh darah yang mengalirkan darah dari tubuh bagian atas ke jantung. Pada orang dewasa paling sering disebabkan oleh kanker paru dan limfoma non-Hodgkin.Sumbatan vena kava superior menyebabkan vena-vena di dada bagian atas dan di leher terbendung, sehingga terjadi pembengkakan di wajah, leher, dada bagian atas, dan lengan. Jika sumbatan yang terjadi semakin berat, maka penderita bisa mengalami kesulitan untuk bernafas. Gejala ini terjadi akibat darah yang tidak dapat kembali ke jantung.5. Sindroma HiperkalsemiaKadar kalsium yang sangat tinggi di dalam darah (sindroma hiperkalsemia) bisa terjadi pada orang-orang dengan tumor padat atau leukemia. Kondisi ini dapat terjadi jika kanker menghasilkan zat-zat seperti hormon yang menyebabkan pelepasan kalsium dari tulang atau jika kanker menginvasi tulang secara langsung. Akibatnya kadar kalsium di dalam darah menjadi tinggi, penderita bisa mengalami kebingungan dan dapat berlanjut menjadi koma, bahkan kematian.Kanker juga dapat menyebabkan terjadinya hiperurisemia, peningkatan produksi ACTH, anemia hemolitik, gangguan fungsi neurologis akibat adanya antibodi tertentu, serta banyak komplikasi lainnya.6. Sindroma ParaneoplastikSindroma Paraneoplastik adalah sekumpulan gejala yang terjadi pada tempat lain, yang jauh dari tempat tumor berada, akibat adanya zat-zat tertentu yang dihasilkan oleh kanker. Beberapa zat yang dapat dihasilkan oleh kanker adalah hormon, sitokin dan berbagai protein lainnya. Zat-zat tersebut mempengaruhi organ atau jaringan melalui efek kimianya.

III. Patologi Gastroesophageal Reflux DiseaseA. Definisi GERDRefluks gastroesofagus merupakan gerakan membalik isi lambung menuju esophagus. Penyakit refluks gastroesofagus (RGE) juga mengacu pada berbagai kondisi gejala klinik atau perubaham histology yang terjadi akibat refluks gastroesofagus. Ketika esophagus berulang kali kontak dengan material refluk untuk periode yang lama, dapat terjadi inflamasi esophagus (esofagitis refluks) dan dalam beberapa kasus berkembang menjadi erosi esophagus (esofagitis erosi)PRGE/GERD adalah kondisi kronis. Sekali penyakit itu terjadi, maka biasanya dapat terjadi terus menerus dan seumur hidup. Jika ada luka pada lapisan esofagus (esophagitis), ini juga merupakan kondisi kronis. Lebih dari itu, setelah esofagus telah sembuh dengan perawatan atau pengobatan dan apabila perawatan atau pengobatan itu dihentikan, luka akan terjadi kembali pada kebanyakan pasien-pasien dalam beberapa bulan. Sekali perawatan untuk PRGE/GERD dilakukan, biasanya akan perlu diteruskan pengobatan secara tidak terbatas meskipun dapat juga pada beberapa pasien dengan gejala-gejala yang jarang timbul dan tidak terdapat esophagitis, maka perawatan atau pengobatan yang dilakukan hanya sesekali selama periode-periode simptomatik.Patofisiologi dari GERD, ialah :1. Kebanyakan pasien dengan RGE, permasalahannya bukan karena produksi asam yang berlebihan, akan tetapi kontak yang terlalu lama antara asam yang diproduksi dengan mukosa esophagus2. Refluks gastroesofagus sering kali disebabkan karena telah rusaknya tekanan LES (Lower Esophageal Sphincter). Pasien mungkin mengalami penurunan tekana LES karena relaksasi spontan LES, peningkatan sementara tekanan abdominal atau lemahnya LES. Variasi makanan dan obat dapat menurunkan tekanan LES.3. Masalah lain dalam mekanisme pertahanan mukosa normal, juga dapat menyebabkan berkembangnya RGE diantaranya adalah terlalu lamanya esophagus terpapar dengan asam, tertundanya pengosongan lambung dan berkurangnya resistensi mukosa4. Factor-faktor agresif yang dapat kerusakan esophagus akibat refluks gastroesopfagus adalah asam lambung, pepsin, asam empedu, dan enzim penting dalam menentukan akibat refluks gastroesofagus.

B. Patogenesis GERDTidak ada korelasi antara infeksi H. pylori dan GERD. Hanya sedikit bukti yang menunjukkan bahwa infeksi H. pylori mempunyai peran patogenik langsung terhadap kejadian GERD.Tidak terdapat korelasi antara infeksi H. pylori dan esofagitis, tetapi infeksi galur (strain) beruvirulen organisme tersebut, yang ditandai oleh CagA positif, berbanding terbalik dengan esofagitis, esofagus Barrett (dengan atau tanpa displasia) dan adenokarsinoma esofagus. Setiap pengaruh infeksi H. pylori pada GERD terkait dengan gastritis yang ditimbulkannya dan efeknya pada sekresi asam lambung. Efek eradikasi H. pylori pada gejala refluks dan GERD bergantung pada dua faktor: (i) distribusi anatomis gastritis; dan (ii) ada tidaknya GERD sebelumnya

C. Etiologi dan Faktor Resiko GERDUmur dapat mempengaruhi terjadinya GERD, karena seiring dengan pertambahan umur maka produksi saliva, yang dapat membantu penetralan pH pada esofagus, berkurang sehingga tingkat keparahan GERD dapat meningkat. Jenis kelamin dan genetik tidak berpengaruh signifikan terhadap GERD.

Faktor resiko GERD adalah sebagai berikut :1. Kondisi fisiologis/penyakit Seperti tukak lambung, hiatal hernia, obesitas, kanker, asma, alergi terhadap makanan tertentu, dan luka pada dada (chest trauma). Sebagai contoh, pada pasien tukak lambung terjadi peningkatan jumlah asam lambung maka semakin besar kemungkinan asam lambung untuk mengiritasi mukosa esofagus dan LES.

2. Seringnya mengonsumsi obat-obatan Seperti obat rematik dan obat sakit kepala.Obat rematik dan obat sakit kepala dapat merusak lambung secara langsung hingga membuat dinding lambung menipis. Selain itu, penipisan juga dapat terjadi karena ada asam lambung berlebihan hingga merusak dinding tipis tersebut

3. Kondisi psikologisSeperti stres fisik dan stres psikis. Penyebab stres karena fisik seperti beban kerja yang banyak hingga kurang tidur, kecapekan, lelah, lemah, dan kurang istirahat. Sedangkan stres psikis dapat disebabkan masalah keluarga, sekolah, atau pekerjaan

4. Makanana) Makanan asam atau pedas. b) Makanan yang dapat meningkatkan produksi gas, contohnya sawi, kol, ragi, keju, soda, dan cokelat. Minuman seperti kopi.c) Makan cokelat dapat mengakibatkan pengosongan lambung terlambat sehingga kontak makanan dengan lambung menjadi lebih panjang. Hal ini bisa mengakibatkan begah, cepat kenyang, sendawa, perih di ulu hati, hingga dapat menimbulkan luka di kerongkongan.d) Rokok juga harus dihindari karena rokok bisa menurunkan kondisi lambung dan saluran-saluran tubuh yang berhubungan dan bisa mengurangi kesehatan tubuh.

Pada keadaan normal, esofagus dan gaster dipisahkan oleh zona tekanantinggi yang dihasilkan oleh kontraksi Lower Esophageal Sphincter(LES). Aliran balik dari gaster ke esofagus hanya terjadi jika tonus LEStidak ada atau sangat rendah.( Makmun D, 2006)

D. Manifestasi Klinik (gejala) GERD1. Gejala yang terlihat dari refluks gastroesofagus dan esofagitis adalah rasa panas dalam perut, atau pirosis. Hal ini digambarkan sebagai sensasi hangat atau panas substernal yang dapat menyebar ke leher dan sering kali memburuk akibat aktivitas yang memperburuk refluks esophagus. Contohnya: posisi terlentang, terlalu membungkung, makan makanan yang tinggi kadar lemaknya. Gejala lainnya adalah hipersaliva, bersendawa dan muntah.2. Gejala yang tidak khas adalah asma non alergi, batuk kronik, serak, faringitis, dan erosi gigi, dan rasa sakit di dada seperti angina. 3. Pengobatan yang tidak adekuat akan menimbulkan komplikasi, paparan asam yan terlalu lama seperti rasa sakit yang berkelanjutan, disfagia, dan odinofagia. Komplikasi berat lainnya adalah penyempitan esophagus, perdarahan, Barretts esophagus (perubahan abnormal, metaplasia, sel-sel baguan terbawah esophagus), dan adenokarsinoma esophagus.GERD memberikan dampak negative pada kualitas hidup pasien, karena gejala-gejalanya sebagaimana dijelaskan menyebabkan gangguan tidur, penurunan produktivitas di tempat kerja dan di rumah, gangguan aktivitas social. Pasien GERD memiliki kualitas hidup yang menurun, serta dampak pada aktivitas sehari-hari yang sebanding dengan pasien penyakit kronik lainnya seperti penyakit jantung kongestif dan arthritis kronik.E. Komplikasi GERD1. Borok-Borok (Ulcers) Cairan dari lambung yang mengalir balik (refluks) kedalam esofagus merusak sel-sel yang melapisi esofagus. Tubuh merespon dalam cara yang ia biasanya merespon pada kerusakan, yang adalah peradangan (esophagitis). Tujuan dari peradangan adalah untuk menetralkan agen yang merusak dan memulai proses penyembuhan. Jika kerusakannya berjalan dalam kedalam esofagus, borok terbentuk. Borok adalah hanya pecahan pada lapisan esofagus yang terjadi pada area peradangan. Borok-borok dan peradanagn tambahan yang mereka bangkitkan mungkin mengikis kedalam pembuluh-pembuluh darah esofagus dan menimbulkan perdarahan kedalam esofagus.

2. Penyempitan-Penyempitan Borok-borok dari esofagus sembuh dengan pembentukan luka-luka parut (fibrosis). Dengan berjalannya waktu, jaringan parut menyusut dan menyempitkan lumen (rongga dalam) dari esofagus. Penyempitan yang ditinggalkan luka parut ini disebut penyempitan (stricture). Makanan yang ditelan mungkin tersangkut dalam esofagus sekali penyempitan menjadi cukup parah (biasanya ketika ia menyempitkan lumen esofagus ke garis tengah dari 1 cm). Situasi ini mungkin memerlukan pengangkatan makanan yang tersangkut secara endoskopi. Kemudian, untuk mencegah makanan menempel, penyempitan harus diregangkan (diperlebar). Lebih dari itu, untuk mencegah kekambuhan dari penyempitan, refluks juga harus dicegah.

3. Barrett's esophagus PRGE/GERD yang sudah berjalan lama dan/atau yang parah menyebabkan perubahan-perubahan pada sel-sel yang melapisi esofagus pada beberapa pasien-pasien. Sel-sel ini adalah bersifat prakanker dan akhirnya menjadi bersifat kanker. Kondisi ini dirujuk sebagai Barrett's esophagus dan terjadi pada kira-kira 10% dari pasien-pasien dengan PRGE/GERD. Tipe dari kanker esofagus yang berhubungan dengan Barrett's esophagus (adenocarcinoma) meningkat dalam frekwensinya. Adalah tidak jelas mengapa beberapa pasien-pasien dengan PRGE/GERD mengembangkan Barrett's esophagus, namun kebanyakan pasien-pasien tidak. Barrett's esophagus dapat dikenali secara visual pada saat endoskopi dan dikonfirmasikan oleh pemeriksaan mikroskopik dari biopsi-biopsi sel-sel lapisan. Kemudian, pasien-pasien dengan Barrett's esophagus mungkin memerlukan endoskopi-endoskopi pengawasan secara periodik dengan biopsi-biopsi. Tujuan dari pengawasan adalah untuk mendeteksi perubahan-perubahan yang bersifat prakanker sehingga perawatan pencegahan kanker dapat dumulai. Juga dipercayai bahwa pasien-pasien dengan Barrett's esophagus harus menerima perawatan yang maksimum untuk PRGE/GERD untuk mencegah kerusakan lebih jauh pada esofagus. Prosedur-prosedur sedang dipelajari yang mengangkat sel-sel lapisan yang abnormal. Beberapa teknik-teknik endoskopi yang bukan operasi dapat digunakan untuk mengangkat sel-sel. Teknik-teknik ini adalah menarik karena mereka tidak memerlukan operasi; bagaimanapun, ada komplikasi-komplikasi yang terkait, dan keefektifan jangka panjang dari perawatan masih belum ditentukan. Pengangkatan esofagus secara operasi adalah selalu suatu pilihan. 4. Peradangan Tenggorokan Dan Larynx Jika cairan yang dialirkan balik dapat melewati sfingter esofagus bagian atas, ia dapat memasuki tenggorokan (pharynx) dan bahkan kotak suara (larynx). Peradangan yang diakibatkannya dapat menjurus pada sakit tenggorokan dan keparauan suara. Seperti dengan batuk dan asma, adalah tidak jelas sebagaimana umum PRGE/GERD bertanggung jawab untuk peradangan tenggorokan dan larynx yang jika tidak tidak dapat dijelaskan.

BAB IIIPEMBAHASAN

TERAPI PERUBAHAN POLA HIDUP

I. Terapi Perubahan Pola Hidup Pasien DiabetesPenatalaksanaan diabetes mempunyai tujuan akhir untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas DM, yang secara spesifik ditujukan untuk mencapai 2 target utama, yaitu:1. Menjaga agar kadar glukosa plasma berada dalam kisaran normal2. Mencegah atau meminimalkan kemungkinan terjadinya komplikasi diabetes.The American Diabetes Association (ADA) merekomendasikan beberapa parameter yang dapat digunakan untuk menilai keberhasilan penatalaksanaan diabetes (Tabel 1).

Pada dasarnya ada dua pendekatan dalam penatalaksanaan diabetes, yang pertama pendekatan tanpa obat dan yang kedua adalah pendekatan dengan obat. Dalam penatalaksanaan DM, langkah pertama yang harus dilakukan adalah penatalaksanaan tanpa obat berupa pengaturan diet dan olahraga. Apabila dengan langkah pertama ini tujuan penatalaksanaan belum tercapai, dapat dikombinasikan dengan langkah farmakologis berupa terapi insulin atau terapi obat hipoglikemik oral, atau kombinasi keduanya.Bersamaan dengan itu, apa pun langkah penatalaksanaan yang diambil, satu faktor yang tak boleh ditinggalkan adalah penyuluhan atau konseling pada penderita diabetes oleh para praktisi kesehatan, baik dokter, apoteker, ahli gizi maupun tenaga medis lainnya. Mengenai hal ini, terutama menyangkut pelayanan kefarmasian dan peran apoteker dalam penatalaksanaan DM.

1. Pengaturan DietDiet yang baik merupakan kunci keberhasilan penatalaksanaan diabetes. Diet yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang seimbang dalam hal karbohidrat, protein dan lemak, sesuai dengan kecukupan gizi baik sebagai berikut: Karbohidrat : 60-70% Protein : 10-15% Lemak : 20-25%

Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stres akut dan kegiatan fisik, yang pada dasarnya ditujukan untuk mencapai dan mempertahankan berat badan ideal. Penurunan berat badan telah dibuktikan dapat mengurangi resistensi insulin dan memperbaiki respons sel-sel terhadap stimulus glukosa. Dalam salah satu penelitian dilaporkan bahwa penurunan 5% berat badan dapat mengurangi kadar HbA1c sebanyak 0,6% (HbA1c adalah salah satu parameter status DM), dan setiap kilogram penurunan berat badan dihubungkan dengan 3-4 bulan tambahan waktu harapan hidup.Selain jumlah kalori, pilihan jenis bahan makanan juga sebaiknya diperhatikan. Masukan kolesterol tetap diperlukan, namun jangan melebihi 300mg per hari. Sumber lemak diupayakan yang berasal dari bahan nabati, yang mengandung lebih banyak asam lemak tak jenuh dibandingkan asam lemak jenuh. Sebagai sumber protein sebaiknya diperoleh dari ikan, ayam (terutama daging dada), tahu dan tempe, karena tidak banyak mengandung lemak. Masukan serat sangat penting bagi penderita diabetes, diusahakan paling tidak 25 g per hari. Disamping akan menolong menghambat penyerapan lemak, makanan berserat yang tidak dapat dicerna oleh tubuh juga dapat membantu mengatasi rasa lapar yang kerap dirasakan penderita DM tanpa risiko masukan kalori yang berlebih. Disamping itu makanan sumber serat seperti sayur dan buah-buahan segar umumnya kaya akan vitamin dan mineral.2. Olah RagaBerolah raga secara teratur dapat menurunkan dan menjaga kadar gula darah tetap normal. Saat ini ada dokter olah raga yang dapat dimintakan nasihatnya untuk mengatur jenis dan porsi olah raga yang sesuai untuk penderita diabetes. Prinsipnya, tidak perlu olah raga berat, olah raga ringan asal dilakukan secara teratur akan sangat bagus pengaruhnya bagi kesehatan. Olahraga yang disarankan adalah yang bersifat CRIPE (Continuous, Rhytmical, Interval, Progressive, Endurance Training). Sedapat mungkin mencapai zona sasaran 75-85% denyut nadi maksimal (220-umur), disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi penderita. Beberapa contoh olahraga yang disarankan, antara lain jalan atau lari pagi, bersepeda, berenang, dan lain sebagainya. Olahraga aerobik ini paling tidak dilakukan selama total 30-40 menit per hari didahului dengan pemanasan 5-10 menit dan diakhiri pendinginan antara 5-10 menit. Olah raga akan memperbanyak jumlah dan meningkatkan aktivitas reseptor insulin dalam tubuh dan juga meningkatkan penggunaan glukosa.

II. Penatalaksanaan Terapi Pasien KankerTerapi Nonfarmakologi Pengobatan kanker, seperti pembedahan, kemoterapi, terapi radiasi, dan terapi hormon, menyebabkan penderitaan dan kesusahan yang menyebabkan gangguan kualitas hidup (kualitas hidup) bagi banyak penderita kanker. Dalam upaya untuk mengurangi ketidaknyamanan dari efek samping pengobatan, pasien dengan kanker semakin beralih ke intervensi perilaku nonfarmakologi.Terapi nonfarmakologi pada kanker terbagi dalam tiga kategori , yaitu :a) LatihanAktivitas fisik didefinisikan sebagai gerakan otot rangka yang menyebabkan peningkatan pengeluaran energi di atas tingkat metabolisme basal beristirahat dan meliputi berbagai macam kegiatan gaya hidup dan pekerjaan. Dengan latihan fisik memberikan bukti awal bahwa olahraga adalah aman dan dapat ditoleransi dengan baik oleh penderita kanker dengan berbagai diagnosa kanker. Latihan dapat dilakukan dengan berjalan selama 30 menit enam kali seminggu.b) Intervensi PsikososialIntervensi psikososial mencakup kegiatan seperti intervensi dukungan (baik secara individu maupun kelompok), pendidikan, yoga, meditasi, relaksasi selama 60 menit sehari yang berefek poaitif memperbaiki kualitas tidur, memperbaiki kemampuan pemecahan masalah, menurunkan fatique, meningkatkan self control serta kemampuan dalam toleransi pada rasa nyeri.c) Terapi perubahan pola hidupDengan Intensif perubahan pola hidup yaitu dengan memberikan makanan yang seimbang sesuai dengan kebutuhan gizi, keadaan atau perkembangan penyakit, kebiasaan makan, serta kemampuan pasien untuk menerimanya. Pengaturan diet meliputi :1. Energi tinggi yaitu 36 kkal/kg BB untuk laki-laki dan 32 kkal/kg BB untuk perempuan. Apabila pasien berada dalam keadaan gizi kurang maka kebutuhan energy menjadi 40 kkal/kg BB untuk laki-laki dan 36 kkal/kg BB untuk perempuan.2. Protein tinggi, yaitu 1-1,5 g/kg BB.3. Lemak sedang, yaitu 15-20 % dari kebutuhan energy total.4. Karbohidrat cukup, yaitu sisa dari kebutuhan energy total.5. Vitamin dan mineral cukup terutama vitamin A,B kompleks, C dan E. bila perlu ditambah suplemen.6. Rendah Iodium bila sedang menjalani medikasi radioaktif internal.7. Bila imunitas menurun (leukosit < 10 uI) atau pasien akan menjalani kemoterapi agresif, pasien harus mendapat makanan yang steril.Porsi makan kecil dan sering diberikan.

III. Penatalaksaan Terapi Pasien GERDTata laksana terapi untuk penyakit GERD adalah dengan menggunakan terapi non-farmakologi dan terapi farmakologi.A. Terapi non-farmakologi 1. Dengan melakukan modifikasi gaya hidup: Mengangkat kepala saat tidur (meningkatkan bersihan esophageal). Gunakan penyangga 6-10 inchi dibawah kepala. Tidur pada kasur busa Menghindari makanan yang dapat menurunkan tekanan LES (lemak, coklat, kopi, kola, teh, bawang putih, bawang merah, cabe, alcohol, karminativ (peppermint dan spearmint) Menghindari makanan yang secara langsung mengiritasi mukosa esophagus (makanan pedas, jus jeruk, jus tomat, dan kopi) Makan makanan yang tinggi protein (meningkatkan tekanan LES) Makan sedikit dan menghindari tidur segera setelah makan (jika mungkin 3 jam) (menurunkan volume lambung) Penurunan berat badan (mengurangi gejala) Berhenti merokok (menurunkan relaksasi spontan sfingter esophagus) Menghindari minum alcohol (meningkatkan amplitude sfingter esophagus, gelombang peristaltic dan frekuensi kontraksi) Menghindari pakai pakaian yang ketat Menghentikan, jika mungkin, obat-obatan yang dapat menurunkan tekanan LES (antikolinergik, barbiturate, benzodiazepine (misalnya diazepam), kafein, penghambat kanal kalsium dihidropiridin, dopamine, esterogen, etanol, isoproterenol, narkotik, (meperidin, morfin), nikotin (merokok) nitrat, fentolamin, progesterone, dan teofilin). Menghentikan, jika mungkin, penggunaan obat-obat yang dapat mengiritasi secara langsung mukosa esophagus (tertrasiklin, quinidin, KCl, garam besi, aspirin, AINS, dan alendronat)

2. Pendekatan intervensiIntervensi bedah adalah alternative pilihan bagi pasien GERD yang terdokumentasi dengan baik. Tujuan pembedahan antirefluks adalah untuk menegakkan kembali penghalang antirefluks, yaitu penempatan ulang LES, dan untuk menutup semua kerusakan hiatus terkait. Operasi ini harus dipertimbangkan kepada pasien yang: Gagal untuk merespon pengobatan farmakologi Memilih untuk operasi walaupun pengobatan sukses karena pertimbangan gaya hidup termasuk usia, waktu, dan biaya obat-obatan Memiliki komplikasi GERD (Barretts esophagus/BE, strictures, atau esofagitis kelas 3 atau 4) Mempunyai gejala tidak khas dan terdokumentasi mengalami refluks pada monitoring pH-24 jam3. Terapi endoluminalBeberapa pendekatan endoluminal baru untuk pengelolaan GERD baru saja dikembangkan. Teknik-teknik ini meliputi endoscopic gastroplasctic placation, aplikasi endoluminal radiofrequency heat energy (prosedur Stretta), dan injeksi endoskopik biopolymer yang dikenal sebagai enteryx pada penghubung gastroesophageal.

B. Terapi farmakologi1. Produk antasida dan antacid-asam alginat Antasida mempebaiki segera gejala RGE lemah dan sering digunakan bersamaan dengan penekanan asalam lain sebagai pendukung terapi. Pasien-pasien membutuhkan penggunaan yang sering untuk gejala-gejala kronik seharusnnya menerima resep penekanan asam yang kuat Antasida dengan asam alginate bukan merupakan agen penetralisir asam yang kuat tetapi ini membentuk larutan kental yang mengapung pada permukaan isi lambung. Ini berfungsi sebagai lapisan pelindung untuk esophagus terhadap refluks komponen-komponen lambung dan mengurangi frekuensi episode refluks. Data efikasi dengan endoskopi tidak mengindikasikan penyembuhan. Antacid mempunyai durasi yang singkat, yang membutuhkan pemberian berulang dalam sehari untuk menghasilkan penetralan asam yang terus menerus. Dosis tipikal adalah 2 tablet atau 1 sendok makan penuh 4 kali sehari setelah makan dan pada saattidur. Waktu malam penekanan asam tidak dapat dipertahankan dengan dosis antasida waktu tidur.

2. Antagonis reseptor H-2 (Simetidin, Ranitidine, Famotidin, dan Nizatidin) Semua antagonis reseptor H-2 menyembuhkan tukak lambung dan duodenum dengan cara mengurangi sekresi asam lambung sebagai akibat hambatan reseptor H-2, sebagaimana halnya simetidin dan ranitidine, senyawa yang lebih baru (famotidin dan nizatidin) juga dapat meringankan tukak esofagitis. Efek samping : antagonis H-2 dapat ditoleransi dengan baik dan efek sampingnya relative jarang dengan hanya sedikit perbedaan antara obat-obat yang ada. Pusing, lelah, dan ruam kulit kadang-kadang mencul setelah semua pemberian antagonis reseptor H-2, meskipun jarang telah dilaporkan munculnya sakit kepala, disfungsi hati dan gangguan darah. Laporan yang jarang lainnya meliputi bradikardi atau blok AV, bingung, nefritis interstisial (simetidin), serta urtikarian dan angioedema. Simetidin juga kadang-kadang dikaitkan dengan ginekomastia, impotensi, dan mialgia. Hubungan kausal laporan lainnya seperti parekreatitis, tidak jelas. Interaksi : simetidin mengambaht aktivitas metabolism oksidatif obat dengan cara mengikat sitokrom P-450 mikrosoma hati. Hambatan tersebut dapat meningkatkan kerja (potensiasi) warfarin, fenitoin, dan teofilin (atau aminofilin). Karena itu pemberian pada pasien yang sedang mendapat terapi intensif dengan obat-obatan tersebut harus dihindari.

3. Inhibitor Pompa Proton (IPP) Penghambat pompa proton, yaitu omeprazol, lansoprazol dan pantoprazol, mengahmbat asam lambung dengan cara menghambat system enzim adenosine trifosfat hydrogen-kalium (pompa proton) dari sel pariental lambung. Obat-obat senyawa tersebut merupakan obat pilihan bagi esofagitis erosive, derajat yang lebih ringan biasanya memberikan respon terhadap perubahan gaya hidup, antagonis reseptor-H2, antasida atau stimulant motilitas. Penghambat pompa proton merupakan pengobatan jangka pendek yang efektif untuk tukak lambung dan duodenum. Selain itu juga digunakan kombinasi dengan antibiotika untuk eradiksi H. pylori. Efek samping : efek samping penghambat pompa proton merupakan sakit kepala, daire, ruam, gatal-gatal dan pusing. Efek samping yang disampaikan untuk omeprazol dan lansoprazol meliputi urtikaria, mual dan muntah, konstipasi, kembung, nyeri abdomen, lesu, paraestesia, nyeri otot dan sendi pandangan kabur, edema perifer, perubahan hematologic (termasuk eodinofilia, trombositopenia, leucopenia), perubahan enzim hati dan gangguan fungsi hati juga dilaporkan, depresi dan mulut kering. Kontrandikasi : Antikoagulan : kerja warfarin ditingkatkan dengan omeprazol, interaksi dengan lansoprazol mungkin berbeda Antiepileptic : efek fenitoin ditingkatkan oleh omeprazol, interaksi dengan lansoprazol mungkin berbeda Antiepileptic : efek fenitoin ditingkatkan oleh omeprazol, interaksi dengan lansoprazol mungkin berbeda Antijamur : absorbs ketokonazol dan mungkin intrakonazol berkurang Ansiolitika dan hipnotika : metabolism diazepam dihambat oleh omeprazol Glikosida jantung : kadar plasma digoksin mungkin dinaikkan Kontrasepsi : lansoprazol mempercepat metabolism oral kontasepsi.

4. Stimulant Motilitas (Cisaprid) beberapa antagonis dopamine, metoklopramida dan domperidon, menunjukkan cara kerja yang berbeda dengan antimuskrinik. Senyawa-senyawa tersebut bekerja dengan cara merangsang pengosongan lambung dan transit usus halus, dan meningkatkan kekuatan kontraksi sfingter esophagus. Efek samping : kram abdomen dan diare, sakit kepala dan pusing, kejang, efek ekstarpiramidal dan peningkata frekuensi berkemih, fungsi hati tidak normal Kontraindikasi : pemberian bersama-sama dengan obat yang menghambat metabolism cisaprid dapat berakibat perpanjangan interval QT dan aritmia ventrikel yang serius

5. Pelindung Mukosa (sukralfat) Obat yang digunakan untuk tukak lambung dan duodenum, kerjanya dengan melindungi mukosa dari serangan pepsin asam. Senyawa ini merupakan kompleks alumunium hidroksida dan sukrosa sulfat dengan sifat antasida minimal Efek samping : konstipasi, diare, mual, gangguan pencernaan, gangguan lambung, mulut kering, ruam, gatal-gatal, nyeri punggung, pusing, sakit kepala, vertigo, mengantuk.

BAB IVPENUTUPPerubahan pola hidup dizaman sekarang sangatlah jelas menyebabkan banyak berbagai penyakit, yang dengan porsentase besar diakibatkan oleh makanan, pola hidup sehat, faktor lingkungan serta kurangnya berolahraga. Sehingga cenderung masyarakat dengan usia yang masih muda sudah terserang berbagai macam penyakit. Seperti manusia dewasa ini mengkonsumsi makanan kaleng yang disimpan dengan bahan pengawet. Saat ini manusia umumnya lebih memilih dan mengkonsumsi sayur dan buah yang secara fisik sangat baik, terbebas dari ulat, lalat atau hama tumbuhan padahal sayur atau buah yang bebas dari hama biasanya dirawat dan dilindungi oleh bahan kimia yang justru membuat tubuh menjadi tercemar oleh racun.Dengan demikian terapi perubahan pola hidup sangatlah penting bagi pasien yang sedang sakit, karena jika hanya menjalankan terapi farmakologi tetapi tidak menjalankan terapi perubahan pola hidup maka pengobatan yang akan dilakukan hanya sia-sia saja.Dengan merubah gaya hidup dapat menurunkan gejalan penyakit sebanding dengan menggunakan terapi obat-obatan. Gabungan dari dua atau lebih perubahan gaya hidup dapat memberikan hasil yang signifikan.

DAFTAR PUSTAKADipiro, J.T., Talbert, R.L.,Yee, G.C., et al, 2008, Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach, 7th Edition, McGraw Hill, New York:263Jung, H.K., 2011 Epidemiology of Gastroesophageal Reflux Disease in Asia: A systematic Review, Journal Neurogastroenterol Motil;17:14-27Goh, K.L., Wong, C.H. ,2006 Gastrooesophageal Reflux Disease: An Emerging Disease in Asia. Journal Gastroenterol Hepatol;2:118-23Djajapranata, Indrawan, 2001, Buku Ajar Penyakit Dalam Jilid II Edisi Ketiga, FKUI, JakartaAnonim, 2009, ISO Farmakoterapi, ISFI Penerbitan, Jakarta:406Hongo, M., Kinoshita, Y., Shimozuma, K., Kumagai, Y., Sawada, M., Nii, M., 2007, Psychometric validation of Japanese translation of the quality of life in reflux and dyspepsia questionnaire in patient with heartburn, Journal Gastroenterol;42: 15-805Yuksel, E.S., Vaezi, M.F., 2012, Extraesophageal manifestation of gastroesophageal reflux diseases: cough, asthma, laryngitis, chest pain, The European Journal of Medical Sciences;142, Swiss:1-8Bate, C.M., et al, 1998, Omeprazole is more effective than cimetidine in the prevention of recurrence of GERD associated heartburn and the occurrence of underlying oesophagitis, Aliment Pharmacol Ther;12:41-47Katz, P.O., et al, 2013, Guidelines for Diagnosis and Management of Gastroesophageal Reflux Disease, The American Journal of GASTROENTEROLOGY. Volume 18;108-328Yoshida, K., 2010, Effect of Anti-hypertensive drugs on esophageal body contraction, world journal of gastroenterology 16 (8):987-991Anonim, 2009, ISO Indonesia, Volume 44, Penerbit Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia.http://terapidiabetesmelitus.com/tipe/rahasia-menarik-dibalik-diabetes-melitus-tipe-1http://www.dharmais.co.id